Oct 18, 2015
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
1/67
STUDI BENZO[a]PYRENE - HEMOGLOBIN ADDUCTPADA PEDAGANG
ASONGAN YANG BERISIKO TINGGI TERPAPAR POLYCYCLIC
AROMATIC HYDROCARBON(PAH)
YOGA HARY DEWANTO030303704X
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN KIMIA
2007
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
2/67
STUDI BENZO[a]PYRENE - HEMOGLOBIN ADDUCTPADA PEDAGANG
ASONGAN YANG BERISIKO TINGGI TERPAPAR POLYCYCLIC
AROMATIC HYDROCARBON(PAH)
Skripsi d iajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
YOGA HARY DEWANTO
030303704X
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN KIMIA
2007
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
3/67
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI : STUDI BENZO[a]PYRENE - HEMOGLOBIN ADDUCT PADA
PEDAGANG ASONGAN YANG BERISIKO TINGGI TERPAPAR
POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBON(PAH)
NAMA : YOGA HARY DEWANTO
NPM : 030303704X
SKRIPSI INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI
DEPOK, JULI 2007
Dr. rer. nat. Budiawan Dr. Yahdiana Harahap, Apt. MSiPEMBIMBING I PEMBIMBING II
Tanggal Lulus Ujian Sidang Sarjana :
Penguji I :
Penguji II :
Penguji III :
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
4/67
Skripsi ini penulis persembahkan untuk
Almarhumah Ibunda tercinta Raden Roro Susi Dewanti Agustin
dan Almarhumah Eyang tersayang Hj. Sumiati
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
5/67
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala berkat
dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini selesai.
Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Dr. rer. nat.
Budiawan selaku Pembimbing I dan Ibu Dr. Yahdiana Harahap, Apt. MSi
selaku Pembimbing II, yang dengan sabar membimbing, memberi saran, dan
bantuan selama penelitian berlangsung hingga tersusunnya skripsi ini.
Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Jarnuzi Gunlazuardi selaku
Ketua Departemen, Ibu Dr. M. Aryanti selaku Pembimbing Akademik, dan
seluruh staf pengajar Departemen Kimia FMIPA UI yang selalu tulus dalam
memberi bekal ilmu.
Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada :
1. Prof. Billy W. Day dari Pittsburg University yang telah memberikan banyak
informasi dan bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan
penulis, Prof. Gabrielle Sabbioni dari Wrzburg University atas informasi
standar penelitian dan Prof. Shantu G. Amin beserta asistennya
Dr. Dhimant Desai dari Penn State College untuk pemberian standar
benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol.
2. Bapak Dr.dr. Abidin Widjanarko, SpPD, KHOM selaku Direktur SDM dan
Penelitian RS Kanker Dharmais, Bapak Didin, Ibu Ning, Ibu Yanti, dan
seluruh staf Litbang RS Kanker Dharmais
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
6/67
3. Bapak Hayun, MSi selaku Kepala Lab. Instrumen Farmasi UI dan seluruh
staf Lab. Farmasi UI
4. Mbak Emma, Mbak Tri, dan Bapak Hedi atas bantuannya dalam
mempersiapkan sarana dan prasarana penelitian
5. Mbak Neera yang memberikan bimbingan - bimbingan teknis, Mbak Mella
yang membantu dalam penggunaan HPLC, dan Idramsyah yang
membantu dalam pengambilan sampel
6. Seluruh rekan Kimia angkatan 2000 dan 2003 terutama Anggrit dan Bayu,
rekan - rekan Farmasi khususnya Ezi dan Dome, serta teman satu kos
Thowel, Bobby dan Nico, atas persahabatan dan bantuan selama ini
7. Papa tercinta, ade Yuda, Bude Poppy, serta seluruh keluarga atas
dukungan dan kasih sayang yang diberikan selama ini
8. Bidadariku tersayang, Dewi Mais, yang dengan caranya yang unik dan
lucu selalu mengontrol pola makan dan istirahat penulis, serta menemani
dan menyadarkan penulis saat kehilangan semangat.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangannya. Semoga
dengan apa yang penulis sampaikan dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan penulis sendiri di kemudian hari.
Penulis
2007
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
7/67
STUDI BENZO[a]PYRENE - HEMOGLOBIN ADDUCTPADA PEDAGANGASONGAN YANG BERISIKO TINGGI TERPAPAR POLYCYCLIC
AROMATIC HYDROCARBON(PAH)
ABSTRAK
Hemoglobin Adductdapat terbentuk akibat paparan benzo[a]pyrene
dalam udara yang diduga mengandung PAH. Dengan cara mengisolasi
globin kemudian menghidrolisisnya dengan asam, hemoglobin Adductdari
benzo[a]pyrene(BaP) dapat dideteksi sebagai bentuk hidrolisatnya berupa
senyawa benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol(BPT) dengan menggunakan
HPLC-Fluoresensi fasa terbalik kolom RP-18, eluen metanol-air (55:45).
Hasil penelitian membuktikan hemoglobin Adductteridentifikasi pada sampel
darah dari pedagang asongan yang berisiko tinggi terpapar PAH. Batas
deteksi (LOD) dalam penelitian ini mencapai 2,6205 pg/mg globin.
Konsentrasi adducttertinggi yang diperoleh sebesar 53,3963 pg/mg globin
dan konsentrasi terendah 5,7870 pg/mg globin. Terdapat indikasi pengaruh
faktor kebiasaan merokok pada konsentrasi adductyang terbentuk pada
sampel responden. Untuk memperkuat hubungan faktor tersebut perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah jumlah sampel dan
melakukan uji statistik.
Kata kunci: Benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol, Hemoglobin Adduct
viii + 64 hlm; tab; lmp.
Bibliografi: 24 (1993-2007)
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
8/67
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Abstrak ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel vii
Daftar Lampiran viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 5
1.3 Jenis Penelitian 6
1.4 Hipotesis 7
1.5 Tujuan Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Hemoglobin 8
2.2.1 Hemoglobin Adduct 10
2.2 Penilaian Paparan 13
2.2.1 Definisi paparan 13
2.2.2 Jenis paparan 14
2.2.3 Jalur paparan 14
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
9/67
2.2.4 Pemantauan biologis 15
2.3 Polycyclic Aromatic Hydrocarbon(PAH) 17
2.3.1 Sumber PAH di lingkungan 18
2.3.2 Produksi PAH 20
2.3.3 Penggunaan PAH 20
2.3.4 Efek PAH terhadap kesehatan 21
2.3.5 Efek PAH terhadap lingkungan 22
2.4 BENZO[a]PYRENE(BaP) 23
2.4.1 Sifat fisik dan kimia benzo[a]pyrene 25
2.4.2 Sumber benzo[a]pyrenedi lingkungan 25
2.4.3 Toksikokinetika (Absorpsi, distribusi, biotransformasi
dan ekskresi) benzo[a]pyrene 25
2.4.4 Efek benzo[a]pyreneterhadap kesehatan 27
2.4.5 Efek benzo[a]pyreneterhadap lingkungan 27
BAB III BAHAN DAN CARA KERJA 28
3.1 Lokasi 28
3.2 Bahan 29
3.3 Peralatan 30
3.4 Cara Kerja 31
3.4.1 Pengambilan sampel 31
3.4.2 Isolasi globin 31
3.4.3 Analisa kemurnian globin 32
3.4.4 Hidrolisis globin dengan asam 32
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
10/67
3.4.5 Analisa hidrolisat dengan HPLC-Fluoresensi 34
3.4.6 Pembuatan larutan standar baku 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37
4.1 Pengumpulan Sampel Darah Pedagang Asongan 37
4.2 Isolasi Globin 39
4.3 Batas Deteksi Instrumen 40
4.4 Deteksi Benzo[a]pyreneTetrahydrotetroldengan HPLC-
Fluoresensi 41
4.5 Hasil Analisis Benzo[a]pyreneTetrahydrotetroldan Faktor
Lain yang Mempengaruhi 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50
5.1 Kesimpulan 50
5.2 Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 52
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
11/67
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur hemoglobin 8
Gambar 2 Struktur kuartener dari hemoglobin 12
Gambar 3 Skema proses metabolisme benzo[a]pyrene(BaP) 26
Gambar 4 Skema isolasi globin 33
Gambar 5 Skema hidrolisis globin 34
Gambar 6 Skema kerja 35
Gambar 7 Spektrum globin hasil isolasi sampel 40
Gambar 8 Skema pembentukan benzo[a]pyrene-hemoglobin adduct
yang di hidrolisis asam (HCl) menghasilkan (hidrolisat) benzo[a]pyrene
tetrahydrotetrol 42
Gambar 9 Kromatogram standar benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol
100 ppb 43
Gambar 10. Kromatogram (a)Eluen Metanol Air (55:45); (b)Etil asetat;
(c)Metanol; (d)Blanko kondisi hidrolisis asam 45
Gambar 11 Kromatogram produk hidrolisis sampel + standar 100 ppb 46
Gambar 12 Grafik konsentrasi globin-Adductdalam bentuk terdeteksi
sebagai benzo[a]pyrenetetrahydrotetroldari seluruh sampel 47
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
12/67
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data statistik kasus dan mortalitas penyakit kanker di Indonesia
[IARC, 2002] 57
Tabel 2 Struktur, sifat fisik, dan sifat kimiawi benzo[a]pyrene
[Merck Index ,2003] 58
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
13/67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan LOD dan LOQ 61
Lampiran 2 Informed Consent 62
Lampiran 3 Angket 64
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
14/67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam beberapa tahun terakhir, penyakit kanker semakin menjadi
pusat perhatian dunia, bahkan melebihi AIDS. Kondisi ini terjadi karena
penyakit kanker jauh lebih kompleks dibandingkan penyakit-penyakit lain
yang tengah mengancam kehidupan manusia saat ini. Penyakit ini
merupakan suatu ancaman besar karena bertanggung jawab untuk kematian
dari sekitar 440.000 jiwa penduduk Amerika per tahun atau sekitar satu orang
untuk setiap 72 detik (Wiley, 2005). Kanker dikenal sebagai pembunuh
dingin yang dapat mengakhiri kehidupan seseorang secara perlahan tapi
pasti (Genetika Manusia, 2003). Sebagai penyakit yang menempati posisi
kedua penyebab kematian terbanyak setelah penyakit jantung, ada beberapa
alasan mengapa kanker menjadi pusat perhatian dunia saat ini (Wiley, 2005)
a. Kanker merupakan suatu penyakit yang mampu bersifat dorman
(tidak aktif) selama beberapa tahun setelah terjadinya kasus penyebab
kanker.
b. Kanker dapat disebabkan oleh terjadinya paparan xenobiotik
(zat asing) walaupun dalam jumlah kecil atau hampir tidak tersengaja
terhadap karsinogen, dimana efeknya pada saat itu cenderung kecil.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
15/67
Paparan semacam ini dapat terjadi tanpa diketahui dan berkelanjutan
selama waktu tertentu.
