DOKUMEN AMDAL ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN KEGIATAN USAHA PENAMBANGAN GOLONGAN GALIAN C (PASIR dan BATU) PT. Puser Bumi Indonesia Graduate School of Environment Science Magister Program of Environmental Management Oleh: 1. Lighar Dwinda Prisbitari NIM: 13/354980/PMU/7905 2. Syampadzi Nurroh NIM: 13/354980/PMU/7908 3. Anwar Saimu NIM: 13/354980/PMU/7987 4. Mia Muthiany NIM: 13/354980/PMU/7998 5. Kartini NIM: 13/354980/PMU/7946 GRADUATE OF SCHOOL GADJAH MADA UNIVERSITY Y O G Y A K A R T A 2 0 1 4
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
2.1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun Andal .................................................... II-1 2.2. Uraian Rencana Usaha dan/atau Kegiatan .................................................... II-2 2.2. Alternatif-alternatif yang Dikaji dalam Andal ............................................... II-16
4.1. Dampak Penting yang Ditelaah .................................................................... IV-1 4.2. Evaluasi Dampak Potensial .......................................................................... IV-8 4.3. Hasil Proses Pelingkupan ........................................................................... IV-10 4.4. Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian ...................................................... IV-13 BAB V PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
5.1. Prakiraan Dampak Penting ............................................................................ V-1
5.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak .................................................................... V-3 BAB V EVALUASI DAMPAK PENTING
5.1. Pemilihan Alternatif Terbaik .......................................................................... VI-2
5.2. Telaah sebagai Dasar Pengelolaan .............................................................. VI-2 5.2. Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan ......................................... VI-12 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 132
Tabel 1.1. Undang-Undang terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta ................................. I-3 Tabel 1.2. Peraturan Pemerintah terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta ................................ I-4 Tabel 1.3. Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta .......... I-4 Tabel 1.4. Keputusan Terkait Lainnya dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di
Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yoyakarta ...................................................... I-5
Tabel 2.1. Tim Pelaksana Studi AMDAL ........................................................................... II-2
Tabel 2.2. Jumlah dan Kualikasi Tenaga Kerja Kegiatan Penambangan Galian Golongan C (pasir dan batu) PT. Puser Bumi Indonesia ................................. II-7 Tabel 3.1. Bentuklahan Wilayah Sleman ......................................................................... III-2
Tabel 3.2. Data curah hujan Stasiun Pakem .................................................................... III-4
Tabel 3.3. Data curah hujan Bulanan Stasiun Kaliurang ................................................ III-5
Tabel 3.4. Rata-rata Temperatur Rata-rata (oC) Di Kab. Sleman..................................... III-5
Tabel 3.5. Kualitas Udara Sekitar Rencana Penambangan PT. Puser Bumi Indonesia
di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman ...................................................... III-6
Tabel 3.6. Konversi ISPU menjadi Skala Kualitas Lingkungan ........................................ III-9
Tabel 3.7. Hasil Pengamatan Flora Darat di Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem ................................................................................. III-10 Tabel 3.8. Hasil Pengamatan Semak, Palm, Liana, dan Rumput di Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem .................................. III-11
Tabel 3.9. Jenis-jenis Fauna yang Ditemukan atau Terindikasi Hidup di Sekitar Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia ......................................................... III-12 Tabel 3.10. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan Tahun 2010 ................................................................... III-15
Tabel 3.11. Sektor Menurut Mata Pencaharian ............................................................... III-16
Tabel 3.12. Jumlah Penduduk Menurut kriteria bekerja dan tidak bekerja
di Kabupaten SlemanTahun 2010 ................................................................. III-17
Tabel 3.13. Data jumlah 10 besar penyakit di Wilayah Kerja Puskesma Pakem ............. III-19
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penampang Drainage Jalan Angkut ........................................................... II-11
Gambar 2.2. Penampang Atas Sedimen Pond. .............................................................. II-11
Gambar 2.3. Penampang melintang A – B Sediment Pond ............................................ II-11
Gambar 2.4. Penampang Jalan Angkut .......................................................................... II-13
Gambar 2.5. Tahap–tahap Kegiatan Penambangan ....................................................... II-14
Gambar 3.1. Batas lokasi wilayah kajian proyek. ............................................................. III-2
Gambar 3.2. Pola musim iklim di lokasi proyek ................................................................ III-4
Gambar 3.3. Model Plot Jalur Berpetak Pengamatan keragaman Vegetasi Pada Areal Izin Usaha Pertambangan Golongan Galian-C PT. Puser Bumi Indonesia ......................................................................... III-10 Gambar 3.4. Sebaran spatial sebaran kepadatan penduduk di Kabupaten Sleman .... III-14
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Curriculum Vitae Tim Penyusun Andal ...................................................... L - 1
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I - 1
BAB I.
PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan bahan bangunan seperti pasir dan batu dewasa ini meningkat seiring
dengan peningkatan teknologi dan kebutuhan pengembangan wilayah. Kegunaan pasir
digunakan untuk pengembangan perumahan, bahan bangunan maupun industri. Pesatnya
pembangunan di wilayah perkotaan sekitar Yogyakarta, Sleman, Muntilan, Magelang, Klaten,
Boyolali, Semarang dan sekitarnya menjadikan kebutuhan akan bahan bangunan berupa pasir
dan batu (Sirtu) yang termasuk Bahan Galian Golongan C sangat meningkat. Peraturan yang
tertuang dalam regulasi dan ketentuan dari pemerintah lebih detail tentang segala bentuk rencana
kegiatan pembangunan yang diprediksi akan memberikan dampak penting dan besar terhadap
lingkungan, termasuk kegiatan pertambangan mineral dengan segala bentuk kegiatan yang
terkait didalamnya adalah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2009 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan selanjutnya Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Mengacu pada perundang-undangan dan peraturan-peraturan tersebut, maka pihak
manajemen PT. Puser Bumi Indonesia yang merupakan perusahaan swasta bergerak di bidang
pertambangan umum merencanakan melakukan studi AMDAL atas rencana kegiatan pada areal
Izin Usaha Tambang Golongan Galian-C di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
dengan luas 100 ha, yang izin eksplorasinya telah dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan
Bupati Sleman Nomor :____________________________.
PT. Puser Bumi Indonesia merencanakan melakukan kegiatan eksploitasi yang
diharapkan kegiatan tersebut menjadi penggerak ekonomi wilayah sekitar khususnya, sumber
penerimaan negara melalui devisa serta meningkatkan kualitas sosial ekonomi dan budaya
masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan kesempatan berusaha serta alih teknologi. Di
samping dampak positif tersebut tentunya akan timbul dampak negatif, baik langsung maupun
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I - 2
tidak langsung pada komponen lingkungan fisik kimia, biologi maupun sosial ekonomi budaya dan
kesehatan masyarakat, karena usaha penambangan tersebut mempunyai interaksi yang kuat
dengan lingkungan hidup.
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT
1.2.1. Tujuan
Rencana kegiatan penambangan yang akan dilakukan oleh PT. Puser Bumi Indonesia
secara umum bertujuan untuk :
a. Mengelola potensi sumber daya alam berupa pasir dan batu (SIRTU) yang terkandung di
wilayah Kabupaten Sleman untuk kepentingan ekonomis;
b. Memenuhi permintaan pasokan pasir dan batu lokal wilayah secara khusus dan nasional
secara umum;
c. Meningkatkan pendapatan perusahaan dari kegiatan penambangan pasir dan batu
(SIRTU) yang dilaksanakan di lokasi penambangan tersebut; serta
d. Meningkatkan penerimaan daerah dari sektor non migas melalui pajak perusahaan.
1.2.2. Manfaat
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan penambangan yang akan dilakukan
oleh PT. Puser Bumi Indonesia adalah :
Bagi Perusahaan :
a. Keuntungan ekonomis bagi keberlanjutan usaha perusahaan;
b. Memenuhi permintaan pasokan pasir dan batu dari industri-industri mitra yang
membutuhkan; serta
c. Meningkatkan pendapatan perusahaan dari usaha pertambangan.
Bagi Pemerintah :
a. Penggerak percepatan pertumbuhan wilayah (growth development)
b. Penggerak dan pendorong pengembangan sektor inti dan sektor strategis daerah
(prime mover); serta
c. Meningkatkan pendapatan negara melalui pajak dan royalti.
Bagi Masyarakat
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I - 3
a. Meningkatkan tingkat kesejahteraan ekonomi dan sosial melalui penciptaan peluang
kerja dan berusaha; serta
b. Penyerapan tenaga kerja produktif di daerah sekitar kegiatan.
1.3. PERUNDANG-UNDANGAN
Landasan hukum yang dipakai sebagai payung dalam menyusun dokumen AMDAL
rencana kegiatan penambangan Galian C (pasir dan batu) PT. Puser Bumi Indonesia berupa
peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan pemerintah yang berlaku.
1.3.1. Undang – Undang
Tabel 1.1. Undang-Undang terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman Provinsi DI Yogyakarta.
No. Undang-Undang Tentang Alasan
1. Undang - Undang Dasar 1945
Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber daya Alam
Payung hukum untuk mengelola dan memanfaatkan SDA secara adil, dan berkelanjutan.
2. No. 5 Tahun 1960 Pokok-pokok Agraria Terkait penguasaan dan pengelolaan tanah/lahan.
3. No. 5 Tahun 1990 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem
Upaya pengelolaan berlandaskan konservasi SDA
4. No. 23 Tahun 1992 Kesehatan Telaah gangguan kesehatan masyarakat dan tenaga kerja
5. No.5 Tahun 1994 Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Kehati
Ketentuan-ketentuan konvensi bidang Kehati
6. No. 41 Tahun 1999 Kehutanan Acuan dasar pemanfaatan dan pengelolaan wilayah kawasan hutan
7. No.28 Tahun 2000 Bangunan Setempat Acuan pendirian bangunan 8. No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan Regulasi bidang ketenagakerjaan termasuk
usaha pertambangan 9. No.7 Tahun 2004 Sumber daya Air Acuan Pengelolaan sumber daya air
10. No.16 Tahun 2004 Penggunaan Tanah Ketentuan dalam perolehan hak atas tanah 11. No.32 Tahun 2004 Kewenangan Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten/Kota Acuan pembagian kewenangan pemerintah
12. No.33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Acuan Pengelolaan keuangan Daerah
13. No. 26 Tahun 2007 Penataan Ruang Arahan Kesesuaian dan Penataan Ruang 14. No. 40 tahun 2007 Perseroan Terbatas Acuan untuk pihak Pemrakarsa dalam
mengalokasikan angg. Sebagai bentuk CSR 15. No. 22 Tahun 2009 Lalulintas dan Angkutan Jalan Penggunaan jalan Provinsi dan jalan-jalan
umum untuk kegiatan proyek 16. No. 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Pedoman Umum Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) I - 4
1.3.2. Peraturan Pemerintah
Tabel 1.2. Peraturan Pemerintah terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta
No. Peraturan
Pemerintah Tentang Alasan
1. No. 20 Tahun 1990 Pengendalian Pencemaran Air dan
Lampirannya
Kegiatan Potensial menyebabkan
perubahan kualitas air
2. No. 12 Tahun 2012 Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
Acuan dalam proses pelaksanaan Studi
Amdal
3. No. 41 Tahun 1999 Pengendalian Pencemaran Udara Pedoman pelaksanaan Pengendalian
pencemaran udara
4. No. 75 Tahun 2001 Perubahan UU Pertambangan Acuan pokok pertambangan
5. No. 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
Pedoman pelaksanaan kegiatan untuk
meminimalisir pencemaran air
6. No. 34 Tahun 2002 Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan
Dasar pengelolaan kawasan hutan
7. No. 6 Tahun 2007 Penataan Hutan dan Rencana
Pengelolaan Hutan serta
Pemanfaatan Hutan
Telaah penataan dan pemanfaatan wilayah
hutan
1.3.3 Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri
Tabel 1.3. Keputusan Menteri dan Peraturan Menteri terkait dengan Studi Amdal PT. Puser Bumi Indonesia di Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta
No. Keputusan/Peraturan Menteri Tentang Alasan
1. Kep. Menhut
Nomor 54/KPTS/UM/2 Tahun
1972
Jenis Pohon Yang Dilindungi Keragaman jenis pada lokasi
rencana usaha/ kegiatan
3. Kep. Menkes
Nomor 718/MENKES Tahun
1987
Kebisingan dan Kesehatan Rencana usaha/kegiatan
potensial menyebabkan
kebisingan
4. Kep. MenKLH
Nomor KEP-02/MENKLH/6
Tahun 1988
Pedoman Baku Mutu Lingkungan Pedoman pelaksanaan kegiatan
untuk menjadi indikator baku mutu
lingkungan
5. Peraturan Menteri
Pertambangan dan Enegi
Nomor 1211.K/008/M.PE/1995
Pencegahan dan Penanggulangan
Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan
Pedoman penanggulangan
kerusakan lingkungan akibat Keg.
