Top Banner

of 42

Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

Jul 05, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    1/42

     

    DRAFT BUKU SAKU

    Penatalaksanaan

    Kegawatdaruratan

    Psikiatrik di

    FasilitasKesehatan Tingkat

    Primer (FKTP)

    DIREKTORAT BINA KESEHATAN JIWA

    KEMENTERIAN KESEHATAN RI

    TAHUN 2015

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    2/42

    0

    DAFTAR ISI

    Hal.

    Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………………………………………… i

    Kata Sambutan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan………………………………………………………. iiKata Sambutan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia ………………… iii

    BAB I. Kegawatdaruratan Psikiatrik …………………………………………………………………………………… 1

    BAB II. Penatalaksanaan Umum Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Gaduh Gelisah……. 5

    BAB III. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Risiko dan Tindakan

    Bunuh Diri ……………………………………………………………………………………………………………….. 9

    BAB IV. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Delirium………………………….. 14

    BAB V. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Demensia ………………………. 16

    BAB VI. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan pada Pasien Akibat Penyalahgunaan

    Narkotika, Psikotropika, Alkohol dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) …………………………… 20

    BAB VII. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Psikotik ………………………….. 27

    BAB VIII. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Efek Samping yang Berat

    Obat Psikotropika ……………………………………………………………………………………………………. 30BAB IX. Anxietas yang Terkesan sebagai Kegawatdaruratan Psikiatrik…………………………………… 33

    Lampiran: Tabel Obat …………………………………………………………………………………………………………….. 37

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    3/42

    1

    BAB I. KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK

    PENGERTIAN:

      Kegawatdaruratan Psikiatrik: kondisi yang ditandai oleh adanya gangguan pada pikiran,

    perasaan, dan perilaku seseorang yang memerlukan perhatian dan intervensi terapeutik

    segera. Termasuk di dalamnya kondisi yang berhubungan dengan gaduh gelisah (agitasi,agresif, perilaku kekerasan) dan percobaan bunuh diri. Kondisi ini dapat terjadi di dalam atau

    di luar gedung layanan kesehatan.

      Agitasi: merupakan perilaku patologis yang ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas

    verbal atau motorik yang tak bertujuan.

      Agresif: dapat berbentuk agresi verbal atau fisik terhadap benda atau seseorang.

      Kekerasan (violence): merupakan bentuk agresi fisik oleh seseorang yang bertujuan melukai

    orang lain.

      Percobaan Bunuh diri: segala bentuk tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk

    dengan segera mengakhiri kehidupannya.

    ALGORITMA UTAMA

    STRATEGI UMUM

    KegawatdaruratanPsikiatri

    Gaduh Gelisah Percobaan Bunuh Diri

    Tanda dan gejala Delirium

    Tanda dan gejala Demensia

    Tanda dan gejala

    Penyalahgunaan Zat

    Tanda dan gejala Psikotik

    Tanda dan gejala Efek

    Samping Obat yang Berat

    Tanda dan gejala Anxietasyg terkesan sebagai

    kegawatdaruratan psikiatrik

    Tanda dan gejala Delirium

    Tanda dan gejala Demensia

    Tanda dan gejala

    Penyalahgunaan Zat

    Tanda dan gejala Psikotik

    Tanda dan gejala Efek

    Samping Obat yang Berat

    Tanda dan gejala Anxietas yg

    terkesan sebagai 

    kegawatdaruratan psikiatrik

    Manajemen Umum Gaduh Gelisah Manajemen Umum Risiko Bunuh Diri 

    Tidak

    Tidak

    TidakTidak

    Tidak

    Tidak

    Tidak

    Tidak

    Tidak

    Tidak

    DeliriumYa Ya

    DemensiaYa Ya

    PsikotikYa Ya

    PenyalahgunaanZat

    Ya Ya

    Efek SampingObat yang Berat

    Ya Ya

    AnxietasYa Ya

    Algoritma utama ini merupakan gambaran alur berpikir secara hirarki untuk menyingkirkan diagnosis

    banding, mulai dari gangguan jiwa akibat penyakit organik/fisik yang mengancam nyawa hingga

    ditegakkannya gangguan jiwa lainnya.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    4/42

    2

      Lakukan penilaian adanya bahaya melukai/menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

      Dapat dilakukan di dalam maupun di luar gedung layanan kesehatan.

      Penting untuk memperhatikan keselamatan staf dan anggota tim selain keselamatan pasien

      Jangan menolong sendiri, minimal 4 (empat) orang dalam satu tim 

      Cegah perlukaan

      Cek benda-benda berbahaya yang mungkin disembunyikan seperti senjata, gunting, pisau

    atau benda berbahaya lainnya.  Menyadari bahwa semua pasien memiliki potensi untuk melakukan kekerasan.

    MODIFIKASI LINGKUNGAN

      Ciptakan lingkungan dengan kebisingan minimal atau rangsangan minimal untuk mengurangi

    kecemasan pasien.

      Pencahayaan ruangan cukup untuk mengurangi ilusi dan mispersepsi lingkungan yang dapat

    meningkatkan risiko perilaku kekerasan atau agresif.

      Ciptakan lingkungan yang aman dan tidak mengancam.

    PRINSIP WAWANCARA

      Lakukan pengkajian pada area yang tertutup (privasi).  Privasi merupakan bagian penting

    untuk membentuk interaksi yang terapeutik, tetapi harus tetap memperhatikan keamananpribadi. Berbicara dengan pasien di daerah terbuka, dilakukan terutama jika pasien berada

    di bawah pengaruh obat (mabuk) atau gangguan kognitif; ini dilakukan untuk

    mempertahankan keamanan petugas. Tentu saja, ketika pasien secara mental stabil, privasi

    sangat penting dalam proses pengumpulan data dan memungkinkan petugas kesehatan

    untuk memperoleh informasi.

      Ciptakan hubungan terapeutik, diawali dengan mengucapkan salam dan memperkenalkan

    diri. Yakinkan bahwa pasien berada di tempat yang aman, tenaga kesehatan akan melindungi

    pasien dari kemungkinan melukai diri maupun orang lain.

      Lakukan komunikasi terapeutik:

    a.  Bicara dengan tenang ajak pasien untuk tenang

    b. Vokal jelas dan nada suara tegas

    c.  Intonasi rendahd. Gerakan tidak tergesa-gesa

    e.  Pertahankan posisi tubuh

    f.  Hargai pendapat pasien yang berbeda meskipun hal tersebut adalah waham atau

    halusinasinya dan bicaralah dengan sopan.

      Selama melakukan pengkajian awal, kumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang

    riwayat pasien (baik saat ini maupun riwayat sebelumnya), yang dapat dilakukan dengan

    berdiskusi dengan pihak yang merujuk, anggota keluarga (alo/heteroanamnesis) dan pasien

    sendiri (otoanamnesis).

      Pertanyaan difokuskan pada keluhan saat ini menggunakan kalimat pendek dan mudah

    dipahami.

      Lakukan wawancara dengan tetap memperhatikan keselamatan petugas dan pasien dengan

     jarak yang aman 2-3 langkah dari pasien.  Gunakan diagram alur berpikir di atas (algoritma utama) untuk menyingkirkan masalah

    terkait penyakit fisik dan ketergantungan zat/alkohol yang mungkin mengancam nyawa atau

    pertimbangkan gangguan jiwa lainnya baik psikotik maupun non-psikotik (depresi, anxietas,

    dll).

      Nilai juga derajat fungsi, berat ringannya gejala psikiatri, adanya penyakit penyerta

    (komorbiditas), kualitas dan ketersediaan sistem pendukung serta sumber bantuan lainnya.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    5/42

    3

    HAL-HAL YANG PERLU DILAKUKAN HAL-HAL YANG HARUS DIHINDARI

      Berpikir dan bersikap kritis, selalu sadar

    bahwa kegawatdaruratan bisa muncul

    di mana dan kapan saja.

      Tetap tenang

      Perlu kontrol terhadap perasaan

    bingung, aneh, atau depresi  Bersikap suportif

      Jaga jarak aman, bila diperlukan

    lakukan fiksasi

      Tawarkan pilihan, contoh, “Apakah

    Anda mau mengontrol diri Anda,

    minum obat, atau dibantu dengan

    menggunakan fiksasi”

      Tegaskan bahwa perilaku kekerasan

    tidak dapat ditolerir dan yakinkan

    bahwa pasien akan aman

      Lakukan dokumentasi terhadap hal-hal

    yang dilakukan terhadap pasienmaupun keluarga

      Mengancam

      Menertawakan pasien saat melakukan

    wawancara

      Merasa tidak adekuat ataupun sangat

    tidak pasti

      Merasa terancam  Sering menghakimi

      Marah terhadap keluarga yang

    membawa

    PEMERIKSAAN

    Pemeriksaan fisik dan neurologik – tanda vital utama

    Pemeriksaan status mental

    Pemeriksaan penunjang bila diperlukan dan tersedia, terutama pada pasien yang berusia di atas

    40 tahun (skrining toksikologi, EKG, rontgen, laboratorium)

    TIM KEGAWATDARURATAN

    Tim kegawatdaruratan meliputi:

    a.  Tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, dll)

    b.  Tenaga keamanan (satpam, hansip, pamong praja, keamanan desa, dll) yang telah dilatihuntuk melakukan manajemen gaduh gelisah

    c.  Tokoh masyarakat (Lurah/Kepala Desa, RT, RW, tokoh agama, tokoh wanita) yang telah

    dilatih untuk melakukan manajemen gaduh gelisah

    ALAT DAN OBAT KEGAWATDARURATAN

    Alat dan obat kegawatdaruratan dapat disiapkan dalam kotak untuk kegawatdaruratan psikiatri.

    Setiap jenis obat, hendaknya memiliki tempat terpisah dengan keterangan nama obat dan tanggal 

    kedaluwarsa obat tersebut. Kotak akan berisi alat-alat dan obat-obat sebagai berikut:

    Alat-alat:

    a.  Alat fiksasi fisik untuk tangan dan kaki yang aman

    Alat fiksasi fisik dapat dibuat dari bahan atau kain yang kuat tetapi halus seperti kain blacudengan ukuran manset panjang 40 cm x lebar 20 cm x tinggi 0.5 cm. Memiliki 2 tali pengikat,

    satu tali pengikat digunakan untuk mengikat manset, tali lainnya yang lebih kokoh digunakan

    untuk mengikat ke tempat tidur. Alat fiksasi disiapkan empat buah, masing-masing untuk

    dua untuk lengan dan dua untuk tungkai.

    b.  Jaket fiksasi yang digunakan untuk pasien dengan hiperaktivitas motorik pada ekstremitas

    atas, namun tidak untuk ekstremitas bawah.

    c.  Alat injeksi – spuit 3 cc

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    6/42

    4

    Gambar:

    A. Alat fiksasi kaki dan tangan B. Jaket fiksasi

    Sediaan obat-obatan:

    1.  Obat oral

    a.  Haloperidol tablet 0,5 mg, 1,5 mg, dan 5 mg

    b.  Klorpromazin tablet 25 mg, 100 mg 

    c.  Risperidon tablet 2 mg

    d.  Diazepam tablet 5 mg

    e.  Lorazepam 1 mg, 2 mg

    f.  Propanolol 10 mg, 40 mg 

    g.  Triheksifenidil 2 mg 

    2.  Obat injeksi

    a.  Haloperidol injeksi 5 mg/ml (kerja singkat).

    Catatan: Bukan  haloperidol decanoas 50 mg/ml (depo, kerja panjang), tidak untuk

    kegawatdaruratan.

    b.  Diazepam injeksi 10 mg

    c.  Klorpromazine injeksi 25 mg

    d.  Difenhidramin injeksi 25 mg/ml

    e.  Sulfas atropin injeksi 0,25 mg/ml

    Tindak Lanjut dan Rujukan

    Lakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan/RS yang memiliki layanan psikiatri atau RS Jiwa,

    bagi pasien dengan perilaku kekerasan yang tidak teratasi di Puskesmas. Jika pasien atau keluarga

    menolak hospitalisasi maka perlu dilakukan informed consent   dengan tanda tangan pasien atau

    keluarga, serta diinformasikan tindakan yang dilakukan di rumah.  Untuk terapi psikiatri lanjutan

    di rumah terdapat pada buku pedoman layanan keswa di puskesmas (tidak di buku ini). 

