Top Banner

of 244

DUK SOS 35 item

Jul 07, 2018

Download

Documents

GhaniRahmani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    1/244

    HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING

    STRES HOMOSEKSUAL DI JAKARTA

    Oleh:

     ANDI SUTANDI106070002213

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    2/244

    ii

    HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN

    COPING STRES HOMOSEKSUAL DI JAKARTA

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar 

    Sarjana Psikologi

    Oleh :

    ANDI SUTANDI

     NIM : 106070002213

    Di Bawah Bimbingan :

    Pembimbing I Pembimbing II

    Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi Yufi Adriani, M.Psi

    NIP. 19730328 200003 203 NIP. 19820918 200901 2 000

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011M

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    3/244

    iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRES

    HOMOSEKSUAL DI JAKARTA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas

    Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Februari

    2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

     psikologi.

    Jakarta, 7 Februari 2011

    Sidang Munaqasyah

    Dekan/ Pembantu Dekan/

    Ketua merangkap Anggota Sekretaris merangkap Anggota

    Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

    NIP.130 885 522 NIP.19561223 198303 2001

    Anggota

    Ikhwan Lutfi, M. Psi Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi

    NIP. 19730710 200501 1 006 NIP. 19730328 200003 203

    Yufi Adriani, M.Psi

    NIP. 19820918 200901 2 000

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    4/244

    iv

    PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

     Nama : Andi Sutandi

     NIM : 106070002213

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul  “Hubungan Dukungan Sosial

    dengan Coping Stres Homoseksual di Jakarta”   adalah benar merupakan karya

    saya dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut.

    Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya

    cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

    Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-

    Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari

    karya orang lain

    Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

    Jakarta, 7 Februari 2011

    Yang Menyatakan

    Andi Sutandi

    NIM : 106070002213

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    5/244

    v

    MOTTO

    “ y life is me ningful if we

    sh re together…”

    PERSEMBAHAN :

    Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya,

    Bapak Endang & Ibu Nani yang menyayangi saya dengan sepenuh

    hati serta selalu mendoakan saya dalam kebaikan.

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    6/244

    vi

    ABSTRAK

    A) Fakultas Psikologi

    B) 7 Februari 2011

    C) Andi Sutandi

    D) Hubungan Dukungan Sosial dengan Coping Stres Homoseksual di Jakarta

    E) Jumlah halaman i-xvii halaman + 154 Halaman (belum termasuk lampiran)

    F) Penelitian ini membahas masalah homoseksualitas yaitu jenis   Gay.

    Homoseksual menurut kamus psikologi adalah daya tarik terhadap individu

    dari jenis kelamin yang sama. Penelitian ini membahas mengenai hubungan

    dukungan sosial dengan coping stres yang dikhususkan kepada positif copinghomoseksual di Jakarta. Dukungan sosial menjadi faktor penting yang dapat

    membuat individu khususnya homoseksual dapat mengatasi stres yang timbul

    karena masalah eksternal maupun internal yang ada sepanjang rentang

    kehidupan mereka.

    Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, kuantitatif, dan metode

     penelitian korelasional. Teknik sampling yang digunakan adalah   non

     probability sampling   yaitu   purposive sampling. Sampel yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah gay berusia sekitar 18-22 tahun, sebanyak 31

    orang, berdomisili di Jakarta dan pernah menjalin hubungan sesama jenis.

    Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, yaitu skaladukungan sosial terdapat 30 item valid dan skala coping stress 31 item valid.

    Hasil penelitian ini memiliki koefisien korelasi 0,00 yang artinya ada

    hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan coping stres pada

    homoseksual di Jakarta.

    Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara

    dukungan sosial dengan coping stres pada homoseksual di Jakarta (sig.0.000

    KD = 33,3%). Artinya dukungan sosial pada homoseksual di Jakarta

     berhubungan secara signifikan dengan coping stres homoseksual tersebut dan

    variabel dukungan sosial mempengaruhi variabel coping stres sebesar 33,3%.Dari hasil penelitian untuk dimensi dukungan emosional (IV1), dukungan

    Instrumental (IV2), dukungan penghargaan (IV3), dukungan informatif (IV4) ,

    didapat kelas dukungan sosial tertinggi yaitu   dukungan instrumental dan

    dukungan informatif   (48,4%), dan kelas dukungan sosial terendah adalah

    dukungan penghargaan dan dukungan informatif  (19,3%), dan untuk dimensi

    menceritakan dan menuliskan masalah (Y1), menemukan hikmah dari

    masalah (Y2), mengambil respon positif ketika kehilangan (Y3), mencari

    kebermaknaan hidup (Y4), humor (Y5), meditasi (Y6), kerohanian (Y7) di

    dapat dua kelas coping stres tertinggi   menemukan hikmah dari masalah

    (64,5%) dan   mencari kebermaknaan hidup  (41,9%), dua kelas coping stres

    terendah   menceritakan dan menuliskan masalah dan humor   (19,4%), dan

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    7/244

    vii

    kerohanian   (16,1%). Hasil penelitian lain didapat sebagian besar terdapat

    hubungan diantara kedua variabel dan adapun yang tidak terdapat hubungan

    adalah antara dukungan emosional dengan coping mengambil respon positif ketika kehilangan, antara dukungan emosional dengan coping humor, antara

    dukungan penghargaan dengan coping humor, antara dukungan informatif 

    dengan coping humor, antara dukungan emosional dengan coping meditasi,

    antara dukungan informatif dengan coping meditasi, antara dukungan

    emosional dengan coping kerohanian, dan antara dukungan penghargaan

    dengan coping kerohanian pada homoseksual di Jakarta.

    Mengingat pentingnya peran dukungan sosial bagi kehidupan homoseksual,

    sudah sepantasnya kaum heteroseksual mampu memberikan dukungan yang

     baik dan bijak, dan juga diharapkan melalui dukungan sosial yang diberikan,

    kaum homoseksual dapat kembali kepada jalan hidup sebagai heteroseksual.Dari hasil penelitian ini juga dapat dilihat semua sampel penelitian adalah

    homoseksual yang pernah menjalin hubungan dengan sesama jenis dengan

    mayoritas responden menjalin hubungan sesama homoseksual sebanyak lebih

    dari tiga kali, dan mayoritas responden pun sudah berada dalam komunitas

    dalam rentangan lebih dari lima tahun, maka dapat disimpulkan homoseksual

    yang menjadi responden penelitian ini adalah homoseksual yang sudah terjun

    ke dalam status homoseksualnya sejak lama dan akan sulit bagi mereka untuk 

    kembali ke jalan heteroseksual jika dibiarkan berlarut-larut. Jika dilihat

    rendahnya coping menceritakan dan menuliskan masalah, humor serta

    kerohanian maka diharapkan hendaknya lingkungan terdekat homoseksual itu

    sendiri memberikan dukungan sosial yang tepat agar ketiga coping terendahtersebut khususnya coping kerohanian dapat lebih dilakukan oleh kaum

    homoseksual sehingga dengan coping tersebut khususnya coping kerohanian

    kaum homoseksual itu sendiri dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

    sehingga mereka dapat diharapkan kembali kepada lingkungan sebagai

    heteroseksual sebagaimana mestinya.

    G) 28 Bahan Bacaan Buku + 7 Referensi Internet + 1 Jurnal+ 6 Skripsi + 1 Paper 

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    8/244

    viii

    ABSTRACT

    A) Psychology Faculty

    B) February 7th, 2011

    C) Andi Sutandi

    D) Relationship between Social Support with Coping Stress on Homosexuals in

    Jakarta. (Hubungan Dukungan Sosial dengan Coping Stres Homoseksual di

    Jakarta)

    E) Number of pages i-xvii pages + 154 pages (not include attachments)

    F) This study discusses the problem of homosexuality that is kind Gay. Gay,

    according to the dictionary of psychology is the appeal to individuals of the

    same gender. This study discusses the relationship of social support with

    stress coping which is devoted to the positive coping homosexuals in Jakarta.

    Social support is an important factor that can make individuals, especially

    homosexual can overcome the stress arising from external and internal

     problems that exist throughout their life span.

    This research is descriptive research, quantitative and correlational research

    methods. The sampling technique used was non-probability sampling, name

     purposive sampling. The sample used in this study were approximately 18-22 years old gay, as many as 31 peoples, based in Jakarta and had same sex

    relationships. Data collection techniques used was questionnaires, which

    scale contained of social support was 30 items valid and stress coping scale

    was 31 items valid. The result of this study is, there was a significant

    correlation between social supports with coping stress on homosexuals in

    Jakarta because a result of correlation coefficient is 0.000.

    The result of this study is, there was a significant correlation between social

    support with coping stress on homosexuals in Jakarta (sig.0.000 KD =33,3%). It’s means that the social support on homosexuals in Jakarta is

    significantly associated with homosexual stress coping and social support

    variables influencing stress coping variables of 33.3%. From the research to

    the dimensions of emotional support (IV1), instrumental support (IV2),

    support award (IV3), and informational support (IV4), obtained the highest

    grade of social support namely instrumental support and informational

    support (48.4%), and lowest class is support award (IV3) and informational

    support (19.3%), and for the dimension of share and write the problem (Y1),

    find the wisdom of the problem (Y2), taking a positive response when

    losing (Y3), seek meaningfulness of life (Y4), humor (Y5), meditation (Y6),

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    9/244

    ix

    and spirituality (Y7), obtained two classes of highest stress coping, there are

    find the wisdom of the problem (64.5%) and seek meaningfulness of life

    (41.9%), the lowest two classes of stress coping is share and write the

     problem, and humor (19.4%), and spirituality (16.1%). Result of other studies

    have found most of the relationship between two variables, and there is no

    relationship between emotional support and taking a positive response when

    losing’s coping, between emotional support and humor’s coping, between

    support award and humor’s coping, between informational support and 

    humor’s coping, between emotional support and meditation’s coping,

     between informational support and meditation’s coping, between emotional

    support and spirituality’s coping, and between support award and 

    spirituality’s coping on homosexuals in Jakarta.

