BAB I
REFERAT
Divertikulum Zenker
Disusun Oleh :
Meta Adriani
1102009171
PEMBIMBING
Dr. Gunawan Kurnaedi, Sp. THT-KLDIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS
KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU PENYAKIT THT
RSUD Dr SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 6 JANUARI 4 FEBRUARI 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Divertikel esofagus adalah penonjolam dinding esofagus, baik
seluruh bagian dindingnya maupun hanya mukosanya, ke arah luar
lumen membentuk struktur seperti kantung yang melibatkan satu atau
lebih lapisan dinding esofagus. Umumnya, kantung tersebut dapat
terjadi pada tiga bagian dari esofagus, yaitu perbatasan
pharyngoesophagus (pharyngoesofageal junction), di bawah bifurcatio
trakea, dan di atas diafragma.Pada tahun 1840, Rokitansky
mengklasifikasikan divertikel esofagus menjadi dua tipe, yaitu
divertikel traksi dan pulsi. Klasifikasi ini masih digunakan hingga
sekarang. Pada tahun 1769, Ludlow menguraikan mengenai diverikel
zenker, dimana Friedrich Von Zenker yang mengakui bahwa divertikel
zenker hasil dari peningkatan tekanan intrafaring. Oekenomides pada
tahun 1882 telah menambahkan variasi dari divertikel tipe
traksi-pulsi, yaitu kombinasi dari kedua jenis divertikel.
Seterusnya, Rosenthal pada tahun 1902 telah menemukan divertikel
yang sering terjadi pada bagian 1/3 distal esofagus sebagai
divertikel supradiafragmatik atau epifrenik.
Divertikel esofagus merupakan kasus yang jarang terjadi, yang
kebanyakan diklasifikasikan oleh lokasi dan etiologi. Divertikel
esofagus sering terjadi pada umur pertengahan tahun, dari dewasa
muda hingga dewasa tua. Jenis divertikel zenker merupakan kasus
yang paling banyak terjadi dari gangguan faringoesophagus (Ludlow
1769), yaitu sekitar 60-65% dari semua jenis divertikel esofagus.
Kejadiannya 2-3 kali lebih banyak ditemukan pada laki-laki dari
pada perempuan dan 80% terdapat pada orang yanglebih dari 60 tahun.
Divertikel zenker ini cenderung membesar secara progresif dengan
berjalannya waktu, karena proses penuaan mempengaruhi pertumbuhan
tulang dari servikal dan esofagus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi esophagus
Dalam perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui
3 kompartement, yaitu leher, thoraks dan abdomen. Panjang rata-rata
esofagus adalah 25 cm. Esofagus yang berada di leher panjangnya 5
cm, berjalan di antara trakea dan columna vertebralis, serta
selanjutnya memasuki rongga setinggi manubrium sterni. Di dalam
rongga dada esofagus berada di mediastinum posterior mulai di
belakang lengkung aorta bronkus cabang utama kiri, kemudian agak
membelok ke kanan, berada di samping kanan deoan aorta torakalis
bawah dan masuk ke dalam rongga perut melalui hiatus esofagus dari
diafragma dan berakhir di cardia lambung. Panjang esofagus yang
berada di rongga perut berkisar antara 2-4 cm.
Di sebelah ventral esofagus terdapat trakea, bronkus sinister,
perikardium dam diafragma thoracis. Di sebelah dorsal, esofagus
berbatasan dengan sisi ventral columna vertebralis, arteri
intercostalis dextra, ductus thoracicus, pleura mediatinalis
sinister, dan di sebelah caudolateral dari esofagus terdapat aorta
descendens. Di sebelah lateral kanan terdapat pleura meduatinalis
dexter dan vena azygos.
Dari luar ke dalam, esofagus terdiri atas jarinngan ikat
longgar, lapisan otot eksternal yang terdiri dari otot polos
longitudinal dan lapisan otot internal yang terdiri atas otot polos
sirkular, lapisan submukosa yang mengandung kelenjar mukus, dan
mukosa yang terdiri dari jaringan epitel bertanduk. Otot esofagus
sepertiga bagian atas adalah otot serat lintang yang berhubungan
erat dengan otot-otot faring, sedangkan dua pertigabagian bawah
adalah otot polos yang ditemukan pada saluran cerna lainnya.