    Catatan: Informed consent   pada keluarga (suami/istri, orangtua, anak yang cukup umur, atau

    saudara sekandung yang cukup umur) dilakukan apabila pasien dianggap tidak kompeten dalam

    membuat keputusan persetujuan tindakan medis.

    Referensi:

    1.  Glick, RL., et al. Emergency Psychiatry: Principles and Practice. Philadelphia: Lippincott

    Williams & Wilkins; 2008.

    2.  Otong, Antai D. Psychiatric Emergencies: How to Accurately Assess and Manage the

    Patient in Crisis. Wisconsin: PESI Health Care; 2001.

    3.  Kaplan H.I, Sadock B.J. Emergency Psychiatry. Philadelphia. Lippincot, Williams and

    Wilkins. 1994.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    7/42

    5

    BAB II. PENATALAKSANAAN UMUM KEGAWATDARURATAN PADA

    PASIEN DENGAN GADUH GELISAH

    A.  Pasien mungkin datang dengan tanda dan gejala:

      Aktivitas motorik yang berlebihan, tidak sesuai dan tidak bertujuan

      Menyerang  Kontrol impuls yang buruk

      Postur tegang dan condong ke depan

      Merusak lingkungan

      Mata melotot

      Ketakutan dan/atau anxietas yang berat

      Iritabilitas yang dapat meningkat intensitasnya menjadi perilaku yang mengancam

      Ketidakmampuan untuk menilai situasi dengan baik

      Isi pembicaraan berlebihan dan bersifat menghina

      Tekanan suara keras dan menuntut

      Marah-marah

      Dendam

      Merasa tidak aman

    B.  Penilaian

    1.  Wawancara

      Lakukan prinsip wawancara saat kegawatdaruratan seperti yang tercantum di Bab I.

      Apabila pasien gaduh gelisah membawa senjata tajam, yakinkan pasien berada dalam

    keadaan aman dan secara perlahan diminta untuk meletakkan senjatanya.

      Identifikasi kemungkinan penyebab

    a.  Kondisi organik (demam, kejang/epilepsi, trauma kepala, keganasan, kesadaran

    yang menurun, kepikunan progresif pada orang tua), dan penggunaan zat

    psikoaktif dan alkohol.

    b.  Kondisi mental, ada atau tidaknya gangguan jiwa (gangguan psikotik, gangguan

    suasana perasaan (mood), gangguan ansietas, gangguan kepribadian)

      Kaji riwayat penyakit dan riwayat pengobatan medis dan psikiatrik sebelumnya

    2.  Pemeriksaan Fisik

    a.  Riwayat penyakit medik: pemeriksaan fisik terutama kesadaran dan tanda vital serta

    pemeriksaan neurologis

    b.  Riwayat penggunaan obat, zat psikoaktif, dan alkohol

    c.  Riwayat penyakit psikiatrik: pemeriksaan status mental dan riwayat psikososial

    3.  Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan misalnya: darah perifer lengkap, urinalisa

    lengkap, elektrolit, gula darah, fungsi hati, fungsi ginjal, radiologi, dan EKG (jika tersedia,

    terutama pada pasien berusia di atas 40 tahun).

    C.  Diagnosis Banding

    a.  Gangguan mental organik misalnya delirium, demensia, gangguan perilaku organik

    b.  Gangguan akibat penyalahgunaan zat psikoaktif dan alkohol baik dalam fase intoksikasi

    maupun fase putus zat.

    c.  Gangguan psikotik misalnya psikotik akut dan skizofrenia, termasuk kondisi yang terjadi

    akibat efek samping obat misalnya akatisia.

    d.  Gangguan depresi (tipe agitatif) dan gangguan mania.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    8/42

    6

    e.  Gangguan anxietas seperti gangguan panik, gangguan kesurupan.

    f.  Gangguan kepribadian, seperti pada gangguan kepribadian histrionik/histerikal, gangguan

    kepribadian ambang.

    D.  Penatalaksanaan

    Manajemen Penatalaksanaan Gaduh Gelisah secara Umum

    1.  Lakukan prinsip penatalaksanaan seperti Bab I. Kegawatdaruratan Psikiatri (strategi umum,

    modifikasi lingkungan)

    2.  Tawarkan untuk mengontrol kondisi gaduh gelisah dengan pemberian medikasi oral misalnya

    haloperidol 2 x 2,5 mg (untuk pasien yang baru pertama kali minum obat antipsikotik) atau 2

    x 5 mg atau lebih disesuaikan dosis yang pernah efektif sebelumnya (untuk pasien yang

    pernah mendapatkan antipsikotik). Terapi oral dapat diberikan tunggal atau menggunakan

    kombinasi. Diazepam tablet 2 - 5 mg atau lorazepam 1 – 2 mg dapat diberikan untuk

    membantu pasien merasa tenang, agar evaluasi dapat dilakukan. Untuk pasien usia 6-18

    tahun haloperidol dapat diberikan dengan dosis 2 x 0,5-2,5 mg. Catatan: untuk

    penatalaksanaan bagi pasien dengan gangguan mental organik perhatikan Bab berikutnya

    yang terkait.

    3.  Bila terapi oral ditolak atau gagal, dapat diberikan injeksi tunggal Haloperidol 2,5 - 10 mg

    (I.M.) yang dapat diulang setiap 30 menit hingga mencapai dosis maksimal 30 mg ATAU 

    Diazepam injeksi 10 mg (I.V. lebih baik, dapat diberikan I.M. bila I.V sulit dilakukan,

    kontraindikasi pada penurunan kesadaran) yang dapat diulang setiap 30 menit hingga

    mencapai dosis maksimal 20 mg. Kombinasi keduanya dapat diberikan bila kondisi gaduh

    gelisah pasien sangat berat. Perhatikan tanda-tanda efek samping pemberian haloperidol

    (Baca Bab VIII. Efek Samping Obat yang Berat). Untuk pasien usia 6 – 12 tahun Haloperidol

    Pasien Gaduh Gelisah

    Nilai Kesadaran dan Tanda-tanda Cedera

    Persuasi: menenangkan dan menjamin

    keamanan

    Tawarkan obat oral

    Gagal

    Berikan obat Injeksi sesuai dengankebutuhan

    Pasien Tenang

    Pengikatan fisikbila perlu

    Lakukan penilaian secara lengkap:

    wawancara, pemeriksaan fisik, neurologis,

    dan status mental

    Rujuk atau lanjutkan medikasi dalam

    bentuk oral

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    9/42

    7

    injeksi dapat diberikan dengan dosis awal 1- 2,5 mg. Sementara pasien usia 12- 18 tahun

    dapat menggunakan Haloperidol injeksi dengan dosis 2,5 - 5 mg. Dosis ini dapat diulang setiap

    30 menit sampai dengan dosis maksimal 10 mg per hari. Catatan: untuk penatalaksanaan bagi

    pasien dengan gangguan mental organik perhatikan Bab berikutnya yang terkait.

    4.  Bila pasien sulit untuk ditenangkan untuk pemberian injeksi, dapat dilakukan tindakan

    pengikatan fisik (restraint ) dengan tujuan untuk membantu pasien mengendalikan diri,

    menjaga keselamatan pasien, dan memudahkan pemberian obat.5.  Setelah kondisi pasien tenang, lakukan pemeriksaan yang diperlukan. Observasi pasien setiap

    15-30 menit sekali, catat adanya peningkatan atau penurunan perilaku (terkait dengan

    perilaku, verbal, emosi, dan fisik)

    Pelaksanaan pembatasan gerak/pengekangan fisik (restraint ):

      Lakukan informed consent   secara lisan  dan tuliskan di dalam status pasien. Jelaskan

    tindakan yang akan dilakukan, bukan sebagai hukuman tapi untuk mengamankan pasien,

    orang lain dan lingkungan dari perilaku pasien yang tidak terkontrol.

      Siapkan ruang isolasi/alat pengikat (restraint ) yang aman – Lihat gambar di Bab I.

      Lakukan kontrak/kesepakatan untuk mengontrol perilakunya.

      Pilih alat pengikat yang aman  dan nyaman, terbuat dari bahan blacu. 

     Pengikatan dilakukan oleh minimum empat orang; satu orang memegang kepala pasien,dua orang memegang ekstremitas atas dan satu orang memegang ekstremitas bawah.

      Pengikatan dilakukan di  tempat tidur bukan di sisi tempat tidur dengan posisi terlentang,

    kedua kaki lurus, satu lengan di samping badan, satu lengan ke arah kepala.

      Ikatan sebaiknya tidak terlalu kencang, juga tidak longgar untuk mencegah cedera.

      Beri bantal di daerah kepala.

      Lakukan observasi pengekangan setiap 30 menit. Hal-hal yang perlu diobservasi:

    o tanda-tanda vital

    o tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan proses pengikatan

    o nutrisi dan hidrasi

    o sirkulasi dan rentang gerak ekstremitas (kuat lemahnya ikatan)

    o higiene dan eliminasi

    o status fisik dan psikologis

    o kesiapan klien untuk dilepaskan dari pengikatan, termasuk tanda vital

      Lakukan perawatan pada daerah pengikatan, pantau kondisi kulit yang diikat (warna,

    temperatur, sensasi), lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian

    setiap dua jam, lakukan perubahan posisi pengikatan.

      Libatkan dan latih pasien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara

    bertahap.

      Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya: ikatan dibuka satu persatu secara

    bertahap dimulai dari pergelangan kaki kiri, dilanjutkan pergelangan kaki lainnya,

    selanjutnya jika pasien tidak menunjukkan perilaku agresif lepaskan pengekangan pada

    pergelangan tangan yang tidak dominan dan terakhir tangan yang dominan (biasanya

    tangan kanan).

      Jika pasien sudah mulai dapat mengontrol perilakunya, maka pasien dapat dicoba untuk

    berinteraksi tanpa pengikatan dengan terlebih dahulu membuat kesepakatan yaitu jika

    kembali perilakunya tidak terkontrol maka pasien akan diisolasi/dilakukan pengikatan

    kembali.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    10/42

    8

    • Rujuk dan Tindak Lanjut

    Observasi setiap perubahan perilaku yang dialami pasien, jika perilaku terkontrol, latih pasien

    menurunkan kemarahan dengan teknik napas dalam. Jika perilaku tetap tidak terkontrol

    pertimbangkan untuk rujuk ke rumah sakit.

    Referensi:

    1.  Stuart, G.WT. Principles and practice of psychiatric nursing, 9th ed. Louis, Missouri: Mosby,Inc.; 2009.

    2.  Varcarolis & Halter. Essentials of psychiatric mental health nursing. Philadelphia: W.B

    Saunders Co; 2009.

    3.  Videbeck, S.L. Psychiatric mental health nursing. 3rd  ed. Philadhelpia: Lippincott Williams &

    Wilkins; 2006.

    4.  Dulcan MK. Lake M. Concise guide to child and adolescent psychiatry. Edisi ke-4. Washington

    DC: American Psychiatric Association; 2012

    5.  Heyneman EK. Emergency child psychiatry. Child Adolesc Psychiatric N Am; 2003; 12: 667-

    677.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    11/42

    9

    BAB III. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN

    DENGAN RISIKO DAN TINDAKAN BUNUH DIRI

    A.  Tanda dan Gejala

    Pasien mungkin datang dengan:

    • Ancaman untuk melukai atau bunuh diri• Mencari jalan untuk bunuh diri misalnya mencari akses ke obat-obatan, senjata, atau cara

    lainnya

    • Bicara atau menulis sesuatu tentang kematian, sekarat, atau bunuh diri

    Pasien mungkin datang dengan tanda-tanda fisik, pikiran, perasaan, dan perilaku

    Jenis Perilaku Bunuh Diri:

    1.  Ancaman Bunuh Diri  yaitu perilaku seseorang untuk melakukan bunuh diri apabila keinginan

    atau harapannya tidak terpenuhi.

