DISTRIBUSI SPASIAL LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KELURAHAN SRAGEN KULON KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Universitas Negeri Semarang Oleh Ganjar Utomo NIM. 3250405016 JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
112
Embed
DISTRIBUSI SPASIAL LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
DISTRIBUSI SPASIAL LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI
KELURAHAN SRAGEN KULON KECAMATAN SRAGEN
KABUPATEN SRAGEN
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Ganjar Utomo
NIM. 3250405016
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial Uiversitas Negeri Semarang pada :
Hari : 24 Januari 2011
Tanggal : Senin
Penguji Skripsi
Drs. Haryanto, M.Si
NIP. 196203151989011001
Pembimbing I
Dra. Puji Hardati, M.SiNIP. 195810041986032001
Pembimbing II
Rahma Hayati, S.Si.M.SiNIP. 197206241998032003
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Subagyo, M. Pd.NIP. 195108081980031003
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 24 Januari 2011
Ganjar utomoNIM. 3250405016
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Jika ada kemungkinan pada kita untuk gagal, maka ada kemungkinan padakita untuk berhasil. Berfokuslah pada hal-hal yang memberhasilkan, laluperhatikan apa yang terjadi.
Mario Teguh
Mengapa kita sering jatuh, karena kita dilatih untuk bangkit
Ganjar Utomo
PERSEMBAHANTanpa mengurangi rasa syukur kepada Allah SWT,
kupersembahkan karyaku ini kepada :
1. Keluargaku tercinta, Bapak Agus Rachman Dharma
dan Ibu Rahayu Setyarsih (alm) atas semua doa,
perhatian dan kasih sayang yang engkau berikan.
2. Semua keluarga besarku.
3. Praemurdia Ariti buat semua doa dan dukungannya.
4. Mbak Pipin terima kasih untuk motivasi dan
perhatiannya.
5. Teman geografi S1 angkatan 2005.
vi
PRAKATA
Puji Syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan kemudahan, sehingga skripsi yang berjudul “Distribusi Spasial
Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen
Kabupaten Sragen” ini dapat diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun dengan adanya
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang
atas kesempatan yang diberikan untuk menempuh pendidikan.
2. Drs. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang atas ijin penelitian yang telah diberikan.
3. Drs. Apik Budi Santoso, M.Si, Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan arahan, bimbingan dan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Dra. Puji Hardati, M.Si, Dosen Pembimbing pertama yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dengan sabar selama proses penelitian berlangsung
hingga akhir penulisan skripsi.
5. Rahma Hayati, S.Si.M.Si, Dosen Pembimbing kedua yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dengan sabar selama proses penelitian berlangsung
hingga akhir penulisan skripsi.
vii
6. Drs. Haryanto, M.Si, Dosen Penguji utama atas bantuan dan arahan dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Geografi, terima kasih untuk ilmu yang telah
diberikan selama masa perkuliahan.
8. Seluruh Karyawan Jurusan Geografi, untuk kerjasama dan bantuannya selama
empat tahun ini.
9. Keluarga Besarku, terima kasih untuk dukungan, kasih sayang, pengertian dan
perhatianmu.
10. Teman-teman Geografi angkatan 2005, kalian adalah keluargaku yang
12. Seluruh pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon atas informasi yang
telah diberikan oleh peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu, terima kasih
untuk dukungan dan bantuannya.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, semoga
jasa baik mereka mendapatkan balasan yang berlipat dari-Nya. Akhirnya, semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, 24 Januari 2011
Ganjar utomo
viii
SARI
Ganjar Utomo. 2011. Distribusi Spasial Lokasi Pedagang Kaki Lima diKelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Skripsi, JurusanGeografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Kata kunci: Distribusi Spasial Lokasi, Pedagang Kaki LimaFenomena munculnya pedagang kaki lima sering terjadi di beberapa kota
di Indonesia. Keadaan tersebut terkait dengan jumlah angkatan kerja yang tidaktertampung di sektor formal mengharuskan mereka terjun ke sektor informalpedagang kaki lima untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Kota Sragen yangmerupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah tidak lepas dari keberadaanpedagang kaki lima. Kelurahan Sragen Kulon salah satu wilayah KabupatenSragen yang dilewati jalan Solo-Ngawi merupakan daerah konsentrasi pedagangkaki lima. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana persebaran lokasipedagang kaki lima, apa jenis dagangan pedagang kaki lima, berapa besarnyasumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga diwilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Tujuandari penelitian ini adalah mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima,mengetahui jenis dagangan pedagang kaki lima, mengetahui besarnya sumbanganpendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga di wilayahKelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di KelurahanSragen Kulon, yaitu sebanyak 53 orang. Penelitian ini termasuk penelitianpopulasi yaitu seluruh populasi merupakan sampel penelitian. Subyek daripenelitian ini adalah pedagang kaki lima. Variabel penelitian meliputi persebaranlokasi usaha pedagang kaki lima, jenis dagangan pedagang kaki lima, sumbanganpendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga. Data dikumpulkanmenggunakan metode angket dan dianalisa dengan menggunakan teknik analisisdeskriptif persentase.
Hasil penelitian menunjukan bahwa persebaran pedagang kaki lima yangberada di Kelurahan Sragen Kulon membentuk pola memanjang mengikuti jalanutama kota Sragen. Lokasi pedagang kaki lima Kelurahan Sragen Kulon tersebardi delapan dukuh, Dukuh Beloran berjumlah 30 orang (56,6%), Dukuh Mojosari5 orang (9,43%), Dukuh Jetis 1orang (1,89%), Dukuh Mojomulyo 4 orang(7,55%), Dukuh Kuwungsari sebanyak 4 orang (7,55%), Dukuh Ringin Anom 1orang (1,89%), Dukuh Talangrejo sebanyak 6 orang sebanyak (11,32%), DukuhCantelkulon sebanyak 2 orang (3,77%). Jenis dagangan pedagang kaki lima diKelurahan Sragen Kulon di dominasi paling banyak jenis makanan dengan 39orang sebagai pedagang kaki lima jenis makanan (73,6%), diikuti jenis dagangannon makanan sebanyak 7 jenis (13,2%), jasa pelayanan sebanyak 7 jenis (13,2%).Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga rata-rata sebesar 68,68 % dari seluruh pendapatan keluarga yang mereka peroleh.
Berdasar uraian diatas penulis memberikan kesimpulan pedagang kakilima di Kelurahan Sragen Kulon sebagian besar berada di Dukuh Beloransebanyak 30 orang (56,6%). Hal ini terjadi karena lokasi Beloran yang dekat
ix
dengan pusat pemerintahan dan perekonomian. Jenis dagangan yang dijualdidominasi oleh jenis dagangan makanan yaitu sebanyak 32 orang (73,6%),Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga sebesar68,68 %. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima perbulan adalah Rp1.166.000,00, oleh karena itu peneliti memberikan saran, Pedagang kaki limamasih harus diberikan penyuluhan dan pengarahan tentang tempat-tempat yangdiperbolehkan untuk berdagang supaya tidak mengganggu ketertiban.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PENGESAHAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN.......................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................................ v
PRAKATA........................................................................................................... vi
SARI .................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................1
B. Permasalahan...............................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6
E. Penegasan Istilah .........................................................................................7
F. Sistematika Skripsi ......................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Distribusi Spasial Lokasi...........................................................................10
B. Teori-teori Dalam Menentukan Lokasi .....................................................12
C. Pedagang Kaki Lima .................................................................................15
1. Pengertian Pedagang Kaki Lima ........................................................15
2. Karakteristik Pedagang Kaki Lima ....................................................17
3. Penggolongan Pedagang Kaki Lima ..................................................19
4. Sumbangan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Keluarga ...20
5. Penelitian Pedagang Kaki Lima Yang Pernah Dilakukan..................22
xi
D. Pendapatan Keluarga .................................................................................25
2. Koordinat UTM Lokasi Pedagang Kaki Lima............................................. 87
3. Data Hasil Penelitian Identitas Pedagang Kaki Lima.................................. 88
4. Data Hasil Penelitian Jenis dagangan dan Lokasi Pedagang Kaki Lima..... 90
5. Data Hasil Penelitian Pendapatan Keluarga ................................................ 91
6. Status Kepemilikan Rumah Tangga Pedagang Kaki Lima.......................... 93
7. Surat Ijin Penelitian...................................................................................... 94
8. Surat Rekomendasi Ijin Penelitian............................................................... 95
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia ialah Negara agraris yaitu Negara yang
menggantungkan sektor pertanian sebagai kekuatan dalam bidang ekonomi.
Hal ini terlihat dari banyaknya masyarakat Indonesia yang bermata
pencaharian sebagai petani. Pada tahun 1994 sebanyak 63,66 persen penduduk
indonesia terserap dalam sektor ini untuk menggantungkan kondisi
ekonominya (Anoraga, 2004:44). Akan tetapi kondisi sekarang ini sektor
pertanian tidak dapat lagi diandalkan karena semakin menyempitnya lahan
pertanian. Menurut Direktur Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan
Departemen Pertanian Jafar Hasnah dalam kurun waktu 3 tahun lahan
pertanian seluas 610.596 ha yang ada di negeri ini telah banyak digunakan
atau dibangun pabrik maupun perumahan-perumahan dan serta makin
meningkatnya pembangunan fasilitas umum yang ada semakin banyak seperti
halnya gedung bioskop, rumah sakit, maupun pusat perbelanjaan yang ada
pada saat ini (Kompas, 17 Mei 2004).
Lapangan kerja di sektor formal umumnya menjadi prioritas penduduk
dalam menggantungkan kebutuhan hidupnya, namun karena terbatasnya skill
dan tingkat pendidikan yang rendah membuat masyarakat sulit untuk bersaing
di bidang formal (Prajanto, 2009:34).
1
2
Menurut Wakil Presiden Indonesia Boediono, rata-rata laju
pertumbuhan penduduk selama satu dasawarsa terakhir ini sebesar 1,14
persen, fakta ini akan mempunyai implikasi luas bagi program-program
pembangunan. Sebab, perkembangan kuantitatif tidak seimbang dengan
perkembangan kualitatif, pertumbuhan penduduk tidak sesuai dengan
pertumbuhan lapangan kerja yang ada (Koran Tempo, 21 Juli 2010).
Semakin sulitnya memperoleh pekerjaan di dalam sektor formal yang
menuntut adanya keahlian atau ketrampilan yang lebih membuat daya saing
dalam memperoleh pekerjaan semakin ketat serta bertambahnya angkatan
kerja yang meningkat tiap tahunnya mempersempit peluang kerja yang ada
(Daldjoeni, 2003:225). Untuk itu masyarakat beralih pada sektor lain dalam
menggantungkan kondisi ekonominya, yaitu sektor informal. Salah satunya
adalah sebagai pedagang kaki lima karena sektor ini tidak memerlukan
keahlian khusus, modal kecil, tidak hanya bergantung pada faktor alam dan
tentunya tidak memerlukan lahan yang luas. Pedagang kaki lima merupakan
salah satu alternatif untuk mengurangi angka pengangguran, karena pedagang
kaki lima secara pasti dapat menyerap lapangan pekerjaan, dari sekian banyak
penganggur (Alma, 2004:119).
Fenomena munculnya pedagang kaki lima sering terjadi di beberapa
kota di Indonesia. Hal ini terjadi karena sektor formal yang tidak mampu
menampung jumlah angkatan kerja, sehingga banyak yang beralih ke sektor
informal pedagang kaki lima. Di Kelurahan Sekaran, Kecamatan Gunungpati,
Kota Semarang sektor ini mampu menampung 1453 angkatan kerja untuk
3
menjadi pedagang kaki lima (Astriyanto, 2010 : 34), sedangkan di Kabupaten
Sukoharjo khususnya di Alun-alun kota, sektor ini mampu menampung 68
angkatan kerja (Prajanto, 2009 : 25).
