1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Butir‐butir positif dari sistem pendidikan pesantren yang perlu dikembangkan dalam Sistem Pendidikan Nasional, (dengan melalui berbagai penyesuaian dengan tentangan zamannya, lihat butir‐butir plus‐minus dan saran selanjutnya) adalah sebagai berikut: a. Pandangan pesantren bahwa manusia dilahirkan menurut fitrah‐nya masing‐masing. Tugas pendidikan adalah untuk mengembangkan daya‐daya positif (Ilahiyyah) dan mencegah timbulnya daya‐daya negatif (syaitaniyyah). b. Pandangan bahwa tugas melaksanakan pendidikan dipandang sebagai ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, di dalam menjalankan proses kegiatan belajar‐ mengajar seyogianya dilakukan dengan ikhlas dan mengharap rida Tuhan. c. Hubungan yang baik dan saling menghormati antara murid dan guru. Murid percaya bahwa dirinya tidak akan menjadi orang baik dan pandai tanpa guru, dan guru di dalam melaksanakan tugasnya dirasakan sebagai mengemban amanat Tuhan. d. Lembaga Pendidikan Pesantren dipandang sebagai tempat mencari ilmu dan mengabdi, bukan sebagai tempat mencari kelas dan ijazah. e. Metode belajar halaqah dan sorogan (disesuaikan dengan zamannya, lihat butir‐butir plus‐minus). f. Nilai pendidikan dengan sistem asrama : 1). Pandangan bahwa dalam hal hak, orang sebaiknya mendahulukan hak orang lain daripada haknya sendiri, tetapi dalam hal kewajiban, orang sebaiknya mendahulukan kewajiban diri sendiri sebelum orang lain. 2). Keteladanan dan berlomba dalam kebajikan dalam hal mengamalkan ajaran agama dalam hidup keseharian di pesantren. g. Pandangan hidup jangka panjang dan menyeluruh: Bagi orang yang benar‐benar percaya kepada Tuhan, maka ia bersikap optimistis dalam menjalani kehidupan. Ia tidak akan putus asa jika menerima musibah, dan sebaliknya ia juga tidak "lupa daratan" jika memperoleh keuntungan, karena setiap peristiwa dipandang belum final dan semua peristiwa pada akhirnya akan kembali ke kebenaran Tuhan, sekalipun pada waktu itu ia belum mengerti. 2. Butir‐butir negatif dari sistem pendidikan pesantren yang tidak perlu dikembangkan lebih lanjut dalam sistem pendidikan pesantren, karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan zaman adalah sebagai berikut: a. Pandangan bahwa ilmu adalah hal yang sudah mapan dan dapat diperoleh melalui berkah kiai. b. Pandangan tidak kritis yang menyatakan bahwa apa‐apa yang diajarkan oleh kiai, ustaz dan kitab‐kitab agama diterima sebagai kebenaran yang tidak perlu dipertanyakan lagi. c. Pandangan bahwa kehidupan ukhrawi paling penting, sedang kehidupan duniawi dipandang
37
Embed
DINAMIKA SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN-BAB v - Lampiran
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam, dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian, atau disebut tafaqquh fiddin, dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Pesantren telah hidup sejak 300-400 tahun yang lampau, menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim, dan dewasa ini diperkirakan menampung lebih dari satu juta santri. Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Terutama di zaman kolonial, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sangat berjasa bagi umat Islam. Tidak sedikit pemimpin bangsa terutama dari angkatan 1945 adalah alumni atau setidak-tidaknya pernah belajar di pesantren. Para peneliti terdahulu mengenai pesantren sepakat bahwa pesantren adalah hasil rekayasa umat Islam Indonesia yang mengembangkannya dari sistem pendidikan Agama Jawa. Agama Jawa (abad ke 8-9 M) merupakan perpaduan antara kepercayaan Animisme, Hinduisme dan Budhisme. Di bawah pengaruh Islam, sistem pendidikan tersebut diambil alih dengan mengganti nilai ajarannya menjadi nilai ajaran Islam. Menurut Zamachsyari Dhofier, sejak akhir abad ke-15 Islam telah menggantikan Hinduisme, dan pada abad ke-16 dengan munculnya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam, penduduk Jawa telah dapat di-Islam-kan. Model pendidikan Agama Jawa itu disebut pawiyatan, berbentuk asmara dengan rumah guru yang disebut ki ajar di tengah-tengahnya. Ki ajar dan cantrik atau murid hidup bersama dalam satu kampus. Hubungan mereka sangat erat bagaikan keluarga dalam rumah tangga, siang malam selama 24 jam. Pengajarannya meliputi ilmu-ilmu filsafat, alam, seni, sastra, dan sebagainya, dan diberikan secara terpadu dengan pendidikan agama dan moral.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Butir‐butir positif dari sistem pendidikan pesantren yang perlu dikembangkan dalam Sistem
Pendidikan Nasional, (dengan melalui berbagai penyesuaian dengan tentangan zamannya, lihat
butir‐butir plus‐minus dan saran selanjutnya) adalah sebagai berikut:
a. Pandangan pesantren bahwa manusia dilahirkan menurut fitrah‐nya masing‐masing. Tugas pendidikan adalah untuk mengembangkan daya‐daya positif (Ilahiyyah) dan mencegah timbulnya daya‐daya negatif (syaitaniyyah).
b. Pandangan bahwa tugas melaksanakan pendidikan dipandang sebagai ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, di dalam menjalankan proses kegiatan belajar‐mengajar seyogianya dilakukan dengan ikhlas dan mengharap rida Tuhan.
