DISTRIBUSI RUMAH WALET (Collocalia sp) DI KABUPATEN GROBOGAN Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh gelar Sarjana Sain Biologi Oleh Moch. Samsul Arifin 4450405054 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
73
Embed
DISTRIBUSI RUMAH WALET (Collocalia sp DI ...lib.unnes.ac.id/3820/1/7632.pdfA. Klasifikasi dan Biologi Burung Walet (Collocalia sp) ... 5 B. Faktor Lingkungan Burung Walet 9 C. Budidaya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DISTRIBUSI RUMAH WALET (Collocalia sp)
DI KABUPATEN GROBOGAN
Skripsi
disusun sebagai salah satu syaratuntuk menempuh gelar Sarjana Sain Biologi
Oleh
Moch. Samsul Arifin4450405054
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Distribusi Rumah Walet (Collocalia sp) di Kabupaten Grobogan” disusun berdasarkan hasil penelitian saya dengan arahan dosen pembimbing. Sumber informasi atau kutipan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar dalam program sejenis di perguruan tinggi manapun.
Semarang, 4 Februari 2011
Moch. Samsul Arifin4450405054
ii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
Distribusi Rumah Walet (collocalia sp) di Kabupaten Grobogan.
Disusun Oleh:
Nama : Moch. Samsul Arifin
NIM : 4450405054
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada tanggal 4
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Margareta Rahayuningsih, M.Si Dra. Sri Ngabekti, M.SNIP. 19700122 199703 2003 NIP. 19590901 198601 2001
iii
ABSTRAK
Arifin, M.S. 2011. Distribusi Rumah Walet (Collocalia sp) di Kabupaten Grobogan. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Margareta Rahayuningsih, M.Si dan Dra. Sri Ngabekti, M.S.
Faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu daerah dalam budidaya walet antara lain adalah aspek ekologi. Ketersediaan data peta yang akurat seperti data ekologi, data spasial dan data distribusi rumah walet dengan membuat peta distribusi rumah walet menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), diperlukan dalam pengembangan budidaya walet di daerah yang berpotensiuntuk budidaya walet, seperti di Kabupaten Grobogan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi rumah walet (Collocalia sp), khususnya walet yang dibudidayakan di Kabupaten Grobogan.
Metode pengumpulan data terdiri dari data spasial berupa data-data yang mencakup peta topografi yang terdiri dari peta jalan, peta sungai, peta ketinggian, peta suhu yang diturunkan dari peta landsat dan data tabular yaitu distribusi rumah walet di Kabupaten Grobogan. Penentuan distribusi rumah walet dengan menggunakan Global Positioning System (GPS). Setelah semua peta digital diolahdengan SIG, selanjutnya dilakukan overlay dan analisis spasial. Analisis spasial mengacu pada model yang dilakukan oleh Rahayuningsih dan Abdullah (2008).
Hasil penelitian menunjukkan rumah walet terdistribusi di sepuluhkecamatan yang diamati di Kabupaten Grobogan. Kecamatan Purwodadi menempati peringkat tertinggi dalam perolehan jumlah rumah walet di Kabupaten Grobogan yaitu sebanyak 209 rumah walet, sedangkan Kecamatan Kedungjati menempati peringkat terendah dengan enam rumah walet. Daerah dengan kategori kesesuaian habitat ”sangat sesuai” yaitu Kecamatan Gabus dan Ngaringan, serta daerah dengan kesesuaian habitat ”sesuai” yaitu Kecamatan Kradenan, Tawangharjo, Kedungjati, Tegowanu dan Gubug memiliki potensi yang perlu dikembangkan untuk budidaya walet. Distribusi rumah walet di sepuluh kecamatan yang diamati banyak terdapat di daerah perkotaan. Faktor keamananmerupakan faktor penting dan lebih diutamakan yang menyebabkan banyak rumah walet dibangun didaerah perkotaan.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa rumah walet terdistribusi di sepuluh kecamatan yang diamati di Kabupaten Grobogan dengan jumlah rumah walet paling banyak terdapat di daerah perkotaan.
