PemicuSeorang laki-laki berusia 28 tahun dibawa ke UGD dengan
keluhan kedua tungkai tidak dapat digerakkan, berat badan dan nafsu
makan menurun sejak 2 bulan yang lalu. Kadang-kadang disertai
keringat malam.Keluhan diawali dengan rasa nyeri di daerah punggung
6 bulan yang lalu. Nyeri terkadang dirasakan menjalar ke paha
kanan. Sejak 4 bulan yang lalu kedua tungkai sering kesemutan dan
mulai baal. Baal dirasakan dari daerah perut sampai ke bawah Dua
bulan yang lalu pasien mulai merasakan kedua tungkainya lemah.
Makin lama makin berat sampai akhirya tidak dapat digerakkan. Dua
minggu terakhir pasien mulai sulit buang air besar dan buang air
kecil.Satu tahun sebelum pasien mengalami gejala ini, ia dipecat
dari tempat kerjanya. Sejak saat itu pasien dilaporkan bahwa ia
mudah tersinggung dan menjadi marah. Dengan adanya gejala di atas,
reaksi emosi pasien menjadi lebih labil dan membuat keluarganya
menjadi resah. Pada pemeriksaan fisik di sekitar vertebra torakal
tampak benjolan yang teraba keras, terfiksir dan tidak ada nyeri
tekan.Pada pemeriksaan neurologis didapatkan hipestesi terhadap
rasa raba dan nyeri setinggi dermatom T10 ke bawah. Prorioseptif
dan rasa vibrasi kedua tungkai terganggu. Kekuatan motorik kedua
tungkai 0. Klonus patela dan akiles +/+. Rossolimo dan
MendelBechtrew +/+. Pemeriksaan status mental didapatkan mood yang
iritabel, afek gelisah dan serasi. Tidak dijumpai adanya gangguan
persepsi dan isi pikir pasien lebih banyak didominasi oleh
kekecewaan pasien akan kondisi dirinya yang mengalami sakit seperti
itu.
Kata Kunci Tn. X 28 tahun 2 tungkai tidak dapat digerakan BB dan
nafsu makan menurun, sejak 2 bulan Keringat malam Nyeri dipunggung
6 bulan yang lalu Nyeri terkadang menjalar kebelakang 4 bulan yang
lalu : 2 tungkai sering kesemutan Mulai baal disekitar perut sampai
bawah 2 bulan lalu : 2 tungkai lemah Makin lama makin berat sampai
tidak dapat digerakkan lgi 2 minggu : Sulit BAB dan BAK 1 tahun
sebelumnya : Dipecat dari tempat kerja Mudah tersinggung Mudah
marah Emosi pasien lebih labil Keluarganya resah Pemeriksaan fisik
: Benjolan pada vertebra torakal yang teraba keras, terfiksir,
myeri tekan (-) Pemeriksaan neurologis : Hipertensi terhadap raba
dan nyeri pada torakal X ke bawah Prorioseptif dan rasa vibrasi
tungkai terganggu Kekuatan motorik kedua tungkai 0 Klonus patella
dan arcilles (+/+) Rossolimo dan Mendel Bechtrew (+/+) Pemeriksaan
status mental : Mood yang iritabel Afek gelisah dan serasi Gangguan
persepsi (-) Isi pikiran pasien didominasi oleh kekecewaan
pasien
Kata Sulit Baal Hipestesi Prorioseptif Rasa Vibrasi Klonus
patella dan acilles Rossolimo dan Mendel Bechtrew Mood iritabel
Fiksir
Identifikasi Masalah Tn.X 28 tahun mengeluh kedua tungkai tidak
dapat digerakkan, BB dan nafsu makan menurun sejak 2 bulan yang
lalu, kadang-kadang disertai keringat malam. Mengalami stress
psikis ( lebih cepat marah dan tersinggung) 1 tahun lalu akibat
dipecat dari pekerjaan.
Analisis masalah
Hipotesis Tn. X 28 tahun mengalami spondilitis TB yang dapat
diperburuk dengan gangguan emosional.
Spyderweb
Spondilitis TB
PrognosisPemeriksaanTanda GejalaFaktor RisikoDefinisi
Faktor RisikoPatofisiologiEtiologiKomplikasiTatalaksana
Pertanyaan Terjaring1. Definisi kata sulit?2. Interpretasi
pemeriksaan neurologis?3. Interpretasi status mental?4. Definisi,
etiologi, dan faktor risiko spondilitis TB?5. Patofisiologi dan
tanda gejala spondilitis TB?6. Pemeriksaan fisik dan penunjang
spondilitis TB?7. Tatalaksana spondilitis TB?8. Komplikasi dan
prognosis spondilitis TB?9. Jelaskan jaras kortikospinalis!10.
Jelaskan jaras spinotalamikus!11. Jelaskan jaras funiculus dorsalis
dan otonom!12. Pemeriksaan penunjang?13. Apakah penurunan BB dan
nafsu makan berhubungan dengan kelumpuhan pada tungkai?14.
