Dormansi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi , cari Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku dorman adalah kuncup . PENYEBAB TERJADINYA DORMANSI Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh : Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air. Proses respirasi tertekan / terhambat. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan. Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DormansiDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku dorman adalah kuncup.
PENYEBAB TERJADINYA DORMANSI
Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh :
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
Proses respirasi tertekan / terhambat.
Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
Innate dormansi (dormansi primer)
Induced dormansi (dormansi sekunder)
Enforced dormansi
Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
Dormansi Fisik, dan
Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh
Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :
Immaturity Embrio
Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
After ripening
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
Dormansi Sekunder
Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.
Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll.
Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling.
Cara praktis meme-cahkan dormansi pada benih tanaman pangan.
Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.
Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :
Dengan perlakuan mekanis.
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.
Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.
Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
Dormansi yaitu peristiwa dimana benih mengalami masa istirahat (Dorman). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya (Elisa, 2009).
Praktikum Dormansi dilakukan dengan menanam biji kelengkeng yang sebelumnya diberi berbagai perlakuan fisik dan kimia. Perlakuan fisik dan kimia yang dilakukan antara lain pengamplasan biji, perendaman biji dalam air selama 20 jam, perendaman biji dalam asam sulfat selama 15 menit, 20 menit dan 25 menit. Biji kelengkeng ditanam pada media tanah kemudian diamati selama 14 hari berapa banyak biji yang berkecambah. Perlakuan yang dilakukan diharapkan dapat mematahkan fase dorman yang dilakukan oleh biji.
Permasalahan pada praktikum ini adalah bagaimana mematahkan dormansi biji berkulit keras dengan perlakuan fisik dan kimia.
Praktikum ini bertujuan untuk mematahkan dormansi biji berkulit keras dengan perlakuan fisik dan kimia.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biji
Biji dibentuk dengan adanya perkembangan bakal biji. Biji masak terdiri dari 3 bagian yaitu embrio, endosperm (hasil pembuahan ganda), dan kulit biji yang dibentuk oleh dinding bakal biji termasuk kedua integumennya. Embrio adalah sporofit muda yang tidak segera melanjutkan pertumbuhannya, melainkan memasuki masa dorman. Saat itu biasanya embrio tahan stres. Embrio senantiasa diiringi cadangan makanan baik organik maupun anorganik yang berada disekeliling embrio atau di dalam jaringannya sendiri. Kulit biji atau testa bersifat tahan atau kadang-kadang memiliki
permukaan yang memudahkan penyebarannya oleh angin. Biji mampu bertahan pada lingkungan yang keras. Cadangan makanan dalam biji menunjang sporofit muda yang muncul dari biji yang berkecambah sampai mampu berfotosintesis. Sebab itu, penyimpanan cadangan makanan merupakan salah satuu fungsi utama biji. Penyimpanan makanan terutama dilakukan di luar embrio, yakni dalam endosperm atau perisperm. Endosperm dibentuk oleh hasil pembelahan penyatuan inti sel jantan dengan inti sel sentral. Perisperm merupakan jaringan nuselus yang menyimpan cadangan makanan. Namun, dibanyak tumbuhan dikotil, kredua jenis jaringan tersebut hidup singkat saja dan amkana diserap oleh embrio yang sedang berkembang sebelumbiji memasuki masa istirahat. Dalam hal itu, makanan disimpan dalam tubuh embrio, yakni dalam keping bijinya (Estiti, 1995).
2.2 pengertian dormansi
Dormansi adalah peristiwa dimana benih atau biji mengalami masa istirahat (Dorman). Selanjutnya didefinisikan bahwa Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan (Anonim, 2009). Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Elisa, 2009)
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi
§ Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
§ Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
§ b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
§ Mekanisme fisik
Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:
- mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
- fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
- kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
· Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:
- Fotodormansi: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
- Embrio yang belum masak: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang
- thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
- jika kulit dikupas, embrio tumbuh
- embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
- embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
- perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
- akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
2.3 Teknik Pematahan Dormansi Biji
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Abdi, 2008).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis (Elisa, 2009).Hartmann (1997) dalam Elisa (2009) mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya. Dengan perlakuan mekanis, diantaranya yaitu dengan Skarifikasi (Abdi, 2008).
Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus.Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas(Abdi, 2008).
Dengan perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
Perendaman dengan air panas merupakan salah satu cara memecahkan masa dormansi benih. HCL adalah salah satu bahan kimia yang dapat mengatasi masalah dormansi pada benih
Perlakuan dengan suhu.
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
Perlakuan dengan cahaya.
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
(Abdi, 2008)
2.4 Perkecambahan Biji
Perkecambahan biji tergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan
nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh (Campbell, 2002).
Organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah adalah radikula, yaitu akar embrionik. Berikutnya, ujung tunas harus menembus permukaan tanah. Pada kacang ladang dan banyak tumbuhan dikotil lainnya, hipokotil akan membentuk seperti suatu kait, dan pertumbuhan akan mendorong kait itu ke atas permukaan tanah (Campbell, 2002).
2.5 Sifat Bahan
2.5.1 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Anonim, 2009).
Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air (Anonim, 2009).
2.5.2 Asam Klorida
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl). Asam klorida adalah asam kuat. Senyawa ini juga digunakan secara luas dalam industri. Ciri-ciri fisik asam klorida, seperti titik didih, titik leleh, kepadatan, dan pH tergantung dari konsentrasi atau molarity dari HCl di dalam larutan asam. Aneka perbedaan cirinya dapat mirip seperti air pada konsentrasi mendekati 0% ke nilai setingkat asam klorida yang menguap pada konsentrasi lebih dari 40% (Anonim, 2009).
METODOLOGI
Alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya adalah bekas botol air mineral 1.5 liter yang telah dibuka setengah permukaanya, media tanam berupa pasir
atau tanah dan kertas atau alat gosok (amplas atau gerinda). Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah biji kelengkeng, aquades dan H2SO4..