    2.  Isyarat atau gelagat  yaitu bentuk perilaku bunuh diri yang diwujudkan dalam bentuk

    perubahan tingkah laku atau kebiasaan yang tidak biasa kemudian dilanjutkan dengan

    percobaan bunuh diri.

    3.  Percobaan bunuh diri  yaitu perilaku bunuh diri dalam bentuk percobaan mencederai diri

    sendiri dengan berbagai cara. Cara yang digunakan bermacam-macam, meminum racunserangga, menembak diri, gantung diri, terjun dari ketinggian dan sebagainya.

    Tanda Pikiran

    • “Saya tidak membutuhkan apa-apa lagi”

    • “Saya tidak bisa berbuat apa pun yang baik”

    • “Saya tidak bisa berpikir benar”

    • “Saya berharap saya mati”

    • “Segalanya akan lebih baik tanpa saya”

    • “Semua masalah saya akan berakhir

    secepatnya”• “Tidak ada yang dapat menolong saya”

    Tanda Perasaan

    • Putus asa

    • Marah

    • Rasa bersalah

    • Tidak berarti

    • Kesepian

    • Sedih

    • Tidak ada harapan

    • Tidak tertolong

    Tanda Perilaku

    • Menarik diri

    • Tidak tertarik dengan hal-hal yang dulu

    disukai

    • Penyalahgunaan alkohol atau zat

    • Perilaku yang tidak menentu

    • Perubahan perilaku drastis

    • Impulsif

    • Melukai diri

    • Mengembalikan semua barang-barang,mengubah surat wasiat, menitipkan hal-hal

    yang dicintai

    Tanda Fisik

    • Tidak memedulikan penampilan

    diri

    • Kehilangan hasrat seksual

    • Gangguan tidur

    • Kehilangan nafsu makan, berat

    badan menurun

    • Keluhan kesehatan fisik

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    12/42

    10

    B.  Penilaian Gawat Darurat Risiko Bunuh Diri

    Pada saat awal menghadapi gawat darurat bunuh diri maka lakukan penilaian kondisi pasien

    dengan:

    1.  Lakukan wawancara untuk mengkaji kemungkinan penyebab

    a.  Penyakit fisik misalnya epilepsi, tumor, penyakit Alzheimer, multiple sklerosis,

    trauma, keganasan terutama di kepala dan leher, penyakit autoimun, penyakit ginjal,

    sindroma nyeri kronik dan HIV/AIDSb.  Riwayat Gangguan Jiwa dan Komorbiditas Gangguan Jiwa

    Pikiran dan perilaku bunuh diri seringkali ditemukan pada seseorang dengan

    gangguan jiwa, terutama gangguan depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, gangguan

    stres pasca trauma, ansietas, gangguan penyalahgunaan zat, dan gangguan

    kepribadian seperti gangguan kepribadian antisosial dan gangguan kepribadian

    ambang

    2.  Lakukan wawancara untuk mengkaji faktor risiko dan faktor protektif

    Faktor Risiko

    • Adanya ide, rencana, dan akses ke alat-alat

    saat ini

    • Riwayat percobaan bunuh diri atau melukai

    diri sendiri

    • Riwayat keluarga dengan bunuh diri

    • Penyalahgunaan alkohol/zat psikoaktif

    • Riwayat gangguan jiwa saat ini atau

    sebelumnya

    • Baru pulang dari perawatan di rawatan

    psikiatri

    • Impulsivitas dan kontrol diri yang rendah

    • Keputusasaan

    • Kehilangan – fisik, keuangan, personal

    • Masalah yang berkepanjangan

    • Riwayat perlakuan salah dan kekerasan (fisik,seksual, emosional)

    • Kondisi akut seperti dipermalukan, rasa putus

    asa, rasa bersalah, dan malu

    • Masalah komorbiditas kesehatan, terutama

    yang saling memperberat atau diagnosis baru

    • Umur (usia lanjut dan dewasa muda), jenis

    kelamin (laki-laki), tidak menikah, hidup

    sendiri

    • Homo seksual

    Faktor Protektif

    • Dukungan sosial yang positif

    • Spiritualitas

    • Tanggung jawab pada keluarga, aset ekonomi

    • Memiliki anak atau hamil

    • Kepuasan hidup

    • Memiliki kemampuan membedakan mana

    yang nyata dan mana yang tidak

    • Memiliki keterampilan menyelesaikan

    masalah

    • Hubungan terapeutik yang positif

    • Memiliki hobi, aktivitas rekreasional

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    13/42

    11

    3.  Lakukan pemeriksaan fisik untuk mencari kemungkinan tanda-tanda:

    a.  sayatan pada pergelangan tangan.

    b.  luka tusuk di dada atau abdomen

    c.  luka tembak

    d.   jejas bekas gantung dirie.  luka memar akibat jatuh atau membentur benda keras

    f.  bau muntah racun serangga

    g.  tanda-tanda Intoksikasi obat-obatan tertentu

    C.  Kemungkinan Diagnosis Utama

    a.  Gangguan mental organik akibat penyakit infeksi, trauma, keganasan, vaskular, metabolik

    endokrin, kongenital herediter, degeneratif autoimun

    b.  Gangguan akibat penyalahgunaan zat dan alkohol

    c.  Gangguan psikotik

    d.  Gangguan mood baik gangguan depresi maupun gangguan afektif bipolar

    e.  Gangguan neurotik seperti gangguan stres pasca trauma, gangguan panik

    f.  Gangguan kepribadian seperti gangguan kepribadian antisosial dan gangguan kepribadianambang

    D.  Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Bunuh Diri

    Penatalaksana gawat darurat bunuh diri dimulai dari penilaian bentuk perilaku bunuh diri, apakah

    berupa ancaman/isyarat saja atau ancaman/isyarat disertai dengan percobaan bunuh diri. Bila

    yang ditemukan dalam bentuk ancaman/isyarat saja maka penatalaksanaannya adalah

    Manajemen Risiko Bunuh Diri. Apabila yang ditemukan adalah percobaan bunuh diri maka

    penatalaksanaannya adalah penatalaksanaan manajemen kondisi fisik (penanganan cedera atau

    keracunannya), baru setelah kondisinya fisiknya aman dilanjutkan dengan manajemen risiko

    bunuh diri (Lihat algoritma berikut):

    Cara Bertanya

    • Saya menghargai betapa tidak mudahnya problem itu bagi Anda saat ini. Beberapa

    pasien saya dengan problem serupa mengatakan kepada saya bahwa mereka terpikir

    untuk mengakhiri hidup. Apakah Anda juga pernah memikirkan hal serupa?

    Atau

    • Apakah Anda merasa putus asa dengan kondisi saat ini atau masa depan?• Jika ya,

    • Pernahkah Anda berpikir untuk mengakhiri hidup?

    • Jika ya,

    • Kapan Anda memiliki pikiran tersebut? Dan apakah Anda memiliki rencana untuk

    melakukannya?

    • Apakah Anda pernah mencoba melakukannya?

    Pasien Ancaman/Isyarat

    Bunuh Diri

    Pasien Percobaan Bunuh Diri

    Tanda-tanda

    Pencederaan Fisik

    Tanda-tanda

    Intoksikasi

    Manajemen Kondisi FisikManajemen Risiko Bunuh Diri

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    14/42

    12

    1.  Tindakan yang Harus Dilakukan dan yang Harus Dihindari

    Tindakan yang Harus Dilakukan Tindakan yang Harus Dihindari

    a.  Waspada – kenali faktor risiko dan tanda

    penting

    b.  Bertindak – singkirkan alat-alat yang dapat

    dipergunakan untuk melukai diri seperti

    obat-obatan, pembasmi serangga, tali,senjata api, alkohol, dan zat psikoaktif lain

    c.  Terbuka – bicarakan secara terbuka

    tentang hal-hal yang dikuatirkan dan

    pikiran bunuh diri

    d. Menyediakan diri – tunjukan minat,

    pengertian, dan dukungan

    e. Mau mendengarkan – ijinkan untuk

    mengekpresikan perasaannya, terima, dan

    sabar

    f.  Harapan – tawarkan harapan berupa

    alternatif yang tersedia namun jangan

     pastikan bahwa alternatif itu akanmengubah segalanya.

    g.  Jejaring bantuan – dapatkan kerjasama dan

    bantuan profesional kesehatan jiwa

    secepat mungkin

    a.  Menantang untuk melakukan tindakan

    bunuh diri

    b.  Terlihat terpukul atau terkejut

    c.  Bertanya “Mengapa” karena hal ini akan

    memicu terpikirnya alasan untuk matidan seakan membenarkan pilihan

    tersebut

    d.  Menghakimi – mendebat tentang bunuh

    diri itu salah atau benar, perasaan itu baik

    atau buruk, memberi kuliah tentang nilai-

    nilai kehidupan

    e.  Menjanjikan untuk menjadikan hal ini

    rahasia, karena bila situasi darurat terjadi,

    kita wajib mengontak keluarga atau orang

    terdekat pasien untuk melakukan upaya

    pengamanan pertama

    f. 

    Pemberian antidepresan terutamagolongan tipikal seperti amitriptilin

    sebaiknya dihindari pada fase-fase awal

    risiko bunuh diri karena dapat

    memperbesar risiko percobaan bunuh diri

    2.  Meningkatkan durasi kontak untuk mencegah aksi percobaan bunuh diri

    3.  Tindakan-tindakan Khusus

    Mereka yang telah merencanakan bunuh diri

    saat ini

    • Perlu untuk dirawat

    • Menyingkirkan alat-alat

    • Membina hubungan terus dengan pasien

    dan kontak sumber dukungan terdekat

    Mereka yang tampak gelisah dan sulit

    mengendalikan diri

    Lakukan manajemen gaduh gelisah seperti yang

    tercantum pada Bab 2.

    Mereka yang memiliki rasa nyeri dan sesak Bantu untuk mengurangi rasa nyeri dan sesak

    Mereka yang dengan perilaku bunuh dirisebelumnya Lindungi dari bahaya seperti yang dulu pernahdilakukan

    Mereka yang memiliki gangguan jiwa Hubungkan ke layanan kesehatan jiwa

    Manajemen Risiko Bunuh Diri

    Prioritas pertama dalam penanganan kasus kedaruratan akibat bunuh diri adalah menyelamatkan

    nyawa pasien. Manajemen kondisi bunuh diri bisa terjadi di puskesmas atau saat keluarga/pasien

    menghubungi petugas Puskesmas di tempat kejadian. Dalam keadaan seperti itu satu petugas

    Puskesmas tetap berkomunikasi dengan pasien/keluarga, sementara ada tim darurat yang datang

    ke tempat kejadian.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    15/42

    13

    4.  Manajemen untuk mencegah percobaan bunuh diri berikutnya

    Apabila pasien dengan percobaan bunuh diri sudah stabil kondisi baik fisik maupun mentalnya,

    tindakan berikutnya adalah untuk memastikan keadaan pasien aman. Langkah-langkah yang

    dapat dilakukan: 

    1)  Awasi, jangan biarkan pasien sendirian. Selama 24 jam sebaiknya pasien terpantau oleh

    keluarga/tenaga kesehatan

    2)  Simpan benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri misalnya benda tajam, tali, ikatpinggang, dan racun serangga.

    3)  Apabila pasien minum obat-obatan psikiatri, pastikan obat benar-benar diminum dan dalam

     jumlah yang sesuai.

    4)  Buat kontrak dengan pasien bahwa ia tidak akan melakukan tindakan bunuh diri dalam

     jangka waktu tertentu, misalnya sampai dengan pertemuan berikutnya, atau akan

    menghubungi tenaga kesehatan apabila muncul keinginan untuk bunuh diri. Pada saat

    pasien berobat lagi, buat kontrak lagi, demikian seterusnya.

