73 BAB IV PEMBAHASAN 4.1.Perbankan Syariah di Malaysia 4.1.1.Regulasi Perbankan Pemerintah Malaysia pada tahun 1983 telah mengeluarkan Islamic Banking Act(IBA) atau Undang-Undang Perbankan Islam yang mengatur tentang praktik keuangan yang dijalankan sesuai syariah. 139 IBA 1983 memberikan kewenangan kepada Bank Sentral Malaysia yaitu Bank Negara Malaysia untuk mengawasi dan membuat regulasi tentang perbankan islam. Pada tahun 1993, Bank Negara Malaysia mengeluarkan pedoman untuk Skema Bank Tanpa Bunga ( Interest-Free Banking Scheme/IFBS) atau lebih dikenal dengan sebutan Skim Perbankan Tanpa Faedah (SPTF). Tujuan dari SPTF adalah untuk menyebarluaskan dan meningkatkan jaringan bank- bank syariah dengan menggunakan prasarana bank-bank konvensional yang sudah mapan. Untuk mendukung tujuan tersebut, bank sentral membuat ketentuan, petunjuk dan pengawasan atas pelaksanaan operasi windowssyariah tersebut. 140 Bank-bank konvensional yang diizinkan membuka windowssyariah harus memenuhi syarat sebagai berikut: 141 a.Sehat dan tidak diketemukan pelanggaran yang berarti pada pemeriksaan bank yang terakhir. b.Memenuhi semua persyaratan dan ketentuan yang dibuat bank sentral. c.Rasio Kecukupan Modal/ Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk bank domestik minimal 8% , sedang bank asing minimal 10%. d.Modal minimum RM 20 juta. 13 9 Hegazy, W, ibid.140 Hamidi, Jejak-jejak Ekonomi Syari ah, Jakarta, 2003, hal.117. 141 Ibid. Reulasi erbankan... Kristanto N. FE UI 2007
49
Embed
Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
e. Memiliki staf yang terlatih dan bank tersebut bersedia menyelenggarakan program
pelatihan perbankan syariah.
f. Dalam proposal harus dicantumkan modus operandi, cabang yang akan ikut serta dalam
operasional syariah, rencana penghimpunan dana dan penyaluran dana, cara pemisahan
administrasi bank konvensional, aspek akuntansi, sarana dan peralatan, serta dokumen
administrasi.
Setelah bank sentral memberikan izin, bank konvensional tersebut segera membentuk
Unit Perbankan Islam atau Interest-free Banking Unit (IBU). IBU bertugas melaksanakan
operasi perbankan syariah dengan modal sebesar RM 1 juta yang dipisahkan dari modal bank
konvensional. Hasil dari kebijakan ini, lebih kurang 40 bank konvensional Malaysia
menawarkan instrumen keuangan sesuai dengan kerangka IFBS.142
Pada tanggal 1 Desember 1998, Bank Negara (Bank Sentral) Malaysia mengeluarkan
peraturan yang menyebutkan bahwa nama Perbankan Tanpa Faedah diganti dengan
Perbankan Islam. Peraturan itu juga menyebutkan bahwa Unit Perbankan Islam ( Islamic
Banking Unit ) pada bank konvensional ditingkatkan perananannya menjadi Divisi Perbankan
Islam atau Islamic Banking Division (IBD).143
Tanggung jawab IBD antara lain sebagai
berikut:144
1. Membuat strategi pengembangan operasional perbankan syariah di bank tersebut.
2.
Menyusun kebijakan dan prosedur perbankan syariah untuk disetujui oleh manajemen.3. Menjadi pusat layanan satu atap bagi semua kegiatan syariah, meliputi retail banking,
commercial banking, corporate banking, perdagangan, kegiatan treasury dan kegiatan
cabang. Kegiatan cabang meliputi pelayanan perbanakan, marketing, processing,
pengawasan cabang dan monitoring pembiayaan.
4. Menjaga hubungan bisnis dengan bagian-bagian lain dari kegiatan konvensional dalam
bank tersebut, terutama kegiatan yang sejenis.
5. Bertanggung jawab atas pelaporan ke Bank Negara Malaysia.
6. Menjaga kepatuhan dalam hal akuntansi, peraturan dan persyaratan dari bank sentral dan
petunjuk bank sentral.
142 Hegazy, ibid.
143 Hamidi, ibid,hal. 118.
144 Ibid.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
Bank-bank syariah di Malaysia harus memiliki Dewan Pengawas Syariah yang disebut
dengan Shariah Advisory Council yang bertugas mengawasi produk pelayanan perbankan
agar sesuai prinsip-prinsip syariah.