Pertambangan
6. Kep. MenLH
Nomor 13/MENLH/ 3 Tahun
1995
Baku Mutu Udara Emisi Sumber
Tidak Bergerak
Pedoman pelaksanaan kegiatan
untuk setiap tahap kegiatan
7. Men LH
48/MENLH/11/ 1996
Baku Mutu Tingkat Kebisingan Pedoman pelaksanaan kegiatan
Mengenai data temperatur di kabupaten Sleman diperoleh dari BMKG Yogyakarta.
Berdasarkan data yang diperoleh data rata-rata temperatur bervariasi antara 26,00 hingga 27,2
0C seperti disajikan pada Tabel 3.4. Data iklim merupakan rata-rata pengamatan rata-rata
pengamatan periode tahun 1990 sampai 1994, yang meliputi, suhu udara. Berikut ini Tabel
3.4. mengenai rata-rata temperatur di Kabupaten Sleman.
Tabel 3.4. Rata-rata Temperatur Rata-rata (oC) Di Kab. Sleman.
Bulan 1990 1991 1992 1993 1994
Januari 26.9 26.9 26.2 26.3 26.0
Februari 27.6 27.2 26.2 26.3 26.2
Mret 26.6 26.3 26.9 26.4 26.0
April 26.5 27.5 27.0 26.9 27.0
Mei 26.3 26.0 27.7 27.0 25.9
Juni 26.1 26.5 27.2 27.3 25.2
Juli 27.3 27.0 26.2 26.1 24.7
Agustus 27.9 26.6 26.0 26.7 24.5
September 26.3 27.7 26.2 26.7 26.0
Oktober 29.0 26.8 26.2 26.5 27.2
Nopember 29.0 27.6 26.2 26.5 26.2
Desember 27.2 27.7 26.2 26.7 26.6
Rata-rata 27.2 27.0 26.5 26.7 26.0
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 6
Suhu udara rata-rata berkisar dari 26,1°C pada bulan Juni sampai 28,6°C pada bulan
Desember. Suhu udara minimum berkisar dari 23,1°C pada bulan April sampai 25,1°C pada
bulan November dan Desember. Suhu udara maksimum berkisar 28,1°C pada bulan Agustus
sampai 34°C pada bulan Maret.
c. Kualitas Udara
Parameter yang diteliti dan cara pengambilan sampel udara mengacu pada SNI 19-
7119.9-2005 tentang Penentuan Lokasi Pengambilan Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara
Ambien, hasil analisis kemudian dibandingkan dengan baku mutu lingkungan udara
berdasarkan PP no. 41 th 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Kadar debu di 4
titik pengamatan pada daerah yang diteliti masih di bawah Nilai Ambang Batas (NAB) yakni
0,23 mg/m3, demikian juga kadar emisi gas seperti SOx , COx dan HC, masih berada di bawah
NAB yakni untuk SOx = 900 g/Nm3 dan NOx = 400 g/Nm3 dan COx = 30.000 g/Nm3 HC =
160 ug/Nm3 ).
Hasil pengukuran kualitas udara rona lingkungan awal sekitar lokasi rencana kegiatan,
disajikan pada Tabel 3.5. Dari tabel tersebut tampak bahwa kondisi semua parameter kualitas
udara di sekitar wilayah studi mempunyai angka masih berada di bawah baku mutu
lingkungan, sehingga dapat dikatergorikan masih baik.
Tabel 3.5. Kualitas Udara Sekitar Rencana Penambangan PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman
Parameter Waktu Pengu-
kuran Satuan
BML
TSP (Debu) 24 jam μg/m3 0,23
Kebisingan *) 5 menit dB(A) 55 & 70
Sulfur oksida (SOx) 1 Jam (g/Nm3) 900
Nitrogen ioksida (NOx) 1 Jam (g/Nm3) 400
Sumber: Baku Mutu Kebisingan menurut Keputusan Men.LH. No. Kep. 48/Men/LH/1996
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 7
Jika nilai-nilai pada Tabel di atas dikonversi menjadi nilai dalam skala indeks standar
pencemar udara atau disingkat ISPU, perhitungan konversi berpedoman pada Keputusan
Kepala BAPEDAL Nomor 107/KABAPEDAL/11/1997 tentang Pedoman Teknis Perhitungan
dan Pelaporan Serta Informasi ISPU. menggunakan persamaan:
dimana :
I : ISPU terhitung Ia : ISPU batas atas Ib : ISPU batas bawah Xa : Ambien batas atas Xb : Ambien batas bawah Xx : Kadar ambien nyata hasil pengukuran
Hasil perhitungan menunjukkan angka-angka di atas masih masuk dalam kategori
baik dimana nilai ISPU dalam range ini tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau
hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika. Nilai skala
ISPU ini kemudian dikonversi menjadi Skala Kualitas Lingkungan untuk memprakirakan
besarnya dampak rencana kegiatan terhadap lingkungan hidup disekitarnya., hasilnya
disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6.
Konversi ISPU menjadi Skala Kualitas Lingkungan
ISPU Kategori Skala Kualitas
Lingkungan Kategori
1 – 50 Baik 5 Sangat baik 51 – 100 Sedang 4 Baik
101 – 199 Tidak sehat 3 Sedang 200 – 299 Sangat tidak sehat 2 Buruk
> 300 Berbahaya 1 Sangat buruk Sumber: BAPEDAL Nomor 107/KABAPEDAL/11/1997
Berdasarkan Tabel 3.6. tampak bahwa kualitas udara dalam wilayah studi
menunjukkan kondisi kualitas udara yang masih relatif alami.
IbXb)-(XxXb-Xa
Ib-IaI
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 8
d. Analisa Hidrologi
Setiap perubahan masing-masing bentuklahan tersebut ditandai oleh adanya tekuk
lereng (nick point) yang pada umumnya merupakan tempat-tempat keluarnya mataair yang
menjalur mengelilingi lereng atas, tengah dan bawah gunungapi berupa spring belts. Oleh
karena itu dengan adanya sabuk mataair (sprink belt) tersebut menjadikan sayap selatan dan
tenggara Gunungapi Merapi pada wilayah-wilayah tertentu selalu mendapat suplai air dari
mata air cukup besar untuk mengairi sawah-sawah penduduk setempat.
Karakteristik sungai dengan lebar antara 10 sampai 20 meter dengan debit aliran
deras, air jernih karena bersumber dari mata air pegunungan di atasnya.tebing sungai yang
landai dengan pinggir sungai yang merupakan habitat rerumputan dengan lebar antara 1
sampai 2 meter. Sedangkan sungai-sungai kecil lainnya dengan karakteristik tebing sungai
umumnya agak curam sehingga banyak sekali dijumpai terjunan air disepanjang aliran sungai
dengan air sungai umumnya lebih jernih dengan aliran kecil tergolong intermiten yang berair
pada musim hujan saja.
e. Kualitas Air Kegiatan penambangan terutama pada saat pembersihan lahan, pengupasan tanah
pucuk, prakonstruksi, konstruksi diduga akan dapat mengalami erosi bila musim hujan, yang
berpotensi meningkatkan kadar total padatan terlarut, pH dan kekeruhan serta pencucian dan
pelarutan beberapa logam tertentu kedalam badan air penerima limpahan di sekitar lokasi
kegiatan, sebagai akibatnya dapat meningkatkan kekeruhan, BOD5, dan COD, serta dapat
meningkatkan kadar logam atau bahan-bahan tertentu di dalam perairan, yang pada gilirannya
akan menurunkan kualitas badan air penerima sehingga berpengaruh pada kesehatan
masyarakat yang menggunakan badan air tersebut serta biota yang hidup di dalamnya,
walaupun diketahui bahwa air itu sendiri juga memiliki kemampuan untuk membersihkan diri
(water self furification). Makin besar debit air makin tinggi kemampuan dari badan air untuk
membersihkan diri.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 9
Kualitas air yang diamati adalah kualitas air sungai, dan air sumur gali. Untuk mengetahui
kualitas air tersebut di sekitar lokasi wilayah studi, maka dilakukan pengukuran terhadap
kualitas air sungai dan air sumur warga.
Berdasarkan hasil pengamatan kualitas air pada IUP PT. Puser Bumi Indonesia untuk
komponen fisik-kimia secara umum berada dalam kisaran dibawah baku mutu lingkungan.
nilai parameter berada dibawah nilai baku mutu lingkungan.
3.2. Komponen Biotik a. Flora Darat
Kawasan hutan di Kabupaten Sleman seperti umumnya kawasan tropis di wilayah
bagian tengah dan timur, terpengaruh erat dengan ekosistem daerah aliran sungai (DAS) yang
terdiri atas beberapa bagian Sub DAS. Kawasan hutan Kabupaten Sleman berdasarkan Tata
Guna Hutan Kesepakatan yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor
757/Kpts-II/1995 seluas 100 ha.
Inventarisasi flora yang dilakukan di sekitar rencana lokasi penambangan Pasir dan
Batu PT. Puser Bumi Indonesia dilakukan dengan metode kombinasi antara metode jalur dan
transek garis berpetak (Line Transect) dengan cara menetapkan garis transek dengan arah
memotong garis kontur dengan mempertimbangkan keterwakilan tipe komunitas yang diamati.
