BAB I PENDAHULUAN Lokasi Museum Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berada di kawasan Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto, kurang lebih 6 kilometer timur pusat kota Yogyakarta. Museum ini berada tidak jauh dari jalan raya rute bus Yogya-Solo dengan cek point SD Angkasa (Periksa petunjuk lokasi Museum Dirgantara Mandala). Ciri Khusus dan Keunikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Ciri Khusus Ciri khusus Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala adalah koleksi di Museum ini sebagian besar memuat koleksi pesawat terbang yang pernah digunakan TNI AU, bahkan negara yang pernah memproduksi atau menggunakannya saat ini tidak memiliki lagi. Keunikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala memiliki pesawat- pesawat yang berasal dari negara-negara timur dan barat, yang museum-museum negara lain di dunia tidak memiliki keunikan ini. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Lokasi Museum
Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berada di kawasan Pangkalan Udara TNI
AU Adisutjipto, kurang lebih 6 kilometer timur pusat kota Yogyakarta. Museum ini berada
tidak jauh dari jalan raya rute bus Yogya-Solo dengan cek point SD Angkasa (Periksa
petunjuk lokasi Museum Dirgantara Mandala).
Ciri Khusus dan Keunikan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Ciri Khusus
Ciri khusus Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala adalah koleksi di Museum
ini sebagian besar memuat koleksi pesawat terbang yang pernah digunakan TNI AU,
bahkan negara yang pernah memproduksi atau menggunakannya saat ini tidak memiliki
lagi.
Keunikan
Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala memiliki pesawat-pesawat yang berasal
dari negara-negara timur dan barat, yang museum-museum negara lain di dunia tidak
memiliki keunikan ini.
1
BAB II
SEJARAH SINGKAT MUSEUM PUSAT TNI AU
DIRGANTARA MANDALA
Latar belakang penyelenggaraan Museum Angkatan Udara Republik Indonesia. Hal-
hal yang mendorong didirikannya museum :
1. Semua kegiatan dan peristiwa bersejarah dalam pertumbuhan dan perkembangan TNI
AU serta semua pengorbanan para pendahhulu, pejuang dan pahlawan udara dalam
membina dan merintis Angkatan Udara RI / ABRI khususnya, serta mempertahankan
dan menegakkan kemerdekaan Negara dan Bangsa Indonesia perlu dilestarikan.
2. Dalam rangka pewarisan nilai-nilai 45 yakni bahwa pengabdian dan pendokumentasian
tersebut perlu direalisasikan dalam bentuk visualisasi bukti sejarah agar dapat diketahui,
diterima, dihayati dan diamalkan oleh generasi penerus.
Museum Pusat Angkatan Udara Republik Indonesia (Museum Pusat AURI) di
Jakarta.
Hasrat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan maupun
peristiwa-peristiwa bersejarah di lingkungan AURI adalah merupakan gagasan Pimpinan
AURI yang dituangkan dalam Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor 491
Tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumentasi, sejarah dan museum Angkatan Udara
Republik Indonesia. Meskipun demikian, realisasinya tidak secepat yang kita harapkan.
Museum Angkatan Udara baru bisa diwujudkan tanggal 21 April 1967. Semula masih
bersifat embrio dan organisasinya berada di bawah Pimpinan Asisten Direktorat Hubungan
Masyarakat Angkatan Udara Republik Indonesia. Museum yang masih berstatus embrio ini
mempunyai tiga bagian yaitu :
a. Bagian pembinaan benda-benda
b. Bagian administrasi dan deskripsi
c. Bagian dokumentasi dan pameran.
Kagiatan museum waktu itu masih sangat terbatas karena kurangnya tenaga
profesional maupun biaya. Sejak dikeluarkannya Instruksi Menteri/Panglima Angkatan
Uadara No. 2 Tahun 1967 tanggal 30 Juli 1967 tentang peningkatan kegiatan bidang
sejarah, budaya dan Museum Angkatan Udara, maka mulai ada titik terang dan dapat
meletakkan rencana kerja bagi perkembangannya.
Kemudian berkat perhatian yang besar dari Pimpinan Angkatan Udara V
(Pangkowilu), maka pada tanggal 4 April 1969 diresmikan berdirinya Museum Pusat
Angkatan Udara Roesmin Nuryadin.
2
Dalam peresmian tersebut hadir pula para perintis dan tokoh antara lain ; Mantan
Kepala Staf Laksamana Muda Udara (Purn.) Dr. Hardjo Lukito, Panglima Komando
Wilayah Udara V Laksamana Muda Udara Saleh Basarah, Kapusjarah ABRI Kolonel Tit.
Drs. Nugroho Notosusanto. Museum Pusat ini berlokasi di kawasan markas Komando
Wilayah Udara V, Jl. Tanah Abang Bukit Jakarta.
Menuju Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
Sementara itu, di Lembaga Pendidikan AKABRI bagian Udara Yogyakarta sudah
berdiri Museum Pendidikan/Karbol, sehingga mulailah adanya pemikiran yang mengarah
pada pengembangan dan upaya menyatukan/mengintegrasikan kedua museum tersebut. Di
samping itu timbul pemikiran untuk mempertimbangkan dalam menentukan lokasi atau
kedudukan museum nantinya yang mengarah ke Yogyakarta.
Adapun dasar pertimbangan penentuan lokasi museum berada di Yogyakarta adalah
sebagai berikut :
a. Pada peristiwa 1945-1949 Yogyakarta memegang peranan penting sebagai tempat lahir
dan pusat perjuangan TNI Angkatan Udara.
b. Yogyakarta adalah tempat penggodokan Taruna-taruna Angkatan Udara calon Perwira
TNI AU.
c. Perlu pemupukan semangat minat dirgantara, nilai-nilai 45 dan tradisi juang TNI AU
dengan mengacu pada semangat Maguwo.
