perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN Disusun Oleh : FITRI ERI HARTANTI D3206019 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
108
Embed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERILAKU HIDUP ... · Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa menciptakan lingkungan yang bersih dan ... di sekolah, di tempat ... Mengetahui
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN
BRUJUL KECAMATAN JATEN
Disusun Oleh :
FITRI ERI HARTANTI
D3206019
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO:
“Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati
jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan tidak akan membuat kemajuan
walaupun ia berada di jalan yang mulus”.
(Thomas Carlyle)
Kebanggaan terbesar kita adalah bukan karena kita pernah gagal, tapi bangkit
kembali setelah kita jatuh.
( Confusius )
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini penulis persembahkan teruntuk:
♥ Tuhan Allahku….yang selalu menjadikan indah pada waktunya
♥Ayah dan Bunda untuk doa-doa dan cinta kasih yang diberikan
♥ Kakak-kakaku dan semua keluargaku yang tercinta
♥ Cita-cita dan masa depanku
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Fitri Eri Hartanti, D3206019, Skripsi, PERILAKU HIDUP BERSIH
MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN JATEN,
Jurusan Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010.
Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
adalah tangung jawab bersama, Mereka memiliki peran yang penting dalam menjaga
lingkungan dan menciptakan budaya lingkungan yang bersih dan sehat. Penelitian ini
dilakukan di Dusun Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar. Penelitian ini
bertujuan untuk memaparkan mengenai masyarakat Duwet dalam menjaga hidup bersih
terhadap lingkungannya yang menfokuskan pada pandangan, sikap serta perilaku masyarakat
yang berhubungan dengan hidup bersih lingkungannya.
Tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yang sesuai dengan
maksud dan tujuan, tehnik tersebut juga berguna untuk mendapatkan informan yang tepat
yang mengurangi permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Yang menjadi informan
dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat dan masyarakat duwet.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat Dusun Duwet
mengetahui pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan bagi kelangsungan
hidup mereka, akan tetapi pada kenyataannya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam
menjaga kebersihan dilingkungannya tidak sesuai dengan pemahaman tersebut, sehingga
sebagian besar masyarakat Dusun Duwet kurang dalam menjaga kebersihan lingkungannya.
Namun dari segi positifnya bahwa dalam pengelolaan sampah, masyarakat mengelola limbah
sampah menjadi barang yang bermanfaat. Satu hal yang menarik bahwa penerapan dan
kesadaran masyarakat Dusun Duwet terhadap kebersihan lingkungan masih kurang. Hal ini
dapat dilihat masih banyak sampah yang berserakan dan menumpuk di lingkungan tempat
tinggal disekitar mereka, tempat seperti sumur ( tempat MCK) yang jarang dibersihkan dan
juga selokan-selokan yang memang sengaja dibendung oleh salah satu warga sehingga hal ini
dapat menyebabkan ganguan kesehatan dan kebersihan lingkungan.
Kata Kunci : Perilaku, Hidup Bersih dan Lingkungan
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Fitri Eri Hartanti, D3206019, Thesis, THE SOCIETY’S SANITARY LIVING
BEHAVIOR IN HAMLET DUWET KELURAHAN BRUJUL SUBDISTRICT JATEN.
Sociology department of Surakarta Sebelas Maret University 2010.
This research refers to the background that creates a clean and healthy environment is
mutual responsibility. They have an important role in keeping and creating the clean and
healthy environment culture. This research was carried out in Duwet Hamlet of Brujul
Kelurahan of Jaten Karanganyar subdistrict. This research aims to describe about the Duwet
people in keeping the clean life in their environment by focusing on the people’s point of
view, attitude as well as behavior relating to their environment’s clean life.
The sampling technique employed was purposive sampling consistent with the aim
and objective; such technique was also used for looking for appropriate informants reducing
the problem of research object. The informants of research were society figure and duwet
people.
From the result of research, it can be seen that generally the Duwet Hamlet people
recognize the importance of keeping their environment healthy and clean for their life
sustainability, but in fact their awareness and behavior in maintaining their environment
cleanliness is not consistent with that perception, so that majority of Duwet Hamlet people
are still low in maintaining their environment cleanliness. However, the positive side is that
in rubbish management, the people process the waste into useful goods. One interesting
phenomenon is that the application and the Duwet Hamlet people’s awareness of
environment cleanliness are still low. It can be seen from many scattered and accumulated
rubbishes in their neighborhood, the places like wells (sanitation place) are rarely cleaned and
the ditches are deliberately blocked by one of residents so that it can harm environment
health and cleanliness.
Keywords: Behavior, Clean Life and Environment
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ---------------------------------------------------------------------------- i
HALAMAN PERSETUJUAN ---------------------------------------------------------------- ii
HALAMAN PENGESAHAN ----------------------------------------------------------------- iii
MOTTO ------------------------------------------------------------------------------------------- iv
PERSEMBAHAN ------------------------------------------------------------------------------- v
KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------------------- vi
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------- ix
DAFTAR SKEMA ------------------------------------------------------------------------------ xii
DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------------- xiii
ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------------------- xiv
BAB I PENDAHULUAN ---------------------------------------------------------------------- 1
A. Latar Belakang Masalah --------------------------------------------------------------- 1
B. Perumusan Masalah -------------------------------------------------------------------- 5
C. Tujuan Penelitian ----------------------------------------------------------------------- 5
D. Manfaat Penelitian -------------------------------------------------------------------- 5
E. Tinjauan Pustaka ---------------------------------------------------------------------- 6
F. Kerangka Berfikir --------------------------------------------------------------------- 23
G. Metode Penelitian --------------------------------------------------------------------- 25
BAB II DESKRIPSI LOKASI ---------------------------------------------------------------- 39
A. Letak Desa Secara Administratif ---------------------------------------------------- 39
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Keadaan Alam ------------------------------------------------------------------------- 40
C. Keadaan Demografi ------------------------------------------------------------------- 41
D. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur ------------------------------- 41
E. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ------------------------- 43
F. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian -------------------- 45
G. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kepercayaan atau Agama ------------------ 46
H. Kondisi Sarana Fisik dan Sosial ----------------------------------------------------- 47
I. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat ------------------------------------------------ 52
BAB III ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN PERILAKU HIDUP BERSIH
MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN BRUJUL KECAMATAN
JATEN ---------------------------------------------------------------------------------------------- 54
A. Analisis Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet --------------- 54
1. Perilaku Masyarakat Dalam menjaga Kebersihan --------------------------- 54
2. Perilaku Kesehatan masyarakat Duwet ---------------------------------------- 75
B. Hasil Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet ------------------- 77
1. Kondisi Kebersihan Lingkungan Masyarakat -------------------------------- 77
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Hidup Bersih di Lingkungannya ---------- 78
3. Upaya Masyarakat Dalam Menerapkan dan Menjaga Kebersihan
Lingkungan ------------------------------------------------------------------------- 83
4. Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet ------------------------------------ 86
5. Faktor penghambat dan pendorong masyarakat dalam menjaga kebersihan 87
C. Pembahasan Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet ---------------- 89
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV PENUTUP ----------------------------------------------------------------------------- 93
A. Kesimpulan ----------------------------------------------------------------------------- 93
B. Implikasi -------------------------------------------------------------------------------- 94
masyarakat, cara pembuangan tinja, pengelolaan sampah, dan air limbah,
pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, pemberantasan nyamuk, lalat, kecoa, dan
sebagainya.
TEORI
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teori perilaku Skinner. Teori ini
menjelaskan perilaku seseorang difokuskan pada dua kemungkinan (1) perilaku
diperoleh dari keturunan dalam bentuk instink-instink biologis - lalu dikenal dengan
penjelasan "nature" - dan (2) perilaku bukan diturunkan melainkan diperoleh dari
hasil pengalaman selama kehidupan mereka - dikenal dengan penjelasan "nurture".
Teori Perilaku menjelaskan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia yaitu (1) Genetika. (2) Sikap - adalah suatu ukuran tingkat kesukaan
seseorang terhadap perilaku tertentu. (3) Norma sosial – adalah pengaruh tekanan
sosial. (4) Kontrol perilaku pribadi – adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit
tidaknya melakukan suatu perilaku. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai
sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan
sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi,
karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang
lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial
dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Berhubungan dengan hal tersebut maka
penulis menggunakan teori perilaku untuk mengkaji tentang Perilaku Hidup Bersih
Masyarakat Duwet terhadap lingkungan disekitar mereka.
Perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini
berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari
setiap orang. Faktor–factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given
atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,
dan sebagainya.
2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan
sebagainya.
Skinner (1983) bahwa Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang,
(stimulus) dan tanggapan (respon) dan respons: (mengutip Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmodjo dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat). Ia membedakan adanya dua
respons, yakni:
1. Respondent respons atau reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan perangsangan yang semacam ini
disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons yang relative
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tetap, misalnya: makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang
kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya
perangsangan-perangsangan yang demikian ini mendahului respons yang
ditimbulkan.
2. Respondent respons (respondent behavior), ini mencakup juga emosi respons
atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang
mengenakkan organism yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih
atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena marah. Sebaliknya hal-
hal yang mengenakkanpun dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya
tertawa, berjingkat-jingkat karena senang, dan sebagainya.
Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini
disebut reinforcing stimuli atau reinfocer, karena perangsangan-perangsangan
tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.
Perilaku terhadap lingkungan dalam tahapannya merupakan hubungan
manusia dengan lingkungan, ditunjukkan bahwa seluruh aspek budaya, perilaku
bahkan nasib manusia dipengaruhi, ditentukan, dan tunduk pada lingkungan. Disini
dikaji Perilaku masyarakat Duwet dalam hidup bersih. Karena bahwa hidup bersih
sangat penting artinya bagi semua masyarakat.
F. KERANGKA BERFIKIR
Tinjauan terhadap konsep persepsi, khususnya untuk objek-objek lingkungan
dapat dikaji melalui dua pendekatan, yaitu : (1) melalui pendekatan konvensional, (2)
pendekatan ekologis terhadap lingkungan. Menurut Backler, hubungan manusia dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
lingkungan merupakan titik tolak dan merupakan sumber informasi, sehingga terlihat
individu menjadi seorang pengambil keputusan. Hubungan antara tingkat pendidikan
dan persepsi dengan perilaku ibu rumah tangga dalam pemeliharaan kebersihan
lingkungan dapat dirangkai dalam satu model sebagai berikut.
Skema 1 : Persepsi Menurut Backler dalam Abdurahman, Maman (1988)
Berakar dari pemikiran diatas maka penulis dapat menarik hubungan lingkungan dan
perilaku hidup bersih oleh masyarakat dengan hubungan antar satu dengan yang lainnya
seperti skema dibawah ini.
Skema 2 : Pola hubungan perilaku hidup bersih terhadap lingkungan
Lingkungan alam
informasi
Tindakan Latar belakang
-pengalaman -pantangan sikap terhadap alam
persepsi
keputusan
Dampak terhadap lingkungan
informasi Persepsi keputusan Budaya
Perilaku /tindakan
Melembaga dan membudaya
Pengaruh terhadap lingkungan
Pola hidup bersih
Status kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dari skema diatas dapat dijelaskan dari hal perilaku seseorang yang
dilakukan yang kemudian melembaga dan membudaya sehingga semua itu
berpengaruh terhadap lingkungan. kemudian berdampak kurang baik terhadap
lingkungan khususnya kurangnya perhatian masyarakat terhadap sampah. Dari
perilaku yang kurang baik itulah karena masyarakat mendapatkan informasi atau
hanya sekedar bincang-bincang terhadap masing-masing tetangga, kemudian mereka
berpikir dan mempersepsikan bahwa membuat pola hidup bersih itu tidak mudah
itupun juga pemerintah atau pihak-pihak yang terkait tidak akan peduli terhadap
pola perliku hidup bersih yang sekecil mungkin dilakukan. Jadi masyarakat Duwet
lebih semaunya sendiri terhadap pola perilaku mereka terhadap lingkungan
khususnya sampah. Kemudian semua perilaku itu menjadi membudaya. Hidup
bersih itu penting tetapi penerapannya yang sulit dilakukan. Dari kurangnya perilaku
terhadap budaya bersih itulah berpengaruh terhadap status kesehatan. Masyarakat
jadi terkena penyakit karena kurangnya mereka terhadap penerapan bersih
lingkungan.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala social yamg
diteliti. Bentuk penelitian ini lebih menekankan pada suatu peristiwa dari perilaku
yang diamati. Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan atas “Perilaku masyarakat
Duwet dalam menerapkan hidup bersih terhadap lingkungannya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten.
Adapun lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah lingkungan tempat
tinggal penduduk masyarakat Desa Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten.
3. Sumber Data
Dalam penulisan skripsi ini memusatkan perhatian pada masyarakat Duwet,
yaitu mencoba melakukan pemaknaan tentang perilaku masyarakat Duwet dalam
menerapkan budaya hidup bersih terhadap lingkungannya. Untuk mengungkap
permasalahan ini, digunakan situasi nyata sebagai sumber data. Adapun sumber data
yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber Data Primer
Data primer yang dimaksud adalah data yang diperoleh secara langsung
dari obyek penelitian baik melalui informan dan hasil wawancara. Informan
dalam hal ini adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk
keperluan informasi agar memberikan keterangan data yang diperlukan peneliti.
Dalam penelitian kualitatif informan adalah sejumlah obyek yang akan diteliti
atau diambil dan dijadikan parameter dalam pengambilan data informan yang
dapat memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian Jumlah
informan tidak ditentukan, karena data dapat diperoleh sewaktu-waktu sesuai
dengan fakta saat di lapangan. Dengan menentukan informan sebagai kunci / inti
(key informan) dalam sebuah perencanaan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai
dengan kondisi dilapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Masyarakat yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah Pihak
lembaga Kelurahan atau perangkat desa dan warga masyarakat asli Duwet.
Adapun alasan pemilihan informan adalah orang atau warga masyarakat yang
benar-benar dapat memberikan informasi, sehingga peneliti memperoleh data
yang diperlukan dalam penelitian.
Langkah dalam melakukan pengumpulan data informan, peneliti
melakukan:
1. Mendatangi kantor kelurahan Brujul dalam hal ini adalah Kepala Desa,
untuk memperoleh informasi mengenai gambaran secara umum masyarakat
Duwet, serta untuk memperoleh ijin untuk mengadakan penelitian.
2. Setelah memperoleh informasi, maka peneliti menentukan informan yang
akan dijadikan informan kunci dalam penelitian.
3. langkah selanjutnya, kemudian peneliti mengadakan wawancara, dengan
mengakrabkan diri dengan masyarakat serta dengan mengajukan pertanyaan
untuk memperoleh informasi mengenai perilaku masyarakat dalam
menerapkan hidup bersih.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang tidak langsung dari nara
sumber atau non data primer. Data yang dikumpulkan untuk mendukung dan
melengkapi data primer yang berkenaan dengan masalah penelitian. Data
sekunder ini berupa kepustakaan, arsip, dan dokumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1) Foto
Dokumen berupa foto-foto dapat memberikan atau menggambarkan
mengenai situasi kondisi lingkungan serta perilaku atau aktifitas dan
karakteristik masyarakat Duwet baik melalui wawancara maupun observasi
pada saat dilapangan. Foto atau dokumen ini dapat menjadi data yang
berharga untuk menelaah situasi dan kondisi dari segi subyektif dan hasilnya
untuk dianalisis.
Adapun dokumen berupa foto dalam penelitian ini adalah foto yang
dihasilkan sendiri oleh peneliti pada saat dilapangan yaitu yang berhubungan
dengan fokus penelitian yaitu perilaku masyarakat dalam menerapkan
budaya hidup bersih terhadap lingkungannya.
2) Data Monografi
Dalam penelitian kualitatif juga diperlukan adanya dokumen yang
berupa peta wilayah dan data monogafi penduduk yang menggambarkan
karakteristik masyarakat Duwet. Dengan adanya data monografi peneliti
memperoleh gambaran mengenai batas wilayah dan karakteristik masyarakat
Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap dalam melakukan analisis data dan
pengolahan data, maka digunakan beberapa teknik dan alat pengumpul data sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
a. Observasi
Observasi merupakan proses yang kompleks dari proses biologis dan
psikologis dan menggunakan pengamatan dan ingatan. Untuk mempermudah
pengamatan dan ingatan, digunakan berapa alat meliputi: alat tulis untuk
mencatat, alat elektronik berupa kamera dan tape rekorder, pengamatan dan
pemusatan pada data yang tepat serta menambah bahan persepsi tentang obyek
yang diamati.
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati secara
langsung mengenai lingkungan masyarakat Duwet, serta kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan berkaitan dengan pola perilaku masyarakat dalam menerapkan
budaya hidup bersih dilingkungannya.
Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam observasi yaitu setelah
memperoleh ijin untuk mengadakan penelitian, kemudian dilajutkan dengan
kegiatan observasi. Dari kegiatan observasi ini, mengamati langsung situasi dan
kondisi disekitar lingkungan masyarakat Duwet baik yang menyangkut fisik
maupun non fisik.
Manfaat dari kegiatan observasi ini peneliti melihat langsung keadaan
dilapangan mengenai kondisi fisik lingkungan meliputi rumah-rumah penduduk,
halaman rumah dan juga lingkungan masyarakat. Kemudian dari hasil observasi
diperoleh gambaran secara umum mengenai situsi dan kondisi yang ada
dilingkungan, serta perilaku masyarakat Duwet Kelurahan Brujul Jaten
Karanganyar dalam menerapkan kebersihan lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Adapun yang menjadi fokus observasi dalam penelitian adalah:
1. Gambaran umum masyarakat Duwet Kelurahan Brujul.
2. Kondisi lingkungan masyarakat Duwet Kelurahan Brujul.
3. Perilaku dan sikap masyarakat Duwet dalam kehidupannya sehari-hari yang
berkaitan dengan budaya hidup bersih.
b. Wawancara
Wawancara adalah cara yang dipakai untuk memperoleh informasi melalui
kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan yang diteliti. Di dalam interaksi
ini peneliti berusaha mengungkap gejala yang sedang diteliti melalui kegiatan
tanya jawab.
Wawancara biasanya dilakukan oleh dua orang atau lebih yang diarahkan
oleh seseorang dengan maksud untuk memperoleh keterangan. Dalam situasi ini
berlangsung interaksi antara pewawancara (interviewer) dengan yang
diwawancarai (interviewee).
