122 DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO (Kajian Semiotik) Siti Suryani 1 , Soleh Ibrahim 2 1,2 Universitas Muhammadiyah Tangerang 1 [email protected], 2 [email protected]Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memahami rasa duka yang terdapat pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono yang diteliti menggunakan teori dari Charles Sanders Peirce yaitu trikonimi tanda berupa ikon, indeks, dan simbol yang terkandung dalam kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan bisa bermanfaat untuk dijadikan penelitian relevan terhadap analisis karya sastra yang serupa. Jenis data yang dianalisis yaitu rasa duka yang diteliti menggunakan trikonomi tanda yaitu ikon, indeks, dan simbol. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 puisi yang terdapat pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskripsi dengan jenis metode penelitian analisis isi. Hasil penelitian pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono terdapat 3 ikon yang meliputi Gadis, Tuan dan Potret, 19 indeks yang meliputi hubungn sebab akibat tentang permasalahan yang dihadapi Gendis, dan 16 simbol yang mengandung makna kesedihan. Rasa duka yang terdapat dalam kitab puisi Perihal Gendis dikelompokan dalam tiga golongan, yaitu kedukaan berkepanjangan (prolonged grief), kedukaan tertunda (delayed grief), dan kedukaan tidak penuh (distorted grief). Kedukaan berkepanjangan adalah kedukaan yang sangat dirasakan gendis, karena kepergian kedua orang tuanya. Kata Kunci: rasa duka, puisi, pendekatan semiotik This study aims to understand the sorrow contained in the poetry book About Gendis by Sapardi Djoko Damono, which was studied using the theory of Charles Sanders Peirce, namely trikonimi signs in the form of icons, indexes, and symbols contained in the poetry book About Gendis by Sapardi Djoko Damono. This research is expected to add insight and can be useful to be used as relevant research on the analysis of similar literary works. The type of data analyzed is the grief that is examined using the sign trichonomics namely icons, indexes, and symbols. The data source used in this study is 12 poems contained in the book Poetry About Gendis by Sapardi Djoko Damono. The approach used is a descriptive qualitative approach to the type of content analysis research method. The results of research on the poetry book About Gendis by Sapardi Djoko Damono, there are 3 icons which include Girls, Masters and Portraits, 19 indexes covering the cause and effect relationships about the problems faced by Gendis, and 16 symbols that contain the meaning of sadness. Grief contained in the poetry book About Gendis is grouped into three groups, namely prolonged grief, delayed grief, and distorted grief. Prolonged grief is grief that is felt by the gendis, because of the departure of his parents. Keywords: sorrow, poetry, semiotic approach
18
Embed
DUKA DALAM KITAB PUISI PERIHAL GENDIS KARYA SAPARDI …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami rasa duka yang terdapat pada kitab puisi Perihal
Gendis karya Sapardi Djoko Damono yang diteliti menggunakan teori dari Charles Sanders
Peirce yaitu trikonimi tanda berupa ikon, indeks, dan simbol yang terkandung dalam kitab
puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini diharapkan bisa menambah
wawasan dan bisa bermanfaat untuk dijadikan penelitian relevan terhadap analisis karya
sastra yang serupa. Jenis data yang dianalisis yaitu rasa duka yang diteliti menggunakan
trikonomi tanda yaitu ikon, indeks, dan simbol. Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 12 puisi yang terdapat pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko Damono.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskripsi dengan jenis metode
penelitian analisis isi. Hasil penelitian pada kitab puisi Perihal Gendis karya Sapardi Djoko
Damono terdapat 3 ikon yang meliputi Gadis, Tuan dan Potret, 19 indeks yang meliputi
hubungn sebab akibat tentang permasalahan yang dihadapi Gendis, dan 16 simbol yang
mengandung makna kesedihan. Rasa duka yang terdapat dalam kitab puisi Perihal Gendis
dikelompokan dalam tiga golongan, yaitu kedukaan berkepanjangan (prolonged grief),
kedukaan tertunda (delayed grief), dan kedukaan tidak penuh (distorted grief). Kedukaan
berkepanjangan adalah kedukaan yang sangat dirasakan gendis, karena kepergian kedua
orang tuanya.
