Top Banner
Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010 379 PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT AL-QURAN Noor Huda Noer Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Abstract As discrimination and disrespectiveness of women occured within the society, God sends the Prophet Muhammad for delivering Al-Quran as the main resources for human life. Placing women in the proper places is similar to discover human histories for centuries. It is not an easy task because it is not only related to social and cultural structure of men and women but also women itself. Apart from this, social practices are often used religion to justify their assumption of gender inequality. Quranic interpreation is also used as references for patriarchal priviledges in empowering men and disempowering women. Men are seen as superior and women are as secondary. Kata Kunci: Perempuan
12

Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Feb 23, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010 379

PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT AL-QURAN

Noor Huda Noer Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Abstract

As discrimination and disrespectiveness of women occured within the society, God sends the Prophet Muhammad for delivering Al-Quran as the main resources for human life. Placing women in the proper places is similar to discover human histories for centuries. It is not an easy task because it is not only related to social and cultural structure of men and women but also women itself. Apart from this, social practices are often used religion to justify their assumption of gender inequality. Quranic interpreation is also used as references for patriarchal priviledges in empowering men and disempowering women. Men are seen as superior and women are as secondary.

Kata Kunci: Perempuan

Page 2: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

380

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

PENDAHULUAN

erempuan diciptakan Allah SWT., memiliki persamaan dengan laki-laki dalam banyak hal, baik kapasitasnya sebagai manusia, hamba Allah, dan makhluk Allah secara makro maupun dalam pemberian imbalan terhadap ketakwaan, keimanan dan amal shaleh. Walaupun demikian, eksistensi perempuan dalam

lintasan sejarah (terutama) sebelum datangnya islam sangat memprihatinkan karena mereka hanya di jadikan obyek. Status dan nilai yang di miliki dalam masyarakat di samakan dengan harta. Mereka dapat di warisi bahkan di perjualbelikan dan tidak jarang ludes di meja judi. Kemudian dalam interaksi sosial kemasyarakatan, kaum perempuan terhijab secara ketat dengan tirani belenggu adat kebiasaan, kekejaman, dan penghinaan1

Pada masa jahiliyah, anak–anak perempuan tidak diterima sepenuh hati oleh masyarakat secara umum. Al-Qur”an merekam pandangan mereka mulai dari yang paling ringan yaitu bermuka masam jika disampaikan tentang kelahiran anak perempuan,1 sampai kepada yang paling parah yaitu membunuh bayi-bayi perempuan mereka.3 Pandangan mereka terhadap anak perempuan bahwa membiarkan anak perempuan itu hidup berarti keluarga selalu merasa terhina dan malu sedang anak tersebut dibiarkan hidup dalam keadaan hina dina.4

Sementara kabut penderitaan dan penghinaan menyelimuti kehidupan perempuan dibelahan bumi ini. Allah SWT mengutus seorang Rasul dengan membawa ajaran yang sempurna dan menurunkan Al– Qur”an sebagai sumber ajaran sekaligus menjadi pedoman bagi manusia.

Islam memuliakan manusia (anak cucu Adam)5 baik laki–laki maupun perempuan. Selanjutnya, wahyu Ilahi memproklamirkan bahwa perempuan itu sama dengan laki–laki dari segi kemanusiaannya dan kejadiaannya.6 Merek memiliki kecakapan dan hak untuk berbuat baik, serta diberi peluang yang sama (laki–laki dan perempuan) dalam memperoleh pahala dan kebahagiaan.7

Salah satu penekanan dari prinsip ajaran islam adalah memberi perhatian yang sangat besar serta kedudukan terhormat kepada perempuan. Untuk itulah, maka

1Mustafa al-Siba‟iy, Mustafa. Al-Mar’ah Bina al-Fiqih wa al-Qanun, terjemahan Chadijah Nasution, Wanita diantara Hukum dan Perundang-undangan. (Jakarta: Bulan Bintang, 1966), h. 25-26.

1Lihat Qs. Al-Nahl [16] : 58. Apabila seseorang dari mereka diberi kabar tentang anak perempuan, hitamkan mukanya, dan dia sangat marah.

3Lihat QS. Al-Takwir [81] : 8-9, … dan apabila yang dikubur hidup-hidup ditanyai, karena dosa apakah ia dibunuh.

4Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah ,(Cet. IV; Volume 7, Jakarta; Lentera Hati, 2005) h. 259.

5Lihat, QS. 17 (al-Isra) : 70.