Menurut Petunjuk Teknis Inventarisasi Flora, Balai KSDA III (1983), disebutkan
penentuan intensitas sampling 2% untuk luas kawasan hutan atau lahan 1.000 – 10.000 ha,
dan intensitas sampling 5% untuk luas kawasan kurang dari 1.000 ha. Dengan demikian maka
luas sampling pengamatan yang dilakukan adalah ± 5 ha. Panjang transek 1.500 meter dan
lebar transek 100 meter, sehingga plot yang dibuat sebanyak 5 buah dengan 4 lokasi seperti
tersaji pada gambar berikut :
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 10
Arah Jalur Sepenjang 1.500 m
A
B
C
D
A
B
C
D
100 m
100 m
25 m
50 m
50 m
10 m
25 m
10 m
Gambar 3.3. Model Plot Jalur Berpetak Pengamatan keragaman Vegetasi
Pada Areal Izin Usaha Pertambangan Golongan Galian-C PT. Puser Bumi Indonesia
Keterangan gbr 3.1. : A = Plot contoh tingkat Pohon ukuran 100 m x 100 m B = Plot contoh tingkat Tiang ukuran 50 m x 50 m C = Plot contoh tingkat Pancang ukuran 25 m x 25 m D = Plot contoh tingkat Semai ukuran 10 m x 10 m E = Plot contoh untuk Tumbuhan bawah ukuran 5 m x 5 m
Hasil inventarisasi pada masing-masing transek yang dibuat pada saat studi,
ditemukan sangat bayak jenis vegetasi yang termasuk kategori langka dan endemik pulau
lokasi proyek.
Tabel 3.7. Hasil Pengamatan Flora Darat di Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem
Titik 1 No Nama Jenis Bahasa Latin
1 Apu Gironniera subaequalis
2 Daun kecil Diospyros buxifolia
3 Eha Castanopsis buruana
4 Pandan-Pandan Pandanus sp
5 Jambu-Jambu Syzygium sp.
6 Kayu Angin Casuarina sumatrana
7 Palem Palmaceae sp
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 11
8 Pandan hutan Pandanus sp
Titik 2 1 Kelapa Sawit
2 Eha Castanopsis buruana
3 Rotan Calamus z
4 Kayu besi -
5 Akasia Acasia mangium
6 Pulai Alstonia shcolaris
Titik 3 1 Mirip Denge Paracroton pendulus
2 Daun kecil Diospyros buxifolia
3 Eha Castanopsis buruana
4 Jambu-Jambu Syzygium sp.
5 Kayu Angin Casuarina sumatrana
6 Pulai Alstonia shcolaris
7 Raha-raha waio Cryptocarya infectoria
8 Tirotasi Alstonia macrophylla
Titik 4 1 Apu Gironniera subaequalis
2 Daun kecil Diospyros buxifolia
3 Eha Castanopsis buruana
4 Jambu-Jambu Syzygium sp.
6 Pulai Alstonia shcolaris
7 Biscofia Bischofia javanica
8 Pondo anyurung Actinodaphne multiflora
9 Tirotasi Alstonia macrophylla
10 Tolihe Gardenia anisophylla
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan
Tabel 3.8.
Hasil Pengamatan Semak, Palm, Liana, dan Rumput di Lokasi IUP PT. Puser Bumi Indonesia di Kecamatan Pakem
No Habitus ; Semak Bahasa Latin
1 Rodu Melastoma Sp.
2 Komba-Komba Euphatorium odoratum L.
3 Pandan-pandan Freycinetia sp.
4 Bambu tamiang Schizostachyium blumei
Habitus ; Palm
1 Palm Hutan Palmaceae sp2
Habitus ; Liana
1 Bambu rambat Dinochloa sp
Rumput
1 Teki Cyperus rotundus
2 Alang-Alang Imperata Cylindrica
3 Pakis tanah/ Paka Glechenia linearis
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan 2013
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) III - 12
b. Fauna Darat
Berdasarkan hasil pengamatan pada transek yang sama dengan flora dan wawancara
dengan masyarakat serta studi pustaka, fauna yang ada di sekitar rencana lokasi Izin Usaha
Penambangan PT. Puser Bumi Indonesia digolongkan ke dalam kelompok :
a. Mamalia,
b. Aves,
c. Reptil, dan Amphibi serta
d. Invertebrata.
Tabel 3.9. Jenis-jenis Fauna yang Ditemukan atau Terindikasi Hidup di Sekitar Lokasi IUP PT. Puser
Keterangan : 1. Perizinan Lokasi 2. Rekrutmen Tenaga Kerja 3. Mobilisasi Peralatan 4. Land Clearing dan Stripping 5. Pembuatan Jalan Masuk 6. Pembuatan Barak dan Mess 7. Penambangan Pasir dan Batu 8. Pengangkutan material pasir dan batu 9. Penataan lahan (reklamasi)
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 8
4.2. Evaluasi Dampak Potensial
a. Komponen fisik kimia
1). Perubahan bentang lahan
Dampak terhadap perubahan bentang lahan disebabkan oleh kegiatan
penambangan terutama dengan pembersihan dan pengupasan tanah penutup.
Dampak ini berlangsung lama dan menyebabkan dampak lanjutan pada komponen
lingkungan lain.
Dengan menggunakan kriteria dampak besar dan penting maka dampak terhadap
bentang lahan merupakan dampak negatif besar dan penting.
2). Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
Komponen udara akan mengalami dampak oleh aktivitas proyek, yang menyebabkan
perubahan dan penurunan kualitas udara, baik konsentrasi gas ambien, debu,
maupun meningkatnya kebisingan. Dampak ini berlangsung lama dan menyebabkan
dampak lain berupa perubahan tingkat kesehatan masyarakat, sehingga dengan
kriteria dampak besar dan penting, dampak ini tergolong dampak negatif besar dan
penting.
3). Transportasi
Komponen transportasi yang akan terkena dampak adalah peningkatan volume lalu
lintas akibat kegiatan penambangan ini. Dampak ini berlangsung lama (selama
kegiatan penambangan), jumlah manusia yang terkena cukup banyak, dan dampak
ini berpotensi mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, kerusakan jalan, dan
kemacetan lalu lintas, sehingga merupakan dampak negatif besar dan penting.
Kecelakaan dan kemacetan tidak termasuk dampak besar dan penting karena
jumlah manusia yang terkena dampak relatif kecil (intensitas kecil) dan dapat
ditanggulangi secara sederhana dengan pemasangan rambu-rambu lalu lintas
sepanjang jalan.
4). Sedimentasi dan erosi
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 9
Komponen erosi dan sedimentasi tergolong dampak negatif besar dan penting
karena berlangsung cukup lama (selama kegiatan penambangan berlangsung) dan
cakupan wilayah yang terkena dampak ini cukup luas (termasuk sungai), serta
mempengaruhi komponen lingkungan hidup lainnya.
5). Penurunan kualitas air sungai
Komponen perairan sungai yang akan terkena dampak adalah akibat meningkatnya
laju erosi dan sedimentasi daari kegiatan penambangan ini.
Dampak ini berpengaruh luas dan berlangsung lama, berdampak pada komponen
lain dan akan berbalik terhadap keberlanjutan rencana kegiatan, sehingga tergolong
dampak negatif besar dan penting.
b. Komponen biologi
1). Tergangunya biota darat
Komponen biota darat dijabarkan dalam kepadatan satwa dan vegetasi baik yang
dilindungi maupun tidak. Dampak terhadap biota darat ini akibat perubahan bentang
lahan, sehingga sebagian vegetasi pada lahan tersebut mengalami distorsi.
Karena fungsi ekosistem kawasan yang banyak, maka dampak yang muncul
termasuk dampak negatif besar dan penting.
2). Terganggunya biota perairan
Terganggunya biota perairan berupa terganggunya kehidupan nekton. Komponen ini
merupakan salah satu rantai dalam ekosistem, meskipun tidak memiliki peran secara
luas. Dampak terhadap biota perairan berdampak cukup luas sehingga dikategorikan
sebagai dampak besar dan negatif penting.
c. Komponen sosial ekonomi budaya dan kesmas
1). Kesempatan kerja dan peluang berusaha
Peluang bekerja dan berusaha merupakan dampak yang dapat berlangsung lama,
jumlah manusia yang terkena dampak juga banyak, dan dapat berbalik selama ada
penerimaan tenaga kerja dan peluang berusaha. Dampak ini akan menurun pada
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 10
peningkatan pendapatan masyarakat, sehingga dampak ini tergolong dampak positif
besar dan penting.
2). Peningkatan pendapatan masyarakat dan PAD
Komponen pendapatan masyarakat dan PAD dijabarkan ke dalam pendapatan,
kesejahteraan, dan pemasukan ke kas daerah. Dampak ini berlangsung lama,
jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak, dan berbalik terhadap kegiatan
proyek, sehingga dikategorikan sebagai dampak positif besar dan penting.
3). Persepsi masyarakat
Komponen persepsi masyarakat merupakan dampak turunan dari kegiatan-kegiatan
yang berlangsung pada semua tahap kegiatan proyek. Persepsi beragam ini
merupakan turunan dari peningkatan pendapatan masyarakat dan perekonomian
daerah. Dengan demikian dampak ini tergolong besar dan penting.
4). Kesehatan masyarakat
Komponen kesehatan masyarakat terutama disebabkan oleh perubahan kualitas
lingkungan akibat kegiatan konstruksi dan operasional penambangan serta pasca
operasi. Dampak ini bersifat lama, akumulatif, berdampak luas, sehingga
dikategorikan dampak negatif besar dan penting.
4.3. Hasil Proses Pelingkupan
Dampak penting hipotetik
Setelah dilakukan evaluasi terhadap potensi dampak dari kegiatan penambangan
yang akan dilakukan oleh PT. Puser Bumi Indonesia maka diperoleh dampak penting hipotetik
antara lain :
a. Komponen Geofisik kimia
1) Perubahan bentang lahan
2) Penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan
3) Gangguan lalu lintas
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 11
4) Sedimentasi dan erosi
5) Penurunan kualitas air sungai
6) Kerusakan Jalan
7) Kualitas tanah
b. Komponen biologi
1) Tergangunya biota darat
2) Terganggunya biota perairan
c. Komponen sosial ekonomi budaya dan kesmas
1) Kesempatan kerja dan peluang berusaha
2) Peningkatan pendapatan masyarakat dan PAD
3) Persepsi masyarakat
4) Kesehatan masyarakat
Langkah-langkah pelingkupan mulai dari identifikasi dampak potensial menjadi
dampak penting hipotetik disajikan pada Gambar 4.1. berikut ini.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 12
Gambar 4.1. Diagram Alir Pelingkupan Dampak Hipotetik Penambangan Golongan Galian C (pasir dan batu) PT. Puser Bumi Indonesia
DESKRIPSI RONA LINGKUNGAN AWAL
1. Fisik Kimia 2. Biologi 3. Sosekbud
4. Kesmas
DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN : 1. Prakonstruksi 2. Konstruksi 3. Operasional
4. Pasca operasi
METODE
MATRIKS
DAMPAK POTENSIAL FISIK KIMIA 1. Perubahan bentuk
lahan 2. Kerusakan jalan 3. Kualitas udara dan
kebisingan 4. Kualitas air 5. Erosi dan Sedimentasi 6. Penurunan kualitas air
permukaan 7. Penurunan kualitas air
tanah 8. Iklim Mikro 9. Run off 10. Kualitas tanah 11. Gangguan lalu lintas BIOLOGI 1. Vegetasi 2. Fauna 3. Biota air SOSEKBUD 1. Kesempatan Kerja dan
Berusaha 2. Pendapatan
Masyarakat dan PAD 3. Persepsi Masyarakat KESMAS 1. Kesehatan Masyarakat
2.