    5)  Tegakkan hubungan saling percaya dengan pasien

    6)  Jangan menghakimi perilaku pasien.

    7)  Tingkatkan harga diri pasien dengan memberikan kesempatan pasien menceritakan aspek

    positif dirinya, menyusun rencana jangka pendek dan memberikan kesempatan pasien untuk

    melaksanakan rencananya dengan sukses.8)  Kerahkan dukungan keluarga/orang terdekat. Edukasi keluarga atau orang terdekat agar

    memberikan dukungan kepada pasien.

    9)  Ajak pasien untuk mengenali potensi penyelesaian masalah yang selama ini efektif dan

    memperkenalkan cara-cara penyelesaian masalah lain yang mungkin lebih baik.

    E.  Tindak Lanjut/Rujukan

    Apabila pasien tidak memiliki keluarga atau keluarga tidak mampu merawat pasien di rumah

    maka pasien perlu dilakukan hospitalisasi. Perlu diinformasikan apa yang akan dilakukan di

    tempat rujukan, misalnya kemungkinan pemberian obat, psikoterapi, termasuk perawatan

    lanjutan dari risiko akibat tindakan percobaan bunuh diri. Jika pasien/keluarga menolak

    hospitalisasi maka perlu dilakukan informed consent   serta diinformasikan tindakan yang

    dilakukan di rumah.

    Referensi

    1.  Stuart G.W. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 9th

     Ed. Louis, Missouri. 2009

    2.  Kaplan H.I, Sadock B.J. Emergency Psychiatry. Philadelphia. Lippincot, Williams and Wilkins.

    1994.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    16/42

    14

    BAB IV. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN PADA

    PASIEN DENGAN DELIRIUM

    A.  Tanda dan gejala delirium

    Pasien mungkin datang dengan:

      Perubahan kesadaran yang bersifat fluktuatif dalam satu hari (biasanya memberat pada

    malam hari)  Gangguan pemusatan, pertahanan dan pengalihan perhatian 

      Gangguan orientasi waktu, ruang dan bila berat disertai gangguan orientasi orang 

      Halusinasi, biasanya visual (lihat) atau olfaktorik (penciuman) 

      Hiperaktivitas atau hipoaktivitas motorik

      Gangguan siklus tidur 

      Inkoherensi

      Onset akut 

      Adanya penyakit fisik

    Delirium:

      Sinonim: acute confusional state (ACS)

      Sindrom, bukan penyakit  Merupakan kegawat daruratan medis, didasari oleh penyakit fisik akut

      Multifaktorial, ada faktor predisposisi dan presipitasi

    Faktor Risiko/Predisposisi Faktor Pencetus/Presipitasi

    • Usia lanjut

    • Demensia

    • Polifarmasi

    • Gangguan

    penglihatan/pendengaran

    • Dehidrasi

    • Gangguan ginjal kronik

    • Gangguan neurologis• Gangguan

    fungsional/disabilitas fisik

    • Efek samping obat (antikolinergik)

    • Intoksikasi atau gejala putus

    penggunaan Napza

    • Infeksi

    • Trauma kepala

    • Gangguan metabolik: dehidrasi,

    gangguan elektrolit, malnutrisi,

    ensefalopati hepatikum/uremikum• Gangguan vaskular: stroke, gagal

     jantung, hipovolemia, aritmia

    • Gangguan endokrin

    B.  Penilaian

    1.  Pada pasien yang mengalami perubahan mendadak dalam fungsi fisik (penurunan

    mobilitas, perubahan nafsu makan, sulit tidur, gelisah), kognitif (bingung, sulit konsentrasi,

    respons lambat), persepsi (halusinasi visual atau auditorik), dan perilaku sosial (tidak

    kooperatif), cek apakah ada faktor risiko predisposisi delirium.

    2.  Lakukan pemeriksaan fisik (status generalis, status neurologis) yang cermat serta lakukan

    pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit, kimia darah (glukosa sewaktu,tes fungsi hati, fungsi ginjal), urinalisis, EKG, dan foto toraks untuk menyingkirkan faktor

    presipitasi delirium.

    3.  Untuk membantu menegakkan diagnosis delirium dapat digunakan instrumen CAM

    (Confusion Assessment Method ), yaitu:

    1)  Adanya awitan akut dan perjalanan penyakit yang berfluktuasi

    DAN

    2)  Inatensi

    DISERTAI

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    17/42

    15

    3)  Disorganisasi proses pikir ATAU

    4)  Perubahan tingkat kesadaran

    4.  Mengingat sifat delirium yang fluktuatif, sebaiknya pemeriksaan dilakukan serial/beberapa

    kali dengan memperhitungkan variasi diurnal dan info dari berbagai sumber (keluarga,

    perawat, dll).

    C.  Penatalaksanaan

    Referensi

    1.  Kaplan HI, Sadock BJ. Substance Abuse. Synopsis of Psychiatry, Behavioral Sciences/Clinical

    Psychiatry, 8th edition, Lippincott Williams and Wilkins, Baltimore, 1998.

    2.  American Psychiatry Assocociation. Diagnostic and Stastical Manual of mental Disorders.

    Fourth Edition. Washington, DC. American Psychiatry Asscociation, 1994.

    3.  Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia.

    1.  Atasi kondisi medis yang diduga mencetuskan delirium.

    2.  Bila pasien gelisah hingga membahayakan diri/orang lain atau mengganggu jalannya

    pengobatan, berikan obat antipsikotik dosis rendah per oral, yaitu Haloperidol 0,5 mg tiap

    4 – 6 jam, dapat ditingkatkan sampai maksimal 10 mg per hari. Untuk lansia dosis

    maksimal 3 mg per hari.

    3.  Pada agitasi berat atau kondisi yang tidak memungkinkan pemberian per oral dapat

    diberikan injeksi Haloperidol 2,5 mg IM, dapat diulang setelah 30 menit. Dosis maksimal

    dewasa 10 mg per hari. Dosis maksimal lansia 5 mg per hari. Hindari pemberian

    benzodiazepin (kecuali pada delirium yang disebabkan oleh penggunaan alkohol).

    4.  Setelah gaduh gelisah teratasi dan pasien stabil, segera rujuk ke RS Umum dengan ICU

    (jika diperlukan) untuk penanganan lebih lanjut.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    18/42

    16

    BAB V. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN

    PADA PASIEN DENGAN DEMENSIA

    A.  Pasien datang dengan:

    • Agitasi fisik non agresif  – peningkatan aktivitas motorik yang tidak bertujuan,

    cemas/khawatir ditinggal, mondar mandir, wandering, disinhibisi seksual.• Agresivitas verbal – marah-marah tanpa sebab yang jelas, berteriak, mengancam.

    • Agresivitas fisik, perilaku kekerasan (violence)  – memukul/menyerang orang lain,

    merusak/melempar barang.

    • Halusinasi atau ilusi—terutama visual.

    • Waham – paranoid (curiga, cemburu), misidentifikasi, diabaikan.

    B. Penilaian

      Tanyakan pada keluarga/pelaku rawat apakah pernah berobat untuk demensia

    (kepikunan) atau adakah tanda dan gejala demensia yang menyebabkan pasien

    mengalami kesulitan menjalankan fungsinya sehari-hari. 

      Perhatikan perilaku pasien selama pemeriksaan, adakah tanda-tanda berikut: 

    o  Tampak bingung/disorientasi 

    o  Banyak menjawab “tidak ingat/tidak tahu” 

    o  Meminta keluarga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya 

    o  Kesulitan menemukan kata, menggunakan kata yang tidak tepat atau tidak dapat

    dipahami 

    o  Kesulitan mengikuti pembicaraan 

      Lakukan pemeriksaan status mental & kognitif serta status fungsional (ADL) 

      Lakukan anamnesis singkat pada pasien dan/atau keluarga dengan fokus pada

    kemungkinan penyebab agitasi pada demensia (delirium, nyeri, penggunaan zat/obat,

    masalah psikososial, sindrom neuropsikiatrik, atau akibat langsung demensia).

     Lakukan pemeriksaan fisik, status mental yang cermat dan lengkap serta pemeriksaanpenunjang sesuai indikasi untuk memastikan penyebab agitasi.

    C. Penatalaksanaan• Pada agitasi ringan dapat dilakukan intervensi lingkungan/non-farmakologis saja

    berupa pemberian rutinitas terstruktur, penenteraman, sosialisasi, edukasi dan

    dukungan keluarga/pelaku rawat atau dikombinasikan dengan penggunaan obat.

    • Pada agitasi berat utamakan pemberian obat yang dapat ditambah dengan

    intervensi lingkungan berupa supervisi dan penjagaan keamanan lingkungan

    ditambah edukasi dan dukungan keluarga/ pelaku rawat.

    • Rujuk ke psikiater geriatri atau rawat inap bila:

    • Gangguan perilaku berat sehingga membahayakan pasien dan pelaku rawat

    • Tidak ada pelaku rawat yang bisa mengawasi dan melaporkan kemajuan pasien

    • Ada efek samping obat

    • Respons tidak adekuat dengan dua atau lebih obat

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    19/42

    17

    ALGORITMA ASESMEN AGITASI PADA DEMENSIA

    Ya   Kausa Agitasi

    ya

    Pertimbangkan juga Pertimbangkan juga

    ya

    Ya

    Pertimbangkan juga

    Ya

    Pertimbangkan juga

    Ya

    Tidak

    Awitan atau eksaserbasi

    kondisi medis yang tumpang

    tindih dengan demensia?

    Perubahan akut dari status mental basal;

    hendaya kesadaran & kognisi; fluktuatif?

    Delirium

    lihat

    Bab

    Delirium

    Agitasi pada demensia

    Adakah nyeri?

    Nyeri

    Penderitaan atau

    rasa tidak nyaman

    akibat kondisi medis

    Agitasi terinduksi-obat

    atau zat lihat Bab

    Penyalahgunaan zat

    Interaksi obat

    Putus zat atau

    obat

    Masalah lingkungan atau

    psikososial?

    Stresor lingkungan:

      Bising, stimulasi >>

      Terlalu padat

      Lingkungan baru

    Stressor psikososial:

      Perubahan rutinitas

      Kurang aktivitas terstruktur

      Isolasi sosialSindrom neuropsikiatrik menonjol?

      Psikosis

      Depresi

      Ansietas

      Insomnia

    Agitasi sebagai akibat

    langsung demensia

    Lansia, mudah lupa, gangguan fungsi

    Demensia

    Agitasi, agresi, halusinasi, waham

    Apakah pasien mengonsumsi

    obat atau menggunakan zat?