Kelurahan Sragen Kulon berada di sepanjang jalur utama Solo-
Surabaya merupakan tempat yang strategis. Lokasi yang strategis ini
merupakan salah satu potensi bagi perkembangan usaha pedagang kaki lima,
karena keberadaan pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon dapat
memberikan layanan bagi pengguna jalur utama tersebut, baik yang bersifat
lokal maupun interlokal.
Perkembangan usaha pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon
didukung oleh berkembangnya pembangunan fisik yang terjadi di wilayah ini,
seperti pembangunan kantor-kantor pemerintahan, bank, pusat perbelanjaan,
sehingga pedagang kaki lima dapat menyediakan layanan bagi pegawai atau
karyawan dengan berjualan makanan, minuman dan sebagainya. Disamping
itu penggunaan lahan di wilayah Kelurahan Sragen Kulon yang seluruhnya
berupa pemukiman penduduk juga mendukung keberadaan pedagang kaki
lima, karena selain karyawan atau pegawai kantoran pedagang kaki lima juga
dapat melayani penduduk setempat di Kelurahan ini. Perkembangan usaha
pedagang kaki lima juga makin bertambah jumlahnya sebab untuk memasuki
sektor ini sangatlah mudah, karena menjadi pedagang kaki lima tidaklah harus
memiliki ketrampilan khusus atau lebih dan berpendidikan tinggi, hal inilah
yang menjadikan penduduk yang tidak terserap dalam sektor formal memilih
menjadi pedagang kaki lima sebagai mata pencahariannya. Kegiatan sebagai
4
usaha pedagang kaki lima ini tentunya dapat memberikan sumbangan
pendapatan keluarga bagi penduduk di Kelurahan Sragen Kulon. Besarnya
sumbangan yang diberikan oleh seseorang tergantung pada besarnya
pendapatan yang diperoleh.
Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon tersebar di beberapa
tempat. Mereka berjualan di tempat yang dianggap strategis dan menghasilkan
keuntungan. Para pedagang ini ada yang berjualan tanpa mengindahkan
peraturan daerah yang terkait, sehingga tampak sebagai pemandangan yang
kumuh, kotor dan mengurangi nilai estetika kota. Untuk itu perlu adanya
identifikasi terhadap keberadaan lokasi pedagang kaki lima yang dimana
nantinya hasil identifikasi tersebut untuk mengetahui sebaran lokasi pedagang
kaki lima yang diwujudkan dalam bentuk peta, sehingga dapat digunakan
sebagai pedoman untuk pemerintah daerah yang terkait dalam menentukan
kebijakan dalam upaya penataan lokasi pedagang kaki lima atau relokasi,
sehingga keberadaan pedagang kaki lima yang tadinya mengurangi keindahan
kota dapat dimanfaatkan sebagai penghias kota dan dapat dimanfaatkan
sebagai obyek wisata apabila ditata dengan baik.
Berdasarkan dari latar belakang di atas tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Distribusi Spasial Lokasi Pedagang Kaki
Lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen“.
5
B. Permasalahan
Dengan melihat latar belakang penelitian seperti di atas, maka
penelitian ini ingin mengungkapkan secara mendalam tentang pedagang kaki
lima yang membuka lokasi usahanya di wilayah Kelurahan Sragen Kulon
Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Untuk menjelaskan arah yang menjadi
fokus dalam penelitian ini, maka dirumuskan permasalahan penelitian tersebut
kedalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima di wilayah
Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen ?
2. Apa jenis dagangan pedagang kaki lima di wilayah Kelurahan Sragen
Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen ?
3. Berapa besarnya sumbangan pedagang kaki lima terhadap pendapatan
keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen
Kabupaten Sragen?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima di wilayah
Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
2. Mengetahui jenis dagangan pedagang kaki lima wilayah Kelurahan Sragen
Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
3. Mengetahui besarnya sumbangan pedagang kaki lima terhadap pendapatan
6
keluarga di wilayah Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen
Kabupaten Sragen.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan dapat menambah ilmu
pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi para pembaca dan pihak yang
memerlukan informasi tentang pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen
Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
2. Manfaat Bagi Pembangunan
Dari penelitian ini diharapkan akan menambah atau memberikan sumbangan
yang positif bagi pembangunan daerah, karena dengan penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
a. Dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau kebijakan
dalam bidang perdagangan oleh pemerintah daerah agar penetapan
lokasi untuk kawasan pedagang kaki lima dapat dilakukan secara tepat.
b. Diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas tentang keberadaan
lokasi pedagang kaki lima di Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah terutama
pemerintah Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
7
3. Manfaat Bagi Penulis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi penulis.
E. Penegasan Istilah
Penegasan istilah diperlukan untuk memahami penulisan ini supaya
tidak terjadi penyimpangan arti dan dapat menjadi satu kesatuan utuh. Berikut
penegasan istilah dalam penelitian ini.
1. Distribusi
Penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau ke
beberapa tempat (Depdiknas, 2008 : 360).
2. Spasial
Berkenaan dengan ruang atau tempat (Depdiknas, 2008 : 1499).
3. Lokasi
Letak atau tempat (Depdiknas, 2008 : 941).
4. Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima adalah setiap orang yang melakukan kegiatan
usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara
tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-
pusat konsumen, tidak memliki izin usaha (Alma, 2004 : 120).
5. Distribusi Spasial Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon
Berdasar pengertian istilah diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
yang dimaksud distribusi spasial pedagang kaki lima dalam penelitian ini
8
adalah Persebaran pedagang kaki lima pada suatu wilayah menurut kondisi
fisik, sosial di Kelurahan Sragen Kulon.
F. Sistematika Skripsi
Sistematika penulisan laporan skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
1. Bagian Awal
Bagian ini berisi tentang judul skripsi, abstrak, pengesahan, motto,
persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel.
2. Bagian Isi
Bagian ini mencakup lima bab yang terdiri sebagai berikut.
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini berisi gambaran keseluruhan isi skripsi yaitu
latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan istilah serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini merupakan kajian pustaka yang membahas
teori-teori yang sesuai dengan permasalahan skripsi ini.
BAB III Metode penelitian
Pada bab ini berisi tentang lokasi penelitian, variabel penelitian,
teknik pengumpulan data, diagram alir penelitian, penyusunan
instrumen, informan dan metode analisis data.
9
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Pada bab ini berisi deskripsi dan hasil penelitian.
BAB V Penutup
Pada bab ini berisi simpulan dan saran penelitian.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir skripsi ini berisi daftar pustaka, dan lampiran-lampiran
yang turut mendukung skripsi.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini di jelaskan mengenai penjabaran tentang distribusi spasial
lokasi, pedagang kaki lima dan pendapatan keluarga. Semua penjabaran tersebut
sesuai dengan teori-teori yang sudah dijelaskan. Untuk lebih jelasnya peneliti akan
menjabarkan satu per satu teori yang berhubungan dengan distribusi spasial atau
persebaran, pedagang kaki lima dan pendapatan keluarga.
A. Distribusi Spasial Lokasi Dalam Geografi
Menurut Depdiknas (2008:360) distribusi mempunyai arti
penyaluran atau pembagian kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat,
sedangkan kata spasial berasal dari bahasa Inggris yaitu space yang berarti
ruang atau tempat. Dalam bahasa Indonesia kata spasial memiliki makna
berkenaan dengan ruang atau tempat (Depdiknas, 2008:1499) dan lokasi
sendiri mempunyai arti letak atau tempat (Depdiknas, 2008:941). Studi
geografi menelaah benda, gejala dan masalah kehidupan dalam ruang (space)
yang menyangkut lokasi, penyebaran dan interaksinya (interaksi keruangan)
satu sama lain. Dalam hal ini yang dimaksud dengan ruang tidak lain adalah
bagian permukaan bumi yang meliputi daratan (litosfer), air (hidrosfer) dan
lapisan udara (atmosfer). Wujud ruang di permukaan bumi berbentuk tiga
dimensi, bentangannya berupa daratan dan perairan sedangkan kearah vertikal
berupa lapisan udara. Dalam ruang inilah berlokasinya benda-benda dan
11
gejala yang berinteraksi satu sama lain (Sumaatmadja, 1988:13). Dari
pengertian berbagai sumber tersebut peneliti menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan distribusi spasial lokasi adalah persebaran lokasi yang
menekankan keberadaannya pada ruang. Keberadaannya dalam ruang yang
dimaksud dalam penelitian disini adalah bagaimana pola persebaran lokasi,
dimana lokasi persebaran pedagang kaki lima berada dalam suatu ruang.
Geografi mempunyai berbagai pendekatan dalam mendekati atau
menghampiri masalah geografi. Dalam mendekati dan menganalisis gejala
permasalahan atau fenomena kajian geografi dapat digunakan pendekatan
keruangan, pendekatan ekologi, dan pendekatan wilayah (Bintarto dan
Surastopo, 1978: 12). Pendekatan geografi yang berkaitan dalam
penyelesaian permasalahan ini adalah pendekatan keruangan. Pendekatan
keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Keberadaan ruang dalam
geografi dapat dipandang dalam struktur ruang (spatial structure), pola ruang
(spatial pattern) dan proses (spatial process). Adapun elemen elemen dalam
ruang dapat disimpulkan dalam tiga bentuk utama yaitu kenampakan titik
(point features), kenampakan garis(line features) dan kenampakan bidang
(areal features) (http://hestyborneo.blogspot.com). Dalam analisa keruangan
ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data) dan
data bidang (areal data). Yang digolongkan dalam data titik disini adalah
data keberadaan lokasi pedagang kaki lima dan penggunaan lahan (Bintarto
dan Surastopo, 1978: 13).
12
B. Teori-teori Dalam Menentukan Lokasi
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-
sumber potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap
keberadaan berbagai macam usaha kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.
Lokasi berbagai kegiatan rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian,
pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja atau acak berada
di lokasi tersebut, melainkan menunjukan pola dan susunan yang dapat
diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005: 122). Adapun teori lokasi
usaha menurut para ahli adalah sebagai berikut.
1. Teori lokasi usaha menurut Von Thunen
Von Thunen memutuskan penentuan daerah lokasi untuk berbagai
jenis pertanian. Jenis pertanian yang dapat diusahakan ditentukan oleh
harga penjualan, biaya produksi dan biaya antar lokasi pertanian dan
daerah perkotaan. Setiap keuntungan yang ingin dicapai oleh petani yang
bersangkutan tergantung dari ketiga variabel tersebut yang dapat
dinyatakan dalam model K= N - ( P + A) dimana K adalah keuntungan, N
adalah imbalan yang diterima petani dan dihitung atas dasar satuan
tertentu (misalnya hektar), P adalah biaya produksi dihitung atas dasar
sama dengan N dan A adalah besarnya biaya angkutan (Von Thunen
dalam Prasetyo, 2003: 37).
13
2. Teori Lokasi usaha menurut Weber
Teori penentuan lokasi usaha dengan biaya minimum pertama kali
dikemukakan oleh Weber. Jika Von Thunen dikenal dengan teori lokasi
kegiatan pertanian, maka weber menganalisis lokasi kegiatan industri.
Teori Weber mendasarkan bahwa keputusan pemilihan lokasi industri
didasarkan atas prinsip minimalisasi biaya, karena pada waktu itu yang
berkembang adalah industri manufaktur, maka Weber menyatakan bahwa
lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga
kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Menurut Weber, ada
3 faktor lokasi pokok yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
usaha yaitu (1) bahan mentah, (2) tenaga kerja, (3) pasar bagi produk yang
dihasilkan. Karena lokasi yang ideal jarang terdapat, lantas faktor yang
paling menentukan berdirinya pabrik itu, orientasi khusus ke bahan
mentah, tenaga kerja, pasar (Daldjoeni, 2003: 168).
