Top Banner
1 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1 BAB I DIENUL ISLAM DAN ASPEK – ASPEKNYA A. Pengertian Dienul Islam Di dalam mempelajari hukum Islam dengan benar dan baik, maka terlebih dahulu kita harus mengerti tentang Dienul Islam ( Agama Islam ). Sebab hukum Islam merupakan salah satu aspek yang terkandung di dalamnya dan sangat erat kaitan dan hubungannya. Untuk mempelajari Dienul Islam itu, maka perlu kita ketahui lebih dahulu tentang pengertian “Dien” dan agama. Kata “Dien” yang berasal dari bahasa Arab itu berarti “agama” atau ada arti lain atau keduanya mempunyai pengertian yang sama atau ada perbedaannya. Dien sering dan bahkan diterjemahkan dengan arti agama, padahal kata agama di dalam bahasa Arab tidak dikenal. Agama berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu : a dan gama. A artinya “ tidak “ dan gama artinya “ kacau”. Jadi, “ agama “ artinya : “tidak kacau” . Dien yang berasal dari bahasa arab yang berarti :” hukum, jalan “ ( Muhammad Idris Ar Nabawi, hal. 215 ). Kata agama dapat searti dengan kata addin, apabila kata itu berdiri sendiri.(Drs.Nasruddin Razak,1972,hal.65) .Kata Dien di dalam Al Qur’an dirangkaikan dengan “Allah” dan “Al haq”, sehingga menjadi “ dienullah dan dienul haq “ yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti : hukum atau jalan yang datangnya dari Allah dan jalan atau hukum yang benar. Namun demikian, kelaziman yang dipakai di dalam bahasa kita ( Indonesia ) dien diartikan dengan agama dan inilah yang popular. Selanjutnya bila kata dien itu dirangkaikan dengan kata Islam, maka ia menjadi kalimat : dienul Islam “ yang tepat agama islam dan Islam atau hukum Islam ( aturan Islam ).Secara terminology kata “ agama “ sama dengan peristilahan “ religion “ ( bahasa inggris ) atau dalam istilah bahasa Indonesia dengan sebutan “ religi “.Dalam hubungan ini Drs. Sidi Gazalba memberikan definisi bahwa religi adalah kepercayaan pada dan hubungan manusia dengan yang kudus, dihayati 2 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1 sebagai hakikat yang ghaib, hubungan mana yang menyatakan diri dalam bentuk serta system kultus dan sikap hidup, berdasarkan doktrin tertentu ( Drs. Sidi Gazalba, hal. 22 ). Kata “ Islam “berasal dari bahasa arab, secara etimologi dari asal kata “ salima “ yang berarti : “ selamat sentosa “. Dari asal kata ini dibentuk kata “ aslama “ yang mengandung arti : memeliharakan
66

Diktat Hukum Islam

Jun 26, 2015

Download

Documents

Setiawan Bidam
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Diktat Hukum Islam

1 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

BAB I

DIENUL ISLAM DAN ASPEK – ASPEKNYA

A. Pengertian Dienul Islam Di dalam mempelajari hukum Islam dengan benar dan baik, maka terlebih dahulu kita harus mengerti tentang Dienul Islam ( Agama Islam ). Sebab hukum Islam merupakan salah satu aspek yang terkandung di dalamnya dan sangat erat kaitan dan hubungannya. Untuk mempelajari Dienul Islam itu, maka perlu kita ketahui lebih dahulu tentang pengertian “Dien” dan agama. Kata “Dien” yang berasal dari bahasa Arab itu berarti “agama” atau ada arti lain atau keduanya mempunyai pengertian yang sama atau ada perbedaannya. Dien sering dan bahkan diterjemahkan dengan arti agama, padahal kata agama di dalam bahasa Arab tidak dikenal. Agama berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu : a dan gama. A artinya “ tidak “ dan gama artinya “ kacau”. Jadi, “ agama “ artinya : “tidak kacau”. Dien yang berasal dari bahasa arab yang berarti :” hukum, jalan “ ( Muhammad Idris Ar Nabawi, hal. 215 ). Kata agama dapat searti dengan kata addin, apabila kata itu berdiri sendiri.(Drs.Nasruddin Razak,1972,hal.65) .Kata Dien di dalam Al Qur’an dirangkaikan dengan “Allah” dan “Al haq”, sehingga menjadi “ dienullah dan dienul haq “ yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti : hukum atau jalan yang datangnya dari Allah dan jalan atau hukum yang benar. Namun demikian, kelaziman yang dipakai di dalam bahasa kita ( Indonesia ) dien diartikan dengan agama dan inilah yang popular. Selanjutnya bila kata dien itu dirangkaikan dengan kata Islam, maka ia menjadi kalimat : dienul Islam “ yang tepat agama islam dan Islam atau hukum Islam ( aturan Islam ).Secara terminology kata “ agama “ sama dengan peristilahan “ religion “ ( bahasa inggris ) atau dalam istilah bahasa Indonesia dengan sebutan “ religi “.Dalam hubungan ini Drs. Sidi Gazalba memberikan definisi bahwa religi adalah kepercayaan pada dan hubungan manusia dengan yang kudus, dihayati

2 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

sebagai hakikat yang ghaib, hubungan mana yang menyatakan diri dalam bentuk serta system kultus dan sikap hidup, berdasarkan doktrin tertentu ( Drs. Sidi Gazalba, hal. 22 ). Kata “ Islam “berasal dari bahasa arab, secara etimologi dari asal kata “ salima “ yang berarti : “ selamat sentosa “. Dari asal kata ini dibentuk kata “ aslama “ yang mengandung arti : memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa, menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat “. Dari kata aslama itulah selanjutnya yang menjadi pokok kata islam. Dalam kaitan ini maka orang yang menyatakan dirinya masuk islam atau menganut ajaran islam, dinamakan “ muslim “. Bila dihubungkan dengan pengertian di atas, maka muslim berarti orang yang menyatakan dirinya patuh, taat dan menyerahkan dirinya kepada Allah SWT. Dengan melakukan aslama, maka orang itu akan terjamin keselamatan hidupnya di dunia maupun di akhirat kelak. Demikian tinjauan pengertian secara etimologis tentang “ Dien, Agama dan Islam “. Berikut kita pahami pengertian Islam secara terminologis.Islam adalah addin ( agama ) yang diturunkan Allah SWT melalui para Nabi dan Rasul Nya sejak Nabi Adam,AS sampai dengan Nabi dan Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW. Penamaan addin itu sendiri ( Islam ) langsung diberikan oleh Allah SWT, berbeda halnya dengan agama – agama yang ada di dunia ini dimana penamaannya diberikan berlalu masa orang yang melahirkannya, seperti agama Zoroaster di Parsi, agama Budha ( Budhisme ) berasal dari nama “ Gautama Budha “, Yahudi ( Yudaisme ) diambil dari nama yuda ( yudea ) dan lain – lainnya. Dienul Islam adalah satu – satunya addien yang diturunkan Allah SWT dan yang diakui serta dibenarkan oleh Allah SWT sebagai pencipta alam semesta yang sesungguhnya ia sebagai addien ( agama ) sepanjang sejarah manusia. Artinya, Islam adalah agama seluruh para Nabi dan Rasul utusan Allah SWT yang dibawa dan disampaikan secara estafet dari satu generasi ke generasi selanjutnya yang paripurnanya pada Nabi dan Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW. Di dalam Al Qur’anul Kariem dinyatakan oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa tentang agama ( addien ) yang dibawa dan disampaikan oleh para Nabi dan Rasul, seperti Nabi Adam, AS, Nabi Ibrahim, Nabi Nuh, Nabi Ya’kub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman,

Page 2: Diktat Hukum Islam

3 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

dan Nabi Isa, As yang dapat kita lihat dan dibaca pada : Surah Al Hajj ( 22 ) ayat 72, surah Al Baqarah ( 2 ) ayat 132, surah Ali Imran ( 3 ) ayat 67, surah Yusuf ( 12 ) ayat 101, surah An Naml ( 27 ) ayat 29 – 31 dst. Diturunkannya Islam secara estafet sejak dari Nabi Adam, As dan dilanjutkan oleh para Nabi dan Rasul berikutnya untuk diajarkan kepada manusia adalah dalam ilmu Allah SWT dan Dia lah yang menghendakinya. Namun demikian dapat dipikirkan bahwa Islam itu diturunkan kepada umat manusia yang disesuaikan dengan keadaannya. Dari periode ke periode berikutnya syari’at Islam semakin disempurnakan dan yang terakhir sampai pada Nabi Muhammad SAW. Lengkap dan sempurnanya Islam yang diajarkan kepada umat manusia dapat dibuktikan dengan lengkap dan sempurnanya ajaran Islam yang tertuang di dalam kitab suci Al Qur’an yang sejak diturunkan sampai sekarang dan yang akan dating terjamin dan dijamin eksisnya serta kemurniannya. Hal ini dapat dipahami karena Allah SWT sendiri yang menyatakannya demikian sebagaimana firman Nya yang tercantum pada surah Al Hijr ( 15 ) ayat 9 yang artinya sebagai berikut : “ Sesungguhnya Kami ( Allah SWT ) telah menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami tetap menjaganya”. Pengertian Islam dapat ditinjau dari dua segi, yaitu pengertian secara umum atau luas dan pengertian secara khusus. Pengertian Islam secara umum atau luas sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu. Sedangkan pengertian Islam secara khususnya maksudnya adalah pengertian tentang “ Islam “ yang dibawa dan disampaikan oleh Nabi dan Rasul terakhir Muhammad SAW. Adapun pengertian Dienul Islam secara khusus adalah addien yang dibawa ( disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW yang diturunkan Allah SWT dan yang tercantum di dalam Al Qur’an serta yang tersebut pada sunah yang shahih ( benar ) berupa perintah – perintah, larangan – larangan dan petunjuk – petunjuk untuk perbaikan dan keselamatan manusia dan di akhirat kelak.Dari batasan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

4 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

1. Sumber dari ajaran islam adalah Al Qur’an dan Sunnah yang shahih;2. Isi dan kandungan ajaran islam adalah berupa perintah – perintah,

larangan – larangan dan petunjuk – petunjuk;3. Maksud dan tujuan dari Islam adalah untuk perbaikan dan

keselamatan manusia di dunia dan di akhirat kelak.

Jadi, datang dan diturunkannya islam oleh Allah SWT bukan untuk merusak dan menghancurkan umat manusia, akan tetapi Islam datang untuk keselamatan dan sebagai rahmat bagi alam semesta. Diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk menerima tuntunan Allah dengan firmanNya yang terantum di dalam Al Qur’an pada surah An-Nisa ayat 107 yang artinya sebagai berikut : “ Tidaklah Kami utus engkau hai Muhammad, melainkan untuk membawa rahmat bagi sekalian alam.”Dari pengertian tentang Islam di atas dapat dipahami, bahwa untuk tercapainya tujuan dimaksud maka ajaran ajaran Islam mengatur tentang hal-hal yang bersangkut paut dengan masalah duiawi dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah ukhrawi. Jelasnya Ajaran Islam ter Intikan pada :Pertama : Ajaran yang mengatur hubungan manusia sesamanya dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya. Dalam bahasa Al Qur’an disebut “hablun minan nass “.Karena itu Islam mempunyai sistem tentang sosial, ekonomi, politik,seni budaya, perkawinan, harta pusaka, jihad, perang dan damai hubungan internasional dan sebagainya.Kedua : Ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan tuhan penciptanya, di dalam Al Qur’an disebut “hablun minallah.” Sebab itu Islam mengatur tentang sistem atau cara keimanan atau kepercayaan kepada tuhan Allah, sistem penyembahan yang merupakan sebagai hubungan vertical.Sistem iman dituangkan didalam ketentuan yang telah dirumuskan di dalam rukun rukun Iman, sedangkan system penyembahan dikenal dengan rukun rukun islam.Dengan demikian terlihat dan tergambar bahwa islam tidak hanya mengatur satu system saja (vertical) akan tetapi ajarannya menjangkau dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun atas dasar ini pulalah yang membedakan secara essensial antara islam dengan agama-agama lainnya.

Page 3: Diktat Hukum Islam

5 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

1. Aspek – Aspek Ajaran Islam Apabila kita cermati dengan teliti, maka ajaran islam yang intinya seperti disebutkan di atas, tergambarlah bahwa didalam ajaran islam itu mengandung dua aspek, yaitu :a. Akidah Keimanan;b. Amal atau Ibadah.

Sayid Sabiq dalam tulisan beliau mengemukakan bahwa keimanan itu merupakan akidah dan pokok yang di atasnya berdiri syariat islam. Kemudian dari pokok itu keluarlah cabang-cabangnya. Perbuatan itu merupakan syariat dan cabang-cabang dianggap sebagai buah yang keluar dari keimanan serta akidah itu. Antara keimanan dan amal atau akidah dan syariat keduanya memunyai hubungan yang amat erat . Karena itu amal perbuatan selalu disertakan penyebutannya dengan keimanan dalam sebagian besar ayat – ayat Al Qur’an Karim. Dalam hubungan ini pula Prof. Dr. Syekh Rahmod Syaltout menyebutkan bahwa aspek aspek atau unsur unsur didalam ajaran islam itu ada 2 yaitu, aspek akidah dan syari’ah terdiri dari aspek ibadah dan aspek muamalah.Ny. Sumiyati M.G.SH dalam kutipannya menyebutkan bahwa aspek aspek ajaran islam itu ada tiga, yaitu :a. Bagian yang bertalian dengan akidah / keimanan.b. Bagian yang bertalian dengan pendidikan dan perbaikan moral.c. Bagian yang menjelaskan tentang amal perbuatan manusia.

Ny. Sumiyati M.G.SH dalam kutipannya menyebutkan bahwa aspek aspek ajaran islam itu ada tiga, yaitu :a. Bagian yang bertalian dengan akidah.b. Bagian yang bertalian dengan pendidikan moral dan perbaikan

akhlak.c. Bagian yang menjelaskan tentang amal perbuatan manusia.

Sebenarnya mengklasifikasikan apa yang disebutkan oleh Prof. Dr. Syeh Mahmod Syaltout dengan apa yang dinyatakan oleh Ny.

6 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Sumiyati M.G.SH tidak berbeda, sebab aspek syariat itu terdiri dari ajaran pada aspek tersebut mengarah pada sasaran pembentukan akhlak yang mulia. Dala sebuah sabda Nabi Muhammad SAW menyatakan yang artinya : “ Tidaklah aku di utus melainkan untuk memperbaiki akhlak manusia. Dan akhlak atau perilaku itu sendiri dapat dijabarkan atau dirinci akhlak terhadap Allah SWT sebagai Al Khaliq ( Pencipta ) dan akhlak terhadap sesame manusia serta terhadap lingkungan alam sekitarnya. Akhlak terhadap Allah SWT makasudnya bagaimana manusia itu bertingkah laku didalam mengimani kepada Allah SWT sebagai pencipta alam semesta ini ( termasuk manusia ) yang selanjutnya bagaimana perilaku manusia di dalam mewujudkan penyembahan dan pengabdian kepadaNya. Akhlak atau perilaku di dalam mengimani Allah SWT diatur dalam ketentuan yang disebut dengan “ Rukun – Rukun Iman “.

2. Rukun – Rukun ImanAspek atau unsur pertama dari tuntutan dan ajaran islam adalah bidang .yang berhubungan dengan masalah keimanan atau kepercayaan. Ada baiknya kalau lebih dahulu memahami tentang pengertian ‘rukun’ sebelum pembahasan tentang iman itu sendiri. Rukun berasal dari bahasa Al Qur’an ( bahasa arab ) yang artinya “ bagian yang inhern atau bagian yang tidak terpisahkan, “ jama “ dari kata rukun dalah ‘Arkan’ artinya bagian bagian yang inhern atau bagian bagian yang tidak terpisah pisahkan antara satu dengan lainnya.Selanjutnya perlu pula dimengerti tentang ‘iman’ itu sendiri, sebab kata tersebt juga berasal dari bahasa arab. Iman secara harfiah diartikan kepercayaan. Dan lahirnya suatu kepercayaan tentulah diawali dengan keyakianan.Pengertian ‘ Iman ‘ dapat dipahami secara umum ( luas ) dan khusus atau sempit.Pengertian ‘ Iman ‘ dapat dipahami secara umum ( luas ) adalah keyakianan yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan dengan lisan ( ucapan ) dan diwujudkan dengan amal perbuatan.Sedangkan pengertian iman secara sempit ( khusus ) adalah kepercayaan ( iman ) kepada Allah Yang Maha Esa, iman

Page 4: Diktat Hukum Islam

7 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

kepada Malaikat-malaikatnya, iman kepad Kitab-kitabnya, iman kepada Rasul-rasulnya, iman kepada hari akhirat dan iman kepada qadla dan qadar. Inilah pokok pokok keimanan yang harus di percayai dan di yakini oleh setiap muslim yang di sebut “Rukun – Rukun Iman “. Berikut akan diuraikan masing – masing rukun secara singkat atau garis besarnya saja. Hal ini dimaksudkan karena amat erat kaitannya dengan masalah hukum yang menjadi pokok dalam uraian ini. Iman adalah landasan dan dasar yang amat fundamental di dalam penetapan suatu hukum penerapan dan pengembangannya. a. Iman Kepada Allah SWT

Hukum percaya adanya Allah SWT sebagai satu satunya tuhan adalah wajib bagi setiap manusia lebih lebih lagi bagi orang yang telah menyatakan dirinya islam yang disebut dengan muslim. Beriman atau percaya Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa di awali dengan adanya keyakinan. Bahwa alam semesta ini yang tunduk kepada aturan hukum yang kokoh, rapi dan sempurna terjadi dengan sendirinya, tanpa ada yang menciptakannya. Akal dan jiwa yang sehat tentu akan menolaknya pendapat dan pandangan yang demikian. Untuk memahami wujud atau adanya Allah Tuhan Yang Maha Esa dapat dilakukan melalui pemahaman dan pengkajian terhadap adanya alam semesta ini sebagai hasil ciptaanNya, mengkaji dan memahami tentang sifat – sifatnya atau mengkaji tentang wahyu – wahyuNya yang telah diturunkan dan diterima serta disampaikan oleh Nabi dan Rasul Muhammad SAW. Ibnu Rusyd seorang ulama dan intelektual muslim mengemukakan bahwa di dalam usaha membuktikan wujud Allah atau adanya Allah SWT menggunakan dua macam dalil yang dinamakan “ dalil inayah dan dalil ikhtira “. Dalil Inayah adalah teori yang mengarahkan manusia agar mampu mengkaji “ wujud Allah SWT “ melalui penghayatan dan pemahaman “ manfaat alam untuk manusia”. Hasil penelitian ilmiah yang mendalam berkesimpulan bahwa alam ini sesuai dengan keperluan hidup manusia dan makhluk – makhluk

8 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

lainnya. Persesuaian manfaat ini tidak mungkin terjadi secara kebetulan.Sedangkan “ dalil ikhtira “ ialah teori yang mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujud Allah Tuhan Yang Maha Esa melalui penghayatan dan pemahaman keserasian dan keharmonisan aneka ragam alam ( Drs. Umransyah Alie, 1987, hal. 71). Demikian pula dengan mengkaji dan memahami sifat Allah SWT, misalnya Allah itu Maha Pengasih terhadap makhluk yang diciptakanNya dengan menyediakan segala sesuatu untuk keperluan hidup, khususnya bagi manusia. Manusia dikasih air yang diturunkan dari langit sehingga tumbuh tumbuhan hidup dengan subur dan buahnya untuk manusia. Allah menjadikan sungai – sungai, laut, danau dan daratan serta segala yang ada padanya, semua untuk manusia. Inilah di antaranya sebagai bukti bahwa Allah itu Maha Pengasih. Karena itu sangat wajar dan pantas bahwa manusia beriman dan percaya kepadaNya sebagai satu – satu tuhan yang wajib diimani dan disembah. Dialah Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa pada Dzat Nya, sifat Nya dan Esa pada perbuatanNya ( ciptaanNya). Allah SWT yang menciptakan, Dia pula yang menjaga dan mengaturNya, tidak ada tuhan lain sebagai sekutu (Syarikat Nya). Agama kepercayaan dan keyakinan bahwa ada tuhan selain Allah SWT meminta, perlindungan serta menyembah Nya, maka hukumnya adalah sirik. Perbuatan syirik adalah dosa besar yang tidak diampuni Allah SWT berdasarkan firmanNya yang tercantum pada surah An Nisa ( 4 ) ayat 48 yang artinya sebagai berikut : “ sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni perbuatan syirik, tetapi Dia akan mengampuni selain daripada itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Dan barangsiapa mempersekutukan Allah ( syirik ), maka sesungguhnya dia telah membuat dosa besar “. Beriman dengan Allah – Tuhan Yang Maha Esa berarti tunduk dan patuh terhadap “ Hukum Allah “ yang telah diciptakanNya sebagai aturan hidup bagi manusia untuk keselamatan dan kesejahtraan serta kebahagiaan manusia

