Distribusi Fluks Energi Gempabumi Sesar Palukoro dan sekitarnya Abdul Rosid Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi & Geofisika Abstrak Besarnya energi gempabumi yang pernah dilepaskan pada suatu daerah perlu dihitung dan dipetakan dari waktu ke waktu untuk mengetahui karakteristik dan dinamika fluks energi dari daerah tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan dinamika fluks energi dari Sesar Palukoro dan sekitarnya yang terletak 0,3 - 2,3° LS dan 119.3 – 120.9° BT, sebab Sesar Palukoro merupakan salah satu sesar dengan aktifitas tinggi yang ada di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan mengkonversi data magnitudo gempabumi dari USGS ke dalam Energi (Joule) dengan terlebih dahulu mengkonversi data magnitudo tersebut ke dalam Magnitude Surface (). Selanjutnya distribusi fluks energi dihitung di setiap titik grid kemudian dipetakan setiap periode 5 tahun dan dianalisa. Dengan menganalisa hasil distribusi fluks energi pada daerah penelitian, didapatkan bahwa fluks energi terbesar setiap periodenya memiliki pola berpindah-pindah, namun didominasi oleh zona Sesar Palukoro dengan fluks energi terbesar 73 Giga Joule. Selain itu berdasarkan analisa a dan b didapati bahwa pada daerah penelitian terjadi peningkatan aktivitas yang disertai dengan perapuhan batuan yang diindikasikan dari peningkatan nilai a dan b dulu hingga sekarang. Serta gempabumi besar pada daerah penelitian memiliki periode ulang sekitar 4 tahun, 9 bulan, dan 29 hari. Abstract The amount of earthquake energy released in an area needs to be calculated and mapped from time to time to determine the characteristics and dynamics of the energy flux of the area. Therefore, this study was conducted to determine the characteristics and dynamics of the energy flux and the surrounding Palukoro Fault located 0.3 to 2.3 ° latitude and 119.3 - 120.9 ° E, because Palukoro Fault is one fault with the existing high activity in Indonesia. This research was carried out by converting the data from the USGS earthquake magnitude in energy (Joules) by first converting the data into the magnitude of the Magnitude Surface (M_S). Furthermore, the distribution of the energy flux is calculated at each grid point is then mapped each 5-year period and analyzed. By analyzing the results of the energy flux distribution in the study area, it was found that the largest energy flux of each period has a moving pattern, but is dominated by Palukoro Fault zone with the largest energy flux 73 Giga Joule. In addition, based on the analysis of a and b is found that in the study area increased activity is accompanied by weakening of the rock which indicated an increase in the value of a and b used until now. As well as a large earthquake in the area of research has a return period of about 4 years, 9 months, and 29 days.
12
Embed
Distribusi Fluks Energi Gempabumi Sesar Palukoro dan sekitarnya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Distribusi Fluks Energi Gempabumi Sesar Palukoro dan sekitarnya
Abdul Rosid
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi & Geofisika
Abstrak
Besarnya energi gempabumi yang pernah dilepaskan pada suatu daerah perlu dihitung
dan dipetakan dari waktu ke waktu untuk mengetahui karakteristik dan dinamika fluks energi
dari daerah tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik
dan dinamika fluks energi dari Sesar Palukoro dan sekitarnya yang terletak 0,3 - 2,3° LS dan
119.3 – 120.9° BT, sebab Sesar Palukoro merupakan salah satu sesar dengan aktifitas tinggi
yang ada di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan mengkonversi data magnitudo
gempabumi dari USGS ke dalam Energi (Joule) dengan terlebih dahulu mengkonversi data
magnitudo tersebut ke dalam Magnitude Surface ( ). Selanjutnya distribusi fluks energi
dihitung di setiap titik grid kemudian dipetakan setiap periode 5 tahun dan dianalisa.
Dengan menganalisa hasil distribusi fluks energi pada daerah penelitian, didapatkan
bahwa fluks energi terbesar setiap periodenya memiliki pola berpindah-pindah, namun
didominasi oleh zona Sesar Palukoro dengan fluks energi terbesar 73 Giga Joule. Selain itu
berdasarkan analisa a dan b didapati bahwa pada daerah penelitian terjadi peningkatan
aktivitas yang disertai dengan perapuhan batuan yang diindikasikan dari peningkatan nilai a
dan b dulu hingga sekarang. Serta gempabumi besar pada daerah penelitian memiliki periode
ulang sekitar 4 tahun, 9 bulan, dan 29 hari.
Abstract
The amount of earthquake energy released in an area needs to be calculated and
mapped from time to time to determine the characteristics and dynamics of the energy flux of
the area. Therefore, this study was conducted to determine the characteristics and dynamics
of the energy flux and the surrounding Palukoro Fault located 0.3 to 2.3 ° latitude and 119.3 -
120.9 ° E, because Palukoro Fault is one fault with the existing high activity in Indonesia.
This research was carried out by converting the data from the USGS earthquake magnitude in
energy (Joules) by first converting the data into the magnitude of the Magnitude Surface
(M_S). Furthermore, the distribution of the energy flux is calculated at each grid point is then
mapped each 5-year period and analyzed.