Dalam pengumpulan data ini digunakan wawancara tak berstruktur yaitu
wawancara dilakukan secara informal, dimana pertanyaan – pertanyaan tentang
pandangan sikap, keyakinan subyek atau tentang keterangan lainnya yang
berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih
terhadap lingkungannya lahir secara sepontan pada saat berinteraksi langsung
pada saat dilapangan. Dalam wawancara tidak berstrujtur ini pewawancara boleh
saja mengajukan pertanyaan secara meloncat-loncat dari waktu kewaktu yang
lain, atau dari topik yang satu ketopik yang lainnya. Selain untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
mengumpulkan data dilapangan, wawancara juga digunakan untuk melengkapi
data-data yang belum jelas atau masih kurang, sehingga data dan informasi yang
diperoleh semakin lengkap.
Sebelum wawancara dilakukan terlebih dahulu diadakan beberapa
persiapan yaitu: 1) seleksi individu untuk diwawancarai, 2) pendekatan yaitu
mengadakan pendekatan dengan orang yang telah diseleksi untuk diwawancarai,
3) pengembangan suasana lancar dalam wawancara dan 4) melakukan usaha-
usaha untuk menimbulkan pengertian dan bantuan seperlunya bagi orang yang
akan diwawancarai.
Kaitannya dengan penelitian ini wawancara dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi masyarakat yang akan diwawancarai serta untuk
memperoleh informasi yang sifatnya mendalam terhadap masalah yang
diajukan. Dalam wawancara ini terjadi percakapan antara pewawancara dan
yang diwawancarai dalam suasana santai, informal, dan jawaban tidak
ditentukan oleh pewawancara.
Adapun langkah yang dilakukan peneliti dalam wawancara yaitu 1)
membuat perijinan kepada pihak-pihak yang terkait yaitu pihak kelurahan dan
dan ketua RT, 2) menyeleksi informan kunci yang benar-benar dapat
memberikan informasi tentang fokus yang akan diteliti, 3) menyiapkan
perlengkapan wawancara seperti alat tulis, tape rekorder dan kamera, 4) langkah
selanjutnya mengadakan mengakrabkan diri dengan masyarakat, dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan. Sebagai pertanyaan awal tentang pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
informan, selanjutnya dikembangkan ke masalah yang dalam fokus masalah
dalam penelitian.
Adapun fokus dari kegiatan wawancara adalah: a) bagaimana pola perilaku
masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya hidup bersih dilingkungannya, b)
mengenai persepsi masyarakat dalam budaya hidup bersih, dan c) mengenai
upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menerapkan budaya
hidup bersih lingkungan.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa gambar
mengenai situasi dan kondisi lingkungan sebagai media agar dapat diamati dan
diteliti lebih lanjut. Dokumen yang berupa data dari Kelurahan seperti data
demografi penduduk serta wilayah, memberikan bantuan atau informasi
mengenai gambaran tentang kecenderungan subyek pada latar penelitian.
Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat
arsip-arsip, surat-surat dan dokumen lain yang mendukungnya.
Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan
data yang diperlukan yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, data dari
kegiatan observasi, data Monografi penduduk, Kartu Keluarga (KK) dan Peta
Wilayah yang ada di kelurahan Brujul, dan data foto yang dihasilkan oleh
peneliti tentang perilaku, serta situasi dan kondisi lingkungan masyarakat yang
terkait dengan kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih
dilingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
5. Populasi dan Sampel
- Populasi adalah jumlah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki
spesifikasi atau cirri-ciri tertentu. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka
sebagai populasi adalah seluruh masyarakat Dusun Duwet, Brujul, Kecamatan
Jaten.
- Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan
teknik tertentu. Sampel menggambarkan keadaan sebenarnya dari populasi yang
terwakilinya.
6. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling atau sampel bertujuan. Yang menjadi informan dalam penelitian
ini adalah 2 perangkat desa dan 18 orang warga dusun duwet dari tingkat pendidikan
SD sampai Sarjana. Alasannya dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan
purposive sampling, purposive sampling berguna untuk mendapatkan informan yang
tepat yang menguasai permasalahan yang menjadi objek penelitian dan mengambil
informan-informan yang sesuai dengan peneliti. Memilih informan yang dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber yang mantap.
7. Validitas Data
Validitas data merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk
mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang dilakukan. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
mendapatkan validitas data dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Mengutip dalam Diana
Dyah Kusumaningrum, 2003: 26).
Triangulasi dalam penelitian ini dengan mengunakan teknik pemeriksaan data
untuk meneliti keabsahan data dengan membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta pengecekan penemuan hasil
penelitian, dari beberapa pengumpulan data. Data yang dimaksud adalah yang
terkait dalam penelitian, sehingga memperoleh data yang relevan mengenai tingkat
kedisiplinan masyarakat dalam menjaga budaya hidup bersih lingkungannya.
Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dan apa yang
dikatakannya secara pribadi.
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah
atau tinggi, orang berada.
e. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatakannya sepanjang waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
8. Analisa Data
Data yang diperoleh dari lapangan tidak akan memberi makna yang berarti,
apabila tidak dilanjutkan dengan analisis data. Kegiatan analisis data dilakukan
sewaktu penelitian berlangsung. Dengan maksud, apabila ada data yang kurang agar
segera dilengkapi, dan untuk memahami data-data yang terungkap untuk dapat
diverifikasikan. Pelaksanaan analisa data dalam penulisan ini, dilakukan dengan
kegiatan-kegiatan reduksi data, penyajian data (display data), mengambil
kesimpulan dan verifikasi.
a. Reduksi data
Reduksi data adalah merupakan proses seleksi, pengfokusan,
penyederhanaan, dan abstraksi. Reduksi data dilakukan melalui seleksi,
membuat ringkasan atau uraian singkat, memfokuskan dan mengabtraksikan
data mentah menjadi informasi yang bermakna. Proses ini berlangsung selama
pelaksanan penelitian, yaitu pada awal penelitian sampai dengan laporan
penelitaian. Reduksi data dimadsudkan untuk mempertegas, memperpendek,
membuat fokus, dan membuang bagian yang tidak penting untuk mempermudah
penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian berdasarkan observasi, pengamatan atau wawancara
diperoleh data yang bermacam-macam dari informasi dan belum dikumpulkan.
Dalam hal ini reduksi data adalah langkah yang ditempuh untuk menggolongkan
dan membuat ringkasan atau uraian singkat kedalam urutan kajian yang
berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam menerapkan budaya hidup bersih
terhadap lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Bagi Husserl untuk mereduksi berarti membawa keadaan langsung yang
sudah dikembalikan pada yang esensial, dan hal yang asli. Menurut Husserl
reduksi tidak mempermasalahkan fakta, melainkan struktur logis sebagai syarat.
Reduksi ini terdiri dari tiga tahap : tahap pertama: reduksi eiditik, maksudnya
suatu reduksi untuk menangkap “eidos” atau hakikat (esensi). Tahap ini
merupakan tahap persiapan untuk menghadapi fenomena. Reduksi ini
dilangsungkan dengan suatu proses imajinasi bebas untuk menemukan cirri-ciri
khas, atau yang menentukan identitas suatu gejala yang disebut proses
pembentuk gagasan (ideation). Tahap kedua: reduksi fenomenologi, yang
menyampingkan hal yang sifatnya nonesensial dan kebetulan, supaya
memperoleh situasi murni yang tersedia. Tahap ketiga: reduksi trasendental,
yang dengan kesadran.
b. Penyajian Data (Display data)
Yaitu proses penampilan data secara sederhana berbentuk naratif. Dalam
penyajian data berwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga
memberikan penarikan kesimpulan. Penyajian data dilakukan agar sajian data
tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Dalam hal ini data yang diperoleh
atau terkumpul setelah di reduksi data, dilanjutkan dengan penyajikan data yaitu
berwujud sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan keterangan
berupa data yang diharapkan dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Pengambilan kesimpulan dan Verifikasi
Langkah terakhir yang ditempuh dalam menganalisis data adalah dengan
pengambilan kesimpulan atau verifikasi yaitu usaha untuk mencari atau
memahami makna. Dari data yang disimpulkan kemudian diverifikasikan
dengan melihat dan mempertanyakan kembali data atau catatan lapangan agar
memperoleh pemahaman yang tepat. Hal ini dilakukan agar data yang didapat
dan penafsiran data memiliki validitas. Pengambilan kesimpulan yang dimaksud
dalam tahap ini adalah memaknai data yang terkumpul. Kesimpulan perlu dibuat
dalam bentuk pertanyaan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada
pokok permasalahan yang diteliti, karena merupakan intisari dari data hasil
penelitian di lapangan. Pengambilan kesimpulan pada tahap ini dilakukan secara
bertahap yaitu dengan merumuskan kesimpulan sementara, perbaikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan bertambahnya data dilapangan dan data yang diperlukan dapat
dipelajari kembali data-data yang sudah terkumpulkan. Kegiatan verifikasi
dilakukan dengan cara meminta pertimbangan pihak-pihak yang berkopenten,
kegiatan ini dilakukan dengan cara terus menerus, setelah data terkumpul dan
digolongkan menurut urutan kajian dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan kedalam bentuk diagram dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
(H.B. Sutopo, 2002 : 37)
Skema 3. Diagram Model Analisis Interaktif
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Kesimpulan /Verivikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
Gambaran Umum Fisik Desa
Gambaran umum masyarakat Duwet dapat dilihat melalui letak desa secara
administratif, keadaan alam, keadaan demografi, kondisi sarana fisik dan sosial,
keadaan sosial budaya masyarakat, yang akan diuraikan di bawah ini.