3. Teori lokasi pendekatan pasar Losch
Losch dalam bukunya Economics of location terbitan 1954
mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah
konsumen yang digarapnya. Makin jauh dari pasar, konsumen makin
enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat
penjualan (pasar) semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang
menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar.
Atas dasar pandangan ini, Losch cenderung menyarankan agar lokasi
produksi berada di pasar (Tarigan, 2005: 145).
14
4. Teori lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron
Berbeda dengan Von Thunen, Weber dan Losch, penentuan lokasi
usaha menurut Both, Terry dan Rawstron cenderung lebih lengkap dalam
mengungkap faktor-faktor penentu lokasi, artinya masih banyak faktor-
faktor penentu keputusan lokasi usaha yaitu pasar, bahan mentah, tenaga
kerja, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas transportasi (jalan dan alat
transportasi), sumber energy (listrik, batubara, dll), air, tempat
pembuangan limbah, ketersediaan dan kedekatan dengan lembaga
keuangan, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat serta
besarnya pajak ditempat tersebut. Setiap faktor kemudian dirangking
menurut tingkat kepentingannya sesuai dengan jenis usaha yang akan
dilokasikan. Setelah itu dilakukan identifikasi tempat-tempat yang
memenuhi syarat sebagai lokasi berdasarkan faktor-faktor tersebut.
Selanjutnya dari berbagai alternatif tempat tersebut akan dipilih salah satu
skor di tiap-tiap tempat terhadap faktor lokasi tersebut. Keputusan
penentuan lokasinya adalah mengambil tempat yang mempunyai skor
terbesar yang dipilh sebagi lokasi (Both, Terry dan Rawstron dalam
Prasetyo, 2003: 34).
5. Teori Pemilihan Lokasi Secara Komprehensif
Tidak ada sebuah teori tunggal yang bisa menetapkan dimana
lokasi suatu kegiatan produksi itu sebaiknya dipilih. Untuk menetapkan
lokasi suatu industry secara komprehensif, diperlukan gabungan dari
15
berbagai pengetahuan dan disiplin ilmu. Apabila hendak membangun atau
mengembangkan sebuah usaha baru pada lokasi tertentu, pengusaha harus
melakukan apa yang dinamakan studi kelayakan finansial. Dalam
melakukan sebuah studi kelayakan finansial, selain melakukan hitungan
atas data masa kini, harus pula dibuat berbagai proyeksi yang hasilnya
turut menentukan hasil perhitungan akhir. Selain melakukan perhitungan
studi kelayakan finansial, atas dasar ketetapan pemerintah ataupun
keinginan para pemberi dana (bank), pengusaha juga harus melakukan
studi kelayakan ekonomi dan studi dampak lingkungan. Hal ini untuk
melihat bahwa proyek itu tidak hanya memberi keuntungan kepada
pengusahanya tetapi juga memberi manfaat yang lebih besar dibanding
kerugian yang ditimbulkannya kepada ekonomi nasional dan kepada
lingkungan (Tarigan, 2005: 150).
C. Pedagang Kaki Lima
Untuk memberikan gambaran mengenai pedagang kaki lima, berikut
ini akan disajikan mengenai pengertian PKL, karakteristik PKL,
penggolongan PKL, sumbangan PKL terhadap pendapatan keluarga.
1. Pengertian Pedagang Kaki Lima
P e da ga n g k a k i lim a a d a la h pe da ga n g ya n g m e la k u ka n u sa ha
a ta u ke g ia ta n n ya , ya itu be rju a la n d i ka k i lim a a ta u tro toa r ya n g da h u lu
be ru k u ra n le ba r k u ra n g da ri lim a k a k i, da n b iasan ya m e n ga m b il te m p a t
16
ata u lo ka si d i da e ra h -dae ra h k e ra m a ia n u m u m se p e rti d i de p a n
pe rto k o a n , p asa r, se k o la ha n , ge d u n g b io sk o p , d a n la in -la in
(N u rh a nafian sya h , 1 9 9 4 : 6 ). Sedangkan Alma (2004 :120) memberikan
pengertian lain tentang pedagang kaki lima, yaitu setiap orang yang
melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang
sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi di
tempat atau pusat-pusat konsumen, tidak memliki izin usaha;
D e f in is i lain tentang pengertian pedagang kaki lima menurut
Peraturan Daerah Kota Semarang nomor 11 tahun 2000 yang tertera
pada pasal 1 tentang pengaturan dan pembinaan pedagang kaki lima
adalah pedagang yang didalam usahanya mempergunakan sarana yang
mudah dibongkar pasang/dipindahkan serta mempergunakan bagian
jalan/trotoar, dan tempat-tempat untuk kepentingan umum yang bukan
diperuntukkan tempat usaha atau tempat lain yang bukan miliknya.
M e n u ru t Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian
Republik Indonesia Nomor: 23/MPP/Kep/1/1998, Pedagang Kaki Lima
adalah perorangan yang melakukan penjualan barang-barang dengan
menggunakan bagian jalan/trotoar dan tempat-tempat untuk
kepentingan umum serta tempat lain yang bukan miliknya.
P e d a g a n g kaki lima sangat popular di Negara kita. Kepopuleran
pedagang kaki lima ini bisa berdampak positif maupun negatif. Dampak
positifnya secara pasti di sektor ini pasti dapat menyerap lapangan
pekerjaan dari sekian banyak penganggur. Para penganggur ini
17
mencoba berkreasi, berwirausaha, dengan modal sendiri ataupun tanpa
modal. Pedagang kaki lima sangat membantu konsumen, mudah
mendapat barang, harga yang murah, servis cepat, sambil lewat di kaki
lima, dapat membeli oleh-oleh buat keluarganya di rumah. Sedang
dampak negatifnya adalah pedagang kaki lima tidak menghiraukan tata
tertib, keamanan, kebersihan, dan kebisingan. Dimana ada pedagang
kaki lima, disana pasti timbul kesemrawutan, bising dan banyak sampah
(Alma, 2004 : 119).
2. Karakteristik dan Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima bermula tumbuh dan berkembang dari adanya
krisis moneter yang melanda secara berkepanjangan yang menimpa
Indonesia pada tahun sekitar 1998 dimana salah satunya mengakibatkan
terpuruknya kegiatan ekonomi. Kebutuhan untuk tetap bertahan hidup,
serta sulitnya menembus sektor formal, menuntut masyarakat dengan
modal dan kemampuan terbatas untuk menjadi pedagang kaki lima (Surya,
2006 : 33).
Salah satu karakteristik sektor informal adalah cenderung
menggunakan sumber daya lokal dan tidak memiliki ijin resmi sehingga
keberadaan usaha sektor informal sangat beraneka ragam dan berkembang
karena untuk memasuki usaha ini relatif mudah dan sederhana. Adapun
usaha-usaha sektor informal adalah seperti pedagang kaki lima, pedagang
eceran, pedagang keliling dan lain-lain (Herlianto, 1986 : 133).
18
Menurut Simanjuntak (1989 : 44) karakteristik pedagang kaki lima
dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Aktivitas usaha yang relatif sederhana dan tidak memiliki sistem kerja
sama yang rumit dan pembagian kerja yang fleksibel.
2. Skala usaha relatif kecil dengan modal usaha, modal kerja dan
pendapatan yang umumnya relatif kecil.
3. Aktivitasnya tidak memiliki ijin usaha.
Pedagang kaki lima mempunyai ciri-ciri yang tidak jauh berbeda
dari sektor informal. Ciri-ciri pedagang kaki lima menurut Alma
(2004:121) adalah: (1) kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik, (2)
tidak memiliki surat ijin usaha, (3) tidak teratur dalam kegiatan usaha, baik
ditinjau dari tempat usaha maupun jam kerja, (4) bergerombol di trotoar,
atau tepi-tepi jalan protokol, di pusat-pusat di mana banyak orang ramai,
(5) menjajakan barang dagangannya sambil berteriak, kadang-kadang
berlari mendekati konsumen. Sedangkan m en u ru t Abidin (1989 : 57)
pe da ga n g ka k i lim a m e m p u n ya i c iri-c iri ya itu seb a ga i be rik u t.
1. Kelompok ini merupakan pedagang yang terkadang juga menjadi
produsen sekaligus, misalnya pedagang makanan dan minuman yang
dimasak sendiri.
2. Perkataan pedagang kaki lima memberikan konotasi bahwa mereka
umumnya menjajakan barang-barang dagangannya pada gelaran tikar
atau pinggir-pinggir jalan, atau di muka toko yang dianggap strategis.
3. Pedagang kaki lima biasanya menjual barang eceran.
19
4. Pedagang kaki lima umumnya bermodal kecil bahkan tidak jarang
mereka merupakan alat bagi pemilik modal dengan mendapatkan
sekedar komisi sebagai imbalan jerih payah.
5. Pada umumnya pedagang kaki lima merupakan kelompok marginal
bahkan adapula yang tergolong kelompok submarginal.
6. Pada umumnya kualitas barang yang diperdagangkan oleh para
pedagang kaki lima mengkhususkan diri dalam penjualan barang-
barang cacat sedikit dengan harga yang lebih murah.
7. Omset penjualan pedagang kaki lima ini umumnya tidak besar.
8. Para pembeli umumnya merupakan pembeli yang berdaya beli rendah.
9. Kasus dimana pedagang kaki lima berhasil secara ekonomis sehingga
akhirnya dapat menaiki tangga dalam jenjang hirarki pedagang sukses
agak langka atau jarang terjadi.
10. Barang yang ditawarkan pedagang kaki lima biasanya tidak standar
dan “shifting” jenis barang yang diperdagangkan seringkali terjadi.
11. Tawar menawar antara penjual dan pembeli merupakan relasi diri
yang khusus usaha perdagangan para pedagang kaki lima.
12. Terdapat jiwa kewiraswastaan yang kuat.
3. Penggolongan Pedagang Kaki Lima
Menurut McGee dan Yeung dalam Surya (2006:34) mengatakan
bahwa pedagang kaki lima dapat dibedakan berdasar jenis dagangan yang
mereka jual. Jenis dagangan pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh
aktivitas yang ada disekitar kawasan dimana pedagang kaki lima tersebut
20
beraktivitas. Sebagai contoh di kawasan perdagangan, maka jenis
dagangannya beranekaragam seperti makanan atau minuman, kelontong,
pakaian dan lain-lain. Adapun jenis dagangan yang dijual oleh pedagang
kaki lima secara umum oleh McGee dan Yeung dapat dibagi menjadi:
1. B ahan m en ta h m aka n an d an m a kanan se te n ga h jad i (Unprocessed
and semiprocessed foods) T erm a s u k pada jen is d agangan in i ada lah
b a h an m e n ta h m ak an a n sep erti d ag in g , b u ah d a n sa y uran . S e la in itu
juga da p a t be rupa ba ran g -b a ra n g se ten ga h ja d i se pe rti be ras.
2 . M a kanan sia p sa ji (Prepared food )
T erm as u k da la m je n is d a ga n g a n in i be ru pa m ak ana n a tau
m in u m an y ang te lah d im asa k dan lang su n g d isa jik an d ite m pa t
m au p u n d ib a w a p u lang . P e n y e baran fis ik P K L in i b ia sa n y a
ce n de rung m e n ge lom p o k d a n h o m o g e n den gan ke lo m p ok m ereka .
