Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 1 PERSYARATAN TEKNIS A. PENJELASAN UMUM BAB I URAIAN UMUM 1.1. PEKERJAAN a. Pekerjaan ini adalah pembangunan Gudang Obat dan Vaksin Kabupaten Bogor b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud. c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar-gambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan selama pelaksanaan. 1.2. BATASAN/PERATURAN Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada : a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan f. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan g. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung. h. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56) i. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971) j. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982) k. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja) l. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja) m. SKSNI T-15-1991-03 n. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI) o. Algemenee Voorwarden (AV)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 1
PERSYARATAN TEKNIS
A. PENJELASAN UMUM
BAB I URAIAN UMUM
1.1. PEKERJAAN
a. Pekerjaan ini adalah pembangunan Gudang Obat dan Vaksin Kabupaten Bogor
b. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang,
buruh dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan termaksud.
c. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar-gambar
Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addenda yang disampaikan
selama pelaksanaan.
1.2. BATASAN/PERATURAN
Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :
a. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
b. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung
d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Teknis Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan
e. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
f. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
g. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman
dan Prasarana Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana
Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung.
h. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
i. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971)
j. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 982)
k. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
l. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
m. SKSNI T-15-1991-03
n. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
o. Algemenee Voorwarden (AV)
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 2
1.3. DOKUMEN KONTRAK
a. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor terdiri atas :
Surat Perjanjian Pekerjaan
Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
Rencana Kerja dan Syarat-syarat
Addenda yang disampaikan oleh Pengawas Lapangan selama masa pelaksanaan
b. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, RKS dan dokumen kontrak lainnya
yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian antara RKS dan
gambar-gambar pelaksanaan, atau antara gambar satu dengan lainnya, Kontraktor
wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada Pengawas Lapangan.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :
1. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka
gambar detail yang diikuti.
2. Bila skala gamabr tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka
yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan
menyebabkan ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Konsultan Pengawas lebih dahulu.
3. Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali
bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan
Pengawas.
4. RKS dan gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap
sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
5. Yang dimaksud dengan RKS dan gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah
mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan
pekerjaan.
c. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan
pekerjaan, terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan,
maka Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi
yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah
memperoleh keputusan Konsultan Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak
lain.
BAB II LINGKUP PEKERJAAN
2.1 KETERANGAN UMUM
1. Pembangunan Gedung Kegawatdaruratan Ibu dan Anak RSUD Kab. Sumedang
tersebut secara umum meliputi pekerjaan standar maupun non standar.
2. Bangunan tersebut juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang masuk dalam sekop
pekerjaan non standar antara lain :
Sistem Gas Medis
Sistem Tata Suara
Hydrant
Air Conditioning (AC)
Telepon dan PABX
Fasilitas Penyandang Cacat
Dan lain - lain
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 3
Uraian pekerjaan lebih detail seperti di uraikan pada perencanaan dan Bill of Quantity
(BoQ).
3. Secara teknis konstruksi, pekerjaan mencakup keseluruhan proses pembangunan dari
persiapan sampai dengan pembersihan/pemberesan halaman, dan dilanjutkan dengan
masa pemeliharaan seperti yang ditentukan, mencakup :
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Sipil / Struktur
Pekerjaan Arsitektur
Pekerjaan Mekanikal
Pekerjaan Elektrikal
Pekerjaan lain-lain
2.2. URAIAN PEKERJAAN
a. Pekerjaan Persiapan, meliputi :
Penyediaan air dan daya kerja
Pembersihan lokasi kerja
Dll.
b. Pekerjaan Struktur, meliputi :
Pekerjaan tanah
Pekerjaan pondasi
Pekerjaan beton
Pekerjaan Water Profing
Pekerjaan Atap
Dll.
c. Pekerjaan Arsitektur, meliputi :
Pekerjaan dinding
Pekerjaan kusen, pintu dan jendela
Pekerjaan lantai
Pekerjaan plafond
Pekerjaan pengecatan
Pekerjaan sanitasi
dll
d. Pekerjaan Mekanikal, meliputi :
Pekerjaan instalasi air bersih
Pekerjaan instalasi air kotor
Pekerjaan instalasi air hujan
Pekerjaan instalasi air limbah
Pekerjaan instalasi gas medis
Pekerjaan instalasi hydrant
Pekerjaan instalasi air conditioning
dll
e. Pekerjaan Elektrikal, meliputi :
Pekerjaan instalasi listrik
Pekerjaan penangkal petir
Pekerjaan tata suara dan nurse call
Pekerjaan telepon
dll
f. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang jelas terkait langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa
dipisahkan dengan pekerjaan utama sesuai dengan gambar dan RKS
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 4
2.3. SARANA DAN CARA KERJA
a. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat
pekerjaan, melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup
pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
b. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai
dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-
orang yang tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya. Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara
pekerja/karyawannya.
c. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton molen,
pompa air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan
untuk pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dlaam kondisi baik.
d. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
seluruh cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan
semua bagian pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
e. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.
f. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan
Konsultan Perencana sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
g. Sebelum penyerahan pekerjaan kesatu, Kontraktor Pelaksana sudah harus
menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam
pelaksanaannya.
Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar
perubahan.
h. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat g harus diartikan telah memperoleh
persetujuan Konsultan Pengawas setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.
i. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan
merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan kesatu,
kekurangan dalam hal ini berakibat penyerahan pekerjaan kesatu tidak dapat dilakukan.
j. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya
jalan, halaman, dan lain sebagaunya).
k. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk bowkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa
kontrak berakhir, kecuali akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.
2.4. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN
a. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam
bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan
butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor
Pelaksana selambat-lambatnya 10 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan
pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 5
c. Bila selama 10 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana
belum menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana
harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk 2 minggu
pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana
harus melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan
mingguan yang harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2
mingguan ini harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2.5. KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT BAHAN
a. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang
sesuai dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan
lain dalam RKS ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam AV-41 dan PUBI-1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di
Indonesia.
b. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan
contoh bahan yang akan digunakan kepada Pengawas Lapangan yang akan diajukan
User dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang
tidak memenuhi ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh
Pengawas Lapangan tidak boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman
pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.
c. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Pengawas Lapangan ternyata masih
dipergunakan oleh Kontraktor, maka Pengawas Lapangan memerintahkan untuk
membongkar kembali bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua
kerugian akibat pembongkaran tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
d. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Pengawas Lapangan
berhak meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium
Balai Penelitian Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian
hasil pemeriksaan dari Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan
bagian-bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut.
e. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan
dari kerusakan.
f. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini,
sedangkan bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan
langsung di dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen
konstruksi di belakang.
Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam,
asam dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air
untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan
rekomendasi laboratorium.
Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan adalah jenis satu harus satu merek untuk
penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bengunan, belum
mengeras sebagai atau keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan
cara dan didalam tempat yang memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin
kebutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.
Pasir (Ps)
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 6
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur, asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut
pasir urug.
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar
adalah terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut
pasi pasang
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.
Batu Pecah (Split)
Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat
yang tercantum dalam PBI 1971.
BAB III SITUASI DAN PERSIAPAN PEKERJAAN
3.1. SITUASI/LOKASI
a. Lokasi proyek adalah pada lahan RSUD Kab. Sumedang. Halaman proyek akan
diserahkan kepada Kontraktor sebagaimana keadaannya waktu Rapat Penjelasan.
Kontraktor hendaknya mengadakan penelitian dengan seksama mengenai keadaan
tanah halaman proyek tersebut.
b. Kekurang-telitian atau kelalaian dalam mengevaluasi keadaan lapangan, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
klaim/tuntutan.
3.2. AIR DAN DAYA
a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/biaya sendiri yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaan ini, yaitu :
Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan
sesuai jenis pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat
seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau
mengurangi kekuatan konstruksi.
Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut
harus cukup terjamin.
b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/biaya sendiri sementara
yang dibutuhkan untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam
melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi
persyaratan yang berlaku. Kontraktor harus mengatur dan menjaga agar jaringan dan
peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan. Kontraktor harus pula
menyediakan penangkal petir sementara untuk keselamatan.
3.3. SALURAN PEMBUANGAN
Kontraktor harus membuat saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar daerah
bangunan selalu dalam keadaan kering/tidak basah tergenang air hujan atau air buangan.
Saluran dihubungkan ke parit/selokan yang terdekat atau menurut petunjuk Pengawas.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 7
3.4. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN
Kontraktor harus membangun kantor dan perlengkapannya, los kerja, gudang dan halaman
kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
sesuai Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/buruhnya fasilitas
sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan buang air.