Page 5: Diktat Hukum Islam

9 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

itu sendiri baik di dunia ini maupun di hari akhirat nanti. Karena itu Allah mengingatkan kepada manusia dan orang – orang yang beriman kepada Nya dengan firman sebagai berikut :1) Artinya :……..dan barangsiapa tidak berhukum dengan apa

yang telah diturunkan Allah ( Al Qur’an), maka mereka itulah orang – orang yang fasiq ( surah Al Maidah ( 5 ) ayat 47

2) Artinya :………dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka itulah orang – orang zhalim ( aniaya ). Surah Al Maidah : 44

3) Artinya :……..dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang telah diturunkan Allah, maka mereka itulah orang – orang yang kafir / ingkar ( surah Al Maidah : 45 )

Hanya dengan iman yang benar dan tauhid yang lurus, hukum – hukum Allah SWT itu dapat dijalankan dengan baik, karenanya iman dan doktrin tauhid sangat besar dan penting peranannya dalam kehidupan.

b. Iman Kepada MalaikatMalaikat adalah salah satu makhluk yang diciptakan Allah SWT di antara makhluk hidup lainnya. Berdasarkan Hadist Nabi SAW yang diriwayatkan dari Aisyah (istri Rasulullah SAW), bahwa malaikat diciptakan Allah SWT dari Nur atau Cahaya. Malaikat adalah makhluk gaib yang wajib dipercayai ( diimani ) keberadaannya, karena semata – mata melaksanakan perintah Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Asal kata malaikat adalah “ malak “, jama’nya malaaika. Akan katanya adalah “ a’ laka atau “a’luuka “ yang berarti : risalah atau menyampaikan pesan ( Prof. Dr. Zakiah Darajat, dkk: 1984, hal 10 ). Beriman atau percaya kepada malaikat merupakan rukun iman yang kedua setelah iman kepada Allah SWT. Apabila kita telah menyatakan iman kepada Allah SWT, maka dengan sendiri kita beriman pula dengan apa yang diperintahkanNya seperti beriman kepada malaikat – malaikatNya. Pengetahuan kita tentang malaikat

10 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

hanya semata – mata berdasarkan wahyu Allah SWT yang tertuang di dalam Al Qur’an dan didasarkan atas keterangan Rasulullah SAW di dalam hadistnya. Kita sebagai manusia biasa tidak akan mampu untuk melihatnya, karena malaikat berada di luar alam insane. Kecuali bagi Nabi dan Rasul Allah yang dapat bertemu dan melihat malaikat, khususnya malaikat yang bertugas menyampaikan wahyu – wahyu Allah, seperti malaikat Jibril, As, yang atas kehendak Allah malaikat tersebut dapat berubah bentuk menyerupai manusia. Pernyataan ini didasarkan atas firman Allah SWT yang tercantum pada Al Qur’an surah Maryam ayat 16 dan 17, surah Hud ayat 69 – 83 dan demikian pula keterangan – keterangan dari Rasulullah SAW. Selanjutnya untuk diketahui bahwa sifat dan tabiat malaikat tidak sama dengan manusia dan demikian pula dengan iblis atau syaitan. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan Allah dengan tabiat atau pembawaan patuh dan tunduk serta taat terhadap perintah Allah. Malaikat sebagai makhluk yang diciptakan Allah mempunyai tugas yang diberikan Allah seperti menyampaikan wahyu Allah kepada Nabi dan Rasul, mencabut roh manusia, mencatat perbuatan manusia, menjaga surga dan neraka, menanya manusia yang berada di dalam kubur dan sebagainya. Kaitan dan hubungannya masalah keimanan, terhadap malaikat dengan masalah hukum islam yang menjadi pokok bahasannya adalah bahwa malaikat sebagai makhluk yang diciptakan Allah dengan pembawaannya / qudratnya merupakan makhluk yang patuh, tunduk dan taat terhadap hukum islam dan aturan – aturan yang ditetapkan Allah tanpa melalui perjuangan melawan godaan iblis / syaitan dan hawa nafsu. Berbeda hal nya dengan manusia, karena ciptaanNya, manusia harus berjuang dengan segenap tenaga dan jiwanya melawan hawa nafsu dan memerangi ajakan dan godaan iblis / syaitan, untuk melaksanakan perintah – perintah Allah dan hukum – hukum / aturan – aturan yang telah ditetapkanNya. Kemenangan dan keberhasilan yang diperoleh manusia dengan perjuangan tersebut, derajar, harkat dan martabat manusia lebih mulia dari malaikat. Manfaat yang diperoleh dari “

Page 6: Diktat Hukum Islam

11 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

keimanan kepada malaikat “ adalah bahwa perilaku kita manusia di dalam menjalankan dan melaksanakan hukum – hukum Allah SWT berada di bawah pengawasan malaikat yang ditugaskan Allah – Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dengan keyakinan tersebut kita lebih berhati – hati dan mawas diri jangan sampai melanggar terhadap hukum dan aturan yang telah ditetapkan.

c. Iman Kepada Nabi dan Rasul Allah Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan yang ditetapkan Tuhan – Allah yang menerima wahyu – wahyu Allah yang selanjutnya diajarkan dan disampaikan kepada umat manusia. Beriman kepada Nabi dan Rasul Allah berarti mempercayai dan meyakini bahwa Allah SWT telah memilih dan menunjuk / menetapkan di antara manusia menjadi utusanNya dengan tugas dan kwajiban menerima wahyu – wahyu Allah yang selanjutnya diajarkan dan disampaikan kepada manusia sebagai hamba – hamba Allah di dalam memimpin mereka ke jalan yang lurus dan benar untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Kata “ nabi “ berasal dari kata “ naba “ yang berarti : “ pemberitahuan yang besar faedahnya ( kegunaannya ). Pengertian ini dapat dipahami secara rasional, karena seorang nabi yang tugasnya menerima wahyu Allah yang berisi tentang hukum – hukum yang mengatur kehidupan manusia sangat banyak manfaat ( faedahnya ) bagi manusia di dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia ini maupun di akhirat nanti. Nabi dalam istilah ini sama pengertiannya dengan rasul, yaitu manusia yang dipilih Allah untuk menerima dan mendapatkan wahyu. Di kalangan ulama ada yang membedakan pengertian antara nabi dengan rasul. Nabi mendapatkan wahyu tetapi tidak wajib menyampaikan ajaran kepada seluruh umat manusia, sedangkan rasul, menerima wahyu dan wajib menyampaikan dan mengajarkannya kepada seluruh umat manusia. Perbedaan pada sisi lain adalah bahwa nabi tidak membawa syari’at baru sedangkan rasul kedatangannya membawa syari’at yang baru. Diutusnya Nabi dan Rasul adalah untuk memimpin umat manusia ke jalan yang benar

12 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

dan lurus, sesuai dengan aturan – aturan dan hukum – hukum Allah SWT. Mengapa Allah SWT yang membuatkan aturan – aturan / hukum bagi manusia? Dan bagaimana aturan / hukum yang dibuat oleh manusia? Allah SWT yang menciptakan manusia dan menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi ini dengan tugas mengelolanya dan ditetapkanNya bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah / mengabdikan diri kepada Nya, maka diciptakanNya pula aturan – aturan / hukum – hukum di dalam melaksanakan tugas kekhalifahan tersebut dan cara – cara pengabdian kepada Nya. Karena Allah SWT sebagai Pencipta Maha Mengetahui dan Maha Mengerti tentang diri manusia sebagai hasil ciptaanNya, maka Dia pula lah yang Maha Mengerti tentang aturan yang bagaimana yang harus dilaksanakan oleh manusia. Untuk menyampaikan dan mengajarkan serta memimpin manusia agar sejalan dengan aturan – aturan dan hukum – hukum yang telah diciptakanNya, Allah memilih dan menetapkan utusan / rasulNya yang diambil dari kelompok umat manusia itu sendiri. Sepanjang sejarah manusia tidak pernah Allah SWT mengirimkan utusanNya dari malaikat atau dari jin. Manusia yang dipilih dan terpilih sebagai nabi dan rasul Allah mempunyai ciri dan sifat – sifat khusus atau istimewa melebihi dari sifat – sifat manusia biasa. Namun demikian nabi dan rasul sebagai manusia dan hamba Allah tidak lepas dari sifat – sifat kemanusiaan pada umumnya, seperti makan , minum, tidur, bekerja, mati dan sebagainya. Kekhususan dan keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi atau Rasul sebagai manusia pilihan yang berfungsi menerima wahyu dan mengajarkanya kepada umat manusia lazim disebut dengan istilah “ mu’jizat “ sebagai bukti akan kebenaran dirinya sebagai Nabi dan Rasul. Disampaikan Nabi dan Rasul memiliki sifat – sifat istimewa yaitu : Pertama, sifat benar ( shiddiq ), maksudnya seorang nabi dan rasul selalu benar dalam ucapannya dan benar dalam perilakunya. Sebab sebagai panutan manusia yang diwajibkan untuk mengikutinya, maka mustahil seorang nabi dan rasul berkata dusta dan berperilaku yang tidak

Page 7: Diktat Hukum Islam

13 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

benar.Kedua, sifat amanah atau dipercaya, maksudnya seorang nabi atau rasul wajib memiliki kejujuran atau amanah terhadap manusia yang dipimpinnya, lebih – lebih lagi terhadap tuhan. Sebab wahyu yang diterima nya adalah amanah yang wajib disampaikan kepada manusia, sekalipus harus ditebus dengan jiwa dan raganya.Ketiga, sifat tabligh atau menyampaikan, maksudnya seorang Nabi atau Rasul yang telah ditetapkan Allah SWT sebagai utusannya diwajibkan untuk menyampaikan segala perintah Allah atau larangan yang telah diterimanya kepada umat manusia walaupun harus melalui segala pengorbanan dan perjuangan. Yang benar harus disampaikan dan dinyatakan benar dan yang salah harus dikatakan salah.Keempat, sifat fathanah, yaitu kecerdasan, maksudnya seorang rasul wajib memiliki kecerdasan, ketajaman pikiran, kemampuan berpikir yang tinggi terutama di dalam mengemukakan argumentasi – argumentasi atau keterangan – keterangan tentang apa yang disampaikan secara jitu dan tepat sehingga manusia dapat mengerti dan memahami serta mengakui akan kebenarannya. Adalah suatu hal yang amat mustahil bila seorang Nabi atau Rasul itu bodoh, kurang waras, tidak cerdas apalagi kalau gila. Disamping itu dilihat dari sudut materiil jasmaniah para nabi dan rasul memiliki kesempurnaan fisik, berasal dari keturunan yang terhormat dan mulia, mempunyai bentuk tubuh dan wajah yang menarik. Artinya para nabi atau rasul itu tidak mempunyai cacat fisik jasmaniah sehingga memungkinkan manusia menghindar daripadanya. Adapun jumlah Nabi – nabi dan rasul – rasul tidak diketahui secara pasti, namun yang jelas tersebut di dalam Al Qur’anul Karim sebanyak 25 ( dua puluh lima ) orang. Delapan belas nama dari 25 orang nabi / rasul itu tercantum pada surah al an’am ( 6) ayat 83 – 86. Mereka itu adalah Ibrahim, Ishaq, Ya’kub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa,Harun, Zakariya, Yahya, Isa, Ismail, Ilyas, Yunus dan Luth. Sedangkan 7 orang lainnya disebutkan pada Al Qur’an dengan tidak berurutan pada satu surah. Mereka itu adalah :” Adam, Idris, Shaleh, Syu’aib, Hud, Dzulkifli, dan Muhammad SAW. Diantara nabi – nabi dan rasul –

14 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

rasul sejak nabi adam, as dan seterusnya, maka sebagai nabi dan rasul penutup adalah nabi Muhammad saw. Diutusnya Muhammad saw sebagai nabi dan rasul terakhir di saat manusia berada di tepi jurang kehancuran baik di bidang moral – tingkah laku maupun di bidang akidah keimanan kepada allah. Syariat atau ajaran agama yang disampaikan oleh nabi – nabi dahulu sebelum nabi Muhammad saw yang mengajarkan tentang pentauhidan kepada tuhan (allah swt ) telah diganti dengan syirik, penyembahan dan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa diganti dengan penyembahan terhadap patung – patung dan berhala – berhala. Hukum yang berlaku tidak lagi bersumberkan kepada ajaran agama, tetapi berdasarkan kepada siapa yang berkuasa. Karena itulah Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang mengutus Nabi dan Rasulnya Muhammad saw untuk menyelamatkan hamba – hambanya dari kancah kehancuran. Drs. Nasrudin Razak dalam bukunya yang berjudul “ Dienul Islam “ mengemukakan ada tiga sebab segera datangnya seorang rasul yang berfungsi secara universal untuk menyelamatkan kehidupan manusia. Ketiga sebab itu adalah :1) Ajaran rasul terdahulu tidak / belum sempurna, karenanya perlu

perbaikan dan penyempurnaan yang mampu mengatur secara universal ;

2) Ajaran rasul – rasul terdahulu telah banyak yang hilang atau dihilangkan karenanya perlu pengungkapan kembali tentang kecurangan – kecurangan yang telah terjadi dan yang benar dihidupkan kembali;

3) Bahwa rasul – rasul terdahulu diutus hanya kepada bangsa tertentu, karena nya perlu ada seorang rasul yang risalahnya untuk seluruh umat manusia, tugas internasional.

Dalam hubungan inilah nabi Muhammad saw diutus Allah SWT sebagai rasulNya yang terakhir untuk menerima risalah Islamiyah yang lengkap dan sempurna dan selanjutnya diajarkan disampaikan kepada seluruh umat manusia. Sebagai nabi dan rasul terakhir, nabi

Page 8: Diktat Hukum Islam

15 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Muhammad saw diberikan beberapa keistimewaan yang membedakannya dengan yang sebelumnya. Beberapa keistimewaan itu adalah sebagai berikut :

1) Beliau adalah nabi dan rasul terakhir, berarti tidak ada nabi dan rasul sesudahnya. Sebagaimana yang dinyatakan Allah SWT dengan firmannya yang tercantum pada surah Al Ahzab ayat 40 yang artinya “ Muhammad itu bukanlah bapak salah seorang dari pada kamu, akan tetapi dia adalah salah seorang rasul Allah dan penutup segala nabi “.

2) Risalah yang diterima beliau adalah syari’at yang lengkap dan sempurna yang mampu menjawab tantangan segala zaman buat memimpin manusia di dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahtraan lahir dan batin, dunia dan akhirat.

3) Karena beliau adalah nabi dan rasul terakhir, maka jelas risalah yang dibawa beliau juga bersifat universal, artinya risalah yang disampaikan beliau berlaku bagi setiap manusia, tempat dan zaman.

4) Beliau diberikan mu’jizat yang besar yang tidak ada tandingannya yaitu kitab suci Al Qur’an sebagai sumber dari segala sumber ajaran islam dan hukum islam dan yang dijamin kemurniannya oleh Allah SWT sejak diwahyukan sampai akhir zaman. Tidak ada satu kitab pun di dunia ini seperti kitab suci Al Qur’an.

5) Di antara para nabi dan rasul itu disamping mempunyai tugas yang sama yaitu menyampaikan risalah tauhid, juga sebagian dilebihkan allah dari sebagian lainnya. Nabi Muhammad saw adalah termasuk di antara lima rasul yang di sebut. Rasul-rasul yang terkenal keras kemampuan dan cita-cita. Kesempurnaan dar jaran islam yang dibawa dan disampaikan Nabi Muhammad SAW dapat kita lihat dari pernyataan Allah SWT dengan firmanNya yang tercantum pada Al Qur’an pada surah Al Maidah ayat 3 yang artinya : “Pada hari ini telah Aku ( Allah )

16 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

sempurnakan agamamu dan aku cukupkan nikmatku dan aku ridha islam itu agamamu.”

6) Pada setiap muslim diwajibkan “ beriman “ kepada semua nabi dan rasul allah, tidak semata – mata beriman kepada nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir, berbeda halnya dengan penganut agama lain yang hanya percaya atau beriman kepada nabi mereka saja. Keimanan disini dalam arti bahwa setiap muslim wajib beriman dan percaya serta membenarkan adanya nabi dan rasul yang pernah diutus Allah.

d. Beriman kepada kitab AllahBeriman kepada kitab – kitab yang diturunkan allah merupakan realisasi dari iman kepada allah dan rasulnya serta malaikatnya. Malaikat adalah utusan allah pembawa dan penyampai risalah tuhan kepada para rasul. Risalah tuhan adalah wahyu – wahyu allah yang mengandung perintah – perintah, larangan – larangan dan anjuran – anjuran yang menjadi petunjuk di dalam kehidupan manusia.Wahyu – wahyu yang diterima para rasul itu ada yang berbentuk “ shuhuf dan ada pula yang berbentuk kitab”. Shuhuf bentuk jamak dan mufradnya adalah shahihah yang artinya lembaran. Jadi, shuhuf adalah lembaran – lembaran yang berisi wahyu – wahyu allah yang diterima rasul, seperti shuhuf yang diterima oleh nabi Ibrahim dan nabi musa sebelum menerima kitab taurat. Kitab berakar dari kata kataba artinya menulis. Dari kata kataba tersebut kemudian menjadi kitab yang artinya tulisan atau yang ditulis.Adapun kitab yang pernah diturunkan allah kepada rasul – rasulnya sebagaimana yang disebutkan di dalam al quran adalah :1) Kitab taurat, diturunkan kepada nabi musa.2) Kitab zabur, diturunkan kepada nabi daud.3) Kitab injil, diturunkan kepada nabi isa.4) Kitab suci al quran, diturunkan kepada nabi Muhammad.

Page 9: Diktat Hukum Islam

17 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Bagi umat islam wajib beriman / percaya kepada kitab – kitab tersebut sebagai wahyu yang diturunkannya dengan perantaraan malaikat jibril. Wahyu dalam pengertian menurut bahasa adalah isyarat yang cepat, sedangkan menurut terminology agama wahyu berarti petunjuk yang disampaikan dan atau diresapkan kepada rasul. Di dalam al quran kata wahyu digunakan juga dalam pengertian ilham. Ilham adalah daya gerak yang diberikan allah untuk memahami atau melakukan sesuatu. Menurut sifatnya ilham dapat diterima oleh setiap orang yang dikehendaki oleh tuhan (allah ). Dalam pengertian ini sama dengan inspirasi bahasa yang digunakan sekarang. Adapun kandungan dari kitabullah ( kitab – kitab yang diturunkan allah ) yang paling mendasar ( fundamental ) adalah tentang ajaran tauhid, yaitu ajaran yang mewajibkan kepada manusia menyembah hanya kepada allah, tuhan yang maha esa, dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Hanya kepada nya berdoa dan memohon, serta hanya kepadanya minta perlindungan dan pertolongan. Inilah ajaran yang sangat prinsif yang terkandung di dalam kitab – kitab Allah. Berikut ini kita coba menukil beberapa isi kandungan kitab – kitab tersebut yang berkaitan dengan masalah hukum :1) Isi kitab taurat adalah :

o Tiada tuhan melainkan allah, jangan menyembah berhala.Dapat dipahami bahwa beriman / percaya kepada allah yang maha esa adalah hukumnya wajib dan haram hukumnya menyekutukan allah dengan sesuatu yang lain seperti menyembah berhala;

o Jangan membunuh; o Jangan berzina;o Jangan mencuri;o Jangan bersaksi dusta;o Jangan mengingini istri orang lain ( Prof. Dr. Zakiah

derajat.1984,hal 190)

2) Isi kitab zabur ( disebut kasmur ) antara lain sebagai berikut :18 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

o Aku hendak memuliakan tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi allahku selagi aku ada;

o Berbahagialah orang yang mempunyai allah ya’cub sebagai penolong yang harapannya pada tuhannya allahnya;

o Dia yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya yang tetap setia untuk selama – lamanya;

o Dia yang menegakkan keadilan untuk orang – orang yang diperas,….dan seterusnya.