Dilapisan-lapisan esofagus terdapat 2 plexus saraf. Diantara
lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler terdapat plexus
myentrikus atau plexus auerbach yang menngatur gerakan peristaltik.
Pada submukosa terdapat plexus meissner yang mengatur sekresi
mukous.
Sepanjang perjalanannya menuju lambung, esofagus menyempit di 3
tempatn, yaitu :
Penyempitan pertama, bersifat sfingter, terletak setinggi tulang
rawan krikoid pada batas antara faring dan esofagus, yaitu tempat
peralihan otot serat lintang menjadi otot polos.
Penyempitan kedua terletak di rongga dada bagian tengah, akibat
tertekan lengkung aorta dan bronkus utama kiri. Penyempitan ini
tidak bersifat sfingter.
Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esofagus diafragma,
yaitu tempat berakhirnya esofagus di cardia lambung. Otot polos
pada bagian ini murni bersifat sfingter.
2.2 Persarafan esophagus
Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis.
Nervus vagus bersifat saraf parasimpatis bagi esofagus, meskipun di
bawah leher nervus vagus membawa gabungan saraf simpatis dan
parasimpatis. Esofagus pars servikalis dipersarafi oleh nervus
laringeus rekuren yang berasal dari nervus vagus. Cabang nervus
vagus dan nervus laringeus rekuren kiri mempersarafi esofagus
thorakalis atas. Nervus vagus kiri dan kanan berjalinan dengan
serabur simpatis membentuk plesus esofagus. Persarafan simpatis
berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis, nervus
splanikus mayor, pleksus aortic thorasikus, dan ganglion seliakus.
Rangsangan serabur saraf simpatis pada esofagus mengakibatkan
penurunan aktivitas peristaltik. Rangsangan serabut saraf
parasimpatis mengakibatkan peningkatan aktivitas peristaltik.
2.3 Pendarahan esophagus Esofagus diperdarahi oleh banyak arteri
kecil. Bagian atas esofagus yang berada di leher dan rongga dada
diperdarahi oleh arteeri tyroidea inferior, beberapa cabang arteri
bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta. Esofagus di hiatus
esofagus dan rongga perut diperdarahi oleh arteri frenika inferior
kiri dan cabang arteri gastrika kiri. Kayanya perdarahan esofagus
memungkinkan dilakukannya reseksi esofagus melalui abdomen dan
leher tanpa torakotomi.
Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal espfagus. Di
esofagus bagian atas dan tengah, aliran vena dari pleksus esofagus
berjalan melalui vena esofagus ke vena azigos dan vena hemiazigos
untuk kemudian masuk ke vena kava superior. Di esofagus begian
bawah, semua pembuluh vena masuk kedalam vena koronaria, yaitu
cabang vena porta sehingga terjadi hubungan langsung antara
sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian bawah
melalui vena lambung tersebut.
2.4 Pembuluh Limfa esophagus
Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di dala mukosa,
submukosa, lapisan otot, dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga
kranial, pembuluh ini berjalan secara longitudinal bersama dengan
pembuluh limfe dari faring ke kelenjar di leher sedangkan dari
bagian dua pertiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus, seperti
pembuluh limfe dari lambung.
2.5 Fisiologi Esophagus
Fungsi Esophagus
Fungsi dari esofagus adalah membawa material yang ditelan dari
faring ke lambbung. Yang kedua, refluks gastrik ke esofagus dicegah
oleh sfingter atas esofagus, sfingter atas esofagus normalnya
selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot krikofaringeus.
