BAB I
PENDAHULUAN
Anestesiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mendasari
berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi, penjagaan
keselamatan penderita yang mengalami pembedahan, pemberian bantuan
hidup dasar, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan
penanggulangan nyeri.
Beberapa tahap yang harus dilakukan dalam penatalaksanaan
anestesi terdiri dari pra anestesi yaitu persiapan secara fisik
maupun mental pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis
dan persiapan pada hari operasi. Serta penatalaksanaan anestesi
meliputi premedikasi, masa anestesi dan pemeliharaan, pemulihan dan
perawatan pasca anestesi.
Obat anestesi intravena adalah obat anestesi yang diberikan
melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau
analgetik maupun pelumpuh otot. Setelah berada didalam pembuluh
darah vena, obat obat ini akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh
melalui sirkulasi umum, selanjutnya akan menuju target organ masing
masing dan akhirnya diekskresikan sesuai dengan farmakodinamiknya
masing-masing.
Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta
bisa mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian
dihentikan. BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
No. RM
: 1353257Nama
: Ainul RokhimatiTempat/Tanggal Lahir: Depok, 07/04/1979Umur
: 35 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: KP. Parung Serab RT/RW 08/03
Tirtajaya, Sukmajaya
Kota Depok 02194723932Pendidikan
: Tamat SD
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan
: Kawin
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke Rumah Sakit Fatmawati pada hari senin, 01 maret
2015 dengan keluhan sesak napas yang semakin berat sejak 3 hari
yang lalu.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak napas sudah dirasakan selama 1 bulan namun
semakin berat sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
adanya suara serak sejak 3 bulan terakhir. Tidak ada demam, batuk
dan pilek. 3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mempunyai riwayat penyakit tiroid dan kelainan
pita suara. Riwayat Asma dan DM disangkal. Riwayat hipertensi baru
saja diketahui.4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki keluhan yang serupa.
5. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol, minum
obat tidur atau narkotika, jarang berolahraga, makan-makanan yang
sehat dan teratur.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
a. Keadaan Umum: Tampak Sakit Sedang
b. Kesadaran
: Compos mentis
c. Tanda Vital
: Tekanan Darah: 112/59 mmHg
Pernafasan
: 20x/menit
Nadi
: 106x/menit
Suhu
: afebrisd. Antropometri
: Berat badan
: 50 kg
Tinggi badan
: 150 cm
SURVEY PRIMERAir WayKesadaran
: Compos MentisJalan nafas
: NormalLihat, dengar rasakan
: Terdapat nafasGerak otot-otot nafas tambahan:
(-)BreathingFrekuensi pernafasan
: 20x/menitSuara nafas
: VesikulerSuara nafas tambahan
: Ronki (-/-)Nafas cuping hidung
: (-)CirculationTekanan Darah
: 112/58 mmHgNadi
: 106x/menitAkral
: HangatJantungAuskultasi
: Bunyi jantung I - II reguler murni, murmur (-),
gallop (-)SURVEY SEKUNDERKepalaBentuk
: Bulat simetrisRambut: Hitam, tidak mudah dicabutMata:Palpebra
oedem -/-, konjungtiva ananemis (-/-), skleraanikterik, lensa
jernih, pupil isokor, reflek cahaya(+/+),
Telinga: Tidak ada kelainan
Hidung: Tidak ada kelainanGigi, Mulut: Tidak ada kelainan
Leher
: Range of motion tidak ada kelainan, benjolan
(-)ThoraksParu
