CASE REPORT IDENTITAS • Nama : Ny.Y • MR : 039177 • Umur : 30 tahun • Jenis kelamin : Perempuan • Alamat : Way Halim • Pekerjaan : IRT • Status : menikah • Suku : Jawa • Tanggal periksa : 19 Maret 2015 ANAMNESIS Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada hari Kamis 19 Maret pada Pkl.13.00 wib di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSPBA. KELUHAN UTAMA Timbul bintik-bintik merah di pipi kanan dan kiri sejak 1 minggu yang lalu KELUHAN TAMBAHAN 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
CASE REPORT
IDENTITAS
• Nama : Ny.Y
• MR : 039177
• Umur : 30 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat : Way Halim
• Pekerjaan : IRT
• Status : menikah
• Suku : Jawa
• Tanggal periksa : 19 Maret 2015
ANAMNESIS
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa pada hari Kamis 19 Maret pada Pkl.13.00 wib di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSPBA.
KELUHAN UTAMA
Timbul bintik-bintik merah di pipi kanan dan kiri sejak 1 minggu yang lalu
KELUHAN TAMBAHAN
Timbul bintik-bintik merah di pipi kanan dan kiri disertai dengan rasa gatal.
1
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 minggu SMRS
Timbul bintik-bintik kecil berwarna merah di daerah pipi sebelah kanan dan kiri,
Keluhan di sertai rasa gatal yang hilang timbul dan tidak bertambah saat berkeringat.
Os mengaku 2 hari sebelumnya mengenakan make-up berupa bedak, foundation,
blush on, eye shadow yang semuanya berasal dari jasa penata rias pengantin.
Os juga mengaku sebelumnya kulitnya tidak mudah berjerawat. Jerawat hanya
muncul sesekali pada saat-saat tertentu, misalnya pada saa menjelang menstruasi dan
jumlahnya tidak permah banyak.
Selama ini Os hanya menggunakan produk pembersih muka dan pelembab P*nds.
namun tidak pernah muncul keluhan apapun.
Sejak 4 hari SMRS
• Bintik-bintik dirasakan semakin banyak dan menyebar ke daerah pelipis dan semakin
gatal.
• Nyeri disangkal, pedih disangkal,dan tidak ada rasa terbakar dan tidak panas.
• Keluhan lain seperti demam disangkal
Sejak 2 hari SMRS
• Os belum pernah berobat dan menggunakan ataupun mengkonsumsi obat jenis
apapun (salep maupun obat minum) untuk meredakan keluhannya.
HMRS
• Os datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Pertamina Bintang Amin Lampung
untuk diperiksakan dengan keluhan timbul bintik-bintik merah di sekitar pipi kanan
dan kiri yang menyebar ke sekitar pelipis disertai rasa gatal sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat penyakit dahulu :
Tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat alergi : gatal saat makan telur dan ikan asin
2
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
Riwayat Sosial Ekonomi ;
Pasien tinggal didaerah tropis dan perumahan cukup padat
Riwayat Kontak dengan penderita dengan keluhan yg sama : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Baik
Kesadaran:
compos mentis
Tanda vital : tidak dilakukan pemeriksaan.
Kepala : terdapat kelainan kulit
Mata : Dalam batas normal
THT : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
GIT : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Sistem genetalia : Dalam batas normal
Ekstremitas atas : Dalam batas normal
Ekstremitas bawah : Dalam batas normal
3
STATUS DERMATOLOGIS
Ad Regio : Facialis
Efloresensi
Lokasi : daerah pipi kanan dan kiri menyebar ke pelipis
Distribusi : regional
Bentuk : bulat
Batas : tegas
Ukuran : miliar
Efloresensi : di regio facialis tampak papula eritematous berukuran miliar, berbentuk
bulat, berbatas tegas, diameter ± 0,5 mm tersebar hanya di daerah pipi dan
pelipis.
