I. PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN TOBACCO MANUFACTURES YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA) II. LATAR BELAKANG Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternatif pembiayaan bagi perusahaan selain sektor perbankan. Hal ini terkait erat dengan dua fungsi yang dijalankan, yaitu fungsi ekonomi sangat penting dalam menjembatani hubungan antara penyedia, yang disebut dengan investor dan pengguna dana yang disebut dengan emiten atau perusahaan go public. Fungsi keuangan pasar modal ditunjukkan dengan keberadaannya yang memungkinkan pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menanamkan modal dengan harapan memperoleh hasil (return) dan perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk aktifitas perusahaan tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasional perusahaan. Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal antara lain instrumen ekuitas seperti saham dan 1
67
Embed
B A B Idirectory.umm.ac.id/Data Elmu/doc/proposal_skripsi_baru.doc · Web viewPengukuran kinerja secara konvensional lebih menekankan pada laba akuntasi dan arus kas. Perusahaan yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP
RETURN SAHAM (STUDI PADA PERUSAHAAN TOBACCO
MANUFACTURES YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA)
II. LATAR BELAKANG
Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternatif pembiayaan
bagi perusahaan selain sektor perbankan. Hal ini terkait erat dengan dua fungsi
yang dijalankan, yaitu fungsi ekonomi sangat penting dalam menjembatani
hubungan antara penyedia, yang disebut dengan investor dan pengguna dana
yang disebut dengan emiten atau perusahaan go public. Fungsi keuangan pasar
modal ditunjukkan dengan keberadaannya yang memungkinkan pihak-pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menanamkan modal dengan harapan memperoleh
hasil (return) dan perusahaan dapat memanfaatkan dana tersebut untuk aktifitas
perusahaan tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasional perusahaan.
Instrumen yang diperdagangkan di pasar modal antara lain instrumen
ekuitas seperti saham dan instrumen hutang seperti obligasi. Hal yang perlu
diketahui adalah bahwa investasi pada saham merupakan investasi yang berisiko.
Harga saham dapat naik tetapi juga dapat turun. Investasi dalam saham
membutuhkan analisa yang cermat baik secara fundamental, tehnikal maupun
faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi seperti kebijakan ekonomi dan
politik pemerintah serta psikologi.
Terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai saham (baik
fundamental maupun intrinsik), yaitu analisa sekuritas fundamental (fundamental
1
security analysis) atau analisa perusahaan (company analysis) dan analisa teknis
(tehnical analysis) (Hartono, 1998: 61). Analisa fundamental menggunakan data
keuangan perusahaan seperti: laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain-lain.
Sedangkan analisis teknis menggunakan data pasar saham yang meliputi harga
dan volume transaksi saham.
Motif investor menanamkan dananya pada sekuritas dari pasar modal
adalah untuk memperoleh return (tingkat pengembalian) yang optimal dengan
resiko tertentu atau memperoleh return pada resiko yang minimal. Return atas
pemilikan sekuritas khususnya saham, dapat diperoleh dalam dua bentuk yaitu
deviden dan capital gain (selisih harga jual saham diatas harga belinya).
Masyarakat pemodal atau investor selain ingin mendapatkan return yang
optimal juga berkepentingan terhadap perkembangan, kondisi serta kinerja
perusahaan. Atas dasar itulah para investor mengukur keberhasilan kinerja
perusahaan yang akan atau telah menjadi objek investasinya. Salah satu bentuk
ukuran kinerja perusahaan adalah kondisi keuangan perusahaan. Kondisi
keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan.
Pengukuran kinerja biasanya dilakukan dengan berdasarkan informasi
yang termuat dalam laporan keuangan. Akan tetapi informasi dalam laporan
keuangan tersebut tidak akan memberi manfaat yang optimal sebelum pengguna
melakukan analisis lebih lanjut, misalnya ke dalam bentuk rasio keuangan.
