Tugas : Take Home – Ujian Tengah Triwulan Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Arief Ramadhan, S.Kom, M.Kom Batas : 17 Januari 2015 Dimensi Keberhasilan Penerapan Sistem Informasi Berdasarkan Model DeLone dan McLean Disusun Oleh : Bayu Triastoto (P056134852.52E) PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
12
Embed
Dimensi Keberhasilan Penerapan Sistem Informasi ...bayu38e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2015/01/Bayu-Triastoto-E-52... · dikelompokkan menjadi sistem dukungan operasi dan sistem
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Tugas : Take Home – Ujian Tengah Triwulan Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Dosen : Dr. Arief Ramadhan, S.Kom, M.Kom Batas : 17 Januari 2015
Dimensi Keberhasilan Penerapan Sistem Informasi Berdasarkan Model DeLone dan McLean
Disusun Oleh :
Bayu Triastoto (P056134852.52E)
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
Daftar Isi A. Investasi dalam Teknologi dan Sistem Informasi ....................................................................... 1
B. Model Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean ..................................................... 2
C. Validasi Model Melalui Pengujian Empiris ................................................................................. 4
1. Evaluasi Kesuksesan implementasi billing system di RSUD Kabupaten Sragen (Budiyanto, 2009) .......................................................................................................................................... 5
2. Evaluasi keberhasilan sistem informasi ERP pada usaha kecil dan menengah: Studi Kasus PT CI (Falgenti dan Pahlevi, 2013) ....................................................................................................... 6
Identifikasi Faktor-faktor yang Berpengaruh Positif Terhadap Penggunaan Sistem dan Kepuasan Pengguna ................................................................................................................... 8
Faktor yang Memperoleh Persepsi Negatif ............................................................................... 9
Dampak Terhadap Keuntungan Bersih (Net Benefit) ................................................................. 9
D. Kesimpulan: ................................................................................................................................ 9
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 10
1
A. Investasi dalam Teknologi dan Sistem Informasi
Investasi untuk implementasi Teknologi Informasi (TI) dalam rangka menunjang bisnis/
kegiatan organisasi, khususnya yang berukuran menengah ke atas, seperti sudah
menjadi keharusan dewasa ini. Penerapan teknologi seperti LAN, WAN, intranet, internet,
ekstranet dan lain-lain kian hari semakin meluas hingga dapat meruntuhkan batasan-
batasan fisik. Melalui virtual world of computer, perusahaan dapat mencari pelanggan di
seluruh dunia yang terhubung melalui jaringan internet. Investasi dalam TI memerlukan
dana yang cukup besar, baik untuk pengadaan hardware, sofware, jaringan maupun
pelatihan tenaga penggunanya. Total belanja untuk teknologi informasi di Indonesia
mencapai 1,1 % dari PDB pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 1,3% di tahun 2012
dan diprediksikan akan terus meningkat hingga mencapai 1,5% PDB pada tahun 2018.
Nilai nominal untuk realisasi dan estimasi belanja TI di Indonesia dapat dilihat pada
diagram berikut.
Gambar 1
Teknologi informasi tentu tak dapat berdiri sendiri. Diperlukan suatu sistem untuk
membuat teknologi informasi menjadi bermanfaat untuk pengelolaan organisasi, sistem
ini dikenal sebagai sistem informasi . Menurut O’Brien dan Marakas (2011), sistem
informasi merupakan kombinasi yang teratur antara people, hardware, software,
communication network dan data resources (kelima unsur ini disebut komponen sistem
informasi) yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi.
Sistem informasi terdiri dari subsistem-subsistem yang secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi sistem dukungan operasi dan sistem dukungan manajemen.
Sistem dukungan operasi (seperti: transaction processing systems, process control
-
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
2011 2012 2013e 2014f 2015f 2016f 2017f 2018f
Belanja TI Indonesia (2011-2018)
Hardware Software Services
2
systems dan enterprise collaboration systems) menghasilkan berbagai informasi untuk
keperluan internal dan eksternal, tetapi tidak menekankan kepada informasi khusus untuk
digunakan oleh manajemen. Adapun sistem dukungan manajemen (seperti: management
information systems, decision support systems, dan executive information systems)
menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan untuk manajer dan para
profesional bisnis.
