i DINAMIKA STASIUN RADIO DAKWAH ISLAM DI SURAKARTA TAHUN -SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) Oleh : Dina Arini Fitri PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
107
Embed
DINAMIKA STASIUN RADIO DAKWAH ISLAM DI SURAKARTA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6424/1/SKRIPSI DINA ARINI FIT… · PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
DINAMIKA STASIUN RADIO DAKWAH ISLAM DI
SURAKARTA TAHUN -
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
Oleh :
Dina Arini Fitri
PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Saya tidak hidup di tataran kalah dan menang, sehingga saya
tidak berlomba-lomba untuk memenangkannya. Karena
Hasbunallah Wanimal Wakil”
PERSEMBAHAN
“Dengan segenap hati, skripsi ini saya persembahkan untuk
dua nadi dalam hidup ini yaitu Bapak Muhadi dan Ibu
Ngadinah”
“Seluruh kawan-kawan yang jiwanya masih memiliki semangat
untuk terus belajar dan berjuang”
“Dan seluruh kalangan masyarakat dengan latar belakang hidup
yang berbeda-beda namun memiliki tujuan yang sama”
vi
ABSTRAK
Pada masa Orde Baru berdiri pertama kali sebuah stasiun radio dakwah
Islam di Surakarta. Kemudian pada masa reformasi, di Surakarta juga banyak
berdiri radio-radio swasta dengan latar belakang Islam yang bertujuan sebagai
sarana dakwah. Melihat bahwa Surakarta memiliki kondisi sosio agama yang
selalu berubah-ubah maka otoritas agama begitu penting untuk berkompetensi dan
dilaksankan melalui radio medium. Masing-masing radio memiliki latar belakang
dakwah Islam yang berbeda-beda. Beberapa radio diantaranya menjadikan
dakwah sebagai orientasi Islam yang dipegang sesuai prinsipnya masing-masing.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah
melalui tahapan penelusuran (heuristik), kritik sumber (verifikasi), penafsiran
(interpretasi) dan penulisan sejarah (historiografi). Adapun sumber dalam
penelitian ini terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah Surakarta termasuk salah satu kota
yang banyak ditumbuhi gerakan radikalisme di masa Orde Baru. Beberapa tokoh
dari gerakan-gerakan tersebut membawa Islam yang berbeda-beda. Di masa Orde
Baru, stasiun radio dakwah yang muncul pertama kali bernama Al Irsyad
Broadcasting Center (ABC) pada tahun . Selain ABC, Radio Dakwah
Islamiyah (RADIS) juga muncul pada tahun -an. Namun, tak lama RADIS
dianggap oleh pemerintah Orde Baru membahayakan negara dan dilarang
melakukan siaran oleh Laksusda Jawa Tengah. Radio dakwah yang muncul di
masa Orde Baru dikaitkan dengan gerakan radikal yang dikhawatirkan
pemerintah. Stasiun radio dakwah di Surakarta muncul kembali setelah masa
reformasi dengan karateristik dakwah yang berbeda-beda. Beberapa nama-nama
dari stasiun radio dakwah tersebut adalah, Stasiun Radio Hizbullah (HIZ) yang
muncul pada tahun , Stasiun Radio Manajemen Hati (MH) lahir pada tahun
, Stasiun Radio Mentari berkembang tahun , Stasiun Radio Majelis
Tafsir Al-Qur‟an (MTA) yang tumbuh tahun , Stasiun Radio Dakwah
Syariah (RDS) pada tahun dan Stasiun Radio Al Hidayah tahun .
Kata Kunci: Surakarta, Radio, Dakwah Islam.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan banyak
kesempatan dalam waktu dan kondisi yang diridhoi olehNya. Dialah Dzat yang
telah mengutus Rasul-Nya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Oleh
karena itu, shalawat beserta salam semoga akan selalu tercurahkan kepada insan
pilihan-Nya yang telah membawa suatu perubahan besar bagi umat di bumi ini
yakni Nabiyullah Muhammad SAW. Dan semoga luapan syafa‟atnya selalu
terlimpah bagi umat manusia yang patuh terhadap ajarannya.
Alhamdulilah, atas izin Allah dan semangat yang terus membara, akhirnya
skripsi dengan judul telah selesai dengan baik sebagai syarat kelulusan dan untuk
memperoleh gelar sarjana. Berkaitan dengan penyelesaian skripsi ini, penulis
menyampaikan beribu-ribu syukur, rasa hormat dan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
. Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan atas izinNya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
. Nabiyullah Muhammad SAW sebagai Rasulullah yang senantiasa
meluapkan suri tauladan yang baik bagi umatnya.
. Bapak Muhadi dan Ibu Ngadinah selaku orangtua penulis yang selalu
meluapkan perhatian, dorongan dan doanya.
. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag., selaku Rektor IAIN
Salatiga beserta jajaran stafnya.
viii
. Bapak Dr. Benny Ridwan, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuludin,
Adab dan Humaniora beserta jajaran stafnya.
. Bapak Sutrisna, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban Islam.
perubahan diri memberikan sensasi.3 Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa peran radio
dalam dakwah memerankan posisi yang begitu penting terhadap masyarakat.
Radio bukan merupakan fenomena baru di negara Indonesia. Sebelum adanya
kemerdekaan pada tahun keberadaan radio sudah mulai terlihat. Yakni dengan
didirikannya sebuah radio yang masih bernama Hindia Belanda bernama Bataviasche
Radio Vergining (BRV) pada Juni di Jakarta. Baru setelah kemerdekaan
Indonesia muncullah Radio Republik Indonesia (RRI) pada September yang
dimana pada tanggal tersebut dijadikan sebagai hari lahirnya radio di Indonesia.4
Radio dakwah yang pertama kali di Surakarta adalah Radio Al-Irsyad Broadcasting
Centre (ABC). Pada akhir -an ketika sekelompok para pengkhotbah muslim
memanfaatkan radio sebagai media untuk kegiatan dakwah mereka. Sejumlah aktivis
muda Universitas Al- Irsyad di Surakarta, mendirikan stasiun radio bernama ABC.
Banyak pengkhotbah terkenal setempat menyampaikan khotbah mereka di stasiun radio
ini. Menurut beberapa sumber Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir adalah tokoh
penting di belakang dakwah di Radio ABC. Karena konflik internal dalam Radio ABC
atas pilihan program Islam, Sungkar dan Baasyir mendirikan stasiun radio lain bernama
Radio Dakwah Islamiyah (RADIS). Untuk politik alasan rezim Orde Baru melarang
stasiun radio ini yang mana dengan jelas menunjukkan signifikansi politis serta
religiusnya dalam sosial kehidupan.5
Menjelang reformasi banyak radio yang muncul untuk melakukan siaran dengan
dibukaknya izin oleh pemerintah. Selain itu, televisi swasta pun mulai turut andil dalam
bidang broadcasting. Sampai pada reformasi , banyak pengaruh yang timbul dengan
adanya kebebasan terhadap radio swasta untuk menyiarkan berita. Pembebasan tersebut
3 A. Ius Y. Triartanto, Broadcasting Siaran Radio: Teori Dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Cendekia, ), hlm.
.
4 Masduki, Radio Siaran Dan Demokratisasi, (Yogyakarta: Jendela, ), hlm. .
5 Sunarwoto, Contesting Religious Authority A Study on Dakwah Radio in Surakarta, Indonesia, Disertasi
(Tilburg University, ), hlm. .
disambut dengan penuh suka cita oleh dunia siaran. Setelah itu setidaknya muncul kurang
lebih stasiun radio baru sampai tahun serta sebelas stasiun televisi swasta yang
mulai mengudara.6
Radio di Surakarta nampaknya melayani tempat yang menonjol sebagai ditunjukkan
oleh stasiun radio baru yang baru muncul. Mengikuti kejatuhan rezim Soeharto, lebih dari
stasiun radio muncul di seluruh Indonesia. Menurut data yang dirilis oleh KPID
(Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) dari Pusat Java, sejak , setidaknya ada enam
puluh sembilan stasiun radio baru telah terdaftar oleh KPID di Jawa Tengah. Angka ini
tidak termasuk radio 'tidak terdaftar' stasiun. Ini membuktikan bahwa radio terus
memainkan yang menonjol peran dalam masyarakat.7
Pasca Reformasi, di Surakarta banyak berdiri radio-radio swasta dengan latar
belakang Islam yang bertujuan sebagai sarana dakwah. Melihat bahwa Surakarta
memiliki kondisi sosio-agama yang selalu berubah-ubah maka otoritas agama begitu
penting untuk berkompetensi dan dilaksanakan melalui radio medium.8 Dimana
sebelumnya yakni tepatnya pada masa orde baru telah dulu muncul stasiun radio dakwah
Islam. Kemudian estafet stasiun radio dakwah Islam barulah muncul kembali di masa
reformasi. Pada masa ini terdapat beberapa radio Islam yang berdiri di kota Surakarta.
Masing-masing radio ini memiliki latar belakang dakwah yang berbeda-beda. Beberapa
radio diantaranya menjadikan dakwah mereka sebagai orientasi dari Islam yang dipegang.
Sehingga ruang dakwah masing-masing radio sering mengalami konflik. Disisi lain,
radio-radio dakwah ini mengalami pasang surut yang berbeda-beda dari mulai berdiri
hingga saat ini.
Belum begitu banyak penelitian sejarah yang membahas mengenai stasiun radio
dakwah Islam khususnya radio dakwah di masa orde baru dan reformasi di Surakarta.
6 Masduki, Radio Siaran Dan Demokratisasi, hlm.
7 Sunarwoto, Contesting Religious Authority A Study on Dakwah Radio in Surakarta, hlm. .
8 Ibid., hlm. .
Dengan demikian maka kajian dinamika stasiun radio dakwah Islam di Surakarta ini
sangat menarik untuk diteliti. Oleh karena itu penulis mengangkat kajian tersebut dengan
judul “Dinamika Stasiun Radio Dakwah Islam Di Surakarta Tahun - ”.
B. Rumusan Masalah dan Batasan
. Bagaimana latar perkembangan Islam di Surakarta masa Orde Baru hingga
reformasi?
. Bagaimana perkembangan stasiun radio di kota Surakarta?
. Bagaimana pasang surut stasiun radio dakwah Islam di Surakarta tahun - ?
Pada penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya sesuai
dengan spasial dan temporal agar tidak terjadi perluasan dalam pembahasan masalah.
Ruang lingkup spasial adalah batasan tempat terjadinya peristiwa sejarah. Ruang
lingkup spasial dalam penelitian ini adalah radio dakwah Islam di wilayah Surakarta
yang terdiri dari Radio Al Irsyad Broadcasting Centre (ABC), Radio Hizbullah (HIZ),
Radio Dakwah Syariah (RDS), Radio Manajemen Hati (MH), Radio Majelis Tafsir Al
Quran (MTA), Radio Al Hidayah dan Radio Mentari.
Sedangkan ruang lingkup temporal adalah batasan waktu yang dijadikan
dalam penelitian sejarah. Ruang lingkup temporal dalam penelitian ini mengambil
tahun - sebagai batasan temporal. Dimana pada tahun mulai
munculnya radio dakwah yang pertama kali di Surakarta yakni Stasiun Radio Al
Irsyad Broadcasting Centre (ABC). Kemudian tahun dijadikan sebagai batasan
temporal karena pada tahun tersebut terakhir berkembangnya radio dakwah Islam
yakni dengan berdirinya Stasiun Radio Dakwah Syariah (RDS) dan Stasiun Radio Al
Hidayah.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan adanya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui latar perkembangan Islam di Surakarta masa Orde Baru
hingga reformasi
b. Untuk mengetahui perkembangan stasiun radio di kota Surakarta
c. Untuk mengetahui dinamika stasiun radio dakwah Islam di Surakarta tahun
-
. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat
terutama untuk melengkapi studi-studi yang sudah ada. Studi ini bermanfaat secara
akademik memberikan pencerahan tentang sejarah peradaban umat Islam di Indonesia
terkait stasiun radio dakwah Islam di Surakarta dan faktor dinamikanya. Sehingga
penelitian ini layak untuk menjadi rujukan terhadap penelitian yang lain. Serta
menambah wawasan yang lebih luas lagi mengenai sejarah perkembangan suatu
organisasi atau instansi. Agar nantinya dapat menjadi inspirasi bagi para generasi
penerus dalam melakukan penelitiannya.
