Top Banner
122 DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (Kajian Semiotik) Siti Suryani 1 , Soleh Ibrahim 2 1,2 Universitas Muhammadiyah Tangerang 1 [email protected], 2 [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memahami rasa duka yang terdapat pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono yang diteliti menggunakan teori dari Charles Sanders Peirce yaitu trikonimi tanda berupa ikon, indeks, dan simbol yang terkandung dalam kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan bisa bermanfaat untuk dijadikan penelitian relevan terhadap analisis karya sastra yang serupa. Jenis data yang dianalisis yaitu rasa duka yang diteliti menggunakan trikonomi tanda yaitu ikon, indeks, dan simbol. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 puisi yang terdapat pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskripsi dengan jenis metode penelitian analisis isi. Hasil penelitian pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono terdapat 3 ikon yang meliputi Gadis, Tuan dan Potret, 19 indeks yang meliputi hubungn sebab akibat tentang permasalahan yang dihadapi Gendis, dan 16 simbol yang mengandung makna kesedihan. Rasa duka yang terdapat dalam kitab puisi Perihal Gendis dikelompokan dalam tiga golongan, yaitu kedukaan berkepanjangan (prolonged grief), kedukaan tertunda (delayed grief), dan kedukaan tidak penuh (distorted grief). Kedukaan berkepanjangan adalah kedukaan yang sangat dirasakan gendis, karena kepergian kedua orang tuanya. Kata Kunci: rasa duka, puisi, pendekatan semiotik This study aims to understand the sorrow contained in the poetry book About Gendis by Sapardi Djoko Damono, which was studied using the theory of Charles Sanders Peirce, namely trikonimi signs in the form of icons, indexes, and symbols contained in the poetry book About Gendis by Sapardi Djoko Damono. This research is expected to add insight and can be useful to be used as relevant research on the analysis of similar literary works. The type of data analyzed is the grief that is examined using the sign trichonomics namely icons, indexes, and symbols. The data source used in this study is 12 poems contained in the book Poetry About Gendis by Sapardi Djoko Damono. The approach used is a descriptive qualitative approach to the type of content analysis research method. The results of research on the poetry book About Gendis by Sapardi Djoko Damono, there are 3 icons which include Girls, Masters and Portraits, 19 indexes covering the cause and effect relationships about the problems faced by Gendis, and 16 symbols that contain the meaning of sadness. Grief contained in the poetry book About Gendis is grouped into three groups, namely prolonged grief, delayed grief, and distorted grief. Prolonged grief is grief that is felt by the gendis, because of the departure of his parents. Keywords: sorrow, poetry, semiotic approach
18

DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

Nov 04, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

122

DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS

KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (Kajian Semiotik)

Siti Suryani1, Soleh Ibrahim2

1,2Universitas Muhammadiyah Tangerang [email protected], [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memahami rasa duka yang terdapat pada kitab puisi Perihal

Gendis karya Sapardi Djoko Damono yang diteliti menggunakan teori dari Charles Sanders

Peirce yaitu trikonimi tanda berupa ikon, indeks, dan simbol yang terkandung dalam kitab

puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini diharapkan bisa menambah

wawasan dan bisa bermanfaat untuk dijadikan penelitian relevan terhadap analisis karya

sastra yang serupa. Jenis data yang dianalisis yaitu rasa duka yang diteliti menggunakan

trikonomi tanda yaitu ikon, indeks, dan simbol. Sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 12 puisi yang terdapat pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskripsi dengan jenis metode

penelitian analisis isi. Hasil penelitian pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko

Damono terdapat 3 ikon yang meliputi Gadis, Tuan dan Potret, 19 indeks yang meliputi

hubungn sebab akibat tentang permasalahan yang dihadapi Gendis, dan 16 simbol yang

mengandung makna kesedihan. Rasa duka yang terdapat dalam kitab puisi Perihal Gendis

dikelompokan dalam tiga golongan, yaitu kedukaan berkepanjangan (prolonged grief),

kedukaan tertunda (delayed grief), dan kedukaan tidak penuh (distorted grief). Kedukaan

berkepanjangan adalah kedukaan yang sangat dirasakan gendis, karena kepergian kedua

orang tuanya.

Kata Kunci: rasa duka, puisi, pendekatan semiotik

This study aims to understand the sorrow contained in the poetry book About Gendis by Sapardi

Djoko Damono, which was studied using the theory of Charles Sanders Peirce, namely trikonimi

signs in the form of icons, indexes, and symbols contained in the poetry book About Gendis by

Sapardi Djoko Damono. This research is expected to add insight and can be useful to be used as

relevant research on the analysis of similar literary works. The type of data analyzed is the grief

that is examined using the sign trichonomics namely icons, indexes, and symbols. The data

source used in this study is 12 poems contained in the book Poetry About Gendis by Sapardi

Djoko Damono. The approach used is a descriptive qualitative approach to the type of content

analysis research method. The results of research on the poetry book About Gendis by Sapardi

Djoko Damono, there are 3 icons which include Girls, Masters and Portraits, 19 indexes covering

the cause and effect relationships about the problems faced by Gendis, and 16 symbols that

contain the meaning of sadness. Grief contained in the poetry book About Gendis is grouped into

three groups, namely prolonged grief, delayed grief, and distorted grief. Prolonged grief is grief

that is felt by the gendis, because of the departure of his parents.

Keywords: sorrow, poetry, semiotic approach

Page 2: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

123

A. PENDAHULUAN

Kitab puisi Perihal Gendis

merupakan salah satu karya sastra

terbaru yang diciptakan oleh Sapardi

Djoko Damono. Sapardi Djoko

Damono merupakan seorang

sastrawan yang sangat terkenal.

Kitab puisi Perihal Gendis merupakan

kumpulan puisi yang sederhana

namun penuh dengan makna

sehingga mempunyai daya tarik

tersendiri untuk dijadikan penelitian

yang ditinjau dari pendekatan

semiotik. Kitab puisi Perihal Gendis

diceritakan lewat sudut pandang

anak perempuan berusia 12 tahun

yang merasakan rasa duka karena

permasalahan yang terjadi dalam

kehidupnya. Gendis merasa

kesepian, ayah dan ibunya sudah

berpisah dan meninggalkan dirinya

seorang diri di rumahnya. Buku puisi

ini berisikan 15 puisi yang banyak

menampilkan dialog di dalamnya

dengan tema puisi yang beraneka

ragam sehingga sangat menarik

perhatian para penikmat sastra.

