Top Banner
DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS BADAN PUSAT STATISTIK MINYAK GORENG INDONESIA TAHUN 2018 Katalog: 8201014 PRODUSEN PASAR PEDAGANG BESAR minimarket KONSUMEN https://www.bps.go.id
110

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Aug 13, 2019

Download

Documents

lamdien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

DISTRIBUSIPERDAGANGAN KOMODITAS

BADAN PUSAT STATISTIK

MINYAK GORENGINDONESIA TAHUN 2018

Katalog: 8201014

PRODUSEN

PASAR

PEDAGANGBESARminimarket

KONSUMEN

https:

//www.b

ps.go.id

Page 2: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

https:

//www.b

ps.go.id

Page 3: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS

MINYAK GORENG INDONESIA 2018 Trade flow of cooking oil commodity in Indonesia 2018

ISBN : 978-602-438-266-7 No. Publikasi/Publication Number: 06130.1901 Katalog/Catalog: 8201014 Ukuran Buku/Book Size: 17,6 X 25 cm Jumlah Halaman/Number of Pages: xvi + 92 halaman/pages Naskah/Manuscript: Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri (Sub directorate Domestic Trade Statistic) Penyunting/Editor: Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri (Sub directorate Domestic Trade Statistic) Desain Kover oleh/Cover Designed by: Subdirektorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri (Sub directorate Domestic Trade Statistic) Penerbit/Published by: © BPS RI/BPS-Statistics Indonesia Pencetak/Printed by: CV. DHARMAPUTRA Sumber Ilustrasi/Graphics by: - Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik Prohibited to announce, distribute, communicate, and/or copy part of all this book for commercial purpose without permission from BPS-Statistics Indonesia

https:

//www.b

ps.go.id

Page 4: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS

MINYAK GORENG INDONESIA 2018

Tim Penyusun

Pengarah : Yunita Rusanti, M.Stat

Penanggung Jawab : Dr. Drs. Anggoro Dwitjahyono, M.Si

Mimin Karmiati, M.Si

Penyunting : Marlita, S.Si, MM

Penulis Naskah : Woro Indah Palupi, SST

Gita Aurora, SST

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

https:

//www.b

ps.go.id

Page 5: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng iii

https:

//www.b

ps.go.id

Page 6: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng v

KATA PENGANTAR

Publikasi Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng Indonesia tahun 2018

merupakan salah satu dari 8 jenis publikasi hasil Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa

Komoditas di Indonesia tahun 2018 yang dilaksanakan pada bulan Juli 2018.

Publikasi ini memuat kajian ringkas hasil penelitian rantai distribusi komoditas minyak

goreng yang diteliti mulai dari tingkat produsen, pedagang besar, pedagang eceran sampai

ke konsumen akhir. Informasi yang disajikan adalah pola distribusi perdagangan, Margin

Perdagangan dan Pengangkutan.

Semoga publikasi ini bermanfaat bagi pengguna data dalam menyusun perencanaan

dan kebijakan, baik oleh pemerintah, dunia usaha maupun pengguna lainnya. Disamping itu,

diharapkan publikasi ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut. Akhir

kata, diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam

penyusunan publikasi ini.

Jakarta, Desember 2018 Kepala Badan Pusat Statistik

Suhariyanto

https:

//www.b

ps.go.id

Page 7: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

vi Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

https:

//www.b

ps.go.id

Page 8: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng vii

ABSTRAKSI

Pola distribusi perdagangan minyak goreng menggambarkan rantai distribusi minyak

goreng mulai dari produsen hingga ke konsumen akhir yang melibatkan pelaku usaha

distribusi perdagangan. Semakin banyaknya pelaku usaha distribusi perdagangan yang

terlibat, semakin berpotensi panjangnya rantai distribusi, yang berakibat pada lamanya

komoditas sampai ke tangan konsumen akhir sehingga harga komoditas meningkat.

Publikasi ini menganalisis distribusi perdagangan dalam negeri komoditas minyak

goreng di 34 provinsi di Indonesia yang meliputi 266 kabupaten/kota. Dengan menggunakan

metode survei pada sampel produsen dan sampel pedagang, diperoleh informasi mengenai

gambaran pola distribusi komoditas minyak goreng secara nasional maupun di setiap

provinsi. Hasil survei menunjukkan bahwa pendistribusian minyak goreng dari produsen

sampai dengan konsumen akhir melibatkan 2 sampai 4 pelaku usaha distribusi perdagangan.

Pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Indonesia adalah Produsen

Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir dengan margin perdagangan dan

pengangkutan sebesar 18,70 persen.

Kata kunci: pola, distribusi, minyak goreng, margin

https:

//www.b

ps.go.id

Page 9: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

viii Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

https:

//www.b

ps.go.id

Page 10: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

ABSTRAKSI ......................................................................................... viiii

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Umum .......................................................................................... 1

1.2 Landasan Hukum .......................................................................... 2

1.3 Tujuan ......................................................................................... 2

BAB II METODOLOGI ........................................................................... 3

2.1 Ruang Lingkup .............................................................................. 3

2.2 Cakupan Komoditas ....................................................................... 3

2.3 Cakupan Wilayah .......................................................................... 4

2.4 Cakupan Kegiatan Usaha…………………………………………………………… 4

2.5 Kerangka Sampel………………………………………………………………………. 5

2.6 Metode Pemilihan Sampel………………………………………………………….. 5

2.7 Metode Penghitungan Margin Perdagangan dan Pengangkutan

(MPP) Total………............................................................................... 5

2.8 Konsep dan Definisi............................................................................ 6

2.9 Tata Cara Pembacaan Pola……………………………………..………………………… 8

BAB III ULASAN RINGKAS ..................................................................... 11

3.1 Gambaran Umum .......................................................................... 11

3.2 Indonesia ..................................................................................... 15

3.3 Provinsi Aceh ................................................................................ 20

3.4 Provinsi Sumatera Utara ................................................................ 22

3.5 Provinsi Sumatera Barat ................................................................ 24

3.6 Provinsi Riau ................................................................................. 25

3.7 Provinsi Jambi ............................................................................... 28

https:

//www.b

ps.go.id

Page 11: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

x Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

3.8 Provinsi Sumatera Selatan ............................................................. 30

3.9 Provinsi Bengkulu .......................................................................... 32

3.10 Provinsi Lampung .......................................................................... 34

3.11 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ............................................... 36

3.12 Provinsi Kepulauan Riau................................................................. 37

3.13 Provinsi DKI Jakarta ...................................................................... 40

3.14 Provinsi Jawa Barat ....................................................................... 42

3.15 Provinsi Jawa Tengah .................................................................... 44

3.16 Provinsi DI Yogyakarta .................................................................. 46

3.17 Provinsi Jawa Timur ...................................................................... 49

3.18 Provinsi Banten ............................................................................. 51

3.19 Provinsi Bali .................................................................................. 53

3.20 Provinsi Nusa Tenggara Barat ........................................................ 55

3.21 Provinsi Nusa Tenggara Timur ........................................................ 56

3.22 Provinsi Kalimantan Barat .............................................................. 58

3.23 Provinsi Kalimantan Tengah ........................................................... 60

3.24 Provinsi Kalimantan Selatan ........................................................... 62

3.25 Provinsi Kalimantan Timur ............................................................. 64

3.26 Provinsi Kalimantan Utara .............................................................. 66

3.27 Provinsi Sulawesi Utara .................................................................. 67

3.28 Provinsi Sulawesi Tengah ............................................................... 68

3.29 Provinsi Sulawesi Selatan ............................................................... 70

3.30 Provinsi Sulawesi Tenggara ............................................................ 72

3.31 Provinsi Gorontalo ......................................................................... 73

3.32 Provinsi Sulawesi Barat .................................................................. 74

3.33 Provinsi Maluku ............................................................................. 76

3.34 Provinsi Maluku Utara .................................................................... 77

3.35 Provinsi Papua Barat ..................................................................... 78

3.36 Provinsi Papua .............................................................................. 80

BAB IV KESIMPULAN........................................................................ ..... 83

https:

//www.b

ps.go.id

Page 12: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Komoditas Terpilih ..................................................................... 4

Tabel 2.2 Cakupan Survei Pola Distribusi Perdagangan Minyak Goreng 2018

Menurut KBLI 2015 ............................................................................ 4

Tabel 3.1 Sentra produksi minyak kelapa sawit di Indonesia Tahun 2017 .............. 14

Tabel 3.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Menurut

Provinsi, 2017............... ..................................................................... 19

https:

//www.b

ps.go.id

Page 13: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

xii Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

https:

//www.b

ps.go.id

Page 14: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Perkembangan Produksi Minyak Sawit Indonesia Tahun 2000-2017

(ribu ton) .......................................................................................... 12

Gambar 3.2 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia

Tahun 2013 – 2017 ............................................................................ 13

Gambar 3.3 Persentase Volume Ekspor CPO Indonesia Menurut Negara Tujuan, 2017 ........................................................................................................ 14

Gambar 3.4 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Nasional ............................ 17

Gambar 3.5 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Komoditi Minyak

goreng Tingkat Nasional dan Provinsi .................................................. 18

Gambar 3.6 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Aceh ..................... 21

Gambar 3.7 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Sumatera

Utara ................................................................................................ 23

Gambar 3.8 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Sumatera

Barat ................................................................................................ 25

Gambar 3.9 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Riau ...................... 27

Gambar 3.10 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Jambi .................... 29

Gambar 3.11 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Sumatera

Selatan ............................................................................................. 31

Gambar 3.12 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Bengkulu ............... 33

Gambar 3.13 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Lampung ............... 35

Gambar 3.14 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung ................................................................................. 37

Gambar 3.15 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Kepulauan

Riau .................................................................................................. 39

Gambar 3.16 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi DKI Jakarta ............ 41

Gambar 3.17 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Jawa Barat ............. 43

Gambar 3.18 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Jawa Tengah ......... 45

Gambar 3.19 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi

D.I. Yogyakarta ................................................................................. 48

Gambar 3.20 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Jawa Timur ............ 50

Gambar 3.21 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Banten ................. 52

Gambar 3.22 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Bali ....................... 54

https:

//www.b

ps.go.id

Page 15: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

xiv Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Gambar 3.23 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Nusa

Tenggara Barat .................................................................................. 56

Gambar 3.24 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Nusa

Tenggara Timur ................................................................................. 57

Gambar 3.25 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Kalimantan

Barat ................................................................................................ 59

Gambar 3.26 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Kalimantan

Tengah ............................................................................................. 61

Gambar 3.27 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Kalimantan

Selatan ............................................................................................. 63

Gambar 3.28 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Kalimantan

Timur ............................................................................................... 65

Gambar 3.29 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Kalimantan

Utara ................................................................................................ 67

Gambar 3.30 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Sulawesi

Utara ................................................................................................ 68

Gambar 3.31 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Sulawesi

Tengah ............................................................................................. 69

Gambar 3.32 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Sulawesi

Selatan ............................................................................................. 71

Gambar 3.33 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Sulawesi

Tenggara .......................................................................................... 73

Gambar 3.34 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Gorontalo .............. 74

Gambar 3.35 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Sulawesi

Barat ................................................................................................ 75

Gambar 3.36 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Maluku .................. 77

Gambar 3.37 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Maluku

Utara ................................................................................................ 78

Gambar 3.38 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Papua

Barat ................................................................................................ 79

Gambar 3.39 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng Provinsi Papua.................... 81

https:

//www.b

ps.go.id

Page 16: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar VPDP18 .................................................................... 87

Lampiran 2. Flow Chart Penentuan Pelaku Usaha ..................................... 91

https:

//www.b

ps.go.id

Page 17: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

xvi Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

https:

//www.b

ps.go.id

Page 18: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Pola distribusi perdagangan menggambarkan rantai distribusi suatu barang mulai dari

produsen hingga ke konsumen yang melibatkan pelaku usaha distribusi perdagangan. Rantai

yang terdapat pada pola distribusi mempunyai peran penting dalam perekonomian

masyarakat, karena selain merupakan penghubung antara produsen dengan konsumen juga

dapat memberikan nilai tambah bagi pelakunya. Rantai distribusi yang baik mampu

menggerakkan suatu barang dari produsen ke konsumen dengan biaya yang serendah-

rendahnya, memberikan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan

konsumen kepada semua pihak yang terlibat diiringi dengan tendensi harga yang terjangkau

oleh konsumen.

Pola distribusi komoditas minyak goreng saat ini diduga masih bermasalah. Dugaan

ini didasarkan dari adanya disparitas harga yang cukup tinggi antara harga di tingkat

produsen dengan harga di tingkat konsumen, terutama di kota-kota besar. Meskipun

produksi minyak sawit sebagai bahan baku utama minyak goreng sudah tersebar di beberapa

wilayah di Indonesia namun, pabrik minyak goreng hanya ada di beberapa wilayah di

Indonesia. Dengan kondisi tersebut, ada indikasi bahwa fluktuasi harga minyak goreng saat

ini disebabkan karena perbedaan biaya distribusi. Margin distribusi minyak goreng cenderung

mengalami peningkatan, sementara margin distribusi tersebut merupakan salah satu

indikator efisiensi pada sistem distribusi. Sehingga, peningkatan margin distribusi

mengindikasikan bahwa distribusi komoditas tersebut semakin tidak efisien.

Untuk melihat dimana letak permasalahan tersebut maka pada tahun 2018 Badan

Pusat Statistik (BPS) mengadakan Survei Pola Distribusi (Poldis) Perdagangan Beberapa

Komoditas diantaranya komoditas minyak goreng. Hasil dari kegiatan ini dapat digunakan

untuk mendapatkan gambaran pola distribusi perdagangan minyak goreng di dalam negeri

dan margin yang diperoleh setiap pelaku usaha perdagangan. Hasil Survei Pola Distribusi

Perdagangan Minyak Goreng 2018 diharapkan dapat memenuhi kebutuhan data tentang pola

distribusi perdagangan komoditas minyak goreng dan sekaligus dapat digunakan sebagai

acuan untuk pelaksanaan survei selanjutnya.

https:

//www.b

ps.go.id

Page 19: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

2 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

1.2 Landasan Hukum

Landasan hukum pelaksanaan Survei Poldis Perdagangan 2018 adalah:

a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik.

b. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik.

c. Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik.

d. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Badan Pusat Statistik.

1.3 Tujuan

Survei Poldis Perdagangan 2018 di 34 provinsi mempunyai tujuan, yaitu:

a. Mendapatkan pola distribusi perdagangan.

b. Menganalisis pola utama distribusi perdagangan.

c. Memperoleh total margin perdagangan dan pengangkutan dari produsen ke

konsumen akhir.

https:

//www.b

ps.go.id

Page 20: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 3

BAB II

METODOLOGI

2.1 Ruang Lingkup

Survei Pola Distribusi Perdagangan Beberapa Komoditas Tahun 2018 dilaksanakan di

seluruh provinsi, mencakup ibukota provinsi, beberapa kota SBH dan kabupaten/kota potensi

komoditas terpilih. Secara keseluruhan survei ini mencakup 266 kabupaten/kota terdiri dari

34 ibukota provinsi dan 232 kabupaten/kota potensi komoditas terpilih. Komoditas yang

dicakup dalam survei ini adalah sebanyak 8 jenis, yaitu: beras, cabai merah, bawang merah,

daging sapi, minyak goreng, telur ayam ras, gula pasir dan minyak goreng.