Cara kerja pada percobaan ini yaitu disiapkan bak perkecambahan yang diisi dengan tanah. Kemudian disediakan biji lengkeng sebanyak 25 biji. Masing – masing biji diberi perlakuan yang berbeda. 5 biji direndam dalam aquadest ± 20 menit, dikikir 5 biji dengan kertas ampelas hingga kulit menipis dan hilang, direndam 5 biji dengan larutan H2SO4
pekat selama 20 menit, direndam 5 biji dengan larutan H2SO4 pekat
selama 15 menit, dan direndam 5 biji dengan larutan H2SO4 pekat selama 20 menit.
Setelah semua biji selesai direndam, biji tersebut ditanam dibak perkecambahan yang telah diisi tanah dan diberi label sesuai perlakuan. Setiap hari diamati persentase perkecambahan dan panjang radikula selama 14 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Pengamatan
No
.
Perlakuan Pengamatan
1 Diambil 25 biji
lengkeng dan
dibagi dalam 5
kelompok,
masing-
masing terdiri
dari 5 biji
Biji lengkeng
berkulit hitam
mengkilat dan
lumayan tebal
2. Kelompok I :
biji dihilangkan
kulitnya
dengan
diamplas
secara halus
dan dicuci.
Kulit biji menipis
3. Kelompok II :
biji direndam
dengan air
aquades
selama 20
menit.
4. Kelompok III :
biji rambutan
direndam
dalam asam
sulfat selama
10 menit
kemudian
ditanam di
tanah.
5. Kelompok IV :
biji rambutan
direndam
dalam asam
sulfat selama
15 menit
kemudian
ditanam di
tanah.
6. Kelompok V :
biji rambutan
direndam
dalam asam
sulfat selama
20 menit.
7. Semua biji
yang telah
diberi
perlakuan
ditanam di
tanah dalam
wadah botol
aqua 1.5 liter
8. Diamati dan
dihitung
banyak-nya biji
yang
berkecam-bah
serta diukur
panjang
radikula
selama 14
hari
TABEL PENGAMATAN
Hari pengamata
Jumlah Biji Berkecambah Untuk Kelompok
n Keterangan
I II III IV V
1 0 0 0 0 0 Belum tumbuh semua
2 0 0 0 0 0 Belum tumbuh semua
3 0 0 0 0 0 Belum tumbuh semua
4 0 2 0 0 0 Kel II tumbuh
5 2 5 0 0 0 Kel I dan II tumbuh
6 2 5 0 0 0 Kel I dan II tumbuh
7 2 5 0 0 0 Kel I dan II tumbuh
8 2 5 0 0 0 Kel I dan II terus tumbuh
9 2 5 0 0 0 Kel I dan II terus tumbuh
10 2 5 0 0 0 Kel I dan II terus tumbuh
11 2 5 0 0 0 Kel I dan II terus tumbuh
12 2 3 0 0 0 Kel I dan II terus tumbuh
13 2 3 0 0 0 Kel I dan II terus tumbuh
14 2 3 0 0 0 Kel I dan II terus tumbuh
Data Panjang Pertumbuhan Biji
Hari pengamatan
Panjang Pertumbuhan Biji (cm)
I II III IV V
1 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0
4 0 2,1.2,0.5,0,1.5
0 0 0
5 0,0,1.3,1.9,0 2.3,2,1.8,1,2 0 0 0
6 0,0,1.3,2.2,0 2.6,2.2, 1.8, 1, 2
0 0 0
7 0,0,1.3,2.6,0 2.8,2.2, 1.8, 1, 2
0 0 0
8 0,0,1.3,2.7,0 3.3,2.4, 1.8, 1, 2
0 0 0
9 0,0,1.3,2.9,0 3.5,2.5, 1.8, 1, 2
0 0 0
10 0,0,1.3,3.1,0 3.8,2.5, 1.8, 1, 2
0 0 0
11 0,0,1.3,3.4,0 4,2.7, 1.8, 1, 2
0 0 0
12 0,0,1.3,3.8,0 4.2,2.9, 1.8, 1, 2
0 0 0
13 0,0,1.3,4,0 4.8,3.6,0,0, 2 0 0 0
14 0,0,1.3,4.5,0 5.4,4.1,0,0, 2 0 0 0
PEMBAHASAN
Pratikum ini bertujuan untuk mematahkan dormansi biji berkulit keras dengan perlakuan fisik dan kimia.Perlakuan yang dilakukan antara lain menyediakan biji kelengkeng sebanyak 25 buah. Biji tersebut, dibagi menjadi lima kelompok masing-masing 5 biji. Lima kelompok ini akan diperlakukan secara berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan dan mengetahui cara pematahan dormansi yang baik dan tepat untuk biji nangka. Perlakuan pertama,biji direndam 20 menit air hal ini dilakukan sebagai kontrol,yang kedua kulit biji diamplas dengan menggunakan kertas amplas pada bagian yang tidak ada lembaganya.Lembaganya tidak boleh terkena amplas karena dapat menyebabkan biji tidak tumbuh,cara ini disebut skarifiksi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas. Perlakuan ketiga, biji direndam dalam H2SO4 selama 10 menit. Perlakuan keempat, biji direndam dalam H2SO4 selama 15 menit. Perlakuan kelima, biji direndam dalam H2SO4 selama 20 menit..
Perendaman dengan H2SO4 merupakan perlakuan kimia. Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA) (Abdi, 2008).
