PROPOSAL PENELITIAN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP MODEL MATEMATIKA EKSTRIM FUNGSI MELALUI PROBLEM SOLVING KELAS XI (SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi ini mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan yang memiliki dampak positif maupun negatif. Perkembangan teknologi ini di mulai dari negara maju, sehingga sebagai negara berkembang perlu mensejajarkan diri. Dengan perkembangan teknologi ini pemerintah perlu meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan yang dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas. Peningkatan kualitas ini dilakukan dengan peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan tenaga
53
Embed
BAB I - · Web viewPembelajaran matematika selama ini belum berhasil meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep dan aturan ... mendeskripsikan ... dan dalam dunia kerja
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROPOSAL PENELITIAN
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP
MODEL MATEMATIKA EKSTRIM FUNGSI MELALUI PROBLEM
SOLVING KELAS XI
(SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat berpengaruh dalam
dunia pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi ini mengakibatkan
berkembangnya ilmu pengetahuan yang memiliki dampak positif maupun
negatif. Perkembangan teknologi ini di mulai dari negara maju, sehingga
sebagai negara berkembang perlu mensejajarkan diri.
Dengan perkembangan teknologi ini pemerintah perlu meningkatkan
pembangunan di bidang pendidikan yang dilihat dari segi kualitas maupun
kuantitas. Peningkatan kualitas ini dilakukan dengan peningkatan sarana dan
prasarana, peningkatan tenaga profesionalisme, tenaga pendidik, dan
peningkatan mutu anak didik. Dalam meningkatkan mutu pendidikan,
penguasaan materi merupakan salah satu unsur penting yang harus
diperhatikan guru dan siswa.
Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam
mengembangkan dirinya dan untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia, sehingga manusia mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang
terjadi, menuju arah yang lebih baik.
Pembelajaran adalah suatu proses, dimana siswa tidak hanya menyerap
informasi yang disampaikan guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan
tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Inti dari pembelajaran adalah siswa yang belajar.
Pembelajaran matematika selama ini belum berhasil meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep-konsep dan aturan-aturan matematika. Pada
hal belajar matematika pada dasarnya merupakan belajar konsep. Selama ini
siswa cenderung menghafal konsep-konsep matematika, tanpa memahami
maksud dan isinya. Dengan demikian pembelajaran matematika disekolah
merupakan masalah. Jika konsep dasar diterima murid secara salah, maka
sangat sukar memperbaiki kembali, terutama jika sudah diterapkan dalam
menyelesaikan soal-soal matematika. Tetapi jika murid bersifat terbuka masih
ada harapan untuk memperbaikinya sebelum siswa menerapkannya dalam
menyelesaikan soal-soal matematika. Namun jika murid bersifat tertutup,
maka kesalahan itu akan dibawa terus sampai pada suatu saat mereka
menyadari bahwa konsep-konsep dasar yang mereka miliki adalah keliru.
Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana siswa memahami konsep-
konsep matematika secara bulat dan utuh, sehingga jika diterapkan dalam
menyelesaikan soal-soal matematika siswa tidak mengalami kesulitan.
Gambaran permasalahan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep-konsep matematika. Mengingat pentingnya matematika maka
diperlukan pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan guru yaitu
dengan menawarkan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika. Salah satu cara untuk
mengatasi yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran menggunakan
pendekatan problem solving.
Pendekatan problem solving merupakan suatu cara penyajian pelajaran
dengan cara siswa dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan atau
diselesaikan baik secara individu maupun secara kelompok.
Penerapan pendekatan problem solving ini dalam pembelajaran
matematika khususnya pokok bahasan model matematika ekstrim fungsi
melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar
peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih
baik.
Dalam rangka memperhatikan permasalahan dalam pembelajaran
matematika, lebih-lebih upaya meningkatkan kemampuan memahami konsep
maka penulis memilih judul ”Upaya Peningkatan Kemampuan Memahami
Konsep Model Matematika Ekstrim Fungsi Melalui Problem Solving Kelas
XI” .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat didentifikasikan
beberapa masalah, sebagai berikut:
1. Untuk memilih metode dan pendekatan dalam mengajar guru perlu
memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar,
seperti materi yang akan dipelajari siswa. Persoalan yang muncul adalah
apakah penggunaan pendekatan problem solving sudah tetap digunakan
dalam menyampaikan pokok bahasan model matematika ekstrim fungsi.