Beberapa rasio keuangan akan membantu investor dalam menilai kinerja
keuangan perusahaan dan membuat keputusan investasi. Penggunaan dengan
2
analisis rasio, dimungkinkan bagi investor untuk menentukan tingkat likuiditas,
solvabilitas dan profitabilitas perusahaan.
Nilai suatu saham berkaitan dengan perkiraan prestasi perusahaan di masa
depan .Varians harga saham selain dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan
yang bersangkutan juga dipengaruhi hukum permintaan dan penawaran. Seorang
investor tentunya akan menanamkan modalnya pada saham yang memiliki kinerja
yang baik. Kinerja perusahaan menentukan tinggi rendahnya harga saham di pasar
modal. Untuk itu diperlukan suatu analisa menyeluruh atas keadaan keuangan
perusahaan tersebut untuk memperoleh return yang maksimal.
Kinerja keuangan dapat diwakili oleh rasio keuangan sebagai hasil analisis
dari laporan keuangan. Hasil penelitian terdahulu diantaranya Resmi (2002) dan
Tausikal (2002) menunjukkan ada beberapa rasio yang perhitungannya berkaitan
langsung dengan saham dan memiliki pengaruh terhadap return saham. Rasio-
rasio tersebut antara lain ; Total Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity
(ROE), Earning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER). Oleh karena itu
investor yang rasional akan menggunakan rasio-rasio tersebut dalam membuat
keputusan atas investasinya.
Pengukuran kinerja secara konvensional lebih menekankan pada laba
akuntasi dan arus kas. Perusahaan yang memiliki nilai Return on Asset (ROA)
tinggi atau menghasilkan arus kas operasi (operting cash flow) yang besar
dianggap memiliki kinerja yang baik. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan (khususnya laporan laba rugi) tidak memasukkan komponen biaya
modal sendiri (ke). Informasi dalam laporan laba rugi tersebut menjadi elemen
3
paling utama dalam penghitungan kinerja keuangan suatu perusahaan, seperti
Return on Asset, Return on Equity, Earning Per Share, dan lain-lain. Hal ini
berbeda dengan biaya hutang yang telah mempertimbangkan biaya bunga hutang
yang telah tercantum dalam Laporan Laba Rugi sebagai bagian dari biaya
operasional atau biaya financial.
Joel M. Stern dan George Bennet Stewart III dari Stern Stewart & Co di
New York pada akhir tahun 80-an menciptakan alat ukur bantu untuk mengukur
kinerja perusahaan yang disebut Economic Value Added (EVA). Pada dasarnya
EVA menghitung economic profit dan bukan accounting profit. EVA mengukur
nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta apabila
perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital perusahaan.
Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi dengan cost of
capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan
kekayaan.
Koesno dalam Resmi (2002) menyebutkan bahwa peningkatan kinerja
keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor penting bagi investor. Investor
membeli sebagian kepemilikan perusahaan dalam bentuk saham dengan harapan
agar keuntungan perusahaan dapat ikut dimiliki. Disebutkan pula dalam Asyik
dan Soelistyo (2000) bahwa masyarakat luas mengukur kinerja perusahaan dari
keberhasilan manajemen.
Banyak studi yang telah dilakukan mengenai pengaruh kinerja keuangan
perusahaan terhadap return saham, tetapi beberapa penelitian menunjukkan hasil
yang berbeda. Peneliti bermaksud untuk melakukan studi lebih lanjut melalui
4
pengujian ulang (replication) atas penelitian terdahulu. Peneliti ingin mengetahui
apakah jika dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan sampel dan data
yang berbeda serta periode pengamatan yang lebih akhir dapat diketahui hasil
yang konsisten. Apabila hasilnya konsisten, maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja keuangan memiliki pengaruh terhadap return saham perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu termasuk dalam
kelompok Tobacco Manufactures. Pemilihan sampel perusahaan Tobacco
Manufactures sebagai objek penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa
produk yang dihasilkan adalah rokok dimana perusahaan rokok dikatakan sebagai
perusahaan yang kebal krisis (Dyah Hasto Palupi, 1999:79). Hal ini disebabkan
kebiasaan merokok masyarakat Indonesia tergolong intens. Kendati kampanye
anti rokok terus digulirkan, menghilangkan kebiasaan merokok bukan pekerjaan
mudah karena tradisi merokok sudah berlangsung lama, seumur hidup manusia.