By analyzing the results of the energy flux distribution in the study area, it was found
that the largest energy flux of each period has a moving pattern, but is dominated by Palukoro
Fault zone with the largest energy flux 73 Giga Joule. In addition, based on the analysis of a
and b is found that in the study area increased activity is accompanied by weakening of the
rock which indicated an increase in the value of a and b used until now. As well as a large
earthquake in the area of research has a return period of about 4 years, 9 months, and 29 days.
1. Pendahuluan
Bencana gempabumi di Indonesia
bagaikan tamu langganan penting yang
bisa memberikan banyak dampak negatif
jika tidak segera kita kenali dan kita
persiapkan kedatangannya. Karena
mengingat posisi Indonesia yang
merupakan zona pertemuan tiga lempeng
utama yang masing-masing secara aktif
bergerak relatif terhadap yang lain.
Dimana Lempeng Eurasia bergerak relatif
ke arah Timur-Tenggara, Lempeng Indo-
Australia bergerak relatif ke Utara-Timur
Laut, dan Lempeng Pasifik yang bergerak
relatif ke arah Barat Daya. Pergerakan
lempeng-lempeng utama yang bergerak
seakan saling menunjam ini berpengaruh
besar terhadap tingginya aktifitas
kegempaan dan juga kondisi tektonik
intra-plate, dimana akumulasi stress akibat
gaya tumbukan antar lempeng ini
diteruskan pada tiap-tiap bagian lempeng
yang menimbulkan patahan-patahan di
dalam lempeng utama tersebut yang juga
melepaskan energi berupa gempabumi dan
kemudian kita kenal dengan sebutan sesar.
Dan salah satu sesar yang baru-baru ini
menjadi perhatian para peneliti ternama
adalah Sesar Palukoro.
Sesar Palukoro merupakan sesar
yang aktif dan terletak di daratan Pulau
Sulawesi sekitar 0,3 - 2,3° LS dan 119.3 –
120.9° BT. Sesar yang berjenis strike slip
dan berarah mengiri ini telah beberapa kali
mencatatkan namanya dalam sejarah
kegempaan di Indonesia dengan kekuatan
yang cukup besar. Di antaranya adalah
gempa dengan kekuatan 6,2 SR (Mw)
yang mengguncang Palu pada 24 Januari
2005 dini hari. Gempa ini telah
mengakibatkan 100 rumah warga rusak, 1
orang tewas, dan 4 orang lainnya luka-
luka. Selain itu juga terjadi gempa
berkekuatan 6,3 SR (Mw) yang berpusat di
pegunungan Parigi Moutong pada 18
Agustus 2012 yang tak lain adalah akibat
aktifitas sesar Palukoro yang bergerak
sekitar 3 cm/tahun.
Dengan tingginya aktifitas
kegempaan akibat pergerakan sesar
Palukoro ini, maka perlu adanya usaha
mengenali karakteristik gempabumi yang
terjadi karenanya. Untuk memberikan
pertimbangan persiapan agar tak banyak
lagi kerugian dan jatuh korban. Salah satu
aspek yang perlu kita kaji adalah besarnya
fluks energi yang dilepaskan oleh
gempabumi-gempabumi dari sistem sesar
tersebut.
Gempabumi merupakan peristiwa
bergetarnya bumi akibat adanya pelepasan
energi secara tiba-tiba dari suatu daerah
kuncian pada bidang patahan yang tidak
sanggup lagi menahan akumulasi stress
yang bekerja akibat pergerakan lempeng
tektonik pada kerak bumi yang bersifat
kaku. Energi yang dilepaskan berupa
gelombang gempabumi memancar ke
segala arah yang dampaknya dirasakan
hingga ke permukaan bumi. Semakin dekat
sumber gempabumi dengan permukaan,
maka dampak yang dirasakan di
permukaan akan semakin besar.
Kekuatan gempabumi dinyatakan
dengan besaran Magnitudo dalam skala
logaritma basis 10. Konsep Magnitudo
Gempabumi pertama kali diperkenalkan
oleh K. Wadati dan C. Richter sekitar
tahun 1930 (Lay. T and Wallace. T.C,
1995).
Suatu harga magnitudo diperoleh
sebagai hasil analisis tipe gelombang
seismik yang berupa rekaman getaran
tanah yang tercatat paling besar dengan
memperhitungkan koreksi jarak stasiun
pencatat ke epicenter.
Fluks Energi adalah total radiasi
energi yang mengalir melewati beberapa
daerah dari permukaan tertentu. Dimana
besarnya energi yang mengalir pada suatu
permukaan berbeda dengan energi di
sumbernya bergantung terhadap jarak.
Berikut ini merupakan rumusan tentang
fluks energi :
J =
. E.................................(1)
Dimana :
E = Energi di sumber
1/4π = Sebaran secara geometri (Haruo Sato, 1976)
Gambar 1
Nilai a dan b didapatkan melalui hubungan frekuensi dan magnitudo seperti
yang diturunkan oleh Gutenberg dan Richter (1945) sebagai berikut :
Log N = a – bM...............................................................................(2)
dimana:
N = Frekuensi Gempabumi.
M = Magnitudo
a,b = Konstanta
Dengan cara statistik yang ada, gempabumi yang pernah terjadi di suatu
daerah tertentu dapat di perkirakan kapan waktu terjadinya gempa dengan kekuatan
yang sama akan terulang lagi, sehingga dapat ditekan sekecil mungkin kerusakan
yang mungkin terjadi. Untuk mendapatkan rata-rata periode ulang gempa dapat