METODE 1. Diskusi 2. Studi Literatur 3. Penilaian Ahli
DAMPAK PENTING HIPOTETIK
FISIK KIMIA: 1. Perubahan bentuk
lahan 2. Kualitas udara dan
kebisingan 3. Gangguan lalu lintas 4. Erosi dan Sedimentasi 5. Kerusakan jalan 6. Penurunan kualitas air
permukaan 7. Kualitas tanah 8. Timbulan Sampah dan
Sanitasi Lingkungan BIOLOGI : 1. Vegetasi 2. Fauna 3. Biota air SOSEKBUD: 1. Kesempatan Kerja dan
Berusaha 2. Pendapatan
Masyarakat dan PAD 3. Persepsi Masyarakat KESMAS : 1. Kesehatan Masyarakat
EVALUASI DAMPAK
POTENSIAL
IDENTIFIKASI DAMPAK
POTENSIAL
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 13
4.4. Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian
Batas wilayah studi rencana kegiatan penambangan pasir dan batu PT. Puser Bumi
Indonesiameliputi :
1. Wilayah Studi
a. Batas Proyek
Batas proyek adalah ruang dimana rencana kegiatan penambangan pasir dan batu
terletak, yaitu di Desa Cangkringan Kecamatan Pakem. Luasan tapak proyek adalah 100
Ha berdasarkan luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dikeluarkan oleh Bupati
Sleman. Adapun batas proyek adalah :
b. Batas Ekologi
Batas ekologi dari kegiatan penambangan Golongan Galian C (pasir dan batu)
PT. Puser Bumi Indonesiaadalah batas yang masih dipengaruhi persebaran dampak
melalui udara, air dan tanah. Persebaran dampak pencemaran udara yang dicermati
adalah adalah wilayah permukiman yang meliputi desa-desa yang ada di sekitar lokasi
kegiatan.
c. Batas Sosial
Batasan sosial adalah ruang di sekitar rencana kegiatan kawasan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma
dan nilai tertata yang sudah mapan, sesuai dengan proses dinamika sosial suatu
kelompok masyarakat yang diperkirakan mengalami perubahan mendasar akibat rencana
kegiatan nantinya. Kemungkinan yang akan terkena dampak dari adanya kegiatan
tersebut adalah masyarakat di sekitar proyek. Cakupan batas sosial kegiatan
penambangan Golongan Galian C (pasir dan batu) PT. Puser Bumi Indonesia adalah
Kecamatan Pakem.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) IV - 14
d. Batas Administrasi
Batas administrasi rencana kegiatan penambangan PT. Puser Bumi Indonesia
sebagai berikut :
Desa : Cangkringan
Kecamatan : Pakem
Kabupaten : Sleman
Provinsi : Daerah Istimewa Yogjakarta
2. Batas Waktu Kajian
Batas waktu kajian kegiatan AMDAL penambangan Golongan Galian C (pasir dan
batu) PT. Puser Bumi Indonesia selama 6 (enam) bulan, mulai dari kegiatan persiapan studi,
pengumpulan dan analisis data, analisis dan perumusan dampak, seminar-seminar studi
hingga penyelesaian dan pengumpulan laporan hasil studi.
Sementara itu, waktu kegiatan penambangan Golongan Galian C (pasir dan batu) PT.
Puser Bumi Indonesia akan menyesuaikan dengan kandungan pasir dan batu yang
terkandung di wilayah IUP yang izinnya telah dikeluarkan Bupati Sleman.
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 1
BAB V. PRAKIRAAN DAMPAK PENTING 5.1. Prakiraan Besaran Dampak
Kegiatan penambangan pasir dan batu PT. Puser Bumi Indonesia di Desa
Cangkringan Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup, baik yang bersifat positif maupun negatif serta bersifat penting maupun tidak
penting. Besaran dampak ini akan dievaluasi menggunakan metode Leopold modifikasi. Skala
kualitas lingkungan ditentukan berdasarkan besaran (Magnitude) dan tingkat kepentingan
dampak (Importance). Berikut ini Tabel 5.1. mengenai besaran dampak yang diklasifikasikan
menjadi 5 kategori.
Tabel 5.1. Skala besaran dampak
No Skala Persentase (%) Keterangan Dampak
1 1 10-20 Sangat Kecil 2 2 20-40 Kecil 3 3 40-60 Sedang 4 4 60-80 Besar 5 5 80-100 Sangat Besar
Prakiraan dampak besar dikaji berdasarkan tahapan- tahapan kegiatan
penambangan, berikut ini hasil analisis tim memprakirakan dampak besar pada setiap tahap
kegiatan. Berikut ini tahapan-tahapan pada setiap kegiatan hasil hipotetik prakiraan dampak:
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Perizinan Lokasi
2. Rekrutmen Tenaga Kerja
B. Tahap Konstruksi
3. Mobilisasi Peralatan dan Material
4. Land Clearing dan Stripping
5. Pembuatan Jalan Masuk
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 2
6. Pembuatan Base camp
C. Tahap Operasi
7. Penambangan Sirtu
8. Pengangkutan Material Sirtu
D. Tahap Pasca Operasi
9. Penataan Lahan (Reklamasi dan Rehabilitasi)
Berdasarkan hasil analisis prakiraan dampak besar, berikut ini disajikan pada Tabel
5.2. mengenai Prakiraan Dampak Besar pada setiap tahap kegiatan.
Tabel 5.2. Prakiraan Dampak Besar pada setiap tahap kegiatan
Kegiatan Psca Oprsi
Komponen Lingkungan
A
5 2 4 2
3 3 2 5
5 2 2 3 3 3 2 3
4 5 5 3 1 5 5 3
5 3 2
3 3 4
5 2 2
5 5 5
4 2 2
5 5 5
5 2 2
4 5 5
4 2 3
5 5 4
4 2 3
3 4 3
5 2 2
4 3 3
B BIOTIK
4 2
3 5
4 3
3 3
4 3 3
3 3 2
C SOSEKBUDKESMAS
2 4
4 5
3 4 4 5 3
3 4 5 4 4
4 3 3 3 3 3 2
3 5 4 1 4 3 4
C KESEHATAN MASYARAKAT
4 2 2 3 2 2 3
3 4 5 2 5 5 2
5 6No. RLA
Pra Konstruksi Konstruksi Operasi
1 2 3 4 97 8
2 Kualitas udara dan kebisingan
7 Penurunan Kualitas dan kuantitas air tanah
ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
1 Perubahan bentuk lahan
2 Fauna darat
1 Vegetasi
3 Sikap dan Persepsi masyarakat
1 Kesempatan kerja & peluang berusaha
2 Pendapatan masy. & PAD
3 Biota Air
Gangguan lalu lintas
Erosi dan Sedimentasi
Kerusakan jalan
3
4
5
8 Penurunan Kualitas Tanah
6 Penurunan kualitas & Kuantitas air permukaan
8 Timbulan Sampah dan Sanitasi Lingkungan
4 Gangguan Kesehatan masyarakat
Sumber: Author By conducted
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 3
Berkaitan mengenai penjelasan pada setiap tahapan kegiatan akan dijelaskan
dibawah ini dengan membandingkan data perhitungan pada rona awal lingkungan saat kajian
dan penelitian dilakukan di lapangan. Berikut ini penjelasan pada setiap tahap kegiatan:
1. Tahap Pra-Kontruksi
Pada tahap pra-kontruksi berdasarkan hasil hipotetik prakiraan dampak, kegiatan
yang berdampak pada komponen SOSEKBUDKESMAS. Berikut ini Tabel 5.3. mengenai hasil
analisis tim pada tahap pra-kontruksi. Setelah tahap perhitungan rona awal lingkungan pada
komponen tersebut yang telah dikaji di ruang lingkup studi mengenai dampak penting yang
ditelaah berdasarkan data-data perhitungan pada rona awal lingkungan. Hal ini
mempertimbangkan hasil prakiraan yang berdampak positif maupun negatif.
Tabel 5.3. Prakiraan Dampak Besar pada Tahap Pra-Kontruksi
A
53
54
53
55
45
54
45
43
B
43
43
43
C
2 4
4 5
3 4 4
3 4 4
3 3 3
3 5 4
D
43
KESEHATAN MASYARAKAT
27 50 54
2 Pendapatan Masyarakat dan PAD 9 25 36 2 32 50 64 4
3
7 Penurunan Kualitas dan kuantitas air tanah 12 25 48 3
Penurunan kualitas & Kuantitas air permukaan 20 25
48 3
25 36 2
SOSEKBUDKESMAS
5 20 25 80 4
3 Biota air 12 25
1 Gangguan kesehatan masyarakat 12 25 48
1 Kesempatan Kerja dan Berusaha 8 25 32 2 20 25 80 4
3
3 Sikap dan Persepsi masyarakat 9
2 Fauna 12 25 48 3
1 Vegetasi 12 25 48 3
25 100 5
480
BIOTIK
8 Penurunan Kualitas Tanah 12 25 48 3
Kerusakan jalan
6
4 Erosi dan Sedimentasi 25
3 Gangguan lalu lintas 15 25 60 3
2 Kualitas udara dan kebisingan 20 25 80 4
maks % B
ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
1 Perubahan bentuk lahan 15 25 60 3
M x I
No. KOMPONEN LINGKUNGAN
Rona Lingkungan AwalTahap Prakiraan Dampak
Pra Konstruksi Penting
M/I M x IM x I M x I Skala
1 2Maks % A
M x I M x I Skala
Sumber: Author By conducted
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 4
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap pra-
konstruksi dengan 2 (dua) kegiatan yaitu kegiatan (1) mengenai Perizinan Lokasi dan kegiatan
(2) mengenai Rekrutmen Tenaga Kerja. Berikut ini hasil analisis prakiraan dampak besar pada
kegiatan tersebut.
1. Pra-kontruksi Kegiatan 1 (satu)
a. Pendapatan masyarakat dan PAD (3/3) rona awal menjadi (4/4) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan positif
berdasarkan skala baku mutu lingkungan dari skala (2) menjadi skala (4)
b. Sikap dan persepsi masyarakat (3/3) rona awal menjadi (3/5) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan positif. berdasarkan
skala baku mutu lingkungan dari skala (2) menjadi skala (4)
2. Pra-kontruksi Kegiatan 2 (satu)
c. Kesempatan kerja dan berusaha (2/4) rona awal menjadi (4/5) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan positif. berdasarkan
skala baku mutu lingkungan dari skala (2) menjadi skala (4)
d. Pendapatan masyarakat dan PAD (3/3) rona awal menjadi (4/4) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan positif.
berdasarkan skala baku mutu lingkungan dari skala (2) menjadi skala (4)
e. Sikap dan persepsi masyarakat (3/3) rona awal menjadi (3/4). prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan positif. berdasarkan
skala baku mutu lingkungan dari skala (2) menjadi skala (3)
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap pra-
konstruksi dengan 2 (dua) kegiatan yaitu kegiatan (1) mengenai Perizinan Lokasi dan kegiatan
(2) mengenai Rekrutmen Tenaga Kerja. hasil yang diperoleh dari analisis prakiraan dampak
besar pada kegiatan tersebut disimpulkan akan berdampak besar dan positif pada setiap
kegiatan.
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 5
2. Tahap Kontruksi
Pada tahap kontruksi berdasarkan hasil hipotetik prakiraan dampak, kegiatan yang
berdampak pada seluruh komponen abiotik, biotik, sosekbud dan kesehatan masyarakat.
Berikut ini Tabel 5.4. mengenai hasil analisis tim pada tahap kontruksi. Setelah tahap
perhitungan rona awal lingkungan pada komponen tersebut yang telah dikaji di ruang lingkup
studi mengenai dampak penting yang ditelaah berdasarkan data-data perhitungan pada rona
awal lingkungan. Hal ini mempertimbangkan hasil prakiraan yang berdampak positif maupun
negatif.