Atas dasar pertimbangan tersebut, maka Kepala Staf TNI Angkatan Udara
mengeluarkan keputusan No. Kep/11/IV/1978 tanggal 17 April 1978 menetapkan bahwa
Museum Pusat AURI yang semula berkedudukan di jakarta dipindahkan di Yogyakarta,
diintegrasikan dengan Museum Pendidikan/Karbolmenjadi Museum Pusat TNI Angkatan
Udara dengan memanfaatkan gedung Link Trainer di kawasan kesatrian AKABRI Bagian
Udara. Operasi boyong perpindahan benda-benda koleksi museum dari Museum Pusat
AURI di Jakarta ke Yogyakarta (AKABRI Bagian Udara) telah mulai sejak Nopember
1977. Dalam langkah penyempurnaan pemindahan lebih lanjut berdasarkan Keputusan
Kasau No. Skep/04 /IV/1978 tanggal 17 April 1978, dilengkapi dengan nama Museum
Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala”. Pembukaan dan peresmian Museum Pusat TNI AU
Dirgantara Mandala bersamaan pula dengan peresmian Museum Sekbang Pertama 1945
yang berlokasi di dekat Base Ops Lanud Adisutjipto, dilakukan oleh Kepala Staf TNI AU
29 Juli 1978. Perlu dicatat bahwa Pembinaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala,
mencakup pula Museum Sekbang Pertama tahun 1945 yang berlokasi di dekat Base Ops
Land Adisutjipto, yang kini telah dialihkan satusnya sebagai Museum Sekbang Pertama
dengan Nomor Inventaris Monumen TNI AU/No. in/01/B/Adi/Men.
Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala di Kawasan Lanud Adisutjipto
3
Dengan pertimbangan bahwa koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala
terus berkembang dan bertambah terutama alut sista udara berupa pesawat terbang,
sehingga gedung museum di Kesatrian AKABRI Bagian Udara tidak dapat menampung,
maka Pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkan lagi.
Pimpinan TNI AU kemudian menunjuk dan memutuskan bahwa gedung bekas pabrik
gula di Wonocatur Lanud Adisutjipto yang dimasa pendudukan Jepang digunakan sebagai
gudang logistik, segera direhab untuk dimanfaatkan sebagai Museum Pusat TNI AU
Dirgantara Mandala. Sebagai tanda dimulainya pembangunan/rehab gedung tersebut, maka
pada tanggal 17 Desember 1982 Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi
menandatangani prasasti tanda dimulainya. Hal ini diperkuat dengan Surat Perintah Kepala
Staf TNI AU No. Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi gedung
bekas pabrik gula tersebut untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum Pusat
TNI AU Dirgantara Mandala. Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 29 Juli 1984
Kepala Staf TNI AU marsekal TNI Sukardi meresmikan penggunaan gedung yang sudah
direhab tersebut sebagai gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Dari 4.200M2 bangunan induk yang ada saat ini telah digunakan seluas 3.600 M2
untuk pameran dan 600 M2 lainnya untuk gudang dan Musholla.
BAB III
4
ALUR PENGUNJUNG
Bila kita memperhatikan denah museum, maka pengunjung dapat mengamati dan
menikmati gelar pameran koleksi sebagai berikut :
1. Ruang Utama, memuat koleksi lambang TNI AU beserta Satuan Jajarannya, para
Pahlawan Nasional dari TNI AU dan foto Mantan Kepala Staf TNI AU.
2. Ruang kronolagi I dan II, adalah ruang kronologis yang menggambarkan sejarah
perjuangan dan perkembangan TNI AU mulai dari Proklamasi Kemerdekaan RI.
3. Ruang Alutsista, memuat koleksi pesawat terbang yang pernah dimiliki TNI AU dari
Tahun 1945 sampai dengan Tahun 1970-an.
4. Ruang Paskhas, Ruang Diorama, yaitu terdiri dari berbagai diorama, diantaranya adalah
Diorama Serangan Udara Pertama dan Peristiwa gugurnya Pahlawan Nasional Perintis
TNI AU, terus ke ruang Diorama Pemboman Pangkalan Udara Maguwo, Diorama
Peristiwa 19 Desember 1948 di Maguwo, Diorama Sekolah Penerbang dan Sekolah
Perwira Teknik Udara TNI AU, Diorama Operasi Trikora, Diorama Sistem
Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa.
5. Ruang Minat Dirgantara, memuat tentang lambang Skadron Udara dari jenis pesawat
pendukungnya, serta koleksi lain yang dapat menarik minat dirgantara.
BAB IV
5
KOLEKSI MUSEUM PUSAT TNI AU
DIRGANTARA MANDALA
A. RUANG UTAMA
1. Patung Empat Pahlawan Nasional Perintis TNI AU :
a. Marsekal Muda TNI Anumerta Agustinus Adisutjipto.
b. Marsekal Muda TNI Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh.
c. Marsekal Muda TNI Anumerta Abdul Halim Perdana Kusuma.
d. Marsekal Muda TNI Anumerta Iswahyudi.
2. Beberapa Foto Mantan Pimpinan TNI Angkatan Udara :
a. Laksamana Udara Suryadi Suryadarma
(Kepala Staf TRI AU Tahun 1946-1962)
b. Laksamana Muda Udara Omar Dani
(Menteri/Panglima Angkatan Udara Tahun 1962-1965)
c. Laksamana Muda Udara Sri Muljono Herlambang
(Menteri Panglima Angkatan Udara Tahun 1965-1966)
d. Laksamana Udara Roesmin Nurjadin
(Menteri Panglima Angkatan Udara Tahun 1966-1969)
e. Marsekal TNI Suwoto Sukendar
(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1969-1973)
f. Marsekal TNI Saleh Basarah
(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1973-1977)
g. Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi
(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1977-1983)
h. Marsekal TNI Sukardi
(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1983-1986)
i. Marsekal TNI Utomo
(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1986-1990)
j. Marsekal TNI Siboen
(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1990-1993)
k. Marsekal TNI Rio Pambudi
(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1993-1996)
l. Marsekal TNI Sutria Tubagus
(Kepala Staf TNI Angkatan Udara Tahun 1996-1999)
3. Lambang-lambang
a. Swa Bhuwana Paksa adalah lambang TNI Angkatan Udara, yang artinya Sayap
Tanah Air.
b. Panji-panji TNI Angkatan Udara diresmikan oleh Presiden/Panglima tertinggi
Angkatan Perang pada tanggal 5 Oktober 1952 bersama-sama dengan Panji-
panji TNI Angkatan Darat dan Panji-panji TNI Angkatan Laut dalam suatu
upacara militer di Jakarta.