D. Tinjauan Pustaka
Salah satu penunjang dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan sebagai dasar keilmiahan sebuah tulisan. Tinjauan
pustaka ini bertujuan untuk membedakan antara penelitian yang penulis lakukan
dengan beberapa penelitian terdahulu dan bahkan dapat dijadikan sebagai sumber
dalam penelitian skripsi ini. Dalam buku yang ditulis oleh A.Ius Y. Triartanto dengan
judul Broadcasting Siaran Radio: Teori dan Praktek tahun 2017. Buku tersebut
mengemukakan salah satunya mengenai sejarah perjalanan radio di Indonesia,
karateristik radio siaran dan beberapa teori mengenai manajemen penyiaran. Dengan
demikian bahwa buku tersebut memiliki kajian yang sama dengan penelitian ini yakni
radio. Dalam penjelasannya Triartanto mengemukakan sistem radio secara umum.
Karena meskipun penelitian ini objeknya adalah mengenai radio dakwah namun segala
unsur tentang radio tetaplah sama dengan radio secara umum khususnya pada
manajemenisasi.
Buku karya Din Wahid dan Jamhari Makruf dengan judul Suara Salafisme:
Radio Dakwah di Indonesia tahun 2017. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa radio
menjadi salah satu media yang begitu penting dalam berdakwah. Buku tersebut
merupakan kumpulan tulisan dari beberapa peneliti mengenai radio dakwah di
beberapa kota besar di Indonesia. Dari beberapa radio dakwah tersebut para peneliti
memaparkan karaterisik radio dakwah di masing-masing kota. Baik yang radio
dakwah yang dilatarbelakangi oleh ormas maupun kelompok Islam ataupun tidak.
Terdapat salah satu bab yang menjelaskan tentang radio dakwah yang ada di kota
Surakarta. Namun, terdapat perbedaan yang menjadikan perbedaan antara penelitian
skripsi ini dengan buku tersebut. Dalam buku tersebut yang menjelaskan mengenai
radio dakwah di Surakarta tidak dijelaskan bagaimana sejarah radio dakwah muncul
dan dinamika perjalanaanya. Meski demikian, buku ini dapat menjadi sumber yang
penting bagi penelitian skripsi ini.
Disertasi oleh Sunarwoto dengan judul Contesting Religious Authority A Study
on Dakwah radio in Surakarta, Indonesia tahun 2015. Ia menjelaskan dalam
disertasinya bagaimana persaingan radio dakwah di Surakarta. Radio dakwah yang
banyak dibahas dalam disertasi tersebut adalah radio MTA dan Al Hidayah saja.
Secara keseluruhan disertasi tersebut lebih banyak mengutarakan bagaimana otoritas
agama telah dibangun dan dibantah dengan sarana radio menengah. Sedangkan
penelitian skripsi ini membahas seluruh radio dakwah di Surakarta baik ketika pertama
kali muncul sampai masa-maa berikutnya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa
disertasi ini dapat dijadikan sumber dalam penelitian skripsi ini.
Skripsi oleh Eva Risti Winata dengan judul Peran Radio Sama Fm Dalam
Dakwah Di Masyarakat (Studi Kasus Program Siaran Radio SAMA FM di Perumahan
Jatisari Asabri Semarang) tahun 201 . Peran program radio SAMA FM dalam
berdakwah terwujud pada program siaran on air dan off air bertujuan dalam bidang
informasi, pendidikan dan hiburan yang mencakup area Jatisari dan sekitarnya.
Bahkan peran radio SAMA FM memberikan kontribusi yang positif bagi komunitas
tuna netra dan masyarakat sekitarnya. Jelas bahwa skripsi tersebut bersinggungan
dengan penelitian yang penulis lakukan. Dalam skripsi tersebut Eva membahas
tentang peran radio dalam dakwah di masyarakat dimana dalam penelitian ini objek
yang dikaji pun adalah tentang radio dakwah.
Skripsi oleh Deddy Wahyu Wijaya dengan judul Sejarah Radio Republik
Indonesia Wilayah Semarang Tahun 1945-1998 tahun 2011. Skripsi tersebut
menjelaskan bagaimana aktivitas RRI di Semarang pada tahun - serta pola
perkembangan dari radio tersebut. Dimana RRI sendiri sangat memiliki peran yang
cukup penting terhadap kondisi di Indonesia khususnya Semarang. Skripsi tersebut
merupakan skripsi sejarah dimana dalam metodenya tidak luput dari metode sejarah.
Sehingga skrispi ini dapat menjadi acuan dalam penelitian yang penulis lakukan.
Meskipun objek radio dalam skripsi tersebut bukan merupakan jenis radio dakwah.
Jurnal oleh Sri Urip Haryati dengan judul Positioning Radio-Radio Di Kota Solo
Dan Sekitarnya Sebuah Studi Diskriptif Kualitatif tahun 2010. Sri menjelaskan bahwa
ada beberapa radio di Solo yang memiliki posisi citra produk siaran di benak pikiran
pendengar yakni dilihat dari radio apa yang paling banyak diakses oleh pendengar.
Pada jurnal tersebut ia memaparkan secara kualitatif data-data para pendengar radio
yang aktif beroperasi di Solo. Namun jurnal tersebut tidak menjelaskan secara
kronologis dari tahun berdirinya masing-masing radio tersebut melainkan hanya
menjelaskan waktu yang terjadi hari tersebut saja.
E. Kerangka Konseptual
Radio adalah teknologi yang digunakan untuk mengirim sinyal dengan cara
modulasi dan radiasi elektromagnetik (Gelombang elektromagnetik). Gelombang ini
melintas dan merambah lewat udara dan bisa juga merambat lewat ruang angkas yang
hampa udara. Karena, gelombang ini tidak memerlukan medium pengangkut (seperti
molekul udara).9 Dalam kegiatan dakwah, radio sangat penting dalam penyampaian
materi dakwah dalam bentuk pidato dan ceramah ataupun kuliah. Radio sebagai media
dakwah memiliki beberapa keutamaan antara lain: program radio dipersiapkan oleh
seorang ahli, sehingga bahan yang disampaikan benar-benar bermutu. Radio
merupakan bagian dari budaya masyarakat. Harga dan biaya cukup murah sehingga
masyarakat mayoritas memilih alat ini. Mudah dijangkau oleh masyarakat, artinya
audien atau pendengar cukup di rumah. Radio menyampaikkan kebijaksanaan,
informasi secara tepat dan akurat Pesawat Radio mudah dibawa kemana-mana.10
Radio dalam bidangnya adalah salah satu bentuk komunikasi yang berupa siaran.
Dan merupakan suatu elektronik yang digunakan sebagai media komunikasi, informasi
dan dakwah bagi masyarakat. Sehingga disini penulis memaparkan beberapa hal
mengenai komunikasi penyiaran sebagai konsep dalam penelitian stasiun radio
dakwah Islam.
Komunikasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antar manusia, dua orang atau lebih
dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Oleh karena
9 Hasan Asy’ari Oramahi, Jurnalistik Radio: Kiat Menulis Berita Radio, (Penerbit Erlangga, ), hlm. .
10
Mohamad Fajar Shiddiq, Dakwah Melalui Radio, Prosiding Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Bandung, hlm. .
itu, ada tiga bagian pokok, yaitu sumber informasi sebagai pengirim, media transmisi
sebagai pembawa informasi dan tempat tujuan informasi sebagai penerima
informasi.11
Pengertian istilah ”penyiaran” dalam UU penyiaran adalah kegiatan
pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan atau sarana transmisi darat, di
laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuenasi radio melalui udara,
kabel dan atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh
masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Siaran adalah pesan atau rangkaian
pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis,
karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui
perangkat penerima siaran.12
Media komunikasi yang dipergunakan untuk penyiaran terbagi menjadi dua
macam13
:
. Penyiaran radio yakni sebuah media komunikasi masa untuk menyalurkan beberapa
gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka dengan
program yang terstruktur dan berkesinambungan.
. Penyiaran televisi yakni sebuah media komunikasi masa untuk menyalurkan
beberapa gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar baik secara
terbuka maupun tertutup dengan program yang terstruktur dan berkesinambungan.
Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat, sosial. Fungsi-fungsi
penyiaran dimaksud tidak dapat dilepaskan dari fungsi ekonomi dan kebudayaan yang
dapat dilakasanakan pula oleh kegiatan penyiaran. Penyelenggaraan penyiaran di
11 FR.Sri Sartono, Teknik Penyiaran dan Produksi Program Radio, Televisi dan Film, (Departemen Pendidikan
Nasional, ), hlm. .
12 Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi: Regulasi & Konvergensi,
(Bandung: PT Refika Aditama, ), hlm. – .
13 Ibid., hlm. .
Indonesia telah diamanatkan untuk diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran
nasional. Sistem penyiaran nasional terdiri dari lembaga penyiaran dan pola jaringan
yang adil dan terpadu dengan membentuk stasuin jaringan dan stasiun lokal. Spektrum
radio untuk penyelenggaraan penyiaran digunakan sebesar-besarnya oleh Negara
Republik Indonesia untuk kemakmuran rakyat melalui administrasi yang dilakukan
oleh pemerintah.14
Jasa penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi diselenggarakan oleh lembaga
penyiaran yaitu15
;
. Lembaga Penyiaran Publik
Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan
hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial dan
berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.16
. Lembaga Penyiaran Swasta
Lembaga Penyiaran Swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat
komersial berbentuk badan hukum Infonesia, yang bidang usahanya hanya
menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi.17
. Lembaga Penyiaran Komunitas
Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan lembaga penyiaran yang
berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat
independen dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan
wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.18
. Lembaga Penyiaran Berlangganan
14 Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran & Teknologi Informasi: Regulasi & Konvergensi,
hlm. - .
15 Danrivanto Budhijanto, hlm. .
16
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor Tahun tentang penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Publik dalam https://eppid.kominfo.go.id diakses tanggal Agustus pukul WIB.
17 Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor Tahun tentang penyelenggaraan penyiaran
Lembaga Penyiaran Swasta dalam https://eppid.kominfo.go.id diakses tanggal Agustus pukul WIB.
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern - , (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, ), hlm. .
33 Heru Suharto, Surakarta Hadiningrat, hlm. .
34
Goerge D. Larson, Masa Menjelang Revolusi: Keraton dan Kehidupan Politik di Surakarta, - , (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, ), hlm. .
35 Purwadi & Endang Waryanti, Perjanjian Giyanti: Strategi Politik Teritorial untuk Mewujudkan Perdamaian,
(Yogyakarta: Laras Media Prima, ), hlm. .
36 Krisna Bayu Adji & Sri Wintala Achmad, Geger Bumi Mataram: Sejarah Panjang Perjalanan Kerajaan-
kerajaan Jawa Pasca Mataram Islam, (Yogyakarta: Araska, ), hlm. .
ki-solo atau ki-sala yang sebelumnya telah dijelaskan. Mereka tinggal di tepi Bengawan
Solo, di dekat pelabuhan dimana mereka bekerja untuk majikannya yang ada di Kadipaten
Pajang, sehingga membentuk pemukiman tepian sungai. Kebutuhan pokok kehidupan
pemerintahan pada masa Kerajaan Pajang banyak disuplai dari lalu lintas sungai dan bandar-
bandar yang berada di sepanjang Bengawan Solo. Kapal-kapal besar dari pesisir Jawa dan
selat Malaka saat itu mampu mengadakan perjalanan sampai ke pedalaman Jawa melalui
Bengawan lalu lintas darat.37
Dengan dipilihnya Desa Sala sebagai lokasi keraton, maka tentu hal ini membawa
pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan Kota Solo ke masa-masa berikutnya. Antara
Belanda dan Mataram memiliki kepentingan masing-masing yang pengaruhnya cukup besar
terhadap segala konsep tata-kotanya ke dalam bentuk nyata. Belanda dengan konsep kota
koloni dan keraton dengan konsep kota kosmologi saling bertumpang tindih membentuk
Kota Solo menjadi khas dan unik. Kondisi tersebut juga ditambah lagi dengan pola kota
organik yang telah lama disusun oleh masyarakat pribumi. Jadi pada tahap berikutnya, kota
tepian sungai yang pernah disusun oleh masyarakat pribumi akan berpadu dengan kota
daratan yang berpola “sakralprofan” (oleh model keraton) dan pola kokoh fungsionalis (oleh
model Belanda).38
Bagian tengah kota didiami oleh beberapa etnik seperti Jawa, Cina, Arab, dan Eropa
yang masing-masing menempati daerah tertentu secara terpisah. Disebelah utara kraton
terletak kepatihan, tempat kediaman pepatih dalem, sekaligus berfungsi sebagai pusat
administrasi pemerintahan. Istana Mangkunegaran terletak di sebelah selatan Kali Pepe,
demikian pula perkampungan orang-orang Eropa yang meliputi rumah residen, kantor-
kantor, gereja, gedung pertunjukan, gedung-gedung sekolah, toko-toko dan benteng
Vestenburg sebagai pusatnya. Perkampungan orang Eropa diluar beteng itu disebut Loji
Wetan, karena bangunannya berbentuk bahan batu bata. Perkampungan orang Tionghoa atau
37 Qomarun dan Budi Prayitno, hlm. .
38
Ibid, hlm. .
kampung pecinan tertetak di Pasar Gede di tepi sungai Pepe. Sedangkan orang-orang Arab
diberi tempat di Pasar Kliwon.39
Orang-orang Tionghowa dan Arab masing-masing dipimpin oleh orang yang
ditunjuk oleh pemerintah kolonial, dan diberi pangkat mayor, kapten, atau letnan. Hunian
orang-orang pribumi bercampur, baik penghuni lama maupun pendatang, kelas menengah
maupun kelas bawah di perkampungan. Diskriminasi ras dan etnik sangatlah ketat, sehingga
kontak sosial melalui jaringan sosial kota hanya terbatas pada golongan pribumi saja.