Penelitian sebuah puisi lebih

difokuskan pada analisis yang

mengarah pada suatu tanda, artinya

makna puisi dapat dipahami dari

bahasa atau lambang yang

digunakan dalam puisi. Tanda-tanda

yang ada dalam puisi dapat dipelajari

dalam suatu pendekatan yang

disebut semiotik. Semiotik

merupakan ilmu tentang tanda atau

pengkajian tentang karya sastra

berdasarkan tanda-tandanya.

Semiotik pada dasarnya merupakan

sebuah ilmu yang mengkaji tanda-

tanda atau lambang yang memiliki

makna. Semiotik sebagai ilmu tanda

dapat digunakan untuk memahami

makna puisi lebih dalam yang

disampaikan oleh pengarang kepada

pembaca.

Analisis puisi bertujuan untuk

memahami makna yang terdapat

dalam puisi dengan menganalisis

simbol-simbonya. Salah satu

pendekatan yang mengkaji makna

puisi adalah semiotik. Komponen

dasar semiotik adalah tanda yang

didalamnya terdapat dua perinsip,

yaitu penanda dan petanda. Puisi

yang diteliti dalam pendekatan

semiotik merupakan puisi yang

mempunyai tiga jenis pokok bahasan

dalam semiotik, yaitu ikon, indeks,

dan simbol. Analisis makna secara

semiotik mempermudah peneliti

serta pembaca karya sastra untuk

lebih memahami penafsitan tanda-

tanda yang ditunjukkan oleh

pengarang pada hasil karyanya.

Sehubungan dengan hal ini,

penulis tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap ikon, simbol, dan

indeks dalam puisi, khususnya dalam

kitab puisi Perihal Gendis karya

Sapardi Djoko Damono dengan

beberapa pertimbangan. Pertama,

pada kitab puisi ini terdapat 15 puisi

panjang yang menampilkan dialog

dalam penyajiannya. Kedua Sapardi

Djoko Damono merupakan seorang

sastrawan terkenal dan karya-

Page 3: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

124

karyanya sangat banyak

mengandung makna sehingga cocok

dianalisis menggunakan pendekatan

semiotik. Ketiga kitab puisi Perihal

Gendis merupakan karya terbaru

Sapardi Djoko Damono yang terbit

pada bulan Oktober 2018 sehingga

belum banyak peneliti yang

menganalisisnya.

Tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah

memahami rasa duka yang terdapat

pada kitab puisi Perihal Gendis karya

Sapardi Djoko Damono yang diteliti

menggunakan pendekatan semiotik.

Menurut Pradopo (2015), “Puisi itu

mengekspresikan pemikiran yang

membangkitkan perasaan, yang

merangsang imajinatif pancaindra

dalam susunan yang berirama”. Jadi,

puisi adalah suatu karya sastra yang

mengungkapkan pikiran serta

perasaan penyair yang disusun

dengan kata-kata yang indah dan

berirama. Memahami suatu puisi

bisa memacu pancaindra kita untuk

melakukan proses berpikir untuk

mencari tahu makna yang

terkandung dalam puisi.

Kusmayadi (2010), menjelaskan

Struktur fisik puisi yaitu meliputi: 1)

diksi adalah pilihan kata, 2) kata

konkret adalah kata-kata yang

mewakili sesuatu, 3) citraan atau

pengimajian dalam puisi mampu

menimbulkan suasana khusus dan

menghidupkan gambaran dalam

pikiran pembaca, 4) majas dapat

menimbulkan suasana hidup dan

membeikan kejelasan dalam

pencitraan, dan 5) rima adalah

pengulangan bunyi dalam puisi.

Pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa struktur fisik

puisi meliputi diksi yaitu pilihan

kata, kata kongkret yaitu kata yang

memberikan gaya pada puisi, citraan

yaitu pengimajian dalam puisi, majas

yaitu gaya bahasa, dan rima yaitu

pengulangan bunyi. Sadikin (2011),

“Struktur batin adalah makna yang

tersirat dalam puisi. Struktur batin

terdiri dari: 1) tema, 2) perasaan, 3)

nada dan suasana, 4) amanat atau

pesan”. Pendapat tersebut dapat

disimpulkan bahwa struktur batin

puisi terdiri dari tema, perasaan,

nada, dan amanat.

Menurut Sobur (2017), “Konsep

dasar semiotik mengikat bersama

seperangkat teori yang amat luas

berurusan dengan simbol, bahasa,

wacana, dan bentuk-bentuk

nonverbal, teori–teori yang

menjelaskan bagaimana tanda

berhubungan dengan maknanya dan

bagaimana tanda disusun”. Pendapat

tersebut dapat disimpulkan, bahwa

semiotik adalah ilmu yang terikat

dengan ilmu-ilmu lain yang

kajiannya membahas tentang simbol

dan hubungan tanda dengan makna.

Dalam semiotik dikenal adanya

trikotomi tanda yaitu ikon, indeks,

dan simbol. Menurut Vera (2014),

“Ikon adalah tanda yang menyerupai

benda yang diwakilinya atau tanda

yang menggunakan kesamaan atau

Page 4: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

125

ciri-ciri yang sama dengan apa yang

dimaksudnya” (h. 24). Pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa

ikon adalah tanda yang memiliki ciri-

ciri benda yang menyerupai dengan

benda yang ditujunya. Sedangkan

menurut Budiman (2011), “Indeks

adalah tanda yang memiliki

keterikatan fenomenal atau

eksistensial di antara representemen

dan objeknya. Maksud dari Budiman

indeks adalah tanda yang bisa di

indra oleh manusia berdasarkan

pada keberadaannya dan mewakili

objek yang menyerupainya. Lebih

lanjut menurut Vera (2014), “Indeks

adalah suatu tanda yang mempunyai

kaitan atau kedekatan dengan apa

yang diwakilinya” (h. 25). Pendapat

tersebut dapat disimpulkan bahwa

indeks adalah suatu tanda berkaitan

dengan tanda yang diwakilinya. Vera

(2014) menjelaskan bahwa “Simbol

adalah suatu tanda, dimana

hubungan tanda dan denotasinya

ditentukan oleh suatu peraturan

yang berlaku umum atau ditentukan

oleh suatu kesepakatan bersama

(konvensi)”. Jadi, simbol adalah

tanda yang artinya ditentukan oleh

suatu kesepakatan bersama di

lingkungan masyarakat.