Mekanisme terjadinya gangguan otonom yang menyertai kelumpuhan?15.
Mekanisme terjadinya gangguan sensorik yang menyertai
kelumpuhan?16. Hubungan depresi dan kelumpuhan
(neurotransmitter)?17. Membedakan kelumpuhan UMN dan LMN?18. Tanda
gejala depresi dan kebutuhan terapi psikososial pasien dan
keluarga?
1. Definisi kata sulit Baal adalah perasaan kebal (terhadap
rasa) atau mati rasa karena kedinginan, disuntik, dan lain-lain
sehingga tidak lagi merasakan dingin, sakit, dan perasaan lainnya.
Hipestesiadalah penurunan kepekaan secara abnormal terhadap
rangsangan, biasanya sentuhan / rabaan ; menurunnya sensitivitas
terhadap rabaan. Proprioseptif merupakan sensasi yang berasal dari
dalam tubuh manusia, yaitu terdapat pada sendi, otot, ligamen dan
reseptor yang berhubungan dengan tulang. Input proprioseptif ini
menyampaikan informasi ke otak tentang kapan dan bagaimana otot
berkontraksi (contracting) atau meregang (stretching), serta
bagaimana sendi dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending),
ditaril (being pull) atau ditekan (compressed). Rasa vibrasi
(getaran) adalahsensasi yang dirasakan akibat gerakan yang teratur
dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan
keseimbangan. Klonus ialah kontraksi ritmik dari otot, yang timbul
bila otot diregangkan secara pasif. Klonus merupakan refleks regang
otot(muscle stretch reflex)yang meninggi dan dapat dijumpai pada
lesi supranuklir(UMN, piramidal). Klonus Patella Cara: regangkan
otot kuadriseps femoris dengan memegang patella, dorong dengan
cepat kebawah, tahan Respon: gerak ritmik patellaRefleks Tendon
Achillesextr. inferior= Achilles Pees Refleks (APR)= Refleks
Triseps Sure Rossolimo dan mendelbechthrew merupakan pemeriksaan
reflex yang termasuk salah satu rangkaian dari pemeriksaan
neurologis. Refleks Rossolimo Pukulkan hammer reflek pada dorsal
kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari kaki.
Refleks Mendelbechtrew. Pukulan telapak kaki bagian depan akan
memberikan respon fleksi jari-jari kaki Mood yang iritabel
(irritable mood) adalahekspresi perasaan akibat mudah diganggu atau
dibuat marah. Fiksir adalah letak sesuatu yang tidak
berpindah-pindah (terfiksasi)2. Interpretasi pemeriksaan
neurologis.
3. Interpretasi pemeriksaan Status Mental Mood yang iritabel
(irritable mood): ekspresi perasaan akibat mudah diganggu atau
dibuat marah. Afek yang serasi (appropriate affect): kondisi irama
emosional yang harmonis (sesuai, sinkron) dengan gagasan, pikiran
atau pembicaraan yang menyertai; digambarkan lebih lanjut sebagai
afek yang luas atau penuh, di mana rentang emosional yang lengkap
diekspresikan secara sesuai. Artinya pada kasus, pasien gelisah
karena isi pikiran pasien menunjukan kekecewan (serasi). Persepsi
sendiri adalah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta
perbedaan antarahal ini melalui proses mengamati, mengetahui dan
mengartikan setelah pancaindranya mendapat rangsang. Jadi persepsi
itu dapat terganggu olehgangguan otak, gangguan jiwa dan
sosiobudaya. Isi pikiran kecewa terhadap keadaannya sekarang adalah
termasuk dalam katagori isi pikiran rendah diri, yaitu
merendahkan,menghina dirinya sendiri, menyalahkan dirinya tentang
suatuhal yang pernah dilakukan atau tidak pernah dilakukan.4.
Definisi, etiologi, faktor resiko Spondilitis TB A.
DefinisiSpondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Potts
disease adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang mengenai tulang belakang.Infeksi
Mycobacterium tuberculosis pada tulang belakang terbanyak
disebarkan melalui infeksi dari diskus. Mekanisme infeksi terutama
oleh penyebaran melalui hematogen. B. EtiologiTuberkulosis
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis yang merupakan anggota ordo Actinomicetales dan famili
Mycobacteriase. Basil tuberkel berbentuk batang lengkung, gram
positif lemah yaitu sulit untuk diwarnai tetapi sekali berhasil
diwarnai sulit untuk dihapus walaupun dengan zat asam, sehingga
disebut sebagai kuman batang tahan asam.C. Faktor resiko Endemic
tuberculosis Kondisi sosio-ekonomi yang kurang Infeksi HIV Tempat
tinggal yang padat Malnutrisi Alkoholisme Penggunaan obat obatan
kortikosteroid Status imun tubuh yang menurun5. Bagaimana
patofisiologi dan Tanda&Gejala Spondilitis TB?PatofisiologiParu
merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB, karena
ukuran bakteri sangat kecil 1-5 , kuman TB yang terhirup mencapai
alveolus dan segera diatasi oleh mekanisme imunologis nonspesifik.
Makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB dan sanggup
menghancurkan sebagian besar kuman TB. Pada sebagian kecil kasus,
makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan
bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus
berkembang-biak, akhirnya akan menyebabkan makrofag mengalami
lisis, dan kuman TB membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi
pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut fokus primer
Ghon.Diawali dari fokus primer kuman TB menyebar melalui saluran
limfe menuju ke kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang
mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini
menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan
di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer
terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan
terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus
primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara fokus
primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan
saluran limfe yang meradang (limfangitis).Masa inkubasi TB biasanya
berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12
minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai
jumlah 10 yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas
selular.Pada saat terbentuk kompleks primer, infeksi TB primer
dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuk
hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, yaitu timbulnya
respons positif terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji
tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk,
imunitas selular tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian
besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, begitu
sistem imun selular berkembang, proliferasi kuman TB terhenti.
Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma.
Bila imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke
dalam alveoli akan segera dimusnahkan.Setelah imunitas selular
terbentuk fokus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi
secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah
mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe
regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi tetapi
penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan
paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun
dalam kelenjar tersebut.Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan
kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh imunitas selular, kuman tetap
hidup dalam bentuk dorman. Fokus tersebut umumnya tidak langsung
berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi fokus
reaktivasi, disebut sebagai fokus Simon. Bertahun-tahun kemudian,
bila daya tahan tubuh pejamu menurun, fokus Simon ini dapat
mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ terkait,
misalnya meningitis, TB tulang dan lain-lain.Selama masa inkubasi,
sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi penyebaran
limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke
kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer sedangkan pada
penyebaran hematogen kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan
menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang
menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.Penyebaran
hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran
hematogenik tersamar (occult hematogenic spread), kuman TB menyebar
secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan
gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di
seluruh tubuh. Organ yang dituju adalah organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru
sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Bagian pada
tulang belakang yang sering terserang adalah peridiskal terjadi
pada 33% kasus spondilitis TB dan dimulai dari bagian metafisis
tulang, dengan penyebaran melalui ligamentum longitudinal. Anterior
terjadi sekitar 2,1% kasus spondilitis TB. Penyakit dimulai dan
menyebar dari ligamentum anterior longitudinal. Radiologi
menunjukkan adanya skaloping vertebra anterior, sentral terjadi
sekitar 11,6% kasus spondilitis TB. Penyakit terbatas pada bagian
tengah dari badan vertebra tunggal, sehingga dapat menyebabkan
kolap vertebra yang menghasilkan deformitas kiposis. Di berbagai
lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni
kuman sebelum terbentuk imunitas selular yang akan membatasi
pertumbuhan.Tanda & GejalaSeperti manifestasi klinik pasien TB
pada umumnya, pasien mengalami keadaan sebagai berikut,berat badan
menurun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, demam
lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar limfe superfisial
yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang
yang tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di
abdomen dan tanda-tanda cairan di abdomen.Manifestasi klinis pada
spondilitis TB tidak ditemukan pada bayi di bawah 1 tahun. Penyakit
ini baru muncul setelah anak belajar berjalan atau melompat. Gejala
pertama biasanya dikeluhkan adanya benjolan pada tulang belakang
yang disertai oleh nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan
enggan menggerakkan punggungnya, sehingga seakan-akan kaku. Pasien
akan menolak jika diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat
barang dari lantai. Nyeri tersebut akan berkurang jika pasien
beristirahat. Keluhan deformitas pada tulang belakang (kyphosis)
terjadi pada 80% kasus disertai oleh timbulnya gibbus yaitu
punggung yang membungkuk dan membentuk sudut, merupakan lesi yang
tidak stabil serta dapat berkembang secara progresif. Terdapat 2
tipe klinis kiposis yaitu mobile dan rigid. Pada 80% kasus, terjadi
kiposis 10, 20% kasus memiliki kiposis lebih dari 10 dan hanya 4%
kasus lebih dari 30. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat
disertai oleh paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat
terjadi pada tulang belakang yang dapat menjalar ke rongga dada
bagian bawah atau ke bawah ligamen inguinal.Paraplegia pada pasien
spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal dengan
istilah Potts paraplegi, terdapat 2 tipe defisit neurologi
ditemukan pada stadium awal dari penyakit yaitu dikenal dengan
onset awal, dan paraplegia pada pasien yang telah sembuh yang
biasanya berkembang beberapa tahun setelah penyakit primer sembuh
yaitu dikenal dengan onset lambat.6. pemeriksaan fisik dan
penunjang spondylitis tbPemeriksaan fisika. Inspeksi Pada klien
dengan spondilitis tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada
tulang belakang terlihat bentuk kiposis.b. Palpasi Sesuai dengan
yang terlihat pada inspeksi, keadaan tulang belakang terdapat
adanya gibbus pada area tulang yang mengalami infeksi.c. Perkusi
Pada tulang belakang yang mengalami infeksi terdapat nyeri ketok.d.