Tabel 5.4. Prakiraan Dampak Besar pada Tahap Kontruksi
A
5 2 43 3 2
5 2 2 3 34 5 5 3 1
5 33 3
5 25 5
4 25 5
5 24 5
4 25 5
4 23 4
5 24 4
B BIOTIK
4 23 5
4 23 5
4 33 3
C SOSEKBUDKESMAS
24
33
33
D SOSEKBUDKESMAS
4 2 2 33 4 5 2
3 Gangguan kesehatan masyarakat 12 25 48 3 24 75
2 Fauna 12 25 48 3
2 Pendapatan Masyarakat dan PAD 9 25
10
8 Penurunan Kualitas Tanah 12 25 48 3 8
1
9
10
10
7 Penurunan Kualitas dan kuantitas air tanah 20 25 80 4
6 Penurunan kualitas & Kuantitas air permukaan 20 25 80 4
5 Kerusakan jalan 20 25 80 4
2
2 Kualitas udara dan kebisingan 20 25 80 4
10 25 40 2
3 Gangguan lalu lintas 15 25 60 3
54 Erosi dan Sedimentasi 25 25 100
1 Perubahan bentuk lahan 15 25 60 3
3M x I
ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
% A
No. KOMPONEN LINGKUNGAN
20 25 80
1 Kesempatan Kerja dan Berusaha 8 25 32 2
Vegetasi 12 25 48 3
Timbulan Sampah dan Sanitasi Lingkungan
3 Biota air 12 25 48 3
4
3 Sikap dan Persepsi masyarakat 9 25 36 2
36 2
Tahap Prakiraan Dampak
Konstruksi Penting
4 M x ISkala
C
Rona Lingkungan Awal
maks %M x I
M x I M x IM/I
M x I
Maks
25 36 2
10 40
225 40
25
25 40
2
Skala1 2
214 50 28
32 100 32 2
9
25 40 3
32
25
25
25 32 2
36 29 25
10
40
8
2
2
232
Sumber: Author By conducted
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap
konstruksi dengan 4 (empat) kegiatan yaitu kegiatan (1) mengenai Mobilisasi Peralatan dan
Material, kegiatan (2) megenai Land Clearing dan Stripping; kegiatan (3) mengenai
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 6
Pembuatan Jalan Masuk; kegiatan (4) mengenai Pembuatan Base camp mengenai Berikut ini
hasil analisis prakiraan dampak besar pada kegiatan tersebut.
1. Kontruksi Kegiatan 1 (satu)
a. Kualitas udara dan kebisingan (5/4) rona awal menjadi (2/5) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
b. Gangguan lalu lintas (5/3) rona awal menjadi (3/3) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
c. Penurunan kualitas dan kuantitas air permukaan (5/4) rona awal menjadi (2/5)
prakiraan dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan
negatif.
d. Gangguan kesehatan masyarakat (4/3) rona awal menjadi (2/4) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
2. Kontruksi Kegiatan 2 (satu)
a. Perubahan bentuklahan (5/3) rona awal menjadi (2/3) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
b. Kualitas udara dan kebisingan (5/4) rona awal menjadi (2/5) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
c. Sedimentasi dan erosi (5/5) rona awal menjadi (2/5) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
d. Penurunan kualitas dan kuantitas air permukaan (5/4) rona awal menjadi (2/5)
prakiraan dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan
negatif.
e. Penurunan kualitas dan kuantitas air tanah (4/5) rona awal menjadi (2/5) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
f. Gangguan vegetasi (4/3) rona awal menjadi (2/5) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
g. Gangguan fauna (4/3) rona awal menjadi (2/5) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 7
h. Gangguan biota air (4/3) rona awal menjadi (3/3) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak kecil dan negatif.
i. Gangguan kesehatan masyarakat (4/3) rona awal menjadi (3/2) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak kecil dan negatif.
3. Kontruksi Kegiatan 3 (tiga)
a. Perubahan bentuklahan (5/3) rona awal menjadi (4/2) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak kecil dan negatif.
b. Kualitas udara dan kebisingan (5/4) rona awal menjadi (3/3) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
4. Kontruksi Kegiatan 4 (empat)
a. Kualitas udara dan kebisingan (5/4) rona awal menjadi (3/1) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
b. Persepsi masyarakat (3/3) rona awal menjadi (3/1) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
c. Gangguan kesehatan masyarakat (4/3) rona awal menjadi (3/2) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak kecil dan negatif.
d. Gangguan kesehatan masyarakat (5/4) rona awal menjadi (2/4) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap
konstruksi pengaruh dampak kegiatan pada masing-masing komponen berdasarkan skala
baku mutu lingkungan, sebagai berikut disajikan pada Tabel 5.5. dibawah ini.
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 8
Tabel 5.5. Dampak besar terhadap komponen lingkungan pada konstruksi
A
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Kecil
Negatif
Besar
Negatif
B
Kecil
Negatif
-
-
Kecil
Negatif
C
Kecil
Negatif
D
Kecil
Negatif
8
9
Penurunan Kualitas Tanah
Timbulan Sampah dan Sanitasi Lingkungan
3
4
SOSEKBUDKESMAS
SOSEKBUDKESMAS
2
2
Prakiraan Dampak
PentingAwal
Rona Lingkungan
Keterangan
ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
BIOTIK
3 2
1
1 Gangguan kesehatan masyarakat
1 Persepsi masyarakat 2
2
3
3 Biota air 3
3
2
2 Fauna
1 Vegetasi 3
2
2
7 Penurunan Kualitas dan kuantitas air tanah 4
2
6 Penurunan kualitas & Kuantitas air permukaan 4
2
5 Kerusakan jalan 4
4 Erosi dan Sedimentasi 5
2
2
3 Gangguan lalu lintas 3
2
2 Kualitas udara dan kebisingan 4
1 Perubahan bentuk lahan 3
SkalaSkala
No. KOMPONEN LINGKUNGAN
Sumber: Author By Conducted
Berdasarkan skala baku lingkungan perubahan dari rona awal lingkungan yang
diestimasi pada prakiraan dampak penting pada Tabel 5.5. menunjukan perubahan secara
signifikan terhadap komponen lingkungan. Hal ini menjadi bahan pertimbangan pada Ababa
selajutnya adalah evaluasi dampak penting, dimana keputusan pada hasil evaluasi
mempengaruhi dokumen pemantauan dan pengelolaan lingkungan. Sehingga prakiraan
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 9
menjadi tahapan penting untuk mengestimasi pengaruh kegiatan tersebut di masa akan
datang dan selama proyek berjalan untuk memastikan kualitas lingkungan tetap terjaga,
berkelanjutan dan lestari.
3. Tahap Operasional
Pada tahap opersional berdasarkan hasil hipotetik prakiraan dampak, kegiatan yang
berdampak pada seluruh komponen abiotik, biotik, sosekbud dan kesehatan masyarakat.
Berikut ini Tabel 5.6. mengenai hasil analisis tim pada tahap kontruksi. Setelah tahap
perhitungan rona awal lingkungan pada komponen tersebut yang telah dikaji di ruang lingkup
studi mengenai dampak penting yang ditelaah berdasarkan data-data perhitungan pada rona
awal lingkungan. Hal ini mempertimbangkan hasil prakiraan berdampak positif maupun negatif.
Tabel 5.6. Prakiraan Dampak Besar pada Tahap operasional
A ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
5 23 5
5 3 24 5 5
5 23 4
5 25 5
4 25 5
5 24 5
4 35 4
4 33 3
5 34 3
B BIOTIK
43
43
4 33 2
C SOSEKBUDKESMAS
2
4
3 5
3 4
3 3 3
3 4 3
D KESEHATAN MASYARAKAT
4 2 23 5 5
28 Penurunan Kualitas Tanah 12 25 48 3 9 25 36
No. KOMPONEN LINGKUNGAN
Rona Lingkungan AwalTahap Prakiraan Dampak
Operasional Penting
M/I M x IM x I M x I Skala
1 2Maks % A
M x IM x I M x I Skala
1 Perubahan bentuk lahan 15 25 60 3 10
25 80 4 25
maks % B
25 40 2
50 50 3
3 Gangguan lalu lintas 15 25 60 3 8 25 32 2
2 Kualitas udara dan kebisingan 20
5 Kerusakan jalan 20 25 80 4 10 25 40 2
4 Erosi dan Sedimentasi 25 25 100 5
10
25 40 210
25 40 2
7 Penurunan Kualitas dan kuantitas air tanah 20 25 80 4 12 25 48 3
6 Penurunan kualitas & Kuantitas air permukaan 20 25 80 4
1 Vegetasi 12 25 48 3
9 Timbulan Sampah dan Sanitasi Lingkungan 20 25 80 25 36 24 9
3 Biota air 12 25 48 3 6 25 24 2
2 Fauna 12 25 48 3
1 Kesempatan Kerja dan Berusaha 8 25 32 2
25 80 4
33 Sikap dan Persepsi masyarakat 9 25 36 2
2 Pendapatan Masyarakat dan PAD 9 25 36 2 20
3
21 50 42
220 50 401 Gangguan kesehatan masyarakat 12 25 48
Sumber: Author By conducted
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 10
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap
operasional dengan 2 (dua) kegiatan yaitu kegiatan (1) mengenai Penambangan Sirtu dan
kegiatan (2) mengenai Pengangkutan Material Sirtu. Berikut ini hasil analisis prakiraan dampak
besar pada kegiatan tersebut.
1. Opersional Kegiatan 1 (satu)
a. Perubahan bentuklahan (5/3) rona awal menjadi (2/5) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
b. Kualitas udara dan kebisingan (5/4) rona awal menjadi (3/5) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
c. Sedimentasi dan erosi (5/5) rona awal menjadi (2/5) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
d. Gangguan biota air (4/3) rona awal menjadi (3/3) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak kecil dan negatif.
e. Gangguan kesehatan masyarakat (4/3) rona awal menjadi (2/5) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak kecil dan negatif.
f. Sikap dan persepsi masyarakat (3/3) rona awal menjadi (3/4) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan positif.
g. Timbulan sampah dan sanitasi lingkungan (5/4) rona awal menjadi (3/3) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan positif.
2. Operasional Kegiatan 2 (satu)
a. Kualitas udara dan kebisingan (5/4) rona awal menjadi (2/5) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
b. Gangguan lalu lintas (5/5) rona awal menjadi (2/4) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
c. Kerusakan jalan (4/5) rona awal menjadi (2/5) prakiraan dampak. Dengan
perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
d. Penurunan kualitas dan kuantitas air permukaan (5/4) rona awal menjadi (2/5)
prakiraan dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan
negatif.
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 11
e. Penurunan kualitas dan kuantitas air tanah (4/5) rona awal menjadi (3/4) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
f. Penurunan kualitas tanah (4/3) rona awal menjadi (3/3) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
g. Gangguan kesehatan masyarakat (4/3) rona awal menjadi (3/2) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak kecil dan negatif.
e. Pendapatan masyarakat dan PAD (3/3) rona awal menjadi (5/4) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan positif.
f. Sikap dan persepsi masyarakat (3/3) rona awal menjadi (3/3). prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak kecil dan positif.