Kontraktor harus membuat tata letak/denah halaman proyek dan rencana konstruksi fasilitas-
fasilitas tersebut. Kontraktor harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih dan
terhindar dari kerusakan.
Dengan seijin Pimpinan Pelaksana Kegiatan, Kontraktor dapat menggunakan kembali kantor,
los kerja, gudang dan halaman kerja yang sudah ada.
3.5. KANTOR PENGAWAS (DIREKSI KEET)
Kontraktor harus menyediakan untuk Direksi di tempat pekerjaan ruang kantor sementara
beserta seperangkat furniture termasuk kursi-kursi, meja dan lemari. Kualitas dan peralatan
yang harus disediakan adalah sebagai berikut :
a. Ruang : ukuran 20 m2
b. Konstruksi : rangka kayu ex borneo, lantai plesteran, dinding double plywood
tidak usah dicat, atap asbes gelombang
c. Fasilitas : air dan penerangan listrik
d. Furnitur : 2 meja kerja 1/2 biro dan 5 kursi
1 meja rapat bahan plywood 18 mm ukuran 80 x 160 cm,
dan 5 kursi
1 unit meja gambar beserta peralatannya
1 whiteboard ukuran 120 x 80 cm
1 rak arsip gambar plywood 12 mm ukr. 120 x 100 x 30 cm
Kontraktor harus selalu membersihkan dan menjaga keamanan kantor tersebut beserta
peralatannya.
Dengan seijin Pemimpin Pelaksana Kegiatan, Kontraktor dapat menggunakan Direksi Keet
yang sudah ada dengan diadakan penyempurnaan dan perlengkapan peralatan.
3.6. PAGAR SEMENTARA
Kontraktor harus membuat pagar sementara yang sifatnya melindungi dan menutupi lokasi
yang akan dibangun dengan persyaratan kualitas sebagai berikut :
a. Bahan dari BWG 32 dengan rangka kayu dicat sementara.
b. Tinggi pagar minimum 2,1 m.
c. Ruang gerak selama pelaksanaan dalam lokasi berpagar harus cukup leluasa untuk
lancarnya pekerjaan.
d. Pada tahap selanjutnya Kontraktor harus menyediakan/memasang pengaman
secukupnya disekeliling konstruksi bangunan untuk mencegah jatuhnya bahan-bahan
bangunan dari atas yang membahayakan baik pekerja maupun aktivitas lain disekitar
bangunan.
Kontraktor bisa menggunakan kembali pagar yang sudah ada dengan melakukan perbaikan-
perbaikan terlebih dahulu bila diperlukan.
3.7. PAPAN NAMA PROYEK
Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan halaman
proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut 90 x 150 cm
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 8
dipotong dengan tiang setinggi 250 cm atau sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah
setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk
apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas.
3.8. PEMBERSIHAN HALAMAN
a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti
adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar
dan dibersihkan serta dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang
ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar
dari halaman proyek.
3.9. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)
a. Peil 0.00 Bangunan diambil dari + 0,60 dari Jalan lingkungan.
b. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, langit-langit, dan lain-lain harus
mengambil patokan dari peil 0.00 tersebut.
3.10. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)
a. Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu hutan kelas IV) ukuran minimum 3/20 cm
yang utuh dan kering. Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran
5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus lurus dan diketam
halus pada bagian atasnya.
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus. Pengukuran harus
memakai alat ukur yang disetujui Pengawas Lapangan.
c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian 0.00 dan as kolom/dinding. Letak dan
ketinggian permukaan bouwplank harus dijaga dan dipelihara agar tidak berubah
selama pekerjaan berlangsung.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 9
B. PEKERJAAN STRUKTUR/SIPIL
BAB I URAIAN PEKERJAAN DAN SITUASI
1.1. Lingkup pekerjaan ini meliputi :
Pekerjaan persiapan
Pekerjaan Pondasi Foot Plat
Pekerjaan sloof
Pekerjaan kolom, balok, pelat lantai
Pekerjaan struktur atap dack beton
Dan pekerjaan lainnya yang jelas-jelas terkait dengan pekerjaan struktur
1.2. Untuk pelaksanaan Kontraktoran hendaknya menyediakan :
Tenaga pelaksana yang terampil dalam bidang pekerjaannya.
Tenaga-tenaga pekerja harus tenaga-tenaga ahli yang cukup memadai sesuai dengan jenis
pekerjaan.
Alat-alat pengukur seperti water pass dan alat-alat bantu lain yang dipergunakan untuk
ketelitian, ketetapan dan kerapihan pekerjaan.
1.3. Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam uraian pekerjaan
dan syarat-syarat gambar bestek dan detail gambar konstruksi serta keputusan Direksi.
1.4. Situasi
Pembangunan akan dilaksanakan di dalam kompleks RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang Jl. A.
Yani No. 169 Magelang.
Halaman pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana keadaan pada
waktu rapat penjelasan untuk ini hendaknya para Kontraktor mengadakan penelitian yang
seksama terutama mengenai tanah bangunan yang ada, sifat, luas pekerjaan dan lain-
lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
Dalam rapat penjelasan akan ditunjuk tempat dimana pembangunan akan dilaksanakan
tertera pada gambar.
BAB II UKURAN TINGGI DAN UKURAN POKOK Mengukur letak bangunan :
Kontraktor harus menyediakan pekerja yang ahli dalam cara-cara pengukuran alat penyipat
datar, slang plastik, alat penyiku, prisma silang, segitiga siku-siku dan alat-alat penyipat tegak lurus
dan peralatan lain yang diperlukan guna ketetapan pengukuran.
BAB III PEKERJAAN PONDASI 3.1. PEKERJAAN PONDASI BATU KALI
1. LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk pekerjaan pondasi ialah :
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 10
Pembuatan urugan pasir dan lantai kerja setebal 10 cm dan dipadatkan.
Pembuatan semua pondasi batu kali sesuai Gambar Kerja.
Pemasangan semua stek dan angker yang diperlukan sesuai Gambar Kerja.
2. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Persyaratan Umum
- Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah telah diperiksa ukuran
dan kedalamannya dan disetujui Konsultan Manajemen Konstruksi.
- Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang karena air tanah dan air
hujan, maka sebelum pasangan dimulai terlebih dahulu air harus dipompa dan dibuang di
daerah lain yang tidak mengganggu pekerjaan dan dasar lubang dikeringkan.
- Jika pemasangan pondasi terpaksa dihentikan, maka ujung penghentian pondasi harus
bergigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan sempurna.
Di dalam pondasi sama sekali tidak boleh terdapat rongga-rongga udara/celah-celah.
3. PONDASI PASANGAN BATU KALI
Adukan yang dipergunakan 1 pc : 5 ps.
Adukan 1 pc : 3 ps dipergunakan untuk semua pekerjaan pondasi batu kali setinggi 20 cm dari
permukaan atas pondasi.
Penampang batu maksimum 30 cm dengan minimum tiga muka pecahan.
3.2. PEKERJAAN PONDASI TELAPAK BETON
1. LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk pekerjaan pondasi telapak beton ialah :
Pembuatan urugan pasir setebal 10 cm dan dipadatkan dan lantai kerja dari beton tumbuk
dengan komposisi adukan 1 : 3 : 5 setebal 5 cm.
Pembuatan semua pondasi telapak (foot plat) sesuai Gambar Kerja.
Pemasangan semua stek dan angker yang diperlukan sesuai Gambar Kerja.
2. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Persyaratan Umum
- Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah telah diperiksa
ukuran dan kedalamannya dan disetujui Pengawas.
- Pondasi telapak beton diletakkan pada tanah keras dengan kedalaman seperti yang
ditunjukkan pada gambar rencana.
- Untuk mendapatkan elevasi/kedalaman tanah keras, perlu dilakukan penggalian tanah
dengan menggunakan alat yang memadai.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 11
- Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang karena air tanah dan air
hujan, maka sebelum pasangan dimuai terlebih dahulu air harus dipompa dan dibuang
di daerah lain yang tidak mengganggu pekerjaan dan dasar lubang dikeringkan.
3. MUTU BETON
- Kualitas bahan yang dipersyaratkan. Kualitas campuran beton minimum harus
memenuhi syarat-syarat K-225, PBI 1971, NI-2, sesuai dengan yang tercantum pada
gambar kerja.
- Agregat beton. Semua agregat beton mengikuti syarat-syarat PBI 1971, termasuk
spesifikasi-spesifikasinya, syarat-syarat bahannya dan lain-lain.