6
c. Pataka Komando Operasi TNI AU (Koopsau)
Motto : Abhibuti Antarikshe
Artinya : Keunggulan di udara adalah tujuan kami.
d. Pataka Komando Panduan Tempur Udara (Kopatdara)
Motto : Nitya Samakta Maawarti Sarwabaya
Artinya : Senantiasa siaga bertindak terhadap segala ancaman bahaya.
e. Pataka Komando Pertahanan Udara (Kohanud)
Motto : Suraksita Nabhastala
Artinya : Udara yang dipertahankan dengan baik.
f. Pataka Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU (Koharmatau)
Motto : Sewana Karya Buddhi Sakti
Artinya : Dengan segala akal dan okol dikerahkan untuk berbakti kepada
Nusa dan Bangsa dengan perjuangan.
g. Pataka Komando Pendidikan TNI AU (Kodikau)
Motto : Vidyasana Viveka Vardhana
Artinya : Tempat pengembangan pengetahuan dan kesiagaan.
h. Pataka Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas)
Motto : Labda Prakarsa Nirwikara
Artinya : Berdasarkan kemahiran dan kecakapan khusus, maka dengan
segenap potensi sanggup menghancurkan lawan dan menanggulangi
segala bahaya apapun.
i. Pataka Akademi TNI Angkatan Udara (AAU)
Motto : Vidya Karma Vira Paksa
Artinya : Bersenjatakan ilmu pengetahuan darma bakti sebagai ksatria
Indonesia yang berani, jujur dan bijaksana tanpa pamrih demi
kejayaan, keamanan dan keselamatan Bangsa dan Negara.
j. Pataka Komando daerah Udara (Kodau) I
Motto : Sonya Gati Gatra Ghuwana
Artinya : Tanpa menghitung-hitung untung rugi, tanpa pamrih dalam
menjalankan tugas-tugas dan kewajiban pembinaan wilayah.
k. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) II
Motto : Bhakti Bhina Kerta Bhuwana
Artinya : Demi pengabdian (Kebaktian), kita bina pembangunan Negara
Republik Indonesia dan pertahanan Tanah Air Indonesia.
l. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) III
Motto : Ganti Prabivita Sthala
Artinya : Komando Wilayah Udara adalah unsur terpenting untuk mencapai
kejayaan.
m. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) IV
Motto : Wira Dharma Bhakti
7
Artinya : Dengan semangat dan jiwa kepahlawanan, kita tunaikan kewajiban
kita terhadap Bangsa dan Negara Republik Indonesia.
n. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) V
Motto : Karya Phalam Anasritam Kurmahe
Artinya : Kami membina/bertindak tanpa mengharapkan balasan.
o. Pataka Komando Daerah Udara (Kodau) VI
Motto : Nityasa Prayatna Eka Mandala
Artinya : Senantiasa waspada untuk keutuhan wilayah/daerah.
B. RUANG KRONOLOGI I
1. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.30 waktu Jawa Jaman Jepang atau pukul
10.00 WIB, Ir. Soekarno didampingi Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia
menyatakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di rumah Jl. Pegangsaan Timur 56
Jakarta. Pada keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 PPKI dalam sidangnya
telah menetapkan UUD dan memilih Presiden serta Wakil Presiden.
2. Tentara Keamanan Rakyat-Jawatan Penerbangan (TKR-Jawatan
Penerbangan)
Pada tanggal 23 Agustus 1945 diumumkan berdirinya Badan Keamanan Rakyat
(BKR). Tugas utama BKR Udara adalah bersama-sama rakyat merebut dan
menguasai Pangkalan Udara setempat beserta pesawat terbang dan fasilitas lainnya
dari tangan Jepang. Tanggal 5 Oktober 1945 BKR ditingkatkan menjadi TKR
(Tentara Keamanan Rakyat), maka BKR Udara yang terkenal dengan sebutan TKR
Jawatan Penerbangan. Kegiatan yang berhasil dan menunjukkan eksistensi TKR
Jawatan Penerbangan antara lain :
a. Penerbangan Pertama di Alam Indonesia Merdeka.
Tanggal 27 Oktober 1945 Bapak Agustinus Adisutjipto berhasil menerbangkan
pesawat Cureng dengan identitas Bendera Merah Putih di Pangkalan maguwo.
b. Sekolah Penerbang Pertama di Maguwo
Atas prakarsa Bapak Agustinus Adisutjipto diadakannya pertemuan beberapa
tokoh penerbangan dari Yogyakarta, Malang dan Surabaya pada tanggal 7
Nopember 1945 di Yogyakarta. Hasil pertemuan tersebut lahirlah kesepakatan
bersama untuk mulai menyelenggarakan pendidikan bagi putera-putera
Indonesia. Pada tanggal 15 Nopember pendidikan tersebut dibuka. Peristiwa
dimulainya pendidikan penerbang yang pertama atau yang terkenal dengan
Sekolah Penerbang Pertama yaitu tanggal 15 Nopember diresmikan dan
diperingati sebagai hari jadi Komando Pendidikan TNI AU (Kodikau).
c. Latihan Terjun Payung
8
Pada tanggal 11 Pebruari 1946 di Pangkalan Udara Maguwo dilakukan latihan
terjun payung yang pertama. Pelaku sebagai penerjun ini adalah Amir Hamzah,
Legino dan Pungut.