2. Dalam menyelesaikan soal matematika dibutuhkan keterampilan dalam
memecahkan masalah. Permasalahan yang timbul adalah dapatkah
pendekatan problem solving meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami konsep soal cerita pada pokok bahasan model matematika
ekstrim fungsi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih
terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya
pembatasan masalah yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya meneliti kelas XI SMA Islam Sudirman Ambarawa
semester II (genap) tahun ajaran 2007/2008.
2. Metode pengajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan
problem solving.
3. Materi matematika dibatasi pada pokok bahasan model matematika
ekstrim fungsi kelas XI.
4. Dalam penelitian ini penulis meneliti tentang peningkatan kemampuan
memahami konsep khususnya soal cerita pada pokok bahasan model
matematika ekstrim fungsi kelas XI.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan pendekatan problem solving sudah tetap digunakan
dalam menyampaikan pokok bahasan model matematika ekstrim fungsi?
2. Adakah peningkatan kemampuan siswa dengan pendekatan problem
solving dalam memahami konsep soal cerita pada pokok bahasan model
matematika ekstrim fungsi?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara murni bertujuan untuk mengetahui atau
mendeskripsikan jawaban dari permasalahan umum dan secara khusus.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan proses
pembelajaran matematika melalui problem solving yang dilakukan guru
matematika SMA Islam Sudirman Ambarawa dan untuk mengetahui hasil
belajar matematika siswa, selain itu untuk mengetahui tindakan yang
dilakukan guru SMA Islam Sudirman Ambarawa pada saat proses
pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan matematika siswa.
Secara khusus, penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa
kelas XI SMA Islam Sudirman Ambarawa semester II (genap). Tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah pendekatan problem solving sudah tepat
digunakan dalam menyampaikan pokok bahasan model matematika
ekstrim fungsi.
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam memahami
konsep soal cerita pada pokok bahasan model matematika ekstrim fungsi
dengan menggunakan pendekatan problem solving.
F. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini penulis berharap semoga hasilnya bermanfaat
untuk:
1. Memberi masukkan kepada guru dan calon guru matematika dalam
menentukan metode atau pendekatan mengajar yang tepat, yang dapat
menjadi alternatif lain selain pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru
dalam pelajaran matematika.
2. Menambah pengetahuan penulis sebagai calon pendidik.
3. Penelitian ini diharapkan dapat mencapai keberhasilan dalam dunia
pendidikan terutama pengajaran matematika pada pokok bahasan
himpunan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka, tinjauan teori, kerangka
pemikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka adalah tinjauan hasil penelitian yang
relevan dengan masalah penelitian. Tinjauan teori-teori yang berkaiatan dengan
variabel penelitian. Kerangka pemikir adalah konsep dasar untuk menjawab
permasalahan yang diangkat dari tinjauan pustaka dan teori.
A. Tinjauan Pustaka
Dalam rangka ikut serta memperhatikan permasalahan pengajaran,
lebih-lebih meningkatkan mutu pendidikan dan bertolak pada banyaknya
siswa SMA yang mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep matematika.
Sehingga perlu dicari dan didentifikasi, agar dapat diketahui letak
kesalahannya dan dapat segera dicari alternatif pemecahannya, maka penulis
terdorong untuk mengadakan penelitian ini.
Pada penelitian Aning Darwanti (2001:92) dengan judul “Upaya
Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada
Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Dengan Satu Peubah
Melalui Langkah Polya”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita meningkat dengan
diterapkannya langkah polya. Pengambilan penelitian Aning Darwanti karena
adanya kesamaan dalam penelitian ini, yaitu dalam peningkatan kemampuan.
Selain itu penggunaan langkah polya berhubungan dengan problem solving,
dimana sebelum siswa menyelesaikan soal, terutama soal cerita siswa terlebih
dahulu membuat langkah polya, yaitu siswa harus mengetahui mana yang
diketahui dari soal cerita tersebut.
Penelitian Rina Puspitasari (2001:79) dengan judul “Upaya
Peningkatan Pemahaman Pecahan melalui Metode Demonstrasi” (PTK
pembelajaran matematika di kelas IV SD Sembungharjo II Pulokulon
Grobogan). Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman
matematika siswa antara lain perilaku siswa, yaitu: keaktifan, kreativitas, dan
pemahaman siswa untuk menguasai materi ajar. Pengembangan perilaku siswa
tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran dengan metode demonstrasi
untuk meningkatkan pemahaman siswa. Pengambilan penelitian Rina
Puspitasari karena adanya kesamaan dalam penelitian ini, yaitu pemahaman,
dimana dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang pemahaman konsep.