- Campuran beton. PC-Portland Cement, dari pabrik Gresik/Cibinong atau lainnya yang
setaraf, S-Pasir (Sand) yang dimaksud pasir alam yang masuk dalam daerah gradasi
2 atau 3 dari pembagian daerah gradasi 1 sampai 4. ST-Crushed (kerikil) tergantung
dari fungsi dan bentuk beton yang dikehendaki. Campuran beton selalu dibuat untuk
memenuhi syarat-syarat minimum compressive strength dari beton K-250 untuk
pondasi mesin, pondasi sumuan dan pendukungnya.
4. BAJA TULANGAN
- Semua baja tulangan yang didisain sebagai „tulangan praktis‟ dan tidak termasuk pada
gambar, tetapi diperlukan/dibutuhkan untuk melengkapi pekerjaan ini harus diadakan
pelaksanaannya.
- Pemasangan dengan pengikatan dari pekerjaan baja yang tertanam dalam beton
harus dilakukan dalam keadaan normal, tidak diselesaikan pada saat pengecoran
beton berlangsung.
- Pemotongan dan pengikatan sesuai dengan kondisi yang ada pada gambar kerja.
- Pemborong harus membuat detail „shop drawing‟ dengan skala dan rencana untuk
seluruh pekerjaan untuk disetujui Pengawas Lapangan dalam pelaksanaan.
- Semua baja pada pekerjaan beton ini permukaannya harus bersih dari larutan-larutan,
bahan-bahan atau material yang dapat memberi akibat pengurangan ikatan antara
beton dan baja.
- Semua baja tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga selama dan sebelum
pengecoran tulangan tidak berubah tempat.
- Penahan-penahan jarak (spacer) berbentuk balok-balok persegi atau gelang-gelang
untuk menjaga ketebalan tebal penutup (selimut) beton.
- Jumlah luas dari baja tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan jika
dipergunakan „besi beton kurus‟, maka jumlah batang-batang harus ditambah
sehingga jumlah luas yang ditentukan terpenuhi. Dalam hal ini harus dimintakan
persetujuan tertulis dari Pengawas Lapangan terlebih dahulu.
- Pemotongan dan Pemasangan Tulangan. Pemborong diwajibkan membuat dan
mengajukan daftar dan gambar pemasangan tulangan (buigstaad) untuk mendapatkan
persetujuan Pengawas Lapangan sebelum dilaksanakan, selanjutnya berlaku
ketentuan dalam PBI 1971, pasal 5.3 sampai dengan pasal 5.7 dan pasal 8.1 sampai
pasal 8.17.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 12
- Kualitas baja tulangan harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar kerja.
5. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON
Pembuatan Adukan (campuran) beton
Dalam melaksanakan beton dengan campuran yang direncanakan untuk mendapatkan
mutu yang disyaratkan K-250 untuk pondasi mesin, sumuran. Pemborong diwajibkan
mengajukan perbandingan campuran menurut hasil pemeriksaan di laboratorium.
Pengadukan, pengecoran, pemeriksaan mutu beton maupun mutu pelaksanaan beton
selama masa pelaksanaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
PBI 1971 bab 4 pasal 4.3 sampai dengan pasal 4.9. Pembuatan adukan beton harus
dilaksanakan dengan mesin pengaduk (beton mollen) dan harus dilengkapi dengan alat-
alat pengukur yang dapat mengukur dengan tepat jumlah air pencampur yang dimasukkan
ke dalam beton mollen. Jenis timbangan atau takaran semen agar agregat serta
banyaknya putaran mesin pengaduk harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas
Lapangan. Dalam hal pengadukan beton, berlaku ketentuan dalam PBI 1971 bab 6 pasal
6.2. Disyaratkan menggunakan ready-mix concrete pada pekerjaan pondasi ini.
Pengangkutan campuran beton
Pengangkutan campuran beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara-cara dimana dapat dicegah pengesahan dan kehilangan bahan-
bahan.
Arah pengangkutan harus lancar, sehingga tidak terjadi perbedaan waktu yang mencolok
antara beton yang sudah dicor dan beton yang akan dicor. Alat-alat pengangkutan beton
harus mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan.
Pekerjaan Bekisting dan Perancah
Pemborong diwajibkan membuat rencana bekisting dan perancah yang sebelum
dilaksanakan perlu mendapatkan persetuan Pengawas Lapangan, bilamana dianggap
perlu oleh Pengawas Lapangan, maka gambar tersebut harus disertai dengan
perhitungan-perhitungan kekuatannya.
Kayu untuk perancah harus memakai ukuran 6/10, 6/12 dan 5/7, sedangkan papan
bekisting digunakan bhan multiplex minimal tebal 12 mm.
Benda uji
Selama pengecoran harus dibuat benda-benda uji setiap 5 m3 beton dengan minimum
satu buah benda uji setiap harinya sesuai pasal 4.7 PBI 1971 dan diberi tanggal dan
nomor urut.
Pemeliharaan (Curing)
Selama struktur beton harus dilakukan pemeliharaan (curing) dengan air selama minimal
14 hari.
Lantai Kerja
Lantai kerja semua pekerjaan beton bertulang yang berhubungan dengan tanah harus
mempunyai lantai kerja beton tumbuk dengan ketebalan minimum 5 cm. Lantai kerja ini
harus kering dan bersih dari segala kotoran sebelum pengecoran beton bertulang
dilaksanakan. Campuran beton untuk lantai kerja mempunyai perbandingan volume 1 pc :
3 ps : 5 kr.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 13
Tenaga Ahli Pengawas Lapangan
Pemborong harus mengajukan daftar nama tenaga ahli yang akan ditempatkan di
lapangan. Tenaga ahli tersebut harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh
Pengawas Lapangan dan tenaga ahli tersebut harus kontinyu berada di lapangan untuk
pengawasan.
Penggalian
Pemborong harus melakukan pengukuran untuk menetapkan lokasi dan elevasi lubang-
lubang pondasi sesuai dengan gambar kerja, hasil pengukuran harus disetujui oleh
Pengawas Lapangan sebelum melanjutkan pekerjaan berikutnya.
Penggalian lubang pondasi harus dikerjakan secara terus menerus sampai mencapai
elevasi yang dipersyaratkan dan harus mendapat persetujuan tertulis yang ditanda tangani
oleh Pengawas Lapangan.
Material lepas dan lumpur harus dibersihkan dari dalam lubang pondasi. Lubang harus
bersih setiap saat.
Pengecoran dan Pemadatan
Pelaksanaan pengecoran baru boleh dilaksanakan setelah pekerjaan bekisting,
pemasangan, pembersihan dan campuran beton disetujui secara tertulis dari Pengawas
Lapangan.
Sela-sela bekisting harus dibersihkan dengan memakai pompa-pompa udara (air
compressor) atau semburan air.
Pelaksanaan pengecoran harus memakai alat penggetar dan sejak pengecoran dimulai,
maka pekerjaan ini tidak boleh berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang
ditetapkan sesuai dengan PBI 1971 atau atas petunjuk Pengawas Lapangan.
Selama proses pengerasan beton, maka bidang permukaan beton harus selalu dibahasi
dengan air selama satu minggu. Selanjutnya berlaku PBI 1971 bab 6 pasal 6.1 – 6.6.
Perbandingan adukan harus sesuai dengan hasil percobaan dan persyaratan yang
diminta dan angka perbandingan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isis
yang dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat
dengan baik, kuat dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas Lapangan terlebih
dahulu.
Pengadukan beton tersebut harus sudah terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa
diperpanjang. Adukan beton tersebut harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara
kontinyu sampai mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui Pengawas Lapangan.
Supaya dalam beton tidak terjadi rongga kosong/udara masuk selama pengecoran harus
digunakan concrete vibrator. Concrete vibrator harus ditanam tegak lurus, tidak boleh lebih
dari 30 detik setiap penanaman untuk tebal lapisan 8 cm dan tidak boleh kena langsung
baik pada baja tulangan maupun cetakan.
Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga dapat
menghasilkan bentuk permukaan dan ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan gambar
kerja.
Selama pekerjaan pengecoran beton bertulang harus selalu dibuat benda uji minimal 1
buah setiap 5 m3 beton setiap hari sesuai dengan pasal 4.7 PBI 1971 dan diberi tanggal
dan nomor urut yang menerus. Jika dari hasil pengujian ternyata tidak memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan, maka pekerjaan yang bersangkutan harus dibongkar
dan merupakan tanggung jawab Pemborong.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 14
Persiapan Pengecoran
- Pemborong harus membuat shop drawing
- Pembuatan cetakan harus teliti, datar dan tegak lurus, tidak bocor, sehingga
kedudukannya tidak bergetar atau bergeser pada waktunya. Sebelum pengecoran
dilaksanakan, semua cetakan beton harus bersih dari segala yang dapat mengurangi
mutu dan kekuatan beton. Jika diperlukan cetakan harus dicuci dan dikeringkan
terlebih dahulu.