3) Isi kitab injil antara lain :o Tetapi kepada kamu yang mendengarkan aku, aku berkata :

kasihanilah musuhmu, berbuat baiklah kepada orang yang membencimu;

o Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah bagi orang yang mencaci kamu;

o Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu, dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu;

o Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berbuat baik kepadamu perbuatlah juga demikian kepada mereka;

o Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu ? karena orang yang berdosa pun mengasihi juga orang yang mengasihi mereka.

o Dan seterusnya,………..4) Isi kitab suci alqur an antara lain sebagai berikut :

o Prinsif – prinsif keimanan, seperti iman kepada allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhirat, qadha dan qadhar dan lain - lainnya.

o Prinsif – prinsif syariah, seperti tentang ibadah khusus ( misalnya shalat, zakat, puasa ramadhan dan ibadah haji ) dan ibadah dalam arti luas ( umum ) seperti : perekonomian,

Page 10: Diktat Hukum Islam

perkawinan, hukum, sosial budaya, politik, perang dan damai, hubungan internasional dan sebagainya.

o19 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

o Janji dan ancaman, seperti janji kepada orang yang berbuat baik dan kebajikan, dan ancaman bagi orang yang melakukan kemaksiatan atau kejahatan.

o Tarikh atau sejarah tentang nabi – nabi dan rasul – rasul terdahulu dan umat manusia yang telah lalu.

o Ilmu pengetahuan seperti tentang ketuhanan dan agama, tentang manusia, manusia dalam hubungannya dengan alam lingkungan dan lain sebagainya.

Al quran adalah kitab suci yang terakhir diturunkan allah kepada nabi dan rasulnya yang terakhir pula, yaitu nabi Muhammad. Maka sesuai dengan status atau kedudukannya sebagai wahyu allah yang terakhir, alquran merupakan kitabullah yang paling lengkap dan sempurna serta terjamin dan dijamin akan kemurniannya, sehingga ia berfungsi menyempurnakan dan mengoreksi kitab – kitab sebelumnya. Pernyataan ini didasarkan kepada firman allah yang tercantum pada surah almaidah (5) ayat 3. Selanjutnya tentang alquran sebagai kitabullah yang terakhir dan sebagai sumber ajaran serta sumber hukum di dalam islam akan diuraikan secara lebih luas dan rinci. Namun demikian perlu diketahui secara singkat mengenai perbedaan antara Al quran dengan kitab – kitab tersebut di atas yaitu kitab taurat, zabur, dan injil sebagai berikut :1) Kitab – kitab suci seperti disebutkan di atas ( taurat, zabur, dan

injil ) dan kitab – kitab suci bagi agama lainnya hanya berlaku bagi bangsa ittu sendiri atau suatu golongan manusia tertentu.

2) Ajaran – ajarannya terutama perundang – undanganna diberlakukan pada waktu tertentu saja, sesuai dengan keadaan waktu itu. Sedangkan al quran semua perintah perundang – undangannya atau peraturannya dapat diberlakukan pada setiap tempat dan waktu, sebab al quran ajarannya bersifat universal,

artinya berlaku bagi semua manusia dan waktu dan tempat sampai akhir zaman.

3) Teks dari kitab yang telah lalu sudah hilang dan yang ada sekarang hanya berupa salinan yang sudah banyak berubah /

20 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

dirubah. Al quran sejak diwahyukan sampai sekarang dan seterusnya sampai akhir zaman teksnya tidak ada yang hilang atau berubah walaupun satu kata atau satu huruf sekalipun. Al quran dijamin kemurniannya oleh allah.

4) Dilihat dari sudut bahasa yang dipakai pada kitab – kitab terdahulu maka bahasanya adalah bahasa yang telah mati sejak beberapa yang silam. Sebaliknya al quran bahasa yang dipakai adalah bahasa yang hidup, artinya bahasa yang tumbuh dan berkembang serta dipakai atau digunakan oleh berjuta – juta manusia di muka bumi ini, bahkan ia merupakan sebagai bahasa kelima dari bahasa PBB.

5) Kitab – kitab suci yang telah lalu telah bercampur aduk dengan pikiran dan perkataan manusia, akan tetapi al quran ini / materi, redaksi dan bahasanya tetap murni yang dapat dibuktikan sejarah sebagai wahyu allah.

Apabila kita cermati ayat – ayat dan kalimat – kalimat dari kitab – kitab terdahulu itu, maka mengenai sejarah turunnya ayat – ayat dan sejarah penulisannya telah kabur. Berbeda halnya dengan al quran dimana asbabun nurulnya ( sejarah turunnya atau sebab – sebab turunnya ) dapat diketahui dengan jelas. ( Drs. Nasruddin Razak, 1972). Karenanya adalah tidak bisa disangkal bahwa diturunkannya al quran sebagai kitab suci yang terakhir isi dan kandungannya lengkap dan sempurna sehingga dapat berlaku di segala tempat waktu dan zaman serta bagi semua umat manusia. Aturan – aturannya selalu sesuai dengan situasi dan keadaan serta perkembangan manusia dan zaman.

e. Beriman kepada hari akhirat

Page 11: Diktat Hukum Islam

Beriman kepada hari akhirat adalah masalah kepercayaan terhadap yang gaib, sebagaimana beriman kepada allah dan malaikat, namun masalah ini merupakan masalah yang paling berat dari segala macam aqidah dan kepercayaan manusia. Karena ia merupakan suatu

21 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

kepercayaan akan adanya kehidupan di alam lain sesudah kehidupan di dunia ini setelah manusia mengalami kematian. Meyakini akan kebenarannya secara rasional adalah di luar batas kemampuan akal, sebab itu bila kita teliti ayat – ayat al quran dan hadits – hadits nabi saw setiap membicarakan tentang iman dan islam, maka penekanannya pada masalah iman kepada allah, tuhan yang maha esa dan maha kuasa dan iman kepada hari akhirat. Memang kepercayaan terhadap hari akhirat sama halnya percaya adanya kehidupan kembali sesudah kehidupan di dunia ini.Dalam hubungan ini ada tiga pendapat, sebagaimana dikemukakan oleh Drs. Nasruddin Razak berikut : 1) Kelompok manusia yang pola kepercayaannya menganggap

bahwa apabila manusia telah mati, maka sejarah hidupnya telah tamat pula. Tidak ada hidup sesudah mati. Paham ini adalah dari kaum atheis, yang disebut juga kamu mulhid atau dahri.Keyakinan mereka ini bersumber dari ideology materialisme yang menyatakan bahwa roh itu tidak ada, sebab itu apa yang dinamakan hidup hanyalah semata – mata di dunia ini saja, dan tidak ada kehidupan di alam lain.

2) Kelompok manusia yang mempunyai pola kepercayaan bahwa apabila manusia mati, maka ia mengalami kehidupan baru kembali ( reinkarnasi ) yaitu perubahan bentuk hidup sesuai dengan perilakunya pada waktu hidup di dunia. Apabila ia berperilaku yang jahat, maka perubahan bentuk kehidupan yang terjadi menjadi bentuk yang jahat / jelek, demikian pula sebaliknya. Karena itu pola kepercayaan ini tidak mempercayai adanya pembalasan di akhirat berupa nikmat atau siksa.

3) Kelompok manusia yang pola kepercayaannya mengakui adanya hari akhirat sebagai kehidupan manusia yang terakhir dan

sifatnya abadi. Hari akhirat adalah tumpuan tujuan akhir dari seluruh perjalanan sejarah manusia sesudah manusia meninggalkan dunia yang fana ini. Dunia dalam bahasa arab artinya dekat atau dalam arti lain fana. Dengan demikian dunia

22 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

dengan segala isinya dan alam semesta ini akan hancur binasa pada saat yang telah ditentukan dan manusia dibangkitkan kembali dari kematiannya untuk mempertanggungjawabkan seluruh amal perbuatannya selagi hidup di dunia di hadapan tuhan yang maha kuasa. Keyakinan ini adalah kepercayaan dari seluruh nabi – nabi dan rasul – rasul yang menyampaikan agama wahyu.

Dari uraian di atas kita jumpai adanya kelompok manusia yang pola kepercayaannya tidak mengakui adanya tuhan dan adanya kehidupan kembali setelah manusia mati. Sedangkan kelompok manusia yang kedua mengakui adanya kehidupan baru kembali (reinkarnasi), tetapi tidak mempercayai adanya hari akhirat sebagai hari pembalasan terhadap amal perbuatan manusia yang telah dilakukannya di dunia. Selanjutnya kelompok manusia yang pola kepercayaannya mengakui adanya hari akhirat, adanya kehidupan lagi setelah manusia mati. Ada dua permasalahan yang menjadi beban pikiran manusia, yaitu pertama, apakah benar terjadinya hari kiamat dan adanya hari akhirat ? kedua, apakah roh manusia yang telah mati akan kembali ke jasadnya yang telah hancur dan menjadi tulang belulang?Untuk menjawab kedua permasalahan tersebut yang menjadi dasar yang paling esensial adalah “ iman kepada allah” sebagai pencipta dan tuhan yang maha kuasa. Apabila hal ini sudah diimani dan diyakini maka dengan sendirinya – mau tak mau – ia pasti beriman dan yakin pula akan adanya hari akhirat, demikian pula tentang masalah ruh.Ditinjau dari segi hukum, hubungan antara ruh dengan jasad ada 5 macam yaitu :1) Ketika di dalam janin, di perut ibu nya.2) Setelah keluar ke dunia (lahir).

Page 12: Diktat Hukum Islam

3) Di saat tidur, ruh itu lepas, tetapi juga masih bersambung.4) Di dalam alam barzah (kubur), walaupun telah nyata terpisah,

namun masih – sewaktu – waktu bisa juga berhubungan dalam 5)

23 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

bentuk khusus, bukan dalam bentuk kehidupan tubuh itu kembali, sebelum hari kiamat ( berbangkit dari kubur );

6) Pada hari berbangkit dari kubur. ( jamaludin kafi. 1979. Hal. 52).

Keimanan terhadap adanya hari akhirat ini dalam kaitan dan hubungannya dengan masalah hukum adalah bahwa hukum yang telah diciptakan oleh allah dalam kehidupan di dunia ini untuk manusia yang harus dilaksanakan dengan benar, baik dan adil. Tanpa adanya hari akhirat hukum tidak akan dapat ditegakkan secara adil dan benar sebab kecendrungan manusia memperturutkan hawa nafsu, disamping godaan iblis dan syaithan. Di akhirat nanti allah akan mengadili dengan seadil – adilnya, tidak ada lagi yang disembunyikan, yang benar pasti benar dan yang salah pasti salah, tidak ada lagi yang dinamakan kebijaksanaan dan factor – factor lain yang dapat mempengaruhinya. Dengan demikian iman kepada hari akhir memberikan motivasi yang positif dalam kehidupan manusia

f. Beriman kepada Qadha dan QadarIman kepada Qadla dan Qadar adalah tonggak iman yang terakhir yang merupakan satu kesatuan yang utuh dengan keimanan – keimanan lainnya yang telah diuraikan terdahulu. Qadla dan Qadar sering disebut dalam kehidupan sehari-hari dengan istolah “Taqdir”. Permasalahan ini seringkali membawa tergelincirnya orang kedalam aqidah aqidah yang tidak benar,sebab tidak didasari dengan iman dan ilmu yang benar. Karena itu perlu dipahami pengertian Qadla dan Qadar yang didasarkan kepada Al-Qur’an. Menurut wahyu Al-Qur’an, Qadla berarti :

1) Hukum, karena itu “Hakim” didalam Islam disebut “Qadli”, pengertian ini dilihat pada surah An-Nisa ayat 65;

2) Perintah, seperti yang tercantum pada surah Al-Isra’ ayat 23;

3) Memberitakan, seperti yang djelaskan pada surat Al_isra’ ayat 4;

24 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

4) Menghendaki, seperti yang disebutkan pada surat Al-Imran ayat 47;

5) Menjadikan, sebagaimana dijelaskan pada surah Dishilat ayat 12.

Selanjutnya tentang pengertian “Qadar” adalah suatu peraturan umum yang telah diciptakan Allah SWT untuk menjadi dasar alam semesta ini, dimana terdapat sebab dan akibat. Sudah menjadi Undang-undang atau hokum alam, bahwa manusia merupakan bagian dari ala mini berjalan pada sunnatullah itu.Didalam Al-Qur’an dapat kita lihat beberapa ayat yang terjemahannya sebagai berikut :

1) Sesungguhnya Kami ( Allah ) telah menjadikan segala sesuatu menurut qadarnya ( aturan ). Q.S.Al-Qamar ayat 49;

2) Dan adalah segala urusan Allah itu menurut qadar yang telah ditentukan. Q.S.Al-Ahzab ayat 38;

3) Allah telah menciptakan segala sesuatu, lalu Dia tentukan taqdirnya ( ketentuannya ). Q.S.Al-Furqan ayat 2.

Iman kepada “Taqdir” memberikan arti dan pemahaman dimana kita wajib mempercayai segala sesuatu yang terjadi dialam semesta ini dan dalam kehidupan manusia adalah menurut hukum, berdasarkan aturan yang telah ditetapkan Allah SWT. Dalam hubungannya “Taqdir” dengan perilaku perbuatan manusia dikalangan para ahli ilmu Kalam terjadi perbedaan pendapat dan pemahaman yang selanjutnya melahirkan golongan atau aliran sebagai berikut :

1) Aliran Jabariyah – determinisme atau fatalism. Kelompok aliran ini didirikan oleh Jaham bin Safwan, pada tahun ke-2 Hijriyah . golongan ini disebut juga golongan Jahamiyah.

Page 13: Diktat Hukum Islam

Aliran ini dinamakan aliran Jabariyah karena salah satu pendapatnya yang menyatakan bahwa perbuatan manusia baik maupun buruk bukanlah atas kehendak dirinya melainkan karena paksaan ( baca : Jabar ) dari Allah SWT. Karena itu manusia tidak sedikitpun mempunyai kekuasaan

25 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

untuk memilih dan menentukan suatu perbuatan yang akan dilakukannya. Paham dari aliran ini bersumber dari ayat Q.S.Ash Shaffat ayat 96 : “ Dan Allah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.” Kemudian dikaitkan dengan Q.S Al-Hadid ayat 22, yang artinya : “Tiada suatu bencanapun yang menimpa dibumi dan ( tidak pula ) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab ( Lauhil Mahfuz ) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah SWT.” Jadi menurut paham ini bahwa nasib manusia itu telah ditetapkan oleh Allah SWT, apakah manusia itu menjadi kaya atau miskin, beriman atau kafir dan seterusnya, karena manusia tidak memiliki kemampuan untuk menghindari atau berusaha memperbaikinya.

2) Aliran Qadariyah – aliran ini didirikan oleh “Ma’had Al Jauhari” di Irak pada abad ke-1 Hijriyah. Nama aliran ini di ambil berdasarkan pengertian bahwa manusia mempunyai qudrat atau kekuasaan untuk berbuat sesuai dengan kehendak manusia itu sendiri. Paham dari aliran ini bahwa manusia dijadikan Allah SWT diberi potensi untuk berbuat dan Allah SWT tidak ada pengaruhnya terhadap segala perbuatan manusia. Manusia mempunyai kebebasan memilih dan berusaha serta kebebasan berpikir dan beramal. Apakah ia akan menjadi orang kaya atau miskin, beriman atau kafir dan seterusnya, tergantung pada usaha masing-masiing manusia. Alas an atau dasar pemahaman aliran ini tercantum pada Q.S. Ar Raddu ayat 11 yang artinya : “Seseungguhnya Allah tidak merubah nasib suatu kaum, sehingga mereka merubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Dampak dari paham ini adalah dapat mengakibatkan bagi manusia yang belum kokoh dan kuat keimanannya merasa dapat melebihi kekuasaan Allah, kemutlakan kekuasaan Allah menjadi kabur dan pada gilirannya manusia menjadi sombong dan takabur,

26 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

merasa diri mempunyai kekuasaan, selanjutnya hokum Tuhan tidak lagi di anggap sebagai aturan yang mutlak kebenaran dan kebaikannya.

3) Aliran Mu’tazilah – aliran ini didirikan oleh seorang ulama yang bernama “Abu Huzaifah Wasil bin Atha”. Dinamakan Mu’tazilah karena pendirinya memisahkan diri dari I’tazala ( sumber bahasa Arab yang artinya mengasingkan diri atau memisahkan diri ) dari gurunya yang bernama “Hasan Al Basri”, karena perbedaan pendapat. Kelompok ini sendiri lebih senang menamakan kelompoknya dengan sebutan “Ahlul Hak” artinya kelompok yang benar atau penegak kebenaran. Adapun doktrin aliran ini antara lain :

a) Allah tidak menjadikan perbuatan manusia, tetapi makhluk lah yang berbuat. Karenanya bagi manusia yang berbuat / beramal baik, pantas dan wajar memperoleh ganjaran atau imbalan, demikian pula sebaliknya.

b) Manusia dengan kemampuan akalnya dapat mengetahui baik dan buruk, walau tidak diberikan oleh Syara’. Golongan ini terkenal pula sebagai kelompok rasional, yaitu kelompok yang lebih banyak mendayagunakan rasio ( akal ) didalam memahami ajarana agama;

c) Allah SWT akan memenuhi janji-Nya baik berupa pahala mapun siksa. Bagi oran yang melakukan dosa besar tidak akan diampuni, kecuali dengan bertaubat.

4) Aliran Asy’ariyah ( Ahlu Sunnah Wal Jama’ah ) – aliran ini didirikan oleh “Abul Hasan Al Asy’arie” pada tahun 300

Page 14: Diktat Hukum Islam

Hijriyah. Lahirnya aliran ini sebagai reaksi terhadap aliran ini sebagai reaksi terhadap aliran Mu’tazilah dan juga meruakan jalan tengah dari paham Jabariyah dan Qadariyah. Diantara pendapat dan paham dari aliran ini adalah :

27 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

a) Perbuatan manusia tidak terlepas dari kekuasaan Allah SWt;

b) Allah SWT mempunyai sifat, seperti Maha Pengasih, Maha Penyayang dan sebagainya;

c) Manusia dituntut berusaha dan beikhtiar dan berdo’a kepada Allah SWT serta bertawakal kepadanya.

Dari paham ini adalah melahirkan sikap tidak sombong dan takabbur dengan usaha yang telah dicapai namun tidak putus asa apabila menemui kegagalan, karena demikian taqdir dari Allah SWT.

B. Hubungan Aqidah ( Keimanan ) dengan IbadahPada uraian terdahulu telah dikemukakan aspek-aspek didalam ajaran Islam itu terdiri dari aspek-aspek aqidah dan syari’ah. Aspek syari’ah memuat tentang Ibadah dan Mua’malah. Begitu eratnya kaitan ini dan hubungan antara aqidah keimanan dengan ibadah khususnya tergambar pada rukun Islam. Demikian pula dengan aspek Mua’malat, sebab keimanan merupakan landasan dan dasar sangat fundamental dimana diatas dasar dan landasan tersebutlah ditegakkan pilar-pilar Islam.Didalam rukun Islam tercakyp sekaligus antara aqidah keimanan dengan ibadah, terutama tentang ibadat pokok. Hal ini dapat dipahami, karena unsure atau rukun pertama dari rukun Islam itu adalah : “SYAHADATAIN” atau dua alimah syahadat. Kata Syahadatain berasal dari akar kata : “SYAHADAH” yang berarti “naik saksi, mengaku,sumpah” – Muhammad Idris Abdurrauf Al Marbawy,h.368. jadi

syahadatain artinya dua kesaksian atau dua pengakuan atau dua sumpah. Kesaksian yang pertama adalah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan kesaksian yang kedua adalah pengakuan Muhammad itu adalah rasul/utusan Allah SWT. Dua pengakuan ini harus diucapkan bagi setiap orang yang akan menyatakan dirinya sebagai muslim. Kalimat yang

28 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

pertama mengandung pernyataan dan pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT mengandung aqidah keimanan kepada Allah SWT – Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pencipta dan Maha Sempurna. Kalimat yang berbunyi : “LAILAHAILLALLAH”, yang artinya tidak ada Tuhan selain Allah, merupakan pernyataan dan pengakuan terhadap ke-Esaan Allah, bahwa Allah tidak ada sekutu bagi-Nya. Awal dari kalimat itu dimulai dengan : ‘LAILAHA’, artinya tidak ada Tuhan, maksudnya tidak ada Tuhan baik dalam bentuk benda atau dibendakan. Dengan kata lain bahwa benda atau sesuatu yang dibendakan adalah : “BUKAN TUHAN”. Kemudian Syahadah yang kedua adalah pengakuan bahwa Muhammad itu adalah Rasul Allah atau utusan Allah SWT. Pengakuan ini sebagai pengulangan dan penekanan kembali iman kepada Rasul yang telah dituangkan didalam rukun iman. Dengan demikian hubungan antara aqidah keimanan sangat erat korelasi dan hubungannya dengan ibadah, sebab iman bukan hanya suatu pengakuan yang dilisankan, akan tetapi harus dimanifestasikan dalam bentuk amal ibadah dan perbuatan baik lainnya.