    Given the important role of social support for homosexual life, it is

    appropriate that the heterosexuals are able to provide good support and wise,

    and also expected through the social support provided, homosexuals can go

     back to the way of life as a heterosexuals. From the results of this study also

    can be seen that all the research sample is a homosexual who had relationship

    with same-sex with majority of respondents fellow homosexual relationship

     by more than three times, and already in the community in a span of more

    than five years, so it can be concluded that a homosexual whose be a

    homosexual respondents of this research has been plunged into a homosexual

    status for a long time and it would be difficult for them to return to the right

    road if they left a heterosexual way. If seen from the lowest coping; share and 

    write the problem, humor, and spirituality, it is expected that the nearest

    environment homosexual providing appropriate social support, so the third 

    lowest of coping stress particularly spiritually coping, can more be done by

    homosexuals, so with these coping, homosexuals can get closer to God so

    they can return to the environment as heterosexuals as they should.

    G) 28 Books + 7 Internet References + 1 Journal + 6 Thesis + 1 Paper 

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    10/244

    x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur kembali penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala

    kemudahan, kelancaran, dan kekuatan yang telah diberikan kepada penulis, dan

    salam kepada Nabi besar junjungan kita Muhammad SAW, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

    Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Psikologi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi ini diselesaikan

    dengan judul “Hubungan Dukungan Sosial dengan Coping Stres Homoseksual di

    Jakarta”. Inti dari skripsi ini adalah untuk memperoleh gambaran akan hubungan

    dukungan sosial dengan coping stres pada homoseksual di Jakarta.

    Selesainya skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan dan bimbingan orang-orang di sekitar penulis. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan

     penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Kedua orang tua penulis yaitu bapak Endang Adi dan mama Nani Parida serta

    kedua adik penulis Dewi Puspita dan Riki Junaedi yang dengan penuh kasih

    sayang, perhatian, dan pengorbanannya telah berdoa, membantu, memberi

    semangat dan membimbing penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

    Tanpa adanya doa, bimbingan dan dukungan dari mereka, penulis tidak akan

    mampu menyelesaikan semua ini,

    2. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi, Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si,

    Pembantu Dekan I, beserta seluruh jajaran dekanat lainnya, yang Insya Allah

    tiada henti berusaha menciptakan lulusan-lulusan Fakultas Psikologi yangsemakin baik dan berkualitas.

    3. Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi selaku dosen pembimbing skripsi I dan Yufi

    Adriani, M.Psi selaku dosen pembimbing II atas bimbingan, dorongan, serta

    kesediaan meluangkan waktunya kepada penulis sehingga penulis terdorong

    dan termotivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan cepat,

    4. Ikhwan Luthfi, M.Psi, sebagai penguji I, Liany Luzvinda, M.Si selaku dosen

     pembimbing akademik, atas kesabarannya dalam membimbing penulis selama

    kuliah sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

    5. Para dosen dan staf UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak membantu

    sehingga mempermudah jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    Khususnya bagi para dosen, terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan

    selama penulis menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah, sehingga

    mempermudah mendapatkan materi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

    skripsi ini,

    6. Eneng Renapatria Apriane, S.Ikom yang telah sabar menemani dan mendengar 

    keluhan, amarah, memberikan dorongan dan motivasi, serta mengajarkan

     banyak hal kepada penulis, sejak pertama kali skripsi ini dibuat sehingga

     penulis mendapatkan banyak pengetahuan baru terkait dengan penelitian yang

     penulis lakukan,

    7. Para responden yang telah meluangkan waktunya kepada penulis untuk 

    membagi pengalamannya dan juga mengisi kuesioner yang penulis berikan.

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    11/244

    xi

    Tanpa bantuan dari kalian, penulis tidak akan bisa menyelesaikan penelitian ini

    dengan baik dan lancar,

    8. Kepada sahabat penulis Winda Febrina, S.Psi, Nurma Pradipta AMKep, DithaAnafthia Naftha, SE, Adi Putranto SE, Anbiya Ayu S.Ikom, Dwiriane

    Ismawati, S.Psi Firanti Handayani S.Psi, Amirul Mukminin, S.Psi. Ardina

    Sirait S.Psi atas bantuan, nasihat, dan kerjasamanya sehingga penulis dapat

    mencari data penelitian dengan mudah serta bantuan-bantuan lain yang

    mempermudah penulis menyelesaikan skripsi ini,

    Penulis sadar, terdapat banyak keterbatasan dalam menyelesaikan skripsi ini,

    antara lain keterbatasan waktu, biaya, dan fisik penulis. Oleh sebab itu, penulis sadar 

     bahwa skripsi ini masih jauh untuk dikatakan sempurna. Penulis berharap skripsi ini

    dapat bermanfaat dan digunakan dengan sebagaimana mestinya bagi orang lain, dan

    khususnya bagi penulis sendiri. Semoga skripsi ini dapat memberikan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih baik. Oleh karena itu,

    saran dan kritik yang membangun, penulis harapkan untuk menambah kesempurnaan

    dari skripsi ini.

    Jakarta, 7 Februari 2011

    Penulis

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    12/244

    xii

    DAFTAR ISI

    Cover ........................................................................................................... i

    Lembar Persetujuan..................................................................................... ii

    Lembar Pengesahan Sidang ........................................................................ iii

    Pernyataan ................................................................................................... iv

    Motto ........................................................................................................... v

    Abstrak ........................................................................................................ vi

    Abstrack ...................................................................................................... viii

    Kata Pengantar ............................................................................................ x

    Daftar Isi...................................................................................................... xii

    Daftar Tabel ................................................................................................ xv

    Daftar Lampiran .......................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 11.1 Latar Belakang Masalah........................................................... 1

    1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................... 10

    1.2.1 Pembatasan Masalah....................................................... 10

    1.2.2 Perumusan Masalah ........................................................ 11

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 11

    1.3.1 Tujuan Penelitian ............................................................ 11

    1.3.2 Manfaat Penelitian .......................................................... 121.4 Sistematika Penulisan................................................................ 13

    BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 152.1 Stres .......................................................................................... 15

    2.1.1 Definisi Stres .................................................................. 15

    2.1.2 Sumber-Sumber Stres ..................................................... 16

    2.1.3 Reaksi Umum Pada Stres................................................ 17

    2.1.3.1 Reaksi Psikologis Pada Stres .............................. 17

    2.1.3.2 Reaksi Fisik Pada Stres dan Kesehatan .............. 18

    2.1.4 Situasi yang Berpotensi Menyebabkan Stres ................. 19

    2.1.5 Langkah Penyesuaian Diri Terhadap Stres..................... 202.1.6 Stres dan Dukungan Sosial ............................................. 21

    2.2 Coping Stres ............................................................................. 22

    2.2.1 Definisi Coping Stres...................................................... 22

    2.2.2 Jenis Coping.................................................................... 23

    2.2.3 Strategi Coping ............................................................... 24

    2.3 Coping Stres (Psikologi Positif) ............................................ 25

    2.3.1 Menceritakan dan Menuliskan Masalah ......................... 25

    2.3.2 Menemukan Hikmah dari Masalah................................. 27

    2.3.3 Mengambil Respon yang Positif Ketika Kehilangan...... 28

    2.3.4 Mencari Kebermaknaan Hidup....................................... 29

    2.3.5 Humor ............................................................................. 31

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    13/244

    xiii

    2.3.6 Melakukan Meditasi ....................................................... 35

    2.3.7 Mendekatkan Diri Kepada Tuhan (Kerohanian) ............ 41

    2.4 Dukungan Sosial ....................................................................... 422.4.1 Pengertian Dukungan Sosial ........................................... 42

    2.4.2 Jenis-Jenis Dukungan Sosial ........................................... 43

    2.4.3 Aspek Dukungan Sosial .................................................. 44

    2.5 Homoseksual ............................................................................. 45

    2.5.1 Pengertian Homoseksual ................................................. 45

    2.5.2 Jenis Homoseksual .......................................................... 47

    2.5.3 Penyebab Individu Menjadi Homoseksual...................... 48

    2.5.4 Identitas dan Perilaku Homoseksual ............................... 49

    2.5.5 Ekspresi Homoseksual Laki-Laki (Gay) ......................... 50

    2.5.6 Perilaku Seks Homoseksual Laki-Laki (Gay)................. 50

    2.6 Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Akhir....................... 512.6.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik (Jasmani) pada Remaja

    Akhir ............................................................................... 51

    2.6.2 Pertumbuhan Kelenjar-Kelenjar Seks dan Perkembangan Seksual

     pada Remaja Akhir ......................................................... 53

    2.6.3 Pertumbuhan Otak dan Perkembangan Kemampuan Fikir pada

    Remaja Akhir.................................................................. 54

    2.6.4 Perkembangan Sikap, Perasaan, Emosi pada Remaja

    Akhir ............................................................................... 54

    2.6.5 Perkembangan Minat/Cita-Cita pada Remaja Akhir....... 55

    2.6.6 Perkembangan Pribadi, Sosial, dan Moral pada Remaja

    Akhir ............................................................................... 56

    2.7 Beberapa Panelitian yang Terkait ............................................. 58

    2.8 Kerangka Berikir ....................................................................... 62

    2.9 Hipotesis.................................................................................... 66

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 69

    3.1 Jenis Penelitian ...................................................................... 69

    3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian............................... 70

    3.1.1.1 Pendekatan Penelitian .................................... 70

    3.1.1.2 Metode Penelitian .......................................... 70

    3.1.2 Variabel-Variabel Penelitian......................................... 713.1.3 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ............ 71

    3.1.3.1 Definisi Konseptual........................................ 72

    3.1.3.2 Definisi Operasional ...................................... 72

    3.2 Subjek Penelitian ................................................................... 75

    3.2.1 Populasi dan Sampel .................................................... 75

    3.2.1.1 Populasi .......................................................... 75

    3.2.1.2 Sampel ............................................................ 75

    3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel........................................ 76