Penelitian Maghfiroh (2001:76) dengan judul “Pengajaran Matematika
Dengan Pendekatan Problem Solving Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada
Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau Dari Motivasi
Siswa”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi
antara pendekatan problem solving yang digunakan untuk kelas eksperimen
dan metode konvensional yang digunakan untuk kelas kontrol. Hal ini
didasarkan dari analisis data diperoleh Fb=4,825 > Ftab=3,999. Pengambilan
penelitian Maghfiroh karena adanya kesamaan dalam penelitian ini, yaitu
penggunaan pendekatan problem solving.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di atas
maka perbedaan dengan penelitian ini terletak pada materi dan objek yang
diteliti, dalam penelitian ini materi yang akan diteliti adalah model matematika
ekstrim fungsi, sedangkan objek yang diteliti adalah kelas XI SMA Islam
Sudirman Ambarawa, semester II (genap) taun pelajaran 2007/2008, dengan
judul “Upaya Peningkatan Kemampuan Memahami Konsep Model
Matematika Ekstrim Fungsi melalui Problem Solving Kelas XI SMA Islam
Sudirman Ambarawa”.
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubah pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan
kemampuannya, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu
yang belajar (Uzer Usman, 1993:5).
Mouly mengemukakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah
proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman.
Pendapat Kimble dan Garmezi bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Sedangkan Garry dan Kingsley menyatakan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang orisinal (asli) melalui pengalaman dan
latihan-latihan. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
2. Pengertian Matematika
Matematika ada karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses dan penalaran yang terbagi menjadi empat wawasan
yang luas, yaitu Aritmatika, Aljabar, Geometri, dan Analisis. Ada
kelompok matematikawan yang berpendapat bahwa matematika adalah
ilmu yang dikembangkan untuk matematika sendiri. Mereka berpendapat
bahwa matematika adalah ilmu tentang struktur yang bersifat deduktif atau
aksiamatik, akurat, abstrak, dan sebagainya. Artinya matematika
merupakan pengetahuan yang bersifat rasional yang kebenarannya tidak
tergantung kepada pembuktian secara empiris, tetapi secara deduktif
(Ruseffendi, 1980:148).
Ruseffendi (1990) mengemukakan bahwa “Matematika adalah
ratunya ilmu sekaligus pelayannya”. Dari pernyataan tersebut dapat
diartikan bahwa matematika tidak tergantung pada bidang studi lain, tetapi
sebaliknya bidang studi lain tanpa matematika tidak berkembang.
3. Pengertian Pemahaman Konsep
a. Pengertian Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita untuk
mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan non
contoh (Ruseffendi, 1980:138). Konsep dasar dapat dipelajari melalui
definisi atau penggunaan langsung. Disamping itu konsep juga dapat
dipelajari dengan cara melihat, mendengar, mendiskusikan, dan
memikirkannya.
Menurut Nana Sudjana (1989:14), “Konsep atau pengertian
adalah serangkaian perangsang dengan segala sifat-sifat yang sama”.
Menurut Oemar Hamalik (2000:132), bahwa konsep adalah
kelas/kategori stimulus yang memiliki ciri-ciri umum.
Dari pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
konsep adalah suatu ide atau gagasan yang memungkinkan kita untuk
dapat mengelompokkan benda ke dalam contoh dan bukan contoh
yang merupakan suatu kesan jiwa dari mutu, sifat atau ciri yang ada
dan umumnya mewakili sebuah pikiran.
Kegiatan belajar mengajar yang tujuannya sangat terperinci
akan mengakibatkan pemahaman dan penguasaan konsep matematika
menjadi sangat sulit karena sangat mementingkan hasil belajar dengan
mengabaikan proses belajarnya. Penggunaan sekedar rumus-rumus
matematika tanpa pengertian yang mendalam akan menjadi hafalan.
Dalam mempelajari suatu konsep diperlukan suatu pengertian tentang
konsep tersebut. Selanjutnya tidak ada satu konsep atau teorema dalam
matematika yang perlu dihafal tanpa pengertian.
Ruseffendi (1991:158) menyatakan bahwa konsep dapat
dipelajari dengan baik apabila representasinya di mulai dengan benda-
benda konkrit yang beraneka ragam.