Auskultasi Pada pemeriksaan auskultasi, keadaan paru tidak
ditemukan kelainanPemeriksaan penunjang1. Pemeriksaan
laboratoriuma. Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis
dan LED meningkat.b. Uji mantoux positif tuberkulosis.c. Uji kultur
biakan bakteri dan BTA ditemukan Mycobacterium.d. Biopsi jaringan
granulasi atau kelenjar limfe regional.e. Pemeriksaan hispatologis
ditemukan tuberkel.f. Pungsi lumbal didapati tekanan cairan
serebrospinalis rendah.g. Peningkatan CRP (C-Reaktif Protein).h.
Pemeriksaan serologi dengan deteksi antibodi spesifik dalam
sirkulasi.i. Pemeriksaan ELISA (Enzyme-Linked Immuno adsorbent
Assay) tetapi menghasilkan negatif palsu pada penderita dengan
alergi.j. Identifikasi PCR (Polymerase Chain Reaction) meliputi
denaturasi DNA kuman tuberkulosis melekatkan nukleotida tertentu
pada fragmen DNA dan amplifikasi menggunakan DNA polimerase sampai
terbentuk rantai DNA utuh yang diidentifikasi dengan gel.2.
Pemeriksaan radiologisa. Foto toraks atau X-ray untuk melihat
adanya tuberculosis pada paru. Abses dingin tampak sebagai suatu
bayangan yang berbentuk spindle.b. Pemeriksaan foto dengan zat
kontras.c. Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitik,
destruksi korpus vertebra, penyempitan diskus intervertebralis, dan
mungkin ditemukan adanya massa abses paravertebral.d. Pemeriksaan
mielografi.e. CT scan memberi gambaran tulang secara lebih detail
dari lesiirreguler, skelerosis, kolaps diskus, dan gangguan
sirkumferensi tulang.f. MRI mengevaluasi infeksi diskus
intervertebralis dan osteomielitis tulang belakang serta
menunjukkan adanya penekanan saraf.7. Tatalaksana spondilitis TB1.
MedikamentosaSpondilitis TB dapat diobati secara sempurna hanya
dengan OAT saja hanya jika diagnosisditegakkan awal, dimana
destruksi tulang dan deformitas masih minimal.8,37,42 Seperti
padaterapi TB pada umumnya, terapi infeksi spondilitis TB adalah
multidrug therapy. Secara umum,regimen OAT yang digunakan pada TB
paru dapat pula digunakan pada TB ekstraparu.World Health
Organization (WHO) menyarankan kemoterapi diberikan setidaknya
selama 6bulan. British Medical Research Council menyarankan bahwa
spondilitis TB torakolumbal harus diberikan kemoterapi OAT selama 6
9 bulan. Untuk pasien dengan lesi vertebra multipel,tingkat
servikal, dan dengan defi sit neurologis belum dapat dievaluasi,
namun beberapa ahli menyarankan durasi kemoterapi selama 912
bulan.2. PembedahanTindakan bedah yang dapat dilakukan pada
spondilitis TB meliputi drainase abses; debridemen radikal;
penyisipan tandur tulang; artrodesis/fusi; penyisipan tandur
tulang; dengan atau tanpa instrumentasi/fiksasi, baik secara
anterior maupun posterior;dan osteotomi.8. Komplikasi spondilitis
TB1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury). Dapat terjadi
ekstradural sekunder karena pus tuberkulosa, sekuester dari diskus
intrvetebralis (contoh : Potts paraplegia prognosis baik) atau
dapat juga langsung karena keterlibatan korda spinalis oleh
jaringan granulasi tuberkulosa (contoh meningomyelitis prognosis
buruk). Jika cepat diterapi sering berespon baik (berbeda dengan
kondisi paralisis pada tumor). MRI dan mielografi dapat membantu
membedakan paraplegi karena tekanan atau karena invasi dura dan
korda sinalis.1. Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses
paravertebral di torakal ke dalam pleura.
Prognosis spondilitis TB bervariasi tergantung dari manifestasi
klinik yang terjadi. Prognosis yang buruk berhubungan dengan TB
milier, dan meningitis TB, dapat terjadi sekuele antara lain tuli,
buta, paraplegi, retardasi mental, gangguan bergerak dan lain-lain.
Prognosis bertambah baik bila pengobatan lebih cepat dilakukan.
