DNA SEBAGAI MATERI GENETIKA Bahan genetik yang ada pada setiap jasad akan mengalami proses perbanyakan sebagai salah satu tahapan sangat penting dalam proses pertumbuhan sel atau perbanyakan partikel virus. Proses perbanyakan bahan genetik dikenal sebagai proses replikasi. Studi awal mengenai proses perbanyakan bahan genetik dilakukan pada jasad yang genomnya berupa molekul DNA. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pada jasad tertentu, khususnya kelompok virus rertenru,genomnya berupa molekul RNA. Genom yang berupa molekul RNA ini juga akan direplikasi meskipun dengan melalui tahapan yang sedikit berbeda dibanding dengan replikasi genom yang berupa molekul DNA. Replikasi bahan genetik dapat dikatakan sebagai proses yang mengawali pertumbuhan sel, meskipun sebenarnya pertumbuhan merupakan suatu resultan banyak proses yang saling berkaitan satu sama rain. Sel mempunyai mekanisme replikasi bahan genetik yang direngkapi dengan sistem penyuntingan (editing) yang sangat akurat sehingga bahan genetik yang diturunkan kepada sel anakan (progeny) mempunyai komposisi yang sangat identik dengan komposisi bahan genetik sel induk. Replikasi bahan generik diikuti oleh pembentukan sel-sel anakan yang membawa duplikat bahan genetik hasil replikasi. Oleh karena itu, kesalahan dalam proses replikasi bahan genetik dapat mengakibatkan perubahan pada sifat sifat sel anakan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DNA SEBAGAI MATERI GENETIKA
Bahan genetik yang ada pada setiap jasad akan mengalami proses perbanyakan
sebagai salah satu tahapan sangat penting dalam proses pertumbuhan sel atau perbanyakan
partikel virus. Proses perbanyakan bahan genetik dikenal sebagai proses replikasi. Studi
awal mengenai proses perbanyakan bahan genetik dilakukan pada jasad yang genomnya
berupa molekul DNA. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa pada jasad tertentu,
khususnya kelompok virus rertenru,genomnya berupa molekul RNA. Genom yang berupa
molekul RNA ini juga akan direplikasi meskipun dengan melalui tahapan yang sedikit
berbeda dibanding dengan replikasi genom yang berupa molekul DNA.
Replikasi bahan genetik dapat dikatakan sebagai proses yang mengawali
pertumbuhan sel, meskipun sebenarnya pertumbuhan merupakan suatu resultan banyak
proses yang saling berkaitan satu sama rain. Sel mempunyai mekanisme replikasi bahan
genetik yang direngkapi dengan sistem penyuntingan (editing) yang sangat akurat sehingga
bahan genetik yang diturunkan kepada sel anakan (progeny) mempunyai komposisi yang
sangat identik dengan komposisi bahan genetik sel induk. Replikasi bahan generik diikuti
oleh pembentukan sel-sel anakan yang membawa duplikat bahan genetik hasil replikasi.
Oleh karena itu, kesalahan dalam proses replikasi bahan genetik dapat mengakibatkan
perubahan pada sifat sifat sel anakan.
Mekanisme replikasi bahan genetik sangat kompleks dan melibatkan banyak
protein yang masing-masing mempunyai peranan spesifik. protein-protein yang terlibat di
dalam proses reprikasi bahan genetik dikode oleh gen-gen yang terdapat di dalam bahan
genetik itu sendiri. oleh karena itu, ada kaitan fungsional yang sangat erat dan tidak
terpisahkan antara proses replikasi bahan genetik dengan proses ekspresi genetik dan
metabolisme sel secara keseluruhan. Hambatan yang teriadi pada proses metabolisme,
misalnya penghambatan produksi energi. dapat pula memengaruhi proses reprikasi karena
reprikasi juga memerlukan pasokan energy.
Secara umum, replikasi bahan genetik merupakan proses pengkopian rangkaian
molekul bahan genetik (DNA atau RNA) sehingga dihasilkan molekul anakan yang sangat
identik. Meskipun konsep dasar replikasi antara struktur bahan genetik yang satu dengan
lainnya adalah serupa, namun diketahui ada banyak perbedaan dalam hal mekanisme
rincinya. Sebagai contoh, bahan genetik yang berupa molekul RNA mempunyai
mekanisme replikasi rinci yang berbeda dengan replikasi molekul DNA. Pada kelompok
virus, misalnya, replikasi bahan genetiknya terjadi di dalam sel inang yang sebenarnya
merupakan jasad hidup yang lain dari jasad virus itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena
virus merupakan jasad parasit obligat. Di lain pihak, replikasi DNA pada prokaryot dan
eukaryot terjadi dalam sel jasad hidup yang bersangkutan. Selain itu perbedaan struktural
molekul bahan genetik misalnya antara DNA lingkar (circular DNA) dengan DNA linear
juga berimplikasi pada perbedaan mekanisme replikasi.