Inspeksi: Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri
simetris
Palpasi
: vocal fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: Vesikuler seluruh lapang paru, wheezing (-/-) ronkhi
(-/-)
Jantung
Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi
: Iktus kordis tidak teraba
Perkusi: Batas atas: sela iga III parasternal kiri
Batas kanan : sela iga V parasternal kanan
Batas kiri : sela iga VI midklavikula kiri
Auskultasi: Bunyi jantung I - II reguler murni, murmur (-),
gallop (-)AbdomenInspeksi
: buncit, tidak pucat, tidak terdapat venektasi, tidak
terdapat
caput medusa
Auskultasi
: Bising usus (+)
Palpasi
: Abdomen supel, nyeri tekan dan lepas tidak adaGenitalia
eksternaKelamin
: Wanita, perdarahan pervaginam (-)
EkstremitasSuperior
: Oedem (-/-), sianosis (-)
Inferior
: Oedem (-/-), sianosis (-)1. Status lokalisRegio
Abdomen:Inpeksi : Kesan hamil, striae gravidarum (-)Auskultasi :
Bising usus (+) normal
1. DJJ (+) b. Palpasi : Tinggi fundus Uterus (TFU) 34 cm, His
(+)Leopold I : Teraba bagian besar, bulat, lunakLeopold II : Teraba
tahanan memanjang di kanan
1. Teraba bagian kecil di kiri
c. Leopold III : Teraba bagian besar, bulat , kerasLeopold IV :
KonvergenD. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium tanggal
23/02/2015PEMERIKSAANHASILSATUANNILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
VER/HER/KHER/RDW
VER
HER
KHER
RDW
FUNGSI HATISGOTSGPTFUNGSI GINJALUreum darahMonosit
Gula Darah SewaktuAnalisa Gas Darah
pH
PCO2
PO2
BP
HCO3
O2 Saturasi
BE (Base Excess)
HEMOSTASIS
APTT
Kontrol APTT
PT
Kontrol PT
INR
Golongan
Darah15,9449,72485,0987,231,335,914,21915210.41907.470
45.3
178.7
754.0
32.2
99.3
7.5
26.4
31.5
12.7
13.5
0.92
O/Rhesus (+)g/dL
%
ribu/ul
ribu/ul
juta/ul
fl
pg
g/dL
%
u/Lu/Lmg/dLmg/dLmg/dLmmHg
mmHg
mmHg
mmol/L
%
mmol/Ldetik
detik
detik
detik11,7-15,5
33-45
5,0-10,0
150-440
3,80-5,20
80,0-100,0
26,0-34,0
32,0-36,0
11,5-14,5
0-340-4020-40
0.6-1.570-1407.370-7.440
35.0-45.0
83.0-108.0
-
21.0-28.0
95.0-99.0
-2.5-2.5
26.3-40.3
-
11.5-14.5
-
-
E. DIAGNOSIS PRE-OPERATIF
G1H28 Minggu janin letak lintang
TATALAKSANA
1. Tanggal operasi
: 24 Februari 20152. Diagnosis pra-bedah: G1H28 Minggu janin
letak lintang Keadaan umum pra bedah
ASA
: 24. Macam operasi/tindakan: SC5. Spesialis bedah
: dr. Agus Sp.OG6. Spesialis anestesi
: dr. Richard Sp.An
7. Lama operasi
: 55 menit 8. Lama anestesi
: 1 jam 15 menit
Laporan Anestesi 1. Persiapan operasi SCa. Persetujuan operasi
tertulis
b. Puasa 6 jam pre-operasi
c. IVFD RL 500 cc/8 jam
2. Jenis anestesi: Regional anestesi 3. Teknik anestesi:
Anestesia spinal4. Posisi
: Terlentang
5. Pernafasan
: tidak Ada hambatan jalan napas
Preoksigenisasi
Mudah mask ventilasi
Mudah face mask
6. Premedikasi: -7. Induksi
: -8. Medikasi
: Ondansentron 4mg
Ketorolak 30mg
Fentanyl 50mg
Efedrin 10mgMiloz 1,5 mg
Pospargin 0,2 mg
Katalar 30 mg
Propofol 20 mg
Tramadol 100mg
Syntocynon 40 IU9. Maintenance: O2 = 2Lpm 10. Cairan
: Ringer Laktat 500cc11. Monitoring: Tanda vital, kedalaman
anestesi, cairan, perdarahan, produksi
urin.
12. Perawatan pasca anestesi di ruang pemulihan
Tindakan Anestesi
1. Di ruang persiapan
Pasien tiba di ruang persiapan tanggal 06 Maret 2015 pada pukul
00.00WIB.
a. Memeriksa persetujuan operasi dan identitas pasien
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 112/58 mmHg
Nadi
: 106x/menit
Suhu
: Afebris
c. Ganti pakaian dengan pakaian khusus kamar operasi
d. Memeriksa kelengkapan obat-obatan dan peralatan anestesi
e. Memasang infus RL.