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    20/42

    18

    ALGORITMA PEMILIHAN TERAPI AGITASI PADA DEMENSIA

    PILIHAN OBAT UNTUK SUBTIPE AGITASI

    Bila perlu obat

    Dosis obat

    Nama Obat Dosis awal Dosis total

    Haloperidol 0,5 mg 1 – 3 mg

    Diazepam 1 –2 mg 2 – 5 mg

    Catatan: pada dementia tidak boleh diberikan obat mengandung antikolinergik, misalnya triheksifenidil

    Penyebab medis agitasi:

      Terkait obat (ESO, withdrawal, interaksi obat)

      Gangguan elektrolit

      Infeksi saluran kemih (ISK)

      Malnutrisi/intake sulit

     Pneumonia

      Trauma kepala

      Nyeri

      Konstipasi

      Gagal jantung kronik

      Hipotensi ortostatik

      Hipotiroid

      Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)

    Agitasi BeratAgitasi Ringan

    Obat+ intervensi lingkungan

    (supervisi + keamanan lingkungan

    + edukasi &dukungan keluarga/

    pelaku rawat

    Atau Obat saja

    Intervensi lingkungan + Obat

    (rutinitas terstruktur, penenteraman,

    sosialisasi + edukasi & dukungan

    keluarga/ pelaku rawat

    Atau intervensi lingkungan saja

    Delirium Atasi kondisi medis

    yang mendasariHaloperidol

    Psikosis,

    agresi

    Ansietas,

    insomnia

    Haloperidol

    Diazepam

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    21/42

    19

    Pemeriksaan Penunjang:

    Rutin Sesuai indikasi

    DPL EKG

    Urinalisis Foto toraks

    Intervensi Non-farmakologis:

    Untuk semua agitasi   Edukasi keluarga tentang demensia dan

    agitasi

      Berikan aktivitas terstruktur & rutin

      Hindari stimulasi kurang/berlebihan

      Gunakan pengaman, batasi akses ke

    pintu

      Kurangi isolasi; sering ajak bicara

    Terutama pada agitasi ringan   Gunakan cahaya terang di siang hari

    dan lampu malam untuk tidur

      Berikan stimulus orientasi (jam,kalender)

      Biarkan pasien mondar mandir selama

    tidak mengganggu; ciptakan ruang

    aman

      Beri penenangan

    Terutama pada agitasi berat   Supervisi kontinu oleh pelaku rawat

      Bila perlu, lakukan fiksasi termonitor

    Referensi

    1.  Expert Consensus Guideline: Treatment of Agitation in Dementia. McGraw-Hill 19982.  Neugroschl J. Agitation: How to manage behavior disturbances in the older patient with

    dementia. Geriatrics 2002; 57 (April):33-37

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    22/42

    20

    BAB VI. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN

    PADA PASIEN AKIBAT PENYALAHGUNAAN

    NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, ALKOHOL DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA

    A.  Klasifikasi Napza berdasarkan efek yang ditimbulkan

    DDeepprreessaann  SSttiimmuullaann  HHaalluussiinnooggeenn 

    AAllkkoohhooll  AAmmf f eettaammiinn  LLSSDD 

    BBeennzzooddiiaazzeeppiinn  MMeettaammf f eettaammiinn  PPCCPP

    OOppiiooiidd  KKookkaaiinn  Kanabis (dosis tinggi)

    SSoollvveenn  Magic mushrooms

    KKaannaabbiiss ((ddoossiiss rreennddaahh))

    B.  Tanda dan Gejala

    Kegawatdaruratan penyalahgunaan zat terdiri dari kondisi intoksikasi (dalam pengaruh zat) atau

    dalam keadaan mengalami gejala putus zat. Pasien mungkin datang dengan: keluhan perilaku

    yang gaduh gelisah, tanda dan gejala gangguan fisik, percobaan bunuh diri, hingga penurunan

    kesadaran. Tanda dan gejala mungkin teridentifikasi saat pasien datang ada dalam Box berikut ini:

    Kegawatdarutan penggunaan Napza  adalah gangguan fisik, psikologik dan perilakuyang disebabkan oleh kondisi intoksikasi   dan  putus penggunaan  narkotika,

    psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza). Intoksikasi adalah kumpulan gejala yang

    disebabkan oleh penggunaan Napza dalam dosis cukup tinggi; Gejala Putus Zat

    (Withdrawal ) adalah kumpulan gejala yang terjadi setelah menghentikan atau

    mengurangi penggunaan Napza, sesudah penggunaan berulang kali, biasanya

    berlangsung lama dan atau dalam jumlah yang banyak.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    23/42

    21

    Tanda dan Gejala Kegawatdaruratan pada Penyalahgunaan Napza

    DEPRESAN STIMULAN HALUSINOGEN

    Alkohol Benzodiazepin Opioid Amfetamin Kokain Kanabis Inhalansia

    Intoksikasi

      Kesadaran

    menurun

      Gangguan

    perhatian  Gangguan daya

    nilai

      Emosi labil &

    disinhibisi

      Agresi

      Jalan

    sempoyongan

      Nistagmus

      Bicara cadel/pelo

      Nafas berbau

    alkohol

     

      Kesadaran

    menurun hingga

    stupor/koma

      Apatis dansedasi

      Gangguan

    perhatian atau

    daya ingat

      Amnesia

    retrograd

      Gangguan emosi

      Agresi

      Jalan

    sempoyongan

      Nistagmus

      Bicara cadel

      Kesadaran

    menurun hingga

    koma

      Gangguan dayanilai

      Gangguan

    perhatian dan daya

    ingat

      Depresi pernafasan

      Konstriksi pupil

      Bicara kacau

      Waspada

    berlebih

      Ilusi, halusinasi

      Ide kebesaran  Ide paranoid

      Perasaan labil,

    eforia

      Marah/agresif

      Denyut jantung

    cepat

     Penurunan kesadaran

    hingga koma

     Bingung, agitasi, atau

    retardasi psikomotor Depresi pernafasan

     Nyeri dada atau kejang

     Diskinesia, dystonia

     Berkeringat atau rasa

    dingin

     Mual atau muntah

     Dilatasi pupil

      Takikardi atau

    bradikardi

     Peningkatan atau

    penurunan tekanan

    darah

     Aritmia jantung

     Berat badan turun

     Gangguan

    perhatian

     Halusinasi

     Gangguan dayanilai

     Ide paranoid

     Sensasi waktu

    berjalan lambat

     Depersonalisasi &

    derealisasi

     Eforia atau

    disinhibisi

     Agitasi/ansietas

     Sulit berdiri

     Mulut kering

     Nafsu makan

    meningkat

      Letargi, dizziness 

      Inkoordinasi, jalan

    sempoyongan

      Refleks menurun  Retardasi

    psikomotor

      Tremor

      Kelemahan otot

    menyeluruh

      Nistagmus,

    pandangan mata

    kabur, diplopia

      Bicara cadel

    Withdrawal  (Putus Zat)

      Ilusi, halusinasi

      Tremor  Agitasi

    psikomotor

      Berkeringat

      Mual muntah

      Takikardi

      Tekanan darah

    meningkat

      Hipertermi

      Hiperventilasi

      Ilusi, halusinasi

      Ansietas  Hiperaktivitas

    otonom

      Tremor

      Agitasi

    psikomotor

      Iritabel

      Insomnia

      Mual muntah

      Kejang jenis

      Disforia

      Mual dan muntah  Nyeri otot

      Lakrimasi/rinorrhea

      Dilatasi pupil

      Piloereksi atau

    berkeringat

      Diare, kram perut

      Menguap

      Demam

      Insomnia

      Disforia

      Mimpi bizarre    Keinginan

    mengkonsumsi

    stimulansia

    yang kuat

      Hambatan

    psikomotor

      Insomnia atau

    hipersomnia

      Letih lesu

      Disforia

      Mimpi buruk yang jelas

      Agitasi atau retardasi

    psikomotor

      Insomnia atau

    hipersomnia

      Rasa lelah

      Nafsu makan

    meningkat

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    24/42

    22

      Nyeri kepala

      Insomnia

      Lemah lesu

      Kejang

      Disorientasi,

    bingung

      Paranoia

      Penurunan

    kesadaran

    grandmal     Agitasi

      Iritabel

      Nafsu makan

    >>

      Ide bunuh diri

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    25/42

    23

    C.  Penilaian

    1.  Anamnesis

    Anamnesis dilakukan pada pasien dan orang yang mengantarnya. Anamnesis meliputi

    tanda dan gejala yang ada, waktu timbul gejala, perilaku yang menyertai, intensitas dan

    frekuensi gejala, gejala yang mengarah pada gangguan organik, misalnya demam, kejang

    dan trauma. Pada anamnesis juga ditanyakan penggunaan Napza: jenis, lama

    penggunaan, toleransi dosis, gejala putus zat, pengobatan untuk penggunaan Napza

    sebelumnya

    2.  Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan fisik secara menyeluruh

    3.  Pemeriksaan status mental

    Perasaan, pikiran dan perilaku

    4.  Pemeriksaan penunjang

    - Darah lengkap

    - Tes urin untuk Napza

    - SGOT/SGPT- Ureum/Creatinin

    D.  Diagnosis Banding

    -  Diagnosis banding dengan penggunaan Napza lainnya 

    -  Delirium yang disebabkan kondisi organik 

    -  Gangguan Psikotik 

    E.  Penatalaksanaan

    PSIKOFARMAKA

    I.  Tatalaksana Intoksikasi

    Tatalaksana Umum

    Penanganan kondisi medik umum

    Pemantauan tanda-tanda vital 

    Evaluasi tingkat kesadaran, serta jalan nafas pasien

      Observasi tanda vital setiap 15 menit selama 4 jam

      Evaluasi perlunya pemberian oksigen

      Pasien dipuasakan untuk menghindari aspirasi

    Tatalaksana Khusus

    Terapi Intoksikasi Opioid:

      Nalokson 0,2-0,4 mg (1 cc) atau 0,01 mg /kg berat badan IV, IM, atau subkutan,bila belum berhasil dapat diulang sesudah 3-10 menit sampai 2-3 kali dan pasien

    dipantau selama 24 jam

      Apabila tidak ada nalokson  maka diberikan terapi simptomatik, apabila pasien

    gelisah maka dapat diberikan antipsikotik secara oral atau suntikan (lihat bab

    gaduh gelisah)

      Mengatasi penyulit sesuai dengan kondisi klinis

      Bila kondisi fisik membutuhkan perawatan intensif maka dirujuk ke rumah sakit

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    26/42

    24

    Terapi Intoksikasi Kokain dan Amfetamin:

      Bila suhu naik kompres dengan air hangat

      Untuk mencegah kejang berikan diazepam 10-30 mg per oral/parenteral diulang 15-20

    menit

      Bila ada gejala psikotik berikan haloperidol 3 x 2.5-5 mg

      Bila terjadi takikardi berikan propanolol 10-20 mg

    Terapi Intoksikasi Kanabis:

      Ciptakan suasana yang tenang

      Ajak bicara tentang apa yang dialami

      Jelaskan kondisi ini bersifat sementara dan dalam waktu 4-8 jam akan menghilang

      Diazepam 10-30 mg per oral atau parenteral, diulang setiap jam bila diperlukan (hati-hati

    depresi pernafasan, dosis maksimal pemberian diazepam parenteral adalah 20 mg/hari)

      Apabila gejala psikotik menonjol maka dapat diberikan haloperidol 1-2 mg peroral

    Terapi Intoksikasi Alkohol:

      Kondisi hipoglikemi maka berikan 50 ml Dextrose 40%

      Injeksi thiamine 100 mg IV untuk profilaksis terjadinya Wernicke Encephalopathy  

     Apabila pasien gelisah maka dapat diberikan antipsikotik, haloperidol 5 mg IM, yang dapatdiulang per 30 menit, sampai dosis maksimal 30 mg/hari

      Apabila kesadaran menurun maka rujuk pasien ke rumah sakit

    Terapi Intoksikasi Sedatif-Hipnotik:

    Diperlukan terapi kombinasi yang bertujuan :

      Mengurangi efek obat dalam tubuh

      Mengurangi absorbsi obat lebih lanjut

      Mencegah komplikasi jangka panjang

    1.Langkah I : Mengurangi efek Sedatif-Hipnotik:

     Pemberian Flumazenil (Antagonis Benzodiazepin, apabila ada): 1 mg IV selama 1-3

    menit

     Tindakan suportif termasuk :

    -Pertahankan jalan nafas, berikan pernafasan buatan bila diperlukan

    -Perbaiki gangguan elektrolit bila ada

     Diuresis dapat berikan furosemid atau manitol untuk mengeluarkan obat

    2. Langkah II : Mengurangi absorbsi lebih lanjut:

     Rangsang muntah, bila baru terjadi pemakaian.

