DUKUNGAN KLHK GUNA PERCEPATAN OPERASIONAL EBT BERBASIS BIOMASSA HUTAN Oleh: C. Hendro Widjanarko Direktorat Usaha Hutan Produksi - KLHK Disampaikan dalam Online Focus Group Discussion “Percepatan Pemanfaatan Biomasa untuk Energi dan Pemberdayaan Daerah” Jakarta, 30 April 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DUKUNGAN KLHK GUNA PERCEPATAN OPERASIONAL EBT BERBASIS BIOMASSA HUTAN
Oleh:
C. Hendro WidjanarkoDirektorat Usaha Hutan Produksi - KLHK
Disampaikan dalam Online Focus Group Discussion “Percepatan Pemanfaatan Biomasa untuk Energi dan Pemberdayaan Daerah”Jakarta, 30 April 2020
Peta Peran KLHK dalam RUENBerdasarkan Lampiran II Perpres Nomor 22 tahun 2017 tentang RUEN
Arah Kebijakan dalam RUEN Kegiatan dalam RUENKebijakan Utama 1 :
Ketersediaan Energi untuk Kebutuhan Nasional
Menyiapkan dan memelihara lokasi sumber energi air dan panas bumi di kawasan hutan
konservasi dan hutan lindung
Merehabilitasi lingkungan di daerah sumber energi panas bumi dan air
Kebijakan Utama 3 :
Pemanfaatan Sumber Daya Energi Nasional
Menyusun peta jalan penyiapan jenis tanaman prioritas untuk bahan baku BBN
Menggalakkan budidaya tanaman-tanaman biomassa non pangan
Kebijakan Pendukung 1 :
Konservasi energi, konservasi sumber
daya energi, dan diversifikasi energi
Memelihara dan merehabilitasi daerah tangkapan air di wilayah panas bumi dan sumber
energi air
Kebijakan Pendukung 2 :
Lingkungan Hidup dan Keselamatan
Mendorong peningkatan penggunaan teknologi energi ramah lingkungan berdasarkan prinsip
3R (reuse, reduce, recycle)
Mengintegrasikan kebijakan lingkungan mencakup perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemulihan, pengawasan, dan penegakan hukum
Reklamasi lahan pasca tambang batubara
Melaksanakan Perpres Nomor 61 Thun 2011 tentang RAN-GRK secara konsisten
Memfasilitasi proses layanan penerbitan izin pemanfaatan kawasan hutan (pinjam pakai, kerja
sama, pemanfaatan jasa lingkungan, atau pelepasan kawasan hutan) untuk pengusahaan
tenaga air, panas bumi, migas, dan batubara termasuk sarana dan prasarana, dan instalasi
pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik serta teknologi energi baru terbarukan
Total = 10 Kegiatan
Kewenangan KLHK pada Sektor Energi
AGENDA SASARAN
KETAHANANENERGI
Meningkatnya luas usaha pemanfaatan hutan produksi untuk biomassa sebesar 20.000 ha
Meningkatnya pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/mikro hydro power plant sebanyak minimal 50 unit
Meningkatnya jumlah kemitraan pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi minimal 5 unit
Meningkatnya pemanfaatan sampah dan limbah B3
IKK Tahun 2020 penyediaan areal untuk HTE seluas 20.000 Ha
• Sebagai penyedia ruang untuk pengembangan EBT:1. Skema Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan pada Kawasan Hutan
Produksi2. Skema Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk Kegiatan Non Kehutanan
(Termasuk pengembangan EBT)3. Skema Izin Pemanfaatan Jasling untuk Energi di Kawasan
Konservasi• Penelitian dan pengembangan produk kehutanan dan jasa lingkungan
untuk mendukung EBT
Strategi Percepatan Program Hutan Energi perlu memperhatikan beberapa hal:
1. Potensi permasalahan usaha HTI Energi yang dapat menyebabkan terjadinya resiko finansial
2. Peluang ekspor bioenergi untuk merangsang produksi bioenergi dalam negeri
3. Pertimbangan terhadap permasalahan energi serta potensi sumberdaya energi di setiap daerah
KONSEP PENGEMBANGAN
TANAMAN DAN INDUSTRI
BIOMASSA
DESAIN KLUSTER
70% : 30%
POLA TANAM
Tanaman
Biomassa
Tanaman
Pertanian
SILVIKULTUR
plong-plongan /
komplangan
• Jenis yang ditanam (kadar kalori setara
batu bara)
• Panen umur 2 tahun
• Sistem trubusan, 7 kali panen, re-planting
umur 15 tahun
• Target produktifitas tebangan 70 ton/ha
dalam 2 tahun
• Ditanam diprioritaskan pada lokasi tanah
kosong atau tidak produktif, tekanan sosial
tinggi, sering terjadi kegagalan tanaman.
Pada lahan-lahan produktif untuk
mencapai luasan pada skala usaha yang
memadai
• Ditanam dengan modal IUPHHK-
HTI/Perhutani dan kerjasama dengan
investor
AGROFORESTRI
BIOMASSA
INDUSTRI
Wood ChipsWood Pellet
Produksi Kayu Biomassa
HOW?