3. Pembentukan TNI Angkatan Udara
a. Partisipasi TKR Jawatan Penerbangan dan Tugas Internasional (dalam Operasi
POPDA)
Jepang ditugasi menjaga Status quo atas Indonesia (Hindia-Belanda).
Adapun tugas tentara Sekutu nantinya di Indonesia adalah :
1. Menerima penyerahan tentara Jepang.
2. Membebaskan tawanan Perang Serikat (APWI = Alied Presoners of War
and Interners).
Pada akhir Nopember 1945 berlangsunglah perundingan antara RI
(diwakili Menteri Muda Luar negeri H. Agus Salim) dengan pihak Sekutu yang
diwakili oleh Kepala Staf Alied Foree Netherlands Indies (AFNEI) Brigjen
I.GA Lauder. Perundingan ini disepakati bahwa pelucutan/pemulangan 35.000
orang tentara Jepang dan pemulangan kurang lebih 28.000 orang tawanan
perang dan interniran (Alied Presoners War and Interners = APWI). Dalam
pelaksanaannya dibentuklah Panitya Oeroesan Pemoelangan Djepang dan
APWI disingkat POPDA kemudian operasi pemulangan tersebut disebut
Operasi POPDA.
Operasi POPDA berlangsung kurang lebih 17 bulan dari bulan Desember
1945 s/d Mei 1947. Dengan demikian Ops POPDA yang memanfaatkan PU
Panasan sebagai PU transit dan pengawalan dari Pasukan Pertahanan Pangkalan,
menunjukkan bahwa TKR Jawatan Penerbangan ikut ambil bagian/berprestasi
juga dalam tugas internasional. Tugas ini pula ikut memberikan mantapnya
eksistensi TRI Angkatan Udara, di samping kegiatan-kegiatan sebelumnya.
b. Penetapan TRI Angkatan Udara
TKR (Tentara Keamanan Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat),
kemudian pada tanggal 24 januari 1946 menjadi Tentara Republik Indonesia
Angkatan Udara (TRI-AU) selanjutnya dikenal dengan sebutan Angkatan Udara
Republik Indonesia (AURI). Dalam penetapan tersebu selaku Pimpinan AURI
adalah sebagai berikut : Kepala Staf Komodor Udara Suryadi Suryadarma,
Wakil Kepala Staf II Komodor Udara Sukarnen Mertodisumo dan Wakil Kepala
Staf II Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto.
4. Serangan Udara Pertama terhadap Kota Kedudukan Belanda di Semarang,
Salatiga, dan Ambarawa.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan serentak yang
dikenal dengan Agresi I. PU Maguwo mengalami kegagalan karena kabut tebal
meliputi / menutupi PU Maguwo. Para Pimpinan TNI Angkatan Udara telah
memperhitungkan bahwa suatu saat Belanda akan melakukan serangan udaranya.
9
Waktu itu Kasau Komodor S. Suryadarma bersama Perwira Operasi Komodor
Muda Udara Halim Perdanakusuma segera merencanakan operasi udara balasan.
Pada tanggal 29 Juli 1947 kurang lebih pukul 05.00 pagi tiga buah pesawat
terbang TNI AU berturut-turut meninggalkan landasan PU Maguwo menuju ke
sasaran. Kadet Udara Mulyono beserta penembak udara Abdulrachman
melaksanakan penyerangan ke Semarang. Kadet Sutardjo melakukan serangan ke
Kota Salatiga. Kadet Udara Suharnoko Harbani beserta penembak udara Kaput
melaksanakan serangan ke kota Ambarawa.
5. Pengabdian Para Pahlawan TNI Angkatan Udara
Sebuah pesawat Dakota VT-CLA pada tanggal 29 Juli 1947, pukul 01.00
siang waktu setempat meninggalkan lapangan terbang Singapura. Ketika mendekati
PU Maguwo saat roda-roda pendarat mulai keluar, tiba-tiba muncul 2 buah pesawat
pemburu Kittyhawk Belanda yang melakukan penembakan dengan gencar.
Dari semua awak pesawat dan penumpang, hanya seorang yang selamat yaitu
A. Gani Handonotjokro. Tanggal 29 Juli 1947 betul-betul merupakan pengabdian,
baktinya kepada negara dan bangsa, oleh karena itu sejak tahun 1962 ditetapkan
menjadi Hari Bakti TNI AU dan tanggal 29 Juli.
Monumen yang didirikan untuk memperingati peristiwa tersebut terkenal
dengan nama Monumen Ngotho atau Tugu Ngotho.
6. Semangat Tekad Bangsa Indonesia untuk Mewujudkan Pesawat Terbang
Sendiri
Ketika Suryadi Suryadarma mendapat kepercayaan untuk memimpin TKR
Jawatan Penerbangan. Untuk mewujudkan pesawat terbang tersebut sejak TKR
Jawatan Penerbangan ditetapkan sebagai TRI Angkatan Udara, dibidang organisasi
dibentuklah Biro Rencana dan Konstruksi yang berkedudukan di Maospati. Melalui
bagian ini bangsa Indonesia dalam hal ini TRI Angkatan Udara berhasil
mewujudkan pesawat buatan sendiri, yaitu pesawat layang jenis Zogling (NWG-1)
selanjutnya pesawat terbang bermesin pertama yang kita kenal dengan registrasi
pesawat WEL-I/RI-X.
7. Replika Pesawat WEL RI-X
Pesawat terbang bermotor, WEL-I/RI-X (Wiweko Experimental Light Plane)
merupakan pesawat bermotor hasil produksi pertama bangsa Indonesia. Pembuatan
dilakukan oleh Biro Rencana dan Konstruksi Markas tertinggi AURI. Pembuatan
Pesawat Terbang di Magetan dibawah pimpinan Opsir Udara III (Kapten) Wiweko
Supono, diabadikan tahun 1980. Pada tahun 1980 diterbangkan dari PU Iswahyuni
di SMO Lanud Adisutjipto kemudian dimuseumkan.