3. N o n m akanan (Non foods)
Jen is ba ra n g da ga n ga n ya ng tida k be ru pa m aka na n . C o n to hn ya
ada la h m ula i da ri te k stil sam pa i de n ga n o ba t -o b a tan .
4. Ja sa pe layanan (Services)
Ja sa pe layanan y an g d ip e rdaga ng kan ada lah jasa pero ran gan ,
seperti tuka n g m em b u a t kunc i, tu k an g m e m bu a t p igu ra , repara si
ja m dan lain -la in .
4. Sumbangan Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan Keluarga
Sumbangan merupakan persamaan dari kontribusi, yaitu
mempunyai andil atau mempunyai sumbangan (D e p d ik na s, 2 0 0 8 : 8 0 6 ).
21
S u m b a n ga n ya itu se sua tu ya n g b e ru p a p ik ira n , ide , te n a ga , m a te ria l, d a n
ke ua n ga n ya n g d ib e rika n ke pa d a p ih a k la in de n ga n tu jua n u n tu k
m e rin ga n ka n b e ba n y an g d ita n g gu n g (D e p d ik n as, 2 0 0 8 : 1 1 0 1 ).
S u m b a n ga n pe d a ga n g ka k i lim a te rha da p pe n da pa ta n ke lua rga d a p a t
d ia rtika n , se be ra p a b esa rka h a n d il pe n d a pa ta n pe da ga n g ka k i lim a
te rha da p pe n d a pa ta n k e lu a rga de n ga n tu jua n m erin ga n ka n be b a n ya n g
d ita n g gu n g k e lua rga .
K e m a k m u ra n masyarakat sangat ditentukan oleh besarnya tingkat
pendapatan dan konsumsi dari masyarakat itu sendiri. Biasanya pendapatan
yang rendah dapat menyebabkan orang atau masyarakat tersebut berada
dalam garis kemiskinan. Dalam keluarga yang makmur dapat ditentukan
dengan pendapatan keluarga yang lebih tinggi. Semakin besar pendapatan
yang diterima semakin tercukupi kebutuhan ekonominya.
P e ra na n pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan
keluarga diwujudkan dalam presentase yaitu dengan membagi pendapatan
pedagang kaki lima dari hasil berdagang kaki lima dengan jumlah
keseluruhan pendapatan keluarga pedagang kaki lima dikalikan 100% ,
sehingga ditemukan hasil sumbangan pendapatan pedagang kaki lima
terhadap keluarga dalam presentase. Cara untuk mengetahui besar
kontribusi pendapatan keluarga adalah sebagai berikut.
a. Mencari terlebih dahulu pendapatan pedagang kaki lima dengan cara
menjumlahkan pendapatan pokok dari berdagang kaki lima dan
pendapatan sampingan selain menjadi pedagang kaki lima.
22
b. Setelah diketahui pendapatan pedagang kaki lima seperti diatas,
kemudian mencari pendapatan keluarga dengan cara menjumlahkan
seluruh pendapatan anggota keluarga (suami/ istri, dan anak) yang
bekerja baik pendapatan pokok maupun sampingan. Setelah itu,
membagi pendapatan pedagang kaki lima dengan seluruh pendapatan
anggota keluarga (suami/ istri, dan anak) yang bekerja baik pendapatan
pokok maupun sampingan, Maka ditemukan besar sumbangan
pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga.
c. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rumus Sumbangan Pendapatan
Pedagang Kaki Lima (SPKL), sebagai berikut.
Dimana SPKL adalah Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima
(Sari, 2008:33)
5. Hasil Penelitian Pedagang Kaki Lima Yang Pernah Dilakukan
Penelitian tentang pedagang kaki lima yang pernah dilakukan
sebelumnya, yang di lihat mulai dari judul penelitian, tujuan, metode dan
hasil penelitian digunakan peneliti untuk memperluas kajian pustaka.
Mengenai penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di sajikan pada
Tabel 1.
Penelitian yang dilakukan (Surya, 2006:76) di Semarang untuk
menemukenali karakteristik berlokasi di kawasan sekitar rumah sakit
dr.Karyadi. Peneliti membagi pedagang kaki lima berdasar jenis dagangan
yaitu pedagang kaki lima dengan jenis buah-buahan, pedagang kaki lima
23
dengan jenis makanan, pedagang kaki lima dengan jenis non makanan,
pedagang kaki lima dengan jenis jasa pelayanan melalui pengamatan
lapangan wawancara dan persebaran angket. Dari analisa data dapat
diperoleh hasil bahwa lokasi yang paling diminati pedagang kaki lima
adalah di jalan dr.Karyadi dan didominasi oleh jenis makanan.
Joko Prajanto melakukan penelitian pada tahun 2009 tentang faktor
yang mempengaruhi pendapatan dan profil pedagang kaki lima di
Kecamatan Sukoharjo. Dari analisa data dapat diperoleh bahwa status
pedagang kaki lima sebagian besar sudah berumah tangga dan sebagian
besar berpendidikan SLTA. Adapun pendapatan pedagang kaki lima
sangat dipengaruhi oleh modal, pendidikan, jumlah tenaga kerja (Prajanto,
2009:87).
Penelitian yang dilakukan oleh (Astriyanto, 2010:72) di Sekaran
Kecamatan Gunungpati Kabupaten Semarang adalah mengetahui dan
menganalisis kondisi infrastruktur, lingkungan bisnis dan tenaga kerja.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa kondisi infrastruktur menuju
lokasi usaha adalah bagus, tingkat keamanan 75 persen sudah aman, dan
pemakaian tenaga kerja sudah tepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini.
24
Tabel 1. Beberapa Penelitian Pedagang Kaki Lima LainnyaNama dan Tahun Tema Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian
Joko PrajantoTugas Akhir (2009)
Analisis profil dan persebaranpedagang kaki lima diKecamatan Sukoharjo
1. Analisis profil demografi sosialekonomi
2. Mengetahui faktor yangmempengaruhi pendapatan
Populasi: pedagang kaki lima di alun-alun sukoharjo Sampel:menggunakan total sampling area, 68sampelVariabel: sosial demografi, sosialekonomi, jenis kegiatan usaha.Analisis data: tabulasi silang danstatistik
1. Sosial demografi danekonomi: sebagian besarberstatus kawin danberpendidikan SLTA,modal rata-rataRp.466.435,-
2. Pendapatan pedagangkaki lima dipengaruhioleh modal, pendidikan,jumlah tenaga kerja
Octora Lintang SuryaSkripsi (2006)
Kajian karakteristik berlokasipedagang kaki lima dikawasan sekitar fasilitaskesehatan (studi kasus dirumah sakit dr.KaryadiSemarang)
Menemukenali karakteristikberlokasi di kawasan sekitarrumah sakit dr.Karyadi
Populasi: pedagang kaki lima disekitar RS dr.Karyadi. Sampelmenggunakan proportional stratifiedrandom sampling, 48 sampel.Variabel:sosial demografi, sosialekonomi, pola penyebaran pkl, jenisbarang dagangan. Analisis data:deskripsi dan kuantitatif
1. Lokasi yang diminati pkladalah di jalan dr.Karyadidan tempat yang diminatiadalah trotoar.
2. Jenis dagangan didominasi oleh jenismakanan
Teguh Astriyantoskripsi (2010)
Analisis lokasi usahapedagang kaki lima di desasekaran KecamatanGunungpati Kota Semarang
1. Mengetahui profil usahapedagang kaki lima di desasekaran Kecamatan GunungpatiKota Semarang
2. Mengetahui dan menganalisiskondisi tnfrastruktur,lingkungan bisnis dan tenagakerja
Populasi: pkl yang ada di desasekaran, 1453. Sampel: proporsionalarea random sampling,94 sampel.Variabel: kondisi tnfrastruktur,lingkungan bisnis dan tenaga kerja. .Analisis data: deskripsi dan deskriptifpresentatif
1. Menjadi pkl 0-5 th 67.2 %2. Status kepemilikan milik
sendiri 71,28%3. Kondisi jalan ke lokasi
usaha bagus4. Tingkat keamanan 75%
aman
25
D. Pendapatan Keluarga
Dalam bekerja, pendapatan merupakan hal yang sangat penting.
Semakin besar pendapatan yang diterima semakin tercukupi kebutuhan
ekonominya. Peneliti mencari pentingnya kontribusi pendapatan untuk
keluarga. Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai pengertian pendapatan,
penggolongan pendapatan dan sumbangan pendapatan keluarga.
1. Pengertian pendapatan
Setiap orang bekerja mengharapkan adanya imbalan atau upah dari
orang yang memberikan pekerjaan tersebut, upah kerja yang diterima oleh
seorang pekerja ditentukan beberapa faktor seperti status pekerjaan, tingkat
keahlian, ketrampilan dan jumlah jam kerja. Pendapatan seseorang individu
dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa
memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk suatu
negara (Sukirno dalam Ine, 2004: 13).
Pendapatan adalah uang yang diterima oleh segenap orang yang
merupakan balas jasa faktor-faktor produksi (Kaslan, 1990 : 236).
Sedangkan menurut Saedah (1990 : 3) pendapatan adalah segala
penerimaan keluarga baik berupa uang maupun barang dari pihak atau dari
hasil penjualan yang dapat dinilai dengan sejumlah uang.
2. Penggolongan Pendapatan
Berdasarkan penggolongannya, pendapatan dapat dibedakan
menjadi tiga, diantarannya yaitu: 1) golongan pendapatan tinggi adalah jika
26
pendapatan rata-rata lebih dari Rp 950.000,00 per bulan, 2) golongan
pendapatan menengah adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp
550.000,00-Rp 950.000,00 per bulan, 3) golongan pendapatan rendah adalah
jika pendapatan kurang dari Rp 550.000,00 per bulan (BPS, 2003: 25).
Menurut Biro Pusat Statistik (1999: 10), pendapatan yang diterima
seseorang tidak hanya berupa uang tapi dapat berupa barang atau lainnya.
Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima biasanya
sebagai balas jasa, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dari usaha
sendiri dan pekerja bebas, dan pendapatan dari penjualan barang yang
dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah, uang
pensiunan dan jaminan sosial. Pendapatan berupa barang merupakan
segala penghasilan yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak
diimbangi ataupun disertai transaksi uang yang menikmati barang dan jasa
tersebut. Demikian pula penerimaan barang secara cuma-cuma, pembelian
barang dengan harga subsidi ataupun reduksi dari majikan merupakan
pendapatan berupa barang.
Kebutuhan hidup yang besar memungkinkan membutuhkan
penghasilan/ pendapatan yang tinggi. Menurut Soegiman dalam Suratmi
(1999: 28) tingkat pendapatan rendah senilai 240 kg beras per orang
setahun, dan tingkat pendapatan tinggi senilai 360 kg beras perorang
pertahun. Pendapatan keluarga diwujudkan dalam bentuk uang atau barang
yang dihitung dengan rupiah.
27
Penduduk melakukan mobilitas karena pendapatan yang diperoleh
di daerah tujuan lebih tinggi dari pada pendapatan yang diperoleh di
daerah asal. Tekanan ekonomi dan meningkatnya kebutuhan di daerah asal
akan menjadi pendorong penduduk untuk mencari pekerjaan di tempat lain
yang menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari pada pendapatan yang
diperoleh di daerah asal (Mantra dalam Giyarsih, 1999: 143).
3. Pendapatan Keluarga
Biro Pusat Statistik (2002 : 3) pendapatan adalah hasil yang berupa
uang atau barang yang diterimakan sebagai balas jasa atau kontraprestasi.
