Top Banner

of 15

Distosia Bahu

Mar 05, 2016

Download

Documents

obsgyn lab
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Distosia bahu dapat diartikan sebagai kelambatan atau kesulitan persalinan karena tertahannya bahu depan diatas simfisis atau ketidakmampuan melahirkan bahu pada persalinan normal

REFERATDISTOSIA BAHU

Disusun Oleh:

Enggar Ayu Saraswati201110330311104Pembimbing:dr. Subur Suprojo Sp.OGSMF LAB OBSTETRI GINEKOLOGIRSUD JOMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015BAB I

PENDAHULUANDistosia bahu merupakan komplikasi persalinan yang serius, karena dapat disertai morbiditas dan bahkan mortalitas janin yang signifikan. Masalahnya terletak pada tertariknya tali pusat ke dalam panggul ketika kepala dilahirkan dan kemudian tali pusat tersebut tertekan sampai disadari bahwa terjadi kemacetan dalam persalinan bahu.

Distosia bahu dapat diartikan sebagai kelambatan atau kesulitan persalinan karena tertahannya bahu depan diatas simfisis atau ketidakmampuan melahirkan bahu pada persalinan normal. Pengertian distosia bahu ini masih rancu bagi para peneliti sebagai contoh ada yang mengatakan distosia bahu adalah jika bahu bayi tidak keluar dalam waktu 60 detik tetapi ada juga pendapat peneliti bahwa kategori distosia bahu jika bahu bayi tidak dapat keluar secara normal pada saat persalinan. Distosia bahu jarang dilaporkan karena bila memang terdapat distosia bahu maka para praktisi wajib hukumnya untuk menulis pula maneuver apa yang dilakukan dalam pertolongan persalinan distosia bahu. Biasanya distosia bahu akan dilaporkan bila terjadi kelainan yang timbul pada bayi saat telah dilahirkan. American College of Obstetrician and Gynecologist (2002) : angka kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 1.4%. Penelitian ini melibatkan banyak persalinan yang ditemukan pada populasi umum sebanyak 0,5 - 0,6%. Penelitian pada tahun 1998 terdapat 285 kasus distosia bahu dan 25% disertai cedera pada janin. Kecacatan pleksus brakhialis transien adalah jenis cedera yang paling sering, mencapai 2/3 kasus; 38% mengalami fraktur klavikula, dan 17% mengalami fraktur humerus. Terdapat 1 kasus kematian neonatal, dan empat bayi mengalami cedera pleksus brakhialis persisten. Sedangkan resiko pada ibu dapat terjadi perdarahan post partum, biasanya disebabkan atonia uteri, atau laserasi jalan lahir. Beberapa faktor resiko pada ibu, termasuk obesitas, multiparitas, dan diabetes, berpengaruh terhadap distosia bahu akibat pengaruhnya pada peningkatan berat lahir. Penelitian pada tahun 1991 mengidentifikasikan distosia bahu pada 7% kehamilan dengan penyulit diabetes gestasional. Serupa dengan hal itu, hubungan antara kehamilan lewat waktu dengan distosia bahu tampaknya disebabkan karena banyak janin terus tumbuh setelah usia 42 minggu. Dari literatur didapatkan distosia bahu yang berulang terjadi antara 10 -15%. Penelitian pada tahun 1994 mengidentifikasi kasus distosia bahu rekuren pada 5 diantara 42 wanita (12%). Tujuh diantaranya melahirkan bayi yang lebih berat dibandingkan sebelumnya, tapi hanya dua yang mengalami distosia bahu rekuren. Bab II

Pembahasan2.1 Definisi Distosia baru merupakan suatu keadian yang memerlukan tambahan manuver obstetri oleh karena tagihan biasa tidak berhasil dilahirkan.2.2 Faktor Resiko Distosia bahu dapat disebabkan 3 faktor selama persalinan, diantaranya adalah 1. Kekuatan tenaga ibu yang abnormal

2. Presentasi, posisi atau perkembangan janin yang abnormal

3. Pertumbuhan tulang pelvis / jalan lahir yang abnormal

Faktor yang lain adalah faktor Sebelum Kehamilan, Antepartum dan Intrapartum.

Faktor sebelum kehamilana. Persalinan dengan distosia pada kehamilan sebelumnya.Persalinan dengan distosia pada persalinan sebelumnya ini dikelompokkan pada anatomi panggul ibu yang sempit sehingga tidak akan berubah pada persalinan selanjutnya.