Kata Kunci: Distribusi, walet, Kabupaten Grobogan.
iv
PERSEMBAHAN
Bapak dan Ibunda tercinta
Atas kasih sayang, doa, dukungan, dan harapan setinggi-tingginya,
...yang itu semua selalu menjadi inspirasi dalam berkarya
Diyah Nur Fitri Ana dan S. Effendi Yusuf
...yang takkan pernah terganti
Keluarga Ibunda Eta
Atas bantuan fasilitas selama penelitian
Tim Walet Grobogan
...yang ikut membantu dalam pengambilan data penelitian
Green Community
Ketika telah sampai pada tikungan yang bercabang,
kita putuskan untuk memilih jalan yang tak pernah dilalui oleh orang lain,
...dan kita selalu senang hidup di jalan ini
...Kepada pohon-pohon yang ditebang demi terciptanya skripsi ini
And then, to You
.....That, I will always try to be a good man untill my last breathe
Musik adalah nafas dan sastra adalah ruh-nya...yang selalu memberi gairah dalam hidup (Yuni 2011)
v
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang menciptakan harapan, kekuatan dan kesabaran, atas ijin-Nya, laporan
penelitian skripsi ini dapat disusun sebagaimana direncanakan. Shalawat dan
salam bagi sang Nabi, Muhammad SAW. Laporan penelitian skripsi ini berjudul
“Distribusi Rumah Walet (Collocalia sp) di Kabupaten Grobogan”. Judul ini
dipilih mengingat masih terbatasnya tulisan yang secara khusus membahas
distribusi rumah walet di Kabupaten Grobogan. Penelitian ini merupakan bagian
dari penelitian hibah bersaing Ibu Dr.Margareta R, M.Si tahun 2008. Dengan
tulisan ini penulis berharap dapat bermanfaat sebagai informasi ilmiah mengenai
sebaran atau distribusi rumah walet di Kabupaten Grobogan, sehingga dapat
digunakan dalam upaya pengelolaan, pengembangan dan pembudidayaan walet di
Kabupaten Grobogan dan selanjutnya dapat mendukung upaya konservasi burung
walet di alam.
Terselesaikannya laporan penelitian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan semua pihak yang terkait. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
mengikuti pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin
penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Margareta R, M.Si selaku Dosen Pembimbing I atas kesabaran, bimbingan
dan dorongan yang luar biasa untuk menyelesaikan studi secara cepat.
5. Dra. Sri Ngabekti, M.S selaku dosen Pembimbing II atas bimbingan dan
arahan yang telah diberikan kepada penulis.
6. Drs. Bambang Priyono,M.Si selaku dosen penguji atas saran dan masukan
yang sangat berguna dalam memperbaiki penulisan laporan penelitian skripsi
ini.
vi
7. Ir. Tuti Widiyanti M, Biomed selaku dosen wali atas bimbingan dan
arahannya.
8. Semua pihak dan instansi terkait yang telah membantu selama
dilaksanakannya penelitian sampai selesai skripsi ini
Penulis menyadari, laporan skripsi ini masih terdapat kelemahan meskipun
telah diusahakan sedapat mungkin untuk meminimalkannya. Untuk itu, dengan
segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan masukan dan petunjuk dari
semua pihak, khususnya para pakar senior dalam penelitian walet, demi
sempurnanya tulisan ini. Akhirnya penulis berharap, laporan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.