Keluarga adalah ibu, bapak dengan anak anaknya, seisi rumah (Depdiknas,
2008:721). Pendapatan keluarga adalah pendapatan semua keluarga dan
kepala keluarga, atau pendapatan suami dan istri. Dalam penelitian Hardati
(2001:24) untuk mengetahui pendapatan keluarga yaitu dengan
menambahkan pendapatan pokok keluarga baik dari suami maupun istri
dengan pendapatan sampingan baik dari suami maupun istri. Untuk lebih
jelasnya menggunakan rumus pendapatan keluarga yaitu sebagai berikut.
Keterangan:
= Pendapatan Keluarga
= Pendapatan sampingan
= Pendapatan Pokok
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108).
Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala,
nilai test, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Rachman, 1999: 63). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kaki lima di seluruh wilayah
administrasi Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen
yang berjumlah 53 pedagang kaki lima.
Sampel adalah bagian dari populasi (Nazir, 2005: 271). Menurut
Arikunto (2002: 112) dalam menentukan besarnya sampel menyebutkan,
apabila subjek penelitian jumlahnya kurang dari 100 maka dalam pengambilan
sampel lebih baik diambil semua sebagai anggota sampel, sehingga penelitian
merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar
dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Karena subyek
penelitian berjumlah dibawah 100, yaitu 53 maka subyek diteliti semua
sehingga penelitian disebut penelitian populasi.
28
29
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian itu
dilaksanakan. Lokasi dalam penelitian ini di lakukan di Kelurahan Sragen
Kulon Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian atau obyek penelitian adalah apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002: 96). Variabel yang menjadi penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Variabel pesebaran lokasi usaha pedagang kaki kima
a. Lokasi absolut, yaitu lokasi menurut lintang dan bujur, bersifat tetap.
b. Lokasi relatif, yaitu lokasi yang tergantung pengaruh daerah
sekitarnya, sifatnya berubah.
2. Jenis dagangan pedagang kaki lima, yaitu macam dagangan yang dijual
pedagang kaki lima baik makanan, non makanan maupun jasa.
3. Variabel sumbangan pendapatan keluarga pedagang kaki lima
a. Pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan pedagang kaki lima.
Pekerjaan pokok pedagang kaki lima, yaitu sesuatu yang dilakukan
pedagang kaki lima untuk memperoleh upah, imbalan atau gaji,
bersifat tetap.
Pekerjaan sampingan pedagang kaki lima, yaitu sesuatu yang
dilakukan pedagang kaki lima untuk memperoleh untuk memperoleh
upah imbalan atau gaji, bersifat tidak menentu.
30
b. Pekerjaan pokok dan sampingan anggota keluarga pedagang kaki lima
yang bekerja baik suami/ istri atau anak.
Pekerjaan pokok, sesuatu yang dilakukan untuk memperoleh upah,
imbalan atau gaji, bersifat tetap.
Pekerjaan sampingan, sesuatu yang dilakukan untuk memperoleh
untuk memperoleh upah imbalan atau gaji, bersifat tidak menentu.
c. Pendapatan pokok dan sampingan pedagang kaki lima.
Pendapatan pokok, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh pedagang
kaki lima dari bekerja pokok, biasanya bersifat tetap diwujudkan
dalam satuan Rupiah/bulan.
Pendapatan sampingan, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh
pedagang kaki lima dari bekerja sampingan, biasanya bersifat tidak
menentu diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.
d. Pendapatan pokok dan sampingan anggota keluarga pedagang kaki
lima yang bekerja baik suami/ istri atau anak
Pendapatan pokok, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh anggota
keluarga pedagang kaki lima dari bekerja pokok, biasanya bersifat
tetap diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.
Pendapatan sampingan, yaitu imbalan atau upah yang diperoleh
anggota keluarga pedagang kaki lima dari bekerja sampingan, biasanya
bersifat tidak menentu diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.
e. Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga, yaitu pendapatan semua anggota keluarga yang
31
bekerja, baik pendapatan pokok maupun pendapatan sampingan yang
diwujudkan dalam satuan Rupiah/bulan.
D. Jenis Data
Pada penelitian umumnya dikenal dua jenis data, maka dalam
penelitian ini juga menggunakan dua jenis data tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati,
dicermati atau dicatat untuk pertama kali oleh si peneliti sendiri. Umar
(2001: 130) menjelaskan bahwa data primer adalah data yang didapat dari
sumber pertama baik dari individu maupun perseorangan. Data Primer
dalam penelitian ini meliputi data identitas pedagang kaki lima, data lokasi
pedagang kaki lima, jenis dagangan, pekerjaan dan pendapatan keluarga
pedagang kaki lima.
2. Data sekunder
Menurut Umar (2001: 130) data sekunder adalah data primer yang telah
diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau
oleh pihak lain. Data ini diperoleh dengan mengambil data yang telah
tersedia oleh pihak lain berupa laporan atau informasi dari dokumen.
Dalam penelitian ini data sekunder yang dibutuhkan adalah data jumlah
pedagang kaki lima seluruh Kabupaten Sragen, data monografi penduduk
Sragen Kulon yang diperoleh dengan cara mencari ke dinas yang terkait
seperti BPS Kabupaten Sragen, Dinas Perdagangan dan Perpajakan Daerah
32
(DP2D) Kabupaten Sragen, Kelurahan Sragen Kulon dan Kecamatan
Sragen.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data pokok yang digunakan berupa data primer,
data primer diperoleh langsung di lapangan dengan cara observasi dan angket.
Adapun yang dimaksud dengan observasi dan angket adalah sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi yaitu cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau
fenomena yang ada pada objek penelitian (Tika, 2005: 44). Metode
observasi ini digunakan untuk mengamati fenomena yang diteliti, berupa
data jenis usaha, jumlah dan persebaran lokasi pedagang kaki lima.
2. Angket atau Kuesioner
Menurut DR. Hadari Nawawi dalam Tika (2005: 54), angket (kuesioner)
adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan
sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data primer yang berasal dari
responden, yakni pedagang kaki lima sehingga akan diperoleh data tentang
jenis usaha, jumlah, persebaran lokasi pedagang kaki lima, serta profil
pedagang kaki lima.
33
F. Tehnik Analisis Data
Dalam suatu penelitian, seorang peneliti akan menggunakan analisis
data untuk memecahkan masalah penelitian, sehingga data yang dianalisis
tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini ada beberapa cara, yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui persebaran lokasi usaha pedagang kaki lima dengan
menggunakan peta.
Persebaran lokasi yang dimaksud adalah tempat dimana para
pedagang kaki lima melakukan aktivitas ekonominya. Dengan begitu
waktu mempetakan dapat diketahui di daerah mana pedagang kaki lima
berjualan atau berdagang. Setelah mengetahui daerah atau lokasi usaha
pedagang kaki lima, maka lokasi pedagang kaki lima dalam melakukan
aktivitas ekonominya dapat dipetakan.
2. Mengetahui jenis dagangan adalah sebagai berikut.
Jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima dapat berwujud
barang maupun jasa. Untuk mengetahui jenis dagangan yang dijual
peneliti melakukan pengamatan /observasi secara seksama, sehingga
peneliti dapat mengetahui jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima.
3. Mengetahui sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap
pendapatan keluarga adalah sebagai berikut.
Menghitung pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang,
yaitu hasil yang diperoleh bersih dari hasil menjadi pedagang kaki lima
tanpa dari kerja sampingan yang lain, dalam hal ini pendapatan yang
34
diterima setiap hari, kemudian menghitung pendapatan keluarga yaitu
dengan menjumlahkan keseluruhan pendapatan pokok dan sampingan
pedagang kaki lima serta istri dan anak yang bekerja. Sumbangan
pendapatan pedagang kaki lima dapat diketahui dengan cara membagi
pendapatan pedagang kaki lima dari hasil berdagang kaki lima dengan
total keseluruhan pendapatan keluarga dikalikan 100%, sehingga dapat
diketahui besar sumbangan pendapatan pedagang kaki lima yang
diwujudkan dalam persen. Berikut rumus untuk menghitung sumbangan
pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga.
X100%keluargapendapatanJumlah
limakakipedagangpendapatanJumlahSPKL
Dimana SPKL adalah sumbangan pendapatan pedagang kaki lima.
(Sari, 2008:33)
G. Langkah Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan selama penelitian meliputi hal
sebagai berikut.
1. Penyusunan proposal penelitian yang meliputi pendahuluan, landasan teori
dan metode penelitian.
2. Penyusunan instrumen, penyusunan instrumen diperlukan adanya alat
bantu penelitian yang digunakan dalam melaksanakan tahapan penelitian
instrumen. Instrumen tersebut diantaranya kuesioner yang diisi responden.
3. Pengumpulan data, dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan
beberapa cara, salah satunya dengan kuesioner.
35
4. Analisis data, analisis data diperlukan untuk mengetahui kondisi suatu
tempat atau memecahkan masalah penelitian.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan data yang diperoleh dengan metode
observasi dan angket melalui pengolahan data. Hasil penelitian yang
dideskripsikan meliputi kondisi umum daerah penelitian, kondisi sosial
penelitian, identitas pedagang kaki lima.
1. Kondisi Umum Daerah Penelitian
Kondisi umum daerah penelitian dapat diuraikan berdasarkan
letak astronomis, kondisi geografis, sarana dan prasarana fisik, dan kondisi
monografi Kelurahan Sragen Kulon.
a. Letak Astronomi Daerah Penelitian
Letak astronomi merupakan letak suatu daerah berdasarkan
garis lintang dan bujur. Secara astronomi Kelurahan Sragen Kulon
terletak pada posisi 7°35’43,32” LS-7°25’43,16” LS dan 111°0’47,12”
BT- 111°0’48,12” BT (Peta Rupa Bumi Indonesia Sheet 1508 - 411 )
b. Letak Administrasi
Secara administratif Kelurahan Sragen Kulon berada dalam
satu bagian dari Pemerintah Daerah Kecamatan Sragen Kabupaten
Sragen. Kelurahan Sragen Kulon berjarak 1 Km dari pusat
pemerintahan Kecamatan Sragen dan 1 Km dari pusat pemerintahan
36
37
Kabupaten Sragen. Kelurahan Sragen Kulon mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut.
Sebelah utara : Kelurahan Karangtengah
Sebelah timur : Kelurahan Sragen Tengah
Sebelah selatan : Kecamatan Karangmalang
Sebelah barat : Kelurahan Sine
Batas-batas wilayah Kelurahan Sragen Kulon secara lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar 1 peta administrasi Kelurahan Sragen Kulon
Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen berikut (Kelurahan Sragen
Kulon tahun 2008).
38
Gambar 1. Peta Administrasi Kelurahan Sragen Kulon
Beloran
Cantel Kulon
Bangunsari
Mojo Mulyo
Mojo Kulon
Tegal Sari
Mojo Wetan
Gunung Sari
Jetis
Kuwung SariTalangrejo
Mojo Sari
RinginAnom
Kelurahan SineKelurahan Sragen Tengah
Kecamatan Karang Malang
Kelurahan Karang Tengah
PETA ADMINISTRASI KELURAHAN SRAGEN KULONKECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN
PETA PENGGUNAAN LAHAN KELURAHAN SRAGEN KULONKECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN
Pemukiman
41
e. Sarana dan Prasarana Fisik
Untuk membantu kelancaran pemerintahan Kelurahan, maka
Kelurahan Sragen Kulon memiliki sarana dan prasarana kehidupan
sebagai penunjang aktifitas-aktifitas yang dilakukan masyarakatnya,
baik yang dipergunakan dalam bidang pemerintahan, transportasi, dan
komunikasi, perekonomian maupun sarana dan prasarana sosial dan
budaya. Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Sragen Kulon
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Sarana dan Prasarana di Kelurahan Sragen Kulon tahun 2008No. Sarana dan Prasarana Jumlah Persen (%)1 Kantor Kelurahan 1 0,272 Masjid/ Mushola 34 9,393 Sekolah 29 8,014 Toko, warung/ kios 190 52,485 Gereja 1 0,276 Bank 6 1,657 Koperasi 73 20,168 Posyandu 24 6,629 Apotek 1 0,27
10 Rumah Bersalin 3 0,82Jumlah 362 100
Sumber : Data Monografi Kelurahan Sragen Kulon 2008
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui sarana dan prasarana
yang terbanyak di Kelurahan Sragen Kulon adalah toko, kios/warung
dengan jumlah 190 atau 52,48 %, kemudian yang terkecil adalah
kantor Kelurahan, gereja dan apotek dengan jumlah 1 atau 0,27 %.