c. Hubungan yang baik dan saling menghormati antara murid dan guru. Murid percaya bahwa dirinya tidak akan menjadi orang baik dan pandai tanpa guru, dan guru di dalam melaksanakan tugasnya dirasakan sebagai mengemban amanat Tuhan.
d. Lembaga Pendidikan Pesantren dipandang sebagai tempat mencari ilmu dan mengabdi, bukan sebagai tempat mencari kelas dan ijazah.
e. Metode belajar halaqah dan sorogan (disesuaikan dengan zamannya, lihat butir‐butir plus‐minus).
f. Nilai pendidikan dengan sistem asrama : 1). Pandangan bahwa dalam hal hak, orang sebaiknya mendahulukan hak orang lain daripada haknya sendiri, tetapi dalam hal kewajiban, orang sebaiknya mendahulukan kewajiban diri sendiri sebelum orang lain. 2). Keteladanan dan berlomba dalam kebajikan dalam hal mengamalkan ajaran agama dalam hidup keseharian di pesantren.
g. Pandangan hidup jangka panjang dan menyeluruh: Bagi orang yang benar‐benar percaya kepada Tuhan, maka ia bersikap optimistis dalam menjalani kehidupan. Ia tidak akan putus asa jika menerima musibah, dan sebaliknya ia juga tidak "lupa daratan" jika memperoleh keuntungan, karena setiap peristiwa dipandang belum final dan semua peristiwa pada akhirnya akan kembali ke kebenaran Tuhan, sekalipun pada waktu itu ia belum mengerti.
2. Butir‐butir negatif dari sistem pendidikan pesantren yang tidak perlu dikembangkan lebih lanjut
dalam sistem pendidikan pesantren, karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan zaman adalah sebagai
berikut:
a. Pandangan bahwa ilmu adalah hal yang sudah mapan dan dapat diperoleh melalui berkah kiai.
b. Pandangan tidak kritis yang menyatakan bahwa apa‐apa yang diajarkan oleh kiai, ustaz dan kitab‐kitab agama diterima sebagai kebenaran yang tidak perlu dipertanyakan lagi.
c. Pandangan bahwa kehidupan ukhrawi paling penting, sedang kehidupan duniawi dipandang
2
tidak atau kurang penting. d. Metode belajar dengan menghafal dan pemikiran tradisional yang diterapkan untuk semua
ilmu. e. Kepatuhan mutlak pada guru dan pada kehidupan kolektif (asrama), sehingga dapat
menghambat perkembangan individualitas (jati diri) dan menghambat timbulnya berpikir kritis.
f. Pandangan hidup fatalistis yang menyerahkan nasib kepada keadaan, dan perilaku sakral dalam menghadapi berbagai realita kehidupan keduniawian sehari‐hari.
3. Butir‐butir plus‐minus, yaitu butir‐butir yang perlu dikembangkan lebih lanjut dari sistem pesantren ke dalam Sistem Pendidikan Nasional, tetapi sebelumnya harus disempurnakan lebih dulu, adalah sebagai berikut:
a. Sistem asrama. Untuk mencegah ekses‐ekses negatif dari asrama sebagaimana disebutkan di muka, sistem "asrama di masa depan" harus mampu berfungsi sebagai forum dialog untuk mengembangkan ilmu dan kepribadian yang seimbang antara kepribadian individual dan kolektif. Dalam konsep "asrama masa depan", hubungan para santri dengan keluarganya masing‐masing tidak terputus dan mempunyai waktu berkumpul dengannya lebih sering, sehingga dapat dijaga identitas keluarga untuk tidak hanyut dalam kepribadian kolektif (asrama), tetapi ia tetap terikat selama 24 jam dengan program‐program kegiatan ilmiah yang telah direncanakan bersama.
b. Metode halaqah. Metode halaqah di pesantren adalah cara belajar bersama antar santri untuk memahami ajaran kiai, ustaz dan isi kitab. Arahnya untuk menanyakan dari segi "apanya" dan untuk "memiliki" ilmu‐ilmu yang telah diajarkan kepadanya. Dengan kata lain metode yang digunakan dalam halaqah adalah menghafal. Hal seperti itu perlu diubah dan ditingkatkan menjadi menanyakan ilmu dari segi "mengapa"
dan "bagaimana" perspektif atau perkembangannya mendatang, serta memperlakukan forum
htalaqah sebagai proses "menjadi", yaitu memandang ilmu sebagai sarana untuk me‐
ngembangkan kepribadian intelektualnya. Dengan demikian, dalam konsep "menjadi" ilmu
dipandang sebagai instrumen atau sarana, dan oleh karena itu ilmu tidak akan teralienasi dari
pribadinya, sebaliknyadalam konsep "memiliki" yang diperoleh melalui metode hafalan
memungkinkan teralienasinya ilmu dari pribadinya. Oleh karena itu, metode halaqah tersebut
perlu dikembangkan dari metode hafalan menjadi dialog. Demikian pula halnya dengan metode
sorogan, perlu ditingkatkan dari murid siap menerima pelajaran dari guru, menjadi murid siap
berdialog dengan guru dalam rangka mengembangkan kepribadian intelektualnya atau
mengembangkan pemikiran kritis.
c. Jenis kepemimpinan. Kepemimpinan karismatik (agama) perlu dilengkapi atau dikembangkan dengan kepemimpinan rasional (ilmu), agar lebih mampu menghadapi tantangan zamannya.