6Lihat, QS. 4 (al-Nisa) : 1.

7Lihta, QS. 16 (al-Nahl) : 97.

P

Page 3: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010 381

penulis mengetengahkan dalam makalah tentang term–term yang digunakan Allah disaat menyebut perempuan dalam Al–Qur”an dari berbagai status, kemudian hakekat kejadian perempuan serta fungsi dan peranan perempuan menurut Al–Qur‟an.

PEMBAHASAN 1. Pengertian Perempuan dalam Term yang Beragam

Kata perempuan dalam bahasa Al-Qur‟an tidak hanya satu term saja tetapi berbilang adanya. Term tersebut ada yang bermakna tunggal dan ada dalam bentuk jamak dengan akar kata yang beda dan ada pula yang terkait dengan status, fungsi, dan sifat (karakter) perempuan.

a. al–Mar‟ah atauWamra‟ah Al – Mar’ah (المرأة)8 atau wamra’ah وامرأة berasal dari kata mara’a (مرا) yang berarti

baik dan bermanfaat.9 Dari akar kata mara’a ini juga menjadi al–mar’u yang bermakna seseorang (laki-laki). Jadi dikatakan 10.امرئ نيث تأ وامراة

Dari sejumlah kata imra-ah/amra-ah dalam Al-Qur‟an (26x)11 dalam berbagai bentuk pada umumnya bermakna isteri seperti firman Allah dalam QS. al-A‟raf (7/39): 83 yang menyatakan:

الغـربين من كانت امراتـو اال ,واىـلو جنـيـنو فأ“maka kami selamatkan dia dan keluarganya kecuali isterinya; dia termasuk orang – orang yang tertinggi”.

Ayat ini menyatakan imra-ah yaitu isteri Nabi Luth yang termasuk wanita durhaka sehingga ikut dibinasakan bersama dengan Nabi Luth yang durhaka.

Al-Qur”an dalam menyebut perempuan/isteri yang durhaka/ berkhianat dengan isteri yang shalehah tidak ada perbedaan bentuk (secara harfiah) karena masing-masing perempuan tersebut disebutkan dengan suaminya secara gamblang. Dalam QS. al-Tahrim (66/107):10

8Lihat, Abu Husain Ahmad bin Fariz bin Zakariah. Mu’jam Maqayes al- Lughah, jilid V. (Mesir:

Mustafa al-Bab al-Halaby wa Syarikah, 1972), h. 315, selanjutnya disebut Maqayis al-Lughah..

9Lihat, Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab–Indonesia. (Yogyakarta, 1984), h. 1417. Makna tersebut sangat sesuai dengan naluri perempuan yang selalu ingin melayani seseorang dengan baik dan hal tersebut memiliki manfaat yang sangat tinggi..

10Lihat, Abu al-Qasim al-Husain Ibn Muhammad. Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an. (Mesir: Mustafa al- Bab al-Halaby wa Aulad, 1334 H), h. 466.

11Lihat, Al-Baqy, Muhammad Fuad ‟Abd. Al-Baqy, Al-Mu’jam al-Mufahraz bi al-Fazh al-Qur’an al-Karim. Cet. II, (Kairo: Dar al-Hadis, 1988), h. 138.

Page 4: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

382

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

Terjemahannya:

“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada dibawah dua orang hamba yang shaleh diantara hamba-hamba kami: lalu keduanya mengkhianati (suami) mereka berdua, maka keduanya (Nuh dan Luth) tidak membantu mereka berdua sedikitpun dari Allah; dan dikatakanlah masuklah ke neraka bersama orang -orang yang masuk. (terjemahan al-Qur‟an Depag RI). Kalau ayat امرات di atas menyebutkan imra-ah (isteri/ perempuan) yang durhaka

dan pengkhianat walaupun dibawah bimbingan orang-orang shaleh (Nabi Allah) maka berikut ini dikemukakan Allah yang sebaliknya dalam QS. al-Tahrim (66/107);11

Terjemahannya:

“Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang beriman istri Fir”aun ketika Ia berkata: Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisimu dalam surga dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim” (terjemahan al-Qur‟an Depag RI). Adapun kata امرات yang tidak bermakna isteri tetapi menunjuk pada

perempuan yang belum kawin (gadis)12 dan tiga ayat lainnya menyebutkan امرات perempuan secara umum tanpa membedakan yang sudah kawin (isteri atau janda) dan yang belum kawin (gadis).13

Dengan menelusuri kata امرات dalam al-qur”an maka penulis berkesimpulan bahwa kata tersebut khusus menunjuk kepada perempuan yang pada umumnya adalah isteri dengan karakternya masing-masing.