B. METODE PENELITIAN

Suatu penelitian membutuhkan

metode penelitian sebagai cara

untuk meneliti. Penelitian ini

menggunakan pendekatan semiotik

dengan jenis metode deskriptif

analisis. Menurut Ratna (2015),

“Metode kualitatif memberikan

perhatian terhadap data alamiah,

data dalam hubungannya dengan

konteks keberadaannya”. Dari

pendapat tersebut, dapat

disimpulkan bahwa metode kualitatif

dalam pengambilan datanya bersifat

alamiah dan lebih cenderung

deskriptif. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah 12 puisi yang terdapat pada

kitab puisi Perihal Gendis karya

Sapardi Djoko Damono. Jumlah

halaman kitab puisi ini adalah 58

halaman dimana halaman 1 sampai

56 berisi puisi dan halaman 58 berisi

biografi penulis. Kitab puisi Perihal

Gendis diterbitkan oleh PT Gramedia

Pustaka Utama Jakarta tahun 2018.

Jenis data yang dianalisis adalah

kata, frasa, atau klausa yang terdapat

unsur semiotik trikonomi tanda

(ikon, indeks, dan simbol). Teknik

pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah

dokumentasi, yaitu mencatat dan

mengumpulkan data-data temuan

berupa semiotik yang terkandung

dalam kitab puisi Perihal Gendis

karya Sapardi Djoko Damono yang

mengandung trikonomi tanda (ikon,

indeks, dan simbol). Peneliti juga

menggunakan data lain berupa buku

dan dokumen lain untuk menunjang

penelitian yang dilakukan. Dokumen

yang didapat dalam penelitian ini

berupa tulisan dan karya-karya yang

dihasilkan seseorang.

Page 5: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

126

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan di atas, rasa

duka yang terdapat pada kitab puisi

Perihal Gendis karya Sapardi Djoko

Damono yang dianalisis

menggunakan trikonomi tanda yaitu

ikon, indeks, dan simbol diuraikan

sebagai berikut:

1. Puisi “Percakapan di Luar Riuh

Suara” terdapat trikonomi

tanda yaitu ikon, indeks, dan

simbol. Kutipan puisi yang

terdapat trikonomi tanda

yakni sebagai berikut:

a. Hei, lihat

mawar itu:

aku segera pulang ke sana

takut kalau kena jala

anak-anak

yang suka berlarian

ribut berburu

kupu-kupu

Bait puisi di atas

mengandung tanda indeks. Puisi

bagian pertama pada bait kedua

baris ketiga yang berbunyi aku

segera pulang ke sana merupakan

sebab, sedangkan akibatnya

berada pada baris keempat yang

berbunyi takut kalau kena jala,

baris kelima yang berbunyi anak-

anak, baris keenam yang berbunyi

yang suka berlarian, baris ketujuh

yang berbunyi rebut berburu, dan

baris kedelapan yang berbunyi

kupu-kupu. Pada puisi

“Percakapan di Luar Riuh Suara”

terdapat rasa duka yaitu rasa

takut. Takut merupakan respons

yang dirasakan seseorang bila

mengalami rasa sakit atau

keadaan yang membahayakan

dirinya.

b. Darah

Puisi bagian ketiga pada

bait kedua baris ketiga terdapat

kata darah. Pada puisi

“Percakapan di Luar Riuh Suara”

penyair menggambarkan seekor

burung betina yang dari

kepalanya menetes semerbak

darah, jika darah itu terus-

menerus mengalir, maka akan

berakibat fatal bagi kesehatan

burung tersebut. Hal ini bisa

diartikan dengan seseorang yang

mengalami masalah yang sangat

berat karena suatu persoalan

hidup. Jika permasalahan tersebut

tidak diselesaikan secara baik,

maka bisa berdampak buruk bagi

kehidupannya.

c. Bulu

Puisi bagian keempat pada

bait kedua baris ketujuh belas

terdapat kata bulu. Bulu

merupakan simbol anggota tubuh

pada burung atau unggas. Bulu

pada burung mempunyai banyak

kegunaan, yaitu bulu mampu

menangkap udara sehingga

menjaga tubuh burung tetap

hangat, bulu melindungi burung

dari sinar ultraviolet matahari,

dan bulu pada burung dapat

membantu burung untuk terbang.

Pada puisi “Percakapan di Luar

Riuh Suara” digambarkan bulu

Page 6: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

127

seekor burung yang pada saatnya

nanti akan lepas satu demi satu,

hal ini berarti sesuatu yang kita

miliki hanyalah titipan, kita harus

siap menerima jika suatu hari

nanti akan ada yang mengambil

titipan itu dari kita dan kita harus

merelakannya.

d. Gadis

Puisi bagian keempat pada

bait keempat baris pertama

terdapak kata gadis. Gadis

merupakan ikon dari seorang

remaja perempuan. Pada puisi

“Percakapan di Luar Riuh Suara”

digambarkan seorang gadis yang

memiliki sayap. Gadis yang

memiliki sayap menandakan

semua orang memiliki kebebasan

dalam menentukan pilihan hidup

sesuai dengan apa yang

dikehendakinya, serta bebas

melakukan apapun dan tidak ada

yang bisa membatasi kebebasan

seseorang, selama kebebasan itu

tidak merugikan orang lain.

Rasa duka yang terdapat

dalam puisi yang berjudul

“Percakapan di Luar Riuh Suara”

adalah kedukaan berkepanjangan

(prolonged grief). Hal ini bisa

dilihat dari bait-bait puisi yang

dianalisis menggunakan

pendekatan semiotika teori dari

Pierce yaitu trikonomi tanda

(ikon, indeks, dan simbol). Pada

puisi bagian pertama terdapat

tanda indeks, yaitu aku segera

pulang ke sana merupakan sebab

dan akibatnya berada pada baris

keempat yang berbunyi takut

kalau kena jala. Rasa takut

menjalani kehidupannya

merupakan tanda bahwa diri

seseorang mengalami kedukaan.

Selain indeks, pada puisi ini juga

terdapat simbol yang bermakna

duka, yaitu darah. Darah pada

puisi “Percakapan di Luar Riuh

Suara” digambarkan dengan rasa

sakit yang dirasakan seseorang,

sehingga mengharuskannya pergi

dari kehidupan orang yang

dicintainya dan membuat

pasangan hidupnya merasakan

rasa duka yang berkepanjangan.