Mekanisme Kimiawi Esophagus
Sekresi esofagus dalam bentuk mukous dan berperan penting dalam
proses lubrikasi untuk menelan. Bagian dalam esofagus dilapisis
oleh banyak kelenjar mukous. Mukous yang disekresikan oleh kelenjar
mukous bagian atas esofagus mencegah perlukaan mukosa oleh makanan
yang baru masuk. Mukous yang disekresikan oleh kelenjar mukous
bagian bawah dekat tautan esofagogaster melindungi dinding esofagus
dari pencernaan oleh asam lambung yang sering refluks dari isi
lambung ke bagian bawa esofagus.
Mekanisme Mekanik Esophagus
Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke
lambung oleh gerakan peristaltik. Proses ini dinamakan menelan.
Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :
Fase oral
Yang mencetuskan proses menelan. Fase oral terjadi secara sadar.
Makana yang telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk
bolus makanan melalui dorsum lidah ke orofaring akibat kontraksi
otot intrinsik lidah. Kontraksi muskulus levator veli palatini
mengakibatkan rongga pada tekukan dorsum lidah diperluas, palatum
mole dan bagian atas dinding posterior faring (passavant's ridge)
terangkat. Penutupan nasofaring akibat kontraksi muskulus levator
veli palatine menyebabkan kontraksi muskulus palatoglossus sehingga
ismus fausium tertutup dan terjadi kontraksi muskulus palatofaring,
akibatnya bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.
Fase faringeal
Terjadi secara refleks pada akhir fase oral, membantu jalannya
makanan dari faring ke dalam esofagus. Faring dan laring bergerak
ke atas oleh kontraksi muskulus stilofaring, muskulus
salfingofaring, muskulus tirohioid dan muskulus palatofaring.
Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter
laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika
vokalis tertutup karena kontraksi muskulus ariepiglotika dan
muskulus aritenoid obliges. Penghentian aliran udara ke laring
karena refleks yang menghambat pernapasan, bolus tidak akan masuk
ke saluran nafas namus meluncur ke arah esofagus.
Fase esophageal
Fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari
esofagus ke lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase faringeal
menyebabkan relaksasi muskulus krikofaring. Introitus
esofagusterbuka dan bolus makanan masuk ke dalam esofagus. Sfingter
berkontraksi lebih kuat dari tonus introitus esofagus saat
istirahat sehingga refluks dapat dihindari. Akhir fase esophageal
sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya
peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke
distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, maka sfingter ini
akan menutup kembali.
Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke
lambung oleh gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik
tergantung kepada besarnya bolus makanan yang masuk ke esofagus.
Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari gerakan peristaltik
primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik primer
adalah gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan
peristaltik pada faring yang menyebar ke esofagus. Gerakan ini
berlangsung dengan kecepatan 3-4 cm/ detik, dan membutuhkan waktu
8-9 detik untuk mendorong makanan ke lambung. Gerakan peristaltik
sekunder terjadi oleh adanya makanan dalam esofagus. Sesudah
gerakan peristaltik primer dan masih ada makanan pada esofagus yang
merangsang reseptor regang pada esofagus, maka akan terjadi
gelombang peristaltik sekunder. Gelombang peristaltik sekunder
berakhir setelah semua makanan meninggalkan esofagus. Esofagus
dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter esofagus proksimal atau
sfingter atas esofagus (upper esopaheal spinchter/ UES), dan
dipisahkan dengan lambung oleh sfingter esofagus distal atau
sfingter bawah esofagus (lower esophageal spinchter/ LES). Sfingter
esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur oleh nervus
vagus. Tonus dari otot ini dipertahankan oleh impuls yang berasal
dari neuron post ganglion nervus vagus yang menghasilkan
asetilkolin. Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas
hubungan antara esofagus dan lambung merupakan otot polos. Secara
anatomis, strukturnya tidak berbeda dengan esofagus tetapi secara
fisiologis berbeda oleh karena dalam keadaan normal sfingter selalu
konstriksi.2.6 Divertikulum Zenker
A. Definisi
Divertikulum zenker adalah penonjolan berbentuk kantung di
daerah
faringoesofagus akibat tekanan yang timbul terus-menerus di
lumen.B. Etiologi
Divertikel Zenker terjadi karena kekakuan sfingter atas esofagus
sehingga tekanan di dalam lumen pada saat menelan meningkat.
