Top Banner

of 67

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    1/67

    STUDI BENZO[a]PYRENE - HEMOGLOBIN ADDUCTPADA PEDAGANG

    ASONGAN YANG BERISIKO TINGGI TERPAPAR POLYCYCLIC

    AROMATIC HYDROCARBON(PAH)

    YOGA HARY DEWANTO030303704X

    UNIVERSITAS INDONESIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    DEPARTEMEN KIMIA

    2007

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    2/67

    STUDI BENZO[a]PYRENE - HEMOGLOBIN ADDUCTPADA PEDAGANG

    ASONGAN YANG BERISIKO TINGGI TERPAPAR POLYCYCLIC

    AROMATIC HYDROCARBON(PAH)

    Skripsi d iajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Sains

    YOGA HARY DEWANTO

    030303704X

    UNIVERSITAS INDONESIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    DEPARTEMEN KIMIA

    2007

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    3/67

    LEMBAR PERSETUJUAN

    SKRIPSI : STUDI BENZO[a]PYRENE - HEMOGLOBIN ADDUCT PADA

    PEDAGANG ASONGAN YANG BERISIKO TINGGI TERPAPAR

    POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBON(PAH)

    NAMA : YOGA HARY DEWANTO

    NPM : 030303704X

    SKRIPSI INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI

    DEPOK, JULI 2007

    Dr. rer. nat. Budiawan Dr. Yahdiana Harahap, Apt. MSiPEMBIMBING I PEMBIMBING II

    Tanggal Lulus Ujian Sidang Sarjana :

    Penguji I :

    Penguji II :

    Penguji III :

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    4/67

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk

    Almarhumah Ibunda tercinta Raden Roro Susi Dewanti Agustin

    dan Almarhumah Eyang tersayang Hj. Sumiati

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    5/67

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala berkat

    dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini selesai.

    Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Dr. rer. nat.

    Budiawan selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Yahdiana Harahap, Apt. MSi

    selaku Pembimbing II, yang dengan sabar membimbing, memberi saran, dan

    bantuan selama penelitian berlangsung hingga tersusunnya skripsi ini.

    Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Jarnuzi Gunlazuardi selaku

    Ketua Departemen, Ibu Dr. M. Aryanti selaku Pembimbing Akademik, dan

    seluruh staf pengajar Departemen Kimia FMIPA UI yang selalu tulus dalam

    memberi bekal ilmu.

    Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada :

    1. Prof. Billy W. Day dari Pittsburg University yang telah memberikan banyak

    informasi dan bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan

    penulis, Prof. Gabrielle Sabbioni dari Wrzburg University atas informasi

    standar penelitian dan Prof. Shantu G. Amin beserta asistennya

    Dr. Dhimant Desai dari Penn State College untuk pemberian standar

    benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol.

    2. Bapak Dr.dr. Abidin Widjanarko, SpPD, KHOM selaku Direktur SDM dan

    Penelitian RS Kanker Dharmais, Bapak Didin, Ibu Ning, Ibu Yanti, dan

    seluruh staf Litbang RS Kanker Dharmais

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    6/67

    3. Bapak Hayun, MSi selaku Kepala Lab. Instrumen Farmasi UI dan seluruh

    staf Lab. Farmasi UI

    4. Mbak Emma, Mbak Tri, dan Bapak Hedi atas bantuannya dalam

    mempersiapkan sarana dan prasarana penelitian

    5. Mbak Neera yang memberikan bimbingan - bimbingan teknis, Mbak Mella

    yang membantu dalam penggunaan HPLC, dan Idramsyah yang

    membantu dalam pengambilan sampel

    6. Seluruh rekan Kimia angkatan 2000 dan 2003 terutama Anggrit dan Bayu,

    rekan - rekan Farmasi khususnya Ezi dan Dome, serta teman satu kos

    Thowel, Bobby dan Nico, atas persahabatan dan bantuan selama ini

    7. Papa tercinta, ade Yuda, Bude Poppy, serta seluruh keluarga atas

    dukungan dan kasih sayang yang diberikan selama ini

    8. Bidadariku tersayang, Dewi Mais, yang dengan caranya yang unik dan

    lucu selalu mengontrol pola makan dan istirahat penulis, serta menemani

    dan menyadarkan penulis saat kehilangan semangat.

    Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangannya. Semoga

    dengan apa yang penulis sampaikan dapat bermanfaat bagi para pembaca

    dan penulis sendiri di kemudian hari.

    Penulis

    2007

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    7/67

    STUDI BENZO[a]PYRENE - HEMOGLOBIN ADDUCTPADA PEDAGANGASONGAN YANG BERISIKO TINGGI TERPAPAR POLYCYCLIC

    AROMATIC HYDROCARBON(PAH)

    ABSTRAK

    Hemoglobin Adductdapat terbentuk akibat paparan benzo[a]pyrene

    dalam udara yang diduga mengandung PAH. Dengan cara mengisolasi

    globin kemudian menghidrolisisnya dengan asam, hemoglobin Adductdari

    benzo[a]pyrene(BaP) dapat dideteksi sebagai bentuk hidrolisatnya berupa

    senyawa benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol(BPT) dengan menggunakan

    HPLC-Fluoresensi fasa terbalik kolom RP-18, eluen metanol-air (55:45).

    Hasil penelitian membuktikan hemoglobin Adductteridentifikasi pada sampel

    darah dari pedagang asongan yang berisiko tinggi terpapar PAH. Batas

    deteksi (LOD) dalam penelitian ini mencapai 2,6205 pg/mg globin.

    Konsentrasi adducttertinggi yang diperoleh sebesar 53,3963 pg/mg globin

    dan konsentrasi terendah 5,7870 pg/mg globin. Terdapat indikasi pengaruh

    faktor kebiasaan merokok pada konsentrasi adductyang terbentuk pada

    sampel responden. Untuk memperkuat hubungan faktor tersebut perlu

    dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah jumlah sampel dan

    melakukan uji statistik.

    Kata kunci: Benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol, Hemoglobin Adduct

    viii + 64 hlm; tab; lmp.

    Bibliografi: 24 (1993-2007)

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    8/67

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i

    Abstrak ii

    Daftar Isi iii

    Daftar Gambar vi

    Daftar Tabel vii

    Daftar Lampiran viii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Perumusan Masalah 5

    1.3 Jenis Penelitian 6

    1.4 Hipotesis 7

    1.5 Tujuan Penelitian 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

    2.1 Hemoglobin 8

    2.2.1 Hemoglobin Adduct 10

    2.2 Penilaian Paparan 13

    2.2.1 Definisi paparan 13

    2.2.2 Jenis paparan 14

    2.2.3 Jalur paparan 14

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    9/67

    2.2.4 Pemantauan biologis 15

    2.3 Polycyclic Aromatic Hydrocarbon(PAH) 17

    2.3.1 Sumber PAH di lingkungan 18

    2.3.2 Produksi PAH 20

    2.3.3 Penggunaan PAH 20

    2.3.4 Efek PAH terhadap kesehatan 21

    2.3.5 Efek PAH terhadap lingkungan 22

    2.4 BENZO[a]PYRENE(BaP) 23

    2.4.1 Sifat fisik dan kimia benzo[a]pyrene 25

    2.4.2 Sumber benzo[a]pyrenedi lingkungan 25

    2.4.3 Toksikokinetika (Absorpsi, distribusi, biotransformasi

    dan ekskresi) benzo[a]pyrene 25

    2.4.4 Efek benzo[a]pyreneterhadap kesehatan 27

    2.4.5 Efek benzo[a]pyreneterhadap lingkungan 27

    BAB III BAHAN DAN CARA KERJA 28

    3.1 Lokasi 28

    3.2 Bahan 29

    3.3 Peralatan 30

    3.4 Cara Kerja 31

    3.4.1 Pengambilan sampel 31

    3.4.2 Isolasi globin 31

    3.4.3 Analisa kemurnian globin 32

    3.4.4 Hidrolisis globin dengan asam 32

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    10/67

    3.4.5 Analisa hidrolisat dengan HPLC-Fluoresensi 34

    3.4.6 Pembuatan larutan standar baku 35

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37

    4.1 Pengumpulan Sampel Darah Pedagang Asongan 37

    4.2 Isolasi Globin 39

    4.3 Batas Deteksi Instrumen 40

    4.4 Deteksi Benzo[a]pyreneTetrahydrotetroldengan HPLC-

    Fluoresensi 41

    4.5 Hasil Analisis Benzo[a]pyreneTetrahydrotetroldan Faktor

    Lain yang Mempengaruhi 46

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50

    5.1 Kesimpulan 50

    5.2 Saran 51

    DAFTAR PUSTAKA 52

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    11/67

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Struktur hemoglobin 8

    Gambar 2 Struktur kuartener dari hemoglobin 12

    Gambar 3 Skema proses metabolisme benzo[a]pyrene(BaP) 26

    Gambar 4 Skema isolasi globin 33

    Gambar 5 Skema hidrolisis globin 34

    Gambar 6 Skema kerja 35

    Gambar 7 Spektrum globin hasil isolasi sampel 40

    Gambar 8 Skema pembentukan benzo[a]pyrene-hemoglobin adduct

    yang di hidrolisis asam (HCl) menghasilkan (hidrolisat) benzo[a]pyrene

    tetrahydrotetrol 42

    Gambar 9 Kromatogram standar benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol

    100 ppb 43

    Gambar 10. Kromatogram (a)Eluen Metanol Air (55:45); (b)Etil asetat;

    (c)Metanol; (d)Blanko kondisi hidrolisis asam 45

    Gambar 11 Kromatogram produk hidrolisis sampel + standar 100 ppb 46

    Gambar 12 Grafik konsentrasi globin-Adductdalam bentuk terdeteksi

    sebagai benzo[a]pyrenetetrahydrotetroldari seluruh sampel 47

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    12/67

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Data statistik kasus dan mortalitas penyakit kanker di Indonesia

    [IARC, 2002] 57

    Tabel 2 Struktur, sifat fisik, dan sifat kimiawi benzo[a]pyrene

    [Merck Index ,2003] 58

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    13/67

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Perhitungan LOD dan LOQ 61

    Lampiran 2 Informed Consent 62

    Lampiran 3 Angket 64

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    14/67

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Dalam beberapa tahun terakhir, penyakit kanker semakin menjadi

    pusat perhatian dunia, bahkan melebihi AIDS. Kondisi ini terjadi karena

    penyakit kanker jauh lebih kompleks dibandingkan penyakit-penyakit lain

    yang tengah mengancam kehidupan manusia saat ini. Penyakit ini

    merupakan suatu ancaman besar karena bertanggung jawab untuk kematian

    dari sekitar 440.000 jiwa penduduk Amerika per tahun atau sekitar satu orang

    untuk setiap 72 detik (Wiley, 2005). Kanker dikenal sebagai pembunuh

    dingin yang dapat mengakhiri kehidupan seseorang secara perlahan tapi

    pasti (Genetika Manusia, 2003). Sebagai penyakit yang menempati posisi

    kedua penyebab kematian terbanyak setelah penyakit jantung, ada beberapa

    alasan mengapa kanker menjadi pusat perhatian dunia saat ini (Wiley, 2005)

    a. Kanker merupakan suatu penyakit yang mampu bersifat dorman

    (tidak aktif) selama beberapa tahun setelah terjadinya kasus penyebab

    kanker.

    b. Kanker dapat disebabkan oleh terjadinya paparan xenobiotik

    (zat asing) walaupun dalam jumlah kecil atau hampir tidak tersengaja

    terhadap karsinogen, dimana efeknya pada saat itu cenderung kecil.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    15/67

    Paparan semacam ini dapat terjadi tanpa diketahui dan berkelanjutan

    selama waktu tertentu.