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap
konstruksi pengaruh dampak kegiatan pada masing-masing komponen berdasarkan skala
baku mutu lingkungan, sebagai berikut disajikan pada Tabel 5.7. dibawah ini.
Tabel 5.7. Dampak besar terhadap komponen lingkungan pada tahap operasional
A
Besar
Negatif
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Negatif
Besar
Besar
Negatif
B
Kecil
Negatif
C
Besar
Positif
Kecil
Positif
D
Besar
Negatif
No. KOMPONEN LINGKUNGANRona Lingkungan Awal Prakiraan Dampak
4 2Timbulan Sampah dan Sanitasi Lingkungan
3
KESEHATAN MASYARAKAT
1 2
4
3 Sikap dan Persepsi masyarakat 2
2 Pendapatan Masyarakat dan PAD 2
2
SOSEKBUDKESMAS
3 Biota air 3
2
BIOTIK
8 Penurunan Kualitas Tanah 3
4 3
2
7 Penurunan Kualitas dan kuantitas air tanah
6 Penurunan kualitas & Kuantitas air permukaan 4
4 2
2
5 Kerusakan jalan
2
4 Erosi dan Sedimentasi 5
3
3 Gangguan lalu lintas 3
2
2 Kualitas udara dan kebisingan 4
Perubahan bentuk lahan 3
SkalaSkala
ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
1
Gangguan kesehatan masyarakat 3
9
Keterangan
Sumber: Author By conducted
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 12
4. Tahap Pasca Operasional
Pada tahap pasca operasional berdasarkan hasil hipotetik prakiraan dampak, kegiatan
yang berdampak pada seluruh komponen abiotik, biotik, sosekbud dan kesehatan masyarakat.
Berikut ini Tabel 5.8. mengenai hasil analisis tim pada tahap pasca operasional. Setelah tahap
perhitungan rona awal lingkungan pada komponen tersebut yang telah dikaji di ruang lingkup
studi mengenai dampak penting yang ditelaah berdasarkan data-data perhitungan pada rona
awal lingkungan. Hal ini mempertimbangkan hasil prakiraan yang berdampak positif maupun
negatif.
Tabel 5.8. Prakiraan Dampak Besar pada Tahap pasca operasional
Pasca Oprsi
A
53
5 34 3
53
55
45
54
45
43
B
43
43
43
C
2
4
3 3
3 4
3 2
3 4
D
4 33 2
6 25 241 Gangguan kesehatan masyarakat 12 25 48 3
8 25 32
2
48 3
2
12 25
KESEHATAN MASYARAKAT
3 Persepsi masyarakat 9 25 36 2
2 Pendapatan Masyarakat dan PAD 9 25 36 2
1 Kesempatan Kerja dan Berusaha 8 25 32 2
SOSEKBUDKESMAS
2 Fauna 12 25 48
3 Biota air 12 25 48 3
3
BIOTIK
1 Vegetasi 12 25 48 3
8 Penurunan Kualitas Tanah 12 25 48 3
6 Penurunan kualitas & Kuantitas air permukaan 20 25 80
7 Penurunan Kualitas dan kuantitas air tanah 20 25 80 4
4
5 Kerusakan jalan 20 25 80 4
4 Erosi dan Sedimentasi 25 25 100 5
2 Kualitas udara dan kebisingan 20 25 80
3 Gangguan lalu lintas 15 25 60 3
4 9 25 36 2
% B
ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
1 Perubahan bentuk lahan 15 25 60 3
Tahap
No. KOMPONEN LINGKUNGAN
Rona Lingkungan AwalPrakiraan Dampak
Penting
M/I M x IM x I M x I Skala
1Maks % A
M x IM x I M x I Skala
maks
Sumber: Author By conducted
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap pasca
operasional dengan 1 (satu) kegiatan yaitu kegiatan (1) mengenai Penataan Lahan
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 13
(Reklamasi dan Rehabilitasi). Berikut ini hasil analisis prakiraan dampak besar pada kegiatan
tersebut:
1. Pasca operasional Kegiatan 1 (satu)
a. Kualitas udara dan kebisingan (5/4) rona awal menjadi (3/3) prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan negatif.
b. Pendapatan masyarakat dan PAD (3/3) rona awal menjadi (3/4) prakiraan
dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak kecil dan negatif.
c. Sikap dan persepsi masyarakat (3/3) rona awal menjadi (2/4). Prakiraan dampak.
Dengan perubahan tersebut maka berdampak kecil dan negatif.
d. Gangguan kesehatan masyarakat dan berusaha (4/3) rona awal menjadi (3/2)
prakiraan dampak. Dengan perubahan tersebut maka berdampak besar dan
negatif.
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap
konstruksi pengaruh dampak kegiatan pada masing-masing komponen berdasarkan skala
baku mutu lingkungan, sebagai berikut disajikan pada Tabel 5.8. dibawah ini.
Tabel 5.8. Dampak besar terhadap komponen lingkungan pada tahap pasca onstruksi
Rona Lingkungan Awal Keterangan
A
Besar
Negatif
B
C
Kecil
Positif
-
-
D
Kecil
Negatif3 2
2
KESEHATAN MASYARAKAT
1 Gangguan kesehatan masyarakat
3
2 Persepsi masyarakat 2
1 Pendapatan Masyarakat dan PAD 2
SOSEKBUDKESMAS
BIOTIK
21 Kualitas udara dan kebisingan 4
ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
Skala SkalaNo. KOMPONEN LINGKUNGAN
Prakiraan Dampak Penting
Sumber: Author By conducted
Berdasarkan skala baku lingkungan perubahan dari rona awal lingkungan yang
diestimasi pada prakiraan dampak penting pada Tabel 5.8. menujukan perubahan secara
signifikan terhadap komponen lingkungan. Hal ini menjadi bahan pertimbangan pada tahapan
selanjutnya adalah evaluasi dampak penting.
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 14
5.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak
Kriteria ukuran dampak penting dapat ditetapkan atas pertimbangan salah satu atau
beberapa faktor dari 6 kriteria dampak. Berikut ini pada Tabel 5.9. mengenai 6 dampak kriteria
berdasarkan UU No 32. Tahun 2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Tabel 5.9. Skala tingkat kepentingan dampak
No Kriteria Klasifikasi kepentingan
Keterangan
1 Jumlah manusia terkena dampak 1 Tidak penting 2 Luas wilayah persebaran dampak 2 Kurang penting 3 Intensitas dan lamanya dampak berlangsung 3 Cukup penting 4 Banyaknya komponen lingkungan yang terkena
dampak 4 Penting
5 Sifat kumulatif dampak 5 Sangat penting 6 Berbalik tidaknya dampak.
6
Sumber: UU No 32 Tahun 2009
Kategori untuk setiap parameter dikelompokkan dalam skala berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
1. Jumlah Manusia yang terkena dampak
1 = Kurang Penting, bila manusia yang terkena dampak < 10% dari manusia yang
memperoleh manfaat.
2 = Cukup Penting, bila manusia yang terkena dampak 11-20% dari manusia yang
memperoleh manfaat.
3 = Penting, bila manusia yang terkena dampak 21-30% dari manusia yang
memperoleh manfaat.
4 = Lebih Penting, bila manusia yang terkena dampak 31-40% dari manusia yang
memperoleh manfaat.
5 = Sangat Penting, bila manusia yang terkena dampak >51% dari manusia yang
memperoleh manfaat.
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 15
2. Luas Persebaran Dampak
1 = Kurang Penting, bila sangat sempit (< luas kecamatan)
2 = Cukup Penting, bila relatif sempit (seluas kecamatan)
3 = Penting, bila lebih sempit dari luas kabupaten
4 = Lebih Penting, dampak lebih luas dari kabupaten
5 = Sangat Penting, bila melebihi batas nasional
3. Intensitas Dampak dan Lama Dampak Berlangsung
1 = Dampak sangat singkat, intensitas ringan (intensitas sesaat)
2 = Dampak singkat, intensitas sedang (1 tahap saja)
3 = Dampak berlangsung 1– 2 tahap, intensitas berat
4 = Dampak mulai pra-konstruksi-operasi, dengan onstruksi lebih berat
5 = Dampak sangat panjang, dengan intensitas sangat berat
4. Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak
1 = Sangat Sedikit
2 = Sedikit
3 = Sedang
4 = Banyak
5 = Sangat Banyak
5. Sifat Kumulatif Dampak
1 = Antagonis saling meniadakan
2 = Dampak muncul kumulatif sedang
3 = Dampak muncul kumulatif lama
4 = Dampak muncul kumulatif relatif singkat
5 = Dampak muncul kumulatif sangat singkat
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 16
Ukuran penting dan tidak pentingnya dampak ditentukan berdasarkan besarnya
dampak dan pentingnya dampak. Berikut ini analisis prakiraan dampak penting pada setiap
tahapan kegiatan.
1. TAHAP PRA KONSTRUKSI
Tahap pra konstruksi terdapat 2 kegiatan besar mengenai perizinan lokasi dan onstruks
tenaga kerja. Berikut ini Tabel 5.10. mengenai tingkat kepentingan dampak pada komponen
lingkungan pada tahap pra-konstruksi.
Tabel 5.10. Tingkat kepentingan dampak pada tahap pra-konstruksi.
Rencana Kegiatan dan Komponen Lingkungan Terkena Dampak
Tingkat Kepentingan Dampak
Skala 1 2 3 4 5 6 SP Arti %P
A. Tahap Pra Konstruksi
1 Perizinan Lokasi
Pendapatan Masy dan PAD P P P TP TP TP 3 50 4
Persepsi masyarakat P P P P P TP 5 83 5
2 Rekruitmen Tenaga Kerja
Kesempatan kerja dan peluang berusaha P P P P P TP 5 83 5
Pendapatan Masy dan PAD P P P P P TP 5 83 5
Persepsi masyarakat P P P TP P TP 4 67 4
Sumber: author by conducted
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan dampak pada tahap pra konstruksi
maka dapat disimpulkan berdasarkan klasifikasi kepentingan pada setiap komponen
lingkungan dalam tahapan-tahapan kegiatan.
Klasifikasi kepentingan Keterangan
1 Tidak penting 2 Kurang penting 3 Cukup penting 4 Penting 5 Sangat penting
Pada tahap pra-kontruksi seluruh kegiatan pada komponen lingkungan berada pada
range 4-5, hal ini berarti seluruh komponen mengeneai perizinan lokasi yang terkait dengan
pendapatan masyarakat dan PAD (4) serta persepsi masyarakat (5) berdampak penting dan
sangat penting.
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 17
2. TAHAP KONSTRUKSI
Tahap konstruksi terdapat 4 kegiatan besar mengenai mobilisasi peralatan (1), land
clearing dan stripping (2), pembuatan jalan masuk (3), dan pembuatan base cam (4).
Perizinan lokasi dan rekrutmen tenaga kerja. Berikut ini Tabel 5.12. mengenai tingkat
kepentingan dampak pada komponen lingkungan pada tahap onstruksi.
Tabel 5.12. Tingkat kepentingan dampak pada tahap onstruksi.