Hunian untuk penduduk pribumi Jawa terpencar hampir di seluruh kota. Bahkan nama-nama
kampung hunian penduduk suku Jawa, ada yang didasarkan atas nama-nama bangsawan
yang bertempat tinggal disana.40
Sebelumnya, keberadaan orang-orang Tionghowa dan Arab digolongkan sebagai
orang Timur Asing yang kelasnya berada di atas masyarakat pribumi dan di bawah orang-
orang Eropa. Wilayah tempat tinggal mereka juga ditentukan, yaitu dari kelompok
masyarakat yang lain dan ruang geraknya dibatasi dengan sistem surat jalan. Mereka juga
sesuai dengan UU Agraria , yakni dilarang memiliki tanah. Meskipun keberadaan
orang Tionghoa di Surakarta dibatasi oleh peraturan kolonial, tetapi tidak menutup
hubungan mereka baik secara pribadi maupun kelembagaan, dengan Sunan ataupun para
Bangsawan (pangeran).41
Kemudian, pada tahun -an pedagang-peadagang Tionghoa sudah menjalar ke
lokasi-lokasi strategis, seperti jalan-jalan di sekitar Pasar Legi, Pasar Gede, dan sekitar Pasar
Singosaren. Pada masa orde baru ( - ) hampir semua lokasi strategis atau jalan-jalan
utama di Kota Surakarta ditempati oleh pedagang Tionghoa. Tahun -an merupakan
39 Julianto, Ibrahim, Bandit dan Pejuang di Simpang Bengawan: Kriminalitas dan Kekerasan Masa revolusi di
Surakarta, (Wonogiri: Bina Citra Pustaka, ), hlm. .
40 Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-orang Tionghowa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta, - , (Jakarta:
Penerbit Ombak, ), hlm. - .
41 Ibid., hlm. .
awal pedagang tekstil Tionghoa masuk ke Pasar Klewer, ketika pasar tersebut menjadi pusat
perdagangan dan bursa tekstil seiring dengan kejayaan industri batik dan tenun.42
Dengan demikian, Surakarta merupakan salah satu kota bersejarah yakni dengan
adanya kraton Kasunanan Surakarta sampai saat ini. Selain itu kota ini juga termasuk kota
multietnik yakni terdiri dari etnis Jawa, Eropa, Arab dan Cina. Sampai saat ini pengaruh
tersebut masih dapat kita lihat peninggalannya. Terutama dalam pembagian wilayah yang
mereka tinggali waktu dulu. Wilayah-wilayah ini menjadi tempat tinggal masyarakat kota
Surakarta di masa selanjutnya sampai saat ini. Meskipun beberapa etnis-etnis ini tidak
tinggal mengelompok seperti waktu dulu.
B. Islamisasi di Jawa Pasca
Mengenai Islamisasi di Indonesia beberapa pakar sejarah seperti Harry J. Benda dan
Clifford Geertz menyatakan bahwa dalam proses islamisasi khususnya di Jawa terjadi
sebuah proses sinkretisasi antara Islam dan Hinduisme. Dalam hal ini Geertz pada tahun
-an mengamati tiga bentuk varian golongan masyarakat yakni, priyayi, santri dan
abangan. Golongan priyai menurutnya dipengaruhi oleh animisme Jawa. Sementara
golongan abangan lebih dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Buddha dan pandangan dunia mistik
Jawa. Sedangkan golongan santri lebih mempertahankan ajaran Islam yang masih disertai
dengan elemen-elemen yang berkaitan dengan dunia Jawa.43
Wilayah Jawa menjadi salah
satu wilayah besar dalam dunia Islam kontemporer dimana proses Islamisasi mengalami
kemandekan atau malah berbalik arah. Sebagaimama diobservasi oleh Boland pada akhir
dasawarsa -an, “Setelah , kaum Muslim semakin menyadari bahwa Islamisasi di
Indonesia pada dasarnya berarti Islamisasi Jawa ”44
42 Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-orang Tionghowa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta, - , hlm. .
43
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna: Respon Intelektual Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi ( - ), (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, ), hlm. .
44 Oleh Boland dalam bukunya berjudul Struggle of Islam dikutip oleh M.C. Ricklefs, Islamitation and Its
Opponents in Java, Terj. FX Dono Sunardi & Satrio Wahono, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, ), hlm. .
Dalam perkembangannya, santri dan abangan lebih memperlihatkan perbedaan
orientasi keagamaannya. Abangan, merupakan golongan yang dinilai tidak menjalankan
kewajiban-kewajiban Islam dan masih mempraktikkan ajaran Hinduisme, Buddhisme serta
animisme. Sedangkan santri merupakan golongan yang taat terhadap ajaran agama Islam
dengan menjalankan kewajiban dan menjauhi segala larangan dalam beragama. Serta
berkomitmen terhadap nilai-nilai ajaran Islam yang ada di masyarakat. Namun dalam jangka
waktu tertentu abangan dapat bertransformasi menjadi santri ketika dalam kehidupannya
konsisten menjalankan segala kewajiban dalam agama Islam.45
Berkaitan dengan hal tersebut, tepatnya sebelum Indonesia menapaki masa orde
baru, kondisi politik di Indonesia pada masa demokrasi terpimpin dikenal dengan sebutan
politik aliran. Istilah tersebut merujuk pada pembagian masyarakat Jawa, yang secara
khusus terbagi menjadi kaum santri muslim yang taat dan kaum Jawa abangan serta
beberapa kelompok yang dimobilisasi oleh partai politik dan organisasi massa dibawahnya.
Adapun posisi kaum abangan direpresentasikan kedalam Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang didalamya mencerminkan nilai-nilai kaum priyayi bangsawan dari kaum abangan elite
konservatif. Sementara itu Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai partainya kaum
masyarakat kelas bawah yang memiliki daya tarik terhadap kaum petani dan buruh PNI.
Sedangkan kaum santri terbagi menjadi dua wadah yakni Masyumi yang modernis dan
Nahdlatul Ulama (NU) yang lebih mempresentasikan masyarakat pedesaan Jawa yang
saleh.46
Orde baru adalah masa pemerintahan di bawah rezim Presiden Soeharto. Pada masa
tersebut, hubungan antara pemerintah dengan umat Islam tidak berjalan secara harmonis.
Hal tersebut terjadi ketika Presiden Soeharto beserta militernya menolak para tokoh
Masyumi untuk menghidupkan kembali partainya. Selain itu, pada tahun muncul pula
keinginan untuk memimpin partai Islam yang baru dengan nama Parmusi (Partai Muslimin
45 Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, hlm. .
46
M.C. Ricklefs, Islamitation and Its Opponents in Java, hlm. - .
Indonesia). Namun hal tersebut kembali dicegah oleh pemerintah. Bahkan pada dekade
-an, beberapa kelompok Islam sering dituduh sebagai pemberontak.47
Terlepas dari sikap keras rezim orde baru terhadap aspirasi politik kaum modernis
dan pengaruh kalangan tradisionalis di daerah pedesaan serta kebijakan pemerintah dan
aktivitas para pembawa Islam di seluruh pelosok Jawa, informasi mengenai pendalaman
Islamisasi terus terdengar sejak awal dasawarsa -an. Inisiatif-inisiatif orde baru di
bidang pembangunan, pendidikan, dan agama telah memancing dan menggerakkan berbagai
perubahan besar yang cukup signifikan dalam masyarakat Jawa. Beberapa dari mereka
sudah mulai bergerak di sektor manufaktur, kontruksi, perdagangan, perhubungan, dan jasa
mengalami peningkatan pada sekitar tahun -an. Dan di daerah pedesan banyak
perempuan yang bekerja di industri rumahan.48
Para pengamat mencatat bahwa kalangan masyarakat kelas menengah seringkali
menunjukkan perilaku kesalehan yang lebih tinggi. Sebagaimana yang terjadi dengan sistem
pendidikan bernuansa Islam yang dikaitkan dengan konsep moderenitas dalam pandangan
para pemuda Jawa. Yakni dengan dibangunnya sekolah-sekolah elite bernuansa Islam di
berbagai kota besar bagi masyarakat kalangan menengah dengan menyajikan kurikulum
nasioanal yang dipadukan dengan pelajaran agama Islam.49
Menurut Nor Huda, ada beberapa karateristik yang menandai format baru gerakan
Islam yang terjadi pada tahun -an. Pertama, kecenderungan semakin pudarnya
kepemimpinan politik Islam dan bangkitnya kepemimpinan para Intelektual muslim. Kedua,
kecenderungan semakin lemahnya penonjolan pada masalah-masalah ritual atau furu’iyah
dan tampak lebih menonjol isu-isu intelektual, sosial, ekonomi, dan estetika dalam Islam.
Ketiga, kecenderungan menurunnya sikap-sikap sektarian di kalangan umat Islam, terutama
di kalangan generasi muda Islam. Keempat, kecenderungan memudarnya konsep umat
47 Samsul Munir, Sejarah Dakwah, (Jakarta: Amzah, ), hlm. .
48
Ricklefs, hlm. .
49 Ibid, hlm. .
secara sempit, yaitu komunitas Islam yang eksklusif. Dalam konteks ini, umat Islam
dikonsepkan sebagai komunitas muslim yang kedudukan dan perannya tersebar luas di
berbagai institusi sosial yang ada atau munculnya wajah baru Islam yang inklusif.50
Pada masa ini, komunikator Islam pun lebih dikuasai oleh kaum Intelektual Muslim
daripada kaum ulama dan politikus Muslim. Wacana pun mulai ikut bergeser dari wacana
normatif ke wacana intelektual yang bercorak sosiologis dan tidak jarang juga sufistis. Cara
berpikir kaum inteklektual semacam ini telah berpengaruh baik terhadap pemikiran maupun
kebijakan politik pemerintahan termasuk umat Islam. Pengaruh nyata dari hal tersebut
adalah adanya akomodasi timbal balik (mutual accomodation) antara Islam dan birokrasi
Orde Baru. Bentuk riil dari saling mengakomodasi tersebut adalah pemenuhan berbagai
aspirasi umat Islam dan respons yang lebih partisipatif terhadap beberapa kebijakan Orde
Baru. Semakin baiknya hubungan antara Islam dan Orde Baru antara lain ditandai dengan
sejumlah kebijakan yang mengakomodasi aspirasi umat Islam. Yakni kebijakan mengenai
Undang-undang Pendidikan Nasional ( ), Undang-undang Peradilan Agama ( ), dan
Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.51
Ricklefs juga mengemukakan bahwa tanda-tanda Islamisasi terus terlihat pada
dasawarsa -an dan -an yakni mengenai pendidikan agama menjadi salah satu
pelajaran wajib dalam sistem pendidikan nasional. Hal tersebut termuat dalam UU
pendidikan yang baru pada tahun dengan menegaskan hal tersebut dan menetapkan
apapaun yang menjadi tuntutan para aktivis Islam, khususnya dari Muhammadiyah dan
MUI. Meskipun hal tersebut menjadi masalah yang cukup berat bagi kalangan beragama
Kristen. Sedangkan pada tingkat perguruan tinggi pada , terdapat staf pengajar di
IAIN yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan di akhir pemerintahan Soeharto sebanyak
50 Nor Huda, Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
), hlm. .