    Hal ini menyebabkan seseorang cenderung terlambat menyadari

    bahwa dirinya berisiko untuk terjangkit penyakit kanker. Dilema lain yang

    dihadapi terhadap masalah kanker adalah belum adanya pengobatan yang

    benar benar mampu mengatasi penyakit kanker. Pengobatan terbaik saat

    ini hanya bersifat menekan pertumbuhan dari sel sel kanker. Kesulitan

    pengobatan ini karena kanker atau dikenal juga sebagai tumor malignant

    merupakan suatu hasil dari proses dimana sel mengalami perubahan yang

    membuatnya menjadi abnormal, seperti perubahan fenotip atau perubahan

    pada ekspresi kode gen, dan memasuki tahap tidak terkontrol pada

    pertumbuhannya serta mampu menyebar ke jaringan lain yang biasa disebut

    metastasis. Akibatnya, kanker dapat terjadi di setiap bagian tubuh.

    Berdasarkan data IARC 2002, kasus kanker paru paru merupakan

    penyebab kematian terbesar di dunia dan di Asia Tenggara bahkan di

    Indonesia sendiri. Sedangkan bagi kaum wanita, kanker payudara

    merupakan penyebab kematian terbesar kemudian disusul oleh kanker

    paru paru dan kanker rahim. Data statistik yang menunjukkan kasus

    kanker di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

    Masalah yang lebih kompleks lagi dari penyakit kanker adalah sumber

    penyebab terjadinya kanker atau proses kejadiannya. Semua substansi yang

    mampu menyebabkan kanker disebut karsinogen (Kamus Kedokteran

    Dorlan, 2002) dan senyawa kimia yang memiliki kemampuan itu disebut

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    16/67

    bersifat karsinogenik. Perkembangan terkini menunjukkan bahwa kanker

    terjadi melalui proses multitahap dan senyawa kimia yang bersifat

    karsinogenik dapat memiliki keterlibatan dalam tahapan karsinogenesis, yaitu

    proses dimana sel menjalani beberapa tahap yang menyebabkannya menjadi

    abnormal dan memulai fase pertumbuhan menjadi tidak terkontrol dan

    mampu menyebar ke jaringan lain.

    Paparan udara dari zat kimia karsinogenik memiliki tingkat risiko yang

    lebih tinggi dibandingkan paparan lain. Hal ini terkait bahwa paparan melalui

    jalur inhalasi ini seringkali terjadi tanpa diketahui dan efeknya lebih banyak

    bersifat kronis. Selain itu, jalur inhalasi memiliki tingkat risiko yang lebih

    tinggi karena zat kimia yang masuk melalui jalur ini akan lebih mudah

    memasuki sistem aliran darah tanpa adanya suatu proses detoksifikasi yang

    biasa terjadi apabila suatu zat xenobiotik memasuki tubuh melalui jalur

    ingesti. Akibatnya, saat seseorang mengetahui bahwa dirinya telah terjangkit

    kanker, kondisinya sudah berada pada stadium lanjut sehingga pengobatan

    yang ada kurang mampu mengatasi penyakit kanker tersebut. Pertumbuhan

    kanker dapat dibedakan menjadi beberapa tahap seiring dengan

    perkembangan dari satu tahap ke tahap selanjutnya dimana sel menjadi

    semakin tidak terkendali, bersifat destruktif, serta lebih invasif.

    Oleh sebab itu, sangat penting untuk mampu mendeteksi kanker sedini

    mungkin, dengan harapan tahap kanker yang didapati masih tergolong awal

    sehingga pengobatan yang diberikan lebih mudah dan lebih tinggi

    kemungkinan sembuhnya (Wiley, 2005).

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    17/67

    Kurangnya pengetahuan dan kemampuan dalam mendeteksi awal

    risiko kanker menjadi suatu batasan dalam mengatasi kanker (Poirier, 2000).

    Pengembangan untuk mendapatkan strategi yang efektif dalam pencegahan

    kanker membutuhkan pengetahuan mengenai sistem paparan dan potensi

    bahan kimia atau suatu campuran substansi kompleks yang bersifat

    karsinogenik (Bundesgesundheitsblatt, 2003). Suatu pendekatan yang

    signifikan telah diperkenalkan melalui metode yang mampu menunjukkan

    jumlah bahan kimia yang terlibat dengan interaksi kovalen terhadap target

    makromolekul seperti DNA dan protein yang diperkirakan bertanggung jawab

    dalam proses karsinogenesis dari pengaruh bahan kimia (ibid.). Interaksi

    kovalen tersebut menghasilkan suatu bentuk adduct(addition product) yang

    dipercaya merupakan salah satu tahap penting dalam proses inisiasi kanker

    (ibid.). Adducttersebut dapat berguna sebagai biomarker molekular yang

    memberikan pendekatan terbaik untuk deteksi dini risiko kanker

    (Vineis, 2005). Deteksi terhadap DNAAdductdan proteinAdducttersebut

    dapat menjadi indikasi risiko jangka panjang (efek kesehatan kronis) dari

    suatu paparan bahan kimia.

    Inisiatif utama dari monitoring paparan karsinogen melalui penentuan

    adductkovalen berasal dari Ehrenberg yang mengajukan pengukuran

    terhadap hemoglobin Adductsebagai indikator kuantitatif dari DNA sebagai

    target adduct(Bundesgesundheitsblatt, 2003). Hemoglobindigunakan

    sebagai target deteksi karena jumlahnya yang banyak dan memiliki waktu

    hidup (life-time) cukup lama sekitar 18 minggu dalam eritrosit manusia serta

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    18/67

    mampu terdeteksi adanya adductyang stabil beberapa waktu setelah

    paparan akut terjadi (ibid.). Dalam hal paparan kasus kronis, adductkovalen

    akan terakumulasi dalam hemoglobinselama waktu hidupnya sehingga dapat

    dilakukan estimasi terhadap dosis dari reagen elektrofil (ibid.).

    1.2 PERUMUSAN MASALAH

    Beberapa lokasi aktivitas masyarakat memiliki risiko paparan udara

    tinggi, seperti daerah terminal yang padat akan kendaraan bermotor.

    Paparan udara dari senyawaan seperti benzo[a]pyrenemengancam

    masyarakat di daerah tersebut dengan risiko terjangkitnya penyakit kanker.

    Untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah dengan memonitor

    kondisi kesehatan masyarakat yang diduga berisiko tinggi terpaparkan PAH

    melalui udara, dengan menggunakan suatu metode yang mampu mendeteksi

    secara dini adanya risiko penyakit kanker. Salah satu upaya tersebut dengan

    menggunakan hemoglobin Adduct sebagai biomarker (Pastorelli, 1996).

    Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada studi deteksi dini risiko

    kanker dengan menggunakan biomarker hemoglobinAdductdari senyawa

    benzo[a]pyrenepada pedagang asongan di lokasi berisiko, yaitu terminal bis

    dan perempatan jalan yang padat kendaraan bermotor. Biomarker adduct

    tersebut di deteksi sebagai benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolyang merupakan

    hidrolisat hasil hidrolisis hemoglobin Adductdengan asam. Deteksi senyawa

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    19/67

    tersebut menggunakan instrumen HPLC-Fluoresensi dengan pembanding

    standar benzo[a]pyrene tetrahydrotetroluntuk uji kualitatif.

    1.3 JENIS PENELITIAN

    Penelitian yang dilakukan berupa percobaan di laboratorium terhadap

    standar dan sampel yang dikumpulkan terlebih dahulu dari lapangan.

    Metode analisis hasil percobaan dilakukan dengan menggunakan instrumen

    HPLC-Fluoresensi. Pengumpulan sampel dilakukan dengan strategi

    pemilihan responden yang diduga memiliki risiko tinggi terpapar

    benzo[a]pyrenedalam jumlah tertentu secara berkelanjutan, yaitu para

    pedagang asongan di terminal dan perempatan jalan yang padat kendaraan

    bermotor. Responden diberikan informed consentsebagai pernyataan

    kesediaannya, penjelasan akan maksud dan tujuan penelitian ini dilakukan,

    serta alasan dipilih sebagai responden, serta diberikan suatu angket untuk

    mengetahui parameter lain yang dapat mempengaruhi hasil, seperti

    kebiasaan merokok. Hasil analisis sampel dibandingkan dengan standar

    untuk mengetahui keberadaan hidrolisat benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol, baik

    secara kualitatif maupun kuantitatif.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    20/67

    1.4 HIPOTESIS

    Sampel yang berasal dari individu dengan risiko tinggi terpapar

    benzo[a]pyrene(BaP) secara berkelanjutan akan terdeteksi adanya

    biomarker hemoglobin Adductyang berupa hasil produk hidrolisisnya secara

    asam (hidrolisat), yaitu benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol. Adanya faktor

    pengaruh seperti kebiasaan merokok diketahui dapat menaikkan kuantitas

    senyawa benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol(BPT) yang terdeteksi.

    1.5 TUJUAN PENELITIAN

    Studi hemoglobin Adductsebagai biomarker untuk deteksi dini

    terhadap risiko kesehatan (kanker) akibat paparan udara yang mengandung

    PAH, khususnya benzo[a]pyrene pada sekelompok pedagang asongan

    di lokasi dengan risiko paparan PAH tinggi.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    21/67

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.5 HEMOGLOBIN

    Hemoglobinmerupakan protein (globin) dalam sel darah merah dan

    berkonjugasi dengan gugus heme(ion besi). Molekul hemoglobin terdiri dari

    dua bagian, yaitu

    a. Bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari empat rantai

    polipeptida yang sangat berlipat lipat.

    b. Gugus nitrogenosa nonprotein mengandung besi yang dikenal sebagai

    gugus hemeyang masing masing terikat pada satu polipeptida.