Alam memperlihatkan mekanisme hayati untuk mempertahankan ciri khas mahluk
hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Mekanisme ini terjadi ada semua tingkat
mahluk hidup. Dari yang paling rendah sampai paling komplek sekalipun. Ciri atau sifat
khas mahluk hidup tampak dari ciri morfologis, ciri anatomi maupun ciri tingkah laku yang
dapat diamati dan diukur.
Gregory Mendel (1822-1884) adalah orang pertama mengamati pewarisan sifat
ini. Dari hasil percobaan tahun (1866). Mendel menarik kesimpulan bahwa sifat-sifat
karakteristik dari kedua induk dapat diwariskan ke generasi berikutnya melalui segregasi.
Selanjutnya, August Weisman pada tahun 1892, mengemukakan bahwa sifat yang
diwariskan tersebut dilakukan oleh senyawa yang berasal dalam inti sel. Senyawa tersebut
dalam penelitian lanjutan disebut kromosom. Tahun 1869 seorang ahli ilmu kimia
berkebangsaan Jerman bernama Friedrich Miescher menyelidiki susunan kimia dari
nucleus sel. Ia mengetahui bahwa nukleus sel tidak terdiri dari karbohidrat, protein maupun
lemak, melainkan terdiri dari zat yang mempunyai pengandungan fosfor sangat tinggi.
Oleh karena zat itu terdapat di dalam nukleus sel, maka zat itu disebutnya nuklein.
Nama ini kemudian dirubah menjadi asam nukleat, karena asam ikut menyusunnya. Walter
Sutton, tahun 1903, mengemukakan bahwa kromosom merupakan benda-benda sel yang
mengandung unit-unit pewarisan. Unit tersebut oleh Wilhem Johannsen disebut gen
(1909). Dan pada tahun 1926, Herman Muller membuktikan bahwa sinar-X memicu
perubahan genetik lalat buah.
Penemuan DNA (Deoxyribonucleic acid) sebagai materi genetik pada awalnya
menimbulkan pro dan kontra. Pengetahuan tentang kromosom yang tersusun dari protein
dan asam nukleat, mulanya lebih condong menganggap bahwa protein sebagai materi
genetik. Hal ini berkaitan dengan peranan protein yang sangat dinamis dalam kehidupan
sel. Anggapan protein sebagai materi genetik terus dianut hingga tahun 1950-an.
Sementara asam nukleat karena dianggap terlalu kecil dan strukturnya terlalu sederhana,
hanya sedikit sekali mendapat perhatian sebagai materi genetik.
Percobaan Griffith dalam tahun 1928. la menemukan bahwa bakteri Diplococcus
pneumoniae (biasa disebut Pneumococcus), bila dipelihara di laboratorium, maka
berdasarkan bentuk koloninya dapat dibedakan dua bentuk, yaitu bentuk kasar (K) dan
bentuk halus (H). Kedua bentuk bakteri ini biasanya tumbuh murni, artinya tidak bercampur.
Griffith dapat menunjukkan bahwa apabila koloni bentuk H dibunuh karena direbus dan
sisanya dicampur dengan bakteri bentuk K yang hidup, maka beberapa dari bakteri bentuk
K ini ditransformasi (dirubah) ke bakteri bentuk H. Bakteri bentuk H ini kemudian tumbuh
murni seperti halnya dengan sisa bakteri K yang tidak mengalami transformasi.
Jadi secara singkat:
H mati + K hidup H hidup + K hidup
Ini berarti bahwa suatu substansi yang terdapat di dalam bakteri H yang mati telah
dipindahkan ke bakteri K dan merupakan sifat genetik dari bakteri K.
Pada pertengahan tahun 1940-an arah penelitian tentang bahan genetis mulai
beralih dari protein ke DNA, salah satu jenis asam nukleat mahluk hidup. Tahun 1944,
Oswalt Avery, Colin Mac Leod dan Maclyn McCarty dengan menggunakan ekstrak DNA
berhasil menunjukkan bahwa DNA merupakan senyawa yang bertanggung jawab dalam
proses transformasi bakteri strain R (rough) yang kurang virulen dan kasar menjadi strain
S (smooth) yang sangat virulen dan halus.