1. Dengan melihat berbagai contoh siswa akan memperoleh
penghayatan yang lebih baik.
2. Dengan banyaknya contoh itu akan lebih banyak menerapkan
konsep itu ke dalam situasi yang lain.
Beberapa petunjuk yang harus diperhatikan oleh guru dalam
mengajarkan bahan pelajaran yang sifatnya konsep (Nana Sudjana,
1989:15) antara lain:
1. Merenungkan arah, orientasi dan aplikasi konsep yang harus
dipelajari.
2. Meninjau kembali unsur prasyarat konsep yang hendak dipelajari.
3. Menyajikan stimulus sederhana yang tepat dari unsur-unsur yang
ada dalam konsep sehingga unsur, pola atau hubungan bersama
dapat diketahui.
4. Mendefinisikan dan mengasosiasikan nama konsep.
5. Memperluas asosiasi melalui berbagai contoh dan aplikasi.
6. Mempertajam kemampuan membedakan dengan menggunakan
lebih banyak contoh yang realistik.
7. Memberikan latihan dan peninjauan kembali.
8. Menguji kemampuan melalui contoh konsep, menggunakan
konsep, mendefinisikan konsep, dan menamakan konsep.
Penyajian konsep yang baru harus didasarkan pada pengalaman
yang terdahulu karena siswa akan mengingat konsep-konsep baru lebih
baik bila konsep baru itu tidak bertentangan dengan konsep yang telah
dikenal sebelumnya. Konsep-konsep matematika tingkat lebih tinggi
tidak mungkin bila prasyarat yang mendahului konsep-konsep itu
belum dipelajari.
Menurut Oemar Hamalik (2000: 134), bahwa siswa telah
mengetahui suatu konsep apabila:
1. Dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep,
2. Dapat menyatakan ciri-ciri konsep tersebut,
3. Dapat memilih atau membedakan contoh-contoh,
4. Mampu memecahkan masalah yang berkenaan dengan konsep
tersebut.
b. Pemahaman Konsep
a) Pengertian Pemahaman Konsep
Menurut Ruseffendi (1980:138) menyatakan bahwa
“konsep dalam matematika adalah ide/gagasan yang
memungkinkan kita untuk mengelompokkan tanda (objek) ke
dalam contoh dan bukan contoh.
Konsep dalam matematika adalah abstrak yang
memungkinkan kita untuk mengelompokkan (mengklasifikasikan)
objek/kejadian. Konsep tinggi dapat berupa hubungan antara
konsep-konsep dasar. Konsep dasar dipelajari devinisi/pengamatan
langsung, misalnya siswa belajar mengelompokkan bangun ruang.
Disamping itu konsep dapat dipelajari dengan cara melihat,
mendengar, mendiskusikan, dan memikirkan tentang bermacam-
macam contoh.
b) Unsur-unsur
Unsur-unsur yang mempengaruhi pemahaman konsep:
1) Siswa yang masih berada pada tahap operasi konkrit dalam
belajar konsep biasanya perlu melihat dan memegang yang
dinyatakan oleh konsep itu.
2) Proses Operasional Formal
Proses ini mempelajari konsep siswa melalui diskusi dan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Siswa yang
memahami konsep akan mampu memisahkan contoh konsep
dan bukan konsep.
3) Perkembangan Intelektual Siswa
Pengajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan konsep/
pokok bahasan dan perkembangan intelektual siswa. Dengan
demikian diharapkan akan terdapat keserasian antara
pengajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dasar
matematika dan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah (problem solving).
4. Pengertian Pendekatan
Pendekatan dalam belajar mengajar adalah melakukan proses
belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses
menjalani untuk memperoleh pemecahan (A. Tabrani Rusyan, 1994:1).
5. Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pendekatan dalam belajar mengajar adalah melakukan proses
belajar mengajar yang menekankan pentingnya belajar melalui proses
menjalani untuk memperoleh pemahaman (A.Tabrani Rusyan dkk.
1994:1).
Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:255) pendekatan dalam
matematika ada empat yang paling berpengaruh:
a. Urutan belajar yang bersifat perkembangan (development learning
squences)
b. Belajar tuntas (matery learning)
c. Strategi belajar (learning strategi)
d. Pemecahan masalah (problem solving)
Moh. Uzer Usman (1993:130) mendefinisikan bahwa problem
solving adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa
dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan
baik secara individu maupun secara kelompok.