    Gambar 1. Struktur hemoglobin[Sumber: Lehninger, 2004]

    Atom besi tersebut dapat berikatan secara reversibel dengan O2,

    sehingga setiap molekul hemoglobindapat mengangkut 4 molekul O2.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    22/67

    Karena O2kurang larut dalam plasma, 98,5 % O2yang diangkut dalam darah

    terikat pada hemoglobinyang juga merupakan suatu pigmen yang

    memberikan warna merah pada darah. Hal ini karena kandungan besinya,

    sehingga hemoglobintampak kemerahan apabila berikatan dengan O2dan

    kebiruan apabila mengalami deoksigenasi. Darah pada arteri yang

    teroksigenasi sempurna tampak merah, dan darah pada vena yang telah

    kehilangan sebagian O2nya di jaringan memperlihatkan warna kebiruan

    (merah pucat). Selain mengangkut O2, hemoglobinjuga dapat berikatan

    dengan zat zat berikut:

    a. Karbon dioksida, sehingga hemoglobinjuga ikut berperan mengangkut

    gas ini dari jaringan kembali ke paru paru untuk dikeluarkan dari dalam

    tubuh.

    b. Bagian ion hidrogen asam (H+) dari asam karbonat yang terionisasi,

    yang terbentuk dari CO2pada tingkat jaringan, sehingga hemoglobin

    berperan menyangga asam ini agar pH tidak terlalu berpengaruh.

    c. Karbon monoksida, dalam keadaan normal tidak terdapat dalam

    darah, tetapi bila terhirup dapat berikatan dengan hemoglobindimana

    affinitas pengikatannya lebih tinggi dibandingkan dengan O2, sehingga

    mampu menyebabkan terjadinya keracunan karbon monoksida.

    Saat hemoglobinjenuh akan kandungan oksigen yang berikatan

    dengan gugus heme, hemoglobindalam kondisi ini biasa disebut dengan

    oxyhemoglobin. Setelah melepaskan oksigen ke jaringan tubuh, hemoglobin

    mengganti peranan menjadi transporter karbon dioksida yang merupakan

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    23/67

    hasil buangan dari proses respirasi dan membawanya kembali ke paru paru

    yang selanjutnya dikeluarkan dari dalam tubuh. Saat jenuh dengan

    kandungan karbon dioksida, hemoglobindikenal sebagai carboxyhemoglobin.

    Untuk memaksimalkan jumlah hemoglobindalam eritrosit, maka eritrosit

    harus menyingkirkan segala hal lain termasuk nukleus dan organel penting.

    Eritrosit tidak memiliki nukleus, organel, atau pun ribosom, dimana substansi

    tersebut dikeluarkan saat masa perkembangan sel darah merah. Akibatnya,

    dalam eritrosit yang telah matang hanya terdapat sedikit enzim yang tidak

    dapat diperbaharui, yaitu enzim glikolitik dan karbonat anhidrase. Enzim

    glikolitik penting untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam

    menjalankan mekanisme transportasi aktif yang terlibat pada pemeliharaan

    konsentrasi ion ion sel. Sedang karbonat anhidrase penting untuk

    pengangkutan CO2.

    2.5.1 Hemoglobin Adduct

    Adductmerupakan singkatan dari kata addition product yang berarti

    produk yang terbentuk akibat terjadinya adisi. Dalam hal hemoglobin Adduct,

    kondisi ini termasuk sebagai suatu protein adductdimana terjadi suatu

    proses adisi atau penambahan dari suatu senyawa kimia yang berikatan

    dengan hemoglobindan bersifat permanen. Pengikatan ini menghasilkan

    suatu produk molekul baru yang tentunya memiliki perbedaan sifat kimia

    dengan hemoglobinnormal.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    24/67

    Secara umum, senyawa kimia karsinogenik bersifat elektrofil sehingga

    mampu berinteraksi dan membentuk ikatan kovalen irreversibel dengan

    makromolekul yang memiliki sifat sebagai nukleofil, yaitu DNA dan protein.

    Paparan dari karsinogen elektrofilik dapat diestimasi dengan pengukuran

    proteinAdductdalam darah (Bundesgesundheitsblatt, 2003). Hemoglobin

    Adducttelah diketahui sesuai untuk tujuan pengukuran tersebut, dimana

    adanya kandungan adductpada asam aminonya yang teramati memenuhi

    persyaratan yang diperlukan untuk validasinya, antara lain (Poirier, 2000)

    a. Sensitivitas

    b. Kemampuan deteksi awal dari risiko

    c. Spesifisitas, terkait kemampuan untuk identifikasi zat

    d. Kegunaan secara umum untuk estimasi risiko

    Terbentuknya adductpada hemoglobindikarenakan adanya gugusan

    nukleofilik yang reaktif pada kondisi fisiologis seperti: (Rydberg, 2000)

    a. Atom nitrogen imidazol pada residu histidin

    b. Atom sulfur pada residu sistein dan methionin

    c. Atom oksigen pada gugus karboksil dan gugus hidroksil pada residu

    tyrosin serta serin

    d. Atom -nitrogen pada residu N-terminal valin di keempat rantai

    polipeptida hemoglobinmanusia

    Situs situs aktif pada hemoglobinyang umum untuk posisi terbentuknya

    adductdapat dilihat pada Gambar 2.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    25/67

    Gambar 2. Struktur kuartener dari hemoglobin. ProteinAdductakibatpaparan xenobiotik umumnya terjadi pada posisi yangditunjukkan oleh lingkaran warna hitam, antara lain atom S darisistein (rantai , posisi 93), atom N dari valin (khususnya N-terminal valin pada rantai dan posisi 1), atom N imidazol darihistidin, atom S dari metionin, dan gugus OH dari tirosin.[Sumber: www.epa.gov, 2007]

    Kelebihan dari penggunaan hemoglobin Adductsebagai biomarker

    dari karsinogen antara lain terkait: (Carmella, 2002)

    a. Kemudahan mendapatkan hemoglobindalam jumlah besar

    b. Waktu hidup yang relatif lama dari sel darah merah yang

    memungkinkan akumulasi dari adduct(sesuai untuk tinjauan efek

    kronis)

    c. Kestabilan adductyang tinggi, karena tidak adanya mekanisme

    perbaikan

    ProteinAdducttidak mengalami suatu mekanisme perbaikan seperti

    halnya DNAAdduct. Faktor ini memungkinkan hemoglobinAdductrelatif

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    26/67

    stabil (Hongli, 2002). Kestabilan hemoglobin Adductdipengaruhi dengan

    ketidakberadaan suatu mekanisme yang mampu memperbaikinya. Kondisi

    ini timbul karena dalam eritrosit (terutama yang telah matang) tidak didapati

    adanya enzim atau organel yang berfungsi untuk tugas tersebut.

    Metode analisis dari proteinAdductdapat dilakukan dengan menggunakan

    HPLC (detektor fluoresensi), immunoassay, GC dan GCMS, serta dengan

    tehnik degradasi Edman dimana pada prosedur ini valin yang teralkilasi

    (membentuk adduct) dibebaskan dari protein penyusun hemoglobindengan

    reagen pentafluorofenil isothiosianatyang selanjutnya dideteksi dengan

    GCMS. Tehnik tersebut mampu mencapai tingkat limit deteksi hingga

    10 pmol/g hemoglobin.

    2.6 PENILAIAN PAPARAN

    2.6.1 Definisi Paparan

    Paparan adalah proses kontak bahan asing (eksogenus/xenobiotik)

    terhadap tubuh atau organ sasaran makhluk hidup, yang memiliki intensitas

    dan besaran yang dapat terukur. Besaran jumlah sebelum suatu zat

    xenobiotik sampai ke target organ disebut konsentrasi dan setelah sampai

    ke target organ disebut dosis.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    27/67

    2.6.2 Jenis Paparan

    Paparan dapat dibedakan menjadi 2 kategori antara lain:

    a. Paparan langsung, adalah paparan yang terjadi secara langsung

    antara sumber paparan (zat/bahan) dengan target organ.

    b. Paparan tidak langsung, adalah paparan yang terjadi melalui tahapan

    (medium perantara) sebelum terjadi kontak dengan target organ.

    2.6.3 Jalur Paparan

    Secara umum zat xenobiotik seperti PAH dapat masuk ke dalam tubuh

    melalui 3 jalur utama, yaitu:

    a. Sistem pernafasan (inhalasi), berperan penting dalam paparan

    lingkungan dan tempat kerja terhadap adanya kontaminan dalam

    udara. Beberapa obat-obatan (seperti inhaler aerosol untuk hidung

    atau mulut) masuk melalui jalur ini.

    b. Sistem pencernaan (ingesti), berperan penting dalam paparan

    lingkungan dari kontaminan dalam makanan dan air serta jalur utama

    masuknya obat-obatan (yang dikonsumsi melalui jalur makanan).

    c. Dermal (kulit), berperan penting dalam paparan lingkungan dan tempat

    kerja dengan kontaminan yang bersifat lipofil sehingga mampu

    menembus kulit. Banyak obat-obatan dan produk konsumen

    digunakan langsung terhadap kulit.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    28/67

    2.6.4 Pemantauan Biologis (Kamrin, 2004)

    Biomonitoring adalah pengukuran risiko paparan suatu bahan kimia

    dengan menggunakan indikator pada tubuh manusia atau makhluk hidup.

    Definisi lainnya adalah suatu teknik ilmiah untuk mengukur paparan pada

    manusia dari senyawa kimia alami atau sintetik berdasarkan pada sampling

    dari jaringan atau cairan tubuh individu tersebut.

    Metode tersebut dapat memberikan pengetahuan bahwa senyawa

    kimia yang masuk ke tubuh manusia dapat meninggalkan tanda (marker)

    yang mencerminkan paparannya. Tanda atau marker bisa berupa senyawa

    kimia itu sendiri, produk penguraian senyawa tersebut atau berupa senyawa

    kimia hasil metabolisme senyawa kimia yang ingin diukur dalam tubuh

    manusia. Penanda tersebut biasa disebut dengan biomarker yang

    merupakan indikator adanya perubahan dalam sistem biologi manusia

    sebagai akibat terjadinya paparan atau timbulnya efek pada kesehatan.

