II. 1 Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan ini adalah tahap persiapan yang dilakukan sebelum menganalisis data, meliputi : Tahap Pengumpulan data Data yang diperoleh antara lain : 1. Data Log Sumur “TW” Data log yang digunakan adalah data log sumur (log Gamma Ray (GR), log Spontangeous potential (SP), log resistivitas (ILD dan SFL), Porositas (CNL & Density) log Caliper dari Lapangan “Tgh” yang meliputi sumur TW A-1, TW B-1 dan TW E-1. 2. Data Sesimik Sumur “TW” 3. Data Seismik yang digunakan adalah data seismik 2 dimensi. 4. Data Literatur Data Literatur berupa data studi pustaka dan penelitian terdahulu dilakukan untuk menunjang penelitian mengenai geologi regional cekungan Tarakan dan lingkungan pengendapan pada daerah telitian, analisis data log dan pemetaan bawah permukaan, maupun teori-teori dasar geologi lainnya yang mendukung dalam melakukan analisis data. 5. Data Bgi (bulk gas in place) adalah data angka faktor volume formasi pada zona Gas mula-mula. 6. Data Drill Steam Test (DST) adalah data pendukung untuk menentukan hidrokarbon pada lapisan “TW” 7. Data serbuk bor (cutting), berguna mengetahui litologi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
II. 1 Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan ini adalah tahap persiapan yang dilakukan sebelum
menganalisis data, meliputi :
Tahap Pengumpulan data
Data yang diperoleh antara lain :
1. Data Log Sumur “TW”
Data log yang digunakan adalah data log sumur (log Gamma Ray (GR), log
Spontangeous potential (SP), log resistivitas (ILD dan SFL), Porositas (CNL
& Density) log Caliper dari Lapangan “Tgh” yang meliputi sumur TW A-1,
TW B-1 dan TW E-1.
2. Data Sesimik Sumur “TW”
3. Data Seismik yang digunakan adalah data seismik 2 dimensi.
4. Data Literatur
Data Literatur berupa data studi pustaka dan penelitian terdahulu dilakukan
untuk menunjang penelitian mengenai geologi regional cekungan Tarakan
dan lingkungan pengendapan pada daerah telitian, analisis data log dan
pemetaan bawah permukaan, maupun teori-teori dasar geologi lainnya yang
mendukung dalam melakukan analisis data.
5. Data Bgi (bulk gas in place) adalah data angka faktor volume formasi pada
zona Gas mula-mula.
6. Data Drill Steam Test (DST) adalah data pendukung untuk menentukan
hidrokarbon pada lapisan “TW”
7. Data serbuk bor (cutting), berguna mengetahui litologi batuan daerah telitian.
8. Data Biostratigrafi berguna mengetahui umur suatu formasi pada daerah
telitian, data ini telah diteliti oleh JOB. Pertamina – Medco Simenggaris.
II. 2 Tahap Analisis dan Interpretasi
Tahap analisis juga harus melewati beberapa tahapan untuk mendapatkan
hasil akhir berupa cadangan hidrokarbon (original gas in place) di daerah telitian.
Tahap-tahap ini meliputi:
a. Interpretasi log sumur
Berdasarkan data log sumur dapat dilakukan analisa kualitatif dan
kuantitatif. Analisa kualitatif yang meliputi interpretasi litologi, interpretasi
lingkungan pengendapan dan interpretasi kandungan fluida. Umumnya untuk
menentukan jenis litologi suatu lapisan dilakukan dengan menggunakan log.
Jenis kurva log yang sangat berperan untuk menentukan litologi suatu lapisan
biasanya menggunakan log Gamma Ray, log Spontaneous Potensial, log
resistivity dan log porosity. Hal ini dapat diinterpretasikan berdasarkan pola-
pola deflaksi dan bentukan log.
Interpretasi lingkungan pengendapan dilakukan dengan cara melihat
pola-pola umum yang terbentuk oleh kurva GR pada daerah telitian. Log
sumur memiliki beberapa bentuk dasar yang bisa mencirikan karakteristik
suatu lingkungan pengendapan. Bentuk-bentuk dasar tersebut dapat berupa
cylindrical, irregular, bell, funnel, symmetrical, dan asymmetrical.