4. Bentuk pendidikan pesantren di masa depan seharusnya merupakan sekolah (madrasah) dengan
kurikulum: 30% moral (agama), 70% akal (pengetahuan umum atau metode berpikir) dan dilaksanakan
dalam kultur pesantren lengkap dengan konsep "asrama masa depan" yang kreatif dan inovatif dalam
mengembangkan dan mengamalkan ilmu yang diasuhnya, serta mampu menciptakan program‐program
kegiatan ilmiah sesuai dengan tantangan zamannya. Untuk itu pesantren perlu mengadopsi dan
mengembangkan budaya berpikir: deduktif, induktif, kausalitas, dan kritis dari Sistem Pendidikan
Nasional, sehingga lulusannya mampu mengamalkan dan mengembangkan ilmunya di bawah bimbingan
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan hal ini juga penting untuk menjadikan pesantren
3
sebagai lembaga penyuluhan pembangunan nasional yang efektif dan efisien, melengkapi penggunaan
pendekatan bahasa agama di dalam mengajak umat berpartisipasi dalam pembangunan, sebagaimana
selama ini dilakukan oleh pesantren
SARAN
1. Pesantren perlu mengembangkan pembaruan pemikiran dalam memahami ajaran agama Islam, antara lain dengan mengembangkan teologi rasional, pengajaran filsafat, dan metode dialog.
2. Pesantren perlu mengadopsi dan mengembangkan wawasan berpikir keilmuan dari Sistem Pendidikan Nasional, yaitu metode berpikir: a). deduktif, b). induktif, c). kausalitas, dan d). kritis. Hal ini amat penting artinya jika kita ingin memanfaatkan pesantren sebagai sarana kelembagaan 'penyuluhan pembangunan nasional secara efektif dan efisien, untuk menyempurnakan pendekatan melalui bahasa agama sebagaimana selama ini digunakan oleh pesantren di dalam mengajak umat Islam melaksanakan kewajiban sosial keagamaannya.
3. Dalam rangka mengembangkan identitas pesantren dalam zaman modern ini, maka di dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi, seharusnya pesantren tidak mengambil ilmu‐ilmu pengetahuan yang hanya bersumber pada hukum alam, tetapi harus bersumber pada sunnatullah.
4. Pesantren perlu mengembangkan konsep atau wawasan baru mengenai asrama sebagai salah satu ciri khasnya, yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga mampu mengembangkan ilmu‐ilmu yang diasuhnya.
5. Pesantren perlu menjadikan dirinya sebagai pusat studi pembaruan tarekat. 6. Perlu adanya kelompok ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi dan lembaga‐
lembaga ilmiah lainnya untuk membantu pesantren di dalam mengembangkan wawasan berpikir rasional dan ilmiah.
4
DAFTAR PUSTAKA
Biquni, A. Prof. Dr., “Islam Dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dddan Teknologi”, dalam Islam dan Pendidikan Nasional, Lembaga Penelitian IAIN Jakarta, Jakarta, 1983.
Berger, Peter L., Humanisme Sosiologi, Inti Sarana (penerbit / penerjemah), Jakarta, 1985.
Berlo, D.K., The Process Of Communication, Holt Rinehart and Winston, NY, 1960.
Boland, B. J., Pergumulan Islam di Indonesia, Grafiti Press, Jakarta, 1985.
Bronfenbrenner, Uril, Two Worlds of Childhood, Penguin Books, Australia, 1974.
Departemen Agama, Nama Dan Data Pondok Pesantren Seluruh Indonesia Tahun 1984/1985, Dept.
--, Pondok Pesantren Dan Sistem Pendidikan Nasional Seri Monografi, 1984/1985, Dept. Agama,Jakarta, 1985.
Djamari, Drs. H., Nilai-Nilai Agama Dan Budaya Yang Melandasi Interaksi Sosial Di Pondok Pesantren Cikadulun Banten, Disertasi Doktor, IIUP Bandung, 1985.
Djatrnika Rachmat, Dr. H., "Pandangan Islam Tentang Pendidikan Luar Sekolah", dalam Pe-mbangunan Pendidikan Dalam Pandangan Islam, lAIN Surabaya, 1986.
Dhofier, Zamachsyari, Tradisi Pesantren, LP3ES,Jakarta, 1982.
Etzioni, A., Modern Organizations, Columbia University, Prentice Hall, Inc, New Jersey, 1964.
Fakultas Tarbiyah, Tipologi Pondok Pesantren di Kabupaten Jember, lAIN Jember,1985.
Faruki, Ismail R., Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Anas Mahyuddin (penerjemah), Pustaka Bandung, 1984.
Fathiyah Hasan Sulaiman, Konsep Pendidikan Al-Ghazali, P3M,Jakarta, 1986. Fazlur Rahman, Islam dan
Modernisasi, Tantangan Transformasi Intelektual, Ahsin Muhammad (penerjemah), Pustaka Bandung, 1985.
Friere, Paulo, Cultural Action For Freedom, Penguin Books, USA, 1974.
Geertz, Cliffford., Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Pustaka Jaya, Jakarta, 1981.
Ghozali, Al, Imam., Minhajul Abidin, Ir. Zakaria Adham (penerjemah), Darul Ulum Press, Jakarta, 1986. ----, Bimbingan Mu'minin Dalam mencari Redha Rabbil Alamin, Syed Ahmad Semait (alih bahasa), Pustaka
Nasional, Singapura, 1978.
----------------, O Anak M. Zein Djambek (penyalin), Tintamas, Jakarta, 1983.
Hassan, Fuad, Prof. Dr., "Respondeo Ergosum Persepsi Filsafat Tentang Manusia", dalam Islam dan Pendidikan Nasional, Lembaga Penelitian IA1N Jakarta,Jakarta, 1983.