Rencana Kegiatan dan Komponen Lingkungan Terkena Dampak
Tingkat Kepentingan Dampak
Skala 1 2 3 4 5 6 SP Arti %P
1 Mobilisasi Peralatan
Kualitas Udara & Kebisingan P P P P P TP 5 83 5
Kerusakan Jalan P P TP P P P 5 83 5
Gangguan Lalu Lintas P P TP TP TP TP 2 33 3
Gangguan kesehatan masyarakat P P TP TP P P 4 67 4
2 Land Clearing & Stripping
Kualitas Udara & Kebisingan P P P P P TP 5 83 5
Perubahan Bentuk Lahan TP TP P P TP P 3 50 3
Erosi & Sedimentasi P P P P P P 6 100 5
Penurunan Kualitas & Kuantitas Air Permukaan P P P P P P 6 100 5
Penurunan Kualitas & Kuantitas Air Tanah P P P TP P P 5 83 5
Penurunan Kualitas Air Tanah P P P P TP TP 4 67 4
Vegetasi P P P P P TP 5 83 5
Fauna Darat P P TP TP P TP 3 50 3
Biota Air P TP TP P P TP 3 50 3
Gangguan kesehatan masyarakat P P TP P P P 5 83 5
Timbulan sampah dan sanitasi lingkungan P P TP P TP TP 3 50 3
3 Pembuatan Jalan Masuk
Kualitas Udara & Kebisingan P P TP P TP TP 3 50 3
Perubahan Bentuk Lahan P TP TP P TP TP 2 33 2
4 Pembuatan Base Camp
Kualitas Udara & Kebisingan TP TP TP P TP TP 1 17 1
Sikap & Persepsi masyarakat P TP TP TP TP TP 1 17 1
Gangguan kesehatan masyarakat P TP TP P TP TP 2 33 2
Sumber: author by conducted
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan dampak pada tahap konstruksi maka
dapat disimpulkan berdasarkan klasifikasi kepentingan pada setiap komponen lingkungan
dalam tahapan-tahapan kegiatan ditahap konstruksi.
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 18
Klasifikasi kepentingan Keterangan
1 Tidak penting 2 Kurang penting 3 Cukup penting 4 Penting 5 Sangat penting
Pada tahap pra-kontruksi seluruh kegiatan pada komponen lingkungan berada pada
kisaran 1-5, hal ini berarti seluruh komponen mencakup sangat penting sampai tidak penting.
3. TAHAP OPERASIONAL
Tahap operasional terdapat 2 (dua) kegiatan besar mengenai penambangan pasir dan
batu (1), pengangkutan pasir dan batu (2). Berikut ini Tabel 5.13. mengenai tingkat
kepentingan dampak pada komponen lingkungan pada tahap konstruksi.
Tabel 5.13. Tingkat kepentingan dampak pada tahap konstruksi.
Rencana Kegiatan dan Komponen Lingkungan Terkena Dampak
Tingkat Kepentingan Dampak
Skala 1 2 3 4 5 6 SP Arti %P
1 Penambangan Sirtu
Kualitas Udara & Kebisingan P P P P P P 6 100 5
Perubahan Bentuk Lahan P P P P P P 6 100 5
Erosi & Sedimentasi P P P P P P 6 100 5
Penurunan Kualitas & Kuantitas Air Permukaan P P P P P TP 5 83 5
Penurunan Kualitas & Kuantitas Air Tanah P TP P TP P P 4 67 4
Penurunan Kualitas Tanah P TP TP TP P P 3 50 3
Biota Air P P TP TP TP TP 2 33 2
Sikap & Persepsi masyarakat P P P TP P TP 4 67 4
Gangguan kesehatan masyarakat P P P P P TP 5 83 5
Timbulan sampah dan sanitasi lingkungan P P TP P TP TP 3 50 3
2 Pengangkutan Sirtu
Kualitas Udara & Kebisingan P P P P P TP 5 83 5
Kerusakan Jalan P P P P P TP 5 83 5
Gangguan Lalu Lintas P P P TP P TP 4 67 4
Pendapatan Masy dan PAD P P P TP P TP 4 67 4
Sikap & Persepsi masyarakat P P P TP TP TP 3 50 3
Gangguan kesehatan masyarakat P P P P P P 6 100 5
Sumber: author by conducted
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 19
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan dampak pada tahap operasional maka
dapat disimpulkan berdasarkan klasifikasi kepentingan pada setiap komponen lingkungan
dalam tahapan-tahapan kegiatan ditahap operasional.
Klasifikasi kepentingan Keterangan
1 Tidak penting 2 Kurang penting 3 Cukup penting 4 Penting 5 Sangat penting
Pada tahap pra-konstruksi seluruh kegiatan pada komponen lingkungan berada pada
kisaran 2-5, hal ini berarti seluruh komponen. Hanya pada komponen biotik biota air yang
berdampak kurang penting. Hal ini disebabkan pada kegiatan operasional telah dilakukan
pengelolaan dengan membuat sedimen pond (kolam sedimen) untuk mengurangi pencemaran
khsusunya kekeruhan COD dan BOD pada badan perairan yaitu sungai di sekitar lokasi
proyek.
4. TAHAP PASCA OPERASIONAL
Tahap pasca operasional terdapat 1 (satu) kegiatan besar mengenai penataan lahan
(reklamasi dan revegatasi kembali lahan bekas penambangan (1). Berikut ini Tabel 5.14.
mengenai tingkat kepentingan dampak pada komponen lingkungan pada tahap konstruksi.
Tabel 5.14. Tingkat kepentingan dampak pada tahap konstruksi.
Rencana Kegiatan dan Komponen Lingkungan Terkena Dampak
Tingkat Kepentingan Dampak
Skala 1 2 3 4 5 6 SP Arti %P
Penataan Lahan (Reklamasi & Revegetasi)
1 Kualitas Udara & Kebisingan P P TP P TP TP 3 50 3
2 Pendapatan Masy dan PAD P P P TP P TP 4 67 4
3 Sikap & Persepsi masyarakat P P TP P P TP 4 67 4
Sumber: author by conducted
Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan dampak pada tahap operasional maka
dapat disimpulkan berdasarkan klasifikasi kepentingan pada setiap komponen lingkungan
dalam tahapan-tahapan kegiatan ditahap operasional.
Dok, Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) V - 20
Klasifikasi kepentingan Keterangan
1 Tidak penting 2 Kurang penting 3 Cukup penting 4 Penting 5 Sangat penting
Pada tahap pra-kontruksi seluruh kegiatan pada komponen lingkungan berada pada
range 3-4, hal ini berarti seluruh komponen lingkungan yang terkena dampak pada tahap
pasca operasional berdampak cukup penting dan penting.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) VI - 1
BAB VI. EVALUASI DAMPAK PENTING
Evaluasi dampak penting kegiatan penambangan Golongan Galian C (pasir dan baru)
PT. Puser Bumi Indonesia di Desa Cangkringan Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman
berdasarkan hasil prakiraan dampak yang meliputi tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi,
dan pasca operasi dapat menimbulkan dampak pada komponen Geo-fisik kimia, biotik, sosial
ekonomi budaya, dan kesehatan masyarakat. Evaluasi dampak penting dilakukan untuk
mengkaji secara holistik atas berbagai komponen lingkungan hidup yang diprakirakan akan
timbul dikaitkan dengan isu pokok yang ada dengan menggunakan metode matriks Leopold
dimodifikasi.
Dampak yang timbul dari seluruh tahap kegiatan bersifat positif dan negatif, baik yang
merupakan dampak primer, sekunder, maupun tersier. Hasil evaluasi dampak penting
tersebut, akan digunakan sebagai dasar untuk membuat arahan penyusunan Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL). Berikut ini mengenai Matriks evaluasi dampak penting hasil
kajian dari perhitungan rona awal lingkungan dan prakiraan dampak penting pada Bab V.
Sehingga dapat diketahui dan menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan
pada evaluasi dampak penting. Matriks evaluasi ini dibahas pada setiap tahapan kegiatan pra
konstruksi, konstruksi, operasional dan pasca operasional. Berikut ini hasil evaluasi dampak
penting pada masing-masing tahapan kegiatan:
1. Tahap Pra-Kontruksi
Pada tahap pra-kontruksi berdasarkan hasil prakiraan dampak, kegiatan yang
berdampak pada komponen SOSEKBUDKESMAS. Berikut ini Tabel 6.1. mengenai hasil
analisis tim pada tahap pra-kontruksi. Setelah tahap perhitungan rona awal lingkungan pada
komponen tersebut yang telah dikaji di ruang lingkup studi mengenai dampak penting yang
ditelaah berdasarkan data-data perhitungan pada rona awal lingkungan. Hal ini
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) VI - 1
mempertimbangkan hasil prakiraan yang berdampak positif maupun negatif. Berikut ini Tabel
6.1. mengenai matriks evaluasi pada tahap pra-konstruksi.
Tabel 6.1. Matriks evaluasi pada tahap pra-konstruksi.
A
53
54
53
55
45
54
45
43
B
43
43
43
C
2 4
4 5
3 4 4
3 4 4
3 3 3
3 5 4
D
43
1 + K
K
27 50 54
K
2 Pendapatan Masyarakat dan PAD 9 25 36 2 32 50 64 4 2 +
3
7 Penurunan Kualitas dan kuantitas air tanah 12 25 48 3
Penurunan kualitas & Kuantitas air permukaan 20 25
48 3
25 36 2
SOSEKBUDKESMAS
5 20 25
BIOTIK
80 4
3 Biota air 12 25
1 Gangguan kesehatan masyarakat 12 25 48
KESEHATAN MASYARAKAT
1 Kesempatan Kerja dan Berusaha 8 25 32 2 20 25 80 4 2 +
3
3 Sikap dan Persepsi masyarakat 9
2 Fauna 12 25 48 3
1 Vegetasi 12 25 48 3
25 100 5
480
8 Penurunan Kualitas Tanah 12 25 48 3
Kerusakan jalan
6
4 Erosi dan Sedimentasi 25
3 Gangguan lalu lintas 15 25 60 3
2 Kualitas udara dan kebisingan 20 25 80 4
maks % B B-A (+/-) K/T
1 Perubahan bentuk lahan 15 25 60 3
M x I
ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
No. KOMPONEN LINGKUNGAN
Rona Lingkungan AwalTahap Prakiraan Dampak
Evaluasi DampakPra Konstruksi Penting
M/I M x IM x I M x I Skala
1 2Maks % A
M x I M x I Skala Skala Dampak
Sumber: author by conducted
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap pra-
konstruksi dengan 3 (tiga) komponen yaitu komponen mengenai kesempatan kerja dan
berusaha akan dikelola (K); mengenai pendapatan masyarakat dan PAD akan dikelola (K)
dan komponen sikap dan persepsi masyarakat akan dikelola (K). hasil yang diperoleh dari
analisis evaluasi dampak besar pada kegiatan tersebut disimpulkan akan berdampak besar
dan positif pada setiap kegiatan.
2. Tahap Konstruksi
Pada tahap kontruksi berdasarkan hasil prakiraan dampak, kegiatan yang berdampak
pada seluruh komponen abiotik, biotik, sosekbud dan kesehatan masyarakat. Berikut ini
Tabel 6.2. mengenai hasil analisis tim pada tahap kontruksi. Setelah tahap perhitungan rona
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) VI - 1
awal lingkungan pada komponen tersebut yang telah dikaji di ruang lingkup studi mengenai
dampak penting yang ditelaah berdasarkan data-data perhitungan pada rona awal lingkungan.
Hal ini mempertimbangkan hasil prakiraan yang berdampak positif maupun negatif.
Tabel 6.2. Matriks evaluasi pada tahap konstruksi.