4.1.2. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Produk dan jasa yang ditawarkan perbankan syariah di Malaysia secara umum dibagi dalam 3
(tiga) kategori, yaitu:145
1. Deposit Facilities
Ada 3 (tiga) macam produk penghimpunan dana yang disediakan oleh perbankan syariah
yaitu: (i) current accounts, (ii) savings accounts dan (iii) investment accounts yang dapat
dijalankan dengan beberapa prinsip syariah seperti profit and loss sharing (bagi hasil), free
services (jasa) dan ancillary principles (akad pelengkap). Prinsip profit and loss sharing yang
digunakan umumnya adalah mudharabah, prinsip free services dengan menggunakan qardul
hassan dan akad pelengkap dengan menggunakan wadi’ah.
2. Financing Facilities
Sebagaimana halnya perbankan konvensional, perbankan syariah juga melakukan kegiatan
pembiayaan yang dibutuhkan oleh nasabah. Prinsip bagi hasil yang dilakukan dengan
mudharabah dan musyarakah dipergunakan untuk membiayai modal kerja. Prinsip
murabahah dan bai bithaman ajil digunakan untuk membiayai pembelian aset tetap ( fixed assets), bahan-bahan mentah (raw materials) serta barang-barang dagangan (merchandises).
Sedangkan pembelian mesin dan alat-alat berat menggunakan prinsip ijarah dan ijarah wa
iqtina/ ijarah thumma al bai.
3. Other Facilities
Fasilitas lain yang diberikan oleh perbankan syariah antara lain letters of credit, letters of
guarantee, collection of bills, sale and purchase of foreign currencies, dan remittance
services. Dalam beberapa kasus, fasilitas seperti letters of guarantee, sale and purchase of
foreign currencies dan remittance services diberikan kepada nasabah dengan menggunakan
dasar komisi dan imbalan jasa. Kemudian letters of credit dapat menggunakan prinsip
wakalah, murabahah serta musyarakah.
145 Sudin Haron, A Comparative Study of Islamic Banking Practices, Journal of King Abdul Aziz University:
Islamic Economics vol. 10, 1998, p. 23-50.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
Prinsip syariah yang digunakan oleh bank islam di Malaysia dapat dibagi dalam 4 (empat)
kategori yaitu:146
1. Profit and Loss Sharing (Bagi Hasil)
Prinsip yang dijalankan oleh perbankan islam di Malaysia antara lain prinsip mudharabah dan
musyarakah.
2. Fee based
Prinsip yang dijalankan oleh perbankan islam di Malaysia antara lain Al-murabahah, Bai
bithaman ajil, Al-ijarah, Al-ijarah thumma al-bai, Al-wakalah, Al-kafalah, Al-hawalah dan
Al-ujr.
3. Frees Services
Prinsip yang dijalankan oleh perbankan islam di Malaysia antara lain Al-qardhul hasan.
4. Ancillary Principles ( Akad Pelengkap)
Prinsip yang dijalankan oleh perbankan islam di Malaysia antara lain Ar-rahn dan Al-wadiah
yad dhamanah.
4.1.4. Regulasi Perpajakan pada produk dan jasa perbankan syariah
Aspek perpajakan yang dianalisis dalam sub bab ini meliputi aspek pajak penghasilan dan
aspek pajak pertambahan nilai dengan menitikberatkan pada prinsip syariah di dalam perbankan Islam yang meliputi wadi’ah, mudharabah, musyarakah, murabahah dan ijarah
serta prinsip syariah lainnya.
4.1.4.1. Aspek Pajak Penghasilan
1. Wadi’ah
Dalam pasal 2 ayat (7) Undang-Undang Pajak Penghasilan Malaysia ( Income Tax Act )
dijelaskan bahwa secara umum penghasilan yang diperoleh dan beban biaya dari instrumen
keuangan syariah dipersamakan perlakuannya dengan penghasilan bunga, yang dinyatakan
sebagai berikut:
“setiap ketentuan yang berlaku bagi peristilahan bunga yang digunakan dalamUndang-Undang ini secara mutatis mutandis berarti dan berlaku pula untuk
pendapatan (gains) dan keuntungan yang diterima ataupun biaya yang dikeluarkan,
pada transaksi keuangan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah.”
146 Ibid.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
Amandemen pada pasal definisi ini mempengaruhi perlakuan perpajakan pada pendapatan
bank syariah yang diperoleh dari berbagai kegiatannya.
Sebelum maupun setelah amandemen ITA 1967 penerimaan dan keuntungan yang diperoleh
oleh bank syariah masuk dalam kategori ketentuan yang diatur dalam pasal 4 (a), namun
pendapatan non operasional bank syariah sebelum amandemen dikategorikan untuk diatur
dalam pasal 4 (f) setelah amandemen diatur dan masuk dalam kategori pasal 4 (c), sehingga
perlakuan perpajakannya adalah dipersamakan dengan yang berlaku untuk penghasilan bunga
non operasional pada bank konvensional.