Mortalitas yang tinggi terjadi pada anak dengan usia kurang dari 5
tahun sampai 30%.9. Jelaskan jaras kortikospinalJaras
KortikospinalKegunaan: Menghantarkan impuls terutama untuk gerakan
disadari (voluntary) dan gerakan dilatih.Jaras ini bermula dari
akson sel-sel piramidal yang terletak di lapis kelima korteks
serebri. Sekitar dua pertiga total serabut yang membentuk jaras
kortikospinal berasal dari girus presentral, sementara itusisanya
berasal dari girus postsentral.Serabut ini berkumpul di korona
radiata, lalu diteruskan ke bagian posterior kapsula interna, dan
bergerak menuju crus serebri, dan pada akhirnya masuk ke pons.
Jaras ini terus melalui batang otak, dan di daerah ventral medulla
oblongata membentuk tonjolan yang disebut piramid. Atas dasar
inilah jaras ini juga dinamai jaras piramidal.Sekitar 85% hingga
90% akson akan membentuk dekusasi (bersilangan) di daerah kaudal
medulla oblongata, membentuk struktur dekusasi piramidal.
Akson-akson yang berdekusasi ini memasuki medulla spinalis melalui
daerah lateral kortikospinal, dan kebanyakan berakhir di medulla
spinalis dengan ketinggian servikal, lumbal, atau sakral. Sementara
itu 10% hingga 15% sisa akson yang tidak berdekusasi akan memasuki
medulla spinalis melalui daerah anterior kortikospinal dan berakhir
di ketinggian servikal dan torakal atas medulla spinalis.Kebanyakan
jaras kortikospinal bersinaps dengan neuron perantara (internuncial
neuron), yang kemudian bersinaps dengan alfa motor neuron dan
beberapa gamma motor neuron.Jaras kortikospinal juga membentuk
percabangan dengannukelus kaudatus dan lentiformis (basal nuclei),
nukleus ruber, nukleus olivari, dan formasi retikuler. Percabangan
ini menginformasikan daerah subkorteks akan gerakan-gerakan
disadari dan disengaja (gerakan kortikal). Selain sebagai sarana
informasi, percabangan ini juga dapat mengirimkan impuls pengaturan
terhadap motor neuron, khususnya alfa motor neuron.
10. Jelaskan jaras spinothalamicusJaras spinothalamicus
merupakan jaras asenden yang menghantarkan rangsang dari medulla
spinalis ke thalamus. Jaras ini terbagi menjadi 2: jaras
spinothalamicus anterior yang berfungsi sebagai jaras raba dan
tekanan kasar, dan jaras spinothalamicus lateralis sebagai jaras
nyeri dan suhu.Pada alur jarasnya, kedua jaras tersebut ditambah
dengan jaras spinotectalis akan membentuk namanya lemnicus
spinalis, yang nantinya akan naik ke bagian posterior pons dan akan
membentuk sinaps dengan neuron tingkat ketiga di nucleus
ventropoterolateral thalami. Disinilah seluruh rangsang baik suhu,
nyeri, raba, dan tekan akan diapresiasikan. 11. Jelaskan jaras
funiculus dorsalis dan saraf otonoma) Saraf OtonomSusunan saraf
otonom dan system endokrin mengatur lingkungan internal tubuh.
Susunan saraf otonom mengendalikan banyak fungsi khusus organ dalam
tubuh, termaksud otot jantung, otot polos dan kelenjar eksokrin.
System endokrin mengendalikan dengan cara yang lebih lambat melalui
hormon yang dialirkan ke dalam aliran darah.Susunan saraf otonom,
seperti system sarah somatic, mempunyai neuron-neuron aferen,
konektor, dan efektor. Impuls aferen yang berasal dari reseptor
viseral berjalan melalui jaras ke organ-organ efektor viseral.
Sebagian besar aktivitas system otonom tidak berhubungan dengan
tingkat kesadaran.Jaras-jaras eferen system otonom tersusun oleh
neuron-neuron praganglionik dan pascaganglionik. Badan sel
neuron-neuron praganglionik terletak pada columna lateralis
substantia grisea medulla spinalis dan di dalam nucleus motoric
nervus cranialis III, VII, IX, dan X. akson-akson badan sel ini
bersinaps dengan badan sel neuron pascaganglionik yang berkumpul
bersama dan berbentuk ganglia di luar susunan saraf pusat.Kontrol
yang dilakukan oleh system otonom berlangsung sangat cepat, dan
tersebar luas, karena satu akson praganglionik dapat bersinaps
dengan beberapa neuron pascaganglionik. Kumpulan serabut-serabut
eferen dalam jumlah besar bersama dengan ganglia yang sesuai
membentuk pleksus otonomik di thorax, abdomen, dan
pelvis.Reseptor-reseptor visceral terdiri dari kemoreseptor,
baroreseptor, dan osmoreseptor. Reseptor nyeri terdapat di visera
dan jenis-jenis stimulasi tertentu, seperti kekurangan oksige atau
regangan dapat menimbulkan nyeri yang hebat.Tabel 14-2 Efek Susunan
Saraf Otonom Pada Organ-Organ Tubuh
OrganAktivitas simpatisAktivitas Parasimpatis
MataPupilDilatasiKonstriksi
Musculus ciliarisReklasasikonstriksi
KelenjarLakrimal, parotis, submandibula, sublingual, nasal.