    Dalam studi biomonitoring, penggunaan biomarker atau indeks paparan

    biologis telah ditinjau secara luas, baik dari sudut pandang pemantauan di

    lingkungan kerja (occupational monitoring) maupun epidemiologi.

    Tujuan biomonitoring adalah untuk menentukan apakah kita sudah

    terpapar suatu bahan kimia, berapa banyak bahan kimia tersebut yang sudah

    masuk ke dalam tubuh, dan apakah jumlah bahan kimia tersebut di dalam

    tubuh sudah cukup untuk menyebabkan efek yang merugikan di dalam tubuh.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    29/67

    Pada prinsipnya biomonitoring hanya dapat mengukur paparan senyawa

    kimia dan tidak dapat memberikan informasi mengenai toksisitas atau

    risikonya. Biomonitoring itu sendiri merupakan pengukuran yang paling tepat

    untuk paparan yang terjadi pada individu maupun suatu populasi.

    Keuntungan dan sekaligus kekurangan biomonitoring sendiri adalah metode

    yang digunakan dapat mengintegrasikan atau menyatukan semua paparan

    dari bermacam-macam sumber sehingga merupakan refleksi dari paparan

    total.

    Metode atau proses yang dilakukan untuk biomonitoring membutuhkan

    tiga tahap berikut :

    a. Memilih siapa, kapan dan dimana monitoring akan dilakukan

    b. Mengambil atau mengumpulkan sampel yang berupa jaringan atau

    cairan tubuh

    c. Menentukan kandungan bahan kimia apa yang hendak dianalisis atau

    ingin diketahui

    Biomonitoring merupakan proses yang kompleks dan cukup mahal

    karena dapat menghitung konsentrasi suatu senyawa kimia pada beberapa

    variasi seperti umur, jenis kelamin, etnis, lokasi geografik, dan keadaan

    kesehatan tiap individu.

    Parameter analisis yang dapat digunakan untuk biomonitoring antara

    lain berupa sampel darah, urin, asi, udara pernafasan, rambut, kuku, lemak,

    tulang dan jaringan tubuh lainnya.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    30/67

    Untuk menganalisis paparan polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH)

    dalam tubuh manusia dapat dilakukan dengan melakukan beberapa tes

    dimana biomonitoring adalah salah satunya. Biomonitoring untuk mengukur

    PAH dapat dilakukan pada urin serta dapat juga diukur dalam DNA Adduct

    atau proteinAdduct.

    2.7 POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBON

    Polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) adalah senyawaan kimia

    dengan dua atau lebih cincin aromatis yang dapat berasal dari proses

    pembakaran yang tidak sempurna atau pyrolisis bahan organik yang

    mengandung PAH. Pyrolisis dari suatu bahan organik tersebut dapat

    menghasilkan emisi yang bersumber dari asap api, buangan gas diesel atau

    asap kendaraan bermotor (terutama dari bahan bakar kualitas rendah dan

    tidak ramah lingkungan), asap pembakaran bahan karet, asap pembakaran

    limbah atau sampah, dan lainnya.

    IARC (International Agency for Research on Cancer) telah melaporkan

    bahwa kandungan PAH di udara berada pada tingkat tinggi seperti di lokasi

    pabrik gas, pabrik kokas, dan industri alumunium primer, serta menunjukkan

    tingkat kasus kanker yang tinggi pula. Berdasarkan klasifikasi IARC, PAH

    adalah karsinogen genotoksik, yang menyebabkan efek kromosal untuk

    manusia yang terpapar. Efek yang paling beracun terhadap manusia, selain

    kanker dapat berupa efek negatif kesehatan pada kulit dan mata.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    31/67

    Beberapa contoh senyawa PAH yang cukup dikenal antara lain

    antracene, benz(a)antracene, benzo(a)fluorene, benzo(a)pyrene, chrysene,

    coronen, naftalene, pyrene, fenantren, fluoren danlainnya. Benzo(a)pyrene

    dan benz(a)anthracenedipercaya bersifat karsinogen terhadap manusia.

    Banyaknya jenis senyawa yang tergolong PAH menjadi suatu kendala dalam

    estimasi risiko PAH dengan menggunakan biomarker adduct, oleh sebab itu

    diperlukan suatu indikator yang dipilih untuk mewakili PAH dan biasanya

    digunakan senyawa benzo[a]pyrene(Helleberg, 2000).

    2.7.1 Sumber PAH di Lingkungan

    PAH yang ditemukan di lingkungan bersumber dari berbagai aktivitas

    alam maupun manusia. Dari aktivitas alam, senyawaan tersebut bersumber

    dari aktivitas gunung berapi dan juga kebakaran hutan yang terjadi secara

    alamiah (adapula kebakaran hutan yang disengaja oleh manusia juga mampu

    menjadi sumber PAH). Terutama di Indonesia seringkali terjadi kebakaran

    hutan yang dapat berimbas pada penyebaran PAH di udara sekitar hutan

    tersebut.

    Batubara juga secara umum diketahui merupakan sumber materi

    senyawa aromatis. Hampir semua PAH dalam batubara terikat secara kuat

    pada strukturnya dan tidak dapat dilepaskan dari struktur. Bahkan total

    konsentrasi PAH dalam batubara keras lebih tinggi nilainya daripada

    batubara lunak seperti lignit dan batubara coklat. Struktur hidroaromatik yang

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    32/67

    terkandung mewakili 15 - 25 % karbon dalam batubara. Beberapa mineral

    PAH juga terbentuk di alam akibat terjadinya pyrolisis bahan organik didalam

    perut bumi dimana terjadinya pembentukan minyak bumi.

    Selain dari aktivitas alam, PAH dapat juga bersumber dari aktivitas

    manusia melalui pembakaran tak sempurna seperti:

    a. Pemprosesan batubara, minyak mentah, dan gas alam, termasuk

    di dalamnya pengarangan batubara, konversi batubara, penyulingan

    minyak, dan produksi karbon hitam, creosote, terbatubara, dan

    bitumen.

    b. Pabrik produksi alumunium, besi dan baja.

    c. Pemanas pembangkit tenaga listrik dan perumahan serta kegiatan

    memasak.

    d. Pembakaran sampah

    e. Asap kendaraan bermotor

    f. Asap rokok

    2.7.2 Produksi PAH

    Pada umumnya PAH terbentuk tanpa disengaja selama pembakaran

    dan proses lainnya. Hanya beberapa jenis PAH yang disengaja diproduksi

    untuk tujuan komersil. Produk PAH komersil tersebut antara lain: naftalene,

    acenapthene, fluorene, antracene, fenantrene, fluoranthenedan pyrene.

    Produk industrial yang paling penting adalah naftalene.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    33/67

    Bahan kimia tersebut tidak disintesis secara kimiawi untuk kebutuhan

    industrial tetapi diisolasi dari pemprosesan produk batubara, khususnya

    batubara keras. Bahan mentah tersebut dipekatkan dan produknya

    dimurnikan dengan destilasi dan kristalisasi. Hanya senyawa naftaleneyang

    terkadang diisolasi dari pyrolisis residu minyak, fraksi olefin, dan fraksi

    minyak, yang selanjutnya juga didestilasi dan dikristalisasi.

    2.7.3 Penggunaan PAH (ATSDR, 1995)

    Penggunaan produk komersial dari PAH adalah sebagai berikut:

    a. Naftalene, kegunaan utama: produksi anhidrida ftalat (intermedit untuk

    pembuatan PVC); juga produksi pencelup azo, surfaktan dan

    dispersan, cairan penyamak, karbaril (insektisida), pelarut alkil naftalen

    (untuk kertas fotokopi bebas karbon), dan penggunan tanpa proses

    lebih dahulu yaitu sebagai anti serangga.

    b. Acenaphtane, kegunaan utama, produksi anhidrid naptahlic

    (intermedite untuk pigmen); juga untuk acenaphthylene(intermedite

    untuk resin).

    c. Fluorene, produksi fluorenon (agen pengoksidasi ringan)

    d. Antracene, kegunaan utama, produksi antrakuinon (intermedit untuk

    pencelup); juga digunakan tanpa pemprosesan awal sebagai sintilator

    (untuk mendeteksi energi tinggi radiasi)

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    34/67

    e. Fenantrene, kegunaan utama untuk produksi fenantrenquinon

    (intermediet untuk pestisida) dan juga untuk pembuatan asam difenik

    (intermediet untuk resin)

    f. Fluoranthene, dalam produksi fluoresen dan pencelup tong

    g. Pyrene, dalam produksi pencelup (pigmen perinon)

    2.7.4 Efek PAH Terhadap Kesehatan

    Paparan PAH pada populasi umum telah diteliti dan dinyatakan

    sebagai zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker, salah satunya

    adalah kanker paru-paru dan kanker kulit. PAH dengan dosis yang tinggi

    juga dipercaya dapat menurunkan sistem fungsi imun tubuh dengan

    mengurangi kadar serum immunoglobin.

    Paparan dari setiap kelompok PAH dapat berbeda - beda tergantung

    pada kegunaannya. Seperti paparan naftalenemelalui oral, kulit, dan

    inhalasi dapat mengakibatkan anemia hemolitik akut. Dan paparan berulang

    asap naftalenedapat menyebabkan koreng di kornea mata bahkan katarak.

    Paparan naftaleneyang mengenai kulit dapat menyebabkan iritasi dan

    dermatitis.

    Paparan akibat menghirup PAH juga dapat menyebabkan gangguan

    dalam sistem pernapasan seperti: muntah darah, sakit pada dada, iritasi

    dada, iritasi pada tenggorokan dan batuk.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    35/67

    2.7.5 Efek PAH Terhadap Lingkungan

    Hanya sedikit data yang menunjukkan efek PAH bagi tanaman,

    hewan mamalia liar, dan burung yang hidup di darat. PAH di tanah tidak

    dapat dinyatakan beracun bagi invertebrata yang hidup di darat. Kecuali,

    tanah tersebut sudah sangat tinggi terkontaminasi PAH.

    Untuk organisme air, PAH dapat menyebabkan efek neoplastik.

    Tumor pada ikan dilaporkan terjadi akibat paparan benzo(a)pyrene. Tumor

    hati terjadi pada ikan yang hidup dekat dengan sedimen yang mengandung

    PAH dengan konsentrasi 250 mg/kg. Toksisitas PAH pada organisme air

    dipengaruhi oleh metabolisme dan fotooksidasi dan akan lebih toksik bila

    terdapat sinar ultra violet.

