Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010 PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 21 DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI Eri Hiswara, Heru Prasetio, dan Hasnel Sofyan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN ABSTRAK DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI. Teknik diagnosis untuk melihat kondisi fisik seorang pasien dengan menggunakan pesawat sinar-X merupakan teknik yang paling banyak digunakan di dunia. Berdasar Badan PBB untuk Efek Radiasi Atom (UNSCEAR), aplikasi diagnostik dan mammografi dengan pesawat sinar-X memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan dosis radiasi oleh penduduk dunia. Untuk kepentingan keselamatan pasien, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), telah merekomendasikan penggunaan tingkat panduan agar dosis radiasi yang diterima pasien tersebut optimum sambil tetap mempertahankan kualitas citra film yang dihasilkan dari aplikasi ini. Dalam kaitan ini telah dilakukan studi kesesuaian kinerja pesawat sinar-X diagnostik yang digunakan dan penentuan tingkat dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Hasil studi dibandingkan dengan standar yang ada untuk menentukan kelaikan kinerja pesawat sinar-X diagnostik, sementara data dosis pasien dibandingkan dengan tingkat panduan untuk pajanan medik yang diberikan IAEA. Studi dilakukan dengan melakukan pengukuran di berbagai jenis pesawat sinar-X yang ada di beberapa rumah sakit di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa hampir seluruh pesawat lolos semua uji, kecuali tiga pesawat sinar-X konvensional dan tiga pesawat gigi panoramik yang tidak lolos uji akurasi kVp. Untuk penerimaan dosis pasien, hasil pengukuran menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat panduan yang direkomendasikan IAEA, dan telah diadopsi oleh BAPETEN, tidak dilampaui. Perbandingan dosis pasien yang diperoleh pada studi ini dengan hasil yang diperoleh di beberapa negara maju memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya. Informasi ini dengan demikian membantah anggapan umum bahwa bahwa dosis pasien di negara berkembang selalu lebih besar dari dosis pasien di negara maju. Kata kunci: pesawat sinar-X diagnostik, dosis pasen, kinerja pesawat sinar-X ABSTRACT PATIENT DOSES IN X-RAYS MEDICAL RADIOGRAPHIC EXAMINATIONS. Diagnostic technique to study physical condition of a patient using X-rays is the most common technique used in the world. According to the United Nations Scientific Committee on Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), applications of diagnostic and mammography using X-rays contribute to the biggest portion of radiation doses received by world’s population. For the purposes of safety to the patient, the International Atomic Energy Agency (IAEA) recommends to use guidance levels so that radiation doses received by patient be optimized while maintaining quality of film image produced by these procedures. In this regard study on compliance test of diagnostic X-ray machine and determination of the level of radiation doses received by patient, has been carried out. Results of study are compared to the existing standard to determine the performance of diagnostic X-rays , whereas data on doses received by patient are compared to the guidance levels for medical exposures recommended by the IAEA. The study was carried out in several hospitals in Indonesia. The results show that most of guidance levels recommended by the IAEA, and adopted by BAPETEN, are not exceeded. Comparison of patient doses obtained in this study with those obtained in several developed countries shows no significant difference between the two. This information, therefore, rebutts the general assumption that patient doses in developing countries are always higher than those in developed countries. Keywords : diagnostic X-ray machine, patient doses, performance of X-rays machine.