الوقت تأخروفى امر ترك نسو النسوة النساء

12Lihat, QS. Al-Namal [27] : 23, tentang Ratu Bulqis yang memerintah kerajaan Sabaiyah di

Zaman Nabi Sulaiman, kemudian QS. Al-Baqarah [2] : 23, tentang dua gadis yang sedang antri untuk mengambilkan air ternaknya yang kemudian dibantu oleh Nabi Musa (Putri Nabi Suaib). Lihat, Tafsir Ibnu Katsir, t.tp., t.t., Jilid VI; h. 153.

13Lihat, QS. Al-Nisa [4]:12, tentang perempuan kalalah, kemudian Qs. Al-Baqarah [2]:282, tentang dua perempuan saksi selaku pengganti dari seorang laki-laki, selanjutnya QS. Al-Ahzab [33/90]:50, adalah perempuan yang menyerahkan dirinya kepada Nabi jika Nabi mau mengawininya.

Page 5: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010 383

b. Al-Nisa ( النساء ) dan Al-Niswah ( النسوة ) Kedua term tersebut adalah jamak dari kata al-mar-ah dan imra-ah. Term al-

nisa ini bila ditelusuri bentuk tasrifnya (mufrad ke jamak) dapat dikatakan tidak mengikuti kaidah tashrif. Namun demikian ada yang menyebutkan bahwa kata 14(taraka amrun) ترك امر yang berarti (nasu) نسو berakar dari النساء dan النسوةmeninggalkan urusan/pekerjaannya, yang dimaknai bahwa perempuan pada umumnya meninggalkan pekerjaan/kegiatannya dalam keluarga bila telah dinikahkan.

Pada sumber yang lain mengatakan bahwa al-nisa berakar dari kata nasa’a yang dimaknai bahwa adanya penundaan haid bagi 15 الوقت تأخروفى yang berarti (نسأ)perempuan yang dalam keadaan hamil (perempuan yang tertunda haidnya) dari satu bulan ke bulan yang lain.16

Setelah penulis menelusuri ungkapan kata al-nisa dalam al-Qur‟an, yang jumlahnya 57 dengan berbagai bentuk, maka dapat disimpulkan bahwa semua kata al-nisa memiliki makna yang tidak berbeda dengan kata “amra-ah” sebagai konsekuensi logis dari bentuk mufrad menjadi jamak (dari Imra-ah mufrad menjadi al-nisa jama’).

Selain al-nisa yang disebut sebagai bentuk jama‟ dari kata imra-ah (al-mar-ah), juga ada bentuk lain yaitu kata niswah. Kata niswah ini hanya dua kali disebut dalam al-Qur‟an17 dengan makna yang sama bahkan obyek yang sama dan dalam surah yang sama, sekalipun dalam ayat yang berbeda. Makna yang terkandung dalam kata al-nisa dan al-niswah merujuk kepada komunitas perempuan secara umum, sehingga banyak menjelaskan kehidupan perempuan dalam bermasyarakat, baik dalam hukum, sosial, rumah tangga, dan aspek yang lain.

c. Al-untsa (االنـثى ) Asal katanya tediri dari huruf al-hamzah ( ء ), al-nun (ن) dan al-tsa (ث)

menjadi anatsa (انث)18 yang berarti: lembut, lembek, lemah dan lunak. Dari kata tersebut terbentuk menjadi untsa (انثى) yaitu lawan kata dari al-zakara (kuat, keras, atau tajam) jamak al-untsa adalah inatsun (اناث).19

Al-Qur‟an menyebut kata untsa sebanyak 30 kali dalam bentuk yang beragam. Dari jumlah tersebut semuanya bermakna perempuan, kecuali satu ayat yang memiliki arti lain (patung),20 sembahan kaum jahiliyah (kaum musyrik).

14Lihat, al-Munji fi al-Lughati wa al-A’lami, (Beirut: Dar al-Kasyrib, 1986), h. 807.

15Lihat, Abu al-Qasim al-Husain Ibn. Muhammad, op.cit., h. 492.

16Lihat, ibid.

17Lihat, QS. [12] : 50 dan Qs. [12] : 30.

18Lihat, Abi Husain Ahmad bin Paris bin Zakariyah, Juz. I, op.cit., h. 194.

19Lihat, al-Munjid, op.cit., h. 19, dan lihat pula al-Munawwir, h. 46.