-----, "Selayang Pandang Tentang Pendidikan Islam", dalam Pesantren, No. I/Vol. II/1985, P3M,Jakarta, 1985.
Holt,John., Freedom And Byond, Penguin Books, Australia, 1972.
Indrawijaya, Adam Ibrahim, Drs., Perilaku Organisasi, Sinar Baru, Bandung, 1983.
Jamali, AI, Muhammad Fadhil, Dr., Filsafat Pendidikan Dalam Al Qur'an, Drs. Judi Al Falasany, (penyalur),
5
Bina Ilmu, Surabaya, 1986.
Klausmeier, HJ., Godwin W., Learning and Human Abilities, Educational Psychology 4th Edition, Harper and Row, NY, 1971.
Langgulung, Hassan, Prof. Dr., Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Al Ma'arif, Bandung, 1979. Loomis, C.P., Social System, D. van Nostrand Co, Inc., New Jersey, 1967.
Madjid, Nurcholis, "Keilmuan Pesantren, Antara Materi Dan Metodologi", dalam Pesantren, Nomor
Perdana, Oktober- Desember, 1984.
----, "Pembahasan Tentang Beberapa Segi Asketisme Dalam Beberapa Kitab Jawa dan Melayu", dalam Pandangan Hidup Ulama, Penelitian LIPI, 1987/1988.
----, Islam Kemoderenan dan Ke-Indonesiaan, Mizan, Bandung, 1987.
----, "Pendidikan Akhlak dan Akal", dalam Seminar Pendalaman Agama, Lembaga Peneli tian IAIN Jakarta, J
akana, 1985.
Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amanat Sejarah Umat Islam Indonesia Keputusan Rapat Pengurus Paripurna ke II, Sekretariat MUI, Mesjid Istiqlal,Jakarta,1986.
Maritain, Jacques., Education at The Crossroads New Haver and London, Yale University Press, 25th printing, 1972.
Mastuhu, "Tantangan Yang Dihadapi lAIN Jakarta Dalam Periode Pembangunan Masyarakat Modern", dalam Seminar ldentitas lAIN Jakarta, 1987.
-----, "Tiga Ulama Termasyhur Di Jawa Timur", Nadhan, Buletin tak berkala, Penelitian Agama dan Masyarakat, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),Jakarta, seri 10, Desember, 1987.
Mulder, Neils, Pribadi dan Masyarakat Jawa, Seri Budaya No.3, Sinar Harapan, Jakarta, 1985.
Nasution, Harun, “Manusia Menurut Konsep Islam”, dalam Islam dan Pendidikan Nasional, Lembaga Penelitian
Nasional, Lembaga Penelitian IAIN-Jakarta, Jakarta, 1983.
Oepen, Manfred dan Korcher, Wolfgang (Editor), Dinamika Pesantren, P3M, Jakarta, 1987.
Prasodjo, Soedjoko, dkk., Profil Pesantren, LP3ES, Jakarta, 1973.
Qutub, Muhammad, Sistem Pendidihan Islam, Drs. Salman Harun (penerjemah), Al Ma'arif, Bandung, 1984.
Rahardjo, Dawam (Ed.), Pergumulan Dunia Pesantren P3M, Jakarta, 1983.
Ramos, Alberto Cuerriro, "Modernisasi Suatu Model Kemungkinan", dalam Beling dan Totten, Modernisasi Masalah Model Pembangunan, Bur Rasuanto (penyunting), YIIS,Jakarta, 1980.
Schlegel, Stuart, A Grounded Research Didalam Ilmu-ilmu Sosial, PLPIIS, Ujung Pandang, 1978.
Schramm W., Lerner D, Communication and Change, An East-West Center Book, The University of Hawaii, Honolulu, 1976.
Shihab, Muhammad Quraisy, Konsep Al Qur'an Tentang Hidup Manusia, dalam Sarasehan Ilmiah, Yayasan Pondok Pesantren Al Kamal, Jakarta, 1987.
Siegel, Sidney, Nonpammetric Statistics, for The Behavioral Sciences, Mc Craw
Hill, International Books Co, London, 1956.
Soedjatmoko, Etika Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1984.
6
Steenbrink, Karel A., Pesantren, Madrasah, Sekolah, LP3ES,jakarta, 1986.
Suherman, Djamil, Umi Kalsum Kisah-Kisah Pesantren, Mizan, Bandung, 1984.
Syari'ati, Ali, Tentang Sosiologi Islam, Drs. Syaefullah Mahyudin MA (penerjemah), Ananda, Yogyakarta, 1982.
Toha, Ahmadi, (penerjemah), Ar-Risalah Imam Syafi'i, Pustaka Firdaus, jakarta, 1986.
Wahid, Abdurrahman, "Asal-Usul Tradisi Keilmuan di Pesantren", dalam Pesantren, Nomor Perdana, Oktober-Desember, P3M, Jakarta, 1984.
___ , Bunga Rampai Pesantren, Dharma Bhakti, Jakarta, 1399 H.
Wach, joachim, Sociology of Religion, The University of Chicago, USA, 1971.
Yunus, H.M. Prof., Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, cet. ke-2, Mutiara,
Jakarta, 1979.