b. Ibu dengan obesitasPenelitian oleh Hernandez (1990) menyebutkan bahwa persalinan distosia bahu pada ibu yang obesitas tidak lebih dari 5% jumlahnya.c. Abnormal PelvisOLeary (2004) dalam makalahnya mengatakan bahwa faktor utama terjadinya distosia bahu adalah pelvis yang abnormal tetapi tidak ada data yang dapat menunjang pendapatnya tersebut. Tetapi pendapatnya dapat masuk akal karena bila panggul ibu mengalami kelainan maka bahu depan ibu akan kesulitan untuk dilahirkan. Kelainan bentuk panggul yang tidak normal, misalnya panggul jenis Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain. Bentuk panggul wanita yang paling ideal untuk persalinan adalah bentuk gynecoid (klasifikasi Caldwell-Moloy). Bila jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan. Tabel 2.1 Ukuran diameter Pelvis rata-rataGambar 2.1 Diameter pelvisd. Multiparitas Dalam suatu penelitian yang dilakukan dari Rumah Sakit Boston pada tahun 1975 -1985, dikemukan oleh Acker (1988) memperlihatkan Erb palsy banyak terjadi pada multigravida dibanding dengan primigravida. Acker mengatakan Erb palsy merupakan komplikasi dari distosia bahu sebanyak 31,8 %.. Faktor-faktor antepartum adalah sebagai berikut :...a.Obesitas Maternal Obesitas Maternal sulit dipisahkan dari diabetes kehamilan. Pada wanita-wanita hamil dengan berat badan lebih dari 250 pon resiko terjadinya distosia bahu pada saat persalinan adalah 5,1% dibandingkan dengan wanita yang menderita diabetes terkontrol yang berat badanya tidak lebih dari 200 pon. Berat badan yang terlalu besar selama kehamilan tak berhubungan dengan naiknya insiden bayi dengan berat 4500 gram atau lebih besar lagi. Distosia bahu ditunjukkan pada 13,6% bayi dengan berat lebih 4500 gram dibandingkan 1,7% pada pasien lain yang dijadikan kontrol. b. Diabetes Melitus Hubungan antara makrosomia dengan diabetes melitus ringan sangan erat dan merupakan faktor penyebab yang penting untuk terjadinya distosia bahu.Penelitian dari Acker (1988) menyebutkan :Infant weight in Nondiabetic womenPercent shoulder dystocia

Less than 4000 g1.1%

4000g - 4499 g10.0%

Greater than 4500 g22.6%

Dan perkiraan antara ibu dengan diabetes dan non diabetes :

Estimated fetal wt.Nondiabetic mothers% shoulder dystociaDiabetic mothers% shoulder dystocia

< 4000 g1.1%3.7%

4000-4499 g10.0%30.6%

> 4500 g22.6%50%

c. Kehamilan Postmatur

Kenyataan bahwa banyak bayi terus tumbuh setelah usia kehamilan 42 minggu sekarang telah diketahui dengan baik. Faktor-faktor intrapartum diantaranya adalah sebagai berikut : a. Kalla II yang memanjang

Pada penelitian dilaporkan bahwa kalla II yang memenjang dan persalinan midpelvis ( persalinan dengan ekstraksi vakum atau forcep ), insiden distosia bahu adalah 4,6% dibandingkan 0,16% pada kalla II yang tidak memanjang. Dilaporkan pula bahwa terjadi kenaikkan insiden distosia bahu pada bayi dengan berat 4000 gram atau lebih jika terjadi partus lama atau partus macet, namun dapat juga pada bayi dengan berat 2500-3000 gram dimana ibu mengalami partus macet.

b. Induksi oksitosin

Karena distosia bahu merupakan akibat dari makrosomia, kita tidak heran kalau oksitosin dapat berhubungan dengan naiknya insiden distosia bahu. Bayi yang besar seringkali berkaitan dengan partus difungsional dan pemberian oksitosin sering merupakan indikasi pada banyak partus disfungsional. Demikian pula, tindakan pada kehamilan postmatur adalah melahirkan bayi, dan biasanya tindakan ini diselesaikan dengan induksi persalinan. Akhirnya, kehamilan postmatur tersebut akan disertai dengan peningkatan insiden makrosomia serta distosia bahu.

c. Ekstraksi Midforceps dan Ekstraksi Vakum

Identifikasi faktor-faktor antepartum dan intrapartum yang berhubungan dengan kenaikan insiden distosia bahu dapat dijadikan suatu tanda peringatan sehingga dapat dilakukan ssegra mungkin tindakan persalinan, misalnya seksio sesarea dan morbiditas ibu dan bayi sehubungan dengan komplikasi persalinan pervaginam. Dalam kenyataannya, bahwa diameter transtorakal bayi yang dilahirkan dari ibu diabetes dan 1,4 cm lebih besar daripada diameter biparietal bisa dijadikan pedoman untuk memperkirakan disproporsi fetomaternal, dan dengan demikian mempunyai korelasi dengan kemungkinan distosia bahu. Dilaporkan bahwa diameter dada minus kepala yang besarnya 4,8 cm atau lebih, menunjukkan kemungkinan terjadinya distosia bahu. Dapat disimpulkan bahwa jika hasil pengukuran tersebut diperoleh dari bayi yang kelihatannya akan mengalami distosia bahu, satu dari 2 alternatif tindakan harus sudah direncanakan. Adapun pilihan pertama adalah seksio sesarea. Bila persalinan pervaginam dipertimbangkan sebagai pilihan kedua, syarat berikut harus dipenuhi :

1. Pertolongan persalinan harus dilakukan oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam penganan distosia bahu.