A. Letak Desa Secara Administratif
Secara administrasi wilayah Duwet terletak di Kelurahan Brujul
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Brujul Kecamatan Jaten Karanganyar,
dengan luas kelurahan 283.230 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Nangsri
Sebelah selatan : Desa Karangmojo
Sebelah barat : Desa Sroyo
Sebelah timur : Desa Kaling
No Dusun Rw Rt
1 Gulunan 2 7
2 Soko 1 5
3 Duwet 2 7
4 Brujul 3 14
5 Purworejan 2 8
6 Sobayan 2 9
Jumlah 12 50
Tabel 1.Wilayah dusun duwet (Sumber: Monografi Kelurahan Brujul Tahun 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Jarak dari ibu kota kecamatan 6 Km, sedangkan jarak dari ibu kota kabupaten 8
Km. Kelurahan Brujul terdiri dari 50 RT dan 12 RW dan terbagi 6 dusun yaitu
Gulunan, Soko, Duwet, Brujul, Purworejan, dan Sobayan. Berdasarkan data
monogafi yang ada di Kelurahan Brujul untuk wilayah Duwet terdiri dari 7 RT
dan 2 RW.
Selain hal tersebut di atas lingkungan Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten
berdasarkan tempat daerahnya, berada disekitar jalan raya Kebakkramat-
Tasikmadu. Duwet juga berada di komplek Pabrik-Pabrik atau industry.
sehingga keadaan ini menjadikan lokasinya yang sangat strategis untuk
membuka usaha berupa pondokan karyawan atau buruh pabrik dan warung
makan.
B. Keadaaan Alam
Wilayah masyarakat Duwet terletak daerah dataran rendah, meliputi luas
tanah pemukiman 2,5 Ha, industri 6 ha, luas tanah sawah 275,682 Ha, luas tanah
kering 3,979 Ha. Mempunyai keadaan tanah alluvial yang baik untuk pertanian.
Yang didukung dengan suhu ± 26º c dan dengan curah hujan sebesar 33mm/ th.
Jenis flora dan fauna yang ada yaitu jenis flora yang ada adalah berupa tanaman
pohon pisang, pohon Jati, pohon mangga dan juga pohon melinjo. Hal ini dapat
dilihat disekitar rumah penduduk yang sebagian besar wilayahnya digunakan
untuk pemukiman dan masih banyak lahan yang kosong berupa pekarangan
yang masih kosong. Jenis fauna yang ada adalah jenis binatang peliharaan
penduduk seperti ayam, kambing dan juga sapi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
C. Keadaan Demografi
Berdasarkan jumlah Menurut data yang diperoleh dari laporan
kependudukan kantor (Monografi) Kelurahan Brujul 2010 berjumlah 5081 yang
terdiri dari 2536 jiwa jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk
perempuan 2548 jiwa, sedangkan untuk Dukuh Duwet khususnya terdiri dari
679 (222 KK) jiwa, terdiri dari 319 jumlah penduduk laki-laki dan jumlah 360
penduduk perempuan.
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 2537
2 Perempuan 2548
Jumlah 5085
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa/ Kelurahan Brujul Pada Bulan Juni 2010
Dari data tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk
laki-laki dan perempuan hampir sama jumlahnya terpaut selisih 11 jiwa atau
sebesar 0,004% dari jumlah penduduk laki-laki.
D. Berdasarkan Tingkat Umur
Sedangkan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 277 278 555
5-9 238 262 500
10-14 234 230 464
15-19 238 230 468
20-24 204 229 433
25-29 217 216 433
30-34 226 214 440
35-39 197 203 400
40-44 152 200 352
45-49 200 142 342
50-54 145 133 278
55-59 120 119 239
>60 89 92 181
Jumlah 2.537 2.548 5.084
Tabel 3. komposisi penduduk Desa Brujul menurut umur dan jenis kelamin
Dari data table diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk desa
brujul yang berusia belum produktif berumur antara 0-14 tahun adalah: 1.519
jiwa atau sebesar 29,87% dari jumlah penduduk desa brujul, sedangkan
penduduk berusia produktif berumur antara 15-54 tahun adalah : 3.146 jiwa atau
sebesar 61,86% dan sisanya adalah usia tidak produktif sebesar 420 jiwa atau
sebesar 8,25% dari jumlah penduduk yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sebagian besar penduduk desa brujul berusia produktif, sehingga dapat dikatakan
bahwa penduduk Desa Brujul Kecamatan Jaten merupakan desa yang
mempunyai sumber daya manusia yang banyak untuk melakukan pekerjaan
yang formal maupun non-formal.
Sedangkan Persebaran penduduk masyarakat Duwet berdasarkan tingkat
umur yaitu umur 0-1 tahun 15 orang, jumlah 1-5 tahun 32 orang, umur 5-6 tahun
13 orang, umur 7-15 tahun berjumlah 109 orang, umur 16-21 tahun 77 orang,
umur 22-59 tahun 372 orang, umur 60 tahun keatas 79 orang. Jumlah Penduduk
Duwet berjumlah 679 jiwa. Sehingga sebagian besar penduduk Duwet di
dominasi oleh usia 22-59 tahun.
E. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak Tamat SD 159
2 Tamat SD/ Sederajat 2.119
3 Tamat SLTP/ Sederajat 692
4 Tamat SMA/ Sederajat 421
5 Diploma 57
6 Strata (S1) 48
7 Pasca Sarjana (S2-S3) 13
Jumlah 3.509
Tabel 4. komposisi penduduk Desa Brujul berdasarkan tingkat pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Sebagaimana tersaji dalam table diatas maka sebagian besar penduduk
telah menamatkan pendidikan sekolah dasar, hal tersebut dikarenakan karena
tidak adanya sarana pendidikan yang lebih tinggi di kelurahan brujul kecamatan
jaten. Untuk mendapatkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka penduduk
harus mencari sekolah di luar Desa, atau ke kota.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia dan potensi yang ada maka
perlu dibangun sarana dan prasarana jenjang sekolah yang lebih tinggi. Sehingga
penduduk tidak perlu pergi jauh untutk melanjutkan/ mencari lembaga
pendidikan yang berada diluar desa.
Dengan adanya penambahan sarana dan prasarana pendidikan maka akan
terjadi peningkatan yang signifikan dalam pendidikan. Diharapkan dengan
adanya peningkatan pengetahuan masyarakat, maka sumber daya manusia yang
ada akan lebih berkualitas.
Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat Duwet, paling
banyak jumlah berpendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu berjumlah 154 orang,
untuk tingkat lanjutan SMP berjumlah 77 orang, SMA berjumlah 393 orang,
Untuk tingkat pendidikan perguruan tinggi berjumlah 10 orang yaitu dari
semuanya Sarjana.
Sebagian masyarakat Duwet berpendidikan rendah. Yaitu sebagian besar
masyarakatnya berpendidikan SD, sehingga dalam hal ini mempengaruhi
pengetahuan dan pemahaman masyarakat Duwet mengenai kebersihan yang ada
di lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
F. Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian
Untuk komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Brujul
sebagai berikut:
No Mata Pencaharian Jumlah
1 TNI/ Polri 43
2 PNS 96
3 Swasta 269
4 Wiraswasta 167
5 Tani 239
6 Pertukangan 36
7 Buruh Tani 109
8 Pensiunan 62
9 Angkutan 15
10 Jasa 16
11 Lainnya 2.011
Jumlah 3.063
Tabel 5. komposisi penduduk di Desa Brujul menurut mata pencaharian
Sebagaimana tersebut dalam table diatas dapat dilihat bahwa sebagaian
besar penduduk Desa Brujul adalah bermata pencaharian lainnya antara lain
Buruh pabrik, pengrajin batu bata, pengrajin genting, jasa penghubung/
makelaran, dll. Hal tersebut dimungkinkan karena dipengaruhi oleh tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
pendidikan yang rendah hal tersebut mengakibatkan mata pencaharian penduduk
sebagian besar bermata pencaharian non-formal.
Mata pencaharian masyarakat berdasarkan data monografi Kelurahan
Brujul 2010 sebagian besar adalah swasta. Dari data Kelurahan masyarakat
Brujul TNI/ Polri berjumlah 43 orang, sebagai pegawai negeri 96 orang, Swasta
269 orang, Wiraswata 167 orang, petani berjumlah 239 orang, 36 orang sebagai
pertukangan, 109 orang sebagai buruh tani, 62 orang sebagai pensiunan, 15
orang sebagai angkutan, bekerja dibidang jasa 16 orang. Penduduk duwet pada
umumnya sebagian besar bekerja sebagai buruh industry (buruh pabrik) dan
petani. Hal ini di sebabkan karena adanya sebaran industry yang berada di
wilayah duwet dan sekitarnya. Sedangkan sebagai petani karena dukuh duwet
merupakan daerah pertanian yang potensial untuk pertanian terutama padi. Mata
pencaharian yang lain adalah membuat genteng dan batu bata sebagai mata
pencaharian utama. Untuk pembuatan kerajinan genteng dan batu bata menjadi
produk unggulan dukuh duwet. Sedangkan sentra pembuatan genteng berada di
tiga dusun yaitu Dusun sobayan, Dusun Gulunan dan Dusun Purworejan.