1. ShalatShalat adalah salah satu ibadah di antara ibadah – ibadah lainnya yang merupakan realisasi dari iman. Sebelum memahami tentang shalat perlu diuraikan lebih dahulu pengertian ibadah, itu sendir. Kata “Ibadah” diambil dari akar kata “Abdun” artinya hamba. Dari kata tersebut kemudian menjadi ibadah yang artinya secara harfiah adalah : “Penghambaan diri”. Selanjutnya definisi Ibadah dirumuskan oleh Majelis Tarjih Muhammadiyah sebagai berikut :“ Ibadah ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati segala perintahnya, menjauhi segala larangannya dan mengamalkan segala yang di

Page 15: Diktat Hukum Islam

izinkannya.” Badah itu ada yang umum dan ada yang khusus. Ibadah Umum adalah segala amalan yang diizinkan Allah, misalnya bertani, berdagang dan sebagainya. Sedangkan ibadah khusus adalah suatu ibadah yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya akan perinciannya, tingkat dan cara yang tertentu, seperti Shalat,Puasa,Zakat. Atas dasar

29 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

inilah, maka shalat,zakat,puasa sering disebut sebagai ibadah pokok atau khusus.Sahalat menurut bahasa Arab berarti “do’a” dan menurut istilah adalah suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan laku perbatan dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, berdasarkan atas syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu. Hukumnya adalah fardlu ‘Ain bagi setiap muslim yang telah dewasa, dilaksanakan 5 kali sehari semalam. Shalat tersebut dnamakan shalat fardlu. Adapun shalat fardlu tersebut adalah :a. Shalat Subuh – terdiri dari dua raka’at waktu pelaksanaannya sejak

terbit fajar kedua hingga terbit matahari;b. Shalat Dhuhur – terdiri dari empat rakaat, waktu

pelaksanaannyadimulai dari setelah condongnya matahari dari pertengahan langit sampai pada waktu dimana baying-bayang suatu tonggak telah sama dengan panjangnya;

c. Shalat ‘Ashar – terdiri dari empat rakaat dimulai ketika waktu dhuhur berakhir sampi terbenam matahari;

d. Shalat Magrib – terdiri atas tiga rakaat waktunya dimulai sejak terbenam matahari hingga hilangnya teja merah;

e. Shalat Isya’ – terdiri dari empat rakaat dimulai sejak hilangnya teja merah sampai terbit fajar kedua.

Kewajiban secara tegas diperintahkan Allah SWt kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan yang dewasa yang dituangkan didalam Alqur’an. Sedangkan rincian pelaksanaan dan tata caranya dijelaskan oleh Rasulullah SAW dengan sunnahnya kepada generasi umat Islam yang pertama. Kemudian diwariskan dari generasi kegenenari berikutnya tanpa mengalami perubahan sampai saat sekarang ini dan sampai akhir zaman. Apabila kita perhatikan dengan seksama bahwa

waktu pelaksanaan shalat lima waktu tersebut seperti dikemukkan diatas yang tidak disebutkan secara rinci waktu/jam pukul berapa dimulai dan berakhirnya , menunjukkan shalat lima waktu itu sesuai dengan waktu-waktu dan keadaan setempat. Dengan demikian,ditetapkannya waktu pelaksanaan shalat lima waktu dengan

30 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

mendasarkan patokan pada peredaran matahari merupakan aturan umum atau hokum yang bersifat umum.Disamping itu bagi setiap orang yang beriman diwajibkan pula pelaksanaan shalat Jum’at seminggu sekali. Shalat Jum’at terdiri dari dua rakaat yang diawali dengan dua khotbah yang berisi tentang nasehat – nasehat agama baik yang berhubungan dengan masalah aqidah keimanan, ibadah didalam upaya mewujudkan manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT maupun nasehat yang berisi tentang motivasi datau dorongan yang berkaitan dengan masalah ekonomi, social budaya dan aspek-aspek kehidupan lainnya. Dilihat dari sudut Hukum Ibadah itu ada dinamakan shalat fardlu ( wajib ), Fardlu Kifayah dan shalat sunnat. Shalat Fardlu Kifayah seperti shalat jenazah. Adapun macam – macam shalat sunnat itu adalah :a. Shalat sunnat Rawatib, yaitu shalat sunnat yang dikerjakan

sebelum shalat wajib lima waktu, yaitu : 1) Shalat sunnat dua rakaat sebelum melaksanakan shalat

subuh;2) Shalat sunnat dua rakaat sebelum dan sesudah dhuhur;3) Shalat sunnat dua rakaat sesudah shalat magrib4) Shalat sunnat dua rakaat sesudah shalat isya’

b. Shalat sunnat dhuha, dikerjakan sekitar waktu pagi hari sejak matahari naik sepenggalan sampai tergelincirnya matahari;

c. Shalat sunnat Tahajud, dikerjakan tengah malam;d. Shalat sunnat Witir, shalat sunnat yang dikerjakan sesudah shalat

Isya’ yang jumlah rakaatnya ganjil , seperti satu rakaat, tiga rakaat dan seterusnya;

Page 16: Diktat Hukum Islam

e. Shalat sunnat dua hari raya , yaitu hari raya idul fitri 1 syawal setelah mengakhiri puasa Ramadhan dan shalat sunnat idul adha tanggal 10 Dzulhijjah yang lazim disebut Hari Raya Qurban;

f. Shalat sunnat Gerhana Matahari dan Bulan;g. Shalat sunnat Istisqa untuk meminta hujan;h. Shalat sunnat Istikharah, yaitu shalat sunnat yang dikerjakan

untuk minta petunjuk kepada Allah SWT terhadap suatu pilihan;

31 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

i. Shalat sunnat Musafir, yaitu shalat sunnat yang dikerjakan saat akan bepergian jauh;

j. Shalat sunnat Tarawih, yaitu shalat sunnat yang dikerjakan malam bulan Ramadhan sesudah shalat Isya’.

Adapun fungsi shalat sebagaimana dijelaskan didalam Al-Qur’an antara lain adalah :a. Mencegah diri dari perbuatan keji dan munkar;b. Untuk mengingat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa.

Apabila kita perhatikan betapa banyaknya ragam shalat di dalam Islam disbanding dengan ibadah-ibadah lainnya, maka menunjukkan bahwa ibadah shalat lebih menonjol dan diutamakan dari ibadah lainnya. Hal ini dapat dipahami bila orang mau mengkaji dan menelitinya, bahwa ibadah shalat bukan sekadar hubungan seorang hamba dengan khaliknya dalam rangka pengabdian, akan tetapi ia banyak mengandung pendidikan dan pengajaran kepada pelakunya, apabila ibadah shalat itu dipahami, dihayati dan dilaksanakan dengan benar dan baik menurut tuntunan Rasulullah SAW yang sahih.

Penekanan di aas akan keutamaan ibadah shalat dinyatakan oleh Allah SWT dengan firman-firman-Nya yang tertuang didalam Al-Qur’an maupun berdasarkan pada Sunnah / Hadits Nabi Muhammad SAW, antara lain :a. Shalat merupakan ciri penting dari orang yang taqwa ( Q.S. Al-

Baqarah ayat 3 );

b. Shalat merupakan ibadah universal yang telah diwajibkan hukumnya kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW;

c. Shalat merupakan ibadah yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW dan umat-Nya ( peristiwa Isra’ dan Mi’raj );

d. Shalat merupakan wasiat yang terakhir Nabi Muhammad SAW kepada umat-Nya;

e. Shalat adalah ibadah yang pertama dan utama dipertanggungjawabkan pada hari Kiamat nanti.

32 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Mengingat amat pentingnya kedudukan shalat bagi setiap Muslim didalam hidup dan kehidupan didunia ini sebagai amal ibadah yang utama, maka kewajiban tersebut tidak boleh ditinggalkan atau dilalaikan meskipun dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan jauh ( musafir ). Namun demikian Allah SWT memberikan aturan – aturan yang meringankan ( rukhsah ), sehingga shalat itu tetap dapat dilaksanakan. Keringanan didalam pelaksanaan shalat wajib lima waktu tersebut antara lain, adalah :a. Shalat dapat dilaksanakan sesuai dengan kemampuan, seperti

dengan cara duduk dan kalau juga tidak mampu dapat dikerjakan dengan cara berbaring. Cara pelaksanaan yang demikian tentu bagi orang yang sakit.

b. Dijamak atau dikumpulkan waktunya didalam melaksanakan, seperti shalat dhuhur dengan shalat ‘ashar, magrib dengan isya’. Dan boleh dilaksanakan diwaktu dhuhur ( jamak taqdim ) dan boleh pula sebaliknya, yaitu shalat dhuhur dikerjakan pada waktu ashar, demikian pula shalat magrib dan isya’.

c. Meringkas atau memendekkan shalat ( mengqashar ), yaitu shalat empat rakaat diringkas menjadi dua rakaat, seperti shalat dhuhur , ashar dan isya’. Disamping diringkas / dipendekkan juga dapat di jamak. Cara kedua dan ketiga tersebut di atas dilakukan bagi orang yang sakit atau dalam perjalanan jauh.

Dengan adanya keringanan tersebut, maka tidak ada alasan untuk tidak melaksanakannya, sebab telah diberikan kemudahan-

Page 17: Diktat Hukum Islam

kemudahan. Sempurnanya ibadah shalat di samping harus sesuai denga aturan juga dalam pelaksanaannya harus dilandasi dengan :a. Ikhlas, yaitu shalat dilaksanakan hanya semata-mata karena Allah

SWT untuk mendapatkan ridha dan rahmat Allah;b. Khusyu, yaitu pelaksanaannya dengan sungguh-sungguh dan

konsentrasi hanya ingat kepada Allah melalui pemahaman dan penghayatan makna yang terkandung didalam bacaan shalat;

33 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

c. Dilaksanakan di awal waktu dan lebih diutamakan dengan berjama’ah di Masjid atau Mushalla.

Didalam ibadah shalat terkandung nilai pendidikan yang amat tinggi baik terhadap diri sipelaku sendiri maupun terhadap masyarakat dan umat manusia secara keseluruhan.Adapun nilai-nilai yang terkandung didalam shalat antara lain :a. Dengan shalat akan mendidik jiwa selalu taqarrb kepada Allah

sebagai Dzat Yang Maha Pencipta sehingga keimanan akan bertambah. Dalam kaitan dengan masalah “hokum”, maka orang yang dekat dengan Allah ia tidak akan berani melanggar segala aturan dan hokum yang telah ditetapkan-Nya. Dengan demikian akan terciptalah ketertiban dan keteraturan didalam kehidupan manusia dimuka bumi ini. Dan selanjutnya terwujudlah masyarakat yang adil dan makmur dan masyarakat yang makmur berkeadilan.

b. Dengan melalui ibadah shalat akan mendidik jiwa yang suci dan bersih. Nilai ini merupakan bias dari keabsahan shalat dimana setiap orang yang melaksanakannya dituntut suci dan bersih niat hanya semata mengharapkan ridha Allah SWT. Efek positifnya didalam penegakan hokum adalah bahwa didalam penerapan hukum dilandasi dengan niat yang bersih atau ikhlas tanpa pamrih dan anti suap dan sogok.

c. Dengan melalui ibadah shalat mendidik sikap benar dan jujur. Sebab shalat yang sah dan sempurna adalah shalat yang

dilaksanakan dengan benar dan jujur sebagaimana yang telah dilaksanakan dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan diserapnya nilai ini, maka hukum itu akan dilaksanakan dengan benar dan jujur pula

d. Dengan melalui ibadah shalat akan diperoleh nilai pendidikan tentang kedisiplinan. Nilai ini diperoleh dari bias atau penyerapan dari waktu pelaksanaan shalat yang telah ditetapkan. Nabi SAW dalam sebuah sabdanya menyatakan yanga artinya “Amal yang

34 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

sangat dicintai Allah adalah melaksanakan shalat tepat pada waktunya.” Dan sebaliknya orang yang melalaikan waktu shalat diancam dengan sanksi neraka Wail sebagaimana diterangkan dalam Q.S. Al-Ma’un ayat 4 dan 5. Dengan dilaksanakannya shalat tepat waktu maka akan membentuk diri menjadi orang yang disiplin terhadap waktu, dan ini merupakn salah satu kunci keberhasilan atau kesuksesan.

e. Dengan melalui shalat akan membentuk diri menjadi orang yang tertib, sebab shalat wajib dilaksanakan dengan tertib sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Rasulullah SAW. Dalam kehidupan sehari-hari tergambar lah orang yang shalat itu, tetib dirumh, tertib dimasyarakat, tertib dijalan dan lainnya

f. Karena itu ibadah shalat merupakan tolak ukur bagi amal perbuatan yang lainnya, yaitu apabila ibadah shalatnya baik dan sempurna , sehingga membuahkan hasil seperti tersebut diatas maka amal yang lainnya pun akan baik dan sempurna pula.

Akan tetapi sebaliknya apabila ibadah shalatnya tidak benar maka amal perbuatan maupun pekerjaannya yang lain pun tidak benar, tidak baik dan tidak sempurna pula. Begitu penting dan pokoknya ibadah shalat ini, sehingga Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada orang tua untuk mendidik dan mengajarkan shalat terhadap anak-anaknya setelah mereka berumur tujuh tahun. Dan jika anak-anak itu telah berusia 10 tahun namun mereka tidak mau melaksanakan shalat, maka Nabi SAW meperkenankan kepada orang tua untuk

Page 18: Diktat Hukum Islam

memukulnya. Meskipun demikian, ada beberapa kelompok atau orang tertentu yang hukumnya tidak boleh bahkan haram jika dilaksanakan. Adapu orang-orang tersebut adalah :a. Perempuan yang sedang haid atau dating bulan;b. Perempuan yang habis melahirkan atau dalam keadaan nifas;c. Orang-orang yang tidak waras akalnya atau gila;d. Orang yang sudah tua ( uzur ) yang daya ingatnya tidak kuat lagi.

35 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Selain dari ketiga kelompok diatas , Haram pula hukumnya dan diberi sanksi dosa bagi setiap muslim yang meninggalkan shalat dengan sengaja, kecuali lupa atau tertidur dengan lelap sehingga tidak mendengar seruan adzan. Demikian pula bagi yang tertidur, disaat ia bangun maka wajib baginya untuk segera melaksnakannya.Selain dari waktu – waktu shalat yang telah ditetapkan kewajiban untuk melaksanakannya, juga ditentukan waktu-waktu yang terlarang mengerjakan shalat. Waktu-waktu tersebut adalah :a. Waktu sesudah shalat subuh sampai terbit matahari;b. Waktu sesudah shalat ‘ashar sampai terbenam matahari;c. Tatkala tengah hari selain hari Jum’at;d. Tatkala hamper terbenam matahari sampai saat terbenamnya;e. Tatkala terbit matahari sampai matahari telah naik setinggi

tombak ( sekitar pukul 08.00 – 09.00 ) – H.Sulaiman Rasyidi,1955. Hal.153-154 ).

Betapa besar hikmah dan tingginya nilai ibadah shalat yang dengannya membawa dan mendatangkan kebahagiaan serta keberuntungan bagi manusia didalam kehidupan baik dunia maupun akhirat nanti.

2. Thaharah ( Bersuci )

Thaharah atau bersuci sangat erat kaitan dan hubungannya dengan shalat. Sebab Thaharah merupakan slaah satu syarat sahnya shalat. Disamping itu thaharah atau bersuci adalah suatu kewajiban yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam, sebab kebersihan/kesucian pada

umumnya adalah kewajiban yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada seluruh umat. Apabila kita teliti dengan cermat dari seluruh peraturan Islam, maka kebersihan adalah dasar dan sendi yang harus dijiwai oleh umat Islam. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan antara lain kebersihan/kesucian jiwa, fisik, rumah tangga , pekarangan, halaman,lingkungan , pakaian, kesucian berpikir dan bertingkah laku.Kesemuanya itu merupakan sari pati dari pengertian thaharah atau bersuci yang berarti menjauhi segala yang kotor dan

36 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

tercemar untuk mendapatkan kebersihan dan kesucian dalam segala bidang kehidupan ( Ahmad Razali, hal.31 ). Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan dan menjelaskan tentang thaharah, antara lain pada ayat Q.S.Al-Baqarah ayat 222, yang artinya : “ sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan ia mencintai orang-orang yang suci ( bersih )”.Ad.1. Ahmad Ramli dalam kutipannya pada Kitab Fathul Qarib menyebutkan bahwa najis adalah tiap-tiap sesuatu yang pada umumnya terlarang mempergunakannya dengan sengaja sedang kita dengan mudah mengenalnya, terlarang bukan karena sifatnya terlarang, juga bukan karena mendatangkan jijik dan juga bukan karena keadaannya mendatangkan bahaya pada badan atau akal. Benda – benda yang termasuk najis adalah :a. Bangkai binatang darat yang berdarah selain mayat manusia.

Sedangkan bangkai binatang laut, sungai dan bangkai binatang darat yang tidak berdarah seperti ikan, belalang semuanya suci.

b. Semua minuman yang memabukkan;c. Darah,nanah,selain hati dan limpa, juga darah yang ketinggalan

dalam daging binatang yang sudah disembelih.d. Anjing dan Babi.e. Air seni dan sekalian benda cair yang keluar dari tempat

pembuangan air besar maupun kecil makhluk hidup kecuali air mani ( spema ) manusia.

Adapun benda cair yang keluar dari genetalia manusia ialah darah haid, darah nifas atau akibat keluar oleh penyakit tertentu. Beberapa

Page 19: Diktat Hukum Islam

makanan dan minuman yang najis menurut Hukum Islam pada umumnya adalah makanan dan minuman yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tertentu yang membahayakan bagi manusia. Sedangkan air seni, darah dan nanah termasuk benda tercemar dan menurut ilmu kesehatan benda – benda tersebut merupakan sumber penyakit. Apabila benda- benda tersebut terkena manusia atau dipergunakan maka benda- benda tersebut menjadi najis. Benda atau barang yang terkena najis wajib disucikan menurut aturan hukum

37 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Islam. Dalam hubungan ini ada yang disebut Thaharah ‘Ainiyah dan Thaharah Hukmiyah. Penyucian terhadap benda-benda tersebut diatas disebut thaharah ‘Ainiyah. Sedangkan penyucian terhadap anggota badan tertentu dan ditentukan penyuciannya menurut hukum, baik bagian tercemar atau tidak disebut penyucian hukmiyah, seperti dilakukan dengan cara berwudhu.Selain dari terkena kecemaran najis, hukum Islam menentukan pula dua keadaan dalam kecemaran, yaitu yang dinamakan : “Hadats Besar dan Hadats Kecil”. Hadats besar juga biasa disebut dengan istilah “Janabah” dan ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :a. Bersetubuh ( jima’);b. Keluar sperma ( air mani ) baik disengaja atau karena mimpi;c. Beberapa hal yang menyangkut kehidupan wanita seperti haid dan

nifas;d. Meninggal dunia.

Setiap muslim yang dalam keadaan hadats besar maka mereka dilarang melakukan perbuatan ibadah tertentu seperti shalat,berpuasa. Adapn cara penyucian bagi mereka yang dalam keadaan janabah adalah dengancara mandi yang biasa disebut mandi wajib. Hadats Kecil adalah hadats selain dari keadaan seperti hadats besar, misalnya buang air kecil, menyentuh telapak tangan di kelamin. Cara mensucikannya adalah dengan berwudhu atau Tayamum. Setiap orang yang dalam keadaan berhadats kecil dilarang melakukan hal-hal tertentu seperti shalat dan Tawaf. Didalam hokum Islam lat yang

digunakan untuk bersuci atau membersihkan adalah dengan mempergunakan air karena sakit atau hal lain dapat menggunakan debu bersih. Cara penyucian ini disebut “Tayamum”.Para Fuqaha membagi air itu bermacam-macam, yaitu : air suci dan mensucikan, air yang suci tapi tidak mensucikan, air najis. Selanjutnya mereka juga membagi tentang Najis menjadi tiga macam, yaitu : Najis Mughalazzah, Mukhafafah, Mutawasitah. Cara mensucikan ketiga macam najis adalah seperti mensucikan dari najis mughalazah dengan

38 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

dibasuh/disiram dengan air sebanyak 7 kali dan 1 kali diantaranya dengan mempergunakan tanah. Mengapa dengan tanah dan bukan dengan alat lain seperti sabun dan sebagainya, jawabannya bahwa hasil penelitian dari ITB berkesimpulan bahwa tanah terdapat satu unsur kimia yang dapat melarutkan najis tersebut, sedangkan dengan sabun ternyata tidak menghilangkan melarutkan najis tersebut. Najis mughalazah seperti air liur anjing dan babi. Disamping itu ketetapan hukum yang telah digariskan Allah merupakan ketentanyang harus dilaksanakan, karena tidak semua aturan yang ditetapkan Allah dapat dipikirkan secara rasional.Selanjutnya tentang Najis Mukhafafah ( najis ringan ) cara mensucikan diri dari najis ini cukup dengan memercikkan air diatas benda yang terkena najis tersebut dari air kencing bayi yang belum makan dari makanan seperti orang dewasa.Sedangkan Najis Mutawasitah menurut H.Sulaiman Rasyidi dibagi menjadi 2 macam, yaitu Najis Hukmiyah dan Najis ‘Ainiyah. Adapu Najis Hukmiyah, yaitu najis yang diyakini adanya tetapi tidak kelihatan wujudnya, baunya, warnanya, dan rasanya. Misalnya air kencing yang sudah kering sehingga sifatnya telah hilang. Cara mensucikannya adalah dengan mengalirkan air di atas benda yang kena najis itu. Najis ‘Ainiyah adalah najis yang masih ada bentuk wujudnya, warnanya, rasanya, baunya. Cara membersihkannya adalah dengan menghilangkan rupa, warna dan baunya dengan air hingga hilang. Akhir dari pembahasan thaharah ini dalam kaitan dan hubungannya dengan hukum Islam adalah bahwa thaharah tidak hanya bersuci dalam arti secara harfiah dan lahiriyah, tetapi

Page 20: Diktat Hukum Islam

mengandung makna memberikan didikan kepada setiap muslim agar menjadi orang yang suci dan bersih, tidak saja lahir badaniyah juga bersih dan suci hati batiniyahnya, sehingga bersih dan suci pulalah perbuatannya, tindakan maupun perkataan sesuai dengan aturan hukum yang ditetapkan Allah SWT.

