Top Banner
PRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA 4.1. TUJUAN PRAKTIKUM 4.1.1 Analisis Pengaruh Perlakuan Kebisingan Terhadap Hasil Kerja : 1. Praktikan dapat mengetahui dan memahami tentang kondisi lingkungan kerja ( kebisingan ) dapat mempengaruhi hasil suatu pekerjaan. 2. Praktikan dapat mengetahui tingkay intensitas bunyi (kebisingan) yang diizinkan untuk suatu pekerjaan tertentu. 3. Praktikan dapat menganalisis dan mampu membuat suatu rancangan dengan lingkungan kerja yang ergonomic. 4.1.2 Analisis Pengaruh Pencahayaan Terhadap Hasil Kerja : 1. Mengetahui besarnya intensitas cahaya dengan output yang tepat untuk suatu jenis pekejaan. 2. Mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan output yang dihasilkan.
59

dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Mar 22, 2019

Download

Documents

vutram
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

PRAKTIKUM IV

ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN,

PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL

KERJA

4.1. TUJUAN PRAKTIKUM

4.1.1 Analisis Pengaruh Perlakuan Kebisingan Terhadap Hasil Kerja :

1. Praktikan dapat mengetahui dan memahami tentang kondisi

lingkungan kerja ( kebisingan ) dapat mempengaruhi hasil

suatu pekerjaan.

2. Praktikan dapat mengetahui tingkay intensitas bunyi

(kebisingan) yang diizinkan untuk suatu pekerjaan tertentu.

3. Praktikan dapat menganalisis dan mampu membuat suatu

rancangan dengan lingkungan kerja yang ergonomic.

4.1.2 Analisis Pengaruh Pencahayaan Terhadap Hasil Kerja :

1. Mengetahui besarnya intensitas cahaya dengan output yang tepat

untuk suatu jenis pekejaan.

2. Mengetahui hubungan antara intensitas cahaya dengan output

yang dihasilkan.

4.1.3 Analisis Pengaruh Perlakuan Temperatur Terhadap Hasil Kerja :

1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan temperature terhadap

hasil kerja.

2. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan temperature terhadap

kondisi fisiologis kerja.

3. Menentukan tingkat temperature yang optimal.

Page 2: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

4.2. LANDASAN TEORI

4.2.1. KEBISINGAN

4.2.1.1 Pengertian Bunyi dan Ukuran Bunyi

Bunyi adalah fenomena fisis berbentuk gelombang

longitudinal yang merambat melalui media udara sehingga dapat

sampai ke telinga mengikuti garis lurus kecuali mendapat peredaman

ataupun dialihkan arahnya karena adanya penghalang.

Ada dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu

frekuensi dan intensitas bunyi. Frekuensi didefinisikan sebagai

jumlah dari gelombang-gelombang yang sampai telinga dalam satu

detik dan mempunyai satuan Hertz atau jumlah gelombang per detik.

Maka suatu sumber bunyi yang menghasilkan 2.000 gelombang

perdetik dikatakan mempunyai frekuensi 2.000 Hz sedangkan

intensitas bunyi adalah daya melalui suatu unit luasan dalam ruang

dan sebanding dengan kuadrat tekanan suara, biasanya dinyatakan

dalam satuan decibel ( dB ).

4.2.1.2. Kebisingan

Bunyi yang tidak memberikan kenikmatan, disebut

kebisingan. Dengan demikian kebisingan dianggap sebagai salah

satu polutan yang selalu diprotes karena merupakan salah satu

sumber strea dalam industri. Dalam kaitan ini, kebisingan memiliki

efek yang berbeda terhadap kinerja.

Peralatan kerja bertenaga listrik maupun mekanis yang

konvensional, seperti misalnya gergaji lingkar ( circular saws ), drill,

gerinda, pengencang mur-baut dan lainnya yang sejenis, akan

menghasilkan tingkat kebisingan yang dapat menimbulkan masalah

serius bagi indera pendengaran kita bahkan dapat menyebabkan

ketulian atau yang disebut dengan Noise Induced Deafness. Sunber

kebisingan dapat berupa apa saja, mulai dari mesin-mesin di pabrik

( suara bernada tinggi dari mesin bubut, suara hempasan dari mesin

Page 3: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

tekan ), suara “klik” dari keyboard, pesawat yang melintas di

angkasa, lalu di jalan raya ( kendaraan bermotor ).

Kebisingan yang menyebabkan ketulian (Noise Induced

Deafness) berada pada rentang frekuensi 2000-6000 Hz. Para pekerja

yang bekerja pada rentang tersebut harus dites secara berkala pada

kemampuan dengarnya dan yang penting lainnya adalah adanya

umpan balik untuk mengetahui apakah informasi dapat diterima

secara sempurna.

Tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh sumber bunyi

( Sound Pressure Level ) dapat dihitung dari perbandingan dari

tekanan sumber suara tersebut pada tekanan suara 0.0002 dyne/cm,

yaitu tekanan bunyi engan frekuensi 1.000 Hz yang dapat didengar

oleh telinga normal. Biasanya dinyatakan dalam decibel (dB).

Telinga manusia mempunyai sentivitas yang logaritmik. Oleh karena

itu besaran yang dipakai merupakan logaritma intensitas.

Tingkat kebisingan atau tingkat tekanan ( Sound Pressure

Level = SPL )

Lp = 10 log ( P / Po ) dB

Lp = 20 log ( P / Po ) dB

P = Tekanan suara yang bersangkutan

Po = Tekanan suara standart

Karena deciBell merupakan hasil logaritma, maka tingkat

kebisingan tidak dapat dijumlahkan atau dikurangkan secara aljabar

melainkan harus melalui antalog.

Ltot = 10 log [ ∑ 10 ] dB

Tingkat kebisingan dalam industri ternyata bervaiasi

terhadap waktu. Ini berarti bahwa kebisingan sesaat tidak dapat

dipakai untuk menjelasan tingkat kebisingan yang terjadi. Untuk itu

harus dipakai tingkat kebisingan rata-rata.

Page 4: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Pada pengukuran kebisingan industri dan lingkungan

dipakai “tingkat kebisingan kontinyu ekivalen “ atau yang dikenal

dengan singkatan leq, yang dinyatakan dengan

Leq = 10 Log [ ∑ Fi 10 ] dB

Fi = Fraksi waktu dengan tingkat ketelitian tertentu.

Li = Tingkat kebisingan terukur.

N = Jumlah pengamatan total.

Untuk mengetahui suatu kebisingan berbahaya bagi

pendengarannya atau tidak, maka diperlukan perhitungan desis

kebisingan

D = 100 x ( C1/T1 + C2/T2 + …..+ Cn/Tn )

Keterngan :

D = dosis kebisingan

C = waktu yang dipergunakan pada level suara yang

tertentu ( jam)

T = waktu yang diperbolehkan pada level suara tertentu

(jam : lihat table).