Semarang, 4 Februari 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. I
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…………………………………... Ii
PENGESAHAN……………………………………………………………. Iii
ABSTRAK…………………………………………………………………. Iv
PERSEMBAHAN…………………………………………………………. V
KATA PENGANTAR……………………………………………………... Vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………. Vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. Viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… Ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. X
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………... 1
B. Permasalahan………………………………………………. 3
C. Penegasan Istilah…………………………………………… 3
D. Tujuan Penelitian…………………………………………... 4
E. Manfaat Penelitian…………………………………………. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Biologi Burung Walet (Collocalia sp) ……………………………………………... 5
B. Faktor Lingkungan Burung Walet ………………………… 9
C. Budidaya Walet …………………………………………… 11
D. Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Distribusi Walet …………………………………………… 12
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………… 14
B. Populasi dan Sampel ………………………………………. 14
C. Variabel Penelitian ………………………………………… 14
D. Parameter Yang Diamati …………………………………... 16
viii
E. Alat dan Bahan ……………………………………………. 16
F. Prosedur Penelitian ………………………………………... 16
G. Metode Analisis Data ……………………………………… 18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 20
A. Jenis Walet di Kabupaten Grobogan ………………………
B. Distribusi Rumah Walet dan Faktor Lingkungan di Kabupaten Grobogan ……………………… 22
C. Peta Distribusi Rumah Walet di Kabupaten Grobogan ……………………………………… 25
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ……………………………………………………… 37
Saran ……………………………………………………........... 37
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 38
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 40
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Rumah Walet di 10 Kecamatan di Kabupaten grobogan…….. 22
2. Data Lingkungan di 10 Kecamatan di Kabupaten Grobogan………… 23
3. Jumlah Rumah Walet dan Luasan (Ha) Kesesuaian Habitat di 10 Kecamatan menurut Rahayuningsih dan Abdullah (2008)………... 33
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Walet sarang putih (Collocalia fuciphaga) ………………………....... 6
2. Walet sarang hitam (Collocalia maxima) ……………………………. 8
Luas area yang tergolong sangat sesuai di 10 kecamatan yang diamati adalah
sebesar 73321,56 Ha atau sekitar 70,7 % dari total keseluruhan area di 10
kecamatan di Kabupaten Grobogan, sedangkan area yang sesuai seluas 30234,42
Ha (28,8 %) dan area yang tidak sesuai hanya seluas 2,79 Ha (0,003 %) (Tabel 3).
Data luasan kesesuaian habitat di sepuluh kecamatan menunjukkan bahwa
kecamatan yang menempati peringkat tinggi dalam luasan kesesuaian habitat
adalah Kecamatan Gabus, Wirosari dan Ngaringan. Hal ini karena kecamatan
tersebut memiliki tipe habitat yang lebih komplek apabila dibandingkan dengan
kecamatan lain. Keragaman tipe habitat tersebut adalah hutan, persawahan,
pemukiman, sungai dan padang rumput. Sedangkan kecamatan Kedungjati,
Tegowanu dan Gubug menduduki peringkat rendah. Soehartono dan Mardiastuti
33
(2003) menyebutkan bahwa habitat mencari makan yang cocok adalah campuran
antara sawah dan tegalan (50%), lahan basah (20%), dan daerah berhutan (30%)
yang terletak hingga 1.000 m dpl.
Beberapa kecamatan yang memiliki kategori kesesuaian habitat ”sangat
sesuai” ternyata tidak menduduki peringkat tinggi dalam perolehan jumlah rumah
walet. Padahal kawasan yang memiliki kategori kesesuaian habitat ”sangat sesuai”
memiliki potensi yang besar untuk pengembangan budidaya walet. Kecamatan
tersebut antara lain adalah Kecamatan Gabus dan Ngaringan. Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya di dua kecamatan tersebut memiliki area yang
berpotensi dalam pengembangan budidaya walet di Kabupaten Grobogan. Kondisi
ini berlaku juga bagi kecamatan lain yang memiliki jumlah rumah walet rendah
tetapi memiliki kategori kesesuaian habitat yang ”sesuai” berpotensi dalam
pengembangan budidaya walet seperti Kecamatan Kradenan, Tawangharjo,
Kedungjati, Tegowanu dan Gubug.