Penelitian yang menunjukkan bahwa DNA merupakan bahan informasi genetik
dan bukan protein, dilakukan oleh Alfred Hershey dan Martha Chase ada tahun 1952.
Percobaan pembuktian DNA sebagai bahan informasi genetik dilakukan melalui pelabelan
DNA dengan 32P dan protein dengan 35S asal virus bakteriofag T2. Hasil analisis bakteri
yang terinfeksi dalam sel bakteri kemudian mengendalikan metabolisme sel bakteri guna
kepentingan bakteriofag, biosintesis DNA, dan protein bakteriofag. Sebaliknya sedikit
sekali yang mengandung 35S (protein bakteriofag induk).
Pada tahun 1953, James D. Watson, ahli Biokimia Amerika Serikat dan Francis
Crick, ahli biofisika Inggris, mampu mengidentifikasi rantai asam deoksiribonukleat di
dalam kromosom inti sel, tempat rantai DNA bernaung. Struktur yang ditemukan adalah
rantai ganda antiparalel, yang terbukti membawa ribuan gen yang menentukan sifat-sifat
mahluk hidup. Sekarang tidak terbantahkan lagi bahwa DNA merupakan materi genetik.
Penelitian Fred Griffith
Perubahan bentuk dinding sel Streptococcus pneumonia
Penelitian Fred Griffith.
Dua galur:
Smooth (S) – Virulent (gel coat)
Rough (R) – Kurang Virulen
-Tikus disuntik dengan galur R and galur S yang dimatikan melalui pemanasan
-Tikus mati dan ditemukan hanya mengandung bakteri galur S
Penelitian Avery, MacLeod, dan McCarty
Penelitian Alfred Hershey dan Martha Chase
PenelitianWatson dan Crick
-Dengan dukungan data difraksi sinar-X dari Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins
-Dengan dukungan data analisis kimia basa nitrogen dari Erwin Chargaff
-Memformulasikan struktur DNA
-Mengelompokkan basa DNA menjadi purin dan pirimidin
-Memformulasikan model replikasi DNA
RAPLIKASI DNA
DNA sebagai materi genetik pada sebagian besar organisme harus dapat
menjalankan tiga macam fungsi pokok berikut ini:
1. DNA harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat dapat
meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada keturunannya, dari generasi ke
generasi. Fungsi ini merupakan fungsi genotipik, yang dilaksanakan melalui
replikasi.
2. DNA harus mengatur perkembangan fenotipe organisme. Artinya, materi genetik
harus mengarahkan pertumbuhan dan diferensiasi organisme mulai dari zigot
hingga individu dewasa. Fungsi ini merupakan fungsi fenotipik, yang dilaksanakan
melalui ekspresi gen.
3. DNA sewaktu-waktu harus dapat mengalami perubahan sehingga organisme yang
bersangkutan akan mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah.
1.1 Komponen-komponen Penting dalam Replikasi
Replikasi bahan genetik ditentukan oleh beberapa komponen utama yaitu:
1. DNA cetakan, yaitu molekul DNA atau RNA yang akan direplikasi.
2. Molekul deoksiribonukleotida, yaitu dATP, dTTP, dCTP, dan dGTP.
Deoksiribonukleotida terdiri atas tiga komponen yaitu basa purin atau pirimidin,
gula 5-karbon(deoksiribosa) dan gugus fosfat.
3. Enzim DNA polimerase, yaitu enzim utama yang mengkatalisis proses
polimerisasinukleotida menjadi untaian DNA.Enzim DNA polimerase memiliki
fungsi lain, yaitu mengoreksi DNA yang baru terbentuk, membetulkan setiap
kesalahan replikasi, dan memperbaiki DNA yang rusak. Adanyafungsi tersebut
menjadikan rangkaian nukleotida DNA sangat stabil dan mutasi jarang terjadi
4. Enzim primase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesis primer untuk memulai
replikasi DNA.
5. Enzim pembuka ikatan untaian induk, yaitu enzim helikase dan enzim girase
6. Molekul protein yang menstabilkan untaian DNA yang sudah terbuka, yaitu
protein SSB (single strand binding protein).