Loyalitas dan fanatisme perokok sangat tebal. Terlebih lagi potensi perokok baru
setiap tahunnya relatif besar.
Perusahaan Tobacco Manufactures yang terdiri dari empat perusahaan
yang listing di Bursa Efek Jakarta dan telah go public yaitu PT. BAT Indonesia
Tbk, PT. Bentoel International Investama Tbk, PT. Gudang Garam Tbk, dan PT.
HM Sampoerna Tbk maka pelayanan keuangannya bersifat terbuka yang berarti
laporan keuangannya telah dipublikasikan sehingga dapat dilihat dan dibaca oleh
masyarakat umum terutama pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan
keuangan tersebut. Dan perusahaan rokok dipilih karena selama pasca krisis
5
moneter ini perusahaan rokok menunjukkan kinerja yang cukup stabil yang
ditunjukkan oleh laba perusahaan yang tetap positif.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini akan difokuskan untuk
mengetahui pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan Earning per Share
(EPS), Return on Asset (ROA), dan Economic Value Added (EVA) terhadap return
saham pada perusahaan rokok yang terdaftar selama lima tahun berturut-turut
mulai 2002 sampai 2006. Oleh karena itu judul penelitian ini adalah “ Pengaruh
Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Return Saham ( Studi pada
Perusahaan Tobacco Manufactures yang Listing di Bursa Efek Jakarta )” .
III. RUMUSAN dan BATASAN MASALAH
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan
menggunakan rasio keuangan ROA (Return on Assests), EPS (Earning Per
Share), dan EVA (Economic Value Added) terhadap return saham
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta?
2. Diantara ROA (Return on Assests), EPS (Earning Per Share), dan EVA
(Economic Value Added) manakah yang dominan berpengaruh terhadap
return saham?
2. Batasan Penelitian
Guna memperoleh pembahasan yang lebih fokus dan komprehensif maka
permasalahan tersebut dibatasi oleh hal-hal berikut:
6
1. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan rokok yang listing di
Bursa Efek Jakarta mulai 2002 sampai 2006 dan mempublikasikan laporan
keuangan dengan periode buku yang berakhir 31 Desember. Pengelolaan
data bersifat kuantitatif. Hal yang bersifat kualitatif tidak diteliti, seperti
faktor manajemen perusahaan dan faktor eksternal (kondisi sosial, hukum,
dan sebagainya).
2. Meneliti keterkaitan kinerja keuangan perusahaan dengan return
saham yang diukur dengan menggunakan ROA (Return on Assests), EPS
(Earning Per Share), dan EVA (Economic Value Added). Dan return yang
didapat dari capital gain / loss.
3. Penghitungan biaya atas ekuitas sebagai komponen penting dari
EVA maka digunakan pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model).
IV. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan permasalahan maka penelitian ini dilakukan
dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan
ROA (Return on Assets), EPS (Earning per Share), dan EVA (Economic
Value Added) terhadap return saham perusahaan tobacco manufaktur yang
listing di Bursa Efek Jakarta.
2. Untuk mengetahui manakah diantara variabel ROA (Return on Assets),
EPS (Earning per Share), dan EVA (Economic Value Added) yang dominan
berpengaruh terhadap return saham.
7
V. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi tambahan
dalam berinvestasi di pasar modal sehingga bisa meminimalisasi kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi dan dapat
memperoleh imbalan hasil (return) yang memuaskan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dalam penelitian ini, peneliti dapat memperoleh tambahan wawasan dan
pengalaman untuk mengaplikasikan teori yang didapat selama ini yang
berhubungan dengan pasar modal, khusunya kinerja keuangan baik yang berupa
rasio maupaun yang berbasis nilai dan return saham.