Dengan demikian, sesuai dengan pasal 4 huruf a Income Tax Act , maka pendapatan yang
diterima oleh bank syariah yang berasal dari keuntungan pengelolaan dana wadi’ah akan
dikenakan pajak sebagaimana bunga yang diterima oleh perbankan konvensional.147
2. Mudharabah
Dalam pasal 2 ayat (7) Undang-Undang Pajak Penghasilan Malaysia ( Income Tax Act )
dijelaskan bahwa secara umum penghasilan yang diperoleh dan beban biaya dari instrumen
keuangan syariah dipersamakan perlakuannya dengan penghasilan bunga, yang dinyatakan
sebagai berikut:
“setiap ketentuan yang berlaku bagi peristilahan bunga yang digunakan dalam
Undang-Undang ini secara mutatis mutandis berarti dan berlaku pula untuk pendapatan (gains) dan keuntungan yang diterima ataupun biaya yang dikeluarkan,
pada transaksi keuangan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah”.
Amandemen pada pasal definisi ini mempengaruhi perlakuan perpajakan pada pendapatan
bank syariah yang diperoleh dari berbagai kegiatannya.
Sebelum maupun setelah amandemen ITA 1967 penerimaan dan keuntungan yang diperoleh
oleh bank syariah masuk dalam kategori ketentuan yang diatur dalam pasal 4 (a), namun
pendapatan non operasional bank syariah sebelum amandemen dikategorikan untuk diatur
dalam pasal 4 (f) setelah amandemen diatur dan masuk dalam kategori pasal 4 (c), sehingga
perlakuan perpajakannya adalah dipersamakan dengan yang berlaku untuk penghasilan bunga
non operasional pada bank konvensional.
147 Hegazy, ibid.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
Dengan demikian, sesuai dengan pasal 4 huruf a Income Tax Act , maka keuntungan yang
diterima oleh bank syariah yang berasal dari pembiayaan mudharabah akan dikenakan pajak
sebagaimana bunga yang diterima oleh perbankan konvensional.148
3. Musyarakah
Undang-Undang Pajak Penghasilan Malaysia ( Income Tax Act ) tidak memperlakukan
partnership sebagai entitas pajak yang berdiri sendiri. Konsekuensinya, masing-masing
partner akan melaporkan secara terpisah bagian mereka dari pendapatan partnership. Bagian
partner akan dihitung berdasarkan ketentuan pasal 55 ayat (5) ITA. Namun demikian, bank
syariah dapat beralasan bahwa partnership yang dijalankan menggunakan instrumen
keuangan berdasarkan prinsip syariah, sehingga perlakuannya pun merujuk kepada pasal 2
ayat (7) ITA dimana keuntungan yang diterima oleh bank syariah yang berasal dari pembiayaan musyarakah akan dikenakan pajak sebagaimana bunga yang diterima oleh
perbankan konvensional.149
4. Murabahah
Dalam pasal 2 ayat (7) Undang-Undang Pajak Penghasilan Malaysia ( Income Tax Act )
dijelaskan bahwa secara umum penghasilan yang diperoleh dan beban biaya dari instrumen
keuangan syariah dipersamakan perlakuannya dengan penghasilan bunga, yang dinyatakan
sebagai berikut:
“setiap ketentuan yang berlaku bagi peristilahan bunga yang digunakan dalam
Undang-Undang ini secara mutatis mutandis berarti dan berlaku pula untuk
pendapatan (gains) dan keuntungan yang diterima ataupun biaya yang dikeluarkan, pada transaksi keuangan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah”.
Amandemen pada pasal definisi ini mempengaruhi perlakuan perpajakan pada pendapatan
bank syariah yang diperoleh dari berbagai kegiatannya.
Sebelum maupun setelah amandemen ITA 1967 penerimaan dan keuntungan yang diperoleh
oleh bank syariah masuk dalam kategori ketentuan yang diatur dalam pasal 4 (a), namun pendapatan non operasional bank syariah sebelum amandemen dikategorikan untuk diatur
dalam pasal 4 (f) setelah amandemen diatur dan masuk dalam kategori pasal 4 (c), sehingga
148Ibid.
149 Ibid.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
perlakuan perpajakannya adalah dipersamakan dengan yang berlaku untuk penghasilan bunga
non operasional pada bank konvensional.