    Pemerintah Amerika Serikat telah menyusun peraturan untuk

    melindungi masyarakat dari kemungkinan efek kesehatan dari memakan,

    meminum, atau menghirup PAH. EPA (Environmental Protection Agency)

    menyarankan seberapa besar paparan PAH yang dapat diterima oleh tubuh

    tiap harinya yang tidak menimbulkan efek kesehatan adalah: 0,3 mg

    antracene; 0,06 mg acenapthene; 0,04 mg fluoranthene; 0,04 mg fluorene;

    0,03 mg pyrene(semua data per kg berat badan). Sedangkan di lokasi atau

    lingkungan kerja NIOSH merekomendasikan limit paparan PAH pada pekerja

    produk ter-batubara sekitar 0,1 mg/m3udara untuk 10 jam hari kerja dalam

    40 jam minggu kerja. Dan ACGIH merekomendasikan limit paparan pada

    pekerja produk terbatubara adalah 0,2 mg/m3untuk 8 jam hari kerja dalam

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    36/67

    40 jam minggu kerja. Adapun OSHA mengeluarkan peraturan mengenai

    PAH yaitu paparan 0,2 mg/m3rata-rata selama 8 jam periode paparan.

    2.8 BENZO[a]PYRENE(BaP)

    Benzo[a]pyreneadalah salah satu jenis senyawa PAH yang memiliki

    lima cincin aromatis serta bersifat mutagenik dan sangat karsinogenik.

    Senyawa ini didapati berupa kristalin kuning yang padat. Benzo[a]pyrene

    merupakan produk dari pembakaran tak sempurna pada temperatur antara

    300 dan 600 0C. Senyawa ini banyak ditemukan pada terbatubara, asap

    buangan kendaraan (khususnya dengan mesin diesel), asap rokok dan

    makanan yang dibakar menggunakan arang.

    Beberapa penelitian selama tiga dekade terakhir telah menyatakan

    adanya hubungan antara benzo[a]pyrenedengan kanker. BaP teraktivasi

    dalam metabolisme sebagai r-7, t-8-dihydroxy, t-9, t-10-epoxy,

    7,8,9,10-tetrahydrobenzo[a]pyrene atau dikenal dengan sebutan BPDE yang

    merupakan zat karsinogenik dan diketahui mampu berikatan secara kovalen

    dengan DNA dan protein darah (Pastorelli, 1996). Lebih sulit lagi untuk

    menghubungkan kanker dengan sumber benzo[a]pyreneyang spesifik,

    khususnya pada manusia karena senyawa tersebut banyak terpaparkan dari

    berbagai sumber. Selain itu, ditemukan pula bahwa benzo[a]pyrenedapat

    menyebabkan kekurangan vitamin A pada tikus.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    37/67

    Pada Oktober 1996, suatu hasil penelitian telah dipublikasikan dengan

    bukti molekular pertama yang nyata mengenai hubungan antara komponen

    dalam rokok dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahan kimia yang

    merupakan komponen dari rokok tersebut antara lain adalah benzo[a]pyrene.

    Dari hasil penelitian sebelumnya telah ditunjukkan bahwa reaksi

    alkilasi dari asam karboksilat membentuk ester merupakan reaksi yang umum

    terjadi dari pembentukan metabolit adductPAH dengan hemoglobin, baik

    untuk bentuk epoksi maupun diol epoksinya (Myers, 1996). Selanjutnya dari

    bentukan adductester dapat diperoleh produk bentuk alkohol (tetrol) dengan

    adanya hidrolisis asam.

    2.8.1 Sifat Fisik dan Kimia Benzo[a]pyrene

    Sifat fisik dan kimia dari senyawa benzo[a]pyrenedapat dilihat pada

    Tabel 2.

    2.8.2 Sumber Benzo[a]pyrenedi Lingkungan

    Benzo[a]pyrenedapat terbentuk apabila material kaya karbon

    mengalami pembakaran tak sempurna. Benzo[a]pyrenediproduksi secara

    alami pada gunung berapi dan kebakaran hutan serta merupakan komponen

    dalam asap rokok.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    38/67

    2.8.3 Toksikokinetika (Absorpsi, Distribusi, Biotransformasi dan Ekskresi)

    Benzo[a]pyrene

    Toksikokinetika benzo[a]pyrenemempelajari bagaimana cara senyawa

    tersebut memasuki tubuh dan apa yang terjadi terhadapnya setelah

    memasuki tubuh.

    Benzo[a]pyrenedapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 jalur utama,

    yaitu saluran pernafasan (inhalasi), dermal (kulit) terutama di lingkungan

    pekerjaan dan saluran pencernaan (ingesti) terutama yang terdapat dalam

    makanan dan minuman.

    Gambar 3. Skema proses metabolisme benzo[a]Pyrene(BaP)BaP = benzo[a]pyrene, EH = epoxide hydralase, ER = epoxide reductase,

    MO = monooxygenase, PS = prostaglandin endoperoxide synthase,QR = quinone reductasea Dapat berkonjugasi dengan glutathioneb Dapat berkonjugasi dengan sulfatc Dapat berkonjugasi dengan asam glukoronatd Dapat berkontribusi pada reaksi kovalen dari hidrokarbon dengan asam

    nukleat pada sel atau jaringan [Sumber: Kim, 1998]

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    39/67

    Pada dasarnya toksikokinetik benzo[a]pyrenesama seperti PAH, baik

    untuk proses absorbsi, distribusi, metabolisme maupun ekskresinya. Oleh

    sebab itu, BaP sering digunakan sebagai indikator untuk analisis PAH.

    Metabolit BaP sebagai adductdari DNA biasa ditemui dalam bentuk BPDE-

    dG atau BPDE-dA untuk pengukurannya. AdductBaP pada protein,

    biasanya dianalisis sebagai hidrolisat dari hemoglobin Adductdalam bentuk

    benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol dan histidinAdduct. Sedangkan untuk

    ekskresinya melalui urin, metabolitnya adalah 1-hidroxypyrene. Keseluruhan

    metabolisme benzo[a]pyrenedapat dilihat pada Gambar 3.

    2.8.4 Efek Benzo[a]pyreneTerhadap Kesehatan

    Paparan benzo[a]pyrene di dalam tubuh manusia dapat menyebabkan

    efek-efek tertentu antara lain:

    a. Efek akut berupa iritasi pada kulit dengan sensasi terbakar, serta

    dengan adanya matahari dapat memperburuk efeknya. Efeknya dapat

    juga mengiritasi atau membakar mata.

    b. Efek kronis berupa bahaya kanker pada kulit dan paru-paru, serta

    kanker kandung kemih. Bahaya reproduksi yaitu merusak

    pertumbuhan janin, mempengaruhi sperma dan testis serta dapat

    beralih kepada bayi melalui air susu ibu yang terpapar benzo[a]pyrene.

    Efek lainnya yaitu perubahan pada kulit seperti penebalan kulit,

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    40/67

    menggelapnya warna kulit, jerawat yang selanjutnya akan berubah

    menjadi kemerah-merahan, menipisnya kulit atau timbul kutil.

    2.8.5 Efek Benzo[a]pyreneTerhadap Lingkungan

    Dampak dari senyawa benzo[a]pyreneterhadap lingkungan

    diantaranya adalah penyakit tumor pada ikan di perairan yang mengandung

    senyawa kimia tersebut.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    41/67

    BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    3.5 LOKASI

    Pada penelitian ini, proses pengumpulan sampel dilakukan di

    beberapa lokasi, yaitu Terminal Lebak Bulus, Terminal Pasar Minggu,

    Terminal Blok M, Terminal Depok, dan Perempatan Pasar Rebo. Untuk

    proses isolasi dan hidrolisis globin dilakukan di laboratorium penelitian

    Rumah Sakit Kanker Dharmais, sedangkan analisis deteksi dengan HPLC-

    Fluoresensi dilakukan di laboratorium instrumentasi Departemen Farmasi

    Universitas Indonesia.

    3.6 BAHAN

    Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain standar

    benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol (BPT) pemberian dari Prof. Shantu G. Amin,

    American Health Institute, Valhalla, New York; Sampel darah dari responden

    pedagang asongan sebanyak 20 buah @ 5 mL; aquabides; NaCl 0.9%;

    larutan hipotonik NaCl 0,9 %-air; HCl 50 mM dalam 2-propanol; etil asetat;

    n-heksana; HCl; NaOH; DMSO; eluen metanol-air; asetonitril; dan metanol.

    Semua bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analitis.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    42/67

    3.7 PERALATAN

    Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain instrumen

    sentrifuge SORVALL; tabung sentrifuge; beaker glass; labu ukur; pipet

    Effendorf; ice box; sarung tangan; rak tabung; vial vacuumno additive; vial

    vacuumHeparin; syringeTERUMO; lemari pendingin; freezer-20 C Forma

    Scientific; desikator vacuum; penangas air Forma Scientific; microsyringe;

    vortex; kolom HPLC LiChroCART 250-4 5m RP-18 Merck; instrumen HPLC

    Shimadzu LC-6A; instrumen detektor fluoresensi Shimadzu RF-535; dan

    neraca digital Precisa.

    3.8 CARA KERJA

    3.8.1 Pengambilan Sampel

    Sampel diperoleh dari responden pedagang asongan dengan

    menggunakan syringedisposablesteril ukuran 5 mL. Proses pengambilan

    darah dilakukan oleh mahasiswa S1-ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan

    Universitas Indonesia. Darah yang telah diambil dimasukkan dalam vial

    vacuumberisi heparin sebagai anti koagulan, kemudian mengoyang perlahan

    vial untuk meratakan pencampuran darah dengan heparin. Vial berisi sampel

    darah disimpan dalam ice boxberisi es selama di perjalanan, kemudian

    di simpan dalam lemari pendingin suhu 4 C.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    43/67

    3.8.2 Isolasi Globin

    Sampel darah disentrifuge 3000 rpm selama 10 menit, kemudian

    memisahkan supernatan dengan endapannya. Endapan dicuci 3 kali dengan

    NaCl 0,9 % sebanyak 1 kali volum. Setelah pencucian dilakukan hemolisis

    dengan menambahkan larutan hipotonik 1 kali volum, kemudian disentrifuge

    3500 rpm selama 90 menit. Supernatan hasil hemolisis dipisahkan dari

    endapannya, kemudian supernatannya ditambahkan 6 kali volum HCl 50 mM

    yang diencerkan dalam 2-propanol. Proses isolasi dilanjutkan dengan

    sentrifuge 3500 rpm supernatan selama 10 menit. Endapan yang terbentuk

    dipisahkan dan supernatannya ditambahkan 8 mL etil asetat secara perlahan,

    kemudian didiamkan selama 2 jam pada suhu 4 C. Sampel kemudian

    disentrifuge 3500 rpm selama 10 menit. Hasil berupa endapan dipisahkan

    dari supernatan. Endapan dicuci 2 kali dengan 5 ml etil asetat dan dicuci

    1 kali dengan 5 mL n-heksana. Hasil akhir berupa endapan globin

    dikeringkan dalam desikator vakum satu malam, kemudian disimpan dalam

    lemari pendingin suhu -20 C.