Kata Kunci: rasa duka, puisi, pendekatan semiotik
This study aims to understand the sorrow contained in the poetry book About Gendis by Sapardi
Djoko Damono, which was studied using the theory of Charles Sanders Peirce, namely trikonimi
signs in the form of icons, indexes, and symbols contained in the poetry book About Gendis by
Sapardi Djoko Damono. This research is expected to add insight and can be useful to be used as
relevant research on the analysis of similar literary works. The type of data analyzed is the grief
that is examined using the sign trichonomics namely icons, indexes, and symbols. The data
source used in this study is 12 poems contained in the book Poetry About Gendis by Sapardi
Djoko Damono. The approach used is a descriptive qualitative approach to the type of content
analysis research method. The results of research on the poetry book About Gendis by Sapardi
Djoko Damono, there are 3 icons which include Girls, Masters and Portraits, 19 indexes covering
the cause and effect relationships about the problems faced by Gendis, and 16 symbols that
contain the meaning of sadness. Grief contained in the poetry book About Gendis is grouped into
three groups, namely prolonged grief, delayed grief, and distorted grief. Prolonged grief is grief
that is felt by the gendis, because of the departure of his parents.
Keywords: sorrow, poetry, semiotic approach
123
A. PENDAHULUAN
Kitab puisi Perihal Gendis
merupakan salah satu karya sastra
terbaru yang diciptakan oleh Sapardi
Djoko Damono. Sapardi Djoko
Damono merupakan seorang
sastrawan yang sangat terkenal.
Kitab puisi Perihal Gendis merupakan
kumpulan puisi yang sederhana
namun penuh dengan makna
sehingga mempunyai daya tarik
tersendiri untuk dijadikan penelitian
yang ditinjau dari pendekatan
semiotik. Kitab puisi Perihal Gendis
diceritakan lewat sudut pandang
anak perempuan berusia 12 tahun
yang merasakan rasa duka karena
permasalahan yang terjadi dalam
kehidupnya. Gendis merasa
kesepian, ayah dan ibunya sudah
berpisah dan meninggalkan dirinya
seorang diri di rumahnya. Buku puisi
ini berisikan 15 puisi yang banyak
menampilkan dialog di dalamnya
dengan tema puisi yang beraneka
ragam sehingga sangat menarik
perhatian para penikmat sastra.
Penelitian sebuah puisi lebih
difokuskan pada analisis yang
mengarah pada suatu tanda, artinya
makna puisi dapat dipahami dari
bahasa atau lambang yang
digunakan dalam puisi. Tanda-tanda
yang ada dalam puisi dapat dipelajari
dalam suatu pendekatan yang
disebut semiotik. Semiotik
merupakan ilmu tentang tanda atau
pengkajian tentang karya sastra
berdasarkan tanda-tandanya.
Semiotik pada dasarnya merupakan
sebuah ilmu yang mengkaji tanda-
tanda atau lambang yang memiliki
makna. Semiotik sebagai ilmu tanda
dapat digunakan untuk memahami
makna puisi lebih dalam yang
disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca.
Analisis puisi bertujuan untuk
memahami makna yang terdapat
dalam puisi dengan menganalisis
simbol-simbonya. Salah satu
pendekatan yang mengkaji makna
puisi adalah semiotik. Komponen
dasar semiotik adalah tanda yang
didalamnya terdapat dua perinsip,
yaitu penanda dan petanda. Puisi
yang diteliti dalam pendekatan
semiotik merupakan puisi yang
mempunyai tiga jenis pokok bahasan
dalam semiotik, yaitu ikon, indeks,
dan simbol. Analisis makna secara
semiotik mempermudah peneliti
serta pembaca karya sastra untuk
lebih memahami penafsitan tanda-
tanda yang ditunjukkan oleh
pengarang pada hasil karyanya.