2. Di ruang operasi
a. Jam 00.45 WIB pasien masuk ke kamar operasi, manset dan
monitor dipasang.
Teknik anestesi : * Pasien dalam posisi duduk dan kepala
menunduk.* Dilakukan desinfeksi di sekitar daerah tusukan yaitu di
regio vertebra lumbal 4-5.* Dilakukan Sub Arachnoid Block dengan
jarum spinal no. 27 pada regio vertebra
lumbal4-5.*Approachmedian-Respirasi:Spontan-Posisi:Supine-Jumlahcairanyangmasuk:Kristaloid=1000cc-
Perdarahanselamaoperasi:200cc
Saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan yang dilanjutkan
dengan monitoring, pemantauan akhir tekanan darah 130/800 mmHg,
nadi 98x/menit, saturasi oksigen 99%.
JamTekanan DarahNadi
00.4501.0001.1501.3001.4502.00106/60 mmHg
60/40 mmHg
90/50 mmHg
90/40 mmHg
110/60 mmHg
130/70 mmHg106x/menit100x/menit
100x/menit
96x/menit
100x/menit
98x/menit
BAB III
ANALISIS KASUS
Status Generalis
d. Keadaan Umum: Tampak Sakit Sedang
e. Kesadaran
: Pada pasien ini tidak terdapat penurunan kesadaran
f. Tanda Vital
: Tekanan Darah: meningkat
Pernafasan
: meningkat
Nadi
: meningkat
Suhu
: normal
e. Antropometri
: pada pasien ini dikategorikan sebagai normoweight SURVEY
PRIMERAir WayDidapatkan masalah pada jalan napasBreathingDidapatkan
masalah pada pasien
CirculationTidak didapatkan masalah pada pasien
DisabilityTidak didapatkan masalah pada pasien
SURVEY SEKUNDERKepalaPada pemeriksaan mulut pasien ini terdapat
caries dentis, dan pada pemeriksaan hidung pasien tidak terdapat
concha yang menyempit dan sekret hidung
ThoraksTidak didapatkan masalah pada pasien
AbdomenTidak didapatkan masalah pada pasien
Genitalia eksternaTidak didapatkan masalah pada pasien
EkstremitasTidak didapatkan masalah pada pasien
F. TATALAKSANA
Preoperatif1. Sebelum dilakukan operasi pasien dipuasakan selama
6-8 jam. Tujuan puasa adalah untuk mencegah terjadinya aspirasi isi
lambung karena regurgitasi atau muntah pada saat dilakukan tindakan
anestesi karena efek samping dari obat anesthesia. Penggantian
puasa dengan memberikan terapi cairan ringer laktat 500 cc/8jam
dengan tujuan mempertahankan cairan tubuh pasien agar tetap
isovolemic.2. Persetujuan operasi juga dilakukan sebelum dilakukan
tindakan sebagai informed consent dan merupakan syarat untuk
dilakukan sebuah operasi.
Tindakan AnestesiDi ruang persiapan1. Pasien tiba di ruang
persiapan tanggal 24 Februari 2015 untuk dilakukan tracheostomy
kemudian laringektomi biopsi.2. Memeriksa persetujuan operasi dan
identitas pasien.
Hal ini bertujuan sebagai syarat sebelum dilakukan operasi pada
pasien ini.3. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah, nadi dan pernapasan
meningkat karena pasien merasakan kesulitan bernapas, sehingga
tekanan darah meningkat dan untuk tetap memenuhi kebutuhan perfusi
oksigen ke jaringan, tubuh mengkompensasi dengan meningkatkan
respiration rate.4. Ganti pakaian dengan pakaian khusus kamar
operasi5. Memeriksa kelengkapan obat-obatan dan peralatan
anestesi6. Memasang infus RL.
Vasofix terpasang di tangan kiri no.20. Tujuan dari pemasangan
infus adalah untuk koreksi defisit cairan prabedah, fasilitas vena
terbuka untuk memasukan obat-obatan selama operasi, memberikan
cairan pemeliharaan, koreksi kehilangan cairan selama operasi. Di
ruang operasi 1. Operasi Tracheostomy dan Laringektomi dilakukan
pada tanggal 24 Februari 2015. Ketika pasien masuk ke ruang OK Cito
dilakukan pemasangan NIBP, SpO2, EKG lead II. Hal ini dilakukan
untuk memantau kondisi pasien selama berjalannya operasi.2.