Sedangkan untuk sentra pembuatan batu bata berada di Dusun Brujul.
G. Berdasarkan kepercayaan atau agama
Data monografi di Kelurahan Brujul menunjukan bahwa agama yang
dianut oleh masyarakat kelurahan Brujul ada tiga yaitu agama Islam, agama
kristen dan agama Katolik yaitu 5076 jiwa memeluk agama Islam, 31 jiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
memeluk agama Kristen dan 8 jiwa beragama Katolik, sedangkan seluruh
masyarakat Duwet keseluruhan masyarakatnya adalah memeluk agama Islam.
H. Kondisi Sarana Fisik dan Sosial
1. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Di Desa Brujul sarana dan Prasarana pendidikan adalah sebagai berikut
No Sarana Jumlah
1 Taman kanak-kanak 4
2 Sekolah Dasar 3
3 SLB 1
4 Sekolah Menengah Lanjutan Pertama 0
5 Sekolah Menengah Umum 0
6 Universitas 0
Jumlah 8
Tabel.6 Sarana dan Prasarana pendidikan Di Desa Brujul
Sedangkan sarana pendidikan di kelurahan Brujul terdapat 7 buah yaitu 4
Taman kanak-kanak, 3 SD yaitu SDN Brujul I, SDN Brujul II, SD Carat. Dan
juga terdapat SLB (Sekolah Luar Biasa) yang berada di Sobayan. Semua sarana
pendidikan tersebut tidak jauh untuk ditempuh dari dukuh duwet.
Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh pada saat
dilapangan masyarakat Duwet Kelurahan Brujul memiliki sejumlah sarana dan
prasarana yaitu berupa sarana transportasi, saran komunikasi, sarana pribadahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dan sarana kesehatan. Sarana transportasi berupa jalan yang ada masih dalam
keadaan rusak meskipun sudah beraspal, namun jalan tersebut berlubang
sehingga pada saat musin hujan jalan menjadi becek, lubang jalan tetutup akan
genangan air yang dapat membahayakan pengguna jalan itu merupakan dari
jalan utama dukuh Duwet yang saat ini masih dalam tahap perencanaan
perbaikan menunggu dana yang ada. Adapun jalan yang sudah beraspal yaitu
jalan yang menghubungkan Desa Brujul dengan Duwet. Jalan penghubungan
antara rumah warga masih berupa jalan Cor yaitu dari semen dan pasir. Sarana
transportasi berupa kendaraan bermotor hampir setiap warga memiliki,
walaupun ada berapa warga yang tidak memiliki. Sebagian besar jalan yang
berada di dukuh duwet tidak ada satupun trayek angkutan umum melewati jalan
tersebut. Sehingga cenderung menggunakan alat transpotasi pribadi baik berupa
sepeda, sepeda motor maupun kendaraan pribadi.
2. Sarana Komunikasi
Sarana berupa komunikasi yang ada di kelurahan brujul terdapat 2 buah
pemancar telepon selular dan 3 buah wartel. Sedangkan masyarakat duwet
memiliki sarana berupa radio, televisi hampir seluruh masyarakatnya
memilikinya, karena hampir merupakan kebutuhan pokok. Untuk sarana
komunikasi berupa HP dan telepon, hampir semua memiliki. Namun sarana
umum yang ada dilingkungan berupa internet tidak begitu banyak ditemukan.
Sarana umum berupa wartel hanya dimiliki oleh orang tertentu saja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mampu, karena semakin banyaknya masyarakat yang lebih menggunakan sarana
komunikasi berupa HP.
3. Sarana Peribadatan
Untuk sarana sosial berupa tempat peribadatan dan pendidikan, terdapat 3
agama yang dipeluk oleh penduduk desa brujul yaitu islam, Kristen protestan,
khatolik. Tetapi masyarakat duwet seluruhnya memeluk agama islam. Di
kelurahan brujul terdapat 13 buah masjid dan 1 buah mushola. Sedangkan di
dukuh duwet sendiri terdapat 1 buah masjid.
4. Sarana perekonomian
Di desa brujul belum memiliki pasar desa, Sarana dan prasarana
perekonomian yang ada hanya berupa warung atau toko kecil untuk melayani
kebutuhan dasar, serta berupa pasar umum yaitu pasar nglanu dengan
menempuh jarak ± 4 km yang berada di daerah nglanu. industry berskala besar
ada 6 buah industry yang melayani dibidang tekstil, spare part kendaraan dan
plastic.
5. Sarana Olahraga
Dikelurahan brujul terdapat sarana olah raga yaitu 1 lapangan sepak bola, 3
lapangan bola voly, 9 lapangan bulu tangkis dan 2 gedung serbaguna.
Dikelurahan brujul terdapat 6 klub sepak bola, 2 perkumpulan bola volley, 9
perkumpulan bulutangkis, 2 perkumpulan tenis meja, 1 kelompok jantung sehat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Sedangkan di duwet sendiri terdapat sarana kegiatan olahraga bola voli, yang
memang jarang digunakan, bahkan menurut informasi dari bapak “marmo”
warga setempat, lapangan tersebut sekarang sudah tidak digunakan lagi bahkan
sekarang sudah menjadi lahan kosong. Sarana kegiatan olahraga lainnya yaitu
lapangan badminton yang berada dikantor kelurahan brujul yang sampai
sekarang masih digunakan oleh warga.
6. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana sosial lainya berupa layanan kesehatan yaitu Bidan desa yaitu PKD
(Pos Kesehatan Desa) dan juga puskesmas yang berada di Brujul. Kesehatan
merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia oleh karena itu
dibutuhkan sarana dan prasarana untuk mendukung terciptanya masyarakat yang
sehat. Untuk sarana prasarana kesehatan sebagai berikut:
No Sarana Jumlah
1 Puskesmas 1
2 Polindes 1
3 Rumah Bersalin 2
Jumlah 4
Tabel 7. Sarana Prasarana kesehatan Di Kelurahan Brujul
Di desa brujul berdasarkan data yang ada terdapat 1 buah Puskesmas
Pembantu, 1 buah Polindes, 2 buah rumah bersalin. Apabila dibandingkan
dengan rasio jumlah penduduk desa brujul yang ada maka sebenarnya jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
sarana kesehatan yang ada masih kurang, sedangkan tenaga medis yang ada di
desa terdapat di Kelurahan Brujul 4 orang Dokter, dan 8 Bidan.
7. Politik
Pada pemilihan umum legislatif tahun 2009 jumlah partai yang mengikuti
pemilihan umum legislatif ada sejumlah 38 partai politik. Keikutsetaan
penduduk desa brujul yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) sejumlah
4.110 jiwa dan warga yang menggunakan hak pilihnya sejumlah 3.407 jiwa atau
82,89% penduduk yang menggunakan hak pilihnya. Didesa brujul terdapat 16
tempat pemungutan suara.
Sedangkan untuk pemilihan presiden yang masuk dalam daftar pemilih tetap
(DPT) sejumlah 4.120 jiwa, dan warga yang menggunakan hak pilih sejumlah
3.469 jiwa atau 84,19% penduduk yang menggunakan hak pilih dari pemilihan
umum legislative ke pemilihan umum presiden sebanyak 62 pengguna hak pilih.
Di desa brujul terdapat 9 tempat pemungutan suara dalam pemilihan umum
presiden.
8. Aparat Pemerintahan
Dalam menjalankan roda pemerintahan, pemerintah desa brujul terdiri dari
1 orang Kepala Desa, 1 orang sekretaris desa, 4 orang kepala seksi dan 2 orang
kepala urusan serta 6 kepala Dusun, bermitra kerja dengan Badan
Permusyawaratan Desa ( BPD) yang berfungsi dengan baik dinamis dan proaktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dalam pelaksanaan tugasnya Kepala Desa dibantu oleh lembaga kemasyarakatan
yang ada di desa yang terdiri dari LPMD, LPP, RW, RT, dan PKK.
I. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat
Sebagian masyarakatnya adalah Jawa, mayoritas menggunakan bahasa
jawa. Dengan demikian tidak ada perbedaan terutama dalam bahasa sehari-hari.
Menurut informasi dari bapak “marmo” mengatakan bahwa masyarakat yang
ada sebagian besar adalah penduduk asli setempat sehingga tidak terdapat
perbedaan yang signifikan. Bentuk organisasi masyarakat yang ada adalah
bersifat formal dan non-formal. Organisasi yang berbentuk formal yaitu kegiatan
kepengurusan RT, yang dipilih dan dibentuk atas kesepakatan bersama oleh
masyarakat. Bentuk organisasi non-formal yaitu kegiatan arisan yang
dilaksanakan setiap 1 bulan sekali ditempat salah satu penduduk yang sudah
ditetapkan.