34
Gambar 14 Peta distribusi walet di Kabupaten Grobogan
35
Berdasarkan peta distribusi rumah walet di Kabupaten Grobogan, perolehan
jumlah rumah walet tertinggi dimiliki oleh Kecamatan Purwodadi dengan jumlah
rumah walet sebanyak 209 rumah walet, sedangkan jumlah rumah walet terendah
dimiliki oleh Kecamatan Kedungjati dengan enam rumah walet. Kecamatan
Purwodadi sebenarnya tidak menduduki peringkat tertinggi berdasarkan luasan
kesesuaian habitat dan merupakan daerah perkotaan, namun masih memiliki
kawasan dengan kategori kesesuaian habitat ”sesuai” sehingga masih potensial
untuk budidaya walet. Habitat tersebut adalah adanya persawahan dan aliran
sungai. Berbeda dengan Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Kedungjati hanya
menempati urutan terendah dalam perolehan jumah rumah walet. Kecamatan
Kedungjati sebenarnya memiliki kawasan yang tergolong sesuai untuk budidaya
walet, yakni kawasan hutan yang luas. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan
Kedungjati sebenarnya memiliki potensi yang masih dapat dikembangkan dalam
budidaya walet.
Hasil analisis terhadap distribusi rumah walet menunjukkan bahwa rumah
walet cenderung terdistribusi di daerah perkotaan, seperti di Purwodadi dan
Wirosari. Dari wawancara dengan masyarakat sekitar, Sunyamin (25 Juli 2008,
komunikasi pribadi) menyatakan bahwa ada faktor yang lebih diutamakan dalam
pengembangan budidaya sarang burung walet, yaitu faktor keamanan. Faktor
inilah yang menyebabkan banyak rumah walet dibangun di daerah perkotaan. Hal
ini karena keamanan di sekitar perkotaan lebih terjangkau dan terjamin
dibandingkan apabila membangun rumah walet di sekitar area hutan atau daerah
yang jauh dari keramaian. Burung walet juga dikenal memiliki daya jelajah yang
luas sehingga meskipun rumah walet berada di daerah perkotaan, burung walet
masih bisa mencari makan di hutan, sawah, padang rumput dan sungai yang
berada di sekitar perkotaan. Menurut Budiman (2001) dalam mencari makan,
burung walet mampu menjelajah hingga puluhan kilometer tanpa beristirahat.
Meskipun demikian untuk pengembangan budidaya walet ke depan, model peta
distribusi rumah walet ini bisa menjadi masukan dan pertimbangan bagi para
peternak walet khususnya di Kabupaten Grobogan.
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pemetaan distribusi rumah walet di Kabupaten grobogan
dengan menggunakan Sistem Informasi Georafis (SIG) dapat disimpulkan bahwa
distribusi rumah walet (Collocalia sp) di Kabupaten Grobogan tersebar di sepuluh
kecamatan yang diamati. Kecamatan Purwodadi menempati peringkat tertinggi
dalam perolehan jumlah rumah walet di Kabupaten Grobogan yaitu sebanyak 209
rumah walet, sedangkan Kecamatan Kedungjati menempati peringkat terendah
dengan enam rumah walet.
B. Saran
1. Peta distribusi rumah walet di Kabupaten Grobogan ini dapat digunakan
sebagai informasi dan masukan bahwa beberapa daerah di Kabupaten
Grobogan memiliki kategori kesesuaian habitat ”sangat sesuai” yaitu
Kecamatan Gabus dan Ngaringan, serta kategori kesesuaian habitat yang
”sesuai” seperti Kecamatan Kradenan, Tawangharjo, Kedungjati, Tegowanu
dan Gubug, oleh sebab itu informasi ini disarankan untuk bahan
pertimbangan dalam pengembangan budidaya walet di masa-masa
mendatang.