    3.2.3 Karakteristik Sampel .................................................... 77

    3.3 Teknik Pengumpulan Data..................................................... 77

    3.3.1 Instrumen Data Kuantitatif ........................................... 78

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    14/244

    xiv

    3.4 Teknik Analisis Data Statistik ................................................ 84

    3.4.1 Teknik Uji Instrumen.................................................... 86

    3.4.1.1 Teknik Uji Validitas ......................................... 863.4.1.2 Teknik Uji Reliabilitas ..................................... 87

    3.5 Prosedur Penelitian ................................................................. 88

    3.5.1 Tahap Persiapan............................................................ 88

    3.5.2 Tahap Pelaksanaan........................................................ 89

    3.5.3 Tahap Pengolahan Data ................................................ 89

    BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................ 90

    4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian...................................... 90

    4.2 Analisis Deskriptif ................................................................. 92

    4.2.1 Kategorisasi Skor Coping Stres.................................... 93

    4.2.2 Kategorisasi Skor Dukungan Sosial ............................. 954.3 Uji Instrumen Penelitian ........................................................ 97

    4.3.1 Uji Validitas Item ......................................................... 97

    4.3.2 Uji Reliabilitas Data ..................................................... 105

    4.4 Hasil Analisis Data Penelitian ............................................... 106

    4.4.1 Analisis Hipotesis Mayor ............................................. 107

    4.4.2 Analisis Hipotesis Minor.............................................. 108

    4.4.2.1 Analisis Korelasional ..................................... 108

    4.4.2.2 Analisis Regresi.............................................. 118

    BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN................................. 1485.1 Kesimpulan ............................................................................ 148

    5.2 Diskusi ................................................................................... 148

    5.3 Saran ...................................................................................... 152

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR LAMPIRAN

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    15/244

    xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Bobot Nilai Skala........................................................................ 79

    Tabel 3.2 Blue Print Skala Dukungan Sosial.............................................. 80

    Tabel 3.3 Blue Print Skala Coping Stres..................................................... 82

    Tabel 4.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Usia............................................... 90

    Tabel 4.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Lama Berada dalam Komunitas ... 91

    Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Menjalin

    Hubungan Sesama Pria............................................................... 91

    Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Jumlah Hubungan Sesama Pria........... 92

    Tabel 4.5 Descriptive Statistics................................................................... 93

    Tabel 4.6 Descriptive Statistics................................................................... 94

    Tabel 4.7 Distribusi Skor Coping Stres ...................................................... 94

    Tabel 4.8 Distribusi Skor Klasifikasi Coping Stres .................................... 95

    Tabel 4.9 Descriptive Statistics................................................................... 96

    Tabel 4.10 Distribusi Skor Dukungan Sosial.............................................. 96

    Tabel 4.11 Distribusi Skor Klasifikasi Dukungan Sosial ........................... 97

    Tabel 4.12 Hasil Uji Instrument yang Valid Skala Dukungan Sosial......... 98

    Tabel 4.13 Distribusi Penyebaran Item Valid Skala Dukungan Sosial....... 99

    Tabel 4.14 Hasil Uji Instrument yang Valid Skala Coping Stres ............... 101

    Tabel 4.15 Distribusi Penyebaran Item Valid Skala Coping Stres ............. 103

    Tabel 4.16 Correlations............................................................................... 107Tabel 4.17 Model Summary b ...................................................................... 107

    Tabel 4.18 Coefficientsa .............................................................................. 107

    Tabel 4.19 Matrix Korelasi ......................................................................... 108

    Tabel 4.20 Coefficientsa .............................................................................. 118

    Tabel 4.21 Model Summary b ...................................................................... 118

    Tabel 4.22 Model Summary b ...................................................................... 119

    Tabel 4.23 Model Summary b ...................................................................... 120

    Tabel 4.24 Model Summary b ...................................................................... 120

    Tabel 4.25 Model Summary b ...................................................................... 121

    Tabel 4.26 Ringkasan variabel X1,X2,X3,X4 mempengaruhi Y1................. 121

    Tabel 4.27 Coefficientsa

    .............................................................................. 122Tabel 4.28 Model Summary b ...................................................................... 123

    Tabel 4.29 Model Summary b ...................................................................... 124

    Tabel 4.30 Model Summary b ...................................................................... 124

    Tabel 4.31 Model Summary b ...................................................................... 125

    Tabel 4.32 Model Summary b ...................................................................... 125

    Tabel 4.33 Ringkasan variabel X1,X2,X3,X4 mempengaruhi Y2................. 126

    Tabel 4.34 Coefficientsa .............................................................................. 127

    Tabel 4.35 Model Summary b ...................................................................... 127

    Tabel 4.36 Model Summary b ...................................................................... 128

    Tabel 4.37 Model Summary b ...................................................................... 129

    Tabel 4.38 Model Summary b ...................................................................... 129

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    16/244

    xvi

    Tabel 4.39 Model Summary b ...................................................................... 130

    Tabel 4.40 Ringkasan variabel X1,X2,X3,X4 mempengaruhi Y3................. 130

    Tabel 4.41 Coefficientsa

    .............................................................................. 131Tabel 4.42 Model Summary b ...................................................................... 132

    Tabel 4.43 Model Summary........................................................................ 133

    Tabel 4.44 Model Summary........................................................................ 133

    Tabel 4.45 Model Summary........................................................................ 134

    Tabel 4.46 Model Summary........................................................................ 134

    Tabel 4.47 Ringkasan variabel X1,X2,X3,X4 mempengaruhi Y4................. 135

    Tabel 4.48 Coefficientsa .............................................................................. 136

    Tabel 4.49 Model Summary b ...................................................................... 136

    Tabel 4.50 Model Summary........................................................................ 137

    Tabel 4.51 Model Summary........................................................................ 137

    Tabel 4.52 Model Summary........................................................................ 138Tabel 4.53 Model Summary........................................................................ 138

    Tabel 4.54 Ringkasan variabel X1,X2,X3,X4 mempengaruhi Y5................. 139

    Tabel 4.55 Coefficientsa .............................................................................. 140

    Tabel 4.56 Model Summary b ...................................................................... 140

    Tabel 4.57 Model Summary........................................................................ 141

    Tabel 4.58 Model Summary........................................................................ 141

    Tabel 4.59 Model Summary........................................................................ 142

    Tabel 4.60 Model Summary........................................................................ 142

    Tabel 4.61 Ringkasan variabel X1,X2,X3,X4 mempengaruhi Y6................. 143

    Tabel 4.62 Coefficientsa .............................................................................. 144

    Tabel 4.63 Model Summary b ...................................................................... 144

    Tabel 4.64 Model Summary........................................................................ 145

    Tabel 4.65 Model Summary........................................................................ 145

    Tabel 4.66 Model Summary........................................................................ 146

    Tabel 4.67 Model Summary........................................................................ 146

    Tabel 4.68 Ringkasan variabel X1,X2,X3,X4 mempengaruhi Y7................. 147

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    17/244

    xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Data Kuesioner 

    Lampiran 2 Data SPSS

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    18/244

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Bab ini terdiri dari empat subbab. Subbab pertama membahas latar belakang

    masalah. Subbab kedua membahas tentang pembatasan dan perumusan masalah.

    Subbab ketiga membahas tentang tujuan dan manfaat penelitian. Dan Subbab

    Terakhir, subbab keempat membahas mengenai sistematika penulisan.

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa berikut dengan kelebihan dan

    kekurangannya. Untuk itu manusia membutuhkan manusia lain untuk saling mengisi

    masing-masing kekurangannya. Hal ini masih terkait dengan kehidupan sebagai

    karunia dari Tuhan bagi manusia yang wajib disyukurinya. Kewajiban bagi manusia

    untuk mengisi kehidupan tersebut setiap harinya dengan meningkatkan kualitas diri

    agar bertambah baik dari hari ke hari.

    Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang diberikan Tuhan, sebagai seorang

    umat manusia sudah seharusnya dapat menyikapinya dengan bijak sehingga antara

    kelebihan dan kekurangan menjadi seimbang. Dalam hal menyikapi ini, kebanyakan

    manusia tidak dapat menyeimbangkan keadaan dirinya. Mereka lebih cenderung

    menonjolkan kelebihan dan menutupi kekurangan. Padahal kekurangan yang dimiliki

    dapat disikapi dengan hal yang lebih positif.

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    19/244

    2

    Pada penelitian ini akan dibahas masalah homoseksualitas. Yang juga secara

    tradisional, psikologi cenderung mengabaikan masyarakat lesbian dan gay, atau

    menganggap mereka sebagai orang abnormal. Bahkan, sampai tahun 1974,

     Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder   (sistem untuk menjelaskan

    dan mendiagnosa gangguan mental) memasukkan homoseksualitas sebagai gangguan

    mental (Matt Jarvis, 2009: 200). Homoseksual menurut kamus psikologi adalah daya

    tarik terhadap individu dari jenis kelamin yang sama; psikoanalisis menerapkan

    istilah  homosexual neuroses  kepada sekelompok cacat, yang dipandang oleh mereka

    itu sebagai berasal dari kecenderungan-kecenderungan seksual yang ditekan (Henry

    Sitanggang, 1994: 184). Sehingga dari fenomena ini sangat dimungkinkan seorang

    homoseksual akan menyembunyikan identitas dirinya sebagai homoseksual

    dikarenakan opini masyarakat yang masih menganggap mereka sebagai kaum

    abnormal yang patut diabaikan.

    Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pola pikir dari

    masyarakat tentang homoseksual pun berubah, sebagian masyarakat tidak lagi

    memandang homoseksual sebagai sesuatu yang abnormal, tentu saja perubahan sikap

    yang terjadi dewasa ini membangun wacana baru tentang homoseksualitas, sehingga

     banyak pula penelitian-penelitian seputar penjelasan   mengapa   ada orang tertentu

    menjadi homoseks. Keadaan ini tetap mengidentifikasikan bahwa homoseksual

    masih perlu diperjelas alasannya.

    Homoseksual itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu  gay  dan  lesbian. Gay  diartikan

    sebagai laki-laki yang homoseksual dan   lesbian   adalah wanita yang homoseksual

    (Henry Sitanggang, 1994: 236). Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah kaum

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    20/244

    3

    homoseksual jenis   gay. Mengingat kemudahan peneliti dalam hal pengambilan

    sampel penelitian.