3. ZakatZakat adalah ibadah yang kedua diwajibkan bagi setiap muslim setelah ibadah shalat. Perintah Allah SWT kepada umat Islam yang memenuhi

39 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

syarat untuk membayar zakat dapat kita lihat pada Q.S. An-Nisa ayat 77, yang artinya : “dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat hartamu”. Serta sebagaimana dalam Q.S. At-Taubah ayat 103 yang artinya : “ Ambillah dari harta mereka sedekah ( zakat ) untuk membersihkan dan menghapuskan kesalahan mereka.”Zakat dilihat dari sudut bahasa/ secara harfiah berarti suci,subur, bertambah dan membersihkan / mensucikan. Dari segi ini maka orang yang berzakat akan mensucikan dirinya dan perasaan takabur atau sombong dan rasa ria karena banyak mempunyai harta . dan demikian pula bagi orang yang mengeluarkan zakat dari hartanya, maka hartanya akan bertambah dan meningkat dan sebaliknya tidak berkurang. Selanjutnya bagi orang yang berzakat berarti ia membersihkan hartanya dari tercampurnya dengan hak orang lain, yaitu hak fakir miskin dan hak orang lainnya. Menurut istilah zakat ialah memberikan sebagian harta tertentu yang wajib diberikan kepada orang – orang tertentu yang wajib diberikan dengan syarat-syarat tertentu semata – mata melaksanakan perintah Allah SWT. Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dan hukumnya wajib, namun tidak semua orang Islam yang terkena kewajiban tersebut. Syarat orang Islam yang diwajibkan membayar zakat :a. Merdeka, sebaliknya bukan budak hamba/hamba sahaya;b. Memiliki harta sepenuhnya;c. Hartanya cukup sampai nisab, artiya sampai pada jumlah tertentu;d. Sampai waktunya satu tahun dan untuk hasil pertanian pada saat

panen.

Sedangkan orang yang berhk menerima zakat ada 8 golongan ( asnaf ), yaitu : fakir,orang miskin,muallaf,orang yang berutang,sabilillah,hamba sahaya,orang yang terputus dalam perjalanan dan amil.Dilihat dari segi fungsinya zakat itu ada 2 macam, yaitu zakat fitrah dan zakat harta. Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dibayar oleh setiap muslim sekali dalam setahun, yaitu pada saat akhir puasa Ramadhan. Pembayaran zakat ini berupa bahan makanan pokok seperti beras,gandum,jagung,sagu dan sejenisnya

40 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

atau dapat juga diganti dengan nilai uang seharga beras/gandum/sagu/jagung kurang lebih dua setengah kilogram. Sedangkan zakat harta jumlah harta yang wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 85 Kg ( keputusan Tarjih Muhammadiyah). Dan apabila ditinjau dari segi sifatnya, maka zakat itu dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu zakat yang bersifat konsumtif dan zakat yang bersifat produktif. Zakat yang bersifat konsumtif adalah zakat fitrah, sedangkan zakat produktif adalah zakat maal atau zakat harta. Zakat fitrah dikatakan sebagai zakat yang bersifat konsumtif karena diberikan kepada fakir dan miskin menjelang hari raya idul fitri digunakan sebagai bahan konsumsi mereka dalam rangka menolong dan menggembirakan mereka sehingga sama dapat ikut melaksanakan shalat idul fitri demi syiarnya agama Islam. Adapun zakat maal dikatakan sebagai zakat produktif sebab zakat tersebut tidak hanya dikonsumsi akan tetapi dengan zakat tersebut dapat merubah keadaan fakir miskin. Hal ini dapat dipahami bahwa tujuan dari zakat adalah mengurangi atau mempekecil kefakiran dan kemiskinan baik dari segi harta maupun ilmu. Fakir atau miskin bukan semata-mata disandarkan kepada nasib atau takdir, tetapi juga disebabkan tidak mempunyai modal ilmu pengetahuan dan dikarenakan tidak mampu untuk sekolah. Apabila zakat harta khususnya belum berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuan maka kesenjangan social antara si miskin dan kaya semakin tajam dan tidak mustahil akan muncul tindakan yang mengarah kepada kejahatan, seperti pencurian,perampokan dan sebagainya.Itulah sebabnya Allah memerintahkan zakat itu diambil

Page 21: Diktat Hukum Islam

dari para orang kaya dan tidak menunggu mereka menyerahkannya. Samakah zakat dengan pajak? Zakat tidk dapat disamakan dengan pajak ( rafadah ), sebab terdapat perbedaan keduanya,yaitu :a. Zakat adalah kewajiban bagi kaum muslimin yang memenuhi

persyaratan, sedangkan pajak adalah kewajiban bagi setiap warga Negara baik ia beragama Islam atau yang bukan Islam;

41 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

b. Pembayaran zakat didasarkan alas an keagamaan, yaitu ketaatan terhadap perintah Allah sedangkan pajak pembayarannya didasarkan pertimbangan matrial dan keuangan suatu egara;

c. Pembayaran zakat tidak ada hubungannya dengan kebutuhan uang, sedang pajak ada hubungannya dengan kebutuhan uang suatu Negara;

d. Jumlah zakat yang harus dibayar sudah tertentu dan tidak dapat dirubah, sedang jumlah pajak yang harus dibayar dapat berubah tergantung kepada kebutuhan keuangan ekonomi Negara.

4. Puasa Secara harfiah puasa berarti menahan diri dari sesuatu sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri tidak makan dan tidak minum serta berkumpulnya suami isteri yang dimulai sejak terbit fajar sampai tenggelamnya matahari dengan mengharap keridhaan Allah semata-mata.Kewajiban berpuasa bagi setiap muslim yang memenuhi persyaratan berdasarkan perintah Allah SWT dalam Q.S.Al-Baqarah ayat 183, yang artinya sebagai berikut : “Hai orang-orang yangberiman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas umat – umat terdahulu dari pada kamu supaya kamu bertaqwa”.Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa tujuan akhir dari ibadah puasa adalah “Taqwa”. Dan taqwa inilah sebai-baiknya bekal untuk kehidpan duniawi maupun akhirat. Kewajiban puasa ditujukan kepada orang-orang yang beriman dan mampu melaksanakannya dalam pengertian dewasa, berakal sehat dan sehat jasmani. Meskipun demikian ada keringanan hukum ( rukhsah )

yang diberikan kepada orang-orang tertentu untuk tidak berpuasa, seperti orang yang sakit,musafir,orang yang kerja berat,perempuan yang hamil tua atau sedang menyusui dan orang yang sudah sangat tua sekali.Bagi mereka-mereka tersebut ada kewajiban untuk membayar puasa diluar bulan ramadhan, seperti orang sedang sakit. Dan sebagian dari ereka cukup membayar fidyah yaitu member makan kepada fakir miskin tiap hari sebanyak satu mut ( kurang lebih 6 ons ), seperti orang yang sedang sakit tidak mungkin sembuh dan orang yang sudah tua

42 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

sekali.Keringanan hukum yang diberikan Allah tersebut adalah merupakan adanya kesempurnaan nikmat Allah SWT epada hambanya yang menunjukkan pengertian bahwa ajaran Islam itu mudah dilaksanakan dan tidak memberatkan. Orang-orang yang tidak diwajibkan puasa adalah seperti anak-anak,orang yang sedang sakit dan tidak mungkin diharapkan lagi kesembuhannya, wanita yang sedang hamil tua, wanita yang habis melahirkan dan orang yang sedang bepergian jauh ( musafir ). Peraturan yang harus dilaksanakan bagi orang yang berpuasa sehingga puasanya menjadi sah adalah :a. Harus disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT;b. Meninggalkan makan dan minum dan jima’ suami isteri sejak

terbit fajar sampai tenggelamnya matahari;c. Meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan

puasa.

Batalnya puasa seseorang disamping melakukan pelanggaran terhadap aturan seperti tersebut diatas, juga karena mengeluarkan sperma dengan sengaja, haid, atau nifas,gila serta muntah dengan sengaja. Hal-hal yang disunnatkan bagi orang yang berpuasa adalah seperti makan sahur, yaitu makan pada waktu dini hari sebelum fajar. Dilihat dari sudut hukum, puasa itu ada yang wajib, sunnat dan diharamkan atau dimakruhkan pada hari dan keadaan yang ditetapkan. Adapun hikmah puasa itu adalah :a. Melatih kedisiplinan jiwa;b. Melatih diri untuk dapat mengendalikan hawa nafsu;

Page 22: Diktat Hukum Islam

c. Melatih diri sabar dan tabah didalam menahan haus dan lapar serta hal-hal yang terlarang dilakukan bagi orang yang berpuasa , sehingga nantinya mempunyai sikap mental baja yang mampu menghadapi seala macam ujian ;

d. Menanamkan rasa dan jiwa sosial yang lebih besar pada diri umat Islam;

e. Menanamkan keimanan kepada Allah sehingga menjadi orang yang benar-benar bertaqwa kepada-Nya.

43 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Dengan tertanamnya sikap mental seperti tersebut diatas sebagai buah dan hasil didikan puasa, maka pelaksanaan dan penerapan hukum dalam arti luas dapat ditegakkan dengan sebenarnya, sehingga keadilan itu betul-betul dapat dirasakan oleh semua pihak.

5. HajiIbadah Haji merupakan rukun Islam yang Kelima dan terakhir. Ia merupakan kewajiban bagi umat Islam yang telah mempunyai kemampuan atau syarat-syarat tertentu yang dilaksanan sekali selama hidup. Yang dimaksud ibadah haji adalah mengunjungi baitullah di Makkah untuk melaksanakan beberapa amal ibadah dengan syarat – syarat tertentu. Syarat-syarat stersebut adalah :a. Dewasa dan berakal sehat;b. Mempunyai kemampuan dana/biaya;c. Sehat jasmani;d. Aman dalam perjalanan;e. Bagi perempuan sebaiknya disertai dengan suami atau

muhrimnya.

Dasar hukum diwajibkannya ibadah haji bagi umat Islam adalah berdasarkan firman Allah SWT dalam Q.S.Al-Imran ayat 97 yang artinya : “Allah mewajibkan haji ke baitullah ( Ka’bah) bagi semua manusia yang mampu pergi kesana”. Dan dalam Q.S.Al-Baqarah ayat 196 yang artinya : “dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah,jika kamu terhalang kaarena sakit, maka sembelihlah

korban yang mudah didapat”.Pada firman Allah tersebut diatas umat Islam selain ibadah haji juga diwajibkan umrah. Ibadah umrah ini dapat dilaksanakan bersama-sama dengan ibadah haji dan juga dapat dilakukan secara terpisah diluar bulan haji.Diantara hikmah yang terkandung didalam ibadah haji adalah menanamkan rasa persaudaraan secara internasional bagi umat Islam, menanamkan ketabahan dan kesabaran , menumbuhkan jiwa tauhid yang tinggi dan mengajarkan sejarah khususnya sejarah perjuangan Nabi Muhammad

44 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

SAW dan Nabi Ibrahim AS serta Nabi Ismail AS.Melalui ibadah haji Islam mengajarkan dan mendidik umatnya menjadi manusia yang penuh dinamika, luas pengetahuan dan pengalaman. Disamping itu dengan persyaratan “istata’a” ( mempunyai kemampuan), maka secara tidak langsung Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk tumbuh menjadi manusia yang kuat baik materill maupun sprituil.

Page 23: Diktat Hukum Islam

45 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

BAB II

SYARIAH DAN FIQIH

A. Pengertian Syariah dan FiqihPada mulanya para ahli berpendapat bahwa pengertian syariah dan Fiqih itu adalah sama, yaitu paham tentang ajaran Islam secara keseluruhan. Pendapat ini dalam perkembangan selanjutnya mengalami perubahan, dimana akhirnya mereka memberikan pengertian yang berbeda antara syariah dan fiqih.Syari’ah /syara’, menurut bahasa berarti jalan raya atau undang-undang. Dalam istilah ialah suatu peraturan yang diwajibkan Allah SWT kepada hamba-Nya berupa hukum-hukum yang didatangkan melalui perantaraan Rasul-rasul-Nya, baik berupa aqidah ( ketauhidan),ibadah ( penyembahan) maupun yang berhubungan dengan bidang Muamalah ( hubungan antar sesama ). Ada yang membagi syariah itu menajdi tiga segi istilah, yaitu :1. Bagian yang bertalian dengan aqidah;2. Bagian yang bertalian dengan pendidikan dan pebaikan moral bagian

ini termasuk dalam ilmu akhlak;3. Bagian yang menjelaskan amal perbuatan manusia . bagian ini

termasuk dalam Fiqih ( Khozin Siray : 2 ).Fiqih menurut para fuqaha pengertiannya adalah ilmu tentang hukum-hukum Syariah yang berkenaan dengan perbuatan dan amalan manusia

dan didasarkan pada dalil-dalil hukum Islam. Fiqih menurut bahasa berarti pintar,cerdas,paham. Apabila dijadikan kata kerja maka ia berarti memikirkan,mempelajari dan memahami. Orangnya disebut “Faqih” dan kalau berebentuk jamak di sebut “Fuqaha”. Abu Ishak mengartikannya memahami apa yang tersirat. Kemudian definisi yang dikembangkan dalam ilmu hukum Islam, ia berarti : “ilmu tentang hukum Islam yang disimpulkan dengan jalan rasio berdasarkan alas an-alasan yang

46 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

terperinci.” Selain itu masih ada beberapa pendapat para fuqaha yang memberikan definisi tentang fiqih, seperti : Profesor Ash Shiddieqy, mengemukakan Pertama, fiqih yang sudah jelas dan tegas telah diatur dalam Al-Qur’an dan hadits disebut Fiqih Nabawi”. Kedua, Fiqih yang diperolehatau dihasilkan dengan jalan ijtihad disebut “Fiqih Ijtihadi”.Perbedaan syariah dan fiqih dimana syariah pengetiannya lebih luas dan umum dari pada fiqih dan fiqih hanyalah merupakan bagian dari syariah.

B. Ajaran Islam didalam FiqihMenurut ajaran Islam semua tindakan manusia baik berupa perkataan maupun perbuatan mempunyai ketentuan hukum. Ketentuan hukum inilah yang disebut dengan nilai hukum fiqih. Didalam fiqih dikenal ada 5 macam nilai yang lazim disebut “Al Ahkamul Khamsah”, yaitu :1. Wajib / Fardhu ( perintah mutlak);2. Sunnah ( mandub) – perintah tidak mutlak;3. Haram ( larangan mutlak );4. Mubah / jaiz ( pilihan/kebolehan ).Ditinjau dari sudut waktu untuk melaksanakannya, wajib dibagi dua, yaitu : Wajib Mutlak adalah perintah yang tidak ditentukan batas waktu tertentu untuk melaksanakannya, seperti ibadah haji. Dan yang Kedua Wajib Muaqqat, yaitu perintah yang ditentukan waktu pelaksanaannya, seperti shalat wajib lima waktu. Oleh karena itu orang tidak bebas melaksanakannya diluar waktu yang yang telah ditetapkan. Selanjutnya ditinjau dari segi siapa yang wajib melaksanakannya, maka wajib itu dibagi dua pula, yaitu :Wajib ‘Ain dan Wajib kifayah. Sedangkan ditinjau dari sudut kadarnya dibagi dua pula, yaitu :

Page 24: Diktat Hukum Islam

1. Wajib Muhaddar – ialah kewajiban yang ditentukan batas kadarnya ( jumlahnya ) , misalnya shalat lima waktu, zakat harta, kifarat-kifarat Ramadhan;

2. Wajib Ghairu Muhaddar – ialah kewajiban yang tidak ditentukan batas kadarnya, seperti membelanjakan harta dijalan Allah, member makan kaum dhuafa dan sebagainya.

47 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Selanjutnya tentang “Sunnah”, dapat diklasifikasikan beberapa macam diantaranya adalah sunnah ‘Ammiyah, sunnah kifyah,sunnah muaqqadah, sunnah ghairu mu’aqqadah. Mengenai masalah “Haram”, yaitu larangan yang wajib ditinggalkan terbagi dua bagian, yaitu :1. Haram Idzatihi – ialah perbuatan yang haram dengan sendirinya

bukan karena hal lain hukumnya haram, seperti berzina,merampok dan lain-lain;

2. Haram Li’aradli – perbuatan yang hukumnya haram karena berbarengan dengan perbuatan lain. Misalnya jual beli disaat adzan Jum’at telah berkumandang ( Q.S.Al-Jum’ah ayat 9 ). Dalam hal ini jual belinya adalah sah akan tetapi orang yang melakukannya berdosa, karena melakukan pelanggaran atau tidak taat perintah Allah SWT ( Ahmad Azhar MA : 35 ).

Makruh ialah perbuatan yang terlarang, bila ditinggalkan / tidak dikerjakn akan mendapat pahala tetapi bila dikerjakan tidak mendapat sanksi( dosa ). Makruh ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu :1. Makruh tanzir, yaitu perbuatan yang lebibaik ditinggalkan daripada

dikerjakan, meskipun tidak berdosa namun tercela, seperti makan dan minum dengan tangan kiri dan sebagainya;

2. Makruh Tahrir, suatu perbuatan yang dilakukan namun dasar hukumnya belum pasti;

3. Makruh Aula, ialah meninggalkan perbuatan-perbuatan yang amat dianjurkan, seperti meninggalkan shalat Witir.

Mubah / jaiz ialah perbuatan yang bila dilaksanakan atau ditinggalkan tidak mendapat apa-apa.

C. Hukum Islam dan Hukum UmumKedua macam hukumini mempunyai persamaan disamping adanya perbedaan-perbedaan. Persamaannya adalah bahwa keduanya sama-sama mengatur tentang perbuatan dan tingkah laku manusia didalam kehidupannya. Kata “Hukum” adalah berasal dari bahasa Arab, secara

48 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

harfiah artinya : “Menetapkan sesuatu atas sesuatu”. Secara ringkas ia berarti :”ketetapan”. Karena itu berdasarkan ilmu bahasa, hukum Islam yang bersumber dari Tuhan disebut HUKMULLAH, berarti KETETAPAN ALLAH.Sudah menjadi keyakinan yang pasti dalam Islam bahwa yang menetapkan hukum itu adalah Allah SWT. Tak ada hakim selain Allah dan tak ada hukm melainkan bagi Allah ( Q.S.Al-An’am ayat 57 ). Menurut para ahli ushul fiqih, hukum ( al hukmu ) dirumuskan sebagai berikut : hukum ialah titah Allah ( atau Sunnah Rasul ) tentang laku perbuatan manusia dewasa, baik yang diperintahkan, dilarang,dipebolehkan. Demikian pula tentang keadaan – keadaan tertentu menjadi sebab, atau menjadi syarat atau menjadi penghalang bagi berlakunya. Berdasarkan batasan tersebut, hukum ialah nama bagi segala titah Tuhan atau sabda rasul SAW, baik yang mengandung perintah,larangan ataupun ia bersifat pilihan. Ataupun titah itu menjadi “sebab,syarat dan halangan sesuatu pekerjaan”. Oleh karena itu,hukum terbagi dalam 2 hal, yaitu :1. Hukum yang bersifat perintah, larangan atau pilihan. Golongan ini

disebut “Hukum Takhlifi” yang terbagi kedalam 5 macam yang dikenal dengan Al-Ahkamul Khamsah;

2. Hukum yang bersifat menunjukkan keadaan – keadaan tertentu yang dikualifisir sebagai “Sebab atau syarat atau halangan” bagi berlaku nya hukum. Golongan ini dinamakan “Hukum Wadl’I”.