Dengan demikian, sesuai dengan pasal 4 huruf a Income Tax Act , maka keuntungan yang
diterima oleh bank syariah yang berasal dari pembiayaan murabahah akan dikenakan pajak
sebagaimana bunga yang diterima oleh perbankan konvensional.150
5. Salam
Dalam pasal 2 ayat (7) Undang-Undang Pajak Penghasilan Malaysia ( Income Tax Act )
dijelaskan bahwa secara umum penghasilan yang diperoleh dan beban biaya dari instrumen
keuangan syariah dipersamakan perlakuannya dengan penghasilan bunga, yang dinyatakan
sebagai berikut:
“setiap ketentuan yang berlaku bagi peristilahan bunga yang digunakan dalamUndang-Undang ini secara mutatis mutandis berarti dan berlaku pula untuk pendapatan (gains) dan keuntungan yang diterima ataupun biaya yang dikeluarkan,
pada transaksi keuangan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah”.
Amandemen pada pasal definisi ini mempengaruhi perlakuan perpajakan pada pendapatan
bank syariah yang diperoleh dari berbagai kegiatannya.
Sebelum maupun setelah amandemen ITA 1967 penerimaan dan keuntungan yang diperoleh
oleh bank syariah masuk dalam kategori ketentuan yang diatur dalam pasal 4 (a), namun
pendapatan non operasional bank syariah sebelum amandemen dikategorikan untuk diatur
dalam pasal 4 (f) setelah amandemen diatur dan masuk dalam kategori pasal 4 (c), sehingga
perlakuan perpajakannya adalah dipersamakan dengan yang berlaku untuk penghasilan bunga
non operasional pada bank konvensional.
Dengan demikian, sesuai dengan pasal 4 huruf a Income Tax Act , maka keuntungan yang
diterima oleh bank syariah yang berasal dari pembiayaan salam akan dikenakan pajak
sebagaimana bunga yang diterima oleh perbankan konvensional.151
6. Istishna’Dalam pasal 2 ayat (7) Undang-Undang Pajak Penghasilan Malaysia ( Income Tax Act )
dijelaskan bahwa secara umum penghasilan yang diperoleh dan beban biaya dari instrumen
150 i bid.
151 ibid.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
keuangan syariah dipersamakan perlakuannya dengan penghasilan bunga, yang dinyatakan
sebagai berikut:
“setiap ketentuan yang berlaku bagi peristilahan bunga yang digunakan dalam
Undang-Undang ini secara mutatis mutandis berarti dan berlaku pula untuk
pendapatan (gains) dan keuntungan yang diterima ataupun biaya yang dikeluarkan, pada transaksi keuangan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah”.
Amandemen pada pasal definisi ini mempengaruhi perlakuan perpajakan pada pendapatan
bank syariah yang diperoleh dari berbagai kegiatannya.
Sebelum maupun setelah amandemen ITA 1967 penerimaan dan keuntungan yang diperoleh
oleh bank syariah masuk dalam kategori ketentuan yang diatur dalam pasal 4 (a), namun
pendapatan non operasional bank syariah sebelum amandemen dikategorikan untuk diatur
dalam pasal 4 (f) setelah amandemen diatur dan masuk dalam kategori pasal 4 (c), sehingga
perlakuan perpajakannya adalah dipersamakan dengan yang berlaku untuk penghasilan bunga
non operasional pada bank konvensional.
Dengan demikian, sesuai dengan pasal 4 huruf a Income Tax Act , maka keuntungan yang
diterima oleh bank syariah yang berasal dari pembiayaan istishna’ akan dikenakan pajak
sebagaimana bunga yang diterima oleh perbankan konvensional.152
7. Ijarah dan Ijarah wa iqtina/Ijarah thumma al bai
Secara umum, penghasilan sewa yang diterima oleh orang pribadi maupun perusahaan
dikenakan pajak mengikuti ketentuan pasal 4 huruf d undang-Undang Pajak Penghasilan
Malaysia. Penghasilan sewa yang diterima oleh perusahaan yang menyewakan dikenakan
pajak mengikuti ketentuan pasal 4 huruf a ITA sebagai penghasilan usaha (business income).
Sebelum amandemen pasal 2 ayat (7), penghasilan sewa yang diterima oleh lembaga
keuangan dikenakan pajak sebagai penghasilan di luar usaha (non-business income)
mengikuti ketentuan pasal 4 huruf d. Setelah amandemen pasal 2 ayat (7) ITA, maka
penghasilan yang diterima maupun beban yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan dari
transaksi ijarah maupun ijarah wa iqtina/ijarah thumma al bai’ akan dikenakan pajak
mengikuti ketentuan pasal 4 huruf a dan dikategorikan sebagai penghasilan usaha (business
income).153
152 Ibid.
153 Ibid.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
Hal tersebut dipertegas dengan hasil wawancara penulis dengan otoritas perpajakan di
Malaysia156
yang menyatakan bahwa produk dan jasa yang dijalankan oleh perbankan syariah
tidak dikenakan pajak penjualan maupun pajak atas jasa.