Interpretasi kandungan fluida dapat dilihat dari pola log neutron dan log
densitas. Apabila terjadi cross over antara keduanya, dimana log densitas
berada di kiri sedangkan log neutron berada di kanan, hal itu menandakan
terdapat hidrokarbon dalam reservoar. Cross over yang relatif lebar akan
menandakan adanya gas, yang relatif sedang menandakan adanya gas dan air
memiliki cross over yang relatif lebih sempit atau bahkan berhimpit.
Berdasarkan data log sumur berupa ascii yang merupakan hasil
pembacaan nilai dari log Gamma Ray, log Spontaneous Potensial, log
resistivity dan log porosity tiap-tiap sumur dapat dilakukan analisa kuantitatif
yaitu melakukan perhitungan petrofisika untuk mendapatkan nilai porositas
efektif dan saturasi air untuk membantu melakukan perhitungan cadangan
dengan metode volumetrik.
b. Korelasi Sumur
Korelasi dilakukan untuk mengetahui geometri reservoar secara lateral
maupun secara vertikal. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah pendekatan korelasi. Hasil korelasi dapat dibuat penampang struktur
dan stratigrafi yang merupakan dasar dari pemetaan bawah permukaan
c. Picking Horizon
Data yang digunakan adalah data seismik refleksi dengan jumlah 5
line seismik. Dimana pada tahap ini akan menghasilkan suatu peta struktur
waktu pada top lapisan reservoar.
d. Analisis petrofisik
Analisis petrofisik dilakukan untuk mengetahui nilai porositas dan
saturasi air dari reservoar. Nilai porositas dan saturasi air akan menunjukkan
perkembangan yang berkembang dalam suatu reservoar yang berlainan
litologinya. Rumus yang digunakan dalam menghitung nilai saturasi air
adalah Simandoux (1963)Rumus ini digunakan karena mendekati kenyataan
dengan uji kandungan lapisan serta cenderung memberikan hasil lebih
optimal.
e. Pemetaan Bawah Permukaan
Membuat peta-peta bawah permukaan berdasarkan hasil korelasi yang
meliputi peta struktur waktu, peta top struktur kedalaman, peta net sand
isopach, peta overlay kedalaman vs net sand isopach dan peta net pay gas.
f. Perhitungan Cadangan Hidrokarbon
Perhitungan volume hidrokarbon dilakukan dengan menggunakan
metode volumetrik secara manual. Pada volumetrik ini perhitungan luas
masing-masing daerah dibatasi oleh poligon. Setelah volume bulk didapat
maka selanjutnya menghitung original gas in place (OGIP).
II. 3 Tahap Evaluasi
Hasil analisis dan interpretasi data dari setiap tahapan dievaluasi lagi untuk
kemudian direvisi guna mendapatkan hasil akhir yang maksimal.
Fisiografi Cekungan Tarakan
Gambar 3.1 Tektonik Framework cekungan Tarakan dan distribusi SubBasinnya (Modifikasi setelah BEICIP,1985) (diambil dari Petroleum Geology of Indonesia Basin
Pertamina BPPA)
Kerangka Tektonik Regional
Gambar 3.2 Perkembangan tektonostratigrafi pada Sub-Cekungan Tarakan(Achmad dan Samuel, 1984).
Stratigrafi Regional Sub-Cekungan Tarakan
Gambar 3.3 Kolom stratigrafi Sub-Cekungan Tarakan (Internal report Pertamina-
Medco E&P, 2001)
Stratigrafi Daerah Telitian
Gambar 3.4 Kolom stratigrafi daerah telitian (Modifikasi Penulis 2011)
Geologi Struktur Daerah Telitian
Gambar 3.5 Struktur geologi pada Blok Simenggaris (Internal report JOB Pertamina-Medco E&P, 2001).
Analisa Kualitatif
IV. 3.1 Interprestasi Jenis litologi
Adapun kenampakan beberapa jenis litologi batuan reservoar berdasarkan
refleksi kurva Log Gamma Ray adalah sebagai berikut (Gambar. 4.4) :
1. Batupasir pada log dicirikan oleh:
- Defleksi GR relatif rendah/kecil.