Mengurangi sekresi dengan menyebabkan vasokonstriksi pembulu
darah.Meningkatkan sekrsesi
keringatMeningkatkan sekresi
JantungOtot jantung
Meningkatkan kekuatan kontraksiMengurangi kekuatan kontraksi
Arteriae coronariae (terutama dikendalikan oleh factor metabolic
lokal)Dilatasi (reseptor beta), konstriksi (reseptor alfa)
ParuOtot bronkus
Relaksasi (bronkodilatasi)Kontraksi (bronkokontriksi)
Sekresi bronkusmeningkatkan sekresi
Arteriae bronchialesKontriksidilatasi
Saluran cernaOtot dindingMenurunkan peristaltikMeningkatkan
peristaltik
Otot sfingterKontraksiRelaksasi
KelenjarMengurangi sekresi dengan vasokonstriksi pembulu
darahMeningkatkan sekresi
HatiMemecah glikogen menjadi glukosa
Kandung empeduRelaksasi konstriksi
GinjalPenurunan output akibat kontriksi arteri
Kandung kemihDinding vesica urinaria (detrusor)Relaksasi
Konstriksi
Sphincter vesicaeKontraksiRelaksasi
Jaringan erektilPenis dan klitorisRelaksasi, menyebabkan
ereksi
EjakulasiKontraksi otot polos vasa deferens, vesicular
seminalis, dan prostat
Arteria sistemikkulitAbdomenOtotKonstriksi
Konstriksi
Konstriksi (reseptor alfa), dilatasi (reseptor beta), dilatasi
(kolinergik)
Musculus erector pilli Konstriksi
SuprarenalisCortexMedulla Stimulasi
Melepaskan epinefrin dan norepinefrin
b. Funiculus Dorsalis terdiri dari : Tractus gracilis &
cuneatus tersusun secara somatotopik Implus dari bagian atas badan
rostral dari torakal 6 terletak lebih ke lateral di dalam traktus
cuneatus Serabut-serabut yang berasal dari sacral, lumbal, 6
torakal bawah membentuk traktus Gracilis, dan setengah Truncus BG
Caudal. Serabut-serabut yang berasal dari torakal atas, servical
traktus Cuncatus, melayani membrane superior dan bagian cranial
truncusPada segmen cervical, susunan lamina dari postero medial
lateral adalah : serabut-serabut yang berasal dari sacral lumbal,
thoracal, cervical.
12. Pemeriksaan penunjang saat kelumpuhan EMGSebuah
elektromiogram (EMG) adalah tes yang digunakan untuk merekam
aktivitas listrik otot. Ketika otot-otot yang aktif, mereka
menghasilkan arus listrik. Arus ini biasany sebanding dengan
tingkat aktivitas otot. Sebuah EMG juga disebut sebagai myogram a.
EMGs dapat digunakan untuk mendeteksi aktivitas listrik abnormal
dari otot yang dapat terjadi pada banyak penyakit dan kondisi,
termasuk distrofi otot, radang otot, saraf terjepit, kerusakan
saraf perifer (kerusakan saraf di tangan dan kaki), amyotrophic
lateral sclerosis (ALS ), myasthenia gravis, herniasi, dan
lain-lain. Myelo CTCT mielogram merupakan prosedur diagnostik yang
dikerjakan setelahkontras diinjeksikan dalam rongga sub arachnoid.
Biasanya diindikasikan untukpasien yang tidak dapat dikerjakan MRI
atau pada pasien yang sebelumnya pernahdipasang plat pada
vertebranya, sehingga plat logam tersebut dapat
menyebabkandistrorsi dari gambar. Sebagai tambahan, pada beberapa
kasus, CT mielogramdapat memberikan gambaran lebih jelas daripada
MRICT Mielografi umumnya digunakan untuk mendeteksi abnormalitas
Korda spinalis, kanalis spinalis, serabut saraf spinal, dan
vaskuler di kordaspinalis. Termasuk menunjukkan adanya herniasi
diskus intervertebralis, penekanan serabut saraf atau korda
spinalis, menggambarkan kelainan yang berkaitan dengan tulang dan
jaringan lunak disekitar kanalis spinalis (seperti kondisi stenosis
spinalis). Pada gambaran stenosis spinal akan menunjukkan
penyempitan kanalis spinalis
karenaadaperkembanganjaringanlunak,terbentuknya osteofit, dan
penebalan ligamen. EEGElektro Enselo Grafi (EEG) adalah suatu alat
yang mempelajari gambar dari rekaman aktifitas listrik di otak,
termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Neuron-neuron di
korteks otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan
voltase yang sangat kecil (mV), yang kemudian dialirkan ke mesin
EEG untuk diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram yang
ukurannya cukup untuk dapat ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai
gelombang alfa, beta, theta dsb. Pemeriksaan liquor
serebrospinalCairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid
merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan
medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Perubahan
dalam cairan serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi
suatu kelainan klinik. Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat
membantu dalam mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi. Selain itu
juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit, serta
menentukan prognosa penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal
adalah suatu tindakan yang aman, tidak mahal dan cepat untuk
menetapkan diagnosa, mengidentifikasi organism penyebab serta dapat
untuk melakukan test sensitivitas antibiotika.13. Apakah penurunan
berat badan dan nafsu makan berhubungan dengan kelumpuhan tungkai?