Contoh :

Seorang pekerja mengalami 95 db dalam tiga jam dan 90 db

selama 5 jam, maka kombinasi dosis tersebut adalah :

D = 100 x (3/4 + 58) = 137.5>100 (rata-rata dosis kebisingan yang

dianggap aman).

Kebisingan yang terjadi di atas potensial menyebabkan ketulian

bagi pekerja tersebut :

T juga dapat diukur dengan :

T = 8/2(1-90)/5

Dimana : L = Level kebisingan (dbA).

Dosis kebisingan juga dapat dikonversikan ke 8 jam Time Weighted

Average (TWA) sound level.

Page 5: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

TWA = 16,61 x log (D/100) + 90

Dimana D = dosis kebisingan.

Contoh : Seorang pekerja mengalami 1 jam pada 80 dbA , 4 jam

pada 90 dbA dan 3 jam pada 96 dbA. Pekerja itu diizinkan mengalami

suara pertama selama 32 jam, dan suara kedua selama 8 jam.

Sedangkan untuk yang ketiga adalah :

T = 8/2(96-90)/5 x 3,48 jam.

D = 100 x (1/32 + 4/8 + 3/3.48) = 139.3

TWA = 16,61 x log (139.3/100) + 90 = 92.39 db.

Adanya pengaruh kebisingan ini akan menyebabkan penurunan

kualitas pendengaran. Hal ini jelas akan menghambat arus informasi

yang diperlukan dalam pekerjaan. Selain gangguan pendengaran,

kebisingan juga menyebabkan terjadinya gangguan phisiologis,

komunikasi, rasa lelah, mengurangi efisiensi. Kondisi ini jelas akan

menurunkan kinerja perusahaan.

Dengan memperhatikan efek-efek negative akibat adanya

kebisingan, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan atau dilakukan

tindakan preventif dengan memberikan alat sumbat telinga pada

pekerja.

Ambang Batas Kebisingan

Penyampaian suatu informasi atas berita sederhana akan dapat

dimengerti selama tingkat pemberitaannya setinggi 10 dB atau lebih

tinggi dari ambang batas

kebisingan.Akan tetapi, untuk berita yang lebih kompleks yang terdiri

dari kata- kata yang kurang di kenal,tingkat pembicaraannya harus 20

dB atau lebih tinggi dari ambang batas kebisingan .Adapun tingkat

pembicaraan dikategorikan sebagai berikut:

Percakapan biasa : 60-65 dB

Pembicara di suatu seminar : 65-75 dB

Berteriak : 80-85 dB

Page 6: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Nilai – nilai tersebut di aplikasikan nada jarak 1 meter dari

pembicara. Sehingga dapat di simpulkan bahwa komunikasi akan

sangat sulit pada ambang kebisingan di atas 80 dB.Jarak tersebut dapat

di kurangi sampai pembicara harus berteriak pada telinga pendengar.

4.2.1.3 Efek Fisiologis Kebisingan

Ambang batas kebisingan untuk daerah kerja sedikit berbeda

antara satu negar dengan negara yang lain tetapi umumnya antara 85

atau 90 dB selam periode 8 jam.Bila lebih dari angka – angka tersebut

maka pekerja tidak boleh melebihi pertiode 8 jam tersebut. Makin

tinggi tingkat kebisingan maka makin pendek periode kerjanya .

Menurut standart Iso untuk setiap kenaikan 3 dB maka periode yang di

izinkan setengah 8 jam. Sebagai contoh : bila batas waktu di tetapkan 8

jam untuk tingkat kebisingan 90 dB hanya 2 jam dari115 dB kurang

dari 2 menit. Untuk di Amerika Serikat yang ditetapkan oleh

Occupatonal Safety and Healt Administration (Badan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja Amerika Serikat) dapat di lihat pada table 1.

Lama paparan per hari (jam) Tingkat Kebisingan (dB)

8 90

6 92

4 95

3 97

2 100

1 110

0.5 115

Tabel 1. Tingkat Paparan Kebisingan Yang Diijinkan

Beberapa dampak kebisingan terhadap kinerja terjadi dalam

beberapa bentuk:

1. Terganggu

Page 7: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Kebisingan yang terputus-putus pada tingkat kurang lebih 50 dB

memiliki pengaruh mengganggu yang lebih besar daripada suara yang

lebih kontinyu walaupun intensitasnya lebih besar. Kebisingan dalam

ruangan juga lebih mengganggu bila di bandingkan dengan kebisingan

diruang terbuka. Demikian juga tingkat frekuensi,semakin tinggi

frekuensi semakin besar gangguan yang di rasakan

2. Kebingungan

Timbul perasaan bingung tanpa di sadari adanya kebisingan.

3. Gangguan Komunikasi

Untuk informasi yang sudah biasa di terima pemahaman pembicaraan

tidak terganagu bila tingkat suara pembicaraan 10 dB diatas tingkat

kebisingan informasi yang tidak biasa di butuhkan perbedaadn

sedikitnya 20 dB

4. Perhatian

Kebisingan mempengaruhi tingkat perhatian seseorang .

Dari hasil studi yang cuma sedikit memberikan hasil bahwa

kebisingan menyebabkan kecelakaan dan berkurangnya ketepatan.

Dibawah ini pada tabel 2. adalah tabel ambang batas kebisingan yang

diizinkan untuk ruangan- ruangan yang berbeda keperluannya.

Tipe Ruangan Ambang batas kebisingan (dB)

Ruang konverensi 35

Kantor 40

Page 8: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Laboratorium, ruang inspeksi 50

Kantin 50

Ruang produksi 75

Ruang mesin 90

Tabel 2. Jenis Ruangan dan Ambang Batas Kebisingan

4.2.1.4 Pengukuran Kebisingan

Tujuan dilakukan pengukuran kebisingan adalah untuk

memperoleh data kebisingan, sehingga dapat ditentukan tingkat

kebisingan dan perbaikan.

Secara praktis frekuensi bunyi dapat diukur secara langsung

dengan suatu alat ukur yang disebut Sound Level Meter. Alat ukur ini

mempunyai beberapa skala : A,B,C,D, dan E. Dimana skala A,

dinyatakan dalam Db ( A ) menggambarkan kolerasi respon subjektif

dengan telinga manusia.

4.2.1.5 Bentuk – bentuk Kebisingan

1. Kebisingan kontinyu dengan sprektum frekuensi yang luas, misal :

kipas angin, dapur pijar.

2. Kebisingan kontinyu dengan spectrum frekuensi yang sempit, misal

: gergaji sirkuler, katup gas, dan lain-lain.

3. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misal : lalu lintas, kapal

terbang.