    Dari berbagai stigma dan dukungan masyarakat tentang homoseksual khususnya

    gay baik itu stigma dan dukungan positif maupun stigma dan dukungan negatif 

    memunculkan berbagai sikap dan perilaku dari kaum homoseksual gay itu sendiri.

    Sikap dan perilaku yang dimunculkan oleh kaum gay pun beraneka ragam, seperti

    yang diberitakan dalam sebuah website berita kompas. Sabtu, 7 Maret 2009 di

    Sydney, Australia, pada saat itu sedikitnya 300.000 orang berikut 130 kendaraan

    hias berkeliling memadati jalan Oxford Street, mereka berkumpul, dan melakukan

     parade untuk merayakan Mardi Gras, yaitu perayaan tahunan untuk homoseksual dan

    lesbian. Karena sudah sejak setahun dari perayaan ini pemerintahaan Australia

    melegalisasikan peraturan kesetaraan antara pasangan homoseksual, termasuk 

    lesbian dan heteroseksual. Tema yang diambil dalam parade ini bertajuk Nation

    United yang dimana tema ini diambil untuk menghormati kaum homoseksual

    diseluruh dunia. Khususnya bagi kaum homoseksual yang masih tinggal di negara-

    negara yang belum memperkenankan kaum homoseksual hidup secara terbuka.

    (http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/03/07/2124527/australia.peringati.m

    ardi.gras).

    Dari berita tersebut tergambar bahwa masyarakat homoseksual khususnya di

    Australia dapat dengan mudah menunjukkan jati diri mereka sebagai seorang

    homoseksual tanpa merasa takut atau malu karena status mereka sebagai seorang

    homoseksual, sehingga sikap dan perilaku mereka sebagai seorang homoseksual

    lebih terbuka pada masyarakat sekitarnya. Faktor penyebab lainnya yang dapat

    http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/03/07/2124527/australia.peringati.mardi.grashttp://internasional.kompas.com/read/xml/2009/03/07/2124527/australia.peringati.mardi.grashttp://internasional.kompas.com/read/xml/2009/03/07/2124527/australia.peringati.mardi.grashttp://internasional.kompas.com/read/xml/2009/03/07/2124527/australia.peringati.mardi.gras

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    21/244

    4

    memunculkan sikap dan perilaku terbuka dari homoseksual diantaranya adalah

     bahwa kaum homoseks memang lebih liberal, tidak cepat merasa bersalah dalam

     perilaku seksual mereka, (Crowden & Koch dalam Sarlito, 2002: 187), mereka pun

    lebih berperilaku saling menolong, (Salais & Fischer dalam Sarlito, 2002: 187), dan

    dibeberapa kalangan memang makin banyak pendapat yang mengatakan bahwa

    homoseksual tidak dapat dinilai melanggar etika atau moral, (Murphy dalam Sarlito,

    2002: 187).

     Namun, tidak semua stigma dan dukungan yang positif dapat memunculkan sikap

    dan perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sekitar kaum homoseksual tersebut.

    Misalnya keinginan lingkungan sekitar mereka yang menginginkan mereka untuk 

    kembali hidup sebagai seorang heteroseksual. Dan jika dukungan positif telah

    diberikan namun kaum homoseksual tersebut tidak dapat melakukan apa yang

    diharapkan lingkungan sekitarnya hal ini mungkin disebabkan karena mereka ingin

    kembali tetap wajar, dapat meneruskan keturunan, tapi mereka tidak mampu, karena

    sudah terlalu jauh tenggelam dalam komplikasi yang dihadapinya (Zakiah Darajat,

    2001: 47).

    Selain stigma dan dukungan yang positif, stigma dan dukungan yang negatif pun

    memberikan efek yang berbeda, seperti yang terjadi di Indonesia saat ini, berbagai

     pertentangan muncul untuk kaum homoseksual. Salah satu bentuk pertentangan

    tersebut tergambar dalam sebuah berita yang baru-baru ini terjadi yang diambil dari

    akses website berita di Jawa Timur   http://m.berita jatim.com. Yaitu, belasan jamaah

    Front Pembela Islam berkumpul di loby Hotel Oval, para jemaah ini beniat mengusir 

     para peserta gay dan lesbian dalam kongres ILGA (International, Lesbian, Gay,

    http://m.berita/http://m.berita/

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    22/244

    5

    Biseksual, Transgender and Interseks Association) yang diadakan di Hotel Oval

    tersebut. Kongres ILGA ini adalah acara rutin yang dilakukan sejak tahun 2002,

    untuk tahun ganjil digelar konfrensi tingkat dunia, dan untuk tahun genap dilakukan

    konferensi regional seperti yang digelar di jawa timur tersebut. Dalam kesempatan

    itu baik dari pihak ILGA maupu FPI belum menemukan titik temu dan masih

    melakukan perundingan.

    Dari berita tersebut tergambar jelas secara umum bahwa masyarakat di

    Indonesia kurang mendukung atau bahkan menentang keberadaan kaum

    homoseksual. Namun akibat dari pertentangan-pertentangan yang terjadi tidak lantas

    membuat kaum homoseksual tersebut menjadi sadar akan penyimpangan seksual

    yang ada pada diri mereka. Berdasarkan hasil observasi langsung yang di lakukan

    oleh peneliti, banyak diantara mereka yang bersikap acuh bahkan dengan sadar 

    menunjukkan pada masyarakat bahwa mereka adalah seorang homoseks, meskipun

    ada pula yang menjadi takut atau bahkan membenci pihak-pihak yang menentang

    keberadaan mereka. Keanekaragaman sikap homoseksual dalam menunjukkan jati

    dirinya tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang salah satunya adalah faktor 

     pengaruh dukungan sosial. Lingkungan sosial dapat membentuk perilaku dan sikap

    yang diharapkan dalam suatu lingkungan budaya. Maka dari itu pemberian dukungan

    yang tepat dan bermakna diharapkan dapat memberikan efek yang positif dan efek 

    yang diharapkan dari homoseksual tersebut.

    Selain itu dukungan dari lingkungan sosial juga dapat mengurangi hambatan-

    hambatan yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan hidup yang ada dalam rentang

    kehidupan kaum gay, namun kebutuhan-kebutuhan tidak selalu dapat terpenuhi

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    23/244

    6

    dengan lancar. Sehingga seringkali terjadi hambatan dalam pemuasan suatu

    kebutuhan, motif dan keinginan. Keadaan terhambat dalam mencapai tujuan

    dinamakan frustrasi. Keadaan frustrasi yang berlangsung terlalu lama dan tidak dapat

    diatasi oleh seseorang akan menimbulkan stres. Stres adalah suatu keadaan di mana

     beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi

     beban itu. Seseorang melakukan bermacam-macam cara penyesuaian diri (Coping)

    untuk mengatasi berbagai macam stres. Setiap manusia mempunyai cara-cara

     penyesuaian diri yang khusus, tergantung dari kemampuan-kemampuan yang

    dimiliki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan, dan bagaimana ia dapat

    mengembangkan dirinya (Suprapti, 2003: 35-36).

    Pentingnya perlakuan lingkungan sosial bagi daya tahan manusia terhadap

    stress juga tergambar dalam eksperimen yang dilakukan oleh Bernstein (Suprapti,

    2003: 42) pada sekelompok tikus yang diperlakukan secara berbeda. Ada

    sekelompok tikus yang sering dibelai (extra handling group/ EH), ada kelompok 

    tikus yang tidak dibelai sama sekali (non-handling/NH), dan ada yang jarang dibelai

    (IH). Dalam   maze learning, ternyata tikus pada kelompok EH persentase

    keberhasilannya lebih tinggi dan daya tahan tikus EH lebih besar daripada kelompok 

    lainnya. Dari eksperimen tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa cara lingkungan

    sosial memperlakukan individu dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan dan

    daya tahan individu terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini

     perlakuan dan dukungan yang baik dari lingkungan sosial diharapkan dapat

    mengurangi stres yang terjadi sepanjang rentang kehidupan individu homoseksual,

     juga dapat membuat individu homoseksual tersebut lebih berkembang dan

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    24/244

    7

     berperilaku sesuai dengan harapan lingkungannya. Salah satunya adalah kembali ke

    dalam status heteroseksual yang sudah dikodratkan kepada mereka sejak mereka

    diciptakan, sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-

     Nahl ayat 72:

    ُكِجاَ  ُكَ َل ِنيال  لَ َكَ  ُفُسكَ ُاا

       لا ِِ َنوِلاْاََِ تا طلا  ُكَ ًةَف

    َنوُفْك

    Artinya :

    ”Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan

    bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki

    dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan

    mengingkari nikmat Allah?".

    Dan juga dalam firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 21:

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    25/244

    8

    ُكسُف

    َ

     

    ُكَ

     

    َ

    ْنَ

     

    ا

    آ

     

    َل

    ا

    َِ

     

    وا

    ُك

    ا

    ا

    َ

     

    َنو كَفٍمَق تاآل كَذ ينِ ًة ًة ُك

    Artinya :

    ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-

    isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,

    dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang

    demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

    Dari dua firman Allah tersebut jelas sekali homoseksual merupakan dosa besar 

    dalam Islam karena bertentangan dengan norma agama, norma susila dan juga

    menyalahi fitrah manusia. Allah menjadikan manusia terdiri dari pria dan wanita

    agar dapat berpasang-pasangan sebagai suami istri untuk mendapatkan keturunan

    yang sah dan untuk memperoleh ketenangan serta kasih sayang. Seluruh umat Islam

    sepakat bahwa homoseksual termasuk dosa besar. Karena perbuatan yang

    diharamkan inilah Allah kemudian memusnahkan kaum nabi Luth A.S dengan cara

    yang sangat mengerikan. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

    من وجدتموه یعمل عمل قوم لوط ف قتلو لف عل و لمفعول بھ

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    26/244

    9

    Artinya:

    “Barangsiapa kamu temui melakukan perbuatan kaum Luth (Homoseksual),

    maka bunuhlah al-fail dan al-maf’ul bi (kedua-duanya)”.

