Top Banner
14

dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

Nov 30, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI
Page 2: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI
Page 3: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI
Page 4: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

Akuntabilitas,Maret 2009, hal. 102- 112 Vol 8. No. 2 ISSN 1412-0240

Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk

menganalisis Kinerja Perbankan Syariah

SRI WIDYASTUTI1*, DEKI ANWAR

2

1Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila

Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12640

Telp. 021-7874347, Fax. 021-7270133

2Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Jl. Prof. H. Zainal Abidin Fikri 30126

Telp. (0711) 362427, email: [email protected]

Diterima 23 Desember 2008, Disetujui 21 Januari 2009

Abstract: This research is aimed at determining which syariah monetary instruments that are better is

creating occurred responses on the performance of syariah banking in Indonesia as the results of shock.The

effect of shock on syariah monetary instrument PUAS increased the asset, fund of the third party, non-

performing financing and financing on the take place in average 16 months. The variables of syariah banking

performance that gives the highest contribution in the transaction volume changing on the syariah monetary

instrument is non performing financing and asset. Likewise, by comparing between that SWBI syariah

monetary instrument and 1MA certificate ini PUAS. This comparation indicates that SWBI syariah monetary

Instrument is better to be used by syariah banking in Indonesia than IMA certiticate in PUAS. This resulted

indicated that the goal of syariah banking is using the syariah monetary instrument is not separated from

motives to avoid the risks occuned in the portfolio of fund using, particularly financing with potencies of non

perfonning financing. Likewise. the placement of syariah banking fund at SWBI that is also guessed to

minimize the risks resulted from SWBI ifeompared to the 1MA certificate in PUAS.

Key words: SWBI, IMA certificate in PUAS, shock, syariah banking performance

PENDAHULUAN

Sektor moneter dalam perekonomian modern

merupakan variabel ekonomi yang signifikan

dalam menciptakan kestabilan ekonomi suatu

negara. (Titman and Warga 1989). Di samping

sektor moneter, juga dikenal adanya sektor riil,

dirnana sektor riil adalah representasi dari tingkat

kesejahteraan masyarakat suatu negara karena ia

terkait 1angsung dengan pertumbuhan dunia usaha

(Diamond, Dauglas.w 1996), (Jensen, GR and

Mercer, JM 2002). Di dalam ekonomi Islam antara

sektor moneter dan sektor riil mestilah sejalan, dan

secara tegas dapat dikatakan bahwa kebijakan

pada sektor moneter mestilah mengikuti

perkembangan yang ada pada sektor riil (Karim.

2002:174). Oleh karenanya dalam ekonorni Islam

antara sektor rnoneter dengan sektor riil ibarat dua

sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan

*Penulis untuk korespondensi: Hp. 08129383050,

e-mail [email protected]

datam rangka mengerakkan pertumbuhan

ekonomi. (Euromoney Books and AAOIFI 2002).

Bank Sentral memegang peranan penting di dalam

mengoptimalkan fungsi dan peran perbankan

daiam perekonornian, salah satu fungsinya adalah

sebagai tempat meminjam uang bagi bank-bank

komersial ( Pangemanan, A 2001 ), termasuk bank

syariah yang sedang mengalami kesulitan

likuiditas atanpun menempatkan dananya dalam

kondisi over likuiditas (lender of the last resrot/

LOL R.). Fungsi ini sangat penting untuk

ditakukan guna meningkatkan kestabilan sistern

keuangan perekonomian dan pada akhirnya

mempertahankan tingkat kepercayaan publik yang

tinggi terhadap sistem perbankan. Oleh karena itu

fungsi LOLR yang dilakukan oleh bank sentral

merupakan suatu pertahanan terakhir yang dapat

mencegah ambruknya suatu sistem perbankan

(Zarcia, Mohamrnad Anas 1992). Selama ini

kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank

Lndonesia dalam rangka pengendalian uang

beredar ditempuh dengan operasi pasar terbuka.

Page 5: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

103 Akuntabilitas Vol. 8, 2009

Agar operasi pasar terbuka berdasarkan prinsip

syariah dapat dilaksanakan, maka dalam rangka

pengendaIian moneter, diciptakan suatu piranti

yang sesuai dengan prinstp syariah dalam hentuk

Sertiftkat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang

dapat pula menjadi sarana penitipan dana jangka

pendek oleh bank yang mengaiami kelebi han

Demikian juga dengan upaya lain yang bisa

dilakukan bank syariah jika mengalami kelebihan

likuiditas, perbankan syariah dapat berinvestasi

pada sertifikat IMA melalui. Dengan adanya

dukungan dari Bank Indonesia dalam

memfasilitasi tersedianya instrumen moneter yang

sesuai dengan prinsip syariah dan tersedianya

pasar uang syariah. Maka hal ini akan berdampak

pada kinerja perbankan syariah.

Perbankan svariah dapat lebih Ieluasa

mengelola portofolio usahanya, dengan

memanfaatkan instrumen moneter syariah tersebut.

Selain sebagai upaya untuk operasi pasar terbuka,

instrumen moneter syariah juga secara tidak

langsung akan berefek kepada likuiditas.

profitabilitas. dan pernbiayaan bank syariah.

Namun kecenderungan untuk menempatkan dana

pada instrumen moneter syariah akan membuat

fungsi intermediasi perbankan syariah akan tidak

optimal.

Kegagalan dalam pengelolaan perbankan di

Indonesia menemui puncaknya pada tahun I 997,

Di tengah banyaknya bank-bank nasional yang di-

likuidasi dan menerima bantuan likuiditas akibat

krisis moneter, sdah satu bank yang bisa tetap

survive adalah PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

(BMI) yang mengelola operasional perbankannya

berdasarkan prinsip bagi hasil (profit and loss

sharing). Banyak ekonom berpendapat bahwa

kerapuhan sistem perbankan nasional disebabkan

karena sistem operasionalnya yang berdasarkan

kepada sistem bunga (Antonio, M Syafi`i 2001).

Pada saat krisis moneter terjadi, perbankan

konvensional terpaksa harus menaikkan suku

bunga simpanan dan suku bunga kreditnya hingga

meneapai 70%. Akibatnya bank-bank

konvensional mengalami negative spread dan

kesulitan likuiditas untuk rnembayar bunga

deposito sedangkan pinjaman yang tersalurkan

sangat sedikit karena para pengusaha tidak

sanggup membayar tingginya suku bunga kredit

dan kalaupun pinjaman dapat tersalurkan maka

potensi timbulnya Non Performing Loans (NPLI

sangat besar (Molyneux, P & Thornton 1992).