Lama-kelamaan mukosa menonjol ke luar dan akhirnya membentuk
kantung dan memanjang ke bawah di belakang esofagus.
C. Patofisiologi
Pemahaman lengkap tentang patofisiologi dari divertikulum zenker
sebenarnya belum tercapai, walaupun sudah memasuki abad penelitian.
Beberapa hipotesa telah diusulkan, yaitu semua berhubungan dengan
gangguan struktur dan fisiologis dari otot krikofaringeus. Di
sepanjang esofagus terdapat bagian yang lemah yang memungkinkan
divertikel dapat terjadi, terutama pada segmen
faringoesofageal.
Meskiun diterima secara luas bahwa divertikulum zenker adalah
divertikulum pulsi, namun masih ada kontroversi tentang mekanisme
pembentukanya. Ludlow (Inggris, 1769) memberikan gambaran
divertikulum pulsi dari hipofaring untuk pertama kalinya
mempercayai bahwa kondisi ini diinduksi oleh trauma, dan ahli
patologi lainnya pun meberikan hipotesa berbagai sebab terjadinya
divertikulum zenker, tetapi pada tahun 1877 patologist dari Jerman,
Zenker mematahkan hipotesa yang ada, bahwa divertikulum zenker
dikarenakan inkoordinasi otot konstriktor yang rendah terhadap otot
krikofaringeal yang menghasilkan terbentuknya kantung pada daerah
yang lemah. Kemudian hipottesa ini didukung oleh peneliti lainnya.
Teori ini didukung dengan sebuah daerah yang sangat lemah yaitu
Killian's triangle. Lalu pada tahun 1919 Patterson mengusulkan
bahwa akalasia krikofaringeal adalah etiologi dari divertikulum
zenkerKillian's triangle merupakan ruang yang kemungkinan besar
tempat terjadinya divertikel zenker, yaitu antara otot konstriktor
faring inferior dan otot krikofaringeus. Kedua otot ini merupakan
bentuk dari segmen faringoesofageal yang berperan dalam zona
tekanan tinggi. Divertikel Zenker disebabkan oleh adanya kerusakan
dari sfingter esofagus bagian atas, sehingga terjadi inkoordinasi
antara penutupan glotis dan nasofaring serta gagalnya otot
krikofaringeus berelaksasi selama menelan. Hal ini menyebabkan
peningkatan ikatan intralobus selama fase menelan,sehingga terjadi
herniasi pada area yang berpotensi lemah pada dinding farin
posterior, terutama pada Killian's triangle pada orofaring ketika
menelan melawan gerakan menutup sfingter esofagus bagian atas.
Penyebab dari pembukaan sfingter yang tidak sempurna masih belum
diketahui. Ada hipotesis yang mengatakan bahwa patofosiologi
divertikel zenker berhubungan dengan spasme dari otot
krikofaringeus dan akalasia krikofaringeus, misanya gagalnya otot
sfingter untuk berelaksasi
D. Diagnosis
Gambaran Klinis
Gejala utamanya adalah disfagia atau sulit menelan. Keluhan ini
berlangsung lama dan berbahaya. Retensi oleh kantung divertikel
menyebabkan regurgitasi berulang spontan dari makanan tak tercerna
yang membusuk yang meengganggu proses makan penderita dan
menyebabkan napas menjadi berbau. Penderita mengeluh makanan terasa
melengket dan harus ditelan beberapa kali. Rasa tersedakdapat
timbul. Apabila divertikel bertambah besar, penderita membutuhksn
waktu yang semakin lama untuk menyelesaikan makan. Distensi dari
kantung divertikel oleh makanan dan saliva akan menyebabkan rasa
sakit yang terlokalisir pada daerah itu. Aspirasi yang rekuren atau
berulang dan adanya iritasi laring menyebabkan batuk. Keluhan ini
dapat segera terjadi ketika menelan tetapi ebih sering memburuk di
waktu malam. Aspirasi nocturnal terutama terjadi pada orang tua
yang dapat menyebabkan pneumonia bahkan abses paru. Suara parau
dapat terjadi akibat penekanan darinervus laryngeal rekurens.