Hal ini menyebabkan seseorang cenderung terlambat menyadari
bahwa dirinya berisiko untuk terjangkit penyakit kanker. Dilema lain yang
dihadapi terhadap masalah kanker adalah belum adanya pengobatan yang
benar benar mampu mengatasi penyakit kanker. Pengobatan terbaik saat
ini hanya bersifat menekan pertumbuhan dari sel sel kanker. Kesulitan
pengobatan ini karena kanker atau dikenal juga sebagai tumor malignant
merupakan suatu hasil dari proses dimana sel mengalami perubahan yang
membuatnya menjadi abnormal, seperti perubahan fenotip atau perubahan
pada ekspresi kode gen, dan memasuki tahap tidak terkontrol pada
pertumbuhannya serta mampu menyebar ke jaringan lain yang biasa disebut
metastasis. Akibatnya, kanker dapat terjadi di setiap bagian tubuh.
Berdasarkan data IARC 2002, kasus kanker paru paru merupakan
penyebab kematian terbesar di dunia dan di Asia Tenggara bahkan di
Indonesia sendiri. Sedangkan bagi kaum wanita, kanker payudara
merupakan penyebab kematian terbesar kemudian disusul oleh kanker
paru paru dan kanker rahim. Data statistik yang menunjukkan kasus
kanker di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Masalah yang lebih kompleks lagi dari penyakit kanker adalah sumber
penyebab terjadinya kanker atau proses kejadiannya. Semua substansi yang
mampu menyebabkan kanker disebut karsinogen (Kamus Kedokteran
Dorlan, 2002) dan senyawa kimia yang memiliki kemampuan itu disebut
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
16/67
bersifat karsinogenik. Perkembangan terkini menunjukkan bahwa kanker
terjadi melalui proses multitahap dan senyawa kimia yang bersifat
karsinogenik dapat memiliki keterlibatan dalam tahapan karsinogenesis, yaitu
proses dimana sel menjalani beberapa tahap yang menyebabkannya menjadi
abnormal dan memulai fase pertumbuhan menjadi tidak terkontrol dan
mampu menyebar ke jaringan lain.
Paparan udara dari zat kimia karsinogenik memiliki tingkat risiko yang
lebih tinggi dibandingkan paparan lain. Hal ini terkait bahwa paparan melalui
jalur inhalasi ini seringkali terjadi tanpa diketahui dan efeknya lebih banyak
bersifat kronis. Selain itu, jalur inhalasi memiliki tingkat risiko yang lebih
tinggi karena zat kimia yang masuk melalui jalur ini akan lebih mudah
memasuki sistem aliran darah tanpa adanya suatu proses detoksifikasi yang
biasa terjadi apabila suatu zat xenobiotik memasuki tubuh melalui jalur
ingesti. Akibatnya, saat seseorang mengetahui bahwa dirinya telah terjangkit
kanker, kondisinya sudah berada pada stadium lanjut sehingga pengobatan
yang ada kurang mampu mengatasi penyakit kanker tersebut. Pertumbuhan
kanker dapat dibedakan menjadi beberapa tahap seiring dengan
perkembangan dari satu tahap ke tahap selanjutnya dimana sel menjadi
semakin tidak terkendali, bersifat destruktif, serta lebih invasif.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk mampu mendeteksi kanker sedini
mungkin, dengan harapan tahap kanker yang didapati masih tergolong awal
sehingga pengobatan yang diberikan lebih mudah dan lebih tinggi
kemungkinan sembuhnya (Wiley, 2005).
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
17/67
Kurangnya pengetahuan dan kemampuan dalam mendeteksi awal
risiko kanker menjadi suatu batasan dalam mengatasi kanker (Poirier, 2000).
Pengembangan untuk mendapatkan strategi yang efektif dalam pencegahan
kanker membutuhkan pengetahuan mengenai sistem paparan dan potensi
bahan kimia atau suatu campuran substansi kompleks yang bersifat
karsinogenik (Bundesgesundheitsblatt, 2003). Suatu pendekatan yang
signifikan telah diperkenalkan melalui metode yang mampu menunjukkan
jumlah bahan kimia yang terlibat dengan interaksi kovalen terhadap target
makromolekul seperti DNA dan protein yang diperkirakan bertanggung jawab
dalam proses karsinogenesis dari pengaruh bahan kimia (ibid.). Interaksi
kovalen tersebut menghasilkan suatu bentuk adduct(addition product) yang
dipercaya merupakan salah satu tahap penting dalam proses inisiasi kanker
(ibid.). Adducttersebut dapat berguna sebagai biomarker molekular yang
memberikan pendekatan terbaik untuk deteksi dini risiko kanker
(Vineis, 2005). Deteksi terhadap DNAAdductdan proteinAdducttersebut
dapat menjadi indikasi risiko jangka panjang (efek kesehatan kronis) dari
suatu paparan bahan kimia.
Inisiatif utama dari monitoring paparan karsinogen melalui penentuan
adductkovalen berasal dari Ehrenberg yang mengajukan pengukuran
terhadap hemoglobin Adductsebagai indikator kuantitatif dari DNA sebagai
target adduct(Bundesgesundheitsblatt, 2003). Hemoglobindigunakan
sebagai target deteksi karena jumlahnya yang banyak dan memiliki waktu
hidup (life-time) cukup lama sekitar 18 minggu dalam eritrosit manusia serta
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
18/67
mampu terdeteksi adanya adductyang stabil beberapa waktu setelah
paparan akut terjadi (ibid.). Dalam hal paparan kasus kronis, adductkovalen
akan terakumulasi dalam hemoglobinselama waktu hidupnya sehingga dapat
dilakukan estimasi terhadap dosis dari reagen elektrofil (ibid.).
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Beberapa lokasi aktivitas masyarakat memiliki risiko paparan udara
tinggi, seperti daerah terminal yang padat akan kendaraan bermotor.
Paparan udara dari senyawaan seperti benzo[a]pyrenemengancam
masyarakat di daerah tersebut dengan risiko terjangkitnya penyakit kanker.
Untuk mengatasi hal tersebut, salah satunya adalah dengan memonitor
kondisi kesehatan masyarakat yang diduga berisiko tinggi terpaparkan PAH
melalui udara, dengan menggunakan suatu metode yang mampu mendeteksi
secara dini adanya risiko penyakit kanker. Salah satu upaya tersebut dengan
menggunakan hemoglobin Adduct sebagai biomarker (Pastorelli, 1996).
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada studi deteksi dini risiko
kanker dengan menggunakan biomarker hemoglobinAdductdari senyawa
benzo[a]pyrenepada pedagang asongan di lokasi berisiko, yaitu terminal bis
dan perempatan jalan yang padat kendaraan bermotor. Biomarker adduct
tersebut di deteksi sebagai benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolyang merupakan
hidrolisat hasil hidrolisis hemoglobin Adductdengan asam. Deteksi senyawa
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
19/67
tersebut menggunakan instrumen HPLC-Fluoresensi dengan pembanding
standar benzo[a]pyrene tetrahydrotetroluntuk uji kualitatif.
1.3 JENIS PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan berupa percobaan di laboratorium terhadap
standar dan sampel yang dikumpulkan terlebih dahulu dari lapangan.
Metode analisis hasil percobaan dilakukan dengan menggunakan instrumen
HPLC-Fluoresensi. Pengumpulan sampel dilakukan dengan strategi
pemilihan responden yang diduga memiliki risiko tinggi terpapar
benzo[a]pyrenedalam jumlah tertentu secara berkelanjutan, yaitu para
pedagang asongan di terminal dan perempatan jalan yang padat kendaraan
bermotor. Responden diberikan informed consentsebagai pernyataan
kesediaannya, penjelasan akan maksud dan tujuan penelitian ini dilakukan,
serta alasan dipilih sebagai responden, serta diberikan suatu angket untuk
mengetahui parameter lain yang dapat mempengaruhi hasil, seperti
kebiasaan merokok. Hasil analisis sampel dibandingkan dengan standar
untuk mengetahui keberadaan hidrolisat benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
20/67
1.4 HIPOTESIS
Sampel yang berasal dari individu dengan risiko tinggi terpapar
benzo[a]pyrene(BaP) secara berkelanjutan akan terdeteksi adanya
biomarker hemoglobin Adductyang berupa hasil produk hidrolisisnya secara
asam (hidrolisat), yaitu benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol. Adanya faktor
pengaruh seperti kebiasaan merokok diketahui dapat menaikkan kuantitas
senyawa benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol(BPT) yang terdeteksi.
1.5 TUJUAN PENELITIAN
Studi hemoglobin Adductsebagai biomarker untuk deteksi dini
terhadap risiko kesehatan (kanker) akibat paparan udara yang mengandung
PAH, khususnya benzo[a]pyrene pada sekelompok pedagang asongan
di lokasi dengan risiko paparan PAH tinggi.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
21/67
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.5 HEMOGLOBIN
Hemoglobinmerupakan protein (globin) dalam sel darah merah dan
berkonjugasi dengan gugus heme(ion besi). Molekul hemoglobin terdiri dari
dua bagian, yaitu
a. Bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari empat rantai
polipeptida yang sangat berlipat lipat.
b. Gugus nitrogenosa nonprotein mengandung besi yang dikenal sebagai
gugus hemeyang masing masing terikat pada satu polipeptida.