Unit penelitian dalam survei ini adalah usaha/perusahaan perdagangan dan non

perdagangan. Usaha/perusahaan perdagangan terdiri dari usaha/perusahaan perdagangan

menengah, besar, dan kecil, baik sebagai distributor, subdistributor, agen, pedagang grosir,

pedagang pengepul, eksportir, importir, maupun pengecer. Untuk usaha/perusahaan non

perdagangan terdiri dari usaha/perusahaan pertanian dan industri pengolahan. Untuk

komoditas beras, produsen didekati melalui industri penggilingan padi dan penyosohan

beras. Sedangkan, untuk komoditas cabai merah dan bawang merah, produsen didekati

melalui petani cabai merah dan petani bawang merah. Produsen daging sapi didekati melalui

kegiatan rumah potong hewan dan pengepakan daging bukan unggas. Komoditas minyak

goreng, produsen didekati melalui kegiatan rumah potong ayam dan pengepakan daging

unggas serta pedagang yang menjual ayam hidup dan menyediakan fasilitas pemotongan

ayam. Komoditas telur ayam ras, produsen didekati melalui peternak ayam petelur.

Sedangkan komoditas gula pasir dan minyak goreng, produsen didekati melalui industri gula

pasir dan minyak goreng.

2.2 Cakupan Komoditas

Penentuan komoditas dalam survei ini adalah komoditas strategis, yaitu komoditas

yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Komoditas yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.

b. Komoditas yang memiliki peran besar dalam pembentukan inflasi nasional.

c. Komoditas yang mempunyai kontribusi cukup besar dalam pembentukan Produk

Domestik Bruto (PDB).

Berdasarkan kriteria di atas, maka dipilih 8 komoditas dengan jenis/kualitas komoditas

seperti pada Tabel 1.

https:

//www.b

ps.go.id

Page 21: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

4 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Tabel 2.1 Jenis Komoditas Terpilih

No. Komoditas No. Komoditas

(1) (2) (1) (2)

1. Beras Medium 5. Minyak goreng

2. Cabai Merah

6. Telur ayam ras

3. Bawang Merah

7. Gula pasir

4. Daging Sapi 8. Minyak goreng

2.3 Cakupan Wilayah

Cakupan wilayah Survei Poldis 2018 mencakup 266 kabupaten/kota terdiri dari 34

ibukota provinsi dan 232 kabupaten/kota potensi komoditas terpilih dengan jumlah sampel

7.000 perusahaan/usaha.

2.4 Cakupan Kegiatan Usaha

Usaha yang dicakup dalam survey ini menggunakan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha

Indonesia (KBLI) 2015 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Cakupan Survei Pola Distribusi Perdagangan Minyak Goreng

2018 Menurut KBLI 2015

No KBLI 2015 Uraian KBLI 2015

(1) (2) (3)

1. 10415 Industri minyak goreng bukan minyak kelapa dan

minyak kelapa sawit

2. 10423 Industri minyak goreng kelapa

3. 10437 Industri minyak goreng kelapa sawit

4. 46315 Perdagangan Besar Minyak dan Lemak Nabati

5. 47111 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang

Yang Utamanya Makanan, Minuman Atau

Tembakau Di Supermarket/minimarket

6. 47112 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang Yang

Utamanya Makanan, Minuman Atau Tembakau

Bukan Di Supermarket/minimarket (Tradisional)

https:

//www.b

ps.go.id

Page 22: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 5

2.5 Kerangka Sampel

Kerangka sampel yang dibentuk diambil dari :

1. Data hasil Survei Poldis tahun 2017.

2. Pengolahan UMB UMK Sensus Ekonomi 2016 Lanjutan kategori C dan kategori G

dengan skala usaha besar, menengah.

2.6 Metode Pemilihan Sampel

Metode pemilihan sampel dilakukan dengan memperhatikan komoditas utama yang

diperdagangkan berdasarkan 8 komoditas terpilih. Untuk usaha/perusahaan yang bersumber

dari SE2016 maupun dari data Survei Poldis 2017, usaha/perusahaan diurutkan berdasarkan

KBLI 2015 dan skala usaha (besar, menengah) dan sampel dipilih secara sistematik pada

setiap komoditas dan setiap pelaku usaha. Jika jumlah usaha/perusahaan dalam kerangka

sampel tidak mencukupi, maka seluruh usaha/perusahaan menjadi sampel (take all).

2.7 Metode Perhitungan Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Total

Tahapan perhitungan MPP Total adalah sebagai berikut:

a. Menentukan pola utama distribusi perdagangan komoditas yang menjadi fokus

penelitian.

Contoh: Pola utama distribusi perdagangan yang terbentuk adalah:

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

b. Menghitung MPP dari masing-masing pelaku usaha distribusi (MPPi) yang terlibat

dalam pola utama distribusi perdagangan. MPP dari pelaku usaha distribusi dilakukan

dengan cara menghitung selisih nilai penjualan dan nilai pembelian dari seluruh pelaku

usaha pada level tertentu. Sedangkan MPP dalam bentuk persentase di dapatkan

dengan membagi selisih penjualan dan pembelian terhadap nilai pembeliannya.

Contoh: MPP Distributor = 9,71%; MPP Pedagang Eceran = 14,96%

d. Menghitung MPP Total dengan formula sebagai berikut:

(∏ (1 +𝑀𝑃𝑃𝑖%𝑛

𝑖=1) − 1) × 100%

Dimana:

MPPi : selisih antara nilai penjualan dengan nilai pembelian untuk pelaku usaha ke-

i.

i : pelaku usaha yang terlibat pada pola utama

n : jumlah pelaku usaha distribusi perdagangan/pedagang perantara yang

terlibat pada pola utama

https:

//www.b

ps.go.id

Page 23: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

6 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

2.8 Konsep dan Definisi

Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau

lembaga yang membeli dan menjual barang kembali tanpa mengubah bentuk,

bertujuan untuk penyaluran barang serta mendapatkan nilai tambah (keuntungan).

Dua pelaku utama dalam kegiatan perdagangan adalah pedagang besar dan

pedagang eceran. Pedagang besar adalah penjualan kembali (tanpa perubahan

teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri,

komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya,

atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan

barang, baik perorangan maupun perusahaan. Pedagang besar seringkali secara fisik

mengumpulkan, menyortir dan memisahkan kualitas barang dalam ukuran besar,

membongkar dari ukuran besar dan mengepak ulang menjadi ukuran yang lebih

kecil, misalnya produk farmasi, menyimpan, mendinginkan, mengantar dan

memasang barang-barang, terlibat dalam promosi penjualan untuk pelanggannya

dan perancangan label (KBLI 2015). Pada Survei Poldis 2017, ada beberapa kategori

fungsi kelembagaan pedagang besar dan menengah yang termasuk dalam cakupan

penelitian, antara lain:

1. Distributor adalah unit usaha yang membeli atau mendapatkan produk

barang dagangan dari tangan pertama (produsen) secara langsung dan

bertindak atas nama sendiri, sehingga risiko keberlangsungan kegiatan juga

ditanggung sendiri. Distributor biasanya juga diberikan hak/wewenang khusus

terhadap hasil produksi dari produsen. Sementara itu, Sub distributor adalah

unit usaha yang ditunjuk langsung oleh distributor untuk melakukan kegiatan

distribusi hingga ke pengecer. Idealnya jangkauan kegiatan sub distributor

lebih sempit dibandingkan distributor.

2. Agen dapat didefinisikan sebagai pihak (perorangan/badan usaha) yang

melakukan penjualan/pemasaran barang atas nama prinsipal.

Ketentuan tentang prinsipal berdasarkan Permendag NOMOR : 11/M-

DAG/PER/3/2006:

i. Prinsipal adalah perorangan atau badan usaha yang berbentuk badan

hukum atau bukan badan hukum di luar negeri atau di dalam negeri

yang menunjuk agen atau distributor untuk melakukan penjualan

https:

//www.b

ps.go.id

Page 24: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 7

barang dan/atau jasa yang dimiliki/dikuasai. Prinsipal dibedakan

menjadi prinsipal produsen dan prinsipal supplier.

ii. Prinsipal produsen adalah perorangan atau badan usaha yang

berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, berstatus sebagai

produsen yang menunjuk badan usaha lain sebagai agen, agen

tunggal, distributor atau distributor tunggal untuk melakukan

penjualan atas barang hasil produksi dan/atau jasa yang

dimiliki/dikuasai.

iii. Prinsipal supplier adalah perorangan atau badan usaha yang berbentuk

badan hukum atau bukan badan hukum yang ditunjuk oleh prinsipal

produsen untuk menunjuk badan usaha lain sebagai agen, agen

tunggal, distributor atau distributor tunggal sesuai kewenangan yang

diberikan oleh prinsipal produsen.

3. Pedagang Grosir termasuk pedagang level menengah-besar yang bersifat

cash and carry, dimana transaksi (partai besar) biasanya dilakukan langsung di

lokasinya berada dan proses transaksi sebagian besar dilakukan tanpa

penghantaran (barang diambil sendiri oleh pembeli). Secara garis besar, ada

dua karakteristik penjualan dari pedagang grosir, yaitu yang menjual berbagai

jenis komoditas (general line wholesaler) dan yang khusus menjual komoditas

secara spesifik (specity wholesaler).

4. Pedagang pengepul (assembler) tergolong sebagai pedagang besar

(bersifat perorangan atau lembaga) yang biasanya membeli komoditas dari

produsen secara langsung untuk dijual kembali ke fungsi kelembagaan lainnya.

Pedagang pengepul seringkali ditemui pada produk-produk hasil pertanian,

kehutanan, perikanan, perkebunan dan peternakan yang membawa sendiri

komoditas yang diperdagangkan ke beberapa pusat-pusat pasar.

5. Importir adalah unit usaha yang kegiatan utamanya menyalurkan barang

(pembelian, penerimaan dan/atau pemasukan barang atau produk) dari batas

wilayah suatu negara ke negara penerima. Sedangkan Eksportir adalah unit

usaha perusahaan yang memiliki fungsi dalam menyalurkan (penjualan,

pengiriman dan/atau pengeluaran barang atau produk) dari batas

wilayah suatu negara ke negara yang lain.

6. Pedagang Eceran (retailer) adalah pedagang yang kegiatannya berkaitan

dengan penjualan barang dan jasa secara langsung pada konsumen akhir untuk

https:

//www.b

ps.go.id

Page 25: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

8 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

kepentingan konsumsi pribadi atau nonbisnis dalam volume eceran/satuan.

Termasuk di dalamnya adalah supermarket, yang tergolong sebagai selfservice

retailing. The Food Marketing Institute mendefinisikan supermarket sebagai

pengecer dengan diversifikasi produk yang lebih luas dan memposisikan

pembelinya memilih produk (utamanya makanan) yang dibutuhkan secara

mandiri dengan pelayanan yang terbatas (pelayanan diberikan hanya pada

pembayaran dan pembungkusan).

7. Konsumen akhir dalam survei ini antara lain adalah Rumah Tangga, Kegiatan

Usaha Lain, Industri Pengolahan, dan juga Pemerintah dan Lembaga Nirlaba.

Kegiatan Usaha Lain yang dimaksud pada survei ini antara lain seperti: rumah

makan, restoran, usaha catering, rumah sakit, dan hotel. Sementara untuk

industri pengolahan dapat didefinisikan sebagai unit yang kegiatannya

mengolah bahan baku menjadi barang jadi/setengah jadi dan/atau dari barang

yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Kemudian, yang

tergolong dalam Pemerintah dan Lembaga Nirlaba antara lain adalah

instansi-instansi pemerintah, panti asuhan, rumah sakit non profit, lembaga

swadaya non profit, organisasi kesejahteraan masyarakat dan sebagainya.

Flow chart penentuan pelaku usaha dapat dilihat pada Lampiran 2.

Pola distribusi utama adalah pola distribusi penjualan berdasarkan persentase

terbesar dari hulu ke hilir. Apabila pola penjualan dari produsen yang terbesarnya

ke konsumen akhir, maka pola utama diambil dari penjualan terbesar produsen yang

ditujukan ke pedagang hingga pada akhirnya ke konsumen akhir.

Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) adalah kompensasi pedagang

sebagai penyalur barang yang merupakan selisih antara nilai penjualan dengan nilai

pembelian. Margin inilah yang merupakan ukuran besarnya output dari kegiatan

perdagangan.

MPP Total adalah margin yang diperoleh dari produsen sampai ke konsumen akhir.

MPP total mengindikasikan kenaikan harga dari produsen sampai ke konsumen akhir

di suatu wilayah.

2.9 Tata Cara Membaca Pola

Berikut adalah petunjuk ringkas tata cara membaca peta yang ditampilkan dalam

publikasi ini.

https:

//www.b

ps.go.id

Page 26: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 9

1. Produsen sebagai titik hulu distribusi perdagangan, diwakili oleh simbol

tersendiri ( ).

2. Pedagang perantara dan pelaku usaha yang terlibat dalam distribusi

perdagangan dibedakan berdasarkan warna. Pembagian warna tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Warna biru langit ( ) mewakili fungsi kelompok pedagang besar (PB)

b. Warna merah muda ( ) mewakili fungsi kelompok pedagang eceran

(PE)

c. Warna kuning muda ( ) mewakili fungsi kelompok konsumen akhir

3. Pembagian kelompok pelaku usaha yang dimaksud pada poin di atas adalah

sebagai berikut:

a. Kelompok PB : eksportir, importir, distributor, sub distributor, agen,

pedagang pengepul, dan pedagang grosir

b. Kelompok PE : supermarket/swalayan dan pedagang eceran

c. Kelompok konsumen akhir : industri pengolahan, kegiatan usaha lainnya,

pemerintah dan lembaga nirlaba, serta rumah tangga

4. Jenis garis yang ada dalam penyajian pola terdiri dari 4 macam, yaitu:

a. Garis solid 1 poin ( ), menunjukkan alur distribusi penjualan

yang dirangkum dari informasi data penjualan menurut fungsi

perusahaan/usaha.

b. Garis solid tebal 3 poin ( ), menunjukkan alur distribusi penjualan

utama berdasarkan persentase terbesar dari hulu ke hilir yang melibatkan

pelaku distribusi perdagangan.

c. Garis putus-putus 1 poin ( ), menunjukkan data tambahan yang

diperoleh dari data pembelian perdagangan menurut fungsi

perusahaan/usaha yang menjadi pelengkap alur distribusi jika ternyata ada

beberapa alur distribusi yang terputus. Apabila dalam pola distribusi utama

melalui garis putus-putus maka garis tersebut diganti dengan garis solid

tebal 3 poin.

d. Garis putus titik titik putus ( ), menunjukkan arus penjualan

tambahan jika jalur distribusi yang ada tidak didapatkan baik dari data

penjualan maupun data sumber pembelian. Tipe garis ini digunakan bahwa

https:

//www.b

ps.go.id

Page 27: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

10 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

jika informasi jalur terputus pada arus distribusi di tingkat PB, maka

langsung digariskan ke PE. Sedang jika arus distribusi terjadi terpustusnya

di tingkat PE, maka langsung digariskan ke konsumen akhir. Apabila dalam

pola distribusi utama melalui garis putus titik-titik putus maka garis tersebut

diganti dengan garis solid tebal 3 poin.

5. Garis penghubung setiap pelaku usaha dibedakan dengan warna-warna khusus

yang mewakili setiap pelaku usaha. Berikut adalah pembagian secara rinci:

a. Eksportir/Importir diwakili warna ungu ( ).

b. Distributor diwakili warna hijau ( )

c. Sub Distributor diwakili warna biru ( )

d. Agen diwakili warna merah ( )

e. Pedagang Grosir diwakili warna jingga ( )

f. Pedagang Eceran diwakili warna hitam ( )

g. Produsen diwakili warna coklat ( )

6. Setiap garis alur distribusi akan diberikan informasi kuantitatif berupa

persentase garis distribusi dari satu fungsi usaha ke fungsi usaha lainnya.