    Dari sabda rasulullah di atas ancaman hukuman terhadap pelaku homoseksual

     jauh lebih berat dibandingkan dengan hukuman bagi pelaku pezina. Di dalam

     perzinahan, hukuman dibagi menjadi dua yaitu bagi yang sudah menikah dihukum

    rajam, sedangkan bagi yang belum menikah dicambuk 100 kali dan diasingkan

    selama satu tahun. Adapun dalam praktek homoseksual tidak ada pembagian

    tersebut. Asalkan sudah dewasa dan berakal (bukan gila) maka hukumannya sama

    saja atau tidak ada perbedaan hukuman bagi yang sudah menikah atau yang belum

    menikah (http://kozam.wordpress.com/).

    Karena hal di atas, sebagai masyarakat yang baik sudah seharusnya kita

    merangkul kaum homoseksual agar tidak terjerumus dalam dosa besar, memberikan

    dukungan yang sesuai agar mereka kembali ke jalan yang sudah dikodratkan kepada

    mereka, bukan dengan cara menghujat namun dengan cara bersahabat agar terjalin

    kesadaran tanpa rasa takut ataupun cemas.

     Namun apakah setiap dukungan yang positif akan menimbulkan cara

     penyesuaian diri terhadap stres (Coping) yang baik, mengingat seperti yang

    disebutkan sebelumnya berdasarkan fakta yang terdapat dikehidupan sehari-hari di

    Indonesia khususnya bahwa tidak semua dukungan yang positif akan menimbulkan

    sikap dan perilaku yang baik serta tidak semua dukungan negatif dapat menimbulkan

    sikap dan perilaku yang negatif pula. Sikap dan perilaku di sini termasuk pula sikap

    dan perilaku penyesuaian diri terhadap stres (Coping).

    http://kozam.wordpress.com/http://kozam.wordpress.com/

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    27/244

    10

    Maka dari itu dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melihat sejauh mana

    hubungan antara dukungan sosial terhadap coping stres (usaha individu untuk 

    menghadapi sumber-sumber stres dan dikhususkan kepada   problem focus coping

     yaitu positif coping) pada homoseksual. Di mana penelitian ini juga dibuat

    mengingat banyaknya fenomena-fenomena khususnya fenomena kriminalitas yang

    dilakukan oleh kaum homoseksual di Indonesia yang mungkin disebabkan oleh

    tingkat stres yang tinggi dan dukungan sosial yang tidak tepat sasaran. Dan juga dari

    observasi awal yang dilakukan peneliti, sebagian homoseksual yang ditemui banyak 

    diantaranya yang tidak percaya diri, rendah diri, bahkan ada yang sering melakukan

     percobaan bunuh diri dikarenakan tuntutan lingkungan dalam hidup mereka yang

    tidak dapat terpenuhi dan pada akhirnya mempengaruhi sikap dan perbuatan mereka

    di tengah-tengah masyarakat. Dan melalui fenomena–fenomena tersebut penelitian

    ini diberi judul   “HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING

    STRES HOMOSEKSUAL DI JAKARTA”

    1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1.2.1 Pembatasan Masalah

    Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti memberikan batasan-batasan

    dalam membahas masalah penelitian, pembatasan masalah itu adalah sebagai berikut:

    1. Pria homoseksual yang dimaksud di sini adalah pria homoseksual yang

     berdomisili di Jakarta, dalam rentang usia remaja akhir yaitu berusia sekitar 18-22

    tahun, dan pernah menjalin hubungan dengan sesama pria.

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    28/244

    11

    2. Coping stres yang dimaksud adalah usaha individu antara aksi reaksi dengan intra

    fisik untuk menghadapi sumber-sumber stres dan atau reaksi kontrol individu

    terhadap sumber stres. Coping stres disini coping stress dalam psikologi positif 

    yang kemudian dibagi menjadi tujuh bagian yaitu menceritakan dan menuliskan

    masalah, menemukan hikmah dari masalah, mengambil respon yang positif ketika

    kehilangan, mencari kebermaknaan hidup, humor, melakukan meditasi, dan

    mendekatkan diri kepada tuhan (kerohanian).

    3. Dukung sosial yang dimaksud adalah informasi atau nasehat verbal dan non

    verbal yang diberikan oleh suatu jaringan sosial tersebut dan mempunyai manfaat

     perilaku bagi penerima. Yang kemudian dukungan sosial tersebut dibagi menjadi

    empat yaitu, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

    instrumental, dan dukungan informatif.

    1.2.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka perumusan

    masalah dalam penelitian ini adalah:

    Apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial yang terdiri

    dari dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dan

    dukungan informatif dengan coping stres yang terdiri dari menceritakan dan

    menuliskan masalah, menemukan hikmah dari masalah, mengambil respon positif 

    ketika kehilangan, mencari kebermaknaan hidup, humor, meditasi, dan kerohanian

     pada homoseksual di Jakarta?

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    29/244

    12

    1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1.3.1 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang hubungan

    antara dukungan sosial yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan

    instrumental, dukungan penghargaan, dan dukungan informatif dengan coping stres

    yang terdiri dari menceritakan dan menuliskan masalah, menemukan hikmah dari

    masalah, mengambil respon positif ketika kehilangan, mencari kebermaknaan hidup,

    humor, meditasi, dan kerohanian pada homoseksual di Jakarta.

    1.3.2 Manfaat Penelitian

    Ada beberapa yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain meliputi :

    A. Manfaat Teoritis

    Dapat memberikan kontribusi untuk berkembangnya ilmu pengetahuan,

    khususnya bidang ilmu psikologi klinis dan psikologi sosial.

    B. Manfaat Praktis

    1. Bagi kaum homoseksual, sebagai bahan informasi agar dapat memotivasi diri

    mereka sehingga dapat mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik dan

    menjadi seseorang yang dapat diandalkan bagi lingkungan sosial dan diri sendiri.

    2. Bagi orang tua, mengingat pentingnya dukungan sosial dan arahan yang positif,

    maka diharapkan pihak keluarga khususnya orang tua dapat memilih jenis-jenis

    dukungan yang paling dibutuhkan oleh anaknya serta tetap mendukung anaknya

    sehingga dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan ke arah yang

    lebih positif.

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    30/244

    13

    3. Bagi para pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan tentang

     pentingnya dukungan sosial bagi para homoseksual untuk mengembangkan

     potensi mereka secara maksimal.

    4.   Manfaat lainnya, untuk memberikan sumbangan yang bermanfaat di dalam

    dunia psikologi terutama sebagai bahan referensi penelitian-penelitian

    selanjutnya dan mendorong minat teman-teman lainnya yang berkecimpung di

     bidang psikologi untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan

    homoseksual, sehingga masih banyak hal yang dapat digali mengenai faktor-

    faktor yang dapat mempengaruhi homoseksual.

    1.4 Sistematika Penulisan

    BAB I PENDAHULUAN

    Dalam bab pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, pembatasan

    masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika

     penulisan.

    BAB II KAJIAN TEORI

    Dalam bab kajian teori ini memuat tentang stres yang meliputi definisi stres,

    sumber-sumber stres, reaksi umum pada stres, reaksi psikologis terhadap stres, reaksi

    fisik pada stres dan kesehatan, situasi yang berpotensi menyebabkan stres, langkah

     penyesuaian diri terhadap stres, stres dan dukungan sosial. Perilaku coping yang

    meliputi definisi coping, jenis coping, strategi coping. Coping dalam psikologi positif 

    meliputi menceritakan dan menuliskan masalah,menemukan hikmah dari masalah,

    mencari kebermaknaan hidup, humor, meditasi, mendekatkan diri kepada tuhan

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    31/244

    14

    (kerohanian). Dukungan sosial meliputi pengertian dukungan sosial, jenis-jenis

    dukungan sosial, sumber dukungan sosial. Homoseksual meliputi pengertian

    homoseksual, jenis homoseksual, penyebab individu menjadi homoseksual, identitas

    dan perilaku homoseksual, ekspresi homoseksual laki-laki (gay), perilaku

    homoseksual laki-laki (gay), pertumbuhan dan perkembangan remaja akhir yang

    meliputi pertumbuhan dan perkembangan fisik pada remaja akhir, pertumbuhan

    kelenjar-kelanjar seks dan perkembangan seksual pada remaja akhir, pertumbuhan

    otak dan perkembangan kemampuan pikir pada remaja akhir, perkembangan sikap,

     perasaan, emosi pada remaja akhir, perkembangan minat/cita-cita remaja akhir,

     perkembangan pribadi, sosial, dan moral remaja akhir, beberapa penelitian terkait,

    kerangka berfikir, dan hipotesis.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Dalam bab metodologi penelitian ini memuat jenis penelitian, pendekatan

     penelitian, metode penelitian, variable-variable penelitian, definisi konseptual

    variable, definisi operasional variable, subjek penelitian yang meliputi populasi dan

    sample, tehnik pengambilan sample, karakteristik sample, tehnik pengumpulan data,

    instrument data kuantitatif, tehnik analisis data statistik, tehnik uji instrument, tehnik 

    uji validitas, tehnik uji reliabilitas, prosedur penelitian yang meliputi tahap persiapan,

    tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data.

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    Dalam bab hasil penelitian ini memuat gambaran umum subyek penelitian,

    analisis deskriptif yang meliputi kategori skor dukungan sosial dan kategori skor 

    coping stress, uji instrument penelitian, uji validitas item, uji reliabilitas item, hasil

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    32/244

    15

    analisa data penelitian yang meliputi analisis hipotesis mayor dan analisis hipotesis

    minor.

    BAB V PENUTUP

    Dalam bab penutup ini memuat kesimpulan, diskusi, dan saran.