4. Kebisingan impulsif, misal : pukulan tukul, tembakan bedil.

5. Kebisingan impulsif berulang, misal mesin tempa kerusakan.

6. Kebisingan dapat berasal dari sumber eksternal (berasal dari luar

bangunan atau lokasi ) misal : kebisingan lalu lintas, industri lain,

maupun dari sumber internal, misal : mesin gerinda, mesin bor. Pada

Page 9: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

perkantoran kebisingan dapat timbul dari telepon, mesin ketik, printer,

dan pembicaraan orang.

4.2.1.6 Pengendalian Kebisingan

Untuk manajemen kebisingan perlu pengendalian secara teknik

maupun administratif.

A. Secara teknik

1. Pengendalian suara.

2. Pengendalian sepanjang jalur suara, yaitu dengan

penempatan lapisan berpori di seeliling sumber suara akan membantu

mengurangi kebisingan. Pembuatan kotak (housing) mesin dengan

bahan yang sesuai.

3. Penyumbat telinga.

B. Pengendalian secara administratif

Hal ini memfokuskan pada manajemen, misalnya dengan diadakan

rotasi pekerja antara tempat bising dengan tempat kerja yang tenang.

Pengendalian secara administratif dan teknik sebaiknya digunakan

secara bersamaan untuk mencapai tujuan dalam pengendalian

kebisingan.

4.2.1.7 Pengendalian Tingkat Kebisingan Pada Produktivitas

Telinga ternyata lebih sensitive pada frekuensi tinggi

dibandingkan pada frekuensi rendah. Dari penelitian dengan berbagai

tingkat kebisingan dan dua macam frekuensi dan intensitas bunyi

(tinggi dan rendah serta macam pekerjaan sederhana dan rumit

memberikan hasil).

1. Pada kebisingan dengan frekuensi rendah ( suara disel generator

) produktivitas kerja seseorang tidak berpengaruh oleh tingkat

kebisingan (dB) yang berbeda-beda, bila pekerjaan sederhana dan

tidak memerlukan konsentrasi tinggi. Pada pekerjaan yang rumit

dan membutuhkan konsentrasi yang tinggi produktivitas

Page 10: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

terpengaruh oleh tingkat kebisingan.Pada tingkat kebisingan 80 dB

produktivitas kerja tertinggi karena pada kondisi ini kebesingan

menjadi simultan bagi pekerja dan menjadi pembangkit keadaan.

2. Pada kebisingan dengan frekuensi tinggi ( missal suara gergaji

listrik, gerinda ) produktivitas kerja terpengaruh oleh tingkat

kebisingan (dB) yang berbeda-beda baik untuk pekerjaan

sederhana maupun rumit.

4.2.2 PENCAHAYAAN

Salah satu factor yang mungkin penting daripada lingkungan kerja

yang dapat memberikan kepuasan dan produktivitas kepada karyawan

adalah adanya penerangan yang baik. Dalam suatu pabrik akan

membantu terdapatnya suatu tempat kerja yang aman,membantu dalam

melaksanakan atau berhasilnya kegiatan dan membantu dalam

menghemat baik penglihatan maupun tenaga serta membantu dalam

memberikan semangat bekerja. Efisiensi seorang operator ditentukan

pada ketetapan saat melihat dari bekerja, sehingga dapat meningkatkan

efektivitas kerja dan dapat memberikan kemanan yang lebih besar.

Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu factor untuk

memberikan keadaan/kondisi penglihatan yang cukup baik. Masih ada

beberapa factor lain yang mempengaruhi kemampuan kita untuk

melihat. Beberapa diantaranya berhubungan dengan factor

fisikpekerjaan dan tempat kerja, disamping aspeklain seperti

kecapaian/kelelahan dan kecepatan memberikan reaksi.

Penerangan sering mempengaruhi pembatasan seorang karyawan

untuk melihat. Untuk dapat melihat dengan baik maka dibutuhkan

suatu penerangan yang baik. Ciri-ciri penerangan yang baik tersebut

adalah mempunyai :

1. Sinar cahaya yang cukup.

Page 11: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Penerangan yang cukup merupakan satu fungsi dari

beberapa variable yang saling mempengaruhi dalam

menentukan kemampuan untuk melihat.

Adapun variable-variabeltersebut adalah : besar suatu obyek

(size an object) dan waktu /kecepatan. Besar (size) suatu

obyek akan sangat menenrukan sekali kemampuan melihat

dengan jelas. Untuk dapat melihat barang-barang (obyek)

yang kecil dibutuhkan tambahan penerangan yang cukup dan

waktu yang agak lama. Peranan daripada waktu yang

dibutuhkan dalam melihat ini akan bertambah penting lagi

obyek yang dilihat dalam kedaan bergerak.

2. Sinar cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan.

Obyek yang dilihat harus terbebas dari cahaya yang

menyilaukan. Cahaya yang menyilaukan.cahaya yang

menyilaukan dapat langsung dating dari sumber cahaya

(direct-glare zone) ataupun dari pemantulan/ppengembalian

cahaya (indirect-glare zone). Cahaya yang barasal dari

benda-benda yang sifat atau pembawaan dari benda-benda

yang terkena benda itu sendiri, yaitu mengkilap, licin, halus,

dan berkilau. Hal inilah yang mengganggu pekerja, karena ia

melihat langsung dari benda itu untuk menyelesaikan

pekerjaannya. Keadaan ini dapat ditanggulangi dengan

menempatkan kembali pekerjaan-pekerjaan dan sumber-

sumber penerangan untuk mengurangi cahaya pantulan yang

menuju pada apa yang sedang dikerjakan. Standart Australia

AS 1680 memberikan tingkat-tingkat maximum luminansi

untuk berbagai sudut yang berbeda dari garis vertical yang

sangat rapat di bawah the luminare. Biasanya tingkat

luminance harusdibatasi dalam daerah 45° - 90°. Permukaan

kerja yang mengkilap dan lantai yang mengkilap juga perlu

menghindari adanya glare (silau).

Page 12: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Gambar Direct-Glare Zone dan Indirect-Glare Zone

3. Tidak terdapat kontras yang tajam.

Setiap kali kita melihat obyek harus diusahakan adanya

kekotrasan obyek satu dengan lainnya, serta latar belakang

yang terdekat untuk lebih mudah membedakannya. Bila

terdapat suatu kontras yang kurang baik, makakeadaan ini

dapat diperbaiki dengan jalan menambah tingkat terangnya

cahaya yang diperlukan. Peningkatan kontras yang mungkin

salah satu cara yang lebih efektif dalam upaya meningkatkan

kemampuan daya lihat. Latar belakang daerah kerja dapat

dibuat sesederhana mungkin. Background yang kacau, yang

mempunyai banyak perpindahan seharusnya dihindari dengan

menggunakan sekat-sekat seperti di bawah ini.