Zuhri, KH Syaefuddin, Guruku Orang-Orang Dari Pesantren, Al Ma'arif, Bandung, 1977.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Pesantren Objek Penelitian
PESANTREN GULUK SUKOREJO BLOK AGUNG TEBU IRENG PACIRAN GONTOR
DATA GULUK
1. NAMA AN∙NUQO∙ SALAFIAH DARUSSALAM TEBU IRENG KARANG A∙ PONDOK MODERN
YAH GU∙ SYAFI'I YAH BLOK AGUNG JOMBANG SEM MUHAM∙ DARUSSALAM∙
dan Gontor : 1,35, Skor‐skor ini harus dibalik berturut‐turut menjadi : 2,83, 3,26, 3,29, 3,16, 3,38,
dan 3,65, sehingga skor rata‐rata menjadi : 3,26. Demikian pula halnya untuk item nomor 28 dan
29. Kedua item ini memang merupakan pernyataan dependen, jadi mestinya skornya tidak perlu
dibalik, Tetapi kedua item tersebut berisi pernyataan yang berbeda arus dengan teks ajaran
Islam, oleh karena itu skornya harus dibalik, Makin rendah skor perolehan mereka, berarti makin
tinggi penolakan mereka terhadap pernyataan dalam item tersebut, dan berlaku sebaliknya :
makin tinggi skor mereka berarti makin rendah penolakannya, Berturut‐turut skor perolehan
adalah : untuk item nomor : 28: 2,65;2,03;1,81;1,92;1,75;1,40; dengan rata‐rata 1,89; jika dibalik
menjadi: 2,65;2,97;3,19;3,08;3,25;3,51; dan rata‐rata: 3,19, Untuk item nomor 29: 1,31; 1,99;
1,72; 1,40; 1,58; 1,38; 1,57; dan rata‐rata: 1,57;jika dibalik menjadi : 3,69; 3,01; 3,28; 3,52; 3,42;
3,62; dan rata‐rata menjadi: 3,43,
Terakhir, skor rata‐rata pandangan mereka mengenai aspek takdir Tuhan adalah 3,20, jauh
melebihi batas persetujuan 2,50 (lihat batas rentangan nilai di halaman 53), jadi dengan demikian
pandangan santri sangat setuju dengan takdir Tuhan, sebagai dicerminkan dalam ketujuh item
tersebut.
19
PESANTREN GULUK∙ SUKO∙ BLOK TEBU PACIRAN GONTOR RATA∙ KODE
GULUK REJO AGUNG IRENG RATA ITEM N‐210 N‐223 N‐220 N‐210 N‐211 N‐216 IPD
13. Kiai/ulama ada .
lah orang pandai dan alim, tetapi dapat saja berbu‐ at salah/keliru. 3,21 3,11 3,24 3,32 3,64 3,74 3,39 P6/L
14. Berkah kiai me‐
rupakan kunci ke‐ berhasilan bela∙ jar di pesantren. 2,59 2,97 2,37 2,53 1,13 2,63 2,36 P7/L
15. Menghormati Kiai
/ustaz sepanjang hidup adalah kewa‐ jiban moral bagi seorang santri, jika ia tidak ingin ilmu yang perolehnya hilang Cuma‐ 3,40 3,69 3,29 3,25 2,83 3,41 3,31 P8/L
16. Saya percaya bah‐
wa apa‐apa yang diajarkan oleh ki∙ ai/ustaz adalah benar dan tidak Perlu dlragukan lagi. 2,59 2,88 2,95 2,69 2,11 2,89 2,66 P10/L
17. Tidak semua isi
kitab yang diajar‐
kan dalam pesan∙ tren ini (kecuali Alquran dan Ha∙ Dis selalu
b
3,11 3,60 3,70 3,14 3,39 3,16 3,35 P9/L
20. Hal penting dalam
mempelajari kitab ialah dengan meng∙ hafal dan membaca‐ nya dengan ber‐ urutan dan tidak melompat‐Iompat. 2,53 2,98 3,01 3,06 2,44 2,54 2,75 P11/L
Jumlah 17,43 19,23 18,61 17,89 15,54 18,37 17,85
Rata∙rata 2,90 3,20 3,10 2,99 2,59 3,06 2,97
Item nomor 13 dan 17 adalah item‐item independen, oleh karena itu skornya harus dibalik (lihat
Lampiran 4). Skor yang diperoleh untuk item nomor 13 adalah : Guluk‐Guluk : 1,79; Sukorejo :
1,89; Blok Agung: 1,71; Tebu Ireng : 1,68; Paciran : 1,36; dan Gontor : 1,26; harus dibalik berturut‐
turut menjadi : 3,21; 3,11; 3,24; 3,32; 3,64; dan 3,74; sehingga skor rata‐rata menjadi : 3,39.