- Defleksi SP akan berkembang positif atau negatif terhadap garis dasar serpih.- Defleksi kurva log Neutron (NPHI) dan log Densitas (RHOB) relatif
kecil/rendah.
- Defleksi kurva log sonik relatif kecil/rendah.
- Kadang-kadang mempunyai diameter lubang bor yang relatif lebih kecil
karena cenderung membentuk kerak lumpur.
2. Batugamping pada log dicirikan oleh:
- Defleksi kurva sinar gamma rendah.
- Harga RHOB lebih tinggi.
- Terjadi separasi positif pada kurva tahanan jenis mikro apabila
batugamping tersebut porous, clan terjadi separasi negatif bila tidak
porous.
- Kurva log neutron berhimpit dengan kurva log densitas.
- Lubang bor kadang-kadang membesar
Gambar 4.4 Log Penentu Litologi Berdasarkan refleksi kurva Log Gamma Ray
(Batcman, 1985)
Interpretasi Kandungan Fluida
Untuk membedakan jenis cairan yang terdapat di dalam formasi, apakah air,
minyak atau gas, dapat ditentukan dengan melihat log tahanan jenis dan gabungan
log neutron-densitas. (Gambar 4.10)
a. Air asin
Lapisan yang mengandung air asin yang bersifat konduktif, menyebabkan
harga Rt relatif rendah. Sedangkan harga SN relaitf lebih tinggi dari pada Rt.
Pengaruh ini disebabkan adanya pengaruh air filtrat lumpur yang mempunyai
salinitas lebih rendah daripada air formasi, sehingga menyebabkan SN lebih
tinggi daripada Rt. Defleksi dari kurva SP akan berkembang ke arah negatif.
b. Minyak
Minyak bersifat non konduktif meskipun tidak berarti lapisan 100% berisi
minyak, sebab pada temperatur yang tinggi air akan terlarut dalam minyak
meskipun dalam prosentase yang kecil. Disamping itu, sebelum minyak
bermigrasi dan terjebak dalam batuan reservoar, semula batuan reservoar jenuh
akan air asin (pengaruh lingkungan pengendapan), dan sewaktu minyak
menggantikan air asin, tidak seluruh air asin tergantikan (displace) oleh minyak
dikarenakan sifat umum dari batuan reservoar yang basah air (water wet).
Sehingga masih tersisa molekul-molekul air yang terikat pada permukaan butiran
pembentuk batuan. Hal ini pula yang berpengaruh terhadap kurva SP pada zona
minyak, harga (MFSL atau LLS) akan relatif lebih tinggi daripada kurva Rt
(LLD).
c. Gas
Kondisi kurva Rt, SN, dan SP tidak jauh berbeda dengan kondisi pada
lapisan minyak. Hanya pada umumnya harga Rt pada lapisan gas, defleksi Rt
lebih tinggi dibandingkan Rt pada minyak. Dengan menggunakan kurva Rt, SN
dan SP agak sulit membedakan antara lapisan yang mengandung minyak dengan
lapisan yang mengandung gas. Dan yang baik untuk hal itu dapat dilihat dengan
jelas pada defleksi kurva densitas dan kurva neutron.
d. Air Tawar
Salinitas air tawar jauh lebih rendah dibandingkan dengan air asin,
bahkan masih lebih rendah daripada air filtrat lumpur. Sebab air filtrat lumpur
masih mengandung larutan-larutan garam dari bahan pembentuk lumpur (barit,
bentonit, dsb.). Dengan demikian pengaruh air tawar akan memberikan harga Rt
yang tinggi, lebih tinggi dari SN.
Gambar 4.3 Bentuk Kurva Log Resistivitas dan Porositas terhadap hidrokarbon(Harsono, 1997)
Gambar 4.10 Penentuan kandungan fluida dari log (Widada, 2005)
IV. 3.5 Interpretasi Korelasi
Korelasi merupakan langkah penentuan unit stratigrafi dan struktur yang
mempunyai persamaan waktu, umur dan posisi stratigrafi (Komisi Sandi Stratigrafi
Indonesia, IAGI, 1996). Hal penting yang perlu dilakukan sebelum melakukan
korelasi adalah memilih kandidat bidang datum yang kita yakini kebenarannya dan
mudah dikenali, umumnya bidang atau lapisan penciri yang dipakai adalah flooding
surface (MFS) atau sequence boundary (SB)
Korelasi dapat diartikan sebagai penentuan unit stratigrafi dan struktur yang
mempunyai persamaan waktu, umur dan posisi stratigrafi.