Page 13: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

4. Terangnya cahaya (Brightness)

Terangnya cahaya yang diperlukan oleh suatu obyek

tergantung pada banyaknya cahaya yang dipantulkan dari

obyek tersebut ke mata kita. Penglihatan ke suatu bagian

sering tergantung dari perbedaan cahaya diantara bagian

tersebut dengan latar belakangnya. Perbedaan terangnya

cahaya dapat dinyatakan sebagai ratio atau perbandingan

terangnya cahaya, makin besar perbedaab ratio makin cepat

tugas dilaksanakan. Untuk efisien dan mudahnya melihat

mata penerangan hendaknya mempunyai cahaya yang

relative uniform.

5. Distribusi cahaya, bayangan dan pemancaran penebaran

cahaya.

Pada umumnya distribusi penerangan yang merata

untuk bagian-bagian yang lebih dinginkan di dalam

industri, karena ini akan memungkinkan fleksibilitas dalam

lay-out dan akan membantu adanya perataan/ uniformitas

dari terangnya cahaya. Penerangan yang berbintik-bintik

atau buram, dengan adanya bagian-bagian yang gelap dan

bagian-bagian yang terang adalah kurang baik karena mata

Page 14: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

kita harus selalu mengadakan penyesuaian setiap kali kita

melihat perbedaan bagian-bagian tersebut. Banyaknya

cahaya yang dipancarakan bervariasi tergantung dengan

jenis pekerjaannya.

6. Warna

Warna juga peting untuk penerangan dan penglihata

yang cukup baik. Pengaruh adanya warna kana jelas, dalam

keselamatan dan kemudahan dalam melihat. Jika diadakan

pengkoordinasian penerangan dengan bai, pemilihan warna

yang baik akan menimbulkan keadaan penglihatan yang

cukup baik dengan mengurangi sinar silau, mengawasi

kontras yang tajam dan meminimalisir kelelahan mata.

Warna juga berubah secara psikologis suatu ruangan.

Visi Dan Pencahayaan

a. Mata.

Mata merupakan alat indra yang sangat vital. Apalagi

dalam kerja peranan mata sangat penting untuk dapat

menyelesaikan pekerjaan yang baik. Bagian mata yang

menerima rangsangan dariluar adalah retina. Retina

mempunyai 2 jenis penerima yaitu : the cones yang masing-

masing memiliki urat syaraf yang berhubungan langsung ke

otak dan efektif dalam hal penerimaan dan warna cahaya

terang, dan the road yang dihubungkan secara berkelompok

ke urat syraf, urat syaraf akan mencapai efektivitas yang

paling baik dalam lampu yang terang dan menghindari

bagian-bagian penglihatan pada bagian ujung/tepi.

Seluruh obyek yang diamati dan dipelajari dengan seksama

dalam pekerjaan, seharusnya diletakkan saling berdekatan

satu dengan yang lainnya dan pada jarak yang sama dari

Page 15: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

mata. Informasi lain memerlukan acuan yang aktif dan

seharusnya ditempatkan langsung tepat di depan suatu posisi

yang nyaman dan enak dari kepala, dan selanjutnya dapat

untuk menopang kebutuhan untuk memegang leher didalam

posisi yang dibelokkan atau diputarbalikkan dalam peride

yang cukup lama.

Akomodasi merupakan kemampuan mata untuk melihat

memfokuskan objek dengan melebarkan atau menyempitkan

mata. Adanya proses penuaan menyebabkan lensa mata

berkurang keelastisitasannya sehingga pemfokusan pada

objek yang dekat menjadi lebih sulit. Titik terdekat (the near

point) pada usia 20 tahun diperkirakan 11cm sedangkan pada

usia 50 tahun bias sampai 50cm. oleh sebab itu sesorang akan

membaca buku lebih jauh lagi dengan semakin bertambahnya

usia.

b. Adaptasi pada perubahan-perubahan tingkatan cahaya.

Dalam cahaya terang, kepekaan yang relatif dari mata

untuk membedakan warna ditunjukkan seperti gambar. Jika

gelap diterima, kepekaan berpindah dengan baik melalui

ujung dari spekrum yang berwarna biru. Oleh karena gelap

yang diterima mata tidak peka terhadap warna merah,

adaptasi gelap tersebut alat-alat uang digunakan pada

malam hari seharusnya diperjelas dengan warna merah.

Pengaruh dari terangnya suatu obyek tergantung pada

keadaan penerimaan dari mata. Jika daerah penglihatan

mengandung suatu wilayah yang sangat terang, mata akan

cenderung untuk menerimanya, mengurangi kepekaannya

sampai wilayah yang lebih gelap.

c. Iluminasi

Page 16: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Penerangan dari suatu obyek tergantung dari

suasana terang yang ada di sekelilingnya, dimana mata

dapat menerima suasana tersebut.

Tingkat pencahayaan yang biasanya diukur dalam

istilah ILLUMINANCI atau penerangan yang fluk-fluk

yang berpendar dari suatu sumber cahaya yang dipancarkan

pada suatu permukaan per luas permukaan. Satuan

internasional unit untuk penerangan adalah lumens/sq.meter

atau lux(lx)

Illuminansi = intensity

d2

Keterangan :

Intensity = intensitas pencahayaan (dalam candelas)

D = jarak antara sumber cahaya dengan

permukaan.

Cahaya yang dipantulkan dari suatu permukaan atau

obyek disebut sebagai LUMINANSI dan dapat diukur

dengan suatu light meter yang ditunjukkan atau diarahkan

pada permukaan. Pembacaan ukuran ini dalam Lux, hal

tersebut baik dalam penggunaan unit dasar, akan tetapi juga

dapat dilakukan pemberian nama lainnya untuk unit ini,

yaitu Apostilb. Cahaya tersebut bergantung pada intensitas

dari sumber dan refleksi dari permukaan.

Luminansi = Illuminansi x Reflectivitas

(Apolstib) (Lux)

Illuminansi dan luminansi dapat membaca

mengikuti reflektivitas yang dapat dihitung. Reflektivitas

yang tinggi dari permukaan dalam area kerja dapat

mengakibatkan cahaya yang menyilaukan yang

mengganggu.

Page 17: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Reflektivitas dari cat tertentu dan bahan-bahan kayu :

Colour Finish (warna cat atau kayu) Persentase cahaya yang erpantul

White (putih) 85%

Light cream (krem terang) 75%

Light gray (abu-abu terang) 75%

Light blue (biru terang) 55%

Dark blue (biru gelap 10%

Maple 7%

Walnut 16%

Mahogany 12%

4.2.3 TEMPERATUR

4.2.3.1. Temperatur Badan

Temperature pada tubuh manusia selalu tetap. Suhu konstan

dengan sedikit berfluktuasi di sekitar 37 derajat celcius terdapat

pada otak, jantung, dan bagian dalam perut yang disebut

dengan suhu tubuh ( core temperature ). Suhu inti ini

diperlukan agar alat-alat itu dapat berfungsi normal. Sebaiknya,

lawan dari core temperature adalah hell temperature,yang

etrdapat pada otot, tangan , kaki dan seluruh bagian kulit yang

menunjukkan variasi tertentu.

Manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan

keadaan normal tubuh (mempunyai kemampuan untuk

beradaptasi). Kapasitas unutk beradaptasi inilah yang membuat

manusia mudah untuk mentolelir kekurangan panas secara

temporer yang berjumlah ratusan kilokalori pada seluruh tubuh.

Dengan kata lain, tubuh manusia dapat menyesuaikan diri

karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi,

radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan

panas yang membebaninya. Tetapi, kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan temperature luar adalah jika

Page 18: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

perubahan temperature luar tubuh tersebut tidak melebihi 20%

untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin.

Menurut untuk berbagai tingkat temperature akan memberikan

pengaruh yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut :

1. 40 derajat celcius teperatur dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi

jauh di atas kemampuan fisik dan mental.

2. 30 derajat celcius aktivitas mental dan daya tangkap mulai

menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam

pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.

3. 24 derajat celcius kondisi kerja optimum.

4. 10 derajat celcius kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul.

Page 19: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh bahwa

produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang

paling tinggi pada suhu 24 sampai 27 derajat celcius.

Dengan demikian untuk dapat mengendalikan suhu badan

agar tetap konstan dan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh

negative yang muncul, misalnya : kelelahan fisik. Ada

beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain :

1. pengendalian suplai darah kepada dan dari kulit. Jika kulit

kedinginan, darah akan membawa panas dari dalam badan

(suhu inti) ke kulit. Sedangkan darah yang dingin dari kulit

Page 20: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

akan menarik diri ke bagian dalam badan. Disamping itu,

kulit akan menyampaikan pori-pori hingga penurunan suhu

akan terhambat.

2. mengendalikan suhu dengan jalan berkeringat. Jika kulit

kepanasan, darah dari badan bagian dalam akan makin

banyak mengalir ke bagian kulit, dan keringat akan mengalir

keluar melalui kulit.

3. meningkatkan produksi panas. Dengan menggerakkan otot

( menggigil atau olah raga ) proses metabolisme akan

menjadi lebih giat sehingga panas lebih banyak dihasilkan.

Sebaliknya, apabila produksi panas hendak diturunkan, maka

badan harus didinginkan agar proses katabolisme otot dan

organ-organ lain menjadi lebih besar.

4.2.3.2. Pertukaran Panas Dengan Lingkungan

Energi kimia dari makanan diubah menjadi energi mekanik

dan panas untuk menjaga agar panas badab tetap konstan.

Bila terjadi kelebihan panas, dia akan dibuang pada

lingkungannya. Tukar panas itu terjadi terus-menerus

sebagian akan tergantung kepada mekanisme fisiologi dan

sebagian lainnya mengikuti hokum fisika yang relevan

dengan proses alih panas ( heat transfer ).

Tukar panas dapat berlangsung melalui 4 jalan, yaitu :

1. Hantaran (Conduction)

2. Konveksi ( Convection )

3. Penguapan ( Evaporation )

4. Radiasi ( Radiation )

Page 21: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

1. Hantaran

Pertukaran panas oleh konduksi tergantung pada

konduktivitas objek dan material yang bersentuhan dengan

kulit. Konduktivitas sangat penting di dalam pemilihan

material untuk kepentingan suatu perancangan, misalnya

lantai, mebel dan bagian-bagian yang akan dipegang (handle)

yang berada dalam stasiun kerja. Sebagai contoh misal orang

yangduduk di musim dingin, yang pertama duduk di atas batu

dan yang kedua duduk di atas batang pohon. Tentu

akandirasakan perbedaannya. Pertama, batu akan terasa

sangat dingin karena akan mengkonduksi panas kea rah luar

tubuh, sedangkan yang kedua, batang pohon akan terasa tidak

begitu dingin karena mengkonduksi panas lebih sedikit.

2. Konveksi

Pertukaran panas melalui konveksi tergantung sepenuhnya

pada perbedaan temperature antara kulit dan udara sekeliling,

dan juga pada aliran gerakan udara. Misal kita merasa tubuh

kita kedinginan, kemudian kita akan masuk ke ruangan yang

sebelumnya telah dipanaskan dengan heater. Pada saat masuk

ruangan maka akan terjadi pertukaran panas dari udara

ruangan ke tubuh kita sehingga kita merasa hangat. Di sini

terjadi pertukaran panas akibat adanya perbedaan antara

temperature pada kulit kita dengan udara di dalam ruang.

3. Penguapan.

Penguapan yaitu hilangnya panas dengan proses keluarnya

keringat di bagian kulit menguap. Menguapnya keringat akan

mengkonsumsi energi panas laten. Seberapa banyak panas

yang hilang melalui penguapan akan tergantung pada luasnya

kulit yang akan dilalui oleh keringat yang akan menguap dan

perbedaan tekanan uap keringat yang berada antara udara dan

kulit. Actor lain yang juga penting adalah aliran udara

Page 22: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

sekeliling, satu pihak akan meningkatkan gradient tekanan

uap, tetapi di lain pihak akan mendinginkan kulit dengan

proses konveksi, yang nantinya akan menurunkan jumlah

penguapan keringat. Misal pada panas kulit kita kan

cenderung lebih banyak mengeluarkan keringat daripada

pada saat kondisi musim dingin.

4. Radiasi

Proses pertukaran panas melalui radiasi terjadi di antara

tubuh manusia dan sekelilingnya dalam dua arah sepanjang

waktu. Radiasi panas banyak dipengaruhi oleh temperature,

kelembaban dan aliran udara. Hal ini tergantung sekalimpada

perbedaan temperature di antara kulit dan medium yang

berdekatan dengan kulit. Contoh radiasi manusia dengan

sekelilingnya (dinding, benda mati atau manusia lain) dalam

dua arah sepanjang waktu.

4.2.3.3. Kenyamanan suasana

Kebanyakan orang tidak menyadari tentang kondisi suasana

nyaman dalam ruangan. Hanya biola kondisi ini menyimpang

dari batas kenyamanan, kita akan mengalami

ketidaknyamanan. Rasa tak nyaman penting dalam biologis,

karena ia menyebabkan orang atau binatang mengalami

langkah-langkah untuk mengembalikan keseimbangan suhu.