Demikian pula halnya untuk item nomor 17 :
Berturut‐turut skor perolehan: 1,89; 1,40; 1,30; 1,86; 1,61; dan 1,84; harus dibalik menjadi : 3,11; 3,60; 3,70;
3,14; 3,39; dan 3,16; sehingga skor rata‐ratanya menjadi 3,35
20
Selanjutnya skor rata‐rata pandangan santri mengenai Kiai/Kitab adalah : 2,97. Hal ini berarti santri
setuju dengan keenam pernyataan yang mengukur pandangan mereka terhadap Kiai/Kitab tersebut. Mereka
memandang ajaran kiai dan kitab‐kitab yang dipelajari di pesantren tidak pernah keliru
Tabel 4. PANDANGAN SANTRI MENGENAI KIAI/AKAL
PESANTREN GULUK- SUKO- BLOK TEBU PACIRAN GONTOR RATA· KODE
GULUK REJO AGUNG IRENG RATA
ITEM N=210 N=223 N=220 N=210 N=211 N=216 IPD
8. Diperoleh tidak·
nya ilmu bukan tergantung pada kecerdasan akal, sangat tergantung pada ilham dan pemberian lang·
baik: aman, se- jahtera, dan maju bukan tergantung pada kecerdasan akalnya dan ting. gi rendahnya ilmu dan teknologi yang dikuasai, tetapi pada moral
dan kejujuran. 2,87 2,86 3,21 3,26 3,34 3,74 3,21 P9/B
11. IImu itu pemberian
Allah, oleh karena itu diperolehnya ilmu sangat tergantung pada tirakatan : puasa-salat malam, dan sebagainya yang bermaksud mendekatkan diri dengan-Nya bukan pada kecerdasan akal dan panjang pendeknya penga- laman (pendidikan)
yang dilalui 2,58 2,32 2,19 2,22 2,13 2,59 2,34 P5/L
12. Pada dasarnya be-
lajar (mempelajari ilmu) itu adalah untuk mencari nafkah bukan untuk belajar ilmu itu
sendiri. 3,79 3,66 3,60 3,67 3,46 3,80 3,66 P2B/L
PESANTREN GULUK∙ . SUKO‐ BLOK TEBU PACI‐ GON‐ RATA‐ KODE
GULUK REJO AGUNG IRENG RAN TOR RATA ITEM N‐210 N‐223 N‐220 N‐210 N‐211 N‐216 IPD
18. Berpikir secara
keilmuan itu ada∙ Iah berangkat da∙
21
ri fikih, bukan dari kenyataan. 3,29 3,14 3,41 3,25 3,37 3,09 3,25 P29/L
32‐ Manusia, dengan
kemampuan mampu menguasai ilmu dan teknolo‐ gi, selanjutnya dengan itu manu ‐ sia mampu mencip‐ takan dunia dan tujuan hidupnya. 2,82 3,12 3,10 2,75 2,92 2,28 2,84 P6/B
4.. Apakah boleh min‐
ta bantuan uang dari non muslim untuk membangun mesjid orang ha ‐ rus minta petun ‐ juk langsung dari
Tuhan, atau seti‐ daknya melihat fikihnya Iebih du‐ lu bukan mendahu∙ lukan keputusan akalnya. 3,38 3,38 3,26 3,17 3,42 3,20 3,30 P13/L
5. Hidup yang baik
adalah hidup yang sesuai dengan hu∙ kum fikih, bukan sesuai dengan ke∙ nyataan sekalipun kenyataan itu se‐ cara materi meng‐ untungkan. 3,27 3,39 3,37 3,37 3,50 3,80 3,45 P23/L
Jumlah 24,58 24,19 23,33 23,91 24,27 25,09 24,39
Rata‐rata 3,07 3,02 3,04 2,98 3,03 3,13 3,04
Item nomor 12 dan 32 adalah pernyataan independen, oleh karena itu skornya harus dibalik. Skor
perolehan untuk item 12 adalah : Guluk‐Guluk : 1,21; Sukorejo : 1,34; Blok Agung: 1,40; Tebu
Ireng : 1,33; Paciran: 1,54; dan Gontor: 1,20. Skor‐skor ini harus dibalik, berturut‐turut menjadi:
3,79; 3,66; 3,60; 1,67; 3,46 dan 3,80; sehingga skor rata‐rata menjadi 3,66. Untuk item 32, skor
perolehan: 2,18; 1,88; 1,90; 2,25; 2,08; 2,72 dan rata‐rata: 2,16; Jika dibalik berturut‐turut
menjadi : 2,82; 3,12; 3,10; 2,75; 2,92; 2,82 dan rata‐rata: 2,84. Akhirnya secara keseluruhan
angka‐angka tersebut menunjukkan bahwa santri setuju dengan kedelapan item mengenai
ilmu/akal. Skor rata‐rata mereka : 3,04, jadi lebih besar dari 2,50. Keenam pesantren memiliki
skor lebih besar dari 2,50; paling kecil yang dimiliki : 2,98. Mereka memandang bahwa diperoleh
tidaknya ilmu bukan ditentukan oleh kemampuan akal tetapi oleh Tuhan dan tergantung dari
kejujuran.
22
Tabel 5. PANDANGAN SANTRI MENGENAI KEPENTINGAN BERSAMA
PESANTREN GULUK∙ SUK0‐ BLOK TEBU PACIRAN GONTOR RATA∙ KODE
GULUK REJO AGUNG IRENG RATA ITEM N‐210 N‐223 N0220 N‐210 N‐211 N‐216 IPD
21 Tidak peduli apa∙
kah belajar/beker‐ ja sama itu merugi‐ kan : kerja sama Itu sendiri meru‐ pakan nilai yang
pentingan din sendiri demi ke ‐ pentingan bersama adalah penlaku terpuji, apalagi demi kepentingan kiai/ustaz. 3,39 2,58 3,45 3,10 2,83 3,00 3,26 P25/L
tidak selalu meng‐ untungkan, sering kali hal itu malah merugikan. 3,38 3,42 3,47 3,21 3,13 3,03 3,27 P14/L
25. Pendapat atau krl‐ .
tik teman lain sering kali meng‐ ubah pendapat atau rencana saya semula. 2,09 1,81 2,08 2,49 2,06 2,19 2,12 P15/L
Jumlah 14,80 14,85 14,91 14,68 14,04 14,15 14,59
Rata‐rata 2.96 2,97 2,98 2~ 2,80 2,83 2,91
Angka‐angka tersebut menggambarkan bahwa semua santri setuju dengan kelima item mengenai
kepentingan bersama. Tidak ada pesantren yang memiliki skor kurang dari 2,50. Rata‐rata skor
mereka 2,91. Mereka memandang bahwa mendahulukan kepentingan bersama adalah perbuatan
terpuji.