Abdurahman Mulyono (1999: 254) mendefinisikan bahwa yang
dimaksud dengan pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan
keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa
kombinasi konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan situasi yang
berbeda.
Dalam bukunya Herman Hudoyo (1979:157) menyatakan bahwa,
“suatu pertanyaan akan merupakan masalah hanya jika seseorang tidak
mempunyai aturan atau hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan
untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut”. Di dalam buku Herman
Hudoyo, pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa biasanya disebut soal.
Dengan demikian soal-soal matematika akan dibedakan menjadi dua
bagian:
a. Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika adalah bersifat
berlatih agar trampil dan sebagai aplikasi dari pengertian yang baru
saja diajarkan.
b. Masalah tidak seperti halnya latihan tadi, menghendaki siswa untuk
menggunakan sintesa atau analisa. Untuk menyelesaikan suatu
masalah, siswa harus menguasai hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya, yaitu mengenai pengetahuan, keterampilan, dan
pemahaman.
Dari pengertian tentang “masalah” di atas, maka mengerjakan
pemecahan masalah kepada siswa merupakan kegiatan seorang guru
dimana guru itu membangkitkan siswa-siswanya agar menerima dan
merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan olehnya dan kemudian
membimbingnya untuk sampai penyelesaian masalah.
Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah
memungkinkan siswa menjadi lebih analitis di dalam mengambil
keputusan di dalam kehidupan. Dengan perkataan lain, bila siswa dilatih
untuk menyelesaikan masalah, maka siswa akan mampu mengambil
keputusan sebab siswa mempunyai keterampilan bagaimana
mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisa informasi dan
menyadari perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.
Adapun tujuan dan manfaat pendekatan problem solving menurut
Moh. Uzer Usman (1993:131) adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan siswa di dalam memecahkan masalah-
masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional.
b. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, dan analitis.
c. Mengembangkan sikap toleransi terhadap pendapat orang lain serta
sikap hati-hati dalam mengemukakan pendapat (untuk pengajaran
kelompok).
Menurut Syaiful Bahri D dan Aswan Zain (1997:103), pengajaran
dengan pendekatan problem solving mempunyai langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.
Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf
kemampuannya.
b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut, misalnya: membaca buku, bertanya,
diskusi.
c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
d. Menguji kebenaran jawaban.
Untuk menguji kebenaran jawaban sementara tentu saja diperlukan
metode-metode lainnya seperti diskusi, demonstrasi, dan lain-lain.
e. Menarik kesimpulan.
Dalam memecahkan masalah matematika, siswa harus menguasai
cara mengaplikasikan konsep dan menggunakan komputasi dalam
berbagai situasi baru yang berbeda-beda.
Ruseffendi (1988:341), mengemukakan bahwa dalam
pembelajaran problem solving biasanya ada lima langkah yang harus
dilakukan:
a. Merumuskan pemecahan masalah dengan jelas.
b. Menyatakan kembali persoalannya dalam bentuk yang dapat
diselesaikan.
c. Menyusun hipotesis (sementara dan strategi pemecahannya).
d. Melaksanakan prosedur pemecahan.
e. Melakukan evaluasi terhadap penyelesaian.
Sedangkan menurut J. Dewey dalam kukunya Oemar Hamalik
(2002:176), langkah-langkah dalam problem solving adalah:
a. Menyadari dan merumuskan masalah.
b. Menentukan hipotesis.
c. Mengumpulkan data-data.
d. Mengetes hipotesis dengan data-data.
e. Menarika kesimpulan.
f. Melaksanakan keputusan.
Menurut Kennedy yang dikutip oleh Lovit (1989) dalam bukunya
Mulyono Abdurrahman (1999:257) pemecahan masalah dalam matematika
terdiri atas empat langkah pokok:
a. Memahami masalah yaitu pengenalan pada apa yang diketahui atau
tidak, data yang tersedia, dan apa yang ingin didapat.
b. Menyusun rencana, pada langkah ini diperlukan kemampuan untuk
melihat hubungan antara data yang ada, data yang dicari dengan
menggunakan alat bantu. Untuk itulah harus dilakukan sebuah rencana
pemecahan masalah dengan memperhatikan, misalknya apakah siswa
pernah mempunyai masalah sebelumnya, apakah siswa dapat
menggunakan teorema untuk menyelesaikan masalah.
c. Melaksanakan rencana. Merealisasikan rencana yang telah dibuat
sesuai dengan langkah-langkah yang ada.
d. Memeriksa kembali. Memastikan rencana-rencana yang sudah dibuat
sesuai dengan langkah-langkah yang digunakan dalam pemecahan
masalah.