Anesthesia umum (GA) adalah suatu keadaan tidak sadar yang bersifat
sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di seluruh tubuh
akibat pemberian obat anestesi. Total intra vena anestesi (TIVA)
dilakukan pada saat trakeostomi. Teknik GA juga digunakan pada saat
dilakukan Laringektomi biopsy. Fentanyl 150 ug yang merupakan obat
opioid yang bersifat analgetik. Penggunaan premedikasi bertujuan
untuk menimbulkan rasa nyaman pada pasien dan mempermudah induksi
dengan menghilangkan rasa khawatir. Selanjutnya dilakukan induksi
dengan injeksi Propofol 100 mg yang memiliki efek sedatif hipnotik,
serta Roculax 10 mg yang memberikan relaksasi pada otot. Face mask
didekatkan pada hidung dengan O,4L/menit selama kurang lebih 3
menit. Memeriksa refleks bulu mata. Tidak dilakukan intubasi karena
pembebasan airway telah dilakukan dengan tracheostomy. Dilanjutkan
pemberian nafas buatan dengan pompa manual yang dilanjutkan dengan
metode nafas kendali dengan ventilator: volume tidal 460 ml dan
frekuensi 12x/menit. Mengalirkan Air/O2 = 2L/2L kemudian dialirkan
agent anestesi rumatan berupa Isofluran 1 vol%.3. Pembedahan
dimulai, dan ketika tekanan darah pasien meningkat hingga
159/110mmHg dengan nadi 96x/menit diberikan fentanyl 25ug untuk
memberikan efek analgetik lebih selama operasi berlangsung. 4.
Pasien diberikan injeksi Ondansetron yang mengurangi efek mual
akibat dari obat anestesi. Penanggulangan nyeri pasca bedah perlu
diperhatikan, dan nyeri sangat bervariasi pada setiap pasien,
banyak hal yang mempengaruhi dalam hal intensitas nyeri antara lain
jenis kelamin, usia, psikologis pasien, dan juga lokasi, jenis dan
lamanya operasi. 5. Ketorolac sebagai analgetik diberikan.
Mekanisme terjadinya nyeri pasca bedah pada dasarnya mirip dengan
timbulnyan luka, adanya kerusakan jaringan disertai keluarnya
bahan-bahan yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin,
serotonin, prostaglandin. Inflamasi perifer menghasilkan
prostaglandin dan berbagai sitokin yang menginduksi COX 2 setempat,
selanjutnya akan mensensitisasi nociceptor perifer yang ditandai
dengan timbulnya nyeri. 6. Ketika operasi selesai, mesin anestesi
diubah ke manual agar pasien dapat melakukan nafas spontan. Gas Air
dan isofluran dihentikan, diberikan O2 100% selama 5 menit.
Diberikan penawar obat pelumpuh otot yaitu Prostigmin + Sulfas
Atropin. 7. Total cairan yang diberikan pada pasien 500 cc, jumlah
perdarahan kurang lebih 100 cc.Kebutuhan Cairan Perioperatif
Terdapat tiga periode yang dialami oleh pasien apabila mejalani
tindakan pembedahan, yaitu: prabedah, selama pembedahan dan pasca
bedah. 1. Terapi cairan prabedah
Tujuan dari terapi cairan ini adalah mengganti cairan dan kalori
yang dialami pasien prabedah akibat puasa. Cairan yang digunakan
adalah cairan pemeliharaan dan cairan untuk koreksi defisit
puasa.