Penyimpangan dari batas kenyamanan suhu menyebabkan

perubahan secara fungsional yang meluas. Kelewat panas

akan menyebabkan capek dan ngantuk yang mengurangi

prestasi dan meningkatkan frekuensi kesalahan. Kelewat

dingin akan menyebabkan ketidaktenangan dan mengurangi

daya atensi, yang berpengaruh negative terutama pada kerja

mental.

Page 23: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Rentang temperature dimana manusia merasakan

kenyamanan adalah sangat bervariasi. Variasi tersebut akan

sangat tergantung, pertama dari jenis pakaian yang dipakai,

dari aktivitas fisik yang dilakukan. Di Eropa sana nyaman ini

terletak pada suhu 20-23 derajat dan di Negara tropic sekitar

26-27 derajat.

4.2.3.4. Keseimbangan Panas Dalam Tubuh Manusia

Rumus keseimbangan panas dalam tubuh manusia menurut

Sander ( 1987 ) adalah :

S = M – E + R + C – W, dimana

S = Kondisi keseimbangan tubuh manusia.

M = Metabolisme tubuh.

E = Panas yang hilang karena evaporasi

R = Pertukaran panas karena proses radiasi

C = Pertukaran panas akibat konveksi

W = Aktivitas kerja.

Jika tubuh dalam keadaan seimbang maka S=0. Namun jika terlalu

dingin akan terkena Heart Stroke atau kematian. Hal ini

terjadi bila keadaan terlalu dingin. Secara umum ada panas

yang didapat dari proses radiasi atau konveksi atau keduanya.

Sehingga sumber utama panas yang hilang hanya berasal dari

Page 24: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

proses evaporasi. Dengan demikian rumus keseimbangan

tubuh manusia dan suhu sekitarnya dapat digambarkan

sebagai berikut :

M + R + C – E = 0, dimana :

M = Panas yang diperoleh dari proses metabolisme

R = Perubahan panas akibat proses radiasi

C = Perubahan panas akibat konveksi

E = Hilangnya sebagai akibat penguapan.

4.2.3.5. Aplikasi Temperatur dalam Perancangan Kerja

Dalam rancangan suatu ruangan lembab nisbi mempunyai

pengaruh yang sangat kecil terhadap perasaan atau suhu

dalam zona nyaman asalkan waktu berlakunya tidak terlalu

lama. Walaupun demikian, mutu bangunan harus tetap, dijaga

agar air tanah tidak sampai merembes malalui dinding-

dinding. Lembab tidak berpengaruh dalam menentukan

perasaan atas suhu, tetapi lebih berperan dalam menurunnya

daya tahan tubuh terhadap penyakit.

Di bawah ini adalah beberapa catatan tentang suhu ruangan

yang ideal untuk suatu stasiun kerja :

1. Penggunaan AC

Jika menggunakan AC hendaknya elisih suhu antara luar

ruang dengan dalam ruang tidak lebih dari 4 derajat celcius.

Jika perbedaan suhu terlalu besar, perasaan tidak nyaman

akan banyak dirasakan oleh mereka yang keluar masuk

gedung. Jika memasuki ruang akan dirsakan dingin, jika

keluar akan terasa lesu dan habis tenaga.

Perbedaan suhu dalam ruang gedung disarankan sebagai

berikut :

Suhu luar gedung : 20 22 24 26 28 30 32

Suhu dalam gedung : 20 21 22 23 24,5 26 28

Page 25: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

2. Beberapa contoh suhu yang diperkirakan cukup nyaman di

berbagai keadaan :

* Ruang pertemuan / rapat : 26 -27

* Ruang olah raga : 19,5 – 22,3

* Ruang tunggu : 26 – 27

* Ruang pertunjukan : 24 – 26

* Ruang istirahat : 27

* Kamar mandi : 27

* Dapur / kafetaria : 23

* Gudang : 22 – 24

* Bengkel reparasi : 20 – 23

4.3 ALAT – ALAT PRAKTIKUM

4.3.1 Kebisingan

1. Ruang Iklim. 7. Speaker.

2. Sound Level Meter. 8. Stopwatch.

3. Lux Meter. 9. Meja dan kursi.

4. AC. 10. Alat tulis.

5. Tape. 11. Automatic thermometer.

6. Lampu. 12. Dimer.

4.3.2 Pencahayaan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut :

a. Ruang

b. Lampu

c. Stopwatch

d. Obyek kerja : perakitan stecker

e. Meja kerja.

Page 26: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

4.3.3 Temperatur

Dalam praktikum temperature ini ada beberapa alat yang

harus disediakan antara lain :

● Ruang iklim

● AC

● Obyek : perakitan stecker

● Termometer

●Thermocontroler

● Heater

● Lampu

4.4 PROSEDUR PRAKTIKUM

4.4.1 Kebisingan

1. Membagi tugas diantara satu kelompok atau regu : tiga

praktikan dengan peran sebagai berikut :

a. 1 orang sebagai operator pekerjaan.

b. 1 orang sebagai control panel (mengatur kondisi ruangan)

c. 1 orang sebagai timer, pencatat data, dan penghitung hasil.

2. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan, mengatur kondisi

ruangan (dalam hal kondisi pencahayaan, temperature,

kelembaban) dalam kondisi normal berdasarkan ketetapan dan

ketentuan yang ditetapkan oleh asisten.

3. Menentukan tingkat kebisingan bunyi (dB) dengan masing –

masing perlakuan.

Rendah : 60 dB

Sedang : 80 dB

Tinggi : 100 dB

Page 27: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

4. Operator masuk ruang iklim dan memulai pekerjaan,

bersamaan itu si pengamat menghidupkan stopwatch.

5. Mencatat hasil pekerjaan operator sesudah 10 menit dan

mencocokan hasil pekerjaan operator dengan hasil standar

pekerjaan yang telah ditetapkan.

6. Mengulangi untuk pekerjaan dengan tingkat kebisingan yang

berbeda.

7. Melengkapi data percobaan masing-masing perlakuan hingga

mencapai 10 data (diperoleh dari laboratorium).

8. Melakukan pengolahan data pada software yang telah

ditetapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Uji Normalitas data.

Uji Homogenitas variasi.

Uji Anova (Uji-F).

Uji T.

9. Menganalisis data dari hasil pengolahan data diatas.

Page 28: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

4.4.2 Pencahayaan

Pada paktikum pencahayaan ini prosedur praktikum yang

harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Kelompok praktikum yang terdiri dari 2 ornag dibagi dengan

tugas sebagai berikut :

▪ 1 orang sebagai operator

▪ 1 orang sebagai pengontrol panel dalam hal ini mengatur

kondisi yang digunakan sebagai timer, pencatat dan

penghitung hasil percobaan.

2. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk praktikum

serta mengatur kondisi ruangan yang diinginkan ( dibantu

asisten )

3. Tingkat pencahyaan yang digunakan adalah :

● Rendah : 15 Lux

● Sedang : 80 Lux

● Tinggi : 155 Lux

4. Operator masuk ruang iklim dan memulai percobaan. Pada saat

itu juga timer mulai menghidupkan stopwatch. Percobaan

dilakukan dalam waktu 10 menit.

5. Setelah waktu habis maka timer segera memberitahukan

kepada operator bahwa percobaan harus dihentikan.

6. Pencatatan selanjutnya meminta hasil percobaan untuk

dilakukan perhitungan dengan cara mencocokkan dengan

standar yang telah ada.

7. Ulangi percobaan untuk tingkat pencahayaan selanjutnya

8. Lengkapi data percobaan sampai mencapai 10 data untuk

masing-masing perlakuan (diperoleh dari laboratorium).

Page 29: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

9. Lakukan pengolahan data dengan software yang telah

ditentukan yaitu dengan SPS 12 for windows. Pengolahan data

menyangkut hal-hal sebagai berikut :

a. Uji Normalitas Data

b. Uji Homogenitas Variansi

c. Uji Anova( Uji F )

d. Uji T

10. Analisis data didasarkan pada Print Out dari pengolahan data.

a. Uji Normalitas Data

b. Uji Homogenitas Variansi

c. Uji Anova ( Uji F )

d. Uji T

Temperatur

1. Mencari data berdasar studi kasus ( permasalahan ) masing-

masing kelompok. Pencarian data akan dibimbing oleh masing-

masing asisten.

2. Dalam suatu regu terdapat 2 orang praktikum yang masing-

masing bertugas sebagai

a. Operator

b. Pekerjaan dan pengamat, pencatat waktu hasil kerja operator

serta pengotrol alat-alat yang digunakan.

3. Siapkan peralatan yang akan digunakan, atur kondisi ruangan

sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan, yaitu :

a. Temperatur rendah

b. Sedang

c. Tinggi ( dengan kondisi cahaya dan kebisingan konstan )

4. Operator masuk dalam ruang iklim dan memulai pekerjaan di

tempat lain pengamat menghidupkan stopwatch sebagai tanda

operator mulai bekerja.

Page 30: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

5. Cara hasil kerja operator sesudah 10 menit.

6. Lakukan pengamatan ini untuk tiap temperature yang berbeda

suhunya.

7. Pengolahan data dengan menggunakan software yang telah

ditentukan, yaitu dengan SPSS 12 for windows. Pengolahan

data menyangkut hal-hal sebagai berikut :

a. Uji Normalitas data

b. Uji Homogenitas Variansi

c. Uji Anova ( Uji F)

d. Uji T

Page 31: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

4.5 Data dan Analisis Pratikum

4.5.1 Data praktikum

Dari praktikum didapatkan hasil dari 10 orang operator adalah sebagai berikut:

Nama Rendah Sedang Tinggi

Daniar 13 10 9

Penni 13 11 10

Buyung 17 22 20

Adib 15 20 21

Pandu 5 7 15

Hendra 4 10 10

Eko D. 9 15 18

Tinto 22 17 22

Ardi 25 4 17

Leopolda 18 9 11

Keterangan Kondisi Lingkungan :

1. Rendah : Pencahayaan = 15 lux.

Kebisingan = 60 dB.

Temperatur = 180C - 200C.

2. Sedang : Pencahayaan = 80 lux.

Kebisingan = 80 dB.

Temperatur = 250C.

3. Tinggi : Pencahayaan = 155 lux.

Kebisingan = 100 dB.

Temperatur = 300C - 320C.

4.5.2 Analisa Hasil Percobaan

Page 32: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

4.5.2.1 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Produktivitas KondisiN 30 30

Normal Parameters(a,b)Mean 8.40 2.00Std. Deviation 3.738 .830

Most Extreme Differences

Absolute .243 .219Positive .243 .219Negative -.127 -.219

Kolmogorov-Smirnov Z 1.329 1.200Asymp. Sig. (2-tailed) .059 .112

a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Ho : Tidak ada perbedaan output/hasil pekerjaan antar perilaku (kondisi

lingkungan rendah, sedang, tinggi) yang diberikan.

Ha : Ada perbedaan output/hasil pekerjaan antar perilaku (kondisi

lingkungan rendah, sedang, tinggi) yang diberikan.

Dari uji normalitas, dapat dianalisa bahwa praktikum ini memiliki

mean, standar deviasi, dan nilai signifikan yang berbeda. Yang artinya

data tersebut terdistribusi secara normal. Dalam uji tersebut nilai

signifikan untuk kondisi adalah 0.112 yang artinya 0.112 > 0.05. Dan Nilai

signifikansi output produktivitas adalah 0.59 yang artinya 0.59 > 0.05. Jadi

menerima Ho dan menolak Ha. Yang artinya tidak ada perbedaan hasil

pekerjaan antar kondisi yang diberikan.

4.5.2.2 Uji Descriptives

Page 33: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Descriptives

Produktivitas

N MeanStd.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum MaximumLower Bound Upper Bound1 10 6.80 3.011 .952 4.65 8.95 3 142 10 8.90 2.961 .936 6.78 11.02 6 163 10 9.50 4.767 1.507 6.09 12.91 4 22Total 30 8.40 3.738 .682 7.00 9.80 3 22

Analisa dari hasil uji diatas adalah jumlah total adalah 30, terdiri dari 10

data pada kondisi 1 (rendah), 10 data pada kondisi 2 (sedang), dan 10 data

pada kondisi 3 (tinggi). Total mean dari 30 data adalah 8.4. Nilai Standart

Deviation adalah 3.738. Dan nilai standart error adalah 0.682. Nilai

minimum untuk kondisi satu adalah 3 dan nilai maksimumnya adalah 14.

Untuk nilai minimum dari kondisi dua adalah 6 dan nilai maksimumnya

adalah 16. Dan pada kondisi tiga nilai minimumnya adalah 4 dan

maksimumnya adalah 22. Dari 30 data, nilai paling minimum adalah 3 dan

nilai maksimum adalah 22.

Pada kondisi pertama dengan jumlah data = 10 ; memiliki mean sebesar 6.80.

Dan nilai standart deviation sebesar 3.011. Memiliki nilai standart error

sebesar 0.952 yang artinya data menyimpang sebesar 0.952% dari data

normal. Dan memilki jumlah minimum sebesar 3 dan maksimum sebesar 14.

Pada kondisi pertama dengan jumlah data = 10 ; memiliki mean sebesar 8.90.

Dan nilai standart deviation sebesar 2.961. Memiliki nilai standart error

sebesar 0.936 yang artinya data menyimpang sebesar 0.936% dari data

normal. Dan memilki jumlah minimum sebesar 6 dan maksimum sebesar 16.

Pada kondisi pertama dengan jumlah data = 10 ; memiliki mean sebesar 9.50.