6. PENYELESAIAN
Pemborong harus membersihkan kembali daerah yang telah selesai dikerjakan terhadap
segala kotoran-kotoran, sampah-sampah berkas adukan-adukan, bobokan-bobokan,
tulangan-tulangan dan lain-lain.
Pemborong harus tetap menjamin susunan tanah pada daerah di sekitar pondasi terhadap
kepadatannya maupun terhadap peil semula.
Pemborong harus menjamin kepadatan beton sehingga tidak terjadi keropos. Hal ini akan
mendapat konfirmasi dari Pengawas Lapangan.
Pada pelaksanaan pembersihan, Pemborong harus berhati-hati untuk tidak mengganggu
setiap pekerjaan baja yang tertanam di dalam beton.
Semua akibat dari tidak terpenuhinya hal-hal tersebut diatas adalah menjadi tanggung
jawab Pemborong, yaitu Pemborong harus menanggung semua biaya-biaya re-design dan
biaya tambahan volume pekerjaan.
BAB IV PEKERJAAN BETON 4.1. LINGKUP PEKERJAAN
1. Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, equipment, peralatan dan bahan
untuk semua pekerjaan beton biasa, beton bertulang, beton telanjang berikut pembuatan
dan pemasangan cetakan bekisting/mould penyelesaian dan lain-lain pekerjaan
pembetonan sesuai dengan gambar-gambar rencana dan persyaratannya.
2. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan disiplin lain yang menyangkut pekerjaan
pembetonan yaitu seperti :
Pekerjaan tanah untuk struktur, drainase/sistem saluran plumbing.
Pekerjaan arsitektur.
Pekerjaan kayu, tembokan, logam dan lain-lain sebagainya yang ada kaitannya
dengan pekerjaan beton.
4.2. PERSYARATAN
Semua pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan :
Peraturan-peraturan/standar setempat yang biasa dipakai.
Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971; NI-2.
Peraturan Semen Portland Indonesia 1972; NI-8.
Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang diberikan Direksi
Pengawas.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 15
American Society for Testing and Material (ASTM).
American Concrete Institute (ACI).
Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan gambar-gambar dan
persyaratannya. Semua pekerjaan beton yang tidak sesuai standar akan ditolak, kecuali bila
dilaksanakan dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan mutu bahan, cara pengerjaan
cetakan, cara pengecoran, kepadatan, textured finishing dan kualitas secara keseluruhan.
4.3. MUTUBETON
Mutu beton struktur adalah K-225 dan dianjurkan memakai ready mix concrete, dan mutu baja yang
dipakai adalah BJTD-39 dan BJTP-24. Untuk pekerjaan beton lantai kerja dipakai beton rabat
dengan campuran 1pc : 3ps : 5kr. Mutu karakteristik merupakan syarat mengikat. Untuk menjamin
kesamaan mutu beton, kontraktor dianjurkan menggunakan readymix concrete dari perusahaan
terkenal yang khusus membuat readymix, terutama untuk pekerjaan struktur dinding beton, kolom,
balok, lantai dan atap beton.
1. Lapisan penutup (protective concrete fill) di atas lapisan kedap air seperti pada lantai toilet
(screed), reservoir dan lain-lain harus menggunakan adukan dengan campuran 1 PC : 3Ps
dan harus dicor segera setelah lapisan water proofing selesai dipasang.
2. Campuran tambahan untuk beton (concrete admixture). Bilamana dianggap perlu
tambahan untuk beton dapat dipergunakan concrete admixture. Penggunaan tersebut
harus dengan persetujuan Ahli/Pengawas.
3. Pengadukan.
Kecuali ready mix concrete semua pengadukan jenis beton harus dilakukan dengan mesin
pengaduk berkapasitas tidak kurang dari 350 liter. Setiap kali membuat adukan,
pengadukan harus rata hingga warna dan kekentalannya sama.
4. Takaran Perbandingan Campuran.
Semua bahan harus ditakar menurut perbandingan berat, bukan perbandingan isi.
4.4. PENGAWASAN CAMPURAN ADUKAN
1. Komposisi.
Semua agregat, semen, air, beratnya harus ditakar dengan seksama. Proporsi semen yang
ditentukan adalah minimal. Sebagai pedoman, Pemborong harus tetap mengusahakan
mutu/kekuatan beton sesuai dengan yang disyaratkan dalam Pasal 5.3.
2. Pengujian (testing).
Pada umumnya pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab 4.7. termasuk pengujian-
pengujian susut (slump) dan pengujian-pengujian tekanan. Jika beton tidak memenuhi
syarat-syarat slump, maka bagian/kelompok adukan tersebut tidak boleh dipakai. Jika
pengujian tekanan gagal, maka perbaikan harus dilakukan sesuai dengan prosedur-
prosedur dalam PBI 1971.
4.5. BAHAN-BAHAN.
Semen yang dipakai harus semen portland dari merk yang disetujui dan yang dalam segala hal
memenuhi syarat seperti yang dikehendaki oleh "Peraturan Beton Bertulang Indonesia” untuk
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 16
beton kelas I Z 475 atau British Standard, nomor : 12-1965. Dalam pengangkutan, semen
harus terlindung dari hujan, zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan
harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan tidak kena air, ditaruh pada tempat yang
ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Kantong semen tersebut tidak boleh ditumpuk
sampai tingginya melampau1 2 m, dan tiap pengiriman baru harus dipisahkan dan ditandai
dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan pengirimannya.
1. Agregate.
Agregat harus keras, bersifat kekal dan bersih, bebas dari bahan-bahan yang merusak,
umpamanya yang bentuk atau kwalitasnya bertentangan dan mempengaruhi kekuatan atau
kekalnya konstruksi beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap karat dari
tulangan besi beton. Agregat (butiran) dalam segala hal harus memenuhi yang dikehendaki
(ketentuan-ketentuan) PBI 1971. Bagian 3 dilakukan pengujian butiran.
Pasir Beton. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organik,
lumpur dan sebagainya dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang
dicantumkan dalam PBI 1971.
Koral Beton/Split.
Digunakan koral yang bersih, bermutu baik tidak berpori serta mempunyai gradasi
kekerasan sesuai dengan syarat-syarat PBI 1971. Penyimpanan/penimbunan pasir
dan koral beton harus dipisahkan satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua
bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan adukan beton yang tepat.
2. A i r.
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan yang
merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen dan dilakukan
pengujian air/laboratorium test.
3. Bahan Tambahan.
Bahan tambahan disetujui secara khusus dengan persetujuan Ahli/Pengawas.
4. Baja Tulangan.
a. Jenis penulangan.
Batang tulangan besi beton terdiri dari BJTD-39 dan BJTP-24, bahan tersebut dalam
segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan PBI 1971, standar Jepang kelas SR
24 atau British Standard Nomor 785 1938. Grade yang dipergunakan adalah ST-37
dengan kategori, BJTP 24 yang sesuai dengan tabeì 3.7.1. PBI 1971.
b. Penyimpanan.
Tulangan besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.
c. Pemasangan.
Sebelum beton dicor, tulangan besi beton harus bebas dari minyak, kotoran, cat, karat,
lepas, kulit giling atau bahan-bahan lain yang merusak. Semua tulangan harus
dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak dapat berubah atau begeser pada
waktu adukan ditumbuk-tumbuk atau dipadatkan. Tulangan besi beton dan penutup
beton tingginya harus tepat, dengan penahan-penahan jarak beton (tahu beton) yang
telah disetujui Ahli/Pengawas.
d. Pengujian (testing).
Pada umumnya pengujian untuk tulangan besi beton dilakukan sesuai dengan PBI
1971 yaitu yang mempunyai kekuatan leleh minimaì 370° kg/cm2. Jika besi beton
tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum di dalam Uraian dan
Syarat-syarat yang tercantum dalam pengujian, maka kelompok yang tidak memenuhi
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 17
syarat-syarat itu tidak boleh dipakai dan pemborong harus menyingkirkannya dari
tempat pekerjaan.
e. Selimut Beton.
Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak termasuk
plesteran), adalah sebagai berikut :
1. Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan tanah
= 3 cm.
2. Kolom dan balok-balok beton = 2,5 cm.
3. Slab/plat beton diatas tanah = 2,0 cm.
5. Cetakan (bekisting).
a. B a h a n.
Bekisting harus dipakai kayu klas II yang cukup kering dan sesuai dengan finishing
yang diminta menurut bentuk, garis ketinggian dan dimensi dari beton sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar arsitektur. Bekisting harus cukup untuk menahan getaran
vibrator atau kejutan-kejutan lain yang diterima, tanpa berubah bentuk. Cetakan harus
dibuat dari papan-papan yang bermutu baik atau plywood :
Untuk beton tidak diexposed dipakai kayu terentang tebal minimum 2,5 cm.