4
` Gambar 1 Gambar 2
Gambar 1 Gambar 2
DIAGNOSA BANDING
– Dermatitis kontak alergik
– Dermatitis kontak Iritan
– Acne vulgaris
DIAGNOSA KERJA
“ Dermatitis kontak alergi e.c kosmetik”
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN USULAN
• Patch test
PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
≥ Terapi sistemik :
- antihistamin loratadine tab 1x10 mg/ hari
≥ Terapi topikal
- Kortikosteroid topikal: Hidrocortison krim 2,5%
Oles tipis di daerah lesi 2-3x/hari
≥ pengobatan tambahan
○ vitamin C 3x1 tab/ hari
5
2. Nonmedikamentosa/ edukasi
a. Memberi edukasi mengenai kegiatan yang berisiko untuk terkena dermatitis
kontak alergi
b. Menghindari substansi allergen
c. Memilah kosmetik yang akan digunakan secara teliti
d. Hindari pemakaian kosmetik secara bergantian.
e. Hindari pemakaian kosmetik pada wajah selama pengobatan berlangsung.
f. Mencuci muka dengan sabun yang lembut setelah pemakaian kosmetik dalam
jangka waktu yang lama
g. Gunakan perlengkapan/pakaian pelindung saat melakukan aktivitas yang
berisiko terhadap paparan alergen
PROGNOSIS
- quo ad sanam : bonam
- quo ad vitam : bonam
- quo ad kosmetikum : dubia et bonam
- quo ad functionam : bonam
6
BAB i
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan,
bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan
menjadi kronis (Sularsito, dkk, 2011).
Dermatitis kontak ialah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi
yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak yaitu
dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergik (DKA), keduanya dapat
bersifat akut maupun kronik. Dermatitis iritan merupakan reaksi peradangan kulit
nonimunologik, sehingga kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses
sensitisasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi pada seseorang yang telah
mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen (Sularsito, dkk, 2011).
Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena
hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat peka (hipersensitif). Diramalkan
bahwa jumlah DKA maupun DKI makin bertambah seiring dengan bertambahnya
jumlah produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat. Namun
informasi mengenai prevalensi dan insidensi DKA di masyarakat sangat sedikit,
sehingga berapa angka yang mendekati kebenaran belum didapat (Sularsito, dkk,
2011).
Dahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan
DKA 20%, tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa
dermatitis kontak akibat alergi ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50 dan 60
persen. Sedangkan dari satu penelitian ditemukan frekuensi DKA bukan akibat kerja
tiga kali lebih sering dari pada DKA akibat kerja (Sularsito, dkk, 2011). Usia tidak
mempengaruhi timbulnya sensitisasi, tetapi umumnya DKA jarang ditemui pada
anak-anak. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dibandingkan pada laki-laki. Bangsa
kaukasian lebih sering terkena DKA dari pada ras bangsa lain (Sumantri, dkk, 2005).
7
Penyebab DKA adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul
umumnya rendah (<1000 dalton), merupakan allergen yang belum diproses, disebut
hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga
mencapai sel epidermis dibawahnya (sel hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam
timbulnya DKA, misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis perunit area, luas daerah
yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan
pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum
korneum, ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya sedang menderita sakit,
terpajan sinar matahari) (Sularsito, dkk, 2011).
Pentingnya deteksi dan penanganan dini pada penyakit DKA bertujuan untuk
menghindari komplikasi kronisnya. Apabila terjadi bersamaan dengan dermatitis yang
disebabkan oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau
psoriasis) atau terpajan oleh alergen yang tidak mungkin dihindari(misalnya
berhubungan dengan pekerjaan tertentu atau yang terdapat pada lingkungan penderita)
dapat menyebabkan prognosis menjadi kurang baik. Oleh karena itu penting untuk
diketahui apa dan bagaiman DKA sehingga dapat menurunkan morbiditas dan
memperbaiki prognosis DKA.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang
timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi (Siregar, 2004).
B. Etiologi dan Predisposisi
1. Etiologi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa
bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut
bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi
sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit (Djuanda, 2005).
Penyebab utama kontak alergen di Amerika Serikat yaitu dari tumbuh-
tumbuhan. Sembilan puluh persen dari populasi mengalami sensitisasi terhadap
tanaman dari genus Toxicodendron, misalnya poison ivy, poison oak dan poison
sumac. Toxicodendron mengandung urushiol yaitu suatu campuran dari highly
antigenic 3- enta decyl cathecols. Bahan lainnya adalah nikel sulfat (bahan-bahan
logam), potassium dichromat (semen, pembersih alat -alat rumah tangga),