Perlakuan yang terakhir yaitu dengan direndam dalam aquades selama 20 menit. Perendaman aquades bertujuan perpindahan secara osmotik. Perpindahan osmotik ini terjadi akibat adanya perbedaan potensial air, yaitu dari potensial air yang tinggi ke potensial air yang rendah. Perlakuan merendam biji di dalam air yaitu mengkondisikan daerah di luar biji potensial airnya tinggi, sedangkan potensial air di dalam biji sendiri rendah. Maka akan terjadi perpindahan osmosis dari potensial air tinggi ke potensial rendah. Perpindahan ini akan mengakibatkan lapisan kulit biji yang bersifat keras akan lembek, sehingga yang semula biji tidak bisa berkecambah akibat terhalang lapisan kulit biji yang keras akan bisa melakukan fase differensiasi dan fase tumbuh. Perkecambahan biji tergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan juga memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Enzim-enzim akan mulai mencerna bahan-bahan yang disimpan pada endosperma atau kotiledon, dan nutrien-nutriennya dipindahkan ke bagian embrio yang sedang tumbuh (Campbell, 2002).
Kemudian biji-biji tersebut ditanam diatas tanah dengan menggunakan botol plastik yang telah dipotong bagian samping botol. Biji diletakkan diatas tanah dengan lembaga dibagian atas
agar lembaga dapat tumbuh dengan baik dan mendapat cukup sinar matahari, air dan temperatur. Biji diletakkan didalam medium dengan sedikit tertanam diatas tanah. Jaraknya diatur sehingga tidak berdempetan agar tidak terjadi persaingan terlalu ketat antar biji sehingga unsur hara dan air dapat terbagi dengan rata. Tanah yang digunakan untuk menanam merupakan campuran antara tanah dan pasir. Tanah yang digunakan harus kaya akan unsur hara,karena unsur hara nantinya akan dibutuhkan untuk pertumbuhan biji sebagai nutrisi.Sedangkan penambahan pasir berfungsi untuk mempermudah peresapan air didalam tanah,karena pori-pori pasir lebih besar daripada tanah. Tanah dan pasir dicampur dengan perbandingan seimbang yaitu 1:1. Hal ini dikarenakan agar komposisi tanah tidak didominasi oleh pasir,terlalu banyak pasir dapat menyebabkan air tidak tersimpan,air akan lewat begitu saja hingga kedasar botol karena air tidak akan terikat oleh partikel-partikel tanah yang ada dipermukaan tanah tempat biji berada. Akibatnya akan menggangu proses pematahan dormansi. Bagian dasar botol diberi lubang-lubang kecil untuk mengeluarkan air yang berlebih dan untuk pertukaran O2 dalam tanah. Lubang tidak boleh terlalu besar karena air akan keluar dengan sangat banyak sehingga kondisi tanah menjadi kering. Begitu juga sebaliknya lubang tidak terlalu kecil karena kelebihan air tidak dapat keluar sehinnga dapat menyebabkab kebusukan pada biji.Kemudian biji dan tanah disiram dengan air secukupnya. Hal ini merupakan perlakuan awal untuk proses perkecamabahan. Dengan masuknya air kedalam biji akan mempercepat proses pengaktifan enzim dan memulai proses metabolisme. Pertumbuhan biji diamati selama 14 hari dan dilakukan penyiraman apabila tanahnya kering.
Tipe biji yang digunakan dalam praktikum ini yakni dikotil(berkeping dua) dan tipe perkecambahannya hipogeal.Proses perkecambahan biji dibagi dalam 4 tahap, yaitu (1) hidrasi atau imbibisi yakni proses masuknya air ke dalam embrio dan membasahi protein atau koloid lain, (2) pembentukan atau pengaktifan enzim yang mengaktifkan proses metabolik, (3) pemanjangan radikula diikuti radikel kulit biji dan (4) pertumbuhan kecambah melalui pembelahan, pembesaran dan diferensiasi sel-sel meristem(Salisbury, 1995).
Hasil dari praktikum terlihat bahwa jumlah biji yang tumbuh adalah sebanyak 2 biji, sedangkan 3 biji yang lain tidak tumbuh. Hal ini dapat disebabkan karena proses pengampelasan yang terlalu keras dan menyebabkan daerah endoderm ikut terkelupas, sehingga faktor penunjang perkecambahan juga ikut hilang.
Pada perlakuan biji yang di ampelas didapatkan perkecambahan biji dengan batang yang tumbuh paling tinggi. Pengamatan hari ke-14 diukur panjang batang tertinggi yaitu 4.5 cm. Dan pada perlakuan perendaman dalam air semua biji dapat tumbuh dengan cepat walaupun pada akhirnya ada beberapa biji yang terhambat pertumbuhannya dan kering. Hal ini dimungkinkan karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung, misalnya kelembapan yang kurang, intensitas air terlalu sedikit, dan sebagainya. Sedangkan pada perendaman dalam H2SO4 menunjukkan biji tidak ada yang tumbuh baik pada biji dengan perlakuan 10 menit, 15 menit ataupun 20 menit. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan antara bahan pematah dormansi dengan struktur biji. Bahan pematah dormansi yang digunakan adalah asam sulfat pekat, sifat zat ini sangat keras, bisa mereduksi lapisan bahan dengan cepat. Sedangkan struktur biji lengkeng tidak terlalu keras, kecenderungan terjadinya pembusukan pada biji lengkeng yang direndam dengan asam sulfat sangat besar. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini tidak ada biji yang tumbuh dengan perlakuan kimia. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini yakni dormansi merupakan peristiwa dimana benih mengalami masa istirahat (dorman).cara mematahkan dormansi biji berkulit keras dengan perlakuan fisik dan kimia ada beberapa cara .Cara fisik misalnya diamplas sedangkan cara kimia diberi larutan sam kuat misalnya H2SO4. Pada biji dengan perlakuan diamplas diperoleh hasil pertumbuhan yang tertinggi yaitu 4.5 cm. Dan pada biji yang direndam dalam air tanaman yang tertinggi adalah tingginya 5.4 cm. Sedangkan semua biji yang di rendam dalam H2S04 tidak ada yang tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi. 2008. Dormansi Pada Benih Tanaman Pangan Dan Cara Praktis Membangkitkannya. Diakses dari http://www.tanindo.com/abdi5/hal0401.htm. pada tanggal 28 Nopember 2010 pukul 20.20 WIB
Anonim. 2008. Perkecambahan tanaman. Diakses dari http://www.freewebs.com/irwantoshut/shorea_montigena.pdf. pada tanggal 28 Nopember 2010 pukul 19.45 WIB
Campbell, Neil A. 2002. Biologi Jilid 2. Erlangga : Jakarta
Elisa. 2009. Dormansi. Diakses dari http://elisa.ugm.ac.id/files/yeni_wn_ratna/6L4WiASR/III-
dormansi.doc. pada tanggal 28 Nopember 2010 pukul 20.00 WIB
tanaman .html pada tanggal 28 Nopember 2010 pukul 20.10 WIB
Salisbury, Frank B dan Cleon Wross. 1985. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB Bandung
Artikel TerkaitMy Green
4 Unsur Alam, 4 Anugerah Alam, 4 Kata untuk Alam "Tangisan Untuk Bumi Pertiwi". Penghijauan Butuh "TRANSPIRASI". Penuaan dan Pengguguran pada Tumbuhan. Saya hidup tak lain untuk merawatmu "BUMI"..!!!