Sehubungan dengan hal ini,
penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap ikon, simbol, dan
indeks dalam puisi, khususnya dalam
kitab puisi Perihal Gendis karya
Sapardi Djoko Damono dengan
beberapa pertimbangan. Pertama,
pada kitab puisi ini terdapat 15 puisi
panjang yang menampilkan dialog
dalam penyajiannya. Kedua Sapardi
Djoko Damono merupakan seorang
sastrawan terkenal dan karya-
124
karyanya sangat banyak
mengandung makna sehingga cocok
dianalisis menggunakan pendekatan
semiotik. Ketiga kitab puisi Perihal
Gendis merupakan karya terbaru
Sapardi Djoko Damono yang terbit
pada bulan Oktober 2018 sehingga
belum banyak peneliti yang
menganalisisnya.
Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah
memahami rasa duka yang terdapat
pada kitab puisi Perihal Gendis karya
Sapardi Djoko Damono yang diteliti
menggunakan pendekatan semiotik.
Menurut Pradopo (2015), “Puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan, yang
merangsang imajinatif pancaindra
dalam susunan yang berirama”. Jadi,
puisi adalah suatu karya sastra yang
mengungkapkan pikiran serta
perasaan penyair yang disusun
dengan kata-kata yang indah dan
berirama. Memahami suatu puisi
bisa memacu pancaindra kita untuk
melakukan proses berpikir untuk
mencari tahu makna yang
terkandung dalam puisi.
Kusmayadi (2010), menjelaskan
Struktur fisik puisi yaitu meliputi: 1)
diksi adalah pilihan kata, 2) kata
konkret adalah kata-kata yang
mewakili sesuatu, 3) citraan atau
pengimajian dalam puisi mampu
menimbulkan suasana khusus dan
menghidupkan gambaran dalam
pikiran pembaca, 4) majas dapat
menimbulkan suasana hidup dan
membeikan kejelasan dalam
pencitraan, dan 5) rima adalah
pengulangan bunyi dalam puisi.
Pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa struktur fisik
puisi meliputi diksi yaitu pilihan
kata, kata kongkret yaitu kata yang
memberikan gaya pada puisi, citraan
yaitu pengimajian dalam puisi, majas
yaitu gaya bahasa, dan rima yaitu
pengulangan bunyi. Sadikin (2011),
“Struktur batin adalah makna yang
tersirat dalam puisi. Struktur batin
terdiri dari: 1) tema, 2) perasaan, 3)
nada dan suasana, 4) amanat atau
pesan”. Pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa struktur batin
puisi terdiri dari tema, perasaan,
nada, dan amanat.
Menurut Sobur (2017), “Konsep
dasar semiotik mengikat bersama
seperangkat teori yang amat luas
berurusan dengan simbol, bahasa,
wacana, dan bentuk-bentuk
nonverbal, teori–teori yang
menjelaskan bagaimana tanda
berhubungan dengan maknanya dan
bagaimana tanda disusun”. Pendapat
tersebut dapat disimpulkan, bahwa
semiotik adalah ilmu yang terikat
dengan ilmu-ilmu lain yang
kajiannya membahas tentang simbol
dan hubungan tanda dengan makna.
Dalam semiotik dikenal adanya
trikotomi tanda yaitu ikon, indeks,
dan simbol. Menurut Vera (2014),
“Ikon adalah tanda yang menyerupai
benda yang diwakilinya atau tanda
yang menggunakan kesamaan atau
125
ciri-ciri yang sama dengan apa yang
dimaksudnya” (h. 24). Pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa
ikon adalah tanda yang memiliki ciri-
ciri benda yang menyerupai dengan
benda yang ditujunya. Sedangkan
menurut Budiman (2011), “Indeks
adalah tanda yang memiliki
keterikatan fenomenal atau
eksistensial di antara representemen
dan objeknya. Maksud dari Budiman
indeks adalah tanda yang bisa di
indra oleh manusia berdasarkan
pada keberadaannya dan mewakili
objek yang menyerupainya. Lebih
lanjut menurut Vera (2014), “Indeks
adalah suatu tanda yang mempunyai
kaitan atau kedekatan dengan apa
yang diwakilinya” (h. 25). Pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa
indeks adalah suatu tanda berkaitan
dengan tanda yang diwakilinya. Vera
(2014) menjelaskan bahwa “Simbol
adalah suatu tanda, dimana
hubungan tanda dan denotasinya
ditentukan oleh suatu peraturan
yang berlaku umum atau ditentukan
oleh suatu kesepakatan bersama
(konvensi)”. Jadi, simbol adalah
tanda yang artinya ditentukan oleh
suatu kesepakatan bersama di
lingkungan masyarakat.