Sarana dan prasarana tersebut digunakan untuk menjalankan aktivitas
di Kelurahan Sragen Kulon dan penunjang kegiatan perekonomian
penduduk, sedangkan untuk mendukung kelancaran komunikasi dan
42
transportasi, penduduk Kelurahan Sragen Kulon memanfaatkan sarana
transportasi dan komunikasi yang tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Sarana Transportasi di Kelurahan Sragen Kulon Tahun 2008No. Sarana Transportasi dan Komunikasi Jumlah
1 Jalan 18,4 Km
2 Jembatan 2 Buah
3 Truk 18 Buah
4 Mobil Pribadi 144 Buah
5 Sepeda Motor 2.012 Buah
6 Sepeda 2.995 Buah
7 Becak 161 Buah
8 Gerobak Dorong 51 Buah
9 Bus 16 Buah
10 Colt 35 Buah
11 Telepon 1.395 Buah
12 Radio 1.335 Buah
13 Televisi 2.480 Buah
Sumber : Kecamatan Sragen dalam angka tahun 2008
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa sarana transportasi
masih di dominasi oleh sepeda dengan jumlah 2.995 buah, kemudian
disusul oleh sepeda motor dengan jumlah 2.012 buah. Hal ini
disebabkan karena sepeda dianggap sarana transportasi yang paling
murah bagi masyarakat Kelurahan Sragen Kulon, sedangkan untuk
sarana komunikasi masyarakat masih banyak memanfaatkan televisi
dibanding radio dan telepon.
43
2. Kondisi Sosial
a. Jumlah Penduduk
Penduduk Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen pada
tahun 2008 berjumlah 15.682 jiwa dengan sex ratio 904 yang artinya
setiap 1000 penduduk perempuan terdapat 904 penduduk laki-laki.
Jumlah penduduk tersebut tersebar di 13 Dukuh/ Dusun.
b. Komposisi Penduduk
Dari komposisi penduduk akan dapat diketahui beberapa ciri
kependudukan penduduk menurut umur dan jenis kelamin, komposisi
penduduk menurut pendidikan, komposisi penduduk menurut mata
pencaharian.
1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Untuk mengetahui ciri kependudukan tersebut maka
disajikan tabel terlebih dahulu mengenai komposisi penduduk
Kelurahan Sragen Kulon menurut umur dan jenis kelamin. Secara
rinci dapat dilihat dari Tabel 4 berikut ini.
44
Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin diKelurahan Sragen Kulon Tahun 2008
No.Kelompok Jenis Kelamin
L+PPersen
Umur L Persen P Persen (%)
1 0-4 950 12,84 1.003 12,17 1.953 12
2 5-9 840 11,36 907 11 1.747 11
3 10-14 870 11,76 879 10,67 1.749 11
4 15-19 911 12,32 839 10,18 1.75 11
5 20-24 735 9,94 789 9,57 1.524 10
6 25-29 600 8,11 794 9,63 1.394 9
7 30-34 540 7,30 676 8,20 1.216 8
8 35-39 480 6,49 502 6,09 982 6
9 40-44 385 5,20 405 4,91 790 5
10 45-49 300 4,05 367 4,45 667 4
11 50-54 230 3,11 299 3,62 529 3
12 55-59 120 1,62 208 2,52 328 2
13 60-64 135 1,82 163 1,97 298 2
14 65-69 115 1,55 135 1,63 250 2
15 70-74 85 1,14 107 1,29 192 1
16 75+ 98 1,32 165 2 263 2
18 Jumlah 7.394 100 8.238 100 15.682 100Sumber : Kecamatan Sragen Dalam Angka 2008
2. Komposisi Penduduk Menurut tingkat Pendidikan
Kualitas sumber daya manusia salah satunya ditentukan
oleh faktor tingkat pendidikan, kriteria yang dipakai dalam
penelitian di Kelurahan Sragen Kulon meliputi: tingkat pendidikan
rendah yaitu tamat SD, tingkat pendidikan menengah yaitu tamat
SMP sampai tamat SMA, dan tingkat pendidikan tinggi yaitu tamat
Diploma sampai tamat perguruan tinggi. Komposisi penduduk
Kelurahan Sragen Kulon menurut tingkat pendidikan secara rinci
dapat dilihat dari Tabel 5 berikut ini.
45
Tabel 5. Komposisi Penduduk Umur 5 Tahun Keatas di KelurahanSragen Kulon Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persen (%)
1 Akademi/ Perguruan Tinggi 599 4,36
2 SMA 4.863 35,4
3 SMP 3.446 25,1
4 SD 2.121 15,4
5 Tidak Tamat SD 517 3,76
6 Belum Tamat SD 1.659 12,1
7 Tidak/ Belum Sekolah 524 3,8
Jumlah 13.729 100
Sumber : Kecamatan Sragen Dalam Angka Tahun 2008
Berdasar Tabel 5 dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan penduduk di Kelurahan Sragen Kulon paling besar
adalah SMA dengan presentase sebesar 35,4 %, selanjutnya adalah
SMP dengan 25,1 %, SD dengan 15,1%. Kemudian belum tamat
SD 12,1 %, Akademi/ Perguruan Tinggi 4,36 %, tidak/belum
sekolah SD 3,8% dan tidak tamat SD menduduki presentase paling
kecil dengan 3,76%.
3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian dapat
memberikan gambaran umum keadaan perekonomian suatu daerah,
karena mata pencaharian berkaitan dengan pendapatan seseorang.
Untuk dapat lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk
dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
46
Tabel 6. Komposisi Penduduk Umur 10 Tahun Keatas di KelurahanSragen Kulon Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008
No. Mata PencaharianJenis Kelamin
L+P (%)L P
1 Pertanian, perkebunan,peternakan, perikanan
83 16 99 1,28
2 Pertambangan 4 3 7 0,09
3 Industri Pengolahan 381 137 518 6,7
4 Listrik, gas, air minum 9 - 9 0,11
5 Konstruksi 1.092 102 1.194 15,46
6 Perdagangan & akomodasi 612 794 1406 18,2
7 Angkutan dan Komunikasi 146 10 156 2,02
8 Keuangan & Real estate 94 36 130 1,68
9 Jasa & Sosial 2.832 1.371 4.203 54,42
Jumlah 5.253 2.469 7.722 100Sumber: Kecamatan Sragen Dalam Angka 2008
Berdasarkan Tabel 6 sebanyak 4.203 penduduk di
Kelurahan Sragen Kulon bekerja di bidang jasa dan sosial dengan
persentase 54,42% kemudian sebanyak 1.406 orang bekerja di
bidang perdagangan dan akomodasi dengan persentase 18,2%,
1.194 orang bekerja di bidang konstruksi dengan persentase
15.46%, 518 orang bekerja di industri pengolahan dengan
persentase 6,7%, 156 orang bekerja di bidang angkutan dan
komunikasi dengan persentase 2,02%, 130 orang bekerja di bidang
keuangan dan real estate dengan persentase 1,68%, 99 orang
bekerja di pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dengan
persentase 1,28%, 9 orang bekerja di bidang listrik, gas dan air
minum dengan persentase 0,11% dan yang paling kecil bermata
47
pencaharian di bidang pertambangan dengan jumlah sebanyak 7
orang atau 0,09%.
3. Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Sragen
Perkembangan pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Sragen
dimulai semenjak masyarakat mengenal sektor informal. Sektor formal
yang menuntut keahlian dan ketrampilan lebih membuat masyarakat
beralih ke sektor informal dalam memenuhi kebutuhan ekonominya, salah
satunya menjadi pedagang kaki lima. Perkembangan PKL semakin pesat
seiring permintaan yang tinggi karena untuk memasuki sektor ini tidak
memerlukan ijin dalam mendirikan usaha. Tidak disediakannya lokasi
penampungan untuk PKL, menyebabkan PKL tersebut menempati ruang
publik seperti trotoar, bahu jalan. Selain itu, dikarenakan pula tidak
tersedianya ruang pribadi atau harga sewa serta pajak yang relatif tinggi.
Pedagang kaki lima di Kabupaten Sragen tersebar berbagai
Kecamatan. Kecamatan Sragen merupakan daerah yang paling banyak
ditempati PKL, hal ini terjadi karena Kecamatan Sragen merupakan
tempat berlokasinya pusat pemerintahan Kabupaten Sragen, pusat
perdagangan dan jasa, pendidikan maupun industri. Untuk lebih jelasnya
mengenai jumlah pedagang kaki lima, berikut ini disajikan tabel tentang
jumlah dan persebaran pedagang kaki lima di Kabupaten Sragen.
48
Tabel 7. Jumlah dan Persebaran Pedagang Kaki Lima di Kabupaten SragenNo. Kecamatan Jumlah PKL Persen (%)1 Kalijambe 13 3,112 Plupuh 10 2,393 Masaran 26 6,224 Kedawung 13 3,115 Sambirejo 16 3,836 Gondang 11 2,637 Sambungmacan 11 2,638 Ngrampal 15 3,599 Karangmalang 11 2,63
Peranan dalam menentukan lokasi dagang sangat penting dalam
suatu kegiatan perdagangan, karena pada dasarnya penentuan lokasi
berdagang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum.
Penentuan lokasi tidak dapat dilakukan sembarangan tetapi harus dengan
berbagai pertimbangan, hal ini untuk menghindari efek yang kurang
menguntungkan dari pendirian lokasi yang dilakukan.
Lokasi pedagang kaki lima sebagian besar berada di Dukuh
Beloran (Tabel 8 halaman 49). Hal ini terjadi karena lokasinya yang sangat
strategis dan banyak terdapat pusat kegiatan ekonomi berada di kawasan
ini, seperti perkantoran, perbelanjaan, dan pendidikan. sehingga banyak
para pedagang kaki lima yang membuka usahanya disini. Pedagang kaki
lima di Kelurahan Sragen Kulon membentuk pola memanjang, karena pola
persebaran ini dipengaruhi oleh pola jaringan jalan. Kegiatan pedagang
kaki lima dengan pola persebaran memanjang terjadi di sepanjang atau
pinggir jalan utama atau pada jalan-jalan penghubungnya. Alasan
pedagang kaki lima memilih lokasi di berbagai ruas jalan tersebut adalah
karena aksesibilitas yang tinggi sehingga berpotensi besar mendatangkan
konsumen. Kegiatan pedagang kaki lima dengan pola penyebaran
memanjang banyak terjadi di sepanjang utama Kota Sragen yang
75
merupakan Jalan Solo-Surabaya, sehingga memungkinkan pedagang kaki
lima dengan mudah menjumpai konsumen baik yang bersifat lokal
maupun interlokal. Hal ini sesuai dengan teori lokasi usaha menurut Both,
Terry dan Rawstron dalam Prasetyo (2003: 34) bahwa menentukan lokasi
harus didasarkan pada faktor-faktor penentu lokasi, seperti dekat dengan
fasilitas transportasi (jalan dan alat transportasi). Selain itu, alasan lain
yang diungkapkan banyak pedagang kaki lima yang membuka usaha di
lokasi ini dikarenakan dekat dengan tempat tinggal mereka, sehingga biaya
transportasi dalam melakukan aktivitas perdagangan dapat ditekan.