8. Operasi Penumpasan PKI Muso/Madiun
Tanggal 18 September 1948, TNI AU mengadakan operasi udara dalam upaya
untuk mempersempit dan selanjutnya meniadakan pengaruh kekuasaan
pemberontak. Daerah kegiatan ini meliputi Madiun, Cepu, Purwodadi dan
sekitarnya. Bahkan beberapa Perwira TNI/ABRI, setelah menghadiri rapat di
10
Yogyakarta, diterjunkan dengan parasut di Trenggalek untuk bergabung dengan
induk pasukan.
9. Operasi Lintas Udara
a. KASAU secara positif menanggapi permohonan Gubernur Kalimantan Ir.
Mohammad Noor pada bulan Juli 1947 agar AURI menerjunkan pasukan
payung di Kalimantan.
Pada tanggal 16 Oktober 1947 pukul 23.50 menjelang tengah malam 14
pasukan para dibawah pimpinan Kapten Udara Hary telah siap disamping
pesawat Carteran kita yaitu C-47/Skytrain dengan registrasi RI-002 Tanggal 17
Oktober 1947 pukul 01.30 malam pesawat siap. Akhirnya kurang lebih pukul
02.30 pesawat bertolak dengan pilot Bob Freeberg dan Capilot Makmur
Suhodo. Pada tanggal 17 Oktober 1947 pukul 07.00 pesawat telah melayang di
atas Kota Watingin Kalimantan Tengah dan pasukan segera diterjunkan Pasukan
membawa alat pemancar (Z/O) yang besar dan motor dengan bahan bakar cukup
untuk 1 tahun di Kalimantan Tengah.
Pasukan ini disergap oleh pasukan Belanda, mereka bertahaan selama satu
bulan. Ke 14 pasukan tersebut antara lain :
a. OMO II Amir Hamzah (Jamping Master)
b. Tjilik Riwut-Petunjuk daerah penerjunan
c. Kapten Udara Hary Hadisumantri
d. L.U. II Iskandar
e. SMU Achmad Kosasih.
Tanggal 17 Oktober merupakan hari Paskhas yang diperingati tiap
tahunnya.
b. Tugas Lain Pesawat Dakota RI-002
RI-002 adalah registrasi pesawat C-47 Skitrain milik seorang penerbang
veteran Amerika Serikat yang dicarter oleh RI untuk tugas penerobosan blokade
udara Belanda dan penerobosan ke Luar Negeri.
Misi ke Luar Negeri ini antara lain : membawa muatan bubuk kina dan
panili ke Manila, membawa delegasi RI untuk menghadiri Komperensi ACAFE
baguio, Manila, membawa para pejabat dan 20 Kadet penerbang yang akan
belajar ke India.
Tanggal 1 Oktober 1948 dalam rangka penerbangan ke luar negeri RI-002
mendapat kecelakaan antara Tanjung Karang Bengkulu. Reruntuhannya
diketemukan pada tanggal 14 April 1978 di Bukit Punggur.
10. Kepahlawanan Dalam Mempertahankan PU Maguwo
Kadet Udara Kasmiran berupaya semaksimal mungkin mempertahankan PU
Maguwo, namun kekuatan sangat tidak seimbang, akhirnya Kadet Kasmiran gugur
bersama pasukannya kurang lebih 50 orang. Peristiwa kepahlawanan
mempertahankan PU Maguwo ini diabadikan dalam bentuk Monumen Bakti
11
Prajurit yang diresmikan oleh KASAU Marsekal TNI Utomo pada tanggal 19
Desember 1989.
11. Riwayat Singkat Para Perintis TNI AU
a. Laksamana Anumerta R. Suryadi Suryadarma
Setelah diresmikan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5
Oktober 1945, beliau ditugasi pemerintah RI untuk membentuk kekuatan udara,
pada tanggal 10 Desember 1945 diangkat sebagai Kepala Bagian Penerbangan
pada Markas Besar Oemoem Tentara Keamanan Rakyat di Yogyakarta.
Menteri/Penasehat Presiden RI (1962), wafat pada tanggal 16 Agustus
1975 di Jakarta.
b. Marsekal Muda TNI Anumerta Agustinus Adisutjipto
Pada masa Belanda, Adisutjipto pernah bertugas di Pangkalan Udara
Maguwo Yogyakarta sebagai Calon Perwira Penerbang.
Prestasi selama di TNI Angkatan Udara diantaranya :
1. Tanggal 27 Oktober 1945 untuk pertama kalinya berhasil menerbangkan
pesawat Cureng yang beridentitaskan Merah Putih di Yogyakarta.
2. Tanggal 15 Nopember 1945 atas prakarsanya didirikan Sekolah
Penerbangan di Pangkalan Udara Maguwo.
3. Pada tanggal 9 April 1946 menjabat sebagai Wakil Kepala Staf II TRI-AU
dengan pangkat Komodor Muda Udara.
4. Pada tanggal 23 April 1946 bersama Opsir Udara Imam Suwongso
Wiryosaputro dan Opsir II Iswahyudi masing-masing dengan pesawat Culiu
mendarat di Lapangan Terbang Kemayoran dalam rangka membawa
Delegasi RI KASAU Komodor Udara R.S. Suryadarma dan Jendral Mayor
Sudibyo untuk perundingan dengan Sekutu dalam rangka tugas
pengangkutan Tentara Jepang dan APWI pulang ke negaranya masing-
masing.