20Mufassirin memberi makna kata Inatsun dalam ayat 117 surah al-Nisa [4/92:17] menurut penafsiran mereka masing-masing, namun pada dasarnya tidak ada yang bertentangan. Al-Maraghi menafsirkan Inatsun dengan makna benda-benda mati, karena bangsa Arab mengatakan untsa terhadap orang mati sebab kelemahannya (tidak berdaya). Lihat, Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi,

Page 6: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

384

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

Bila ditelusuri makna kata al-untsa pada sisi penggunaannya, maka secara esensial merujuk kepada makna perempuan secara biologis sehingga kepada hewan betina pun disebut dengan untsa.21

Al-untsa dalam al-Qur‟an disebutkan 30 kali, 16 kali diantaranya selalu dengan kata al-zakara (jenis laki-laki) lawan dari al-untsa (perempuan), sedang yang lainnya tidak disebut bersama dengan al-zakar, namun dari segi maknanya masih tetap merujuk pada biologis (penyebutan jenis kelamin yang ditonjolkan). Misalnya dalam QS. al-Nahl (16):58

كظيم وىو مسودا وجهـو ظل النثى با ىم بشراحد واذا“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah/padamlah) mukanya dan dia sangat marah.” (terjemahan al-Qur‟an Depag RI).

d. Al-Banat Al-Banat (اابنات) jamak dari kata bintun (بنت). Akar kata ini terdiri dari al-ba

الشيئ عن yang maknanya secara hafiah بنى .(و) dan al-wau ,(ن) al-nun ,(ب) 22 الشيئ يتو لد (sesuatu yang lahir/timbul/terjadi dari sesuatu),23 seperti نسان اال ابن. Jamak dari kata (ابن) adalah (بنون) yaitu anak laki-laki.

Kata banat dalam al-Qur‟an disebutkan 17 kali dalam berbagai bentuk perubahan, namun dalam bentuk mufrad (bintun) penulis tidak temukan. Ini berarti Allah menggunakan kata banat dalam arti yang namun, sekalipun dibatasi oleh beberapa aspek tertentu. Ke–17 ungkapan kata banat dapat ditemukan dalam 12 ayat saja. Lima ayat diantaranya selalu disebut secara berpasangan antara banat dan banu (anak perempuan dan anak laki-laki).24

Secara keseluruhan kata banat dalam al-Qur‟an mempunyai makna yang sama yaitu anak perempuan hingga usia baligh (gadis/dewasa), dan tidak termasuk yang sudah berstatus isteri/janda. Bila ditinjau dari aspek kebahasaan maka kata banat (berasal dari ba, nun, dan wau adalah serumpun dengan bana yang

berasal dari huruf ba, nun, dan ya, kemudian menjadi kata binau (بناء)25 yang artinya

membangun atau membina.

Jilid IV, (Beirut: Dar al-Akli, 1961), h. 156. sedang menurut al-Shabuny, bahwa yang dimaksud inatsun dalam ayat tersebut adalah patung al-lata, al-uzza dan al-banata, karena kaum Arab Jahiliyah memberi nama patung (berhala) sembahan mereka dengan nama perempuan. Lihat, Muhammad „Aly al-Shabuny, Shafwah al-Tafsir, (Beirut: Dar al-Fikri, 1976), h. 305.

21Lihat, QS. Al-An‟am [6] : 144.

22Lihat, Maqayis al-Lughah, Juz. I; h. 303.

23Lihat, al-Munawwir, h. 1688.

24Lihat, QS. Al-An‟am [6] : 100, al-Shafaat [37] : 149, dan al-Zukhruf [43] : 16, dan Ath-Thur [52] : 39. kelima ayat tersebut menyebut secara berurut anak perempuan dengan anak laki-laki atau anak laki-laki baru anak perempuan.

25Lihat, Maqayis al-Lughah, Juz. I; h. 302.

Page 7: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010 385

Membangun atau membina sesuatu adalah berproses dari awal hingga sempurna. Justru itu konotasi kata banat ditujukan pada anak perempuan yang sangat butuh dan perlu dibina dan dibimbing dari kedua orang tua (keluarga) guna mencapai kedewasaannya, terutama dalam menghadapi perkawinan, yang pada gilirannya akan menjadi seorang ibu yang mampu mengasuh dan mendidik putranya serta mengatur rumah tangga.