Untuk beton exposed dipakai plywood, fibre glass atau bahan lain yang tidak
reaktif terhadap beton.
Tebalnya tergantung dari kwalitas dan jarak rangka penguat cetakan tersebut.
b. Konstruksi.
Cetakan harus dibuat dan disangga sedemikian rupa hingga dapat menahan getaran
yang merusak atau lengkung akibat tekanan adukan beton yang cair atau sudah
padat. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga mempermudah penumbukan-
penumbukan untuk memadatkan pengecoran tanpa merusak konstruksi. Acuan harus
rapat tidak bocor, permukaannya licin, bebas dari kotoran-kotoran seperti tahi gergaji,
potongan-potongan kayu, tanah dan sebagainya sebelum pengecoran dilakukan dan
harus mudah dibongkar tanpa merusak permukaan beton. Tiang-tiang acuan harus
diatas papan atau baja untuk memudahkan pemindahan perletakan. Tiang-tiang tidak
boleh disambung lebih dari satu. Tiang-tiang dari dolken ukuran 8/10 cm atau kaso 5/7
cm. Tiang acuan satu dengan yang lain harus diikat dengan palang papan/balok secara silang.
c. Alat untuk Membersihkan.
Pada pencetakan untuk kolom atau dinding harus diadakan perlengkapan-
perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-
potongan kawat pengikat dan lain-lain.
d. U k u r a n.
Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar arsitektur dan sama
disemua tempat untuk bentuk dan ukuran tiang yang dikehendaki sama.
e. Kawat Pengikat.
Kawat pengikat besi beton/rangka dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng,
dengan diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat besi
beton/rangka harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam NI-2 (PBI tahun
1971).
f. Pelapis Cetakan.
Untuk mempermudah pembongkaran cetakan dan menyingkirkan penutup-penutup,
pelapis cetakan dari merk yang telah disetujui dapat dipergunakan. Minyak pelumas,
baik yang sudah maupun yang belum dipakai, tidak boleh digunakan untuk ini.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 18
4.6. LINGKUP DAN MACAM PEKERJAAN
1. Pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini.
2. Pekerjaan meliputi pekerjaan struktur, pondasi tiang pancang, pile cap (poer), sloof, kolom,
balok, beton pelat lantai basement, pelat, dan tangga beton.
4.7. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Syarat-syarat Cetakan untuk Beton.
a. Cetakan (bekisting) untuk beton telanjang (bila ada) dari plywood dengan tebal
minimum 12 mm, bermutu baik yang telah disetujui oleh Pengawas. Fibre glass atau
bahan lain yang tidak reaktif terhadap beton sedangkan untuk beton biasa bisa dipakai
cetakan dari papan klas II tebaì 2,5 3 cm lebar 20 cm.
b. Semua sudut terbuka yang runcing dari kolom atau balok harus dibulatkan (dihaluskan
1,5 cm).
c. Toleransi-toleransi memenuhi ketentuan ayat 8.4.4. PBI.
d. Segala cacat pada permukaan beton yang telah dicor, harus diplester dengan
campuran perekat sedemikian rupa sehingga sesuai warna tekstur dan bentuknya
dengan permukaan yang berdekatan. Untuk beton exposed harus dihindari adanya
cacat permukaan.
e. Ukuran keseluruhan untuk kusen-kusen pintu dan jendela, harus diambil dari pekerjaan
untuk menjamin ketepatan antara pekerjaan konstruksi beton dan ukuran pintu, jendela.
2. Toleransi.
Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam batas toleransi 1 cm, toleransi
ini tidak boleh bertambah-tambah (kumulatif). Ukuran-ukuran masing-masing bagian harus
seksama dalam -0,3 dan +0,5 cm.
3. Pemberitahuan Tentang Pelaksanaan Pengecoran.
Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama dari
pekerjaan, Pemborong harus memberi tahu Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
Jika tidak ada pemberitahuan yang semestinya, atau persiapan pengecoran tidak disetujui
oleh Pemberi Tugas/Pengawas, maka Pemborong dapat diperintahkan untuk
menyingkirkan beton yang dicor atas biaya sendiri.
4. Pengangkutan Adukan
Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, sehingga dapat dihindarkan adanya
pemisahan dari bagian-bagian bahan. Adukan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih
dari 2 m.
5. Pembersihan Cetakan dan Alat-alat.
Sebelum beton dicor, semua kotoran dan benda-benda lepas harus dibuang dari cetakan.
Permukaan cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan
beton, harus dibasahi dengan air sebelum dicor.
6. Pengecoran.
Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan
menyiram cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran, ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak. Pengecoran beton hanya dapat
dilaksanakan atau persetujuan Direksi/Pengawas. Pengecoran harus dilakukan dengan
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 19
sebaik mungkin dengan menggunakan alat penggetar untuk menjamin beton cukup padat
dan harus dihindarkan terjadinya cacat pada beton seperti kropos dan sarang-sarang
koral/split yang dapat memperlemah konstruksi. Apabila pengecoran beton akan dihentikan
dan diteruskan pada hari berikutnya maka tempat perhentian tersebut harus disetujui oleh
pengawas.
Beton yang telah dicor dihindarkan dari benturan benda keras selama 3 x 24 jam setelah
pengecoran. Beton harus dilindungi dari kemungkinan cacat yang diakibatkan dari
pekerjaan-pekerjaan lain. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk
memperbaikinya dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan, seluruh biaya perbaikan
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pengecoran ke dalam cetakan harus selesai sebelum
adukan mulai mengental, yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit.
Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan
tidak boleh terputus tanpa persetujuan Pengawas.
7. Pemadatan beton.
Adukan harus dipadatkan dengan baik dengan memakai alat penggetar (vibrator) yang
berfrekwensi dalam adukan paling sedikit 3000 getaran dalaím 1 menit. Penggetar harus
dimulai pada waktu adukan ditaruh dan dilanjutkan dengan adukan berikutnya. Dalam
cetakan yang vertikal, vibrator harus dekat dengan cetakan, tapi tidak boleh menyentuhnya
sehingga dihasilkan suatu permukaan beton yang baik. Tidak boleh menggetarkan suatu
bagian adukan, lebih dari 24 detik. Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus
tulangan kebagian-bagian adukan yang sudah mengeras.
8. Perawatan.
Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari angin dan hujan, sampai
beton itu mengeras dengan baik dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat, harus
diambil tindakan-tindakan sebagai berikut :
a. Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus menerus sampai
cetakan itu dibongkar.
b. Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 14 hari berturut-turut.
9. Pembongkaran Cetakan.
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan khusus yang cukup
untuk memikul 2 kali beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian
konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban rencana, maka
cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung. Perlu
ditentukan bahwa tanggung jawab atau keamanan konstruksi beton seluruhnya terletak
pada Kontraktor dan perhatian pemborong mengenai pembongkaran cetakan ditujukan ke
PBI 1971 dalam pasal yang bersangkutan. Pemborong harus memberi tahu Pemberi
Tugas/Konsultasi Perancang bilamana ia bermaksud akal membongkar cetakan pada
bagian-bagian konstruksi yang utama minta persetujuan, tapi dengan adanya persetujuan
itu tidak berarti Pemborong lepas dari tanggung jawab.
10. Perubahan Konstruksi Beton.
Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pemberi Tugas/Pengawas
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
Konstruksi beton yang sangat keropos.
Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk atau profil yang direncanakan atau
posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
Konstruksi beton yang tidak tegak lurus, atau rata seperti yang direncanakan.
Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
11. Campuran dan Pengambilan Contoh (sampling).
a. Untuk mencapai mutu beton K-250 sesuai dengan PBI 1971, Pemborong harus
melakukan percobaan-percobaan membuat design mix campuran-campuran
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 20
sedemikian rupa sehingga untuk kubus beton berukuran 15 x 15 x 15 cm, pada umur
28 hari, harus mempunyai kekuatan hancur karakteristik minimal 250 kg/cm2, bahan-
bahan yang dipergunakan adalah bahan-bahan yang nantinya akan dipergunakan
sebagai bahan beton struktur. Kubus percobaan harus dibuat minimal 1 buah dalam 5
m3 beton, dan dibuat paling sedikit dalam 3 proses pengadukan yang tidak bersamaan
waktunya. Reference pasaì 4.6. PBI 1971.
b. Setiap hari pengecoran harus diambil contoh uji (sampling) paling sedikit tiga buah
kubus percobaan yang waktu pengambilannya sepenuhnya ditentukan oleh Pengawas.