Tujuan dari cairan pemeliharaan untuk mengganti kehilangan air
tubuh lewat urin, feses, paru dan keringat. Kebutuhan pemeliharaan
normal dapat diestimasi dengan:
Pada pasien berat badan: 50 kg
BeratKebutuhan
10 kg pertama
10-20 kg kedua
Masing-masing kg > 20 kg4 ml/kg/jam
2 ml/kg/jam
1 ml/kg/jam4 x 10 = 40
2 x 10 = 20
1 x 30 = 30
90 ml/jam
Pasien yang akan dioperasi setelah semalam puasa tanpa intake
cairan akan menyebabkan defisit cairan sebanding dengan lamanya
puasa. Defisit ini dapat diperkirakan dengan mengalikan kebutuhan
cairan pemeliharaan normal dengan lamanya puasa. Untuk berat badan
50 kg dan puasa 6 jam: 90 ml/jam x 6 = 540 ml. Pada pasien
diberikan cairan ringer laktat 500 ml/8jam. 2. Terapi cairan selama
operasi
Tujuannya adalah sebagai fasilitas vena terbuka, koreksi
kehilangan cairan melalui luka operasi, mengganti perdarahan dan
mengganti cairan yang hilang melalui organ ekskresi.
Terapi cairan diberikan dengan menjumlahkan kebutuhan cairan
pemeliharaan, kebutuhan cairan selama operasi dan puasa.
Perhitungan cairan yang hilang berdasarkan jenis operasi yang
dilakukan dengan asumsi:
Operasi besar
: 6-8 ml/kg/jam
Operasi sedang: 4-6 ml/kg/jam
Operasi kecil
: 2-4 ml/kg/jam
Operasi Laringektomi dikategorikan sebagai operasi minimal
invasif. Koreksi cairan berdasarkan jenis operasi 2-4 x 50 =
100-200 ml/jam.
Pemberian jam I: M + O + P= 90 + 100 + 270= 460 ml
Pemberian jam II: M + O + P = 90 + 100 + 135= 325 ml
Operasi berlangsung selama 1 jam, Pada pasien mendapatkan terapi
cairan ringer laktat 500 ml selama operasi. Berdasarkan pemberian
cairan pada pasien sudah mencukupi berdasarkan perhitungan
kebutuhan cairan selama operasi.
Selain itu ada baiknya dilakukan perhitungan estimasi perdarahan
yang akan terjadi pada pasien ini, apakah perdarahan masih dapat
ditoleransi atau tidak. Perlu diketahui jumlah darah yang hilang
unuk penurunan hematocrit sampai 30%.
Estimasi volume darah pasien: 65ml/kg x 50 kg = 3250 ml
Estimasi volume sel darah merah hematocrit preoperative: 3250 ml
x 41% = 1332 ml
Estimasi volume sel darah merah hematocrit 30%: 3250 ml x 30% =
975 ml
Kehilangan sel darah merah pada 30%: 1332-975 = 357 ml
Perkiraan jumlah darah yang hilang: 3 x 357 ml = 1071 ml
Oleh karena itu transfusi dipertimbangkan hanya jika pasien
kehilangan darah melebihi 1000 ml.
3. Terapi cairan pasca bedah
Tujuannya adalah fasilitas vena terbuka, pemberian cairan
pemeliharaan, nutrisi parenteral dan koreksi terhadap kelainan
akibat terapi yang lain.
ANESTESI UMUM
Anesthesia umum (GA) adalah suatu keadaan tidak sadar yang
bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa nyeri di
seluruh tubuh akibat pemberian obat anestesi.
PREMEDIKASI
1. Midazolam
Merupakan obat golongan sedative derivate benzodiazepine,
berkhasiat anti cemas dan menyebabkan kantuk. Tujuan pemberian obat
ini untuk memberi suasana nyaman. Efek terhadap kardiovaskular
menimbulkan hipotensi yang disebabkan okeh efek dilatasi pembulu
darah.
2. Fentanyl
Merupakan obat narkotik sintetik yang paling banyak digunakan
dalam praktik anestesiologi. Mulai kerjanya cepat dan masa kerjanya
pendek. Fentanyl bersifat depresan terhadap susunan saraf pusat
sehingga menurunkan kesadaran pasien dan khasiat analgetiknya
sangat kuat. Terhadap sistem respirasi menimbulkan depresi pusat
nafas. Dosis yang diberikan adalah 1-2 ug/kgBB.