2. Sosialisasi dan kerjasama antara pemerintah daerah, dinas pertanian dan
peternakan, masyarakat, para peternak walet dan lembaga pendidikan baik
negeri maupun swasta perlu dilakukan untuk pengembangan budidaya walet
yang lebih baik khususnya di daerah yang berpotensi untuk budidaya walet
seperti di Kabupaten Grobogan.
37
DAFTAR PUSTAKA
Adiwibawa E. 2006. Pengelolaan Rumah Walet. Jogjakarta: Kanisius.
Anonim. 2005. Kabupaten Grobogan Peluang dan Investasi. On line athttp://simpedal.com [accessed 15 juli 2008].
Anonim. 2006. Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Tata Guna Lahan. On line at http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis [accessed 15 juli 2008].
Anonim. 2007. Profil Kabupaten Grobogan. On line at http://grobogan.go.id[accessed 15 juli 2008].
Anonim. 2008. Walet Sapi. On line at http://id.wikipedia.org/wiki/Walet_Sapi[accessed 15 juli 2008].
Budiman. A. 2002. Pedoman Membangun Gedung Walet. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Budiman. A. 2008a. Menentukan Lokasi Budidaya Walet. Jakarta: Penebar Swadaya.
_______2008b. Migrasi Walet Teknik Mencegah dan Memanggil. Jakarta: Penebar Swadaya
Darkono. 2008. Penggunaan Penginderaan Jauh (Pj) Dan Sistem Informasi Geografis (Sig) Untuk Menganalisa Perubahan Penutupan Lahan Dari Tahun 1999 Hingga Tahun 2002 Di Daerah Aliran Sungai (Das) Siduk Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. On line athttp://darkono.wordpress.com [ accesed at 14 Desember 2008].
Daryanto. F. 2008. Walet Indonesia. On line at http://waletindonesia.com [ accesed at 6 September 2010].
Dinata. 2008. Keberadaan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) dan Hewan Mangsanya di Berbagai Tipe Habitat Hutan di Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera. On line at www.papuaweb. org/unas/dlib-s123/ Dinatao/s1. PDF [ accesed at 14 Juni 2008].
Harizamrry. 2007. Peternakan Burung Layang-layang. On line at http:// harizamrry. wordpress. com Corp [ accesed at 9 September 2010].
38
Mulia H. 2009. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Walet. Jakarta: Agromedia Pustaka.
MacKinnon. J., Karen, P., & Bas Van Balen. 1993. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: Puslitbang Biologi-LIPI.
Mardiastuti A.1999. Kumpulan Ringkasan Skripsi Dan Thesis Tentang Walet Dan Seriti Tahun 1985-1999. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Mardiastuti A & Evrizal. Media Konservasi. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Nazaruddin & A Widodo.2001. Sukses Merumahkan Walet. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prahasta E. 2002. Konsep-Konsep Dasar System Informasi Geografis. Bandung: Informatika.
Puntodewo. 2003. Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam. Online at http://www.cifor.cgiar.org [accesed at 14 Desember 2008].
Rahayuningsih. 2008. Pemodelan Spasial Habitat Burung Walet Sarang Putih (Collocalia fuchipaga)Dengan Menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis) Dalam Upaya Pengembangan Budidaya Sarang Walet Di Jawa Tengah ( Laporan Penelitian Hibah Bersaing). Semarang: FMIPA Unnes.
Soehartono T & A Mardiastuti. 2003. Pelaksanaan Konvensi Cites Di Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
[SM] Suara Merdeka. 2006. Dipenda Sulit Tarik Pajak Sarang Walet. Online athttp://www.suaramerdeka.com [accesed at 12 Maret 2011].
Wibowo S. 1995. Budidaya Rumah Walet. Surabaya: Arkola.
39
Lampiran 1. Data lingkungan di sepuluh Kecamatan di Kabupaten Grobogan