5. Sewaktu tugas di India dan Pakistan dalam perjalanan kembali ke Tanah Air
tanggal 29 Juli 1947 gugur bersama Dakota VT-CLA akibat ditembak
pesawat Kittyhawk Belanda yang mengangkut sumbangan obat-obatan
untuk Palang Merah Indonesia.
c. Marsekal Muda TNI Anumerta
Pada masa mudanya pernah mendapat sebutan pak Karbol karena
kedisiplinan dan keramahannya sewaktu masih aktif dalam kepanduan. Prestasi
selama di TNI Angkatan Udara diiantaraya :
1. Mampu menerbangkan pesawat-pesawat peninggalan Jepang.
2. Sebagai Instruktur pada Sekolah Penerbangan di Maguwo
3. Tahun 1946 menjabat Komando Pangkalan Udara Bugis (Malang)
merangkap Komando Radio Pangkalan Udara Maospati (Madiun).
4. Mendirikan Sekolah Radio Telegrafis Udara di Malang dan Sekolah Teknik
Udara di Madiun.
12
5. Sewaktu tugas ke India dan Pakistan dalam perjalanan pulang tanggal 29
Juli 1947 gugur bersama pesawat Dakota C-47 VT-CLA yang
ditumpanginya akibat ditembat jatuh pesawat P-40 Kittyhawk Belanda.
d. Marsekal TNI Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma
Ketika Jepang masuk ke Indonesia ia ke Inggris dan mengikuti pendidikan
sebagai Navigator pada Royal Canadian Air Force. Selama Perang Dunia II
beliau melakukan operasi penerbangan di Eropa. Setelah perang berakhir, pada
pertengahan Agustus 1945, kembali ke Tanah Air Angkatan Udara diantaranya :
1. Tahun 1946 melakukan penerbangan dari Maguwo ke Madura dengan
Pesawat Cureng dan mengadakan pendaratan darurat di lapangan Tambak.
2. Sebagai Perwira Operasi menyiapkan Rencana Operasi pemboman
Semarang, Salatiga dan Ambarawa dengan dua buah pesawat Cureng dan
sebuah Guntau pada tanggal 29 Juli 1947.
3. Merintis dan membangun AURI di Sumatera
4. Beberapa kali melaksanakan penerbangan ke luar negeri
5. Tanggal 14 Desember 1947 dalam perjalanan pulang dari Bangkok ke
Indonesia gugur bersama pesawat Avro Anson RI-003 yang ditumpanginya
di Tanjung Hantu, Malaya.
e. Marsekal Pertama TNI Anumerta Iswahyudi
Pada masa penjajahan Belanda mengikuti pendidikan Asirant Officier
Kortverband Vliger di Pangkalan Udara Kalijati. Prestasi selama di TNI
Angkatan Udara diantaranya.
1. Sebagai Instruktur Penerbangan pada Sekolah Penerbangan di Maguwo
dengan pangkat Opsir Udara II
2. Tanggal 23 April 1946 melakukan penerbangan dengan pesawat Cukiu dari
Maguwo ke Jakarta, Gorda, Banten, Teluk Betung dan Branti (Sumatera
Selatan)
3. Tanggal 10 Juli 1946 melakukan penerbangan dengan pesawat Cureng di
Maguwo ke Tasikmalaya
4. Tahun 1946 menjabat sebagai Komandan Pangkalan Udara Bukittinggi,
membentuk dan membina organisasi AURI di Sumatera.
5. Tahun 1947 bertugas ke Luar Negeri dan tanggal 14 Desember 1947 dalam
perjalanan pulang dari Bangkok ke Indonesia gugur bersama pesawat Avro
Anson RI-003 di Tanjung Hantu Malaya.
12. Pasukan Garuda Mulya
Anggota Panggakalan Udara Panasan segera mengatur taktik gerilya di daerah
Kecamatan Jumantoro dan Gayamdopo serta melakukan serangan terhadap
kedudukan Belanda di Karangpandan, Karanganyar dan Pabrik Gula Tasikmadu.
Pasukan ini terkenal sebagai Pasukan Garuda Mulya yang tergabung dalam Pasukan
Panembahan Senopati 105.
13
13. Stasiun PHB AURI PC-2 di Playen Gunungkidul
Dalam rangka perjuangan mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan, Stasiun
Radio AURI PC-2 di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.
Berhasil menyiarkan berita-berita perjuangan menghadapi Agresi Militer II Belanda
19 Desember 1948. Dari stasiun Radio AURI PC-2 di Jawa dan Sumatera
khususnya Stasiun PDRI, bahkan diterima oleh Stasiun AURI Indonesia Airways di
Ranggon (Birma). Dalam rangka pelestarian nilai-nilai juang terpetik dari perananan
Stasiun Radio AURI PC-2 tersebut dibangunlah Monumen Radio AURI PC- di
Banaran oleh Yayasan 19 Desember 1948.
14. Indonesia Air Ways
Pada awal Juni 1948 dengan membawa pesawat model C-47 Dakota, Presiden
Soekarno mengadakan keliling Sumatera untuk mendapatkan Fonds Dakota. Hasil
dari perjalan ini terkumpul sejumlah dana dari rakyat Aceh yang cukup
dipergunakan membeli pesawat Dakota C-47.
Pada tanggal 7 Desember 1948 pesawat RI-001/Seulawah mendarat di Calcuta
India dalam rangka menjalani perbaikan menyeluruh/over houl. Tanggal 26 Januari
1949 atas ijin pemerintah Burma RI-001/Seulawah diterbangkan ke Ranggon
Burma. Atas bantuan Sdr. Maryumi OU III Wiwekno Soepono berhasil mendirikan
satu badan hukum penerbangan niaga dengan nama Indonesia Air Ways, yang
beroperasi di Burma. Adapun keuntungannya yaitu, utnuk mebiayai Kadet-kadet
Indonesia yang belajar di India dan Philipina, juga untuk membantu perjuangan
kemerdekaan RI dengan menerobos blokade udara Belanda dan mendrop senjata,
amunisi dan peralatan radio, untuk perjuangan RI di Aceh. Tanggal 31 Oktober
1950 Pesawat RI-007 diserahkan kepada Pemerintah Burma.
15. Perintis Perindustrian Pesawat Terbang di Indonesia
Pada tahun 1946 Markas Tertinggi TRI Angkatan Udara meresmikan Biro
Rencana dan Konstruksi yang berkedudukan di Lanud Maospati (Madiun) yang
dipimpin oleh Opsir Udara Wiweko Soepono. Opsir Udara III Wiweko Soepono
dan Opsir Muda Udara I Nurtaino berhasil mewujudkan beberapa prestasi dalam
merintis pembuatan pesawat terbang.