Khusus untuk garis tambahan baik yang berupa garis putus-putus (

),maupun garis putus titik titik putus ( )tidak disertakan informasi

persentasenya. Garis tambahan yang telah berubah menjadi garis solid akan

diberikan informasi berupa persentase dengan nilai 100%.

https:

//www.b

ps.go.id

Page 28: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 11

BAB III

ULASAN RINGKAS

3.1 Gambaran Umum

Minyak goreng merupakan salah satu komoditas yang cukup penting bagi

masyarakat Indonesia. Hampir semua masakan dan jenis makanan di Indonesia

membutuhkan minyak goreng sebagai salah satu bahan mediasi pengolahannya.

Terdapat beberapa jenis minyak goreng yang biasa digunakan untuk memasak. Mulai dari

minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jagung, hingga minyak kedelai. Meski

berbeda jenis, seluruhnya memiliki fungsi yang sama, yakni untuk memasak makanan.

Di Indonesia, minyak kelapa sawit masih menjadi salah satu jenis minyak yang

paling digemari masyarakat. Memiliki harga yang lebih murah dibandingkan jenis minyak

goreng lainnya, produk yang terbuat dari ekstrak biji kelapa sawit ini tak pernah surut

peminat.

Dalam proses pembuatan minyak, biji kelapa sawit yang telah dipanen akan

dikumpulkan dan diuji kualitasnya. Setelah itu, biji kelapa sawit yang memenuhi kualifikasi

akan dibawa ke pabrik penggilingan (mill) yang berdekatan dengan kebun. Di sana, biji

kelapa sawit diekstraksi menjadi larutan berwarna oranye pekat yang sering dikenal

sebagai crude palm oil (CPO). CPO akan dikumpulkan di dalam tabung raksasa, kemudian

disuling (refinery) untuk menghasilkan RBDPO yang dihasilkan dari ketiga proses diatas

terdiri dari dua fraksi, yaitu fraksi padat (stearin) dan fraksi cair (olein). Setelah selesai

difraksinasi, minyak goreng kemudian akan didiamkan hingga mencapai suhu ruang, lalu

dikemas dengan aneka kemasan plastik, lalu didistribusikan ke para konsumen.

Perkembangan produksi minyak sawit (CPO) dari tahun 2000 sampai dengan

2016 selalu mengalami peningkatan per tahun. Pada tahun 2013 sampai 2015, produksi

minyak kelapa sawit mengalami kenaikan antara 5,67 sampai dengan 7,70 persen.

Kemudian pada tahun 2016, produksi minyak kelapa sawit mengalami peningkatan tajam

sebesar 53,28 persen dari tahun 2015. Pada tahun 2013 produksi minyak sawit (CPO)

sebesar 17,77 juta ton, meningkat menjadi 31,49 juta ton pada tahun 2016 atau terjadi

peningkatan 77,18 persen. Sementara tahun 2017 diperkirakan produksi minyak sawit

(CPO) akan meningkat menjadi 34,47 juta ton atau sebesar 9,46 persen (lihat Gambar

3.1).

https:

//www.b

ps.go.id

Page 29: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

12 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Gambar 3.1 Perkembangan Produksi Minyak Sawit Indonesia Tahun

2000-2017 (ribu ton)

Dengan melimpahnya produksi kelapa sawit yang dihasilkan oleh perkebunan di

Indonesia, menempatkan Indonesia menjadi salah satu kekuatan besar pengekspor

minyak kelapa sawit di dunia. Total ekspor minyak kelapa sawit empat tahun terakhir

cenderung mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2016 yang mengalami

penurunan. Peningkatan tersebut berkisar antara 9,44 sampai dengan 16,06 persen per

tahun, sedangkan pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 13,96 persen.

Selanjutnya, pada tahun 2017 total volume ekspor kembali mengalami peningkatan

sebesar 19,45 persen. Pada tahun 2013 total volume ekspor mencapai 22,22 juta ton

dengan total nilai sebesar US$ 17,14 milyar, meningkat menjadi 29,07 juta ton pada tahun

2017 dengan total nilai sebesar US$ 20,72 milyar (lihat Gambar 3.2).

https:

//www.b

ps.go.id

Page 30: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 13

Gambar 3.2 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia Tahun 2013 – 2017

Produksi minyak kelapa sawit Indonesia sebagian besar diekspor ke mancanegara

dan sisanya dipasarkan di dalam negeri. Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia

menjangkau lima benua yaitu Asia, Afrika, Australia, Amerika, dan Eropa dengan pangsa

utama di Asia. Pada tahun 2017, lima besar negara pengimpor CPO Indonesia adalah

India, Belanda, Singapura, Italia, dan Spanyol. Volume ekspor ke India mencapai 4,63

juta ton atau 65,40 persen dari total volume ekspor CPO Indonesia dengan nilai US$ 3.068

juta. Peringkat kedua adalah Belanda, dengan volume ekspor sebesar 0,62 juta ton atau

8,70 persen dari total volume CPO Indonesia dengan nilai US$ 415,7 juta. Peringkat ketiga

adalah Singapura, dengan volume ekspor sebesar 0,60 juta ton atau 8,55 persen dari

total volume ekspor CPO Indonesia dengan nilai US$ 398,6 juta. Peringkat keempat adalah

Italia dengan volume ekspor 0,36 juta ton atau sekitar 5,04 persen dari total volume

ekspor CPO Indonesia dengan nilai US$ 231,4 juta. Peringkat kelima adalah Spanyol

dengan volume ekspor 0,22 juta ton atau 3,05 persen dari total volume ekspor CPO

dengan nilai US$ 138,6 juta (lihat Gambar 3.3).

https:

//www.b

ps.go.id

Page 31: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

14 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

India65,40%

Belanda8,70%

Singapura8,55%

Italia5,04%

Spanyol3,05%

Lainnya9,27%

Gambar 3.3 Persentase Volume Ekspor CPO Indonesia Menurut Negara Tujuan, 2017

Sementara itu sentra produksi minyak kelapa sawit sebagai bahan dasar industri

minyak goreng hingga saat ini masih terpusat di wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan,

dimana Riau menjadi provinsi dengan produksi sawit terbesar. Adapun provinsi sentra

produksi minyak goreng berdasarkan jumlah produksi yang dihasilkan perkebunan yang

terdapat di masing-masing provinsi, menurut data BPS tahun 2017* dapat dilihat pada

Tabel 3.1

Tabel 3.1 Sentra produksi minyak kelapa sawit di Indonesia

Tahun 2017*

Provinsi Produksi (ribu ton)

(1) (2)

Riau 7.722,56

Kalimantan Tengah 5.212,35

Sumatera Utara 4.114,62

Sumatera Selatan 3.096,79

Kalimantan Timur 2.594,89

Kalimantan Barat 2.549,36

Jambi 1.701,36

Kalimantan Selatan 1.486,05

Sumatera Barat 1.225,81

Sumber : BPS, *)Angka Sementara

https:

//www.b

ps.go.id

Page 32: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 15

Survei Pola Distribusi (POLDIS) Perdagangan minyak goreng ini manghasilkan

gambaran persebaran minyak goreng di Indonesia, juga untuk mengetahui tingkat

ketersediaan minyak goreng di masing-masing provinsi serta gambaran pemerataan dan

persebarannya. Berikut dibawah ini diuraikan distribusi perdagangan minyak goreng hasil

survei VPDP 2018 secara ringkas di setiap provinsi.

3.2 Indonesia

Cakupan wilayah survei distribusi perdagangan minyak goreng meliputi seluruh

provinsi di Indonesia. Wilayah yang menjadi wilayah sampel pola distribusi perdagangan

minyak goreng meliputi 266 kabupaten/kota di 34 provinsi.

3.2.1 Pola Distribusi

Pelaku usaha distribusi perdagangan yang berperan dalam pendistribusian

minyak goreng dari produsen ke konsumen akhir di Indonesia yaitu distributor, sub

distributor, agen, pedagang grosir, dan pedagang eceran termasuk

supermarket/swalayan. Pada umumnya pendistribusian minyak goreng dari produsen ke

konsumen adalah melalui pedagang perantara, baik pedagang besar maupun pedagang

eceran. Pedagang besar yang dilewati, bisa satu atau lebih dari satu pedagang besar.

Untuk memenuhi permintaan konsumen, pelaku usaha perdagangan bisa juga

membeli pasokan minyak goreng dari pedagang lain dengan pelaku usaha yang sama,

misalnya distributor membeli dari sesama distributor, agen dari sesama agen, pedagang

grosir membeli dari sesama pedagang grosir. atau pedagang eceran dari sesama

pedagang eceran. Selain itu terdapat pula importir yang memasok minyak goreng dari

luar negeri lalu dijual ke agen, pedagang grosir, pedagang eceran bahkan langsung ke

rumah tangga. Hal ini biasanya terjadi di provinsi-provinsi yang berbatasan langsung

dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pola distribusi perdagangan

minyak goreng di Indonesia digambarkan secara rinci pada Gambar 3.4.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng di Indonesia pada

Gambar 3.4, dapat disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng

di Indonesia adalah:

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 33: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

16 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk di Indonesia dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni distributor dan

pedagang eceran.

https:

//www.b

ps.go.id

Page 34: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 17

Ga

mb

ar

3.4

Po

la D

istr

ibu

si

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

Na

sio

na

l

Pedagang G

rosi

r

Dis

trib

uto

rPedagang E

cera

n

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

Agen

Eksp

ort

ir

Import

ir

Rum

ah T

angga

Indust

ri

Pengola

han

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Pem

erinta

h d

an

Lem

baga N

irla

ba

LUAR NEGERI

LUAR NEGERI

0,2

9%

97,8

3%

0,1

8%

0,1

2%

0,0

5%

0,0

6%

1,4

6%

0,0

7%

0,3

6%

29,3

6%

0,4

3%

69,7

6%

0,0

2%

Sub d

istr

ibuto

r

71,2

8%

28,7

2%

4,0

9%

11,2

8%

5,6

4%

5,5

9%

69,6

0%

32,6

%

26,5

6%

4,9

%

65%

1,5

1%

1,3

5%

0,0

6%0,6

2%

29,9

6%

70,0

4%

30,2

2%

17,2

7%

12,9

5%

39,5

7%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:http

s://w

ww.bps.g

o.id

Page 35: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

18 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

3.2.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Hasil survei menunjukkan bahwa MPP untuk komoditi minyak goreng secara

nasional adalah sebesar 18,70 persen. Angka tersebut mengindikasikan bahwa secara

umum kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir

adalah sebesar 18,70 persen.

Gambar 3.5 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Komoditi Minyak goreng Tingkat Nasional dan Provinsi

https:

//www.b

ps.go.id

Page 36: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 19

Berdasarkan provinsi, MPP total minyak goreng terbesar berada di Provinsi Nusa

Tenggara Barat yaitu 29,39 persen dan terkecil di Provinsi di Riau yaitu 8,79 persen.

Margin perdagangan dan pengangkutan untuk seluruh provinsi dan nasional disajikan

pada Gambar 3.5 dan Tabel 3.2

Perbandingan pola utama dan MPP distribusi perdagangan minyak goreng tahun

2017 dan tahun 2015:

Pola utama distribusi perdagangan minyak goreng data tahun 2017 tidak berbeda

dengan pola utama data tahun 2015. Pola perdagangan terdiri dari tiga rantai dan

melibatkan dua pedagang perantara yakni distributor dan pedagang eceran dengan MPP

total mengalami kenaikan sebesar 1,82 persen.

Tahun 2017 : Produsen -> Distributor -> Pedagang Eceran -> Konsumen Akhir

MPP : (6,66%) (11,29%)

Tahun 2015: Produsen -> Distributor -> Pedagang Eceran - > Konsumen Akhir

MPP : (6,73%) (9,51%)

https:

//www.b

ps.go.id

Page 37: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

20 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Tabel 3.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Menurut Provinsi, 2017

ProvinsiJumlah

RantaiMPP

11 ACEH 3 16,05

12 SUMATERA UTARA 3 13,11

13 SUMATERA BARAT 3 13,31

14 RIAU 3 8,79

15 JAMBI 3 17,67

16 SUMATERA SELATAN 3 14,12

17 BENGKULU 3 23,27

18 LAMPUNG 3 14,11

19 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 3 24,61

21 KEPULAUAN RIAU 3 21,20

31 DKI JAKARTA 3 17,40

32 JAWA BARAT 3 15,73

33 JAWA TENGAH 3 14,77

34 DI YOGYAKARTA 3 18,98

35 JAWA TIMUR 3 15,82

36 BANTEN 3 22,78

51 BALI 4 23,29

52 NUSA TENGGARA BARAT 3 29,39

53 NUSA TENGGARA TIMUR 3 24,93

61 KALIMANTAN BARAT 3 20,64

62 KALIMANTAN TENGAH 4 26,70

63 KALIMANTAN SELATAN 3 15,07

64 KALIMANTAN TIMUR 3 17,13

65 KALIMANTAN UTARA 3 19,04

71 SULAWESI UTARA 3 14,61

72 SULAWESI TENGAH 3 17,82

73 SULAWESI SELATAN 4 28,49

74 SULAWESI TENGGARA 3 17,78

75 GORONTALO 3 20,06

76 SULAWESI BARAT 3 14,28

81 MALUKU 3 27,43

82 MALUKU UTARA 3 23,44

91 PAPUA BARAT 3 20,80

94 PAPUA 3 24,59

99 INDONESIA 3 18,70

https:

//www.b

ps.go.id

Page 38: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 21

3.3 Provinsi Aceh

Cakupan wilayah survei di Provinsi Aceh yang menjadi wilayah sampel survei pola

distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten

Aceh Besar, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota Langsa, dan

Kota Lhokseumawe.

3.3.1 Pola Distribusi

Provinsi Aceh tidak ada pabrik pengolahan minyak minyak goreng dari kelapa

sawit. Pasokan minyak goreng berasal dari Provinsi Sumatera Utara melalui distributor.

Sementara itu, distributor menyalurkan pasokannya sebagian besar ke pedagang eceran.

Selanjutnya, pedagang eceran menjual minyak goreng lebih banyak ke rumah tangga dan

sisanya dijual ke industri pengolahan dan kegiatan usaha lainnya.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan pada Gambar 3.6, dapat disimpulkan

bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Aceh adalah sebagai

berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk di Provinsi Aceh sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni distributor dan

pedagang eceran.

3.3.1 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Aceh adalah sebesar 16,05 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan

harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Aceh

adalah sebesar 16,05 persen.

Luar Provinsi Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 39: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

22 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.6

Po

la D

istr

ibu

si

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k G

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ace

h

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

20,7

0%

Indust

ri

Pengola

han

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

40%

60%

75,8

8%

Dis

trib

uto

r

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Sum

ate

ra U

tara

(1

00%

)

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

72,3

9%

27,6

1%

0,0

8%

3,3

4%

https:

//www.b

ps.go.id

Page 40: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 23

3.4 Provinsi Sumatera Utara

Cakupan wilayah survei di Provinsi Sumatera Utara yang menjadi wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Tapanuli

Utara, Kabupaten Asahan, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang,

Kabupaten Langkat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Serdang Bedagai,

Kabupaten Batu Bara, Kota Sibolga, Kota Tanjung Balai, Kota Pematang Siantar, Kota Medan,

Kota Padangsidimpuan, dan Kota Gunungsitoli.