Dan budaya untuk lingkup budaya di brujul terdapat organisasi social yaitu
memiliki 1 perkumpulan orkes melayu, 1 grup pencak silat yang masih eksis
sampai sekarang ini, 3 anggota pramuka gudep, dan untuk penyandang tuna (3
orang tuna rungu, 4 orang tuna grahita, 5 orang tuna daksa, 3 orang tuna wisma).
Berdasarkan letak geografis dan lokasi masyarakat Duwet kebanyakan
mata pencaharian dari masyarakatnya adalah petani dan juga buruh, walaupun
demikian banyak juga yang berkerja sebagai wiraswasta yaitu usaha dagang
berupa warung atau toko. Ada juga yang menginvenstasikan rumahnya untuk
dijadikan rumah pondokan, sehingga memberikan pendapatan keluarga. Selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
bermata pencaharian sebagai buruh dan petani terdapat juga beberapa warga
yang berprofesi sebagai PNS dan pegawai swasta. Selain itu banyak warga yang
bermata pencaharian sebagai pembuat batu bata, dan genteng. Pada umumnya
dalam masyarakat Duwet tidak terdapat adanya stratifikasi sosial, hal ini karena
tidak adanya perbedaan antara penduduk yang satu dengan yang lain.
Berdasarkan lokasinya dan wilayahnya maka jarak antara rumah yang satu
dengan yang lain sekitar 2 meter, kebanyakan dari setiap warganya memiliki
lahan pekarangan yang luas, dan masih banyak sekali lahan yang kosong.
Sedangkan rumah penduduk yang berada disekitar jalan utama Duwet letak
rumah antara yang satu dengan yang lain saling berdekatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB III
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
PERILAKU HIDUP BERSIH MASYARAKAT DUSUN DUWET KELURAHAN
BRUJUL KECAMATAN JATEN
A. Analisis Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet
1. Perilaku masyarakat Duwet dalam menjaga kebersihan lingkungan.
a. Menjaga kebersihan rumah
Keadaan atau kondisi rumah masyarakat Duwet, sebagian rumahnya
ada yang sudah permanen, semi permanen dan ada pula yang masih berupa
kayu walaupun demikian semua sudah memiliki tempat MCK. Antara
keluarga yang satu dengan yang lain memiliki perilaku yang berbeda dalam
menyikapi kebersihan dilingkungan. Kebanyakan dari masyarakat Duwet
tidak memiliki kebiasaan atau perilaku yang teratur dalam membersihan
lingkungannya. Kegiatan menjaga kebersihan lingkungan pada umumnya
dilakukan dengan cara menyapu dan mengepel lantai bagi masyarakatnya
yang rumahnya sudah permanen dan berlantai, bagi masyarakat yang
rumahnya tidak berlantai maka cukup menyapu dengan menggunakan sapu,
walaupun demikian ada juga yang sama sekali tidak membersihkan atau
menyapu yaitu pekarangan atau lahan kosong dibelakang tempat tinggal
mereka sehingga hal tersebut menyebabkan sarang nyamuk yang dapat
mengakibatkan dampak yang tidak baik khususnya bagi warga sekitar
tempat tinggal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Dalam membersihkan rumah ada juga yang dilakukan pada ruang
tertentu yaitu ruang tamu yang paling penting, ruang dapur dan juga halaman
depan rumah. Dan waktu yang digunakan dalam membersihkan lingkungan,
ada yang dilakukan satu kali dalam sehari, dua kali dalam sehari dan ada
pula yang dilakukan satu kali dalam dua hari dan ada juga yang dilakukan
pada saat tertentu saja. Sedangkan tindakan terhadap kebersihan tempat
sanitasi yang meliputi tempat penampungan air dan juga tempat MCK,
dilakukan dengan cara menguras dan menyikatnya.
Dari kegiatan observasi dan wawancara dilapangan kebanyakan dari
masyarakatnya dalam membersihkan tempat penampungan air baik yang
digunakan untuk keperluan minum dan mandi umumnya dilakukan lebih dari
7 hari namun ada juga yang 2 hari sekali. seperti yang dikemukakan oleh
Simbah yang berinisial ”sumiyati” yang berhasil diwawancarai
mengemukakan :
‘’Menawi budaya hidup bersih kulo mboten ngerti. Menawi Kerja bakti, kerja bakti cah enom-enom seminggu pisan niku entene. Menawi mboten tumut didendo 5000 . sak umpami mboten enten sing mbayar geh ken kudu mbayar. Masalah Tandon banyu gadhah, gentong ngge masak rong dino pisan dikuras. Gadah tempat pembuangan sampah. Setiap pembakarane nunggu mboten pati katah neng ajeng jawah garing diobong. Resek-resek nggriyo mben dinten diresiki wong omah-omah. Carane njogo kebersihan geh dikumbahi nek pun resek disetrika niku khusus pakaian. Nek abrak kangge masak angger punbar masak diresiki digebeki kajenge resek mengke dingo meleh. Nguras bak mandi rong dino pisan. WC sak ben dinten digosoki geh rung dino pisan, sedino pisan digosok ngangge gosok. Kaleh lingkungan perhatian, mengke lingkungan kiyambak niku geh diresiki. Koyoto selokan, di paculi, let pirang dino disapuni meleh. Dusun mriki selokan kathah, nggen kulo niku selokan malah mboten dipikir. Kancane dikei dana mboten dikei dana dewe ko. Kancane dibangun niku kan di kei dana” (Kalau budaya hidup bersih saya tidak mengerti. Kalau kerja bakti, kerja bakti anak-anak muda 1 minggu sekali itu adanya. Kalau tidak ikut di denda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Rp 5000,- kalau bener-bener tidak ada yang bayar ya tetep disuruh bayar. Masalah tempat penampungan air punya, gentong untuk masak 2 hari sekali dikuras. Punya tempat pembuangan sampah, setiap pembakarane nunggu tidak begitu banyak tidak hujan kering dibakar. bersih-bersih rumah setiap hari dibersihkan yang namanya orang rumah-rumah. Carane njaga kebersihan ya dicuci kalau sudah bersih disetrika niku khusus pakaian. Kalau perabot untuk masak jika sudah selesai dibersihkan dicuci agar bersih nanti dipakai hari berikutnya lagi. Nguras bak mandi 2 kali sehari. WC setiap hari digosok 2 kali sehari atau 1 hari sekali digosok pakai gosok. Sama lingkungan perhatian, lingkungan sendiri dibersihkan. Seperti selokan, dicangkul, selang berapa hari disapu kembali. Dusun sini selokan banyak, tapi tempat saya selokan tidak dipikir. Yang lain diberi dana, tidak diberi dana sendiri. Yang lain dibangun itu karena ada dana). (Wawancara, Agustus 2010)
b. Membuang limbah keluarga/ sampah
Masalah sampah adalah masalah yang sering kita jumpai di
lingkungan masyarakat baik kota maupun desa. Hal ini disebabkan
banyaknya limbah atau sampah yang dihasilkan keluarga yang semakin
bertambah, sehingga diperlukan adanya penanganan yang khusus guna
terwujudnya kebersihan lingkungan. Sikap masyarakat Duwet terhadap
sampah yang ada pada umumnya diartikan sebagai sisa dari sesuatu yang
harus disingkirkan dan dibuang. Kemungkinan tersebut memberikan sikap
dan tindakan yang sederhana pula. Oleh karena itu kebanyakan masyarakat
Duwet dalam menyikapi sampah dengan cara membuang dengan
memanfaatkan lahan pekarangan yang ada disekitar lingkungan mereka.
Sehigga banyak sisa-sisa atau sampah yang justru menumpuk, adapula
dengan membuat lubang tanah yang dijadikan tempat sampah, dan ada juga
dengan cara menyapu, dikumpulkan kemudian dibuang atau dilempar begitu
saja ketempat yang sekiranya sampah-sampah tersebut tidak lagi kelihatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
atau berada disekitar rumah mereka. Kalau sudah banyak maka akan pindah
ketempat yang lain. Begitu seterusnya ketidak rutinan masyarakat untuk
membakar sampah inilah yang mengakibatkan menumpuknya sampah
disekitar lingkungan masyarakat.
Menurut Ibu “Rina” (Bayan atau Kepala Dukuh Duwet) masalah
pembuangan sampah atau TPA tidak ada di wilayah Dukuh Duwet,
sedangkan pada saat diajukan pertanyaan mengenai Rencana pembikinan
TPA (Tempat Akhir Pembuangan sampah) di wilayah Duwet beliau
mengatakan : tidak ada rencana untuk mengarah kesitu mbak..,tidak
mungkin untuk pembuatan TPA karena membutuhkan dana yang banyak.