Kantung divertikel yang berukuran besar dapat diraba sebagai massa
servikal yang lembut seperti adonan pada bagian posteriorhingga
bagian bawah dari otot sternocleidomastoideus yang biasanya
terdapat disebelah kiri. Penekanan manual pada massa ini akan
menimbulkan suara berdengung (gargling) yang diikuti dengan
batuk.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada esofagus dilakukan untukmenilai
kelainan struktural dan fungsional sebagai akibat dari berbagai
penyakit atau kelainan pada esofagus. Diagnosis adanya suatu
divertikel esofagus hampir seluruhnya dilakukan dengan pemeriksaan
radiologis.
Fuoroskopi barium esofagogram
Dengan kontras barium merupakan pilihan utama pemeriksaan
divertikel esophagus. Kebanyakan kasus dengan divertikel zenker
melalui gejala klinis akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan barium
esofagogram.
Pada gambar duatas, terlihat divertikel sebagai kantong yang
timbul dari garis tengah pada dinding faring distal posterior yang
berdekatan dengan pharyngoesophageal junction. Ini merupakan
identifikasi terbaik, saat proses menelan, tampak lateral yang
divertikelnya terdapat pada C5-6.
Sebuah potongan bagian posterior mewakili penonjolan otot
krikofaringeus teridentifikasi sebagai kontras yang lewat. Bolus
kontras biasanya berjalan cepat melalui faring dan esofagus bagian
atas. Selama fluoroskopi, observasi dibutuhkan dengan
videofluoroskopy untuk membantu tujuan dokumentasi.
Endoskopi
Menggunakan alat kaku atau lentur dapat menentukan kelainan
secara jelas. Gangguan fungsi, misalnya spasme atau akalasia,
kadang juga dapat didiagnosis dengan menggunakan endoskopi.
INCLUDEPICTURE
"http://htmlimg3.scribdassets.com/4x94vlmips22n6o0/images/22-bcfbc8fbb3.jpg"Gambar
diatas merupakan hasil pemeriksaan dari pasien dengan keluhan
disfagia, nafas berbau, regurgitasi, perubahan suara, dan terjadi
penurunan berat badan sedang sampai berat.
Gambar diatas merupakan hasil pemeriksaan endoskopi pasien
laki-laki, 69 tahun dengan keluhan disfagia dengan adanya
regurgitasi nokturnal.
Ultrasonografi (USG)
USG dapat menentukan kelainan di dalam atau diluar dinding
esofagus, pemeriksaan USG endoskopi sangat berguna. Dengan
pemeriksaan ini, dapat ditentukan secara teliti sampai seberapa
jauh penjalaran tumor di dalam atau di luar dinding esofagus dan
keadaan kelenjar limfe di mediastinum. Tapi saat ini USG tidak
dianjurkan sebagai tindak diagnostik primer.
CT-Scan
CT-Scan esofagografi dengan kontras dapat dengan mudah
menentukan letak, ukuran dan bentuk kantung divertikel.
CT-Scan pada divertikel zenker potongan koronal
E. Diagnosa Banding
Diagnosa banding divertikel zenker diantaranya adalah :
1. Akalasia
Akalasia merupakan gangguan motilitas berupa hilangnya
peristaltis esofagus dan gagalnya sfingter esofagokardia
berelaksasi sehingga makanan tertahan di esofagus. Akibatnya
terjadi hambatan masuknya makanan ke dalam lambung sehingga
esofagus berdilatasi membentuk megaesofagus. Dasar penyebab
akalasia adalah tidak efektif nya peristaltis esofagus baguan
distal serta gagalnya relaksasi sfingter bawah. Penelitian
menunjukkan adanya kelainan persarafan parasimpatis berupa
hilangnya sel ganglion di dalam pleksus auerbach, yang disebut juga
pleksus mienterikus, yang diduga terjadi akibat proses autoimun
atau infeksi kronis.