3.4.1 Pola Distribusi

Di Provinsi Sumatera Utara terdapat industri pengolahan minyak goreng kelapa

sawit. Bahan baku yang digunakan selain dipasok dari dalam wilayah Sumatera Utara,

juga dipasok dari provinsi lainnya. Hasil produksi sebagian besar didistribusikan ke luar

wilayah Provinsi Sumatera Utara, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sementara itu di

dalam wilayah Sumatera Utara sendiri terdapat beberapa pelaku usaha perdagangan

seperti distributor, agen, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Distributor menerima

pasokan dari produsen yang selanjutnya didistribusikan ke pedagang grosir, pedagang

eceran, supermarket/swalayan, dan juga langsung ke rumah tangga. Pedagang eceran

memperoleh pasokan minyak goreng dari distributor dan pedagang grosir. Sementara itu,

agen menjual minyak goreng ke industri pengolahan dan juga ke luar negeri. Pola

distribusi perdagangan minyak goreng beserta persentasenya disajikan pada Gambar 3.7.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan pada Gambar 3.7, dapat disimpulkan

bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara

adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk di Provinsi Sumatera Utara dari produsen sampai dengan konsumen akhir

adalah tiga rantai. Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni

distributor dan pedagang eceran.

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 41: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

24 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.7

Po

la D

istr

ibu

si

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Su

ma

tera

Uta

ra

Pedagang G

rosi

r

Pedagang E

cera

nRum

ah T

angga

Indust

ri

Pengola

han

Ace

h (

0,0

1%

)

Sum

ate

ra B

ara

t (7

,22%

)

Ria

u (

0,0

1%

)

Jam

bi (0

,01%

)

Bengkulu

(0,0

1%

)

Lam

pung (

0,0

1%

)

DKI

Jakart

a (

0,0

1%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LA

N

KE L

UA

R P

RO

VIN

SI

Dis

trib

uto

r

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Sum

ate

ra B

ara

t (2

5,2

2%

)

Ria

u (

0,0

5%

)

Jam

bi (0

,05%

)

Bengkulu

(10,8

6%

)

Lam

pung (

0,0

3%

)

DKI

Jakart

a (

0,2

3%

)

Eksp

ort

ir21,5

0%

7,7

5%

Agen

0,0

2%

0,0

1%

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

0,0

1%

0,0

1%

33,9

3%

10,9

2%

Bulg

aria (

1,1

9%

)

Chin

a (

46,0

3%

)

India

(0,1

3%

)

Mala

ysi

a (

2,6

6%

)

Pakis

tan (

0,6

6%

)

Rusi

a F

edera

tion

(5,9

5%

)

United S

tate

s (1

,79%

)

8,5

4%

62,1

6%

59%

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LA

N

KE L

UA

R N

EG

ER

I

41%

80%

20%

3,1

3%

0,5

2%

96,3

5%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

53,6

5%

1,5

0%

https:

//www.b

ps.go.id

Page 42: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 25

3.4.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 13,11 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Sumatera Utara adalah sebesar 13,11 persen.

3.5 Provinsi Sumatera Barat

Cakupan wilayah survei di Provinsi Sumatera Barat yang menjadi wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Solok,

Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima

Puluh Kota, Kabupaten Pasaman Barat, Kota Padang, Kota Bukittinggi, dan Kota

Payakumbuh.

3.5.1 Pola Distribusi

Di Provinsi Sumatera Barat terdapat industri pengolahan minyak goreng. Bahan

baku yang digunakan berasal dari dalam wilayah provinsi dan luar Provinsi Sumatera

Barat. Hasil produksinya berupa minyak goreng kemasan sebagian besar didistribusikan

ke luar wilayah Provinsi Sumatera Barat. Produesen juga menjual langsung ke konsumen

akhir. Sementara itu pelaku usaha perdagangan minyak goreng yang terlibat di dalam

Provinsi Sumatera Barat meliputi pedagang grosir dan pedagang eceran. Pedagang gosir

mendapat pasokan minyak goreng dari produsen, selanjutnya disalurkan ke pedagang

eceran. Sedangkan pedagang eceran menjual minyak goreng ke rumah tangga selaku

konsumen akhir dan ke sesama pedagang eceran.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada gambar tersebut,

dapat disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi

Sumatera Barat adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk di Provinsi Sumatera Barat dari produsen sampai dengan konsumen akhir

adalah tiga rantai. Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni

pedagang grosir dan pedagang eceran.

3.5.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Produsen Pedagang Grosir Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 43: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

26 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 13,31 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Sumatera Barat adalah sebesar 13,31 persen.

3.1 Provinsi Riau

Cakupan wilayah survei di Provinsi Riau yang menjadi wilayah sampel survei pola

distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Kuantan Singingi,

Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, dan

kota Dumai.

3.1.1 Pola Distribusi

Di Provinsi Riau terdapat pabrik pengolahan minyak goreng dari kelapa sawit.

Hasil produksinya berupa minyak goreng kemasan dipasarkan melalui distributor. Tujuan

pemasaran dari distributor yakni pedagang grosir dan pedagang eceran. Untuk memenuhi

kebutuhan minyak goreng di dalam provinsi, distributor juga melakukan pembelian

minyak goreng dari luar wilayah Riau. Tak hanya distributor yang melakukan pembelian

dari luar Riau, pedagang grosir pun mencukupi permintaan akan minyak goreng dari luar

Riau. Pedagang grosir mendistribusikan barang dagangannya sebagian besar ke

Gambar 3.8 Pola Distribusi Perdagangan Minyak Goreng di

Provinsi Sumatera Barat

Pedagang Grosir Pedagang Eceran Rumah Tangga

Kegiatan Usaha Lainnya

Riau (0,02%)

Jambi (0,02%)

Sumatera Selatan (0,01%)

WILAYAH PENJUALAN

KE LUAR PROVINSI

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

Sumatera Utara (0,03%)

Jambi (0,03%)

DKI Jakarta (0,03%)

Banten (0,03%)

Supermarket/Swalayan

51,32%

48,68%

21,75%

78,25%

10%

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

10%

10%

10%

10%

50%

https:

//www.b

ps.go.id

Page 44: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 27

pedagang eceran dan sisanya ke supermarket/swalayan dan konsumen akhir (rumah

tangga dan industri pengolahan). Sementara itu pedagang eceran menjual minyak goreng

selain ke rumah tangga juga ke kegiatan usaha lainnya seperti catering, rumah makan,

dan lain-lain.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Riau

adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk di Provinsi Riau dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga

rantai. Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yaitu distributor

dan pedagang eceran.

3.1.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Riau adalah sebesar 8,79 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa kenaikan

harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Riau

adalah sebesar 8,79 persen. Nilai MPP di Provinsi Riau ini menjadi MPP yang terendah

dibanding dengan provinsi lain di Indonesia. Hal ini bisa terjadi karena Riau merupakan

penghasil minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia. Selain itu juga pasokan dari provinsi

lain, membuat harga minyak goreng di pasar bersaing.

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 45: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

28 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.9

Po

la D

istr

ibu

si

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k G

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ria

u

Pedagang G

rosir

Pedagang E

cera

nRum

ah T

angga

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Dis

trib

uto

r

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Sum

ate

ra U

tara

(99,9

8%

)

Jam

bi (0,0

01%

)

DKI J

akart

a (

0,0

01%

)

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

Industr

i Pengola

han

30%

4,9

3%

80,8

2%

1,1

7%

100%

= P

ed

ag

an

g B

esa

r=

Pe

da

ga

ng

Ece

ran

= K

on

su

me

n A

kh

ir

Keterangan:

0,7

0%

90,1

7%

8,6

6%

70%

0,7

0%

12,8

5%

https:

//www.b

ps.go.id

Page 46: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 29

3.2 Provinsi Jambi

Cakupan wilayah survei di Provinsi Jambi yang menjadi wilayah sampel survei pola

distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Merangin, Kabupaten

Muaro Jambi, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo, dan Kota Jambi.

3.2.1 Pola Distribusi

Di Provinsi Jambi terdapat industri minyak goreng kelapa sawit. Sebagian besar

hasil produksinya dijual ke negara tetangga, Malaysia (60 persen). Sementara itu, pelaku

usaha perdagangan minyak goreng yang terlibat di dalam Provinsi Jambi mencakup

pedagang grosir, pedagang eceran, dan supermarket/swalayan. Pedagang grosir selain

memperoleh pasokan minyak goreng dari industri di dalam Provinsi Jambi, juga memasok

dari luar wilayah Provinsi Jambi.

Pola distribusi perdagangan minyak goreng beserta persentasenya dapat dilihat

pada Gambar 3.10. Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng tersebut,

dapat disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi

Jambi adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni pedagang grosir

dan pedagang eceran.

3.2.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Jambi adalah sebesar 17,67 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa kenaikan

harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Jambi

adalah sebesar 17,67 persen.

Produsen Pedagang Grosir Pedagang Eceran Konsumen Akhir http

s://w

ww.bps.g

o.id

Page 47: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

30 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.1

0 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k G

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ja

mb

i

Ped

agan

g G

rosi

rPed

agan

g E

cera

nRum

ah T

angga

DKI

Jaka

rta

(1,1

%)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LAN

KE

LUA

R P

RO

VIN

SI

WIL

AY

AH

PEM

BEL

IAN

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Sum

ater

a U

tara

(0

,001%

)

Sum

ater

a Sel

atan

(9

1,2

3%

)

DKI

Jaka

rta

(0,0

3%

)

Jaw

a Bar

at (

0,0

2%

)

Jaw

a Tim

ur

(0,0

1%

)

Super

mar

ket/

Sw

alay

an

6%

6%

13%

15%

Mal

aysi

a (4

,4%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LAN

KE

LUA

R N

EGER

I

60%

10%

20%

70%

0,7

6%

99,2

4%

= Pe

daga

ng B

esar

= Pe

daga

ng E

cera

n=

Kons

umen

Akh

ir

Keterangan

:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 48: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 31

3.3 Provinsi Sumatera Selatan

Cakupan wilayah survei di Provinsi Sumatera Selatan yang menjadi wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Ogan

Komering Ilir, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyu Asin, Kabupaten Ogan Komering

Ulu Timur, Kabupaten Ogan Ilir, Kota Palembang, dan Kota Lubuklinggau.

3.3.1 Pola Distribusi

Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat industri minyak goreng kelapa sawit.

Namun, hasil produksi minyak goreng tersebut lebih banyak dijual ke luar wilayah Provinsi

Sumatera Selatan yaitu sebesar 76,39 persen dan sisanya dijual ke dalam wilayah sendiri.

Sementara itu, pelaku usaha perdagangan minyak goreng yang terlibat di Provinsi

Sumatera Selatan meliputi agen, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Pedagang

eceran selain memperoleh pasokan minyak goreng dari pedagang grosir juga mendapat

pasokan dari luar Provinsi Sumatera Selatan.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.11,

dapat disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi

Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni pedagang grosir

dan pedagang eceran.

3.3.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 14,12 persen. Angka ini mengindikasikan

bahwa kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di

Provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar 14,12 persen.

Produsen Pedagang Grosir Pedagang Eceran Konsumen Akhir http

s://w

ww.bps.g

o.id

Page 49: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

32 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.1

1 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k G

ore

ng

di

Pro

vin

si

Su

ma

tera

Se

lata

n

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

Sum

ate

ra U

tara

(1

6,5

4%

)

Ria

u (

4,1

3%

)

Kep. Bangka B

elit

ung

(1,7

%)

Kep. Ria

u (

16,5

4%

)

DKI

Jakart

a (

37,2

1%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LA

N

KE L

UA

R P

RO

VIN

SI

Agen

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Jam

bi (0

,001%

)

Lam

pung (

0,0

01%

)

Bante

n (

0,0

01%

)

15,3

1%

8,3

%

76,3

9%

23,6

%

66,1

5%

10,2

5%

16,5

%

83,5

%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 50: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 33

3.4 Provinsi Bengkulu

Cakupan wilayah survei di Provinsi Bengkulu yang menjadi wilayah sampel survei pola

distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Rejang Lebong,

Kabupaten Bengkulu Utara, dan Kota Bengkulu.

3.4.1 Pola Distribusi

Pelaku usaha penjualan minyak goreng di Provinsi Bengkulu adalah distributor,

pedagang grosir, pedagang eceran, dan supermarket/swalayan. Di Provinsi Bengkulu

tidak terdapat pabrik pengolahan minyak sawit menjadi minyak goreng. Minyak goreng

yang beredar di dalam provinsi merupakan pasokan dari luar Provinsi Bengkulu seperti

Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung melalui distributor. Selanjutnya distributor

menjual sebagian besar ke pedagang eceran dan sisanya ke supermarket/swalayan,

pedagang grosir, dan kegiatan usaha lainnya (rumah makan, catering, dan lain-lain).

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada gambar di atas,

pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Bengkulu adalah sebagai

berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai. Pendistribusian utamanya

melibatkan tiga pedagang perantara, yakni distributor dan pedagang eceran.

3.4.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Bengkulu adalah sebesar 23,27 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan

harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Bengkulu

adalah sebesar 23,27 persen.

Luar Provinsi Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 51: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

34 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.1

2 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k G

ore

ng

di

Pro

vin

si

Be

ng

ku

lu

Pedagang E

cera

nRum

ah T

angga

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Jam

bi (4

,97%

)

Sum

ate

ra S

ela

tan

(90,0

6%

)

Lam

pung (

4,9

7%

)

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Pem

erinta

h d

an

Lem

baga N

irla

ba

Dis

trib

uto

r

Pedagang G

rosi

r

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

25%

10%

64%

1%

59,7

1%

19,4

1%

0,1

5%

20,7

4%

2,6

2%

97,3

8%

= P

ed

ag

an

g B

esa

r=

Pe

da

ga

ng

Ece

ran

= K

on

sum

en

Akh

ir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 52: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 35

3.5 Provinsi Lampung

Cakupan wilayah survei di Provinsi Lampung yang menjadi wilayah sampel survei pola

distribusi perdagangan komoditas minyak goreng adalah Kabupaten Lampung Barat,

kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten

Lampung Tengah, Kabupaten Pringsewu, Kota Bandar Lampung, dan Kota Metro.

3.5.1 Pola Distribusi

Pola distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Lampung yang disajikan

pada Gambar 3.13 menunjukkan bahwa pelaku usaha distribusi perdagangan minyak

goreng terdiri dari distributor, agen, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Distributor

sebagai penyalur minyak goreng langsung dari pabrik pengolahan minyak sawit menjadi

minyak goreng. Selanjutnya, distributor tersebut menyalurkan pasokannya ke luar wilayah

Lampung. Selain distributor, agen dan pedagang grosir pun membeli minyak goreng

langsung dari pabrik. Pedagang grosir juga membeli minyak goreng dari luar wilayah

Lampung dan juga dari sesama pedagang grosir. Penjualan terbesar dari pedagang grosir

yaitu ke pedagang eceran sebesar 55,16 persen. Sedangkan pedagang eceran menjual

minyak goreng lebih banyak ke rumah tangga sebesar 95,56 persen dan sisanya dijual ke

sesama pedagang eceran. Selengkapnya, pola distribusi perdagangan minyak goreng

beserta persentasenya dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.13, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Lampung adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni pedagang grosir

dan pedagang eceran.

3.5.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Lampung adalah sebesar 14,11 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Lampung adalah sebesar 14,11 persen.

Produsen Pedagang Grosir Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 53: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

36 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.1

3 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k G

ore

ng

di

Pro

vin

si

La

mp

un

g

Pedagang E

cera

nRum

ah T

angga

DKI

Jaka

rta (

25,6

2%

)

Jaw

a B

ara

t (1

3,6

%)

Jaw

a T

engah

(10,8

8%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LAN

KE L

UA

R P

RO

VIN

SI

Agen

WIL

AY

AH

PEM

BELI

AN

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Jam

bi (5

,54%

)

Sum

ate

ra S

ela

tan

(35,8

9%

)

DKI

Jaka

rta (

3,6

9%

)

Bante

n (

1,8

5%

)4,4

4%

Pedagang G

rosi

r

Dis

trib

uto

r

15%

5%

5%

16,2

7%

55,1

6%

28,5

7%

95,5

6%

Am

erica

n S

am

oa

(27,2

%)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LAN

KE L

UA

R N

EG

ER

I

30%

= Pe

dag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= Ko

nsu

men

Akh

ir

Keteran

gan:

100%

45

%

https:

//www.b

ps.go.id

Page 54: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 37

3.6 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Cakupan wilayah survei di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang menjadi wilayah

sampel survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Belitung, Kabupaten Bangka Selatan, dan Kota Pangkal Pinang.