2. Puisi “Pada Suatu Hari Sekitar

Jam 4 Sore,” terdapat

trikonomi tanda berupa indeks

dan simbol. Kutipan puisi yang

terdapat indeks dan simbol

yakni sebagai berikut:

a. 4 4 merupakan angka yang

menyimbolkan kematian. Secara sederhana angka digunakan sebagai media perhitungan. Namun tidak jarang pula orang suka mengotak-atik angka untuk mencari maknanya. Beberapa negara Timur yang masih memegang teguh kepercayaan seperti China, Jepeng, Korea, dan Taiwan memang mempunyai kepercayaan tersendiri mengenai angka 4. Menurut Rahayu (2014), “Pada pelafalan bahasa China, angka 4 dibaca shi yang jika diartikan bisa bermakna mati. Sedangkan dalam pelafalan

Page 7: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

128

bahasa Jepang angka 4 bermakna kesedihan” (Hipwee, 23/6/2016). Oleh karena itu mereka tidak menggunakan angka 4 untuk bangunan rumah, hotel, dan lain sebagainya. Pada puisi “Pada Suatu Hari Sekitar Jam 4 Sore,” pun angka 4 menggambarkan rasa duka yang sangat mendalam yang dirasakan seseorang, hal ini bisa dilihat dari bait demi bait puisi tersebut.

b. Baru kali ini langit tampak serupa

benar dengan mata,

meneteskan butir-butir air ke

udara yang penat yang gerah

yang sumpek.

Bait puisi tersebut

mengandung tanda indeks. Bait

pertama baris pertama yang

berbunyi Baru kali ini langit

tampak serupa benar dengan mata

merupakan sebab, sedangkan

akibatnya berada pada bait

pertama baris kedua yang

berbunyi meneteskan butir-butir

air ke udara yang penat yang

gerah yang sumpek. Pada puisi

“Pada Suatu Hari Sekitar Jam 4

Sore,” pengarang menyamakan

langit dengan mata yang

digambarkan dengan suasana

kesedihan yang sangat mendalam.

c. Menangis

Menangis merupakan

simbol yang menandakan

kesedihan. Menangis adalah

respons fisik akibat dari refleks

ataupun emosi yang dirasakan

oleh seseorang. Pada beberapa

kasus, menangis adalah sinyal

yang dikirimkan oleh seseorang

pada orang lain untuk

memberitahu bahwa seseorang

itu sedang bersedih atau

mengalami tekanan. Menangis

dalam puisi “Pada Suatu Hari

Sekitar Jam 4 Sore,” merupakan

luapan emosi pengarang yang

melambangkan kesedihan.

d. Langit tidak pernah mau

menjawab pertanyan serupa

itu, terus saja meneteskan butir

demi butir air yang kemudian

berserakan di rumputan.

Bait puisi tersebut

mengandung tanda indeks. Bait

ketiga baris pertama yang

berbunyi Langit tidak pernah mau

menjawab pertanyan serupa

merupakan sebab, sedangkan

akibatnya berada pada bait ketiga

baris kedua yang berbunyi itu,

terus saja meneteskan butir demi

butir air yang kemudian dan bait

ketiga baris ketiga yang berbunyi

berserakan di rumputan. Pada

puisi “Pada Suatu Hari Sekitar Jam

4 Sore,” penyair menunjukkan

kesedihan yang mendalam,

namun kesedihan itu hanya

dipendamnya sendiri dan tidak

mau diceritakan kepada orang

lain.

e. Mata

Mata merupakan simbol

dari anggota tubuh yang bisa

memancarkan ekspresi seseorang.

Mata merupakan panca indra

yang digunakan oleh makhluk

Page 8: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

129

hidup untuk melihat kondisi

sekelilingnya. Pada puisi “Pada

Suatu Hari Sekitar Jam 4 Sore,”

terdapat larik yang berbunyi

“Apakah kau Si Mata yang suka

berkaca-kaca itu?” pada larik

tersebut terdapat kata Mata. Mata

pada puisi “Pada Suatu Hari

Sekitar Jam 4 Sore,”

menggambarkan rasa duka yang

menunjukan ekspresi

kesedihannya melalui tangisan.

f. Air mata

Air mata diartikan sebagai

cairan yang menetes dari mata

dikarenakan luapan emosi

khususnya kesedihan atau

kepedihan. Tetapi ada juga

seseorang yang mengeluarkan air

mata disaat merasa gembira. Pada

puisi “Pada Suatu Hari Sekitar Jam

4 Sore,” air mata diartikan sebagai

ungkapan kesedihan, yaitu rasa

duka yang dirasakan oleh penyair,

karena mengalami suatu

permasalahan yang dialami di

kehidupannya sehingga

menyebabkan kesedihan.

Meluapkan emosi dengan cara

menangis sangat wajar, karena

dengan menangis seseorang yang

mengalami rasa duka akan

merasakan beban yang ada dalam

hati seolah berkurang dan

membuat hati dan perasaan

menjadi lebih tenang.

3. Puisi “Hening Gendis,” terdapat

trikonomi tanda berupa ikon,

indeks dan simbol. Kutipan

puisi yang terdapat trikonomi

tanda yakni sebagai berikut:

a. Hening adalah ketika pintu

menutup dengan suara

memekkakkan

hanya agar bisa terbuka

kembali dan membujukku

masuk ke rumah

Bait puisi di atas

mengandung tanda indeks. Puisi

bagian ketiga pada bait pertama

baris pertama yang berbunyi

Hening adalah ketika pintu, baris

kedua yang berbunyi Menutup

dengan suara, dan baris ketiga

yang berbunyi memekkakkan

merupakan sebab, sedangkan

akibatnya berada pada baris

keempat yang berbunyi hanya

agar bisa terbuka, baris kelima

yang berbunyi kembali dan

membujukku, dan baris keenam

yang berbunyi masuk ke rumah.