    3. Langkah III : Mencegah komplikasi:

     Perhatikan tanda-tanda vital, periksa kemungkinan adanya depresi pernafasan, aspirasi

    dan edema paru

     Bila pasien ada usaha bunuh diri, maka harus ditempatkan di tempat khusus dengan

    pengawasan yang ketat

     Rujuk pasien ke rumah sakit apabila dibutuhkan perawatan intensif

    Terapi Intoksikasi Halusinogen:

      Lingkungan yang nyaman

      Jelaskan efek yang ditimbulkan obat-obat tersebut dan efek tersebut akan menghilang

    seiring dengan bertambahnya waktu

      Pemberian antiansietas yaitu diazepam 10-30 mg oral atau Lorazepam 1-2 mg oral

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    27/42

    25

    Terapi Intoksikasi Inhalansia:

      Pertahankan Oksigenasi

      Simptomatik

      Pasien dengan gangguan neurologik bermakna, misalnya neuropati atau  persistent ataxia,

    harus mendapatkan evaluasi formal dan observasi ketat, sehingga pasien harus dirujuk

    II. Tatalaksana Putus ZatTatalaksana Umum

    Penanganan kondisi medik umum

    Pemantauan tanda-tanda vital

    Terapi Putus Zat Opioid:

      Terapi simptomatik dengan menggunakan analgetik bila ada rasa nyeri, atau bila pasien

    gelisah maka dapat diberikan golongan benzodiazepin, diazepam 3 x 5 mg (per oral) atau

    antipsikotik dosis rendah haloperidol 2 x 2-5 mg (per oral)

      Apabila pasien sangat gelisah berikan suntikan (sesuai dengan bab gaduh gelisah)

    Terapi Putus Kokain, Amfetamin Atau Zat Yang Menyerupai:

     Tempatkan pada suasana tenang

      Berikan benzodiazepin misalnya diazepam 3 x 5 mg untuk tidur

    Terapi Putus Alkohol:

      Atasi kondisi gelisah dengan golongan benzodiazepin (diazepam 5 mg IM atau IV yang

    dapat diulang tiap 30 menit sampai dosis maksimal 20 mg/hari)

      Bila ada kejang akibat putus zat maka atasi dengan benzodiazepin (diazepam 5 mg yang

    disuntikan IV secara perlahan)

      Dapat juga diberikan thiamine 100 mg ditambah 4 mg magnesium sulfat dalam 1 liter 5%

    Dextrose/normal saline selama 1-2 jam

      Bila terjadi Delirium Tremens harus dirujuk  

    NON PSIKOFARMAKA

    Tips perawatan pasien dengan penyalahgunaan Napza

    1.  Komunikasi terapeutik

      Bicara dengan tenang

      Gunakan kalimat singkat dan jelas

    2.  Jika ditemukan gejala putus zat hindarkan pasien dari stimulus lingkungan yang

    berlebihan misalnya pencahayaan yang terlalu terang atau lingkungan yang berisik

    3.  Berikan edukasi mengenai kondisi pasien secara jelas dan singkat

    4.  Persuasi pasien untuk tidak gelisah

    5.  Edukasi pasien dan keluarga untuk melanjutkan pengobatan untuk masalah

    penyalahgunaan Napza di institusi yang terkait

    6.  Psikoterapi suportif dengan memberikan pujian kepada pasien apabila ia bersikap tenang

    7.  Observasi adanya tanda-tanda risiko bunuh diri pada pasien

    Delirium tremens  ditandai dengan penurunan kesadaran dan perilaku yang gaduh gelisah, dandapat disertai dengan kejang setelah kondisi putus penggunaan alkohol.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    28/42

    26

    Referensi

      American Psychiatry Asscociation. Diagnostic and Stastical Manual of mental Disorders.

    Fourth Edition. Washington, DC. American Psychiatry Asscociation, 1994 

      Kaplan HI, Sadock BJ. Substance Abuse. Synopsis of Psychiatry, Behavioral

    Sciences/Clinical Psychiatry, 8th edition, Lippincott Williams and Wilkins, baltimore, 1998   Ries R, Fiellin D, Miller S. Priciples of Addiction Medicine, 4th edition, Lippincott Williams

    and Wilkins, Baltimore, 2003 

    Obat lain yang sering disalahgunakan adalah triheksifenidil dan dekstrometorfan  (DMP).

    Penyalahgunaan triheksifenidil dapat menyebabkan detak jantung meningkat, pusing danpenglihatan kabur, mual dan muntah, diare, depresi dan kebingungan. Penyalahgunaan

    dekstrometorfan dapat mengakibatkan bicara kacau, gangguan berjalan, mudah tersinggung,

    berkeringat, dan bola mata berputar-putar (nistagmus). Gejala yang timbul akibat efek samping

    kedua obat tersebut diterapi secara simptomatik.

    LSD (lysergic acid diethylamide) 

    LSD dapat berbentuk cair, kertas, pil dan ditelan. LSD merupakan halusinogen kuat yang tidak

    berbau dan tidak berwarna. Nama jalanan dari LSD adalah acid, blotter acid, microdot , dan

    white lightning, berefek halusinogen atau high  seperti "trip."

    Inhalan  merupakan zat kimiawi yang mudah menguap dan berefek psikoaktif, terkandung

    dalam barang yang lazim digunakan dalam rumah tangga sehari-hari seperti lem, hair sprays,

    cat, gas pemantik, bisa digunakan oleh anak-anak agar cepat high. Meskipun hanya dihirup

    dalam satu waktu pendek, penggunaan inhalan dapat mengganggu irama jantung dan

    menurunkan kadar oksigen, yang keduanya dapat menyebabkan kematian. Penggunaan regular

    akan mengakibatkan gangguan pada otak, jantung, ginjal dan hepar.

    Jenis Sedatif Hipnotik  yang paling banyak disalahgunakan adalah golongan benzodiazepin,

    sering disebut sebagai pil koplo. Benzodiazepin yang sering disalahgunakan lainnya adalah

    lexotan (lexo), alprazolam, BK, rohypnol   (rohip), dumolit (dum), mogadon (MG) dan lain-lain.

    Semua benzodiazepin bersifat sedatif, ansiolitik dan anti konvulsan.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    29/42

    27

    BAB VII. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN

    PADA PASIEN DENGAN PSIKOTIK

    A.  Pasien datang dengan:

    • Agitasi psikomotor yang progresif – meningkatnya aktivitas motorik yang tidak bertujuan

    secara progresif, mondar mandir, disertai dengan rasa kecemasan.• Agresivitas verbal – marah-marah tanpa sebab yang jelas, mengancam.

    • Agresivitas fisik, perilaku kekerasan (violence)  – memukul/menyerang orang lain,

    merusak/melempar barang.

    • Halusinasi, terutama halusinasi dengar. Pasien dapat tampak berbicara kepada

    “seseorang” yang tidak dilihat keberadaannya oleh orang lain. Risiko perilaku kekerasan

    semakin mengancam jika halusinasi dengar berupa command hallucination  atau

    halusinasi perintah, yang mengendalikan/memerintahkan pasien untuk melakukan

    perilaku kekerasan tersebut.

    • Waham, terutama waham kejar yang kuat, disertai sikap bermusuhan (paranoid), waham

    kendali, waham pengaruh, dan waham kebesaran.

    B. 

    Penilaian1.  Wawancara

      Lakukan prinsip wawancara seperti pada Bab I (halaman 2) dan Bab II (halaman

    5).

      Wawancara pada pasien dengan waham kejar dan paranoid yang kuat: tetap

    hargai dan sopan dalam wawancara, tetap jaga dalam suasana yang formal.

    Kalimat singkat dan mudah dipahami, kendalikan situasi, bersikap tenang namun

    tegas. Yakinkan bahwa ia berada di tempat yang aman, tenaga kesehatan akan

    melindungi pasien dari kemungkinan melukai diri sendiri maupun dari orang lain.

      Jaga keamanan diri pewawancara

      Singkirkan kemungkinan penyebab organik dan penyalahgunaan napza.

    2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang• Lakukan pemeriksaan fisik dan penunjang sesuai pemeriksaan kegawatdaruratan

    psikiatrik pada pasien gaduh gelisah pada BAB II (halaman 5)

    • Singkirkan kemungkinan penyebab organik dan penyalahgunaan napza.

    C.  Kemungkinan Diagnosis

    • Gangguan mental organik (delirium, dementia, dan epilepsi) dengan psikotik

    • Gangguan penyalahgunaan napza dengan gejala psikotik

    • Gangguan psikotik akut dan sementara

    • Gangguan depresi dengan gejala psikotik

    • Gangguan bipolar mania dengan gejala psikotik

    • Skizofrenia dan skizoafektif

    D.  Penatalaksanaan

    Lakukan manajemen penatalaksanaan pasien gaduh gelisah secara umum sesuai Bab II

    (halaman 6–7). Berikut ini algoritma penatalaksanaan gaduh gelisah pada pasien psikotik:

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    30/42

    28

    ALGORITMA PENATALAKSANAAN

    Referensi1.  Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock’s synopsis of psychiatry. Edisi ke-10.

    Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

    2.  Sadock BJ, Sadock VA, Sussman N. Kaplan & sadock’s pocket handbook of psychiatric

    drug treatment. Edisi ke-4. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

    3.  Riba MB, Ravindranath D. Clinical manual of emergency psychiatry. Washington DC:

    American psychiatric Publishing; 2010.

    4.  Stuart, GWT. Principles and practice of psychiatric nursing. Edisi ke-9. 2009.

    5.  Varcarolis & Halter. Essentials of psychiatric mental health nursing. Philadelphia: W.B

    AGRESIVITAS DAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN PSIKOTIK

    Singkirkan kemungkinan penyebab organik/fisik dan penyalahgunaan napza/alkohol

    Lakukan manajemen umum kegawatdaruratan psikiatrik pada pasien gaduh gelisah –

    sesuai BAB II. Seklusi atau pengikatan hanya dilakukan bila usaha lainnya tidak berhasil

    Bila pasien kooperatif dan bersedia, berikan per oral:

    • Haloperidol 2 – 3 x 2,5 - 5 mg. Max 15 mg/hari, atau

    • Klorpromazin 100 mg. Max 400 mg/hari.

    Untuk haloperidol (tidak untuk klorpromazin) dapat dikombinasikan dengan

    lorazepam 1 – 2 mg (max 6 mg/hari) atau diazepam 5 mg (max 20 mg/hari)

    Untuk pasien usia 6-18 tahun: haloperidol 2 x 0,5 – 2,5 mg. Max 10 mg/hari

    Bila pasien tidak kooperatif/tidak bersedia per oral, atau gagal, berikan injeksi I.M. jangka

    pendek (short acting):

    • Haloperidol injeksi 5 mg i.m (short acting). pemberian diulang setelah 30 menit. Max

    30 mg/hari.

    • Klorpromazin injeksi 25 - 50 mg i.m, pemberian dapat diulang setelah 1 - 4 jam. Max

    200 mg/hari.

    Untuk haloperidol (tidak untuk klorpromazin) dapat dikombinasikan dengan diazepam 10 mg

    i.m dalam spuit terpisah, untuk meningkatkan efektivitas dan mengurangi jumlah dosis yang

    diperlukan. Dosis max diazepam: 20 mg.

    Dosis anak dan remaja:Untuk pasien usia 6 – 12 tahun haloperidol injeksi dapat diberikan dengan dosis awal 1- 2,5 mg.

    Sementara pasien usia 12- 18 tahun dapat menggunakan haloperidol injeksi dengan dosis 2,5 - 5

    mg. Dosis ini dapat diulang setiap 30 menit sampai dengan dosis maksimal 10 mg   per hari. 

    Jika kondisi telah teratasi maka pasien cukup stabil untuk dirujuk ke RS atau

    dikembalikan kepada obat oral; jika kondisi tidak membaik atau terjadi perburukan

     – segera RUJUK  

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    31/42

    29

    Saunders Co; 2009.

    6.  Videbeck, S.L. Psychiatric mental health nursing. Edisi ke-3. Philadelphia: Lippincott

    Williams & Wilkins; 2006.

    7.  Dulcan MK. Lake M. Concise guide to child and adolescent psychiatry. Edisi ke-4.

    Washington DC: American Psychiatric Association; 2012

    8.  Heyneman EK. Emergency child psychiatry. Child Adolesc Psychiatric N Am; 2003; 12:

    667-677.

    Glosari

    • Halusinasi: merupakan gangguan persepsi, yaitu persepsi palsu, tanpa adanya stimulus

    sensori eksternal. Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca indra, yaitu halusinasi

    dengar, lihat, cium, raba, dan rasa.