3.6.1 Pola Distribusi

Minyak goreng kelapa sawit di Provinsi Kep. Bangka Belitung seluruhnya

merupakan suplai dari luar provinsi karena tidak terdapat industri minyak goreng kelapa

sawit di provinsi ini. Pelaku usaha yang mensuplai minyak goreng dari luar provinsi yaitu

pedagang grosir. Sebagian besar pedagang grosir menjual produknya ke pedagang

eceran. Namun, ada juga rumah tangga yang membeli langsung dari pedagang grosir.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.14, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai. Pendistribusian utamanya

melibatkan dua pedagang perantara, yakni pedagang grosir dan pedagang eceran.

Selengkapnya, pola distribusi perdagangan minyak goreng beserta persentasenya

disajikan pada gambar berikut.

3.6.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Kep. Bangka Belitung adalah sebesar 24,61 persen. Angka ini mengindikasikan

bahwa kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di

Provinsi Kep. Bangka Belitung adalah sebesar 24,61 persen.

Luar Provinsi Pedagang Grosir Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 55: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

38 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Gambar 3.14 Pola Distribusi Perdagangan Minyak Goreng di Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung

3.7 Provinsi Kepulauan Riau

Cakupan wilayah survei di Provinsi Kepulauan Riau yang menjadi wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Karimun,

Kabupaten Bintan, Kota Batam, dan Kota Tanjung Pinang.

3.7.1 Pola Distribusi

Pelaku usaha distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Kepulauan Riau

terdiri dari importir, distributor, agen, pedagang grosir, pedagang eceran, dan

supermarket/swalayan. Sebagian besar hasil produksi minyak goreng yang diproduksi di

dalam Provinsi Kepulauan Riau dijual ke luar negeri (sebesar 95 persen). Sisanya dijual di

dalam wilayah melalui distributor. Minyak goreng yang beredar di pasar Provinsi

Kepulauan Riau selain berasal dari dalam provinsi tetapi juga berasal dari provinsi lain dan

negara tetangga. (Malaysia dan Singapura). Selengkapnya, pola distribusi perdagangan

minyak goreng beserta persentasenya disajikan pada Gambar 3.15.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.15, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Kepulauan Riau adalah:

Pedagang Eceran Rumah Tangga

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

DKI Jakarta (100%) 100% Pedagang Grosir 55,14%

44,86%

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 56: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 39

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni distributor dan

pedagang eceran.

3.7.1 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Kep. Riau adalah sebesar 21,20 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Kep. Riau adalah sebesar 21,20 persen.

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 57: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

40 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.1

5 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k G

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ke

pu

lau

an

Ria

u

Pedagang G

rosi

r

Pedagang E

cera

nRum

ah T

angga

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Dis

trib

uto

r

WIL

AY

AH

PEM

BELI

AN

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Sum

ate

ra U

tara

(0

,001%

)

Ria

u (

19,9

9%

)

DKI

Jaka

rta (

60,0

2%

)

Jaw

a B

ara

t (1

9,9

9%

)

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

United A

rab E

mirate

s (0

,001%

)

Mala

ysia

(0,0

01%

)

Oth

er

Afr

ica (

0,0

01%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LAN

KE L

UA

R N

EG

ER

I

30%

5%

4,9

9%

19,9

6%

2,9

9%

Agen

50%

25%

70%

Mala

ysia

(0,0

01%

)

Sin

gapura

(0,0

01%

)

Imp

ort

ir35%

20%

95%

= Pe

dag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= Ko

nsu

men

Akh

ir

Keteran

gan:

71,9

7%

0,0

9%

25%

26,7

2%

42,1

9%

31,0

9%

15%

WIL

AY

AH

PEM

BELI

AN

DA

RI LU

AR

NEG

ER

I

https:

//www.b

ps.go.id

Page 58: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 41

3.8 Provinsi DKI Jakarta

Cakupan wilayah survei di Provinsi DKI Jakarta yang menjadi wilayah sampel survei

pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kota Jakarta Utara, Kota

Jakarta Barat, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Timur, dan Kota Jakarta Selatan.

3.8.1 Pola Distribusi

DKI Jakarta menjadi salah satu penampung CPO terbesar di Indonesia yang

berasal dari provinsi-provinsi penghasil minyak sawit. Di provinsi ini juga terdapat pabrik

pengolahan minyak goreng kelapa sawit kemasan. Namun, tidak dipungkiri juga, minyak

goreng produksi luar Provinsi DKI Jakarta banyak beredar di pasaran. Pelaku usaha yang

terlibat di dalam perdagangan minyak goreng di DKI Jakarta terdiri dari distributor,

pedagang grosir, dan pedagang eceran.

Selengkapnya pola distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi DKI Jakarta

dapat dilihat pada Gambar 3.16. Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di

Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni distributor dan

pedagang eceran.

3.8.1 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 17,40 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

DKI Jakarta adalah sebesar 17,40 persen.

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 59: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

42 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.1

6 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

DK

I Ja

ka

rta

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Jaw

a T

imur

(0,4

4%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LA

N

KE L

UA

R P

RO

VIN

SI

Dis

trib

uto

r

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Jaw

a B

ara

t (6

9,6

4%

)

Jaw

a T

imur

(0,4

3%

)

Bante

n (

0,8

9%

)

40%

50%

10%

97,7

6%

1,5

4%

0,0

9%

99,9

1%

0,7

1%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 60: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 43

3.9 Provinsi Jawa Barat

Cakupan wilayah survei di Provinsi Jawa Barat yang menjadi wilayah sampel survei

pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Bogor, Kabupaten

Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten

Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten

Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota

Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, dan Kota Depok.

3.9.1 Pola Distribusi

Pelaku usaha perdagangan minyak goreng di Provinsi Jawa Barat terdiri dari:

distributor, agen, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Distributor menyalurkan minyak

goreng dari produsen ke pedagang eceran dan ke luar wilayah Jawa Barat. Selain

memperoleh dari produsen di dalam wilayah Jawa Barat, distributor juga memperoleh

pasokan minyak goreng dari luar Jawa Barat. Agen, pedagang grosir, dan pedagang

eceran juga melakukan pembelian minyak goreng dari luar wilayah Jawa Barat. Untuk

memenuhi permintaan konsumen, pembelian pasokan di sesama level pelaku usaha pun

terjadi di provinsi ini. Selengkapnya pola distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi

Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 3.17.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada gambar di atas,

pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Jawa Barat adalah sebagai

berikut.

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni distributor dan

pedagang eceran.

3.9.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Jawa Barat adalah sebesar 15,73 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Jawa Barat adalah sebesar 15,73 persen.

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 61: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

44 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.1

7 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k G

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ja

wa

Ba

rat

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Jaw

a T

engah (

0,0

2%

)

DKI

Jakart

a (

0,0

01%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LA

N

KE L

UA

R P

RO

VIN

SI

Dis

trib

uto

r

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Sum

ate

ra S

ela

tan

(0,6

9%

)

DKI

Jakart

a (

99,0

8%

)

Bante

n (

0,0

01%

)

Kalim

anta

n S

ela

tan

(0,0

9%

)

Agen

Indust

ri

Pengola

han

50,0

4%

29,9

8%

100%

19%

0,0

8%

0,0

8%

49,8

1%

70,0

1%

0,0

1%

0,0

1%

0,2

3%

0,3

3%

0,3

5%

99,0

7%

0,0

1%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

80,9

8%

https:

//www.b

ps.go.id

Page 62: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 45

3.10 Provinsi Jawa Tengah

Cakupan wilayah survei di Provinsi Jawa Tengah yang menjadi wilayah sampel survei

pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Cilacap,

Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten

Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten

Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten

Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus,

Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pemalang,

Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Surakarta, dan Kota Semarang.

3.10.1 Pola Distribusi

Di Provinsi Jawa Tengah terdapat pabrik pengolahan minyak sawit menjadi

minyak goreng kemasan. Hasil produksinya disalurkan oleh distributor ke pedagang

eceran (40,51 persen), agen (16,81 persen), pedagang grosir (13,25 persen),

supermarket/swalayan (12,61 persen), serta dijual ke luar provinsi sebesar 16,81 persen.

Pedagang grosir paling banyak menyuplai minyak goreng ke pedagang eceran (82,74

persen) dibanding ke supermarket/swalayan atau langsung ke konsumen akhir. Meskipun

terdapat pabrik minyak goreng, tidak dipungkiri minyak goreng yang berasal dari luar

Jawa Tengah banyak beredar di dalam provinsi. Pelaku usaha yang melakukan pembelian

minyak goreng dari luar Provinsi Jawa Tengah yaitu distributor, pedagang grosir, dan

pedagang eceran. Selain melakukan pembelian dari luar wilayah Jawa Tengah, terjadi

juga penjualan ke luar wilayah Jawa Tengah yang dilakukan oleh distributor (16,81

persen), pedagang eceran (0,04 persen), dan produsen (80 persen). Selengkapnya pola

distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar

3.18.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.18, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai

berikut:

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 63: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

46 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.1

8 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ja

wa

Te

ng

ah

Pedagang G

rosi

r

Pedagang E

cera

n

Rum

ah T

angga

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

DKI

Jaka

rta (

6%

)

DI

Yogya

kart

a (

10,6

%)

Jaw

a B

ara

t (0

,001%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LAN

KE L

UA

R P

RO

VIN

SI

Dis

trib

uto

r

WIL

AY

AH

PEM

BELI

AN

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

DKI

Jaka

rta (

5,5

9%

)

Jaw

a B

ara

t (3

3,1

0%

)

DI

Yogya

kart

a (

0,5

9%

)

Jaw

a T

imur

(32,1

9%

)

Agen

Indust

ri

Pengola

han

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

20%

80%

16,8

1%

13,2

5%

12,6

1%

40,5

1%

16,8

1%

10,0

9%

1,0

5%

82,7

4%

1,1

2%

3,1

2%

1,7

9%

1,4

6%

0,0

3%

0,0

5%

98,4

3%

0,0

4%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keteran

gan:http

s://w

ww.bps.g

o.id

Page 64: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 47

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni distributor dan

pedagang eceran.

3.10.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 14,77 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Jawa Tengah adalah sebesar 14,77 persen.

3.11 Provinsi DI Yogyakarta

Cakupan wilayah survei di Provinsi DI Yogyakarta yang menjadi wilayah sampel survei

pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Kulon Progo,

Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Sleman, dan Kota Yogyakarta.

3.11.1 Pola Distribusi

Berdasarkan hasil survei, pelaku usaha yang terlibat dalam perdagangan minyak

goreng di Provinsi D.I. Yogyakarta terdiri dari distributor, sub distributor, pedagang grosir,

pedagang eceran, dan supermarket/swalayan. Distributor mendapat pasokan dari luar

provinsi karena tidak terdapat pabrik pengolahan minyak goreng kelapa sawit di provinsi

ini. Penjualan terbesar distributor adalah ke pedagang eceran yaitu sebesar 90 persen.

Selain dari distributor, pedagang eceran memperoleh pasokan minyak goreng dari sub

distributor dan pedagang grosir. Pedagang eceran juga membeli ke sesama pedagang

eceran untuk memenuhi permintaan konsumen. Selengkapnya pola distribusi

perdagangan minyak goreng di Provinsi DI Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3.19.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada gambar tersebut,

dapat disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi

DI Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai. Pendistribusian utamanya

Luar Provinsi Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 65: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

48 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

melibatkan tiga pedagang perantara, yakni distributor dan pedagang eceran.

3.11.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi DI Yogyakarta adalah sebesar 18,98 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

DI Yogyakarta adalah sebesar 18,98 persen.

https:

//www.b

ps.go.id

Page 66: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 49

Ga

mb

ar

3.1

9 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

D.I

. Y

og

ya

ka

rta

Pedagang G

rosi

r

Sub

Dis

trib

uto

r

Pedagang E

cera

n

Rum

ah T

angga

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Dis

trib

uto

r

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

DKI

Jakart

a (

74,7

2%

)

Jaw

a T

engah

(23,2

9%

)

Jaw

a T

imur

(1,9

9%

)Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

10%

100%

19,9

1%

3,6

7%

70,9

6%

5,2

6%

0,1

9%

4,6

5%

95,3

5%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

90%

https:

//www.b

ps.go.id

Page 67: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

50 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

3.12 Provinsi Jawa Timur

Cakupan wilayah survei di Provinsi Jawa Timur yang menjadi wilayah sampel survei

pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Trenggalek,

Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten

Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten

Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Magetan, Kabupaten

Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep, Kota Kediri, Kota

Malang, dan Kota Surabaya.

3.12.1 Pola Distribusi

Seperti diketahui bersama, Provinsi Jawa Timur memiliki pelabuhan tersibuk

setelah Tanjung Priok, Jakarta. Jawa Timur banyak mensuplai barang-barang ke

Indonesia bagian timur. Sesuai dengan hasil survei, minyak goreng yang berasal dari luar

Jawa Timur masuk dan beredar di pasar Jawa Timur meskipun terdapat pabrik

pengolahan minyak goreng kelapa sawit di provinsi ini. Pelaku usaha yang terlibat dalam

pendistribusian minyak goreng di dalam Provinsi Jawa Timur adalah distributor, agen,

pedagang grosir, pedagang eceran, dan supermarket/swalayan. Pasokan terbanyak yang

berasal dari distributor disalurkan ke pedagang eceran (66,72 persen), selebihnya

disalurkan ke agen (3,28 persen); pedagang grosir (9,71 persen); supermarket (0,32

persen); dan ke luar Provinsi sebesar 21,61 persen. Pola distribusi perdagangan minyak

goreng di Provinsi Jawa Timur beserta persentase pendistribusiannya dapat dilihat pada

Gambar 3.20.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada gambar di atas,

pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Jawa Timur adalah sebagai

berikut.

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni distributor dan

pedagang eceran.

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 68: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 51

Ga

mb

ar

3.2

0 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ja

wa

Tim

ur

Pedagang G

rosir

Pedagang E

cera

n

Rum

ah T

angga

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Ria

u (

0,9

2%

)

DKI

Jakart

a (

0,0

01%

)

Jaw

a B

ara

t (2

,69%

)

Jaw

a T

engah (

2,8

9%

)

DI

Yogyakart

a (

3,2

1%

)

Bali (

5,5

6%

)

NTB (

0,9

25)

NTT (

0,0

1%

)

Kalim

anta

n T

imur

(0,9

2%

)

Kalim

anta

n U

tara

(0

,92%

)

Papua (

0,0

01%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LA

N

KE L

UA

R P

RO

VIN

SI

Dis

trib

uto

r

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

DKI

Jakart

a (

2,0

7%

)

Jaw

a B

ara

t (1

,62%

)

NTT (

3,8

3%

)

Kalim

anta

n B

ara

t (6

,20%

)

Kalim

anta

n T

engah

(25,3

4%

)

Kalim

anta

n T

imur

(9,3

0%

)

Sula

wesi Sela

tan

(3,4

8%

)

Sula

wesi Tenggara

(2

,32%

)

Goro

nta

lo (

7,4

9%

)

Malu

ku (

13,2

9%

)

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

Agen

Industr

i Pengola

han

63,4

9%

0,4

6%

3,1

0%

5,0

7%

19,5

8%

Chin

a (

4,2

8%

)

Mala

ysi

a (

1,0

6%

)

Qata

r (0

,21%

)

Russ

ia F

edera

tion

(0,6

2%

)

Sin

gapore

(0,8

7%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LA

N

KE L

UA

R N

EG

ER

I

8,3

%

3,2

8%

9,7

1%

0,3

2%

21,6

1%

3,3

6%

14,3

8%

71,1

7%

6,8

1%

2,2

8%

1,9

9%

0,0

7%

0,0

1%

99,9

2%

Saudi Ara

bia

(4,6

5%

)

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

NEG

ER

I

= P

ed

ag

an

g B

esa

r=

Pe

da

ga

ng

Ece

ran

= K

on

sum

en

Akh

ir

Keterangan:

66,7

2%

https:

//www.b

ps.go.id

Page 69: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

52 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

3.12.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Jawa Timur adalah sebesar 15,82 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Jawa Timur adalah sebesar 15,82 persen.