Makna dari indeks di atas adalah

seeorang membujuk Gendis

dengan sangat kasar dan

memaksa Gendis untuk tetap

menjalani kehidupan yang tidak

diinginkan oleh Gendis.

b. Potret

Puisi bagian ketiga pada

bait pertama baris kesebelas

terdapat kata potret. Potret

merupakan ikon dari gambar

manusia. Pada puisi “Hening

Gendis” potret digambarkan

Page 9: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

130

sebagai sebuah foto yang

terpajang didinding rumah yang

mengekspresikan ketidaksukaan

seseorang pada keberadaan

Gendis di rumah itu.

c. Biru

Puisi bagian kelima pada

bait pertama baris kedua terdapat

kata biru. Biru menjadi simbol

kekuatan. Menurut Salamadian

(2017), “Warna biru

melambangkan suatu hubungan

profesionalitas, kecerdasan,

kepercayaan diri, bahkan menjadi

simbol kekuatan” (Salamadian

14/1/2017). Dalam budaya Barat,

biru umumnya terkait dengan

perasaan melankolis, sehingga

memunculkan kata “Blues” ketika

ada seseorang yang terlihat sedih.

Pada puisi “Hening Gendis” warna

biru digambarkan dengan

kegelisahan yang dirasakan oleh

Gendis tentang kehidupannya

dimasa yang akan datang, tetapi

keadaan memaksanya untuk

menjadi pribadi yang kuat supaya

bisa melewati berbagai masalah

yang dihadapi dalam

kehidupannya.

d. Tuan

Puisi bagian kelima pada

bait ketiga baris pertama terdapat

kata Tuan. Tuan merupakan ikon

dari seorang laki-laki yang

memiliki harta berlimpah

sehingga bisa memperkerjakan

seseorang untuk memenuhi

seluruh kebutuhannya. Pada puisi

“Hening Gendis” sosok Tuan

digambarkan dengan sang

pencipta yang mengatur seluruh

kehidupan hambanya dan

hambanya hanya perlu menuruti

dan menyiapkan bekal sebelum

kembali kepada penciptanya.

e. Karena kau biru

tidurmu di satang manyar tak

akan diganggu

Bait puisi di atas

mengandung tanda indeks. Puisi

bagian kelima pada bait keenam

baris kedua yang berbunyi Karena

kau biru merupakan sebab,

sedangkan akibatnya berada pada

baris ketiga yang berbunyi

tidurmu di satang manyar dan

keempat yang berbunyi tak akan

diganggu. Makna kata biru pada

puisi “Hening Gendis”

menggambarkan kekuatan dan

sarang manyar adalah tempat

kembalinya manusia kepada sang

Pencipta yang penuh ketenangan.

Jadi seseorang harus senantiasa

kuat menjalani berbagai masalah,

karena masalah tersebut pasti

akan berlalu ketika kita sudah

tidak ada lagi di dunia ini, karena

sudah dijemput dan diantarkan ke

tempat yang nyaman penuh

dengan ketenangan.

f. Suara langkah-lahkan kaki itu,

Tuan

Puisi bagian kelima pada

bait kesepuluh baris pertama

terdapat kata Suara langkah-

langkah kaki yang merupakan

Page 10: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

131

indeks dari kehadiran seseorang.

Pada puisi “Hening Gendis”

langkah kaki digambarkan dengan

kedatangan seseorang yang

berjanji akan menjemput Gendis

dan akan membawa Gendis

menuju tempat yang penuh

dengan ketenangan sehingga

gendis tidak akan merasakan

kesedihannya lagi.

4. Puisi “Duduk Di Teras

Belakang Waktu Bulan

Purnama” terdapat trikonomi

tanda berupa indeks dan

simbol. Kutipan puisi yang

terdapat indeks dan simbol

yakni sebagai berikut:

a. Kenapa kau begitu pucat, Bulan?

Bulan yang selamanya bisu

seperti menahan suara

yang cakrawala batasnya

tiba-tiba saja pecah

menjelma gerimis

Bait di atas mengandung

tanda indeks. Hal ini bisa dilihat

pada puisi bagian pertama bait

pertama baris kelima yang

berbunyi Bulan yang selamanya

bisu dan baris keenam yang

berbunyi seperti menahan suara

yang merupakan sebab,

sedangkan akibatnya berada pada

baris kedelapan yang berbunyi

tiba-tiba saja pecah dan baris

kesembilan yang berbunyi

menjelma gerimis. Pada puisi

“Duduk Di Teras Belakang Waktu

Bulan Purnama” digambarkan

bulan yang memendam rasa duka

yang sangat dalam tiba-tiba

meluapkan rasa duka itu dalam

bentuk gerimis seakan

menunjukkan kesedihan yang

sedang dialaminya kepada semua

orang.

b. Hati

Puisi bagian pertama pada

bait ketiga baris kedua terdapat

kata hati. Hati merupakan simbol

emosi manusia. Tingkah laku

manusia dikontrol oleh dua hal,

yaitu hati dan otak. Hati dan otak

manusia merupakan penentu

sikap manusia. Otak cenderung

memberikan respon yang sesuai

dengan logika sedangkan hati

lebih kepada ikatan emosi. Makna

hati pada puisi “Duduk Di Teras

Belakang Waktu Bulan Purnama”

berarti luapan emosi kesedihan

yang dirasakan seseorang. Dari

bait demi bait puisi “Duduk Di

Teras Belakang Waktu Bulan

Purnama” terlihat rasa duka yang

ditanggung oleh seseorang yang

sangat berat sehingga membuat

orang tersebut tidak berdaya.

c. Bulan Purnama

Puisi bagian ketiga pada

bait pertama baris pertama

terdapat kata bulan purnama.

Bulan purnama merupakan

bentuk dari penomena alam.

Bulan purnama merupakan simbol

keistimewaan. Bulan purnama

membawa kesan keindahan dan

keunikan yang khas sehingga

Page 11: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

132

sangat dinantikan kehadirannya

oleh semua orang. Makna bulan

purnama pada puisi “Duduk Di

Teras Belakang Waktu Bulan

Purnama” adalah tidak ada lagi

keindahan dan keistimewaan yang

dia rasakan Gendis di dalam

hidupnya, karena dia telah

ditinggalkan oleh seseorang yang

sangat berarti dihidupnya.

d. Ayah pamit mau ke Selatan

Ibu diam-diam pergi ke Utara

Puisi di atas terdapat tanda

indeks. Hal ini bisa dilihat pada

puisi bagian ketiga bait ketiga

baris pertama yang berbunyi Ayah

pamit mau ke Selatan yang

merupakan sebab, sedangkan

akibatnya berada pada baris

kedua yang berbunyi Ibu diam-

diam pergi ke Utara. Pada puisi

“Duduk Di Teras Belakang Waktu

Bulan Purnama” terdapat

perpecahan didalam rumah

tangga yang menyebabkan

perpisahan yang terjadi di

dalamnya. Ayah dan Ibu pergi

mencari kebahagiaannya sendiri

tanpa memperdulikan seseorang

disekitarnya.