14
Embed
DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK …digilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/Eri_Hiswara.pdf · DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI . ... bergerak secara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 21
DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI
Eri Hiswara, Heru Prasetio, dan Hasnel Sofyan
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN
ABSTRAK
DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI. Teknik diagnosis untuk melihat kondisi fisik seorang pasien dengan menggunakan pesawat sinar-X merupakan teknik yang paling banyak digunakan di dunia. Berdasar Badan PBB untuk Efek Radiasi Atom (UNSCEAR), aplikasi diagnostik dan mammografi dengan pesawat sinar-X memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan dosis radiasi oleh penduduk dunia. Untuk kepentingan keselamatan pasien, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), telah merekomendasikan penggunaan tingkat panduan agar dosis radiasi yang diterima pasien tersebut optimum sambil tetap mempertahankan kualitas citra film yang dihasilkan dari aplikasi ini. Dalam kaitan ini telah dilakukan studi kesesuaian kinerja pesawat sinar-X diagnostik yang digunakan dan penentuan tingkat dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Hasil studi dibandingkan dengan standar yang ada untuk menentukan kelaikan kinerja pesawat sinar-X diagnostik, sementara data dosis pasien dibandingkan dengan tingkat panduan untuk pajanan medik yang diberikan IAEA. Studi dilakukan dengan melakukan pengukuran di berbagai jenis pesawat sinar-X yang ada di beberapa rumah sakit di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa hampir seluruh pesawat lolos semua uji, kecuali tiga pesawat sinar-X konvensional dan tiga pesawat gigi panoramik yang tidak lolos uji akurasi kVp. Untuk penerimaan dosis pasien, hasil pengukuran menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat panduan yang direkomendasikan IAEA, dan telah diadopsi oleh BAPETEN, tidak dilampaui. Perbandingan dosis pasien yang diperoleh pada studi ini dengan hasil yang diperoleh di beberapa negara maju memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya. Informasi ini dengan demikian membantah anggapan umum bahwa bahwa dosis pasien di negara berkembang selalu lebih besar dari dosis pasien di negara maju. Kata kunci: pesawat sinar-X diagnostik, dosis pasen, kinerja pesawat sinar-X
ABSTRACT
PATIENT DOSES IN X-RAYS MEDICAL RADIOGRAPHIC EXAMINATIONS. Diagnostic technique to study physical condition of a patient using X-rays is the most common technique used in the world. According to the United Nations Scientific Committee on Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), applications of diagnostic and mammography using X-rays contribute to the biggest portion of radiation doses received by world’s population. For the purposes of safety to the patient, the International Atomic Energy Agency (IAEA) recommends to use guidance levels so that radiation doses received by patient be optimized while maintaining quality of film image produced by these procedures. In this regard study on compliance test of diagnostic X-ray machine and determination of the level of radiation doses received by patient, has been carried out. Results of study are compared to the existing standard to determine the performance of diagnostic X-rays , whereas data on doses received by patient are compared to the guidance levels for medical exposures recommended by the IAEA. The study was carried out in several hospitals in Indonesia. The results show that most of guidance levels recommended by the IAEA, and adopted by BAPETEN, are not exceeded. Comparison of patient doses obtained in this study with those obtained in several developed countries shows no significant difference between the two. This information, therefore, rebutts the general assumption that patient doses in developing countries are always higher than those in developed countries.
Dimana X1 dan X2 sensitivitas paparan (mGy/mAs) dari dua pengukuran yang berurutan
4. Kedapatulangan kV, waktu, dan keluaran
Koefisien variasi (C )
5. Kualitas berkas (HVL) Pesawat diagnostik konvensional 70 kV ≥ 2,1 mm Al, 80 kV ≥ 2,3 mm Al
Pesawat dental 50 kV ≥ 1,5 mm Al, 60 kV ≥ 1,8 mm Al
Pesawat mamografi (kVp/100) ≤ HVL ≤ (kVp/100 + C)
dengan c = 0,12 untuk kombinasi target/filter Mo/Mo
6. Kesesuaian dan kelurusan berkas Perbedaan ukuran berkas cahaya dan berkas sinar x ≤ 2% SID
Akurasi dimensi bidang sinar-X ≤ 2% SID
Perbedaan titik pusat bidang sinar-X dengan titik pusat berkas cahaya ≤ 2% SID
7. Kebocoran tabung ≤ 1 mGy/jam atau 115 R/jam pada jarak 1 meter dari titik focus, kecuali pesawat sinar-X dental ≤ 0,25 mGy/jam atau 28,5 mR/jam pada jarak 1 m dari titik focus.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebanyak 36 pesawat sinar-X
diagnostik dari 16 rumah sakit dan poliklinik
telah digunakan untuk kajian keselamatan
radiasi ini. Rincian jenis pesawat sinar-X
tersebut adalah 18 buah konvensional, 7 buah
mammografi, 4 gigi intraoral, dan 7 gigi
panoramik.
Tabel 2, 3, 4 dan 5 masing-masing
memperlihatkan hasil uji kesesuaian pesawat
sinar-X konvensional, mammografi, sinar-X
gigi intraoral dan sinar-X panoramik. Dengan
membandingkan data hasil uji kesesuaian
pada keempat tabel dengan batas toleransi
yang diberikan pada Tabel 1, terlihat hampir
seluruh pesawat lolos semua uji, kecuali
untuk uji akurasi tegangan kerja (kVp). Pada
pesawat sinar-X konvensional tiga pesawat
tidak lolos uji akurasi kVp ini, sementara
pada pesawat gigi panoramik tiga pesawat
juga tidak lolos uji yang sama. Pada uji
kualitas berkas untuk pesawat sinar-X
konvensional, seperti terlihat pada Gambar 2,
semua pesawat mampu memenuhi
persyaratan.