Indikasi lain yang penulis temukan dalam meneliti kata banat sehingga berkesimpulan bahwa yang dimaksudkan adalah anak-anak perempuan hingga mencapai usia dewasa (gadis) adalah merujuk pada penyebutan 17 kata banat, ternyata 10 diantaranya terkait dengan masalah pernikahan. Hal tersebut antara lain menyangkut anak-anak perempuan yang dihalalkan (dibolehkan) untuk dinikahi,26 selanjutnya dalam ayat 23 surah al-nisa,27 menyebutkan anak-anak perempuan yang dilarang (haram) untuk dinikahi.

Selain dari term yang disebut diatas, masih dijumpai istilah lain yaitu

ummu (ام) yang termabil dari akar kata um (ام) yang bermakna “dituju/menjadi

arah”. Ibu dinamai um karena ibu adalah arah yang dituju oleh anak.28 Kata ummu digunakan untuk seorang perempuan yang berstatus ibu (dari anaknya) atau yang disifati sebagai ibu. Kata ummu dalam berbagai bentuk disebutkan 35 kali dalam al-Qur‟an, hanya saja tidak semua kata ummu bermakna perempuan (yang berstatus ibu), tetapi ada juga dalam al-Qur‟an yang memiliki makna lain (sesuai dengan konteks ayat) seperti dalam QS. Al-Ra‟ad (13):39 yang menyatakan:

الكتاب ام وعنده ويثبت يشاء ما اهلل ميحواKata ummu dalam ayat tersebut tidak terkait dengan makna perempuan

tetapi para mufassir memahaminya dengan arti (علم اهلل) asalnya semua kitab yaitu

al-laul-mahfuz.29 Begitu pula halnya dalam penyebutan (ام القرى) yang secara harfiah berarti

ibu desa-desa tapi yang dimaksud adalah Mekah.30 Lain halnya dengan bunyi

26Lihat, QS. Al-Ahzab [33]:50, dalam ayat ini disebutkan kata banat sebanyak 4 kali.

27Dalam surah al-Nisa [4]:23, kata banat disebut dalam ayat ini sebanyak 3 kali.

28M. Quraish Shihab, opcit., volume 2, h. 12.

29Lihat, Muh. Aly al-Shabuny, op.cit., h. 151. Lihat pula al-Maraghi, op.cit., Jilid V, h. 116 dan bandingkan dengan Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthuby, al-Jami’ li-Ahkam Alqur’an, Jilid 9, (Mesir: Dar al-Kutub, t.th.), h. 330. selanjutnya dalam Mufradat fi Gharih Alqur’an, h. 22-23 dinyatakan bahwa disebutkannya al-Lauh al-Mahfuz dengan nama ummu al-Kitab karena semua ilmu lahir (berasal) dari padanya. Lihat QS. Al-An‟am [6] : 42.

30Kota Mekkah dinamai dengan ummu Alqur’an karena arah yang dituju oleh masyarakat Arab, bahkan umat Islam hingga dewasa ini adalah kata tersebut, baik dalam shalat maupun haji. Ini seperti halnya anak yang selalu mengarah kepada ibunya. Mengarah dan berkunjung ke sana karena di sana terdapat Ka‟bah yang menjadi pusat kegiatan. Dia juga ummu al-Qura’ karena Allah SWT menjadikan Ka‟bah sebagai tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman sama halnya dengan anak-anak yang berkumpul di sekeliling ibunya dan merasa aman berdekatan dengannya. Lihat, Quraish Shihab, op.cit., volume 4, h. 196.

Page 8: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

386

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

ayat فامـه هـا ويه di mana kata ummu disini sama yang digunakan adalah dari akar kata yaitu amma-ya’ ummu (يؤم-أم) berarti menuju. Ibu dinamai ummu karena anak selalau menuju kepadanya. Sedang hawiyah (ها وية) terambil dari kata (هوى) yang berarti meluncur ke bawah.31 Dari sini diartikan (فامـه هاوية) yaitu menuju ke mereka yang paling bawah.

Penggunaan term lain namun digunakan untuk menyebut perempuan yaitu kata ukhtun (اخت)32 berarti saudara perempuan yang bentuk jamaknya (اخوات). Begitu pula kata muhshanat yang berakar dari kata hashana (حسن)33 yang berarti terhalangi. Perempuan yang dilukiskan dengan akar kata ini oleh al-Qur‟an dapat diartikan sebagai perempuan yang terpelihara, dan terhalangi dari kekejian, karena dia adalah sorang yang suci (memelihara kehormatannya), bermoral tinggi dan terlindungi.34 Itulah sebabnya perempuan bersuami termasuk dalam kategori al-muhshanat karena dia terlindung dan terpelihara oleh suami, sepanjang ia memelihara kehormatannya dan bukan budak (merdeka).