    • Waham (delusi): merupakan gangguan pikiran, yaitu keyakinan yang salah, tidak sesuai

    dengan realita dan logika, namun tetap dipertahankan dan tidak dapat dikoreksi dengan

    cara apapun serta tidak sesuai dengan budaya setempat. Contoh: waham kejar, waham

    kebesaran. 

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    32/42

    30

    BAB VIII. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN

    DENGAN EFEK SAMPING OBAT PSIKOTROPIKA DERAJAT BERAT

    Bagian ini hanya akan membahas efek samping penggunaan obat psikotropika derajat berat. Obat

    psikotropika yang sering digunakan, semua dapat menimbulkan efek samping yang dapat

    membawa pasien ke unit gawat darurat.

    Pasien datang dengan:  Ingat akan:

      Syok   Hipotensi

      Gemetar

      Kekakuan:

    o  Gerakan kaku, kalau menoleh harus memutar seluruh

    badan

      Parkinsonisme

      Leher atau badan terputar ke satu sisi

      Mata melirik ke atas dan ke satu sisi

      Hipersalivasi: air ludah yang keluar berlebihan

      Distonia

      Berjalan mondar-mandir atau berjalan di tempat

      Tidak bisa diam  Akatisia

      Kekakuan seluruh tubuh, demam tinggi   Sindrom Maligna Neuroleptik

    Periksa:

      Riwayat penggunaan antipsikotika

      Awitan dalam hari-hari pertama setelah pemberian atau setelah peningkatan dosis

    antipsikotika kemungkinan distonia. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu

    kemungkinan parkinsonisme atau akatisia.

      Distonia akut:

      Kontraksi tonik pada otot leher, mulut, lidah, otot poros tubuh atau ekstremitas; tidak

    sama antara bagian kiri dan kanan.

      Dapat terjadi:

      Krisis okulogirik  Tortikolis

      Opistotonus

      Parkinsonisme:

      Trias Parkinson:

      Tremor

      Rigiditas

      Bradikinesia

      Wajah seperti topeng

      Tremor tangan seperti menggulung pil

      Postur yang condong ke depan dan langkah yang kecil-kecil terhuyung-huyung

      Air liur berlebihan

      Akatisia

      Ada perasaan subyektif yang tidak menyenangkan untuk terus bergerak

      Kegelisahan motorik:

      Jalan modar-mandir, jalan di tempat, tidak dapat duduk/berbaring diam

      Meremas-remas jari tangan, menggerak-gerakkan tangan/lengan

      Anxietas atau disforia/murung

      Sindrom Maligna Nuroleptik (SMN)

      Rigiditas

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    33/42

    31

      Demam tinggi

      Bisa mencapai 41 C bahkan lebih

      Instabilitas otonomik

      Takhikardia

      Diaforesis

      Tekanan darah abnormal: hipertensi, hipotensi, atau naik turun drastis

      Kebingungan

    Teknik pemeriksaan rigiditas:

      Rigiditas adalah adanya tahanan involunter terhadap fleksi/ekstensi dan pronasi/supinasi pasif

    (misalnya pada siku) atau gerakan berputar pada sendi (misalnya pada pergelangan) yang

    dirasakan oleh pemeriksa sebagai gerakan roda gigi (karena otot tegang dan relaks

    bergantian).

      Cara pemeriksaan:

      Biasanya rigiditas diperiksa pada anggota

    gerak atas dengan pasien duduk atau

    berdiri

      Periksa satu lengan lalu yang lain

      Untuk lengan kiri, tempatkan telapaktangan kiri anda menopang siku kiri

    pasien dengan jari-jari melingkari daerah

    tersebut dan ibu jari anda menyentuh

    tendon otot bisep. Genggam pergelangan

    tangan kiri pasien dengan tangan kanan

    anda.

      Gerakkan lengan bawah dan tangan

    pasien dengan lembut, melakukan fleksi dan ekstensi (dengan juga menyertakan

    gerakan berputar) pada sendi siku dan pergelangan. Perhatikan tonus otot pada sikut

    dan pergelangan.

      Ulangi prosedur ini pada lengan kanan dengan menggunakan tangan anda yang

    berlawanan.

    Penatalaksanaan

      Syok

      Lakukan tatalaksana syok

      Jangan memberikan suntikan adrenalin! Kalau ada dapat diberikan suntikan nor-

    adrenalin.

      Distonia Akut

      Berikan injeksi difenhidramin 50 mg i.m./i.v.

      Tergantung keparahan kondisi psikotik pasien, obat antipsikotik dihentikan

    sementara.

      Berikan triheksifenidil tablet 3 x 2 – 4 mg selama beberapa minggu, kemudian cobaditurunkan dosisnya dan dihentikan.

      Parkinsonisme

      Obat antipsikotik diturunkan dosisnya (sampai dosis efektif minimum) atau

    dihentikan

      Jika gejala Parkinsonismenya berat, berikan injeksi difenhidramin 50 mg i.m./i.v.

      Berikan triheksifenidil tablet 3 x 2 – 4 mg selama beberapa minggu, kemudian coba

    diturunkan dosisnya dan dihentikan.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    34/42

    32

      Akatisia

      Obat antipsikotik diturunkan dosisnya sampai dosis efektif minimum.

      Berikan propanolol 10 – 20 mg, 2 – 3 kali sehari.

      Sindrom Maligna Nuroleptik (SMN)

      Singkirkan kemungkinan meningitis atau radang otak.  Hentikan obat antipsikotika. Efek obat antipsikotika akan bertahan sampai beberapa

    hari. Obat antipsikotika depot efeknya bisa sampai beberapa minggu.

      Tindakan suportif yang intensif perlu dilakukan.

      Hidrasi yang adekuat, pantau produksi urin

      Demam tinggi harus diberi antipiretik dan kompres

      Aritmia harus diatasi jika terjadi

      Hipotensi mungkin memerlukan ekspansi volume dan obat presor.

      Pasien diletakkan pada posisi yang mencegah cedera kompresi saraf, aspirasi atau

    ulkus dekubitus.

      Segera rujuk bila kondisi pasien memungkinkan.

    Psikoedukasi Pasien dan Keluarga  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang gejala efek samping obat yang dialami

    anggota keluarganya.

    Dosis obat anak dan remaja:

    Difenhidramin: 12,5-25 mg, IM. Diulang setiap 30 menit sampai dosis maksimal 100 mg/hari.

    Trihexifenidill: Dosis inisial: 0,1-0,2 mg/kgBB/hari; bisa ditingkatkan sampai 0,75 mg/kgBB/hari.

    Referensi:

    1.  Hyman SE. Toxic side effects of psychotropic medications and their management. In

    Hyman SE (Ed.) Manual of Psychiatric Emergencies, 2nd Ed. Boston/Toronto: Little, Brown

    and Company; 1988.2.  Maramis WF, Maramis AA. Catatan ilmu kedokteran jiwa, 2

    nd  Ed. Surabaya: Airlangga

    University Press; 2009.

    3.  Stuart,G.W., Laraia, M.T. Principles and practice of psychiatric nursing, 8th Ed. Missouri:

    Mosby; 2005.

    4.  Martin A, Folkmar FR. Lewis’s child and adolescent psychiatry a comprehensive textbook.

    4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2007

    Glosari

    Hemibalismus: Gerakan mengayun pada tangan dan kaki di satu sisi tubuh yang tidak beraturan

    dan tidak terkontrol.

    Krisis okulogirik: kondisi bola mata yang terfiksasi pada satu posisi, biasanya ke atas dan ke

    samping, selama beberapa menit atau bahkan jam.Tortikolis: kondisi kepala terputar ke satu sisi, biasanya terkait dengan spasme otot yang nyeri.

    Opistotonus: Sejenis spasme yang kepala dan tumit merentang ke belakang dengan hiperekstensi

    yang ekstrem.

    Rigiditas: Keadaan kekakuan dan tidak fleksibel.

    Spastisitas: Tahanan otot yang kontinyu terhadap peregangan karena tonus otot yang meningkat

    abnormal, biasanya disertai refleks tendon yang meningkat.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    35/42

    33

    BAB IX. ANSIETAS YANG TERKESAN SEBAGAI KEGAWATDARURATAN PSIKIATRIK

    Ada beberapa kondisi atau gangguan jiwa yang tampilannya memberikan kesan sebagai kondisi

    kegawatdaruratan. Pada bagian ini hanya akan dibicarakan dua gangguan yang sering terjadi di

    masyarakat.

    Pasien datang dengan:  Ingat akan:

      Keluhan yang mirip serangan jantung

      Tiba-tiba merasakan ketakutan tanpa sebab sama

    sekali, disertai nyeri dada, jantung berdebar kencang,

    sulit bernapas, dan berpikir dirinya akan mati.

      Panik

      Keluhan yang mirip gangguan neurologik

      Mendadak lemas, tangan dan kaki tidak dapat

    digerakkan, gerakan menyerupai kejang atau

    kehilangan kesadaran

      Gangguan Disosiatif

    (Konversi)

    PERIKSA

      Gangguan Panik

      Riwayat serangan panik ditandai dengan episode kecemasan/ketakutan yang hebat,

    mulainya mendadak, dengan cepat menghebat dan mereda setelah beberapa menit.

      Ditemukan sekurangnya 4 gejala dari daftar di bawah yang salah satunya harus termasuk

    a sampai d:

    a.  Merasa denyut jantung tak teratur, cepat atau berdebar keras

    b.  Berkeringat

    c.  Gemetar atau bergetar

    d.  Merasa mulut keringe.  Kesulitan bernapas

    f.  Merasa tercekik

    g.  Merasa nyeri, tertekan atau tidak enak di dada

    h.  Mengalami mual atau gangguan perut

    i.  Kepala pusing, sempoyongan, melayang atau pingsan

     j.  Merasa asing dengan sekeliling atau asing dengan bagian tubuhmya

    k.  Takut akan menjadi gila, kehilangan kendali atau pingsan

    l.  Takut bahwa akan mati

    m.  Mengalami kilatan panas atau kedinginan

    n.  Merasa kesemutan atau baal pada bagian tubuh

      Gangguan Disosiatif (Konversi)

      Perubahan fungsi tubuh atau anggota badan mirip dengan gangguan neurologik namun

    tidak didapatkan bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan karakteristik

    gejala yang terjadi.

      Terdapat asosiasi waktu yang menyakinkan antara awitan gejala gangguan ini dengan

    peristiwa penuh stres, masalah, atau kebutuhan.

      Perubahan (sementara) terhadap diri orang tersebut, seperti: suara yang berbeda,

    bizarre/aneh, perubahan afeksi, perubahan emosi; bahkan berubahnya identitas diri,

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    36/42

    34

    seperti nama yang berbeda, hobi yang berbeda, atau pengalaman yang berbeda dengan

    dirinya saat sebelum kesurupan.

      Perhatian dan kewaspadaan menjadi terbatas atau terpusat pada satu atau dua aspek

    yang ada di lingkungannya.

      Posisi tubuh dan ungkapan kata-kata terbatas dan diulang-ulang.

      Ketidakmampuan mengendalikan gejala.

      Kurang memperdulikan keadaan  Parese, pingsan, kejang.

      Gejala bisa merupakan: membiarkan konflik tidak disadari atau mendapat keuntungan

    dari lingkungan akibat gejala yang timbul.

      Biasanya terjadi secara mendadak

      Untuk mengetahui apakah seseorang kesurupan atau mengalami reaksi histeris, periksa

    kelopak matanya yang selalu ditutup, dengan cara membuka kelopak matanya.

    Seseorang yang mengalami reaksi histeris biasanya akan menahannya dengan kuat.

      Dapat terjadi secara individu maupun massal.

    PENATALAKSANAAN

      Gangguan Panik

      Petugas bersikap tenang dan tegas, tidak mengancam, tidak menghakimi.