Gambar 1. Struktur hemoglobin[Sumber: Lehninger, 2004]
Atom besi tersebut dapat berikatan secara reversibel dengan O2,
sehingga setiap molekul hemoglobindapat mengangkut 4 molekul O2.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
22/67
Karena O2kurang larut dalam plasma, 98,5 % O2yang diangkut dalam darah
terikat pada hemoglobinyang juga merupakan suatu pigmen yang
memberikan warna merah pada darah. Hal ini karena kandungan besinya,
sehingga hemoglobintampak kemerahan apabila berikatan dengan O2dan
kebiruan apabila mengalami deoksigenasi. Darah pada arteri yang
teroksigenasi sempurna tampak merah, dan darah pada vena yang telah
kehilangan sebagian O2nya di jaringan memperlihatkan warna kebiruan
(merah pucat). Selain mengangkut O2, hemoglobinjuga dapat berikatan
dengan zat zat berikut:
a. Karbon dioksida, sehingga hemoglobinjuga ikut berperan mengangkut
gas ini dari jaringan kembali ke paru paru untuk dikeluarkan dari dalam
tubuh.
b. Bagian ion hidrogen asam (H+) dari asam karbonat yang terionisasi,
yang terbentuk dari CO2pada tingkat jaringan, sehingga hemoglobin
berperan menyangga asam ini agar pH tidak terlalu berpengaruh.
c. Karbon monoksida, dalam keadaan normal tidak terdapat dalam
darah, tetapi bila terhirup dapat berikatan dengan hemoglobindimana
affinitas pengikatannya lebih tinggi dibandingkan dengan O2, sehingga
mampu menyebabkan terjadinya keracunan karbon monoksida.
Saat hemoglobinjenuh akan kandungan oksigen yang berikatan
dengan gugus heme, hemoglobindalam kondisi ini biasa disebut dengan
oxyhemoglobin. Setelah melepaskan oksigen ke jaringan tubuh, hemoglobin
mengganti peranan menjadi transporter karbon dioksida yang merupakan
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
23/67
hasil buangan dari proses respirasi dan membawanya kembali ke paru paru
yang selanjutnya dikeluarkan dari dalam tubuh. Saat jenuh dengan
kandungan karbon dioksida, hemoglobindikenal sebagai carboxyhemoglobin.
Untuk memaksimalkan jumlah hemoglobindalam eritrosit, maka eritrosit
harus menyingkirkan segala hal lain termasuk nukleus dan organel penting.
Eritrosit tidak memiliki nukleus, organel, atau pun ribosom, dimana substansi
tersebut dikeluarkan saat masa perkembangan sel darah merah. Akibatnya,
dalam eritrosit yang telah matang hanya terdapat sedikit enzim yang tidak
dapat diperbaharui, yaitu enzim glikolitik dan karbonat anhidrase. Enzim
glikolitik penting untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam
menjalankan mekanisme transportasi aktif yang terlibat pada pemeliharaan
konsentrasi ion ion sel. Sedang karbonat anhidrase penting untuk
pengangkutan CO2.
2.5.1 Hemoglobin Adduct
Adductmerupakan singkatan dari kata addition product yang berarti
produk yang terbentuk akibat terjadinya adisi. Dalam hal hemoglobin Adduct,
kondisi ini termasuk sebagai suatu protein adductdimana terjadi suatu
proses adisi atau penambahan dari suatu senyawa kimia yang berikatan
dengan hemoglobindan bersifat permanen. Pengikatan ini menghasilkan
suatu produk molekul baru yang tentunya memiliki perbedaan sifat kimia
dengan hemoglobinnormal.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
24/67
Secara umum, senyawa kimia karsinogenik bersifat elektrofil sehingga
mampu berinteraksi dan membentuk ikatan kovalen irreversibel dengan
makromolekul yang memiliki sifat sebagai nukleofil, yaitu DNA dan protein.
Paparan dari karsinogen elektrofilik dapat diestimasi dengan pengukuran
proteinAdductdalam darah (Bundesgesundheitsblatt, 2003). Hemoglobin
Adducttelah diketahui sesuai untuk tujuan pengukuran tersebut, dimana
adanya kandungan adductpada asam aminonya yang teramati memenuhi
persyaratan yang diperlukan untuk validasinya, antara lain (Poirier, 2000)
a. Sensitivitas
b. Kemampuan deteksi awal dari risiko
c. Spesifisitas, terkait kemampuan untuk identifikasi zat
d. Kegunaan secara umum untuk estimasi risiko
Terbentuknya adductpada hemoglobindikarenakan adanya gugusan
nukleofilik yang reaktif pada kondisi fisiologis seperti: (Rydberg, 2000)
a. Atom nitrogen imidazol pada residu histidin
b. Atom sulfur pada residu sistein dan methionin
c. Atom oksigen pada gugus karboksil dan gugus hidroksil pada residu
tyrosin serta serin
d. Atom -nitrogen pada residu N-terminal valin di keempat rantai
polipeptida hemoglobinmanusia
Situs situs aktif pada hemoglobinyang umum untuk posisi terbentuknya
adductdapat dilihat pada Gambar 2.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
25/67
Gambar 2. Struktur kuartener dari hemoglobin. ProteinAdductakibatpaparan xenobiotik umumnya terjadi pada posisi yangditunjukkan oleh lingkaran warna hitam, antara lain atom S darisistein (rantai , posisi 93), atom N dari valin (khususnya N-terminal valin pada rantai dan posisi 1), atom N imidazol darihistidin, atom S dari metionin, dan gugus OH dari tirosin.[Sumber: www.epa.gov, 2007]
Kelebihan dari penggunaan hemoglobin Adductsebagai biomarker
dari karsinogen antara lain terkait: (Carmella, 2002)
a. Kemudahan mendapatkan hemoglobindalam jumlah besar
b. Waktu hidup yang relatif lama dari sel darah merah yang
memungkinkan akumulasi dari adduct(sesuai untuk tinjauan efek
kronis)
c. Kestabilan adductyang tinggi, karena tidak adanya mekanisme
perbaikan
ProteinAdducttidak mengalami suatu mekanisme perbaikan seperti
halnya DNAAdduct. Faktor ini memungkinkan hemoglobinAdductrelatif
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
26/67
stabil (Hongli, 2002). Kestabilan hemoglobin Adductdipengaruhi dengan
ketidakberadaan suatu mekanisme yang mampu memperbaikinya. Kondisi
ini timbul karena dalam eritrosit (terutama yang telah matang) tidak didapati
adanya enzim atau organel yang berfungsi untuk tugas tersebut.
Metode analisis dari proteinAdductdapat dilakukan dengan menggunakan
HPLC (detektor fluoresensi), immunoassay, GC dan GCMS, serta dengan
tehnik degradasi Edman dimana pada prosedur ini valin yang teralkilasi
(membentuk adduct) dibebaskan dari protein penyusun hemoglobindengan
reagen pentafluorofenil isothiosianatyang selanjutnya dideteksi dengan
GCMS. Tehnik tersebut mampu mencapai tingkat limit deteksi hingga
10 pmol/g hemoglobin.
2.6 PENILAIAN PAPARAN
2.6.1 Definisi Paparan
Paparan adalah proses kontak bahan asing (eksogenus/xenobiotik)
terhadap tubuh atau organ sasaran makhluk hidup, yang memiliki intensitas
dan besaran yang dapat terukur. Besaran jumlah sebelum suatu zat
xenobiotik sampai ke target organ disebut konsentrasi dan setelah sampai
ke target organ disebut dosis.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
27/67
2.6.2 Jenis Paparan
Paparan dapat dibedakan menjadi 2 kategori antara lain:
a. Paparan langsung, adalah paparan yang terjadi secara langsung
antara sumber paparan (zat/bahan) dengan target organ.
b. Paparan tidak langsung, adalah paparan yang terjadi melalui tahapan
(medium perantara) sebelum terjadi kontak dengan target organ.
2.6.3 Jalur Paparan
Secara umum zat xenobiotik seperti PAH dapat masuk ke dalam tubuh
melalui 3 jalur utama, yaitu:
a. Sistem pernafasan (inhalasi), berperan penting dalam paparan
lingkungan dan tempat kerja terhadap adanya kontaminan dalam
udara. Beberapa obat-obatan (seperti inhaler aerosol untuk hidung
atau mulut) masuk melalui jalur ini.
b. Sistem pencernaan (ingesti), berperan penting dalam paparan
lingkungan dari kontaminan dalam makanan dan air serta jalur utama
masuknya obat-obatan (yang dikonsumsi melalui jalur makanan).
c. Dermal (kulit), berperan penting dalam paparan lingkungan dan tempat
kerja dengan kontaminan yang bersifat lipofil sehingga mampu
menembus kulit. Banyak obat-obatan dan produk konsumen
digunakan langsung terhadap kulit.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
28/67
2.6.4 Pemantauan Biologis (Kamrin, 2004)
Biomonitoring adalah pengukuran risiko paparan suatu bahan kimia
dengan menggunakan indikator pada tubuh manusia atau makhluk hidup.
Definisi lainnya adalah suatu teknik ilmiah untuk mengukur paparan pada
manusia dari senyawa kimia alami atau sintetik berdasarkan pada sampling
dari jaringan atau cairan tubuh individu tersebut.
Metode tersebut dapat memberikan pengetahuan bahwa senyawa
kimia yang masuk ke tubuh manusia dapat meninggalkan tanda (marker)
yang mencerminkan paparannya. Tanda atau marker bisa berupa senyawa
kimia itu sendiri, produk penguraian senyawa tersebut atau berupa senyawa
kimia hasil metabolisme senyawa kimia yang ingin diukur dalam tubuh
manusia. Penanda tersebut biasa disebut dengan biomarker yang
merupakan indikator adanya perubahan dalam sistem biologi manusia
sebagai akibat terjadinya paparan atau timbulnya efek pada kesehatan.
Dalam studi biomonitoring, penggunaan biomarker atau indeks paparan
biologis telah ditinjau secara luas, baik dari sudut pandang pemantauan di
lingkungan kerja (occupational monitoring) maupun epidemiologi.