Ada dua cara korelasi yaitu :
1. Korelasi Stratigrafi
Korelasi dengan menggunakan datum key bed (lapisan penunjuk).
2. Korelasi Struktur
Biasanya kedalaman atau muka air laut sebagai datum.
Tujuan Korelasi
Korelasi dilakukan dengan tujuan :
1. Mengetahui dan merekonstruksi kondisi geologi bawah permukaan (sturtur
dan stratigrafi).
2. Mengetahui penyebaran lateral maupun vertikal dari zona hidrokarbon.
3. Menafsirkan kondisi geologi yang mempengaruhi pembentukan, migrasi dan
akumulasi hidrokarbon.
IV. 3.6 Interpretasi Seismik
Seismik refleksi merupakan metode geofisika yang cara kerjanya
memanfaatkan gelombang pantul (refleksi) dan batas-batas lapisan batuan bawah
permukaan. Data yang dimanfaatkan dan gelombang pantul ini ialah waktu datang
dan velocity (kecepatan rambat gelombang). Kecepatan gelombang yang dihasilkan
berasal dari energi tertentu yang kemudian menggerakkan partikel-partikel
gelombang dengan frekuensi tertentu.
Metode seismik memiliki keunggulan dalam memberikan gambaran
penyebaran litologi (reservoar) secara lateral beserta struktur-struktur geologi yang
terjadi, akan tetapi memiliki kelemahan dalam hal ketepatan penentuan kedalaman
dan jenis litologi. Sebab resolusi yang dihasilkan dari gelombang seismik kurang
bagus untuk memberikan analisis detail mengenai sifat-sifat fisik batuan secara
vertikal. Oleh karena itu, untuk pemetaan litologi bawah permukaan, data seismik ini
dibantu dengan penggunaan data log dalam penentuan fasies secara vertikal.
Pada pekerjaan seismik cukup sederhana. Dimana energi yang dihasilkan dan
sumber yang dipancarkan kedalam bumi sebagai gelombang seismik pada saat
tertentu dengan bidang perlapisan berfungsi sebagai reflektor dan akan kembali
memantul ke permukaan dan kemudian dideteksi oleh geophone yang terdapat di
permukaan bumi. Jenis seismik ada 2 macam, yaitu:
1. Seismik bias (refraction), digunakan untuk penelitian yang dangkal (<30km).
2. Seismik pantul (reflection), digunakan untuk penelitian yang dalam (>30km).
Teknik interpretasi seismik mencakup:
Korelasi dengan sumur pengikat
Penentuan horizon yang dipetakan
Tracing atau mengikuti lapisan yang dipetakan sepanjang data seismik yang
diberi warna tertentu.
Seluruh garis seismik yang telah di trace, harga two way travel time (TWT)
yang didapatkan diplot pada peta dasar seismik dan titik yang sama akan
dihubungkan untuk memberikan garis kontur.
IV. 3.7 Dasar Pengikatan Seismik dengan sumur (Well Seismic Tie)
Sebelum melakukan picking horizon perlu diketahui apa saja yang dijadikan
sebagai dasar dalam pengikatan data seismik refleksi dengan data log umur sehingga
mempermudah dalam melakukan picking horizon.
Gelombang seismik yang merambat ke dalam batuan berupa pulsa berbentuk
gelombang elastik yang mentransfer energi menjadi pergerakan partikel batuan.
Dimensi dari gelombang elastik jauh lebih besar daripada dimensi pergerakan
partikel batuan tersebut.Meskipun begitu, gelombang seismik tersebut dapat
diterjemahkan ke dalam bentuk kecepatan dan tekanan partikel yang disebabkan oleh
vibrasi selama penjalaran gelombang tersebut.