Pasien diduga menderita spondilitis TB. Spodilitis TB adalah salah
satu infeksi yang menyerang tulang vertebrae, sehingga nantinya
akan mengganggu fungsi dari saraf-saraf yang ada disana. Otomatis
saraf-saraf yang pada tungkai pun dapat terganggu, bahkan hingga
dapat terjadi kelumpuhan. Hal inilah yang mungkin terjadi pada
pasien.Spondilitis TB juga memiliki gejala-gejala lain yang mana
salah satunya berupa kurangnya nafsu makan diakibatkan spondilitis
TB dapat membentuk abses pada faring. Hal inilah yang menyebabkan
kadang-kadang pada penderita penyakit ini mengalami penurunan berat
badan.Apabila ditanya apakah ada hubungan langsung antara penurunan
berat badan dan nafsu makan dengan kelumpuhan pada tungkai, mungkin
tidak secara langsung, akan tetapi penyebab yang samalah yang
menyebabkan kedua gejala klinis tersebut dapat muncul, yaitu
spodilitis TB.14. Bagaimana mekanisme terjadinya Gangguan otonom
yang menyertai Kelumpuhan?Rasa nyeri dirasakan pada dermato torakal
X yang dapat diartikan bahwa gangguan atau lesi dapat terjadi di
Vertebra Setinggi Torakal VIII. Gangguan otonom yang terjadi beprua
sulit buang air besar dan buang air kecil dikarenakan, persarafan
pada system pencernaan dan kemih berada dibawah lesi (T VIII)
sehingga mengalami gangguan pengiriman impuls, dan dapat
menyebabkan gangguan pada kedua system ini.15. Mekanisme terjadinya
gangguan sensorik yang menyertai kelumpuhan ?Penghentian total
aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu
15-20 detik dan kerusakan otah yang ireversibel terjadi setelah
tujuh sampai sepuluh menit. Penyumbatan pada satu arteri
menyebabkan gangguan di area otak yang terbatas. Mekanisme dasar
kerusakan ini adalah selalu definisi energi yang disebabkan oleh
iskemia. Perdarahan jua menyebabkan iskemia dengan menekan pembuluh
darah di sekitarnya. Dengan menghambat Na+/K+-ATPase, defisiensi
energi menyebabkan penimbunan Na+ dan Ca+2di dalam sel, serta
meningkatkan konsentrasi K+ ekstrasel sehingga menimbulkan
depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan penimbunan Cl- di dalam sel,
pembengkakan sel, dan kematian sel. Depolarisasi juga meningkatkan
pelepasan glotamat, yang mempercepat kematian sel melalui masuknya
Na+ dan Ca+2.Pembengkakan sel, pelepasan mediator vasokonstriktor
dan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh granulosit kadang-kadang
mencegah reperfusi, meskipun pada kenyataannya penyebab primernya
telah dihilangkan. Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga
merusak sel di tepi area iskemik(penumbra).Gejala ditentukan oleh
tempat perfusi yang terganggu, yakni daerah yang disuplai oleh
pembuluh darah tersebut. Penyumbatan pada arteri serebri media yang
sering terjadi menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas
kontralaterla, serta defisit sensorik (hemianestesia) akibat
kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis. Akibat
selanjutnya adalah deviasi okular, hemianopsia, gangguan bicara
motorik dan sensorik, gangguan persepsi spasial, apraksia dan
hemineglect. Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan
hemiparesis dan defisit sensorik kontralateral (akibat kehilangan
girus presentralis dan postsentralis bagian medial), kesulitan
bicara (akibat kerusakan area motorik tambahan) serta apraksia pada
lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer
dominant ke korteks motorik kanan terganggu. Penyumbatan bilateral
pada arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan
dari system limbic. Penyumbatan pada arteri serebri posterior
menyebabkan hemianopsia kontralteral parsial (korteks visual
primer) dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan
terjadi kehilangan memori (lobus temporalis bagian bawah).
Penyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit
di daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior.
Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia basalis
(hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis) dan traktus optikus
(hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada cabang arteri
komunikans posterior di thalamus terutama akan menyebabkan defisit
sensorik. Penyumbatan total arteri basilaris menyebabkan paralisis
semua ekstremitas (tetraplegia) dan otot-otot mata serta koma.