2. Tenaga anastesia yang terlatih harus hadir dalam persalinan itu

3. Dokter ahli anak harus hadir untuk mengurangi kemungkinan gejala sisa akibat kelahiran yang besar kemungkinannya menimbulkan trauma.

CIRI-CIRI DISTOSIA BAHU

Badan bayi tidak keluar setelah ibu mengejan dan setelah kelahiran bayi Kala II persalinan yang memanjang

Gagal untuk lahir walau dengan usaha maksimal dan gerakan yang benar

Turtle Sign. Keadaan ini saat dimana kepala bayi kembali melawan perineum ibu setelah keluar dari vagina. Retraksi dari kepala bayi ini terjadi karena bahu depan tertahan dari tulang panggul ibu.

Turtle Sign

Gambar 2.2 Turtle sign pada Distosia Bahu PENATALAKSANAANDistosia bahu tidak dapat diprediksi oleh karenanya maka diharuskan praktisi kebidanan memahami prinsip-prinsip pengelolaan komplikasi ini. Mempercepat waktu saat pengeluaran kepala-tubuh merupakan hal penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Traksi yang terlalu kuat pada kepala atau leher bayi dan rotasi tubuh bayi yang berlebihan saat persalinan dapat menyebabkan morbiditas pada bayi.ALARM (Advances in Labour and Risk Management) international memberikan pernyataan: ketidakmampuan kita untuk memprediksi adanya distosia bahu pada persalinan, maka setiap persalinan harus dipikirkan memiliki potensi terjadi distosia bahu. Berikut beberapa langkah yang diterapka saat persalinan mengalami distosia bahu:

AASK FOR HELPLLIFT HYPERFLEX LEGSAANTERIOR SHOULDER DISIMPACTIONRROTATION OF THE POSTERIOR SHOULDER

M

MANUAL REMOVAL POSTERIOR ARME EPISIOTOMY

Distosia bahu bukan merupakan gangguan jalan lahir jaringan lunak, namun episiotomi dapat dilakukan untuk memudahkan penolong melakukan manuver diatas.

R

ROLL OVER ONTO 'ALL FOURS'Ask for Help :

-mengatur keadaan menjadi kegawatan obstetric

-meminta kerjasama antara ibu, rekan kerja dan pembimbing

-segera membentuk dan menerapkan protokol terapiLift Hiperflex Legs Hyperflex kedua kaki (manoeuver McRobert's) distosia bahu sebagian besar (70%) dapat diatasi oleh manoeuver ini

Pada tahun 2000, Gherman dkk. meneliti manuver McRoberts menggunakan pelvimetry X-ray mereka menemukan bahwa proses hiperflexi tungkai menyebabkan pergerakan sakrum terhadap vertebra lumbal bersamaan dengan itu dilakukan penekanan supra pubic.

The McRoberts maneuverAnterior Disimpaction

Penekanan suprapubik dilakukan oleh seorang asisten sementara dilakukan traksi ke bawah terhadap kepala bayi. Tidak boleh menekan fundus. Penekanan suprapubik dengan ujung genggaman tangan pada bagian belakang bahu depan untuk membebaskannya

Massanti ManouverRubin Manouver, adduksi bahu anterior dengan tangan penolong melalui vagina (bahu didorong ke arah dada). Pertimbangkan melakukan episiotomi.

Rotation of the posterior shoulderDengan melakukan rotasi yang progresif bahu posterior sebesar 180 derajat yang dilakukan seperti gerakan membuka tutup botol, bahu anterior yang terjepit dapat dibebaskan. Manuver ini sering disebut sebagai manuver Woods Screw.

Manual removal of the posterior ArmMemflexikan lengan disiku, raih pergelangan tangan kemudian sapukan lengan didepan dada untuk ditarik keluar.

Ada beberapa hal yang harus dihindari ketika terjadi distosia bahu yaitu :

4 P: 1. Pull

2. Push

3. Panic

4. Pivot

Pemberian tekanan yang kuat pada waktu yang salah dapat mengakibatkan impaksi dari bahu anterior. Gross dan rekan (1987) melaporkan bahwa tekanan yang tidak disertai manuver lain "menghasilkan tingkat komplikasi 77% dan sangat terkait dengan kelainan ortopedi dan neurologis."Komplikasi yang mungkin terjadi

Komplikasi distosia bahu meliputi:Pada Fetal / neonatal Kematian Hipoksia / asfiksia dan gejala sisa Kelahiran cedera patah tulang - tulang selangka, humerus pleksus brakialis palsy

Pada Ibu : perdarahan postpartum atoni uterus laserasi jalan lahir rahim pecah

DAFTAR PUSTAKAAlarm International. 2001. Ottawa: The Society of Obstetrician and Gynecologists of Canada

Anonymous, Shoulder Distocya, http://www.emedicine.com. Di akses pada tanggal

11-10-2010Creasy R, Resnik R. 1999. Maternal Fetal Medicine 4th edition. Philadelphia: W.B Saunders Company.

Cunningham, F.Gary. 2006. Obstetri Wiliam Volume I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;505-510DeCherney H. A, Pernoll L.M. 2003. Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis and Treatment, 9th edition. Connecticut: Appleton & Lange.

PAGE 15