Berikut dikemukakan beberapa contoh :

Page 25: Diktat Hukum Islam

1. Sebab, seperti perintah Puasa Ramadhan. Terbitnya Hilal ( bulan sabit ) Ramadhan adalah menjadi “sebab” bergerak dan berlakunya wajib puasa;

2. Syarat, seperti wudhu menjadisyarat sahnya shalat;3. Penghalang ( Mani’), seperti adanya perbedaan agama antara si Ayah

dan si Anak , makaia merupakan penghalang dalamhal warisan.

Hukum Umum atau dalam bahasa Inggris disebut “Law” masing-masing sarjana hukum berbeda didalam memberikan batasan/defenisinya. Dalam

49 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

tulisan ini tidak dibahas namun yang dikemukakan adalah perbedaannya dengan hukum Islam. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :1. Dilihat dari segi sumbernya hukumnya – hukum Islam bersumber

pada Al-Qur’an dan Hadits sebagai penjelasannya. Adapun rasio/akal manusia sebagai alat untuk menggali sumber terebut dengan jalan berijtihad. Hukum umum (Law) hanya bersumber pada akal manusia semata.

2. Ditinjau dari segi obyek yang diaturnya – Hukum Islam memiliki 2 obyek hukum, yaitu :b. Hukum atau peraturan-peraturan yang mengatur hubungan

manusia dengan Tuhan yang tertuang didalam bidang Aqidah dan Ibadah.

c. Hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan dengan alam lingkungannya yang dikenal dengan sebutan hukum muamalat.

D. Ushul FiqihUshul Fiqih terdiri dari dua suku kata, yaitu kata “Ushul dan Fiqih”. Ushul artiya adalah sumber atau dalil, sedangkan fiqih artinya cerdas atau memiliki pengetahuan. Ushul Fiqih adalah ilmu yang membicarakan sumber-sumber hukum dan bagaimana cara menunjukkan hukum secara garis besar. Karena itu ushul fiqih tidak membicarakan dalil hukum setiap persoalan satu persatu. Tetapi hanya membicarakan dalil hukum secara garis besar. Ilmu ushul fiqih tidak mengatakan bahwa zakat itu hukumnya wajib, tetapi yang menjadi perhatiannya adalah apabila kita

menjumpai bentuk perintah dalam Al-Qur’an sebagai sumber utama dan pertama hukum syara’. Para ulama setelah membahas perintah yang terdapat didalam Al-Qur’an mengambil kesimpulan bahwa perintah itu pada umumnya menunjukkan hukum wajib. Kemudian dibuatlah suatu kaidah ushul fiqih yang menyatakan : “Pada dasarnya tiap-tiap perintah menunjukkan hukum wajib.”Manfaat dan kegunaan mempelajari ilmu Ushul Fiqih :1. Dapat mengetahui dalil-dalil hukum syara’ dan cara pengambilan

ketentuan-ketentuan hukum daripadanya;50 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

2. Kita dapat mengembalikan kesimpulan hukum syara’ yang kita jumpai kepada sumber-sumber pengambilannya;

Page 26: Diktat Hukum Islam

51 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

BAB III

BIDANG-BIDANG HUKUM ISLAM

Pembagian Lapangan / Bidang Hukum IslamFiqih Islam atau hukum dasar merupakan kumpulan aturan-aturan yang mencakup semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan sebagai Pencipta maupun yang menyangkut hubungan antar manusia didalam lingkungan yang terbatas dan dengan manusia diluar lingkungannya.Para fuqaha secara garis besar membagi lapangan hukum Islam menjadi dua, yaitu Ibadah dan Muamalat. Lapangan ibadah adalah bidang yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dengan tujuan untuk mengabdi dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengharapkan ridha dan rahmat-Nya. Dan lapangan Muamalah adalah lapangan / bidang yang mengatur hubungan antara manusia baik dalam golongannya maupun diluar golongannya serta aturan aturan yang berhubungan dengan alam lingkungan sekitarnya.dari dua bidang tersebut, para ulama masih membagi lagi menjadi beberapa lapangan, dimana masing-masing berbeda dalam mengklasifikasikannya, yaitu :

1. Ulama Syafi’iyah, membagi lapangan hukum Islam menjadi 4 bagian, yaitu bidang ibadat, muamalat,munakahat,dan lapangan uqubat yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pidana;

2. Prof.M.Hasby Ash shiddieqy, membagi lapangan hukum Islam menjadi 8 lapangan, yaitu :a. Sekumpulan hukum yang digolongkan dalam bidang ibadat,

seperti Shalat;b. Sekumpulan hukum yang berhubungan dengan

kekeluargaan ,misalnya perkawinan, wakaf;c. Sekumpulan hukum yang berhubungan dengan muamalat

madaniyah seperti jual beli,sewa menyewa;

52 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

d. Sekumpulan hukum mengenai harta peninggalan, yaitu soal-soal yang menjadi urusan baitul mal;

e. Sekumpulan hukum yang digolongkan dalam bidang ‘uqubat, yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan pemeliharaan jiwa, kehormatan dan akal manusia;

f. Sekumpulan hukum yang berhubungan dengan hukum acara, yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan proses persidangan pengadilan;

g. Sekumpulan hukum yang berhubungan dengan hukum tata negara seperti bentuk pemerintahan, hak-hak penguasa;

h. Sekumpulan hukum yang berhubungan dengan hukum international, seperti perdamaian antar negara.

3. Fuqaha masa kini membagi lapangan hukum Islam selain bidang ibadah, juga menurut sistem pembagian hukum Barat. Dalam hubungan dengan Islam dibagi 2, yaitu :a. Hukum Prival ( Al-Qanunul Khas ) – Bidang ini meliputi: Hukum

Perdata ( Muamalat ), hukum dagang ( At-Tijarah ), Hukum Acara ( Al-Murafaat),dan Hukum Privat International ( Ad-Dauliyul Khas ).

b. Hukum Umum ( Al-Qanunul ‘Aam, meliputi HUkum Pidana, Hukum Ketatanegaraan,Administrasi dan Keuangan serta Hukum Pidana International.

Page 27: Diktat Hukum Islam

Memperhatikan pembagian lapangan hukum Islam menurut para fuqaha zaman sekarang, maka sesuai dengan epribadian hukum Islam yang mencakup seluruh bidang. Dengan demikian pebagian lapangan hukum Islam secara berurutan dapat disusun berikut :

1. Ibadah2. Hukum Keluarga, meliputi :

a. Perkawinan; b. Waris;c. Wasiat.

53 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

3. Muamalat yang meliputi bidang hukum perdata, hukum dagang, dan hukum acara.

4. Hukum pidana ( jinayat ).5. Siyasah Syar’iyah, meliputi hukum tata negara, administrasi dan

keuangan.6. Hukum international, meliputi hukum perdata international dan

hukum pidana international ( Ny.Sumiyati, M.G.,S.H ).

54 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

BAB IV

TARIKH FIQIH ISLAM

A. Pendahuluan Tarikh Fiqih Islam adalah ilmu yang membahas keadaan fiqih Islam mulai dari massa Nabi Muhammad SAW dan masa-masa selanjutnya dari segi pertumbuhan hukum itu sendiri serta menjelaskan keadaan para fuqaha, Mujtahidin dan usaha-usaha mereka dalam menetapkan hukum.Adapun tujuan mempelajari sejarah Tarikh Tasry Islamy antara lain adalah :1. Untuk mengetahui mengenai pertumbuhan dan perkembangan

hukumIslam dari masa kemasa;2. Untuk mengetahui dasar-dasar apa yang dipakai oleh para fuqaha dan

mujtahidin dalam usahanya membentuuk dan mengembangkan hukum Islam;

3. Untuk mengetahui bagaimana timbulnya mazhab - mazhab dalam hukum Islam dan perkembangannya masing-masing;

4. Untuk mengetahui sejarah hidup para fuqaha dan mujtahidin dan usaha-usaha mereka dalam menetapkan hukum Islam.

B. Periode- periode perkembangan Hukum Islam

Page 28: Diktat Hukum Islam

Ada 2 cara para ulama didalam membagi periode perkembangan hukum Islam, yaitu :1. Menyamakan perkembangan hukum Islam dengan perkembangan

manusia dalam kehidupannya, yakni dilihat dari masa tumbuh lahirnya, masa remaja,dewasa,masa tua,masa kemundurannya;

2. Memperhatikan perbedaan dan ciri satu masa sehingga dapat dibedakan antara masa yang satu dengan yang lainnya.

Dalam hubungan tersebut para ulama membagi periode perkembangan hukum fiqih Islam dalam 4 periode, yaitu :

55 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

1. Masa Pertumbuhan, yaitu pada masa Rasulullah masih hidup sampai dengan wafatnya tahun ke-11 Hijriyah. Periode ini berlangsung kurang lebih 23 Tahun.

2. Masa Remaja, dimaksudkan masa sahabat dan masa tabi’in besar. Periode ini dimulai sejak wafatnya Rasulullah sampai dengan permulaan abad ke-2 Hijriyah;

3. Masa Dewasa, yaitu masa kesempurnaan dimana pada masa itu kitab-kitab hukum Islam dibukukan oleh para mujtahidin. Periode ini berakhir sampai dengan pertengahan abad ke-4 Hijriyah.

4. Masa kemunduran, yaitu masa taklid yang terus menerus sampai sekarang ini.

Selanjutnya bila dilihat dari corak dan ciri masing-masing periode maka perkembangan hukum Islamdibagi dalam 7 periode, yaitu :1. Masa Pertama, yaitu pada masa Rasulullah SAW masih hidup. Pada

masa ini Rasulullah meletakkan dasar fundamental tentang fiqih dan menetapkan dasar-dasar ijtihad disaat diperlukan. Periode ini berlangsung sampai dengan tahun ke-11 Hijriyah.

2. Masa Kedua, adalah masa sahabat-sahabat besar ( khulafaur rasyidin ). Periode ini berlangsung sampai tahun 11 H sampai dengan tahun 40 H. pada masa ini meluas penggunaan ijtihad dan mulai muncul perbedaan-perbedaan pendapat dikalangan Mujtahidin.

3. Masa Ketiga adalah masa masa sahabat kecil dan Tabi’in. dimasa ini fiqih Islam terbagi dalam beberapa golongan yaitu : Fiqih Jumhur, terpecah menjadi 2 yaitu Ahlul Hadits dan Ahlul Ra’yu. Kemudian Fiqih Khawarij, Fiqih Syi’ah. Pada periode ini perbedaan paham semakin tajam dan meluas dan berlangsung dari tahun 40 H sampai dengan awal abad ke-2 H ( 101 H).

4. Masa Keempat, ialah masa Mujtahidin. Yaitu masa dimana para ahli ijtihad telah mencapai keahlian yang sempurna dalam membentuk hukum untuk generasi sesudahnya. Pada periode ini dimulai beberapa dasar fiqih baru disamping dasar yang lama dan perbedaan pendapat semakin meluas disbanding periode sebelumnya. Masa ini

56 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

berlangsung mulai dari abad ke-2 H sampai dengan pertengahan abad ke-4 H ( 350 H ).

5. Masa Kelima, masa Murajihin berlangsung pada pertengahan abad ke-4 sampai dengan 656 H. ialah suatu masa dimana pengikut mazhab mulai mentarjihkan pendapat yang diikuti. Apabila terdapat perbedaan paham yang saling bertentangan/berlawanan,mereka berusaha untuk mengembalikan pendapat-pendapat itu kepada dasar asazi Islam.

6. Masa Keenam, masa mukallidin ( 656 H s/d akhir abad ke-13 H ). Pada masa ini para pengikut mazhab hanya menerima begitu saja apa yang telah ada tanpa penelitian terlebih dahulu dari mana asal usul pendapat tersebut.

7. Masa Ketujuh, adalah masa dimana bangkitnya kembalki para ulama dan ahli modernisasi Islam, dimana ijtihad dilaksanakan kembali hingga masa sekarang ini.

C. Perkembangan Fiqih Islam pada Masa Periode PertamaPeriode pertama ini adalah suatu periode dimana Rasulullah SAW, dalam perkembangan hukum Islam usaha pertama yang asasi dilakukan Nabi SAW adalah meletakkan dan menegakkan dasar hukum Islam dengan cara :

Page 29: Diktat Hukum Islam

1. Memperbaiki aqidah manusia, yaitu menanamkan dan menghidupkan roh tauhid, mengesakan Allah SWT sebagai pencipta dan manifestinya adalah dengan melaksanakan ibadah kepada Allah SWT yang dilandasi keihklasan.

2. Memperbaiki akhlak dengan memberikan contoh untuk ditauladani umat disamping keimanan yang telah ditanamkan dengan ibadah dalam rangka mewujudkan akhlak yang mulia. Selain itu pula Rasulullah SAW menanamkan motivasi untuk berbuat baik dan mneghindarkan diri dari kemunkaran.

3. Menetapkan aturan-aturan pergaulan hidup sesama manusia untuk mewujudkan kehidupan yang adil dan makmur.

57 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Dilihat dari segi tempat tinggal Nabi Muhammad SAW dalam kaitannya dengan perkembangan Hukum Islam, terbagi dalam 2 masa, yaitu :1. Perkembangan Hukum Islam di Makkah ( Tasry’ Makky ).2. Perkembangan Hukum Islam di Madinah ( Tasry’ Madany ).

Usaha Nabi SAW dalam membina dan mengembangkan hukum Islam di Makkah diawali dengan memperbaiki aqidah dan akhlak sebab, diatas aqidah keimananlah dibangun sendi hukum lain dan dengannya pulalah hukum dan keadilan itu dapat ditegakkan. Hal ini terlihat sebagai bukti bahwa Al-Qur’an diturunkan di Makkah berisi tentang perbaikan dan penanaman aqidah serta pelajaran tentang akhlak terpuji. Sedangkan pembentukan hukum ibadah dan hukum yang mnegatur kehidupan masyarakat banyak ditetapkan di Madinah. Selanjutnya setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah dan menetap dikota ini barulah beliau mengarahkan usahanya untuk membina hukum Islam. Adapun cara Nabi membina hukum Islam dengan jalan :1. Membentuk hukum secara bertahap,tidak sekaligus. Hal ini sesuai

dengan cara Al-Qur’an diturunkansecara bertahap;2. Tidak membentuk hukum sebelum ada kejadian yang memerlukan

hukum;3. Tidak mengkhayalkan kejadian-kejadian yang belum terjadi;

4. Hukum-hukum itu belum dibukukan satu persatu sebab tersebar terpisah diantara para sahabat.

Sumbver dan dasar hukum yang dipakai Nabi dalam menetapkan hukum adalah Al-Qur’an sebagai wahyu yang beliau terima. Disamping itu Hadits yang merupakan penjelasan langsung dari isi kandungan Al-Qur’an, karena tidak semua ayat Al-Qur’an telah menjelaskan tentang sesuatu masalah secara rinci. Dan selain itu tidak semua ayat Al-Qur’an berisi tentang masalah hukum. Ayat Al-Qur’an yang berisi tentang masalah hukum dapat disebutkan sebagai berikut :1. Hukum ibadah terdiri dari kurang lebih 140 ayat;2. Hukum keluarga terdiri dari kurang lebih 70 ayat;

58 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

3. Hukum Perdata terdiri dari kurang lebih 70 ayat;4. Hukum pidana terdiri dari kurang lebih 30 ayat;5. Hukum peradilan terdiri dri kurang lebih 20 ayat.

Jadi apabila dijumlahkan ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum Islam seluruhnya 630 ayat dari 6236 ayat Al-Qur’an keseluruhan.Dimasa Rasulullah SAW, ijtihad juga digunakan sebagai metoda dalam penetapan suatu hukum, baik Nabi maupun para sahabat, karena ayat-ayat Al-Qur’an sebagian sifatnya Mujmak atau umum dan tidak menerangkan hukum-hukum itu secara rinci. Cara para sahabat berijtihad adalah apabila suatu saat diperlukan suatu hukum dan mereka belum sempat menanyakan kepada Nabi SAW, maka mereka berijtihad sendiri, dan apabila pada kesempatan lain mereka bertemu Nabi SAW mereka mengemukakan pendapat hasil ijtihadnya. Bila ijtihad itu benar maka Nabi SAW memberikannya dan dapat dipakai seterusnya, tetapi apabila salah Nabi SAW menyalahkannya dan kemudian menggantinya dengan yang benar.

D. Perkembangan Hukum Islam periode KeduaPerkembangan hukum Islam periode Kedua ini dimulai tahun 11 H sampai dengan 40 H dan dikenal dalam sejarah sebagai periode Khulafaur Rasyidin. Beralihnya masa kepemimpinan Rasulullah SAW kepada

Page 30: Diktat Hukum Islam

khalifah yang empat , yaitu khalifah Abu Bakar, Khalifah Umar bin Khattab, Khalifah Usman bin Affan, Khalifah Ali bin Abi Thalib secara berurutan adalah disebabkan wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 11 H. para khalifah tersebut menyambut tugas beliau didalam mengembangkan agama dan hukum Islam. Tugas ini bertambah berat mengingat daerah Islam semakin luas dan berkembang keluar jazirah Arab, seperti Mesir,Syiria,Persia dan Irak. Didaerah-daerah baru tersebut dimana Islam baru mulai tumbuh dan berkembang disana sudah memiliki peraturan dan adat istiadat sendiri baik yang berhubungan dengan akhlak maupun bidang sosial lain. Keadaan yang demikian banyak yang belum ditemui oleh para sahabat dimasa Nabi SAW masih hidup. Dalam menetapkan hukum-hukum dari kejadian-kejadian peristiwa baru tersebt para sahabat

59 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

mengambil sumbernya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Karena banyak hukum yang ada didalam Al-Qur’an dan Hadits sifatnya banyak yang umum, maka para sahabat melakukan ijtihad dengan tetap berdasarkan ketentuan – ketentuan umum yang digariskan Al-Qur’an dan Hadits.Cara berijtihad yang dilakuan para sahabat antara lain dengan mempergunakan metoda analogi atau qiyas,istihsan dan juga ijma’ dan Ra’yu. Para sahabat didalam memahami Al-Qur’an terdapat perbedaan pendapat hal ini disebabkan antara lain :1. Berbedanya tingkat kecerdasan dan kepandaian dalam bahasa Arab.2. Perbedaan mereka tentang pengertian terhadap sebab-sebab turunnya

ayat Al-Qur’an. Bagi mereka yang mengerti tentang sebab ( asbabun nuzul ) akan lebih mudah memahami ayat tersebut.

Hadits atau Sunnah Rasul merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an baik dimasa Nabi SAW maupun dimasa sahabat. Adapun keadaan hadits pada masa itu masih tersebar pada perorangan dimana mereka berada. Masing-masing sahabat memiliki jumlah Hadits yang tidak sama jumlahnya . karena para sahabat dalam menerima suatu Hadits sangat berhati-hati dengan mempertimbangkan syarat-syarat seperti harus ada saksi dan juga bersumpah terlebih dahulu, hal ini untuk menjaga kemurnian Hadits. Adapun kedudukan Hadits, terdiri atas :

1. Hadits Mutawatir;2. Hadits Ahad;3. Hadits Sahih.Banyaknya para sahabat yang melakukan ijtihad didalam menetapkan suatu hukum, maka sebagai akibatnya banyak menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan para sahabat itu sendiri. Faktor yang menyebabkannya adalah :1. Perbedaan pengetahuan dalam memahami Al-Qur’an;2. Perbedaan pengetahuan para sahabat dibidang Hadits;3. Berbedanya tinjauan dan tanggapan mereka terhadap Al-Qur’an dan

Hadits dalam pendayagunaan Ra’yu.

60 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Meskipun demikian perbedaan pendapat tersebut belum meluas, hal ini dikarenakan:1. Para sahabat didalam melakukan ijtihad ( qiyas ) hanya dikala perlu

saja;2. Para sahabat tidak menetapkan hukum kalau peristiwa yang terjadi

tidak memerlukan suatu penetapan hukum.3. Berkumpulnya mereka pada satu daerah maka banyak hal yang

mereka lakukan dengan berijma didalam menetapkan hukum dari pada cara yang lain;

4. Para sahabat tidak menonjolkan diri untuk member fatwa apabila masih ada yang lain yang memfatwakan;

5. Penyebaran hadits belum meluas.Berakhirnya periode Kedua ini seiring dengan wafatnya Khalifah Ali bin Abi Thalib. Pada masa ini fatwa para sahabat disebarkan secara lisan dan belum dibukukan. Selain itu dalam bidang politik umat Islam pecah menjadi 3 golongan, yaitu :1. Golongan Jumhur Muslimin;2. Golongan Syi’ah yang tetap mempertahankan Ali bin Abi Thalib serta

keturunannya ;3. Golongan Khawarij, yaitu golongan yang menentang golongan

Jumhur dan golongan Syi’ah.

