See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/322251663 KARAKTERISTIK PENDINGINAN LANGSUNG (DIRECT REFRIGERATION) DARI PROSES EVAPORASI BAHAN BAKAR LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) UNTUK PENDINGINAN KABIN MOBIL Thesis · May 2017 DOI: 10.13140/RG.2.2.23201.92007 CITATIONS 0 1 author: Some of the authors of this publication are also working on these related projects: Development of hybrid A/C system on LPG-fueled vehicles View project Compositions and characteristics investigation of propane-butane mix in the fuel line during the discharging process View project Muji Setiyo Universitas Muhammadiyah Magelang 51 PUBLICATIONS 52 CITATIONS SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Muji Setiyo on 05 January 2018. The user has requested enhancement of the downloaded file.
143
Embed
DISERTASI - researchgate.net · KABIN MOBIL DISERTASI MESIN memperoleh gelar doktor teknik MUJI SETIYO NIM. 147060200111022 ... KABIN MOBIL Nama Mahasiswa : Muji Setiyo NIM : 147060200111022
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/322251663
KARAKTERISTIK PENDINGINAN LANGSUNG (DIRECT REFRIGERATION) DARI
PROSES EVAPORASI BAHAN BAKAR LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG)
UNTUK PENDINGINAN KABIN MOBIL
Thesis · May 2017
DOI: 10.13140/RG.2.2.23201.92007
CITATIONS
0
1 author:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Development of hybrid A/C system on LPG-fueled vehicles View project
Compositions and characteristics investigation of propane-butane mix in the fuel line during the discharging process View project
Muji Setiyo
Universitas Muhammadiyah Magelang
51 PUBLICATIONS 52 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Muji Setiyo on 05 January 2018.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
: KARAKTERISTIK PENDINGINAN LANGSUNG (DIRECT REFRIGERATION) DARI PROSES EVAPORASI BAHAN BAKAR LIQUEFIED PETROLEUM GAS (LPG) UNTUK PENDINGINAN KABIN MOBIL
Nama Mahasiswa : Muji Setiyo
NIM : 147060200111022
Program Studi : Program Doktor Teknik Mesin (PDTM)
Minat : Konversi Energi
:
KOMISI PEMBIMBING :
Pembimbing Utama : Prof. Ir. Sudjito Soeparman, Ph.D
Pembimbing Pendamping 1 : Dr. Slamet Wahyudi, ST., MT.
Pembimbing Pendamping 2 : Dr. Eng. Nurkholis Hamidi, ST., M.Eng.
TIM DOSEN PENGUJI :
Dosen Penguji 1 : Dr. Eng. Mega Nur Sasongko, ST., MT.
Dosen Penguji 2 : Agung Sugeng Widodo, ST., MT., Ph.D
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya dan
berdasarka hasil penelusuran berbagai karya ilmiah, gagasan dan masalah ilmiah yang
diteliti dan diulas di dalam naskah disertasi ini adalah asli dari pemikiran saya. Tidak
terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini
dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah disertasi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
jiplakan, saya bersedia Disertasi ini dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Malang, 23 April 2017
Mahasiswa,
Materai
Muji Setiyo
NIM. 147060200111022
vi
vii
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada:
1. Kemenristekdikti yang telah membiayai studi S3 ini melalui BPP-DN dan membiayai
satu tahapan riset melalui skema Penelitian Disertasi Doktor (PDD);
2. Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang yang menugaskan studi dan
memberikan dukungan pembiayaan;
3. Para editor dan para reviewer jurnal yang telah membantu dalam penerbitan artikel;
4. Prof. Ir. Djoko Wahyu Karmiadji, MSME, Ph.D, Prof. Dr. Ir. Prawoto, MSAe, dan Dr.
Darwin Rio Budi Syaka, ST., MT yang memberikan rekomendasi studi S3;
5. Laboran dan asisten Laboratorium Otomotif Universitas Muhammadiyah Magelang
(M. Khoirul Ma’arif) yang telah membantu membuat peralatan dan pengambilan data;
6. Laboran dan operator GC-MS Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro;
7. Keluarga dan rekan dosen Program Studi Mesin Otomotif Universitas Muhammadiyah
Magelang yang telah memberikan dukungan selama studi; dan
8. Para pihak yang juga telah membantu penyelesaian studi ini.
Malang, Mei 2017
Penulis
viii
ix
RIWAYAT HIDUP
Muji Setiyo, Temanggung, 27 Maret 1983, anak dari ayah Mardiyono dan Ibu Sri Widayati.
Pendidikan SD sampai SMP di Kota Temanggung dan SMK di Kota Magelang lulus tahun
2001. Lulus program D3 Otomotif Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Magelang tahun 2006, melanjutkan S1 Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta lulus tahun 2009. Tahun 2010 menempuh S2 Teknik Mesin di Universitas
Pancasila Jakarta lulus tahun 2012. Kemudian, pada tahun 2014 masuk di Program Doktor
Teknik Mesin Universitas Brawijaya. Pengalaman kerja sebagai dosen di Program Studi
Mesin Otomotif Universitas Muhammadiyah Magelang dari tahun 2010 sampai sekarang.
Malang, Mei 2017
Penulis
x
xi
RINGKASAN
Muji Setiyo, Program Doktor Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Mei 2017, Karakteristik Pendinginan Langsung (Direct refrigeration) Dari Proses Evaporasi Bahan Bakar Liquefied Petroleum Gas (LPG) Untuk Pendinginan Kabin Mobil, Dosen Pembimbing : Sudjito Soeparman, Slamet Wahyudi, Nurkholis Hamidi.
Sistem Air Conditioning (AC) telah menjadi aksesoris utama pada pada kendaraan untuk meningkatkan kenyamanan berkendaraan. Namun demikian, selama sistem AC bekerja dengan sistem kompresi uap, akan mengambil tenaga dari mesin untuk menggerakkan kompresor. Hal ini meningkatkan konsumsi bahan bakar hingga 21-53%. Sementara itu, kendaraan berbahan bakar LPG menyediakan potensi pendingin langsung (direct refrigeration) dari perubahan fase LPG pada perangkat vaporizer Potensi ini belum dimanfaatkan dan hilang melalui engine coolant. Oleh karena itu, penelitian ini fokus pada karakteristik direct refrigeration (potensial dan aktual) yang dihasilkan dari penguapan LPG tersebut untuk pendinginan kabin mobil.
Penelitian ini terdiri dari empat tahapan utama. Pertama, pengujian komposisi LPG dengan Gas Chromatography-Mass Spectromety (GC-MS). Kedua, simulasi energy delivery dan potensi efek pendinginan pada evaporator dengan data yang diperoleh dari GC-MS. Ketiga, validasi efek pendinginan aktual pada berbagai variasi laju aliran massa LPG dan tekanan evaporasi. Terakhir, perhitungan COP direct refrigeration (COPDR).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) LPG yang keluar dari tangki selama proses pengosongan tangki menunjukkan bahwa komposisi molekul propane dan butane 2-methyl tidak konstan selama proses pengosongan tangki. Namun demikian, perubahan komposisi LPG tidak berpengaruh signifikan terhadap efek pendinginan yang dihasilkan, selama LPG yang mengalir dalam fuel line (sebelum diekspansikan) berbentuk cairan; 2). Semakin tinggi tekanan penguapan LPG dalam evaporator dan semakin besar laju aliran massa LPG, semakin besar efek pendinginan yang dihasilkan. Namun demikian, efek pendinginan yang dihasilkan adalah tidak linier dengan kenaikan laju aliran massa LPG karena keterbatasan area transfer kalor pada evaporator. Hasil pengujian menunjukkan efek pendinginan maksimal yang dapat dibangkitkan adalah sebesar 1,2 kW. Dengan beban pendinginan sebuah mobil penumpang berkisar antara 3-6 kW, ini berarti bahwa efek pendinginan dari sistem bahan bakar LPG memberikan kontribusi pada sistem AC hingga 40% untuk kendaraan dengan beban pendinginan 3 kW dan 20% untuk kendaraan dengan beban pendinginan 6 kW; dan 3) Pada kasus Direct refrigeration, COPDR dihitung dengan membandingkan efek refrigerasi dengan kerja kompresi untuk menghasilkan LPG cair bertekanan. Hasil perhitungan COPDR menurun ketika laju aliran massa LPG ditingkatkan dan COPDR meningkat ketika tekanan evaporasi dinaikkan. Nilai COPDR tertinggi adalah 6,27 yang diperoleh pada laju aliran massa LPG 1 g/s dan tekanan evaporasi 0,15 MPa. Sebagai kesimpulan, konsep direct refrigeration pada kendaraan dengan bahan bakar LPG sangat menjanjikan untuk dikembangkan sebagai sistem hibrida dengan sistem AC.
Kata kunci : Kendaraan berbahan bakar LPG, direct refrigeration, cooling effect.
xii
xiii
SUMMARY
Muji Setiyo, Doctoral Program of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering, University of Brawijaya, Characteristics of Direct refrigeration from Evaporation Process Of Liquefied Petroleum Gas (LPG) for Cooling Car Cabin, Academic Supervisor: Sudjito Soeparman, Slamet Wahyudi, Nurkholis Hamidi.
Air Conditioning System (AC) has become the main accessories on the vehicle to improve driving comfort. However, as long as the AC system works by a vapor compression system, it will take power from the engine to drive the compressor and increases fuel consumption by 21-53%. Meanwhile, LPG-fueled vehicle provides potential direct refrigeration from LPG phase changes in the vaporizer devices. This potential has not been utilized and lost through engine coolant. Therefore, this study focuses on the characteristics of direct refrigeration (potential and actual) generated from the evaporation of the LPG for cooling the car cabin.
This study consists of four main stages. First, testing the composition of LPG by Gas Chromatography-Mass Spectromety (GC-MS). Second, Simulation of energy delivery and potential cooling effect with data obtained from GC-MS. Third, validate the actual cooling effect on various of LPG mass flow rate and evaporation pressure. Finally, calculation of COP direct refrigeration (COPDR).
The results of this study show that: 1) The composition of propane molecule and 2-methyl butane during tank emptying process is not constant. However, changes in LPG composition have no significant effect on the resulting cooling effect, as long as LPG flows into the fuel line (before expansion valve) as a liquid; 2) The higher the evaporator vapor pressure in the evaporator and the greater the mass flow rate of LPG, the greater the cooling effect produced. However, the resulting cooling effect is non-linear with LPG mass flow rate due to the limitation of the heat transfer area of the evaporator. The test results show the maximum cooling effect that can be generated is 1.2 kW. With the cooling load of passenger cars ranging from 3-6 kW, this means that the cooling effect of the LPG fuel system contributes up to 40% to AC systems for vehicles with 3 kW of cooling load and 20% for vehicles with 6 kW of cooling load; and 3) In the case of direct refrigeration, COPDR is calculated by comparing the effects of refrigeration by compression work to produce pressurized liquid LPG. COPDR decreases when LPG mass flow rate is increased and COPDR increases when evaporation pressure is increased. The highest COPDR was 6.27 obtained at LPG mass flow rate of 1 g/s and evaporation pressure of 0.15 MPa. In conclusion, the concept of direct refrigeration on LPG-fueled vehicles is very promising to be developed as a hybrid system with AC system.
Key words : LPG-fueled vehicles, direct refrigeration, cooling effect.
xiv
xv
PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufik dan
hidayah hingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini disusun dalam
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Doktor Teknik Mesin Universitas
Brawijaya, Malang. Judul yang diangkat dalam disertasi ini adalah Karakteristik
Pendinginan Langsung (Direct refrigeration) Dari Proses Evaporasi Bahan Bakar
Liquefied Petroleum Gas (LPG) Untuk Pendinginan Kabin Mobil, yang merupakan konsep
baru sistem refrigerasi setengah sikus pada kendaraan berbahan bakar LPG.
Penyusunan proposal disertasi ini telah dibantu dan diarahkan oleh pembimbing utama dan
para pembimbing pendamping. Oleh karena itu diucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Ir. Sudjito Soeparman, Ph.D., selaku pembimbing utama,
2. Dr. Slamet Wahyudi, ST., MT., selaku pembimbing pendamping 1, dan
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan disertasi ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengaharapkan masukan, koreksi dan saran untuk melengkapi
kekurangan tersebut.
Semoga disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan memberikan petunjuk untuk
melakukan penelitian-penelitian berikutnya.