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    Bab ini terdiri dari sembilan subbab. Subbab pertama membahas tentang

    stres. Subbab kedua membahas tentang coping stres. Subbab ketiga membahas

    tentang coping stress dalam psikologi positif. Subbab keempat membahas tentang

    dukungan sosial. Subbab kelima membahas tentang homoseksual. Subbab keenam

    membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja akhir. Subbab tujuh

    membahas tentang penelitian-penelitian yang terkait. Subbab delapan membahas

    tentang kerangka berfikir. Terakhir, subbab sembilan adalah hipotesis.

    2.1 Stres

    2.1.1 Definisi Stres

    Menurut Baum, stres adalah pengalaman emosional yang negatif yang

    disertai dengan gejala biokimia, psikologis, kognitif, dan perubahan perilaku yang

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    33/244

    16

    dapat dilihat secara langsung diantara perubahan keadaan stres atau penyesuaian diri

    terhadap stres ke efek dari stres tersebut (Baum, dalam Taylor, 2003: 179).

    Cannon yang dikutip oleh Bart Smet (1994: 107) mendeskripsikan stres

    dengan suatu keadaan ketika organisme merasakan adanya ancaman, maka secara

    cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem saraf simpatetik dan

    endokrin. Respon fisiologis ini mendorong organisme untuk menyerang ancaman

    tadi atau melarikan diri.

    Sementara itu menurut Sarafino (dalam Bart Smet 1994: 112) stres adalah

    suatu kondisi disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan yang

    menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang beraal dari situasi dengan

    sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang.

    Jadi, dari beberapa pengertian tentang stres tersebut dapat disimpulkan bahwa

    stres adalah pengalaman emosional yang dirasakan individu saat adanya ancaman, di

    mana ancaman tersebut disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan

    sekitarnya.

    2.1.2 Sumber-Sumber Stres

    Menurut Sarafino (dalam Smet, 1994: 115-116) membedakan sumber-sumber 

    stres menjadi tiga sumber stres yaitu,

    1) Sumber stres dalam diri seseorang

    Terkadang sumber stres ada di dalam diri seseorang, salah satunya melalui

    kesakitan. Tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan

    umur individu (Sarafino, dalam Smet, 1994: 115). Stres juga akan muncul dalam

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    34/244

    17

    diri seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan, bila

    seseorang mengalami konflik. Konflik merupakan sumber stres yang utama.

    Menurut teori Kurt Lewin (dalam Smet, 1994: 115) kekuatan motivasional yang

    melawan menyebabkan dua hal yaitu, pertama, kecenderungan yang melawan

    dan yang kedua perdekatan dan penghindaran.

    2) Sumber-sumber stres di dalam keluarga

    Stres di sini dapat bersumber dari interaksi diantara para anggota keluarga

    seperti: perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh,

    tujuan yang saling berbeda, dll.

    3) Sumber-sumber stres di dalam komunitas dan lingkungan

    Interaksi subjek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres.

    Contohnya, pengalaman stres anak di sekolah dan di beberapa kejadian

    kompetitif seperti olah raga. Sedangkan beberapa pengalaman stres orang tua

     bersumber dari pekerjaan dan lingkungan yang stressful sifatnya.

    2.1.3 Reaksi Umum Pada Stres

    Ketika kita dalam keadaan stres, kita akan merasakan dan beraksi terhadap

    stres itu. Untuk mendapat keuntungan dari stres, kita harus mengerti dua hal penting

    yang menjadi penyebab stres (Lahey, 2007: 443-446):

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    35/244

    18

    1. Pertama, bereaksi terhadap stres seperti selayaknya. Reaksi pada stres ini

     biasanya disebabkan oleh reaksi psikologis dan reaksi fisiologis – bukan salah

    satu, namun keduanya.

    2. Kedua, reaksi psikologis dan reaksi tubuh kita terhadap stres sangatlah biasa,

     baik itu stres fisik ataupun stres psikologis.

    2.1.3.1 Reaksi Psikologis Terhadap Stres

    Stres diawali dari banyaknya perubahan pada aspek psikologis dan proses

     perubahan ini termasuk perubahan emosi, motifasi, dan kognisi. Dalam keadaan stres

    kita merasakan gabungan dari emosi yang buruk, depresi, kemarahan, iritabilatas

    (Cano & O’Leary, 2000, dalam Lahey, 2007: 444).

    2.1.3.2 Reaksi Fisik Pada Stres dan Kesehatan

    Meskipun semua orang mengetahui keadaan stres didapat dari emosi

    mereka, namun mereka masih saja terkejut dalam mempelajari penyebab stres yang

    dapat mempengaruhi fungsi fisik di dalam tubuh mereka. Untuk memahami akibat-

    akibat stres pada tubuh kita, pertama-tama kita mempelajari aspek umum pada tubuh

    ketika merespon keadaan stres.

    The General Adaptation Syndrome. Hans Selye yang pertama kali

    memberikan pemahaman kepada kita mengenai reaksi tubuh terhadap stres

     psikologis memiliki cara yang sama terhadap reaksi tubuh ketika terserang infeksi

    atau demam. Tubuh melakukan   general adaptation syndrome   (GAS) untuk 

    mempertahankan diri dari serangan stres. Tiga tahapan dalam GAS ini adalah,

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    36/244

    19

    1.   Alarm Reaction (Reaksi Alarm).

    Tubuh pertama kali merespon dengan reaksi ini terhadap beberapa gejala,

    termasuk gejala stres psikologis, yang kemudian dilanjutkan untuk dicari

     penyebabnya.

    2.   Resistence Stage (Tahap Resistensi)

    Selama tahap kedua pada GAS ini, tubuh telah benar-benar bekerja, dan tingkat

    resistensi terhadap stres telah tinggi (Segerstrom & Miller, 2004, dalam Lahey,

    2007: 445).

    3.   Exhaustion Stage

    Jika stres berlanjut, reaksi pada individu dapat berupa kelelahan, resistensi, dan

    infeksi menurun (Ray, 2004, dalam Lahey 2007: 445).

    2.1.4 Situasi Yang Berpotensi Menyebabkan Stres

    Berikut ini beberapa situasi yang berpotensi menyebabkan stres dalam diri

    individu (Taylor, 2003: 187-189):

    a. Situasi yang negatif.

    Situasi negatif banyak memengaruhi produksi stres daripada situasi yang positif.

    Banyak situasi yang berpotensi untuk mengakibatkan stres karena situasi

    tersebut membuat seseorang bekerja dan berfikir lebih keras.

     b. Situasi yang tidak terkontrol

    Situasi yang tidak dapat dikontrol atau tidak dapat diprediksi lebih banyak 

    menghasilkan stres dari pada situasi yang terkontrol atau terprediksi. Situasi

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    37/244

    20

    negatif seperti gangguan, keramaian, atau ketidaknyamanan membuat keadaan

    menjadi lebih stres, tapi penelitian mengenai stres tetap konsisten menunjukkan

     bahwa keadaan yang tidak terkontrol lebih membuat keadaan menjadi stres

    daripada keadaan yang terkontrol.

    c. Situasi yang ambigu

    Situasi ambigu lebih mengakibatkan keadaan stres daripada keadaan yang sudah

     jelas. Ketika keadaan menjadi ambigu, seseorang akan mengambil tindakan. Dia

    harus lebih mengeluarkan energinya untuk memahami penyebab stres yang ada

    di sekitarnya, di mana akan memakan waktu lebih banyak untuk melihat

     penyebabnya.

    d. Situasi yang melebihi batas

    Seseorang memiliki batas dalam hidupnya. Ketika keadaan melebihi batas, akan

    menybabkan stres bagi seseorang. Contohnya, salah satu penyebab dari stres

    dalam pekerjaan adalah pekerjaan yang terlalu menumpuk.

    2.1.5 Langkah Penyesuaian Diri Terhadap Stres

    Secara berturut turut, langkah yang dilakukan utuk penyesuaian diri terhadap

    stres adalah (Suprapti, 2008: 37):

    a) Menilai situasi stres, yaitu menggolongkan jenis stres (kategorisasi), dan

    memperkirakan bahaya yang berkaitan dengan stres itu.

     b) Merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan menentukan tindakan

    yang paling mungkin untuk dilakukan.

    c) Melaksanakan tindakan adalah langkah yang paling sukar untuk dilakukan.

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    38/244

    21

    d) Melihat feedback.

    Jika langkah-langkah pertama berhasil maka diteruskan, kalau tidak segera

    lakukan alternatif lain. Tindakan yang diambil orang yang mengalami stres

    kemungkinan hanya berfungsi untuk melindungi diri terhadap kemungkinan

    disorganisasi. Tindakan-tindakan ini merupakan tingkah laku yang sifatnya defensif.

    Reaksi defensi tidak diarahkan pada sumber stres sehingga menghabiskan energi

    secara tidak efisien. Reaksi defensif juga tidak objektif tetapi subjektif dan emosional

    (tidak rasional). Reaksi defensif terjadi secara otomatis atau tidak disadari (Suprapti,

    2008: 38).

    2.1.6 Stres dan Dukungan Sosial

    Banyak penelitian yang menunjukkan manfaat dukungan sosial, diantaranya

     penelitian (Cohen & Hebert, dalam Aliyah, 2008: 84) yang mengadakan riset tentang

    sistem kekebalan, riset ini menunjukkan bahwa hubungan pernikahan yang buruk 

    dan dukungan sosial yang rendah memiliki akibat terhadap kesehatan seseorang.

    Penelitian lain dilakukan oleh Kiecolt – Glaser (dalam Aliyah, 2008: 84)

    menunjukkan bahwa pasangan pernikahan muda (rata-rata 25 tahun) yang memiliki

    interaksi negatif atau permusuhan memiliki hubungan dengan bertambahnya tingkat

    norepinephrine, epinephrine, hormone   pertumbuhan, dan ACTH yang kesemuanya

     berfungsi pada sistem kekebalan tubuh, 24 jam setelah interaksi negatif.

    Menurut Thomas, (dalam Aliyah, 2008: 84), individu yang merasa mereka

    memiliki seseorang yang memberi keyakinan dan tempat berbagi pikiran dan

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    39/244

    22

     perasaan akan memiliki fungsi kekebalan yang lebih baik daripada yang tidak 

    memiliki.