Harga Impedansi Akustik (IA) sangat dipengaruhi oleh kecepatan daripada
densitas karena porositas atau material pengisi pori pada batuan lebih dipengaruhi
oleh kecepatan daripada densitas sehingga apabila harga IA tinggi, maka batuan
tersebut sukar dimampatkan (batugamping, granit), sedangkan apabila harga IA
rendah, maka batuan tersebut lunak seperti lempung atau shale (mudah
dimampatkan).
Selain melihat harga Impedansi Akustik dari seismik juga perlu diketahui
polaritas yang digunakan serta interferensi dari pulsa yang merupakan fasa pulsa dari
semua data itu akan dapat diketahui bentukan wavelet yang sebenarnya yang
mencirikan reflektor lapisan tersebut.
IV. 4 Analisa Kuantitatif
IV. 4.1 Perhitungan mencari Porositas dan Saturasi air
Perhitungan ini menggunakan metoda Simandoux (1963).
IV. 4.1.1 Gamma-Ray Log
Dimana
Vsh : Volume shale
GRlog: Pembacaan GR pada lapisan shally-sand
GRmax : Pembacaan GR maksimum (shale) GRmin :
Pembacaan GR minimum (clean sand)
IV. 4.1.2 Perhitungan Porositas
Perhitungan porositas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
menggunanan log densitas dan log neutron.
Dengan menggunakan log densitas
Untuk formasi yang bersih berlaku persamaan :
Dimana
ΦD : Kesarangan dari log densitasρma : Densitas matrik batuan
2.65 : Untuk batupasir
2.71 : Untuk batugamping
2.87 : Untuk dolomitρf : Densitas cairan lumpur1,0 : Untuk lumpur tawar
1,1 : Untuk lumpur garamρb : Densitas bulk formasi
Setelah perhitungan densitas ke porositas densitas (ΦD) maka hal selanjutnyaadalah mencari porositas yang terkoreksi oleh adanya lempung, dengan
menggunakan rumus kombinasi Neutron – Densitas (Log. Schlumberger,1957) :
4. Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan
batasan lapisan itu.
5. Memberikan indikasi kualitas lapisan serpih.
3. Log Resistivitas (ILD, ILM, SFL)
Log resistivitas merupakan log elektrik yang digunakan untuk
mendeterminasi jenis fluida dalam reservoar dan dapat menentukan tahanan jenis
batuan terhadap arus listrik yang melaluinya dan untuk mengetahui jenis litologi
dan isi kandungan fluida dalam formasi.
4. Log Porositas (NPHI, RHOBI dan Sonik)
Digunakan untuk :
1. Menentukan porositas.
2. Identifikasi litologi.
3. Identifikasi adanya gas.
Gambar 5.2 Data Wireline Log Sumur TW A-1
V. 3 Data Seismik 2 Dimensi
Pada daerah telitian, terdapat penampang lintasan seismik dua dimensi sebanyak 30 line seismik beserta peta basemap sumur dan line seismiknya. Digunakan untuk membuat peta struktur waktu dalam detik yang berfungsi untuk mengetahui struktur yang berkembang pada daerah telitian.(Gambar 5.3)
BARAT TIMUR
Gambar 5.3 Sesimik 2 dimensi Sumur TW A-1
V. 4 Data Las Ascii
Berisi data Las ascii berupa numerik dari nilai-nilai pembacaan log gamma
ray (GR), log resitivity, serta log porositas (CNL dan density pada tiap-tiap sumur
dimana data tersebut digunakan dalam menghitung besarnya harga porositas efektif
(Фef) dan harga saturasi water (Sw) dari zona produktif pada sumur-sumur telitian di Lapangan “Tgh" pada Formasi Tabul yang nanti akhirnya menghitung besarnya cadangan hidrokarbon pada daerah telitian. Selain itu hasil perhitungan saturasi water (Sw) ini digunakan untuk menentukan jenis fluida yang terdapat pada daerah tersebut, dimana berpengaruh terhadap perhitungan volume cadangan. (Tabel 5.1)