VI. TINJAUAN PUSTAKA
1. Peneliti Terdahulu
Kusumawati dan Susilowati (2004) membuktikan bahwa variabel Debt to
Equity Ratio, Divident Payout Ratio, Earning per Share, Net Profit Margin
dan Return on Asset dengan hasil analisis regresi secara serentak (simultan)
menunjukkan variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh signifikan
terhadap return saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Dan dari
hasil analisis regresi secara parsial menunjukkan bahwa hanya Earning per
Share yang berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Mulyono (2000) dalam Kusumawati dan Susilowati meneliti pengaruh
Earning per Share dan tingkat bunga terhadap harga saham pada perusahaan
8
go public di BEJ periode 1992-1997, hasilnya menunjukkan adanya hubungan
yang positif dan signifikan antara EPS dan harga saham (artinya jika EPS
mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan
demikian pula sebaliknya). Sedangkan hubungan antara tingkat suku bunga
dan harga saham signifikan dan hubungannya negatif.
Penelitian Natarsyah (2000) dalam Kusumawati dan Susilowati
memberikan bukti empiris bahwa faktor-faktor fundamental (Return on Asset,
Debt to Equity Ratio, Price Book Ratio) dan resiko sistematis mempunyai
pengaruh signifikan terhadap harga saham dengan periode pengamatan 1990-
1997 pada Industri Barang Konsumsi yang go public.
Lehn dan Makhija (1996) melakukan penelitian atas hubungan Economic
Value Added (EVA) atau nilai ekonomisnya dan Market Value Added (MVA)
dengan stock return dari 241 perusahaan yang termasuk dalam peringkat
pencipta nilai yang setiap tahun diterbitkan oleh Stern Stewart & Co selama
kurun waktu 1987-1993. Mereka menggunakan 6 variabel sebagai pengukur
kinerja yaitu stock return, ROA, ROE, ROS serta EVA dan MVA. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki hubungan
yang positif dengan stock return dan EVA merupakan pengukur kinerja yang
memiliki hubungan lebih tinggi dibandingkan yang lain (walaupun
perbedaannya kecil).
Pradhono dan Yulius (2004) meneliti pengaruh Economic Value Added,
Residual Income, Earning dan Arus Kas Operasi terhadap return yang
diterima oleh pemegang saham dengan periode penelitian sejak 2000 sampai
9
dengan 2002. perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur sub kelompok barang konsumsi. Mereka
menyimpulkan bahwa variabel economic value added dan residual income
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima
pemegang saham. Sedangkan varaibel earning dan arus kas operasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return yang diterima oleh
pemegang saham. Dengan menggunakan uji t mereka menyimpulkan hanya
variabel arus kas operasi yang berpengaruh paling signifikan terhadap return
yang diterima oleh pemegang saham.
Chendrawati dan Hartono (1999) melakukan pengujian terhadap 45 saham
yang termasuk dalam kategori indeks LQ45 sejak pertengahan tahun 1994
hingga akhir tahun 1996. Mereka membandingkan Economic Value Added
(EVA) dan Return on Asset (ROA) untuk mengetahui variabel manakah yang
berkolerasi dan berpengaruh paling kuat terhadap stock return. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa ROA mempunyai korelasi yang lebih kuat
dengan stock return (70%) signifikan pada taraf uji two tailed (5%),
sedangkan korelasi dengan EVA dan stock return hanyalah 10% dan tidak
signifikan pada taraf uji two tailed 5%. Hasil regresi menunjukkan bahwa
ROA memiliki koefisien regresi sebesar +0,0035 dan signifikan pada 0,01
sedangkan EVA memiliki koefisien regresi yang sangat kecil (tidak
disebutkan) dan tidak signifikan.