2. Jenis Dagangan Pedagang Kaki Lima
Jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima terdiri dari
berbagai macam jenis, baik yang bersifat makanan, non makanan, maupun
jasa, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan konsumen yang bervariatif.
Dagangan yang paling banyak dijual oleh pedagang kaki lima di Kelurahan
Sragen Kulon adalah makanan. Jenis dagangan tersebut diminati pedagang
kaki lima karena pedagang ini mencoba menangkap aktivitas kegiatan
utama yang banyak membutuhkan jenis barang makanan.
Jenis dagangan yang dijual pedagang kaki lima jenis makanan
paling banyak terdapat di jalan utama karena jalan ini banyak dilewati
konsumen baik yang bersifat lokal maupun interlokal (Tabel 10 halaman
51). Konsumen yang ada di jalur ini adalah pegawai kantor, pelayan toko,
76
pengguna jalan dan masyarakat sekitar. Hal itu menandakan bahwa
pedagang kaki lima di kawasan tersebut ditarik oleh kegiatan ekonomi
yang ada di sepanjang jalan utama tersebut, mengingat bahwa banyak
kantor-kantor, pusat perbelanjaan yang berlokasi di wilayah Sragen Kulon.
Kondisi tersebut dicoba untuk dimanfaatkan pedagang kaki lima yang
berharap kepada pegawai atau karyawan untuk makan siang pada waktu
jam istirahat dan penduduk sekitar untuk membeli makanan di tempat
mereka yang berjualan makanan. Pedagang kaki lima ini tidak semata
hanya melayani warga atau konsumen lokal melainkan juga melayani
konsumen interlokal, mengingat letak Kelurahan Sragen Kulon yang
berada dan di lewati jalan utama Solo-Surabaya memungkinkan para
konsumen interlokal ini untuk makan atau minum sembari beristirahat
sejenak setelah melakukan perjalanan jauh, atau membutuhkan jasa
pelayanan tambal ban jika mengalami kebocoran ban ketika dalam
melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil atau sepeda motor.
3. Sumbangan Pendapatan Pedagang Kaki Lima Terhadap Keluarga
Pendapatan pedagang kaki lima pada dasarnya sangat sulit diprediksi
karena hasil mereka sangat tergantung dari banyaknya konsumen yang
membeli barang dan jasa kepadanya. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa pendapatan rata-rata pedagang kaki lima perbulan adalah
Rp1.166.037,00. Penghasilan tersebut sudah melebihi Upah Minimum
77
Kabupaten (UMK) Sragen yang hanya Rp 760.000,00 pada tahun 2011
(Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 561.4/69/2010). Hal inilah yang
menyebabkan para pedagang kaki lima tidak mau beralih ke pekerjaan lain
dan menjadikan kegiatan berdagang sebagai pekerjaan pokok karena
penghasilannya sudah memenuhi bahkan melebihi standar UMK Sragen.
Menurut BPS (2003:25) pendapatan tersebut sudah termasuk golongan
pendapatan tinggi, karena pendapatan rata-rata lebih dari Rp 950.000,00 per
bulan.
Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima jauh lebih besar
dibandingkan dengan sumbangan pendapatan anggota keluarga lainnya.
Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap keluarga sebesar
68,68%, sumbangan tersebut lebih dari sumbangan anggota keluarga lainnya
yang hanya 31,32%. Komposisi sumbangan terhadap pendapatan keluarga
yang besar ini membuat pedagang kaki lima ini merasa nyaman untuk tetap
berusaha dan melanjutkan usaha berdagangnya.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Distribusi Spasial
Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon Kecamatan Sragen
Kabupaten Sragen”, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut, yaitu.
1. Distribusi spasial lokasi pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon
membentuk pola memanjang mengikuti jalan utama Kota Sragen. Lokasi
pedagang kaki lima sebagian besar berada di Dukuh Beloran sebanyak 30
orang (56.6%) dari total 53 pedagang kaki lima yang ada.
2. Jenis dagangan yang dijual oleh pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen
Kulon didominasi oleh jenis dagangan makanan yaitu sebanyak 39 orang
(73,6%), jenis dagangan non makanan sebanyak 7 orang (13,2%) dan jasa
pelayanan sebanyak 7 orang (13,2%).
3. Sumbangan pendapatan pedagang kaki lima terhadap pendapatan keluarga
sebesar 68,68 %. Rata-rata pendapatan pedagang kaki lima perbulan
adalah Rp 1.166.037,00.
79
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti dapat
memberikan saran sebagai berikut.
1. Pedagang kaki lima masih harus diberikan penyuluhan dan pengarahan
tentang tempat-tempat yang diperbolehkan untuk berdagang supaya tidak
mengganggu ketertiban.
2. Pedagang kaki lima masih harus diberikan penyuluhan dan pengarahan
tentang jenis-jenis dagangan yang memenuhi standar kesehatan,
khususnya jenis dagangan makanan dan minuman.
3. Pedagang kaki lima di Kelurahan Sragen Kulon sebaiknya membentuk
sebuah paguyuban pedagang, sehingga dapat membantu permodalan
usaha, hal ini sangat penting untuk mendukung keberlangsungan usaha
mereka pada saat-saat tertentu.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 1989. Persebaran pedagang kaki lima (Studi Kasus Di KotamadyaYogyakarta). Tesis. Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Astriyanto, Teguh. 2010. Analisis lokasi usaha pedagang kaki lima di desasekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Semarang:fakultas Ekonomi UNNES.
Bintarto R dan Surastopo. 1978. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES.
BPS. 2008. Kecamatan Sragen Dalam Angka. BPS Kabupaten Sragen.
Daldjoeni, N. 2003. Geografi Kota dan Desa. Bandung: PT. Alumni.
Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Giyarsih, Sri Rum. 1999. Mobilitas Penduduk Daerah Pinggiran Kota. MajalahGeografi Volume 13.No 2. September. Hal 143 dan 147.
Hardati, Puji. 2001. Prospek dan Kontribusi Industri Rumah Tangga Kerajinandalam Pengentasan Kemiskinan di Pedesaan. Semarang: IKIP Press.
Herlianto. 1986. Urbanisasi dan Pembangunan Kota. Bandung: PT. Alumni.
Ine, Wahyu Purwanti. 2004. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi TerhadapPendapatan Pesanggem di Kecamatan Selo Kabupaten Rembang. SkripsiS-1. Semarang: UNNES.
Kaslan, A Thohir. 1990. Ekonomi Selayang Pandang. Bandung: Sinar Bandung.
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 561.4/69/2010 Tentang Upah MinimumPada 35 (Tiga Puluh Lima) Kabupaten/ Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun2011.
Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia Nomor:23/MPP/Kep/1/1998 Tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan.
Koran Tempo. 2010. Pertumbuhan Penduduk Melejit. 21 Juli. Hal. 8.
Nazir, Mohamad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nurhanafiansyah. 1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan PedagangKaki Lima yang Membuka Usaha Makanan dan Minuman Pada MalamHari Di Jalan Utama Utara Yogyakarta. Skripsi S-1. Universitas GadjahMada (tidak diterbitkan). Yogyakarta.
Perda Daerah No. 11 Tahun 2000 tentang Pengaturan dan Pembinaan PedagangKaki Lima Kota Semarang.
Prajanto, Joko. 2009. Analisis Profil dan Persebaran Pedagang Kaki Lima diKecamatan Sukoharjo. Skripsi S-1. Fakultas Geografi UMS (tidakditerbitkan).
Prasetyo, P Eko. 2003. Model Keputusan Pemilihan Lokasi Usaha. Jurnal sainsdan teknologi sinergi. Yogyakarta: Pusat Penelitian Universitas PGRI.
Rahman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-Langkah Penelitian. Semarang:IKIP Semarang Press.
Saedah, Tri S. 1990. Masyarakat Petani, Mata Pencaharian Sambilan danKesempatan Kerja di Keluarga Rakung Timur DKI Jakarta. Jakarta:DEPDIKBUD.
Sari, Nina Wulan. 2008. Mobilitas Non Permanen Pemulung di KecamatanBanyumanik Kota Semarang. Skripsi S-1. Semarang: UNNES.
Simanjuntak, Payaman J. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta:Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Suratmi. 1999. Peranan Industri Batu Bata Terhadap Penyerapan Tenaga kerjaDan Peningkatan Pendapatan Keluarga Petani Di Kecamatan JogonalanKabupaten Klaten. Skripsi S-1. Semarang: FIS UNNES.
Surya, Octora Lintang. 2006. Kajian Karakteristik Berlokasi Pedagang Kaki Limadi Kawasan Sekitar R.S dr Karyadi di Kota Semarang. Skripsi S-1.Semarang: Fakultas Tehnik UNDIP.
Tarigan, Robinson. 2005. Teori dan Aplikasi Ekonomi Regional. Jakarta: PT BumiAksara.
Tika, Moh pabundu.2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Umar, Husein. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Rajawali.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
No. Responden :………
Untuk Pedagang Kaki Lima
INSTRUMEN PENELITIAN
“Distribusi Spasial Lokasi Pedagang Kaki Lima Di Kelurahan Sragen Kulon
Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen
Petunjuk Pengisian
1. Sebelum mengisi angket ini bacalah dengan teliti.
2. Cara pengisian dengan memberikan tanda (X) pada jawaban yang tersedia.
3. Berilah jawaban secara singkat untuk soal yang berbentuk uraian pada tempat
yang telah tersedia.
4. Jawablah pertanyaan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : …
2. Jenis kelamin : L / P
3. Umur : …
4. Status pendidikan : …
5. Status Pernikahan : …
6. Jumlah anak saudara: … Pendidikan …
7. Asal Responden : Desa … Kecamatan …
Kabupaten …
II. USAHA
1. Dimana lokasi anda dalam melakukan kegiatan berdagang?
a. Lokasi absolute :
b. Lokasi relative :
2. Jenis dagangan apa yang saudara jual
a. Makanan, sebutkan …
b. Jasa pelayanan, sebutkan …
c. Non makanan, sebutkan …
3. Berapa lama anda menjadi PKL?
4. Berapa jam anda membuka usaha dalam sehari?
III. PENDAPATAN
1. Pendapatan PKL
a Berapa pendapatan yang saudara terima dari berdagang kaki lima tiap
hari, sebutkan …
b Apa pekerjaan saudara selain menjadi PKL, sebutkan …
c berapa pendapatan dari pekerjaan selain menjadi PKL, sebutkan…
2. Pendapatan suami / istri
a Apakah suami / istri saudara bekerja …jika iya, apa pekerjaannya ….
Berapa pendapatannya …
b Apakah anak saudara bekerja …jika iya, apa pekerjaannya …. Berapa
pendapatannya …
3. Berapa pendapatan keluarga, sebutkan ….
IV. KEPEMILIKAN RUMAH TANGGA
1. Status kepemilikan rumah yang saudara tempati
a Rumah pribadi. c. Sewa kontrakan.
b Sewa bulanan. d. Kepunyaan saudara terdekat anda.
2. Lamanya saudara bertempat tinggal di rumah ini.
a 1 – 5 tahun. c. 11-15 tahun.
b 6 – 10 tahun. d. > 15 tahun.