    3.8.3 Analisis Kemurnian Globin

    Globin kering sebanyak 6,3 mgditimbang kemudiandilarutkan dalam

    5 mL aquabides untuk membuat larutan globin dengan konsentrasi

    1260 ppm. Larutan tersebut dianalisis dengan spektrofotometer UV pada

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    44/67

    panjang gelombang dari 190 hingga 1100 nm. Rangepanjang gelombang

    dioptimumkan untuk melihat panjang gelombang maksimum absorbansi

    larutan. Data literatur menunjukkan bahwa protein akan memberikan

    absorbansi tertinggi pada panjang gelombang 280 nm.

    3.8.4 Hidrolisis Globin dengan Asam

    Sampel globin kering ditimbang sebanyak 50 mg, kemudian

    dilarutkan dengan 3 mL air. Larutan sampel dimasukkan ke dalam vial

    vacuum blankdengan menggunakan syringe. Untuk menghidrolisis sampel

    globin, ditambahkan HCl 0,1 N sebanyak 3 mL ke dalam larutan. Setelah

    larutan tercampur rata, selanjutnya dilakukan pemanasan selama 3 jam

    dengan kondisi larutan dalam vial yang telah vakum pada suhu 80 C.

    Selesai hidrolisis, larutan ditambahkan dengan NaOH 0,4 N hingga netral.

    Hidrolisat diekstrak dari fasa air dengan menggunakan etil asetat sebanyak

    4 kali, dimana setiap satu kali ekstraksi menambahkan etil asetat sebanyak

    3 mL. Fasa organik yang telah dipisahkan dari fasa air kemudian dipanaskan

    pada suhu 80 C untuk menguapkan pelarut hingga kering. Sampel kering

    disimpan dalam lemari pendingin suhu -20 C.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    45/67

    Gambar 4. Skema isolasi globin

    3.8.5 Analisis Hidrolisat dengan HPLC-Fluoresensi Kolom Fasa Terbalik

    HPLC-Flouresensi Shimadzu diatur untuk panjang gelombang eksitasi

    344 nm dan panjang gelombang emisi 398 nm. Flow-rate yang digunakan

    1 mL/menit dengan eluen metanol-air perbandingan 55:45. Kolom yang

    digunakan LiChroCART 250-4 5 m RP-18 buatan Merck. Sampel dilarutkan

    dalam 100 L metanol, kemudian diinjek sebanyak 20 L ke dalam

    instrumen.

    Sampel darah 5mLSentrifugasi 3000 rpm

    10menit

    Supernatan EndapanCuci NaCl 0.9 % 3x

    HemolisisDitambahkan larutan hipotonikDisentrifuge 3500 rpm - 90 menit

    SupernatanDitambahkan 6 volum

    HCl 50mM dalam 2-propanolDisentrifuge 3500 rpm - 10 menit

    Endapan

    Endapan

    SupernatanDitambahkan etil asetat 8 mLDidiamkan 2 jam pada 4C

    Disentrifuge 3500 rpm 10 menit

    Supernatan

    EndapanCuci etil asetat 2xCuci n-heksana 1x

    Dikeringkan semalamdalam desikator vacuum

    Disim an ada -20C

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    46/67

    Gambar 5. Skema hidrolisis globin

    3.8.6 Pembuatan Larutan Standar Baku

    Standar baku benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolyang diperoleh berupa

    padatan serbuk seberat 1 mg. Larutan standar baku dibuat dalam variasi

    sebagai berikut:

    a. Larutan standar 100 ppm dibuat dengan melarutkan seluruh padatan

    standar dengan DMSO (dimethyl sulfoxide) dalam labu ukur 10 mL

    hingga tanda batas.

    Endapan GlobinDilarutkan dalam 3 mL air

    Ditambahkan 3 mL HCl 0.1 N

    Hidrolisisdalam kondisi vacuum

    Suhu 80C 3 jam

    Dinetralkan denganNaOH 0.4 N

    Diekstraksi denganetil asetat 4x

    Fasa air Fasa organikDiuapkan pelarutnya

    Dilarutkan dalam100 L metanol

    Dianalisis HPLC-Fluoresensi

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    47/67

    b. Larutan standar 10 ppm dan 1 ppm dibuat dengan mengambil 1 mL

    dan 2,5 mL larutan standar 100 ppm, kemudian mengencerkan larutan

    dalam labu ukur 10 mL dan 25 mL dengan pelarut DMSO hingga

    tanda batas.

    c. Larutan standar 100 ppb, 10 ppb, 8 ppb, 6 ppb, 2 ppb, dan 1 ppb

    dibuat dengan mengambil 250 L, 100 L, 8 L, 6 L, 2 L, dan 1 L

    larutan standar 10 ppm, kemudian mengencerkan dalam labu ukur

    25 mL untuk larutan standar 100 ppb dan labu ukur 10 mL untuk

    larutan standar 10 ppb, 8 ppb, 6ppb, 2 ppb, dan 1 ppb dengan pelarut

    DMSO hingga tanda batas.

    Gambar 6. Skema kerja penelitian

    SSaammpplliinnggddaarraahhppeeddaaggaannggaassoonnggaann

    @@55mmLL

    IIssoollaassiiGGlloobbiinnddaarriiddaarraahh

    HHiiddrroolliissiissgglloobbiinnddeennggaannaassaamm

    AAnnaalliissiissHHiiddrroolliissaattgglloobbiinnAAdddduucctt

    sseebbaaggaaiiBB[[aa]]PPtteettrraaoollddeennggaannHHPPLLCC--FFlluuoorreesseennssii

    AAnnaalliissiisskkeemmuurrnniiaanngglloobbiinn

    AAnnaalliissiissssttaannddaarrPPeemmbbuuaattaannKKuurrvvaassttaannddaarr

    VVeerriiffiikkaassiippeennggaarruuhhpprroosseesshhiiddrroolliisstteerrhhaaddaappssttaannddaarr

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    48/67

    Larutan standar baku dianalisis dengan HPLC-Fluoresensi kolom fasa

    terbalik dengan eluen metanol-air (55:45). Flow rateeluen yang digunakan

    1 mL/menit. Sebelum digunakan dalam analisis, kolom HPLC dicuci terlebih

    dahulu dengan eluen asetonitril menggunakan flow rate0,5 mL/menit hingga

    kromatogram tidak menunjukkan adanya puncak kromatogram dari pengotor

    selama 30 menit.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    49/67

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 PENGUMPULAN SAMPEL DARAH PEDAGANG ASONGAN

    Sebagai langkah awal dalam penelitian ini dilakukan proses

    pengumpulan sampel di lapangan dengan terlebih dahulu memilih lokasi dan

    responden yang akan dikumpulkan darahnya. Pemilihan lokasi didasarkan

    pada kriteria sebagai berikut:

    a. Area tersebut memiliki risiko terjadinya paparan udara PAH yang tinggi

    b. Padat akan kendaraan bermotor yang mengeluarkan emisi

    pembakaran secara terus-menerus setiap harinya

    c. Banyak terdapat pedagang asongan yang kesehariannya berjualan

    di lokasi tersebut

    d. Aktivitas di lokasi berlangsung hampir 24 jam setiap harinya

    Dengan kriteria tersebut, maka dipilih 5 lokasi yang memenuhi, yaitu Terminal

    Lebak Bulus, Terminal Pasar Minggu, Terminal Blok M, Terminal Depok, dan

    Perempatan Pasar Rebo.

    Di lokasi - lokasi tersebut aktivitas masyarakat berlangsung hampir

    selama 24 jam setiap harinya. Kondisi lalu lintas padat dengan kendaraan

    bermotor yang meskipun diam di tempat, namun tetap mengeluarkan emisi

    yang diduga mengandung PAH. Hal tersebut menyebabkan risiko terjadinya

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    50/67

    paparan udara PAH yang terkandung dalam emisi kendaraan bermotor

    sangat tinggi terhadap individu yang kesehariannya beraktivitas di lokasi

    dalam jangka waktu yang lama. Risiko adanya gangguan kesehatan juga

    semakin tinggi akibat individu tersebut terpapar dalam jumlah besar yang

    berkelanjutan.

    Untuk mengetahui adanya hemoglobin Adductakibat paparan udara

    PAH tersebut, maka dipilih responden yang paling berisiko tinggi untuk

    terpapar dalam jumlah besar dan secara berkelanjutan. Responden yang

    dipilih memiliki kriteria sebagai berikut:

    a. Laki-laki

    b. Pedagang asongan yang telah berjualan di lokasi lebih dari 1 tahun

    c. Bekerja hampir setiap hari selama lebih dari 8 jam per hari

    d. Tidak memiliki penyakit pernapasan yang serius

    Pada setiap responden diberikan informed consentsebagai bukti persetujuan

    bahwa individu tersebut bersedia tanpa pemaksaan menjadi responden

    dengan mengetahui maksud dilakukannya pengumpulan sampel dan alasan

    kenapa ia dipilih sebagai responden. Dari setiap responden dikumpulkan

    5 mL sampel darah dan data berupa angket yang menunjukkan kondisi

    keseharian responden, antara lain informasi tentang lama bekerja di lokasi,

    waktu kerja per hari, kebiasaan merokok, dan kesehatannya. Informasi

    tambahan ini digunakan sebagai parameter pembanding dalam interpretasi

    data adductyang diperoleh. Jumlah responden yang diperoleh dari 5 lokasi

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    51/67

    sebanyak 21 orang responden, dimana 15 responden perokok dan

    6 responden bukan perokok.

    4.2 ISOLASI GLOBIN

    Dengan menggunakan metode berdasarkan literatur (Boysen, 2002)

    globin dari 5 mL sampel darah diisolasi dan menghasilkan globin kering

    berwarna putih keabuan dengan berat berkisar dari 30 604 mg. Variasi

    jumlah globin ini dikarenakan kondisi kesehatan setiap individu berbeda

    dalam hal jumlah globin dalam 1 mL darahnya. Dari 21 sampel, terdapat satu

    sampel yang beratnya dibawah 50 mg. Karena dalam proses selanjutnya

    diperlukan minimal 50 mg globin, maka sampel tersebut tidak diikutsertakan.