Resmi (2002) meneliti 30 perusahaan yang sahamnya termasuk kategori
indeks LQ45 selama tahun 1997-1999 dengan menggunakan variabel stock
10
return, Eaning Per Share, Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return
on Equity, dan Economic Value Added. Secara keseluruhan ia menemukan
adanya hubungan yang lemah antara EPS, PER, DER, ROE, dan EVA dengan
return saham, tetapi secara parsial dari tahun ke tahun EPS mempunyai
hubungan yang lebih kuat dan signifikan terhadap return saham untuk tahun
1997 dan PER untuk tahun 1998 dan 1999.
2. Tinjauan Teori
1.1 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan informasi utama yang dijadikan
acuan bagi investor baik secara individual maupun institusional dan
analisis sekuritas (Kurniawan dan Indriantoro, 2000:207-224). Laporan
keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi) yang bisa
dipakai untuk mengambilan keputusan (Mamduh dan Halim: 69). Investor
juga sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk
mengestimasi arus kas di masa mendatang (Gentyowati, 2001:275-298).
Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun
sekali untuk memenuhi kebutuhan pemakainya.
1.1.1 Karakteristik Laporan Keuangan
Informasi yang bersifat keuangan maupun ekonomi adalah
bentuk informasi yang lebik banyak digunakan dalam menganalisis
saham (Kurniawan dan Indriantoro, 2000:207-224). Oleh karena itu
informasi dalam laporan keuangan haruslah bermanfaat bagi
pemakainya.
11
1.1.2 Permintaan atas Laporan Keuangan
Menurut Foster (1986: 9), kebutuhan akan informasi laporan
keuangan didorong oleh peranannya dalam proses pengambilan
keputusan. Laporan keuangan memiliki potensi untuk mengurangi
ketidakpastian akan situasi yang ada. Beberapa faktor yang membuat
informasi dalam laporan keuangan mempunyai keuntungan
komparatif antara lain :
1. Informasi laporan keuangan secara langsung berhubungan
dengan variabel yang bersangkutan.
2. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
lebih dapat terpercaya.
3. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
berbiaya rendah.
4. Informasi laporan keuangan merupakan sumber informasi yang
lebih tepat waktu dalam publikasi atau penyampainnya.
Selain mengetahui keuntungan komparatif dari laporan
keuangan, pelaku pasar juga perlu mengetahui keterbatasan-
keterbatasan laporan keuangan. Dengan mengetahui manfaat dan
keterbatasan laporan keuangan, maka para pelaku pasar sebagai
pemakai laporan keuangan dapat lebih obyektif dan tepat dalam
menganalisa laporan keuangan. Investor akan dapat membuat
keputusan yang tepat dalam berinvestasi dengaan analisis yang tepat
dan lebih obyektif.
12
1.2 Investasi di Pasar Modal
Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau
lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan
mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut
di masa yang akan datang. Penelitian ini lebih memfokuskan pada
investasi keuangan. Menurut Hartono (1998: 6) terdaapat 2 bentuk
investasi keuangan, yaitu :
1. Investasi langsunng, investasi ini silakukan dengan membeli aktiva
keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market),
pasar modal (capital market), dan di pasar turunan (derivative market),
atau dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-
belikan yang dapat diperoleh di bank komersial.
2. Investasi tidak langsung, investasi ini dilakukan dengan membeli
surat-surat berharga dari perusahaan investasi yaitu perusahaan yang
menyediakan jasa keuanngan dengan cara menjual sahamnya ke publik
dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam
suatu portofolio.
Menurut Tandelilin (2001: 6-8) terdapat beberapa hal yang
dijadikan dasar bagi seorang investor untuk pengambilan keputusan
investasi yaitu:
1. Return, yang menjadi alasan utama orang berinvestasi adalah
memperoleh keuntungan atau return. Return yang diharapkan oleh
investor ini adalah kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity
13
cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.
Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang diterima
merupakan suatu risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam
keputusan investasi.
2. Risiko, umumnya semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor
dalam berinvestasi maka semakin besar pula tingkat return yang
diharapkan. Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung
pada preferensi investor terhadap risiko. Investor yang memiliki
keberanian yang tinggi maka dia akan memilih keberanian yang tinggi
dengan harapan memperoleh tingkat return yang tinggi, dan demikian
juga sebaliknya.
1.3 Teori Efisiensi Pasar Modal
1.3.1 Definisi Efesiensi Pasar
Menurut Hartono (1998: 363-374) terdapat beberapa definisi
efisiensi pasar yaitu:
1. Efisiensi pasar berdasarkan intrinsik sekuritas.
Menurut konsep ini suatu pasar yanng efisien adalah:
Pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai-nilai intrinsiknya.
Tetapi untuk perkembangan selanjutnya konsep efisien pasar
tidak lagi berpedoman pada konsep nilai intrinsiknya
melainkan lebih berpedoman pada konsep nilai intrinsiknya
melainkan lebih berpedoman pada aspek akurasi dari return
14
yang diharapkan investor, ketersediaan informasi, dan
kecepatan pasar menyerap informasi tersebut.
2. Efisiensi pasar berdasarkan akurasi dari ekspektasi harga.
Fama (1970) mendefinisikan pasar yang efisien adalah
sebagai berikut:
Suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas ”mencerminkan secara penuh” informasi yang tersedia (a security market is efficent if security prices ”fully reflect” the available information).
Pengertian dari ”fully reflect” yaitu harga-harga dari sekuritas
secara akurat merefleksikan informasi yang ada. Dan dengan
adanya informasi yang tersedia (available information),
investor dapat secara akurat mengekspektasi atau memprediksi
harga dari sekuritas yang bersangkutan.
Definisi yang dilontarkan oleh Fama (1970) ini
menimbulkan banyak perdebatan. Oleh karena itu Fama (1970)
memberikan suatu benchmark yang menunjukkan akurasi dari
ekspektasi harga semua investor. Fungsi dari harga-harga di
masa mendatang karena adanya informasi yang tersedia
menjadi benchmark untuk kemudian dibandingkan dengan
fungsi harga-harga di masa mendatang yang terjadi karena
pasar menggunakan informasi yang benar.
3. Efisiensi pasar berdasarkan distribusi informasi.
Menurut Beaver (1989) pasar yang efisien adalah
15
Pasar dikatakan efisien terhadap suatu sistem informasi, jika dan hanya jika harga-harga sekuritas bertindak seakan-akan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut (The market is efficient with respect to some specified information system, if and only if security prices act as if everyone observes the information system)
Definisi ini memiliki arti bahwa pasar yang efisien jika harga
yang terjadi setelah informasi dipublikasikan dan diterima oleh
pasar sama dengan harga yang terjadi jika setiap orang
memperoleh set informasi tersebut.
Sama halnya dengan yang definisi yang dilontarkan oleh
Fama (1970), definisi berdasarkan distribusi informasi ini juga
membutuhkan benchmark sebagai pembanding. Benchmark
yang digunakan adalah return normal yang seharusnya
diperoleh pelaku pasar yang kemudian dibandingkan dengan
return yang sesungguhnya diperoleh.
4. Efisiensi pasar didasarkan pada proses dinamik.
Berbeda dengan konsep-konsep sebelumnya yang bersifat
statis, konsep ini mempertimbangkan distribusi informasi yang
tidak simetris dan menjelaskan bagaimana harga-harga akan
menyesuaikan karena adanya informasi yang tidak simetris
tersebut.
Menurut Jones (1995) pasar yang efisien adalah :
Pasar yang harga-harga sekuritasnya secara cepat dan penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia terhadap aktiva tersebut (an efficient market is one in which the price of all securities quickly and fully reflect all available information about the assets)
16
Menurut Fama (1970) suatu pasar dikatakan efisien jika
tidak seorang investor pun dapat memperoleh abnormal return
setelah dilakukan penyesuaian terhadap risiko yang akan
diterima dengan menggunakan beberapa strategi perdagangan
dalam pasar modal.