51 Ibid, hlm. .
persen dari seluruh pemuda di Indonesia lebih memilih untuk masuk di perguruan tinggi
IAIN.52
Islam di Indonesia selalu heterogen, namun Orde Baru membesar-besarkan
perbedaan demi kepentingan mereka sendiri. Adanya pengaruh gelombang pembaharuan
Islam secara internasional, secara tidak langsung telah munculkan beberapa gerakan pan-
Islam di Indonesia. Kelompok Islam dengan nama Ikhwanul Muslimin yang digawangi oleh
Abdullah Sungkar telah membuat suatu gagasan tentang semangat para pemuda inteletual
dalam melawan negara. Hal ini tentu saja menjadi salah satu ancaman bagi pemerintah Orde
Baru. Sehingga pada kerusuhan Tanjung Priok pemerintah menggunakannya sebagai alasan
untuk menindak keras segala bentuk radikalisme Islam. Beberapa dai dan politisi yang
dirasa termasuk dalam barisan garis keras ditangkap, diadili dan dipenjara. Bahkan
penggunaan hijab bagi perempuan dilarang secara keras.53
Pada akhir dekade -an, muncul pula gerakan kebangkitan Islam melalui kaum
intelektual di daerah perkotaan. Mereka termasuk kedalam golongan kelas menengah baru
dengan pekerjaan yang lebih mapan. Mereka inilah yang nantinya dapat menjadi penentu
dalam perubahan masyarakat terlebih dalam kehidupan beragama. Sehingga pemerintah
ingin menjadikan Islam sebagai kekuatan sosial, budaya dan ekonomi. Adanya perubahan
dalam tatanan religi-politik Indonesia, memunculkan sebuah pemikiran baru mengenai cara
beragama yang fungsional dan sekular.54
Para menteri Orde Baru menggambarkan Islam sebagai kekuatan ekstrem kanan
yang seperti ekstrim kiri yang harus dikontrol oleh pemerintah. Organisasi Islam
tradisionalis NU, ketika diminta untuk bergabung dengan PPP, menyatakan bahwa mereka
akan melakukan apa yang diinginkan pemerintah dan akan bersikap apolitis, sehingga tidak
perlu menjadi bagian dari partai pemerintah. Mereka hanya ingin terlibat dalam usaha sosial
52 Ricklefs, hlm. .
53
Adrian Vickers, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, ), hlm. .
54 Samsul Munir, Sejarah Dakwah, hlm. .
seperti, usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Meskipun ada upaya
dari pemerintah untuk memperdaya NU melalui mata-mata orang dalam, pemimpin berbakat
yang pada saat itu dikenal sebagai Gus Dur ini merupakan ketua NU dari tahun -an –
-an, menjadi penentang yang lunak dan terus-menerus terhadap rezim Soeharto.55
Hubungan baik antara pemerintah dan Islam terus berlanjut hingga dibentuknya
ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia) dan MUI. ICMI berdiri pada akhir bulan
Desember oleh Prof. Dr. Ing B.J. Habibie. Adapun program yang diusung oleh ICMI
adalah melakukan kajian Islam, membangun potensi sumber daya umat, mengembangkan
kebudayaan dan sumber daya manusia serta mengembangkan lembaga bank syariah dan
lembaga manajemen musyarokah. Sedangkan MUI yang berdiri pada tahun oleh
Menteri Agama Prof. Dr. H.A. Mukti Ali merupakan wadah musyawarah para Ulama dan
cendekiawan.56
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, Islamisasi di Jawa pasca atau
dapat dikatakan sebagai Islam masa orde baru merupakan sebuah pijakan dari yang
sebelumnya dimana Islam dipilah dalam bentuk santri, abangan dan priyayi. Islam di masa
Orde Baru lebih menunjukkan orientasi gerakan Islam modernis yang langkahnya tertuju
pada gerakan dakwah Islam dan kaum intelektual. Pada awalnya, sikap pemerintahan rezim
Orde Baru memperlihatkan bahwa mereka merasa sangat terancam dengan adanya kekuatan
Islam baru tersebut. Bahkan beberapa diantaranya seringkali dituduh sebagai pemberontak.
Namun kemudian para kaum intelektual dapat memberikan pengaruh besarnya terhadap
politik masa Orde Baru. Yang pada akhirnya muncul beberapa kebijakan positif yang
dicanangkan oleh pemerintah Orde Baru terhadap aspirasi umat Islam secara akomodatif.
55 Adrian Vickers, Sejarah Indonesia Modern, hal. .
56
Samsul, hlm. .
C. Islamisasi di Surakarta Masa Orde Baru Hingga Reformasi
Islamisasi di Surakarta tidak berbeda jauh dari pembahasan sebelumnya. Surakarta
berkembang sebagai sebuah kota yang turut serta dalam proses penyebaran Islam di Jawa
yang kemudian kota tersebut menjadi akar gerakan Islam radikal. Sebelumnya, di Surakarta
berdiri organisasi-organisasi gerakan Islam yang sangat berpengaruh dalam arah perjalanan
bangsa ini, antara lain Pondok Jamsaren, Serikat Islam (SI) pada awal abad ke- , disusul
pergerakan Al-Islam yang menjadi payung bagi umat Islam non-partisan. Pada pertengahan
abad ke- , berdiri Nahdhatul Muslimat, suatu gerakan Islam untuk pemberdayaan
perempuan dalam bidang pendidikan dan sosial.57
. Masa Orde Baru
Surakarta merupakan salah satu basis PKI yang cukup kuat pada masa akhir
kepresidenan Soekarno. Walikota Surakarta adalah seorang komunis yang pada Oktober
menyatakan dukungannya terhadap aksi kudeta yang saat itu berlangsung di Jakarta.
Menyusul setelah peristiwa kudeta tersebut terjadi kekerasan yang menjatuhkan banyak
korban dan kerugian harta benda yang dialami oleh komunitas abangan yang bersimpati
terhadap PKI dan masyarakat Cina. Usaha-usaha Islamisasi digalakan dengan
mengadakan pengajian-pengajian yang dipelopori oleh kalangan modernis non NU.58
Dalam situasi transisional dari masa sebelumnya ke masa Orde Baru yang kemudian
menimbulkan konflik ideologi (Islamis, Nasionalis, Komunis), sejumlah aktivis berusaha
melakukan gerakan dakwah Islam sinergis dalam wadah atau kelompok pergerakan.59
Pada dasawarsa -an dan -an di Surakarta muncul tiga gerakan Islam yang
pengaruhnya sangat besar dalam dinamika Islam saat ini yakni, Majelis Tafsir Al-Quran
(MTA), gerakan Jamaah Islamiyah (JI) dengan orientasi menekankan perjuangan
penegakan syariah Islam melalui kekuasaan, dan Majelis Pengajian Islam (MPI) yang
57 Mutohharun Jinan, Melacak Akar Ideologi Puritanisme Islam: Survei Biografi atas “Tiga Abdullah”,
berperan sebagai basis koordinasi gerakan dakawah Islam yang pada saat itu gencar
mengkritisi para penguasa Orde Baru.66
Tokoh lain yang turut serta mewarnai Islamisasi di Surakarta pada masa Orde Baru
adalah Abu Bakar Ba‟asyir Semasa hidupnya ia merupakan seorang aktivis organisasi
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Surakarta, ketua Lembaga Dakwah
Mahasiswa Islam (LDMI) cabang Surakarta pada tahun . Ia juga termasuk tokoh dari
pelopor pendirian Pesantren Al-Mukmin Ngruki bersama rekannya Abdullah Sungkar
seperti pada penjelasan sebelumnya Selain itu, Abu Bakar Ba‟asyir dan Abdullah
Sungkar menonjol pada dekade -an dalam barisan tokoh utama NII dibawah
komando tertinggi poros Adah Djaelani Tirtapraja.67
Memasuki tahun terakhir pasca tumbangnya masa orde kepemimpinan Presiden
Soeharto ormas-ormas radikal semakin terbuka lebar. Dimana pada waktu itu mendorong
adanya mobilisasi massa Islam secara transparan.68
Ormas-ormas radikal yang
bermunculan tidak berbeda jauh dari gerakan-gerakan Islam yang sebelumnya terjadi
pada masa orde baru seperti halnya dalam masalah penegakan syari‟at Islam atau
pendirian negara Islam. Hanya saja gerakan Islam di masa reformasi terlihat lebih tegas
dan berani dalam meyuarakan prinsip keisalamannya. Karakter tersebut terbentuk karena
situasi kebebasan yang diberikan oleh masa reformasi.69
. Masa Reformasi
Di era reformasi, Surakarta lagi-lagi menjadi salah satu kota yang termasuk dalam
tumbuhnya gerakan Islam yang dianggap radikal. Munculnya beberapa gerakan radikal
Islam di Surakarta sepertinya berkaitan dengan adanya euphoria politik di tingkat
nasional. Meskipun demikian, beberapa gerakan Islam tersebut tidak hanya dipengaruhi
66 Lukman Santoso Az, Sejarah Terlengkap Gerakan Separatis Islam, (Yogyakarta: Palapa, ), hlm. -
.
67 Ibid, hlm. .
68
M. Thoyyib, Radikalisme Islam di Indonesia, Jurnal Studi Pendidikan Islam, Vol. , No. , (Januari ), hlm. .
69 Afdlal, et.al., Islam dan Radikalisme di Indonesia, (Jakarta: LIPI Press, ), hlm. - .
oleh euphoria politik nasional saja, melainkan karena adanya latar belakang historis
dengan gerakan yang terjadi di masa orde baru sebagaimana di jelaskan pada paragraf
awal mengenai Islamisasi di Surakarta. Beberapa tokoh yang muncul di masa orde baru
seperti Abu Bakar Ba‟asyir yang menyingkir ke negara lain mulai kembali ke Surakarta
untuk melanjutkan gerakan Islam yang dulu pernah digawanginya.70
Sejak bergulirnya masa reformasi, radikalisme keagamaan di wilayah Solo seolah-
olah terus membentuk hubungan sosial yang tidak lengang dari sorotan publik. Oleh
sebab itu, Solo dipandang sebagai lahan subur tumbuhnya gerakan kelompok radikal
Islam. Bahkan jaringannya telah terkait dengan organisasi Islam di tingkat internasional.
Salah satu pemantik adanya gerakan Islam di Solo adalah tingkat pluralitas yang tinggi,
dimana masyarakat abangan yang tercatat beragama Islam masih menjalani ritual
kepercayaan terhadap budaya lokal yang masih kental. Sehingga muncul gerakan Islam
dengan dalih pemurnian agama yang pada akhirnya bahkan menyulut konflik sosial.71
Dalam perkembanganya, terdapat dua bentuk dari gerakan Islam radikal di
Indonesia. Pertama, gerakan Islam radikal yang masih berada dalam habitatnya. Beberapa
diantaranya seperti, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Tarbiyah-Ikhwanul Musliminan dan
Gerakan Salafi-Wahabi. Kedua, gerakan Islam radikal yang sudah bermetamorfosis,
meskipun secara ideologis sangat berkesesuaian dengan gerakan Islam radikal
transnasional di wilayah timur tengah. Beberapa contoh seperti misalnya, Front Pembela
Islam (FPI), Lasykar Jihad (LJ), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), dan lain
sebagainya.72
Embrio kemunculan kelompok ini di panggung nasional, sebenarnya sudah diawali
sejak berubahnya kebijakan negara, pada dasawarsa -an; dari peminggiran Islam ke
akomodasi Islam Baru di era keterbukaan dan kebebasan politik inilah, “gerakan Islam
70 Ibid, hlm. - .
71
Nur Kafid, Dari Islamisme ke ”Premanisme”: Pergeserran Orientasi Gerakan Kelompok Islam Radikal di Era Desentralisasi Demokrasi, Jurnal Sosiologi, Vol. No. , (Januari ), hlm. .