Untuk mengatasi kesulitan likuiditas perbankan

nasional, Bank Indonesia dan pemerintah

rnelakukan dua pendekatan yakni menutup bank-

bank kecil dan rnenyita aset yang dirntlikinya

sebagai kompensasi dari hutang-hutang yang

mereka miliki.

Dan bagi bank-bank ang memiliki nilai

kapitalisasi besar, Bank Indonesia dan Pemerintah

memberikan bantuan berupa Bantuan Likuiditas

Bank Indonesia (BLBI) sejumlah kurang lebih Rp

400 triliun. Besarnya nilai Bantuan Likuiditas

Bank Indonesia ini dibebankan kepada Anggaran

Pendapatan Belanja Negara APRN) yang

notabenenya adalah uang rakyat.

Di samping pembebanan BLB1, negara

juga dibebani oleh pembayaran suku bunga

obligasi dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia

(SBI). Pada tahun 2001-2002. bunga SBI

mencapai 17% dan pada saat itu dana bank

konvensional yang disimpan di SBI mencapai 500

triliun. Dengan demi ki an, pernerintah

berkewajiban mernbayar bunga SB1 sebesar 17%

x Rp 500 Triliun, yaitu Rp 85 Triliun untuk satu

tahun. Kondisi ini berlangsung selama hampir tiga

tahun (Agustianto 2005:124)

Ketidak efektifan sistem perbankan

konvensional dan instrumen keuangan yang

disediakan oleh Bank Indonesia dalam menyerap

Iikuiditas perbankan nasional, menyebabkan

tumbuhnya perbankan syariah dan instrumen

keuangan syariah sebagai alternatif Perbankan

svariah di Indonesia selama lima tahun terakhir

menunjukkan perkembangan yanu sangat

signifikan pada tahun 2004 sudah terdapat tiga

Bank umum Syariah (Bank Muarnalat Indonesia,

Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mega

Indonesia) dan perkembangan jumlah Unit Usaha

Syairah (UUS) sampai September 2006 sejumlah

20 dari tahun 2000 yang hanya 3, sedangkan Bank

Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sejumlah 105

dari tahun 2000 yang hanya 8, Hal ini

rnenunjukkan perkembangan yang terus menerus

perbankan syariah dari segi jaringan kantomya.

Aset yang chmiliki bank syariah mengalarni

kenaikan, hingga Desember 2006 sejurnlah 26

trilyun lebih, juga perkernbangan dana pihak

ketiga terus mengalarni peningkatan dan

peningkatan terb-esar terjadi pada Januari 2004,

hal ini salah satunya disebabkan oleh adanya

Fatwa dari MUI yang mengharamkan bunga bank

pada akhir Desember 2003. Terlihat bahwa tahun-

tahun sesudahnya dana piliak ketiga tet-us

meningkat (Bank Indonesia 2005), Seperti

diketahui bahwa bank syariah rnemiliki 3 produk

utama yaitu murabahah mudharabah (bagi hast1),

dan musyarakah (kemitraan usaha).

Dari ketiga kornponen tersebut justru yang paling

menonjol tnewarnai bisnis perbankan syariah di

Indonesia adatah murabahah (di atas 60%).

(Widyastuti. Sri 2001). Kenyataan ini berbeda

dengan pengelolaan perbankan syariah di negara-

negara Iainnya dimana peran mudharahah dan

musyaakah sangat menonjol.

Page 6: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

Akuntabilitas WIDYASTUTI & ANWAR 104

Angka NPF perbankan syariah rata-rata berada

di angka 5%. Peranan bank syariah di Indonesia

masih sangat kecil dilihat dari total aset, deposit

fund dan kreditnya, namun NPF Bank Svariah jauh

di bawah total Bank secara keseluruhan, dengan

demikian diharapkan Bank Syariah selalu dapat

meningkatkan kinerjanya. Berbagai indikator

kesuksesan kinerja perbankan syariah ini bukan

berarti bank syariah lepas dari permasalahan.

Sebagai pemain baru bank syariah masih

banyak mengalami kekurangan-kekurangan.

Produk mudharabah dan musyarakah yang

merupakan equity financing berprinsip bagi hasil

hanya sekitar 30 % dari total pembiayaan

perbankan syariah. Porsi murabahah yang juga

dikenal dengan mark-up financing. dan masih

sangat dominan sekitar 70% (Bank Indonesia

2005).

Dominasi pembiayaan murabahah ini bukan

sesuatu yang unik bagi kasus perbankan syariah di

Indonesia. tapi juga merupakan karakter umum

bank syariah dibanyak negara muslim lainnya.

Menurut Aggarwal dan Yousef (2000)

sebagaimana dikutip Koran Tempo, sekitar

setengah dari pembiayaan bank syariah dunia pada

1994-1995 adalah pembiayaan murabahah. Makin

besar bank syariahnya, ada kecenderungan

pembiayaan murabahah akin dominan.

Di samping itu, bukti preferensi bank syariah

pada sektor industri dan pertanian yang diharapkan

menjadi motor pertumbuhan di negara berkembang

tidak konsisten. Sebagian survei mengindikasikan

alokasi pembiayaan yang cenderung berimbang,

sedangkan survei lain menunjukkan bank syariah

terutama menyalurkan pembiayaan ke sektor jasa

dan perdagangan.

Demikian juga dengan masalah yang

ditimbulkan karena tersedianya instrumen

keuangan bagi bank syariah. Posisi jumlah dana

bank syariah yang ditempatkan pada Sertifikat

Wadiah Bank Indonesia (SWBI) mencapai Rp

2.051 triliun pada awal januari 2004 dan posisi

PIJAS meneapai Rp 19 Milyar pada Maret 2004.

Gejala meningkatnya dana perbankan syariah

pada sertifikat investasi mudharabah antar bank

(IMA ) sebagai instrumen pasar uang antar bank

berdasarkan prinsip syariah (PUAS) dan SWBI

harus disikapi sebagai fenomena yang bersifat

sementara. Fenomena penempatan dana perbankan

syariah pada PUAS dan SWBI merupakan indikasi

dari tidak tersalurkannya pembiayaan perbankan

syariah dengan baik dan optimal sehingga

perbankan syariah mencari alternatif untuk

berinvestasi pada instrumen moneter yang ada agar

tidak terdapatnya dana yang menganggur (idle

fund).