Uji coba co-firing PLTU menggunakan wood pellet oleh PJB (PLTU Paiton, Indramayu dan Rembang)
Perkembangan HTE
Kementerian LHK telah mendorong beberapa unit usaha HTI untuk mengembangkan Hutan Tanaman Energi melalui pengalokasian lahan hutan untuk tanaman energi, namun belum sepenuhnya beroperasi
Bauran EBT untuk biomassa belum sepenuhnya tercapai, sedangkan waktu yang tersisa hanya 6 tahun lagi
1
2
MoU HTE antara Kementerian Kehutanan (KLHK) dengan KESDM telah berjalan 5 tahun dan perkembangannya perludievaluasi bersama
3
4
Terget alokasi HTE per tahun seluas 20.000 Ha, dari tahun 2015 sd. 2020 tercapai seluas 115.000 Ha
Telah berakhir tahun 2019Akan disesuaikan karena
Covid-19
5
Beberapa IUPHHK-HTI dan Perum Perhutani menunggu mengembangkanHTE:
1. Menjajaki kerjasama/mitra dengan sektor Hilir2. Calon mitrarata rata untuk charcoal, wood pellet
Beberapa telah menjalin kontrak dengan PLN, diantaranya :a. Perum Perhutani dengan PJB (PT. Pembangkitan Jawa Bali) sesuai
MoU pada tanggal 16 April 2020b. Perum Perhutani dengan PT. Indonesia Power sesuai MoU pada
tanggal 27 April 2020
Perkembangan saat ini
Untuk memperoleh kayu energi dengan produktivitas
yang tinggi dan efektif, pemangkasan (coppicing)
merupakan hal terpenting yang perlu diperhatikan.
JENIS TANAMAN HUTAN YANG TELAH MULAI DIKEMBANGKAN UNTUK BIOMASSA di BERBAGAI DAERAH
1. Bambu yang telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Bali
dan telah dibangun di Mentawai.
2. Eucalyptus pellita yang dikembangkan oleh HTI PT. Selaras Inti
Semesta di Papua.
3. Kaliandra dan Lamtoro yang dikembangkan di KPH Sumatera
Utara.
4. Laban (Vitex sp) yang dikembangkan di KPHP Kendilo
Kalimantan Timur.
5. Gamal (Gliricidae)yang dikembangkan di Perum Perhutani
Tantangan PLTBM dalam Investasi HTE
Biaya penanaman per hektar sangat besar pada tahun2 awal,sementara harga listrik rendah (operasional berjalan yg menggunakanlimbah cangkang sawit + limbah kayu)
Kelancaran suplai bahan baku dari HTE berisiko padamusim hujan, dan terbakar pada musim kemarau
Formula blended (Co-Firing)
Kebijakan insentif dan/atau subsidi yang belum dirumuskan danditetapkan Pemerintah.
Daerah remote, khususnya listrik yg masih menggunakan PLTD (didaerah Indonesia Timur lebih memungkinkan beroperasi PLTBm)
Strategi Pengembangan Hutan Tanaman Energi
1. Pengembangan HTE harus dilakukan dengan pendekatan yang holistik yaitu dari kegiatan yang dilakukan di hulu (pegusahaan hutan) hingga ke hilir secara terintegrasi.
2. Pertimbangan ekonomi dan kelayakan usaha menjadi skala prioritas dalam menjalankan bisnis HTE Perlu Dukungan Perbaikan Kebijakan
3. Pembangunan HTE perlu memperhatikan jenis tanaman maupun teknik silvikultur (termasuk pola tanam) yang digunakan. Pola tanam HTE yang direkomendasikan:
• LUAR JAWA: 60% Tanaman Penghasil Kayu Komersil : 40% Tanaman PenghasilEnergi
• PULAU JAWA: 60% Tanaman Pokok (energi) : 40% Tanaman Sosial
4. Khusus untuk pemenuhan energi listrik, PLTBm harus terintegrasi dengan HTE.
5. Perlu dilakukan pembangunan HTE skala kerakyatan dalam satu kesatuan lanskap dengan sistem clustering untuk mendukung kemandirian energi khususnya pada daerah-daerah terpencil. Pembangunan HTE ini dapat disejalankan dengan program Perhutanan Sosial khususnya Hutan Tanaman Rakyat (HTR). Serta pemilihan tanaman energi pada kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Dukungan Kebijakan KLHK
HTE tidak memerlukan izin baru, cukup hanyadengan mengubah RKU
Jenis tanaman diserahkan kepada pemegang IUPHHK-HTE
PLTBm dapat dibangun di dalam kawasan HPdengan penyerderhanaan izin (Peraturan Presidenatas dorongan Kemen LHK dan Kemen ESDM)
Mempromosikan penanaman pohon energi untuk kebutuhan
energi; Mendorong daerah provinsi/kabupaten & masyarakat
untuk berperan aktif dalam mengembangkan & mengelola
hutan energi.
Kegiatan yang dilaksanakan:
1. Identifikasi lahan
2. Verifikasi kesesuaian lahan
3. Pembangunan demplot di 3 lokasi (@ 12 Ha)
4. Dialog dengan 3 Pemkab & masyarakat (50
desa) mengenai manfaat pembangunan HTE
5. Pelatihan masyarakat untuk pengembangan
HTE secara mandiri (teknik persemaian,
penanaman, pemanenan) – 100 peserta
Ditjen PHPL bekerjasama dengan ISWA, ITTO
dan KPHP mengembangkan Demplot
Bioenergi seluas ± 36 Ha (Tan. Kaliandra,
Lamtoro, Gamal) di Provinsi Sumatera Utara
PIHAK YANG TERLIBAT
NGODISHUT
KPH LITBANG BPHP
PELAKU USAHA KEHUTANAN YANG BERPOTENSI MENGEMBANGKAN BIOENERGI