3.13 Provinsi Banten

Cakupan wilayah survei di Provinsi Banten yang menjadi wilayah sampel survei pola

distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Pandeglang,

Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang, Kota Cilegon, dan Kota Serang.

3.13.1 Pola Distribusi

Berdasar hasil survei, pelaku usaha yang terlibat dalam perdagang minyak goreng

di Provinsi Banten terdiri dari distributor, agen, pedagang grosir, dan pedagang eceran.

Di provinsi ini juga terdapat pabrik pengolahan minyak goreng kelapa sawit. Sebagian

besar hasil produksinya dijual ke luar Provinsi Banten yaitu DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Pola distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Banten beserta persentase

pendistribusiannya dapat dilihat pada Gambar 3.21.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada gambar di atas,

pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Banten adalah sebagai

berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk di Provinsi Banten dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga

rantai. Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yaitu distributor

dan pedagang eceran.

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 70: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 53

Ga

mb

ar

3.2

1 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ba

nte

n

Peda

gang

Gro

sir

Peda

gang

Ece

ran

Rum

ah T

angg

a

Keg

iata

n U

saha

La

inny

a

DKI

Jaka

rta

(41,

12%

)

Jaw

a Bar

at (

13,7

1%)

WIL

AYA

H P

ENJU

ALA

N

KE

LUA

R P

RO

VIN

SI

Dis

trib

utor

WIL

AYA

H P

EMB

ELIA

N

DA

RI L

UA

R P

RO

VIN

SI

DKI

Jaka

rta

(36,

84%

)

Jaw

a Bar

at (

19,6

7%)

Age

n

Indu

stri

Peng

olah

an20

%

80%

30%

40%

10%

80%

20%

52,3

4%

47,6

6%

0,14

%

0,04

%

99,

82%

= Pe

daga

ng B

esar

= Pe

daga

ng E

cera

n=

Kons

umen

Akh

ir

Keterangan

:

20%

https:

//www.b

ps.go.id

Page 71: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

54 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

3.13.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Banten adalah sebesar 22,78 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa kenaikan

harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Banten

adalah sebesar 22,78 persen.

3.14 Provinsi Bali

Cakupan wilayah survei di Provinsi Bali yang menjadi wilayah sampel survei pola

distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Tabanan, Kabupaten

Badung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng, dan Kota Denpasar.

3.14.1 Pola Distribusi

Berdasar hasil survei, pelaku usaha yang terlibat di dalam pendistribusian minyak

goreng di Provinsi Bali terdiri dari distributor, pedagang grosir, pedagang eceran, dan

supermarket/swalayan. Pasokan minyak goreng yang masuk ke Bali berasal dari luar

Provinsi Bali melalui distributor dan pedagang grosir. Distributor juga membeli dari

sesama distributor. selanjutnya disalurkan ke pedagang grosir dan

supermarket/swalayan. Sementara itu, pedagang grosir menjual sebagian besar

pasokannya ke pedagang eceran (50,19 persen) dan selebihnya ke supermarket/swalayan

bahkan langsung ke konsumen akhir (rumah tangga 17,63 persen; kegiatan usaha lainnya

1,16 persen; industri pengolahan 8,79 persen). Selengkapnya, pola distribusi

perdagangan minyak goreng Provinsi Bali beserta persentasenya dapat dilihat pada

Gambar 22.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.22, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng yang melibatkan pelaku usaha perdagangan

di Provinsi Bali adalah sebagai berikut:

Luar Provinsi Distributor Pedagang Grosir Pedagang Eceran

Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 72: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 55

Ga

mb

ar

3.2

2 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ba

li

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Dis

trib

uto

r

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

DKI

Jakart

a (

0,1

9%

)

Jaw

a T

imur

(99,8

1%

)

Indust

ri

Pengola

han

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

20%

30%

50%

17,5

8%

4,6

4%

50,1

9%

8,7

9%

1,1

6%

17,6

3%

10,5

2%

1,3

2%

88,1

5%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 73: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

56 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk di Provinsi Bali sampai dengan konsumen akhir adalah empat rantai.

Pendistribusian melibatkan tiga pedagang perantara, yaitu distributor, pedagang grosir,

dan pedagang eceran.

3.14.1 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Bali adalah sebesar 23,29 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa kenaikan

harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Bali adalah

sebesar 23,29 persen.

3.15 Provinsi Nusa Tenggara Barat

Cakupan wilayah survei di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menjadi wilayah

sampel survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Bima,

dan Kota Mataram.

3.15.1 Pola Distribusi

Hasil survei menunjukkan bahwa pelaku usaha yang terlibat dalam

pendistribusian minyak goreng di NTB adalah distributor, pedagang grosir, dan pedagang

eceran. Distributor dan pedagang grosir mendapat pasokan minyak goreng dari Jawa

Timur. Penjualan terbanyak dari distributor yaitu ke pedagang eceran (50 persen),

selebihnya ke pedagang grosir (45 persen) dan ke rumah tangga (5 persen). Pedagang

grosir menjual sebagian besar pasokannya ke pedagang eceran (50 persen), ke sesama

pedagang grosir sebesar 30 persen dan ke supermarket/swalayan sebesar 20 persen. Nilai

persentase pendistribusian pasokan komoditas dari setiap pelaku usaha ke pelaku usaha

lainnya dan konsumen akhir selengkapnya disajikan pada Gambar 3.23.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.23, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah

sebagai berikut:

Luar Provinsi Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 74: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 57

Berdasarkan pola utama perdagangan di atas, banyaknya rantai pada pola utama

distribusi perdagangan minyak goreng yang terbentuk sampai dengan konsumen akhir

adalah tiga rantai. Pendistribusian utamanya melibatkan tiga pedagang perantara, yakni

distributor, pedagang grosir, dan pedagang eceran.

3.15.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebesar 29,39 persen. Angka ini mengindikasikan

bahwa kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di

Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebesar 29,39 persen.

3.16 Provinsi Nusa Tenggara Timur

Cakupan wilayah survei di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadi wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Sumba

Timur, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Rote Ndao, dan Kota Kupang.

3.16.1 Pola Distribusi

Pelaku usaha distribusi perdagangan minyak goreng di NTT adalah pedagang

Gambar 3.23 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng

di Provinsi Nusa Tenggara Barat

Pedagang Grosir

Distributor Pedagang Eceran Rumah Tangga

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

Jawa Timur (100%)

Industri Pengolahan

Supermarket/Swalayan

50%

5%

30%

20%

50%

2,51%

97,40%

0,09%

45%

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 75: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

58 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

grosir, pedagang eceran. Pedagang grosir mendapat pasokan dari luar provinsi, kemudian

mendistribusikan pasokannya ke pedagang grosir, pedagang eceran, dan rumah tangga.

Pendistribusian pedagang grosir adalah ke pedagang eceran dan sebagian kecil ke

supermarket / swlayan. Pedagang eceran kemudian mendistribusikan ke konsumen akhir.

Pedagang grosir memperoleh pasokan minyak goreng dari provinsi Jawa Timur. Nilai

persentase pendistribusian pasokan komoditas dari setiap pelaku usaha ke pelaku usaha

lainnya dan konsumen akhir selengkapnya disajikan pada Gambar 24. Berdasarkan pola

distribusi perdagangan minyak goreng tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola utama

distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk sampai dengan konsumen akhir adalah tigs rantai. Pendistribusian utamanya

melibatkan dua pedagang perantara, yakni pedagang grosir dan pedagang eceran.

3.16.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di Provinsi

Nusa Tenggara Timur adalah sebesar 24,93 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Nusa

Luar Provinsi Pedagang Grosir Pedagang Eceran

Konsumen Akhir

Gambar 3.24 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng di Provinsi Nusa Tenggara Timur

Pedagang Grosir Pedagang Eceran Rumah Tangga

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

Jawa Timur (100%)

Supermarket/Swalayan

60%

10%

30% 100%

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 76: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 59

Tenggara Timur adalah sebesar 24,93 persen.

3.17 Provinsi Kalimantan Barat

Cakupan wilayah survei di Provinsi Kalimantan Barat yang menjadi wilayah survei

pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Sambas,

Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sintang,

Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Kubu Raya, Kota Pontianak, dan Kota Singkawang.

3.17.1 Pola Distribusi

Berdasarkan hasil survei diperoleh informasi bahwa pelaku usaha distribusi

perdagangan minyak goring di Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari produsen, distributor,

pedagang grosir, dan pedagang eceran. Distributor menyalurkan pasokannya ke

pedagang grosir dan pedagang eceran. Kemudian pedagang eceran mendistribusikannya

ke konsumen akhir. Pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi

Kalimantan Barat disajikan pada Gambar 3.25. Berdasarkan pola distribusi perdagangan

minyak goreng tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan

minyak goreng di Provinsi Kalimantan Barat adalah:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan tiga pedagang perantara, yakni distributor dan

pedagang eceran.

3.17.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Kalimantan Barat adalah sebesar 20,64 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Kalimantan Barat adalah sebesar 20,64 persen.

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 77: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

60 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.2

5

Po

la D

istr

ibu

si

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ka

lim

an

tan

Ba

rat

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

DKI

Jakart

a (

0,0

2%

)

Jaw

a B

ara

t (0

,04%

)

Dis

trib

uto

r

Indust

ri

Pengola

han

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Mala

ysi

a (

0,0

2%

)

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

NEG

ER

I49,9

7%

5,8

7%

63,0

9%

36,9

1%

2,2

4%

3,6

9%

88,1

9%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

50,0

1%0,0

1%

0,0

1%

https:

//www.b

ps.go.id

Page 78: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 61

3.18 Provinsi Kalimantan Tengah

Cakupan wilayah survei di Provinsi Kalimantan Tengah yang menjadi wilayah

sampel survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Kotawaringin Barat, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kapuas, dan Kota

Palangka Raya.

3.18.1 Pola Distribusi

Berdasarkan hasil survei, pola distribusi minyak goreng bermula dari distributor

yang mendapatkan pasokan dari wilayah luar provinsi. Distributor menjual seluruh

pasokannya ke pedagang grosir. Kemudian pedagang grosir menjual sebagian besar

pasokannya ke pedagang eceran sebelum akhirnya sampai di tangan konsumen akhir.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.26, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Kalimantan Tengah adalah

sebagai berikut.

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah empat rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan tiga pedagang perantara, yaitu distributor,

pedagang grosir, dan pedagang eceran.

3.18.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebesar 26,70 persen. Angka ini mengindikasikan

bahwa kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di

Provinsi Kalimantan Tengah adalah sebesar 26,70 persen.

Luar Provinsi Distributor Pedagang Grosir Pedagang Eceran

Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 79: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

62 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.2

6 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ka

lim

an

tan

Te

ng

ah

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Jaw

a T

imur

(82,2

2%

)

Kalim

anta

n S

ela

tan

(17,7

8%

)

Dis

trib

uto

r

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

7,0

2%

100%

90,4

0%

2,5

8%

2,6

7%

0,7

7%

96,5

6%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 80: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 63

3.19 Provinsi Kalimantan Selatan

Cakupan wilayah survei di Provinsi Kalimantan Selatan yang menjadi wilayah

sampel survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Tanah Laut, Kabupaten Kota Baru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai Selatan,

Kabupaten Tabalong, Kota Banjarmasin, dan Kota Banjar Baru.

3.19.1 Pola Distribusi

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa distributor mendapatkan

pasokan minyak goreng dari produsen. Selanjutnya distributor menyalurkan pasokannya

ke pedagang eceran, ke luar provinsi dan pedagang grosir, namun sebagian besar

pasokannya ke pedagang eceran sebelum akhirnya disalurkan ke konsumen akhir.

Pendistribusian pasokan komoditas dari setiap pelaku usaha selengkapnya disajikan pada

Gambar 3.27. Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada gambar

tersebut, pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Kalimantan

Selatan adalah sebagai berikut.

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yaitu distributor dan

pedagang eceran.

3.19.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 15,07 persen. Angka ini mengindikasikan

bahwa kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di

Provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 15,07 persen.

Produsen Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 81: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

64 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.2

7 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ka

lim

an

tan

Se

lata

n

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Jaw

a T

imur

(16,7

6%

)

Dis

trib

uto

r

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Agen

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

Indust

ri

Pengola

han

Pem

erinta

h d

an

Lem

baga N

irla

ba

Kalim

anta

n T

engah

(36,5

4%

)

WIL

AY

AH

PEN

JUA

LA

N

KE L

UA

R P

RO

VIN

SI

55,9

1%

41,7

3%

70%

20%

10%

57,0

1%

0,5

%

2,4

9%

40%

5,0

2%

0,4

5%

9,6

9%

4,8

5%

79,9

9%

2,3

7%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:http

s://w

ww.bps.g

o.id

Page 82: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 65

3.20 Provinsi Kalimantan Timur

Cakupan wilayah survei di Provinsi Kalimantan Timur yang menjadi wilayah

sampel survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Paser, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kota

Balikpapan, dan Kota Samarinda.

3.20.1 Pola Distribusi

Pelaku usaha distribusi yang terlibat dalam pendistribusian minyak goreng di

Kalimantan Timur adalah distributor, pedagang grosir, supermarket/ swalayan dan

pedagang eceran. Distributor memasok sebagian besar minyak goreng ke pedagang

eceran. Pedagang eceran kemudian mendistribusikannya ke konsumen akhir. Nilai

persentase pendistribusian pasokan komoditas dari setiap pelaku usaha ke pelaku usaha

lainnya dan konsumen akhir selengkapnya disajikan pada Gambar 3.28. Berdasarkan pola

distribusi perdagangan minyak goreng tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola utama

distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Kalimantan Timur adalah sebagai

berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yaitu distributor dan

pedagang eceran.

3.20.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 17,13 persen. Angka ini mengindikasikan

bahwa kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di

Provinsi Kalimantan Timur adalah sebesar 17,13 persen.

Luar Provinsi Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 83: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

66 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.2

8 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Ka

lim

an

tan

Tim

ur

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

Dis

trib

uto

r

27,2

8%

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

Jaw

a T

imur

(100%

)

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

7,1

7%

65,5

5%

65%

35%

2,0

3%

1,4

9%

96,4

8%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 84: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 67

3.21 Provinsi Kalimantan Utara

Cakupan wilayah survei di Provinsi Kalimantan Utara yang menjadi wilayah

sampel survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Malinau dan Kabupaten Nunukan.

3.21.1 Pola Distribusi

Berdasar hasil survei, pola distribusi minyak goreng di Provinsi Kalimantan Utara

melibatkan pelaku usaha importir, pedagang grosir, pedagang eceran dan rumha tangga.