B. METODE PENELITIAN
Suatu penelitian membutuhkan
metode penelitian sebagai cara
untuk meneliti. Penelitian ini
menggunakan pendekatan semiotik
dengan jenis metode deskriptif
analisis. Menurut Ratna (2015),
“Metode kualitatif memberikan
perhatian terhadap data alamiah,
data dalam hubungannya dengan
konteks keberadaannya”. Dari
pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa metode kualitatif
dalam pengambilan datanya bersifat
alamiah dan lebih cenderung
deskriptif. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah 12 puisi yang terdapat pada
kitab puisi Perihal Gendis karya
Sapardi Djoko Damono. Jumlah
halaman kitab puisi ini adalah 58
halaman dimana halaman 1 sampai
56 berisi puisi dan halaman 58 berisi
biografi penulis. Kitab puisi Perihal
Gendis diterbitkan oleh PT Gramedia
Pustaka Utama Jakarta tahun 2018.
Jenis data yang dianalisis adalah
kata, frasa, atau klausa yang terdapat
unsur semiotik trikonomi tanda
(ikon, indeks, dan simbol). Teknik
pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
dokumentasi, yaitu mencatat dan
mengumpulkan data-data temuan
berupa semiotik yang terkandung
dalam kitab puisi Perihal Gendis
karya Sapardi Djoko Damono yang
mengandung trikonomi tanda (ikon,
indeks, dan simbol). Peneliti juga
menggunakan data lain berupa buku
dan dokumen lain untuk menunjang
penelitian yang dilakukan. Dokumen
yang didapat dalam penelitian ini
berupa tulisan dan karya-karya yang
dihasilkan seseorang.
126
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan temuan di atas, rasa
duka yang terdapat pada kitab puisi
Perihal Gendis karya Sapardi Djoko
Damono yang dianalisis
menggunakan trikonomi tanda yaitu
ikon, indeks, dan simbol diuraikan
sebagai berikut:
1. Puisi “Percakapan di Luar Riuh
Suara” terdapat trikonomi
tanda yaitu ikon, indeks, dan
simbol. Kutipan puisi yang
terdapat trikonomi tanda
yakni sebagai berikut:
a. Hei, lihat
mawar itu:
aku segera pulang ke sana
takut kalau kena jala
anak-anak
yang suka berlarian
ribut berburu
kupu-kupu
Bait puisi di atas
mengandung tanda indeks. Puisi
bagian pertama pada bait kedua
baris ketiga yang berbunyi aku
segera pulang ke sana merupakan
sebab, sedangkan akibatnya
berada pada baris keempat yang
berbunyi takut kalau kena jala,
baris kelima yang berbunyi anak-
anak, baris keenam yang berbunyi
yang suka berlarian, baris ketujuh
yang berbunyi rebut berburu, dan
baris kedelapan yang berbunyi
kupu-kupu. Pada puisi
“Percakapan di Luar Riuh Suara”
terdapat rasa duka yaitu rasa
takut. Takut merupakan respons
yang dirasakan seseorang bila
mengalami rasa sakit atau
keadaan yang membahayakan
dirinya.
b. Darah
Puisi bagian ketiga pada
bait kedua baris ketiga terdapat
kata darah. Pada puisi
“Percakapan di Luar Riuh Suara”
penyair menggambarkan seekor
burung betina yang dari
kepalanya menetes semerbak
darah, jika darah itu terus-
menerus mengalir, maka akan
berakibat fatal bagi kesehatan
burung tersebut. Hal ini bisa
diartikan dengan seseorang yang
mengalami masalah yang sangat
berat karena suatu persoalan
hidup. Jika permasalahan tersebut
tidak diselesaikan secara baik,
maka bisa berdampak buruk bagi
kehidupannya.