Tujuan biomonitoring adalah untuk menentukan apakah kita sudah
terpapar suatu bahan kimia, berapa banyak bahan kimia tersebut yang sudah
masuk ke dalam tubuh, dan apakah jumlah bahan kimia tersebut di dalam
tubuh sudah cukup untuk menyebabkan efek yang merugikan di dalam tubuh.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
29/67
Pada prinsipnya biomonitoring hanya dapat mengukur paparan senyawa
kimia dan tidak dapat memberikan informasi mengenai toksisitas atau
risikonya. Biomonitoring itu sendiri merupakan pengukuran yang paling tepat
untuk paparan yang terjadi pada individu maupun suatu populasi.
Keuntungan dan sekaligus kekurangan biomonitoring sendiri adalah metode
yang digunakan dapat mengintegrasikan atau menyatukan semua paparan
dari bermacam-macam sumber sehingga merupakan refleksi dari paparan
total.
Metode atau proses yang dilakukan untuk biomonitoring membutuhkan
tiga tahap berikut :
a. Memilih siapa, kapan dan dimana monitoring akan dilakukan
b. Mengambil atau mengumpulkan sampel yang berupa jaringan atau
cairan tubuh
c. Menentukan kandungan bahan kimia apa yang hendak dianalisis atau
ingin diketahui
Biomonitoring merupakan proses yang kompleks dan cukup mahal
karena dapat menghitung konsentrasi suatu senyawa kimia pada beberapa
variasi seperti umur, jenis kelamin, etnis, lokasi geografik, dan keadaan
kesehatan tiap individu.
Parameter analisis yang dapat digunakan untuk biomonitoring antara
lain berupa sampel darah, urin, asi, udara pernafasan, rambut, kuku, lemak,
tulang dan jaringan tubuh lainnya.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
30/67
Untuk menganalisis paparan polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH)
dalam tubuh manusia dapat dilakukan dengan melakukan beberapa tes
dimana biomonitoring adalah salah satunya. Biomonitoring untuk mengukur
PAH dapat dilakukan pada urin serta dapat juga diukur dalam DNA Adduct
atau proteinAdduct.
2.7 POLYCYCLIC AROMATIC HYDROCARBON
Polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) adalah senyawaan kimia
dengan dua atau lebih cincin aromatis yang dapat berasal dari proses
pembakaran yang tidak sempurna atau pyrolisis bahan organik yang
mengandung PAH. Pyrolisis dari suatu bahan organik tersebut dapat
menghasilkan emisi yang bersumber dari asap api, buangan gas diesel atau
asap kendaraan bermotor (terutama dari bahan bakar kualitas rendah dan
tidak ramah lingkungan), asap pembakaran bahan karet, asap pembakaran
limbah atau sampah, dan lainnya.
IARC (International Agency for Research on Cancer) telah melaporkan
bahwa kandungan PAH di udara berada pada tingkat tinggi seperti di lokasi
pabrik gas, pabrik kokas, dan industri alumunium primer, serta menunjukkan
tingkat kasus kanker yang tinggi pula. Berdasarkan klasifikasi IARC, PAH
adalah karsinogen genotoksik, yang menyebabkan efek kromosal untuk
manusia yang terpapar. Efek yang paling beracun terhadap manusia, selain
kanker dapat berupa efek negatif kesehatan pada kulit dan mata.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
31/67
Beberapa contoh senyawa PAH yang cukup dikenal antara lain
antracene, benz(a)antracene, benzo(a)fluorene, benzo(a)pyrene, chrysene,
coronen, naftalene, pyrene, fenantren, fluoren danlainnya. Benzo(a)pyrene
dan benz(a)anthracenedipercaya bersifat karsinogen terhadap manusia.
Banyaknya jenis senyawa yang tergolong PAH menjadi suatu kendala dalam
estimasi risiko PAH dengan menggunakan biomarker adduct, oleh sebab itu
diperlukan suatu indikator yang dipilih untuk mewakili PAH dan biasanya
digunakan senyawa benzo[a]pyrene(Helleberg, 2000).
2.7.1 Sumber PAH di Lingkungan
PAH yang ditemukan di lingkungan bersumber dari berbagai aktivitas
alam maupun manusia. Dari aktivitas alam, senyawaan tersebut bersumber
dari aktivitas gunung berapi dan juga kebakaran hutan yang terjadi secara
alamiah (adapula kebakaran hutan yang disengaja oleh manusia juga mampu
menjadi sumber PAH). Terutama di Indonesia seringkali terjadi kebakaran
hutan yang dapat berimbas pada penyebaran PAH di udara sekitar hutan
tersebut.
Batubara juga secara umum diketahui merupakan sumber materi
senyawa aromatis. Hampir semua PAH dalam batubara terikat secara kuat
pada strukturnya dan tidak dapat dilepaskan dari struktur. Bahkan total
konsentrasi PAH dalam batubara keras lebih tinggi nilainya daripada
batubara lunak seperti lignit dan batubara coklat. Struktur hidroaromatik yang
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
32/67
terkandung mewakili 15 - 25 % karbon dalam batubara. Beberapa mineral
PAH juga terbentuk di alam akibat terjadinya pyrolisis bahan organik didalam
perut bumi dimana terjadinya pembentukan minyak bumi.
Selain dari aktivitas alam, PAH dapat juga bersumber dari aktivitas
manusia melalui pembakaran tak sempurna seperti:
a. Pemprosesan batubara, minyak mentah, dan gas alam, termasuk
di dalamnya pengarangan batubara, konversi batubara, penyulingan
minyak, dan produksi karbon hitam, creosote, terbatubara, dan
bitumen.
b. Pabrik produksi alumunium, besi dan baja.
c. Pemanas pembangkit tenaga listrik dan perumahan serta kegiatan
memasak.
d. Pembakaran sampah
e. Asap kendaraan bermotor
f. Asap rokok
2.7.2 Produksi PAH
Pada umumnya PAH terbentuk tanpa disengaja selama pembakaran
dan proses lainnya. Hanya beberapa jenis PAH yang disengaja diproduksi
untuk tujuan komersil. Produk PAH komersil tersebut antara lain: naftalene,
acenapthene, fluorene, antracene, fenantrene, fluoranthenedan pyrene.
Produk industrial yang paling penting adalah naftalene.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
33/67
Bahan kimia tersebut tidak disintesis secara kimiawi untuk kebutuhan
industrial tetapi diisolasi dari pemprosesan produk batubara, khususnya
batubara keras. Bahan mentah tersebut dipekatkan dan produknya
dimurnikan dengan destilasi dan kristalisasi. Hanya senyawa naftaleneyang
terkadang diisolasi dari pyrolisis residu minyak, fraksi olefin, dan fraksi
minyak, yang selanjutnya juga didestilasi dan dikristalisasi.
2.7.3 Penggunaan PAH (ATSDR, 1995)
Penggunaan produk komersial dari PAH adalah sebagai berikut:
a. Naftalene, kegunaan utama: produksi anhidrida ftalat (intermedit untuk
pembuatan PVC); juga produksi pencelup azo, surfaktan dan
dispersan, cairan penyamak, karbaril (insektisida), pelarut alkil naftalen
(untuk kertas fotokopi bebas karbon), dan penggunan tanpa proses
lebih dahulu yaitu sebagai anti serangga.
b. Acenaphtane, kegunaan utama, produksi anhidrid naptahlic
(intermedite untuk pigmen); juga untuk acenaphthylene(intermedite
untuk resin).
c. Fluorene, produksi fluorenon (agen pengoksidasi ringan)
d. Antracene, kegunaan utama, produksi antrakuinon (intermedit untuk
pencelup); juga digunakan tanpa pemprosesan awal sebagai sintilator
(untuk mendeteksi energi tinggi radiasi)
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
34/67
e. Fenantrene, kegunaan utama untuk produksi fenantrenquinon
(intermediet untuk pestisida) dan juga untuk pembuatan asam difenik
(intermediet untuk resin)
f. Fluoranthene, dalam produksi fluoresen dan pencelup tong
g. Pyrene, dalam produksi pencelup (pigmen perinon)
2.7.4 Efek PAH Terhadap Kesehatan
Paparan PAH pada populasi umum telah diteliti dan dinyatakan
sebagai zat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker, salah satunya
adalah kanker paru-paru dan kanker kulit. PAH dengan dosis yang tinggi
juga dipercaya dapat menurunkan sistem fungsi imun tubuh dengan
mengurangi kadar serum immunoglobin.
Paparan dari setiap kelompok PAH dapat berbeda - beda tergantung
pada kegunaannya. Seperti paparan naftalenemelalui oral, kulit, dan
inhalasi dapat mengakibatkan anemia hemolitik akut. Dan paparan berulang
asap naftalenedapat menyebabkan koreng di kornea mata bahkan katarak.
Paparan naftaleneyang mengenai kulit dapat menyebabkan iritasi dan
dermatitis.
Paparan akibat menghirup PAH juga dapat menyebabkan gangguan
dalam sistem pernapasan seperti: muntah darah, sakit pada dada, iritasi
dada, iritasi pada tenggorokan dan batuk.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
35/67
2.7.5 Efek PAH Terhadap Lingkungan
Hanya sedikit data yang menunjukkan efek PAH bagi tanaman,
hewan mamalia liar, dan burung yang hidup di darat. PAH di tanah tidak
dapat dinyatakan beracun bagi invertebrata yang hidup di darat. Kecuali,
tanah tersebut sudah sangat tinggi terkontaminasi PAH.
Untuk organisme air, PAH dapat menyebabkan efek neoplastik.
Tumor pada ikan dilaporkan terjadi akibat paparan benzo(a)pyrene. Tumor
hati terjadi pada ikan yang hidup dekat dengan sedimen yang mengandung
PAH dengan konsentrasi 250 mg/kg. Toksisitas PAH pada organisme air
dipengaruhi oleh metabolisme dan fotooksidasi dan akan lebih toksik bila
terdapat sinar ultra violet.