kebetulan terjadi. Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai
beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya (Anonim, 2010).
Faktor-faktor yang menyebabakan hilangnya dormansi pada benih sangat bervariasi tergantung pada
jenis tanaman dan tentun saja tipe dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah di
musim dingin, perubahan temperature yang silih berganti, menipisnya kudlit biji, hilangnya kemampuan
untuk menghasilkan zat-zat penghambat perkecambahan dan adanya kegiatan dari mikroorganisme (Sutopo,
1993).
D. Bahan dan Alat Praktikum
1. Alat Praktikum :
- Gunting atau potong kuku
- Kertas amplas
- Stopwatch
- Panci alumunium
- Kompor listrik
- Beaker gelas
- Cawan petri
2. Bahan Praktikum:
- Kertas merang
- Benih sengon
- Larutan H2SO4
- Larutan HCl
- Air panas 30ᵒC
- Air panas 60ᵒC
E. Cara Kerja
1. Perlakuan Mekanis
a. Contoh uji berupa benih sengon disiapkan sebanyak 75 butir untuk setiap perlakuan.
b. Pada setiap benih dilakukan pengguntingan pada bagian ujung kulit benih (clipping) dengan menggunakan
gunting kuku dan pengikisan kulit biji (scratching) dengan menggunakan kertas amplas.
c. Benih dengan kedua perlakuan diuji daya kecambah dengan metode UDK (Uji Diatas Kertas). Masing-
masing perlakuan diuji menggunakan 3 ulangan.
d. Pengamatan dilakukan setelah seminggu kemudian.
2. Perlakuan Perendaman
a. Contoh uji berupa benih sengon disiapkan sebanyak 75 butir untuk setiap perlakuan.
b. Perlakuan perendaman menggunakan 4 jenis larutan dan air panas pada suhu 30o dan 60o. Larutan yang
digunakan adalah larutan, H2SO4, dan HCl.
c. Sebanyak 25 butir benih direndam dalam tiap larutan selama 5 menit.
d. Jumlah yang sama juga direndam dalam air panas pada suhu yang telah ditentukan dengan cara memasukkan
benih ke dalam kantong kemudian direndam dalam air panas tersebut selama 10 menit.
e. Benih dengan semua perlakuan perendaman diuji daya kecambah dengan metode UDK menggunakan 3
ulangan.
f. Pengamatan dilakukan seminggu kemudian.
F. Hasil Pengamatan
Klp Jenis Perlakuan Ulangan Tumbuh Tidak Tumbuh
1 Pemotongan 1 17 8
2 21 4
3 16 9
2 Pengamplasan 1 23 2
2 24 1
3 25 0
3 Air panas 30ᵒC 1 12 13
2 11 14
3 16 9
4 Air Panas 60ᵒC 1 14 11
2 14 11
3 9 16
5 H2SO4 1 3 22
2 6 19
3 7 18
6 Kontrol 1 8 17
2 8 17
3 5 20
7 HCL 1 7 18
2 6 19
3 11 14
G. Pembahasan
Dormansi merupakan kondisi benih yang dapat bersifat menguntungkan atau merugikan bagi
pengguna benih tersebut. Ia akan menguntungkan apabila benih tersebut akan disimpan dalam waktu yang
lama atau waktu pemakaiannya masih lama, sehingga dengan adanya dormansi maka benih tersebut akan
dapat bertahan sampai saat ia akan ditanam dan kemampuan berkecambah atau berkembang masih ada.
Sedangkan kerugian dirasakan oleh para petani atau pengguna benih dengan adanya dormansi ini adalah saat
mereka akan menanam benih tersebut, ternyata benih yang bersangkutan masih dalam keadaan dormansi.
Tetapi hal ini dapat diatasi dengan memberikan perlakuan tertentu pada benih tersebut. Hal inilah yang
dipraktikkan dalam praktikum kali ini.
Praktikum kali ini membahas mengenai pemecahan dormansi benih. Ada beberapa perlakuan yang
dicobakan. Hasil dari setiap perlakuan tersebut seminggu setelah pemberian perlakuan dapat dilihat pada
tabel hasil pengamatan. Dari tabel tersebut dapat diketahui perlakuan yang dapat mempercepat proses
dormansi benih.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan dengan cara pengamplasan dapat memberikan hasil
yang paling baik dalam mematahkan dormansi benih dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini
diketahui dari jumlah benih yang berkecambah dan tumbuh normal.