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 26
Tabel 2. Hasil uji kesesuaian pesawat sinar-X konvensional.
akurasi tegangan kerjanya tidak lolos uji, dalam pengambilan data dosis pasien semua data yang diperoleh dari semua pesawat tetap digunakan. Hal ini karena dalam kegiatan rutin para operator pesawat sinar-X telah mengetahui kondisi penyimpangan tersebut dan mereka telah melakukan koreksi agar kondisi penyinaran yang digunakan sesuai dengan kebutuhan radiografi dan citra yang dihasilkan.
Gambar 3 memperlihatkan hasil uji kedapatulangan kV, waktu pajanan dan keluaran semua pesawat sinar-X yang diukur,
Gambar 4 memperlihatkan hasil uji akurasi kV dan waktu pajanan semua pesawat sinar-X yang diukur, dan Gambar 5 memperlihatkan hasil uji linieritas semua pesawat sinar-X yang diukur. Dengan membandingkan hasil yang diberikan pada ketiga gambar ini dengan batas toleransi, dapat diketahui bahwa semua pesawat sinar-X yang diukur memenuhi batas toleransi yang diberikan.
Gambar 2. Hasil uji kualitas berkas untuk pesawat sinar-X konvensional.
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 28
Gambar 3. Hasil uji kedapatulangan kV, waktu pajanan dan keluaran semua pesawat sinar-X yang diukur.
Gambar 4. Hasil uji akurasi kV dan waktu pajanan semua pesawat sinar-X yang diukur.
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 29
Gambar 5. Hasil uji linieritas semua pesawat sinar-X yang diukur.
Hasil pengukuran penerimaan dosis
pasien dalam dosis masuk permukaan (ESD,
entrance surface dose) pada pemeriksaan
dengan pesawat sinar-X konvensional terlihat
pada Tabel 6. Data terimaan dosis pasien
yang diperoleh cukup bervariasi tergantung
kondisi klinis dan parameter pajanan yang
digunakan. Jenis pemeriksaan yang dilakukan
meliputi foto thorak AP (15), thorak PA (86),
thorak lateral (5), pelvis AP (10), abdomen
AP(19), servik AP(10), servik lateral (5),
lumbo sakral AP (7), lumbo sakral lateral (7),
kepala AP/PA (3), kepala lateral (4),
eksterimitas (atas dan bawah) (48). Data
pasien terbanyak berasal dari jenis
pemeriksaaan foto thorak PA, sedangkan
jumlah data terendah yaitu untuk jenis
pemeriksaan foto kepala.
Seperti terlihat pada Tabel 6, data
yang diperoleh sangat bervariasi dan sangat
dipengaruhi oleh kondisi klinis dan parameter
pemeriksaan. Pada pemeriksaan gigi yang
meliputi intraoral, panoramik dan
chepalometri, parameter penyinaran berada
pada rentang 50-62kV dan 5.6-10mAs, 50-
82kV dan 5.6-11.2mAs, 90-95kV dan 4.5-
5.2mAs. Kondisi penyinaran dipengaruhi
oleh kebutuhan klinis yang dibutuhkan oleh
dokter, dosis rata-rata yang diperoleh untuk
pemeriksaan gigi intraoral, chepalometri dan
panoramik adalah 4.035mGy, 2.047mGy dan
0.04mGy.
Berdasar rekomendasi IAEA dan
BAPETEN, tingkat dosis untuk pemeriksaan
gigi intraoral dan chepalometri masing-
masing adalah 7 mGy dan 5mGy. Data
pengukuran memperlihatkan bahwa hasil
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 30
yang diperoleh masih lebih rendah
dibandingkan dengan rekomendasi IAEA
atau BAPETEN tersebut. Pada pemeriksaan
panoramik, pada saat ini belum ada
rekomendasi tentang batasan dosis yang
boleh diterima oleh pasien. Pada pemeriksaan
gigi kondisi berat badan pasien kurang
berpengaruh karena area penyinaran yang
diamati adalah bagian kepala. Parameter
yang penting adalah ukuran kepala. Sebagian
besar pasien pada radiodiagnostik gigi berada
pada rentang umur 16-40 tahun dengan
jumlah 57%, sedangkan pada rentang umur
0-15 tahun sebanyak 30% dan sisanya 13%
pada rentang umur > 40 tahun.