A
5 2 43 3 2
5 2 2 3 34 5 5 3 1
5 33 3
5 25 5
4 25 5
5 24 5
4 25 5
4 23 4
5 24 4
B BIOTIK
4 23 5
4 23 5
4 33 3
C SOSEKBUDKESMAS
24
33
33
D SOSEKBUDKESMAS
4 2 2 33 4 5 2
3 Gangguan kesehatan masyarakat 12 25 48 3 24 75
2 Fauna 12 25 48 3
2 Pendapatan Masyarakat dan PAD 9 25
10
8 Penurunan Kualitas Tanah 12 25 48 3 8
1
9
10
10
7 Penurunan Kualitas dan kuantitas air tanah 20 25 80 4
6 Penurunan kualitas & Kuantitas air permukaan 20 25 80 4
5 Kerusakan jalan 20 25 80 4
2 -2 -
2 Kualitas udara dan kebisingan 20 25 80 4
10 25 40 2
3 Gangguan lalu lintas 15 25 60 3
54 Erosi dan Sedimentasi 25 25 100 -3
C-A
1 Perubahan bentuk lahan 15 25 60 3
3M x I
-1
ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
% A
No. KOMPONEN LINGKUNGAN
20 25 80
1 Kesempatan Kerja dan Berusaha 8 25 32 2
Vegetasi 12 25 48 3
Timbulan Sampah dan Sanitasi Lingkungan
3 Biota air 12 25 48 3
4
3 Sikap dan Persepsi masyarakat 9 25 36 2
36 2
Tahap Prakiraan Dampak Evaluasi Dampak
Konstruksi Penting
4 M x ISkala Skala Dampak
(+/-) K/TC
Rona Lingkungan Awal
maks %M x I
M x I M x IM/I
M x I
Maks
- K-1
-2
25 36 2
10 40
2 -225 40
25
25 40
2 -2
Skala1 2
- K
- K
214 50 28
32 100 32 2
9
25 40 3
32
25
25
25 32 2
36 29 25
10
K
40
8
2 -1
2
-
-2 -
- K
- K
- K
T
-1 - K
-1
0
- K
K
K
2 -1 - K32
Sumber: author by conducted
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap
konstruksi dengan komponen abiotik, biotik, sosekbud dan kesehatan masyarakat yaitu
komponen abiotik seluruhnya akan dikelola; komponen biotik maya fauna (TK) yang tidak
dikelola vegetasi (K) dan biota air (K) akan dikelola; komponen sosekbudkesmas akan dikelola
antara lain persepsi masyarakat (K) dan gangguan kesehatan masyarakat (K). hasil yang
diperoleh dari analisis evaluasi dampak besar pada kegiatan tersebut disimpulkan akan
berdampak besar dan negatif pada setiap kegiatan.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) VI - 1
3. Tahap Operasional
Pada tahap operasional berdasarkan hasil prakiraan dampak, kegiatan yang
berdampak pada seluruh komponen abiotik, biotik, sosekbud dan kesehatan masyarakat.
Berikut ini Tabel 6.3. mengenai hasil analisis tim pada tahap operasional. Setelah tahap
perhitungan rona awal lingkungan pada komponen tersebut yang telah dikaji di ruang lingkup
studi mengenai dampak penting yang ditelaah berdasarkan data-data perhitungan pada rona
awal lingkungan. Hal ini mempertimbangkan hasil prakiraan yang berdampak positif maupun
negatif.
Tabel 6.3. Matriks evaluasi pada tahap operasional
6 Penurunan kualitas & Kuantitas air permukaan 20 25 80
7 Penurunan Kualitas dan kuantitas air tanah 20 25 80 4
4
5 Kerusakan jalan 20 25 80 4
4 Erosi dan Sedimentasi 25 25 100 5
2 Kualitas udara dan kebisingan 20 25 80
3 Gangguan lalu lintas 15 25 60 3
4 9 25 36 2
% B B-A (+/-) K/T
ABIOTIK (FISIK-KIMIA)
-2 - K
1 Perubahan bentuk lahan 15 25 60 3
Tahap
No. KOMPONEN LINGKUNGAN
Rona Lingkungan AwalPrakiraan Dampak
Evaluasi DampakPenting
M/I M x IM x I M x I Skala
1Maks % A
M x IM x I M x I Skala Skala Dampak
maks
Sumber: author by conducted
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) VI - 1
Berdasarkan hasil prakiraan dampak besar maka dapat disimpulkan pada tahap
konstruksi dengan komponen abiotik, biotik, sosekbud dan kesehatan masyarakat yaitu
komponen abiotik pada kualitas udara dan kebisingan yang akan dikelola; komponen biotik
tidak ada yang akan dikelola (TK); komponen sosekbudkesmas yang tidak akan dikelola
antara lain persepsi masyarakat (TK), pendapatan masyarakat dan PAD akan dikelola (K) dan
gangguan kesehatan masyarakat (K) akan dikelola. hasil yang diperoleh dari analisis evaluasi
dampak besar pada kegiatan tersebut disimpulkan akan berdampak besar dan negatif pada
setiap kegiatan.
6.1. Pemilihan Alternatif Terbaik
Dalam kajian ANDAL ini, beberapa alternatif komponen rencana usaha dan/atau
kegiatan, seperti alternatif lokasi sudah sesuai dengan tata ruang dan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman.
Alternatif teknologi yang akan digunakan selama berlangsung kegiatan penambangan
ini mengikuti standar dan persyaratan teknis kegiatan penambangan yang berlaku, baik
terhadap jumlah alat-alat kerja maupun penggunaan alat-alat kerja tersebut.
6.2. Telaahan Sebagai Dasar Pengelolaan
Perubahan terhadap komponen lingkungan hidup yang terkena dampak kegiatan
penambangan PT. Puser Bumi Indonesia di Desa Cangkringan Kecamatan Pakem Kabupaten
Sleman baik dampak positif maupun dampak negatif, perlu dilakukan upaya pengelolaan
dampak. Dampak negatif penting yang harus dikelola terutama dampak primer karena dengan
dikelolanya dampak primer tersebut maka dampak lanjutannya tidak akan terjadi lagi.
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) VI - 1
6.3. Rekomendasi Penilaian Kelayakan Lingkungan
Berdasarkan hasil evaluasi dampak penting yang telah dilakukan sebelumnya secara
holistik, diketahui bahwa rencana kegiatan penambangan Golongan Galian C (pasir dan baru)
PT. Puser Bumi Indonesia di Desa Cangkringan Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman
berpotensial menimbulkan dampak penting, baik dampak penting bersifat positif maunpun
dampak penting bersifat negatif.
Dampak penting bersifat positif di perkirakan timbul hampir pada seluruh tahapan
kegiatan. Dampak positif tersebut antara lain :
1. Terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha
2. Peningkatan pendapatan masyarakat dan PAD
3. Persepsi positif masyarakat
Demikian pula dampak negatif penting, di perakirakan timbul hampir pada seluruh
tahapan kegiatan penambangan ini. Dampak negatif penting tersebut antara lain :
1. Perubahan bentang lahan
2. Penurunan kualitas udara dan kebisingan
3. Terjadinya erosi dan sedimentasi
4. Penurunan kualitas perairan sungai
5. Terganggunya kehidupan flora fauna darat
6. Terganggunya kehidupan biota perairan
7. Penurunan kesehatan masyarakat dan pekerja
8. Timbulan sampah dan sanitasi lingkungan
Dampak negatif penting yang timbul tersebut pada dasarnya masih dapat dikelola
melalui beberapa pendekatan pengelolaan lingkungan hidup, antara lain pendekatan
teknologi, sosial ekonomi, dan pendekatan institusi.
Dengan adanya pengelolaan lingkungan hidup, diharapkan dampak positif dapat terus
dikembangkan dan dampak negatif dapat diminimalkan, sehingga nantinya kegiatan
penambangan PT. Puser Bumi Indonesia di Desa Cangkringan Kecamatan Pakem Kabupaten
Dok. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) VI - 1
Sleman dapat memberikan konstribusi berarti bagi pembangunan masyarakat sekitar secara
khusus dan pembangunan Nasional secara umum.
Berdasarkan pada pertimbangan tersebut diatas, maka kegiatan penambangan
Golongan Galian C (pasir dan baru) PT. Puser Bumi Indonesia di Desa Cangkringan
Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman secara pengelolaan ekologi, ekonomi dan sosial
dalam kajian analisis dampak lingkungan DINYATAKAN LAYAK LINGKUNGAN mengingat
daya dukung lingkungan sebagai kawasan penambangan ini masih memadai, sepanjang tetap
dilakukan upaya pengendalian, pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dengan
sungguh-sungguh sesuai dengan arahan dalam Rencana Pengelolaan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R, D.S. Sjafei, M,F. Rahardjo dan Sulistijo. 1992. Ikhtiologi. Suatu Pedoman Kerja
Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktuir Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alaerts, G dan Sri Sumestri S. 1987. Metode Penelitian Air. Cetakan Pertama Surabaya
APHA, 1976. Standart Method for Examination of Water and Waste Water, Fourteenth Edition. PHA-AWWA-WPFC Publishing Co., Washington D.C.
Arsyad, S, 1991. Dasar-Dasar Konservasi Tanah dan Air, PT. Sinar Dunia, Edisi Ketiga, Jakarta.
Canter, L.W, 1997. Environmental Impact Assesment. McGraw-Hill, Inc, New York
Davis, M. C., 1995. The Marine and Freshwater Plankton. Michigan State Univ. Press, USA.
Dunne, T. 1977. Evaluation of Erosion Condition and Trends, p.53-83. In Guidelines for Watershed Management, p. 53 – 83. FAO Conservation Guide No.1
Fandeli, C. 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan Pemahamannya dalam Pembangunan. Liberty, Yogyakarta.
Fardiaz, Srikandi, 1992. Polusi Air dan Udara. Edisi I, cetakan I, Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Gunawan, S. 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hamer, W. I. 1982. Final Soil Conservation Consultant Report. Tech. Note No.26. Centre for Soil Research, Bogor.
Hardjasoemantri, K., 1993. Hukum Perlindungan Lingkungan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Yogyakarta; Gadjah Mada university Press.
Name : Lighar Dwinda Prisbitari NIM: 13/354980/PMU/7905 Sex : Female Place,Date of Birth : Lamongan, June 3 1990 Nationality : Indonesia Health : Very good Religion : Muslim
Address : Samirono lama CT VI No.278, Depok Sleman, Yogyakarta 55281
2008 – 2012 : Forest Resource Conservation and Ecotourism, Faculty of Forestry, Institut
Pertanian Bogor 2013 – Now : Student of Magister Enviroment Management,Gadjah Mada University
EXPERIENCE
1. 2008 : Member of Public Relation Division IFSS 2008 2. 2009 – 2010 : Member of Teater Rumput Fakultas of Forestry IPB 3. 2009 – 2013 : Staff of Agroedutourism in IPB 4. 2010 – 2011 : Treasure of KPE (Kelompok Pemerhati Ekowisata) Himakova
IPB 5. 2010 : Secretary II of Bina Corps Rimbawan IPB 6. February-March 2013 : English Course at Pare, Kediri, East Java 7. February-March 2013 : Mandarin course at Pare, Kediri, East Java 8. November 2013-Now : Staff of Jogja English Yogyakarta
SKILLS
1. Computer skills: Mocrosoft office 2. Research interesting skills for Forest Conservation 3. English Active; Mandarin Passive; Tradisional Dance; Modern Dance;