Setelah pengakuan Kedaulatan Negara Republik Indonesia, 27 Desember
1949, maka instansi yang menangani kegiatan pembuatan pesawat terbang di
linkungan TNI-AU mengalami beberapa perubahan dan peningkatan secara
kronologi sebagai berikut:
a. Depo Peneyelidikan Perawatan Pembuatan Pesawat Terbangs (1950).
b. Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (1961) dan
c. Lembaga Industri Penerbangan Nurtaino (Lipnur) 1966.
Kemudian pada tahun 1976 Lipnur ditingkatkan dan diresmikan oleh Presiden
Soekarno menjati PT Industri Pesawat Terbang Nurtaino dan akhirnya pada tahun
1986 diubah menjadi PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara.
14
16. Perintis Jawatan Kesehatan TNI-AU
a. Opsir Udara I Doktor Esnawan
b. Laksamana Muda Udara Dokter Suhardi Hardjolukito
c. Laksamana Muda Udara Dokter Salamun
C. RUANG KRONOLOGI II
a. Sekolah Penerbangan Lanjut di Andir dan Kalijati
Untuk pertama kalinya SPL menyelanggarakan Advance Training dengan pesawat
T-6 G dan AT-16 Harvard bagi penerbang-penerbang eks Sekbang Maguwo dan
India. Angkatan ke III SPL adalah kelas terakhir yang diselenggarakan di Andir
(Husein Sastranegara), karena tahun 1953 SPL dipindahkan ke Pangkalan Udara
Kalijati yang menghasilkan empat Angkatan.
b. Pengiriman Kadet-kadet ke Luar Negeri
Tahun 1950 dikirimkan pula 60 kadet untuk mengikuti pendidikan
penerbangan pada taloa Academy of Aeronautics di Oaklands California. Menjelang
akhir tahun 1951 pendidikan telah selesai dan para Kadet kembali ke Indonesia
1. Pembentukan Skadron TNI Angkatan Udara Tahun 1950
AURI sejak awal 1950 mulai menyusun kekuatan pesawat dalam Skadron
Udaranya sebagai berikut.
a. Skadron 1 (Pembom) pesawat B-25/Mitchell di Halim Perdana Kusuma.
b. Skadron 2 (Angkut) pesawat C-47/Dakota di Halim Perdana Kusuma
c. Skadron 3 (Tempur) pesawat P-51/Mustang di Halim Perdana Kusuma
d. Skadron 4 (Lantai Darat) pesawat Auster di Bogor
e. Skadron 5 (Lantai Laut) pesawat PBY-5A/Catalina di Halim Perdana Kusuma
2. Operasi Penumpasan Pemberontakan DI/TII
Dalam operasi Penumpasan DI/TII TNI Angkatan Udara mengerahkan Satuan
Pertahanan Udara dengan menyiapkan Pesawat-pesawat tempur khususnya jenis
pancargas dari Skadron XI.
Sedangkan operasi-operasi gabungan dilakukan dengan memberikan bantuan
seperti :
a. Pengintaian udara dengan pesawat Cessna 180 dan pembom B-25 “Mitchell”.
b. Penembakan/pembom dengan menggunakan pesawat-pesawat buru sergap P-51
“Mustang”, pembom B-25 Mitchell dan AT-16 Harvard.
c. Pengangkutan udara dengan pesawat-pesawat C-47 Dakota.
3. Operasi Penumpasan PRRI di Sumatera
Puncak gerakan-gerakan ini ialah terbentuklah “Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia” (PRRI) tanggal 15 Pebruari 1958. Untuk menyelamatkan RI
dari bahaya perpecahan ini pemerintah RI bertindak tegas dengan melakukan
operasi-operasi gabungan TNI Angkatan Darat, Laut dan Udara antara lain :
15
a. Operasi Tegas untuk pembebasan Riau Daratan.
b. Operasi Sapta Marga untuk pembebasan Medan.
c. Operasi Sadar di Sumatera Selatan.
d. Operasi 17 Agustus untuk merebut Kota padang sebagai pusat PRRI .
TNI AU melakukan tugas pengintaian udara, penyebaran pamflet,
pemboman/penembakan, penerjunan pasukan SAR dan pengangkutan udara.
4. Operasi Penumpasan Permesta di Sulawesi dan Bagian Timur Lainnya di
Indonesia
Pada masa pemberontakan Permesta tahun 1958 kawasan Indonesia bagian
timur terganggu ketenangannya. Seorang warga Amerika melakukan penembakan
di berbagai tempat antara lain Pangkalan Udara Morotai, beberapa tempat penting
milik TNI AU dan iring-iringan kapal TNI AL.
Pada tanggal 18 Mei 1958 Kapten Udara Penerbangan Ignatius Dewanto
berangkat dengan menggunakan pesawat P-51 Mustang mengadakan pengejaran
terhadap B-26 Allan Lawrence Pope. Dalam pengejaran tersebut Kapten Udara
Penerbang Igantius Dewanto berhasil menembak pesawat B-26 Allan Lawrence
Pope dan roket, yang mengakibatkan terbakar dan jatuh di perairan sebelah barat
Pulau Ambon.