Secara umum, dosis pasien rata-rata
yang diterima masih di bawah tingkat
panduan dosis yang direkomendasikan oleh
BAPETEN. Namun ada beberapa pasien
yang menerima dosis di atas nilai panduan
dosis seperti pada pemeriksaan gigi intraoral
(maksimum pada 13,516 mGy) dan
chefalometri (maksimum pada 7,132 mGy).
Walaupun masih dapat dibenarkan, tetapi
harus dipikirkan upaya untuk mengurangi
dosis yang diterima oleh pasien. Terutama
untuk foto gigi, karena daerah yang terpajan
radiasi terdapat banyak organ kritik seperti
mata, tiroid, dan calvaria. Organ-organ ini
sensitif terhadap radiasi, sehingga
dikhawatirkan bila terjadi pemberian dosis
yang berlebihan akan mengakibatkan
kerusakan pada organ-organ tersebut.
Tabel 6. Hasil pengukuran penerimaan dosis pasien pada pemeriksaan dengan sinar-X konvensional dan gigi.
Jenis pemeriksaan ESD (mGy) ESD rata-rata (mGy)
Tingkat panduan IAEA/BAPETEN Maksimum Minimum Deviasi
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 33
4. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil studi ini adalah:
1. Sebagian besar pesawat sinar-X yang
diukur menunjukkan kinerja yang
memuaskan, kecuali tiga pesawat sinar-X
konvensional dan tiga pesawat gigi
panoramik yang tidak lolos uji akurasi
kVp.
2. Sebagian besar data dosis pasien
menunjukkan relatif lebih rendah dari
rekomendasi IAEA, kecuali pada satu
pemeriksaan gigi intraoral dan satu pada
pemeriksaan chefalometri yang
melampauinya.
3. Perbandingan nilai dosis pasien yang
diperoleh pada studi ini dengan hasil
yang diperoleh dari beberapa negara
maju juga memperlihatkan bahwa dosis
pasien di negara berkembang relatif tidak
berbeda dengan dosis pasien di negara-
negara maju tersebut.
Untuk menyempurnakan hasil studi
ini dan untuk memperoleh tingkat panduan
dalam pemeriksaan medik diagnostik yang
representatif untuk Indonesia, disarankan
agar dilakukan studi dengan sampel pesawat
sinar-X yang lebih besar dari beberapa
provinsi lain.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih diucapkan kepada para
staf di rumah sakit tempat studi ini
dilaksanakan yang telah membantu
mengoperasikan pesawat sinar-X diagnostik,
dan kepada Sdr. Dyah D. Kusumawati, Helfi
Yuliati dan Suyati yang telah membantu
melakukan pengukuran. Studi ini juga tidak
akan terlaksana tanpa bantuan dana dari
Program Sinergi dan Sinkronisasi Penelitian
dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Nuklir DIKTI-BATAN tahun
2009.
DAFTAR PUSTAKA
1. UNSCEAR, Sources and Effects of
Ionizing Radiation: Reports to the General Assembly with Scientific Annexes, Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, UN, New York (2000).
2. UNSCEAR, Sources and Effects of Ionizing Radiation (Reports to the General Assembly with Scientific Annexes). Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, UN, New York (1996).
3. WHO, Quality Assurance in Diagnostic Radiology, WHO, Geneva (1982).
4. IAEA, Basic Safety Standards for Protection against Ionizing Radiation and for Safety of Radiation Sources, Safety Seres No.115, IAEA, Vienna (1996).
5. Keputusan Kepala BAPETEN No. 01-P/Ka-BAPETEN/I-03 tentang Pedoman Dosis Pasien Radiodiagnostik.
6. Radiological Council of Western Australia. Diagnostic X-Ray Equipment Compliance Testing. Program Requirements 2006.
7. Diagnostic X-Ray Unit QC Standards in BC: Summary of Standards/Limits for QC of Diagnostic X-Ray Equipment. BC Centre for Disease Control (2004).
8. IAEA. Dosimetry in Diagnostic Radiology: An International Code of Practice. Technical Report Series No. 457. IAEA, Vienna (2007).
Seminar Nasional Keselamatan Kesehatan dan Lingkungan VI Jakarta, 15-16 Juni 2010
PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 34
9. MUHOGORA, WILBROAD E., et.al., Patient Doses in Radiographic Examinations in 12 Countries in Asia, Africa and Eastern Europe: Initial Results from IAEA Projects, Am.Journal.Radiol. (2008) pp. 1453-1461.