Berdasarkan fenomena di atas perbankan

syariah sebagai bagian dari perbankan nasional

mestilah menjadi perhatian semua pihak, agar

perbankan syariah dapat berperan optimal dalam

pembangunan ekonomi dan terlepas dari rnotif-

motif investasi jangka pendek yang tidak terkait

langsung dengan dunia usaha. Ketersediaan

instrumen moneter syariah hendaknya hanya

disikapi sebagai tempat penempatan dana

sementara akibat adanya kelebihan likuidttas,

bukan untuk mencari keuntungan yang seharusnya

diperoleh dari pembiayaan kepada sektor riil

(Kahf. Monzer 1995). Namun demikian upaya

perbankan syariah yang tergolong agresif dalam

memanfaatkan instrumen moneter syariah tidaklah

dapat dibenarkan. Karena hal ini akan berakibat

kepada sedikitnya pembiayaan yang bisa

disalurkan kepada masyarakat. Yang pada akhirnya

akan memperlambat pertumbuhan sektor riil dan

memperbesar transaksi semu pada sektor moneter.

Penempatan idle fiund perbankan syariah pada

instrumen moneter PUAS masih merupakan

keputusan subjektif perbankan syariah di

Indonesia. Karena penempatan dana tersebut lebih

didasari oleh motif memaksimalkan keuntungan

tanpa mempertimbangkan risiko/dampak yang

ditimbulkan oleh masing-masina instrumen

moneter syariah terhadap kinerja perbankan

syariah secara keseluruhan (Muhammad 2002).

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah

dalam penetitian ini adalah perbankan syariah di

ndonesia menghadapi pilihan dilematis dalam

penempatan dananya pada instrumen moneter

syariah namun tidak mengetahui dengan pasti

instrumen moneter syariah manakah yang memiliki

dampak minimum terhadap kinerja perbankan

syariah secara umum. Sehingga diperlukan

pendekatan yang komprehensif di dalam

menentukan instrumen moneter syariah yang lebih

baik bagi kinerja perbankan syariah.

Berdasarkan rumusan masalah di atas. maka

beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam

penelitian ini adalah bagaimana dampak yang

ditimbulkan oleh transaksi instrumen moneter

syariah terhadap kinerja perbankan syariah di

Indonesia, kemudian variabel-variabel apa saja

dalam kinerja perbankan syariah yang rnemiliki

dalam dominasi perubahan vulume transakst

instrumen moneter syariah, serta instrumen

moneter syariah manakah yang lebih baik bagi

kinetja perbankan syariah di Indonesia. Adapun

penelitian mempunyai tujuan untuk mengetahui

bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh

transaksi instrumen moneter syariah terhadap

kinerja perbankan syariah di Indonesia, serta

berapa lama dampak tersebut berlangsung.

Page 7: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

105 Akuntabilitas Vol. 8. 2009

Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan

variabel-variabel apa saja dari kinerja perbankan

syariah yang memengaruhi besarnya transaksi

pada instrumen moneter syariab dan juga untuk

menentukan instrumen moneter syariah manakah

yang lebih baik di dalarn menciptakan repson yang

terjadi pada kinerja perbankan syariah di Indonesia

akibat shock yang dilakukan.

Kajian Literatur Dan Pengembangan Hipotesis.

Untuk menciptakan perbankan yang sehat dan

kuat, Bank Indonesia mengeluarkan berbagai

bentuk kebijakan moneter. Dalam upaya untuk

implementasi kebijakan ini, Bank Indonesia

mengunakan berbagai instrumen moneter seperti

operasi pasar terbuka dengan fasilitas SBI,

discount rate. reserve requirment, dan moral

suasion. Semua instrumen moneter ini memiliki

fungsi masing-masing yang salah satunya adalah

untuk efektifitas pengelolaan likuiditas dalam

menciptakan stabilitas perbankan.

Perbankan secara urnum akan mengelola

likuiditas dengan berbagai cara untuk tujuan

mendapatkan hasil maksimal dari dana yang dapat

terhimpun. Penelitian Deep dan Schaefer (2004)

menunjukkan bahwa di saat bank rnengalami

kelebihan Iikuiditas maka aka.n terdapat

tranformasi likuiditas perbankan yang disebabkan

oleh berbagai variabel di antaranya adatah

pinjaman, risiko kredit dan depostio. Tranformasi

likuiditas ini akan ditujukan kepada pasar uang,

dimana peningkatan likuiditas perbankan dalam

kondisi normal tidak akan menimbulkan efek

terhadap stabilitas perbankan. Namun secara total

peningkatan likuiditas perbankan akan

menurunkan stabilitas perbankan. Peningkatan

likuiditas perbankan juga akan meningkatkan non

performing financing (Wagner 2005 ) dan

(Diamond 1996). Demikian juga dengan transaksi

pinjaman antar bank, Lori al (2004) menemukan

bahwa bank sejenis yang melakukan transaksi

pinjaman antar bank akan menciptakan stabilitas

sistem perbankan. Sedangkan berlaku sebaliknya

bagi bank yang tidak sejenis, transaksi pinjaman

antar bank akan menciptakan ketidak stabilan bagi

sistem perbankan yang berakibat secara langsung

ataupun tidak langsung.

Bagi perbankan syariah. Bank Indonesia

menyediakan instrumen moneter yang sesuai

dengan prinsip syariah Islam yang dinamakan

dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI )

serta juga instrumen lainnya seperti reserve

requirment dan moral suasion. Peranan instrumen

moneter syariah ini adalah sebagai sarana untuk

penempatan kelebihan dana (overtikuiditas)

perbankan syariah. Sehingga dana menganggur

(idle find) yang ada pada perbankan syariah tetap

dapat tersalurkan dengan optimal. Selam SWBI.

Instrumen tnoneter syahah lainnya sebagai sarana

penernpatan dan pemenuhan likuiditas bank

syariah adalah pasar uang antar bank berdasarkan

prinsip syariah (PUAS) me1alut sertifikat

Keberadaan instrumen moneter syariah dan

kaitannya dengan kinerja perbankan syariah di

Indonesia sudah semenjak tahim 2000.

Berbagai penelitian yang berhuburtgan dengan

kedua hal tersebut sudah cuk-up banyak dilakukan.

Pramuharjo (2005) melakukan penelitian mengenai

pengaruh kebijakan moneter terhadap kinerja

perbankan syariah.

Penelitian ini mengunakan instrumen-instrumen

rnoneter seperti SBI. dan variabel-vanabel makro

ekonomi seperti inflasi. GDP riil, dan pangsa pasar

bank syariah terhadap bank konvensional sebagai

variabel independent. Sedangkan variabel

dependentnya adalah kinerja perbankan syariah

yakni, jumlah deposito, tingkat likuiditas dan

pembiayaan perbankan syariah. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat suku

bunga SB1 berpengaruh negatif terhadap deposito,

likuiditas dan pembiayaan perbankan syariah,

sedangkan pangsa pasar bank syariah terhadap

bank konvensional berhubungan positif.