4.1.5. Equal Treatment Regulasi Perpajakan bagi produk dan jasa perbankan syariah
dengan produk dan jasa perbankan konvensional
4.1.5.1. Aspek Pajak Penghasilan
Dalam pasal 2 ayat (7) Undang-Undang Pajak Penghasilan Malaysia ( Income Tax Act )
dijelaskan bahwa secara umum penghasilan yang diperoleh dan beban biaya dari instrumen
keuangan syariah dipersamakan perlakuannya dengan penghasilan bunga, yang dinyatakan
sebagai berikut:
“setiap ketentuan yang berlaku bagi peristilahan bunga yang digunakan dalam
Undang-Undang ini secara mutatis mutandis berarti dan berlaku pula untuk
pendapatan (gains) dan keuntungan yang diterima ataupun biaya yang dikeluarkan, pada transaksi keuangan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah”.
Amandemen pada pasal definisi ini mempengaruhi perlakuan perpajakan pada pendapatan
bank syariah yang diperoleh dari berbagai kegiatannya.
Sebelum maupun setelah amandemen ITA 1967 penerimaan dan keuntungan yang diperoleh
oleh bank syariah masuk dalam kategori ketentuan yang diatur dalam pasal 4 (a), namun
pendapatan non operasional bank syariah sebelum amandemen dikategorikan untuk diatur dalam pasal 4 (f) setelah amandemen diatur dan masuk dalam kategori pasal 4 (c), sehingga
perlakuan perpajakannya adalah dipersamakan dengan yang berlaku untuk penghasilan bunga
non operasional pada bank konvensional.
Ketentuan tersebut memberikan penegasan bahwa Malaysia telah memberikan perlakuan
perpajakan yang sama bagi produk dan jasa yang dijalankan oleh perbankan syariah dengan
produk dan jasa perbankan konvensional.
4.1.5.2.
Aspek Pajak Pertambahan NilaiKetentuan sales tax dan service tax di Malaysia tidak mengenakan pajak atas produk dan jasa
yang dijalankan oleh perbankan termasuk perbankan syariah. Hal ini berarti bahwa regulasi
156 Penulis melakukan wawancara lewat telepon dengan ibu Farida (salah satu pejabat di kantor pajak Malaysia),
yaitu Penolong Kanan Pengarah Kastam Cawangan Cukai Perkhidmatan Malaysia.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
perpajakan bagi produk dan jasa perbankan konvensional diberikan perlakuan yang sama
dengan produk dan jasa perbankan syariah.
4.1.6. Pengaruh prinsip-prinsip syariah terhadap sejauhmana regulasi perbankan
mempengaruhi produk dan jasa perbankan syariah
Prinsip-prinsip syariah ditempatkan pada kedudukan yang tinggi di dalam Islamic Banking
Act 1983 dimana pasal 2 Undang-Undang tersebut menegaskan bahwa:
“Islamic banking business” means banking business whose aims and operations do
not involve any element which is not approved by the Religion of Islam.
Ini berarti bahwa usaha perbankan Islam adalah usaha perbankan yang tujuan dan operasinya
tidak melibatkan unsur yang tidak disetujui oleh agama Islam.157
Dengan demikian dapat diartikan bahwa produk dan jasa yang dijalankan oleh perbankan
Islam harus seusai dengan prinsip-prinsip syariah sebagaimana yang diatur dalam regulasi
perbankan.
4.1.7. Pengaruh regulasi perpajakan terhadap sejauhmana produk dan jasa perbankan
syariah mempengaruhi equal treatment regulasi perpajakan bagi produk dan
jasa perbankan syariah dengan produk dan jasa perbankan konvensional
Sejalan dengan kemajuan yang dicapai dalam pengembangan perbankan dan lembaga
keuangan syariah, pemerintah dan penyusun perundang-undangan Negara Malaysia telah