Untuk sekedar dana apa gitu aja banyak yang mengeluh. Jadi untuk TPA
tidak mungkin. Hanya warga cukup membuat tempat pembuangan sampah
sendiri dengan menggali lubang dibelakang rumah. Berapa kali sehari
dibakar. (Wawancara, Juli 2010)
Hal ini juga dikemukakan oleh salah informan yang berinisial
“Siti”dalam wawancara mengatakan:
“masyarakat Duwet, umume boten gadah tempat pembuangan sampah, sebagian besar masyarakatipun memanfaatake pekarangan, kangge tempat pembuangan sampah. Menawi cara natasi sampah yen pun numpuk, dibakar”. (Masyarakat Duwet belum memiliki tempat pembuangan sampah, sebagian besar masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan, untuk dijadikan tempat pembuangan sampah. Untuk mengatasi sampah jika sudah menumpuk dengan cara membakarnya). (Wawancara, Juli 2010)
Masalah sampah di lingkungan masyarakat Duwet menurut Simbah ”Sumiyem” (nama samaran), adalah masalah sampah ‘’sepele’’ mbak, geh butuh telaten. Kulo namung mbakar ngoten mbak, sak umpami ndadosaken pupuk utawi humus mboten kober, geh mboten sabar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
(Masalah sampah sepele hanya dibutuhkan ketelatenan. Saya Cuma dengan cara membakarnya mbak, kalau untuk menjadikan pupuk atau humus tidak sempat, ya tidak sabar). (Wawancara, Juli 2010)
c. Partisipasi Terhadap Kegiatan Kebersihan Lingkungan
Salah satu bentuk dalam menerapkan kebersihan lingkungan yang
dilakukan oleh masyarakat adalah dengan kegiatan kerja bakti, yaitu
kegiatan yang dilakukan bersama-sama untuk membersihkan lingkungan.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam
kepeduliannya terhadap kondisi di lingkungannya. Selain itu juga digalakkan
pula kegiatan kerja bakti yang dilakukan dua kali dalam satu bulan dengan
kegiatan yaitu membersihkan selokan disepanjang jalan, membersihkan
rumput-rumput yang tumbuh secara liar yang ada disekitar lingkungan.
Kegiatan tersebut dilakukan bukan atas dasar kesadaran mereka sendiri,
melainkan berdasarkan komando dan peraturan yang disepakati bersama.
Begitu juga yang disampaikan oleh Bapak yang berinisial “Marmo”
yang berprofesi sebagai perangkat desa mengungkapkan :
(Perilaku terhadap kondisi kebersihan lingkungan disekitar berusaha berperan aktif bersih-bersih) (Wawancara, Juli 2010)
Kegiatan kerja bakti dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama
yaitu dilakukan satu kali dalam satu minggu. Kegiatan ini diikuti oleh
masing-masing perwakilan keluarga. Dan mengganti uang sebesar lima ribu
atau sepuluh ribu, apabila tidak mengikuti kegiatan kerjabakti. adapun uang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
tersebut nanti akan dimasukan kedalam kas RT untuk keperluan masyarakat.
Walaupun kegiatan kerja bakti merupakan peraturan atas keputusan bersama,
akan tetapi pada kenyataanya kegiatan kerja bakti dilapangan tidak sesuai
dengan pernyataan tersebut. Kegiatan kerja bakti yang dilakukan tidak selalu
satu minggu sekali akan tetapi justru sudah jarang dilaksanakan masyarakat
setempat.
Berdasarkan penelitian ini menunjukan bahwa masyarakat Duwet
dalam melaksanakan kegiatan kerja bakti bukan didasarkan atas kesadaran
hati atau atas dasar inisiatif sendiri untuk bertindak dalam kegiatan
partisipasi masyarakat dilingkungannya. Mereka bergerak jika akan diadakan
kegiatan di masyarakat saja. Baru mereka inisiatif membersihkan lingkungan
dan sekitarnya. Dengan demikian maka pada umumnya masyarakat belum
memiliki sikap kesadaran dan tanggungjawab terhadap kebersihan
lingkungan.
d. Bentuk Kegiatan Masyarakat Dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan
Berdasarkan kegiatan wawancara yang dilakukan dengan Bapak
”Soleh” mengungkapkan bahwa penerapan masyarakat Duwet dalam
menjaga kebersihan lingkungan masih kurang. Hal ini disebabkan karena
kesadaran masyarakat yang belum dapat memahami manfaat dari kebersihan
yang ada dilingkungan untuk kesehatan mereka, disamping hal itu untuk
menamankan perilaku hidup bersih pada setiap keluarga juga tidak mudah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
diperlukan kebiasaan serta keuletan untuk menerapakan sikap peduli
terhadap kebersihan lingkungan.
Hal serupa juga disampaikan oleh ibu ”Sri” berprofesi sebagai
karyawan mengaku peduli dan perhatian terhadap kondisi kebersihan yang
ada dilingkungannya. Beliau juga mengatakan:
Sangat peduli karena yang namanya kebersihan adalah pangkal kesehatan. Namun perhatian khusus terhadap lingkungan tidak difokuskan karena di pedesaan banyak pekerjaan sampingan. (Wawancara, Juli 2010).
Begitu juga yang dikemukaan ”Titin” mengatakan bahwa: tidak
memiliki keteraturan dalam membersihkan rumah dan lingkungan yang ada
disekitarnya dan bentuk kegiatan bersih-bersih dilakukan masyarakat pada
saat waktu tertentu saja yaitu berdasarkan situsi dan kondisi yang memang
memungkinkan harus menyapu atau membersihkan. Ia juga mengaku bahwa
kurang begitu peduli dalam menjaga kebersihan.
Berdasarkan pengamatan, ketidakteraturan masyarakat Duwet dalam
menjaga kebersihan lingkungan juga dimiliki oleh masyarakat lainnya yaitu
bahwa dalam menjaga kebersihan atau membersihkan rumah ataupun yang
ada disekitarnya tidak memiliki waktu yang teratur, artinya hanya pada saat
tertentu saja kegiatan bersih-bersih dilakukan, sedangkan kegiatan
membersihkan membersihkan rumah, biasanya dilakukan pada waktu pagi
hari setelah kegiatan memasak, hal itupun dilakukan kalau memang
waktunya memungkinkan karena harus bekerja ke kebun. Adapula hanya
diwaktu Sore hari waktunya yang tidak memungkinkan karena pagi hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
harus masuk kerja buruh pabrik. Kurangnya kedisiplinan masyarakat dalam
menjaga kebersihan lingkungan juga disebabkan adanya perbedaan
kemampuan individu dalam waktu mengenai masalah kebersihan karena
banyak warga yang bekerja sebgai buruh pabrik yang kerjanya adalah Shif
jadi waktu yang tidak mesti untuk membersihklan lingkungan. Hal itu dapat
dilihat dari sikap mereka dalam keteraturannya membersihkan rumah dan
lingkungan yang ada disekitarnya.
Perilaku ibu rumah tangga dalam penelitian ini adalah perilaku ibu
rumah tangga yang terlibat secara aktif dalam melakukan hal-hal yang
menunjang dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan, menghindari hal-hal
yang menghambat pemeliharaan kebersihan lingkungan, memanfaatkan
sarana-sarana kesehatan, dan mampu mencegah berbagai penyakit serta
mampu menjaga keselamatan diri. Untuk menyikapi sampah Umumnya
masyarakat Dusun Duwet melakukan dengan cara memanfaatkan
pekarangan atau kebun untuk dijadikan tempat pembuangan sampah, begitu
juga dengan kondisi tempat BAB dan MCK yang jarang sekali dibersihkan
menimbulkan bau pesing dan tidak enak serta lumut yang menebal, serta
beberapa warga yang masih belum memiliki tempat MCK yang layak.
Pemandangan yang kurang enak dan bau yang tidak enak yang berasal dari
sampah tersebut, terutama pada musin hujan, meskipun hanya menyapu dan
juga membikin lubang galian tanah sebagai tempat pembuangan sampah,
mereka langsung membakarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
e. Bentuk Kegiatan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena dari
sampah-sampah tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab
penyakit (bacteri pathogen), dan juga binatang serangga sebagai pemindah/
penyebar penyakit (vector). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan
baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu atau mengancam kesehatan
masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan saja untuk kepentingan
kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Manfaat
pengelolaan sampah sebagai Penghematan sumber daya alam, Penghematan
energi, Penghematan lahan TPA, Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman).
1) Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai
dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga
sampah tidak menjadi gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2003:169)
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah.
Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari
kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya
terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah
juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan
sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan
metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Sedangkan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas
Kebersihan selama ini hanya dalam konteks pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat lain yang kemudian akan menimbulkan
dampak bagi lingkungan dan kesehatan di sekitar TPA berada ditempat-
tempat tertentu saja yang didukung pula dengan perilaku masyarakat
yang masih mencampur antara sampah kering dan sampah basah. Di
Duwet Kecamatan Jaten, jenis sampah yang dihasilkan sebagian besar
adalah sampah rumah tangga yang terdiri dari sisa sayuran, makanan,
plastik, botol dan sisa-sisa kemasan. Pengelolaan sampah oleh
masyarakat setempat yaitu: dengan dibakar, dibuang ke sungai dan
dibuang ke tempat pembuangan yang ada disekitar rumah tinggal
mereka.
Tehnik-teknik yang dapat digunakan untuk menajemen pengelolaan
sampah adalah sebagai berikut:
1) Penumpukan
Dengan metode ini, sebenarnya sampah tidak dimusnahkan secara
langsung, namun dibiarkan membusuk menjadi bahan organik.
2) Pengkomposan
Cara pengkomposan merupakan cara sederhana dan dapat
menghasilkan pupuk yang mempunyai nilai ekonomi. Sampah
biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan cara
menimbun sampah tersebut di tanah untuk jangka waktu tertentu
hingga membusuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3) Pembakaran
Metode ini dapat dilakuakn hanya untuk sampah yang dapat dibakar
habis.