Dan nilai standart deviation sebesar 4.767. Memiliki nilai standart error

Page 34: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

sebesar 1.507 yang artinya data menyimpang sebesar 1.507 % dari data

normal. Dan memilki jumlah minimum sebesar 4 dan maksimum sebesar 22.

4.5.2.3 Uji Homogenitas Varians

Test of Homogeneity of Variances

Produktivitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.263 2 27 .771

Ho: Tidak ada keseragaman data pada kondisi rendah, sedang, dan tinggi.

Ha : Ada keseragaman data pada kondisi rendah, sedang, dan tinggi.

Dari hasil Levene Test yang memiliki nilai signifikansi 0.771 dapat

disimpulkan bahwa mnerima Ho dan menolak Ha. Karena nilai uji > 0.05.

Yang artinya tidak ada keseragaman pada kondisi rendah, sedang dan tinggi.

Hal ini mungkin dikarenakan pengaruh lingkungan yang berbeda bagi

produktivitas praktikan.

4.5.2.4 Uji Anova (Uji-F)

ANOVA

Page 35: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Produktivitas

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.Between Groups 40.200 2 20.100 1.487 .244Within Groups 365.000 27 13.519Total 405.200 29

Ho : Tidak ada pengaruh antara output/hasil pekerjaan dengan perilaku

(kondisi lingkungan rendah, sedang, tinggi) yang diberikan.

Ha : Ada pengaruh antara output/hasil pekerjaan dengan perilaku (kondisi

lingkungan rendah, sedang, tinggi) yang diberikan.

Dari hasil uji anova dapat diketahui bahwa nilai signifikan adalah 0.244. Karena

nilai test Anova > 0.05 maka, menerima Ho dan menolak Ha. Yang artinya tidak

ada pengaruh antara output dengan perilaku (kondisi lingkungan rendah,

sedang ,tinggi) yang diberikan.

Hal ini mungkin terjadi karena perbedaan lingkungan antara rendah,sedang, tinggi

tidak terlalu signifikan. Sehingga tidak mempengaruhi hasil output.

4.5.2.5 Uji T

Multiple Comparisons

Page 36: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Dependent Variable: Produktivitas

(I) Kondisi (J) Kondisi

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper BoundTukey HSD

1 2 -2.100 1.644 .420 -6.18 1.983 -2.700 1.644 .246 -6.78 1.38

2 1 2.100 1.644 .420 -1.98 6.183 -.600 1.644 .929 -4.68 3.48

3 1 2.700 1.644 .246 -1.38 6.782 .600 1.644 .929 -3.48 4.68

Bonferroni 1 2 -2.100 1.644 .637 -6.30 2.103 -2.700 1.644 .337 -6.90 1.50

2 1 2.100 1.644 .637 -2.10 6.303 -.600 1.644 1.000 -4.80 3.60

3 1 2.700 1.644 .337 -1.50 6.902 .600 1.644 1.000 -3.60 4.80

* The mean difference is significant at the .05 level.

Ho : Tidak ada perbedaan output/hasil pekerjaan antar perilaku (kondisi

lingkungan rendah, sedang, tinggi) yang diberikan.

Ha : Ada perbedaan output/hasil pekerjaan antar perilaku (kondisi

lingkungan rendah, sedang, tinggi) yang diberikan.

Dari hasil Turkey dan Bonferoni test di atas dapat dilihat bahwa hubungan

antara kondisi 1, 2 dan 3 memiliki nilai signifikan yang diatas 0.05.

Untuk kondisi 1 dan 2 bernilai 0.42. Untuk kondisi 1 dan 3 adalah

0.246. Untuk kondisi 2 dan 3 adalah 0.929.Karena sign > 0.05 maka

menerima Ho dan menolah Ha. Yang artinya tidak ada perbedaan

output antar kondisi yang diberikan.

4.5.2.6 Homogeneous Subsets

Page 37: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

Produktivitas

Kondisi NSubset for alpha = .05

1 2 3Tukey

HSD(a)1 10 6.8    2 10   8.9  3 10     9.5

Sig. 0.246 0.246 0.246

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a Uses Harmonic Mean Sample Size = 10.000.

Dari hasil homogeneous test dapat dilihat bahwa tidak ada kondisi yang sama baik

rendah, sedang dan tinggi

Keterangan kondisi :

1 : Rendah

2 : Sedang

3 : Tinggi

Means Plots

Page 38: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

1 2 3

Kondisi

6.5

7

7.5

8

8.5

9

9.5M

ean

of P

rodu

ktiv

itas

Analisa dari grafik Means Produktivitas dengan kondisi yang

diberikan mengalami kenaikan terus menerus. Seharusnya grafik

mengalami kenaikan kemudian penurunan saat kondisi tinggi diberikan.

Namun mean praktikan, mengalami kenaikan dengan semakin tingginya

kondisi. Berdasarkan grafik tersebut, hal ini bisa terjadi karena

lingkungan yang tidak terlalu mengganggu praktikan. Justru praktikan

semakin terpacu untuk memperbaiki rekor sebelumnya.

4.5.2.7 Produktivitas

Page 39: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

0 5 10 15 20 25

Produktivitas

0

2

4

6

8

10

Freq

uenc

y

Mean = 8.4Std. Dev. = 3.738N = 30

Produktivitas

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas kita dapat mendapatkan tabel

frequency seperti diatas yang menunjukan bahwa frequency yang

dihasilkan oleh otput akan trus naik dari nilai prilaku rendah, sedang dan

tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat kebisingan,

pencahayaan, dan temperatur maka semakin tinggi juga output yang

dihasilkan, yang dikarenakan meningkatnya tingkat kosentrasi yang

dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Page 40: dinus.ac.iddinus.ac.id/repository/docs/ajar/file_2013-03-13_103520... · Web viewPRAKTIKUM IV ANALISIS PENGARUH PERLAKUAN KEBISINGAN, PENCAHAYAAN, DAN TEMPERATUR TERHADAP HASIL KERJA

4.6 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa tidak ada

pengaruh signifikan antara suhu, cahaya dan kebisingan terhadap

produktivitas praktikan.

2. Berdasarkan data praktikum tersebut tidak ada keseragaman karena

pengaruh dari kondisi lingkungan yang dirasakan oleh tiap

operator..

3. Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa pengaruh

lingkungan terhadap praktikan berbeda- beda ada yang menurun

dengan semakin tingginya lingkungan ada yang tetap namun ada

juga yang meningkat.

4. Berdasarkan hasil praktikum tersebut, dapat disimpulkan bahwa uji

lingkungan belum dapat membuktikan bahwa lingkungan dapat

mempengaruhiproduktivitas

Semarang, 26 Mei 2010

Praktikan, Assisten,

(Ahmed O.Jossar) (Diah Tri Wilujeng)