melakukan sejumlah penyempurnaan perundang-undangan dan peraturan untuk
mengakomodir kebutuhan lembaga keuangan syariah.158
Amandemen yang dilakukan oleh Malaysia atas sejumlah regulasi perpajakannya159
pada
dasarnya bertujuan untuk menghindari terjadinya diskriminasi penerapan ketentuan
157 Utusan Malaysia On-Line, Pematuhan Syariah dalam perbankan Islam, 23 April 2007, http://www.ibfim.com/
158 Bank Indonesia, Direktorat Perbankan Syariah, ibid.
159 Undang-Undang Perpajakan yang disempurnakan yaitu:: (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan (the Income
Tax Act /ITA) Tahun 1967, (2) Undang-Undang Bea Materai (the Stamp Duty Act /SDA) Tahun 1949 dan (3)Undang-Undang Bea Pengambilalihan Aset Properti (the Real Property Gains Tax/RPGT) Tahun 1976.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
perpajakan antara instrumen keuangan konvensional/produk dan jasa perbankan konvensional
dengan instrumen keuangan syariah/produk dan jasa perbankan syariah.160
4.2. Perbankan Syariah di Indonesia
4.2.1. Regulasi Perbankan
Eksistensi Bank Islam secara hukum positif dimungkinkan pertama kali di Indonesia
melalui Pasal 6 huruf m serta Pasal 13 huruf c Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan (UUPI).161
Pada tahun 1998 dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, eksistensi bank
syariah semakin kuat karena terdapat pasal-pasal dalam undang-undang tersebut yang
menambah atau mengadakan perubahan yang menguatkan posisi bank syariah secara
yuridis.162
Menurut ketentuan Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan
“Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran”. Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah di dalam Pasal 1 butir 13
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 ditentukan sebagai berikut : “Prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanandana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariat antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Perubahan dalam pasal-pasal Undang-Undang tersebut juga membolehkan bank-bank
konvensional untuk beralih menjadi bank syariah atau membuka Kantor Cabang syariah
(sistem Islamic Full Branch). Bank umum, berdasarkan Undang-Undang tersebut
160 Hegazy, W. ibid. 161Umar Farouk, Peri, Sejarah Perkembangan hukum Perbankan Islam di Indonesia, http://omperi.wikidot.
com/sejarah-hukum-perbankan-syariah-di-indonesia.
162 Ibid.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan
menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual.170
Produk yang termasuk dalam
kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti murabahah, salam,
dan istishna’ serta produk yang menggunakan prinsip sewa yaitu ijarah serta ijarah
muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Sedangkan
pada kategori ketiga, tingkat keuntungan bank ditentukan dari besarnya keuntungan usaha
sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah
bagi hasil yang disepakati di muka.171
Produk perbankan yang termasuk ke dalam kelompok
ini adalah musyarakah dan mudharabah.
2. Produk Penghimpunan Dana ( Funding)
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito.172 Salah
satu prinsip syariah yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan
menggunakan prinsip titipan. Adapun akad yang sesuai dengan prinsip ini adalah al
wadi’ah.173
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan
pada produk rekening giro.174
Prinsip lain yang digunakan adalah prinsip investasi. Akad yang
sesuai dengan prinsip ini adalah mudharabah.175
Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada
produk tabungan berjangka dan deposito berjangka.176
3. Produk yang berkaitan dengan Jasa (Service)
170 Menurut Karim, akad jual beli dan sewa termasuk ke dalam natural certainty contracts (NCC), karena itutingkat return-nya dapat diprediksi dengan relatif pasti ( fixed and predetermined ), baik jumlah (amount ) maupun
waktu (timing) cash flow-nya.171 Menurut Karim, akad bagi hasil/investasi termasuk ke dalam natural uncertainty contracts (NUC), karena itutingkat return-nya tidak dapat dipredksi dengan relatif pasti (not fixed and not predetermined ), baik jumlah
(amount ) maupun waktu (timing) cash flow-nya. Dengan demikian, untung-rugi dinikmati bersama.
172
Karim, ibid, hal. 107.
173 Syafi’i Antonio, ibid, hal. 148.
174 Karim, ibid.
175 Syafi’i Antonio, ibid, hal. 150.
176 Karim, ibid, hal. 109.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
b. Dalam hal subkontraktor memenuhi kualifikasi sebagai usaha menengah dan besar, atas
imbalan jasa pelaksana konstruksi yang diterima sub kontraktor dikenakan pemotongan
PPh Pasal 23 oleh bank syariah sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN dan
bersifat tidak final.
c. Dalam hal sub kontraktor memenuhi kualifikasi sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat
yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dan nilai pengadaan proyek lebih dari Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), atas imbalan jasa pelaksanaan konstruksi yang
diterima atau diperoleh sub kontraktor dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 oleh bank
syariah sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN dan bersifat tidak final.
4. Kegiatan dengan prinsip sewa
a. Pembiayaan ijarah pada prinsipnya adalah sama dengan transaksi sewa-menyewa biasa
yang lazim dikenal pada transaksi konvensional. Bank menyewakan aktiva dengan
memperoleh imbalan berupa sewa.231
Sewa tanah dan bangunan merupakan objek PPh
final (10%) sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002.232
Penghasilan sewa lainnya, yang merupakan objek PPh Pasal 23, yang diterima oleh bank
sesuai pasal 23 ayat (4) huruf a Undang-Undang PPh dikecualikan dari pemotongan PPh
Pasal 23.
b. Pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik (ijarah wa iqtina) pada prinsipnya sama dengan
finacial lease atau Sewa Guna Usaha dengan hak opsi, yang lazim dikenal dalam
pembiayaan konvensional.233
Bank membiayai kebutuhan aktiva nasabah, dengan pembayaran secara berkala dan opsi
pengalihan hak atas aktiva tersebut kepada nasabah pada akhir akad dengan syarat-syarat
yang ditetapkan.