Page 31: Diktat Hukum Islam

Adapun para sahabat yang member fatwa atau sebagai mufti pada periode ini adalah : Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan,Ali binAbi Thalin,Abdullah bin Mas’ud,Abu Musa Al Asy’ary,Mu’az bin Jabal,Ubay bin Ka’ab,Zaid bin Tsabit,Aisyah,Anas bin Malik,Abdullah bin Abbas,Abdullah bin Umar adan Abdullah bin Amar.

E. Perekembangan Hukum Islam periode Ketiga -Tahun 41 H s/d 101 H1. Gambaran umum keadaan umat Islam pada periode ini

Periode ini dimulai setelah berakhirnya kekhalifahan Rasyidin dimana periode ini pemerintah yang berkuasa dalah Mu’awiyah bin Abu Sofyan dengan pusat pemerintahannya adalah di Damaskus. Periode ini mengandung permasalahan tentang siapa yang berhak menjadi khalifah. Golongan Khawarij berpendapat bahwa pemerintahan Islam

61 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

tidak terbatas pada orang-orang tertetu dengan memilih pemimpin yang dipandang baik untuk memimpin urusan umat. Golongan ini berpendapat bahwa Usman binAffan menyimpang dari dua Khalifah sebelumnya yang lebih mengutamakan keluarga dengan mengabaikan hak-hak rakyat. Mereka tidak setuju kekhalifahan Muawiyah karena memegang pemerintahan dengan kekerasan. Sedangkan golongan Syi’ah berpendapat bahwa pemerintahan adalah hak Ali bin Abi Thalib dan keluarganya. Setiap orang yang merampas hak mereka adalah orang zalim dan pemerintahannya tidak sah.Dimasa pemerintahan Kekhalifahan Muawiyah, persatuan umat menjadi lemah karena sering terjadi perang saudara diantara ketiga golongan ini

2. Beberapa hal penting / keistimewaan pada periode iniTerdapat beberapa hal penting yang ada hubungannya dengan perkembangan hukum Islam, yaitu :a. Tersebarnya ulama-ulama ke negara-negara Islam dan ditempat

tersebut mereka menyebarkan dan mengajarkan Islam;b. Berkembangnya periwayatan Hadits dan para ulama dalam

menetapkan hukum berusaha menghimpun hadits dari para sahabat yang menerima langsung dari Nabi SAW dengan cara mendatangi mereka dari kota ke kota lain dimana para sahabat itu

berada. Dengan meluasnya periwayatan hadits dan bertambahnya kebutuhan masyarakat akan fatwa dan hukum yang masing-masing daerah berbeda kondisi dan keadaannya, maka tak dapat dipungkiri menimbulkan perbedaan penetapan hukum.

c. Dalam golongan jumhur terbagi 2 golongan yaitu golongan ahli Hadits dan golongan ahli Ra’yu. Golongan ahli hadits didalam menetapkan hukum disamping Al-Qur’an juga mengutamakan hadits, apabila mereka tidak menemukan hadits maka mereka tidak menggunakan ijtihad dan sikap yang diambil mereka adalah berdiam saja. Kebanyakan pengikut golongan ini adalah fuqaha negeri Hijaz. Sedangkan golongan ahli Ra’yu kebanyakan berasal dari Iraq. Perbedaan kedua aliran ini terlihat dalam cara

62 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

pemahaman terhadap suatu hadits, dimana golongan hadits memahami hadits secara tekstual sebagaimana tercantum dalam hadits tersebut tanpa mencari illat-illat hukum . Sedangkan fuqaha Iraq lebih banyak mengadakan tinjauan terhadap maksud maupun tujuan suatu hadits dan tidak segan memperluas pengetahuannya dengan akal ( ra’yu ) dan ini merupakan kegiatan mereka.

3. Faktor- faktor lahirnya ahli Hadits dan ahli Ra’yuAdapun penyebab ulama Hijaz banyak menggunakan Hadits antara lain sebagai berikut :a. Pengaruh pendirian para sahabat yang angsung menjadi guru

mereka yang tidak mau menggunakan qiyas sebelum terpaksa;b. Bagi fuqaha Hijaz lebih banyak mempunyai hadits dan fatwa

sahabat. Sebab sebagian sahabat besar banyak menerima Hadits dimana mereka menetap di Hijaz. Disamping itu permasalahan yang timbul belum banyak berbeda dengan para sahabat;

c. Lingkungan hidup di negeri Hijaz yang tidak banyak mengalami perubahan, maka dengan sendirinya tidak banyak memerlukan ijtihad.

Page 32: Diktat Hukum Islam

Adapun penyebab para fuqaha Iraq banyak menggunakan Ra’yu dikarenakan :a. Pengaruh pendirian gurunya yang mula-mula mengembangkan

fiqih di Iraq,yaitu Abdullah bin Mas’ud.;b. Mereka berpendapat bahwa para ahli Hadits telah banyak

bermukim di Iraq, antara lain Sa’ad bin Abi Waqas. Dengan demikian mereka berpendapat apabila tidak ditemukan nash/dalil Hadits sebagai sumber hukum, maka mereka menggunakan ijtihad dengan cara qiyas ( analogi );

c. Karena banyak tersebarnya Hadits palsu di Iraq, maka mereka lebih memilih cara Ra’yu didalam menilai suatu hadits;

d. Negeri Iraq sebagai pusat pergolakan politik dan pusat pertahanan golongankhawarij dan syi’ah serta telah banyak mendapat

63 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

pengaruh adat dan hukum peninggalan bangsa sebelumnya yang menguasai Iraq.

F. Perkembangan Hukum Islam pada periode Keempat-101 H s/d 350 H1. Keadaan masyarakat

Pada masa ini kekuasaan Dinasti Umayah berakhir dan digantikan oleh Dinasti Abbasiyah yang didirikan oleh Abdullah Ibn Muhammad yang termasyur dengan julukan Assafah dengan pusat pemerintahannya di Kufah. Pemindahan kekuasaan ini banyak menimbulkan pemberontakan yang dilakukan oleh golongan Syi’ah, tetapi karena kebijakan khalifah abbasiyah kerusuhan pertentangan dapat dipadamkan dan para pemberontak ini banyak menjauhkan diri dengan mendirikan kekhalifahan sendiri didaerah-daerah seperti :a. Afrika – disana berdiri dinasti Idrisiyah dimana Idris bin

Andullah yang menumbuhkan dinasti ini;b. Andalusia – disana Abdurrahman Ad Dakhli seorang keturunan

dari dinasti umayyah mendirikan dinasti umayyah II. 2. Keadaan Hukum Islam dalam periode ini

Periode masa ini memasuki periode kematangan dan kesempurnaan. Para ulama pada masa ini banyak berusaha menggali ilmu sebanyak-

banyaknya. Akibat kemajuan perkembangan pengetahuan menyebabkan timbulnya beberapa hal antara lain sebagai berikut :a. Lahir tokoh-tokoh fiqih yang terkenal disamping keahlian

lainnya. Seperti para ahli ijtihad yang pada masanya terkenal dengan 13 orang , yaitu :

1) Sufyan ibn Ujainah di Makkah;2) Malik bin Anas di Madinah;3) Al Hasan Al Basry di Basrah;4) Abu Hanifah di Kufah;5) Sufyan At Tsauri di Kufah;6) Al Auzai’i di Syiria;7) As Syafi’i di Mesir;8) Al-Laits di Mesir;

64 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

9) Ishaq di Naisabur;10) Abu Tsaur;11) Ahmad;12) Daud;13) Ibnu Jarir di Bagdad

Pendapat para mujtahid di atas dalam bidang hukum Islam antara satu dengan lainnya mungkin berbeda dan masing-masing memiliki pengikut, hal ini mengakibatkan timbulnya paham atau aliran berupa Mazhab didalam hukum Islam.

b. Dibukukannya ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadits, ilmu Kalam, Fiqih dan lainnya ;

c. Ulama-ulama mulai mempelajari pengetahuan lain selain ilmu agama seperti filsafat ,sejarah dan kimia;

d. Para ulama berusaha menyusan ilmu-ilmu secara lengkap dan sistematis dimana terdapat pemisahan antara ilmu yang satu dengan lainnya;

e. Selain mempelajari mereka juga berusaha untuk menterjemahkan kitab-kitab filsafat ,dan pengetahuan lainnya kedalam bahasa Arab, disamping itu merea juga mepelajari agama-gama lain sebagai pembahasan dalam Islam;

Page 33: Diktat Hukum Islam

f. Pada masa ini lahir Ijtihad Mutlak dimana para Mujtahid dalam berijtihad tidak terikat dengan hasil ijtihad orang lain;

g. Pada masa ini lahir tokoh-tokoh ijtihad dan pendapat-pendapat ijtihad mulai dibukukan dan diikuti orang lain ( taqlid ) serta kepemimpinan para tokoh ini diakui dalam bidang fiqih.

3. Faktor – faktor pendorong yang menyebabkan Hukum Islam berkembang dengan pesat antara lain :a. Pada waktu khalifah Abu Ja’far Al Mansur memindahkan pusat

pemerintahan dari Kufah ke Bagdad beliau juga berusaha membangun ilmu agama dan pengetahuan lainnya, yaitu dengan cara mengumpulkan ahli-ahli ilmu pengetahuan agama dan

65 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

lainnya ke ibukota Bagdad sehingga kota ini menjadi berkembang menjadi pusat pengetahuan di bagian Timur.

b. Kota Cordova di Andalusia juga menjadi tempat berkembangnya ilmu pengetahuan Islam dan lainnya di bagian Barat.

c. Di Mesir dikota Al Fustet dikumpulkan para ulama dari berbagai mazhab untuk mengajarkan pendapatnya, misalnya Ibnul Wahab dan Ibnul Qasim mengembangkan mazhab Maliki. Ar Rabi’i dan Al Muzany mengembangkan mazhab Syafi’i. At Tahawi mengembangkan mazhab Hanafi.

d. Damaskus, Kufah dan Basrah juga berkembang walau pusat pemerintahan sudah bepindah.

e. Di Persia, Kota Maru dan Naisabur juga menjadi tempat berkembangnya ilmu karena dikota-kota ini tempat berkumpulnya para ulama.

4. Usaha untuk mempelajari dan mendalami ilmu pengetahuan Usaha untuk mempelajari dan mendalami ilmu pengetahuan dikalangan masyarakat amat besar, hal ini karenakan:

a. Banyak orang yang bukan bangsa Arab memeluk Islam dan mereka berusaha dengan tekun mempelajari hukum Islam dan diantara mereka ada yang memiliki kepandaian melebihi ulama Arab.

b. Banyak buku-buku dari bahasa Persia dan Romawi diterjemahkan kedalam bahasa Arab

Karena kekuasaan dan daerah Bani Abbasiyah makin luas maka perkembangan hukum Islam pun makin luas juga sehubungan dengan makin luasnya daerah-daerah yang dikuasasi umat Islam maka agama Islam dipeluk oleh berbagai bangsa yang mengakibatkan terjadinya kejadian-kejadian baru yang memerlukan hukum yang sesuai.Adanya usaha membukukan ilmu pengetahuan agama dan ilmu lainnya menyebabkan orang lebih mudah mempelajari ilmu-ilmu tersebut. Adapun pengetahuan yang mulai dibukukan antara lain :

66 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

a. Ilmu TafsirDalam pembukun ilmu tafsir perkembangannya adalah :1) Mencatat penafsiran yang datangnya dari Nabi;2) Mencatat penafsiran yang dibawa oleh para sahabat;3) Menafsirkan dengan melihat penafsiran Nabi dan ditambah

dengan hasil ijtihadnya sendiri. Contoh : Al-Qur’an yang ditafsirkan dengan menggunakan hasil penafsirannya ialah Tafsir Ibnu Jarir.

Tafsir : adalah penafsiran Al-Qur’an yang berasal dari Nabi SAW dan Sahabat.Ta’wil : penafsiran Al-Qur’an berdasarkan hasil Ijtihad.Pada periode ini pada ahli tafsir juga berusaha menafsirkan dari beberapa segi sesuai dengan keahliannya masing-masing. Misalnya : menafsirkan dari segi bahasa, segi aqidah,bidang hukum saja.

b. Ilmu HaditsUsaha pembukuan hadits sudah dimulai sejak pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz, kemudian usaha ini secara terus

Page 34: Diktat Hukum Islam

menerus meneliti dan membagi jenis Hadits ( sahih atau tidak sahih ) untuk digunakan dalam menetapkan hukum. Pada saat ini terdapat 6 kumpulan hadits yang sahih yaitu yang dikumpulkan oleh : Al Bukhary, Muslim An Naisabury, Abu Daud, Abu Isa At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad An Nasa’i.

c. Ilmu FiqihPembukuan ilmu fiqh adalah bersamaan dengan pembukuan Hadits yaitu pada pertengahan abad Ke-2 H. dengan dibukukannya Hadits maak para ulama berusaha untuk membukukan hukum Islambaik dari bidang ibadah maupun muamalah. Sedangkan untuk bidang aqidah para ulamatidak banyak ditulis karena sudah jelas dan banyak diterangkan dalam Al -Qur’an. Diantara para ulama fiqih yang membukukannya antara lain : Ibnu Juraij yang menulis tetang Thaharah, zakat. Sufyan At Tsauri yang menulis tentang faraidh. Adapun kitab

67 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Ushul Fiqih yang paling tua dan sampai pada kita sekarang ini adalah Kitab A Risalah Asy Syafi’I dan Kitab Al Umm. Didalam kitab Ar Risalah dan Al Umm menerangkan tentang :1) Al-Qur’an dan cara – cara Al-Qur’an menjelaskan hukum;2) As Sunnah dan kedudukannya dalam bidang hukum;3) Tentang Nasikh dan Mansukh;4) Tentang Hadits dan Illat-illatnya;5) Tentang Ijma;6) Tentang Ijtihad, qiyas serta istihsan.Adapun sebab-sebab As Syafi’i menyusun kaidah Ushul Fiqh dalam risalahnya antara lain, yaitu :1) Karena terjadi perdebatan antara Syafi’I dengan para

Mujtahid yang lain tentang dasar-dasar Istimbath. Dalam hal ini Syafi’I banyak menggunakanqiyas dan hadits Ahad;

2) Karena banyak didapatkan hadits-hadits Nabi yang berlawanan pada lahirnya;

3) Karena bahasa Arab telah banyak dimasuki bahasa lain sehingga untuk memahamkan hukum-hukum syariat dari Al-Qur’an dan Hadits menjadi lemah.

Adapun akibat yang timbul dengan adanya kemerdekaan berijtihad, maka :1) Timbul perdebatan mengenai permasalahan hukum oleh para

mujtahid;2) Timbul istilah fiqiyah, misalnya pengertian mengenai fardhu,

Mubah, syarat dan sebagainya;3) Lahirnya para Imam fiqih dengan mazhabnya masing-masing

yang diikuti banyak orang.Adapun sebab para ulama pendapatnya diikuti oleh orang banyak antara lain karena :1) Pendapat-pendapat para ulama masa ini dibukukan dengan

sempurna;

68 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

2) Para ulama ini memiliki murid-murid yang bersungguh-sungguh mau mempersiapkan berdirinya mazhab dan membela serta mempertahankannya;

3) Banyak rakyat menghendaki yang menjadi hakim yang berasal dari mazhab-mazhab tertentu.

Adapun masalah-masalah yang diperselisihkan oleh tiap-tiap mazhab di antaranya adalah :1) Masalah dalam hal mengambil pengertian makna dari Al-

Qur’an, sebagian berpendapat bahwa Al-Qur’an diartikan sesuai dengan hakikatnya ( apa yang tersirat dari apa yang tersurat ). Sedangkan sebagian lain berpendapat bahwa Al-Qur’an diartikan sesuai yang tersurat saja.

2) Masalah kedudukan hadits sebagai dasar hukum. Dalam hal ini 3 pendapat yang berbeda, yaitu :a) Golongan pertama, menolak segala hadits dan tidak mau

menggunakan hadits sebagai dasar hukum.

Page 35: Diktat Hukum Islam

b) Golongan Kedua, menerima hadits yang isinya menerangkan lebih lanjut dari apa yang diterangkan secara ringkas dalam Al-Qur’an.

c) Golongan yang hanya mau menerima dan menggunakan hadits yang mutawatir saja, sedangkan hadits Ahad tidak diterima.

Ketiga pembagian diatas menurut pendapat golongan Mu’tazilah. Sedangkan golongan Jumhur menerima hadits sebagai dasar hukum sehingga pendapat golongan Mu’tazilah tidak bertahan lama.

G. Mazhab – mazhab yang lahir pada periode Keempat dan yang sekarang masih berkembang1. Mazhab Hanafi

Mazhab ini didirikan oleh Imam Abu Hanifah dan merupakan mazhab yang tertua,beliau hidup antara tahun 80 H s/d 150 H. Beliau mempunyai 40 orang murid yang membukukan pendapatnya. Murid-muridnya ini antara lain, yaitu : Abu Yusuf Ya’qub An Anshary ( 113

69 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

H s/d 183 H ), Muhammad Ibn Al Hasan Asy Syaibani (132 H s/d 189 H). Zufar Ibn Huzail Ibn Qais Al Kufy ( 110 H s/d 158 H ), Al Hasan Ibn Ziyad Al Lu’lu-iy Al Kufy). Tempat berkembangnya mazhab Hanafi ini antara di Kufah kemudian berkembang ke Iraq selanjutnya menyebr keseluruh dunia Islam. Pada masa sekarang ini mazhab Hanafi berkembang di Mesir,Iraq,turki,Albania,Afganistan,Rusia. Sebab mazhab Hanafi banyak berkembang di Iraq pada mulanya ialah didukung oleh Khalifah Abbasiyah dengan mengangkat para Hakim/Qadli itu dan wakil-wakilnya dari ulama-ulama Hanafiah. Hal ini menyebabkan para ahli fiqih banyak mempelajari dan memusatkan perhatiannya pada ajaran mazhab Hanafi. Dasar-dasar ajaran mazhab Hanafi ialah : Al-Qur’an, As Sunnah, Al Ijma’, Qiyas,Istihsan.

2. Mazhab MalikiMazhab Maliki didirikan oleh Malik Ibn Anas , beliau berasal dari Yaman merantau ke Madinah. Para muridnya yang mengembangkan ajarannya terdiri dari ulama-ulama Mesir, Afrika,Andalusia.Adapun murid-muridnya dari Mesir yang mengembangkan mazhab Maliki, antara lain :Abu Muhammad Abdullah Ibn Wahab Ibn Muslim Al Quraisy (125 H s/d 197 H), Abu Abdullah Abdur Rakhman Ibn Al Qasim Al Utaqy ( wafat tahun 191 H ),Ashbagh Ibn Alfaj Al Amawy. Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Ziyad Al Iskandary ( 180 H s/d 269 H ). Adapun murid – muridnya dari Afrika dan Andalusia yang mengembangkan ajaran mazhab Maliki antara lain : Abu Abdullah, Iyad Ibn Abdur Rakhman Al Kurtuby ( wafat tahun 193 H ), Isa Ibn Dinar Al Andalusy ( wafat tahun 212 H ), Abdul Malik Ibn Habib Ibn Sulaiman As Sulamy, Abdul Hasan Ali Ibn Ziyad At Tunisy. Mazhab Maliki mulai berkembang di Madinah dan kemudian keseluruh Hijaz, Mesir,Afrika,Andalusia,Magribi,dan kota Islam

70 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

lainnya. Sebab – sebab umum mengapa mazhab Maliki cepat berkembang ialah : Madinah adalah tempat yang menjadi tujuan umat Islam seluruh dunia untuk belajar Agama Islam, disini Imam Malik member pelajaran agama kepada para ulama yang dating itu. Kemudian para ulama yang kembali kenegara asalnya berusaha untuk mengembangkan mazhab Maliki. Adapun sebab khusus mengapa ajaran mazhab Maliki banyak berkembang di Afrika dan Andalusia, adalah : a. Karena Khalifah yang memerintah pada saat itu Hisyam bin

Abdur Rakhman menyuruh rakyatnya mengikuti mazhab Maliki;b. Para hakim pada saat itu juga diangkat dari ulama yang

bermazhab Maliki;c. Penduduk Hijaz dan Andalusia mempunyai kesamaan tabiat,

sehingga keduanya mempunyai kecenderungan untuk mengikuti mazhab yang sama.