INDUKSIPropofol
Merupakan derivat fenol dengan nama kimia di-iso profil fenol
yang banyak dipakai sebagai obat anesthesia intravena. Berupa
cairan berwarna putih seperti susu, tidak larut dalam air dan
bersifat asam. Dikemas dalam ampul berisi 20 ml yang mengandung 10
mg/ml. Sebagai obat induksi, mulai kerjanya cepat. Khasiat
farmakologinya adalah hipnotik murni. Pada sistem respirasi
menimbulkan depresi respirasi. Terhadap sistem kardiovaskular,
tekanan darah menurun. Propofol dapat menurunkan tekanan darah
hingga 30 % melalui penghambatan aktifitas simpatis semhingga
terjadi penurunan systemic vascular resisten (SVR). Penggunaan
klinik dan dosis sebagai induksi anesthesia dosisnya 2,0-2,5
mg/kgBB. Pada pasien, dosis yang diberikan adalah 100 mg dengan
berat badan 50 kg, hal tersebut sudah sesuai dengan dosis sebagai
induksi.
OBAT PELUMPUH OTOT
Mekanisme hambatan saraf otot dengan hambatan penggabungan
asetilkolin dengan reseptor di membran ujung motor atau otot.
Penggunaan klinik untuk fasilitas tracheostomy, membuat relaksasi
lapangan operasi, menghilangkan spasme laring dan memudahkan nafas
kendali.
SULFAS ATROPIN
Merupakan obat golongan antikholinergik yang berkhasiat menekan
aktivitas kholinergik atau parasimpatis. Efek terhadap
kardiovaskular menghambat aktivitas vagus pada jantung, sehingga
denyut jantung meningkat.EPHEDRINE
Obat ini adalah stimulator langsung ( dan ( adrenergic dan
membebaskan cathecolamine dari tempat reseptor. Obat ini menghambat
penghancuran adrenalin dan noradrenalin dengan efek suatu
rangsangan simpatis yang kuat.BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi
benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai
kotak suara dan terdiri atas:
a.Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah
laring selama menelan
b.Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
c.Kartilago Thyroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian
dari kartilago ini membentuk jakun ( Adams Apple )
d. Kartilago Krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang
komplit dalam laring ( terletak di bawah kartilago thyroid )
e. Kartilago Aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara
dengan kartilago thyroid
f. Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara; pita suara melekat pada lumen laring.
Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi suara, yaitu
:
a.Laring sebagai katup, menutup selama menelan untuk mencegah
aspirasi cairan atau benda padat masuk ke dalam tracheobroncial
b.Laring sebagai katup selama batuk
Tumor jinak laring tidak benyak ditemukan, hanya kurang lebih 5%
dari semua jenis tumor laring. Tumor jinak laring dapat berupa:
- papiloma laring ( frekuensi terbanyak)
- adenoma
- kondroma
- mioblastoma sel granuler
- hamangioma
- lipoma
- neurofibroma
Klasifikasi letak tumorTumor supraglotik:
Terbatas pada daerah mulai dari tepi atas epiglottis sampai
batas atas glottis termasuk pita suara palsu dan ventrikel
laring.
Tumor glotik:
Mengenai pita suara asli. Batas inferior glotik adalah 10 mm di
bawah tepi bebas pita suara, 10mm merupakan batas inferior
otot-otot intrinsic pita suara. Batas superior adalah ventrikel
laring. Oleh karena itu tumor glotik dapat mengenai 1 atau ke 2
pita suara, dapat meluas ke subglotik sejauh 10 mm dan dapat
mengenai komisura anterior atau posterior atau prosessus vokalis
kartilago aritenoid.
Tumor subglotik:
Tumbuh lebih dari 10 mm di bawah tepi bebas pita suara asli
sampai batas inferior krikoid.
Tumor ganas transglotik:
Tumor yang menyeberangi ventrikel mengenai pita suara asli dan
pita suara palsu atau meluas ke subglotik lebih dari 10 mm.
Gejala1. Serak:
Gejala utama Ca laring, merupakan gejala dini tumor pita suara.
Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas
nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara,
ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita
suara.
Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik
disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau
penyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan
ligament krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya
tumor di pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita
suara tersebut. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi semakin
kasar, mengganggu, sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa.
Kadang-kadang bisa afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas atau
paralisis komplit.