Sedangkan menurut Jogiyanto suatu pasar dikatakan efisien
jika pasar bereaksi cepat dan akurat terhadap suatu informasi untuk
mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya
mencerminkan harga yang tersedia. Beberapa hal yang harus
dipenuhi untuk pasar menjadi efisien yaitu:
1. Harga sekuritas harus bebas turun dan naik atau
berfluktuasi, tidak ada seorangpun yang mempengaruhi
pergerakannya.
2. Tidak ada monopoli dalam pasar.
3. Harus adanya regulasi bahwa setiap perusahaan dalam
bursa mempublikasikan setiap informasi yang dimiliki kepada
publik.
4. Biaya untuk mendapatkan informasi tersebut minimum dan
informasi harus diperoleh tepat pada waktunya.
5. Informasi tersebut dalam bentuk random.
6. Investor bertindak cepat dan tepat terhadap informasi baru
yang diterima.
17
1.3.2 Bentuk-Bentuk Efisiensi Pasar
Menurut Hartono (1998 : 352-362) terdapat dua macam
efesiensi pasar yaitu efesiensi pasar secara informasi
(informastionally efficient market) yang ditinjau dari segi
ketersediaan informasinya saja dan efesiensi pasar secara
keputusan (decisionally efficient market) yang selain ditinjau dari
ketersediaan informasi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar
dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi yang
tersedia.
1.3.2.1Efisiensi Pasar secara Informasi
Ada tiga bentuk pasar efisien secara informasi yaitu :
1. Hipotesa efisiensi pasar bentuk lemah (weak form),
pasar yang termasuk dalam bentuk ini adalah pasar
yang harga sahamnya mencerminkan secara penuh
(fully reflect) informasi masa lalu. Hipotesa efisiensi
pasar bentuk lemah berhubungan dengan teori langkah
acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa
data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai
sekarang. Investor tidak dapat menggunakan informasi
masa lalu untuk memperoleh abnormal return.
2. Hipotesa efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi-
strong form), pasar yang termasuk dalam bentuk ini
18
adalah pasar yang harga sahamnya mencerminkan
secara penuh (fully reflect) semua informasi publik
yang relevan. Investor tidak dapat mengguanakan
informasi yang dipublikasikan ini untuk mendapatkan
abnormal return dalam waktu yang lama.
3. Hipotesa efisiensi pasar bentuk kuat (strong form),
pasar yang termasuk dalam bentuk ini adalah pasar
yang harga sahamnya mencerminkan secara penuh
(fully reflect) semua informasi yang relevan baik
informasi public maupun informasi pribadi (tertutup).
Tidak ada investor yang dapat memperoleh abnormal
return karena memiliki informasi privat.
1.3.2.2 Efisiensi Pasar secara Keputusan
Seperti yang telah dikatakan di atas efisiensi pasar
secara keputusan ditinjau dari dua hal yaitu ketersediaan
informasi dan kecanggihan para pelaku pasar dalam
pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi
yang tersedia. Tidak seluruh informasi yang dipublikasikan
di bursa langsung tercermin dalam harga sekuritas. Tetapi
ada informasi-informasi yang perlu diinterpretasikan dan
dianalisa lebih lanjut oleh pelaku pasar sebagai kabar baik
ataukah buruk. Untuk dapat menganalisa secara tepat,
pelaku pasar harus memiliki keahlian yang memadai. Jika
19
hanya sebagaian saja pelaku pasar yang canggih maka
hanya kelompok inilah yang dapat menikmati abnormal
return karena mereka dapat menganalisa dengan lebih tepat
dibandingkan pelaku pasar lainnya. Hal itu dikatakan pasar
tidak efisien walaupun informasi tersedia secara luas. Dan
jika seluruh pelaku pasar dapat menginterpretasikan secara
tepat informasi yang dipublikasikan maka pasar dapat
dikatakan efisien secara keputusan.