Pemerintah Amerika Serikat telah menyusun peraturan untuk
melindungi masyarakat dari kemungkinan efek kesehatan dari memakan,
meminum, atau menghirup PAH. EPA (Environmental Protection Agency)
menyarankan seberapa besar paparan PAH yang dapat diterima oleh tubuh
tiap harinya yang tidak menimbulkan efek kesehatan adalah: 0,3 mg
antracene; 0,06 mg acenapthene; 0,04 mg fluoranthene; 0,04 mg fluorene;
0,03 mg pyrene(semua data per kg berat badan). Sedangkan di lokasi atau
lingkungan kerja NIOSH merekomendasikan limit paparan PAH pada pekerja
produk ter-batubara sekitar 0,1 mg/m3udara untuk 10 jam hari kerja dalam
40 jam minggu kerja. Dan ACGIH merekomendasikan limit paparan pada
pekerja produk terbatubara adalah 0,2 mg/m3untuk 8 jam hari kerja dalam
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
36/67
40 jam minggu kerja. Adapun OSHA mengeluarkan peraturan mengenai
PAH yaitu paparan 0,2 mg/m3rata-rata selama 8 jam periode paparan.
2.8 BENZO[a]PYRENE(BaP)
Benzo[a]pyreneadalah salah satu jenis senyawa PAH yang memiliki
lima cincin aromatis serta bersifat mutagenik dan sangat karsinogenik.
Senyawa ini didapati berupa kristalin kuning yang padat. Benzo[a]pyrene
merupakan produk dari pembakaran tak sempurna pada temperatur antara
300 dan 600 0C. Senyawa ini banyak ditemukan pada terbatubara, asap
buangan kendaraan (khususnya dengan mesin diesel), asap rokok dan
makanan yang dibakar menggunakan arang.
Beberapa penelitian selama tiga dekade terakhir telah menyatakan
adanya hubungan antara benzo[a]pyrenedengan kanker. BaP teraktivasi
dalam metabolisme sebagai r-7, t-8-dihydroxy, t-9, t-10-epoxy,
7,8,9,10-tetrahydrobenzo[a]pyrene atau dikenal dengan sebutan BPDE yang
merupakan zat karsinogenik dan diketahui mampu berikatan secara kovalen
dengan DNA dan protein darah (Pastorelli, 1996). Lebih sulit lagi untuk
menghubungkan kanker dengan sumber benzo[a]pyreneyang spesifik,
khususnya pada manusia karena senyawa tersebut banyak terpaparkan dari
berbagai sumber. Selain itu, ditemukan pula bahwa benzo[a]pyrenedapat
menyebabkan kekurangan vitamin A pada tikus.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
37/67
Pada Oktober 1996, suatu hasil penelitian telah dipublikasikan dengan
bukti molekular pertama yang nyata mengenai hubungan antara komponen
dalam rokok dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahan kimia yang
merupakan komponen dari rokok tersebut antara lain adalah benzo[a]pyrene.
Dari hasil penelitian sebelumnya telah ditunjukkan bahwa reaksi
alkilasi dari asam karboksilat membentuk ester merupakan reaksi yang umum
terjadi dari pembentukan metabolit adductPAH dengan hemoglobin, baik
untuk bentuk epoksi maupun diol epoksinya (Myers, 1996). Selanjutnya dari
bentukan adductester dapat diperoleh produk bentuk alkohol (tetrol) dengan
adanya hidrolisis asam.
2.8.1 Sifat Fisik dan Kimia Benzo[a]pyrene
Sifat fisik dan kimia dari senyawa benzo[a]pyrenedapat dilihat pada
Tabel 2.
2.8.2 Sumber Benzo[a]pyrenedi Lingkungan
Benzo[a]pyrenedapat terbentuk apabila material kaya karbon
mengalami pembakaran tak sempurna. Benzo[a]pyrenediproduksi secara
alami pada gunung berapi dan kebakaran hutan serta merupakan komponen
dalam asap rokok.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
38/67
2.8.3 Toksikokinetika (Absorpsi, Distribusi, Biotransformasi dan Ekskresi)
Benzo[a]pyrene
Toksikokinetika benzo[a]pyrenemempelajari bagaimana cara senyawa
tersebut memasuki tubuh dan apa yang terjadi terhadapnya setelah
memasuki tubuh.
Benzo[a]pyrenedapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 jalur utama,
yaitu saluran pernafasan (inhalasi), dermal (kulit) terutama di lingkungan
pekerjaan dan saluran pencernaan (ingesti) terutama yang terdapat dalam
makanan dan minuman.
Gambar 3. Skema proses metabolisme benzo[a]Pyrene(BaP)BaP = benzo[a]pyrene, EH = epoxide hydralase, ER = epoxide reductase,
MO = monooxygenase, PS = prostaglandin endoperoxide synthase,QR = quinone reductasea Dapat berkonjugasi dengan glutathioneb Dapat berkonjugasi dengan sulfatc Dapat berkonjugasi dengan asam glukoronatd Dapat berkontribusi pada reaksi kovalen dari hidrokarbon dengan asam
nukleat pada sel atau jaringan [Sumber: Kim, 1998]
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
39/67
Pada dasarnya toksikokinetik benzo[a]pyrenesama seperti PAH, baik
untuk proses absorbsi, distribusi, metabolisme maupun ekskresinya. Oleh
sebab itu, BaP sering digunakan sebagai indikator untuk analisis PAH.
Metabolit BaP sebagai adductdari DNA biasa ditemui dalam bentuk BPDE-
dG atau BPDE-dA untuk pengukurannya. AdductBaP pada protein,
biasanya dianalisis sebagai hidrolisat dari hemoglobin Adductdalam bentuk
benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol dan histidinAdduct. Sedangkan untuk
ekskresinya melalui urin, metabolitnya adalah 1-hidroxypyrene. Keseluruhan
metabolisme benzo[a]pyrenedapat dilihat pada Gambar 3.
2.8.4 Efek Benzo[a]pyreneTerhadap Kesehatan
Paparan benzo[a]pyrene di dalam tubuh manusia dapat menyebabkan
efek-efek tertentu antara lain:
a. Efek akut berupa iritasi pada kulit dengan sensasi terbakar, serta
dengan adanya matahari dapat memperburuk efeknya. Efeknya dapat
juga mengiritasi atau membakar mata.
b. Efek kronis berupa bahaya kanker pada kulit dan paru-paru, serta
kanker kandung kemih. Bahaya reproduksi yaitu merusak
pertumbuhan janin, mempengaruhi sperma dan testis serta dapat
beralih kepada bayi melalui air susu ibu yang terpapar benzo[a]pyrene.
Efek lainnya yaitu perubahan pada kulit seperti penebalan kulit,
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
40/67
menggelapnya warna kulit, jerawat yang selanjutnya akan berubah
menjadi kemerah-merahan, menipisnya kulit atau timbul kutil.
2.8.5 Efek Benzo[a]pyreneTerhadap Lingkungan
Dampak dari senyawa benzo[a]pyreneterhadap lingkungan
diantaranya adalah penyakit tumor pada ikan di perairan yang mengandung
senyawa kimia tersebut.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
41/67
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.5 LOKASI
Pada penelitian ini, proses pengumpulan sampel dilakukan di
beberapa lokasi, yaitu Terminal Lebak Bulus, Terminal Pasar Minggu,
Terminal Blok M, Terminal Depok, dan Perempatan Pasar Rebo. Untuk
proses isolasi dan hidrolisis globin dilakukan di laboratorium penelitian
Rumah Sakit Kanker Dharmais, sedangkan analisis deteksi dengan HPLC-
Fluoresensi dilakukan di laboratorium instrumentasi Departemen Farmasi
Universitas Indonesia.
3.6 BAHAN
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain standar
benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol (BPT) pemberian dari Prof. Shantu G. Amin,
American Health Institute, Valhalla, New York; Sampel darah dari responden
pedagang asongan sebanyak 20 buah @ 5 mL; aquabides; NaCl 0.9%;
larutan hipotonik NaCl 0,9 %-air; HCl 50 mM dalam 2-propanol; etil asetat;
n-heksana; HCl; NaOH; DMSO; eluen metanol-air; asetonitril; dan metanol.
Semua bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analitis.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
42/67
3.7 PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain instrumen
sentrifuge SORVALL; tabung sentrifuge; beaker glass; labu ukur; pipet
Effendorf; ice box; sarung tangan; rak tabung; vial vacuumno additive; vial
vacuumHeparin; syringeTERUMO; lemari pendingin; freezer-20 C Forma
Scientific; desikator vacuum; penangas air Forma Scientific; microsyringe;
vortex; kolom HPLC LiChroCART 250-4 5m RP-18 Merck; instrumen HPLC
Shimadzu LC-6A; instrumen detektor fluoresensi Shimadzu RF-535; dan
neraca digital Precisa.
3.8 CARA KERJA
3.8.1 Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dari responden pedagang asongan dengan
menggunakan syringedisposablesteril ukuran 5 mL. Proses pengambilan
darah dilakukan oleh mahasiswa S1-ekstensi Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Darah yang telah diambil dimasukkan dalam vial
vacuumberisi heparin sebagai anti koagulan, kemudian mengoyang perlahan
vial untuk meratakan pencampuran darah dengan heparin. Vial berisi sampel
darah disimpan dalam ice boxberisi es selama di perjalanan, kemudian
di simpan dalam lemari pendingin suhu 4 C.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
43/67
3.8.2 Isolasi Globin
Sampel darah disentrifuge 3000 rpm selama 10 menit, kemudian
memisahkan supernatan dengan endapannya. Endapan dicuci 3 kali dengan
NaCl 0,9 % sebanyak 1 kali volum. Setelah pencucian dilakukan hemolisis
dengan menambahkan larutan hipotonik 1 kali volum, kemudian disentrifuge
3500 rpm selama 90 menit. Supernatan hasil hemolisis dipisahkan dari
endapannya, kemudian supernatannya ditambahkan 6 kali volum HCl 50 mM
yang diencerkan dalam 2-propanol. Proses isolasi dilanjutkan dengan
sentrifuge 3500 rpm supernatan selama 10 menit. Endapan yang terbentuk
dipisahkan dan supernatannya ditambahkan 8 mL etil asetat secara perlahan,
kemudian didiamkan selama 2 jam pada suhu 4 C. Sampel kemudian
disentrifuge 3500 rpm selama 10 menit. Hasil berupa endapan dipisahkan
dari supernatan. Endapan dicuci 2 kali dengan 5 ml etil asetat dan dicuci
1 kali dengan 5 mL n-heksana. Hasil akhir berupa endapan globin
dikeringkan dalam desikator vakum satu malam, kemudian disimpan dalam
lemari pendingin suhu -20 C.