      Tenangkan pasien

      Lakukan pemeriksaan fisik dan memastikan bahwa hasil pemeriksaan fisik dalam rentang

    normal (tidak ditemukan kelainan organik yang relevan dengan keluhan pasien)

      Selama serangan panik terjadi, pasien jangan ditinggalkan seorang diri.

      Untuk membantu menenangkan ajarkan pasien untuk melakukan latihan nafas

    (relaksasi).

      Bila pasien telah tenang, identifikasi tentang kejadian sebelum serangan panik muncul:

    apakah pasien mengalami peristiwa tertentu yang dirasa berat olehnya; riwayat

    penggunaan obat: misal kafein, sedatif/hipnotik, alkohol.

      Berikanlah kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan isi hati, kecemasan danketakutannya. Petugas dapat menenangkan (reassurance) dan mendengarkan dengan

    penuh perhatian dan pengertian.

      Kolaborasi pemberian terapi.

      Latih cara mengatasi ansietas dengan teknik hipnotis lima jari dan tehnik distraksi (teknik

    relaksasi, latihan napas, latihan fisik/jogging)

      Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mengatasi panik di rumah dan

    fasilitas layanan kesehatan yang dapat digunakan jika masalah tidak teratasi.

      Bila keadaan pasien sudah dapat diatasi, pasien boleh pulang dan berobat jalan.

      Bila krisis ini tampak tidak dapat diatasi bahkan memuncak, segera rujuk ke RS Umum

    yang memiliki fasilitas pelayanan kesehatan jiwa atau ke RS Jiwa.

      Gangguan Disosiatif

    Tindakan pada individu

      Tenangkan individu dengan sikap manusiawi.

      Tetap waspada dengan mengajak bicara tentang perasaan dan harapan.

      Hargai hal positif individu, upayakan agar individu tidak merasa terancam.

      Bila tidak berhasil, lakukan pengekangan sambil menjelaskan alasan mengapa ia dikekang.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    37/42

    35

      Identifikasi adanya stresor / konflik psikologik pencetus yang berkaitan dengan timbulnya

    gejala.

      Evaluasi keuntungan sekunder (menarik perhatian dari keluarga atau menghindar dari hal

    yang tidak disukai).

      Hindari kata jangan, tidak, dan akan.

      Jika telah berhasil mengajaknya berkomunikasi, anjurkan dia tidur tenang.

      Jika ditemukan adanya stresor, latih individu menggunakan koping yang adaptif untukmengatasi masalah, ajar dan latih korban mengelola stres dan konflik dengan cara yang

    baik dan benar, sehingga jika di kemudian hari mengalami stres atau konflik, atau diberi

    tanggung jawab yang berat, cara penyelesaiannya dapat dilakukan dengan cara

    konstruktif.

      Bila gejala tidak dapat dikendalikan oleh individu, lakukan kolaborasi dengan dokter untuk

    pemberian terapi.

      Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang ‘kesurupan’ dan cara mengatasinya.

    1.  Orang yang kesurupan berada dalam kondisi Trance 

    2.  Bersifat SUGESTIF (mudah menerima sugesti)

    3.  Pada fase ini Kita tidak berbicara dengan kesadaran, tetapi dengan bawahsadar  

    4.  Gunakan kata-kata sugestif, hindari kata : Jangan, Tidak, dan Akan.

    5.  Jika sudah kooperatif, anjurkan ia tidur tenang, sebentar kemudian ia akan sadar.

    Kesurupan Massal (di Sekolah)

      Kesurupan di sekolah dipicu oleh situasi dan kepribadian siswa.

      Yang berpotensi mengalami kesurupan: siswa dengan kondisi tubuh yang lemah, sering

    melamun, tekanan psikologis menjelang ujian, kepribadian siswa yang tertutup; biasanya

    pribadi-pribadi yang kurang matang, dependen , pencemas dan sugestible  pada kejadian-kejadian masa lalu.

      Paling sering yang terkena kesurupan adalah perempuan dan remaja.

      Setelah seorang siswa kesurupan, ia akan mensugesti siswa lain yang rentan jiwanya.

    Tindakan pada ‘Kesurupan Massal’

      Saat Terjadinya Gejala

    o  Tindakan untuk menyadarkan:

    o  panggil namanya

    o  lakukan pemijatan dan gunakan bau-bauan (harus yang menyengat)

    o anjurkan rileksasi dengan mengatur nafas

    o  Saat terjadi kesurupan, mereka yang terkena harus segera diisolasi di tempat

    tertentu. Jangan dibuat bahan tontonan atau kerumunan karena semakin menjadi

    pusat perhatian akan semakin menjadi-jadi. Cukup ditunggui satu atau dua orang.

    Biasanya sepuluh menit ia akan normal.

    o  Bila gejala tidak dapat dikendalikan/ dikontrol oleh siswa, lakukan kolaborasi dengan

    dokter untuk pemberian terapi.

    o  Setelah masalah teratasi, identifikasi stresor/ pemicu terjadinya gejala.

    o  Latih menggunakan cara penyelesaian masalah yang sehat.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    38/42

    36

    o  Latih meningkatkan harga diri.

      Pencegahan

    o  Lakukan kerjasama dengan pihak sekolah agar dapat mengenal persoalan kesehatan

     jiwa dan agar dapat melihat kemungkinan kaitannya dengan program-program

    sekolah yang mungkin terlalu rumit bagi siswa.

    o  Berikan pengetahuan pada pihak sekolah tentang kesehatan jiwa dan caramembantu siswa mengatasi masalah.

    o  Anjurkan pihak sekolah untuk menciptakan suasana yang aman dan nyaman.

    o  Pengajaran agama

    Referensi

    1.  Stuart, G.WT. Principles and practice of psychiatric nursing, 9th ed. Louis, Missouri: Mosby,

    Inc; 2009.

    2.  Townsend, C.Mary. Psychiatric mental health nursing, 6th

     ed. Philadelphia: F.A. Davis

    Company; 2009.

    3.  Varcarolis & Halter. Essentials of psychiatric mental health nursing. Philadelphia: W.B

    Saunders Co; 2009.

    4.  Videbeck, S.L. Psychiatric mental health nursing, 3rd

     ed. Philadhelpia: Lippincott Williams &

    Wilkins, 2006.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    39/42

    37

    LAMPIRAN TABEL OBAT

    Nama Obat Sediaan [Cara

    Pemberian]

    Dosis Awal Dosis

    Terapeutik

    Biasanya Diberikan

    Untuk

    Kontra Indikasi Efek Samping Perhatian

    Haloperidol Tablet 0,5 mg; 1,5

    mg; 5 mg [oral]

    1,5 – 5 mg 3 – 10 mg/hari Psikosis/skizofrenia Penekanan sistem

    saraf pusat yang

    berat atau koma.

    Hipersensitivitas

    terhadap obat ini.Penyakit Parkinson.

    Gejala ekstra

    piramidal (distonia,

    parkinsonisme,

    akatisia)

    Galaktorea, amenoreaDiskinesia tardiva

    Hati-hati pada orang

    dengan gangguan

    konduksi jantung

    terutama lansia.

    Haloperidol

    injeksi

    Injeksi (short

    acting) 5

    mg/ampul [i.m.,

    i.v.]

    2 – 5 mg Diulang setiap 1

     – 2 jam sampai

    gaduh gelisah

    teratasi

    Penatalaksanaan

    agitasi/gaduh gelisah

    Penekanan sistem

    saraf pusat yang

    berat atau koma.

    Hipersensitivitas

    terhadap obat ini.

    Penyakit Parkinson

    Gejala ekstra

    piramidal (distonia,

    parkinsonisme,

    akatisia)

    Galaktorea, amenorea

    Diskinesia tardiva

    Hati-hati pada orang

    dengan gangguan

    konduksi jantung

    terutama lansia.

    Klorpromazin Tablet 25 mg; 100

    mg [oral]

    25 – 50 mg 75 – 300

    mg/hari

    Psikosis/skizofrenia Hipersensitivitas

    terhadap

    klorpromazin

    (fenotiazin)

    Koma, penekanan

    susunan saraf pusat

    Gejala ekstra

    piramidal (distonia,

    parkinsonisme,

    akatisia), diskinesia

    tardiva, mulut kering,

    pandangan kabur,

    konstipasi, retensi

    urin, hidung buntu,

    pusing,

    mengantuk, hipotensi

    ortostatik,

    fotosensitivitas.

    Pada orang dengan

    epilepsi, dosis obat

    antiepilepsi mungkin

    perlu disesuaikan,

    karena klorpromazin

    menurunkan

    ambang kejang.

    Pada orang dengan

    glaukoma.

    Pada pria dengan

    pembesaran prostat

    akan berisiko

    terjadinya retensio

    urine.

    Klorpromazin

    injeksi

    Injeksi 25

    mg/ampul [i.m.]

    25 mg Diulang setiap 1

     – 2 jam sampai

    gaduh gelisah

    teratasi

    Penatalaksanaan

    agitasi/gaduh gelisah

    Hipersensitivitas

    terhadap

    klorpromazin

    (fenotiazin)

    Koma, penekanan

    Selain gejala di atas,

    injeksi intramuskuler

    dapat nyeri, dapat

    menimbulkan

    hipotensi dan

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    40/42

    38

    Nama Obat Sediaan [Cara

    Pemberian]

    Dosis Awal Dosis

    Terapeutik

    Biasanya Diberikan

    Untuk

    Kontra Indikasi Efek Samping Perhatian

    susunan saraf pusat takhikardia.

    Risperidon Tablet 1 mg; 2 mg

    [oral]

    0,5 – 2 mg 2 – 8 mg/hari Psikosis/skizofrenia Gejala ekstra

    piramidal (tergantung

    dosis)

    Hiperprolaktinemia

    (tergantung dosis)

    Peningkatan risikodiabetes dan

    dislipidemia.

    Propanolol Tablet 10 mg; 40

    mg [oral]

    10 – 40 mg 20 – 80 mg/hari Akathisia Hipersensitivitas

    terhadap

    propanolol.

    Syok kardiogenik.

    Sinus bradikardia

    dan blok jantung >

    derajat 1.

    Asma bronkiale.

    Difenhidramin Tablet/Kapsul 25

    mg [oral]

    Injeksi 25

    mg/ampul [i.m.,

    i.v.]

    Parkinsonisme akibat

    obat

    Distonia

    Sedasi/mengantuk,

    mulut kering,

    pandangan kabur,

    konstipasi, retensi

    urin, hidung buntu,

    pusing.

    Hati-hati pemberian

    bersama obat lain

    yang mempunyai

    efek antikolinergik.

    Triheksifenidil Tablet 2 mg [oral] 1 – 2 mg 2 – 12 mg/hari Parkinsonisme

    termasuk

    parkinsonisme akibat

    obat

    Distonia

    Hipersensitivitas

    terhadap

    triheksifenidil.

    Glaukoma sudut

    sempit.

    Mulut kering,

    pandangan kabur,

    pusing, mual.

    Hati-hati pemberian

    bersama obat lain

    yang mempunyai

    efek antikolinergik.

    Diazepam Tablet 2 mg; 5 mg

    [oral]

    2 – 10 mg 4 – 20 mg/hari Anxietas

    Manajemen gaduh

    gelisah/agitasi

    Penurunan

    kesadaran

    Mengantuk,

    kelemahan otot.

    Diazepam dapat

    mempengaruhi kinerja

    mengemudi pada

    Potensi terjadinya

    toleransi dan/atau

    ketergantungan.

  • 8/16/2019 Draft Buku Saku Gadar Psikiatrik Di Fasyankes Primer Edited

    41/42

    39

    Nama Obat Sediaan [Cara

    Pemberian]

    Dosis Awal Dosis

    Terapeutik

    Biasanya Diberikan

    Untuk

    Kontra Indikasi Efek Samping Perhatian

    orang sehat.

    Diazepam injeksi Injeksi 10

    mg/ampul [i.v.,

    i.m.]

    2 – 10 mg Dapat diulang

    tiap 1 – 4 jam

    Manajemen gaduh

    gelisah/agitasi

    Depresi susunan

    saraf pusat

    Depresi napas Potens