Dari penelitian di, atas dapat kita simpulkan

bahwa terdapatnya hubungan yang kuat antara

instntmen moneter konvensional maupun syariah

dengan kinerja perbankan. Dalarn konteks

instrumen moneter syariah dan perbankan syariah

dapat dijelaskan hubungan antar variabelnya,

bairwa besarnya transaksi dan frekuensi yang

terjadi pada SWBI dan PUAS secara langsung

ataupun tidak langsung akan berdampak kepada

kinerja perbankan syariah berupa dana pihak

ketiga, pertumbuhan aset, jumlah pembiayaan dan

non performing financing (Ikatan Ahli Ekonomi

Islam Indonesia 2005).

Namun dernikian juga sebaliknya besarnya

jumlah dana pihak ketiga, aset dan sedikitnya

pembiayaan yang dapat disalurkan akan meng-

akibatkan perbankan syariah melirik instrumen

SWBI dan PUAS sebagai sarana untuk menutupi

biaya operasional dan pernbayaran nisbah bagi

hasil dana pihak ketiga. yang diambilkan dari

persentase bonus SWBI dan nisbah bagi hasil

sertilikat LMA pada PUAS.

Berbagai faktor yang rnendorong perbankan

syariah untuk menempatkan dananya di SWBI dan

PUAS adalah FDR dan tingkat suku bunga SB1 1

bulan, Irsadt mas (2004). Faktor lain yang

menentukan volurne transaksi SWBI dan PUAS

adalah jumlah persentase bonus dan imbalan

nisbah bagi hasil yang akan diperoleh. Thantawi

(2005).

Page 8: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

Akuntabilitas WIDYASTUTI & ANWAR 104

Jika bonus yang ditetapkan Bank Indonesia

terhadap SWBI dan nisbah bagi hasil dari investasi

mudharahah pada PUAS relatif besar maka hal ini

akan menarik perhatian perbankan syariah untuk

menempatkan dananya pada SWBI ataupun PUAS,

dan secara Iangsung akan mereduksi jumlah

penyaluran dana terhadap pernbiayaan dan juga

akan berakibat kepada pendapatan perbankan

syariah.

Namun jika dilihat dalam konteks perbandingan

antara SWBI dan PUAS tentunya sangat ditentukan

karakter masing-masing instrurnen rnoneter syariah

tersebut. SWBI memiliki risiko yang lebih kecil

bila dibandingkan dengan PUAS, karena SWBI

berdasarkan kepada prinsip wadiah yang di-

tempatkan pada Bank Indonesia dan Bank

Indonesia berkewajiban mengembalikan dana yang

ditempatkan di SWBI secara utuh ditambah dengan

bonus.

Sedangkan sertifikat IMA pada PUAS

berdasarkan kepada akad mudharabah yang sangat

berpotensi menimbulkan risiko. Namun

penempatan dana pada PUAS cenderung

memberikan return yang lebih besar dari pada

bonus SWBI, sehinga pemilihan sarana

penempatan kelebihan likuiditas bank syariah

sangat tergantung dari kebijakan yang digunakan

oleh bank syariah.

Jika bank syariah ingin dana menganggurnya

aman dengan sedikit return maka bank syariah

akan menempatkannya pada SWBI namun jika

bank syariah mau mengambil risiko dengan return

yang lebih besar maka bank syariah akan memilih

menempatkan dananya pada PUAS. Namun

kecenderungan penempatan dana bank syariah

pada SWBI akan lebih besar. hal ini dikarenakan

oleh kecilnyarisiko yang akan dihadapi oleh bank

syariah, Irsadunas (2004).

Dengan demikian sesuai dengan jaringan kerja

(network association) yang di jelaskan pada

theoritical frarnework di atas maka hipotesis yang

disusun dalam penelitian adalah sebagai berikut:

Diduga dampak yang ditimbulkan aleh shock pada

instrumen moneter syariah SWBI lebih cepat

diredam bila dibandingkan dengan shock pada

transaksi instrumen moneter syariah PUAS, diduga

variabel-variabel kinerja perbankan syariah

berperan dalam dominasi transaksi instrumen

moneter syariah SWBI dan PUAS. Berdasarkan hal

di atas maka hubungan antar variabel dapat kita

gambarkan dalam gambar 1.

Berdasarkan hipotesa tersebut disusunlah

kerangka teorinya yaitu variabel-variabel yang

akan menjadi fok-us penelitian ini. Penelitian ini

menitik beratkan pada dampak yang ditimbulkan

oleh transaksi instrumen moneter syariah terhadap

kinerja perbankan syariah.

Gambar 1. Hubungan antara variabel instrumen

moneter syariah dengan variahel kinerja

perhankan syariah.

dalam hal ini:

= Dampak shock instrumen moneter

syariah ter-

hadap kinerja perbankan syariah.

= Dominasi kinerja perbankan syariah

terhadap transaksi instrumen moneter

syariah.

= Perbankan syariah

dalam hal ini:

ASET : Aset Perbankan Syariah

DPK : Dana Pthak Ketiga Perbankan Syariah

PNIBY : Pembiayaan Perbankan Syariah

NPF : Non Performing Financing Perbankan

Syariah

SWBI : Sertifikat Wadiah Bank Indonesia

PUAS : Pasar Uang Antar Bank Berdasarkan

Prinsip Syariah

Penelitian ini juga akan mencoba

mengidentifikasi instrumen moneter syariah

manakah yang lebih baik bagi variabel-variabel

kinerja iferbankan syariah dan juga variabel-

varibel apa saja dari kinerja perbankan syariah

yang berperan dalam dominasi transaksi instrumen

moneter syariah. Dengan demikian diharapkan

hipotesis yang dibangun di atas dapat menjawab

hal-hal tersebut.

METODE

Penelitian ini mengunakan metode ekonometrik

Vector Autoregressive (VAR). Dimana VAR

digunakan untuk rnenjawab pertanyaan penelitian

dan memberikan solusi terhadap rurnusan

permasalahan (Gujarati, Damodar 2003). Adapun

persamaan VAR yang digunakan didasarkan pada

penelitian-penelitian sebelumnya (Schaefer. et al

2004), Wagner (2005). Diamond (1996), (Lori et al

2004), Pramuharjo (2005), Thantawi (2005) dan

Irsadunas (2004).