7. Enzim DNA ligase, yaitu suatu enzim yang berfungsi untuk menyambung
fragmen-fragmen DNA
1.2 Mekanisme Dasar Replikasi DNA
Model replikasi DNA secara semikonservatif menunjukkan bahwa DNA anakan
terdiri atas pasangan untaian DNA induk dan untaian DNA hasil sintesis baru. Model
ini memberikan gambaran bahwa untaian DNA induk berperanan sebagai cetakan
(template) bagi pembentukan untaian DNA baru. Seperti diketahui, molekul DNA
untai-ganda terdiri atas dua untai molekur DNA yang berpasangan secara
komplementer yaitu antara basa nukleotida A dengan T, dan antara C dengan G. Oleh
karena itu, proses replikasi DNA harus diawali dengan pemutusan (denaturasi) ikatan
antara untaian DNA yang satu dengan untaian komplementernya. Hal ini dimaksudkan
agar masing-masing untaian DNA tersebut dapat bertindak sebagai cetakan, sebab
proses pemasangan nukleotida-nukleotida baru dengan cetakannya akan terhalangi jika
kedua untai itu masih berada dalam keadaan berikatan. Dengan demikian, salah satu
bagian yang santat penting dalam proses replikasi DNA adalah denaturasi antara
untaian DNA yang satu dengan untaian komplementernya.
Denaturasi yang terjadi pada saat awal replikasi DNA adalah proses enzimatis.
Oleh karena molekul DNA adalah biomolekul yang sangat vital bagi jasad, maka
denaturasi DNA terjadi secara parsial dan bertahap. Denaturasi awal terjadi pada
bagian DNA yang dikenal sebagai ori (origin of replicotion) atau titik awal replikasi.
lkatan hidrogen antara A-T dan C-G akan terputus dan diikuti dengan pembukaan
untaian DNA. Untaian DNA membuka membentuk struktur yang disebut sebagai garpu
replikasi (replicotion fork). Garpu replikasi akan bergerak sehingga molekul DNA
induk membuka secara bertahap. Masing-masing untaian DNA induk yang sudah
terpisah satu sama lain berfungsi sebagai cetakan untuk penempelan nukleotida-
nukleotida yang akan menyusun molekul DNA baru. Nukleotida-nukleotida baru akan
dipolimerisasi menjadi untaian DNA baru dengan urutan sesuai dengan urutan cetakan
DNA komplemennya. Basa nukleotida A dipasangkan dengan basa T yang ada pada
cetakannya, sedangkan basa C dipasangkan dengan basa G. Oleh karena itu, untaian
DNA baru yang terbentuk merupakan komplemen untaian DNA induk. Proses
polimerisasi nukleotida terjadi pada kedua untaian DNA cetakan sehingga pada akhir
satu kali putaran replikasi akan dihasilkan dua molekur DNA baru yang identik.
Masing-masing molekul DNA untai-ganda yang terbentuk terdiri atas untai DNA induk
dan untai DNA baru hasil polimerisasi selama proses replikasi. Dalam putaran replikasi
berikutnya akan terjadi proses yang serupa sehingga DNA anakan menjadi DNA induk
untuk replikasi berikutnya.
1.3 Tahapan Replikasi
Replikasi DNA berlangsung dalam beberapa tahap yaitu: (1) denaturasi
(pemisahan) untaian DNA induk, (2) peng-“awal”-an (initiation, inisiasi) sintesis DNA,
(3) pemanjanan untaian DNA, (4) ligasi fragmen-fragmen DNA, dan (5) peng-“akhir”-
an (termination, terminasi) sintesi DNA. Sintesis untaia DNA yang baru akan dimulai
segera setelah kedua untaian DNA induk terpisah membentuk garpu replikasi. Proses
replikasi dalam molekul DNA dimulai pada suatu titik yang disebut dengan Origin of
Replication (Ori). Pada titik ini, DNA akan membentuk seperti gelembung kecil,
dimana ikatan hidrogen antara basa-basa terputus dan pasangan basanya terpisah.
Heliks mulai membuka uliran, kedua untaian DNA yang baru disintesis dengan arah
geometris yang berlawanan.
Tahapan replikasi DNA pada sel eukariot adalah sebagai berikut:
1. Tahapan pertama (inisiasi) dalam proses replikasi DNA adalah proses permulan
sintesis untaian DNA yang sebelumnya didahului oleh sintesis molekul primer.
Proses inisiasi berlangsung dengan mekanisme yang berbeda antara suatu jasad
dengan jasad yang lain. Dalam proses repliasi DNA terjadi pemutusan ikatan
hidrogen antara basa-basa nitrogen dari dua untai yang antiparalel. Pemutusan
ikatan tersebut terjadi pada rantai yang kaya akan ikatan A-T. Hal tersebut
dikarenakan ikatan antara adenin dan timin yang hanya merupakan ikatan rangkap
dua, sedangkan pada ikatan antara sitosin dan guanin adalah ikatan rangkap tiga.