Malang, Mei 2017,
Muji setiyo
xvi
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ i
IDENTITAS TIM PENGUJI DISERTASI .......................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................................ vii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................................. ix
RINGKASAN ....................................................................................................................... xi
SUMMARY ......................................................................................................................... xiii
PENGANTAR ..................................................................................................................... xv
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xxi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xxv
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN ....................................................................... xxvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xxix
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................................... 4
1.4. Lingkup dan Batasan Masalah ................................................................................... 4
1.5. Manfaat dan Kontribusi Penelitian ............................................................................ 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 5
2.1 Review Penelitian Sistem AC .................................................................................... 5
2.1.1 Metode untuk Mereduksi Konsumsi Bahan Bakar Berlebih dan Penurunan Daya Akibat Pembebanan Sistem AC .................................................................. 7
2.1.2 Metode Alternatif Untuk Menggantikan Sistem AC Kompesi Uap pada Mobil ..................................................................................................................... 8
2.1.3 Metode Alternatif Untuk Mereduksi Temperatur Kabin ...................................... 9
2.2 Status Perkembangan Kendaraan LPG .................................................................... 10
2.2.1 Vaporizer dan Fenomena Penyerapan Kalor ...................................................... 12
2.2.2 Bahan Bakar LPG Terkait dengan Efisiensi Volumetrik .................................... 16
2.3 Teori Refrigerasi dan Pendinginan Kabin ............................................................... 18
2.3.1 Konsep Refrigerasi Siklus Penuh ........................................................................ 18
2.3.2 Beban Pendinginan Pada Kabin .......................................................................... 20
2.4 Refrigerasi dengan LPG sebagai Refrigerant .......................................................... 21
2.5 Fenomena Campuran Propane dan Butane Dalam Tabung .................................... 22
2.6 Sistem Refrigerasi Langsung (Direct refrigeration) ............................................... 23
BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN ................................................................ 27
xviii
3.1. Properti LPG Terhadap Fraksi Massa Aliran pada Fuel Line ................................. 27
3.2. Efek Pendinginan dari Evaporasi LPG .................................................................... 29
3.3. Performa Sistem Refrigerasi Setengah Siklus (Direct refrigeration) ...................... 30
3.3.1. Kerja Kompresi untuk Menghasilkan LPG Cair Bertekanan.............................. 31
4.5 Simulasi Numerik untuk Menghitung Energy Delivery dan Potensi Efek Pendinginan yang Tersedia ...................................................................................... 40
4.2.4. Simulasi Numerik untuk Menghitung Energy Delivery ..................................... 41
4.2.5. Simulasi Numerik untuk Menghitung Potensi Efek Pendinginan ...................... 41
4.7 Rencana Analisis Data ............................................................................................. 45
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 47
5.1. Hasil Investigasi Komposisi LPG Selama Proses Pengosongan Tangki ................. 47
5.1.1. Distribusi Tekanan dan Temperatur .................................................................... 47
xix
5.1.2. Distribusi Molekul .............................................................................................. 48
5.1.3. Pengaruh Komposisi LPG Terhadap Energi Pembakaran .................................. 52
5.1.4. Pengaruh Komposisi LPG pada Potensi Pendinginan Langsung (Direct refrigeration) ....................................................................................................... 53
5.2. Simulasi Potensi Efek Pendinginan yang Tersedia pada Kendaraan 1998 cm3 ...... 54
5.3. Hasil Eksperimen Validasi ...................................................................................... 58
5.3.1. Distribusi Temperatur dan Kelembaban ............................................................. 58
5.3.2. Perbandingan dengan Standar Kenyamanan Kendaraan .................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 81
xx
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema dasar sistem bahan bakar LPG ......................................................... 2
Gambar 2.1 Sistem AC kompresi uap pada mobil........................................................... 5
Gambar 2.2 Fenomena ice formation layer pada dinding LPG vaporizer ....................... 13
Gambar 2.3 Skema tranfer kalor pada vaporizer (original) ............................................. 14
Gambar 2.4 Skema aliran engine coolant pada vaporizer LPG ....................................... 15
Gambar 2.5 Perubahan fasa LPG dalam vaporizer dan pertukaran kalornya .................. 15
Gambar 2.6 Efisiensi volumetrik LPG dibandingkan dengan bahan bakar lainnya ....... 16
Gambar 2.7 Diagram P-h siklus refrigerasi kompresi uap .............................................. 18
Gambar 2.8 Heat Balance pada kabin ............................................................................. 20
Gambar 2.9 Profil komposisi uap LPG (40/60) yang keluar dari tabung tegak dengan nepel terletak diatas, pada variasi laju aliran massa. ....................... 23
Gambar 2.10 Ilustrasi direct refrigeration pada sistem bahan bakar LPG ........................ 25
Gambar 2.11 P-h diagram konsep direct refrigeration pada sistem bahan bakar LPG .............................................................................................................. 25
Gambar 2.12 Konsep sistem AC hibrida ........................................................................... 26
Gambar 3.1 Ikatan atom propane dan butane................................................................. 27
Gambar 3.2 Vapor pressure beberapa campuran propane-butane .................................. 28
Gambar 3.3 Tabung LPG dengan nepel diatas dan Profil komposisi uap LPG yang keluar dari tabung tegak. .............................................................................. 28
Gambar 3.4 Diagram P-x campuran propane/butane ...................................................... 29
Gambar 3.5 Efek kenaikan tekanan evaporasi terhadap perubahan enthalpy evaporasi pada titik uap jenuh ...................................................................................... 30
Gambar 3.6 Konsep COP pada direct refrigeration (COPDR) ......................................... 30
Gambar 3.7 Proses kompresi isentropik: Boundary System dan T-s diagram ................ 31
Gambar 3.8 Kerangka konsep penelitian ......................................................................... 33
Gambar 4.1 Tahapan penelitian ....................................................................................... 35
Gambar 4.2 Variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti .......................................... 36
Gambar 4.3 Set up penelitian uji komposisi LPG ........................................................... 39
Gambar 4.4 Algoritma untuk menghitung energy delivery ............................................. 41
Gambar 4.5 Algoritma untuk menghitung potensi efek pendinginan .............................. 42
Gambar 4.6 Set up eksperimen dan peralatan untuk uji validasi ..................................... 43
xxii
Gambar 5.1 Distribusi temperatur dan distribusi tekanan dalam tangki LPG memanjang selama proses pemakaian ......................................................... 47
Gambar 5.2 Chromatogram komposisi LPG selama proses pemakaian (discharging) ................................................................................................ 50
Gambar 5.3 Distribusi molekul selama proses pemakaian .............................................. 51
Gambar 5.4 Energy delivery (HHV) selama proses pemakaian ...................................... 52
Gambar 5.5 Enthalpy (h) selama proses pengosongan tangki dan efek pendinginan potensial pada perubahan komposisi LPG dan variasi laju aliran massa LPG .............................................................................................................. 54
Gambar 5.6 Algoritma untuk menghitung potensi efek pendinginan .............................. 56
Gambar 5.7 Potensi efek pendinginan yang tersedia untuk mesin 1998 cm3 pada campuran propane dan butane 2-methyl (49/51,%) ..................................... 57
Gambar 5.8 Distribusi temperatur LPG sebelum melewati katup ekspansi pada berbagai variasi laju aliran massa LPG ........................................................ 59
Gambar 5.9 Distribusi temperatur LPG masuk dan keluar evaporator pada 0,05 MPa .............................................................................................................. 59
Gambar 5.10 Distribusi temperatur LPG masuk dan keluar evaporator pada 0,1 MPa .............................................................................................................. 60
Gambar 5.11 Distribusi temperatur LPG masuk dan keluar evaporator pada 0,15 MPa .............................................................................................................. 60
Gambar 5.12 Visualisasi LPG keluar evaporator pada 5 dan 6 g/s ................................... 61
Gambar 5.13 Distribusi temperatur udara saat masuk dan keluar evaporator pada tekanan evaporasi LPG 0,05 MPa ................................................................ 61
Gambar 5.14 Distribusi temperatur udara saat masuk dan keluar evaporator pada tekanan evaporasi LPG 0,1MPa ................................................................... 62
Gambar 5.15 Distribusi temperatur udara saat masuk dan keluar evaporator pada tekanan evaporasi LPG 0,15MPa ................................................................. 62
Gambar 5.16 Data kelembaban udara saat melintasi evaporator pada pada tekanan evaporasi LPG 0,05 MPa ............................................................................. 63
Gambar 5.17 Data kelembaban udara saat melintasi evaporator pada pada tekanan evaporasi LPG 0,1 MPa ............................................................................... 63
Gambar 5.18 Data kelembaban udara saat melintasi evaporator pada pada tekanan evaporasi LPG 0,15 MPa ............................................................................. 64
Gambar 5.19 Rata-rata perubahan kelembaban dari seluruh data yang diambil ............... 65
Gambar 5.20 Keseimbangan masa aliran udara pada evaporator ...................................... 66
Gambar 5.21 Pendinginan dan dehumidifikasi pada evaporator ....................................... 66
xxiii
Gambar 5.22 Efek temperatur udara terhadap densitas ..................................................... 68
Gambar 5.23 Efek pendinginan aktual yang dihasilkan dari kendaraan berbahan bakar LPG pada berbagai laju aliran massa dan tekanan penguapan LPG 0,05 MPa. ............................................................................................ 69
Gambar 5.24 Efek pendinginan aktual yang dihasilkan dari kendaraan berbahan bakar LPG pada berbagai laju aliran massa dan tekanan penguapan LPG 0,1 MPa. ............................................................................................................. 70
Gambar 5.25 Efek pendinginan aktual yang dihasilkan dari kendaraan berbahan bakar LPG pada berbagai laju aliran massa dan tekanan penguapan LPG 0,15 MPa. ............................................................................................ 70
Gambar 5.26 Efek pendinginan aktual pada steady state yang dihasilkan dari proses evaporasi LPG pada berbagai laju aliran massa dan tekanan penguapan LPG. ........................................................................................... 71
Gambar 5.27 Specific state points untuk menghitung COPDR. .......................................... 72
Gambar 5.28 Properti LPG pada kondisi masuk dan keluar kompresor ........................... 73
Gambar 5.29 COPDR pada variasi laju aliran massa dan tekanan evaporasi LPG ............. 74
Gambar 5.30 Efek laju aliran massa dan tekanan evaporasi pada COPDR......................... 75
Gambar 5.31 Efek tekanan evaporasi pada COPDR ........................................................... 75
Gambar 5.32 Sketsa transfer kalor pada evaporator .......................................................... 76
Gambar 5.33 Efektivitas transfer kalor pada evaporator pada variasi laju aliran massa dan tekanan penguapan LPG. ............................................................ 77
Gambar 5.34 Kurva COPDR dan kurva efek pendinginan terhadap laju aliran massa LPG ................................................................................................... 77
Gambar 5.35 Kontribusi Direct refrigeration (DR) terhadap beban AC kendaraan ......... 78
xxiv
xxv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konsumsi bahan bakar akibat pembebanan sistem AC ................................. 6
Tabel 2.2 BEP jarak tempuh kendaraan LPG dan rasio harga bahan bakar di Asia ...... 11
Tabel 4.1. Penyajian data hasil uji komposisi LPG dengan GC-MS .............................. 40
Tabel 4.2. Batasan dan lingkup pengambilan data .......................................................... 44
Tabel 4.3. Desain pengambilan data ............................................................................... 45
Tabel 5.1 Distribusi molekul LPG selama proses pengosongan tangki, diperoleh dari GC-MS .................................................................................................... 49
Tabel 5.2 AFR dan efisiensi volumetrik mesin 1998 cm3 .............................................. 55
Tabel 5.3. Properti campuran propane dan butane pada 0.05 MPa. ............................... 55
Tabel 5.4. Potensi efek pendinginan dari campuran propane dan butane 2-methyl (49/51,%) pada sebuah mesin 1998 cm3 ........................................................ 56
Tabel 5.5. Temperatur dan kelembaban maksimal di dalam kabin yang direkomdasikan berdasarkan temperatur lingkungan ..................................... 64
Tabel 5.6. Efek refrigerasi (���) pada variasi laju aliran massa dan tekanan evaporasi LPG ................................................................................................ 73
xxvi
xxvii
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
��,� Kapasitas kalor engine coolant [kJ/kg.K]
ℎ Enthalpy [kJ/kg]
�̇� Laju aliran massa udara [g/s]
�̇� Laju aliran massa engine coolant [g/s]
�̇� Laju aliran massa refrigerant [g/s]
� Putaran mesin [rpm]
� Tekanan [MPa]
�̇� Kalor yang dilepas engine coolant [W]
�̇��� Kalor yang dilepas condenser [W]
�̇�� kalor evaporasi (cooling effect) [W]
�̇� Kalor yang diterima LPG [W]
�̇�� beban thermal sistem AC [W]
�̇��� beban thermal metabolik dari penumpang [W]
�̇��� beban thermal radiasi langsung dari kaca depan [W]
�̇��� beban thermal difusi dari dari kaca belakang [W]
�̇��� beban thermal radiasi dari sisi depan mobil [W]
�̇��� beban thermal ambient [W]
�̇��� beban thermal dari sistem gas buang ke kabin [W]
�̇��� beban thermal dari mesin ke kabin [W]
�̇��� beban thermal dari sistem ventilasi kabin [W]
�̇����� Efek pendinginan total [W]
� Entropy [kJ/kg.K]
�� Temperatur udara [°C]
�� Temperatur engine coolant [°C]
Tcomf Temperatur target (comfortable) [°C]
tc pull-down contant [K/s]
tp pull-down time [s]
xxviii
�� Volume silinder [cm3]
� Volume spesifik [m3/kg]
� Rasio moisture terhadap udara kering [kg/kg]
�̇��� Daya kompresor [W]
�̇��,� Daya input (produksi) [W]
� Kerja [kJ/kg]
� Massa jenis [kg/m3]
�� Efisiensi volumetric
AC Air Conditioning
LPG Liquified Petroleum Gas
AFR Air to Fuel Ratio
COPR Coefficient Of Performance (Refrigerarion)
COPDR Coefficient Of Performance (Direct Refrigerarion)
Terkait dengan optimasi material, telah dilakukan simulasi sistem refrigerasi absorpsi
dengan energi dari gas buang untuk AC mobil penumpang khususnya untuk komponen
avaporator dan condenser (Sowjanya, 2015). Semua bagian yang diperlukan untuk sistem
refrigerasi absorpsi dirancang dan dimodelkan dalam software Pro/Engineer dan dianalisis
dengan ANSYS. Hasil simulasi ini menunjukkan bahwa evaporator dan condenser yang
terbuat dari material paduan alumunium menghasilkan kinerja yang lebih baik dari material
tembaga.
Selain sistem absorpsi, dikembangkan pula sistem penggerak kompresor dengan daya
eksternal. Sebuah mesin berbahan bakar biogas dengan putaran konstan digunakan untuk
menggerakkan kompresor AC (Koli & Yadav, 2013). Tujuannya untuk mengurangi kebutuhan
daya mesin dan mengurangi emisi. Dengan sistem ini, mampu menghasilkan 1 Ton Refrigerasi
(TR) yang setara dengan beban pendinginan mobil penumpang (Bhatti, 1999). Persyaratan
9
minimum dari sistem AC mobil juga terpenuhi, suhu evaporator coil yang mencapai 11°C; dan
suhu ruangan mencapai hingga 22 °C dengan konsumsi biogas 0.20 m3. Penelitian ini merujuk
pada Damrongsak & Tippayawong (2010) yang melepas sistem AC dari mobil untuk diuji
dengan mesin berbahan bakar biogas berukuran kecil (compact modular). Rekayasa ini
menghasilkan efek pendinginan 3.5 kW pada putaran kompresor 1000 rpm. Namun demikian,
sistem AC dengan penggerak mekanik dari eksternal ini baru diteliti skala laboratorium.
Penerapan pada kendaraan lebih rumit karena harus melibatkan dua mesin dan dua sistem
bahan bakar.
Sebuah konsep baru untuk menggerakkan kompresor AC sebagai upaya untuk
mengurangi beban mesin dilakukan dengan sistem turbo. Energi kinetis dan tekanan gas buang
digunakan untuk memutar baling-baling turbo untuk memutar kompresor AC dengan
penghubung sebuah magnetic gear (Kumar et al., 2014). Salah satu keuntungan utama dari
konsep ini adalah dapat diaplikasikan dengan mudah untuk digunakan pada mesin daya rendah
dan dapat memastikan AC berkapasitas tinggi. Konsep ini menawarkan pemanfaatan energi
gas buang yang lebih baik dan dapat mereduksi konsumsi bahan bakar.
2.1.3 Metode Alternatif Untuk Mereduksi Temperatur Kabin
Masalah lain terkait dengan ketidaknyamanan kendaraan adalah temperatur yang sangat
tinggi di dalam kabin saat mobil diparkir dibawah terik matahari saat musim panas. Beberapa
metode diperkenalkan oleh para peneliti untuk menurunkan temperatur kabin tersebut. Sebuah
AC portable bersumber daya baterai digunakan untuk memitigasi panas yang berlebihan
dalam kabin (Basar et al., 2013). Dengan sistem ini mampu menjaga suhu di dalam mobil
pada kisaran 25°C sampai 30°C dari semula yang dapat mencapai 70°C ketika diparkir di
bawah kondisi yang sangat panas (direct sunlight).
Penelitian lain dilakukan dengan memasang ventilator yang digerakkan oleh solar cell
(Saidur et al., 2009). Sistem ventilator memberikan kenyamanan untuk penumpang di awal
memasuki pintu kendaraan dan menjaga interior tetap dingin. Ventilator adalah cara alternatif
untuk mengurangi suhu di dalam mobil serta kenyamanan yang lebih baik. Penurunan suhu
dalam kompartemen mobil akan mengurangi konsumsi energi sistem AC. Selain itu,
berkurangnya suhu akan menghambat kerusakan interior. Penelitian yang sama juga
dilakukan oleh Vishweshwara et al. (2013). Dengan daya motor 10 Watt, mampu menurunkan
10
temperatur kabin hingga 50% dari kondisi semula. Sementara itu, penurunan temperatur kabin
juga dilakukan dengan metode solar reflective car shells (Levinson et al., 2011).
Selain memberikan kenyamanan, kedua cara ini juga mampu meringankan beban AC saat
dioperasikan pada kondisi yang sangat panas serta mampu mengurangi resiko kerusakan
interior mobil karena beban panas saat parkir dibawah terik matahari. Dengan temperatur awal
yang lebih rendah, mempercepat proses pull-down time sehingga temperatur comfortable juga
lebih cepat tercapai. Metode ini berkontribusi pada pengurangan emisi dan konsumsi bahan
bakar walaupun hanya dalam jumlah yang kecil.
2.2 Status Perkembangan Kendaraan LPG
Seperti halnya sistem AC, LPG memiliki sejarah panjang sebagai bahan bakar kendaraan.
Bahkan, penggunaan LPG telah dimulai sejak tahun 1900-an. LPG merupakan bahan bakar
alternatif yang memiliki seluruh properti kunci untuk mesin Spark Ignition (Werpy, Burnham,
& Bertram, 2010). LPG umumnya terdiri dari campuran propane (C3H8) dan butane (C4H10).
Etana (C2H6) atau pentane (C5H12) juga hadir dalam campuran dalam jumlah yang bervariasi
(Adolf, Balzer, Joedicke, & Schabla, 2015). Di beberapa seperti Jerman dan Finlandia, LPG
komersial terdiri dari propane saja. Namun, di Indonesia, komposisi LPG komersial berbeda
beda untuk setiap kilang, yang didominasi oleh C3 dan C4 (Rosmayati, 2012). Hal ini karena
spesifikasi LPG di Indonesia hanya diatur komposisi minimun C3 dan C4 adalah minimal 97%
(Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2009). Lebih lanjut, spesifikasi LPG memang
tidak diatur batas komposisinya, namun diatur kandungan energi pembakarannya (European
Committee for Standardization, 2008). Komposisi LPG juga bervariasi antara musim panas
dan musim dingin, dengan persentase propane yang lebih tinggi di musim dingin (El-Morsi,
2015; Price et al., 2004). Di seluruh dunia, sekitar 60% dari LPG diperoleh dari minyak
mentah dan ekstraksi gas alam, sementara, sekitar 40% dihasilkan dari produksi kilang (IEA,
2010, 2014).
Perkembangan kendaraan LPG di seluruh dunia telah dilaporkan dan diperbarui oleh
World LPG Association. Dalam dekade terakhir, kendaraan LPG telah meningkat dari sekitar
9,4 juta pada tahun 2003 (World LPG Association, 2005) dan lebih dari 17,4 juta pada tahun
2010 (World LPG Association, 2012). Pada tahun 2015, ada lebih dari 25 juta kendaraan LPG,
sebagian besar sebagai Light Duty Vehicles (LDV) dan sisanya sebagai Hight Duty vehicles
11
(HDV) (World LPG Association, 2015). Korea Selatan, Rusia, Polandia, Australia, Turki,
India, dan Thailand adalah contoh negara yang berhasil mempromosikan LPG sebagai bahan
bakar alternatif untuk kendaraan. Di Asia Tenggara, Thailand adalah negara yang berhasil
mendorong LPG sebagai bahan bakar alternatif, termasuk jumlah kendaraan, konsumsi, dan
jumlah stasiun pengisian bahan bakar (refueling site). Sementara pertumbuhan kendaraan LPG
di Indonesia masih belum signifikan, meskipun telah dimulai pada tahun 1980-an (Mahendra,
Kartohardjono, & Muharam, 2013). Hal ini salah satunya karena keterbatasan infrastuktur dan
belum ada dukungan kebijakan pemerintah terkait dengan insentif fiskal dan insentif regulasi.
Insentif fiskal termasuk pajak penjualan dan konversi kendaraan LPG, penyediaan converter
kit, keringanan dari biaya registrasi kendaraan, dan keringanan biaya parkir khusus untuk
kendaraan LPG. Sementara, insentif regulasi meliputi kebijakan mewajibkan semua kendaraan
umum dan kendaraan dinas dilengkapi dengan converter kit dan menerapkan standar emisi gas
buang yang ketat (Abdini & Rahmat, 2013).
Alasan utama pemerintah di banyak negara secara aktif mendorong penggunaan LPG
sebagai pengganti bensin adalah alasan harga dan lingkungan (World LPG Association, 2015).
Di beberapa Negara, LPG disebut juga sebagai Gaz de Petrole Liquefie (GPL), Gas Licuado
del Petroleo (GLP), LP Gas, atau Autogas. Di Indonesia, LPG untuk kendaraan disebut
Liquefied Gas Vehicle (LGV), dengan nama komersial Vi-Gas. Tabel 2.2. berikut menyajikan
perbandingan break-event point (BEP) jarak tempuh dan rasio harga bahan bakar kendaraan
LPG di beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia (M. Setiyo, Soeparman, Hamidi, &
Wahyudi, 2016).
Tabel 2.2 BEP jarak tempuh kendaraan LPG dan rasio harga bahan bakar di Asia
Negara BEP Jarak tempuh (km) Rasio harga bahan bakar (LPG terhadap bensin)
Jepang 169,405 0.62
India 22,141 0.59
Turki 13,650 0.59
Korea Selatan 43,191 0.62
Thailand 28,508 0.32
Indonesia* 55,351 0.68
Indonesia** 93,168 0.79 *dibandingkan dengan pertamax, **dibandingkan dengan premium (harga pertamax Rp. 7,550/liter; Premium Rp. 6,450/liter; LPG Rp. 5100/ LSP; harga pada April 2016
12
Kendaraan LPG telah terbukti menghasilkan kandungan emisi yang lebih rendah daripada
mode operasi bensin, baik pada pengujian urban cycle maupun extra urban cycle untuk semua
butane atau campuran keduanya (LPG) merupakan hydrocarbon yang memiliki sifat kunci
sebagai refrigerant. Salah satu studi tentang pemanfaatan LPG sebagai refrigerant dilakukan
oleh Alsaad & Hammad (1998) untuk menggantikan refrigerant CFC 12. Campuran 24,4%
propane, butane 56,4% dan 17,2% isobutene yang diperoleh dari LPG rumah tangga dipilih
karena harganya lebih murah dan tidak menimbulkan Ozone Depletion Potential (ODP).
Temperatur evaporator dengan refrigerant LPG mampu mencapai -15°C dengan nilai COP
3,4 pada temperatur kondensor 27°C dan temperatur ambient 20°C.
22
LPG campuran dengan komposisi yang sama juga diteliti oleh Austin et al. (2012).
Campuran yang digunakan adalah 24.4% propane, 56.4% butane, dan 17.2% isobutene untuk
menggantikan refrigerant HFC-134a. Penelitian ini menggunakan perangkat refrigerator
domestik. Hasil studi ini menunjukkan refrigerant campuran hydrocarbon menghasilkan
kinerja yang setara (comparable) dengan HFC-134a dan mampu menghasilkan temperatur
evaporator mencapai -20 °C dan COP 6,4 pada temperatur ambient 30 °C.
Campuran refrigerant propane (R-290) dan butane (R-600) diteliti oleh Wongwises &
Chimres (2005) untuk menggantikan refrigerant HFC-134a. Percobaan dilakukan dengan pada
kondisi beban yang sama sekitar suhu 25 °C. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
propane/butane pada perbandingan campuran 60%/40% adalah campuran yang paling sesuai
dengan kinerja refrigerant HFC-134a. Campuran refrigerant propane (R-290) dan n-butane
(R-600a) pada perbandingan campuran 40%/60% basis massa juga ditemukan untuk menjadi
refrigerant alternatif yang setara dengan kinerja refrigran R-12 (Dalkilic & Wongwises,
2010). Analisis kinerja pada sistem refrigerasi kompresi uap dengan refrigerant campuran
hydrocarbon (R290/R600a) sebagai pengganti R134a juga diberikan oleh Agrawal & Matani
(2013). Nilai COP campuran HC (R290/R600a) terbukti lebih tinggi dari R134a pada kondisi
tekanan 80 Lb/In2 dan diameter pipa kapiler 0,5 Inchi.
2.5 Fenomena Campuran Propane dan Butane Dalam Tabung
Fenomena perubahan temperatur, tekanan, dan komposisi LPG selama pengosongan
dalam tangki telah dipelajari secara detail oleh Zainal, Mustafa, & Hanapi (2006). Sebuah gas
chromatography digunakan untuk menguji komposisi propane/butane yang keluar dari tabung
selama proses pengosongan. Pada studi ini, menggunakan tabung tegak dengan nepel yang
terletak diatas. Dengan demikian, LPG yang keluar dari nepel adalah dalam fasa uap. Hasil
penelitiannya disajikan dalam Gambar 2.9 berikut.
23
Gambar 2.9 Profil komposisi uap LPG (40/60) yang keluar dari tabung tegak dengan nepel terletak diatas, pada variasi laju aliran massa.
Hasil studi Zakaria memberikan informasi bahwa pada awal pengosongan, uap propane
akan keluar lebih banyak dari pada butane. Seiring dengan waktu pengosongan, uap propane
semakin sedikit, sedangkan uap butane semakin banyak. Ini berlaku untuk semua variasi laju
aliran massa campuran.
2.6 Sistem Refrigerasi Langsung (Direct Refrigeration)
Istilah direct refrigeration adalah efek pendinginan yang diperoleh tanpa kerja kompresor
dan pendinginan condenser. Pada sistem bahan bakar LPG, sebuah keuntungan adalah LPG
dalam tabung berbentuk cairan bertekanan 0,8-1,2 Mpa dan keluar vaporizer sebagai bahan
bakar dalam bentuk superheated vapor bertekanan 0,1 sampai 0,12 Mpa. Konsep aliran LPG
untuk menghasilkan efek pendinginan langsung (direct refrigeration) pertama kali
diperkenalkan dengan istilah zero cost refrigeration (Mohan, 2013).
Selanjutnya, konsep ini dibahas sebagai salah satu bentuk evolusi thermodinamika pada
sistem refrigerasi (Ghariya et al., 2013). Potensi pendinginan yang ada kemudian diteliti oleh
I. H. Shah & Gupta (2014) pada domestik refrigerator dan terbukti menghasilkan COP yang
lebih tinggi (5,08). Dalam studi ini, energi inputan untuk menghitung COP diperhitungkan
dengan input kerja untuk memproduksi 1 tabung LPG 14,5 Kg. Total input kerja adalah
24
jumlah energi yang dibutuhkan untuk pengisian 1 silinder, termasuk menghitung daya pompa
LPG, kompresor LPG, conveyors, blower, kompresor udara, unit pengeringan udara,
transformer, fasilitas pemadam kebakaran, dan fasilitas bongkar muat. Data dari PRCA
Energy Audit (2006), diperoleh bahwa untuk memproduksi LPG cair dalam tabung bertekanan
adalah 63,55 Watt. Namun demikian, perhitungan COP ini tidak pasti karena total energi input
di suatu pabrik sangat berbeda dengan pabrik yang lain. Lebih lanjut, perhitungan COP ini
perlu ditinjau ulang karena energi input tidak dihitung dari sistem.
Pada tahun berikutnya, artikel tentang direct refrigeration dipublikasikan oleh Nikam et
al. (2015) pada aliran LPG untuk burner. Baru baru ini, dilaporkan sistem direct refrigeration
dengan mempertimbangkan pertukaran kalor sensibel (Mhaske et al., 2016). Jumlah kalor
yang diserap LPG selama proses penguapan disajikan dalam persamaan berikut.
��� = ���� + ���� (2.16)
Dimama, ���� adalah penyerapan kalor laten dan ���� adalah penyerapan kalor sensibel. ����
diperoleh dari penyerapan kalor LPG pada fasa superheated vapor.
Kemudian, Gambar 2.10 dan 2.11 berikut menyajikan konsep direct refrigeration pada
kendaraan berbahan bakar LPG yang diusulkan dalam penelitian ini. Sebuah fakta bahwa
temperatur penguapan LPG dibawah 0°C, maka ada peluang untuk menguapkan LPG yang
semula menggunakan engine coolant dengan beberapa kelemahan, dapat digantikan dengan
mengalirkan udara ambient. Untuk meningkatkan laju perpindahan kalor dilakukan dengan
memperluas area (A) menggunakan sebuah heat exchanger (HE) berupa evaporator. Jika udara
dengan laju aliran massa (�̇�) dan temperatur (Tair. in) tertentu dialirkan menembus area HE,
akan dihasilkan aliran udara dengan temperatur luaran (Tair. out) yang lebih rendah dan
menghasilkan efek pendinginan ( �̇�� ). Penurunan temperatur udara disajikan dalam
persamaan (2.17), sementara konsep direct refrigeration disajikan dalam Gambar 2.9 dan 2.10
secara berurutan.
∆�� =�̇����_���
�̇� ��,� (2.17)
25
Gambar 2.10 Ilustrasi direct refrigeration pada sistem bahan bakar LPG
Gambar 2.11 P-h diagram konsep direct refrigeration pada sistem bahan bakar LPG
Dari Gambar 2.10 dan 2.11, diperoleh informasi bahwa pada titik 1, LPG dalam keadaan
cair. Setelah melalui katup ekspansi (B), tekanan LPG turun secara iso-enthalpy. Pada titik 2,
LPG pada fasa campuran. Selama mengalir dari titik 2 ke 3, terjadi transfer kalor laten dari
udara ke LPG. Transfer kalor berlanjut pada titik 3 ke 4, dimana masih terjadi beda temperatur
antara udara dan LPG. Pada fase ini, transfer kalor sensibel. Dari proses ini, akan terjadi
penurunan temperatur udara yang memenugi persamaan (3.3). Sementara dari sisi LPG
sebagai bahan bakar, tidak terjadi perubahan energi konten per satuan massanya.
D
F
Air, in
air
Air, out
1 2
3
4
A
B C
A : LPG tank B : Expansion Valve C : Auxiliary evaporator D : Vaporizer/ regulator E: Mixer F : Engine
E
26
Jika efek pendinginan yang dihasilkan evaporator LPG digabungkan dengan efek
pendinginan oleh sistem AC mobil (hybrid system), akan menghasilkan kapasitas pendinginan
yang lebih besar. Dengan kapasitas yang lebih besar, waktu yang digunakan untuk mencapai
temperatur comfortable (pull-down time) menjadi lebih cepat. Pada sistem AC yang ada,
kompresor akan berhenti bekerja saat temperatur comfortable tercapai, kemudian hidup
kembali saat temperatur kabin lebih tinggi dari temperatur comfortable (holding time). Dengan
sistem hibrida yang diusulkan, pada saat holding time tetap terjadi efek pendinginan yang
dihasilkan dari evaporator LPG. Konsep sistem AC hibrida ini disajikan pada Gambar 2.12
sebagai berikut.
Gambar 2.12 Konsep sistem AC hibrida
Efek pendinginan total ��̇������ yang dihasilkan dari sistem hibrida ini gabungan dari efek
pendinginan dari evaporator AC ��̇��� dan efek pendinginan dari evaporator LPG ��̇����.
�̇����� = �̇�� + �̇��� (2.18)
�̇����� = [�̇�(∆ℎ�)] + [�̇�(∆ℎ�)] (2.19)
27
BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Properti LPG Terhadap Fraksi Massa Aliran pada Fuel Line
LPG umumnya merupakan campuran homogen (larutan) senyawa alkana (komponen
utamanya propane dan butane) yang disimpan sebagai cairan dalam tabung bertekanan.
Propane dan butane, keduanya merupakan molekul non-polar, dimana elektron-elektronnya
tersebar merata sehingga tidak memperlihatkan adanya kutub positif dan kutub negatif dalam
molekulnya (dipol). Ikatan atomnya hanya C-H dan C-C (hidrokarbon jenuh atau rantai
tunggal, yang disebut alkana). Karbon dan hidrogen memiliki elektronegativitas (EN) yang
mirip (2,5 untuk C dan 2,2 untuk H), oleh karenanya, ikatan CH di propane dan butane hampir
benar-benar kovalen (perbedaan EN = 0,3). Perbedaan EN kurang dari 0,5 inilah yang
memastikan bahwa propane maupun butane adalah non-polar. Stuktur atom propane dan
butane disajikan dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Ikatan atom propane (a) dan butane (b)
Diantara kedua molekul (propane dan butane) juga tidak ada gaya elektrostatik atau gaya
dipol yang saling menarik atau saling menolak, sehingga sangat mudah bagi mereka untuk
bercampur, meskipun densitas propane dan butane berbeda. Butane memiliki densitas 571,99
kg/m3 sedangkan propane 489,45 kg/m3.
28
Namun demikian, perubahan komposisi campuran propane dan butane menyebabkan
perbedaan pada vapor pressure (Younglove & Ely, 1987; AES, 2012). Semakin besar
komposisi propane dalam LPG, semakin tinggi vapor pressure-nya (Gambar 3.2).
Gambar 3.2 Vapor pressure beberapa campuran propane-butane (EngineeringToolbox, 2016b)
Pada tabung dengan nepel yang terletak diatas, komposisi propane dan butane selama
pengosongan telah diteliti oleh Zainal et al. (2006). Propane akan keluar lebih dulu dari
tabung dalam jumlah yang lebih besar daripada butane (Gambar 3.3). Namun, pada penelitian
yang diusulkan ini akan terjadi sebuah fenomena yang berbeda karena tabung dipasang
melintang dengan pipa outlet mencapai dasar tabung (tersaji pada Gambar 1.1).
(a) (b)
Gambar 3.3 Tabung LPG dengan nepel diatas (a) dan Profil komposisi uap LPG (b) yang keluar dari tabung tegak dengan nepel terletak diatas, pada laju aliran massa 48 liter per menit
(lpm) dan temperatur ambient 30 °C.
29
3.2. Efek Pendinginan dari Evaporasi LPG
Propane dan butane memiliki tekanan cairan parsial dan tekanan uap parsial yang berbeda
pada temperatur yang sama sehingga saat diuapkan akan membentuk campuran yang tidak
dapat menyatu (zeotropic). Diagram fraksi massa terhadap tekanan (P-x) disajikan dalam
Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Diagram P-x campuran propane/butane
Selama proses evaporasi, tekanan uap (garis merah) LPG lebih rendah daripada tekanan
cairnya (garis hitam). Perbedaan tekanan ini berubah sesuai dengan fraksi massa antara
keduanya (propane dan butane). Pada sistem bahan bakar LPG, tekanan dalam tabung kondisi
penuh berkisar anara 0,8 - 1,2 MPa dan berbentuk cairan. Saat keluar vaporizer, tekanannya
bervariasi antara 0,1 sampai 0,15 MPa dalam bentuk superheated vapor. Proses penurunan
tekanan terjadi pada vaporizer. Akibat dari proses ekspansi ini adalah penurunan tekanan dan
penurunan temperatur, yang berlanjut pada perubahan fasa yang menghasilkan efek
refrigerasi. Besarnya energi kalor (Qev) yang diperlukan selama proses refrigerasi ini
tergantung pada perbedaan specific enthalpy pada keadaan keluar dengan keadaan masuk
vaporizer dan laju aliran massa LPG (mL).
Oleh karena itu, karena proses ekspansi diasumsikan berlangsung secara iso-enthalpy
(Δh=0), sementara nilai enthalpy uap jenuh meningkat seiring dengan kenaikan tekanan, maka
semakin tinggi tekanan penguapan, semakin besar efek refrigerasi yang dihasilkan (Gambar.
3.5). Namun demikian, karena ukuran evaporator terbatas, maka efek pendinginan yang
dibangkitkan juga akan dipengaruhi oleh kesempurnaan penguapan LPG pada evaporator.
30
Gambar 3.5 Efek kenaikan tekanan evaporasi terhadap perubahan enthalpy evaporasi pada titik uap jenuh
3.3. Performa Sistem Refrigerasi Setengah Siklus (Direct Refrigeration)
Pada sistem AC kompresi uap siklus penuh, COPR dihitung dengan membagi efek
refrigerasi yang diperoleh (��� ) dengan kerja kompresor (���� ) sebagai energi eksternal
sesuai persamaan (2.13). Namun demikian, pada studi ini berbeda karena tidak ada kerja
kompresor dalam siklus. Untuk itu, salah satu pendekatan untuk menghitung COPDR adalah
dengan membandingkan efek refrigerasi yang diperoleh (���) dengan kerja kompresi (���)
untuk menghasilkan cairan bertekanan pada tangki LPG seperti disajikan dalam Gambar 3.6
sebagai berikut.
Gambar 3.6 Konsep COP pada direct refrigeration (COPDR)
31
3.3.1. Kerja Kompresi untuk Menghasilkan LPG Cair Bertekanan
Dalam penelitian ini, LPG dalam tangki dalam bentuk cairan bertekanan. Untuk itu,
kerja sistem diperhitungkan sebagai kerja kompresor untuk menaikkan tekanan LPG. Dengan
asumsi tidak ada kalor yang masuk dan keluar sistem selama proses kompresi, maka proses
kompresi berlangsung secara isentropik, dimana tidak terjadi perubahan entropi selama proses
(Çengel & Boles, 2007).
Gambar 3.7 Proses kompresi isentropik: (a) Boundary system dan (b) T-s diagram
Dari Gambar 3.6 dan Gambar 3.7, hubungan antara temperatur, enthalpy dan tekanan
terhadap kerja kompresor diberikan dalam persamaan berikut.
32
��� = ���� (3.1)
Dengan asumsi bahwa energi kinetik dan energi potensial diabaikan karena perubahan
kecepatan dan perubahan ketinggian yang sangat kecil,, maka:
��� + ℎ�(��, ��) = ℎ�(��, ��) (3.2)
��� = ℎ�(��, ��)− ℎ�(��, ��) (3.3)
Dengan asumsi bahwa kompresi berlangsung secara isentropik (ds = 0) maka � �� =
0. Dengan demikian, kerja kompresor untuk memproduksi LPG cair bertekanan dinyatakan
sebagai berikut.
���,� = � �ℎ = ℎ�
�
�
− ℎ� (3.4)
Berbeda dengan sistem refrigerasi siklus penuh, dimana kerja kompresor tidak konstan,
dalam penelitian ini kerja kompresor adalah konstan untuk seluruh laju aliran massa LPG yang
dievaporasikan.
3.3.2. Efek Refrigerasi
Efek refrigerasi (ER) merupakan jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran di dalam
evaporator untuk setiap satu satuan massa refrigeran, terjadi pada proses 2 ke proses 3
(Gambar 3.6). Untuk itu, efek refrigerasi yang dihasilkan diberikan dalam persamaan berikut.
��� = ℎ� − ℎ� (3.3)
3.3.3. Coefficient of Performance
Coefficient of Performance (COPDR) adalah perbandingan efek pendinginan yang
termanfaatkan (���) terhadap kerja yang harus kita berikan (���).
����� =���
���=
ℎ� − ℎ�
ℎ� − ℎ� (3.4)
3.4. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konseptual terkait pemanfaatan kalor penguapan LPG untuk menghasilkan efek
pendinginan ini disajikan dalam Gambar 3.8 berikut.
33
Gambar 3.8 Kerangka konsep penelitian
Penelitian terkait transfer kalor dan massa pada tabung LPG tegak selama proses
pengosongan tanki (Zainal et al.. 2006), menghasilkan komposisi propane dan butane pada
fuel line yang berubah ubah sesuai dengan perubahan tekanan dan massa LPG dalam tabung.
Pada awal pengosongan, propane lebih banyak daripada butane dan berangsur turun
digantikan dengan butane (Gambar 3.3). Berbeda dengan studi Zakaria, studi ini
menggunakan sebuah tabung yang dipasang secara terlentang dengan deep tube/ outlet tube.
Ujung tube ini mencapai dasar tabung (Gambar 1.1). Komposisi LPG yang keluar melalui fuel
line selama proses pengosongan tabung akan cenderung sama karena tidak terjadi penguapan
dalam tabung. Selama proses penguapan pada auxiliary evaporator, LPG akan menyerap kalor
dari lingkungan (kalor latent dan kalor sensibel). Dalam studi ini, kalor untuk menguapkan
LPG disuplai dari aliran udara yang melintasi evaporator. Sebagai akibatnya, temperatur udara
pada sisi keluar akan lebih rendah dari sisi masuk (efek pendinginan).
Komposisi molekul pada fuel line
Properti campuran molekul fasa cair
Direct Refrigeration (DR)
SISTEM BAHAN BAKAR LPG
COP direct
refrigeration (COPDR)
Perubahan nilai enthalpy dan energy delivery
LPG dalam tabung
(campuran homogen
senyawa alkana)
Air, in
Air, out
Setengah siklus (EkspansiEvaporasi)
tanpa kompresi dan kondensasi
34
Dalam siklus refrigerasi penuh, energi input untuk menghitung COP diambil dari daya
kompresor untuk mengkompresi refrigeran. Dalam hal ini, kerja kompresor berubah ubah
sesuai dengan perubahan enthalpy pada sisi masuk dan sisi keluar. Dalam studi ini, kerja
kompresor diasumsikan konstan, yaitu kerja untuk mengkompresi LPG pada sistem produksi,
bukan pada siklus.
3.5. Hipotesis
Berdasarkan teori yang ada dan konsep yang dibangun, terdapat dua hipotesis sebagai
berikut :
1. Perubahan komposisi LPG pada fuel line kecil, karena tidak terjadi perubahan fasa di
dalam tangki selama proses pengosongan, sehingga perubahan ini tidak berpengaruh
signifikan terhadap efek pendinginan yang dihasilkan.
2. Semakin tinggi laju aliran massa dan tekanan evaporasi LPG (�̇ dan ��� yang diteliti),
semakin besar efek refrigerasi yang dihasilkan karena peningkatan tekanan evaporasi
memperpanjang transfer kalor laten. Namun demikian, karena ukuran evaporator terbatas,
maka efek pendinginan yang dibangkitkan juga akan dipengaruhi oleh kualitas uap dan
temperatur LPG saat keluar evaporator.
3. Trend kurva COP pada direct refrigeration berbanding terbalik dengan efek refrigerasi
yang dihasilkan karena kerja input (w��) konstan.
35
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Tahapan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat tahapan utama, yaitu pengujian komposisi LPG dengan
Gas Chromatography-Mass Spectromety (GC-MS), simulasi energy delivery dan potensi efek
pendinginan pada evaporator dengan data yang diperoleh dari GC-MS, validasi efek
pendinginan aktual pada berbagai variasi laju aliran massa LPG dan tekanan evaporasi, dan
terakhir perhitungan COP direct refrigeration (COPDR). Uraian tahapan penelitian, lingkup
kegiatan, dan target capaian dari setiap tahap disajikan pada Gambar 4.1. berikut.
Gambar 4.1 Tahapan penelitian
Tahap penelitian
Lingkup kegiatan Target capaian
Simulasi energy delivery dan potensi efek pendinginan pada evaporator dengan data yang
diperoleh dari GC-MS
Data fraksi massa molekul dari kondisi tangki terisi
penuh sampai tangki kosong Tahap 1
Tahap 2
Uji komposisi LPG pada perubahan tekanan dan massa
LPG dalam tabung dengan Gas Chromatography-Mass Spectromety (GC-MS)
Data energy delivery dan efek pendinginan potensial
Validasi efek pendinginan aktual pada berbagai variasi laju aliran
massa LPG dan tekanan evaporasi
Karakteristik efek pendinginan
aktual pada berbagai variasi
laju aliran massa LPG dan
tekanan evaporasi
Tahap 4 Perhitungan COP direct
refrigeration Formula COP direct
refrigeration
Tahap 3
36
4.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental sungguhan (true experimental
research) di Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro untuk pengujian komposisi LPG
dengan GC-MS dan di Laboratorium Otomotif Universitas Muhammadiyah Magelang untuk
uji validasi efek pendinginannya.
4.3 Variabel Penelitian
Dalam tinjauan pustaka dan kerangka konsep, telah dijelaskan definisi konsep dari setiap
variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Namun demikian, dalam Bab 4 ini, perlu dipertegas
kembali tentang definisi operasional dari setiap variabel yang akan diteliti beserta indikator
indikatornya.
Gambar 4.2 Variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti
Komposisi
LPG
Wobbe
Indeks
Efek
pendinginan
Tekanan
evaporasi
Laju aliran
massa LPG
Air, out
Air, in
Laju aliran
massa udra
Temperatur
udara
Kelembaban
udara
Temperatur
evaporasi
Enthalpy
LPG
Enthalpy
udara
COPDR
Variabel
bebas
Variabel
Terikat
Enthalpy
LPG
37
4.3.1. Komposisi LPG
Komposisi LPG merupakan persentase molekul-molekul yang terkandung dalam LPG
dalam volume tertentu. Komposisi molekul-molekul LPG diukur dengan Chromatography-
Mass Spectromety (GC-MS). Volume tertentu (0,5 ml) diambil dari aliran LPG fasa uap dan
diinjeksikan ke dalam GC-MS. Pada setiap pengukuran sampel diperoleh nilai komposisi
setiap molekul yang terkandung dalam bentuk % (persen) dan diGambarkan dalam grafik
chromatogram.
4.3.2. Wobbe Indeks
Wobbe indeks (��) adalah sebuah indikator untuk mengetahui pengaruh perubahan
komposisi LPG terhadap energi yang dikirim ke ruang bakar.
�� =���
√�� (4.1)
Dimana, �� adalah wobbe indeks, ��� adalah nilai kalor bahan bakar, dan �� adalah berat
spesifik. �� kurang dari 5% menunjukkan bahwa perubahan dalam komposisi LPG tidak
berpengaruh signifikan pada pembakaran (BP International Gas Union, 2011; NREL, 1994).
4.3.3. Enthalpy
Enthalpi menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem thermodinamika ditambah
energi yang digunakan untuk melakukan kerja. Dalam studi ini, nilai enthalpy LPG pada
setiap titik yang diamati diperoleh dari software Refprop NIST dengan memasukkan nilai
tekanan (MPa) dan temperatur yang terukur (°C). Sementara itu, untuk nilai enthalpy udara
diperoleh dari psychometric calculator, dengan memasukkan nilai temperatur (°C), tekanan
(Pa), dan kelembaban relatif (%) yang terukur dari hygrometer. Spesifik enthalpy dinyatakan
dalam kJ/kg.
4.3.4. Laju aliran massa
Laju alir massa adalah massa suatu substansi yang mengalir per satuan waktu. Laju aliran
massa LPG dihitung dengan pengurangan massa aktual pada tanki dibagi dengan waktu,
dalam satuan g/s. Sementara laju aliran massa udara (g/s) dihitung kapasitas aliran udara
(m3/s) dikalikan dengan berat jenisnya (kg/m3). Kapasitas aliran udara dihitung dengan
38
mengalikan luasan aliran (m2) dengan kecepatan aliran (m/s). Kecepatan aliran udara diukur
dengan air flow meter dalam satuan m/s.
4.3.5. Tekanan Evaporasi
Tekanan evaporasi merupakan tekanan LPG yang terukur dalam evaporator, diukur
dengan pressure tranducer yang dinyatakan dalam satuan MPa.
4.3.6. Temperatur
Seluruh temperatur dalam penelitian ini diukur dengan thermokopel RTD yang
diumpankan ke modul temperatur (data logger) dan ditampilkan dalam software DAQ Master
dalam satuan Celcius.
4.3.7. Kelembaban Udara
Yang dimaksud kelembaban udara dalam penelitian ini adalah kelembaban relatif yang
terukur pada hygrometer dan dinyatakan dalam %. Kelembaban udara diukur pada dua titik,
sebelum evaporator dan setelah evaporator.
4.3.8. Efek pendinginan
Yang dimaksud efek pendinginan dalam penelitian ini adalah efek pendinginan pada
udara yang melintasi evaporator, dinyatakan dalam Watt. Efek pendinginan dihitung dengan
laju aliran massa udara dikalikan dengan perbedaaan nilai enthalpy udara sebelum dan setelah
melewati evaporator.
4.3.9. Coefficient of Performance (COPDR)
COP dihitung dengan membagi efek refrigerasi yang berguna dengan energi bersih
disuplai dari sumber eksternal. Dalam penelitian ini, tidak ada energi bersih disuplai dari
sumber eksternal untuk menaikkan tekanan refrigeran. Untuk itu, yang dipakai sebagai
pembagi adalah energi yang terkandung dalam LPG saat memasuki katup ekspansi.
4.4 Uji Komposisi LPG pada Fuel Line
4.2.1. Set up peralatan
Dalam penelitian ini, tangki LPG dilepas dari kendaraan dan diisi ± 85% volume (100%
massa) di Gas Station. Tangki ditempatkan pada neraca digital dan didiamkan selama satu
hari. Sebuah shutt-off valve dipasang di pipa antara tangki LPG dan katup ekspansi. Katup
39
ekspansi dipasang pada inlet evaporator untuk menurunkan tekanan dan untuk mengatur laju
aliran LPG. Sebuah flow meter dipasang di sisi keluar evaporator untuk memantau laju aliran
LPG. Udara ambien dialirkan melintasi evaporator dengan sebuah blower elektrik untuk
membantu LPG menguap. LPG dialirkan dari tangki ke saluran bahan bakar dengan
mengaktifkan shutt-off valve. Sampel diambil selama proses pemakaian secara periodik.
Kemudian, sampel dianalisis dengan Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Set
up eksperimen dan peralatan disajikan pada Gambar 4.3 sebagai berikut.
Gambar 4.3 Set up penelitian uji komposisi LPG
4.2.2. Pengukuran Temperatur dan Tekanan
Selama pengujian, temperatur dan tekanan dicatat terus menerus untuk memantau
properti fisik LPG. Temperatur LPG sebelum katup ekspansi, setelah katup ekspansi, dan
setelah evaporator direkam dengan termokopel PT-100. Temperatur LPG diumpankan ke
modular multi-channel temperature control seri TM4-N2RB. Selanjutnya, data temperatur
diolah dan ditampilkan pada komputer melalui software DAQ master pada Present Value
(PV). Akurasi pengukuran temperatur adalah PV ± 0,5% atau ± 1°C. Sementara itu, tekanan
LPG (gauge) sebelum dan sesudah katup ekspansi direkam dengan pressure tranduser PSAN,
juga dalam Present Value (PV). Akurasi pengukuran tekanan adalah PV ± 0,5% F.S pada 0°C
hingga 50°C dan PV ± 1% F.S pada -10°C sampai 0°C.
air
40
4.2.3. Pengukuran Komposisi
Selama proses pengambilan sampel, laju aliran LPG dipertahankan pada 1,4 g/s melalui
penyetelan katup ekspansi. Sampel diambil pada outlet evaporator dengan special gas syringe.
Komposisi LPG yang tersedot ke dalam gas syringe diasumsikan sama dengan komposisi
yang ada di saluran bahan bakar. Sampel diambil setiap 2 kg pengurangan massa pada laju
aliran massa 1,4 g/s. Selanjutnya, sampel disuntikkan ke GC-MS merk SHIMADZU seri TQ-
8040. Data dari GC-MS kemudian diproses dan direkam oleh komputer.
Dalam percobaan ini, meskipun suhu dan tekanan LPG diamati terus menerus tetapi
sampel diambil secara berkala setiap 2 kg dari pengurangan berat. Oleh karena itu, perhatian
terhadap suhu dan tekanan LPG difokuskan hanya pada titik sampling LPG. Tujuannya adalah
untuk memastikan sampel diperoleh dalam fase uap yang dapat disuntikkan ke dalam GC-MS.
Kemudian, hasil pengujian disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1. Penyajian data hasil uji komposisi LPG dengan GC-MS
Catatan : 100% pengosongan adalah kondisi terakhir aliran LPG dari tangki yang masih bisa diambil dan dimasukkan kedalam kantong sampel. Kenyataannya LPG dalam tangki tidak dapat dikosongkan 100% karena ada pegas katup satu arah yang terdapat dalam multiple valve.
50
Gambar 5.2 Chromatogram komposisi LPG selama proses pemakaian (discharging) pada flowrate 1.4 g/s (sampel 1=0% dan sampel 11=100% dari pengosongan)
51
Gambar 5.3 Distribusi molekul selama proses pemakaian pada laju aliran massa LPG 1.4 g/s (sampel 1=0% dan sampel 11=100% dari pengosongan)
Berdasarkan Gambar 5.3, karakteristik komposisi LPG selama proses pemakaian dapat
diamati. Serangkaian tes pada tangki LPG memanjang menunjukkan bahwa molekul propane
(CAS: 74-98-6) dan butane 2-methyl (CAS: 78-78-4) tidak konstan selama pemakaian tangki,
namun perbedaannya kecil. Hal ini terkonfirmasi dari temperatur LPG setelah diekspansikan
(T2) adalah hampir konstan (Gambar 5.1 (a)). Enam sampel menunjukkan komposisi propane
lebih tinggi dari butane 2-methyl (juga disebut iso-pentana). Sementara itu, lima sampel
menunjukkan komposisi butane 2-methyl lebih tinggi dari propane. Hasil ini berbeda dengan
komposisi LPG yang keluar dari tabung LPG rumah tangga yang memiliki katup outlet yang
terletak di sisi atas tabung. Dalam tabung LPG rumah tangga, LPG menguap di dalam silinder
sebelum keluar ke burner. Karena tekanan uap propane lebih tinggi dari butane; propane akan
menguap lebih awal dari butane.
Dalam penelitian ini, LPG mengalir dari tangki ke saluran bahan bakar dalam fase cair
selama outlet tube tenggelam dalam cairan LPG (Gambar 1.1). Penguapan terjadi pada
permukaan cairan dan mengisi ruang di dalam tangki. Hal ini ditunjukkan dengan tekanan
dalam tangki selama proses pemakaian hampir konstan; berkisar untuk 0,59-0,69 MPa untuk
pemakaian hingga 90% (Gambar 5.1). Selanjutnya, penguapan sepenuhnya terjadi di dalam
tangki setelah cairan LPG lebih rendah dari ujung outlet tube.
Menimbang bahwa pengujian ini dilakukan pada tabung statis, elektronegativitas
molekul adalah alasan yang paling dekat untuk menjelaskan fenomena ini. Propane dan
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,00
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
LP
G C
om
positio
n (
%)
Discharging mass(%)
Propane Butane 2-Methyl
52
butane 2-methyl adalah molekul non-polar, di mana elektron tersebar merata, sehingga tidak
menunjukkan kutub positif dan negatif dalam molekul. Ikatan atom di propane dan butane 2-
methyl hanya C-H dan C-C. Elektronegativitas karbon (C) dan hidrogen (H) hampir sama, 2,5
untuk C dan 2,2 untuk H (hanya berbeda 0,3). Oleh karena itu, ikatan CH di propane dan
butane 2-methyl hampir sempurna kovalen. Perbedaan elektronegativitas yang kurang dari 0,5
sehingga memastikan bahwa propane dan butane 2-methyl adalah non-polar. Dengan
demikian, tidak ada kekuatan elektrostatik dari molekul yang satu terhadap molekul yang lain
sehingga mudah untuk mencampur.
5.1.3. Pengaruh Komposisi LPG Terhadap Energi Pembakaran
Mengacu pada Gambar 5.2, sebuah simulasi numerik digunakan untuk memprediksi
karakteristik energi yang masuk ke ruang pembakaran (HHV). Hasil eksperimen menunjukkan
bahwa komposisi propane dan butane 2-methyl selama proses pemakaian adalah tidak merata,
meskipun perbedaannya kecil, tidak seperti hasil penelitian yang dilakukan Zakaria (2006).
Seperti diketahui bahwa kandungan energi (HHV) propane dan butane 2-methyl berbeda.
HHV propane adalah 50,33 kJ/kg dan HHV dari butane 2-methyl adalah 48,57 kJ/kg
(Damirel, 2012). Berdasarkan data eksperimen, kurva pengiriman energi selama proses
pengosongan tangki disajikan pada Gambar 5.4 berikut.
Gambar 5.4 Energy delivery (HHV) selama proses pemakaian
Untuk mengetahui pengaruh perubahan komposisi terhadap energi yang dikirim ke
ruang bakar, dalam analisis ini menggunakan Wobbe indeks ��� = ���/√��� sesuai dengan
persamaan (4.1), dimana, �� adalah Wobbe indeks, ��� adalah nilai kalor bahan bakar, dan ��
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,047
48
49
50
51
52
More Propane
HH
V (
kJ/k
g)
Mass discharging (%)
HHV
53
adalah berat spesifik. �� propane dan butane 2-methyl adalah masing-masing 0,45 dan 0,62,
sehingga �� propane dan butane 2-methyl adalah masing masing 71,53 dan 61,68.
Dari Gambar 5.3, dapat dilihat bahwa perubahan propane terhadap butane 2-methyl
selama proses pemakaian adalah 43,78% (propane) terhadap 57,05% (butane 2-methyl) atau
�� = 65.99 (propane) ke �� = 67,29 (butane-2 methyl). Ini berarti bahwa perbedaan ��
terbesar ke �� terkecil hanya 2,32%. ��kurang dari 5% menunjukkan bahwa perubahan dalam
komposisi propane terhadap butane-2 methyl tidak berpengaruh signifikan pada pembakaran
Spark Ignition Engine (BP International Gas Union, 2011; NREL, 1994). Sementara itu,
pengaruh komposisi LPG pada kinerja mesin diesel telah dijelaskan secara rinci oleh peneliti
TL in, 1 g/s TL in, 2 g/s TL in, 3 g/s TL out, 1 g/s TL out, 2 g/s TL out, 3 g/s
60
Gambar 5.10 Distribusi temperatur LPG masuk dan keluar evaporator pada 0,1 MPa
Gambar 5.11 Distribusi temperatur LPG masuk dan keluar evaporator pada 0,15 MPa
0 100 200 300 400 500 600-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
c
Evaporation pressure 0.05 MPa
Tem
pera
ture
(oC
)
Time (s)
TL in, 1 g/s TL in, 2 g/s TL in, 3 g/s TL in, 4 g/s TL out, 1 g/s TL out, 2 g/s TL out, 3 g/s TL out, 4 g/s
0 100 200 300 400 500 600-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
d
Te
mp
era
ture
(oC
)
Time (s)
TL in, 1 g/s TL in, 2 g/s TL in, 3 g/s TL in, 4 g/s TL in, 5 g/s TL in, 6 g/s TL out, 1 g/s TL out, 2 g/s TL out, 3 g/s TL out, 4 g/s TL out, 5 g/s TL out, 6 g/s
61
Gambar 5.12 Visualisasi LPG keluar evaporator pada 5 dan 6 g/s, diambil dari Gambar 5.11
Selanjutnya, sifat udara yang diukur sebelum dan sesudah evaporator juga dapat diamati.
Dalam penelitian ini, laju aliran udara dipertahankan pada 16 g/s (perhitungan ada pada sub
bab 4.4.2). Udara didorong oleh blower listrik, seperti ditunjukkan pada Gambar. 4.6. Profil
suhu udara sebelum dan sesudah evaporator pada berbagai tekanan penguapan dan laju aliran
LPG disajikan pada Gambar. 5.13 sampai Gambar 5.15 sebagai berikut. Data lengkap
disajikan dalam Lampiran 6.
Gambar 5.13 Distribusi temperatur udara saat masuk dan keluar evaporator pada tekanan evaporasi LPG 0,05 MPa (�̇�,��� = 16 g/s dan � = 1,2 kg/m�)
0 100 200 300 400 500 60010
15
20
25
30
35T
air, in
a
Tem
pera
ture
(o C
)
Time (s)
Tair out, 1 g/s (LPG) Tair out, 2 g/s (LPG) Tair out, 3 g/s (LPG)
62
Gambar 5.14 Distribusi temperatur udara saat masuk dan keluar evaporator pada tekanan evaporasi LPG 0,1MPa (�̇�,��� = 16 g/s dan � = 1,2 kg/m�)
Gambar 5.15 Distribusi temperatur udara saat masuk dan keluar evaporator pada tekanan evaporasi LPG 0,15MPa (�̇�,��� = 16 g/s dan � = 1,2 kg/m�)
0 100 200 300 400 500 60010
15
20
25
30
35T
air, in
b
T
empe
ratu
re (
o C)
Time (s)
Tair out, 1 g/s (LPG) Tair out, 2 g/s (LPG) Tair out, 3 g/s (LPG) Tair out, 4 g/s (LPG)
0 100 200 300 400 500 60010
15
20
25
30
35T
air, in
c
Tem
pera
ture
(o C
)
Time (s)
Tair out, 1 g/s (LPG) Tair out, 2 g/s (LPG) Tair out, 3 g/s (LPG) Tair out, 4 g/s (LPG) Tair out, 5 g/s (LPG) Tair out, 6 g/s (LPG)
63
Gambar 5.13 sampai 5.15 menunjukkan bahwa semakin besar laju aliran LPG, semakin
rendah suhu udara keluar evaporator. Namun, kondisi ini tidak linier, sebagai akibat dari
penguapan LPG tidak sempurna pada laju aliran LPG yang tinggi. Selain suhu, data
kelembaban juga diukur menggunakan Air flow meter Lutron LM-8010, seperti ditunjukkan
pada Gambar. 5.16 sampai 5.17. Udara memasuki evaporator dengan kelembaban tinggi dan
meninggalkan evaporator dengan kelembaban yang lebih rendah (dehumidification).
Gambar 5.16 Data kelembaban udara saat melintasi evaporator pada pada tekanan evaporasi LPG 0,05 MPa (�̇�,��� = 16 �/�)
Gambar 5.17 Data kelembaban udara saat melintasi evaporator pada pada tekanan evaporasi LPG 0,1 MPa (�̇�,��� = 16 �/�)
0 100 200 300 400 500 60050
60
70
80
90
100Evaporation pressure 0.05 MPa
Re
lativ
e H
um
idity
(%
)
Time (s)
LPG flow rate 1 g/s 2 g/s 3 g/s
0 100 200 300 400 500 60050
60
70
80
90
100Evaporation pressure 0.1 MPa
Re
lative
Hu
mid
ity (
%)
Time (s)
LPG Flow rate 1 g/s 2 g/s 3 g/s 4 g/s
64
Gambar 5.18 Data kelembaban udara saat melintasi evaporator pada pada tekanan evaporasi LPG 0,15 MPa (�̇�,��� = 16 �/�)
5.3.2. Perbandingan dengan Standar Kenyamanan Kendaraan
ASHRAE Standard 55 mendefinisikan kelembaban relatif sebagai rasio parsial tekanan
uap air dalam campuran gas dari udara dan uap air ke jenuh tekanan uap air pada suhu yang
ditentukan. Di dalam kendaraan, kelembaban relatif diukur dalam hanya satu tempat karena
tekanan uap air adalah seragam di seluruh titik di dalam kendaraan. Kenyamanan termal
optimal dalam kendaraan adalah ketika nilai kelembaban relatif sekitar 50% (ASHRAE, 2003;
Orzechowski & Skrobacki, 2016). Namun demikian, standar kenyamanan kelembaban relatif
dalam kendaraan juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan, dimana penumpang
merasakannya sebelum masuk ke mobil. Nilai-nilai yang direkomendasikan untuk suhu dan
kelembaban udara maksimal di dalam kabin korelasinya dengan suhu luar kabin disajikan
dalam Tabel 5.5 (Musat & Helerea, 2009).
Tabel 5.5. Temperatur dan kelembaban maksimal di dalam kabin yang direkomdasikan berdasarkan temperatur lingkungan
Temperatur luar kabin (°C) 20 25 30 32
Temperatur dalam kabin (°C) 22 23 25 26 Maksimum Relative humidity (%) 70 65 60 55
Dalam studi ini, penurunan kelembaban yang terjadi adalah tidak signifikan dan belum
memenuhi persyaratan ASHRAE. Rata-rata dari penurunan kelembaban dari seluruh
pengujian disajikan dalam Gambar 5.19 sebagai berikut.
0 100 200 300 400 500 60050
60
70
80
90
100Evaporation pressure 0.15 MPa
Re
lative
Hu
mid
ity (
%)
Time (s)
LPG flow rate 1 g/s 2 g/s 3 g/s 4 g/s 5 g/s 6 g/s
65
Gambar 5.19 Rata-rata perubahan kelembaban dari seluruh data yang diambil
Dari rata-rata hasil pengujian kelembaban, sebuah fenomena dapat dianalisa penyebab
ketidak-tercapaian penurunan kelambabannya. Pada awal proses (0-2 menit), terjadi proses
kondensasi uap air dari udara dan menempel ke dinding evaporator. Sebagai akibatnya, terjadi
proses penurunan kelembaban (pengeringan udara). Namun demikian, bintik bintik air yang
menempel pada dinding evaporator secara perlahan menguap kembali karena aliran udara.
Akibatnya, terjadi kenaikan kelembaban secara bertahap.
5.3.3. Efek Pendinginan (Cooling Effect)
Ketika udara ambien dilewatkan pada evaporator dan LPG menguap dalamnya, dua
proses perpindahan panas terjadi: cooling (sensible) dan dehumidification (laten). Dalam
proses cooling dan dehumidification, baik temperatur dan kelembaban udara akan mengalami
penurunan. Sebagian uap air (moisture) yang terkandung dalam udara akan mengembun.
Panas yang dilepaskan melalui proses kondensasi uap air diserap oleh LPG untuk mendukung
proses penguapan. Sebagai akibatnya, udara yang keluar evaporator menjadi lebih kering.
Keseimbangan massa untuk proses ini disajikan pada Gambar. 5.20.
0 100 200 300 400 500 60050
60
70
80
90
100
EvaporationDehumidification
Re
lativ
e H
um
idity
(%
)
Time (s)
Rata-rata RH
66
Gambar 5.20 Keseimbangan masa aliran udara pada evaporator
Dari Gambar. 5.20, keseimbangan massa dan energi dapat dirumuskan. Massa udara
total yang masuk evaporator ��̇�,��� sama dengan total massa udara kering keluar evaporator
(�̇�,���) dan massa air terkondensasi (�̇�). Dalam hal ini, air mengembun dan melepaskan
panas untuk mendukung penguapan LPG. Selanjutnya, untuk menghitung efek pendinginan
aktual digunakan konsep diagram psycrometri seperti yang disajikan pada Gambar 5.21
berikut.
Gambar 5.21 Pendinginan dan dehumidifikasi pada evaporator
67
Gambar 5.21 menjelaskan konsep cooling dan dehumidification dimulai pada titik 1 dan
berakhir di titik 2. Udara memasuki evaporator dengan kelembaban tinggi. Kemudian, udara
mengalami pengeringan (1a), diikuti dengan pendinginan (a2). Dalam hal ini,
dehumidifikasi terjadi melalui transfer panas laten ��̇���� dan pendinginan terjadi dengan
transfer panas sensibel ��̇����. Dengan asumsi bahwa tidak ada transfer panas dari lingkungan,
keseimbangan massa ditunjukkan pada Persamaan. (5.3) sebagai berikut.
�̇�,�� = �̇�,��� + �̇� (5.3)
Berdasar pada konsep keseimbangan kalor, efek pendinginan pada udara (�̇�)dapat
diformulasikan sebagai berikut (S. K. Wang, 2000):
�̇� = �̇�,��(ℎ�) − �̇�,���(ℎ�) − �̇�(ℎ�) (5.4)
Dimana, ℎ� dan ℎ� adalah enthalpy dari udara saat masuk dan saat keluar evaporator
dalam kJ/kg, dan ℎ� adalah enthalpy pengembunan air, juga dalam kJ/kg. Jumlah dari air
yang mengembun dapat diketahui dari nilai �� dan �� dari diagram psychrometri.
Selanjutnya, laju aliran massa air yang terkondensasi dapat dihitung dengan persamaan
berikut.
�̇� = �̇�,��(��) − �̇�,���(��) (5.5)
Dimana �� dan �� adalah rasio kelembaban (humidity ratio) udara saat masuk dan
meningggalkan evaporator, dalam kJ/kg. Dalam penelitian ini, perbedaan kelembaban di
udara yang masuk dan meninggalkan evaporator sangat kecil. Penurunan kelembaban relatif
(RH) dalam kondisi steady state adalah rata-rata dibawah 10% ( �� − �� = 0.00217 ∙
10�� ��
���� ��� ���). Dalam kebanyakan kasus, �̇�(ℎ�) adalah lebih kecil dari 0.02 �̇� (S. K.
Wang, 2000). Karena �̇�(ℎ�) adalah sangat kecil dibandingkan dengan �̇�(ℎ� − ℎ�), untuk
pekerjaan praktis �̇�(ℎ�) diabaikan. Karena laju aliran massa udara diukur pada sisi keluar
68
evaporator, ini berarti bahwa efek pendinginan aktual (�̇�) dihitung dengan persamaan (5.4)
sebagai berikut.
�̇� = �̇�,���(ℎ� − ℎ�). (5.6)
Menggunakan data suhu yang ditunjukkan pada Gambar 5.13, 5.14, dan 5.15, data
kelembaban relatif yang ditunjukkan pada Gambar 5.16, 5.17, dan 5.18, ketinggian (380 m),
dan tekanan barometrik (96,842 kPa) di lokasi pengumpulan data, enthalpy spesifik (h) pada
titik-titik pengukuran dapat diperoleh dengan menggunakan kalkulator psikometri
(http://www.hvac-calculator.net). Laju aliran massa ( �̇� ) diperoleh dengan mengalikan
kapasitas aliran udara yang terukur dan densitas udara (�̇� = �� ��). Seperti diketahui bahwa
densitas udara tergantung pada suhu. Karena suhu udara berubah selama pengujian, densitas
udara pada saat keluar evaporator disesuaikan dengan suhu yang terukur. Korelasi temperatur
(x) terhadap densitas (y) diberikan dengan persamaan y=1.341492514 (e-4.38473744·10-3 x +
1) (EngineeringToolbox, 2016a) seperti ditunjukkan pada Gambar 5.22.
Gambar 5.22 Efek temperatur udara terhadap densitas
Selain itu, efek pendinginan aktual dari evaporator pada kondisi transient dan steady
state dapat dihitung. Efek pendinginan aktual pada berbagai tekanan penguapan dan laju
aliran massa LPG disajikan pada Gambar 5.23, 5.24, dan 5.25.
-40 -20 0 20 40 60 80 1000,9
1,0
1,1
1,2
1,3
1,4
1,5
1,6
Air d
ensi
ty (
kg/m
3)
Air temperature (oC)
69
Gambar 5.23 - 5.25 menunjukkan laju pendinginan dari 0 sampai 10 menit. Dari hasil
perhitungan �̇� = �̇��ℎ� − ℎ��, efek pendinginan karena penyerapan panas oleh LPG adalah
konstan. Namun kenyataannya, efek pendinginan yang dihasilkan pada sisi udara terdiri dari
daerah transient dan steady state. Hal ini karena LPG menyerap dari dinding evaporator pada
awal awal sistem beroperasi. Sementara itu, efek pendinginan yang sebenarnya (yang dapat
dirasakan) adalah yang derjadi pada sisi udara, yang berarti bahwa efek pendinginan transient
secara keseluruhan adalah kecil. Gambar 5.23 menunjukkan efek pendinginan aktual pada
tekanan penguapan LPG 0,05 MPa. Sistem bahan bakar hanya mampu memasok LPG pada
laju aliran 3 g/s. Untuk laju aliran massa ini (3 g/s), efek pendinginan yang dihasilkan hanya
1,05 kW. Untuk tekanan penguapan 0,1 MPa (Gambar 5.24), laju aliran LPG mampu
mencapai 4 g/s dan efek pendinginan yang dihasilkan mencapai 1,13 kW. Terakhir, untuk
tekanan penguapan 0,15 MPa (Gambar 5.25), laju aliran LPG dapat diatur hingga 6 g/s,
dengan efek pendinginan yang dihasilkan mencapai 1,2 kW. Tabel perhitungan efek
pendinginan disajikan dalam Lampiran 7 sampai dengan Lampiran 9.
Gambar 5.23 Efek pendinginan aktual yang dihasilkan dari kendaraan berbahan bakar LPG pada berbagai laju aliran massa dan tekanan penguapan LPG 0,05 MPa.
0 100 200 300 400 500 6000
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1100
1200
1300
1400
1500
a
Evaporation pressure of LPG at 0.05 MPa
Co
olin
g e
ffe
ct (
Wa
tt)
Time (s)
LPG flow rate 1 g/s 2 g/s 3 g/s
70
Gambar 5.24 Efek pendinginan aktual yang dihasilkan dari kendaraan berbahan bakar LPG pada berbagai laju aliran massa dan tekanan penguapan LPG 0,1 MPa.
Gambar 5.25 Efek pendinginan aktual yang dihasilkan dari kendaraan berbahan bakar LPG pada berbagai laju aliran massa dan tekanan penguapan LPG 0,15 MPa.
0 100 200 300 400 500 6000
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1100
1200
1300
1400
1500
b
Evaporation pressure of LPG at 0.1 MPa
Coolin
g e
ffect (W
att)
Time (s)
LPG flow rate 1 g/s 2 g/s 3 g/s 4 g/s
0 100 200 300 400 500 6000
100
200300
400500
600700
800
900
1000
1100
1200
1300
1400
1500c
Evaporation pressure of LPG at 0.15 MPa
Co
olin
g e
ffe
ct (W
att)
Time (s)
LPG flow rate 1 g/s 2 g/s 3 g/s 4 g/s 5 g/s 6 g/s
71
Efek pendinginan yang dihasilkan pada berbagai laju aliran LPG dibandingkan dengan
tekanan penguapan yang sama ditunjukkan pada Gambar 5.26. Sebagai sebuah kesimpulan,
semakin tinggi tekanan penguapan, semakin besar efek pendinginan yang dihasilkan. Namun,
karena keterbatasan area transfer kalor pada evaporator, efek pendinginan yang dihasilkan
adalah nonlinear. Dalam penelitian ini, efek pendinginan maksimum yang dapat dihasilkan
adalah 1,2 kW.
Gambar 5.26 Efek pendinginan aktual pada steady state yang dihasilkan dari proses evaporasi LPG pada berbagai laju aliran massa dan tekanan penguapan LPG.
5.4. Perhitungan Performa Direct refrigeration
Untuk sistem refrigerasi siklus penuh, COP dihitung dengan membandingkan efek
refrigerasi terhadap kerja kompresor yang diberikan pada refrigeran dan dikenal dengan
COPR. Namun demikian, pada studi ini (direct refrigeration), efek refrigerasi diperoleh tanpa
kerja yang diberikan ke refrigeran. Untuk itu, COPDR dihitung dengan membandingkan efek
refrigerasi dengan kerja kompresor untuk mengkompresi LPG ke tangki. Formulasi COPDR
telah diberikan pada persamaan (3.1) sampai (3.4).
1 2 3 4 5 60
100
200
300
400
500
600700
800900
10001100
12001300
1400
1500
Coo
ling
effect (W
att)
LPG flow rate (g/s)
0.05 MPa 0.10 MPa 0.15 MPa
72
5.4.1. Specific State Point
Dalam penelitian ini, spesific state point sebagai dasar perhitungan ditunjukkan dalam
Gambar 5.27 sebagai berikut. Titik 0 adalah LPG fasa uap pada tekanan atmosfer. Titik 0
Dari Gambar 5.31 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tekanan evaporasi maka
semakin baik COP nya. Trend kenaikan COP terhadap tekanan evaporasi ini karena semakin
tinggi tekanannya, semakin panjang garis evaporasi di dalam kubah (Al-Rashed, 2011; Bolaji,
Huan, & Borokinni, 2014; Liao, Zhao, & Jakobsen, 2000). Meskipun dalam direct
refrigeration temperatur dan kualitas uap pada sisi keluar evaporator tidak berpengaruh
terhadap siklus, namun kenikan tekanan diikuti dengan kenaikan temperatur evaporasi. Hal
yang menjadi catatan agar diperoleh efek refrigerasi adalah bahwa temperatur LPG dalam
evaporator harus dibawah temperatur udara yang dituju. Hal ini karena tidak mungkin
memperoleh pendinginan dari fluida yang temperaturnya lebih tinggi (Brokowski, 1997;
Stoecker, 1989).
Selanjutnya, untuk mengkonfirmasi secara analitik digunakan perhitungan efektivitas
pertukaran kalor pada evaporator. Formula efektivitas transfer kalor diberikan pada persamaan
5.7 sebagai berikut (Stoecker, 1989).
∈=��,� − ��,�
��,� − ��,� (5.7)
Dalam hal ini, T1 adalah LPG dan T2 adalah udara sebagaimana disajikan dalam Gambar
5.32 sebagai berikut.
Gambar 5.32 Sketsa transfer kalor pada evaporator
Dengan ��,� − ��,� sebagai perbedaan temperatur aktual dan ��,� − ��,� sebagai
perbedaan temperatur maksimal (potensial), maka efektivitas evaporator pada berbagai
tekanan evaporasi dan laju aliran massa LPG disajikan pada Gambar 5.33 sebagai berikut.
77
Gambar 5.33 Efektivitas transfer kalor pada evaporator pada variasi laju aliran massa dan tekanan penguapan LPG.
Gambar 5.33 mengkonfirmasi bahwa semakin besar laju aliran massa LPG, semakin
rendah efektivitas transfer kalor yang terjadi. Pada laju aliran massa LPG yang semakin tinggi,
transfer kalor terjadi kurang optimal, dimana temperatur LPG pada sisi keluar evaporator
menjadi lebih rendah.
Terakhir, kurva COPDR dan kurva efek pendinginan terhadap laju aliran massa LPG
disajikan pada Gambar 5.34 sebagai berikut.
Gambar 5.34 Kurva COPDR dan kurva efek pendinginan terhadap laju aliran massa LPG
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1 2 3 4 5 6
Eff
ective
ne
ss (%
)
LPG Flowrate (g/s)
Pevap 0,05 MPa
Pevap 0,10 MPa
Pevap 0,15 MPa
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1 2 3 4 5 6
CO
PD
R
Coolin
g E
ffe
ct (W
att)
LPG Flowrate (g/s)
Qev @ Pev 0,05 MPa
Qev @ Pev 0,10 MPa
Qev @ Pev 0,15 MPa
COP @ Pev 0,05 MPa
COP @ Pev 0,10 MPa
COP @ Pev 0,15 MPa
78
5.5. Kontribusi Terhadap Sistem AC kendaraan
Dalam penelitian ini, efek pendinginan dari penguapan LPG pada sistem bahan bakar
diuji untuk mengurangi beban dari sistem AC kendaraan. Kapasitas pendinginan yang
diperlukan untuk kendaraan penumpang akan bervariasi tergantung pada volume mesin, beban
panas, geometri kabin, dan beban-beban lainnya. Namun, dari tinjauan literatur, kapasitas
pendinginan dari mobil penumpang umumnya berkisar 3-6 kW (Abdulsalam, Santoso, &
Aries, 2015; Bhatti, 1999; Fayazbakhsh & Bahrami, 2013; Johnson, 2002). Hasil dari
penelitian ini, efek pendinginan aktual dari kendaraan LPG mencapai 1,2 kW pada laju aliran
massa LPG 3-6 g/s pada tekanan penguapan 0,15 MPa.
Namun demikian, untuk mencapai eco-driving, kendaraan dioperasikan pada putaran
mesin dibawah 2500 rpm (Berry, 2010). Mengacu pada studi Masi (2012), konsumsi bahan
bakar mesin 1998 cm3 hampir linier, mulai dari 1,1 g/s pada 1000 rpm sampai 7 g/s pada 6000
rpm. Sehingga, putaran mesin 2500 rpm setara dengan laju lairan massa LPG 3 g/s. Ini berarti
bahwa efek pendinginan dari sistem bahan bakar LPG memberikan kontribusi pada sistem AC
hingga 40% untuk kendaraan dengan beban pendinginan 3 kW dan 20% untuk kendaraan
dengan beban pendinginan 6 kW. Perbandingan antara beban pendinginan, hasil simulasi, dan
hasil uji validasi pada skala maksimal dan skala eco-driving disajikan dalam Gambar 5.34
sebagai berikut.
Gambar 5.35 Kontribusi Direct refrigeration (DR) terhadap beban AC kendaraan
79
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Sebagaimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui karakteristik
komposisi campuran LPG yang mengalir ke pipa bahan bakar (fuel line) selama proses
pengosongan fuel tank sebagai dasar untuk analisis thermodinamika, 2). menginvestigasi
karakteristik efek pendinginan yang dihasilkan pada variasi tekanan evaporasi dan laju aliran
massa LPG, serta kontribusinya terhadap beban pendinginan AC mobil, dan 3).
Memformulasikan dan menginvestigasi COP pada sistem refrigerasi setengah siklus (direct
refrigeration). Maka, tiga kesimpulan dapat diberikan, yaitu:
1. Hasil pengujian LPG yang keluar dari tangki menunjukkan bahwa komposisi molekul
propane dan butane 2-methyl tidak konstan selama proses pengosongan tangki. Namun
demikian, perubahan komposisi LPG tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pengiriman energi pembakaran (HHV) ke dalam ruang bakar. Hal ini karena perbedaan
nilai Wobbe Index (��) dari perubahan komposisi hanya 2.32%. Selisih (��) kurang dari
5% tidak berpengaruh terhadap kinerja mesin (BP International Gas Union, 2011; NREL,
1994). Perubahan komposisi LPG selama proses pengosongan tangki juga tidak
berpengaruh signifikan terhadap efek pendinginan yang dihasilkan, selama LPG yang
mengalir dalam fuel line (sebelum diekspansikan) berbentuk cairan.
2. Semakin tinggi tekanan penguapan LPG dalam evaporator dan semakin besar laju aliran
massa LPG, semakin besar efek pendinginan yang dihasilkan. Namun demikian, efek
pendinginan yang dihasilkan adalah tidak linier dengan kenaikan laju aliran massa LPG
karena keterbatasan area transfer kalor pada evaporator. Hasil pengujian menunjukkan efek
pendinginan maksimal yang dapat dibangkitkan adalah sebesar 1,2 kW. Dengan beban
pendinginan sebuah mobil penumpang berkisar antara 3-6 kW (Abdulsalam et al., 2015;
Bhatti, 1999; Fayazbakhsh & Bahrami, 2013; Johnson, 2002), ini berarti bahwa efek
pendinginan dari sistem bahan bakar LPG memberikan kontribusi pada sistem AC hingga
40% untuk kendaraan dengan beban pendinginan 3 kW dan 20% untuk kendaraan dengan
beban pendinginan 6 kW.
80
3. Pada kasus Direct refrigeration (DR), COPDR dihitung dengan membandingkan efek
refrigerasi dengan kerja kompresi untuk menghasilkan LPG cair bertekanan. Hasil
perhitungan COPDR menurun ketika laju aliran massa LPG ditingkatkan dan COPDR
meningkat ketika tekanan evaporasi dinaikkan. Nilai COPDR tertinggi adalah 6,27 yang
diperoleh pada laju aliran massa LPG 1 g/s dan tekanan evaporasi 0,15 MPa.
6.2. Saran
Beberapa kelemahan dari penelitian ini antara lain: 1). Hanya menggunakan satu jenis
evaporator; 2). Efek pendinginan yang dihasilkan belum diintegrasikan secara aktual dengan
sistem AC mobil. Oleh karena itu, saran untuk penelitian lanjutan antara lain:
1. Perlu diuji coba pada berbagai jenis evaporator yang memiliki kapaistas transfer kalor
yang lebih besar.
2. Karakteristik pendinginan bisa dianalisis lebih mendalam jika komposisi LPG
dikondisikan pada berbagai campuran yang terkontrol.
3. Perlu pengintegrasian efek pendinginan yang dihasilkan pada sistem AC kendaraan
dengan sistem seri, pararel atau cascade.
4. Perlu pengujian riil kendaraan pada chassis dynamometer untuk membandingkan
performa kendaraan setelah fluida penguap LPG pada vaporizer diganti dari coolant
menjadi udara.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdini, C., & Rahmat, H. (2013). Switching to gas is an alternative policy options in solving the problem of subsidized fuel. Retrieved February 14, 2016, from http://www.setneg.go.id/
Abdulsalam, O., Santoso, B., & Aries, D. (2015). Cooling Load Calculation and Thermal Modeling for Vehicle by MATLAB. International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology, 4(5), 3052–3060. http://doi.org/10.15680/IJIRSET.2015.0405076
Adolf, J., Balzer, C., Joedicke, A., & Schabla, U. (2015). Shell LPG Study. Hamburg.
AES. (2012). Technical Data for Propane, Butane, and LPG Mixtures. Peachtree City.
Agrawal, M. K., & Matani, A. G. (2013). Evaluation of Vapour Compression Refrigeration System Using Different Refrigerants. International Journal of Engineering and Innovative Technology, 2(9), 86–92. http://doi.org/ijeit.com/vol 2/Issue 4/IJEIT1412201210_08
Aleixo, A., Morais, S., Cabezas-gómez, L., & Ricardo, J. (2010). Using engine exhaust gas as energy source for an absorption refrigeration system. Applied Energy, 87(4), 1141–1148. http://doi.org/10.1016/j.apenergy.2009.07.018
Alkan, A., & Hosoz, M. (2010). Comparative performance of an automotive air conditioning system using fixed and variable capacity compressors. International Journal of Refrigeration, 33(3), 487–495. http://doi.org/10.1016/j.ijrefrig.2009.12.018
Alqdah, K. S. (2011). Performance and evaluation of aqua ammonia auto air conditioner system using exhaust waste energy. Energy Procedia, 6, 467–476. http://doi.org/10.1016/j.egypro.2011.05.054
Al-Rashed, A. A. A. A. (2011). Effect of evaporator temperature on vapor compression refrigeration system. Alexandria Engineering Journal, 50(4), 283–290. http://doi.org/10.1016/j.aej.2010.08.003
Alsaad, M. A., & Hammad, M. A. (1998). The application of propane/butane mixture for domestic refrigerators. Applied Thermal Engineering, 18(9–10), 911–918. http://doi.org/10.1016/S1359-4311(97)00113-0
Aly, W. I. A., Abdo, M., Bedair, G., & Hassaneen, A. E. (2017). Thermal performance of a diffusion absorption refrigeration system driven by waste heat from diesel engine exhaust gases. Applied Thermal Engineering, 114, 621–630. http://doi.org/10.1016/j.applthermaleng.2016.12.019
ASHRAE. (2003). ASHARE Standard 55. Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy. Atlanta: American Society of Heating, Refrigerating and Air-conditioning Engineers.
Austin, N., Kumar, P. S., & Kanthavelkumaran, N. (2012). Thermodynamic Optimization of Household Refrigerator Using Propane – Butane as Mixed Refrigerant. International Journal of Engineering Research and Applications, 2(6), 268–271.
82
Automobile. (2010). Automotive Air Conditioning - History. Retrieved June 12, 2016, from http://www.automobilemag.com/news/automotive-air-conditoning-history/
Basar, M. F., Musa, M., Faizal, M. Y., & Razik, N. H. a. (2013). Alternative Way in Reducing Car Cabin Temperature Using Portable Car Cooling System ( Car-Cool ). International Journal of Innovative Technology and Exploring Engineering, 3(3), 140–143.
Benouali, J., Clodic, D., Mola, S., Presti, L., Magini, M., Malvicino, C., & Fiat, C. R. (2003). Fuel Consumption of Mobile Air Conditioning Method of Testing and Results. In The Earth Technology Forum (pp. 1–10). Washington.
Berry, I. M. (2010). The Effects of Driving Style and Vehicle Performance on the Real-World Fuel Consumption of U.S. Light-Duty Vehicles. Massachusetts Institute of Technology.
Bharathan, D., Chaney, L., Farrington, R. B., Lustbader, J., Keyser, M., & Rugh, J. P. (2007). An overview of vehicle test and analysis results from NREL’s A/C fuel use reduction research. In VTMS 8 - Vehicle Thermal Management Systems Conference and Exhibition (pp. 567–580). Nottingham, England: National Renewable Energy Laboratory.
Bhatti, M. S. (1999). Evolution of Automotive Air Conditioning Riding in Comfort : Part II. ASHRAE Journal, 41(9), 44–50.
Bolaji, B. O., Huan, Z., & Borokinni, F. O. (2014). Energy Performance of Eco-friendly R152a and R600a Refrigerants as Alternative to R134a in Vapour Compression Refrigeration System. ANALELE UNIVERSITĂłII “EFTIMIE MURGU” REŞIłA, XXI(1), 354–367.
Bosch, R. (2010). LPG Spark Plugs. Road Clayton.
BP International Gas Union. (2011). Guidebook to Gas Interchangeability and Gas Quality (Vol. 6). Oslo. http://doi.org/http://www.igu.org/publications
Brokowski, M. E. (1997). Design of Vapor-Compression Refrigeration Cycles. Retrieved January 1, 2017, from http://www.qrg.northwestern.edu/thermo/design-library/refrig/refrig.html
Calm, J. M. (2008). The next generation of refrigerants – Historical review, considerations, and outlook. International Journal of Refrigeration, 31, 1123–1133. http://doi.org/10.1016/j.ijrefrig.2008.01.013
Campbell, M., Wyszyński, Ł. P., & Stone, R. (2004). Combustion of LPG in a Spark-Ignition Engine. SAE Technical Paper, 2004-01–09. http://doi.org/10.4271/2004-01-0974
Çengel, Y. A., & Boles, M. A. (2007). Thermodynamics: an engineering approach (Sixth Edit). Singapore: McGraw-Hill.
Cesur, I. (2011). The effects of modified ignition timing on cold start HC emissions and WOT performance of an LPG fuelled SI engine with thermal barrier layer coated piston. International Journal of the Physical Sciences, 6(3), 418–424. http://doi.org/10.5897/IJPS10.587
Ceviz, M. a., & Yüksel, F. (2006). Cyclic variations on LPG and gasoline-fuelled lean burn SI engine. Renewable Energy, 31, 1950–1960. http://doi.org/10.1016/j.renene.2005.09.016
83
Chandrasekharan, M. (2014). Exergy Analysis of Vapor Compression Refrigeration System Using R12 and R134a as Refrigerants. International Journal of Students’ Research in Technology & Management, 2(July), 134–139.
D.S.J., J., Pujado, & R, P. (2006). Handbook of Petroleum Processing. Dordrecht: Springer. http://doi.org/10.1007/1-4020-2820-2
Dahlan, A. A., Zulkifli, A. H., Nasution, H., Aziz, A. A., Perang, M. R. M., Jamil, H. M., & Zulkifli, A. A. (2014). Efficient and “Green” Vehicle Air Conditioning System Using Electric Compressor. Energy Procedia, 61, 270–273. http://doi.org/10.1016/j.egypro.2014.11.1105
Dalkilic, a. S., & Wongwises, S. (2010). A performance comparison of vapour-compression refrigeration system using various alternative refrigerants. International Communications in Heat and Mass Transfer, 37(9), 1340–1349. http://doi.org/10.1016/j.icheatmasstransfer.2010.07.006
Daly, S. (2006). Automotive Air-conditioning and Climate Control Systems. Igarss 2014. Oxford: Elsevier Ltd.
Damirel, Y. (2012). Energy - Production, Conversion, Storage, Conservation, and Coupling. London: Springer-Verlag.
Damrongsak, D., & Tippayawong, N. (2010). Experimental investigation of an automotive air-conditioning system driven by a small biogas engine. Applied Thermal Engineering, 30(5), 400–405. http://doi.org/10.1016/j.applthermaleng.2009.09.003
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (2009). Indonesia.
El-Morsi, M. (2015). Energy and exergy analysis of LPG (liquefied petroleum gas) as a drop in replacement for R134a in domestic refrigerators. Energy, 86, 344–353. http://doi.org/10.1016/j.energy.2015.04.035
Elnajjar, E., Hamdan, M. O., & Selim, M. Y. E. (2013). Experimental investigation of dual engine performance using variable LPG composition fuel. Renewable Energy, 56, 110–116. http://doi.org/10.1016/j.renene.2012.09.048
Elnajjar, E., Selim, M. Y. E., & Hamdan, M. O. (2013). Experimental study of dual fuel engine performance using variable LPG composition and engine parameters. Energy Conversion and Management, 76, 32–42. http://doi.org/10.1016/j.enconman.2013.06.050
EngineeringToolbox. (2016a). Air Density and Specific Weight. Retrieved April 27, 2017, from http://www.engineeringtoolbox.com/air-density-specific-weight-d_600.html
EngineeringToolbox. (2016b). Propane Butane Mixtures - Evaporation Pressures. Retrieved April 30, 2016, from http://www.engineeringtoolbox.com/propane-butane-mix-d_1043.html
Erkus, B., Surmen, A., Karamangil, M. I., Arslan, R., & Kaplan, C. (2012). The effect of ignition timing on performance of LPG injected SI engine. Energy Education Science and Technology Part a-Energy Science and Research, 28(2), 1199–1206.
84
European Committee for Standardization. (2008). CEN - EN 589 - Automotive fuels - LPG - Requirements and test methods. Retrieved January 6, 2017, from http://standards.globalspec.com/std/1517884/cen-en-589
Fahim, M. A., Alsahhaf, T. A., & Elkilani, A. (2010). Fundamentals of Petroleum Refining. Oxford: Elsevier. http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Farrington, R., & Rugh, J. (2000). Impact of Vehicle Air-Conditioning on Fuel Economy, Tailpipe Emissions, and Electric Vehicle Range. Earth Technologies Forum, (September), http://www.nrel.gov/docs/fy00osti/28960.pdf. http://doi.org/NREL/CP-540-28960
Fayazbakhsh, M. A., & Bahrami, M. (2013). Comprehensive Modeling of Vehicle Air Conditioning Loads Using Heat Balance Method. SAE Technical Paper, 2013-01–15. http://doi.org/10.4271/2013-01-1507
Ghariya, V. J., Gosai, D. C., & R.Gajjar, S. (2013). Thermodynamically Evolution of LPG Refrigerator : A Literature Review. International Journal of Engineering Research & Technology, 2(12), 2868–2875.
Gumus, M. (2011). Effects of volumetric efficiency on the performance and emissions characteristics of a dual fueled (gasoline and LPG) spark ignition engine. Fuel Processing Technology, 92(10), 1862–1867. http://doi.org/10.1016/j.fuproc.2011.05.001
Guo, Y., Li, G., Chen, H., & Hu, Y. (2017). Development of a virtual variable-speed compressor power sensor for variable refrigerant. International Journal of Refrigeration, 74, 71–83. http://doi.org/10.1016/j.ijrefrig.2016.09.025
Han, X. H., Li, P., Xu, Y. J., Zhang, Y. J., Wang, Q., & Chen, G. M. (2013). Cycle performances of the mixture HFC-161 + HFC-134a as the substitution of HFC-134a in automotive air conditioning systems. International Journal of Refrigeration, 36(3), 913–920. http://doi.org/10.1016/j.ijrefrig.2012.10.027
Huff, S., West, B., & Thomas, J. (2013). Effects of Air Conditioner Use on Real-World Fuel Economy. SAE Technical Paper, 2013-01–05. http://doi.org/10.4271/2013-01-0551
IEA. (2010). Natural Gas Liquids Supply Outlook 2008-2015. Paris.
IEA. (2014). World Energy Outlook 2014. Paris.
Irimescu, A. (2010). Study of Volumetric Efficiency for Spark Ignition Engines Using Alternative Fuels. Analele Universităţii “Eftimie Murgu,” (2), 149–154.
Jasni, M. A., & Nasir, F. M. (2012). Experimental Comparison Study of the Passive Methods in Reducing Car Cabin Interior Temperature (pp. 229–233). Penang.
Johnson, V. H. (2002). Fuel Used for Vehicle Air Conditioning: A State-by-State Thermal Comfort-Based Approach. Society of Automotive Engineers, Inc., 1, 1957–1970. http://doi.org/10.4271/2002-01-1957
Kim, T. Y., Lee, Y., Kim, C., & Shin, M. (2014). Effects of shape and surface roughness on icing and condensation characteristics of an injector in a liquid phase LPG injection system. Fuel, 132, 82–92. http://doi.org/10.1016/j.fuel.2014.04.010
85
Koli, S. R., & Yadav, S. D. (2013). Experimental Investigation of Air Conditioning System in Automobile Using A Constant Speed Biogas Engine. International Journal of Automobile Engineering Research and Development, 3(1), 15–20.
Kumar, S., Babu, M., Sajin, S., Vishnu, K., Varun, R., & Vishnu, C. . (2014). Analysis on Turbo Air-Conditioner : an Innovative. International Journal of Mechanical And Production Engineering, 2(3), 38–41. http://doi.org/IJMPE-IRAJ-DOI-566
Kwak, J. H., Kim, H. S., Lee, J. H., & Lee, S. H. (2014). On-Road Chasing Measurement Of Exhaust Particle Emissions From Diesel, CNG, LPG, And DME-Fueled Vehicles Using A Mobile Emission Laboratory. International Journal of Automotive Technology, 15(4), 543−551. http://doi.org/10.1007/s12239−014−0057−z
Lawankar, S. M. (2012). Comparative Study of Performance of LPG Fuelled Si Engine at Different Compression Ratio and Ignition Timing. International Journal of Mechanical Engineering and Technology, 3(4), 337–343.
Lee, J., Kim, J., Park, J., & Bae, C. (2013). Effect of the air-conditioning system on the fuel economy in a gasoline engine vehicle. Proceedings of the Institution of Mechanical Engineers, Part D: Journal of Automobile Engineering, 227(January), 66–77.
Lee, J. W., Do, H. S., Kweon, S. I., Park, K. K., & Hong, J. H. (2010). Effect Of Various LPG Supply Systems On Exhaust Particle Emission In Spark-Ignited Combustion Engine. International Journal of Automotive Technology, 11(6), 793−800. http://doi.org/10.1007/s12239−010−0094−1
Levinson, R., Pan, H., Ban-Weiss, G., Rosado, P., Paolini, R., & Akbari, H. (2011). Potential benefits of solar reflective car shells: Cooler cabins, fuel savings and emission reductions. Applied Energy, 88(12), 4343–4357. http://doi.org/10.1016/j.apenergy.2011.05.006
Liao, S. M., Zhao, T. S., & Jakobsen, A. (2000). Correlation of optimal heat rejection pressures in transcritical carbon dioxide cycles. Applied Thermal Engineering, 20(9), 831–841. http://doi.org/10.1016/S1359-4311(99)00070-8
Mahendra, M., Kartohardjono, S., & Muharam, Y. (2013). Implementation Application of Alternative Fuel for Land Transportation Sector in Indonesia Based on Other Countries Experience. Journal of Energy and Power Engineering, 7, 524–536.
Masi, M., & Gobbato, P. (2012). Measure of the volumetric efficiency and evaporator device performance for a liquefied petroleum gas spark ignition engine. Energy Conversion and Management, 60, 18–27. http://doi.org/10.1016/j.enconman.2011.11.030
McGuire, & White. (2000). Liquefied Gas Handling Principles On Ships and in Terminals. London: Witherby & Co Ltd.
Md. Ehsan. (2006). Effect of Spark Advance on A Gas Run Automotive Spark Ignition Engine. Journal of Chemical Engineering, 24(1), 42–49.
Mhaske, M. S., Deshmukh, T. S., Ankush, D. D., Palkar, S. M., & Gaikwad, V. S. (2016). Performance Evolution of Domestic Refrigerator Using LPG Cylinder. International Research Journal of Engineering and Technology, 3(4), 2586–2592.
Mockus, S., Sapragonas, J., Stonys, A., & Pukalskas, S. (2006). Analysis of Exhaust Gas Composition of Internal Combustion Engines Using Liquefied Petroleum Gas. Journal of
86
Environmental Engineering and Landscape Management, 14(1), 16–22. http://doi.org/http://dx.doi.org/10.1080/16486897.2006.9636874
Mohan, M. (2013). Zero Cost Refrigeration and Air Conditioning Using LPG. Chennai: Tech Briefs.
Momenimovahed, A., Olfert, J. S., Checkel, M. D., Pathak, S., Sood, V., Robindro, L., … Garg, M. O. (2013). Effect Of Fuel Choice On Nanoparticle Emission Factors In LPG-Gasoline Bi-Fuel Vehicles. International Journal of Automotive Technology, 14(1), 1–11. http://doi.org/10.1007/s12239−013−0001−7
Murillo, S., Míguez, J. L., Porteiro, J., González, L. M. L., Granada, E., & Morán, J. C. (2005). LPG: Pollutant emission and performance enhancement for spark-ignition four strokes outboard engines. Applied Thermal Engineering, 25(13), 1882–1893. http://doi.org/10.1016/j.applthermaleng.2004.12.002
Musat, R., & Helerea, E. (2009). Parameters and Models of the Vehicle Thermal Comfort. Acta Universitatis Sapientiae Electrical and Mechanical Engineering, 1, 215–226.
Ng, B. C., Darus, I. Z. M., Jamaluddin, H., & Kamar, H. M. (2014). Dynamic modelling of an automotive variable speed air conditioning system using nonlinear autoregressive exogenous neural networks. Applied Thermal Engineering, 73(1), 1253–1267. http://doi.org/10.1016/j.applthermaleng.2014.08.043
Nikam, S. D., Dargude, S. B., Dhanagar, V. L., Patharwat, A. A., Khandare, R. S., & Bhane, A. B. (2015). Electricity Free Refrigeration System using Domestic LPG Design of Energy Saving Refrigerator. International Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering, 5(3), 456–460.
NREL. (1994). Technical Evaluation and Assessment of CNG/LPG Bi-Fuel and Flex-Fuel Vehicle Viability. Corolado.
Originlab. (2016). Origin User Guide. Northampton, MA 01060 USA: OriginLab Corporation. http://doi.org/10.4337/9781782545583.00006
Orzechowski, T., & Skrobacki, Z. (2016). Evaluation of thermal conditions inside a vehicle cabin. EPJ Web of Conferences, 114, 1–5. http://doi.org/10.1051/epjconf/201611402085
Palm, B. (2008). Hydrocarbons as refrigerants in small heat pump and refrigeration systems – A review. International Journal of Refrigeration, 31, 552–563. http://doi.org/10.1016/j.ijrefrig.2007.11.016
Pathania, A., & Mahto, D. (2012). Recovery of Engine Waste Heat for Reutilization in Air Conditioning System in an Automobile: An Investigation. Global Journal of Researches in Engineering Mechanical and Mechanics Engineering, 12(1), 7–19.
Pérez-García, V., Belman-Flores, J. M., Navarro-Esbrí, J., & Rubio-Maya, C. (2013). Comparative study of transcritical vapor compression configurations using CO2 as refrigeration mode base on simulation. Applied Thermal Engineering, 51(1–2), 1038–1046. http://doi.org/10.1016/j.applthermaleng.2012.10.018
87
Ponce Arrieta, F. R., Sodré, J. R., Mateus Herrera, M. D., & Barros Zárante, P. H. (2016). Exergoeconomic analysis of an absorption refrigeration and natural gas-fueled diesel power generator cogeneration system. Journal of Natural Gas Science and Engineering, 36, 155–164. http://doi.org/10.1016/j.jngse.2016.10.022
Price, P., Guo, S., & Hirschmann, M. (2004). Performance of an evaporator for a LPG powered vehicle. Applied Thermal Engineering, 24(8–9), 1179–1194. http://doi.org/10.1016/j.applthermaleng.2003.11.028
Rêgo, A. T., Hanriot, S. M., Oliveira, A. F., Brito, P., & Rêgo, T. F. U. (2014). Automotive exhaust gas flow control for an ammonia-water absorption refrigeration system. Applied Thermal Engineering, 64(1–2), 101–107. http://doi.org/10.1016/j.applthermaleng.2013.12.018
Rosmayati, L. (2012). Hydrocarbon Composition and Physical-Chemical Properties Assessment of LPG for Household. Publication Paper of Oil And Gas, 46(2), 69–77.
Rugh, J., Hovland, V., & Andersen, S. (2004). Significant Fuel Savings and Emission Reductions by Improving Vehicle Air Conditioning. In 15th Annual Earth Technologies Forum and Mobile Air Conditioning Summit. Washington, D.C, USA: National Renewable Energy Laboratory.
Saidur, R., Masjuki, H. H., & Hasanuzzaman, M. (2009). Performance Of An Improved Solar Car Ventilator. International Journal of Mechanical and Materials Engineering, 4(1), 24–34.
Saleh, H. E. (2008). Effect of variation in LPG composition on emissions and performance in a dual fuel diesel engine. Fuel, 87(13–14), 3031–3039. http://doi.org/10.1016/j.fuel.2008.04.007
Saraf, R. R., Thipse, S. S., & Saxena, P. K. (2009). Comparative Emission Analysis of Gasoline / LPG Automotive Bifuel Engine. International Journal of Civil and Environmental Engineering, 1(4), 199–202.
Sarkar, J., & Bhattacharyya, S. (2009). Assessment of blends of CO2 with butane and isobutane as working fluids for heat pump applications. International Journal of Thermal Sciences, 48(7), 1460–1465. http://doi.org/10.1016/j.ijthermalsci.2008.12.002
Setiyo, M., Soeparman, S., & Hamidi, N. (n.d.). Numerical study on cooling effect potential from vaporizer device of LPG vehicle. Journal of Engineering Science and Technology.
Setiyo, M., Soeparman, S., Hamidi, N., & Wahyudi, S. (2016). Techno-economic analysis of liquid petroleum gas fueled vehicles as public transportation in Indonesia. International Journal of Energy Economics and Policy, 6(3), 495–500.
Setiyo, M., Waluyo, B., Anggono, W., & Husni, M. (2016). Performance of Gasoline/LPG Bi-Fuel Engine of Manifold absolute Pressure Sensor (MAPS) Variations Feedback. ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, 11(7), 4707–4712.
Shah, I. H., & Gupta, K. (2014). Design of LPG Refrigeration System and Comparative Energy Analysis with Domestic Refrigerator. International Journal Of Engineering Sciences & Research Technology, 3(7), 206–213.
88
Shah, R. K. (2006). Automotive Air-Conditioning Systems – Historical Developments, The State of Technology and Future Trends. In Proceedings of the 3rd BSME-ASME International Conference on Thermal Engineering (pp. 20–22). Dhaka.
Shankar, K. S., & Monahan, P. (2011). MPFI gasoline engine combustion, performance and emission characteristics with LPG injection. International Journal of Energy and Environment, 2(4), 761–770.
Sowjanya, L. (2015). Thermal Analysis of a Car Air Conditioning System Based On an Absorption Refrigeration Cycle Using Energy from Exhaust Gas of an Internal Combustion Engine. Advanced Engineering and Applied Sciences, 3(4), 47–53.
Stoecker, W. F. (1989). Design Of Thermal Systems. Singapore: McGraw-Hill.
Sulaiman, M. Y., Ayob, M. R., & Meran, I. (2013). Performance of Single Cylinder Spark Ignition Engine Fueled by LPG. Procedia Engineering, 53, 579–585. http://doi.org/10.1016/j.proeng.2013.02.074
Tiwari, H., & Parishwad, G. V. (2012). Adsorption Refrigeration System for Cabin Cooling of Trucks. International Journal of Emerging Technology and Advanced Engineering, 2(10), 337–342.
Vaghela, J. K. (2014). The Load Calculation of Automobile Air Conditioning System. International Journal of Engineering Development and Research, 2(1), 97–109.
Vasta, S., Freni, A., Sapienza, A., Costa, F., & Restuccia, G. (2012). Development and lab-test of a mobile adsorption air-conditioner. International Journal of Refrigeration, 35(3), 701–708. http://doi.org/10.1016/j.ijrefrig.2011.03.013
Vicatos, G., Grizagoridis, J., & Wang, S. (2008). A Car Air-Conditioning System Based On An Absorption Refrigeration Cycle Using Energy From Exhaust Gas Of An Internal Combustion Engine. Journal of Energy in Southern Africa, 19(4), 6–11.
Vishweshwara, S. C., Marhoon, J., & Dhali, A. L. (2013). Study of Excessive Cabin Temperatures of the Car Parked in Oman and its Mitigation. International Journal Of Multidisciplinary Sciences And Engineering, 4(9), 18–22.
Wang, M., Zima, M. J., & Kadle, P. S. (2009). Energy-Efficient Air Conditioning Systems Utilizing Pneumatic Variable Compressors. SAE International Journal of Passenger Cars - Mechanical Systems, 2(1), 725–735. http://doi.org/10.4271/2009-01-0539
Wang, S. K. (2000). Handbook of Air Conditioning and Refrigeration (2nd Editio). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Watson, H. C., & Phuong, P. X. (2007). Why Liquid Phase LPG Port Injection has Superior Power and Efficiency to Gas Phase Port Injection. SAE Technical Paper, 2007-01–35. http://doi.org/10.4271/2007-01-3552
Werpy, M. R., Burnham, A., & Bertram, K. (2010). Propane Vehicles : Status, Challenges, and Opportunities. Argonne.
Wongwises, S., & Chimres, N. (2005). Experimental study of hydrocarbon mixtures to replace HFC-134a in a domestic refrigerator. Energy Conversion and Management, 46, 85–100. http://doi.org/10.1016/j.enconman.2004.02.011
89
World LPG Association. (2005). Autogas Incentive Policies, A Country-by-Country Analysis of Why and How Governments Encourage Autogas and What Works. Paris.
World LPG Association. (2012). Autogas Incentive Policies, Revised and Updated 2012. Paris.
World LPG Association. (2015). Autogas Incentive Policies, 2015 Update. Neuilly-sur-Seine.
Younglove, B. A., & Ely, J. F. (1987). Thermophysical Properties of Fluids. II. Methane, Ethane, Propane, Isobutane, and Normal Butane. Journal of Physical and Chemical Reference Data. http://doi.org/10.1063/1.555785
Zainal, B. Z., Mustafa, A., & Hanapi, M. (2006). Heat And Mass Transfer Studies In Liquefied Petroleum Gas Storage Operations (No. 74165). Universiti Teknologi Malaysia, Johor Bahru.
Zima, M., Wang, M., Kadle, P., & Bona, J. (2014). Improving the Fuel Efficiency of Mobile A/C Systems with Variable Displacement Compressors. SAE Technical Paper, 2014-01–07, 1–6. http://doi.org/10.4271/2014-01-0700.
90
Lampiran 1 Luaran Penelitian
1. Publikasi dalam international conference dan dimuat dalam proceeding
No Judul Autors Conference Status
1 A Simulation for Predicting Potential Cooling Effect on LPG-Fuelled Vehicles