Page 36: Diktat Hukum Islam

Untuk masa sekarang ini mazhab Maliki berkembang subur disebagian negara Afrika Utara (Aljazair,Tunisia),Sudan,Mesir,Iraq,Palestina.Dasar – dasar ajaran mazhab Maliki dalam menentukan hukum-hukum Islam adalah : Al-Qur’an, Hadits,Ijma,Qiyas,Pekerjaan ulama-ulama Madinah, perkataan sahabat, istihsan,istishab, maslahah mursalah,syariat umat terdahulu.

3. Mazhab Syafi’iPada mulanya imam Syafi’I belajar agama dari ulama-ulama Madinah yang ahlul Hadits. Kemudian pada waktu di Iraq beliau mempelajari cara-cara ulama Iraq menentukan hukum dengan cara qiyas. Berdasarkan hal-hal yang dipelajarinya itu maka imam Syafi’I dalam menyusun mazhabnya menyesuaikan dengan mazhab ahli Hadits dan mazhab ahli qiyas. Imam Syafi’i mempunyai 2 pendapat yang diajarkan pada para muridnya :a. Mazhab Qadim, yaitu paham-paham dan hasil ijtihad yang beliau

ajarkan pada murid-muridnya ketika beliau berdiam di Iraq. 71 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Murid imam Syafi’i pada mazhab ini diantaranya Ahmad Ibnu Hambal ( 164 H s/d 241 H ), Abi Tsaur Ibn Ibrahim Ibnul Yamani Al Kalby ( wafat tahun 264 H ), Al Hasan Ibnu Muhammad Ibn Shabah As Za’rafany ( wafat tahun 260 H ), Abu Ali Al Husain Ibn Ali Karabitay.

b. Mazhab Jahid, yaitu paham-paham dan hasil ijtihad yang beliau tetapkan dan ajarkan ketpada murid-muridnya setelah beliau bermukim di Mesir. Murid – murid imam Syafi’I pada mazhab ini diantaranya Yusuf Ibn Yahya Al Buwaity ( wafat tahun 231 H ), Abu Ibrahim Ismail Ibn Yahya Al Musany ( 175 H s/d 264 H ), Ar Rabi’ Ibn Sulaiman Ibn Abdul Jabar Al Murady (174 H s/d 270 H ), Yunus Ibn Abdul Ahla Ashadafy ( 170 s/d 264 H ).

Mazhab Syafi’i perkembangannya semata-mata adalah hasil usaha para muridnya bukan dengan kekuasaan para khalifah seperti halnya mazhab Hanafi dan mazhab Maliki. Tempat berkembangnya mazhab

Syafi’I antara lain Iraq,Mesir,sebagian besar daerah Asia Tenggara termasuk Indonesia.Dasar – dasar hukum yang dipakai oleh mazhab Syafi’I dalam menetapkan hukum yaitu : Al-Qur’an, As Sunnah,Qiyas,Ijma.

4. Mazhab HanbalyMazhab Hanbaly ini dikembangkan oleh Ahmad Ibn Hanbal Ibn Hilal Ibn Asad Asy Syaibany Al Maruzy ( 164 H s/d 241 H ). Para pengikutnya yang mengembangkan ajarannya antara lain : Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hamid ( wafat tahun 261 H ), Ishaq Ibn Mansur Ibn Bahrain ( wafat 251 H ), Al Hasan Ibn Sabah Ibn Muhammad Abu Ali Al Bazar ( wafat 249 H ). Abdullah Ibn Muhammad Ibn Ubaid Ibn Sufyan Al Quraisy.Tempat-tempat berkembangnya mazhab Hanbaly, yaitu Bagdad, Mesir,Hijaz. Mazhab Hanbaly ini kurang berkembang karena pandangan dari imam Ahmad yang dianggap terlalu sempit sehingga

72 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Sebab-sebab pandangan imam Ahmad di anggap sempit ialah :a. Beliau berpegang teguh pada nash Al-Qur’an dan tidak mau

berfatwa kalau tidak ada nash;b. Beliau sedikit sekali berijtihad dan hanya mau menggunakan

qiyas kalau terpaksa saja;c. Beliau sudah bersungguh-sungguh berusaha untuk

mengumpulkan hadits nabi dan perkataan sahabat untuk dipakai sebagai dasar dalam menetapkan hukum;

d. Nash-nash dan hadits nabi yang ada belum mencukupi segala rupa kejadian, oleh Karena itu menurut pendapat ulama lainnya untuk dapat mencukupi kebutuhan masyarakat akan perlu dilakukan ijtihad seluas-luasnya dengan cra qiyas, istihsan,maslahat mursalah dan lain-lain.

Page 37: Diktat Hukum Islam

Adapun dasar hukum yang dipakai imam Ahmad dalam menetapkan hukum Islam adalah Al-Qur’an,fatwa sahabat, pendapat sahabat yang mendekati Al-Qur’an dan As Sunnah, Hadits Mursal dan Hadits Dhaif, Qiyas.

5. Mazhab lainnyaDisamping keempat mazhab tersebut diatas, ada beberapa mazhab lain yang termasuk mazhab ahlul sunnah tetapi tidak berkembang dan tidak banyak pengikutnya. Adapun mazhab-mazhab itu ialah :a. Mazhab Laitsy

Mazhab ini dibawah pimpinan Al Laits Ibn Sa’ad. Seorang ulama besar dari Mesir dan mazhab ini berkembang diMesir saja. Tetapi sebentar kemudian menghilang.

b. Mazhab Auza’i Mazhab ini dikembangkan oleh Abu Amer Abdur rakhman Ibn Amer Ssy Syaibany Al Auza’i. mazhab ini selama 200 tahun di Syiria, 60 tahun di Andalusia dan kemudian diklahkan oleh mazhab Maliki. Al Auza’I adalah umala ahli hadits dan membenci qiyas. Beberapa pendapatnya agak berlainan dengan

73 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

pendapat keempat mazhab , misalnya : air yang kemasukan najis tidak menjadi najis asal tidak berubah warnanya. Boleh berwudhu dengan air anggur. Sisa minuman anjing dan babi itu suci boleh diminum dan boleh untuk berwudhu.

c. Mazhab TsauryMazhab ini dikembangkan oleh Abu Sufyan Ibn Sa’id Ibn Masruq Ats Tsaury. Mazhab ini merupakan saingan mazhab Hanafi.

d. Mazhab SulfanyDipimpin oleh Sufyan Ibn Ujainah seorang ulama ahli dan terkemuka di Makkah.

e. Mazhab Ishaqy ( Rahawih )Mazhab ini dikembangkan oleh Ishaq Ibn Ibrahim Ibn Khalad Al Maruzy ( Ibnu Rahawaih ). Mazhab ini berkembang di Naisabur dan Persia.

f. Mazhab Abu Tsaur Ibrahim Al KalbyMazhab ini dikembangkan oleh Ibrahim Ibn Khalid Al Yaman Al Kalby. Mazhab ini bersumber dari ajaran mazhab Syafi’i dan hilang sesudah abad ke-3 H.

g. Mazhab DhahiryMazhab ini dikembangkan oleh : Abu Sulaiman Daud Ibn Khalaf Al Ashabani. Mazhab ini berpegang teguh kepada ayat-ayat Al-Qur’an secara lahiriyah tidak mencari lebih lanjut dari yang tersurat, dan kalau tidak da nash beliau menggunakan ijma. Mazhab ini berkembang di Bagdad kemudian pindah ke Andalusia dan berkembang dan menghilang pada permulaan abad ke-6 H karena dikalahkan oleh mazhab Maliki.

h. Mazhab ThabaryMazhab ini dipimpin dikembangkan Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir At Thabary. Mazhab ini cukup lama berkembang di Kufah

i. Mazhab Nakha’iMazhab ini dikembangkan oleh Abdur Rakhman Ibn Abu Laila. Beliau semasa hidupnya penah menjadi qadhi/hakim selama 33

74 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

tahun. Pendapatnya sering ditentang oleh imam Abu Hanifah dengan fatwanya, sehingga khalifah melarang imam Hanafi member fatwa.

j. Mazhab Abdir Rahman Ibn Abu LailaMazhab ini dikembangkan oleh Abdullah Ibn Syubrumah Ash Shiny Al Kufy. Beliau semasa hidupnya pernah menjadi hakim di Kufah dan juga seorang mufti yang kenamaan. Mazhab ini tidak berkembang bukan karena kekurangan ilmu dan ijtihad dari para pemukanya tetapi karena pada masa itu orang yang tidak mengikuti salah satu mazhab yang empat tidak disukai umum bahkan dilarang menjadi hakim,saksi,imam shalat, dan lain-lain.

k. Mazhab Ibn Syubrumah

Page 38: Diktat Hukum Islam

H. Perkembangan Fiqih ( Hukum Islam ) periode Kelima ( 350 H s/d 656 H )Periode kelima ini dimulai dari pertengahan abad ke-4 H. pada masa ini dunia Islam terpecah menjadi beberapa penguasa yang disebut Amir. Hal ini mengakibatkan tidak ada persatuan dan kesatuan dari umat Islam sehingga melemahkan umat Islam yang berakibat mengalami kemunduran dan kemerosotan perkembangan hukum Islam. Para ulama juga sudah kehilangan keinginan untuk berijtihad seperti pada masa-masa awalnya. Hal-hal yang menyebabkan kemunduran ialah :a. Taqlid mulai berkembang

Karena ulama pada masa ini merasa tidak sanggup lagi seperti ulama-ulama sebelumnya, maka mereka mengutamakan taqlid kepada salah satu mazhab dan mereka berusaha untuk membela dan menguatkan paham yang dianutnya. Cara mempelajari fiqih pun mengalami perubahan kalau masa lalu para pelajar dalam mempelajari Al-Qur’an dan Hadits dengan tujuan untuk mengeluarkan hukum daripadanya, tetapi pada periode ini mereka hanya mempelajari fiqih dari kitab-kitab yang mereka taqlidi serta

75 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

mempelajari cara-cara imam beristimbath. Mereka tidak boleh mengeluarkan fatwa yang menyalahi pendapat seorang imam yang menjadi anutannya. Pada periode ini pula para ulama tidak berusaha menyusun kitab fiqih baru,mereka hanya membuat ringkasan dari maslaah-masalah yang tercerai berai. Dalam menyusun ini mereka tidak boleh mengeluarkan pendapat sendiri apalagi kalau pendapat itu menyalahi/bertentangan dengan pendapat yang telah dikeluarkan para imam.

b. Berakarnya fanatik mazhabPada periode ini para pengikut mazhab mulai membusuk-busukkan mazhab yang lain, akibatnya rasa menghormati dan menghargai pendapat orang lain menjadi luntur. Karena masing-masing pengikut sangat fanatik kepada mazhabnya, bahkan diantara mereka saling bermusuhan dan juga

mengharamkanorang-orang yang mengikuti mazhab satu menjadi makmum dari imam yang lain dalam shalat.

c. Timbul perdebatan yang tidak jujurPerdebatan dimasa ini timbul oleh kehendak memuaskan hati khalifah mereka, maka pada umumnya dalam berdebat mereka tidak mencari kebenaran yang hakiki melainkan mempertahankan bahwa pendapatnya yang paling benar dan tidak mau melihat pendapat orang lain.

Disamping kelemahan dan kemunduran dalam perkembangan hukum Islam namun masih ada juga usaha –usaha yang patut diketengahkan, yaitu :a. Mereka berusaha menerangkan dasar-dasar hukum yang dipakai

oleh para imam dalam menetapkan hukum;b. Mereka masih mau menggunakan qiyas dalam masalah yang

tidak ada nash Al-Qur’an dari imam mereka masing-masing;c. Mentarjihan antara pendapat-pendapat imam yang berlainan

dalam satu mazhab. Pentarjihan ini dari jurusan riwayat ataupun segi paham yang berbeda.

d. Mempertahankan mazhabnya masing-masing dengan cara :76 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

1) Menulis kitab-kitab yang menerangkan keutamaan dan kelebihan imam yang mereka ikuti.

2) Apabila terjadi perselisihan antara imam yang satu dengan lainnya maka mereka berusaha untuk mencari dalil hukum yang menguatkan pendapat imamnya.

3) Banyak melakukan perdebatan ( muhadharah ).Faktor – faktor utama yang menyebabkan taqlid berkembang dimasyarakat, yaitu :a. Pengaruh murid dari para imam mazhab msing-masing berusaha

untuk menarik masyarakat umum kepada mazhab gurunya dan menjauhkan dari mazhab yang bukan mazhab imamnya. Kalau

Page 39: Diktat Hukum Islam

kepercayaan itu sudah mendarah daging pada mereka maka mereka tidak mau menerima pendapat orang lain;

b. Kekuasaan kehakiman pun hanya akan diserahkan oleh penguasa kepada satu orang yang sesuai dengan mazhab penguasa tersebut;

c. Berkembangnya kitab-kitab mazhab. Dimana tiap mazhab yang memperoleh pengikut kemudian membukukan ajaran mazhabnya dan buku-buku itu menjadi anutan umum. Adapun kitab-kitab mazhab yang disusun pada periode kelima ini antara lain :

1) Mazhab Hanafi : Al Muktasan, Al Jami’ul Kabir, Khasanatul Akmal, Taqwimul Adilah, Al Asrar.

2) Mazhab Maliki : Al Munthakhabah, Al Watsa’iq, Al Akhkam, An Nawadhir, At Takhdhib.

3) Mazhab Syafi’i : Al Hawi, Al Umdah, Al Majmu,Ta’liqah, Al Muhadhab.

4) Mazhab Hanbaly : Al Qathi’yah, Al Miftah, Al Mufradat, Al Hidayat, Al Tadzkirah.

I. Perkembangan Fiqih ( Hukum Islam ) periode Keenam dimulai dari tahun 656 H s/d akhir abad ke-13 Pada periode ini hukum Islam mengalami kemunduran yang sangat,dimana umat Islam hanya sekadar bertaqlid dan barang siapa

77 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

keluar dari ajaran 4 mazhab dipandang sesat. Secara garis besar periode keenam ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :a. Pertama tahun 656 H s/d permulaan abad ke-10 H

Pada periode ini masih dijumpai ulama-ulama yang mempunyai kekuatan untuk berijtihad tetapi mereka tidak mau melakukannya. Para ulama pada masa ini umumnya hanya berusaha mengarang, mengolah dan menyusun kitab-kitab yang sudah ada. Kebanyakan mereka berusaha mengikhtisarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan mengumpulkan cabang-cabang masalah dan menyusunnya dalam kata-kata sempit sehingga sukar dipahami.

b. Kedua dari awal abad ke-10 H s/d 13 H Pada bagian kedua ini keadaan sudah semakin memburuk dan perkembangan fiqih sudah beku sepenuhnya. Hal ini disebabkan :

1) Para ulama memusatkan perhatian kepada mempelajari buku yang sukar dan tidak mau meninjau kitab-kitab terdahulu yang bernilai tinggi, yaitu kitab-kitab yang dihasilkan pada periode ke-4 dan ke-5 yang seharusnya mendapat perhatian penuh.

2) Pada masa ini usaha untuk mengembangkan hukum Islam dengan cara saling menghubungi antara ulama satu dan lainnya diberbagai daerah menjadi berhenti. Karena dengan pertemuan para ulama itu mereka berdiskusi mengenai beberapa hal untuk saling menambah ilmu.

3) Berkembang aneka susunan dalam sesuatu ilmu. Ini menjadi penghalang bagi para mujtahid karena untuk dapat melakukan ijtihad mereka harus terlebih dulu menguasai kitab-kitab yang banyak itu.

Walaupun keadaan fiqih makin merosot karena ijtihad menjadi berhenti namun pada masa ini masih ada ulama yang berusaha terus berijtihad walau harus menerima rintangan yang berat. Ulama-ulama itu antara lain :a. Al Imam Ibnul Amir Ismail As Sariany. Beliau pengarang kitab

Subulul Salam.78 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

b. Al Imam Asy Syaukani. Beliau mengarang kitab Aninul Authar.c. Pada masa ini para ulama menempatkan ulama-ulama mazhab

yang sebelum maupun semasanya menjadi beberapa tingkat, yaitu :1) Tingkat pertama disebut Ahlul Ijtihad Fil mazhab. Yang

termasuk ulama golongan ini adalah ulama yang tidak melakukan ijtihad secara mutlak dalam segala bidang masalah mereka hanya berijtihad dalam beberapa kejadian baru menurut dasar-dasar ijtihad yang telah ditetapkan oleh para imam-imamnya. Jadi pada dasarnya mereka mampu menetapkan hukum syara’ dari sumber hukumnya sendiri tetapi dalam menetapkan hukum mendasarkan diri pada jalan yang telah ditempuh oleh imam mereka. Contoh : Al Hasan

Page 40: Diktat Hukum Islam

Ibn Ziyad dari Mazhab Hanafi. Ibnul Qasim dan Asyab dari mazhab Maliki. Al Buwaity dan Al Muzany dari Mazhab Syafi’i.

2) Tingkatan Kedua disebut Ahlul Ijtihad Fil Masa’il. Yang termasuk ulama golongan ini adalah mereka yang berijtihad hanya dalam masalah yang tidak diberikan hukumnya oleh imam-iman dengan menggunakan dasar-dasar yang telah dipergunakan oleh imam-imam mereka.contoh At Thahawy dan khurachy dari mazhab Hanafi. Al Lakhmy, Ibnu Arabi,Ibnu Rasyid dari mazhab Maliki. Abdul Hamid Al Ghazali, Abu Ishaq Al Asiarajiny dari mazhab Syafi’i.

3) Tingkatan Ketiga disebut Ahlul Takhriji. Yang termasuk golongan ini adalah ulama-lama yang tidak berijtihad dalam menetapkan hukum melainkan menafsirkan pendapat-pendapat yang singkat dari para imam untuk memperjelas.

4) Tingkatan Keempat disebut Ahlul Tarjiyah. Yang termasuk golongan ini adalah mereka yang membandingkan riwayat-riwayat yang bermacam-macam yang diriwayatkan oleh para imam dan menentukan mana yang lebih baik diikuti karena dianggap lebih sahih sesuai dengan qiyas.

79 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

5) Tingkatan Kelima disebut Ahlul Taqlid. Yang termasuk golongan ini adalah ulama-ulama yang hanya mengikuti para imamnya saja.

J. Perkembangan Fiqih periode Ketujuh akhir abad ke-13 H s/d sekarangPada periode ini agama Islam khususnya hukum Islam mulai bangkit kembali berkembang dan tumbuh suatu semangat untuk menentang taqlid buta. Para ulama ini mengumandangkan seruan kepada umat Islam untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, golongan ini disebut golongan Salaf ( Salafiyin ). Adapun ulama-ulama yang termasuk golongan salaf ini adalah :

a. Al Imam Ibnu Taimiyah dan Al Imam Ibnu Qaiyyin pada abad ke-8 H.

b. Muhammad Ibn Abdul Wahab pada abad ke-12 H yang membangun gerakan Wahabi disemenanjung Jazirah Arab.

c. Jamaludin Al Afghany pada akhir abad ke-13 H.d. Imam Muhammad Abduh dan muridnya Muhammad Rasyid

Ridha.

Golongan salafiyah ini dalam usahanya membangkitkan kembali perkembangan hukum Islam berusaha mengajak :a. Meninggalkan taqlid buta.b. Mempersatukan mazhab.c. Kembali kepada sumber-sumber hukum yang asli.d. Membasmi bid’ah dan khurafat.

Pada masa ini lahirlah usaha untuk mempertalikan ketentuan hukum islam dengan segala persoalan hidup dan memusatkan perhatian untuk menuliskan hukum Islam dengan sistem membandingkan pendapat mazhab dimana ada upaya untuk membandingkan dalil-dalil dan pendapat yang telah hidup dalam masyarakat dan menunjukkan pendapat yang terdapat kelemahannya .

80 Bahan Kuliah : HUKUM ISLAM 1

Periode ketujuh ini disebut pula Modernisasi Islam. Dimulai dari negara-negara Mesir,Pakistan,India dan pengaruhnya sampai ke Indonesia. Pada tahun 1938 M, ulama Al Azhar mengadakan kongres dan memutuskan bahwa :a. Bahwasanya syariat Islam adalah suatu sumber dari sumber-

sumber undang-undang perbandingan;b. Bahwasanya syariat Islam adalah syariat yang hidup dan dapat

menampung segala perkembangan masa.c. Bahwasanya syariat Islam adalah syariat yang berdiri sendiri dan

murni, bukan jiplakan mengambil syariat yang lain.

Page 41: Diktat Hukum Islam