Helikase adalah enzim yang berfungsi untuk membuka untai ganda DNA. Titik
awal dimana terjadinya splitting disebut sebagai origin of replication. Struktur yang
dihasilkan disebut dengan Replication Fork.
2. Salah satu hal penting dalam tahapan replikasi DNA adalah pengikatan primase
RNA pada titik awal rantai induk 3’-5’. Primase RNA dapat menarik nukleotida
RNA yang berikatan dengan nukleotida DNA dari untai 3’-5’ dikarenakan ikatan
hidrogen antar basanya. Nukleotida RNA adalah primer (starter) untuk ikatan
nukleotida DNA.
3. Tahapan elongasi berbeda untuk cetakan 5’-3’ dan 3’-5’, yaitu:
Cetakan 5’-3’
Cetakan 5’-3’ disebut sebagai untaian DNA awal (leading strand) karena DNA
polimerase α dapat membaca cetakan dan secara kontinu menambah nukleotida
(komplemen dari cetakan nukleotida, sebagai contoh adenin berlawanan dengan
timin).
4. Cetakan 3’-5’
Gambar; Tahap pemutusan ikatan hydrogen pada basa – basa nitrogen
Gambar; Tahap pembentukan RNA primer
Cetakan 3’-5’ tidak dapat dibaca dengan DNA polimerase α. Replikasi dari
cetakan ini rumit dan DNA barunya disebut untaian DNA lambat (lagging
strand). Pada lagging strand RNA primase menambah lebih banyak RNA
primer. DNA polimerase α membaca cetakan. Pada untaian DNA lambat
polimerisasi dilkukan fregmen demi fregmen. Jarak antara dua RNA primer
disebut sebagai fragmen Okazaki.
RNA primer penting untuk DNA polimerase α berikatan dengan nukleotida
pada bagian ujung 3’. Untai baru dielongasi dengan mengikat lebih banyak
DNA nukleotida.
5. Pada lagging strand DNA Polimerase I - eksonuklease membaca fragmen dan
memindahkan RNA Primer. Jarak didekatkan dengan adanya pengaruh DNA
Gambar; Tahap pembentukan leading strand dan lagging strand
Gambar; Fragmen Okazaki
polymerase (menambahkan nukleotida komplementer pada jarak tersebut) dan
DNA ligase (menambahkan fosfat pada gap antara fosfat dan gula).
6. Langkah terakhir dari tahapan replikasi DNA adalah terminasi. Tahapan ini terjadi
ketika DNA polymerase mencapai titik akhir untai. Kita dapat dengan mudah
memahami bahwa pada akhir tahapan lagging strand, ketika RNA primer
dipindahkan tidak mungkin bagi DNA polymerase untuk mengisi kekosongan
tersebut (karena tidak ada primer). Sehingga, ujung dari untai induk dimana primer
terakhir tidak direplikasi. Ujung dari DNA linear terdiri dari DNA noncoding yang
berulang – ulang dan disebut telomere. Sebagai hasilnya, bagian dari telomere
dipindahkan pada tiap siklus replikasi DNA.
7. Replikasi DNA tidak sempurna sebelum terjadi mekanisme perbaikan terhadap
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama replikasi. Enzim seperti nuklease
akan memindahkan nukleotida yang salah dan DNA polimerase akan mengisi
kekosongan (gap) tersebut.
Gambar; Tahap pembacaan fragmen oleh DNA polimerase I-eksonuklease
KESIMPULAN
1. DNA adalah bahan genetik yang memberi informasi genetik dari sel ke sel dan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Komponen dasar DNA terdiri dari Gula
pentosa, Fosfat, dan basa nitroten yang dibedakan atas keempat basa utama adenine
(A), Timin (T), Guanin (G), dan Sitosin (C). kodon merupakan unit dasar kode
genetik pada DNA adalah suatu triplet dari urutan basa.
2. Pembawa unsur-unsur pewarisan, yaitu gen, adalah kromosom yang berada dalam
inti sel. Gen-gen itu sendiri merupakan rangkaian asam deoksiribonukleat
(deoxyribonucleic acid, DNA) dengan panjang tertentu, yang merupakan
komponen kromosom. kodon merupakan unit dasar kode genetik pada DNA