Bentuk lain yang digunakan oleh Allah dalam mengungkapkan kata yang tertuju kepada perempuan adalah dengan menambah huruf “ta” (tamarbuta bila tunggal/mufrad dan tamattuha bila dalam bentuk jamak) pada kata benda.

Penggunaan (penambahan) huruf ta (tamarbuta dan atau tamattuha) dalan bahasa arab cukup luas, karena tidak hanya digunakan bagi perempuan, tetapi juga untuk benda mati atau semacamnya. Hal ini dimaknakan masuk dalam jenis perempuan (diserupakan) dengan menyebutnya dalam istilah muannas.

Dapat pula dikategorikan sebagai bentuk lain dari sebelumnya manakala ayat tersebut menggunakan dhamir muannats (kata ganti) untuk perempuan misalnya kata (ز و ج) (zaujan) arti pasangan tapi ditambah dhamir ( زوجه ) zawjahu bermakna isterinya35 (perempuan).

2. Hakekat Kejadian/Penciptaan Perempuan

Berbicara tentang penciptaan perempuan maka tidak lepas dari penciptaan/kejadian manusia secara umum. Dalam QS. al-Nisa (4):1 disebutkan bahwa manusia telah diciptakan dalam diri yang satu dan diciptakan darinya isterinya (pasangannya).36 Sebagian ulama memahami kata من حـدة وا نفسى berarti Adam a.s, sehingga kata zaujahaa (زوجها) yang bermakna pasangannya yaitu isteri

31Lihat, Quraish Shihab, op.cit., volume 15, h. 481.

32Lihat, QS. Al-Nisa [4] : 12.

33Lihat, Maqayis al-Lughah, Jilid 2, h. 61.

34 Quraish Shihab, op.cit., volume 2, h. 378.

35Lihat, QS. Al-Anbiya [21] : 90, Lihat pula al-Zumar [39] : 6.

36Hai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu dari yang satu dan dari padanya Allah menciptakan isterinya.

الخ ..... وجها منها وخلق واحدة نفسى من خلقكم الذى ربكم اتقا الناس ايها يا

Page 9: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010 387

Nabi Adam a.s, yang dikenal dengan Hawa diciptakan dari Adam sendiri.37 Pandangan ini kemudian melahirkan persepsi negatif terhadap perempuan dengan mengatakan bahwa perempuan adalah bagian dari laki-laki.38 Alasan mereka ialah adanya beberapa hadis Nabi yang mengisyaratkan bahwa perempuan (Hawa) diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam. Hadits tersebut adalah yang berikut:

تركتها وان نشرتها نقيمها ذهبت اذا الظلع كا المراة ان ,وسلم عليه اهلل صلى اهلل رسول قال : عنه اهلل رضى هريرة ابن يث حد

عوج وفيها بها استحتعت

“Hadits dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah bersabda; sesungguhnya perempuan seperti tulang rusuk, jika kalian mencoba meluruskan ia akan patah. Tetapiu jika kalian membiarkannya maka kalian menikmatinya dengan tetap dalam keadaan bengkak”.39

Pemahaman bahwa tulang rusuk sebagai asal-usul perempuan ditanggapi oleh beberapa penafsiran seperti Rasyid Ridha yang tidak mendukung penafsiran bahwa dari tulang rusuk Adam. Menurutnya, kata min nafsin wahidah (bukan berarti dari diri yang satu ( diri Adam) tapi yang dimaksud adalah dari jenis yang satu (yang sama).40

Menurut Quraish Shihab bahwa tulang rusuk yang bengkak harus dipahami dalam pengertian kiasan (majazi), dalam arti bahwa hadits tersebut memperingatkan para laki-laki agar menghadapi perempuan dengan bijaksana. Karena ada sifat, karakter dan kecenderungan mereka yang tidak sama dengan lelaki, hal mana bila tidak disadari, akan dapat mengantar kaum laki-laki untuk bersikap tidak wajar. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat/bawan perempuan. Kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkak.41

Ayat-ayat lain yang sama membahas tentang kejadian manusia dapat ditemui dalam QS. L-A‟raf (7); 189, juga dalam QS. Al-Nahl (16); 72, serta QS. Al-Zumar (39);6. Dua diantaranya selalu menyebut dalam potongan ayat من انفسى وحدة ()yang dapat disimpulkan bahwa kedua pendapat yang saling berseberangan tentang penciptaan perempuan (Hawa), bahwa kalau Hawa dipahami Dario bahagian tubuh Adam namun anak cucunya adalah perpaduan dari keduanya (sperma dari laki-laki sedang ovum/sel telur dari perempuan).42 3. Perempuan dalam Berbagai Fungsi dan Peran serta Hak dan Kewajiban dan

Al-Qur’an

37Lihat, Tafsir Ibn. Katsir, jilid 1, h. 448.