Hubungan antara serak dengan tumor laring tergantung pada letak
tumor. Apabila tumor laring tumbuh pada pita suara asli, serak
merupakan gejala dini dan menetap. Apabila tumor tumbuh di daerah
ventrikel laring, dibagian bawah plika ventrikularis atau dibatas
inferior pita suara, serak akan timbul kemudian.
Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan
gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini,
gejala pertama tidak khas dan subjektif seperti perasaan tidak
nyaman, rasa ada yang mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring
jarang menimbulkan serak kecuali tumornya eksentif.
2. Suara bergumam (hot potato voice): fiksasi dan nyeri
menimbulkan suara bergumam.
3. Dispnea dan stridor:
Gejala yang disebabkan sumbatan jalan nafas dan dapat timbul
pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan
nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau secret maupun oleh
fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan transglotik terdapat
kedua gejala tersebut. Sumbatan yang terjadi perlahan-lahan dapat
dikompensasi. Pada umunya dispnea dan stridor adalah tanda
prognosis yang kurang baik.
4. Nyeri tenggorok: keluhan ini dapat bervariasi dari rasa
goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
5. Disfagia:
Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring
dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling
sering pada tumor ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan
(odinofagia) menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai
struktur ekstra laring.
6. Batuk dan hemoptisis:
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul
dengan tertekanya hipofaring disertai secret yang mengalir ke dalam
laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor
supraglotik.
7. Nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, hemoptisis,
batuk dan penurunan berat badan menandaka perluasan tumor ke luar
laring atau metastasis jauh.
8. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan
sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium
lanjut.
9. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh
komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan
perikondrium.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis. Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak
langsung menggunakan kaca laring atau langsung dengan mengggunakan
laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi tumor, penyebaran
tumor kemudian dilakukan biopsy untuk pemeriksaan patologi
anatomik.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan
laboratorium darah juga pemeriksaan radiologic. Foto toraks
diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses
spesifik dan metastasis di paru. CT scan laring dapat
memeperlihatkan keadaan penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid
dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening
leher.Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi
anatomic dari bahan biopsy laring dan biopsy laring dan biopsy
jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari
hasil patologi anatomi yang terbanyak adalah karsinoma sel
skuamosa.
TRAKEOSTOMI
Trakeostomi adalah prosedur operatif dengan membuat lubang untuk
bernapas pada dinding depan trakea. Batas trakeostomi adalah cincin
trakea ketiga, dan dilakukan salam keadaan darurat maupun
terencana. Indikasi dari trakeostomi sendiri adalah:
Obstruksi saluran napas atas
Insufisiensi mekanis respirasi
Kesulitan pernapasan akibat sekresi
Elektif; dilakukan untuk mempertahankan aliran udara saat
saluran napas atas tidak dapat dilakukan
Untuk membantu pemasangan alat bantu pernapasan
Mengurangi ruang rugi / dead air space
BAB V
KESIMPULANSeorang wanita berumur 53 tahun dilakukan operasi
Tracheostomy dan Laringektomi biopsi pada tanggal 24 Februari 2015
karena adanya keluhan obstruksi saluran napas yang semakin memberat
disertai suara serak. Pasien baru diketahui memiliki tekanan darah
tinggi namun asma dan diabetes mellitus disangkal. Keberhasilan
pembebasan jalan napas bisa dilihat dari nadi dan pernapasan yang
menurun. Tekanan darah yang tinggi dapat teratasi selama operasi
berlanjut.
DAFTAR PUSTAKA1. Mangku G, Senapathi T. Buku Ajar Ilmu Anestesia
dan Reanimasi. Jakarta: Indeks, 2009. p. 24-46
2. Said Latief, Kartini A. Suryadi, M. Ruswan. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. Edisi 2. Bagian Aanastesiologi dan Terapi Intensif
FK UI; 2001
3. Morgan, G. Edward. 2005. Clinical Anesthesiology, 4th
Edition. Mc Graw-Hill Companies, Inc. United State
4. Soepardi EA, et all. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok
Kepala & Leher. Edisi keenam. 2007. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
5. Intravenous anesthetic. Accessed on 27th February 2015.
Available at:
http://anesthesiologyinfo.com/intravenousanesthetic
PAGE 9