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa cara mematahkan
dormansi benih yang paling baik adalah dengan pengamplasan, karena perlakuan ini menunjukkan hasil
berupa jumlah benih berkecambah paling banyak dan pertumbuhannya normal
Sebab-sebab Dormansi pada Biji
Ada beberapa penyebab terjadinya dormansi pada biji tanaman. Penyebab-penyebab tersebut
seperti dijelaskan sebagai berikut:
1. Embrio yang belum berkembang
Benih dengan pertumbuhan embrio yang belum berkembang pada saat penyebaran tidak akan
dapat berkecambah pada kondisi perkecambahan normal dan karenanya tergolong kategori
dorman yang disebut dengan dormansi morfologis. Ini perlu dibedakan dari embrio yang
belum masak karena pengunduhan yang terlalu awal walaupun perbedaannya tidak selalu jelas
dan metode perlakuan awalnya serupa, contoh pada benih Arecaceae (palm) Ginko biloba. Agar
terjadi perkecambahan, embrio harus tumbuh maksimal, ini dimungkinkan oleh perlakuan
lembab dan panas yang disebut after ripening. Dormansi yang disebabkan oleh embrio yang
belum masak seringkali bercampur dengan tipe dormansi lainnya, misalnya dormansi suhu pada
Fraxinus spp.
2. Dormansi mekanis
Dormansi ini menunjukkan kondisi di mana pertumbuhan embrio secara fisik dihalangi karena
struktur penutup yang keras. Imbibisi dapat terjadi namun radikula tidak dapat membelah atau
menembus penutupnya (buah atau bagian buah). Hampir semua benih dormansi mekanis
mengalami keterbatasan dalam penyerapan air.
Dormansi mekanis umumnya dijumpai pada beberapa genera tropis dan subtropis seperti:
Pterocarpus (P. indicus, P. Angolensis, dll), Terminalia (T. brownie, T. tomentosa, T. superba)
dan Melia (Melia volkensis), Eucalyptus delegatensis dan E. pauciflora.
3. Dormansi fisik
Dormansi fisik disebabkan oleh kulit buah yang keras dan impermeable atau kulit penutup buah
yang menghalangi imbibisi dan pertukaran gas. Fenomena ini sering disebut sebagai benih keras,
meskipun istilah ini biasanya digunakan untuk benih Leguminosae yang kedap air.Selain itu
dormansi ini juga ditemui pada beberapa anggota famili Myrtaceae (Eucalyptus dan Malaleuca),
Cupressaceae (Juniperus procera) dan Pinaceae (Pinus spp). Dormansi ini disebabkan pericarp
atau bagian pericarpnya. Dormansi ini paling umum ditemukan di daerah tropis khususnya daerah
arid.
4.Zat-zat penghambat
Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah
perkecambahan, misalnya dengan menghalangi proses metabolisme yang diperlukan untuk
perkecambahan. Gula dan zat lain dalam buah berdaging mencegah perkecambahan karena
tekanan osmose yang menghalangi penyerapan. Selain gula banyak buah yang mengandung
senyawa penghambat seperti coumarin
5. Dormansi cahaya
Sebagian besar benih dengan dormansi cahaya hanya berkecambah pada kondisi terang
sehingga benih tersebut disebut peka cahaya. Dormansi cahaya umumnya ditemui pada pohon-
pohon pionir. Ini dikendalikan melalui mekanisme phytochrome biokimia. Phytochrome muncul
dalam dua bentuk Pr dan Pfr (r berarti merah/red, dan fr berarti merah jauh/far red) yang dapat
dirubah secara bolak balik melalui radiasi dengan panjang gelombang berbeda.
Perkecambahan ditentukan berdasarkan jumlah Pfr terhadap jumlah total phytochrome.
Phytochrome dalam bentuk Pr menghambat perkecambahan, sedangkan Pfr memungkinkan
terjadinya perkecambahan. Benih dorman memiliki jumlah Pr yang sangat banyak, pada benih
yang tidak dorman phytochrome muncul terutama dalam bentuk Pfr.
6. Dormansi suhu
Dormansi ini mencakup semua tipe dormansi di mana suhu berperan dalam perkembangan atau
pelepasan dormansi. Benih dengan dormansi suhu sering memerlukan suhu yang berbeda
dengan yang diperlukan untuk proses perkecambahan. Dormansi ini ditemui pada kebanyakan
jenis beriklim sedang, seperti Fagus, Quercus, Pinus, Abies, dan beberapa jenis tropis dataran
tinggi seperti Pinus dan Eucalyptus. Benih ini memerlukan perlakuan dingin dan lembab untuk
mematahkan dormansi yang disebut chilling. Eucalyptus dataran tinggi (alpin) seperti E.
delegatensis, E. pauciflora dan E. glaucescens memerlukan perlakuan pendahuluan lembab dingin
untuk mengatasi dormansi.
7. Dormansi gabungan
Bila dua atau lebih tipe dormansi ada dalam jenis yang sama, dormansi harus dipatahkan baik
melalui metode beruntun yang bekerja pada tipe dormansi yang berbeda atau melalui metode
dengan pengaruh ganda. Ini biasa diterapkan pada kombinasi dormansi fisik dan mekanis. Bila
dua tipe dormansi terjadi bersama, beberapa metode yang bertujuan mematahkan dormansi
fisik juga dijalankan pada dormansi mekanis
DORMANSI BENIH PENDAHULUAN Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup, tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan, bagi suatu perkecambahan.(Sutopo L. 2002) Beberapa faktor penyebab terjadinya dormansi adalah: 1. Rendahnya/tidak adanya proses imbibisi
2. Proses respirasi terhambat
3. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
Macam-macam Dormansi: 1. Dormasi Fisik
a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air.
Tipe dormansi ini disebut sebagai “benih keras”. b. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio.
Beberapa jenis biji tetap berada dalam keadaan dorman disebabkan oleh kulit bijinya yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan dari embrio. c. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas.
2. Dormansi Fisiologis
1. Immaturity embrio.
Beberapa jenis tanaman mempunyai biji dimana perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya. 2. After ripening.
Sering pula didapati benih gagal berkecambah walaupun embrio telah terbentuk sempurna dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk berkecambah.