Adopsi dan pengembangan sistem informasi memerlukan investasi yang besar. Sebagai
misal, dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, PT
Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) menginvestasikan Rp5 miliar hingga Rp10 miliar
untuk pengembangan sistem teknologi informasi setiap tahunnya. Namun demikian,
investasi yang besar ini belum tentu menghasilkan sistem yang berkualitas dan sesuai
dengan harapan organisasi. Tak sedikit perusahaan yang melakukan implementasi
sistem informasi sebatas mengikuti tren yang ada tanpa memahami tujuan dari
implementasi sistem informasi tersebut, sehingga mengalami kegagalan dalam
implementasinya, namun tidak sedikit pula perusahaan yang mampu merasakan manfaat
melalui penerapan sistem informasi sebagai penunjang bisnis mereka sehingga dapat
mengkompensasi investasi yang telah dikeluarkan. Kegagalan implementasi sistem
umumnya disebabkan tidak kompatibelnya sistem dengan proses bisnis dan informasi
yang diperlukan organisasi (Janson dan Subramanian 1996; Lucas et al. 1988).
Jogiyanto (2007) membedakan kegagalan-kegagalan dalam implementasi sebuah sistem
informasi menjadi 2 aspek. Yang pertama adalah aspek teknis, yaitu aspek yang
menyangkut sistem itu sendiri yang merupakan kualitas teknis sistem informasi. Kualitas
teknis yang buruk menyangkut masih banyaknya kesalahan-kesalahan penulisan
program (sintaks), kesalahan-kesalahan logik, dan bahkan kesalahan-kesalahan
informasi. Sedangkan yang kedua adalah aspek non-teknis, yaitu berkaitan dengan
persepsi pengguna sistem informasi yang menyebabkan pengguna mau atau tidak
menggunakan sistem informasi yang telah dikembangkan.
B. Model Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean
Adalah penting untuk melakukan evaluasi efektivitas penerapan sistem informasi dan
analisis mengenai faktor-faktor penyebab keberhasilan maupun kegagalannya sehingga
dapat menjadi pelajaran baik bagi organisasi itu sendiri maupun bagi organisasi-
organisasi lain. Evaluasi kinerja sistem informasi mengandung arti evaluasi atas kinerja
hardware, software, jaringan komputer, data dan manusia yang terlibat dalam sistem
informasi dimaksud. Dalam dua dasawarsa terakhir, banyak peneliti telah membahas
mengenai evaluasi kinerja sistem informasi. Kriteria-kriteria dan klasifikasi untuk evaluasi
kinerja sistem informasi dan keberhasilannya dalam organisasi telah banyak dirumuskan.
3
Salah satu model yang populer yang dimaksudkan sebagai kerangka kerja untuk
konseptualisasi dan operasionalisasi keberhasilan sistem informasi adalah model yang
dikembangkan oleh DeLone dan McLean (1992) yang dikenal dengan Model Kesuksesan
Sistem Informasi DeLone dan McLean. Model yang diusulkan oleh DeLone dan McLean
(1992) adalah sebuah model yang memfokuskan pada kesuksesan implementasi di
tingkat organisasi yang didasarkan pada proses hubungan kausal dari elemen-elemen
pengukuran keberhasilan sistem informasi yang terdapat dalam model ini. Gambaran
awal model ini adalah sebagaimana Gambar di bawah.
Gambar 2 Model Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean (1992)
Dari gambar diatas, maka dapat dijelaskan secara singkat bahwa keberhasilan sistem
informasi ditunjukkan dengan enam dimensi, yakni: kualitas sistem (system quality),
kualitas informasi (information quality),kepuasan pemakai (user statisfaction),
penggunaan (use), dampak individu (individual impact), dan dampak organisasi
(organizational impact). Model yang diusulkan ini merefleksikan ketergantungan dari
kualitas sistem (System Quality) dan kualitas informasi (Information Quality) yang
kemudian secara independen dan bersama-sama mempengaruhi baik elemen
penggunaan (Use) dan kepuasan pemakai (User Satisfaction). Besarnya elemen
penggunaan (Use) dapat mempengaruhi besarnya nilai kepuasan pemakai (User
Satisfaction) secara positif dan negatif. Dan penggunaan (Use) dan kepuasan pemakai
(User Satisfaction) mempengaruhi dampak individual (Individual Impact) dan selanjutnya
DeLone dan McLean kemudian melakukan revisi modelnya menjadi Model Update
Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean (2003). Pada model revisi ini,
DeLone dan McLean menambahkan dimensi kualitas layanan (service quality) dan
menggabungkan dua dimensi: pengaruh individu (individual impact) dan pengaruh
organisasi (organizational impact) menjadi dimensi keuntungan bersih (net benefit)
sehingga menjadi model sebagaimana Gambar 3 di bawah ini.