Pedagang grosir memasok sebagian besar ke pedagang eceran untuk selanjutnya

disalurkan seluruhnya ke konsumen akhir. Sedangkan importir langsung memasok ke

konsumen akhir yakni rumah tangga. Nilai persentase pendistribusian pasokan komoditas

dari setiap pelaku usaha ke pelaku usaha lainnya dan konsumen akhir selengkapnya

disajikan pada Gambar 3.29. Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di

Provinsi Kalimantan Utara adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yaitu pedagang grosir dan

pedagang eceran.

3.21.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Kalimantan Utara adalah sebesar 19,04 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Kalimantan Utara adalah sebesar 19,04 persen.

Luar Provinsi Pedagang Grosir Pedagang Eceran

Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 85: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

68 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

3.22 Provinsi Sulawesi Utara

Cakupan wilayah survei di Provinsi Sulawesi Utara yang menjadi wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Minahasa, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kota Manado, Kota

Bitung, Kota Tomohon, dan Kota Kotamobagu.

3.22.1 Pola Distribusi

Berdasar hasil survei didapatkan informasi bahwa pasokan minyak goreng dari

distributor sebagian besar disalurkan ke pedagang eceran sebelum akhirnya ke konsumen

akhir. Secara umum, pola utama distribusi perdagangan minyak goreng Provinsi Sulawesi

Utara disajikan pada Gambar 30. Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di

Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut.

Luar Provinsi Pedagang Grosir Pedagang Eceran Konsumen Akhir

Gambar 3.29 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng di Provinsi Kalimantan Utara

Pedagang Grosir Pedagang Eceran Rumah Tangga 70% 100%

Importir

100%

Malaysia (0,40%)

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR NEGERI

30%Jawa Timur (99,60%)

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 86: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 69

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yakni pedagang grosir

dan pedagang eceran.

3.22.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar 14,61 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Sulawesi Utara adalah sebesar 14,61 persen.

3.23 Provinsi Sulawesi Tengah

Cakupan wilayah survei di Provinsi Sulawesi Tengah yang menjadi wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Banggai,

Kabupaten Parigi Moutong, dan Kota Palu.

3.23.1 Pola Distribusi

Berdasarkan hasil survei, sebagian besar pola distribusi minyak goreng bermula

dari pedagang grosir yang didistribusikan ke pedagang eceran. Pasokan dari pedagang

eceran kemudian didistribusikan ke konsumen akhir dan pemerintah dan lembaga nirlaba.

Gambar 3.30 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng di Provinsi Sulawesi Utara

Pedagang Grosir Pedagang Eceran Rumah TanggaDKI Jakarta (100%)

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

100% 100%

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 87: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

70 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Nilai persentase pendistribusian pasokan komoditas dari setiap pelaku usaha ke pelaku

usaha lainnya dan konsumen akhir selengkapnya disajikan pada Gambar 3.31.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Sulawesi Tengah

adalah sebagai berikut.

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yaitu pedagang grosir dan

pedagang eceran.

3.23.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Sulawesi Tengah adalah sebesar 17,82 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Sulawesi Tengah adalah sebesar 17,82 persen.

Luar Provinsi Pedagang Grosir Pedagang Eceran

Konsumen Akhir

Gambar 3.31 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng di Provinsi Sulawesi Tengah

Pedagang Grosir Pedagang Eceran Rumah Tangga 70%

30%

Pemerintah dan Lembaga Nirlaba

98,66%

1,34%

Sulawesi Selatan (100%)

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 88: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 71

3.24 Provinsi Sulawesi Selatan

Cakupan wilayah survei di Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Bulukumba, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Takalar, Kabupaten

Gowa, Kabupaten Maros, Kabupaten Bone, Kabupaten Wajo, Kabupaten Sidenreng

Rappang, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten

Toraja Utara, Kota Makassar, dan Kota Parepare.

3.24.1 Pola Distribusi

Berdasarkan hasil survei, produsen minyak goreng menyalurkan pasokannya ke

distributor, pedagang grosir, pedagang eceran sebelum akhirnya sampai ke konsumen

akhir. Pola utama distribusi perdagangan minyak goreng Provinsi Sulawesi Selatan

disajikan pada Gambar 3.32. Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di

Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut.

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah empat rantai.

Pendistribusian utamanya hanya melibatkan tiga pedagang perantara, yaitu distributor,

pedagang grosir, dan pedagang eceran.

3.24.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 28,49 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Sulawesi Selatan adalah sebesar 28,49 persen.

Produsen Distributor Pedagang Grosir Pedagang Eceran Konsumen

Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 89: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

72 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.3

2 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Su

law

esi

Se

lata

n

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

DKI

Jakart

a (

18,2

4%

)

Jaw

a T

engah (

0,0

1%

)

Jaw

a T

imur

(72,9

7%

)

Bante

n (

0,0

3%

)

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Sub D

istr

ibuto

r

Dis

trib

uto

r

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

Pem

erinta

h d

an

Lem

baga N

irla

ba

Indust

ri

Pengola

han

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

100%

70,2

6%

29,7

4%

15,5

5%

5,4

9%

37,5

2%

21,0

4%

14,0

2%

2,1

3%

4,2

6%

8,3

%

2,2

3%

2,3

8%

0,2

4%

86,8

4%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 90: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 73

3.25 Provinsi Sulawesi Tenggara

Cakupan wilayah survei di Provinsi Sulawesi Tenggara yang menjadi wilayah

sampel survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Muna, Kabupaten Konawe, Kota Kendari, dan Kota Baubau.

3.25.1 Pola Distribusi

Berdasar hasil survei didapatkan informasi bahwa pasokan minyak goreng dari

distributor sebagian besar disalurkan ke pedagang eceran sebelum akhirnya ke konsumen

akhir. Nilai persentase pendistribusian pasokan komoditas dari setiap pelaku usaha ke

pelaku usaha lainnya dan konsumen akhir selengkapnya disajikan pada Gambar 3.33.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.33, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan tiga pedagang perantara, yaitu distributor dan

pedagang eceran.

3.25.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebesar 17,78 persen. Angka ini mengindikasikan

bahwa kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di

Provinsi Sulawesi Tenggara adalah sebesar 17,78 persen.

Luar Provinsi Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 91: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

74 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

3.26 Provinsi Gorontalo

Cakupan wilayah survei di Provinsi Gorontalo yang menjadi wilayah sampel survei

pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Pohuwato dan

Kota Gorontalo.

3.26.1 Pola Distribusi

Bila dilihat dari hasil survei, pola distribusi minyak goreng bermula dari distributor

selanjutnya distributor menjual pasokannya ke pedagang eceran sebelum akhirnya dijual

ke konsumen akhir. Distributor membeli pasokan minyak goreng seluruhnya dari luar

Provinsi Gorontalo karena di provinsi ini tidak terdapat pabrik pengolahan minyak goreng

dari minyak sawit. Nilai persentase pendistribusian pasokan komoditas dari setiap pelaku

usaha ke pelaku usaha lainnya dan konsumen akhir selengkapnya disajikan pada gambar

berikut:

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada gambar di atas,

pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Gorontalo adalah sebagai

berikut.

Luar Provinsi Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

Gambar 3.33 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng di Provinsi Sulawesi Tenggara

Pedagang Grosir Pedagang Eceran Rumah Tangga

Jawa Timur (100%)

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

Distributor Supermarket/Swalayan

0,06%

99,94%

44,67%55,33%

40%

60%

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 92: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 75

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yaitu distributor dan

pedagang eceran.

3.26.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Gorontalo adalah sebesar 20,06 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Gorontalo adalah sebesar 20,06 persen.

3.27 Provinsi Sulawesi Barat

Tiga Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat menjadi cakupan wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng, yaitu Kabupaten Majene,

Kabupaten Polewali Mandar, dan Kabupaten Mamuju.

3.27.1 Pola Distribusi

Distribusi minyak goreng yang ada di Provinsi Sulawesi Barat bermula dari

distributor yang mendapat pasokan dari luar provinsi. Selanjutnya distributor menjual

pasokannya ke pedagang eceran, dan ke konsumen akhir. Nilai persentase pendistribusian

Gambar 3.34 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng di

Provinsi Gorontalo

Pedagang Eceran Rumah TanggaDistributor 100% 99,96%

0,04%

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

Sulawesi Selatan (100%)

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

https:

//www.b

ps.go.id

Page 93: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

76 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

pasokan komoditas dari setiap pelaku usaha ke pelaku usaha lainnya dan konsumen akhir

selengkapnya disajikan pada Gambar 3.35.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada gambar di atas,

pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Sulawesi Barat adalah

sebagai berikut.

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yaitu distributor dan

pedagang eceran.

3.27.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Sulawesi Barat adalah sebesar 14,28 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Sulawesi Barat adalah sebesar 14,28 persen.

Luar Provinsi Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

Gambar 3.35 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng di

Provinsi Sulawesi Barat

Pedagang Eceran Rumah TanggaPedagang Grosir

Sulawesi Selatan (100%)

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

Distributor

5,19%

40%60%

50,40%

49,60%

94,81%

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 94: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 77

3.28 Provinsi Maluku

Cakupan wilayah survei di Provinsi Maluku yang menjadi wilayah sampel survei

pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Maluku

Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, dan Kota Ambon.

3.28.1 Pola Distribusi

Distribusi minyak goreng yang ada di Provinsi Maluku bermula dari distributor

yang mendapat pasokan dari luar provinsi. Selanjutnya distributor menjual pasokannya

ke pedagang eceran, dan ke konsumen akhir. Nilai persentase pendistribusian pasokan

komoditas dari setiap pelaku usaha ke pelaku usaha lainnya dan konsumen akhir

selengkapnya disajikan pada Gambar 36.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 36, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Maluku adalah sebagai berikut:

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai. Pendistribusian utamanya

melibatkan dua pedagang perantara, yaitu distributor dan pedagang eceran.

3.28.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Maluku adalah sebesar 27,43 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa kenaikan

harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Maluku

adalah sebesar 27,43 persen.

Luar Provinsi Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 95: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

78 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

3.29 Provinsi Maluku Utara

Cakupan wilayah survei di Provinsi Maluku Utara yang menjadi wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Kota Ternate, dan Kota Tidore

Kepulauan.

3.29.1 Pola Distribusi

Berdasarkan hasil survei, pola distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi

Maluku Utara cukup sederhana. Pedagang grosir mendapat pasokan dari luar provinsi.

Selanjutnya pedagang grosir mendistribusikan ke pedagang eceran sebelum akhirnya

sampai ke konsumen akhir. Nilai persentase pendistribusian pasokan komoditas dari

setiap pelaku usaha ke pelaku usaha lainnya dan konsumen akhir disajikan pada Gambar

3.37.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.37, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Maluku Utara adalah sebagai

berikut.

Luar Provinsi Pedagang Grosir Pedagang Eceran

Konsumen Akhir

Gambar 3.36 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng di Provinsi Maluku

Pedagang Eceran Rumah TanggaPedagang Grosir

Jawa Timur (100%)

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

Distributor

28,25%

71,75%

44,09%

55,91%

60%

40%

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 96: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 79

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yaitu pedagang grosir dan

pedagang eceran.

3.29.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Maluku Utara adalah sebesar 23,44 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Maluku Utara adalah sebesar 23,44 persen.

3.30 Provinsi Papua Barat

Cakupan wilayah survei di Provinsi Papua Barat yang menjadi wilayah sampel

survei pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten

Manokwari dan Kota Sorong.

3.30.1 Pola Distribusi

Berdasarkan hasil survei, pola distribusi minyak goreng yang terbentuk

melibatkan beberapa pedagang besar dan pedagang eceran. Distributor menyalurkan

pasokannya sebagian besar ke pedagang eceran dan selebihnya ke pedagang grosir,

Gambar 3.37 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng di Provinsi Maluku Utara

Pedagang Eceran Rumah TanggaPedagang Grosir 60%

21,70%

78,30%

40%

Jawa Timur (100%)

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 97: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

80 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

sebelum akhirnya ke konsumen akhir. Nilai persentase pendistribusian pasokan komoditas

dari setiap pelaku usaha ke pelaku usaha lainnya dan konsumen akhir selengkapnya

disajikan pada Gambar 3.38.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada Gambar 3.38, pola

utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Papua Barat adalah sebagai

berikut.

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai. Pendistribusian utamanya

melibatkan tiga pedagang perantara, yaitu distributor dan pedagang eceran.

3.30.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Papua Barat adalah sebesar 20,80 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa

kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi

Papua Barat adalah sebesar 20,80 persen.

Luar Provinsi Distributor Pedagang Eceran Konsumen Akhir

Gambar 3.38 Pola Distribusi Perdagangan Minyak goreng di Provinsi Papua Barat

Pedagang Eceran Rumah Tangga

Jawa Timur (100%)

WILAYAH PEMBELIAN

DARI LUAR PROVINSI

Distributor 100%

Kegiatan Usaha Lainnya

Pedagang Grosir40%

60%

60%

10%

30%

= Pedagang Besar = Pedagang Eceran = Konsumen Akhir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 98: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 81

3.31 Provinsi Papua

Cakupan wilayah survei di Provinsi Papua yang menjadi wilayah sampel survei

pola distribusi perdagangan komoditas minyak goreng meliputi Kabupaten Merauke,

Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kota Jayapura.

3.31.1 Pola Distribusi

Distribusi Perdagangan Minyak goreng di Provinsi Papua bermula dari pedagang

grosir. Selanjutnya, pedagang grosir mendistribusikan sebagian kecil pasokan ke

pedagang eceran, sisanya didistribusikan ke supermarket/swalayan, kegiatan usaha

lainnya dan ke industri pengolahan. Sedangkan pedagang eceran didistribusikan sebagian

besar ke konsumen akhir dan sisanya ke pedagang eceran itu sendiri. Pembelian dan

penjualan minyak goreng di Provinsi Papua dari setiap pelaku usaha perdagangan beserta

persentasenya dapat dilihat pada Gambar 3.39.

Berdasarkan pola distribusi perdagangan minyak goreng pada gambar di atas,

pola utama distribusi perdagangan minyak goreng di Provinsi Papua adalah sebagai

berikut.

Banyaknya rantai pada pola utama distribusi perdagangan minyak goreng yang

terbentuk dari produsen sampai dengan konsumen akhir adalah tiga rantai.

Pendistribusian utamanya melibatkan dua pedagang perantara, yaitu pedagang grosir dan

pedagang eceran.

3.31.2 Margin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP)

Berdasarkan hasil survei, diperoleh informasi bahwa MPP minyak goreng di

Provinsi Papua adalah sebesar 24,59 persen. Angka ini mengindikasikan bahwa kenaikan

harga minyak goreng dari produsen sampai dengan konsumen akhir di Provinsi Papua

adalah sebesar 24,59 persen.

Luar Provinsi Pedagang Grosir Pedagang Eceran

Konsumen Akhir

https:

//www.b

ps.go.id

Page 99: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

82 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Ga

mb

ar

3.3

9 P

ola

Dis

trib

usi

Pe

rda

ga

ng

an

Min

ya

k g

ore

ng

di

Pro

vin

si

Pa

pu

a

Pedagang G

rosi

rPedagang E

cera

nRum

ah T

angga

DKI

Jakart

a (

0,0

2%

)

Jaw

a T

imur

(99,9

8%

)

WIL

AY

AH

PEM

BELIA

N

DA

RI LU

AR

PR

OV

INSI

Superm

ark

et/

Sw

ala

yan

Indust

ri

Pengola

han

Kegia

tan U

saha

Lain

nya

50%

25%

10%

10%5%

26,3

7%

73,6

3%

= P

edag

ang

Bes

ar=

Ped

agan

g Ec

eran

= K

on

sum

en A

khir

Keterangan:

https:

//www.b

ps.go.id

Page 100: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 83

BAB IV

KESIMPULAN

Hasil Survei Pola Distribusi menunjukkan bahwa pendistribusian minyak goreng dari

produsen ke konsumen akhir melibatkan 2 sampai dengan 4 pelaku usaha distribusi

perdagangan. Terdapat 2 provinsi dengan pendistribusian minyak goreng yang melibatkan 4

pelaku usaha distribusi perdagangan, yakni Jawa Tengah dan Banten. Sedangkan provinsi

yang hanya melibatkan 2 pelaku usaha dalam pendistribusian minyak goreng sebagian besar

provinsi-provinsi di bagian timur Indonesia. Untuk provinsi-provinsi yang berada di Pulau

Jawa rata-rata melibatkan 3 pelaku usaha.