Gambaran klinisnya berupa :
A. Disfagia
Yang mula-mula dirasakan sebagai rasa penuh atau rasa mengganjal
di daerah esofagus distal, hilang timbul dan semakin berat.
B. Regurgitasi
Yang biasanya dirasakan pada malam hari sehingga pasien
terbangun dari tidurnya.
C. Rasa nyeri
Rasa nyeri atau tidak enak di belakang sternum
D. Berat badan menurun
Pada pemeriksaan esofagografi terdapat penyempitan daerah batas
esofagogaster dan dilatasi di bagian proksimal nya, dan kurang
lebih 90% pasien yang dicurigai menderita akalasia menunjukkan
adanya pelebaran esofagus dan bentuk klasik gambaran paruh
burung.
2. Spasme difus
Spasme difus esofagus teerdiri atas kontraksi hipertonik berkala
dari dua pertiga baguan bawah esofagus yang mengakibatkan
hipertrofi dan hiperplasia dinding esofagus. Fungsi sfingter
esofagus kardia tetap normal. Keadaan ini menyebabkan motilitas
esofagus meningkat. Gejala utama spasme difus adalah rasa sakit dan
disfagia yang terasa di epigastrik atau retrosternal yang dapat
menjalar ke belakang, leher, telinga atau lengan, dan biasaya
disertai regurgitasi gastroesofagus. Proses ini biasanya
berlangsung progresif
G. Penatalaksanaan
Penanganan pada divertikulum esophagus yaitu pembedahan. Ada
persetujuan yang telah ditetapkam bahwa pembedahan harus dilakukan
untuk pasien-pasien yang memberikan gejala. Untuk melakukan operasi
harus seimbang antara gejala-gelaja pasien, penyulit dan resiko
operasi. Pasien dengan gejala yang minimal ditangani secara
konservatif. Jika gejala lebih darikapasitas, maka disarankan untuk
dilakukan operasi. . Secara umum, tindakan pembedahan terdiri dari
esophagomyotomi dengan diverticulectomy atau tanpa reseksi pada
divertikel (divertikuloktomi) atau invaginasi divertikel
(diverticuloplexy).Penanganan yang paling sering dilakukan yaitu
pembedahan diverticulectomy dengan atau tanpa cricopharyngeal
myotomi dan rigid endoscopic myotomi. Baru-baru ini, telah
dilaporkan bahwa pilihan penanganan pada divertikel zenker yaitu
dengan cricopharyngmyotomi dengan menggunakan flexiblle endoscope.
Penanganan flexible endoscope secara khusus berguna bagi pasien
usia lanjut yang memiliki faktor resiko yang tinggi yang dapat
dilakukan prosedur yang singkat tanpa anastesi umum dan tanpa
posisi leher yang hiperekstensi. Walaupun banyakpeneliti yang
merekomendasikan penanganan ini untuk membatasi resiko tinggi,
pasien usia lanjut, beberaoa pusat juga penawarkan penanganan
flexible endoscopic bagi pasien yang bergejala. Penanganan ini
dapat dilakukan bagi pasien rawat jalan ataupun rawat inap.
Prinsip dari penanganan flexible endoscopic pada divertikel
zenker yaitu membelah septum antara divertikumum dan esofagus
sampai otot cricopharyngeal terisi (cricopharyngeal myotomi).
Tujuan dari cricopharyngeal myotomi yaitu mengurangi 1 cm dari
panjang septum sehingga dapat menurunkan tekanan sfingter
esofagus.