1.4 Kinerja Keuangan
Perusahaan sebagai suatu organisasi memiliki tujuan tertentu yang
harus dicapai. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya telah sesuai dengan rencana yang
ditetapkan dan sesuai dengan tujuannya adalah melalui kinerja operasinya.
Penilaian kinerja ini penting untuk mengidentifikasikan adanya
pemborosan atau ketidakberesan sehingga dapat segera diatasi.
Kinerja perusahaan dapat diwujudkan dalam 2 aspek yaitu aspek
finansial dan non financial. Aspek finansial perusahaan dapat berupa rasio
keuangan serta harga dan return saham. Sedangkan aspek non financial
dapat berupa penyebaran pasar, indeks kepuasaan konsumen, perputaran
pekerja, penghematan waktu dalam siklus produksi, inovasi dan
sebagainya. Adapun tujuan penilaian kinerja menurut adalah sebagai
berikut :
20
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi.
2. untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun
kewajiban keuangan jangka panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas (profitabilitas) yaitu
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode
tertentu.
4. Untuk mengetahui stabilitas usaha yaitu kemampuan perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang dinilai dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali
pokok hutangnya tepat waktu serta kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen secara teratur kepada pemegang saham tanpa
mengalami hambatan atau krisis keuangan.
1.4.1 Teknik Analisa Kinerja Keuangan
Sebagai sumber informasi utama bagi investor, laporan
keuangan diharapkan mampu membantu dalam proses pengambilan
keputusan ekonomi. Seperangkat laporan keuangan dalam bentuk
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas belum dapat memberi
manfaat maksimal bagi pemakainya sebelum dilakukan analisa
terlebih dahulu. Adapun teknik analisa laporan keuangan menurut
Foster (1986: 58) adalah sebagai berikut :
21
1. Cross-sectional techniques, yaitu membandingkan analisa
keuangan perusahaan yang satu dengan perusahaan sejenis pada
saat bersamaan, yang terdiri atas :
a) Common size statement, analisa untuk mangetahui prosentase
masing-masing aktiva terhadap total aktivanya serta untuk
mengetahui struktur permodalan dan komposisi pembiayaan
yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
b) Financial ratio analisys, yaitu analisa dengan cara
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca
atau laporan laba rugi untuk menginterpretasikan posisi
keuangan suatu perusahaan.
2. Time series techniques, yaitu membandingkan analisa
perusahaan dari periode ke periode untuk mengetahui kemajuan
atau kemunduran suatu perusahaan, yang terdiri atas:
a) trend statement, yaitu analisa untuk mengetahui
kecenderungan keadaan keuangan perusahaan, apakah
membaik atau memburuk.
b) Financial ratio analisys, yaitu analisa dengan cara
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca
atau laporan laba rugi untuk menginterpretasikan posisi
keuangan suatu perusahaan.
c) Variability measures, yaitu analisa dengan mengetahui
sebab-sebab perubahan laba dari satu periode ke periode
22
yang lain, atau perubahan laba suatu periode dengan laba
yang dianggarkan untuk periode tersebut.
Teknik analisa yang digunakan oleh investor tergantung dari
kebutuhannya serta data yang dimiliki dan yang akan diolah, bisa
berupa data silang waktu, atau berturut-turut.
1.5 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan alternatif untuk menguji apakah
informasi keuangan bermanfaat untuk memprediksi harga saham. Analisa
rasio keuangan didasarkan pada data historis yang tujuan utamanya adalah
memberikan indikasi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.
Macam-macam rasio keuangan ada lima macam, yaitu :
a. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, contoh : quik ratio,
current ratio, dan lain-lain.
b. Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektifitas
penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas aset, rata-rata umur