Menurut Syaiful Bahri D dan Aswan Zain (1997:105), pendekatan
problem solving mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
a. Kelebihan pendekatan problem solving
1. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih
relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat
membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah
secara trampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam
kehidupan, dalam masyarakat, dan dalam dunia kerja kelak
merupakan suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi
kehidupan manusia.
3. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa
secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya
siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan
dari berbagai segi dalam rangka mencari penyelesaiaannya.
b. Kekurangan pendekatan problem solving
1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta
pengetahuan, dan pengalaman yang telah dimiliki siswa sangat
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa
mengambila waktu pelajaran yang lain.
3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan
menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak
berfikir memecahkan masalah sendiri atau kelompok, yang
kadang-kadangan memerlukan berbagai sumber belajar merupakan
kesulitan tersendiri bagi siswa.
C. Kerangka Pemikiran
Peningkatan kemampuan memahami konsep belajar siswa dalam
pembelajaran matematika saat ini kurang diperhatikan, bahkan sering
dianggap sebagai sesuatu yang sepele. Hal ini menyebabkan hasil belajar
matematika cenderung rendah, kalaupun ada perubahan sangat kecil sekali.
Meningkatkan pemahaman belajar siswa dalam pembelajaran
matematika merupakan salah satu pekerjaan pendidikan sebagai tugas bersama
dari semua pihak yang terlibat. Setiap pekerja pendidikan harus memahami
pekerjaannya masing-masing, maka perlu memilih prosedur yang cocok.
Pembelajaran matematika di kelas XI SMA masing banyak hambatan
dan permasalahan diantaranya kurangnya keaktifan siswa, kreatifitas siswa,
serta rendahnya pemahaman belajar siswa. Berdasarkan permasalahan ini
pemahaman belajar siswa yang dibatasi pada keaktifan, kreatifitas, dan
pemahaman matematika dalam pembelajaran matematika perlu ditingkatkan
dengan melakukan evaluasi dan penyelesaian-penyelesaian dalam hal
pembelajaran yang dilakukan guru.
D. Hipotesis
Jika pembelajaran matematika dalam menyelesaikan soal cerita
melalui pendekatan problem solving dilakukan oleh guru dengan benar dan
tepat, maka kemampuan matematika siswa kelas XI dalam memahami soal
cerita dan menyelesaikan soal cerita akan meningkat sehingga hasil belajar
matematika siswa meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR) yang dapat didefinisikan menurut Kemmis
dan Mc. Taggart adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri yang dilakukan
oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran
dan keadilan praktek pendidikan dan praktek sosial, serta pemahaman
terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-
praktek tersebut. Elliot memberi batasan penelitian tindakan adalah kajian
situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindak didalamnya
seluruh prosesnya …. telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, dan pengaruh … menciptakan hubungan yang diperlukan antara
evaluasi diri dan perkembangan professional.
Penelitian ini secara garis besar dilakukan dalam empat tahap
(Suwarsih Madya, 1994: 19-24) yaitu:
1. Penyusunan Rencana
Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun
dan dari definisi harus prospektif pada tindakan, rencana itu harus
memandang kedepan. Rencana harus mengakui tindakan sosial tidak dapat
diramalkan dan harus fleksibel untuk dapat diadaptasikan dengan
pengaruh yang tidak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya terikat.
2. Tindakan
Tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang dilakukan
secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktek yang cermat
dan bijaksana. Tindakan dilakukan guru dan peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan/perubahan yang diinginkan.
3. Observasi
Observasi dalam penelitian adalah mengamati hasil dari tindakan
yang dilaksanakan atau dikenakan siswa. Observasi berfungsi untuk
mendokumentasikan pengaruh tindakan-tindakan terkait.
4. Refleksi
Yang dimaksud refleksi adalah mengingat dan merenungkan
kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi.
Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan dengan berbagi kriteria.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Yang dimaksud dengan tempat penelitian adalah sekolahan tempat
peneliti mengambil populasi dan sampel untuk mendapatkan data dalam
penelitiannya. Tempat yang digunakan sebagai penelitian tentang
penggunaan pendekatan problem solving untuk meningkatkan pemahaman
siswa adalah kelas XI SMA Islam Sudirman Ambarawa.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahapan