Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya, dari shahabat
Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda, Tidaklah Allah turunkan
penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnyaDari riwayat Imam
Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa Nabi bersabda,
Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan
penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa
Taala.(HR. Muslim)Diriwayatkan pula dari musnad Imam Ahmad dari
shahabat Usamah bin Suraik , bahwasanya Nabi bersabda, : : . : :
Aku pernah berada di samping Rasulullah b. Lalu datanglah
serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, Wahai Rasulullah, bolehkah
kami berobat? Beliau menjawab: Iya, wahai para hamba Allah,
berobatlah. Sebab Allah I tidaklah meletakkan sebuah penyakit
melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit. Mereka
bertanya: Penyakit apa itu? Beliau menjawab: Penyakit tua.(HR.
Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah,
dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih.
Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadii menshahihkan hadits ini dalam
kitabnya Al-Jami Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)
Dari Ibnu Masud , bahwa Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah
I tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula
obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan
tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.(HR.
Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan
disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan hadits ini
dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Maad,
4/12-13)Para pembaca yang mulia, hadits-hadits di atas memberikan
pengertian kepada kita bahwa semua penyakit yang menimpa manusia
maka Allah turunkan obatnya. Kadang ada orang yang menemukan
obatnya, ada juga orang yang belum bisa menemukannya. Oleh
karenanya seseorang harus bersabar untuk selalu berobat dan terus
berusaha untuk mencari obat ketika sakit sedang menimpanya.Namun
sangat disayangkan, di masa sekarang terkadang seorang terjatuh
pada kesalahan dalam mencari obat. Itu semua disebabkan karena
lemahnya kesabaran dan kurangnya ilmu pengetahuan, baik ilmu
tentang agamanya maupun ilmu tentang pengobatan. Mereka berobat
dengan cara yang berseberangan dengan syariat bahkan terjatuh dalam
pelanggaran syariat. Bahkan ada pula yang sampai pada cara-cara
kesyirikan dan kekufuran, yang mereka istilahkan dengan Pengobatan
Alternatif.Dalam beberapa penanganan pasien, sang dokter alternatif
kadang membacakan bacaan-bacaan tertentu atau mantra-mantra
tertentu yang semua mantra dan bacaan itu tidak dikenal dalam
Al-Quran dan As-Sunnah (petunjuk Rasulullah). Mereka juga melakukan
gerakan-gerakan tertentu atau mungkin dengan syarat-syarat tertentu
yang harus disiapkan sebelum pengobatan.Terkadang pula kaum
muslimin dalam berobat datang kepada orang pinter (paranormal).
Sebagian dari mereka tidak menamai diri mereka dukun atau tukang
santet, tapi mereka menamakan diri mereka dengan sebutan kiyai.
Atribut keislaman yang mereka (kiyai) sandang menjadikan sebab
tertipunya kaum muslimin. Seperti jubah putih nan panjang, tasbih
yang dikalungkan di lehernya, atau dengan sebagian ayat-ayat
Al-Quran yang mereka baca atau yang lainnya menjadikan kaum
muslimin tertipu. Kaum muslimin mengira mereka sebagai orang yang
pinter, shaleh dan sakti mandraguna, sehingga langsung
mempercayainya. Padahal Nabi kita yang mulia bersabda, Barang siapa
yang mendatangi seorang dukun kemudian dia bertanya tentang sesuatu
(dia mempercayainya) maka shalatnya tidak diterima selama 40
hari.Ini adalah peringatan sekaligus ancaman dari Rasulullah
tentang besarnya dosa perbuatan tersebut.Seorang muslim harus
selalu berbaik sangka kepada Allah dan selalu menyadari bahwa Allah
akan memberikan pahala dan ampunan dari dosa dan kesalahannya
manakala dia sabar ketika musibah itu menimpa padanya dan harus
selalu ingat sabda nabinya yang mulia, dimana Nabi pernah bersabda,
Tidaklah menimpa seorang muslim satu kelelahan, kesakitan,
kesusahan, kesedihan, gangguan dan gundah gulana sampai terkena
duri, maka itu semua menjadi penghapus dari dosa dan
kesalahannya.(HR. Bukhari dan Muslim)Dalam riwayat yang lain Nabi
juga bersabda, Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka
Allah akan menimpakan ujian musibah kepadanya.Maka sikap yang
paling tepat bagi seorang mukmin ketika diuji dengan suatu penyakit
adalah bersabar menjalani sakitnya dan terus berusaha untuk mencari
obatnya. Tentu saja dengan pengobatan-pengobatan yang sesuai dengan
syariat.Para pembaca yang mulia Lantas, bagaimana pengobatan yang
syari itu? Alhamdulillah, Allah dan Rasul-Nya b telah mengajarkan
kepada kita, diantaranya:
Dan Tuhanmu berfirman, Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu.. (QS Al-Mumin 60).
Rasulullahshallallahu alayhi wasallam pernah menemuiUmmu
As-Saaib, beliau bertanya :Kenapa engkau menggigil seperti ini
wahaiUmmu As-Saaib? Wanita itu menjawab : Karena demam wahai
Rasulullah, sungguh tidak ada barakahnya sama sekali.
Rasulullahshallallahu alayhi wasallam bersabda :Jangan engkau
mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa menghapuskan
dosa-dosa manusia seperti proses pembakaran menghilangkan noda pada
besi.(HR. Muslim)
Sakit adalah UjianAllahsubhanahu wa taalaberfirman dalam
al-Quran,Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan:Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun.(QS. Al-Baqarah:
155-156).Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan
hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.(QS. Al-Anbiyaa`:
35)Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani
yang bercampuryang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan
dia mendengar dan melihat.(QS. Al-Insaan:2)DariAnas ibn
Malikradhiyallahu anhudiriwayatkan bahwa ia menceritakan :
Rasulullahshallallahu alayhi wasallambersabda : Sesungguhnya pahala
yang besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah
mencintai seseorang, pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya.
Barangsiapa yang ridha menerima cobaanNya, maka ia akan menerima
keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa menerimanya, niscaya
ia akan menerima kermurkaan Allah.(HR. Tirmidzi)
Rasulullahshallallahu alayhi wasallampernah bersabda
:Sesungguhnya besarnya pahala (balasan) sangat ditentukan oleh
besarnya cobaan. Dan jika sekiranya Allah mencintai suatu kaum,
maka Dia akan menguji dan memberikan cobaan kepada mereka.(HR.
Tirmidzi dan Baihaqi).
Surah Yaasin Ayat 82 ()Artinya : Sesungguhnya keadaan-Nya
apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
Jadilah! Maka terjadilah ia.
2. Dalam menjalankan tugas sehari-hari seorang dokter di Rumah
Sakit berhak menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan
peraturan perundangan yang berlaku. menghentikan jasa
profesionalnya kepada pasien, berhak atas privasi (berhak menuntut
apabila nama baiknya tercemarkan oleh pasien), berhak mendapatkan
informasi secara lengkap dari pasien.
DILEMA ETIK DALAM KEPERAWATAN KRITIS
A.PENGERTIAN1.EtikEtik adalah cara bagaimana seseorang
menetapkan norma atau standar kehidupan seseoarang dan yang
seharusnaya dilakukan (Mandla, Boyle dan ODonohoe. 1994).2.Dilema
EtikDilema Etik adalah suatu masalah yang melibatkan masalah dua
atau lebih landasan moral atau tindakan tetapi tidak dapat
dilakukan keduanya.3.Dilema Etik dalam Keperawatan KritisMerupakan
suatu tindakan yang harus diputuskan oleh perawat dalam menangani
kasus pasien perawatan kritis dengan tidak mengesampingkan
nilai-nilai yang dipegang oleh keluarga.
B.PRINSIP ETIK DALAM MENGAMBIL KEPUTUSANSebagaimana yang
tercermin dalam model pengambilan keputusan, prinsip-prinsip etika
yang relevan harus dipertimbangkan ketika dilema etik muncul.
Terdapat beberapa prinsip-prinsip etik yang terkait dam pengaturan
perawatan kritis, prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk memberikan
hormat dan martabat bagi semua yang terlibat dalam pengambialn
keputusan.1.Menghargai otonomi(facilitate autonomy)Suatu bentuk hak
individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup individu.
Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap
pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menegaskan bahwa seseorang
mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut
rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang didiperlukan dalam
ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah
menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan
seperti itu adalah kepentingannya. (Curtin, 2002). Permasalahan
dari penerapan prinsip ini adalah adanya variasi kemampuan otonomi
pasien yang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran,
usia, penyakit, lingkungan Rumah SAkit, ekonomi, tersedianya
informsi dan lain-lain (Priharjo, 1995). Contoh: Kebebasan pasien
untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai
dengan yang diinginkan.2.Kebebasan (freedom)Prilaku tanpa tekanan
dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak lain
(Facione et all, 1991).Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang
menurut pandangannya sesuatu yang terbaik.Contoh : Klien dan
keluarga mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan
keperawatan yang diberikan.3.Kebenaran(Veracity)truthMelakukan
kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang
tidak bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut
Veatch dan Fry (1987) didefinisikan sebagai menyatakan hal yang
sebenarnya dan tidak bohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan yang
sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang lain. Kebenaran
merupakan hal yang fundamental dalam membangun hubungan saling
percaya dengan pasien. Perawat sering tidak memberitahukan kejadian
sebenarnya pada pasien yang memang sakit parah. Namun dari hasil
penelitian pada pasien dalam keadaan terminal menjelaskan bahwa
pasien ingin diberitahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch,
1978).Contoh : Tindakan pemasangan infus harus dilakukan sesuai
dengan SOP yangberlaku dimana klien dirawat.4.Keadilan(Justice)Hak
setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991).
Merupakan suatu prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua
individu. Artinya individu mendapat tindakan yang sama mempunyai
kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.
Prinsip dari keadilan menurut beauchamp dan childress adalah mereka
uang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak
sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan
kebutuhan mereka.Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan
yang besar, maka menurut prinsip ini harus mendapatkan
sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan
yang dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP
harus sama dan sesuai SAK5.Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)
Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau
membahayakan orang lain.(Aiken, 2003). Contoh : Bila ada klien
dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus dipasang side
driil.6.Kemurahan Hati(Benefiecence)Menyeimbangkan hal-hal yang
menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari tindakan yang
dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan
prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang
lain/pasien. Prinsip ini sering kali sulit diterapkan dalam praktek
keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan
dampak yang merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang
jelas apakah perawat bertanggung jawab atas semua cara yang
menguntungkan pasien.Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat dan
memperlakukan klien dengan baik dan benar.7.Kesetiaan(fidelity)
Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung
jawab, memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai
tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Tanggung
jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi tanggung jawab
menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan
perhatian/kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan salah satu
dari prinsip ketataatan. Peduli pada pasien merupakan komponen
paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada pasien dalam
kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat diwujudkan
dalam memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan individual,
bersikap baik, memberikan kenyamanan dan menunjukan kemampuan
profesionalContoh: Bila perawat sudah berjanji untuk memberikan
suatu tindakan, maka tidak boleh mengingkari janji
tersebut.C.TANGGUNGJAWAB LEGALDALAM KEPERAWATAN KRITISSelain
kewajiban etik perawat pada keperawatan kritis harus memiliki
tanggung jawab dan tanggunggugat kepada pasien beberapa masalah
hukum yang melibatkan perawat diantaranya:1.LisensiPerawat yang
terlibat dalam keperawatn kritis harus memiliki lisensi sebagai
standar bahwa perawat tersebut dapat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap pasien yang ditangani. Lisensi ini
dibutuhkan pada keperawatan kritis diantaranya lisensi dari PPNI
yang didapatkan dengan melalui ujian kompetensi, lisensi pelatihan
keperawatn gawat darurat (pelatihan PPGD) .2.Tuntutan
perkaraPerawat dalam melaksanakan perawatn kritis harus
memperhatikan segala prosedur yang ada. Ketika perawat tidak dapat
melaksanakan tugas dengan benar maka akan terjadi tuntutan atau
masalah-masalah hukum. Masalah hukum yang dapat dihadapi dapat
berupa pidana atau perdata. Oleh karena itu perawat kritis dalam
melakukan keperawatan kritis harus bersikap baik pada pasien
ataupun keluarga.
A. LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN MASALAH DILEMA ETIK
E. MASALAH ETIK DAN LEGAL1. Informed consent Implementasi dari
informed consent terdiri dari tiga unsur yakni kompetensi,
sukarela, dan pengungkapan informasi. Kompetensi mengacu pada
kemampuan seseorang untuk memahami informasi mengenai perawatan
medis atau perawatan yang diusulkan. Kemampuan pasien untuk
memahami informasi yang relevan merupakan prasyarat penting untuk
partisipasi pasien dalam proses pengambilan keputusan dan harus
dievaluasi secara cermat sebagai bagian dari proses informed
consent. Pasien memberikan informed consent harus bebas dari rasa
tertekan (paksaan). Pasien kritis biasanya tidak memiliki kapasitas
mental untuk memberikan informed consent karena sifat penyakit atau
pengobatan yang dilakukan. Jika pasien tidak mampu secara mental,
maka informed consent diperoleh dari keluarga terdekat atau pihak
yang ditunjuk oleh penasehat hukum pasien.Persetujuan harus
diberikan secara sukarela, tanpa paksaan atau penipuan, untuk
persetujuan secara hukum yang mengikat. Sukarela yang dimaksudkan
termasuk kebebasan dari tekanan anggota keluarga, penyedia layanan
kesehatan, dan penanggung jawab biaya. Orang yang melakukan
persetujuan harus berdasarkan pada keputusan mereka pada
pengetahuan yang cukup. Informasi dasar dianggap perlu untuk
pengambilan keputusan, meliputi:1. Diagnosis masalah kesehatan
pasien yang spesifik.2. Durasi dan tujuan dari pengobatan atau
prosedur yang diusulkan.3. Kemungkinan kesembuhan dari intervensi
yang diusulkan.4. Manfaat dari intervensi medis atau keperawatan.5.
Potensi risiko yang umumnya dianggap berbahaya6. Alternatif
intervensi dan kelayakannya.7. Prognosis jangka pendek dan jangka
panjang jika tidak bersedia dilakukan intervensi yang
diusulkan.Tugas perawat tidak memberikan informasi pada pasien
untuk memperoleh informed consent, karena itu adalah peran dokter
yang menangani pasien tersebut. Tanggung jawab perawat adalah untuk
menyaksikan penandatanganan pada informed consent. Jika pasien
belum jelas mengenai keterangan informed concent atau
penjelasan-penjelasan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan dan
pengobatan yang diusulkan perewat berkewajiban untuk menerangkan
kembali sehingga pasien itu paham. Walaupun kadang kala itu akan
mengganggu hubungan antara perawat dengan tim medis tertentu.
Penjelasan yang diberikan perawat ini berdasarkan dari prinsip etik
dan peran perawat.
2.Keputusan mengenai tindakan mempertahankan hidupBagi pasien
yang menderita masalah kesehatan yang menyangkut kelangsungan dan
kualitas hidup diperlukan keputusan yang tidak mengesampingkan
hak-hak dari pasien. Masalah-masalah kritis seperti koma, kematian
otak, CPR dan DNR biasanya banyak memerlukan keputusan yang
menyangkut dilema etik. Keputusan yang diambil oleh tenaga medis
harus sesuai dengan keinginan dan keputusan yang telah disepakati
dengan keluarga.
3.Masalah Kematian Dan Menjelang Ajala.Patient self-
determinatioan ActPerawat dan pasien harus lebh awal dalam
mendiskusikan surat resmi (advance directives) dari pasien ketika
kesehatan pasien masih dalam kondisi yang lebih baik tidak dalam
masa keritis. Hal ini dikarenakan keputusan yang akan diambil akan
lebih banyak membutuhkan waktu untuk mendiskusikan proses pembuatan
keputusan. Perawat harus menghormati keputusan dan keingnan pasien
dalam mengakhiri hidupnya, perawat juga harus menghormati persepsi
pasien mengenai kualitas hidup dalam perawatan diakhir hidupnya dan
menurut keyakinan atau adat dar masing masing pasien.b.Advance
directivePengajuan surat resmi adalah komunikasi spesifik tentang
tindakan medic yang dipilih oleh pasien.beberapa tipe pengajuan
surat resmi yang biasa ada yaitu surat perintah untuk melakukan
DNR, perintah menghentikan kehidupan, surat wasiat dll.hal ini
penting bag perawat untuk mengetahui jenis surat atau perintah yang
ditandatangani atau dimiliki pasien dan pengajuan itu harus
didikuti. Jika hal ini tidak dipatuhi atau dilaksanakan akan
mengakibatkan gugatan.
4. Transplantasi Organ dan jaringanMetode bedah semakin
berkembang dan terapi obat immunosupresivesemakin
efektifdalammeningkatkanjumlahmaupunjenisorgandan
jaringanyangberhasilditransplantasikan. profesiperawatan
kritisharus memastikanbahwa keputusan untukmenarik perawatan
diridibuatsecara terpisah darikeputusanuntuk
menyumbangkanorgan.Disamping itu,donorjantungsetelahkematian sering
dilakukandalamoperasi.anggotaperawatan kritisperlu
membuatrencanaperawatan pasienmeninggal sebagai mana
mestinya.pendonor harusmeninggalsesuai dengan kebijakanrumah
sakityang ditentukansebelumpengadaan organ.Tidak
adanyaprosespengadaan organmenjadipenyebab langsungkematian.
a.etikakekhawatiran seputartranspantationOrgan
danjaringantransplantasimelibatkanbanyak masalah
etikadansangatkompleks.pertimbangan pertamamelibatkan hak hak dari
pendonor, penerima donor dan keluarga.Dalam hal ini prinsip etik
menjadi penting karena berguna untuk menghormti orang yang teribat
dalam pengambilan keputusan etis mengenai transplantasi.
F. PEMBAHASAN KASUSNy. M seorang ibu rumah tangga, umur 35
tahun, mempunyai seorang anak umur 4 tahun, Ny.M. berpendidikan
SMA, dan suami Ny.M bekerja sebagai PNS di suatu kantor kelurahan.
Saat ini Ny.M dirawat di ruang kandungan sejak 3 hari yang
lalu.Sesuai hasil pemeriksaan Ny.M positif menderita kanker rahim
grade III, dan dokter merencanakan untuk dilakukan operasi
pengangkatan kanker rahim. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk
persiapan operasi Ny.M.Menjelang dua hari operasi, Ny.M hanya diam
dan tampak cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan
dijalaninnya. Dokter hanya menjelaskan bahwa Ny.m harus dioperasi
karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan dan dokter
memberitahu perawat kalau Ny.M atau keluarganya bertanya, sampaikan
operasi adalah jalan terakhir. Dan jangan dijelaskan tentang
apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya.Saat menghadapi hal
tersebut Ny.M berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang
merawatnya. Ny.M bertanya kepada perawat beberapa hal, yaitu:
apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti.karena
kami masih ingin punya anak. apakah masih ada pengobatan yang lain
selain operasi dan apakah operasi saya bisa diundur dulu susterDari
beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara
singkat,ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus
operasipenyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan
lainyang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagiBila ibu tidak
puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan dokternyaya.
Dan setelah menjawab beberapa pertanyaan Ny.M. perawat memberikan
surat persetujuan operasi untuk ditanda tangani, tetapi Ny.M
mengatakan saya menunggu suami saya dulu suster, perawat mengatakan
secepatnya ya bu besok ibu sudah akan dioperasitanpa penjelasan
lain, perawat meninggalkan Ny.M.Sehari sebelum operasi Ny.M
berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan
alasan, Ny.M dan suami masih ingin punya anak lagi.Dengan penolakan
Ny.M dan suami, perawat mengatakan pada Ny.M dan suami Ibu ibu
tidak boleh begitu, ibu harus dioperasi agar penyakit ibu tidak
parah, kita hanya berusaha dan perawat meninggalkan pasien dan
suami tanpa penjelasan apapun. Dan setelah penolakan pasien
tersebut, perawat A datang ke Kepala ruangan dan mengatakan bahwa
Ny.M menolak untuk operasi. Ny.M masih ragu karena dokter belum
menjelaskan rencana operasi yang akan dilakukan, Kepala ruangan
bertanya kepada perawat A kenapa tidak dijelaskan Perawat A
menjawab pesan dokter, saya tidak boleh menjelaskan tentang operasi
tersebut, disuruh menunggu dokter, kepala ruangan mengatakan kalau
begitu buat surat pernyataan saja dan kita sampaikan ke dokter
bedahnya. Dan sampai saat ini dokter belum menjelaskan operasi yang
akan dilakukan pada Ny.M dan keluarga. Dan akhirnya pasien pulang.
Beberapa hari kemudian Rumah Sakit mendapat surat keluhan dari
keluarga Ny.M yang berisi ketidakpuasan dari pelayanan dimana Ny.M
dirawat. Oleh karena itu pihak Rumah Sakit(pimpinan)menanggapi
surat tersebut dan berusaha mencari tahu kebenaran kasus yang
tejadi pada Ny.M dan akan mengambil tindakan bila ada unsure
pelanggaran kode etik dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan
staff Rumah Sakit.Sekilas berkaitan dengan ruangan, kepala ruangan
adalah Ners S1 yang bekerja telah lima tahun dan perawat A, adalah
perawat lulusan DIII baru bekerja diruang tersebut dua
tahun.G.ANALISA KASUSHal pertama yang harus dilakukan oleh tim
pencari fakta adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan
beberapa informasi yang diperlukan, baik dari internal maupun
exsternal ruangan termasuk staf yang terlibat, perawat primer,
kepala ruangan dan dokter yang merawat dan pasien/keluarga. Hal-hal
lain yang menyangkut prinsip-prinsip moral dalam pemberian asuhan
keperawatan dan berkaitan dengan standarisasi asuhan keperawatan
yang diberikan (SOP).Pada kasus yang melibatkan Ny.M dapat
dianalisa dengan beberapa hal menyangkut nilai-nilai etika, prinsip
moral dalam professional keperawatan, Kode etik keperawatan (PPNI),
hak-hak pasien, hak dan kewajiban perawat dan juga bentuk standar
praktek keperawatan yang harus dilaksanakan pada pasien yang akan
menjalani operasi. Bila diidentifikasi masalah-masalah yang mungkin
merupakan pelanggaran etik yang terjadi dan merupakan data dari
informasi yang dibutuhkan, adalah sebagai berikut:1.Berkaitan
dengan prinsip-prinsip moral/etik dalam praktek keperawatan,
yaitu:a.Otonomi pasienPrinsip autonomy menegaskan bahwa seseorang
mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya menurut
rencana pilihannya sendiri. Bagian dari apa yang diperlukan dalam
ide terhadap respect terhadap seseorang, menurut prinsip ini adalah
menerima pilihan individu tanpa memperhatikan apakah pilihan
seperti itu adalah kepentingannya.Seperti telah banyak dijelaskan
dalam teori bahwa otonomi merupakan bentuk hak individu dalam
mengatur keinginan melakukan kegiatan atau prilaku. Kebebasan dalam
memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri.Pada kasus Ny.M. bahwa pasien menginginkan informasi yang
banyak tentang tindakan operasi yang akan dilakukan terhadap
dirinnya, informasi-informasi yang dibutuhkannya karena Ny.M
berkeinginan bahwa ia masih ingin punya anak lagi dan bila operasi
dilakukan berarti pasien merasa tidak akan mempunyai anak lagi.
Tetapi keinginan pasien untuk mendapat informasi yang lebih banyak
tidak terpenuhi, hal inilah yang menjadi dilema bagi pasien
sementara itu kondisi sakitnya akan membuat Ny.M tidak tertolong
lagi.Penolakan Ny.M dan keluarga untuk dilakukan operasi merupakan
hak pasien tetapi, hak dan kewajiban perawat juga untuk dapat
memberikan asuhan keperawatan yang optimal dengan membantu
penyembuhan pasien yaitu dengan jalan dilakukan operasi.b.Advokasi
perawat terhadap pasienAdvokasi merupakan salah satu peran perawat
dalam menjalankan praktek keperawaatan dan asuhan keperawatannya.
Perawat seharusnya memberikan penjelasan lebih rinci dan mendukung
pasien agar dapat berkonsultasi kepada tim dokter yang akan
melakukan operasinya.Advoaksi perawat yang dapat dilakukan pada
kondisi kasus Ny.M, dapat berupa: penjelasan yang jelas dan terinci
tentang kondisi yang dialami Ny.M, melakukan konsultasi dengan tim
medis berkaitan denganmaslah tersebut, juga harus disampaikan bahwa
Ny.M ingin mempunyai anak lagi. Bentuk-bentuk advokasi inilah yang
memungkinkan tim baik keperawatan dan medis akan bersama
menjelaskan dengan lengkap dan baik.Bentuk advokasi lainnya adalah
Perawat ruangan dapat membuat tim keperawatan dan medis dan dapat
menberikan informasi dan komunikasi yang baik pada
pasien.2.Berkaitan hak-hak pasienPada teori telah dijelaskan bahwa
pasien juga mempunyai hak-hak yang harus diperhatikan oleh perawata
dalam praktek keperawatan, diantarannya yang berhubungan dengan
kasus Ny.M. Pasien berhak mendapatkan informasi yang lengkap jelas,
pasien berhak memperoleh informasi terbaru baik dari tim medis dan
perawat yang mengelolannya, pasien juga berhak untuk memilih dan
menolak pengobatan ataupun asuhan bila merasa dirinnya tidak
berkenan.Ny.M. merasa bahwa dirinya tidak memperoleh informasi yang
diharapkannya, pasien berharap banyak informasi dan hal-hal yang
berkaitan dengan kondisinnya sehingga pasien dapat memnentukan
pilihannya dengan tepat. Apapun pilihan pasien dan keputusan pasien
setelah mendapatkan informasi yang jela merupakan hak automi
pasien.3.Berkaitan Kode Etik Keperawatan (PPNI)a.Kewajiban perawat
dalam melaksanakan tugas.Sebagai tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan langsung kepada individu, keluarga dan masyarakat,
perawat berkewajiban untuk melaksanakan kode etik profesinya dan
menjalankan semua kewajiban yang didasari oleh nilai-nilai moral
yang telah diatur dalam profesinya.Terdapat beberapa kewajiban
perawat yang tidak dijalankan dengan baik dalam kasus Ny.M.
diantaranya berkewajiban memberikan informasi, komunikasi kepada
pasien, memberikan peran perlindungan kepada pasien, perawat wajib
memberi kesempatan kepada pasien untuk dapat menentukan pilihan dan
memberikan alternative penyelesaian atas kondisi dan keinginan
pasien dalam arti bahwa perawat wajib menghargai pilihan atau
autonomi pasien. Sesuai kode etik keperawatan (PPNI) bahwa perawat
senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam melaksanakan
tugas. Bila kewajiban diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka
dapat memberikan kesempatan kepada Ny.M dan keluarga dapat berfikir
rasional dan logic atas kondisi yang menimpannya.b.Hubungan Perawat
terhadap Pasien, tenaga kesehatan lain (dokter)Sesuai kode etik
keperawatan (PPNI) bahwa perawat senantiasa menjaga hubungan baik
antar sesame perawat, pasien dan tenaga kesehatan lain dengan
tujuan keserasian suasana dan ligkungan kerja maupun dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.Pada kasus Ny.M
terdapat beberapa dilema etik yaitu perawat tidak mampu mengambil
suatu keputusan yang terbaik dari intruksi yang telah disampaikan
oleh dokter seharusnya perawat mengklarifikasi atas apa yang
disampaikan oleh tim medis. Dan perlunya tim konsultasi yang
berkaitan dengan masalah-masalah yang terggambar pada kasus Ny.M.
tim inilah yang merupakan kelompok yang baik sebagai tempat untuk
menjelaskan kondisi pasien. Tim inipun akan memberikan
alternatif-alternatif atau masukan yang berarti tentang dampak dari
tindakan dan bila tidak dilakukan tindakan. Tim ini juga terdiri
dari beberapa profesi yaitu: medis, keperawatan, dan tenaga lain
yang berkaitan dengan masalah Ny.M. Hubungan yang baik harus
diciptakan sehingga pada setiap interaksi dengan pasien terjadi
komunikasi yang terintegrasi dan menyeluruh sehingga informasi yang
diberikan kepada pasien dapat sama dan saling menunjang.4.Berkaitan
nilai-nilai praktek keperawatan professional.Secara teori dikatakan
bahwa nilai-nilai professional perawat harus selalu dijalankan pada
setiap berhubungan dan melaksanakan praktek keperawatan,
nilai-nilai professional yang dimaksud yaitu Aesthetics, altruism,
equality, freedom, human dignity, justice dan truth. Dari kasus
Ny.M. dapat dikatakan bahwa perawat ruangan menlanggar nilai-nilai
praktek profesionalnya.Sifat altruism yang ditunjukan pada pasien
Ny.M tidak terlihat sama sekali apalagi kepedulian caring terhadap
Ny.M, seakan perawat mengabaikan pasien, selayaknya perawat
menunjukan perhatiannya kepada pasien terhadap isu/kondisi saat ini
sehingga dampak dari tindakan/pengobatan dapat melegakan bagi
pasien. Disamping itu nilai kebebasan dalam menentukan sikap
terhadap tindakan/pengobatan yang diambil oleh tim medis seharusnya
perawat menggunakan kapasitasnya secara independent, confidence,
serta menghargai hak pasien.Nilai yang lain adalah menghargai
martabat manusia dengan sikap empathy, respect full, yang dapat
dijalankan oleh perawat menghadapi kasus Ny.M. penting dalam
melindungi hak individu, memperlakukan pasien sesuai keinginannya.
Disamping nilai-nilai tersebut penting juga berkata jujur sesuai
kebenaran, walaupun kadang-kandang kebenaran itu akan memberikan
dampak yang tidak selalu baik, tetapi dalam nilai kebenaran ini
yang penting adalah perlu dilihat kondisi, dampak dan apa keinginan
pasien sehingga apa yang kita sampaikan kepada pasien dapat
diterima dan dipertimbangkan dengan baik, apapun keputusannya dapat
memberikan keduannya hal yang baik yang telah
dilaksanakan.5.Tinjauan dari standar praktek dan SOPDidalam standar
praktek keperawatan pada pasien yang akan dilakukan operasi harus
dipersiapkan baik fisik dan mental, termasuk memberikan
informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana operasi yang akan
dilakukan. Saat penanda tanganan persetujuan operasi harus
dijelaskan, walaupun kewajiban memberikan informasi hal tersebut
adalah dokter yang akan melakukan operasi, tetapi perawat harus
tetap mendampingi dan memberikan advokasi dan memberikan penjelasan
lain secara lengkap agar pasien dapat menjalani operasi dengan
baik. Didalam setiap SOP-pun hal ini telah diidentifikasi beberapa
tindakan yang harus dilakukan pada pasien yang akan menjalani
operasi, maka harus dilihat lagi apakah SOP di ruangan tersebut
telah tersedia dan selalu diperbaharui.H.PENYELESAIAN KASUSDalam
menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. M,
dapat diambil salah satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka
pemecahan etik yang dikemukan oleh Kozier, erb. (1989), dengan
langkah-langkah sebagai berikut:1.Mengembangkan data dasar dalam
hal klarifiaksi dilema etik, mencari informasi sebanyaknya,
berkaitan dengan:a.Orang yang terlibat, yaitu: Pasien, suami
pasien, dokter bedah/kandungan, kepala ruangan dan perawat
primer.b.Tindakan yang diusulkan, yaitu: Akan dilakukan operasi
pengangkatan kandungan/rahim pada Ny.M. dan perawat primer tidak
boleh menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan operasi, menunggu
dokter bedahnya.c.Maksud dari tindakan, yaitu: Agar kanker rahim
yang dialami Ny.M dapat diangkat (tidak menjalar ke organ lain) dan
pengobatan tuntas.d.Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan,
yaitu: bila operasi tetap dilaksanakan keinginan Ny.M dan keluarga
untuk mempunyai anak kemungkinan tidak bisa lagi dan bila operasi
tidak dilakukan penyakit/kanker rahim Ny.M kemungkinan akan menjadi
luas. Dan mengenai pesan dokter untuk tidak menjelaskan hal-hal
yang berkaitan dengan rencana operasi Ny.M, bila dilaksanakan pesan
tersebut, perawat melannggar prinsip-prinsip moral, dan bila pesan
dokter tersebut melanggar janji terhadap teman sejawat.
2.Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi
tersebut.a.Konflik yang terjadi pada perawat A, yaitu:-Bila
menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya perawat kawatir akan
kondisi Ny.M akan semakin parah dan stress, putus asa akan
keinginannya untuk mempunyai anak.-Bila tidak dijelaskan seperti
kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan prinsip-prinsip
professional perawat-Atas penolakan pasien perawat merasa hal itu
kesalahan dari dirinya-Berkaitan dengan pesan dokter, keduanya
mempunyai dampak terhadap prinsip-prinsip moral/etik.-Bila perawat
menyampaikan pesan dokter, perawat A melangkahi wewenang yang
diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak disampaikan perawat A
tidak bekerja sesuai standar profesi.b.Konflik yang terjadi pada
Kepala Ruangan, yaitu:-Berkaitan dengan pesan dokter kondisinya
sama dengan perawat primer-Atas penolakan pasien merupakan gambaran
manajemen ruangan yang kurang terkoordinasi dengan baik.-Meninjau
kembali SOP pada pasien yang akan dilakukan operasi apakah masih
relevan atau tidak.3.Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian
tindakan yang direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau
konsekuensi tindakan tersebut.a.Menjelaskan secara rinci rencana
tindakan operasi termasuk dampak setelah dioperasi.b.Menjelaskan
dengan jelas dan rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila
tidak dilakukan tindakan operasic.Memberikan penjelasan dan saran
yang berkaitan dengan keinginan dari mempunyai anak lagi,
kemungkinan dengan anak angkat dan sebagainnya.d.Mendiskusikan dan
memberi kesempatan kepada keluarga atas penolakan tindakan operasi
dan memberikan alternative tindakan yang mungkin dapat dilakukan
oleh keluarga.e.Memberikan advokasi kepada pasien dan keluarga
untuk dapat bertemu dan mendapat penjelasan langsung pada dokter
bedah, dan memfasilitasi pasien dan kelurga untuk dapat mendapat
penjelasan seluas-luasnya tentang rencana tindakan operasi dan
dampaknya bila dilakukan dan bila tidak dilakukan.4.Menentukan
siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat.Perawat tidak membuat keputusan untuk pasien,
tetapi perawat membantu dalam membuat keputusan bagi dirinya dan
keluarganya, tetapi dalam hal ini perlu dipikirkan, beberapa
hal:a.Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan
mengapa mereka ditunjuk.b.Untuk siapa saja keputusan itu
dibuatc.Apa kriteria untuk menetapkan siapa pembuat keputusan
(social, ekonomi, fisiologi, psikologi dan
peraturan/hukum).d.Sejauh mana persetujuan pasien dibutuhkane.Apa
saja prinsip moral yang ditekankan atau diabaikan oleh tindakan
yang diusulkan.Dalam kasus Ny.M. dokter bedah yakin bahwa pembuat
keputusan, jadi atau tidaknya untuk dilakukan operasi adalah
dirinya, dengan memperhatikan faktor-faktor dari pasien, dokter
akan memutuskan untuk memberikan penjelasan yang rinci dan
memberikan alternatif pengobatan yang kemungkinan dapat dilakukan
oleh Ny.M dan keluarga. Sedangkan perawat primer seharusnya
bertindak sebagai advokasi dan fasilitator agar pasien dan keluarga
dapat membuat keputusan yang tidak merugikan bagi dirinya, sehingga
pasien diharapkan dapat memutuskan hal terbaik dan memilih
alternatif yang lebih baik dari penolakan yang dilakukan.Bila
beberapa kriteria sudah disebutkan mungkin konflik tentang
penolakan rencana operasi dapat diselesaikan atau diterima oleh
pasien setelah mendiskusikan dan memberikan informasi yang lengkap
dan valid tentang kondisinya, dilakukan operasi ataupun tidak
dilakukan operasi yang jelas pasien telah mendapat informasi yang
jelas dan lengkap sehingga hak autonomi pasien dapat dipenuhi serta
dapat memuaskan semua pihak. Baik pasien, keluarga, perawat primer,
kepala ruangan dan dokter bedahnya.5.Mendefinisikan kewajiban
perawatDalam membantu pasien dalam membuat keputusan, perawat perlu
membuat daftar kewajiban keperawatan yang harus diperhatikan,
sebagai berikut:a.memberikan informasi yang jelas, lengkap dan
terkinib.meningkatkan kesejahteran pasienc.membuat keseimbangan
antara kebutuhan pasien baik otonomi, hak dan tanggung jawab
keluarga tentang kesehatan dirinya.d.membantu keluarga dan pasien
tentang pentingnya sistem pendukunge.melaksanakan peraturan Rumah
Sakit selama dirawatf.melindungi dan melaksanakan standar
keperawatan yang disesuikan dengan kompetensi keperawatan
professional dan SOP yang berlaku diruangan.6.Membuat
keputusan.Dalam suatu dilema etik, tidak ada jawaban yang benar
atau salah, mengatasi dilema etik, tim kesehatan perlu
dipertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan atau paling
tepat untuk pasien. Kalau keputusan sudah ditetapkan, secara
konsisten keputusan tersebut dilaksanakan dan apapun yang
diputuskan untuk kasus tersebut, itulah tindakan etik dalam membuat
keputusan pada keadaan tersebut. Hal penting lagi sebelum membuat
keputusan dilema etik,perlu mengali dahulu apakah niat/untuk
kepentinganya siapasemua yang dilakukan, apakah dilakukan untuk
kepentingan pasien atau kepentingan pemberi asuhan, niat inilah
yang berkaitan dengan moralitas etis yang dilakukan.Pada kondisi
kasus Ny.M. dapat diputuskan menerima penolakan pasien dan keluarga
tetapi setelah perawat atau tim perawatan dan medis, menjelaskan
secara lengkap dan rinci tentang kondisi pasien dan dampaknya bila
dilakukan operasi atau tidak dilakukan operasi. Penjelasan dapat
dilakukan melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan
perawatan dan pengobatan Ny.M. Tetapi harus juga diingat dengan
memberikan penjelasan dahulu beberapa alternatif pengobatan yang
dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi Ny.M sebagai bentuk
tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral
profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus
disadari oleh semua pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan
hak, ataupun otonomi pasien dan keluarga.Pada kasus diatas dapat
diputuskan dan disimpulkan, bahwa terjadi pelanggaran etik, dengan
alasan-alasan dan informasi yang telah ditelaah, yaitu:a.Belum ada
penjelasan yang lengkap dari perawat dan dokter (Tim) berkaitan
dengan tindakan operasi yang akan dilakukan (tidak sesuai dengan
SOP atau standar praktek keperawatan)b.Pasien dan keluarga tidak
diberi kesempatan dan mendiskusikan mengenai penyakit, akibat dan
tindakan-tindakan yang akan dilakukan terhadapnyac.Berdasarkan
kajian dan hasil analisa kasus bahwa hubungan dokter, perawat dan
psien tidak sesuai dengan harapan kode etik keperawatan
(PPNI)d.Terdapat pelanggaran nilai-nilai moral dan professional
perawat, meliputi, otonomi, altruism, justice, truh dan
lainyae.Terdapat pelangaran hak-hak pasien, yaitu hak mendapatkan
informasi yang valid dan terkini.Dengan alasan-alasan tersebut dan
telah melalui langkah-langkah penyelesaian etik maka Komite etik di
Rumah Sakit tersebut harus menentukan tindakan dengan hati-hati dan
terencana sesuai tingkat pelanggaran etik yang dilakukan baik
terhadap dokter, perawat primer (perawat A) dan kepala ruangan,
masing-masing perlu mendapatkan beberapa peringatan atau bentuk
pembinaan sesuai tingkat pelanggaran etik masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Guwandi,J. (2002). Hospital Law (Emerging doctrines &
Jurisprudence). Jakarta : Balai penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.Klein, Sole. 2009.Critical Care Nursing:
fifth edition.Unitide Site of America: Sevier.Potter & Perry.
2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktek.EGC; Jakarta.
Herinia ADALAH Otak herniasi adalah efek samping yang berpotensi
mematikan tekanan intrakranial sangat tinggi yang terjadi ketika
bagian dari otak diperas seluruh struktur di dalam tengkorak. Otak
dapat bergeser di struktur seperti cerebri falx, cerebelli
tentorium, dan bahkan melalui foramen magnum di dasar tengkorak (di
mana sumsum tulang belakang menghubungkan dengan otak). Herniasi
dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang menyebabkan efek massa
dan meningkatkan tekanan intrakranial (ICP). Ini termasuk luka
trauma otak, perdarahan intrakranial, atau tumor otak [1]
Herniasi juga dapat terjadi tanpa adanya ICP tinggi ketika lesi
massa seperti hematoma terjadi di perbatasan kompartemen otak.
Dalam kasus seperti tekanan lokal meningkat di tempat di mana
herniasi terjadi, namun tekanan ini tidak ditularkan ke seluruh
otak, dan karena itu tidak mendaftar sebagai peningkatan ICP.
[2]
Karena herniasi menempatkan tekanan yang ekstrim pada
bagian-bagian otak dan dengan demikian memotong suplai darah ke
berbagai bagian otak, sering fatal. Oleh karena itu,
langkah-langkah ekstrim yang diambil dalam pengaturan rumah sakit
untuk mencegah kondisi tersebut dengan mengurangi tekanan
intrakranial, atau dekompresi (pengeringan) hematoma yang menekan
lokal pada bagian otak.
Isi [hide] 1 Klasifikasi 1.1 herniasi uncal 1.2 herniasi Central
1.3 cingulate herniasi 1.4 Transcalvarial herniasi 1,5 herniasi ke
atas 1.6 herniasi tonsil 2 Tanda dan gejala 3 Terapi dan prognosis
4 Lihat juga 5 Referensi 6 Pranala luar Klasifikasi [sunting]
Jenis herniasi otak [3] 1) uncal 2) Central 3) cingulate 4)
Transcalvarial 5) ke atas 6) tonsil Ada dua kelas utama dari
herniasi: supratentorial dan infratentorial. Herniasi
supratentorial adalah struktur biasanya di atas kedudukan tentorial
dan infratentorial adalah struktur biasanya di bawahnya. [4]
herniasi supratentorial Uncal (transtentorial) Central Cingulate
(subfalcine) Transcalvarial herniasi infratentorial Upward
(serebelum ke atas atau transtentorial ke atas) Tonsil (bawah
serebelar) Herniasi uncal [sunting] Dalam herniasi uncal, subtipe
umum herniasi transtentorial, bagian paling dalam dari lobus
temporal, uncus, dapat diperas begitu banyak sehingga bergerak ke
arah tentorium dan menempatkan tekanan pada batang otak, terutama
otak tengah [5] tentorium The. adalah struktur dalam tengkorak
dibentuk oleh dura mater dari meninges. Tissue dapat dilucuti dari
korteks serebral dalam proses yang disebut decortication. [6]
Uncus dapat menekan saraf okulomotorius, yang dapat mempengaruhi
masukan parasimpatis mata di sisi saraf yang terkena, menyebabkan
pupil mata yang terkena membesar dan gagal mengerut sebagai respon
terhadap cahaya sebagaimana mestinya. Dilatasi pupil sering
mendahului efek motorik somatik kranial kompresi saraf III, yang
hadir sebagai deviasi mata ke "turun dan keluar" posisi karena
hilangnya persarafan ke semua otot motilitas okular kecuali untuk
rektus lateralis (dipersarafi oleh saraf kranial VI ) dan miring
superior (diinervasi oleh saraf kranial IV). Gejala terjadi dalam
urutan ini karena serat parasimpatis mengelilingi serabut motorik
dari CNIII dan karenanya dikompresi terlebih dahulu. [Rujukan?]
Kompresi arteri serebral posterior ipsilateral akan
mengakibatkan iskemia korteks ipsilateral primer visual dan
kontralateral defisit lapang pandang di kedua mata (kontralateral
hemianopsia homonim).
Temuan penting lainnya adalah tanda lokalisasi palsu, yang
disebut notch Kernohan, yang dihasilkan dari kompresi kontralateral
[7] crus otak mengandung turun kortikospinalis dan beberapa serat
kortikobulbar saluran. Hal ini menyebabkan hemiparesis ipsilateral
(seperti traktat ini atas decussation mereka di mana mereka
dikompresi). Karena saluran kortikospinalis didominasi innervates
otot fleksor, perpanjangan kaki juga dapat terlihat. Dengan
meningkatnya tekanan dan perkembangan hernia akan ada distorsi dari
batang otak yang mengarah ke Duret perdarahan (merobek pembuluh
kecil di parenkim) di median dan zona paramedian dari mesencephalon
dan pons. Pecahnya pembuluh ini menyebabkan linier atau dinyalakan
perdarahan berbentuk. Batang otak terganggu dapat menyebabkan
postur dekortikasi, pusat pernapasan depresi dan kematian.
Kemungkinan lain akibat distorsi batang otak meliputi kelesuan,
denyut jantung lambat, dan pelebaran pupil. [6] herniasi uncal
dapat maju ke herniasi sentral. [4]
Sebuah komplikasi dari herniasi uncal adalah perdarahan Duret.
Hal ini menyebabkan otak tengah dan pons yang dikompresi, mungkin
menyebabkan kerusakan pada formasi reticular. Jika tidak diobati,
kematian akan terjadi.
Herniasi sentral [sunting] Dalam herniasi sentral, diencephalon
dan bagian dari lobus temporal kedua belahan otak diperas melalui
takik di cerebelli tentorium. [5] [8] transtentorial herniasi dapat
terjadi ketika otak bergerak naik atau turun di tentorium, disebut
naik dan turun herniasi transtentorial masing-masing; Namun turun
herniasi jauh lebih umum. [1] herniasi Downward dapat meregang
cabang arteri basilar (arteri pons), menyebabkan mereka robek dan
berdarah, yang dikenal sebagai pendarahan Duret. Hasilnya biasanya
berakibat fatal. [8] Gejala lain dari jenis herniasi termasuk
kecil, dilatasi pupil tetap dengan [9] kelumpuhan gerakan mata ke
atas memberikan penampilan karakteristik "mata sunset". Juga
ditemukan pada pasien ini, sering sebagai komplikasi terminal
adalah pengembangan dari Diabetes Inspidus karena kompresi tangkai
hipofisis. Radiografi, herniasi ke bawah ditandai oleh obliterasi
tangki suprasellar dari lobus temporal herniasi ke dalam hiatus
tentorial dengan terkait kompresi pada peduncles otak. Ke atas
herniasi, di sisi lain, dapat radiografi ditandai dengan pemusnahan
dari perigi quadrigeminal. Sindrom hipotensi intrakranial telah
dikenal untuk meniru herniasi ke bawah transtentorial.