38Lihat, Tafsir al-Maraghi, jilid 2, h. 175.

39Abi Abdallah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari (Beirut: Dar Ihya al-Taurats al-Arabi, 2001), h. 548.

40Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Juz III (Mesir: Dar al-Manar, 1374 H), h. 322-323.

41Lihat, M. Quraish Shihab, Membumikan Alquran (Cet. I; Bandung: Mizan, t.th.), h. 271.

42Lihat, QS. Al-Thariq [86] : 5-7.

Page 10: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

388

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

Perempuan yang disebut dalam Al-Qur‟an dengan term yang beragam juga

dapat memberi makna/pengertian yang berbeda pula terutama jika terkait dengan konteks yang berbeda. Term yang sama saja dapat memberi pemahaman dan penafsiran yang berbeda karena berbeda konteks, apalagi yang termnya sudah berbeda, namun tidak mustahil jika ditemukan persamaan pemahaman dari penafsiran jika ditemukan seperti kedua hal tersebut.

Tentang fungsi dan peran perempuan menurut al-Qur‟an, penulis tidak pisahkan karena terkadang fungsi dan peran termuat dalam satu ayat. Misalnya, dalam QS. Al-Baqarah (2); 223 yang menyatakan :

وبشر مالقوه انكم واعلموا اهلل واتقوا نفسكم ال موا وقد شئتم اىن حرثكم فأتوا لكم حرث نساؤكم

املؤمننيAyat ini menyebutkan fungsi perempuan (yang sudah bersuami) sebagai

ladang yang menerima benih (tempat penyimpanan benih) sementara laki-laki (suami) sebagai petani penabur benih, harus senantiasa menyiapkan pupuk yang berkualitas, senantiasa menjaga ladang tersebut dari seluruh gangguan yang dapat merusak ladang dan benih. Perhatikanlah ladang dan benihmu serta jangan tinggalkan. Peran isteri dalam ayat di atas adalah memelihara kondisi benih dengan menghindari pemberian yang berlebihan atau kurang karena kelangsungan hidup serta pertumbuhan dan perkembangan benih dapat terncam.

Dalam ayat yang lain seperti dalam QS. Al – Nahl (4); 4 yang menyatakan

مريئا ىنيئا فكلوه نفسا منو شيئ عن لكم طنب ن فإ حنلة قاهتن ىد النساء وأتواMemahami ayat ini, bahwa Allah SWT member hak kepada perempuan

yang dinikahi dalam artian bahwa kewajiban bagi seorang suami (laki-laki) yang menikah untuk memberi hak mahar kepada isteri. Mahar adalah pemberian suami kepada istri sebagai lambing kesediaan dan ketulusan hati suami untuk menanggung kebutuhan kehidupan isteri bahkan lebih dari itu, ia adalah lambang dari janji untuk tidak membuka rahasia kehidupan rumah tangga, khususnya rahasia terdalam yang tidak dibuka oleh seorang wanita kecuali kepada suaminya.43

Selain hak yang diperoleh dari suami maka perempuan juga dijanjikan oleh Allah kebajikan dunia akhirat manakala melakukan amal shaleh sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam QS. Al-Nahl (16); 97,

يعملون كانوا ما حسن بأ اجرىم ينهم ولنجز طيبة حياة فلنحيينو مؤمن وىو اوانثى ذكر من صاحلا عنل منDalam ayat ini Allah SWT, menjanjikan untuk memberi satu kehidupan

yang berkualitas kepada perempuan yang selalu beraktifitas sesuai dengan koridor Ilahi dengan mempersamakan persis dengan laki-laki tanpa diskriminasi.

43Lihat, Tafsir al-Misbah, volume 2, h. 329, dan lihat pula Tafsir al-Saburi, jilid I, h. 259.