Tabel 5.1 Data Las Ascii Sumur TW A-1
Depth DT Call GR NPHI RHOB ILD MFSL SP
2351 148.0 12.9 59.87 0.37 2.17 2.72 2.46 -27.59
2352 153.5 13.5 60.51 0.38 2.18 3.03 3.07 -28.11
2353 153.9 13.6 59.88 0.37 2.27 3.20 3.31 -28.44
2354 154.7 13.1 55.34 0.33 2.34 3.51 3.69 -28.84
2355 163.9 15.5 38.90 0.35 2.56 4.71 3.75 -28.82
2356 166.6 19.8 31.2 0.27 2.50 8.3 4.43 -29.33
2357 166.6 15.1 27.1 0.26 2.70 8.9 8.43 -29.72
2358 167.4 19.0 25.9 0.29 2.94 10.0 8.73 -30.43
2359 169.8 20.0 25.9 0.30 2.93 9.1 7.40 -30.40
2360 169.4 20.0 29.6 0.26 2.82 8.8 7.55 -30.82
2361 168.6 19.9 29.5 0.19 2.70 8.3 8.59 -30.79
2362 167.3 19.9 29.5 0.18 2.70 8.3 8.59 -30.79
2363 135.2 18.4 29.4 0.21 2.41 9.3 7.83 -30.79
2364 142.8 13.6 32.8 0.23 2.37 11.3 6.52 -30.79
2365 144.8 12.4 39.1 0.25 2.31 10.0 6.05 -30.79
2366 147.2 12.4 40.2 0.24 2.33 8.6 6.89 -30.79
2367 159.1 12.4 38.9 0.26 2.42 7.6 8.13 -30.79
2368 171.4 12.6 36.4 0.29 2.53 7.3 9.07 -30.78
2369 142.8 12.7 39.8 0.26 2.36 6.2 6.76 -30.37
V. 5 Data Pendukung
Data pendukung disini maksudnya adalah data yang tidak di analisa sendiri,
yaitu:
1. Stratigrafi daerah telitian untuk cekungan Tarakan Kalimantan Timur.
Merupakan gambaran stratigrafi daerah telitian dari yang tertua hingga yang
termuda, lengkap dengan peranan batuannya dalam petroleum system, umur,
tektonik, serta lingkungan pengendapannya dan gambar penampang
stratigrafinya secara vertikal.
2. Paper dari peneliti terdahulu
Data yang diambil adalah bagian-bagian tertentu yang dapat menunjang baik
dalam pelaksanaan maupun pada saat pembuatan laporan.
3. Data cutting dan sidewall core
Data cutting adalah data yang didapatkan dari hasil pengeboran, yaitu ketika
mata bor menembus formasi batuan, dan menghasilkan serbuk bor. Data cutting
ini akan dibawa oleh lumpur pemboran untuk naik ke permukaan, untuk
kemudian dilakuan interpretasi sehingga dapat diperkirakan kedalaman dari
litologi yang ditembus oleh mata bor. Data cutting dan sidewall core yang
didapatkan sebanyak 3 data yang berasal dari sumur TW A-1. (Data cutting dan
sidewall core terlampir).
4. Data Bgi
Data Bgi ini merupakan data penunjang yang digunakan untuk perhitungan
cadangan. Data Bgi pada litologi batupasir adalah 0,0154 rb/scf. (Data Bgi
terlampir)
5. Data Biostratigrafi
Data Biostratigrafi yang digunakan oleh penulis telah dianalisa oleh perusahaan
sehingga penulis hanya mengambil data yang akan digunakan sebagai datum
cronostratigrafinya. Datum yang dapat digunakan yaitu:
Last Appearance Datum Florschuetzia trilobata:
Last Appearance Datum Florschuetzia trilobata: Adalah datum
palynologi yang diambil dari bagian atas zona Florschuetzia meridionalis.
Muncul dibagian awal lubang bor atau merupakan kemunculan akhir dengan
Florschuetzia trilobata atau F. semilobata yang dianalisa sebagai spesies
yang sama. Kemunculan akhir (LAD) Florschuetzia trilobata berumur N 15 atau
akhir dari Miosen Tengah (Rahardjo et.al.;1984). (Data Biostratigrafi terlampir)
6. Data Drill Steam Test (DST)
Data Drill Steam Test (DST) ini merupakan data penunjang yang digunakan untuk mengetahui kandungan hidrokarbon gas pada sumur penelitian. (Data Drill Steam Test telampir)