72 Rubaidi, Variasi Gerakan Radikal Islam di Indonesia, Analisis, Volume XI, Nomor , (Juni ), hlm. .
baru” mulai menunjukkan wataknya yang selama ini terbenam dalam tekanan rezim Orde
Baru. Hal ini bukanlah fenomena yang baru dan mengejeutkan. R.William Liddle
misalnya, ia mengatakan bahwa kebangkitan gerakan Islam di Indonesia yang ia sebut
dengan Islam skripturalis adalah sesuatu yang niscaya, bahkan sudah pernah
diramalakannya sejak lama.73
Bersama bergulirnya reformasi, kelompok-kelompok revivalisme Islam ini
menemukan momentumnya untuk melakukan akselerasi politik secara kultural (ormas
Islam) dan struktural (partai Islam). Dua gerakan ini memiliki peluang yang luas, ketika
rezim yang berkuasa memberikan angin segar kebebasan setelah lama dipinggirkan
secara politik oleh rezim Orde Baru. Kemunculan model gerakan baru ini merupakan
antitesa terhadap gerakan Islam akhir -an, hingga pertengahan -an. Dimana
pada masa itu prinsip-prinsip gerakan, pendekatan, modus artikulasi pemikiran dan aksi
politik Islam sudah mengalami perubahan sukup penting dibandingkan dengan masa awal
Orde Baru. Sebagai akibat sikap represif pemerintah orde baru terhadap Islam, para
intelektual dan aktor gerakan Islam mengubah pemikiran dan aksi politiknya yang tidak
lagi legislatik-formalistik dan kontrotatif.74
Faktor-faktor yang melatarbelakangi tumbuhnya radikalisme di Indonesis
mendorong kalangan Islam di Surakarta terutama dari kalangan muda untuk
meresponnya. Salah satu contohnya adalah Front Pemuda Islam Surakarta yang termasuk
kedalam gerakan radikal dengan mengusung nama Islam sebagai pionir utama untuk
menerapkan syariat Islam. FPIS sama sekali tidak berafilisasi dengan partai politik
apapun. Pembentukan FPIS berkaitan dengan kekhawatiran umat Islam di Surakarta
setelah terjadinya kerusuhan Mei dam pemilu. Tugas besar FPIS pada waktu itu adalah
73 Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia,
(Jakarta: Penerbit Erlangga, ), hlm. .
74 Ibid., hlm. - .
melawan kaum perusuh. Aksi yang mereka lakukan bertujuan agar kondisi sosial maupun
politik di kota Surakarta tidak semakin parah.75
Di Surakarta selain adanya FPIS dan Pesantren Ngruki yang dikategorikan sebagai
gerakan radikal, terdapat juga organsiasi radikal lainnya seperri Jundullah,
Hizbullah/Sabilillah, Barisan Bismillah, Gerakan Pemuda Ka‟bah (GPK) dan lain
sebagainya. Beberapa diantara organisasi tersebut termasuk kedalam afiliasi partai politik
dan ada yang berdiri sebagai organisasi independen. Seperti halnya FPIS, Jundullah dan
Barisan Bismillah dapat dikatakan sebagai organisasi yang independen atau sama sekali
tidak memiliki keterkaitan dengan organisasi atau parta politik. Sedangkan
Hizbullah/Sabilillah sejak awal telah berafiliasi dengan Partai Bulan Bintang (PBB) serta
Barisan GPK berafiliasi dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).76
Islamisasi di Surakarta bersifat dinamis dan reaktif terhadap kondisi politik Islam di
Indonesia. Surakarta memang menjadi salah satu kota yang termasuk dari akar rumput
gerakan-gerakan Islam yang bersifat radikal maupun fundamental. Beberapa gerakan
Islam muncul di kota tersebut pada awal masa Orde Baru dan kemudian berlanjut di masa
awal reformasi. Semua gerakan Islam tersebut terbentuk karena adanya rasa khawatir
terhadap umat Islam yang mana menurut mereka perlu untuk ditegakkan kembali
pemahaman mengenai syari‟at Islam yang sesungguhnya Namun, tujuan dari gerakan-
gerakan tersebut termsuk kedalam gerakan Islam yang radikal. Dengan demikan kota
Surakarta sering disebut sebagai sarang dari gerakan radikalisme di Indonesia.
75 Afdlal, et.al., Islam dan Radikalisme di Indonesia, hlm. .
76
Ibid, hlm. - .
BAB III
PERKEMBANGAN STASIUN RADIO DI KOTA SURAKARTA
A. Sejarah Stasiun Radio di Indonesia
. Pada Periode Penjajahan Belanda
Menguak eksistensinya pada masa pemerintahan imperealisme Belanda, radio siaran
pertama di Indonesia bernama Nederland Indie-Hindia Belanda adalah Bataviase Radio
Vereniging (B.R.V). Didirikan di Batavia (Jakarta) pada tanggal Juni .77
Dalam
pendiriannya, anggota-anggota dari B.R.V secara gotong-royong mengumpulkan uang
untuk membelikan alat-alat dan dibuatlah pemancar kecil. Sedangkan tempat siarannya
mula-mula dilangsungkan dari salah satu ruang di Hotel Des Indes. Kemudian
berkembang menjadi lebih besar dan mempunyai gedung sendiri. Sejak saat itu semangat
masyarakat untuk mendirikan perkumpulan-perkumpulan sendiri menjadi lebih meluas.
Baik terutama dikalangan bangsa Indonesia sendiri maupun dikalangan perusahaan asing.
Yang dimana maksud pokoknya untuk memenuhi kepentingan propaganda dari
perusahaan atau dagangannya.78
Tentunya pada waktu itu belum terdapat peraturan tertentu yang mengikat, misalnya
soal penetapan gelombangnya. Maka masing-masing dari mereka memilih gelombang-
gelombang sendiri untuk melakukan siarannya. Lambat laun pemerintah Hindia Belanda
membuka mata lebih lebar dengan memperhatikan sungguh-sungguh perkembangan
radio ini. Dan memang sebelum B.R.V terlahir, pemerintah Hindia Belanda sudah lebih
dahulu memesan sebuah pemancar dari Amerika Serikat dengan maksud untuk
mengadakan siaran-siaran yang dilakukan oleh pemerintah sendiri.79
77 A. Ius . Trianto, Broadcasting Siaran Radio: Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Graha Cendekia, ), hlm.
.
78 Kementerian Penerangan-Djawatan RRI, Sedjarah Radio di Indonesia, , hlm. .
79
Ibid, hlm.
Namun usaha pemerintah Hindia Belanda ini kalah kuat bila dibandingkan dengan
semangat usaha para partekelir. Tak berhenti disitu saja, pemerintah Hindia Belanda
beberapa kali melakukan percobaan-percobaan penyiaran salah satunya dengan
menyiarkan lagu-lagu barat. Usaha ini terjadi pada tahun setelah lahirnya B.R.V.
Dan pada tahun resmi terbentuk sebuah perkumpulan dengan nama NIROM
(Nederlanshce Indie Radio Omroep Maatschappij) yang sama-sama melakukan
percobaan penyiaran lagu-lagu barat dengan pemancar berekekuatan watt.80
Bersamaan dengan hal tersebut, lahirlah Radiowet Hindia Belanda yang bahkan
memberikan lisensi kepada NIROM. Dimana dalam jangka lima tahun kedepan NIROM
dapat melakukan penyiaran radio di Hindia Belanda. Tentu saja dengan adanya hal
tersebut pemerintah penjajah mengadakan beberapa ketentuan serta peraturan yang
berkaitan dengan siaran radio yang diakukan oleh NIROM. Disni siarannya menjadi salah
satu bagian dari pemerintahannya. Sebaliknya, NIROM akan menerima uang yang
jumlahnya tidak kecil setiap bulannya.81
. Pada Periode Pendudukan Jepang
Setelah Belanda menyerah terhadap Jepang pada Maret , yang mulanya pada
tanggal Desember secara tiba-tiba Jepang menyerbu Asia Tenggara dan
mengebom Pearl Harbor yakni pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika Serikat. Yang
kemudian estafest imperealisme berada dibawah kendali pemerintahan Jepang.82
Pada
masa ini, radio siaran yang mulanya berstatus swasta diubah dan diurus oleh Jawatan
khusus bernama Hoso Kanri Kyoku, yang merupakan pusat radio siaran dan
80 Kementerian Penerangan-Djawatan RRI, Sedjarah Radio di Indonesia, hlm. .
81
Ibid., hlm. .
82 Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, , hlm. .
berkedudukan di Jakarta. Cabang-cabangnya tersebar ke berbagai kota yakni Bandung,
Purwakarta, Jogja, Solo, Semarang, Surabaya, dan Malang dengan nama Hoso Kyoku.83
Selanjutnya setiap Hoso Kyoku tadi membuka kantor-kantor cabang di setiap kota
kabupaten yang disebut Shidanso dan bertugas mempersatukan seluruh bengkel reparasi
radio setempat. Semua perbaikan dan pemeriksaan pesawat radio penerima milik
masyarakat dilakukan di satu tempat dan langsung diawasi secara ketat oleh seksi
propaganda .pemerintahan militer Jepang. Selain itu Shidanso juga melakukan
penyegelan terhadap gelombang/frekuensi siaran radio luar negeri dan membangun radio
untuk umum di tempat-tempat pusat keramaian orang. Dengan peraturan itu praktis
seluruh pemilik pesawat radio penerima hanya dapat mendengarkan siaran yang
dipancarkan oleh Hoso Kyoku dari delapan kota di pulau Jawa.84
Kebijakan lain yang sangat mendasar selama masa pemerintahan militer Jepang
adalah dalam hal konten siaran. Pemerintahan militer Jepang sangat sadar bahwa radio
pada waktu itu merupakan satu-satunya media massa yang paling ampuh untuk
mempengaruhi masyarakat luas mengingat media massa cetak masih sangat terbatas,
sedangkan media televisi belum ada. Untuk meminimalisasi resiko yang mungkin timbul
maka diberlakukan banyak aturan yang harus ditaati oleh para penyelenggara siaran
radio. Adapun beberapa aturan yang terkait dengan aspek konten (isi) siaran radio adalah
sebagai berikut:
. Jepang melarang semua Hoso Kyoku menyiarkan lagu-lagu Belanda dan musik barat
pada umumnya. Pelarangan itu pada awalnya jelas menimbulkan masalah mengingat
industri rekaman dalam negeri pada waktu itu belum berkembang sehingga masih
sangat tergantung pada industri rekaman dari Eropa dan barat pada umumnya. Untuk
memenuhi kebutuhan siaran maka ada beberapa tuntutan yang kemudian
83 A. Ius . Trianto, Broadcasting Siaran Radio: Teori dan Praktek, hlm. - .
84
Darmanto dan Istiyono, RRI Surakarta: dari Radio Komunitas menjadi Radio Publik, (Surakarta Lembaga Penyiaran Publik RRI Surkarta, ), hlm. .
menyebabkan musik keroncong, lagu-lagu Indonesia, seni drama dan lainnya
mencapai kemajuan pesat.
. Larangan penggunaan bahasa Belanda dan Bahasa asing lain dalam siaran radio,
kecuali bahasa Jepang. Semua siaran wajib menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini
memberikan hikmah tersendiri karena dengan kebijakan tersebut justru mempercepat
proses pemasyarakatan bahasa Indonesia menjadi bahasa percakapan sehari-hari.
Masyarakat menjadi semakin familier dengan bahasa Indonesia karena setiap hari
mendengarkan siaran dari radio.
. Radio dijadikan alat untuk menanamkan semangat busyido Seisyin atau semangat
kesatria Jepang yang memiliki ketaatan dan rasa hormat kepada orang tua, pemimpin,
dan raja. Penanaman semangat busyido itu dilakukan melalui pelatihan kemiliteran
dan pendidikan jasmani. Terkait dengan itu maka setiap pagi Hoso Kyoku Jakarta yang
direlai oleh daerah mengomando pelaksanaan senam kesehatan jasmani bagi murid-
murid sekolah dasar, sekolah lanjutan, pegawai pemerintah, pegawai swasta, dan
masyarakat umum. Acara siaran tentang senam pagi itu disebut “Radio Taiso”.
. Adanya sensor ketat yakni bagi semua Hoso Kyoku berlaku peraturan bahwa semua
materi siaran kata, terkecuali yang bersumber dari Kantor Berita Jepang Domei, semua
harus disensor oleh Bunkaka (Kantor Propaganda Jepang). Dengan demikian, semua
siaran kata harus disiapkan dalam bentuk tertulis, tidak boleh improvisasi.