Page 9: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

Sumber: Output Pengolahan Data dengan Exievws 4.1

107 Akuntabilitas Vol, 8,2009

Sumber Data. Data yang digunakan dalam

penelittan ini merupakan data sekunder yang

diperoleh dari laporan direktorat perbankan syariah

Bank Indonesia. Khususnya data utarna yang

dipergunakan dalam model yaitu, jumlah dana

pihak ketiga perbankan Syariah di Indonesia,

pembiayaan, aset, Non Performing Financing.

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), dan

volume transaksi pasar uang antar bank

berdasarkan Prinstp Syartah PUAS). Sedangkan

data pendukung lainnya diperoleh dari buku-buku,

majalah, koran dan internet.

Periode Observasi. Data dalam penelitian ini

merupakan data berkala (time series) yaitu data

yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk

memberikan gamba•an ientang perkembangan

suatu kegiatan selama periode spesifik yang

diamati (Enders, Walter 1995), ( Sekaran, Uma

2000 ). Data yang digunakan dalam penelitian ini

bersifat bulanan mulai dari bulan Januari 2001

hingga Juli 2006. sebanyak 67 bulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Stationeritas Data. Dalam penelitian ini

digunakan unit mot test bempa uji Phillips-Perron

(PP). Tabel 1 memperlthatkan hasil uji PP terhadap

keenam variabel yang stationer pada first

difference. Hasil yang diperoleh dari tabel 1

menyimpulkan bahwa uji PP keenam variabel

stationer dengan tingkat keyakinan di atas 95 %.

Jadi proses pernbentukan sistem persaman VAR

dapat dilakukan pada tingkat Ist diffrrence dengan

uji PP,

Pembentukan Sistem Persamaan AR. Dalam

penel ttian int, pernbentukan ststem persarnaan

VAR dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan

ketersediaan instrumen tnoneter anah. Pertama,

persarnaan peranan kinerja perbanlan artah Indones

ia di da 1 am meresponshock yang teijadi pada

SWBI. Kedua, persamaan peranan kinerja

perbankan ariah Lndonesia di dalam merespon

shock yang tetjadi pada PUAS.

Tujuan utama proses ini adalah rnencari sistern

persainaan VAR dengan lag optimum yang frbasih

tergolong Oleh karena itu d.alarn proses pem-

bentukan sistern persamaan VAR mastnR-masing

instnimen moneter syariah akan dimulat dengan uji

stabilitas yang diikuti dengan peuentuan lag

optimum.Stabilitas sistem persaman 'VAR dapat

dilihat dari nilai invers root karakteristik AR

polinominainya. Suatu sistern persamaan VAR

tergolong stabil jika seluruh rootsnya memiliki

modulus lebih kecil dari satu dan semuanya

terletak dalam unit circle.

Penentuan lag optimum akan mengunakan

kriteria informasi yang tersedia sepern; likelihood

ratio (LR), final prediction error (FPE). akaike

information criterion (A1C), schwarz information

criterion (S1C), dan hannan-quinn information

•riteriun Jika kriteria-kriteria tersebut hanya

mengacu kepada sebuah lag sebagai pilihan. maka

lag tersebut adalah hag eptimum. Namun jika

menghasilkan beberapa lag sebagai pilihan. maka

lag ❑ptimurn akan dipilih dari sistem persan3aan

VAR yang memiltki nilai adjusted R= paling tinggi

pada vartabel-variabelutama dal am sistern,

Tabel I. Phillip Perron Test pada tingkat Ist Difference

Variabel PP Test Statisti• Test Critical Valftes Keterangan

H0, : Ada Unit root

H1, :Tidak Ada Unit root

1% 5% 10%

1st Difference

DPK -7,760120 -3.534868 -2.906923 -2.591006 Signifikan pada semua Iingkat α

Reject Ho, Tidak Ada Unit root, Stationer

PMBY -7.001387 -3.534868 -2.906923 -2,591006 Signifikan pada semua tingkat α

Reject Ho, Tidak Ada Unit root, Stationer

ASET -7.402387 -1534868 -9.906923 -2.591006 Signifikan pada semua tingkat α

Reject Ho. Tidak Ada Unit root, Stationer

NPF -8.082658 -3.534868 -2.906923 -2 . 5 9 1 0 0 6 Signifikan pada semua tingkat α

Reject llo, Tidak Ada Unil root, Stationer

SWBI -6.766521 -3.534868 -2.906923 -2.591006 Signifikan pada semua tingkat α

Reject Ho, Tidak Ada Unit root. Stationer

PUAS -6.319276 -3.534868 -2.906923 -2.591006 Signifikan pada semua tingkat α

Reject Tidak Ada Unit root, Stationer

Page 10: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

Akuntabilitas WIDYASTUT1 & ANWAR 108

Respon Perbankan Syariah terhadap SWBI. Lag

maksimum bagi respon perbankan syariah terhadap

SWBI yang m.asih tergolong stabil terletak pada

lag 8 dengan modulus 0.997731. lag 8 disebut

stabil karena seluruh rootsnya memiliki modulus

Iebih kecil dari satu.

Tabel 2. Uji Stabilitas Respon Perbankan Syariah terhadap SWBI

Lag

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Modulus Keterangart

1.047600

0.997731

0.958445

0.939913

0.910801

0.897443

0.800532

0.736740

0.640797

Tidak Stabil

StabiI

Stabil

Stabil

Stabil

Stabil

Stabil

Stabil

Stabil

Sumber: Output Pengolahan Data dengan Eviews 4.1

Selanjutnya, berdasarkan kriteria informasi

yang tersedia (LR, FPE, AIC, SIC dan HQ), LR

dan FPE mengajukan lag 6 sebagai lag optimum,

sementara AIC mengajukan lag 8 sebagai lag

optimum dan SIC dan HQ mengajukan lag 0

sebagai lag optimum.

Karena lag 0 tidak bisa diestimasi maka

diperoleh 2 lag sebagai kandidat lag optimum

yakni lag 6 dan lag 8, maka penentuan lag

optimum akan menggunakan nilai adjusted R'

terbesar yang dimiliki variabel utama dalam sistem

persamaan VAR.