3. Dormansi sekunder.
Benih-benih pada keadaan normal mampu berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat kehilangan kemampuan untuk berkacambah. 4. Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolisme pada embrio. Contohnya, keperluan akan cahaya.
MACAM-MACAM PERLAKUAN PEMECAHAN DORMANSI: 1. Skarifikasi : pelukaan terhadap kulit biji.
2. Stratifikasi : perendaman (air panas).
3. Kimia : penggunaan bahan kimia seperti KNO3, HCl, H2SO4, dan lain-lain.
Kodrat A24090009Ignatius Hari Tri P. A24090070Fita Lita Ramadiani A24090143Nursil Ocsanari A24090147Kartika Ratna Sari A24090157Syaidatul Rosidah A24090176Hanifah Nurhafizhah G24090055Iif Miftahul Ihsan G24090056Nanda Febyana H34090043Anggi Lesmana Sukaryo H34090056Achmad Fachruddin H34090130
Asisten Praktikum:Nazima Maulidya A24070087
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURAFAKULTAS PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR2011
BAB IPENDAHULUANLatar Belakang Dormasi benih merupakan suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah walaupun ditanam dalam kondisi yang optimum. Beberapa keuntungan sifat dormansi pada benih antara lain mekanisme mempertahankan hidup, mencegah terjadinya perkecambahan di lapangan, dan pada beberapa spesies lebih tahan dalam penyimpanan. Namun dormansi dapat menjadi masalah karena saat konsumen benih akan menanam benih yang masih dorman tidak tumbuh dengan seragam, selain itu juga mengacaukan interpretasi dalam pengujian benih.Dormansi benih disebabkan oleh faktor fisik dan fisiologi. Faktor fisiologi contohnya embrio rudimenter, keseimbangan hormonal, dan fenomena after-ripening. Fenomena after-ripening terjadi pada benih padi yaitu keadaan di mana benih tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Faktor fisik meliputi impermeable terhadap air dan gas, kulit benih tebal dan keras, benih mengandung inhibitor, dan adanya penghambatan mekanik. Metode pematahan dormansi yang efektif dibedakan berdasarkan penyebabnya, sebab metode yang satu belum tentu bisa digunakan untuk metode pematahan dormansi penyebab yang lain. Metode pematahan dormansi yang disebabkan faktor fisik adalah skarifikasi yaitu pelukaaan kulit benih agar air dan nutrisi bisa masuk ke dalam benih. Sedangkan pematahan dormansi faktor fisiologis pada kasus after-ripening adalah dengan perendaman dengan senyawa kimia tertentu.Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pematahan dormansi yang tepat pada kasus dormansi fisiologi (salah satunya after-ripening) dan dormansi fisik.
BAB IITINJAUAN PUSTAKABenih merupakan komponen teknologi kimiawi biologis pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan. Benih dari segi teknologi diartikan sebagai organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi . Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo 2002).Kemampuan benih untuk menunda perkecambahan sampai waktu dan tempat yang tepat adalah mekanisme pertahanan hidup yang penting dalam tanaman. Dormansi benih diturunkan secara genetik, dan merupakan cara tanaman agar dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Intensitas dormansi dipengaruhi oleh lingkungan selama perkembangan benih. Lamanya (persistensi) dormansi dan mekanisme dormansi berbeda antarspesies, dan antarvarietas. Dormansi pada spesies tertentu mengakibatkan benih tidak berkecambah di dalam tanah selama beberapa tahun. Hal ini menjelaskan keberadaan tanaman yang tidak diinginkan (gulma) di lahan pertanian yang ditanami secara rutin.Beberapa mekanisme dormansi terjadi pada benih baik fisik maupun fisiologi, termasuk dormansi primer dan sekunder.Dormansi PrimerDormansi primer merupakan bentuk dormansi yang paling umum dan terdiri atas dua macam yaitu dormansi eksogen dan dormansi endogen. Dormansi eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting untuk perkecambahan (air, cahaya, suhu) tidak tersedia bagi benih sehingga gagal berkecambah. Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit benih (seed coat). Tetapi kondisi cahaya ideal dan stimulus lingkungan lainnya untuk perkecambahan mungkin tidak tersedia. Faktor-faktor penyebab dormansi eksogen adalah air, gas, dan hambatan mekanis. Benih yang impermeable terhadap air dikenal sebagai benih keras (hard seed). Metode pematahan dormansi eksogen yaitu: (1) Skarifikasi mekanis untuk menipiskan testa, pemanasan, pendinginan (chilling), perendaman dalam air mendidih, pergantian suhu drastic, namun tempertur tinggi jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, karena biasanya temperatur tinggi malah meningkatkan dormansi benih daripada memperbaiki perkecambahannya (Leopold & Kriedemann, 1975), (2) Skarifikasi kimia untuk mendegradasi testa, yaitu asam sulfat. Untuk testa yang mengandung senyawa tak larut air yang menghalangi masuknya air kebenih, maka pelarut organic seperti alcohol dan aseton dapat digunakan untuk melarutkan dan memindahkan senyawa tersebut sehingga benih dapat berkecambah (Soejadidan 2002). Dormansi endogen dapat dipatahkan dengan perubahan fisiologis seperti pemasakan embrio rudimenter, respon terhadap zat pengatu rtumbuh, perubahan suhu, ekspos ke cahaya. Menurut Bradbeer (1989), mekanisme dormansi dapat dibedakan pada dua lokasi yang berbeda, yaitu penutup embrio dan embrio. Dormansi yang disebabkan penutup embrio di antaranya pertukaran gas terhambat, penyerapan air terhambat, penghambatan mekanis, inhibitor di dalam penutup embrio dan kegagalan dalam memobilisasi cadangan makanan dari endosperma. Sementara dormansi embrio di antaranya