5. Tri Komando Rakyat
Sebagai puncak perjuangan pembebasan Irian Barat atas kekuasaan Belanda,
pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta, presiden/PangtiABRI/Pangsar Koti
Pembebasan Irian Barat mencanangkan “ Tri Komando Rakyat”. Pimpinan
Komando Mandala adalah sebagai berikut :
Panglima : Mayor Jendral Soeharto
Wapang I : Komodor Laut Subono
Wapang II : Komodor Udara L.W.J. Wattimena
Kepala Staf : Kolonel A. Tahir
Sedangkan Angkatan Udara Mandala (AULA) segera menyiapkan Pangkalan
Udara Morotai, Letfuan dan Pattimura sebagai pangkalan depan, dan Kupang
sebagai Pangkalan belakang. Sebagai operasi terakhir dilaksanakan Operasi
Wisnumurti untuk menghadapi penyerahan Irian Barat tanggal 1 Mei 1963.
6. Dwi Komadno Rakyat (DWIKORA)
Konfrontasi politik ini memuncak dengan dicetuskannya Dwi Komando
Rakyat (Dwikora) oleh Presiden/Panglima Tertinggi BRI/Pemimpin Besar Revolusi
pada tanggal 3 Maret 1964 yang menyatakan, perhebat Ketahanan Revolusi
Indonesia dan Bantu Perjuangan Revolusioner Rakyat-rakyat Malaysia, Singapura,
Sabah, Serawak dan Brunai untuk membubarkan Negara Boneka Malaysia.
Bebrapa kali operasi udara yang pernah dilakukan oleh TNI AU antara lain :
Operasi Saputangan, Operasi Waspada, Operasi Gincu, Operasi Kelelawar, Operasi
Camar Laut, Operasi Nantang, Operasi Geser dan lain-lainnya. Jenis pesawat
terbang TNI AU antara lain : TU-16, TU-16KS, C-130 B Hercules, C-47 Dakota, B-
16
25 Mitchell, P-15 Mustang, UF-1 Albatross MI-4, MI-6 juga satuan-satuan
Kopasgat.
Pada tanggal 27 Mei 1966 suatu misi ABRI dikirim ke Kuala Lumpur yang
membawa pesan Jendral Soeharto untuk mengadakan penghentian konfrontasi.
Perundingan antara Menlu Indonesia Adam Malik dan Menlu Malaysia Tun Abdul
Razak pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1966 di Bangkok atas bantuan
Menlu Muangthai Thant Khoman.
Akhirnya pada tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta ditandatanganilah
persetujuan normalisasi hubungan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah
Malaysia yang disebut dengan “Jacarta Accord”.
7. Operasi Non Militer TNI AU
a. Operasi Pepera di Irian Barat
Pada tanggal 25 Agustus 1949 pemerintah Belanda mendesak
keinginannya untuk menduduki Irian Barat. Akibatnya timbullah “Sengketa
Irian Barat” antara Indonesia dan Belanda. Setelah melalui perjuangan
diplomasi dan fisik yang terkenal dengan Tri Komando Rakyat (Trikora),
akhirnya tercapailah keputusan di forum PBB yang melahirkan “New York
Agreement” pada tanggal 15 Agustus 1962 yang akan dilaksanakan “Act of Free
Choice” (Penentuan Pendapat Rakyat/Pepera) sebagai penyelesaiannya.
Komandan Kolonel Udara Suyoto Sagasud Pepera bertugas
menyelenggarakan dan mengkoordinasikan semua bantuan angkutan udara
dengan mengerahkan pesawat-pesawat militer TNI AU dan dari penerbangan
non-militer antara lain : Merpati Nusantara, Zamrud, Pertamina, MAF serta
AMA. Kegiatan penerbangan pesawat-pesawat TNI AU selama berlangsung
Pepera sebanyak 259 sorties, 579,59 jam terbang, mengangkut 311,426 kb
barang dan 1.896 penumpang, termasuk 694 anggota Dewan Musyawarah
Pepera.
b. Operasi Bakti
Sebagai kekuatan Sospol TNI AU ikut serta dalam kegiatan ABRI Masuk
Desa, membantu angkutan yang berupa bahan makanan, pakaian, obat-obatan,
bahan bangunan dan lain-lain. Selain itu juga pesawat TNI AU dikerahkan
untuk membantu angkutan Jemaah haji, Transmigrasi, Kontingen PON dan Sea
Games.
8. Operasi Penumpasan Sisa-sisa Pemberontkan G 30 S/PKI
Sisa-sisa Gerakan G 30 S/PKI berusaha kembali dengan melakukan
konsolidasi dan sekaligus membentuk suatu pemerintah bayangan di daerah Blitar
Selatan. Mereka membangun kubu-kubu (rumah bawah tanah) sebagai
post-post/markas tempat penyimpanan misiu logistik dan lain-lain keperluan di
dalam kegiatan di bawah tanah. Namun gejala kegiatan itu akhirnya dapat ditumpas
oleh kegiatan Operasi Militer ABRI yang bekerja sama dengan rakyat.
17
Gerakan operasi penumpasan sisa-sisa G 30 S/PKI itu dikenal dengan operasi
Trisula, operasi gabungan TNI Angkatan Udara diwakili oleh Komando Wilayah
Udara IV yang dipimpin Panglima Kowilhan IV, Komodor Udara Suwoto
Sukendar.
Berdasarkan Surat Perintah Operasi Panglima Kowilhan IV No. 89/80/1968
tanggal 6 Juni 1968 segera membentuk suatu “Posh Force” yang disebut “Operasi
Elang” dengan kekuatan :
a. 1 Kompi Kopasgat
b. 1 Skadron Udara dengan pesawat
- 2 Pembom B-25 Mitchell
- 3 Pembom P-51 Mustang
- 3 AT-16 Horvard
D. RUANG ALUTSISTA
1. Mitsubishi AGMS Zero Sen
Negara Asal : Jepang
Jenis : Pemburu Taktis
Panjang sayap : 11 m
Panjang badan : 9,06 m
Kecepatan maksimum : 570 km/jam
Sejarah
1941 : Pertama kali digunakan Jepang dalam perang melawan
Amerika di China
1942-1945 : Dalam perang di Pasifik melawan Sekutu, Zero