Pengetesan kubus percobaan tersebut hanya boleh dilakukan dilembaga-lembaga
Penelitian Bahan Bangunan Resmi yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Analisá
kekuatan berdasarkan pada rumus-rumus statistik sebagaimana tertera dalam PBI
1971, pasaì 46. ayat 1 s/d 5. Biaya pengetesan termasuk dalam penawaran
Pemborong atau tanggung jawab Kontraktor.
BAB V PEKERJAAN BETON KOLOM 5.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan semua peralatan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini, yaitu beton kolom portal.
5.2. Jenis dan Mutu Bahan
Beton kolom portal
Mutu beton K 225
Mutu baja U 39 (tulangan utama)
Mutu baja U 24 (tulangan sengkang)
BAB VI PEKERJAAN BETON BALOK DAN SLOOF 6.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan semua peralatan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini, yang terdiri dari :
a. Beton Sloof
b. Beton balok portal
c. Beton balok pengikat (ringbalk)
d. Beton balok praktis
6.2. Jenis dan Mutu Bahan
a. Beton balok portal
Mutu beton K 225
b. Beton balok pengikat (ringbalk)
Mutu beton K 225
c. Beton balok praktis
Mutu beton K 175
Balok praktis yang diperlukan harus dilaksanakan oleh Kontraktor meskipun tidak
tercantum dalam gambar rencana
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 21
BAB VII PEKERJAAN BETON PELAT LANTAI DAN PELAT ATAP 7.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan semua peralatan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini, pelat beton ini digunakan baik untuk lantai maupun sebagai pelat
beton untuk atap termasuk beton yang memerlukan kedap air seperti KM dan WC
7.2. Jenis dan Mutu Bahan
a. Beton pelat lantai
Mutu beton K 225
Mutu tulangan BTJTD 40 untuk diameter 16 mm dan BJTP 24 untuk yang lebih kecil
BAB VIII PEKERJAAN WATERPROOFING
8.1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan waterproofing adalah :
a. Penyediaan bahan
Waterproofing pada plat beton atap, beton ruang basah dipergunakan waterproofing
jenis bithuthene sheet 3000 dengan ketebalan 3 mm, merk Isobone, Fosrock, atau
setara.
8.2. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
a. Persiapan permukaan yang dilapis waterproofing lantai beton harus bebas dari kotoran
yang melekat seperti bitumen, oli, bercak-bercak cat, lemak dan lain-lain.
b. Lapisan dasar primer untuk meratakan permukaan lantai beton dan membuat kemiringan
dengan screeding beton campuran 1 : 2 ditambahkan 0,5 kg/m2 dengan semen slurry
bonding agent lain yang setara. Kemiringan screeding beton sekurang-kurangnya 2%,
selanjutnya Kontraktor melapor Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan.
c. Seluruh lapisan waterproofing, jika tidak ditentukan lain harus pula menutupi kaki-kaki
bidang-bidang tegak sampai ketinggian permukaan air (minimal 30 cm). Pertemuan
bidang horizontal dan vertikal harus dipasang polyster mesh. Disekeliling pipa-pipa
pembuang harus dibobok untuk kemudian diisi dengan semen non shrink.
d. Setelah lapisan waterproofing dipasang dengan benar, maka bagian atas ditutup dengan
screeding campuran 1:3 dan kawat kasa setebal 3 cm dengan memperhatikan
kemiringan untuk drainage air hujan.
e. Pekerjaan waterproofing harus mendapat sertifikat pemeliharaan cuma-cuma selama 10
(sepuluh) tahun.
BAB IX PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 22
9.1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini adalah pemasangan dan perakitan rangka atap dengan baja ringan
yang meliputi perhitungan struktur, Spesifikasi Teknis dan desain oleh pabrikan yang
ditunjuk, berikut pengadaan aplikator yang direkomendasi oleh pabrik penghasil :
Sistem rangka atap
Reng dan Kasau
Ikatan angin
Dan aksesori pelengkap lainnya untuk melengkapi pemasangan.
a. STANDAR / RUJUKAN
1. Australian Standard :
AS 1163 – Structural Steel Hollow Sections
AS 1170 – Loading Code,
Part 1 : Dead and Live Loads and Load Combinations
Part 2 : Wind Loads
AS 1538 – Cold Formed Structures Code
AS 1554 – Structural Steel Welding Code
AS 4100 – Steel Structures Code
AS 1397 – Steel Sheet and Strip – Hot Dipped Zinc Coated and Aluminium /
Zinc Coated
AS 3566 – Self Drilling Screws for The Building and Construction Industries
AS 1650 – Hot Dipped Galvanized Coatings on Ferrous Articles.
AS 4600 – Cold Formed Code for Structural Steel.
2. Japanese Industrial Standard (JIS):
JIS G 3302 – Hot Dipped Zinc Coated Steel Sheets and Coils.
3. American Welding Society (AWS) :
AWS D1.1 – Structural Welding Code Steel.
b. PROSEDUR UMUM
1. Desain.
Desain sistem rangka atap yang terdiri dari rangka, sambungan, ikatan angin
harus dilaksanakan oleh perusahaan/Aplikator terdaftar dan direkomendasi
pabrik penghasil yang berpengalaman dalam perancangan sistem rangka
baja ringan.
Desain, fabrikasi dan pemasangan rangka harus dilakukan sedemikian rupa
agar rangka baja ringan mampu menerima beban rencana yang telah
ditentukan oleh Konsultan Perencana.
Desain sistem rangka untuk rangka atap dan balok atap harus mampu
menahan beban mati rencana tanpa lendutan yang lebih besar dari 1/300
bentangan untuk lendutan vertikal.
Desain sistem rangka atap harus dibuat sedemikian rupa agar dapat
mengakomodasi gerakan bagian rangka tanpa kerusakan atau tekanan
berlebih, kegagalan pelapis, kegagalan sambungan, ketegangan yang
tak semestinya pada alat pengencang dan angkur, atau akibat lainnya
yang merusak ketika mengalami perubahan temperatur sekitar yang maksimal
sekitar 200 C.
Sistem rangka atap harus didesain untuk mengakomodasi pengiriman dan
penanganan, untuk memudahkan dan mempercepat perakitan.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 23
2. Penyerahan.
Kontraktor harus menyerahkan data – data berikut :
Data produk untuk setiap tipe rangka baja ringan dan aksesori.
Data analisa struktur yang tertutup dan ditanda tangani enjinir profesional
yang dipilih yang bertanggung jawab untuk mempersiapkannya.
Sertifikat pabrik yang ditanda tangani oleh pabrik pembuat rangka baja ringan
yang menyatakan bahwa produk mereka memenuhi persyaratan, termasuk
ketebalan baja tanpa lapisan, tegangan leleh, tegangan tarik, elongasi total
dan ketebalan lapisan pelapis metal.
Sebagai pengganti sertifikat pabrik, serahkan laporan pengujian dari agensi
pengujian yang terdaftar yang membuktikan kesesuaiannya dengan
persyaratan – persyaratan.
Sertifikat tukang las yang ditanda tangani Kontraktor yang menyatakan
bahwa tukang las memenuhi persyaratan – persyaratan yang ditetapkan
dalam butir Jaminan Mutu.
3. Jaminan Mutu.
Pekerjakan fabrikator dan pemasang yang telah berpengalaman dengan
bahan, desain rangka baja ringan yang sejenis, dan dengan catatan
pengalaman proyek yang berhasil.
Standar pengelasan harus memenuhi ketentuan AWS D1.1 atau AS 1554
edisi terakhir.
4. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganan.
Rangka baja ringan harus dilindungi terhadap kerusakan, deformasi, dan
kerusakan lainnya selama pengiriman, penyimpanan dan penanganan.
Rangka baja ringan harus disimpan di ruang yang memiliki ventilasi cukup
untuk mencegah kondensasi dan dilindungi dengan penutup tahan air.
c. BAHAN - BAHAN
1. Lembaran Metal.
Lembaran metal lapis seng / galvanized harus memenuhi ketentuan SNI 07-
0132-1987 dengan tebal lapisan seng minimal 220 g/m2 sesuai JIS G 3302-
1994, seperti Lokfom, Sarana atau yang setara yang disetujui.
Lembaran metal lapis campuran seng dan alumunium harus memenuhi
ketentuan AS 1397, dengan mutu baja 5500 kg/cm2, dengan ketebalan 7,5
BMT seperti Zincalume buatan Blue Scope Steel Indonesia atau yang setara.
2. Profil Rangka.
Profil rangka yang akan digunakan harus sesuai dengan standar profil rangka
yang dibuat oleh pabrik pembuatan sistem rangka baja ringan.