c. Bulu
Puisi bagian keempat pada
bait kedua baris ketujuh belas
terdapat kata bulu. Bulu
merupakan simbol anggota tubuh
pada burung atau unggas. Bulu
pada burung mempunyai banyak
kegunaan, yaitu bulu mampu
menangkap udara sehingga
menjaga tubuh burung tetap
hangat, bulu melindungi burung
dari sinar ultraviolet matahari,
dan bulu pada burung dapat
membantu burung untuk terbang.
Pada puisi “Percakapan di Luar
Riuh Suara” digambarkan bulu
127
seekor burung yang pada saatnya
nanti akan lepas satu demi satu,
hal ini berarti sesuatu yang kita
miliki hanyalah titipan, kita harus
siap menerima jika suatu hari
nanti akan ada yang mengambil
titipan itu dari kita dan kita harus
merelakannya.
d. Gadis
Puisi bagian keempat pada
bait keempat baris pertama
terdapak kata gadis. Gadis
merupakan ikon dari seorang
remaja perempuan. Pada puisi
“Percakapan di Luar Riuh Suara”
digambarkan seorang gadis yang
memiliki sayap. Gadis yang
memiliki sayap menandakan
semua orang memiliki kebebasan
dalam menentukan pilihan hidup
sesuai dengan apa yang
dikehendakinya, serta bebas
melakukan apapun dan tidak ada
yang bisa membatasi kebebasan
seseorang, selama kebebasan itu
tidak merugikan orang lain.
Rasa duka yang terdapat
dalam puisi yang berjudul
“Percakapan di Luar Riuh Suara”
adalah kedukaan berkepanjangan
(prolonged grief). Hal ini bisa
dilihat dari bait-bait puisi yang
dianalisis menggunakan
pendekatan semiotika teori dari
Pierce yaitu trikonomi tanda
(ikon, indeks, dan simbol). Pada
puisi bagian pertama terdapat
tanda indeks, yaitu aku segera
pulang ke sana merupakan sebab
dan akibatnya berada pada baris
keempat yang berbunyi takut
kalau kena jala. Rasa takut
menjalani kehidupannya
merupakan tanda bahwa diri
seseorang mengalami kedukaan.
Selain indeks, pada puisi ini juga
terdapat simbol yang bermakna
duka, yaitu darah. Darah pada
puisi “Percakapan di Luar Riuh
Suara” digambarkan dengan rasa
sakit yang dirasakan seseorang,
sehingga mengharuskannya pergi
dari kehidupan orang yang
dicintainya dan membuat
pasangan hidupnya merasakan
rasa duka yang berkepanjangan.
2. Puisi “Pada Suatu Hari Sekitar
Jam 4 Sore,” terdapat
trikonomi tanda berupa indeks
dan simbol. Kutipan puisi yang
terdapat indeks dan simbol
yakni sebagai berikut:
a. 4 4 merupakan angka yang
menyimbolkan kematian. Secara sederhana angka digunakan sebagai media perhitungan. Namun tidak jarang pula orang suka mengotak-atik angka untuk mencari maknanya. Beberapa negara Timur yang masih memegang teguh kepercayaan seperti China, Jepeng, Korea, dan Taiwan memang mempunyai kepercayaan tersendiri mengenai angka 4. Menurut Rahayu (2014), “Pada pelafalan bahasa China, angka 4 dibaca shi yang jika diartikan bisa bermakna mati. Sedangkan dalam pelafalan
128
bahasa Jepang angka 4 bermakna kesedihan” (Hipwee, 23/6/2016). Oleh karena itu mereka tidak menggunakan angka 4 untuk bangunan rumah, hotel, dan lain sebagainya. Pada puisi “Pada Suatu Hari Sekitar Jam 4 Sore,” pun angka 4 menggambarkan rasa duka yang sangat mendalam yang dirasakan seseorang, hal ini bisa dilihat dari bait demi bait puisi tersebut.