3.8.3 Analisis Kemurnian Globin
Globin kering sebanyak 6,3 mgditimbang kemudiandilarutkan dalam
5 mL aquabides untuk membuat larutan globin dengan konsentrasi
1260 ppm. Larutan tersebut dianalisis dengan spektrofotometer UV pada
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
44/67
panjang gelombang dari 190 hingga 1100 nm. Rangepanjang gelombang
dioptimumkan untuk melihat panjang gelombang maksimum absorbansi
larutan. Data literatur menunjukkan bahwa protein akan memberikan
absorbansi tertinggi pada panjang gelombang 280 nm.
3.8.4 Hidrolisis Globin dengan Asam
Sampel globin kering ditimbang sebanyak 50 mg, kemudian
dilarutkan dengan 3 mL air. Larutan sampel dimasukkan ke dalam vial
vacuum blankdengan menggunakan syringe. Untuk menghidrolisis sampel
globin, ditambahkan HCl 0,1 N sebanyak 3 mL ke dalam larutan. Setelah
larutan tercampur rata, selanjutnya dilakukan pemanasan selama 3 jam
dengan kondisi larutan dalam vial yang telah vakum pada suhu 80 C.
Selesai hidrolisis, larutan ditambahkan dengan NaOH 0,4 N hingga netral.
Hidrolisat diekstrak dari fasa air dengan menggunakan etil asetat sebanyak
4 kali, dimana setiap satu kali ekstraksi menambahkan etil asetat sebanyak
3 mL. Fasa organik yang telah dipisahkan dari fasa air kemudian dipanaskan
pada suhu 80 C untuk menguapkan pelarut hingga kering. Sampel kering
disimpan dalam lemari pendingin suhu -20 C.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
45/67
Gambar 4. Skema isolasi globin
3.8.5 Analisis Hidrolisat dengan HPLC-Fluoresensi Kolom Fasa Terbalik
HPLC-Flouresensi Shimadzu diatur untuk panjang gelombang eksitasi
344 nm dan panjang gelombang emisi 398 nm. Flow-rate yang digunakan
1 mL/menit dengan eluen metanol-air perbandingan 55:45. Kolom yang
digunakan LiChroCART 250-4 5 m RP-18 buatan Merck. Sampel dilarutkan
dalam 100 L metanol, kemudian diinjek sebanyak 20 L ke dalam
instrumen.
Sampel darah 5mLSentrifugasi 3000 rpm
10menit
Supernatan EndapanCuci NaCl 0.9 % 3x
HemolisisDitambahkan larutan hipotonikDisentrifuge 3500 rpm - 90 menit
SupernatanDitambahkan 6 volum
HCl 50mM dalam 2-propanolDisentrifuge 3500 rpm - 10 menit
Endapan
Endapan
SupernatanDitambahkan etil asetat 8 mLDidiamkan 2 jam pada 4C
Disentrifuge 3500 rpm 10 menit
Supernatan
EndapanCuci etil asetat 2xCuci n-heksana 1x
Dikeringkan semalamdalam desikator vacuum
Disim an ada -20C
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
46/67
Gambar 5. Skema hidrolisis globin
3.8.6 Pembuatan Larutan Standar Baku
Standar baku benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolyang diperoleh berupa
padatan serbuk seberat 1 mg. Larutan standar baku dibuat dalam variasi
sebagai berikut:
a. Larutan standar 100 ppm dibuat dengan melarutkan seluruh padatan
standar dengan DMSO (dimethyl sulfoxide) dalam labu ukur 10 mL
hingga tanda batas.
Endapan GlobinDilarutkan dalam 3 mL air
Ditambahkan 3 mL HCl 0.1 N
Hidrolisisdalam kondisi vacuum
Suhu 80C 3 jam
Dinetralkan denganNaOH 0.4 N
Diekstraksi denganetil asetat 4x
Fasa air Fasa organikDiuapkan pelarutnya
Dilarutkan dalam100 L metanol
Dianalisis HPLC-Fluoresensi
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
47/67
b. Larutan standar 10 ppm dan 1 ppm dibuat dengan mengambil 1 mL
dan 2,5 mL larutan standar 100 ppm, kemudian mengencerkan larutan
dalam labu ukur 10 mL dan 25 mL dengan pelarut DMSO hingga
tanda batas.
c. Larutan standar 100 ppb, 10 ppb, 8 ppb, 6 ppb, 2 ppb, dan 1 ppb
dibuat dengan mengambil 250 L, 100 L, 8 L, 6 L, 2 L, dan 1 L
larutan standar 10 ppm, kemudian mengencerkan dalam labu ukur
25 mL untuk larutan standar 100 ppb dan labu ukur 10 mL untuk
larutan standar 10 ppb, 8 ppb, 6ppb, 2 ppb, dan 1 ppb dengan pelarut
DMSO hingga tanda batas.
Gambar 6. Skema kerja penelitian
SSaammpplliinnggddaarraahhppeeddaaggaannggaassoonnggaann
@@55mmLL
IIssoollaassiiGGlloobbiinnddaarriiddaarraahh
HHiiddrroolliissiissgglloobbiinnddeennggaannaassaamm
AAnnaalliissiissHHiiddrroolliissaattgglloobbiinnAAdddduucctt
sseebbaaggaaiiBB[[aa]]PPtteettrraaoollddeennggaannHHPPLLCC--FFlluuoorreesseennssii
AAnnaalliissiisskkeemmuurrnniiaanngglloobbiinn
AAnnaalliissiissssttaannddaarrPPeemmbbuuaattaannKKuurrvvaassttaannddaarr
VVeerriiffiikkaassiippeennggaarruuhhpprroosseesshhiiddrroolliisstteerrhhaaddaappssttaannddaarr
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
48/67
Larutan standar baku dianalisis dengan HPLC-Fluoresensi kolom fasa
terbalik dengan eluen metanol-air (55:45). Flow rateeluen yang digunakan
1 mL/menit. Sebelum digunakan dalam analisis, kolom HPLC dicuci terlebih
dahulu dengan eluen asetonitril menggunakan flow rate0,5 mL/menit hingga
kromatogram tidak menunjukkan adanya puncak kromatogram dari pengotor
selama 30 menit.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
49/67
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PENGUMPULAN SAMPEL DARAH PEDAGANG ASONGAN
Sebagai langkah awal dalam penelitian ini dilakukan proses
pengumpulan sampel di lapangan dengan terlebih dahulu memilih lokasi dan
responden yang akan dikumpulkan darahnya. Pemilihan lokasi didasarkan
pada kriteria sebagai berikut:
a. Area tersebut memiliki risiko terjadinya paparan udara PAH yang tinggi
b. Padat akan kendaraan bermotor yang mengeluarkan emisi
pembakaran secara terus-menerus setiap harinya
c. Banyak terdapat pedagang asongan yang kesehariannya berjualan
di lokasi tersebut
d. Aktivitas di lokasi berlangsung hampir 24 jam setiap harinya
Dengan kriteria tersebut, maka dipilih 5 lokasi yang memenuhi, yaitu Terminal
Lebak Bulus, Terminal Pasar Minggu, Terminal Blok M, Terminal Depok, dan
Perempatan Pasar Rebo.
Di lokasi - lokasi tersebut aktivitas masyarakat berlangsung hampir
selama 24 jam setiap harinya. Kondisi lalu lintas padat dengan kendaraan
bermotor yang meskipun diam di tempat, namun tetap mengeluarkan emisi
yang diduga mengandung PAH. Hal tersebut menyebabkan risiko terjadinya
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
50/67
paparan udara PAH yang terkandung dalam emisi kendaraan bermotor
sangat tinggi terhadap individu yang kesehariannya beraktivitas di lokasi
dalam jangka waktu yang lama. Risiko adanya gangguan kesehatan juga
semakin tinggi akibat individu tersebut terpapar dalam jumlah besar yang
berkelanjutan.
Untuk mengetahui adanya hemoglobin Adductakibat paparan udara
PAH tersebut, maka dipilih responden yang paling berisiko tinggi untuk
terpapar dalam jumlah besar dan secara berkelanjutan. Responden yang
dipilih memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Laki-laki
b. Pedagang asongan yang telah berjualan di lokasi lebih dari 1 tahun
c. Bekerja hampir setiap hari selama lebih dari 8 jam per hari
d. Tidak memiliki penyakit pernapasan yang serius
Pada setiap responden diberikan informed consentsebagai bukti persetujuan
bahwa individu tersebut bersedia tanpa pemaksaan menjadi responden
dengan mengetahui maksud dilakukannya pengumpulan sampel dan alasan
kenapa ia dipilih sebagai responden. Dari setiap responden dikumpulkan
5 mL sampel darah dan data berupa angket yang menunjukkan kondisi
keseharian responden, antara lain informasi tentang lama bekerja di lokasi,
waktu kerja per hari, kebiasaan merokok, dan kesehatannya. Informasi
tambahan ini digunakan sebagai parameter pembanding dalam interpretasi
data adductyang diperoleh. Jumlah responden yang diperoleh dari 5 lokasi
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
51/67
sebanyak 21 orang responden, dimana 15 responden perokok dan
6 responden bukan perokok.
4.2 ISOLASI GLOBIN
Dengan menggunakan metode berdasarkan literatur (Boysen, 2002)
globin dari 5 mL sampel darah diisolasi dan menghasilkan globin kering
berwarna putih keabuan dengan berat berkisar dari 30 604 mg. Variasi
jumlah globin ini dikarenakan kondisi kesehatan setiap individu berbeda
dalam hal jumlah globin dalam 1 mL darahnya. Dari 21 sampel, terdapat satu
sampel yang beratnya dibawah 50 mg. Karena dalam proses selanjutnya
diperlukan minimal 50 mg globin, maka sampel tersebut tidak diikutsertakan.
Kemurnian globin hasil isolasi dibuktikan dengan melihat spektrumnya
pada spektrofotometer UV dengan area panjang gelombang dari 190 sampai
1100 nm. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya puncak spektrogram
pada panjang gelombang 279 nm (dapat dilihat pada Gambar 7). Sedangkan
berdasarkan literatur, puncak spektrogram protein murni akan muncul pada
panjang gelombang 280 nm. Hal ini membuktikan bahwa kemurnian globin
hasil isolasi cukup tinggi, meskipun terjadi pergeseran sebesar 1 nm.