TabeI 3. Adj usted R2Kandidat Lag Kandidat lag Optimum Respon Perbankan Syariah terhadap SWBI

Lag Kriteria Informasi

LR FPE AIC SIC HQ

0 NA 1.75E+21 63.10255 63.28018* 63.17174*

1 54.79728 1.45E+21 62.91083 63,97658 63.32596

2 38.96714 1.53E+21 62.94381 64.89768 63.70488

3 37.43976 1.56E+21 62.91446 65.75645 64.02147

4 48.25619 1.11E+21 62.47230 66.20242 63.92526

5 25.96610 1.38E+21 62.52293 67.14117 64.32183

6 43.56610* 8.58E+20* 61.77144 67.27780 63.91628

7 16.82031 1.46E+21 61.86895 68.26343 64.35973

23.96459 1.68E+21 61.32134* 68.60394 64.15806 Sumber: Output Pengolahan Data dengan Eviews 4.1

Tabel 4. Optimum Respon Perbankan Syariah terhadap SWBI

Lag ASET DPK NPF PMBY SWBI Keterangan

6

8

0.275056

0.430293

0.348374

0.423620

0.408448

0.228246

0.402585

0.256369

0.672109

0.671278

Diajukan LR, FPE

Diajukan AIC Sumber: Output Pengolahan Data dengan Eviews 4.1

Berdasarkan tabel di atas, variabel NPF, PMBY

dan SWB1 dijelaskan paling baik oleh lag 6,

sedangkan variabel ASET dan DPK dijelaskan

paling baik oleh iag S.

Kondisi yang relaif berimbang antara lag 6 dan

lag 8 ini memerlukan analisis lebih lanjut untuk

menentukan lag optimum. Variabel SWBI,

termasuk variabel utama dalam penelitian, hanya

memiliki selisih nilai adjusted R1 sebesar 0,0831%

antara lag 6 dengan lag 8 sehingga signifikansi lag

8 tidak jauh

Iebih baik dari lag 6. Sedangkan selisih ASET

dan DPK antara lag 6 dengan lag 8 adalah masing-

masing 15 % dan 7,5%. Dan selisih NPF dan

PMBY antara lag 6 dengan lag 8 adalah masing-

masing 18% dan 14%. Dari perbedaan signifikansi

ini dapat disimpulkan bahwa lag 6 lebih

representatifterhadap variabel penelitian yang ada.

Maka lag optimum sistem persamaan VAR untuk

respon K inerja Perbankan Syariah terhadap SWBI

ditetapkan pada

lag 6.

Page 11: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

109 Akuntabilitas Vol. 8, 2009

Berdasarkan tahap pra-estimasi yang sudah di syariah Indonesia di dalam merespon shock yang

lak-ukan terhadap si stem persamaan VAR maka terjadi pada SWBI sebagai berikut: diperoleh

persamaan peranan kinerja perbankan

DSWBI - 34.09093959 - 0.2152405576*DASET(-1) - 0.2324885127*DASET(-2)

[-0.81639] [-0,73899] [-0.78472]

+ 0_6775485765*DASET(-3)+ 0.4798901201*DASET(-4)+ 0.2899447217*DASEI( -5

[ 2.30840]* [ 1.47086] [ 1.00103]

+ 0.379943871 *DAS ET( -6 -0.2878992643*DDPK(-1) - 0.2459868213*DDPI14-2)

[ 1.19008] [-0.85236] [-0.72295]

- 0.7701151317*DDPK(-3)-0.3827536517*DDPK(4)+ 0.01800268757*DDPIQ-51

[-2,06071]* [-0.97528] [ 0.04447]

+0.2841853438*DDPK(-6) -1.220950747*DNPF(-1)-3.333996465*DNPF(-2)

[0.61902] [-1.158021 [-2.665531*

+ 1.115756336*DNPR-3) + 1.795350665*DNPR-4) -0.02578622305*DNPF(-5)

[ 0.88304] [ 1.31654] [-0.024371

- 1.627889897*DNPR-6)+ 0 1242889642*DPMBY(-1)+ 0.06669212.38*DP1vIBY(-2)

[-1.42959] 0.80131] [ 0.408771

+02]15758379*DPMBY(-3) 0.2719128978*DPMBY(-4)

[ 1.26998] [1.369941

- 0.5 f 08790253*DPMBY(-5) -0.6388482426*DPMBY(-6)

[-2.14209]* [-2,88548]*

Dalam hal ini, [...]* = Untuk nilai t statistik yang signifikan pada a 5%

Respon Perbankan Syariah terhadap PUAS.

Lag maksimum bagi respon perbankan syariah

terhadap PUAS yang masih tergolong stabil

terletak pada lag 5 dengan moduius 0.985267

Lag 5 disebut stabil karena rootsnya memiliki

modulus lebih kecil dari satu

.

Tabel 5. Stabilltas Respon Perbankan Syariah terhadap PUAS

Lag Modulus Keterangan

6

5

4

3

2

1

1.084823

0.965267

0.931553

0.867730

0.755914

0,355757

Tidak Stabil

Stabil

Stabil

Stabil

StabiI

Stabil

Surnber: Output Pengelobart Data dengan Eviews 4.1

Tabel 6. Kandidat Lag Optimum Respon Perhankan Syarlah terhadap PLIAS

Lag Kriteria lnformasi

LR FPE A1C S1C HQ

0 NA 4.27E+20 61.69338 61.86640* 61.76119*

I 45.97639 4.22E+20 61.67711 62.71525 62.08397

2 43.84205 4.05E+20 61.61995 63.52319 62.36585

3 47.57573 3.33E-20 61.38238 64.15074 62,46733

4 50.59292* 2.32E-20* 60.93723* 64.57070 62.36122

21.86652 3.26E+20 61.13214 65.63073 62.89518

Sumber: Output Pengelohan Data dengan Eviews 4.1

Selanjutnya, berdasarkan kriteria informasi

yang tersedia (LR, FPE. AIC, SIC dan HQ), LR,

FPE dan AIC mengajukan lag 4 sebagai Iag

optimum_ sementara SIC dan HQ rnengajukan lag

0 sbagai lag optimum.

Karena lag 0 tidak bisa diestimasi rnaka

diperoleh lag 4 sebagai lag optimum. Sehingga

tidak membutuhkan analisa lanjutan seperti

penilaian dengan adjustedW, karena semua kriteria

informasi memberikan lag optimum yang sama

yakni lag 4.