23
Tabel 6. PANDANGAN SANTRI MENGENAI KEPENTINGAN PRIBADI
PESANTREN GULUK∙ SUKO∙ BLOK TEBU PACIRAN GONTOR RATA∙ KODE
GULUK REJO AGUNG IRENG RATA ITEM N=210 N=223 N=22Q N=210 N=211 N=216 IPD
10, Akhlak atau moral
adalah kunci ke ‐ berhasilan hidup, 3,74 3,38 3,76 2,73 3,38 3,75 3,50 P4/L
19, Santri Iebih suka
mempelajari hal • hal yang sudah dan pasti defini‐ sinya, bukan hal‐ yang belum jelas dan masih selisih pendapat. 2,66 2,45 2,78 2,43 2,52 2,25 2,51 P12/L
26, Pada umumnya
san
tri kurang suka menghadiri bela • jar bersama, ka • rena hal itu di‐ anggap tidak ber‐ mantaat. 3,71 3,66 3,59 3,41 3,58 3,50 3,57 P19/L
27, Dalam hal ujian,
yang penting ada‐ Iah memperoleh nilai bagus agar lulus/naik kelas, tidak paduli apa‐ kah kita setuju atau tidak dengan jawaban yang di∙ Anggap benar oleh guru penguji. 3,17 3,10 3,40 2,90 2,21 3,41 3,02 P21/L
~, Moral, kejujuran,
rendah hati dan kesungguhan ada
lah butir ‐butir nilai yang merupa∙ kan kunci keber‐ hasilan, 3,74 3,38 3,76 2,73 3,68 3,75 3,50 P7/B
31, Meskipun Tuhan
te
lah menciptakan segala sesuatunya dengan sempurna,
tetapi baik buruk∙ nya kehidupan ini sepenuhnya tung pada usaha manusia sendiri 3,24 3,11 2,97 3,30 3,21 3,20 3,17 P3/B
Jumlah 20,26 10,08 20,26 17,50 18,88 19,86 19,27
Rata‐rata 3,37 3,18 3,37 2,91 3,14 3,31 3,21
,
Item nomor 27 berisi pernyatan independen, oleh karena itu skornya harus dibalik sehingga
menjadi pernyataan dependen, yaitu makin tinggi skor berarti makin besar pandangan
tergantung, sebaliknya makin rendah skor berarti makin tidak tergantung. Skor perolehan (skor
Tuhan, jika sewaktu‐ waktu hilang, hal ilu berarti belum menjadi rezekinya 2,84 2,73 2,35 2,48 2,75 2,37 2,58 P1/B
3 Karena setiap o‐
rang dilahirkan lengkap dengan kartu nasib, maka orang tidak perlu Bekerja,belajar dengan 'ngotot" cukup wajar‐ wajar saja. 2,83 3,26 3,29 3,16 3,38 3,65 3,26 Paa/L
4, Apakah boleh min‐
ta bantuan uang dari non muslim untuk membangun
mesjid orang ha‐ rus minta petun‐ juk langsung dari Tuhan, atau seti‐ daknya melihat fikihnya lebih du‐ Lu bukan mendahu‐ lukan keputusan akalnya. 3,38 3,38 3,26 3,17 3,42 3,20 3,30 P13/L
5. Hldup yang baik I
adalah hidup yang
I
I sesuai dengan hu‐ kum fikih, bukan sesuai dengan ke‐
nyataan, sekalipun kenyataan itu se‐ cara materi meng‐
6. BELAJAR 55(39,88) 30(42,35) 45(41,78) 41(39,88) 47(40,07) 37(41,02) 245
7. APA SAJA 32(27,51) 20(29,21) 39(28,82) 30(27,51) 26(27,64) 22(28,29) 169
210 223 220 210 211 216 1290
x2= 159,29; db= 5, P <= 0,001; Ho = DITOLAK
Uji statistik : Sidik Ragam Peringkat Satu Arah Kruskal‐Wallis mengenai perbedaan peringkat
pilihan bidang yang ingin ditekuni seusai mereka belajar di pesantren, menurut masing‐masing
pesantren.
Data statistik : Frekuensi pilihan bidang kegiatan menurut santri dan masing‐masing pesantren
No. PESANTREN GULUK∙ SUKO∙ BLOK TEBU PACIRAN GONTOR JUMLAH
BIDANG GULUK REJO AGUNG IRENG
1. DAI 59 55 69 58 45 46 332(1)
2. KIAI 13 60 28 19 16 29 165(5)
3. GURU 30 40 30 33 50 59 242(3)
4. PEG. NEGERI 9 8 9 11 12 10 59(7)
5. PEDAGANG 12 10 10 18 15 13 78(6)
6. BELAJAR KE
PERGURUAN TINGGI 55 30 35 41 47 37 245(2)
7. MENJADI APA
SAJA YANG BERMANFAAT BAGI MASY. 32 20 39 30 26 22 169(4)
JUMLAH 210 223 220 210 211 216 1290
I
30
Jika data satatistik tersebut diberi peringkat, maka kedudukannya adalah sebagai berikut:
No PESANTREN
BIDANG
GULUK-GULUK
SUKO-
REJO
BLOK
AGUNG
TEBU
IRENG
PACIRAN GONTOR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAI
KIAI
GURU
PEG.NEGRI
PEDAGANG
BELAJAR KE
PERGURUAN
TINGGI
MENJADI APA
SAJA YANG
BERMANFAAT
BAGI MASY.