embrio belum berkembang dan berdiferensiasi pemblokiran sintesa asam nukleat dan protein kegagalan dalam memobilisasi cadangan makanan dari embrio defisiensi zat pengatur tumbuh adanya inhibitor.DormansiSekunderBenih non dorman dapat mengalami kondisi yang menyebabkannya menjadi dorman. Penyebabnya kemungkinan benih terekspos kondisi yang ideal untuk terjadinya perkecambahan kecuali satu yang tidak terpenuhi, misalnya saja perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan, sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas (Nutile dan Woostock, 1967). Dormansi sekunder dapat diinduksi oleh: (1) thermo (suhu), dikenal sebagai thermodormancy, (2) photo (cahaya), dikenal sebagai photodormancy, (3) skoto (kegelapan), dikenal sebagai skotodormancy, meskipun penyebab lain seperti kelebihan air, bahan kimia, dan gas bias juga terlibat. Mekanisme dormansi sekunder diduga karena: (1) terkena hambatan pada titik-titikk rusial dalam sekuens metabolic menuju perkecambahan, (2)ketidakseimbangan zat pemacu pertumbuhan versus zat penghambat pertumbuhan.Dormansi benih dapat dibagi kedalam beberapa klasifikasi diantaranya berdasarkan factor penyebabnya, mekanisme dormansi, dan berdaskan bentuk dormansi. Berdasarkan factor penyebab dormansi dibagi menjadi Imposed dormancy yaitu terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan yang tidak menguntungkan, dan Imnate dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri. Berdasarkan mekanismenya dibedakan menjadi mekanisme fisik dan mekanisme fisiologis. Sementara berdasarkan bentuk dormansi dibedakkan menjadi kulit biji impermeable terhadap air/O2, biji membutuhkan suhu rendah dan biji yang bersifat Light sensitive. BAB IIIBAHAN DAN METODEBahan yang diperlukan adalah benih padi yang baru dipanen, benih lamtoro pohon, 0.2 % KNO3, air panas (mendidih), aquades, kertas merang, plastik, label dan pasir.Teknik pematahan dormansi benih padi1. kontrol (P0)2. perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam (P1)3. perendaman dengan air selama 24 jam (P2).4. Setelah diberi perlakuan benih ditanam dengan metode UKDdp5. Pengamatan dilakukan setelah 1 minggu dengan menghitung daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimumTeknik pematahan dormansi benih lamtoro1. kontrol (P0)1. perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam (P1)2. Skarifikasi fisik yaitu dengan menggunting kulit benih pada posisi yang berlawanan dengan embrio (P2).3. Setelah diberi perlakuan benih ditanam dengan media pasir4. Pengamatan dilakukan setelah 1 minggu dengan menghitung daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum
PembahasanDormansi merupakan kondisi ketika benih tidak tumbuh meskipun diberi perlakuan media yang optimum. Dormansi dapat berupa dormansi fisik dan fisiologis. Dormansi fisik berupa kondisi fisik benih yang menyebabkan terhambatnya proses perkecambahan seperti tebalnya kulit benih. Doemansi fisiologis terjadi karena terhambatnya proses metabolisme benih seperti peristiwa embrio rudimenter, after ripening, dan keseimbangan hormonal. Peristiwa dormansi menimbulkan beberapa kerugian seperti pertumbuhan yang tidak serempak dan mengganggu ketepatan musim tanam. Untuk mengatasi hal itu ada beberapa mekanisme yang telah dikembangkan untuk mematahkan dormansi.Pematahan dormansi fisik seperti yang dilakukan pada benih lamtoro dilakukan dengan cara skarifikasi. Skarifikasi yaitu melukai kulit benih dengan cara memotong sepertiga bagian benih yang berlawanan dengan embrio. Akibat skarifikasi ini, air dapat masuk kedalam benih dan memicu proses imbibisi benih. Pematahan dormansi fisiologis dilakukan dengan merendam benih dalam larutan KNO3. Larutan KNO3 berfungsi untuk mengaktifkan kembali proses metabolisme benih, sehingga benih mampu berkecambah. Selain perlakuan KNO3, pematahan dormansi fisiologis dapat dilakukan dengan penyimpanan kering. Penyimpanan kering dilakukan terhadap benih yang mempunyai sifat after ripening. After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya. Peristiwa after ripening terjadi pada benih padi sehingga untuk menghasilkan benih padi dengan daya berkecambah yang tinggi harus dilakukan penyimpanan kering terlabih dahulu. Peristiwa after ripening padi umumnya terjadi selama 8 minggu. Hal ini dapat ditunjukan dengan hasil pengamatan pada benih padi yang mencapai daya berkecambah maksimum setalah penyimpanan kering selama 8 minggu. Untuk benih-benih yang mempunyai struktur kulit yang tidak begitu tebal, pematahan dormansi cukup dilakukan dengan merendam benih didalam air. Air tersebut berfungsi untuk melunakan kulit benih sehingga air mampu menembus sampai ke bagian embrio benih. Embrio benih yang terkena air akan terimbibisi dan berkecambah.Metode pamatahan dormansi yang lain dapat dilakukan dengan cara stratifikasi suhu rendah yang disebut cilling. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan hormon yang mengatur perkecambahan benih.Dari beberapa metode pematahan dormansi yang ada penggunaannya harus disesuaikan dengan peristwa dormansi agar perlakuan yang diberikan efektif dan efisien. Untuk dormansi fisik sebaiknya digunakan metode skarifikasi. Untuk dormansi fisiologis sebaiknya digunakan metode stratifikasi atau penyimpanan kering. Penggunaan metode yang sesuai akan memberi dampak keberhsilan yang lebih tinggi.Dormansi pada benih padi lebih efektif dipatahkan dengan cara penyimpanan kering karena sifatnya yang after ripening. Perlakuan KNO3 dan perendaman air tidak memberikan efek yang berbeda terhadap daya berkecambah benih. Daya berkecambah benih padi meningkat sejalan dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Hal ini membuktikan bahwa penyimpanan kering lebih efektif dibandingkan dengan metode yang lain.Pematahan dormansi pada benih lamtoro dalam percobaan dilakukan dengan perlakuan skarifikasi