Berdasarkan pola utama, mayoritas distribusi perdagangan minyak goreng di provinsi-

provinsi di Indonesia (31 dari 34 provinsi) adalah melewati tiga rantai, yakni pendistribusian

barang dari produsen ke konsumen akhir melewati 2 pedagang perantara. Pola utama dengan

rantai terpanjang terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, dengan pendistribusian minyak goreng

dari produsen ke konsumen akhir melewati empat rantai dengan tiga pedagang perantara

yaitu melalui distributor, pedagang grosir, dan pedagang eceran. Sementara itu, pola utama

dengan rantai terpendek terjadi di Provinsi Riau sebanyak tiga rantai dengan melalui 2

pedagang perantara, yaitu distributor dan pedagang eceran. Jika diagregasikan secara

nasional, pola utama pendistribusian minyak goreng adalah melewati tiga rantai, dengan

pendistribusian barang dari produsen ke konsumen akhir melewati dua pelaku usaha

distribusi perdagangan, yakni distributor dan pedagang eceran.

Secara nasional, MPP minyak goreng adalah sebesar 18,70 persen. Angka tersebut

mengindikasikan bahwa secara umum, kenaikan harga minyak goreng dari produsen sampai

dengan konsumen akhir adalah sebesar 18,70 persen. NTB merupakan provinsi dengan MPP

terbesar yaitu 29,39 persen, sedangkan Riau merupakan povinsi dengan MPP terendah yakni

8,79 persen.

https:

//www.b

ps.go.id

Page 101: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

84 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

https:

//www.b

ps.go.id

Page 102: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 85

LAMPIRAN

https:

//www.b

ps.go.id

Page 103: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

86 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

https:

//www.b

ps.go.id

Page 104: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 87

Lampiran 1. Daftar VPDP18

(disalin dari DSPU)

1. Provinsi : ………………………………………………………….….

2. Kabupaten/Kota1)

: ………………………………………………………….….

3. Kecamatan: ………………………………………………………….….

4. Kelurahan/Desa1)

: ………………………………………………………….….

5. Nomor Urut Perusahaan/Usaha: ………………………………………………………….….

6. Nama lengkap Perusahaan/Usaha : ………………………………………………………………………………………………………………….

7. Alamat Perusahaan/Usaha : ………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………….

Kode pos : ………………….……………..………………………………..

Nomor Telepon : (…...…) …..………….…… Ext: …...… Nomor Fax.

E-mail: …………………………………………………………. Website: ………………………………

1) coret yang tidak sesuai

Tujuan Survei : a. Mendapatkan pola distribusi perdagangan.

b. Menganalisis pola utama distribusi perdagangan.

c. Memperoleh total margin perdagangan dan pengangkutan dari produsen ke konsumen akhir.

Dasar Hukum : Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik.

Kerahasiaan : Data yang diberikan responden dijamin kerahasiaannya berdasarkan Undang-undang

No. 16 tahun 1997 tentang Statistik pasal 21.

Kewajiban : Responden wajib memberikan keterangan yang diperlukan dalam penyelenggaraan statistik dasar oleh Badan Pusat Statistik

berdasarkan Undang-undang No. 16 tahun 1997 tentang Statistik pasal 27.

RAHASIA

REPUBLIK INDONESIA

BADAN PUSAT STATISTIK

SURVEI POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN

VPDP-18

TAHUN 2018

BLOK I: KETERANGAN USAHA

(1) (2)

Kode KBLI

Informasi lebih lanjut hubungi:

Sub Direktorat Statistik Perdagangan Dalam Negeri

Jl. Dr Sutomo No. 6-8, Jakarta 10710

Telepon: (021) 3810291-4, 3841195, 3842508 pes: 6130, 6131, 6132 & 6133 Fax: (021) 386 3815. Email : [email protected]

atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota: ……………………………… Telepon: ……………………………

https:

//www.b

ps.go.id

Page 105: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

88 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

( Jenis komoditas yang diteliti harus ditentukan oleh petugas BPS )

1. Kegiatan utama usaha/perusahaan tahun 2017: KBLI 2015

…………………………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………………………….

2. Rata-rata banyaknya tenaga kerja per bulan pada tahun 2017: ....................... orang

3. Badan Usaha: 1. PT 2. CV 3. Koperasi 4. Ijin Khusus 5. Tidak Berbadan Usaha

4. Komoditas yang diteliti: ST

1. Beras Medium 3. Bawang Merah 5. Daging Ayam Ras 7. Gula Pasir

2. Cabai Merah 4. Daging Sapi 6. Telur Ayam Ras 8. Minyak Goreng

5. a. Apakah memiliki ijin khusus dalam menjalankan usaha dari instansi terkait? 1. Ya 2. Tidak

b. Jika "Ya" ( Rincian 5a kode 1), maka ijin usaha adalah sebagai:

1. Produsen 4. Agen 7. Swalayan/Supermarket

2. Distributor 5. Sub Agen 8. Eksportir

3. Sub distributor 6. Pedagang grosir 9. Importir

6. Apakah komoditas yang dijual adalah produksi sendiri (produsen)? 1. Ya 2. Tidak

7. Jika R4 berkode 2, 3 atau 6, apakah dalam melakukan pembelian komoditas

aktif mendatangi petani/peternak? 1. Ya 2. Tidak

8. Apakah memiliki/menguasai gudang yang terdaftar? 1. Ya 2. Tidak

9. Apakah menjalankan usaha berdasarkan sistem komisi? 1. Ya 2. Tidak

r

1. Wilayah pembelian barang dagangan selama tahun 2017:

No.

(1) (2) (3)

a. …………..……………..…………………………………………………………………………… % ……………………….. ……………………..……..

b. …………..……………..…………………………………………………………………………… % ……………………….. ……………………..……..

c. …………..……………..…………………………………………………………………………… % ………………………..

d. …………..……………..…………………………………………………………………………… % ……………………….. ……………………..……..

e. …………..……………..…………………………………………………………………………… % ……………………….. ……………………..……..

f. …………..……………..…………………………………………………………………………… % ………………………..

g. …………..……………..…………………………………………………………………………… % ……………………….. ……………………..……..

Jumlah 1 0 0 %

3) Kode Provinsi/Negara diisi oleh pemeriksa

2. Wilayah penjualan barang dagangan/hasil produksi selama tahun 2017:

No.

(1) (2) (3)

a.…………..……………..……………………………………………………………………………

%……………………….. ……………………..……..

b.…………..……………..……………………………………………………………………………

%……………………….. ……………………..……..

c.…………..……………..……………………………………………………………………………

%……………………….. ……………………..……..

d.…………..……………..……………………………………………………………………………

%……………………….. ……………………..……..

e.…………..……………..……………………………………………………………………………

%……………………….. ……………………..……..

f.…………..……………..……………………………………………………………………………

%……………………….. ……………………..……..

g. …………..……………..…………………………………………………………………………… % ……………………….. ……………………..……..

Jumlah 1 0 0 %

3) Kode Provinsi/Negara diisi oleh pemeriksa

(4) (5) (6)

Blok III s.d. Blok VI, berkaitan dengan komoditas pada Rincian 4.

BLOK III: WILAYAH DISTRIBUSI PERDAGANGAN

Kode3)

Kode3)

(4)

Harga Beli per Kg

(Rp)

(5)

Provinsi/Negara Persentase

Biaya Transportasi

(Rp)Provinsi/Negara Persentase

diisi oleh pemeriksa

(1) (2)

Biaya Transportasi

(Rp)

Harga Jual per Kg

(Rp)

(6)

BLOK II: KETERANGAN UMUM

https:

//www.b

ps.go.id

Page 106: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 89

1.

No. Asal pembelian barang dagangan Persentase

(1) (2)

1. Dalam provinsi

a. Importir ………………………………………………………………………………………………………… a. % …………………………………………

b. Produsen ………………………………………………………………………………………………………… b. % …………………………………………

c. Distributor ………………………………………………………………………………………………………… c. % …………………………………………

d. Sub distributor ………………………………………………………………………………………………………… d. % …………………………………………

e. Agen ………………………………………………………………………………………………………… e. % …………………………………………

f. Pedagang grosir ………………………………………………………………………………………………………… f. % …………………………………………

g. Pedagang pengepul ………………………………………………………………………………………………………… g. % …………………………………………

h. Pedagang eceran ………………………………………………………………………………………………………… h. % …………………………………………

i. Petani/Peternak………………………………………………………………………………………………………… i. % …………………………………………

2. Luar provinsi %

3. Luar negeri %

Jumlah 1 0 0 %

2) Persentase dari volume pembelian di kolom (3) yang berasal dari luar provinsi

2. Penjualan barang dagangan/hasil produksi selama tahun 2017:

No. Tujuan penjualan barang dagangan/hasil produksi Persentase

(1) (2) (3) (4)

1. Dalam provinsi

a. Eksportir ……………………………………………………………………………………………… a. % ……………………………………...……

b. Distributor ……………………………………………………………………………………………… b. % ……………………………………...……

c. Sub distributor ……………………………………………………………………………………………… c. % ……………………………………...……

d. Agen ……………………………………………………………………………………………… d. % ……………………………………...……

e. Pedagang grosir ……………………………………………………………………………………………… e. % ……………………………………...……

f. Pedagang pengepul ……………………………………………………………………………………………… f. % ……………………………………...……

g. Supermarket/swalayan ……………………………………………………………………………………………… g. % ……………………………………...……

h. Pedagang eceran ……………………………………………………………………………………………… h. % ……………………………………...……

i. Industri pengolahan ……………………………………………………………………………………………… i. % ……………………………………...……

j. Kegiatan usaha lainnya ……………………………………………………………………………………………… j. % ……………………………………...……

k. Pemerintah dan lembaga nirlaba ……………………………………………………………………………………………… k. % ……………………………………...……

l. Rumah tangga ……………………………………………………………………………………………… l. % ……………………………………...……

2. Luar provinsi %

3. Luar negeri %

Jumlah 1 0 0 %2) Persentase dari volume penjualan di kolom (3) yang dijual ke luar provinsi

RINCIAN INI DIISI OLEH PEMERIKSA

3.

(Rincian ini diisi oleh pengawas)

1. Produsen 4. Sub distributor 7. Pedagang eceran

2. Pedagang pengepul 5. Agen 8. Eksportir diisi oleh pemeriksa

3. Distributor 6. Pedagang grosir 9. Importir

Berdasarkan asal pembelian dan tujuan penjualan(Blok IV Rincian 1 dan 2) dan indikator pelaku usaha

(Blok II Rincian 6 s.d. Rincian 9), usaha/perusahaan ini dapat dikategorikan sebagai:

BLOK IV: RANTAI DISTRIBUSI PERDAGANGAN

Pembelian barang dagangan selama tahun 2017:

Rincian ini diisi jika fungsi perusahaan bukan produsen atau Blok II Rincian 5 bukan berkode 1

(3)

Harga Beli per Kg (Rp)

(4)

Harga Jual per Kg (Rp)

https:

//www.b

ps.go.id

Page 107: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

90 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

1. Pembelian dan penjualan barang dagangan/hasil produksi selama tahun 2017:

a. Stok Awal (sisa 2016) ………..…………………………………………………….. kg / kw / ton

b. ………..…………………………………………………….. kg / kw / ton

c. ………..…………………………………………………….. kg / kw / ton

d. Hilang/rusak ………..…………………………………………………….. kg / kw / ton

e. Penjualan ………..…………………………………………………….. kg / kw / ton

f. Stok Akhir (sisa 2017) ………..…………………………………………………….. kg / kw / ton

1) Coret yang tidak sesuai

2. Berapa persen nilai penjualan komoditas yang diteliti terhadap seluruh nilai penjualan selama tahun 2017?

3. Selama tahun 2017, produksi/penjualan komoditas terjadi pada bulan: (beri tanda √ )

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

4. a. Selama tahun 2017 rata-rata harga komoditas yang diproduksi/dijual dibanding tahun sebelumnya

Lebih murah 1 → ke R2b Lebih mahal 2 → ke R2c Sama saja 3 → ke Blok VI

b. Jika lebih murah, faktor utama penyebabnya:

Produksi banyak 1 Ada operasi pasar 3

Ada impor 2 Lainnya (tuliskan : ….………….) 4

c. Jika lebih mahal , faktor utama penyebabnya:

Produksi kurang 1 Faktor cuaca 3

Tidak ada impor/operasi pasar 2 Lainnya (tuliskan : ….………….) 4

1. Nama

2. Telepon

3. Tanggal

4. Tanda tangan

(3)

Pembelian barang dagangan / Produksi 1)

Dikonsumsi sendiri termasuk yang diberikan ke pihak lain

VolumeUraian

(2)(1)

BLOK V: NERACA PERDAGANGAN

…………………………....……….. …………………………....……….. …………..………..……..……..

BLOK VI: CATATAN

BLOK VII: KETERANGAN PETUGAS DAN PEMBERI JAWABAN

URAIAN PENCACAH PEMERIKSA PEMBERI JAWABAN

(4)(1) (2) (3)

…………………………....……….. …………………………....……….. …………..………..……..……..

…………………………....……….. …………………………....……….. …………..………..……..……..

………..….…. s.d. ………….…… ………..….…. s.d. ………….…… ……..….…. s.d. ………….……

Satuan1)

https:

//www.b

ps.go.id

Page 108: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng 91

Lampiran 2. Flow Chart Penentuan Pelaku Usaha

Apakah termasuk KBLI

Produsen?Produsen

Mulai

Ya

Apakah membeli dari luar

negeri > 50%?

Tidak

Apakah menjual ke luar negeri

> 50%?

Tidak

Importir

Eksportir

Ya

Ya

Apakah menjual ke rumah

tangga > 50%?

Tidak

PedagangEceran

Ya

Apakah membeli dari

distributor = 100%?

Tidak

YaApakah

menjual ke konsumen akhir ≤ 50%?

Sub Distributor

Ya

Pedagang Grosir

TidakTidak

https:

//www.b

ps.go.id

Page 109: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

92 Pola Distribusi Perdagangan Komoditas Minyak Goreng

Lanjutan Lampiran 2. Flow Chart Penentuan Pelaku Usaha

Apakah berdasarkan sistem

komisi?AgenYa

Tidak

Apakah membeli dari produsen +

distributor + pengepul ≤ 50%?

YaPedagang

Grosir

Tidak

Apakah menguasai gudang yg

terdaftar?

Apakah aktif mendatangi

petani?

Tidak

Tidak

Pedagang Grosir

Distributor

Pedagang Pengepul

Ya

Ya

https:

//www.b

ps.go.id

Page 110: DISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG fileDISTRIBUSI PERDAGANGAN KOMODITAS MINYAK GORENG

Badan Pusat Statistik Republik IndonesiaJl Dr. Sutomo No. 6 - 8 Jakarta 10710Kotak Pos 1003, Jakarta 10010Telp. 021-3841195, 3842508, 3810291 - 5/Fax: 021-3857048E-mail: [email protected]: http://www.bps.go.id

https:

//www.b

ps.go.id