Page 12: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

Akuntabilitas WIDYASTUTI & ANWAR 110

Berdasarkan tahap pra-estimasi yang sudah

dilakukan terhadap sistem persamaan VAR maka

diperoleh persamaan peranan kinerja perbankan

syariah Indonesia di dalam merespon shock yang

terjadi pada PUAS sebagai berikut:

DPUAS = 35.71234847 + 0.1577747928*DASET(-1) - 0.1326307705*DASET(-2)-

[-2.04696]* [ 1.42259] [-1.14393]

0.09593567932*DASET(-3)+ 0.147085681 *DASET(-4)- 0.233608965*DDP1Q-1)+

[-0.72611] [ 1.10731] [-1.71448]

0.2133387417*DDPK(-2)+0.08870427461*DDPK( -3)- 0.1772801702*DDPK(-4)

[ 1.55602] [ 0.57133] [-1.19939]

0.01270871491*DNPF(-1)+0.4075879824*DNPF(-2)+ 1395597916*DNPF(-3)-

[ 0.02872] [0.933991 [ 3.08907]*

0.3533926652*DNP9 -4) - 0.05151745924*DPIVIBY(-1 ) - 0.04564685131*DPMBY(-2)-

[-0.72639] [ 0.99640] [-0.77586]

0.1366586612 i*DPMBY(-3) - 0.01679394762*DPMBY(-4)

[-2.41265]* [-0.28150]

Dimana. = Untuk nilai t statistik yang signifikan pada a 5%

Analisis Dampak Transaksi Instrumen Moneter

Syariah terhadap Kinerja Perbankan Syariah di

Indonesia. Sistem persamaan VAR yang stabil

dengan lag optimum untuk kedua sistem instrumen

moneter syariah sudah diperoleh dengan hasil lag 6

untuk SWBI dan lag 4 untuk PUAS. Sistem ini

tidak akan dianalisis lebih lanjut, namun akan

digunakan sebagai patokan untu.k menghasilkan

output lainnya yang dapat digunakan dalam proses

analisis peranan kinerja perbankan syariah dalam

merespon outstanding instrumen moneter syariah.

Output lain yang dimaksud adalah impulse

response function (IRF) dan forecast error

decomposition of variance (FEDV) IRF berfungsi

untuk melihat bagaimana respon variabel lainnya

jika terjadi impuls, biasa disebut juga dengan nama

inovasi atau error terms (e). pada sebuah variabel.

Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana

dampak yang dialami variabel DASET. DDPK,

DNPF dan DPMBY (yang merupakan respon) jika

tedadi shock pada instrumen moneter syariah

(DSWBI dan DPUAS).

Respon yang terjadi diharapkan akan berbeda

untuk setiap instrumen moneter syariah yang

berbeda. Fo•ecast envr decomposition of variance

dapat digunakan untuk melihat bagaimana variasi

error suatu variabel dapat dijelaskan oleh variabel

lainnya. Oleh karena penelitian terfokus kepada

SWBI dan PUAS sebagai instrumen moneter

syariah di Indonesia, maka akan dilihat bagaimana

variasi error variabel SWBI dan PUAS dapat

dijelaskan oleh variabel lainnya. Perbedaan

instrumen moneter yang digunakan akan men

ghasilkan kesimpulan yang berbeda.

Interpretasi IRF. Dari interpretasi terhadap TRF

di atas, dapat kita simpulkan bahwa jika terdapat

shock pada DSWBI maka variabel kinerja

perbankan syariah yang paling lama meresponnya

secara berturut-turut adalah DASET, DDPK dan

DPMBY.

Sedangkan variabel DNPF relatif stabil dalam

merespon shock DSWBI dan hanya berpengaruh

selama tiga bulan pertama. Namun secara

akumulasi outstanding DSWBT akan

meningkatkan DASET dan DDPK, dan

mengakibatkan penurunan pada DNPF dan

DPMBY walaupun tidak secara signifikan.

Kemudian untuk instrumen Moneter syaraiah

PUAS dapat disimpulkan bahwa jika terdapat

shock pada DPUAS maka variabel kinerja

perbankan syariah yang paling lama meresponnya

secara berturut-turut adalah DASET, DDPK,

DNPF dan DPMBY Secara akumulasi transaksi

DPUAS akan meningkatkan DASET, DDPK,

DNPF dan DPMBY.

Interpretasi VD. Forecast error decomposition

ofvariance menunjukkan bahwa kontribusi terbesar

kinerja perbankan syariah terhadap outstanding

DSWBI diwakili oleh variabel DASET dan DNPF

yakni masing-masing sebesar 30%. Sedangkan

variabeI DPMBY dan DDPK hanya memberikan

kontribusi sebesar 10% dan 12°A. Forecast error

decomposition of variance menunjukkan bahwa

kontribusi terbesar kinerja perbankan syariah

terhadap volume transaksi DPUAS diwakili oleh

variabel DASET dan DNPF yakni masing-masing

sebesar 16°/0 dan 21%. Sedangkan variabel

DPMBY dan DDPK hanya memberikan kontribusi

sebesar 8% dan 10%.

Pengujian Hipotesis. Pengujian hipotesis dalam

penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil output

Impuise Respons (IRF) untuk penguj ian hipotesis

satu dan Variance Decomposition (VD) untuk

pengujian hipotesis dua. Berdasarkan output IRF

dapat diketahui bahwa lamanya waktu yang

dibutuhkan dalam meredam shock yang terjadi

pada DSWBI untuk variabel aset adalah 15 bulan,

dana pihak ketiga 13 bulan, non perforrning

financing 4 bulan dan pembiayaan 10 bulan.

Page 13: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

111 Akuntablitas Vol. 8, 2009

Dan seeara rata-rata Iamanya waktu yang

dibutuhkan oleh kinerja perbankan syariah dalarn

meredam shock yang terjadi pada DSWBI adalah

selama 13 bulan. Sedangkan lamanya waktu yang

dibutuhkan dalarn meredam sho•k yang terjadi

pada DPUAS untuk variabel aset adalah 18 bulan,

dana pihak ketiga 18 bulan, non pelforming

financing 14 bulan dan pembiayaan 15 bulan„ dan

secara ratarata lamanya waktu yang dibutuhkan

oieh kinerja perbankan syariah dalam meredam

shock yang terjadi pada DSWBT adalah se1ama 16

bulan. Dengan dernikian shock yang terjadi pada

DSWBI lebih eepat diredam oieh kinerja

perbankan syariah dari pada shock yang terjadi

pada DPUAS, dengan demikian hipotesis satu

dapat dibuktikan. Pembuktian lain dapat juga kita

lihat berdasarkan nilai R-squared. Nilai R-squared

untuk persamaan DSWBI adalah sebesar 0.838833

yang berarti bahwa variabel kinerja perbankan

syariah mampu menerangkan shock yang terjadi

pada instrumen moneter syariah DSWBI sebesar

83%. Sedangkan nilai R-squared untuk persamaan

DPUAS adalah sebesar 0.498676 yang berarti

bahwa variabel kinerja perbankan syariah mampu

menerangkan shock yang terjadi pada instrumen

moneter syariah DPUAS sebesar 49%.