Pergeseran puncak spektrogram diperkirakan akibat adanya pengotor dari
darah yang belum sempurna dibersihkan.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
52/67
Spektrum Globin
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,21,4
0 200 400 600 800 1000 1200
Panjang Gelombang
Absorbansi
Gambar 7. Spektrum globin hasil isolasi sampel
4.3 BATAS DETEKSI INSTRUMEN
Untuk mengetahui sejauh mana metode dan instrumen
HPLC-Fluoresensi yang digunakan mampu mendeteksi benzo[a]pyrene
tetrahydrotetrol, maka dilakukan terlebih dahulu penentuan batas deteksi
instrumen. Penentuan batas deteksi ini diukur dengan menganalisis standar
BPT dengan konsentrasi serendah mungkin. Variasi konsentrasi yang
digunakan adalah 10 ppb, 8 ppb, 6 ppb, 2 ppb, dan 1 ppb. Rangkaian
konsentrasi diupayakan serendah mungkin terkait data penelitian terdahulu
yang mampu mendeteksi benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolhingga 0,1 pg/mg
globin (Vineis, 2005). Data standar yang diperoleh juga digunakan sebagai
kurva kalibrasi standar. Dari hasil pengukuran instrumen, diperoleh
279 nm
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
53/67
persamaan kurva kalibrasi standar y = 99,666x + 9,2061 (kurva dapat dilihat
pada Lampiran 1). Hasil penghitungan data menunjukkan bahwa batas
deteksi instrumen HPLC-Fluoresensi yang digunakan memiliki nilai LOD
(Limit of Detection) 2,6205 pg/mg globin dan LOQ (Limit of Quantification)
8,7350 pg/mg globin. Dengan demikian, diketahui bahwa instrumen yang
digunakan hanya mampu mendeteksi benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolpaling
rendah 2,6205 pg/mg globin. Di bawah nilai kadar tersebut, instrumen tidak
mampu mendeteksi lagi senyawa tersebut. Nilai LOQ menunjukkan batas
kuantifikasi yang layak diperhitungkan dalam analisis statistik. Dengan
demikian, meskipun kadar di bawah LOQ tapi masih di atas LOD masih
terdeteksi baik. Namun, secara kuantifikasi kurang baik jika akan digunakan
dalam perhitungan statistik.
4.4 DETEKSI BENZO[a]PYRENE TETRAHYDROTETROLDENGAN
HPLC-FLUORESENSI
Proses hidrolisis terhadap globin yang telah diisolasi bertujuan untuk
melepaskan globinAdduct. Adductdari benzo[a]pyrenepada globin bersifat
stabil, namun dengan adanya pengrusakan dari struktur tersier protein
tersebut maka akan terlepaskan benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol(BPT) yang
dapat digunakan sebagai biomarker dari terbentuknya hemoglobin Adduct
akibat paparan benzo[a]pyrene(Pastorelli, 1996). Asam yang digunakan
dalam proses hidrolisis memecah struktur tertier protein sehingga hidrolisat
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
54/67
BPT dapat diperoleh dan dideteksi keberadaannya dengan menggunakan
HPLC-Fluoresensi (Boysen, 2002).
Gambar 8. Skema pembentukan benzo[a]pyrene-hemoglobin Adductyang dihidrolisis asam (HCl) menghasilkan (hidrolisat) benzo[a]pyrene
tetrahydrotetrol
Untuk mengetahui profil kromatogram dan waktu retensi dari BPT
dengan menggunakan kolom LiChroCART RP-18, eluen metanol-air (55:45)
dengan flow rate1 mL/menit pada panjang gelombang eksitasi 344 nm dan
panjang gelombang emisi 398 nm maka digunakan standar BPT sebagai
standar pembanding. Profil dari kromatogram standar pada kondisi HPLC
yang telah ditentukan dapat dilihat pada Gambar 9. Terlihat adanya satu
puncak kromatogram yang menunjukkan bahwa dalam larutan standar hanya
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
55/67
mengandung satu jenis senyawa yang terdeteksi karena mampu
berflouresensi pada kondisi detektor, yaitu benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol
dengan waktu retensi pada 9,038 menit.
Gambar 9. Kromatogram standar benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol 100 ppb
Hasil deteksi dengan HPLC-Fluoresensi terhadap sampel
menunjukkan telah terbentuknya globinAdductpada semua sampel. Hal ini
dibuktikan dengan teridentifikasinya beberapa puncak kromatogram, dimana
salah satu diantaranya memiliki profil sebagaimana standar BPT yang
digunakan. Terdeteksinya BPT menjadi bukti kuat bahwa hemoglobin Adduct
telah terbentuk pada individu yang terpapar oleh benzo[a]pyrene.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
56/67
Puncak - puncak kromatogram lain yang teridentifikasi pada profil
kromatogram sampel merupakan bukti positif adanya adduct. Namun,
karena tidak dimiliki standar yang sesuai maka belum bisa dipastikan jenis
senyawaan hidrolisat dari adductyang terdeteksi tersebut. Ada kemungkinan
bahwa puncak kromatogram lain tersebut merupakan bentuk isomer lain dari
BPT atau adductlain dari senyawa golongan PAH. Berdasarkan literatur
(Longfellow, 1993), senyawa benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolmemiliki
4 isomer dengan waktu retensi berbeda pada panjang gelombang yang
sama. Standar yang digunakan sebagai pembanding hanya salah satu dari
keempat isomer tersebut, tetapi referensi tentang jenis isomernya tidak
didapati sehingga belum dapat mengidentifikasi dengan tepat jenis isomer
standar BPT yang digunakan sebagai pembanding.
Diperolehnya puncak kromatogram yang diduga merupakan suatu
biomarker adductdiperkuat dengan tidak didapatinya puncak kromatogram
pada kontrol dan blanko untuk kondisi hidrolisis. Gambar 10 menunjukkan
bahwa pada eluen metanol-air yang digunakan tidak didapati adanya puncak
kromatogram. Pada verifikasi pengaruh hidrolisis terhadap standar juga tidak
terdeteksi adanya puncak kromatogram selain puncak kromatogram standar.
Hal ini membuktikan tidak terdapatnya senyawa-senyawa dalam eluen
metanol-air, etil asetat, metanol, serta blanko yang mampu berfluoresensi
pada panjang gelombang eksitasi dan emisi yang digunakan. Sehingga
dapat dipastikan bahwa puncak - puncak kromatogram yang terdeteksi
merupakan senyawaan yang terbebaskan akibat proses hidrolisis globin
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
57/67
Adductdan satu diantaranya merupakan senyawa benzo[a]pyrene
tetrahydrotetrol yang sejenis dengan standar.
Pada Gambar 11 terlihat bahwa terjadi kenaikan tinggi puncak
kromatogram setelah penambahan internal standar pada sampel. Hal ini
membuktikan bahwa senyawa yang terdeteksi pada waktu retensi
9,192 menit merupakan senyawa BPT yang sama dengan standar BPT yang
digunakan. Dengan demikian, metode deteksi adductmenggunakan
HPLC-Fluoresensi mampu mendeteksi adanya biomarker dari
benzo[a]pyrene-hemoglobin Adductyang teridentifikasi sebagai senyawa
hidrolisisnya, yaitu benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 10. Kromatogram (a) Eluen Metanol Air (55:45); (b) Etil asetat; (c)Metanol; (d) Blanko pada kondisi hidrolisis asam
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
58/67
Gambar 11. Kromatogram produk hidrolisis sampel + standar 100 ppb
4.5 HASIL ANALISIS BENZO[a]PYRENE TETRAHYDROTETROLDAN
FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHI
Berdasarkan hasil analisis sampel darah dari seluruh responden,
diperoleh konsentrasi hemoglobin Adductyang terdeteksi sebagai
benzo[a]pyrene tetrahydrotetrolsebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
59/67
27,7405
35,2256
42,7407
32,8175
27,9011
24,3493
35,647
22,0917
19,6234
5,7872
30,0583
44,6671
36,8912
28,774
19,172
26,2657
32,9781
53,3963
36,8912
0
10
20
30
40
50
60
Kadar(pg/mgglobin)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nomor Sampel
Grafik Konsentrasi Globin Adduct
Gambar 12. Grafik konsentrasi globin adductdalam bentuk terdeteksisebagai benzo[a]pyrenetetrahydrotetroldari seluruh sampel.Sampel nomor 1, 2, 3, 5, 8, 9, 12, 14, 15, 16, 17, 18, dan 20adalah perokok. Sampel nomor 4, 6, 10, 11, 13, dan 21 adalahnon-perokok
Dari grafik tersebut didapati konsentrasi benzo[a]pyrene
tetrahydrotetrolyang bervariasi, dimana konsentrasi tertinggi adductyang
diperoleh sebanyak 53,3963 pg/mg globin pada sampel nomor 20.
Konsentrasi adductterendah yang diperoleh sebanyak 5,7870 pg/mg globin
pada sampel nomor 11. Sampel nomor 7 tidak diperoleh datanya karena
jumlah globin hasil isolasinya tidak mencapai berat yang diperlukan untuk
proses hidrolisis (berat yang diperoleh hanya 30 mgr), sehingga sampel
tersebut tidak dianalisis lebih lanjut. Sedangkan sampel nomor 19 juga tidak
Adduct
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
60/67
diperoleh datanya akibat terjadinya gangguan teknis pada pompa HPLC saat
analisis sehingga data kromatogram yang diperoleh tidak lagi akurat.