. Hoso Kyoku secara rutin menyelenggarakan pelajaran Bahasa Jepang untuk
mendukung kebijakan diterapkannya pelajaran Bahasa Jepang di sekolah-sekolah.
Pengalaman penyelenggaraan siaran Bahasa Jepang itu di kemudian hari menjadi
modal penting bagi para pegawai Hoso Kyoku yang kelak kemudian bermetamorfose
menjadi RRI.85
85 Ibid, hlm. - .
Keadaan media massa baik media cetak maupun elektronik termasuk radio selama
masa pendudukan Jepang yang begitu memprihatinkan tadi, digambarkan oleh M.H.
Gayo sebagai berikut:
”Di zaman fasisme Jepang yang pernah berkuasa di Indonesia selama tiga setengah
tahun yaitu sejak Maret 1942 sampai dengan 17 Agustus 1945, perkembangan
pers/massa media tidak banyak yang dapat dikemukan. Karena seluruh penerbitan
pers/mass media swasta dimatikan”.86
. Pada Periode Kemerdekaan
Tepat dua hari sebelum kemerdekaan yakni pada tanggal Agustus setelah kota
Hirosima dan Nagasaki di bom dan menewaskan banyak korban, Jepang menyerah tanpa
syarat kepada sekutu.87
Peristiwa proklamasi kemerdekaan pada tanggal Agustus
awalnya disebarkan secara ilegal kepada pemimpin-pemimpin pergerakan nasional yang
akhirnya dapat disiarkan oleh Yusuf Ronodipuro yang saat itu bekerja di radio Hoso
Kyoku Djakarta.88
Dan kemudian barulah pada malam harinya tanggal Agustus ,
sekitar pukul WIB dapat diudarakan melalui Radio Republik Indonesia (RRI)
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.89
Kemudian pada tanggal Agustus secara otomatis, siaran radio Hoso Kyoku
yang ada diseluruh Indonesia ditutup oleh pemerintah Jepang secara resmi.90
Penutupan
siaran radio milik Jepang menimbulkan kevakuman komunikasi massa. Mengingat pada
saat itu belum ada stasiun penyiaran radio lain yang muncul. Padahal, sebagai sebuah
negara yang baru saja berdiri, sebuah alat komunikasi massa sangatlah penting demi
terlaksanannya hubungan antar pemerintah dan masyarakat di seluruh Indonesia.91
86 Rusdi Sufi, Perkembangan Media Komunikasi di Daerah: Radio Rimba Raya di Aceh, (Jakarta: CV. Ilham
Bangun Karya, ), hlm. - .
87 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern - , (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, , hlm. .
88
Kementerian, hlm. .
89 Rusdi Sufi, Perkembangan Media Komunikasi di Daerah: Radio Rimba Raya di Aceh, hlm. .
90
Kementerian, hlm. .
91 Darmanto, RRI Surakarta: dari Radio Komunitas menjadi Radio Publik, hlm. .
Berkaitan dengan hal tersebut, mantan broadcaster Hoso Kyoku di Solo Maladi
memilki inisiatif untuk mengirim surat kepada teman-temannya di berbagai kota yakni
Yogyakarta, Semarang, Malang, Surabaya dan Jakarta. Dalam suratnya, Maladi mengajak
seluruh pimpinan dari kota-kota tersebut untuk mengadakan pertemuan di Jakarta guna
membahas tindak lanjut dari penutupan siaran Hoso Kyoku yang berlangsung pada
tanggal September 92
Namun sebelum itu, para pemimpin-pemimpin radio dari seluruh Jawa mengadakan
pertemuan dengan para pemimpin bangsa yakni Presiden Soekarno. Adapun dalam
pertemuannya mereka menuntut kepada Jepang yang sudah menyerah kalah kepada
tentara sekutu untuk menyerahkan semua radio beserta pemancar siaran dan
perlengkapannya kepada bangsa Indonesia. Akan tetapi, Jepang tidak bersedia untuk
memenuhi tuntutan tersebut. Karena menurutnya sebagai akibat dari kekalahan tersebut,
semuanya telah menjadi hak milik sekutu.93
Selanjutnya para pemimpin radio tadi mengadakan pertemuan kembali. Pertemuan
berlangsung di rumah perwakilan pimpinan Jakarta bernama Adang Kadarusman di
daerah Menteng. Abdulrachman Saleh seorang ahli bidang telekomunikasi menjadi
pimpinan rapat tunggal yang mereka sebut “Perjuangan Kita”, berlangsung dari pukul
- pada tanggal September. Ada tiga kategori permasalahan yang mereka
bahas dalam rapat tersebut, yaitu94
:
a) Aspek Idiil RRI
Landasan/Dasar :
RRI didirikan di atas landasan/dasar Proklamasi Agustus
Tujuan :
RRI didirikan dengan tujuan:
92 Ibid., hlm. .
93
Rusdi, hlm. .
94 Darmanto, hlm. .
. Perjuangan bangsa dan negara Republik Indonesia untuk membela dan
menegakkan kedaulatan dan kemerdekaan negara pada khususnya, menggalang
persatuan nasional dan membangun cita-cita kemerdekaan pada umumnya.
. Komunikasi antara Pemerintah dengan rakyat dan rakyat dengan rakyat
. Pembinaan jiwa dan semangat Proklamasi Agustus
Norma dan Moral Siaran
Setiap pegawai Radio Republik Indonesia harus yakin dan setia kepada
perjuangan RRI, dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi, golongan dan aliran dalam membina penyiaran radio
Disiplin Perjuangan
Seluruh korps RRI harus membela dan menjaga keselamatan alat-alat radio
dengan segala akibatnya demi keselamatan Republik Indonesia
Semboyan
Dalam keadaan apa pun, siaran RRI tidak boleh lenyap dari udara
b) Aspek Struktural
. Organisasi
RRI adalah Badan Nasional Penyiaran Radio bersifat persatuan,
dengan Jakarta sebagai kantor pusat sementara, dan studio di daerah
sebagai cabang-cabangnya yang bertanggung jawab sepenuhnya atas
segala penyiaran di daerah masing-masing
. Pimpinan
RRI dipimpin oleh seorang Pemimpin Umum dengan kepala-kepala bagian di
Pusat sebagai pembantunya, dan kepala-kepala studio di daerah sebagai wakilnya.
. Status RRI
Sementara belum ditetapkan oleh Pemerintah, RRI merupakan satu unit
yang tidak bisa dipisahkan.
. Kesatuan Unit
Bagian siaran dan bagian pemancar/teknik merupakan satu unit yang
tidak bisa dipisahkan
. Komunikasi Pusat dan Daerah
Melalui hubungan telegrafi yang diselenggarakan oleh RRI sendiri
. Hubungan dengan Pemerintah
Hubungan RRI dengan pemerintah hanya melalui Pemimpin Umum RRI
c) Aspek Program Perjuangan
. Penguasaan pemancar-pemancar dan alat-alat radio dari tangan Jepang dengan
jalan apa pun.
. Mempersiapkan pemancar-pemancar gerilya mobil untuk menjamin kelangsungan
siaran RRI dalam keadaan apa pun
. Ke dalam mengobarkan semangat kemerdekaan dan jiwa Proklamasi Agustus
kepada seluruh rakyat.
. Keluar, menyebarluaskan ke seluruh dunia tentang cita-cita dan perjuangan
bangsa Indonesia yang sudah merdeka.
Selain tiga kategori permasalahan di atas, rapat juga berhasil merumuskan keputusan
penting yang tercantum dalam poin hasil keputusan. Keputusan-keputusan bulat yang
telah berhasil dicapai berlangsung hingga tanggal September pukul WIB
dan diikuti oleh utusan dari Hoso Kyoku di Jawa karena sampai berakhirnya rapat,
utusan dari Malang dan Surabaya tidak dapat hadir karena kesulitan transportasi. Adapun
beberapa keputusan penting yang ada di antara butir tersebut, antara lain:
a) Tanggal September ditetapkan sebagai Hari Lahirnya Radio Republik Indonesia
b) Kepada semua pegawai diminta supaya menentukan pendiriannya dengan dengan
sukarela: menjadi pegawai RRI atau tidak. Pernyataan ikut menjadi pegawai RRI
harus disertai dengan sumpah setia kepada RRI dan Negara Republik Indonesia.
Daftar-daftar pegawai tersebut, harus disampaikan kepada kantor pusat di Jakarta
dimana saudara Tjatja diserahi kewajiban mengurusnya .
c) Mulai saat itu, yaitu tanggal September mereka yang hadir dalam pertemuan
menyatakan menjadi pegawai Republik Indonesia.
d) Untuk sementara waktu Jakarta ditetapkan sebagai kantor pusat RRI. Sebagai
pemimpin umum dipilihlah Dr. Abdulrachman Saleh yang diberi kekuasaan untuk
menetapkan kepala-kepala bagian dan formasi pusat RRI.
e) Dalam soal-soal organisator setiap studio hanya tunduk kepada komando pusat yaitu
pemimpin umu Dr. Abdulrachman Saleh.
f) Setiap studio berkewajiban mengusahakan penyerahan segala pemancar dan alat-alat
siaran Hoso Kyoku dari Jepang untuk dipakai oleh RRI. Usaha itu harus dilakukan
dalam dua tingkat. Pertama dengan jalan berunding dan kedua dengan jalan lain.
g) Masing-masing studio mencari tempat-tempat di luar kota untuk dijadikan tempat-
tempat perjuangan selanjutnya. Tempat-tempat itu harus dipilih yang mempunyai
letak strategis yang dapat memberikan jaminan agar pemancar-pemancar dapat
terhindar dari serangan musuh. Sebaiknya dicari tempat-tempat pegunungan.
h) Segera harus dilakukan pemindahan dari pemancar-pemancar yang besar dari kota
atau studio. Begitu juga alat-alat penting untuk siaran, yang dikuatirkan akan hancur,
apabila studio mendapat serangan-serangan pemboman dari tentara Inggris tau
Belanda. Apabila sudah ditetapkan tempat-tempat yang akan dipakai sebagai tempat-
tempat pedjuangan selanjutnya, maka pemancar-pemancar serta alat-alat studio tadi
harus dipindahkan ke tempat-tempat tersebut. Di tempat tersebut harus disiapkan
studio-studio darurat yang bersifat mobile, agar sewaktu-waktu dapat dipindahkan
kelain tempat.
i) Di samping pemancar siaran harus diusahakan pemancar telegrafi untuk kepentingan
perhubungan dengan studio-studio lain dan pusat.
j) Perintah-perintah dari pusat hanya dianggap sah kalau dikeluarkan oleh pemimpin
umum. Perintah-perintah lain, sekalipun dari pemerintah tidak dianggap sah.
k) Sebelum ada ketetapan tentang status RRI dalam ketata-negaraan, masing-masing
studio diberi kelonggaran untuk mencari keungannya sendiri-sendiri, asal tidak
bertentangan dengan dasar-dasar RRI.
l) Apabila terjadi pertempuran dengan Inggris dan Belanda dan hubungan dengan Pusat
atau studio-studio lain terputus, masing-masing studio diperbolehkan
menggabungkan diri dengan KNI dan Pemerintah Daerah. Hubungan dengan kedua
instansi itu harus bersifat darurat.
m) Sebagai cabang-cabang RRI yang pertama dicatat Jakarta, Bnadung, Purwokerto,
Semarang, Jogjakarta, Surakarta, Malang dan Surabaya. Oleh pusat akan diusahakan
hubungan dengan studio-studio radio diluar Jawa.95
. Pada Periode Orde Baru
Radio Republik Indonesia (RRI) merupakan satu-satunya radio siaran yang dimiliki
dan diakuisisi oleh pemerintah Indonesia sampai akhir tahun . Dalam masa peralihan
dari pemerintah Orde Lama ke Orde Baru merupakan kesempatan bagi radio amatir untuk
mengadakan radio siaran. Radio amatir ialah seperangkat pemancar radio yang digunkan
oleh seorang penggemar untuk berhubungan dengan penggemar lainnya. Sifatnya adalah
komunikasi dua arah atau timbal balik dalam percakapan.96
Perkembangan radio amatir dan radio siaran mengalami kemajuan yang begitu pesat.
Oleh karena itu untuk menertibkan kegiatan dalam bidang radio ini, pemerintah
mengeluarkan PP No: / tentang amateurisme dan untuk radio siaran UU No.