    Dari hal di atas, tidak ada keraguan bahwa dukungan sosial mempengaruhi

    kesehatan. Banyak penelitian memusatkan pengaruh dukungan sosial pada stres

    sebagai variable penengah dalam perilaku kesehatan dan hasil kesehatan. Ada dua

    teori pokok yang diusulkan (Gottlieb, dalam Bart Smet, 1994: 137-139):

    a. Hipotesis Penyangga (Buffer Hypothesis)

    Menurut hipotesis ini, dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan

    melindungi orang itu dari efek negatif dari stres yang berat. Fungsi yang bersifat

    melindungi ini hanya atau terutama efektif kalau orang itu menjumpai stres yang

    kuat.

     b. Hipotesis Efek Langsung ( Direct Effect Hypothesis)

    Hipotesis ini berpendapat bahwa dukungan sosial itu bermanfaat bagi kesehatan

    dan kesejahteraan, tidak perduli banyaknya stres yang dialami orang-orang.

    Menurut hipotesis ini, efek dukungan sosial yang positif sebanding di bawah

    intensitas-intensitas stres tinggi dan rendah. Contohnya, orang-orang dalam

    dukungan sosial yang tinggi dapat memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi,

    yang membuat mereka tidak begitu mudah diserang stres.

    2.2 Coping Stres

    2.2.1 Definisi Coping Stres

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    40/244

    23

    Menurut Lazarus dan Olkman, dalam Taylor (2003: 219) mendefinisikan

    coping stres dengan:

    “the process of managing demands (eksternal or internal) that resources of the

     person.”

    Atau dapat diartikan sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk 

    mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan yang berasal dari

    individu maupun dari lingkungan) dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam

    menghadapi situasi stressful.

    Menurut Lazarus dan Launier, 1978 (dalam Taylor, 2003: 219)

    mendefinisikan coping stres sebagai:

    “coping consists off efforts, both action-oriented and intrapsychic, to manage

    (master, tolerate, reduce, minimize) environmental and internal demands and 

    conflicts among them”

    Yaitu bahwa coping mengacu kepada usaha antara aksi reaksi dengan intra

    fisik untuk memanage (konflik utama, toleransi terhadap konflik, melubur konflik,

    meminimalisir konflik) lingkungan dan tuntutan internal serta konflik diantara

    keduanya.

    Selain itu menurut (Lahey, 2007: 456) coping stres merupakan :

    “attempts by individual to deal with the source of stress and/or control their reaction

    to it”.

    Yaitu bahwa coping merupakan usaha individu untuk menghadapi sumber-

    sumber stres dan atau reaksi kontrol diri individu tersebut terhadap sumber stres.

    Jadi dapat disimpulkan coping stres adalah usaha individu antara aksi reaksi

    dengan intra fisik untuk menghadapi sumber-sumber stres dan atau reaksi kontrol

    individu terhadap sumber stres.

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    41/244

    24

    2.2.2 Jenis Coping

    Menurut Lazarus dkk (dalam Taylor 2003: 229) strategi coping dibagi

    menjadi dua tipe umum yaitu:

    1.   Emotional-focused coping,   yaitu digunakan untuk mengatur respon emotional

    terhadap stres. Pengaturan ini melalui perilaku individu bagaimana meniadakan

    fakta-fakta yang tidak menyenangkan melalui strategi kognitif. Dan bila individu

    tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, individu akan cenderung untuk 

    mengatur emosinya.

    2.   Problem-solving coping,   yaitu untuk mengurangi stresor, individu akan

    mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau keterampilan yang baru. Individu

    akan cenderung menggunakan strategi ini, bila dirinya yakin akan dapat

    mengubah situasi.

    2.2.3 Strategi Coping

    Berdasarkan penelitian-penelitian lanjutan yang dilakukan Lazarus dkk 

    (1986), kedua jenis coping yaitu  emotion – focused coping dan problem - solving

    coping, dibagi lagi menjadi delapan bagian strategi coping (Lazarus dkk, 1986 dalam

    Taylor, 2003: 230).

    Kedelapan strategi coping tersebut yaitu:

    1. Planful problem solving (problem focused coping)

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    42/244

    25

    Individu menganalisa situasi yang dihadapi hingga memperoleh cara-cara yang

    diperlukan untuk mengatasi masalah kemanusiaan melakukan tindakan nyata

    untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

    2. Controntatif coping (problem focused coping)

    Ciri dari tindakan ini adalah adanya tindakan asertif, yang pada akhitnya

    seringkali berubah menjadi tindakan agresif untuk merubah situasinya.

    3. Seeking social support (emotion or problem coping)

    Individu akan berusaha memperoleh informasi atau dukungan emosional dari

    orang lain.

    4. Distancing (emotion focused coping)

    Usaha individu untuk menghindar atau menjauhkan diri dari situasi stresful atau

    usaha dari sudut pandang yang positif.

    5. Escape-avoindance (emotion focused coping)

    Individu berharap agar permasalahan yang ada segera berakhir atau bertindak 

    secara nyata atau melarikan diri dari permasalahannya tersebut.

    6. Possitive repraisal (Emotion focused coping)

    Usaha individu untuk mencari sisi positif dari situasi, yang bertujuan untuk 

    mencapai pertumbuhan pribadi yang terkadang dikaitkan dengan hal-hal yang

     bersifat rohani (religi).

    7. Self control (emotion focused coping)

    Usaha seseorang untuk mengatur tindakan dan emosi yang berkaitan dengan

    situasi yang dihadapi.

    8. Accepting responsinillity (emotion focused coping)

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    43/244

    26

    Pengakuan masalah yang dibuat individu sehingga masalah-masalah itu terjadi.

    2.3 Coping Stres

    Ada beberapa bagian yang termasuk ke dalam coping stres dalam psikologi

     positif (C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659).

    2.3.1 Menceritakan dan Menuliskan Masalah

    Peristiwa traumatik sering mengisolasi kehidupan sosial. Tetapi dengan

     berbicara dengan orang lain (lisan atau tulisan) tentang pengalaman traumatis, secara

    otomatis akan membangun hubungan sosial yang lebih luas antara individu. Maka

    dari itu komunikasi menjadi hal yang penting di bidang kesehatan mental. Dukungan

    sosial telah dikaitkan dengan kesehatan mental dan fisik, sebagai bentuk pemulihan

    lebih cepat dari penyakit, walaupun dengan kemungkinan stres yang masih akan

    terjadi (Cf. Holahan et al, dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659).

    Pentingnya hubungan sosial karena dalam kelompok-kelompok sosial itu sendiri

    menawarkan tempat untuk tumbuh, melakukan eksperimen sosial, dan perubahan.

    Dalam studi ditemukan bahwa dukungan sosial adalah cara yang signifikan

    yang diberikan masyarakat untuk mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih

    sehat (Davison, Pennebaker, & Dickerson, dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez,

    2005: 573-659). Pengalaman traumatis, kegelisahan dan ketidakpastian individu

    dapat dikurangi melalui pertukaran interpersonal. Di sisi lain memiliki kepedulian

    yang sama memberikan suatu kekuatan agar dapat menjadi cermin bagi diri mereka

    sendiri, serta untuk berbagi pikiran dan perasaan atas kondisi yang dihadapi.

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    44/244

    27

    Selain itu dengan komunikasi yang baik dapat memfasilitasi hubungan dan

    ikatan sosial antara individu, sehingga memudahkan integrasi sosial. Seperti sisi

    mata uang, individu satu dengan yang lain harus saling memahami, harus ada yang

    menjadi pendengar dalam sebuah pembicaraan. Maka dari itu interaksi harus

    disinkronkan, namun meskipun demikian masih sering terdapat hambatan dalam

     berkomunikasi, ketidakmampuan untuk mengungkapkan masalah dengan orang lain

    menimbulkan masalah dalam berkomunikasi, mungkin karena takut tidak dipahami

    atau diterima oleh orang lain. Maka dari itu disinilah peran menuliskan masalah

    dapat dilihat (C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659).

    Meskipun menulis bukanlah suatu obat mujarab, dan memiliki potensi untuk 

    mengganggu kehidupan. Sebagai contoh, seorang peserta baru-baru ini mengatakan

    kepada kita bahwa, setelah menulis, dia revaluasi hidupnya dan pernikahannya. Dia

    kemudian bercerai dengan suaminya dalam 8 tahun usia pernikahan mereka dan

    dipaksa untuk pindah bersama anak-anaknya ke sebuah apartemen yang jauh lebih

    kecil. Meskipun dia melaporkan yang lebih bahagia dan sehat karena tulisan,

     beberapa mungkin berpendapat bahwa menulis memiliki beberapa efek samping

    yang sangat negatif (C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659).

    Walaupun demikian menulis tentang pengalaman traumatis dapat memiliki

    manfaat bagi kesehatan secara signifikan, dalam arti individu tersebut didorong

    untuk memikirkan kesengsaraan dalam hidup mereka, dan bertanggung jawab atas

    hidup mereka sendiri (C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659).

    2.3.2 Menemukan Hikmah Dari Masalah

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    45/244

    28

    Menemukan manfaat memiliki hubungan erat dengan kesehatan fisik dan

     psikologis, dan hal itu berhubungan dengan teori adaptasi kognitif yang bekerja

    ketika ada bahaya dilingkungan sekitar (Janoff Bulman, 1992 & Taylor, dalam C. R.

    Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659), pertumbuhan setelah traumatik (Tedeschi

    & Calhoun, dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659), pertumbuhan

     psikologis (Epel, McEwen & Ickovics, dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005:

    573-659). Menurut Snyder dan McCullough (2000) menemukan manfaat dari

    masalah tergantung pada kekuatan manusia itu sendiri, dan dorongan itu sampai

    memunculkan apa yang ada dalam paradigm psikologi positif (C. R. Snyder & Shane

    J. Lopez, 2005: 573-659).

    Menurut Lazarus dan Folkman (dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005:

    573-659) menemukan hikmah dalam setiap masalah termasuk ke dalam   emotion

     focused coping. Sebagai contoh perubahan atau pertumbuhan adalah sebuah jalan

    kehidupan yang baik, pengalaman yang datang dan pergi menjadikan manusia lebih

     baik dari hari ke hari, memiliki suatu keyakinan yang baru, dan pengetahuan adalah

    sesuatu yang penting dalam hidup. Teori coping ini membedakan antara perilaku

    adaptif yang alami, kepercayaan, dan strategi coping. Meskipun tidak semua peneliti

    dan teori menyetejui bahwa “segala sesuatu mengenai coping adalah pilihan yang

    disengaja” (Haan, dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659). Dari

     perspektif ini ditemukan bukti bahwa pencarian hikmah dari suatu masalah adalah

    sebuah coping individu (C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659).