Spesifikasi Material sbb :
a. Bahan baja yang dipakai untuk kuda – kuda adalah baja high tensile
strength hot dipped galvanized steel G550 sebagai berikut :
Batang utama (chord) memakai hot – dipped Galvanized Steel 95 x 33 Z
08 dan atau Z 10.
Web memakai hot – dipped Galvanized Steel 65 x 26 C 08
b. Bahan baja selain kuda – kuda (reng, ikatan angin, sekur overhang, listplang
dan balok tembok) adalah baja high tensile strength hot dipped galvanized
steel G550 sebagai berikut :
Reng memakai hot – dipped Galvanized Steel 45 x 27 B 50
Murplat / top plate memakai hot – dipped Galvanized Steel 75 x 40 W 10
c. Alat sambung utama untuk kuda – kuda baja ringan adalah sekrup khusus
yaitu self drilling screw STEELFIX berdasarkan ketentuan “Screws – Self
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 24
Drilling – for The Building and Construction Industries” (Australian Standard
3566).
d. Semua kuda – kuda harus ditambatkan ke struktur pendukung untuk
menahan beban vertikal dan horisontal dengan Baja Ringan Multigrip
(MGN) dengan bahan Galvabond G2 – Z275 dengan Yield Strength 250 Mpa
dan Design Tensile Strength 150 MPa.
e. Pelapisan (coating) anti karat menggunakan hot – dipped Galvanized coating
Z 22 (220 g/m2).
f. Jika dipandang perlu, bahan yang dipakai untuk rangka atap baja ringan
dapat diperiksa di Laboratorium Penelitian Bahan Bangunan.
3. Manufaktur / Fabrikator.
Sesuai dengan ketentuan – ketentuan, manufaktur / fabrikator sistem rangka baja
ringan yang dapat memenuhi, antara lain, tetapi tidak terbatas pada yang tersebut
berikut :
Pryda Indonesia Pty. Ltd. Dengan produk Steelfast
PT Blue Scope Lysaght Indonesia dengan produk Smartruss
PT Jaindo Metal Industries dengan produk Uni-Frame
4. Aksesori Rangka.
Aksesori rangka baja ringan harus dibuat dari bahan dan penyelesaian yang sama
dengan yang digunakan untuk bagian – bagian rangka baja ringan dan sesuai
dengan persyaratan engineer dari pabrik pembuat rangka baja ringan, termasuk :
1. Angkur, Klip dan Alat Pengecang
Baja profil dan klip harus dilapisi seng dengan proses celup panas
Baut angkur pasang di tempat dan tiang harus dari baut kepala segi
enam dan tiang berbahan baja karbon, mur berbahan baja karbon, dan
cincin pelat. Semuanya harus berlapis seng dengan proses celup panas.
Angkur ekspansi harus difabrikasi dari bahan tahan karat, yang memiliki
kemampuan menumpu, tanpa kegagalan, sebuah beban yang besarnya 5
kali lipat beban rencana.
Angkur tipe powder actuated harus merupakan sistem alat pengencang
yang sesuai untuk aplikasi yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja,
difabrikasi dari bahan anti karat, dengan kemampuan menumpu, tanpa
kegagalan, sebuah beban yang besarnya 10 kali lipat beban rencana.
Alat pengencang mekanikal harus berupa sekrup tipe self drilling, self
threading steel drill yang memiliki lapisan anti karat.
Kawat las harus memenuhi ketentuan AWS A5.1-E70xx atau AS 1554.
5. Bahan – bahan lainnya
1. Cat untuk perbaikan lapisan seng harus memenuhi ketentuan SSPC-paint20
atau DOD-P-21035.
d. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Fabrikasi.
a. Maksimalkan fabrikasi di pabrik pembuat dan penyusunan / perakitan bagian
sistem rangka baja ringan.
Fabrikasi rangka baja ringan dan aksesori agar vertikal, tegak lurus empat sisi,
sesuai dengan garis yang telah ditentukan, dan dengan sambungan yang aman
dan kuat dan seperti diuraikan berikut :
Fabrikasi rangka rakitan dalam cetakan / pola.
Potong bagian rangka dengan gergaji atau gunting besar, bukan dengan
api.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 25
Kencangkan bagian rangka baja ringan dengan baut, rivet atau sekrup
sesuai rekomendasi enjinir dari pabrik pembuat. Tidak diijinkan
melakukan pengencangan dengan kawat.
b. Beri penulangan, pengaku dan ikatan angin untuk menahan penanganan,
pengiriman dan tekanan pada saat pemasangan.
c. Fabrikasi setiap rakitan rangka metal dengan toleransi kesikuan maksimal 3 mm.
2. Pemasangan.
a. Umum.
Harus memenuhi persyaratan fabrikasi seperti disebutkan di atas.
Lengkapi dengan ikatan angin, balok di atas bidang bukaan dinding, siku
– siku penulangan, pengaku, aksesori dan alat pengencang yang sesuai
dengan persyaratan engineer pabrik pembuat.
Pasang rangka baja ringan dan aksesori agar vertikal, tegak lurus empat
sisi, sesuai dengan garis yang telah ditentukan, dan dengan sambungan
yang kencang.
Pasang bagian rangka dalam satu bagian panjang utuh bila
memungkinkan.
Lengkapi dengan ikatan angin sementara yang dibiarkan pada tempatnya
sampai rangka baja ringan menjadi stabil secara permanen.
Sambungan muai harus dibuat terpisah dari rangka baja ringan dengan
cara sesuai persyaratan. Do not bridge building expansion and control
joints with cold-formed metal framing. Independently frame both sides of
joints.
Pasang rangka baja ringan dalam batas variasi toleransi maksimal yang
diijinkan dari vertikal, elevasi, dan garis yang telah ditentukan, 3 mm
dalam 300 cmm (1 : 1000).
Bagian rangka baja individual harus ditempatkan maksimal 3 mm dari
lokasi rencana. Kesalahan kumulatif tidak boleh dari persyaratan
pengencangan minimal pelapis, penutup atau bahan penyelesaian
lainnya.
b. Pemasangan Panel Dinding Prefab.
Bila ada penggunaan panel dinding prefab, panel dinding tersebut harus
diangkur dan ditumpu dengan kuat dan aman.
3. Perbaikan Perlindungan.
Persiapkan dan perbaiki lapisan seng yang rusak pada rangka baja ringan yang
telah difabrikasi dan dipasang dengan cat perbaikan lapisan seng yang sesuai
dengan rekomendasi pabrik pembuat.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 26
C. PEKERJAAN ARSITEKTUR
BAB I PEMBERSIHAN/PEMBONGKARAN DAN PENGUKURAN
1.1. PEMBERSIHAN HALAMAN
a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti
adanya pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar
dan dibersihkan serta dipindahkan dari lokasi bangunan kecuali barang-barang yang
ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas
bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar
dari halaman proyek.
1.2. PERMUKAAN ATAS LANTAI (PEIL)
c. Peil 0.00 Bangunan diambil dari Lantai Dasar Gedung Rawat Darurat.
d. Semua ukuran ketinggian galian, pondasi, sloof, kusen, langit-langit, dan lain-lain harus
mengambil patokan dari peil 0.00 tersebut.
BAB II PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATU BATA DAN BATA RINGAN
2.1. KETERANGAN
Pekerjaan ini mencakup seluruh pekerjaan dinding yang terbuat dari batu bata dan bata
ringan disusun ½ bata, meliputi penyediaan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan
ini.
2.2. BAHAN
a. Batu bata (bata merah)
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 27
Batu bata merah (dari tanah liat) yang dipakai adalah produksi dalam negeri eks daerah
setempat dari kualitas yang baik dengan ukuran 5 x 10,5 x 22 cm yang dibakar dengan
baik, warna merah merata, keras dan tidak mudah patah, bersudut runcing dan rata,
tanpa cacat atau mengandung kotoran.
Meskipun ukuran bata yang bisa diperoleh di suatu daerah mungkin tidak sama dengan
ukuran tersebut diatas, harus diusahakan supaya ukuran bata yang akan dipakai tidak
terlalu menyimpang.
Kualitas bata harus sesuai dengan pasal 81 dari A.V. 1941
Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan.
Pengawas Lapangan berhak menolak bata dan menyuruh bongkar pasangan bata yang
tidak memenuhi syarat. Bahan-bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari
tempat pekerjaan.
b. Adukan
Adukan terdiri dari semen, pasir dan air dipakai untuk pemasangan dinding batu bata.
Komposisi adukan adalah 1 pc : 5 pasir untuk dinding biasa, 1 Pc : 3 pasir untuk
tasram
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (Nusantara, Gresik,
Tiga Roda atau produk daerah setempat yang mempunyai kualitas standar konstruksi).