dan KNO3. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan perlakuan skarifikasi, benih lamtoro mempunyai daya berkecambah yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa, untuk benih-benih dengan struktur kulit yang tebal dan keras seperti benih lamtoro perlakuan skarifikasi merupakan metode pematahan dormansi yang lebih efektif dibanding dengan metode yang lain. KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanDormansi benih merupakan masa tidak tumbuh benih segar. Benih tersebut membutuhkan waktu untuk tumbuh di lapang. Dormansi dapat dipatahkan dengan beberapa metode sesuai dengan peristiwa dormansi. Untuk dormansi fisik, metode pematahannya dapat dilakukan dengan cara skarifikasi. Dormansi fisiologis lebih efektif dipatahkan dengan metode stratifikasi atau penyimpanan kering. SaranPeristiwa dormansi dapat memberi manfaat dan juga kerugian bagi petani. Manfaat dari peristiwa dormansi ini yaitu memberikan masa penyimpanan untuk menyediakan cadangan bahan tanam untuk musim berikutnya. Kerugian dari peristiwa dormansi yaitu adanya kesalahan interpretasi dalam pengujian daya berkecambah, ketidak seragaman tumbuh benih, dan ketidak tepatan masa tanamn. Untuk mematahkan peristiwa dormansi diharapkan pelaku menggunakan metode yang sesuai dengan peristiwa dormansi yang terjadi pada benih sehingga perlakuannya lebih efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKABradbeer J.W. 1989. Seed Dormancy and Germination. Chapman & Hall, New York. 146p.Leopold, A.C. dan P.E. Kriedemann. 1975. Plant growth and development. New Delhi. Tata Mc. Graw Hill Book Co. Ltd. Nutile, G E, and Woodstock, L W. 1967. The influence of dormancy-inducing dessication treatments on the respiration and germination of Sorghum. Physiologia Plantarum, 20, 554–561.Soejadidan U.S. Nugraha. 2002. Pengaruh Perlakuan Pematahan Dormansi Terhadap Daya Berkecambah Padi, hal 155-162. Dalam E. Murniatiet al. (Eds.): IndustriBenih di Indonesia. Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB.291 hal.Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Jakarta: Raja Grafindo Persada
DORMANSI 2. DORMANSI I. PENGERTIAN DORMANSI II. PENYEBAB TERJADINYA DORMANSI
DORMANSIIII. CARA PRAKTIS MEMECAHKAN DORMANSI PADA BENIH TANAMAN PANGAN
3. DORMANSI Proses beristirahatnya suatu tanaman, bagian tanaman, atau jaringan walupunDORMANSI berada dalam kondisi pertumbuhan yang optimum untuk menunjukkan pertumbuhan sewajarnya.
4. DORMANSI Benih padi yang sudah Benih arenberkecambah dan sebagian masih dorman (inset)
5. PENYEBAB TERJADINYA DORMANSIBenih yang mengalami dormansi ditandai oleh : •1. Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air •2. Proses respirasi tertekan / terhambat •3. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan•4. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan
7. DORMANSI FISIK1. Impermeabilitas kulit biji terhadap air Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
8. DORMANSI FISIK2. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrioDisini kulit biji cukupkuat sehinggamenghalangipertumbuhan embrio.Jika kulit bijidihilangkan, makaembrio akan tumbuh Benih semangka tanpa biji dan alat untuk mematahkandengan segera. masa dormansinya
9. DORMANSI FISIK3. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
10. DORMANSI FISIKBenih kacang adalah benih sayur yang tidak kenal masa dormansinya
11. DORMANSI FISIOLOGIS1. Immaturity Embrio Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.2. After ripening Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dikatakan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
12. DORMANSI FISIOLOGIS3. Dormansi Sekunder Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang- kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.4. Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll. Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase.
CARA PRAKTIS MEMECAHKAN DORMANSI
PADA BENIH TANAMAN PANGAN
A. Dengan Perlakuan Mekanis
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara
Tujuan dari perlakuan mekanis seperti mengkikir/menggosok kulit ini adalah untuk biji dengan kertas amplas, melubangi melemahkan kulit kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji yang keras biji maupun dengan perlakuan sehingga lebih goncangan untuk benih-benih yang permeabel memiliki sumbat gabus. terhadap air atau gas.
B. Dengan Perlakuan Kimia
C. Perlakuan Perendaman dengan Air Tujuan dari perlakuan kimia Perlakuan perendaman di dalam adalah menjadikan agar kulit air panas dengan tujuan biji lebih mudah dimasuki air memudahkan penyerapan air oleh pada waktu proses imbibisi. benih. HCl adalah salah satu bahan Perendaman dengan air panas kimia yang dapat mengatasi merupakan salah satu cara masalah dormansi pada benih memecahkan masa dormansi ben
D. Perlakuan dengan suhu Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan- bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. E. Perlakuan dengan cahaya Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari
UPAYA PEMATAHAN DORMANSI BENIH KEMIRI
Percobaan tentang pengaruh suhu dan lama pengovenan terhadap viabilitas dan vigor benih
kemiri (Aleurites moluccana Wild) telah dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih,
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Ruangan Aklimatisasi Laboratorium Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Percobaan ini dilakukan dari bulan April sampai
Juli 2008. Tujuan percobaan ini adalah untuk mencari suhu dan lama pengovenan yang paling
sesuai untuk mematahkan dormansi benih kemiri. Percobaan disusun berdasarkan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan yang setiap faktor terdiri dari 3 taraf dan diulang 3
kali. Data hasil percobaan ini dianalisis menggunakan uji F. Sebagai faktor pertama adalah suhu
pengovenan yang terdiri dari 35'C, 45'C, 55'C, dan 65'C, sedangkan faktor kedua adalah lama