230 Pasal 2 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah No.140 Tahun 2000 jo KMK No.559/KMK.04/2000 tentangPajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.231 Budi Susanto, ibid.
232 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari
Persewaan Tanah Dan/Atau Bangunan.
233 Ibid.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
3) Pasal 4 huruf a menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas
penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha.
(2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, antara lain mengatur :
1. Pasal 1 amgka 13 antara lain menyatakan bahwa prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah).
2. Pasal 6 huruf m menyatakan bahwa usaha bank umum antara lain menyediakan
pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah , sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank indonesia
(3) Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan
Undang- undang Nomor 8 Tahun 1993 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah Terahir
dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, menyatakan bahwa dalam rangka
pengukuhan Pengusaha sebagai Pengusaha Kena Pajak, termasuk dalam pengertian
Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan JasaKena Pajak dan atau ekspor Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 15 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, adalah Pengusaha yang sejak semula
bermaksud melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena
Pajak dan atau ekspor Barang Kena Pajak.
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak
Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, antara lain mengatur :
1. Pasal 5 huruf d antara lain menyatakan bahwa jasa di bidang perbankan termasuk jenis
jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;
2. Pasal 8 huruf a antara lain menyatakan bahwa jasa di bidang perbankan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf d adalah jasa perbankan sesuai dengan ketentuan
sebagaiman diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Peerbankan
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 kecuali jasa
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
penyedia tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta anjak piutang.
Jadi meskipun transaksi murabahah merupakan salah satu kegiatan usaha yang dapat
dilakukan oleh bank syariah, namun mengingat prinsip yang mendasari transaksi tersebutadalah jual beli, maka dari sisi Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai yang saat ini
berlaku, transaksi tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai jasa perbankan, melainkan
merupakan kegiatan perdagangan.
Oleh karena itu, penyerahan Barang Kena Pajak dalam rangka transaksi murabahah, baik oleh
pemasok/produsen kepada bank maupun oleh bank kepada nasabah, sepanjang pihak yang
melakukan penyerahan adalah Pengusaha Kena Pajak, merupakan penyerahan Barang Kena
Pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.
Apabila barang yang diserahkan/diperjualbelikan dalam transaksi murabahah adalah bukan
Barang Kena Pajak, maka atas penyerahan barang tersebut tidak dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai.
b. Salam
Ketentuan perpajakan di Indonesia belum secara eksplisit menetapkan bahwa kegiatan salam
dikenakan PPN. Meskipun demikian, salam dapat dianalogikan atas substansi kegiatan dan
transaksi yang terjadi pada murabahah.236
Perbedaan yang mencolok antara murabahah dan
salam adalah mekanisme pengadaan barang yang selalu didahului dengan pesanan pada salam
dengan pengadaan barang dengan atau tanpa pesanan pada murabahah.
Sebagaimana diatur dalam pasal 8 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000, jasa
perbankan menurut Undang-Undang Perbankan yang tidak dikecualikan dari pengenaan PPN
hanya ada 3 (tiga), yaitu:
- Jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
- Jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain didasarkan suatu kontrak (perjanjian); dan
- Jasa anjak piutang.
Sementara itu, kegiatan usaha bank umum, baik konvensional maupun syariah adalah
pemberian jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dengan demikian, dapat dianalogikan bahwa
236 Bank Indonesia, Direktorat Perbankan Syariah, ibid.
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
Berkaitan dengan aspek PPN, jika produk dan jasa perbankan syariah termasuk kriteria jasa
perbankan sebagaimana diatur dalam PP Nomor 144 Tahun 2000 maka seharusnya produk
dan jasa perbankan syariah tidak dikenakan PPN.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Perbandingan Regulasi Perbankan Indonesia dan Malaysia
Malaysia telah mempunyai Undang-Undang yang mengatur secara khusus tentang praktik
keuangan yang dijalankan oleh perbankan syariah yaitu Islamic Banking Act 1983. Selain itu
regulasi perbankan syariah yang dikeluarkan oleh Bank Negara Malaysia pada tahun 1993
yaitu Interest Free Banking Scheme atau juga disebut Skim Perbankan Tanpa Faedah
memungkinkan perbankan konvensional untuk menjalankan islamic windows, yaitu dengan
membentuk Interest-free Banking Unit .
Indonesia belum mempunyai Undang-Undang yang secara khusus mengatur tentang praktik
keuangan yang dijalankan oleh perbankan syariah. Namun demikian, secara umum praktik
keuangan yang dijalankan oleh perbankan syariah telah diakomodir dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dimana dalam Pasal 1 butir 3 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa “Bank Umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”. Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah di dalam Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 ditentukan
sebagai berikut : “Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariat antara lain, pembiayaan berdasarkan
prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
lain (ijarah wa iqtina).
Penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 9/7/PBI/2007 tanggal 4 Mei 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum
yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com
Sedangkan prinsip-prinsip dasar perbankan syariah yang digunakan oleh perbankan
syariah di Indonesia dibagi dalam 5 (lima) kategori244
, yaitu : (i) prinsip titipan atau simpanan
(depository/al wadi’ah), (ii) prinsip bagi hasil ( profit and loss sharing), (iii) prinsip jual beli
(sale and purchase), (iv) prinsip sewa (lease) serta (v) prinsip jasa ( fee-based service).
Pada hakekatnya prinsip-prinsip syariah yang dijalankan oleh perbankan syariah di
Malaysia dan di Indonesia tidaklah berbeda. Prinsip-prinsip syariah yang diimplementasikan
dalam produk dan jasa perbankan syariah di Malaysia dan di Indonesia antara lain meliputi
wadi’ah, mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, wakalah, qard, kafalah, dan lain-
lain.
Dalam penerapannya, untuk mengetahui apakah produk dan jasa yang ditawarkan oleh
perbankan syariah tersebut telah sesuai dengan prinsip syariah maka di Malaysia pelaksanaannya diawasi oleh Shariah Advisory Council sedangkan di Indonesia diawasi oleh
Dewan Pengawas Syariah. Secara umum produk dan jasa yang ditawarkan oleh perbankan
syariah di Indonesia dan di Malaysia telah dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
perbankan syariah.
4.3.4. Perbandingan Regulasi Perpajakan Indonesia dan Malaysia
1. Regulasi Perpajakan Produk dan Jasa Perbankan Syariah di Indonesia
Regulasi Perpajakan di Indonesia belum mengatur secara eksplisit mengenai transaksi
keuangan yang dijalankan oleh perbankan syariah. Penerapan ketentuan perpajakan atas
transaksi keuangan yang dijalankan oleh perbankan syariah saat ini merujuk kepada ketentuan
umum.
Dalam aspek PPh dijelaskan bahwa sesuai dengan pasal 4 ayat (1), keuntungan yang
diperoleh bank syariah dari kegiatan transaksinya merupakan objek pajak penghasilan.
Selanjutnya dalam pasal 23 ayat (4) diterangkan bahwa penghasilan yang terutang atau
dibayar kepada bank dikecualikan dari pengenaan PPh.
Dalam aspek PPN, setiap penyerahan Barang Kena Pajak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Selain itu perlakuan PPN atas usaha jasa perbankan juga merujuk kepada ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000.
2. Regulasi Perpajakan Produk dan Jasa Perbankan Syariah di Malaysia
Dalam aspek PPh, produk dan jasa perbankan syariah telah diatur dalam amandemen Income
Tax Act 1967 (UU PPh Malaysia) khususnya dalam pasal 2 ayat (7) yang menyebutkan
bahwa:
“setiap ketentuan yang berlaku bagi peristilahan bunga yang digunakan dalam
Undang-Undang ini secara mutatis mutandis berarti dan berlaku pula untuk
pendapatan (gains) dan keuntungan yang diterima ataupun biaya yang dikeluarkan, pada transaksi keuangan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip syariah”.
Pasal tersebut menjelaskan bahwa secara umum penghasilan yang diperoleh dan beban biaya
dari instrumen keuangan syariah dipersamakan perlakuannya dengan penghasilan bunga.
Amandemen pada pasal definisi ini mempengaruhi perlakuan perpajakan pada pendapatan
bank syariah yang diperoleh dari berbagai kegiatannya.
Sebelum maupun setelah amandemen ITA 1967 penerimaan dan keuntungan yang diperoleh
oleh bank syariah masuk dalam kategori ketentuan yang diatur dalam pasal 4 (a), namun
pendapatan non operasional bank syariah sebelum amandemen dikategorikan untuk diatur
dalam pasal 4 (f) setelah amandemen diatur dan masuk dalam kategori pasal 4 (c), sehingga
perlakuan perpajakannya adalah dipersamakan dengan yang berlaku untuk penghasilan bunga
non-operasional pada bank konvensional.
245
245 Pasal 4 ITA 1967 mengatur penghasilan yang dikenakan pajak dalam perundang-undangan tersebut adalah:
a. Penerimaan atau keuntungan dari kegiatan bisnis
b. Penerimaan atau keuntungan dari pelaksanaan pekerjaan
c. Dividen, bunga atau diskonto
d. Sewa, royalti atau premie. Dana pensiun, anuitas atau penerimaan periodik lainnya yang tidak termasuk kategori tersebut di atas,
dan
Re ulasi erbankan Kristanto N FE UI 2007
5/12/2018 Digital_117194 T 24499 Regulasi Perbankan Analisis - slidepdf.com