Adukan harus dibuat dalam alat tempat mencampur, diatas permukaan yang keras,
bukan langsung diatas tanah. Bekas adukan yang sudah mulai mengeras tidak boleh
digunakan kembali.
c. Bata Ringan
Batu bata ringan yang dipakai adalah produksi setara Hebel atau Jaya Celcon ukuran
tebal 10 cm, 8,8 buah per m2.
Kontraktor harus menunjukkan contoh terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan.
Pengawas Lapangan berhak menolak bata ringan yang tidak memenuhi syarat. Bahan-
bahan yang ditolak harus segera diangkut keluar dari tempat pekerjaan.
d. Mortar/Plester
Adukan terdiri dari bahan Dry-Mix dan air dipakai untuk pemasangan dinding batu bata
ringan. Komposisi adukan sesuai dengan yang disyaratkan oleh Fabrikan.
Bahan Dry-Mix yang dipakai adalah produk LEMKRA, Cipta Mortar atau setara.
e. Beton Bertulang
Beton bertulang dibuat untuk rangka penguat dinding bata, yaitu : sloof, kolom praktis
dan ringbalk.
Komposisi bahan beton rangka penguat dinding (sloof, kolom praktis, ringbalk) adalah 1
pc : 2 pasir : 3 kerikil.
Semen PC yang dipakai adalah produk dalam negeri yang terbaik (satu merek untuk
seluruh pekerjaan). Pasir beton harus bersih, bebas dari tanah/lumpur dan zat-zat
organik lainnya. Kerikil/split dari pecahan batu keras dengan ukuran 1 - 2 cm, bebas
dari kotoran. Baja tulangan menurut ketentuan PBI 1971.
2.3. PELAKSANAAN
Dinding harus dipasang (uitzet dengan peralatan yang memadai) dan didirikan menurut
masing-masing ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar.
a. Kolom praktis dan ringbalk
Ukuran rangka penguat dinding bata (non struktural) : kolom praktis 12 x 12 cm dan 10
x 10 untuk dinding bata ringan, ringbalk dan balok latai 12 x 12 cm dan 10 x 10 untuk
dinding bata ringan Kolom praktis dan ringbalk diplester sekaligus dengan dinding
bata sehingga mencapai tebal 15 cm dan 10 cm untuk dinding bata ringan. Bekisting
terbuat dari kayu terentang/kayu hutan lainnya dengan tebal minimum 2 cm yang rata
dan berkualitas papan baik.
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 28
Pemasangan bekisting harus rapi dan cukup kuat. Celah-celah papan harus rapat
sehingga tidak ada air adukan yang keluar. Bekisting baru boleh dibongkar setelah
beton mengalami proses pengerasan.
b. Pasangan dinding bata
Bata yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata :
1. Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/buang air dan
kebutuhan lain para pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut
harus cukup terjamin.
2. Yang ukurannya kurang dari setengahnya
3. Lebih dari 1 (satu) meter tingginya setiap hari di satu bagian pemasangan
4. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
5. Setiap luas pasangan dinding bata mencapai 12 m2 harus dipasang beton praktis
(kolom, dan ring balk)
Bata dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan
bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar
dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak 40 cm.
Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata diatas kusen harus dibuat
balok lantai 12/12 atau dilengkapi dengan pasangan rollaag. Pemasangan harus dijaga
kerapihannya, baik dalam arah vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-
kusen harus diisi dengan aduk.
c. Pasangan Bata Ringan
Bata ringan yang akan dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu sampai
jenuh.
Tidak diperkenankan memasang batu bata ringan:
1. Yang ukurannya kurang dari setengahnya
2. Pada waktu hujan di tempat yang tidak terlindung atap
3. Setiap luas pasangan dinding bata ringan mencapai 12 m2 harus dipasang beton
praktis (kolom, dan ring balk)
Bata ringan dipasang tegak lurus dan berada pada garis-garis yang seharusnya dengan
bentang benang yang sipat datar. Kayu penolong harus cukup kuat dan benar-benar
dipasang tegak lurus.
Dinding yang menempel pada kolom beton harus diberi angker besi setiap jarak 40 cm.
Permukaan beton harus dibuat kasar. Pemasangan bata ringan diatas kusen harus
dibuat balok latei 10/10. Pemasangan harus dijaga kerapihannya, baik dalam arah
vertikal maupun horizontal. Sela-sela disekitar kusen-kusen harus diisi dengan aduk
BAB III PEKERJAAN PLESTERAN DAN DRY MORTAR
3.1. KETERANGAN
Kecuali disebutkan lain, bahan penyelesaian atau penutup permukaan dinding/tembok bata
dan adalah plesteran. Pekerjaan plesteran mencakup pembuatan dan pemasangan
plesteran pada dinding-dinding tembok bata dan bidang-bidang beton, meliputi penyediaan
bahan, tenaga kerja dan peralatannya. Semua permukaan plesteran dicat dengan cat
tembok, kecuali disebutkan lain.
3.2. BAHAN
Komposisi bahan adukan sesuai dengan persyaratan, yaitu :
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 29
a. 1 pc : 3 pasir untuk permukaan beton, dinding trasram atau daerah basah dan dinding
luar yang tidak tertutup atap.
b. 1 : 2 dan sudut dinding
c. 1 pc : 5 pasir untuk dinding bata bagian dalam gedung
Semen PC yang dipakai adalah produk lokal yang terbaik (satu merek untuk seluruh
pekerjaan).
d. Plesteran untuk penutup dinding bata ringan menggunakan Dry-Mortar : 3 kg/m2,
ketebalan 2 mm. Ketebalan dapat diatur sesuai dengan grade : kasar, sedang, halus.
Produk setara : LEMKRA – Plester Mutiara, atau Cipta Mortar
3.3. PELAKSANAAN
a. Plesteran dinding bata
Sebelum diplester, permukaan dinding bata harus dibersihkan dan dibasahi dengan air,
siarnya dikorek sedalam 1 cm. Tebal plesteran minimum 1,5 cm dan maksimum 2 cm.
Plesteran diselesaikan dengan papan plesteran dan kayu perata atau sekop baja.
Sudut-sudut dibuat serapi-rapinya dan menyiku. Sambungan dari plesteran-plesteran
harus mulus dan lurus.
Dalam mendirikan dinding yang tidak berada dibawah atap, selama waktu hujan harus
diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dari tembok dengan bahan pelindung
yang cukup sesuai.
Selama proses pengeringan, plesteran harus disiram dengan air selama 7 (tujuh) hari
terus menerus.
b. Plesteran Beton
Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang halus dan
rata. Bila pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang
halus dan rata, maka permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan
permukaan seperti yang dimaksud di dalam gambar rancangan pelaksanaan.
Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan dulu dengan pekerjaan
pendahuluan dengan urutan sebagai berikut :
Permukaan dibuat kasar dengan betel/pahat beton
Dibasahi dengan air
Disapu air semen (Pc) atau bonding egent
Mortar untuk plesteran adalah campuran 1 Pc : 2 Ps yang diaduk secara benar-benar
homogen.
Ketebalan plesteran adalah rata-rata 15 mm – 25 mm
Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (Pc)
Untuk beton bertemu dengan dinding, plesteran harus dilapisi kawat wiremesh minimal
30 cm sepanjang pertemuan, khususnya apabila permukaan dinding rata dengan
permukaan beton.
c. Plesteran Dry Mortar
1. Tuangkan air kedalam ember yang bersih
2. Masukkan serbuk Dry-Mortar secara bertahap kedalam ember dengan
perbandingan campuran (1 kg Plester Mutiara : 250 cc air)
3. Aduk hingga rata dengan menggunakan mixer
4. Tebarkan adukan tersebut pada media dinding yang sudah diplester
5. Rapikan / haluskan dengan gosokan (roskam)
d. Semua pasangan dinding bata harus diplester dan diaci kecuali pasangan dinding bata
yang tertanam didalam tanah atau dibawah lantai dasar cukup diplester dengan
campuran 1 : 3 tanpa acian.
BAB IV PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA ALUMUNIUM
Spesifikasi Umum, Administrasi dan Teknis Halaman : - 30
4.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pembuatan dan pemasangan kusen pintu dan jendela,
daun pintu dan daun jendela serta pekerjaan lainnya yang menggunakan bahan profil
alumunium, sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis ini.
4.2. STANDAR / RUJUKAN
a. Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 07-0603-1989 – Produk Alumunium Ekstrusi untuk Arsitektur.
b. British Standard (BS)
- BS 5368 (Part 1) – Air Inflitration
- BS 5368 (Part 2) – Water Inflitration
- BS 5368 (Part 3) – Structural Performance
c. American Society for Testing and Materials (ASTM).