4
Gambar 2 Model Update Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean (2003)
Model update di atas dapat dibagi dalam tiga komponen: pembuatan sistem, pemakaian
sistem dan dampak dari pemakaian sistem. Komponen pembuatan sistem diukur dengan
tiga dimensi kualitas: kualitas informasi, kualitas sistem dan kualitas layanan; komponen
pemakaian sistem diukur dengan dua dimensi: penggunaan dan kepuasan pengguna)
adapun komponen dampak dari pemakaian sistem diukur dengan dua dimensi: individual
impact dan organizational impact/ net benefit. Model ini dibangun dari tiga komponen,
yaitu pembuatan sistem, pemakaian sistem, dan dampak dari
pemakaian sistem. Komponen-komponen tersebut disusun dengan urutan pengukuran:
1) Sistem informasi dibuat dan diukur kualitasnya dengan tiga dimensi kualitas: kualitas
informasi, kualitas sistem, dan kualitas layanan.
2) Sistem informasi dipakai dan pengalaman pemakaiannya ini diukur dengan dua
dimensi: dimensi penggunaan dan dimensi kepuasan pengguna.
3) Dampak dari pemakaian yang diukur dengan dua dimensi: individual impact dan
organizational impact (net benefit).
C. Validasi Model Melalui Pengujian Empiris
Setelah dipublikasikan pada tahun 1992, model DeLone dan McLean kemudian
mendapat perhatian dari para peneliti untuk melakukan validasi model melalui pengujian
empiris. DeLone dan McLean (2003) mengidentifikasi 16 penelitian empiris dari berbagai
negara yang menggunakan constructs keberhasilan multi dimensi dan mengukur
keterkaitan antara constructs keberhasilan berdasarkan model awal yang dipublikasikan
tahun 1992. Hasil penelitian-penelitian ini menunjukan dukungan yang kuat atas model
keterkaitan antar dimensi keberhasilan sistem informasi yang diajukan dan membantu
mengkonfirmasi struktur sebab-akibat dalam model dimaksud. Dalam konteks Indonesia,
5
penelitian-penelitian juga dilakukan untuk menguji validitas model ini, antara lain
Budiyanto (2009) yang menggunakan model DeLone dan McLean versi awal (1992)
untuk melakukan evaluasi kesuksesan implementasi billing system di RSUD Kabupaten
Sragen serta Falgenti dan Pahlevi (2013) yang melakukan evaluasi keberhasilan sistem
informasi ERP pada usaha kecil dan menengah dengan menggunakan Model Update
Kesuksesan Sistem Informasi DeLone and McLean (2003).
1. Evaluasi Kesuksesan implementasi billing system di RSUD Kabupaten
Sragen (Budiyanto, 2009)
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sragen merupakan rumah sakit tipe C
yang dibangun tahun 1956 dan diresmikan pada tahun 1958. Dengan Perda nomor: 9
Tahun 1999, RSUD secara nyata berubah pengelolaan keuangan menjadi swadana,
dimana segala biaya menyangkut operasional rumah sakit tidak sepenuhnya di
anggarkan dalam APBD. Dengan demikian, RSUD dituntut secara aktif dan mandiri
mengelola keuangannya sendiri.Menempati lahan seluas 37.873 M2 dengan luas
bangunan sebesar 11.138 M2, RSUD terus mengalami perluasan bangunan sampai
dengan tahun 2009.
Penelitian dilakukan dengan evaluasi terhadap sistem informasi billing dengan
menggunakan kuesioner yang dianalisis dengan pemodelan persamaan struktural
(Structural Equation Modelling) dengan dua macam model persamaan struktural, yakni
SEM berbasis kovarian (covariance based) dan SEM berbasis komponen atau varian
(component based) yang populer dengan Partial Least Square (PLS). Sebagai responden
penelitian adalah operator biling sistem (34 orang).
Sebanyak 8 hipotesis berdasarkan Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan
McLean diajukan, dan kemudian 5 di antaranya terbukti secara empiris.
Hipotesis Model 1 Model 2 H1: Kualitas informasi persepsian (Perceived information quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan penggunanya (user satisfaction)
Didukung (p ≤ 0,001)
Didukung (p ≤ 0,001)
H2: Kualitas sistem persepsian (Perceived system quality) berpengaruh positif terhadap kepuasan penggunanya (user satisfaction).
Didukung (p ≤ 0,001)
Didukung (p ≤ 0,001)
H3: Kualitas informasi persepsian (Perceived information quality) berpengaruh positif terhadap penggunaannya (use)
Tidak didukung
Tidak didukung
H4: Kualitas sistem persepsian (Perceived system quality) berpengaruh positif terhadap penggunaannya (use)
Didukung (p ≤ 0,001)
Didukung (p ≤ 0,001)
6
Hipotesis Model 1 Model 2 H5a: Kepuasan pengguna sistem infomasi (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap penggunaannya (use)
Tidak didukung
-
H5b: Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap kepuasan pengguna (user satisfaction)
-
Tidak didukung
H6: Penggunaan (use) berpengaruh positif terhadap dampak individu (individual impact)
Tidak didukung
Tidak didukung
H7: Kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh positif terhadap dampak individu (individual impact)