Sedangkan pengujian hipotesis dua dapat

dibuktikan dengan nilai variance decomposition

(VD). Nilai VD instrumen moneter syariah DSWBI

tnemperlihatkan bahwa aset dan 11011 pelforming

financing masing-masing berperan dalam dominasi

transaksi DSWBI sebesar 30%. Sedangkan variabel

pembiayaan dan dana pihak ketiga masing-masing

berperan sebesar 10% dan 12%. Dan Nilai VD

untuk instrurnen moneter syariah DPUAS

memperlihatkan bahwa aset dan non pe,forming

financing masingmasing berperan dalam dominasi

transaksi DPUAS sebesar 16°/0 dan 21%.

Sedangkan variabel pembiayaan dan dana pihak

ketiga masing-masing berperan sebesar 8% dan

10%, dengan demikian hipotesis kedua dapat

dibuktikan.

SIMPULAN

Simpulan yang dapat diambil dari penelitian

danapak posisi instrumen moneter syariah terhadap

kinerja perbankan syariah di Indonesia. adalah

sebagai berikut: darnpak yang ditimbulkan aklbat

transalc.si instrumen moneter syariah SWBI

terhadap kinerja perbankan syariah adalah akan

meningkatkan (perubahan) aset (perubahan) dana

pihak ketiga, menurunkan (perubahan) pembiayaan

dan (perubahan) non performing financing, dimana

dampak tersebut berlangsung secara rata-rata

selama 13 bulan, sedangkan dampak yang ditimbul

kan akibat

transaksi instrumen moneter syariah PUAS

terhadap kinerjaperbankan syariah adalah akan

meningkatkan (perubahan) aset, dana pihak ketiga,

pembiayaan dan non performingfinancing. dimana

dampak tersebut berlangsung secara rata-rata

selama 16 bulan, diantara variabel kinerja

perbankan syariah yang merniliki dorninasi

terbesar terhadap perubahan volume transaksi

instrumen moneter syariah SWBI adalah

(peruba.han) non performing financing dan aset

yakni masing-masin2 sebesar 30%. Sedangkan

variabel kinerja perbankan syariah yang

dominasi terbesar terhadap perubahan volume

transaksi instrumen moneter syariah PUAS adalah

(perubahan) aset dan non performing financing

yakni masing-masing sebesar 16% dan 21%.

Dalam perannya terhadap kinerja perbankan

syariah, instrumen moneter syariah Sertifikat

Wadiah Bank Indonesia (SWBI) memberikan

darnpak yana lebih baik dari pada instrumen

moneter syariah PUAS. Dengan demikian

penempatan dana menganggur (idie fund)

perbankan syariah di Indonesia sebaiknya

diletakkan pada instrumen moneter syariah SWHI.

Karena memxlilci dampak dan risiko yang lebih

minimal terhadap Idnerja perbankan syariah bila

dibandingkan dengan instrumen moneter syariah

PUAS.

DAFTAR PUSTAKA

Agustianto. 2005. Pengaruh Bunga Terhadap Ke-

terpurukan Ekonomi lndonesia ( Studi Kasus 1997-

2004). Medan.

Antonio, M 2001. Bank Syariah dari Teori ke

Praktek, Jakarta, Gema Insani Press dan Tazkia Group.

Aggarwal dan Yousef. 2000. ww,w,korantempo.com

Bank Indonesia. 2005. Laporan Perekonomian Indonesia

2005. Jakarta. www. b . go. id

Deep, Akash and Sheaefer. Guido. 2004. Are Bark.s

Liquidity Transforrners?. Harvard University. United State

ofAmerica.

Diamond, Dauglas,w. 1996. Effeet of FinanciaI

Development on Bank and The Maturity of Financial Clims,

World Bank.

Enders, Walter. 1995 Applied Econometric Time Series, First

Edition. Jhon Willey Sons, I ne.

Euromoney Books and AAOTI. 2002. Isiamie Finance.

Innovation and Growth. Dubai. Euromoney Books

Nestor House.

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econornetrics. Four Edition. New

York. MeGraw

Ikatan Ahli Ekonomi Isiam Indonesia. 2005, Proceedings of

International Serninar on Islamic EconomiesAs a Solution.

Medan.

Irsadunas. 2004. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Mernengaruhi Posisi Outstanding SWBI. Thesis.

Page 14: dosen.univpancasila.ac.iddosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · 2018. 11. 5. · Penggunaan Variabel Instrumen Moneter Syariah untuk menganalisis Kinerja Perbankan Syariah SRI

Akunitabilitas WIDYASTUTI & ANWAR 112

Jensen, GR and Mercer, JM. 2002. Monetary Policy And The

Cross-Section Of Expected Stock Return. Journal

ofFinancial Research.Vol 18

Karim, Adiwarman Azwar. 2002. Ekonomi Islam Suatu

Kajian Ekonomi Makro. Jakarta. The Internationa I

Institute of Islamic Thought Indonesia

Kahf, Monzer. 1995. Ekonomi Lslarn. Telaah Kritik terhadap Fungsi

Sistem Ekonomi Islam. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Lori, Giulia et aL 2004. Systemic Risk on The Interbank

Market. Kings Colteae Strand. London.

Muhammad. 2002. Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam

Ekonomi Islami. Jakarta. Penerhit Salemba Empat.

Molyneux, P & Thornton. 1992. Determinant of European Bank

Profitability A Note. Journal Banking And Finance.

Vol 16

Pangemanan, A. 2001. Pengaruh Kondisi Moneter

terhadap Value Effect & Small Firrn Effect di Bursa Efek

Jakarta. Journal Manajemen Indonesia.

Pramuharjo. 2005. Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap Kinerja

Perbankan Syariah. Tesis. PSTTT-Ul.

Sekaran. Uma. 2000. Research Methods for Business. A

Skill Building Approach. Four Edition. United State

ofAmerica. John Wiley & Sons. Inc.

Thantawi, T. Rifqy. 2005. Pengaruh Kebijakan Bonus

SWBI dan Penjaminan Pernerintah terhadap Tingkat Imbalan

Pasar Uang.kntar Bank berdasarkan Prinsip Syariah di I

ndonesia. Tesis. PSTTI-Ul.

Titman and Warga. 1989. Stoct Return As Predictors Of

Interest Rates And Inflation. Journal Of Financial

And Qziantitive Analysis. Vol 24

Wagner. Wolf, 2005. The Liquidity of Bank Assets And

Banking Stability. University of Cambrige. United

Kingdom.

Zarqa. Mohammad Anas. 1992. Lectures on Islamic

Economics. Methodolgy of Islamic Economics.

Jeddah. Islamic Research And Training Institute

Islamic Development Bank.