/ tentang telekomunikasi frekunsi pemancar diatur dan disesuaikan dengan daftar
pada International Telecomunication Union (ITU). Untuk pelaksanaannya, maka pada
95 Kementerian, hlm. .
96
Rusdi, hlm. .
tahun pemerintah menerbitkan peraturan yaitu Peraturan Pemerintah No: /
tentang Radio Siaran Non Pemerintah yang mengatur fungsi, hak, kewajiban dan
tanggungjawab radio siaran, syarat-syarat penyelenggaraan, perizinan serta
pengawasannya.97
Walaupun radio siaran merupakan alat pendidikan, penerangan dan
hiburan, namun dalam operasinya tidak bersifat komersial. Pelaksanaanya mengikuti
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku mengenai usaha-usaha yang bersifat
komersial seperti pada bidang perpajakan.98
Perkembangannya tersebut terus meningkat sampai pada tahun , yang dimana
pada waktu itu jumlah stasiun radio siaran non RRI mencapai buah, yang terdiri
stasiun komersial, stasiun non komersial dan stasiun radio Pemerintah Daerah.
Badan radio siaran non pemerintah kini telah tergabung dalam satu wadah yang bernama
Persatuan Radio Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI).99
Organisasi ini berdiri pada tanggal
Desember , yang berkedudukan di Ibukota Republik Indonesia Jakarta. Dan
kemudian pada tanggal Agustus telah diluncurkan Satelit Komunikasi Palapa
yang begitu berarti bagi Indonesia. Karena Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD)
ini merupakan media yang sangat penting dan sangat ampuh bagi siaran radio dan alat
komunikasi lainnya. 100
. Zaman Reformasi
Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, pertarungan kekuatan antara sisa-sisa
kekuatan orde baru dan reformis mencapai puncaknya. Dalam proses ini, beberapa media
elektronik seperti radio dan televisi bangkit memainkan peran sosial yang sempat hilang,
yaitu sebagai medium informasi yang lebih andal daripada media massa cetak. Pada
97 http://www.radioprssni.com/prssninew/history.asp diakses pada Juli pukul WIB.
98
Rusdi, hlm. - .
99 Saat ini kata Persatuan Radio Swasta Niaga Indonesia berubah menjadi Persatuan Radio Siaran Swasta
Nasional Indonesia yang tetap disingkat dengan nama “PRSSNI” pada Munas ke IV PRSSNI di Bandung tahun . Diakses dari http://www.radioprssni.com/prssninew/history.asp pada Juli pukul WIB.
berbagai radio di Jakarta. Menjelang kejatuhan Orde baru ketika mahasiswa mulai
menyampaikan tuntunan reformasi di bidang hukum dan politik, radio dijadikan sebagai
alat komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan reformasi. Keadaan
serupa terus berkembang hingga jatuhnya pemerintahan Orde Baru123
Radio-radio yang muncul sejak era reformasi (tahun ) pada umumnya
berindikasikan keislaman karena para owners radio adalah yang tidak dapat mendirikan
radio pada masa Orba dan mapannya monopoli para pemain lama di bidang radio.
Beberapa nama, seperti al-Multazam Jakarta Utara, alMabrur Klaten, al-Kawakib Makasar,
Swara Risalah Cirebon, MQ FM Bandung, semua tampak ingin menunjukkan identitas
keislamannya, kecuali asy-Syafi‟iyah Jakarta dan Madinah Bandung merupakan pemain
lama.124
Fenomena munculnya radio sebagai media dakwah menunjukkan dua hal. Pertama,
munculnya agama dalam ruang publik. Ide Ruang publik (public sphere) berasal dari
Jurgen Habermas, filusuf dan sosiolog Jerman, terkait dengan munculnya berbagai arena
baru dimana masyarakat dari berbagai kelompok dan latar belakang yang berbeda dapat
berdiskusi dengan bebas, menyampaikan keluhan dan perasaan, mengutarakan pendapat
dan kritik terhadap kebijakan pemerintah, dan lain-lain. Keberadaan ruang publik ini
mencerminkan adanya partisipasi masyarakat dalam sistem pemerintahan yang demokratis,
menjadi bagian dari civil society dan karenanya tidak boleh dikontrol dan diintervensi oleh
pemerintah.125
Kedua, munculnya kontestasi ideologi keagamaan di ranah siaran. Radio dijadikan
sebagai wahana bagi penyebaran ideologi tertentu, sesuai dengan manhaj dan corak
keagamaan yang dianut oleh pemilik. Radio dimanfaatkan sebagai alat propaganda
ideologi. Kontestasi terjadi tidak hanya dengan kelompok Muslim lain yang berbeda aliran,
123 Ibid., hlm. .
124
Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Radio: Analisis terhadap Format Siaran Dakwah di Radio PAS FM Pati, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam Vol. , No. Juni . hlm. .
125 Din Wahid, Suara Salafisme: Radio Dakwah di Indonesia, hlm. .
tetapi juga dengan budaya populer yang berkembang kian marak melalui berbagai media
termasuk radio. Penelitian yang dilakukan oleh Charles Hirschkind menarik untuk
dicermati. Dalam penelitiannya tentang kaset-kaset dakwah di Mesir, Hirschkind
menemukan adanya upaya para da‟i untuk menghambat dan memerangi maraknya budaya
populer tersebut terdapat upaya untuk merusak mental umat Islam karena budaya tersebut
terdapat upaya untuk merusak mental umat Islam karena budaya tersebut tidak sesuai
dengan ajaran Islam.126
126 Din, hlm. .
BAB IV
PASANG SURUT STASIUN RADIO DAKWAH ISLAM DI SURAKARTA TAHUN -
A. Perkembangan Radio Dakwah Islam di Surakarta
. Masa Orde Baru
Generasi radio dakwah yang ada di Surakarta menjadi salah satu bagian dari
berdirinya radio dakwah di Indonesia. Awal munculnya radio dakwah tersebut dimulai ketika
Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba‟asyir beserta pimpinan Islam lainnya mendirikan
stasiun-stasiun radio untuk mempromosikan reformasi Islam. Stasiun radio pertama mereka
ini menajalin hubungan kerja sama dengan Al-Irsyad yang pimpinannya merupakan orang
Arab. Radio tersebut berdiri dengan nama ABC (Al-Irsyad Broadcasting Centre).127
Namun para pemimpin organisasi tersebut menganggapnya terlalu keras. Maka,
Sungkar dan Ba‟asyir lalu mendirikan Radio Dakwah Islamiyah Solo pada tahun .128
Kemudian, pada pemerintah orde baru menilai Radio Dakwah Islamiyah (RADIS)
dianggap membahayakan negara dan dilarang melakukan siaran oleh Pelaksana Khusus
Daerah (Laksusda) Jawa Tengah. Hal tersebut berkaitan pula dengan pendirian Pondok
Pesantren Al-Mukmin Ngruki yang didirikan oleh Abdullah Sungkar dan beberapa kawannya.
Adanya Pesantren tersebut telah menuai banyak dugaan yang mengklaim bahwa Pesantren
Al-Mukmin merupakan basis dari gerakan dakwah Islam yang gawangi oleh Abdullah
Sungkar dan Abu Bakar Baasyir sebagai penentang rezim Orde Baru. Dengan demikian,
Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Baasyir telah dianggap sebagai musuh oleh pemerintah
orde baru.129
127 M.C. Ricklefs, Islamitation and Its Opponents in Java, Terj. FX Dono Sunardi & Satrio Wahono, (Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, ), hlm. .
128 Ibid.,hlm. .
129
Lukman Santoso Az, Sejarah Terlengkap Gerakan Separatis Islam, (Yogyakarta: Palapa, ), hlm. .
Sedangkan Radio ABC berdiri dengan nama yang berbeda yakni Angkasa Bahana
Citra. Radio ABC mengemban misi pendidikan, hiburan, dakwah dan komersial. Tujuan
khususnya yaitu untuk mensiarkan dakwah melalui radio untuk masyarakat Surakarta dan
sekitarnya. Pendiri Radio ABC yakni eks mahasiswa Al Irsyad Surakarta. Yang dimana
waktu itu ada masalah lain yang menjadikan Perguruan tingginya di bubarkan. Pada sekitar
tahun mereka mendirikan radio sebagai kesibukan dan hal utamanya digunakan sebagai
sarana dakwah Islam. Tokoh-tokoh seperti Abu Bakar Ba‟asyir ikut andil dalam radio ABC
pada waktu setelah radio tersebut berdiri.130
Kemudian pada tahun -an pemerintah mengeluarkan peraturan bahwa radio
harus ber-PT dan tidak boleh menginduk pada suatu instansi.. Sehingga nama yang awalnya
adalah Al-Irsyad Broadcasting Centre berubah menjadi As Surkati Broadcasting Centre dan
sudah tidak dibawahi oleh Al Irsyad. ABC termasuk radio swasta yang mengusung dakwah
Islam. Namun, pada tahun radio ini berubah menjadi siaran umum. Meskipun berubah
menjadi siaran umum, ABC masih memasukkan unsur-unsur dakwah dalam jadwal siarannya.
Dan pada tahun -an nama As Surkati Broadcasting Centre harus berubah lagi menjadi
Angkasa Bahana Citra. Ini dikarenakan adanya peraturan pemerintah bahwa nama radio tidak
diperbolehkan menggunakan bahasa asing.131
Kebetulan pada tahun - radio dakwah di Solo hanya satu yaitu ABC,
walaupun ada sekalipun frekuensinya sangat kecil bila dibandingkan dengan Radio ABC.
Radio ABC sendiri lebih awal berdiri daripada radio dakwah yang lain. Sehingga para
pendakwahnya sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Hal ini menjadi salah satu faktor
pendengar lebih memilih mendengarkan Radio ABC. Dari segi teknis Radio ABC selalu
130 Wawancara dengan Tamrin Ghozali di Kantor Radio ABC Jalan Kapten Mulyadi No. , Kedung Lumbu,
Pasar Kliwon, Surakarta pada tanggal Juli .
131 Wawancara dengan Tamrin Ghozali di Kantor Radio ABC Jalan Kapten Mulyadi No. , Kedung Lumbu,
Pasar Kliwon, Surakarta pada tanggal Juli .
mengalami peningkatan. Baik yang dilakukan sendiri maupun tuntutan dari pemerintah.
Puncaknya pada tahun - setelah radio ini berpindah menjadi siaran umum.132
Tamrin mengatakan, bahwa menjelang reformasi ABC mulai mengalami penurunan.
Karena pada saat itu, izin siaran oleh pemerintah untuk radio-radio baru dan TV swasta
dibuka selebar-lebarnya yang menjadikan radio banyak bermunculan. Selain itu, Radio ABC
sulit untuk berkembang karena tidak memiliki keuntungan bagi anggotanya. Sehingga
semakin tahun ABC mengalami penurunan. Puncaknya terjadi pada tahun ini dimana
radio ABC resmi ditutup dan tidak beroperasi lagi.133
Berkaitan dengan hal tersebut, rupanya pada tahun spektrum frekuensi radio di
sejumlah kota besar seperti Yogyakarta, Bandung, Jakarta bahkan Solo dan sekitarnya, padat
dengan suara radio-mahasiswa yang menjadi salah satu tren di sejumlah kampus. Meskipun
masih sedikit jumlahnya, namun aktivitas siaran yang umumnya berlangsung pada siang dan
malam hari turut menyemarakkan penggunaan frekuensi radio sebagai ranah publik yang
menggeliat sejak reformasi bergulir. Terlepas dari stigma radio gelap yang masih melekat di
masyarakat, radio-mahasiswa berpeluang besar berkembang smenjadi “ruang publik” yang
sebenarnya. Dan sekaligus dapat menghidupkan kembali sejarah emas radio-mahasiswa di era
-an.134
. Masa Reformasi
a. Radio Hizbullah (HIZ)
Awal Radio HIZ berdiri, karena kebetulan pada tahun -an ramai dengan radio
FM. Tetapi untuk media dakwah yang FM sendiri belum ada. Akhirnya, pendiri berfikir
mengenai media yang paling efektif untuk berdakwah yaitu radio itu sendiri. Kemudian
132 Wawancara dengan Tamrin Ghozali di Kantor Radio ABC Jalan Kapten Mulyadi No. , Kedung Lumbu,
Pasar Kliwon, Surakarta pada tanggal Juli .
133 Wawancara dengan Tamrin Ghozali di Kantor Radio ABC Jalan Kapten Mulyadi No. , Kedung Lumbu,
Pasar Kliwon, Surakarta pada tanggal Juli .