Ada beberapa prinsip dalam pemotongan septum :
1. Insisi needle-knife
Teknik needle-knife dilakukan dengan menggunakan peralatan yang
berbeda (cap, hood, overtube) dan dihibungkan dengan lengkungan
yanglebih panjang. Pendekatan ini sangat bagus bagi pasien yang
septumnyadapat terlihat. Diseksi septum yang dilakukan dengan mode
kauter campuran, menggunakan mode pemotong dan koagulasi atau
modekoagulasi murni. Jarum dipisahkan dari lapisan dan ujungnya
diposisikan pada bagian atas dari septum dan bagian tengahnyaArgon
Plasma Coagulator (APC)
Insisi dilakukan dari arah kaudal ke aspek inferior dari
divertikulum. Pemotongan dapat diarahkan dari bagian dalam
divertikulum mengarah ke bagian dinding posterior esofagus atau
mengarah berlawanan. Insisi tidak boleh dilakukan sampai melewati
bagian inferior dari divertikulum, karena dapat menyebabkan
perforasi mediastinum. Dalam teknik ini, kita menggunakan Argon
Plasma Coagulator (APC) yang berenergi tinggi.Koagulasi
monopolar
Endoskopi tidak perlu dilakukan dan bahkan berbahaya bagi
divertikulum epipfrenik. Ini dapat bernilai, namun, untuk
mengetahui adanya striktur, spasme, perdarahan, atau kemungkinan
sebuah karsinoma. Kadang-kadang, pasien dengan divertikulum
epipfrenik yang tidak memiliki gejala-gejala penyakit intestinal
kinirespon dengan penanganan konservatif.
H. Komplikasi
Komplikasi yang paling berbahaya dari suatu divertikel esofagus
adalah timbulnya suatu obstruksi atau ruptur dari esofagus. Ruptur
atau perforasi esofagus paling banyak terjadi sebagai komplikasi
divertikel traksi pada divertikel midesophageal. Hal ini disebabkan
sebagai akibat terbentuknya fistel esofagus ke bronkus, pleura,
paru-paru, pericardium, arteri pulmonalis, atau ke aorta. Aspirasi
dan pneumonia merupakan komplikasi palig sering pada divertikulum
zenker.
I. Prognosis
Terapi operasi (diverticulopexy, diverticulotomy, atau
cricopharyngeal myotomy) pada divertikel Zenker yang besar
seringkali menghasilkan hasil yang baik. Mortalitas dari pembedahan
1,5% dan angka rekurensi sebanyak 4%. Jikadivertikel rekurens, maka
dibutuhkan pembedahan kembali. Komplikasi dapat timbul dan
memperburuk prognosis.BAB III
KESIMPULAN
Divertikulum zenker adalah penonjolan berbentuk kantung di
daerah faringoesofagus akibat tekanan yang timbul terus-menerus di
dalam lumen.
Semua pasien yang datang harus dilakukan anamnesis secara
lengkap, pemeriksaan fisik, nasopharingolaringoskopi dan
pemeriksaan radiografi untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan
diatas juga diikuti dengan endoskopi untuk menilai laring, trakea,
bronkus, esophagus dan untuk menegakkan diagnosis dari divertikulum
zenker. Penanganan divertikulum zenker berupa esophagomyotomi
dengan diverticulectomy atau tanpa reseksi pada divertikel
(divertikuloktomi) atau invaginasi divertikel (diverticuloplexy)
serta cricopharyngeal myotomi dengan menggunakan fleksibel
endoscopic..
DAFTAR PUSTAKASoepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan
Leher. Edisi 6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
2008.
Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi 6. Editor: Effendi H, Santoso K. EGC. Jakarta. 1997.
Flinth, Paul, et all. Cummings Otolaryngology Head And Neck
Surgery. Edisi 5. 2005.Snell,Richard. Anatomi Klinik untuk
Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Editor : Liliana Sugiharto,
Huriawati Hartanto. EGC. Jakarta. 2006.Sherwood, Lauralee.
Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Editor : Beatricia
Santoso. EGC. Jakarta.2001.Williams, lippincott. Atllas Anatomi.
Editor : Rina Astikawati. Erlangga. Jakarta. 2009.Dzeletovic,
Ivana. Flexible Endoscopic and Surgical Management of Zenker's
Diverticulum. USA. 2012.Underbink, Michael. Zenker's Diverticulum.
University of Texas Medical Branch. 2010.15