5. Puisi “Apa Sebaiknya Aku Tak

Bermimpi Lagi” terdapat

trikonomi tanda berupa

simbol. Kutipan puisi yang

terdapat simbol yakni sebagai

berikut:

Mimpi

Puisi kelima pada bait

ketiga terdapat kata mimpi.

Mimpi diartikan sebagai angan-

angan. Dalam puisi Apa

Sebaiknya Aku Tak Bermimpi

Lagi, mimpi diartikan sebagai

angan-angan atau harapan

seseorang terhadap sesuatu yang

diinginkannya. Gendis memiliki

impian untuk memiliki keluarga

yang utuh supaya bisa merasakan

kebahagiaan yang dulu iya

rasakan. Namun perpisahan yang

telah terjadi dalam keluarganya

mengharuskan Gendis untuk

berhenti bermimpi memiliki

keluarga yang utuh, karena

mimpi itu susah untuk

diwujudkan.

6. Puisi “Siapa yang

Bersembunyi” terdapat

trikonomi tanda berupa indeks

dan simbol. Kutipan puisi yang

terdapat indeks dan simbol

yakni sebagai berikut:

a. Hei, siapa yang bersembunyi

di antara mimpiku

dan mata pisau

yang berkarat didapur?

Puisi keenam terdapat

tanda indeks. Hal ini bisa dilihat

pada bait pertama baris kelima

terdapat kata mimpi yang

disamakan dengan kata mata

pisau yang terdapat pada baris

keenam. Mimpi merupakan

angan-angan, sedangkan mata

pisau merupakan bagian yang

Page 12: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

133

tajam pada pisau. Pada puisi

“Siapa yang Bersembunyi” kata

mimpi disamakan dengan mata

pisau yang memiliki arti jika

seseorang mempunyai impian

atau angan-angan yang

diidamkan, maka harus siap

dengan tantangan dan hambatan

untuk bisa mencapai keinginan

tersebut.

b. Borgol

Puisi bagian keenam pada

bait pertama baris keempat belas

terdapat kata borgol. Borgol

merupakan simbol kebebesan

seseorang yang dibatasi, karena

terlibat tindak kejahatan. Borgol

biasa digunakan oleh orang-orang

yang melakukan kejahatan seperti

mencuri, membunuh, dan lain

sebagainya. Pada puisi “Siapa

yang Bersembunyi” kata borgol

menandakan ketidak bebasan

gendis dalam menjalani

kehidupannya. Keterbatasan yang

dialami gendis membuat Gendis

merasakan rasa duka karena

terkurung di rumah yang sunyi

tanpa kehadiran seorang pun.

c. Aku ingin pergi tamasya

ke Timur

ke Barat

ke Tenggara

ke Barat Laut

mencari jejak

bianglala ganda.

Puisi keenam terdapat

tanda indeks. Hal ini bisa dilihat

pada puisi bagian keenam bait

pertama baris ketujuh belas yang

berbunyi Aku ingin pergi tamasya

yang merupakan sebab,

sedangkan akibatnya terdapat

pada baris kedua puluh dua yang

berbunyi mencari jejak dan baris

kedua puluh empat yang berbunyi

bianglala ganda. Tamasya berarti

perjalanan yang dilakukan

seseorang untuk menikmati

pemandangan dan keindahan

alam, sedangkan bianglala

merupakan jenis permainan yang

biasanya terdapat pada tempat-

tempat hiburan, karena

permainan ini sangat disukai

banyak kalangan, baik anak-anak

maupun orang dewasa. Pada puisi

“Siapa yang Bersembunyi” Gendis

memiliki keinginan kuat untuk

mengembara mencari kehidupan

yang lebih baik dari kehidupannya

yang sekarang, karena kehidupan

yang dirasakannya saat ini penuh

dengan rasa duka. Dengan pergi

mengembara, Gendis berharap dia

bisa melupakan kesedihan dan

menemukan sumber kebahagiaan

yang tidak didapatkannya di

rumah.

7. Puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa

Kendali” terdapat trikonomi

tanda berupa indeks. Kutipan

puisi yang terdapat indeks

yakni sebagai berikut:

Page 13: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

134

a. Aku ingin bergabung dengan anak-

anak yang bermain petak umpet

Puisi ketujuh terdapat

tanda indeks. Hal ini bisa dilihat

pada bait kelima baris pertama

yang berbunyi Aku ingin

bergabung dengan anak-anak

merupakan sebab, sedangkan

akibatnya berada pada baris

kedua yang berbunyi bermain

petak umpet. Petak umpet umpet

merupakan permainan tradisional

Indonesia. Cara bermain dalam

permainan petak umpet adalah

satu orang pemain yang kalah

akan menutup mata pada tempat

yang dianggap benteng,

sementara pemain lain

bersembunyi. Setelah selesai

menghitung, maka mulailah

pemain yang menutup mata

mencari tiap pemain yang

bersembunyi, bila telah

menemukan orang yang

bersembunyi, pencari harus

segera berlari menuju benteng

sambil menyebut nama orang

yang diketahui

persembunyiannya. Pada puisi

“Aku Ingin Sungai Tanpa Kendali”

terdapat kata anak-anak dan

permainan petak umpet yang

memiliki arti bahwa Gendis ingin

sekali menghabiskan waktu

bersama orang-orang

disekitarnya supaya bisa

merasakan kebahagiaan bersama

dengan mereka.

b. Aku ingin sungai

tanpa kendali

terjun

ke danau

tumpah

ke kamar ini

agar aku bisa

mengayuh biduk

menyeberanginya

Puisi ketujuh terdapat

tanda indeks. Hal ini bisa dilihat

pada bait keenam baris pertama

yang berbunyi Aku ingin sungai

dan baris kedua yang berbunyi

tanpa kendali merupakan sebab,

sedangkan akibatnya berada pada

baris kedelapan yang berbunyi

agar aku bisa, baris kesembilan

yang berbunyi mengayuh biduk.

dan baris kesepuluh yang

berbunyi Menyeberanginya. Pada

puisi “Aku Ingin Sungai Tanpa

Kendali” terdapat kata sungai

yang menjadi simbol kehidupan

dan biduk yang berarti perahu.