39,5
10,5
22,5
2,5
8,5
36,5
25
36,5
41
30
1
5
22,5
16
42
19
22,5
2,5
5
27
29
38
15
26
7
14
31
22,5
32
13
35
8
12
34
18
33
20
39,5
5
10,5
28
17
JUMLAH RANKING 145 152 147 153,5 1552,5 153
Rumus Statistik
Catatan:
N = nj; nj: 7, karena ada 6 kolom, maka
N = 7 x 6 = 42
31
* t
T
t
T
=
=
=
=
2
4
Ranking sama
t3 – t
2
4
2
4
4
60
2
4
2
4 = 80
Dengan kata lain, urutan pilihan bidang yang ingin ditekuni oleh santri ssuai mereka belajar di pesantren
adalah:
1. Menjadi Dai 2. Melanjutkan belajar di Perguruan Tinggi 3. Menjadi Guru 4. Menjadi apa saja yang bermanfaat bagi masyarakat 5. Menjadi Kiai 6. Menjadi Pedagang 7. Menjadi Pegawai Negeri
Nilai x2 = 0,06 tersebut jauh lebih kecil harga x2 tabel dengan a = 0,05, pada d.b = k‐1 = 6‐1 = 5 yaitu : 11,07.
Dengan demikian keputusan kita adalah Menerima Ho tersebut, artinya tidak ada perbedaan urutan
ranking pilihan bidang yang ingin ditekuni oleh santri dari pesantren ke pesantren, dalam taraf kepercayaan
95%.
32
Lampiran 7 : Daftar Kegiatan Biro Pengabdian Masyarakat Pondok Pesantren Guluk‐Guluk
(Dakwah bil Hal)
No Kegiatan Sejak Dana Keterangan Lain
Tahun
1. Pembinaan Kelompok 1978 Dari Masyarakat tersebar di kecamatan :
Pengajian Guluk‐Guluk, Pesongsongan,
Gondang, Peragaan, dan
Dasuki. Seluruh Sumenep ada
21 Kecamatan .
2. Rukun Kematian 1978 Dari Masyarakat Jumlah anggota . 300 orang.
3. Usaha Bersama
Pengadaan Pupuk 1978 Dari Masyarakat Jumlah anggota : 150 orang.
I dan rangsangan
dariLP3ES
4. Usaha Bersama 1978 Dari Masyarakat Gagal karena tidak punya
Kerajinan Tikar dan rangsangan motivator wanita (anggotanya
I
dari LP3ES wanita) dan pendidikan
I rendah (buta huruf). Dengan
motivator pria, tidak ber‐
jalan karena tidak dapat
berkomunikasi sebab berbeda jenis kelamin.
5. Usaha Bersama 1982 Dari Masyarakat ‐
Pengelolaan Gula dan rangsangan
Siwalan Dari LP3ES
33
6. Usaha Bersama 1983 Dari Masyarakat Jumlah anggota = 90 KK di
Pengrajin Genting dan rangsangan Kecamatan Peragaan.
dari CIDA CIDA :Canadian International
Development Agency.
7. Usaha Bersama 1983 Dari Masyarakat Di desa Guluk‐Guluk, jumlah
Kelompok Tani Keeil BPM, pinjaman dari LP3ES anggota ada 20 orang.
8. Pusat Pelayanan dan 1983 Pinjaman dari Gagal karena (a) kalah ber‐
Pengembangan Usaha LP3ES Saing dengan toko‐toko besar
Bersama Dan barang‐barang dari kota
(b) Tenaga Pembina Kurang
Mampu dan
(c) Pengelolaan Kurang Kompak
9. Simpan Pinjam Ber∙ 1984 Dari Masyarakat Keanggotaan individual
jamin Barang dan rangsangan
dariLP3ES
10. Lumbung Kampung 1982 Dari Masyarakat Terdapat di Guluk‐Guluk dan
Ganding. Jumlah : 3 Lumbung
11. Pembinaan Peternakan 1984 Dari Masyarakat Gagal karena (a) Pembinaan
Unggas BPM tidak mampu (b) rugi, pen∙
dapatan tidak seimbang dan
(c) tidak tertampung dalam
pasar
No Kegiatan Sejak Dana Keterangan Lain
Tahun
12. Pembinaan Home 1983 Dari Masyarakat
Industri BPM BPM ‐
13. Pemanfaatan Pekarangan 1982 Dari Masyarakat ‐
14. Usaha Kesehatan 1978 Dari Masyarakat Rakyat sudah mulai mau meng‐
Masyarakat dan Pe‐ dan rangsangan gunakan WC Umum, dan se‐
nyebaran WC Umum dari LP3ES bagian sudah mulai memiliki
WCkeluarga
15. Pengadaan Air 1978 Dari Masyarakat Tersebar di 3 Kecamatan :
BPM, rangsangan (Guluk‐Guluk, Ganding, dan
LP3ES, CIDA dan Peragaan). Terdapat 7 tempat
IDEX (Interna‐ pompa hydran dengan sistem
tional Develop‐ filtrasi dan gravitasi. Men‐
Ment Exchange). jangkau 595 KK dan Pesantren
Dep. Dalam Negeri Guluk‐Guluk sendin.
dan UNICEF
16. Penghijauan 1976 Dari Masyarakat ‐
dan rangsangan
dari LP3ES
17. Berbagai Latihan/ 1980‐ Dari :BPM,LP3ES, Latihan keterampilan bagi
Training 1986 Asia Foundation, santri, pernah diadakan di