    Kemurnian globin hasil isolasi dibuktikan dengan melihat spektrumnya

    pada spektrofotometer UV dengan area panjang gelombang dari 190 sampai

    1100 nm. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya puncak spektrogram

    pada panjang gelombang 279 nm (dapat dilihat pada Gambar 7). Sedangkan

    berdasarkan literatur, puncak spektrogram protein murni akan muncul pada

    panjang gelombang 280 nm. Hal ini membuktikan bahwa kemurnian globin

    hasil isolasi cukup tinggi, meskipun terjadi pergeseran sebesar 1 nm.

    Pergeseran puncak spektrogram diperkirakan akibat adanya pengotor dari

    darah yang belum sempurna dibersihkan.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    52/67

    Spektrum Globin

    0

    0,2

    0,4

    0,6

    0,8

    1

    1,21,4

    0 200 400 600 800 1000 1200

    Panjang Gelombang

    Absorbansi

    Gambar 7. Spektrum globin hasil isolasi sampel

    4.3 BATAS DETEKSI INSTRUMEN

    Untuk mengetahui sejauh mana metode dan instrumen

    HPLC-Fluoresensi yang digunakan mampu mendeteksi benzo[a]pyrene

    tetrahydrotetrol, maka dilakukan terlebih dahulu penentuan batas deteksi

    instrumen. Penentuan batas deteksi ini diukur dengan menganalisis standar

    BPT dengan konsentrasi serendah mungkin. Variasi konsentrasi yang

    digunakan adalah 10 ppb, 8 ppb, 6 ppb, 2 ppb, dan 1 ppb. Rangkaian

    konsentrasi diupayakan serendah mungkin terkait data penelitian terdahulu

    yang mampu mendeteksi benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolhingga 0,1 pg/mg

    globin (Vineis, 2005). Data standar yang diperoleh juga digunakan sebagai

    kurva kalibrasi standar. Dari hasil pengukuran instrumen, diperoleh

    279 nm

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    53/67

    persamaan kurva kalibrasi standar y = 99,666x + 9,2061 (kurva dapat dilihat

    pada Lampiran 1). Hasil penghitungan data menunjukkan bahwa batas

    deteksi instrumen HPLC-Fluoresensi yang digunakan memiliki nilai LOD

    (Limit of Detection) 2,6205 pg/mg globin dan LOQ (Limit of Quantification)

    8,7350 pg/mg globin. Dengan demikian, diketahui bahwa instrumen yang

    digunakan hanya mampu mendeteksi benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolpaling

    rendah 2,6205 pg/mg globin. Di bawah nilai kadar tersebut, instrumen tidak

    mampu mendeteksi lagi senyawa tersebut. Nilai LOQ menunjukkan batas

    kuantifikasi yang layak diperhitungkan dalam analisis statistik. Dengan

    demikian, meskipun kadar di bawah LOQ tapi masih di atas LOD masih

    terdeteksi baik. Namun, secara kuantifikasi kurang baik jika akan digunakan

    dalam perhitungan statistik.

    4.4 DETEKSI BENZO[a]PYRENE TETRAHYDROTETROLDENGAN

    HPLC-FLUORESENSI

    Proses hidrolisis terhadap globin yang telah diisolasi bertujuan untuk

    melepaskan globinAdduct. Adductdari benzo[a]pyrenepada globin bersifat

    stabil, namun dengan adanya pengrusakan dari struktur tersier protein

    tersebut maka akan terlepaskan benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol(BPT) yang

    dapat digunakan sebagai biomarker dari terbentuknya hemoglobin Adduct

    akibat paparan benzo[a]pyrene(Pastorelli, 1996). Asam yang digunakan

    dalam proses hidrolisis memecah struktur tertier protein sehingga hidrolisat

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    54/67

    BPT dapat diperoleh dan dideteksi keberadaannya dengan menggunakan

    HPLC-Fluoresensi (Boysen, 2002).

    Gambar 8. Skema pembentukan benzo[a]pyrene-hemoglobin Adductyang dihidrolisis asam (HCl) menghasilkan (hidrolisat) benzo[a]pyrene

    tetrahydrotetrol

    Untuk mengetahui profil kromatogram dan waktu retensi dari BPT

    dengan menggunakan kolom LiChroCART RP-18, eluen metanol-air (55:45)

    dengan flow rate1 mL/menit pada panjang gelombang eksitasi 344 nm dan

    panjang gelombang emisi 398 nm maka digunakan standar BPT sebagai

    standar pembanding. Profil dari kromatogram standar pada kondisi HPLC

    yang telah ditentukan dapat dilihat pada Gambar 9. Terlihat adanya satu

    puncak kromatogram yang menunjukkan bahwa dalam larutan standar hanya

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    55/67

    mengandung satu jenis senyawa yang terdeteksi karena mampu

    berflouresensi pada kondisi detektor, yaitu benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol

    dengan waktu retensi pada 9,038 menit.

    Gambar 9. Kromatogram standar benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol 100 ppb

    Hasil deteksi dengan HPLC-Fluoresensi terhadap sampel

    menunjukkan telah terbentuknya globinAdductpada semua sampel. Hal ini

    dibuktikan dengan teridentifikasinya beberapa puncak kromatogram, dimana

    salah satu diantaranya memiliki profil sebagaimana standar BPT yang

    digunakan. Terdeteksinya BPT menjadi bukti kuat bahwa hemoglobin Adduct

    telah terbentuk pada individu yang terpapar oleh benzo[a]pyrene.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    56/67

    Puncak - puncak kromatogram lain yang teridentifikasi pada profil

    kromatogram sampel merupakan bukti positif adanya adduct. Namun,

    karena tidak dimiliki standar yang sesuai maka belum bisa dipastikan jenis

    senyawaan hidrolisat dari adductyang terdeteksi tersebut. Ada kemungkinan

    bahwa puncak kromatogram lain tersebut merupakan bentuk isomer lain dari

    BPT atau adductlain dari senyawa golongan PAH. Berdasarkan literatur

    (Longfellow, 1993), senyawa benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolmemiliki

    4 isomer dengan waktu retensi berbeda pada panjang gelombang yang

    sama. Standar yang digunakan sebagai pembanding hanya salah satu dari

    keempat isomer tersebut, tetapi referensi tentang jenis isomernya tidak

    didapati sehingga belum dapat mengidentifikasi dengan tepat jenis isomer

    standar BPT yang digunakan sebagai pembanding.

    Diperolehnya puncak kromatogram yang diduga merupakan suatu

    biomarker adductdiperkuat dengan tidak didapatinya puncak kromatogram

    pada kontrol dan blanko untuk kondisi hidrolisis. Gambar 10 menunjukkan

    bahwa pada eluen metanol-air yang digunakan tidak didapati adanya puncak

    kromatogram. Pada verifikasi pengaruh hidrolisis terhadap standar juga tidak

    terdeteksi adanya puncak kromatogram selain puncak kromatogram standar.

    Hal ini membuktikan tidak terdapatnya senyawa-senyawa dalam eluen

    metanol-air, etil asetat, metanol, serta blanko yang mampu berfluoresensi

    pada panjang gelombang eksitasi dan emisi yang digunakan. Sehingga

    dapat dipastikan bahwa puncak - puncak kromatogram yang terdeteksi

    merupakan senyawaan yang terbebaskan akibat proses hidrolisis globin

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    57/67

    Adductdan satu diantaranya merupakan senyawa benzo[a]pyrene

    tetrahydrotetrol yang sejenis dengan standar.

    Pada Gambar 11 terlihat bahwa terjadi kenaikan tinggi puncak

    kromatogram setelah penambahan internal standar pada sampel. Hal ini

    membuktikan bahwa senyawa yang terdeteksi pada waktu retensi

    9,192 menit merupakan senyawa BPT yang sama dengan standar BPT yang

    digunakan. Dengan demikian, metode deteksi adductmenggunakan

    HPLC-Fluoresensi mampu mendeteksi adanya biomarker dari

    benzo[a]pyrene-hemoglobin Adductyang teridentifikasi sebagai senyawa

    hidrolisisnya, yaitu benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol.

    (a) (b)

    (c) (d)

    Gambar 10. Kromatogram (a) Eluen Metanol Air (55:45); (b) Etil asetat; (c)Metanol; (d) Blanko pada kondisi hidrolisis asam

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    58/67

    Gambar 11. Kromatogram produk hidrolisis sampel + standar 100 ppb

    4.5 HASIL ANALISIS BENZO[a]PYRENE TETRAHYDROTETROLDAN

    FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHI

    Berdasarkan hasil analisis sampel darah dari seluruh responden,

    diperoleh konsentrasi hemoglobin Adductyang terdeteksi sebagai

    benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolsebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    59/67

    27,7405

    35,2256

    42,7407

    32,8175

    27,9011

    24,3493

    35,647

    22,0917

    19,6234

    5,7872

    30,0583

    44,6671

    36,8912

    28,774

    19,172

    26,2657

    32,9781

    53,3963

    36,8912

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    Kadar(pg/mgglobin)

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

    Nomor Sampel

    Grafik Konsentrasi Globin Adduct

    Gambar 12. Grafik konsentrasi globin adductdalam bentuk terdeteksisebagai benzo[a]pyrenetetrahydrotetroldari seluruh sampel.Sampel nomor 1, 2, 3, 5, 8, 9, 12, 14, 15, 16, 17, 18, dan 20adalah perokok. Sampel nomor 4, 6, 10, 11, 13, dan 21 adalahnon-perokok

    Dari grafik tersebut didapati konsentrasi benzo[a]pyrene

    tetrahydrotetrolyang bervariasi, dimana konsentrasi tertinggi adductyang

    diperoleh sebanyak 53,3963 pg/mg globin pada sampel nomor 20.

    Konsentrasi adductterendah yang diperoleh sebanyak 5,7870 pg/mg globin

    pada sampel nomor 11. Sampel nomor 7 tidak diperoleh datanya karena

    jumlah globin hasil isolasinya tidak mencapai berat yang diperlukan untuk

    proses hidrolisis (berat yang diperoleh hanya 30 mgr), sehingga sampel

    tersebut tidak dianalisis lebih lanjut. Sedangkan sampel nomor 19 juga tidak

    Adduct

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    60/67

    diperoleh datanya akibat terjadinya gangguan teknis pada pompa HPLC saat

    analisis sehingga data kromatogram yang diperoleh tidak lagi akurat.