Arti Sungai pada puisi di atas

merupakan kehidupan yang

dijalaninnya saat ini. Gendis

menginginkan kehidupan yang

bebas diliputi dengan

kebahagiaan, sedangkan biduk

pada puisi di atas berarti alat yang

bisa digunakan untuk pergi

menuju kehidupan yang lebih baik

yang bisa didapatkannya dengan

cara meninggalkan kehidupan

yang dijalaninya saat ini. Mencari

kebebasan dan kebahagiaan

Page 14: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

135

merupakan motivasi Gendis untuk

pergi ke tempat yang baru.

8. Puisi “Menjenguk Wajah di

Kolam” terdapat trikonomi

tanda berupa indeks dan

simbol. Kutipan puisi yang

terdapat indeks dan simbol

yakni sebagai berikut:

a. Wajah yang merasa

sia-sia, yang putih,

yang pasi

itu

Puisi kedelapan pada

bait pertama baris ketiga

terdapat kata wajah. Wajah

merupakan simbol ekspresi

seseorang. Wajah yang merasa

sia-sia, putih, pasi

menandakan ekspresi yang

tidak baik yang dirasakan

seseorang. Wajah yang pucat

biasanya terdapat pada orang-

orang yang mengalami rasa

sakit, hal ini bisa dilihat dari

ekspresi wajah yang lemah

dan putih pucat. Pada puisi

“Menjenguk Wajah di Kolam”

tidak diperbolehkannya

melihat wajah yang putih

pucat oleh Tuannya bertujuan

supaya Gendis melupakan

duka yang dialami dan tidak

larut dalam kesedihannya.

b. Jangan sekali-

kali membayangkan

wajahmu sebagai rembulan

Puisi kedelapan

terdapat tanda indeks. Hal ini

bisa dilihat pada bait kedua

baris ketiga terdapat kata

wajah yang disamakan dengan

kata rembulan yang terdapat

pada bait keempat. Wajah

merupakan simbol ekspresi

seseorang, sedangkan

rembulan melambangkan

gejolak perasaan seseorang

yang selalu berubah-ubah.

Pada puisi “Menjenguk Wajah

di Kolam” menyamakan wajah

dengan rembulan berarti

orang yang tidak bisa

mengontrol emosi, sehingga

emosi yang ada dalam dirinya

bisa berubah-ubah secara

drastis. Hal ini tidak baik,

karena sejatinya sebagai

manusia kita harus bisa

mengontrol emosi supaya

emosi kita tidak merugikan

diri sendiri dan orang lain.

9. Puisi “Konon” terdapat

trikonomi tanda berupa indeks

dan simbol. Kutipan puisi yang

terdapat indeks dan simbol

yakni sebagai berikut:

a. Ia ingin menjadi buah apel

yang krowak

Tapi ada sebuah pisau

disebelahmu

Puisi kesembilan pada

bagian pertama terdapat tanda

indeks. Hal ini bisa dilihat

pada bait pertama baris ketiga

belas yang berbunyi Ia ingin

Page 15: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

136

menjadi buah apel dan baris

keempat belas yang berbunyi

yang krowak merupakan

sebab, sedangkan akibatnya

terdapat pada bait kedua baris

pertama yang berbunyi Tapi

ada sebuah pisau dan baris

kedua yang berbunyi

disebelahmu. Apel krowak

merupakan logo dari

perusahaan Apple yang

terkenal diseluruh dunia dan

pisau merupakan alat yang

digunakan untuk mengiris

suatu benda. Pada puisi

“Konon” apel krowak berarti

sebuah kesuksesan yang diraih

seseorang yang tidaklah

mudah, karena ada pisau yang

menjadi penghambat

kesuksesan tersebut. Jika

seseorang memiliki tekad yang

sangat kuat pasti bisa meraih

kesuksesan meskipun banyak

halangan yang dihadapinya.

b. Tapi jeruk akan dibelah dua

untuk diperas kepotongan-

potongan papaya

ditaburi gula

Puisi kesembilan pada

bagian kedua terdapat tanda

indeks. Hal ini bisa dilihat

pada bait kedua baris pertama

yang berbunyi Tapi jeruk akan

dibelah dua merupakan sebab,

sedangkan akibatnya terdapat

pada bait kedua baris kedua

dan ketiga yang berbunyi

untuk diperas kepotongan-

potongan papaya. Pada puisi

“Konon” buah jeruk yang

dibelah dua untuk diperas

kepotongan-potongan papaya

berarti bahwa ada

pengorbanan yang dilakukan

seseorang untuk

membahagiakan orang lain,

meskipun kebahagiaan itu bisa

didapat dengan cara

mengorbankan dirinya sendiri

demi kebahagiaan orang lain.

c. Konon kasih sayang itu

laksana bola dunia

tak pernah bosan

mengitari matahari

tetapi pada suatu hari

ia mendadak berhenti

Puisi kesembilan pada

bagian ketiga terdapat tanda

indeks. Hal ini bisa dilihat

pada bait pertama baris

pertama yang berbunyi Konon

kasih sayang itu, baris kedua

yang berbunyi laksana bola

dunia, baris ketiga yang

berbunyi tak pernah bosan,

dan baris keempat yang

berbunyi mengitari matahari

yang merupakan sebab,

sedangkan akibatnya terdapat

pada baris kelima yang

berbunyi tetapi pada suatu

hari, dan baris keenam yang

berbunyi ia mendadak

berhenti. Pada puisi “Konon”

terdapat bola dunia yaitu bumi

yang mendadak berhenti

Page 16: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

137

mengitari matahari. Jika bumi

berhenti mengitari matahari,

maka akan timbul kerusakan

alam yang akan menyebabkan

berakhirnya kehidupan yang

ada di dunia ini.

d. Putri Tidur

Puisi kesembilan pada

bagian ketiga bait pertama

baris kesembilan terdapat kata

Putri Tidur. Putri Tidur

merupakan simbol kesedihan.

Putri tidur merupakan

dongeng yang mengisahkan

seorang putri yang cantik yang

mengalami kutukan akan

meninggal pada usia 16 tahun

jika terkena jarum jahit, tetapi

kutukan itu bisa diringankan

oleh peri yang lain sehingga

sang putri hanya tertidur dan

bisa dibebaskan dari kutukan

dengan ciuman dari seorang

pangeran. Pada puisi “Konon”

Putri tidur memiliki arti

kesedihan yang dialami oleh

Gendis, sehingga Gendis

memilih untuk menunggu

seseorang yang akan hadir dan

membebaskannya dari

kesedihan serta membawa

kebahagiaan dalam

kehidupannya.