Page 11: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010 389

Term al-Nisa yang menunjukkan pada komunitas perempuan yang cukup banyak disebut dalam al-Qur‟an (57 kali) karena term tersebut digunakan dalam mengemukakan aspek–aspek kehidupan, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat yang dijelaskan secara rinci dalam keluarga antara lain; 1) Masalah mawaris yang dimulai dari adanya hak mewarisi (QS.Al-Nahl (4);7)

sampai kepada rincian pembagian yang harus diterima misalnya anak perempuan ½ dari bahagian laki-laki [QS. Al-nisa (4);11]. Kemudian 2/3 jika anak perempuan lebih dari dua dan tidak ada anak laki-laki dan seterusnya.

2) Masalah rumah tangga yang dimulai larangan berhubungan suami istri jika haid (2:222), selanjutnya larangan mengila‟ istri (2:226) dan menzihannya (QS. 58:2). Kemudian bagaimana sikap terhadap perempuan yang berbuat fahisyah (QS, 4:15), keharusan berbuat baik kepada isteri yang dirujuk atau dicerai/talaq (2:231) kebolehan menggauli isteri pada malam Ramadhan (QS. 2:187), dan seterusnya.

Adapun dalam kehidupan kemasyarakatan perempuan dilarang saling mencela (QS. 49:11), lihat pula (QS. 3:42) tentang perempuan yang suci dan memelihara kesuciannya, begitu pula dalam QS. 9:71 tentang kehidupan perempuan dalam masyarakat.

PENUTUP 1) Allah menggunakan term yang beragam dalam berbicara tentang perempuan

namun secara harfiah tidak ada yang mengandung paradoksa, sedang pengertian dan makna sangat dipengaruhi oleh konteks yang ada.

2) Hakekat kejadian perempuan menimbulkan adanya interpretasi yang berbeda walaupun dari ayat yang sama. Intinya dalam memahami kata yaitu ada yang memahami perempuan yang dikenal dengan Hawa diciptakan dari diri Adam, sementara yang lain memahami dari jenis yang sama (yang satu). Walaupun demikian, semua sepakat bahwa untuk anak cucu Adam semua dari pertemuan sperma dan ovum kecuali putra Maryam (Isa as).

3) Allah SWT telah menyebut fungsi dan peran perempuan menurut al-Qur‟an dalam berbagai status aspek kehidupan, begitu pula tentang hak dan kewajiban perempuan dalam keluarga maupun masyarakat.

Page 12: Download-16. Perempuan (noer hoeda noor)

Perempuan dalam Perspektif Filsafat Alqur’an Noor Huda Noer

390

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

DAFTAR PUSTAKA

Al-Baqy, Muhammad Fuad ‟Abd, Al-Mu’jam al-Mufahraz bi a-lFazh al-Qur’an al-Karim. Cet. II, (Kairo: Dar al-Hadis, 1988), h. 138.

al-Bukhari, Abi Abdallah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari (Beirut: Dar Ihya al-Taurats al-Arabi, 2001).

al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi, Jilid IV, (Beirut: Dar al-Akli, 1961), al-Munji fi al-Lughati wa al-A’lami, (Beirut: Dar al-Kasyrib, 1986), h. 807. al-Qurthuby, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari, al-Jami’ li-Ahkam

Alqur’an, Jilid 9, (Mesir: Dar al-Kutub, t.th.), al-Shabuny, Muhammad „Aly, Shafwah al-Tafsir, (Beirut: Dar al-Fikri, 1976), h. 305. al-Siba‟iy, Mustafa. Al-Mar’ah Bina al-Fiqih wa al-Qanun, terjemahan Chadijah

Nasution, Wanita diantara Hukum dan Perundang-undangan. (Jakarta: Bulan Bintang, 1966.

Muhammad, Abu al-Qasim al-Husain Ibn. Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an. (Mesir: Mustafa al- Bab al-Halaby wa Aulad, 1334 H).

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Arab–Indonesia. (Yogyakarta, 1984). Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir al-Manar, Juz III (Mesir: Dar al-Manar, 1374 H). Shihab, M. Quraish, Membumikan Alquran (Cet. I; Bandung: Mizan, t.th.), h. 271. Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah ,(Cet. IV; Volume 7, Jakarta; Lentera Hati,

2005). Tafsir al-Misbah, volume 2. Tafsir al-Saburi, jilid I. Zakariah. Abu Husain Ahmad bin Fariz bin. Mu’jam Maqayes al- Lughah, jilid V.

(Mesir: Mustafa al-Bab al-Halaby wa Syarikah, 1972).