    Seluruh sampel berasal dari responden yang dipilih berdasarkan satu

    kriteria utama, yaitu individu yang dinilai berisiko tinggi terpaparkan udara

    yang diduga mengandung PAH, terutama benzo[a]pyrene, di lokasi

    aktivitasnya sehari-hari. Namun, data konsentrasi yang diperoleh

    menunjukkan nilai yang cukup variatif. Hal ini diakibatkan kondisi keseharian

    dan tingkat paparan yang berbeda pada setiap responden yang diketahui

    lebih jauh dari data angket yang diperoleh saat melakukan pengambilan

    sampel. Dari informasi angket diketahui bahwa responden nomor 20 yang

    terdeteksi dengan kandungan adducttertinggi (53,3963 pg/mg globin),

    memiliki riwayat kebiasaan merokok aktif. Jika dibandingkan dengan

    responden nomor 11 yang memiliki konsentrasi adductterendah, diketahui

    bahwa respoden tersebut tidak memiliki riwayat kebiasaan merokok. Pola

    perbedaan konsentrasi adductini juga terlihat pada responden lain seperti

    responden nomor 3 yang merokok (42,7407 pg/mg globin) dengan responden

    nomor 6 yang tidak merokok (24,3493 pg/mg globin). Kondisi dimana

    responden yang merokok memiliki konsentrasi adductlebih tinggi ini daripada

    responden yang tidak merokok dapat ditemui hampir pada seluruh

    perbandingan sampel. Sehingga didapati suatu indikasi bahwa individu yang

    merokok memiliki konsentrasi adductyang lebih tinggi dibandingkan individu

    yang tidak merokok. Untuk memperkuat keyakinan akan indikasi hubungan

    tersebut, diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak agar dapat dibuktikan

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    61/67

    dengan statistik. Pola perbandingan yang berlawanan ditemui pula pada

    beberapa sampel responden seperti responden nomor 9 yang merokok

    (22, 0917 pg/mg globin) dengan konsentrasi adductlebih rendah

    dibandingkan responden nomor 4, 6, maupun 21 yang tidak merokok.

    Dengan menelaah pada informasi riwayat hidup responden yang terdata

    pada angket, diketahui bahwa responden nomor 9 setiap harinya merokok

    tidak lebih dari 1 bungkus rokok dan baru mulai merokok sekitar 2 tahun yang

    lalu. Sedangkan responden seperti nomor 4, 6, dan 21 berdasarkan data

    angket, walaupun tidak merokok tetapi tetap seorang perokok pasif.

    Responden perokok dengan konsentrasi adductyang lebih rendah dari

    responden perokok pasif juga didapati pada responden nomor 16

    (19,1720 pg/mg globin) dan beberapa responden perokok lain. Diketahui dari

    data angket bahwa responden nomor 16 juga memiliki riwayat merokok

    dengan jumlah kurang dari 1 bungkus per hari dan mulai merokok kurang dari

    5 tahun yang lalu. Sedangkan beberapa responden tidak merokok tetapi

    secara pasif terpapar udara rokok yang mengandung PAH, memiliki

    konsentrasi yang lebih tinggi. Dari kondisi tersebut terlihat indikasi bahwa

    paparan udara yang mengandung PAH tinggi lebih dominan memberikan

    efek terbentuknya adductdalam individu yang terpapar. Namun, hubungan

    ini masih perlu diperkuat lagi dengan menambah jumlah sampel perokok

    aktif, terutama yang hanya mengisap rokok dalam jumlah kecil serta belum

    lama mulai merokok, dan sampel perokok pasif agar dapat dibuktikan secara

    statistik.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    62/67

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 KESIMPULAN

    Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan,

    antara lain:

    1. Terdeteksinya benzo[a]pyrene tetrahydroterol(BPT) membuktikan

    adanya hemoglobin Adductyang terbentuk akibat paparan dari PAH,

    khususnya benzo[a]pyrene(BaP), pada responden pedagang asongan

    yang berisiko tinggi terpapar PAH.

    2. Benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol(BPT) dapat terdeteksi dengan

    analisis hidrolisat hemoglobin Adductdengan menggunakan

    HPLC-Fluoresensi kolom fasa terbalik, dimana batas deteksi instrumen

    (LOD) adalah 2,6205 pg/mg globin dan batas kuantifikasi instrumen

    (LOQ) adalah 8,7350 pg/mg globin.

    3. Konsentrasi adducttertinggi yang terdeteksi sebesar 53,3963 pg/mg

    globin dan konsentrasi adductterendah yang terdeteksi sebesar

    5,7872 pg/mg globin.

    4. Terdapat indikasi bahwa faktor kebiasaan merokok mempengaruhi

    konsentrasi adductyang terbentuk dalam tubuh, dimana individu yang

    merokok memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan individu

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    63/67

    yang tidak merokok. Namun, masih diperlukan pembuktian yang lebih

    kuat dengan menambah jumlah sampel dan melakukan uji statistik.

    5. Terdapat indikasi faktor lain yang juga mempengaruhi seperti paparan

    asap rokok (perokok pasif), jumlah rokok yang dihisap per hari, serta

    lama kebiasaan merokok telah berlangsung. Namun, indikasi ini masih

    perlu diperkuat dengan jumlah data yang lebih banyak dan seragam

    untuk uji statistik.

    5.2 SARAN

    Untuk lebih memperkuat hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi

    konsentrasi adductyang terbentuk, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan

    menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dan dilakukan

    pengelompokan terhadap kriteria-kriteria faktor seperti kelompok tipe

    perokok, kelompok lama kebiasaan merokok berlangsung, dan kelompok

    jumlah rokok yang dihisap per hari agar lebih terlihat hubungan yang ada.

    Metode ini disarankan untuk dikembangkan lebih jauh dan digunakan

    dalam upaya mendeteksi dini risiko kanker akibat paparan dari senyawa-

    senyawa karsinogenik yang mampu membentuk adduct, baik pada DNA

    maupun protein.

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    64/67

    DAFTAR PUSTAKA

    Agency for Toxic Substance and Disease Registry (ATSDR). 1995.

    Toxicological Profile for Policyclic Aromatic Hydrocarbons.

    U.S.Department of Health and Human Services, USA.

    Boogaard, Peter J. 2002. Use of haemoglobin adducts in exposure

    monitoring and risk assessment.Journal of Chromatography B, 778

    (2002) 309322

    Bono, Robert. 1998. Formation of N-(2-Hydroxyethyl)valine Due to Exposure

    to Ethylene Oxide via Tobacco Smoke: A Risk Factor for Onset of

    Cancer.Environmental Research Section A 81, 62}71

    Boysen, Gunnar., Eisenbrand, G. 2002. Establishment and Application of

    Methods for the Detection of DNA and Protein Adducts from Tobacco-

    Specific Nitrosamines and Benzo[a]pyrene.

    Bundesgesundheitsblatt. 2003. Use of Hemoglobin Adducts as Biomarkers

    to Monitor Exposure to Genotoxic Substances. Gesundheitsschutz 46

    Carmella, Steven G. 2002. Ethylation and methylation of hemoglobin in

    smokers and non-smokers. Carcinogenesis vol.23 no.11 pp.1903

    1910

    Dorland., Newman, W. A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta:

    EGC

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    65/67

    Helleberg, Hans., Tornqvist, Margaretha. 2000.A new approach for

    measuring protein adducts from benzo[a]pyrene diolepoxide by high

    performance liquid chromatography/tandem mass spectrometry. Rapid

    Commun. Mass Spectrom. 14, 16441653 (2000)

    IARC. 2002. Cancer Incidence, Mortality and Prevalence,2002. Crude and

    Age-Standardised (World) rates, per 100,000. GLOBOCAN.

    International Agency for Research on Cancer.

    Jansestraat, Z. 2003. Monitoring Human Occupational and Environmental

    Exposures to Polycyclic Aromatic Compounds. Ann. occup. Hyg.,

    Vol. 47, No. 5, pp. 349378, 2003

    Kamrin, Michael A. 2004. Biomonitoring Basics. Michigan State University

    Kim, James H., Stansbury, Kevin H. 1998. Metabolism of Benzo[a]pyrene and

    Benzo[a]pyrene-7,8-diols by Human Cytochrome P450 1B1.

    Carcinogenesis vol. 19 no. 10 pp. 1847-1853, 1998

    Li, Hongli., Wang, Haifang., Sun, Hongfang., Liu, Yuanfang., Liu, Kexin. 2002.

    Binding of nitrobenzene to hepatic DNA and hemoglobin at low doses

    in mice. Toxicology Letters 139 (2003) 25/32 2002

    Longfellow, David. 1993. Handbook of Analytical and Spectral Data for

    Polycyclic Aromatic Hydrocarbons.Midwest Research Institute,

    Kansas, Missiori

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    66/67

    Mass Determination of Intact alpha-Chain Hemoglobin Adducts to within

    0.2 Da Using Mass Peak Profiling from Selected Ion Recording Data

    with Electrospray Ionization. www.epa.gov/nerlesd1/chemistry/ice.

    13 Juni 2007. pk. 16.30

    Myers, Steven R. 1995. Chromatographic Characterization of Hemoglobin

    Benzo[a]pyrene-7,8-diol-9,10-epoxide Adducts.Fundamental and

    Applied Toxicology 29, 94101

    Pastorelli, Roberta., Restano, Jolanda., Guanci, Marco., Maramonte, Monica.,

    Magagnotti, Cinzia., Allevi, Riccardo., Lauri, Davide., Fanelli, Roberto.,

    Airoldi, Luisa. 1996. Hemoglobin adduct of Benzo[a[pyrene diolepoxide

    in newspaper: association with traffic exhaust. Carcinogenesis vol.17

    no.11 pp.2389 2394, 1996

    Poirier, Miriam C., Santella, Regina M., Weston, Ainsley. 2000. Carcinogen

    Macromolecular Adducts and Their Measurement. Carcinogenesis

    vol.21 no.3 pp.353-359, 2000

    Rydberg, Per., Luning, Bjorn., Wachtmeister, Carl Axel., Eriksson, Lars.,

    Tornqvist, Margareta. 2000.Applicability of a Modified Edman

    Procedure for Measurement of Protein Adduct: Mechanism of

    Formation and Degradation of Phenylthiohydantoins.Chem. Res.

    Toxicol. 2002. 15. 570 - 581

    Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC

    Suryo, H. 2003. Genetika Manusia. Yogya: Gajah mada Uniersity Press

    Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007

  • 5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto

    67/67

    Vineis, Paolo., Husgafvel-Pursianen, Kirsti. 2005.Air Pollution and Cancer:

    biomarker in human populations. Carcinogenesis vol. 26. no.11. pp.

    1846 1855. 2005

    Wiley. 2005. Ullmanns Industrial Toxicology. New York: John Wiley & Sons

    Inc

    Studi benzo[a]pyrene Yoga Hary Dewanto FMIPA UI 2007