3. Jenis atap rumah yang saudara tempati
a Genteng. c. Seng
b Kayu. d. Asbes
4. Jenis dinding rumah
a Tembok c. Bambu
b Kayu. d. Gribig
5. Jenis lantai rumah
a Keramik. c. Plester
b Tegel. d. Tanah
6. Alat elektronik yang saudara miliki.
a TV, tape, radio, hp (lengkap 4 macam)
b 3 macam dari 4 diatas.
c 2 macam dari 4 diatas
d Tidak punya
7. Alat transportasi yang saudara miliki.
a Mobil, motor, sepeda (lengkap 3 macam)
b 2 macam dari 3 di atas.
c 1 macam dari 3 di atas.
d Tidak punya.
LAMPIRAN 2
Koordinat UTM Lokasi Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Sragen Kulon 2010NO Nama Lokasi X Y
1 Ibu Sugiman Beloran 501092 91787362 Mas Taufik Beloran 501146 91787483 Hasan Beloran 501173 91787404 Maryanto Beloran 501176 91787425 Jack Beloran 501176 91787686 Aris Beloran 501185 91787337 Yudi Beloran 501191 91787308 Bu Wito Beloran 501198 91787349 Bu Johan Beloran 501198 9178736
10 BJ Beloran 501266 917877811 Untung Beloran 501256 917877612 Supadmi Beloran 501300 917879613 Yuni Beloran 501325 917879814 Ari Nugroho Beloran 501440 917881015 Senen Beloran 501389 917882816 Handoyo Beloran 501416 917881817 Andik Beloran 501506 917882018 Bu Kamto Beloran 501525 917882219 Parno Beloran 501689 917885220 Ika Beloran 501689 917885421 Glimpung Beloran 501696 917886422 Agung Beloran 501716 917886623 Ibu Darmi Beloran 501725 917886624 Dul Beloran 501753 917887625 Gesit Beloran 501849 917889026 Mas Nanda Beloran 501954 917887827 Mas Petruk Beloran 501955 917883828 Mbah Dul Beloran 501951 917882229 Parji Beloran 501960 917884830 Bantolo Mojosari 502403 917857631 Amir Mojosari 502402 917857432 Rini Mojosari 502446 917848833 Suyatno Mojosari 502455 917834334 Ranto Mojosari 502461 917833035 Sri Lestari Jetis 502449 917815836 Bu Siti Mojo Mulyo 501150 917833037 Mulyanto Mojo Mulyo 501154 917841238 Mbak Timpong Mojo Mulyo 501152 917834339 Dwi Yanto Mojo Mulyo 501146 917882240 Bu Gendro Cantel Kulon 501996 917998041 Yatmi Cantel Kulon 501508 917916242 Rohim Talangrejo 501819 917890243 Rini Ringin Anom 501783 917892244 Lek Men Kuwung Sari 501975 917893445 Pak Nur Kuwung Sari 502091 917895246 Mang Brewok Kuwung Sari 502183 917901247 Cipto Kuwung Sari 502215 917914048 Supri Talangrejo 502235 917921049 Suyatno Talangrejo 502246 9179246
50 Pardi Talangrejo 502247 917925451 Mas Bunder Talangrejo 502256 917928252 Giyarto Talangrejo 502263 917931053 Bu Priyanto Beloran 501406 9178804
LAMPIRAN 3Data Hasil PenelitianIdentitas Responden
No. NamaJenis
UmurStatus
Pendidikan Jumlah AnakPendidikan Anak
Asal (Kab)Kelamin Pernikahan SD SMP SMA PT TS
1 Ibu Sugiman P 46 Menikah SMA 3 - 1 1 1 - Sragen2 Mas Taufik L 32 Menikah SMA 2 1 - - - 1 Sragen3 Hasan L 38 Menikah SMP 3 2 1 - Madura4 Maryanto L 40 Menikah SMA 2 - 1 - 1 - Sragen5 Jack L 30 Menikah SMA 1 - - - - 1 Klaten6 Aris L 38 Menikah SMA 2 1 1 - - - Madura7 Yudi L 28 Menikah Sarjana 2 1 - - - 1 Sragen8 Bu Wito P 51 Menikah SMP 3 - - 2 1 - Sragen9 Bu Johan P 40 Menikah SMP 4 1 2 1 - - Madura
10 BJ L 37 menikah SMA 2 2 - - - - Sragen11 Untung L 40 Menikah SMP 2 1 1 - - - Sragen12 Supadmi P 44 Menikah SMA 2 - 1 1 - - Sragen13 Yuni P 26 Lajang SMA - - - - - - Sragen14 Ari Nugroho L 30 Menikah SMA 2 1 - - - 1 Sragen15 Senen L 34 Menikah SMA 3 2 1 - - - Wonogiri16 Handoyo L 33 Menikah SMA 2 2 - - - - Sragen17 Andik L 40 Menikah SMA 2 1 1 - - Boyolali18 Bu Kamto P 43 Menikah SMP 3 1 1 - 1 - Sragen19 Parno L 32 Menikah SMP 1 - - - - 1 Sragen20 Ika P 28 Menikah SMA 1 - - - - 1 Sragen21 Glimpung L 41 Menikah SMP 2 - 1 1 - - Sragen22 Agung L 29 Lajang SMP - - - - - - Sragen23 Ibu Darmi P 46 Menikah SMA 3 - 1 1 1 - Sragen24 Dul L 20 Lajang SMP - - - - - - Klaten25 Gesit L 27 Lajang SMA - - - - - - Sragen26 Mas Nanda L 28 Menikah SMA 1 - - - - 1 Ngawi
27 Mas Petruk L 28 Menikah SMA 1 - - - - 1 Sragen28 Mbah Dul L 61 Menikah SD 4 - 1 3 - - Sragen29 Parji L 43 Menikah SMP 2 - 1 1 - - Sragen30 Bantolo L 30 Menikah SMA 2 1 - - - 1 Sragen31 Amir L 27 Menikah SMA - - - - - - Sragen32 Rini P 29 Menikah SMA 1 1 - - - - Sragen33 Suyatno L 38 Menikah SMP 2 1 1 - - - Sragen34 Ranto L 34 Menikah SMP 1 1 - - - - Sragen35 Sri Lestari P 32 Menikah SMP 1 1 - - - - Sragen36 Bu Siti P 35 Menikah SMP 3 1 2 - - - Sragen37 Mulyanto L 45 Menikah SD 4 - 1 3 - - Sragen38 Mbak Timpong P 36 Menikah SMA 2 1 - 1 - - Sragen39 Dwi Yanto L 30 Lajang SMA - - - - - - Sragen40 Bu Gendro P 47 Menikah SMP - - - - - - Sragen41 Yatmi P 42 Menikah SD 1 - - 1 - - Sragen42 Rohim L 40 Menikah SMP 3 2 1 - - - Sragen43 Rini P 27 Menikah SMA - - - - - - Sragen44 Lek Men L 39 Menikah SD 2 - 2 - - - Klaten45 Pak Nur L 43 Menikah SMP 3 1 1 1 - - Sragen46 Mang Brewok L 48 Menikah SD 4 - 2 2 - - Sragen47 Cipto L 35 Menikah SMA 2 1 1 - - - Sragen48 Supri L 32 Menikah SMA 1 1 - - - - Sragen49 Suyatno L 41 Menikah SMA 2 - - 2 - - Sragen50 Pardi L 44 Menikah SMP 2 - 1 1 - - Sragen51 Mas Bunder L 36 Menikah SMA 1 1 - - - - Kr. Anyar52 Giyarto L 37 Menikah SMP 3 1 1 - - 1 Sragen53 Bu Priyanto P 45 Menikah SD 3 1 - 1 - 1 Banyumas
LAMPIRAN 4Data Hasil Penelitian
Lokasi dan Jenis DaganganNo. Nama Lokasi
Jenis Lama PKL Jam KerjaDagangan (Th) ( Jam/ hr)
1 Ibu Sugiman Beloran Makanan (Lontong Opor) 5 62 Mas Taufik Beloran Makanan (Roti Bakar) 7 63 Hasan Beloran Makanan (Sate Ayam) 9 64 Maryanto Beloran Makanan (Nasi Kucing) 8 75 Jack Beloran Makanan (Nasi Kucing) 2 76 Aris Beloran Makanan (Bubur Kcg Ijo) 4 67 Yudi Beloran Makanan (Ayam Bakar) 2 68 Bu Wito Beloran Makanan (Soto Sapi) 13 49 Bu Johan Beloran Non Makanan (Kelontong) 5 710 BJ Beloran Makanan (Es Degan) 3 811 Untung Beloran Non Makanan (Koran) 4 712 Supadmi Beloran Makanan (KFC) 4 613 Yuni Beloran Makanan (Es Buah) 3 714 Ari Nugroho Beloran Makanan (Es Degan) 1 815 Senen Beloran Makanan (Nasi Kucing) 12 816 Handoyo Beloran Non Makanan (Koran) 10 717 Andik Beloran Makanan (sea Food) 8 618 Bu Kamto Beloran Makanan (soto Ayam) 5 619 Parno Beloran Jasa Pelayanan (Tambal Ban) 5 920 Ika Beloran Makanan (Es Buah) 3 721 Glimpung Beloran Makanan (Nasi Kucing) 7 922 Agung Beloran Makanan (Bubur Kcg Ijo) 4 623 Ibu Darmi Beloran Makanan (Sate Ayam) 5 724 Dul Beloran Makanan (Nasi Kucing) 3 925 Gesit Beloran Non Makanan (Koran) 7 726 Mas Nanda Beloran Non Makanan (Helm) 2 627 Mas Petruk Beloran Makanan (Mi Ayam) 8 828 Mbah Dul Beloran Makanan (Nasi Tumpang) 8 729 Parji Beloran Makanan (Nasi Kucing) 6 630 Bantolo Mojosari Non Makanan (Koran) 9 731 Amir Mojosari Jasa Pelayanan (Tambal Ban) 3 732 Rini Mojosari Makanan (Nasi Tumpang) 2 633 Suyatno Mojosari Jasa Pelayanan (Tambal Ban) 6 834 Ranto Mojosari Makanan (Nasi Kucing) 5 735 Sri Lestari Mojosari Makanan (Nasi Goreng) 6 836 Bu Siti Mojo Kulon Makanan (Nasi Rames) 4 637 Mulyanto Mojo Kulon Jasa Pelayanan (Tambal Ban) 18 738 Mbak Timpong Mojo Kulon Makanan (Nasi Tumpang) 3 739 Dwi Yanto Mojo Mulyo Jasa Pelayanan (Tambal Ban) 5 840 Bu Gendro Cantel Kulon Makanan (Nasi Kucing) 13 641 Yatmi Cantel Kulon Makanan (Nasi Tumpang) 3 642 Rohim Talangrejo Jasa Pelayanan (Ahli Kunci) 10 843 Rini Ringin Anom Makanan (Es jus) 2 644 Lek Men Kuwung Sari Makanan (Nasi Kucing) 9 845 Pak Nur Kuwung Sari Makanan (Nasi Penyet) 4 546 Mang Brewok Kuwung Sari Makanan (Kare Ayam) 14 547 Cipto Kuwung Sari Makanan (Nasi Kucing) 4 848 Supri Talangrejo Makanan (Susu Segar) 5 749 Suyatno Talangrejo Makanan (Roti Bakar) 6 650 Pardi Talangrejo Non Makanan (Warung Rokok) 14 651 Mas Bunder Talangrejo Makanan (Nasi Kucing) 5 752 Giyarto Talangrejo Jasa Pelayanan (Tambal Ban) 8 553 Bu Priyanto Beloran Makanan (Es Kcg Ijo) 7 6
LAMPIRAN 5Data Hasil PenelitianPendapatan Keluarga
No. NamaPendapatan Pendapatan Pendapatan Total Pekerjaan Pekerjaan PekerjaanBerdagang Selain Suami/ istri Pendapatan SPKL Pokok Sampingan suami/istri