Seluruh sampel berasal dari responden yang dipilih berdasarkan satu
kriteria utama, yaitu individu yang dinilai berisiko tinggi terpaparkan udara
yang diduga mengandung PAH, terutama benzo[a]pyrene, di lokasi
aktivitasnya sehari-hari. Namun, data konsentrasi yang diperoleh
menunjukkan nilai yang cukup variatif. Hal ini diakibatkan kondisi keseharian
dan tingkat paparan yang berbeda pada setiap responden yang diketahui
lebih jauh dari data angket yang diperoleh saat melakukan pengambilan
sampel. Dari informasi angket diketahui bahwa responden nomor 20 yang
terdeteksi dengan kandungan adducttertinggi (53,3963 pg/mg globin),
memiliki riwayat kebiasaan merokok aktif. Jika dibandingkan dengan
responden nomor 11 yang memiliki konsentrasi adductterendah, diketahui
bahwa respoden tersebut tidak memiliki riwayat kebiasaan merokok. Pola
perbedaan konsentrasi adductini juga terlihat pada responden lain seperti
responden nomor 3 yang merokok (42,7407 pg/mg globin) dengan responden
nomor 6 yang tidak merokok (24,3493 pg/mg globin). Kondisi dimana
responden yang merokok memiliki konsentrasi adductlebih tinggi ini daripada
responden yang tidak merokok dapat ditemui hampir pada seluruh
perbandingan sampel. Sehingga didapati suatu indikasi bahwa individu yang
merokok memiliki konsentrasi adductyang lebih tinggi dibandingkan individu
yang tidak merokok. Untuk memperkuat keyakinan akan indikasi hubungan
tersebut, diperlukan jumlah sampel yang lebih banyak agar dapat dibuktikan
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
61/67
dengan statistik. Pola perbandingan yang berlawanan ditemui pula pada
beberapa sampel responden seperti responden nomor 9 yang merokok
(22, 0917 pg/mg globin) dengan konsentrasi adductlebih rendah
dibandingkan responden nomor 4, 6, maupun 21 yang tidak merokok.
Dengan menelaah pada informasi riwayat hidup responden yang terdata
pada angket, diketahui bahwa responden nomor 9 setiap harinya merokok
tidak lebih dari 1 bungkus rokok dan baru mulai merokok sekitar 2 tahun yang
lalu. Sedangkan responden seperti nomor 4, 6, dan 21 berdasarkan data
angket, walaupun tidak merokok tetapi tetap seorang perokok pasif.
Responden perokok dengan konsentrasi adductyang lebih rendah dari
responden perokok pasif juga didapati pada responden nomor 16
(19,1720 pg/mg globin) dan beberapa responden perokok lain. Diketahui dari
data angket bahwa responden nomor 16 juga memiliki riwayat merokok
dengan jumlah kurang dari 1 bungkus per hari dan mulai merokok kurang dari
5 tahun yang lalu. Sedangkan beberapa responden tidak merokok tetapi
secara pasif terpapar udara rokok yang mengandung PAH, memiliki
konsentrasi yang lebih tinggi. Dari kondisi tersebut terlihat indikasi bahwa
paparan udara yang mengandung PAH tinggi lebih dominan memberikan
efek terbentuknya adductdalam individu yang terpapar. Namun, hubungan
ini masih perlu diperkuat lagi dengan menambah jumlah sampel perokok
aktif, terutama yang hanya mengisap rokok dalam jumlah kecil serta belum
lama mulai merokok, dan sampel perokok pasif agar dapat dibuktikan secara
statistik.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
62/67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan,
antara lain:
1. Terdeteksinya benzo[a]pyrene tetrahydroterol(BPT) membuktikan
adanya hemoglobin Adductyang terbentuk akibat paparan dari PAH,
khususnya benzo[a]pyrene(BaP), pada responden pedagang asongan
yang berisiko tinggi terpapar PAH.
2. Benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol(BPT) dapat terdeteksi dengan
analisis hidrolisat hemoglobin Adductdengan menggunakan
HPLC-Fluoresensi kolom fasa terbalik, dimana batas deteksi instrumen
(LOD) adalah 2,6205 pg/mg globin dan batas kuantifikasi instrumen
(LOQ) adalah 8,7350 pg/mg globin.
3. Konsentrasi adducttertinggi yang terdeteksi sebesar 53,3963 pg/mg
globin dan konsentrasi adductterendah yang terdeteksi sebesar
5,7872 pg/mg globin.
4. Terdapat indikasi bahwa faktor kebiasaan merokok mempengaruhi
konsentrasi adductyang terbentuk dalam tubuh, dimana individu yang
merokok memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan individu
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
63/67
yang tidak merokok. Namun, masih diperlukan pembuktian yang lebih
kuat dengan menambah jumlah sampel dan melakukan uji statistik.
5. Terdapat indikasi faktor lain yang juga mempengaruhi seperti paparan
asap rokok (perokok pasif), jumlah rokok yang dihisap per hari, serta
lama kebiasaan merokok telah berlangsung. Namun, indikasi ini masih
perlu diperkuat dengan jumlah data yang lebih banyak dan seragam
untuk uji statistik.
5.2 SARAN
Untuk lebih memperkuat hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi
konsentrasi adductyang terbentuk, diperlukan penelitian lebih lanjut dengan
menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak dan dilakukan
pengelompokan terhadap kriteria-kriteria faktor seperti kelompok tipe
perokok, kelompok lama kebiasaan merokok berlangsung, dan kelompok
jumlah rokok yang dihisap per hari agar lebih terlihat hubungan yang ada.
Metode ini disarankan untuk dikembangkan lebih jauh dan digunakan
dalam upaya mendeteksi dini risiko kanker akibat paparan dari senyawa-
senyawa karsinogenik yang mampu membentuk adduct, baik pada DNA
maupun protein.
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
64/67
DAFTAR PUSTAKA
Agency for Toxic Substance and Disease Registry (ATSDR). 1995.
Toxicological Profile for Policyclic Aromatic Hydrocarbons.
U.S.Department of Health and Human Services, USA.
Boogaard, Peter J. 2002. Use of haemoglobin adducts in exposure
monitoring and risk assessment.Journal of Chromatography B, 778
(2002) 309322
Bono, Robert. 1998. Formation of N-(2-Hydroxyethyl)valine Due to Exposure
to Ethylene Oxide via Tobacco Smoke: A Risk Factor for Onset of
Cancer.Environmental Research Section A 81, 62}71
Boysen, Gunnar., Eisenbrand, G. 2002. Establishment and Application of
Methods for the Detection of DNA and Protein Adducts from Tobacco-
Specific Nitrosamines and Benzo[a]pyrene.
Bundesgesundheitsblatt. 2003. Use of Hemoglobin Adducts as Biomarkers
to Monitor Exposure to Genotoxic Substances. Gesundheitsschutz 46
Carmella, Steven G. 2002. Ethylation and methylation of hemoglobin in
smokers and non-smokers. Carcinogenesis vol.23 no.11 pp.1903
1910
Dorland., Newman, W. A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta:
EGC
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
65/67
Helleberg, Hans., Tornqvist, Margaretha. 2000.A new approach for
measuring protein adducts from benzo[a]pyrene diolepoxide by high
performance liquid chromatography/tandem mass spectrometry. Rapid
Commun. Mass Spectrom. 14, 16441653 (2000)
IARC. 2002. Cancer Incidence, Mortality and Prevalence,2002. Crude and
Age-Standardised (World) rates, per 100,000. GLOBOCAN.
International Agency for Research on Cancer.
Jansestraat, Z. 2003. Monitoring Human Occupational and Environmental
Exposures to Polycyclic Aromatic Compounds. Ann. occup. Hyg.,
Vol. 47, No. 5, pp. 349378, 2003
Kamrin, Michael A. 2004. Biomonitoring Basics. Michigan State University
Kim, James H., Stansbury, Kevin H. 1998. Metabolism of Benzo[a]pyrene and
Benzo[a]pyrene-7,8-diols by Human Cytochrome P450 1B1.
Carcinogenesis vol. 19 no. 10 pp. 1847-1853, 1998
Li, Hongli., Wang, Haifang., Sun, Hongfang., Liu, Yuanfang., Liu, Kexin. 2002.
Binding of nitrobenzene to hepatic DNA and hemoglobin at low doses
in mice. Toxicology Letters 139 (2003) 25/32 2002
Longfellow, David. 1993. Handbook of Analytical and Spectral Data for
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons.Midwest Research Institute,
Kansas, Missiori
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
66/67
Mass Determination of Intact alpha-Chain Hemoglobin Adducts to within
0.2 Da Using Mass Peak Profiling from Selected Ion Recording Data
with Electrospray Ionization. www.epa.gov/nerlesd1/chemistry/ice.
13 Juni 2007. pk. 16.30
Myers, Steven R. 1995. Chromatographic Characterization of Hemoglobin
Benzo[a]pyrene-7,8-diol-9,10-epoxide Adducts.Fundamental and
Applied Toxicology 29, 94101
Pastorelli, Roberta., Restano, Jolanda., Guanci, Marco., Maramonte, Monica.,
Magagnotti, Cinzia., Allevi, Riccardo., Lauri, Davide., Fanelli, Roberto.,
Airoldi, Luisa. 1996. Hemoglobin adduct of Benzo[a[pyrene diolepoxide
in newspaper: association with traffic exhaust. Carcinogenesis vol.17
no.11 pp.2389 2394, 1996
Poirier, Miriam C., Santella, Regina M., Weston, Ainsley. 2000. Carcinogen
Macromolecular Adducts and Their Measurement. Carcinogenesis
vol.21 no.3 pp.353-359, 2000
Rydberg, Per., Luning, Bjorn., Wachtmeister, Carl Axel., Eriksson, Lars.,
Tornqvist, Margareta. 2000.Applicability of a Modified Edman
Procedure for Measurement of Protein Adduct: Mechanism of
Formation and Degradation of Phenylthiohydantoins.Chem. Res.
Toxicol. 2002. 15. 570 - 581
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
Suryo, H. 2003. Genetika Manusia. Yogya: Gajah mada Uniersity Press
Studi benzo[a]pyrene..., Yoga Hary Dewanto, FMIPA UI, 2007
5/28/2018 Digital_20179973 S30292 Yoga Hary Dewanto
67/67
Vineis, Paolo., Husgafvel-Pursianen, Kirsti. 2005.Air Pollution and Cancer:
biomarker in human populations. Carcinogenesis vol. 26. no.11. pp.
1846 1855. 2005
Wiley. 2005. Ullmanns Industrial Toxicology. New York: John Wiley & Sons
Inc
Studi benzo[a]pyrene Yoga Hary Dewanto FMIPA UI 2007