134 Masduki, Radio Siaran dan Demokratisasi, (Yogyakarta: Penerbit Jendela, ), hlm. - .
dibentuklah Radio HIZ yang berasal dari kata Hizbullah yang berarti tentara Allah. Pada
waktu itu frekuensi di Solo sudah penuh dan radio FM di Solo pada waktu itu berjumlah
sekitar tiga belas. Kemudian HIZ mengajukan izin siaran dan baru bisa keluar pada tahun
. Adapun pendiri dari radio tersebut yakni Yanni Rusmanto, Amin Sultoni, Diah istri
dari bapak Yanni Rusmanto.135
HIZ merupakan radio dakwah pertama yang muncul di Surakarta bahkan di Jawa
Tengah setelah Radio ABC di masa Orde Baru. Modal awal untuk membiayai hanya
menggunakan dana seadanya. Karena bagi mereka berdakwah itu tidak menunggu kaya
untuk bisa terlaksana. Biaya operasional radio pada waktu kisaran - juta. Hizbullah
sendiri merupakan ormas Islam berdiri pada tahun di Surakarta yang tidak berafiliasi
dengan partai apapun. Kelompok Hizbullah merupakan anak-anak tentara Muslim yang
kemudian membentuk sebuah ormas dengan nama Hizbullah tadi. Radio HIZ tadi adalah
radio yang para pendirinya juga berasal dari anggota Hizbullah yang dimana ingin
berdakwah melalui radio FM. Karena FM pada waktu itu sangat sulit ditemui kecuali di
kota-kota besar.136
Radio HIZ pada waktu itu merupakan jenis lembaga siaran swasta bernafaskan Islam
dengan nama lembaga penyiaran PT.Citra Mandiri Perkasa Lestari. Pendanaan HIZ pada
waktu itu berasal dari iklan. Namun, ketika awal-awal sekitar satu tahun setelah HIZ
berdiri pendanaannya berasal dari anggotanya sendiri. Pada waktu itu para penyiar dan
pengisi dakwahnya ingin berjuang dan belajar sehingga tidak mengambil keuntungan dari
radio. Dari situlah biaya HIZ cukup berkurang kecuali pendanaan listrik. Jumlah karyawan
ketika HIZ berdiri sekitar orang. Kantornya terletak di markas Hizbullah sendiri.137
135 Wawancara dengan Yanni Rusmanto di Kantor Hizbullah Jalan Radjiman, Tegalsari, Laweyan, Surakarta
pada tanggal Juli .
136 Wawancara dengan Yanni Rusmanto di Kantor Hizbullah Jalan Radjiman, Tegalsari, Laweyan, Surakarta
pada tanggal Juli .
137 Wawancara dengan Yanni Rusmanto di Kantor Hizbullah Jalan Radjiman, Tegalsari, Laweyan, Surakarta
pada tanggal Juli .
Ketika beberapa radio dakwah muncul setelah HIZ, ada sebuah radio dakwah
bernama Radio Dakwah Syariah (RDS) yang pada saat itu sulit mendapatkan izin
penyelenggaraan siaran. Akhirnya pemimpin radio HIZ menwarkan kepada RDS untuk
menggunakan Radio HIZ sebagai bagian dari radionya. Yanni sendiri memutuskan
berhenti mengurus radio dan beralih untuk mendirikan Solo TV. Walaupun HIZ
merupakan radio bernafaskan Islam, tetapi dalam siarannya terdapat selingan lagu
campursari di malam hari dengan tujuan agar para pendengar yang masih terjaga di malam
hari bisa menikmatinya. Khususnya bagi para pekerja seperti tukang becak dan yang
lainnya.138
Pada masa Orde Baru pemerintah hanya membatasi sebuah kumpulan radio swasta
dalam PRSSNI. HIZ juga terdaftar di PRSSNI meskipun saat ini PRSSNI sudah bubar.
HIZ memiliki kumpulan para pendengar setia dengan nama Forpen HIZ (Forum Pendengar
Hiz FM). Dimana Forpen HIZ sering mengadakan kegiatan di aula Radio HIZ sendiri.
Beberapa kegiatan diantarannya seperti bakti sosial, karnaval, dll. Penyiar HIZ pada masa
itu banyak berasal dari mahasiswa UMS dan UNS. Para pendengar setia HIZ yang dulu
saat ini beralih menjadi pemirsa di Solo TV. Sebelum MTA memiliki stasiun radio setiap
pengajian ahad pagi ia menggunakan Radio HIZ sebagai media siaran. Bahkan beberapa
dari mereka dari pendengar sering memberikan dana finansial sebagai tambahan
operasional.139
Alasan HIZ memberikan stasiun radionya pada saat itu kepada RDS salah satunya
adalah karena RDS lebih kuat dari segi pendanaan yang berasal dari iklan. Namun,
menurut Yanni HIZ yang bergabung pada RDS saat ini terlihat menurun. Karena RDS
hanya membatasi iklan kepada pihak yang bernafaskan Islam dan sesuai syariat. Padahal,
138 Wawancara dengan Yanni Rusmanto di Kantor Hizbullah Jalan Radjiman, Tegalsari, Laweyan, Surakarta
pada tanggal Juli .
139 Wawancara dengan Yanni Rusmanto di Kantor Hizbullah Jalan Radjiman, Tegalsari, Laweyan, Surakarta
pada tanggal Juli .
HIZ dulu tidak membatasi iklan yang masuk. Pada waktu itu HIZ menggandeng banyak
kalangan dari mulai anak-anak sampai dewasa. Pengajian anak-anak TK bahkan menjadi
salah satu acara yang rutin diadakan di aula HIZ. HIZ sekarang dirasa Yanni cukup
inklusif, sehingga tidak terasa milik semua kalangan orang Islam.140
Perkembangan HIZ yang dirasa cukup memberikan kesan adalah ketika mereka
mendatangkan Grup Rayhan dari Malaysia dan Grup Nasyid Senada pada tahun
dimana hal itu menjadi puncak yang sangat luar biasa bagi HIZ. Sekitar tahun antara -
beberapa kegiatan siaran yang begitu penting terjadi di HIZ. Bahkan pada tsunami
Aceh Yani melakukan siaran langsung dilokasi terjadinya tsunami. Ada hal yang
membuat HIZ bisa dikenal di negara manapun. Yakni, begitu banyak orang yang ingin tau
mengenai sebuah radio dakwah di Indonesia dengan nama Hizbullah bisa berdiri.
Sedangkan di luar negeri, banyak orang menyangka bahwa Hizbullah merupakan bagian
dari kelompok teroris. Oleh karena itu, Radio HIZ sempat didatangi oleh negara dengan
tujuan untuk melihat langsung sebuah radio dengan nama Hizbullah dapat berkembang di
negara Indonesia.141
b. Radio Manajemen Hati (MH)
Berdirinya radio Manajermen Hati tidak lepas dari kondisi demam dakwah Abdullah
Gymnastiar atau lebih dikenal dengan nama “Aa Gym” di Indonesia pada - .
Nama Aa Gym dan tema besar dakwahnya Manajemen Qolbu, menjadi sangat populer
pada saat itu di media-media nasional. Melihat peluang bisnis ini, Hardono, seorang
pengusaha meubel dan kerajinan di Surakarta, kemudian membangun sebuah stasiun radio
dengan nama Manajemen Qolbu. Radio yang berdiri pada ini me-relay siaran dakwah
yang disiarkan dari pusatnya yaitu Yayasan Daarut Tuhid di Bandung. Namun, ketika
140 Wawancara dengan Yanni Rusmanto di Kantor Hizbullah Jalan Radjiman, Tegalsari, Laweyan, Surakarta
pada tanggal Juli .
141 Wawancara dengan Yanni Rusmanto di Kantor Hizbullah Jalan Radjiman, Tegalsari, Laweyan, Surakarta
pada tanggal Juli .
pamor Aa Gym memudar karena kasus poligaminya pada tahun , radio Manajemen
Qolbu kemudian melepaskan diri dari bisnis franchise Daarut Tauhid dan berganti nama
menjadi Manajemen Hati (MH). Meski demikian, MH tetap melakukan kerja sama dengan
me-relay program siarannya secara langsung dari Bandung.142
Setelah melepaskan diri dari Daarut Tauhid, radio yang bernaung di bawah PT
Swastama, payung bisnis usaha Hardono, dipaksa untuk membiayai segala kebutuhan
operasionalnya secara mandiri. Untuk itu, direktur sekaligus Kepala Marketing Radio MH,
Heru Suryanto, berusaha mencari sumber-sumber pemasukan radio selain iklan termasuk
menjadi event organizer, menyelenggarakan tabligh akbar, seminar dan pelatihan-
pelatihan. Menurutnya, karena iklan terbatas, pemasukan dari iklan di radio tidak
mencukupi seluruh biaya operasional radio. MH tidak mengiklankan produk-produk
seperti rokok dan minuman. Padahal, banyak pengusaha dari kedua produk ini yang mau
beriklan di Radio MH. Untuk menyiasati usaha penyiaran dan memperluas jaringan
pendengarnya, pada MH masuk ke jaringan streaming.143
Namun saat ini MH berdiri
dengan nama lembaga penyiaran PT. Radio Swara Bening Ati.144
Dalam siarannya, para narasumber diberikan kebebasan untuk memperluas kajian
yang dibawakan, namun mereka senatiasa diingatkan untuk tidak berbicara hal-hal yang
bersifat khilafiyah. Meski demikian, radio yang terkenal santun ini pernah dikecam oleh
masyarakat, bahkan pernah diancam akan diduduki oleh masyarakat karena salah satu
ustadznya pernah mengharamkan praktik-praktik kejawen dalam sebuah siaran. Radio
yang memiliki slogan “Radio Muslim Dinamis”, dalam siaran dakwahnya secara umum
bersifat normatif menyangkut akhlak al karimah. Dalam siarannya, radio ini hampir tidak
pernah menyalahkan atau mengharamkan ibadah-ibadah kelompok Islam lainnya. Bahkan
ketika memasuki hari-hari besar lokal yang diperingati setiap tahun seperti satu syuro,
142 Din, hlm. .
143
Din, hlm. .
144 Berdasarkan Arsip data base KPID Jawa Tengah mengenai izin penyelenggaraan penyiaran radio FM di
Jawa Tengah.
Radio MH hanya mengangkat aspek positif yang ada dibalik kegiatan seremonial budaya
tadi.145
c. Radio Mentari
Radio Mentari berdiri pada tahun . Berdirinya Radio Mentari dilatarbelakangi
pada kondisi masyarakat Surakarta pada waktu itu. Dimana pada waktu itu masyarakat
kota Surakarta dengan penduduk pada malam hari sekitar ribu, sedangkan pada siang
hari mencapai juta orang merupakan pangsar pasar yang potensional. Dalam jumlah yang
besar itu, sisi kesehatan menjadi bagian yang tidak terpisahkan di semua sisi kehidupan
masyarakat Surakarta. Hal ini tentu akan mempengaruhi tingkat kesehatan, produktifitas
dan kesejahteraan kehidupan mereka. Mentari FM merupakan radio kesehatan di Surakarta
yang menjadi salah satu solusi kompleksitas kehidupan di masyarakat dengan membidik
kesehatan sebagai selling point untuk kehidupan yang lebih baik.146
Meski demikian, Mentari juga merupakan radio yang menyiarkan program dakwah.
Hal ini juga tercantum dalam visi misinya yang berbunyi “Memberikan informasi dan
komunikasi berbasis Islam dan kesehatan secara profesional dan menjadikan Radio Gema
Mentari sebagai media syiar Islam dan kesehatan dambaan utama umat menuju masyarakat
sehat-sejahtera-islami. Radio ini milik Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) kota
Surakarta yang ber No.Izin Operasional: / / .147
Adapun nama lembaga
penyiaran dari Mentari sendiri yaitu PT. Radio Gema Mentari.148
Berikut ini struktur kepengurusan Radio Mentari149
:
145 Din, hlm. .
146
Lihat profile http://gmmentari.blogspot.com/ /profile-radio-mentari-fm.html?m= diakses pada Agustus pukul WIB.
147 Lihat profile http://gmmentari.blogspot.com/ /profile-radio-mentari-fm.html?m= diakses pada
Agustus pukul WIB.
148 Berdasarkan data base KPID Jawa Tengah mengenai izin penyelenggaraan penyiaran radio FM di Jawa