Penyumbatan pada cabang arteri basilaris dapat menyebabkan infark
pada serebelum, mesensefalon, pons dan medulla oblongata.16.
Hubungan depresi dan kelumpuhan yang melibatkan
neurotransmitterSistem respons fisiologik pada stress akut dan
kronik, terdapat respon fight and flight dimana berperan hormon
epinefrin, norepinefrin dan dopamin, respon terhadap ancaman
meliputi penyesuaian perpaduan banyak proses kompleks dalam
organ-organ vital seperti otak, sistem kardiovaskular, otot, hati
dan terlihat sedikit pada organ kulit, gastrointestinal dan
jaringan limfoid. Kelainan pada fungsi neuron yang mengandung amin
biogenik akan menyebabkan timbul stress kronik sehingga aktivitas
aksis hipotalamus-pituitari-adrenal akan mengalami gangguan. Dua
resepetor amin biogenik yang paling berperan dalam patofisologi
depresi adalah norefinefrin dan epinefrin, walaupun dopamin juga
ikut berpengaruh. Ketiga neurotransmitter tersebut mengalami
penurunan pada orang dengan gejala depresi.
17. MEMBEDAKAN KELUMPUHAN UMN DAN LMN
UMNLMN
LumpuhLumpuh
HipertoniAtoni
Hiper refleksi dan klonusAtrofi
Refleks patologisarefleksi
18. tanda dan gejala depresi? Kebutuhan terapi psikososial pada
pasien dan keluargaTanda dan gejala depresi menurut NIMH : Perasaan
sedih yang menetap, khawatir atau perasaan kosong Perasaan putus
asa dan atau pesimisme Perasaan bersalah, perasaan tidak berharga
dan atau putus asa Cepat marah, tidak dapat istirahat Insomnia,
terjaga sampai pagi buta, atau tidut yang berlebihan Pikiran untuk
bunuh diri, usaha bunuh diriKebutuhan terapi sosial untuk pasien
dan keluarga pasienPsikoterapi suportif selalu diindikasikan.
Keluarga perlu untuk terus memberikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistik.Latih keluarga pasien untuk mengenal
tanda-tanda dekompensasi yang akan datang. Bantu pasien
mengidentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang membuatnya
prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor pencetus dan
bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal
(contoh : pekerjaan, menyewa rumah).Temui pasien sesering mungkin
(mula-mula 1-3 kali per minggu) dan secara teratur, tetapi jangan
sampai tidak berakhir atau untuk selamanya.Terapi Kognitif Perilaku
dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan.
Diyakini oleh sebagian orang sebagai ketidak berdayaan yang
dipelajari, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan
keterampilan dan memberikan pengalaman-pengalaman sukses. Dari
perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan
menghilangkan pikiran-pikiran negative dan harapan-harapan
negative. Terapi ini mencegah kekambuhan. Deprivasi tidur parsial
(bangun dipertengahan malam dan tetap terjaga sampai malam
berikutnya).
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis W,Maramis A. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya
: Airlangga University Press,2009. 1. Paramarta Epi GI, dkk.
Spondilitis Tuberkulosis. [Journal]. 2015cited 10 Januari
2015Available from
:http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/10-3-6.pdf2. Price,Sylvia A.
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit. Edisi 6. Vol 2.
Jakarta: EGC, 2005.3. Lumbantobing,SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan
Fisik dan Mental. Jakarta: Balai PenerbitFKUI, 2006.4. Paramarta,
Epi GI, dkk. Spondilitis Tuberkulosis. Sari Pedriati, Vol 10, No.3.
2008.5. Sadock, Benjamin J & Virginia A. Sadock. Buku Ajar
Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2014.6. Alpers, Ann. Buku
Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3. Jakarta : EGC, 2006.7. Purwanto ET.
Hernia Nukleus Pulposus Lumbalis. Jakarta: Perdossi. 8. Singkat I.
Neuroanatomi Fungsional. Surabaya: Airlangga, 1996.9. Wellkinson I,
Lennox G. Esential Neurology. Ed 4. UK : Black Wall Publishing,
2005.10. Muttaqin A. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Penerbit Salemba.11. Vitriana. Spondilitis
Tuberkulosa. Universitas Padjajaran : Bagian Ilmu Kedokteran Fisik
dan Rehabilitasi;2002. serial online 2015cited 11januari 2015
Available from :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/spondilitis_tuberkulosa.pdf12.
Paramarta Epi,Purniti Siadini Putu, dkk. Spondilitis Tuberkulosis.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Rumah Sakit Sanglah Denpasar. serial online 2015cited 10Januari
2015 Available from :
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/10-3-6.pdf13. Snell, Richard
S. Neuroanatomi Klinik. Ed 7. Jakarta : EGC, 2011.14. Haryani.
Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan (Kkmp)
Pada Kasus Spondilitis Tuberkulosis (Tb) Di Gedung Profesor Dr.
Soelarto Lantai 1 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Jakarta: FIK
UI, 2013.