    2.3.3 Mengambil Respon Yang Positif Ketika Kehilangan

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    46/244

    29

    Mengambil respon positif ketika kehilangan berarti, menemukan makna

    dalam setiap masalah dan kembali bangkit diatas pengalaman yang pahit. Yang juga

     berarti merasionalkan segala bentuk kehilangan dan mencari manfaat sebagai

     pengalaman dari sebuah peristiwa kehilangan serta mendorong dan memudahkan

    terjadinya proses atau pertumbuhan atau perubahan kearah yang positif. Jadi

    menemukan manfaat dari sebuah peristiwa kehilangan dengan menemukan makna

    dari sebuah peristiwa kehilangan memerlukan proses yang nyata, pertama, mereka

    tidak berhubungan satu dengan yang lainnya, kedua, dua hal itu datang dalam waktu

    yang berlainan atau tidak datang dalam waktu yang bersamaan. Individu yang

    menemukan makna dengan cepat dari sebuah peristiwa setelah dia kehilangan dan

    setelah itu menemukan makna yang positif dari peristiwa kehilangan tersebut akan

    memiliki emosi yang lebih baik dibandingkan dengan individu yang menemukan

    manfaat dari peristiwa kehilangan yang lebih lama. Pada kesimpulannya penemuan

    manfaat ini berkaitan dengan penyesuaian diri yang lebih positif terhadap lingkungan

    ketika manfaat itu telah ditemukan (C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659).

    2.3.4 Mencari Kebermaknaan Dalam Hidup

    Makna berarti menghubungkan. Makna akan menghubungkan dua pemikiran

    yang terpisah meskipun terdapat perbedaan. Seperti misalnya pemikiran tersebut

    dalam kategori yang sama, dimiliki oleh individu yang sama, atau keduanya

    digunakan untuk menuju satu tujuan. Hubungan keduanya bukan bagian dari

     perubahan fisik dan jadi hal tersebut hanya bisa dihasilkan dari pemikiran seseorang

    (atau beberapa pikiran lain dalam proses pemaknaan). Oleh kerena itu, makna adalah

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    47/244

    30

    sebuah realitas yang berbentuk non fisik. Hal tersebut nyata dan bersifat alami yang

    memiliki hubungan sebab-akibat, dan tidak dapat dilepaskan dari prinsip-prinsip

    yang ada (C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659).

    Baumeister (dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659) memasukkan

     penelitian tentang kebermaknaan hidup agar lebih memahami apa yang dimaksud 

    dengan kebermaknaan hidup. Terdapat empat kebutuhan utama dalam menemukan

    kebermaknaan hidup dan berhubungan dengan motivasi yang mendorong individu

    untuk membuat hidup mereka lebih bermakna. Seseorang merasa puas dengan empat

    kebutuhan tersebut seperti menemukan hidup mereka menjadi lebih bermakna. Yang

    membedakannya, seseorang yang tidak puas dengan satu atau lebih dari kebutuhan

    tersebut merasa seperti tidak memilki makna dalam hidup mereka. Kebutuhan

    tersebut adalah:

    1. Kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan

    Maksud dari kebutuhan ini adalah seseorang dapat menggambarkan hubungan

    saat ini dengan masa depan mereka. Tujuan dapat dibagi menjadi dua jenis.

    Pertama adalah tujuan sederhana, hasil masih objektif atau bagian-bagiannya

    masih berupa keinginan, dan belum tentu menjadi nyata, dan dengan begitu

    individu akan melakukan aktifitas yang lebih bermakna sebagai jalan untuk 

    memahami situasi yana diinginkan dimasa yang akan datang. Kedua, tujuan yang

    lebih kompleks, di mana lebih bersifat subjektif daripada objektif. Hidup

     berorientasi kepada tindakan antisipasi masa depan, seperti hidup bahagia

    selamanya, dicintai atau masuk surga.

    2. Kebutuhan bernilai

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    48/244

    31

    Di mana dapat mengambil kebaikan atau hidup yang positif dan dapat mengambil

    tindakan yang benar. Nilai membuat indivuidu dapat menentukan mana yang baik 

    dan mana yang buruk, nilai akan menjaga kita dalam konteks kepercayaan yang

    akan membuat kita untuk berfikir dengan baik, dan akan meminimalisir rasa

     bersalah, kegelisahan, penyesalan dan beberapa hal lain yang menyangkut moral

    yang dapat mengakibatkan stres.

    3. Kebutuhan untuk dipercaya

    Kebutuhan ini mempercayai bahwa setiap orang dapat membuat perubahan.

    Hidup mempunyai tujuan tapi tanpa adanya kepercayaan sangatlah menyedihkan.

    Setiap orang mengetahui apa yang mereka butuhkan tetapi tidak selalu dapat

    diperoleh dari pengetahuan tersebut. Hal ini cukup sering terjadi pada seseorang

    yang mengontrol lingkungan mereka (dan pastinya diri merka sendiri: dalam

    Baumeister, 1998), dan kontrol yang buruk dapat membuat masalah seseorang

    menjadi serius yang akan berdampak pada kesehatan fisik dan mental mereka.

    4. Kebutuhan akan harga diri

    Hampir sebagian besar individu mencari alasan agar mereka dipercaya sebagai

    individu yang baik, dan menjadi orang yang berguna. Harga diri dapat membuat

    individu meraih makna dalam hidupnya (dalam Wood, 1989). Hal ini dapat diraih

    dengan mengumpulkan seperti ketika seseorang menggambarkan penghargaan

    diri yang bermakna dari beberapa kelompok mereka atau orang-orang lain yang

    mereka anggap penting dan hormati.

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    49/244

    32

    2.3.5 Humor

    Dalam tulisan awal yang dibuat Plato dalam  Philebus (dalam C. R. Snyder &

    Shane J. Lopez, 2005: 573-659), Aristoteles dalam  Poetics   (dalam C. R. Snyder &

    Shane J. Lopez, 2005: 573-659), Hobbes dalam  Leviathan   (dalam C. R. Snyder &

    Shane J. Lopez, 2005: 573-659), dan Rousseau dalam Lettre a. M. D'alembert  (dalam

    C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659), humor ditandai sebagai bentuk dari

     permusuhan. Bagi para filsuf tersebut, kualitas tertawa mengejek, paling sering

    diarahkan untuk keburukan dan kekurangan orang lain. Hal ini membuat humor 

    menjadi sesuatu tidak diinginkan dan kejam. Tertawa dikatakan mencerminkan sifat

    agresif yang lebih besar dari manusia yang mengakibatkan korban untuk orang lain.

    Aristoteles mengatakan bahwa, "komedi bertujuan untuk mewakili manusia yang

    lebih buruk lagi, tragedi seperti yang lebih baik daripada di kehidupan nyata" dan

    “yang menggelikan hanyalah bagian yang jeleknya” (Piddington, 1963). Hal tersebut

    menjadi pelajaran untuk mengingat kembali bahwa hingga akhir abad ke-19,

    misalnya, hal rutin yang dilakukan dan menjadi kebiasaan dengan mengunjungi

    rumah sakit jiwa untuk menikmati sambil tertawa melihat para narapidana

    menyedihkan dan berantakan yang terikat dengan penjara mereka masing-masing (C.

    R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659).

    Pada abad ke-16, Joubert (dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-

    659) menyatakan bahwa tertawa dapat melancarkan aliran darah yang dapat

    membantu membuat kulit terlihat sehat dan wajah menjadi berseri-seri. Oleh karena

  • 8/19/2019 DUK SOS 35 item

    50/244

    33

    itu, tertawa dikatakan tepat untuk kekuatan proses penyembuhan yang memberikan

    kontribusi yang baik untuk kesehatan pasien.

    Tokoh psikologi yang memberikan kontribusi awal yang menggambarkan

    efek positif dari humor adalah William McDougal (dalam C. R. Snyder & Shane J.

    Lopez, 2005: 573-659), yang menyarankan bahwa dengan tertawa dapat mengurangi

    dampak dari serangan sosial yang dapat digunakan sebagai perangkat untuk 

    mencegah simpati yang berlebihan dan untuk menahan diri kita dari depresi,

    kesedihan, dan berpotensi merusak emosi lainnya. Posisi ini sejajar dengan tulisan-

    tulisan baru-baru ini mengenai humor sebagai cara untuk mengurangi tekanan

    (rangsangan emosional).

    Freud (dalam C. R. Snyder & Shane J. Lopez, 2005: 573-659), dalam

     bukunya   Jokes and Their Relation to the Unconscious   (1905), dijelaskan bahwa

    tertawa dapat digunakan sebagai pelepasan ketegangan defensif yang telah

    terangsang oleh keadaan awal untuk tertawa. Ketegangan dikatakan menimbulkan

    oleh sesuatu yang bisa menimbulkan perasaan atau pikiran terkait dengan kemarahan

    dan seksualitas dalam situasi di mana ekspresi mereka akan disesuaikan. Ketika ego

     pertahanan yang menghambat ekspresi emosional tersebut terbukti tidak diperlukan,

    seperti ketika seorang melakukan lelucon dalam ceritanya dan dengan demikian

    dapat meringankan emosi pendengarnya, energi dari emosional tersebut dapat

    ditahan dengan tertawa. Dalam tulisan-tulisan Freud, sesuai dengan McDougall, dia

    mengisyaratkan pada efek yang menguntungkan dari humor dalam membantu

    mengurangi dampak tekanan emosional.