Cingulate herniasi [sunting]
Herniasi Subfalcine pada CT Dalam cingulate atau subfalcine
herniasi, jenis yang paling umum, bagian paling dalam dari lobus
frontal tergores di bawah bagian dari cerebri falx, dura mater di
bagian atas kepala antara dua belahan otak. [5] [10] cingulate
herniasi dapat disebabkan ketika salah satu belahan membengkak dan
mendorong gyrus cingulate oleh cerebri falx. [4] hal ini tidak
menempatkan banyak tekanan pada batang otak sebagai jenis lain dari
herniasi, tapi dapat mengganggu pembuluh darah di lobus frontal
yang dekat dengan lokasi cedera (arteri serebral anterior), atau
mungkin berkembang menjadi herniasi sentral. [5] Interferensi
dengan suplai darah dapat menyebabkan peningkatan berbahaya di ICP
yang dapat menyebabkan bentuk yang lebih berbahaya herniasi. [11]
Gejala untuk cingulate herniasi tidak didefinisikan dengan baik.
[11] Biasanya terjadi selain herniasi uncal, cingulate herniasi
bisa timbul dengan sikap abnormal dan koma [4] cingulate herniasi
sering diyakini menjadi pelopor untuk jenis herniasi. [11].
Herniasi Transcalvarial [sunting] Dalam herniasi transcalvarial,
otak meremas melalui patah tulang atau luka operasi di tengkorak.
[4] Juga disebut "herniasi eksternal", jenis herniasi dapat terjadi
selama craniectomy, operasi di mana flap tengkorak dihapus,
mencegah potongan tengkorak dari yang diganti. [1]
Herniasi ke atas [sunting] Peningkatan tekanan di fossa
posterior dapat menyebabkan otak kecil untuk bergerak ke atas
melalui lubang tentorial di atas, atau herniasi cerebellum. [5]
otak tengah ini didorong melalui takik tentorial. Ini juga
mendorong bawah otak tengah.
Herniasi tonsil [sunting] Dalam herniasi tonsil, juga disebut
bawah herniasi cerebellar, [4] atau "coning", tonsil serebelum
bergerak ke bawah melalui foramen magnum mungkin menyebabkan
kompresi batang otak yang lebih rendah dan sumsum tulang belakang
leher bagian atas ketika mereka melalui foramen magnum. [5]
peningkatan tekanan pada batang otak dapat mengakibatkan disfungsi
pusat di otak yang bertanggung jawab untuk mengendalikan fungsi
Pengaturan pernapasan dan jantung tanda-tanda yang paling umum
adalah memiringkan kepala dan leher kaku karena impaksi tonsil.
Tingkat kesadaran akan berkurang dan juga menimbulkan flaccid
paralysis. Ketidakstabilan Tekanan darah juga terlihat pada pasien
ini. [9]
Herniasi tonsil serebelum juga dikenal sebagai Chiari malformasi
(CM), atau sebelumnya adalah Arnold Chiari malformasi (ACM).
Setidaknya ada tiga jenis Chiari malformasi yang diakui secara
luas, dan mereka mewakili proses penyakit yang sangat berbeda
dengan gejala yang berbeda dan prognosis. Kondisi ini dapat
ditemukan pada pasien tanpa gejala sebagai temuan insidental, atau
bisa begitu parah untuk menjadi mengancam jiwa. Kondisi ini
sekarang sedang didiagnosis lebih sering oleh ahli radiologi,
karena semakin banyak pasien menjalani MRI scan dari kepala mereka.
Ectopia serebelum adalah istilah yang digunakan oleh ahli radiologi
untuk menggambarkan amandel cerebellar yang "dataran rendah" tapi
yang tidak memenuhi kriteria radiografi untuk definisi sebagai
malformasi Chiari. Definisi radiografi yang diterima saat ini untuk
malformasi Chiari adalah bahwa amandel cerebellar terletak
setidaknya 5mm di bawah tingkat foramen magnum. Beberapa dokter
telah melaporkan bahwa beberapa pasien tampaknya mengalami gejala
yang konsisten dengan malformasi Chiari tanpa bukti radiografi
herniasi tonsil. Kadang-kadang pasien-pasien ini digambarkan
memiliki 'Chiari [type] 0'.
Ada banyak dugaan penyebab herniasi tonsil termasuk: menurun
atau cacat fossa posterior (bagian bawah, bagian belakang
tengkorak) tidak memberikan cukup ruang untuk otak kecil;
hidrosefalus atau volume CSF normal mendorong amandel keluar.
Gangguan jaringan ikat, seperti Ehlers Danlos Syndrome, dapat
dikaitkan.
Untuk evaluasi lebih lanjut dari herniasi tonsil, studi aliran
CINE digunakan. Jenis MRI meneliti aliran CSF pada cranio-serviks
bersama. Untuk orang mengalami gejala dengan tampaknya Max
herniasi, terutama jika gejala yang lebih baik dalam posisi
terlentang dan lebih buruk setelah berdiri / tegak, MRI tegak
mungkin berguna. [2]
Tanda dan gejala [sunting]
Sikap dekortikasi, dengan siku, pergelangan tangan dan jari-jari
tertekuk, dan kaki diperpanjang dan diputar ke dalam Otak herniasi
sering menyajikan dengan sikap yang abnormal [2] positioning
karakteristik anggota badan menunjukkan kerusakan otak parah.
Pasien-pasien ini memiliki tingkat menurunkan kesadaran, dengan
Glasgow Coma Skor 3-5. [2] Salah satu atau kedua murid dapat
melebar dan gagal mengerut sebagai respon terhadap cahaya. [2]
Muntah juga bisa terjadi karena kompresi muntah pusat di medula
oblongata.
Pengobatan dan prognosis [sunting]
MRI menunjukkan kerusakan akibat herniasi. Pasien ini
ditinggalkan dengan cacat sisa termasuk yang melibatkan gerakan dan
ucapan. [12] Pengobatan melibatkan penghapusan massa etiologi dan
craniectomy dekompresi. Otak herniasi dapat menyebabkan cacat berat
atau kematian. Bahkan, ketika herniasi terlihat pada CT scan,
prognosis untuk pemulihan yang berarti fungsi neurologis miskin.
[2] Pasien mungkin menjadi lumpuh pada sisi yang sama dengan lesi
yang menyebabkan tekanan, atau kerusakan pada bagian otak
disebabkan oleh herniasi dapat menyebabkan kelumpuhan pada sisi
yang berlawanan lesi. [8] Kerusakan pada otak tengah, yang berisi
jaringan mengaktifkan retikuler yang mengatur kesadaran, akan
menghasilkan koma. [8] Kerusakan pada pusat-pusat cardio-pernafasan
pada medulla oblongata akan menyebabkan pernapasan dan (sekunder)
serangan jantung. [8] saat [kapan?] penyelidikan sedang berlangsung
mengenai penggunaan agen saraf selama periode pasca-trauma
berkepanjangan hipersensitivitas otak yang berhubungan dengan
sindrom.