10. Puisi “Memutar Kunci Rumah”

terdapat trikonomi tanda

berupa indeks. Kutipan puisi

yang terdapat indeks yakni

sebagai berikut:

Gendis punya keinginan kuat

untuk menjadi bagian

dari Negeri Dongeng

yang menyejukkan hatinya selama ini

Puisi kesepuluh pada bagian

pertama terdapat tanda indeks. Hal

ini bisa dilihat pada bait ketiga baris

kelima yang berbunyi Gendis punya

keinginan kuat, baris keenam yang

berbunyi untuk menjadi bagian, dan

baris ketujuh yang berbunyi dari

Negeri Dongeng yang merupakan

sebab, sedangkan akibatnya berada

pada baris kedelapan yang berbunyi

Yang menyejukkan hatinya dan baris

kesembilan yang berbunyi selama

ini. Negeri Dongeng merupakan

negeri yang digambarkan penuh

dengan kebahagiaan, permainnan

dan lain sebagainya. Pada puisi

“Memutar Kunci Rumah” keinginan

Gendis untuk tinggal di Negeri

Dongeng semata-mata untuk

mencari teman dan kebahagiaan

yang tidak dia dapatkan

dikehidupannya yang sekarang.

11. Puisi “Langit-Langit” terdapat

trikonomi tanda berupa indeks

dan simbol. Kutipan puisi yang

terdapat indeks dan simbol

yakni sebagai berikut:

a. Gempa bumi di Osaka memakan

korban lebih dari 200 orang

Puisi kesebelas pada

bagian pertama bait ketiga baris

pertama terdapat kata gempa

bumi. Gempa bumi merupakan

simbol bencana alam yang

Page 17: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

138

menyebabkan duka cita. Pada

Puisi “Langit-Langit” terdapat

berita duka yaitu kejadian

bencana alam berupa gempa bumi

yang melanda Osaka Jepang dan

memakan korban jiwa 200 orang,

hal ini menyebabkan rasa duka

yang dirasakan oleh para korban

yang tertimpa musibah tersebut.

b. Tik-tok-tik-tok-mu

memekakkanku

biarkan aku tidur tanpa harus

menutup telinga

Puisi kesebelas pada

bagian kedua bait ketujuh baris

pertama yang berbunyi Tik-tok-

tik-tok-mu, dan baris kedua yang

berbunyi memekakkanku

merupakan sebab, sedangkan

akibatnya terdapat pada baris

ketiga yang berbunyi biarkan aku

tidur tanpa, dan baris keempat

yang berbunyi harus menutup

telinga. Pada Puisi “Langit-Langit”

terdapat suara jam yang

diibaratkan masalah yang sangat

mengganggun ketenangan Gendis,

sehingga Gendis merasakan

kesedihan, karena terus-menerus

ditimpa masalah dan tidak bisa

hidup dengan tenang.

12. Puisi “Tak Perlu” terdapat

trikonomi tanda berupa indeks

dan simbol. Kutipan puisi yang

terdapat indeks dan simbol

yakni sebagai berikut:

a. Barangkali tak perlu mencari tahu

dan menjadi risau kenapa

Ayah ke Selatan

Ibu ke Utara

Puisi kedua belas pada bait

pertama baris pertama yang

berbunyi Barangkali tak perlu,

baris kedua yang berbunyi mencari

tahu, dan baris ketiga yang

berbunyi dan menjadi risau

merupakan sebab, sedangkan

akibatnya terdapat pada baris

keempat yang berbunyi Ayah ke

Selatan dan baris kelima yang

berbunyi Ibu ke Utara. Pada Puisi

“Tak Perlu” terlihat jelas

kesedihan yang dialami oleh

Gendis karna perpecahan

keluarga yang dialaminya,

sehingga Ayah dan Ibunya lebih

memilih berpisah dan

meninggalkan Gendis sendiri di

rumah.

b. Aku ingin ke Barat

sendiri saja

Puisi kedua belas pada bait

kedua baris kedua terdapat kata

sendiri. Sendiri merupakan tanda

kesedihan. Pada Puisi “Tak Perlu”

kata sendiri memiliki arti bahwa

Gendis merasakan kesepian, tanpa

ayah dan ibu. Hal ini

menyebabkan kesedihan yang

mendalam yang dialami Gendis.

Perpecahan ditengan keluarganya

mengharuskan Gendis untuk tegar

meskipun dia hanya sendiri dalam

menghadapi tantangan

kehidupannya yang akan datang.

Page 18: DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …

139

D. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

analisis data yang dilakukan oleh

peneliti kitab puisi Perihal Gendis

karya Sapardi Djoko damono

merupakan kumpulan puisi yang

sederhana namun sajak-sajaknya

penuh dengan makna dan tak cukup

hanya sekali membaca untuk bisa

memahami maknanya, peneliti

membaca berulang-ulang supaya

bisa memahami isi yang terkandung

dalam kitab puisi Perihal Gendis,

sehingga mempunyai daya tarik

tersendiri untuk menjadikan kitab

puisi Perihal Gendis sebagai objek

penelitian yang ditinjau dari

pendekatan semiotik. Kitab puisi

Perihal Gendis diceritakan lewat

sudut pandang anak perempuan

berusia 12 tahun yang bernama

Gendis. Gendis dalam antologi puisi

ini bisa menggambarkan siapa saja

yang merasakan kesepian sehingga

membuat dia melakukan interaksi

dengan alam sekitar, seperti kupu-

kupu, mawar, ulat, burung, dan lain

sebagainya. Bitab puisi Perihal

Gendis berisi 15 puisi yang banyak

menampilkan dialog dalam

penyajiannya dan dengan tema puisi

yang beraneka ragam sehingga

sangat menarik perhatian para

penikmat sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Kris. (2011). Semiotika

Visual. Yogyakarta: Jalasutra.

Damono, Sapardi Djoko. (2018). Perihal Gendis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kusmayadi, Ismail. (2010). Aku Adalah Puisi: Apresiasi dan Menulis Kreatif Puisi untuk Remaja. Bekasi: Adhi Aksara Abadi Indonesia.

Pradopo, Rachmat Djoko. (2015). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. (2015). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sadikin, Mustofa. (2011). Kumpulan Sastra Indonesia Edisi Terlengkap. Jakarta Timur: Gudang Ilmu.

Sobur, Alex. (2017). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ofset.

Vera, Nawiroh. (2014). Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.