4) Sanitary Landfill
Metode ini hampir sama dengan penumpukan, tetapi cekungan yang
telah penuh terisi sampah ditutupi tanah, namun cara ini memerlukan
areal khusus yang sangat luas.
5) Pangan dan Makanan Ternak
Sampah yang berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum
sepenuhnya rusak dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain
yang dikembangbiakkan.
6) Landfill
Jenis pengelolaan sampah ini adalah membuang dan menumpuk
sampah di tanah yang rendah pada area yang terbuka.
7) Pulverisation
Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut
lepas setelah dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.
8) Open dumping
Open dumping adalah teknik atau metode pengelolaan sampah yang
dilakukan di TPA hanya dengan menumpuk sampah dihamparan
tanah yang luas dan selanjutnya tidak dilakukan pengelolaan khusus.
9) Incineration / Incinerator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara
sederhana maupun modern secara masal. Teknologi ini
memungkinkan hasil energi pembakaran diubah menjadi energi
listrik.
Sedangkan Masyarakat duwet melakukan teknik pengelolaan
sampah sebagai berikut:
- Penumpukan
- Pembakaran
- Pangan dan makanan ternak
Masyarakat duwet juga menggunakan prinsip pengelolaan sampah
berwawasan lingkungan yaitu dengan menggunakan prisip 3R (reduce,
reuse, dan recycle). 3R adalah kependekan dari reduce, reuse, dan
recycle. Idiom tersebut kemudian dialihbahasakan ke dalam Bahasa
Indonesia menjadi kurangi sampah, guna ulang sampah, dan daur ulang
sampah. 3R merupakan prinsip utama dalam pengelolaan sampah
berwawasan lingkungan. Dengan menerapkan pola ini maka diharapkan
sampah berkurang dari sumbernya. 3R juga dapat menjadi tools
optimalisasi pemanfaatan sampah sehingga sampah memiliki nilai
ekonomis dan dapat membuka lapangan pekerjaan.
1) Reduce (mengurangi sampah)
Prinsip pertama yaitu reduce adalah segala aktivitas yang mampu
mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah. Yang
dilakukan masyarakat duwet missal Ketika berbelanja warga sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
membawa kantong/keranjang dari rumah, tidak memakai kantong
plastik(kresek)yang dibeli/disediakan dan juga Mengurangi konsumsi
makanan dan minuman berkemasan plastik, kaleng, atau stereofoam.
2) Reuse (guna ulang sampah)
Prinsip kedua reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah
yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain.
Masyarakat duwet menggunakan secara berulang botol plastik bekas
minuman atau digunakan kembali sebagai wadah minyak goreng atau
pot bunga. Kemudian bekas botol miras dijadikan wadah bensin
eceran di warung-warung.
3) Recycle (daur ulang)
Prinsip ketiga recycle adalah kegiatan mengolah sampah untuk
dijadikan produk baru.
Masyarakat Duwet Mengolah sampah plastik kresek => menjadi
kantong kresek lagi atau tas, wadah bawang dan buah. Potongan
rapia => menjadi tikar.
Di dusun duwet beberapa keluarga memanfaatkan limbah sampah
dari kresek yang dijadikan sebagai tempat atau wadah bawang, buah-
buahan dan juga dijadikan tas yang biasanya di gunakan ibu rumah
tangga ke pasar. Setelah mereka melakukan pengolahan tersebut
kemudian dilakukan pembersihan, kemudian pengepack-an kemudian
di salurkan ke pemasoknya yaitu salah satu warga duwet, setelah itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
penjualan dengan pengambilan barang melalui distributor yang ada.
Kebetulan di dusun duwet terdapat salah satu pabrik pengolahan
plastic yaitu PT. INDO CALLY yang terltetak tidak jauh dari
pemukiman warga kurang lebih 1 km. pabrik ini memproduksi
kresek. Dan limbah kresek yang ada dimanfaatkan dan diolah dengan
dijadikan tas. Hal tersebut dimanfaatkan warga duwet sebagai
lapangan pekerjaan untuk bekerja di pabrik tersebut.
2) Langkah Penanganan Sampah Tingkat Rumah Tangga di Dusun Duwet
(a) Dipilah: dipisahkan sampah yang mudah busuk dan sampah yang
tidak mudah busuk;
Skema 4. Proses pemilahan sampah Dusun Duwet
Rumah Tangga
plastik kertas Logam kaca
pendapatan
Tps
Dijual Kas
Lingkungan bersih, sehat, dan indah
potongan rapia bekas
Tikar
Limbah kresek
Tempat wadah bawang
Tas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Masyarakat duwet melakukan pemilahan sejak dari rumah
tangga, yaitu dengan 3 kantong tempat sampah. Setiap rumah tangga
memisahkan sampah sesuai jenisnya seperti sampah plastik, kertas
dan kaca logam. Plastik sachet minuman, snack dan refill bisa didaur
ulang menjadi kerajinan seperti tas, dompet, topi, tempat koran, dll.
Sedangkan sampah organik rumah tangga dimasukkan dalam
gentong. Nantinya, sampah ini dapat dijual. Namun masyarakat
duwet tidak begitu banyak yang memanfaatkannya. Sampah yang
sudah terkumpul disortir, packing dan dijual. Hasil penjualan untuk
biaya operasional. Seringnya pendapatan digunakan untuk kebutuhan
rumah tangga jarang digunakan untuk kebutuhan operasional
kampung. Hanya sisa pendapatan atau sukarela dimasukkan kas
kampung atau RT. Masyarakat duwet memilahkan sampahnya dari
sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti karton, kardus,
b. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan
c. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan
3. Perilaku terhadap makanan
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Bertolak dari apa yang telah dijabarkan diatas pada penelitian ini bahwa
perilaku masyarakat dusun duwet termasuk dalam perilaku terhadap lingkungan
kesehatan. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health
behavior) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan
kesehatan manusia (Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo 2003:121). Lingkup
perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku masyarakat
dusun duwet dapat dikatakan sebagai Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
karena mencakup sebagai berikut:
1. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen,
manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
2. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi
higiene, pemeliharaan teknik, dan penggunaanya.
3. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair.
Termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang
sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
4. Perilaku sehubungan denganrumah yang sehat, serta dampak pembuangan
limbah yang tidak baik.
5. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk dan
sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
B. Hasil Dari Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Dusun Duwet
1. Kondisi Kebersihan Lingkungan Masyarakat
Kondisi kebersihan lingkungan masyarakat Duwet belum dapat
sepenuhnya dikatakan sebagai lingkungan pemukiman yang bersih. Hal ini
disebabkan masih banyaknya sampah dan ketidakteraturan masyarakat dalam
menangani kebersihan lingkungan yang ada disekitar mereka. Disamping hal itu
disebabkan pula oleh faktor perilaku masyarakat yang pada umumnya dalam
pemahaman kebersihan lingkungan belum sesuai dengan pelaksanannya atau
dengan kenyataan yang ada di lingkungan.
Masalah kebersihan lingkungan oleh masyarakat Duwet, diidentikkan
dengan masalah sampah yang juga berhubungan dengan perilaku masyarakat
dalam menjaga kebersihan lingkungannya, karena sampah merupakan faktor
utama yang dapat merusak atau menggangu kebersihan lingkungan dan
kesehatan, akan tetapi hal itu justru kadang menjadi hal yang dilupakan oleh
kebanyakan masyarakat.
Pada umumnya masyarakat Duwet peduli dengan masalah kebersihan
lingkungan. Walaupun demikian pada kenyataannya masih banyak sampah-
sampah yang bercecer dan membusuk disekitar rumah mereka, sehingga pada
waktu musim hujan, sering menimbulkan bau yang tidak enak. Sampah yang
berupa barang-barang bekas plastik menjadi sarang bibit nyamuk. Selain
sampah, perilaku masyarakatnya juga ikut mempengaruhi terbentuknya
kebersihan lingkungan yaitu kesadaran dan sikap tanggungjawab terhadap
kondisi kebersihan lingkungan. Dalam hal ini umumnya masyarakat Duwet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
menyikapi sampah dengan cara memanfaatkan pekarangan atau kebun untuk
dijadikan tempat pembuangan sampah, begitu juga dengan kondisi tempat BAB
dan MCK yang jarang sekali dibersihkan menimbulkan bau pesing dan tidak
enak serta lumut yang menebal. Begitu juga tempat penampungan air yang
jarang dikuras atau dibersihkan sehingga bagian air yang ada dibawah terlihat
kotor dan berwarna kuning dan ada juga yang memiliki perilaku yang sengaja
menyimpan sampah sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan atau dimanfaatkan
kembali sehingga ditimbun atau dikumpulkan di dapur. Itulah factor sikap
masyarakat terhadap kurangnya peduli lingkungan.
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Hidup Bersih Di Lingkungannya
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan yang komplek dan terdapat
berbagai unsur serta komponen-komponen yang saling terkait dan
berkesinambungan. Adanya hal tersebut di atas tentunya tidak menutup
kemungkinan adanya perilaku yang berbeda dalam setiap perilaku individunya
dalam bermasyarakat.
Persepsi masyarakat Duwet Kelurahan Brujul Kecamatan Jaten
Karanganyar, memiliki perilaku dan persepsi yang berbeda mengenai budaya
hidup bersih. Sehingga sikap kedisiplinan masyarakat terhadap masalah
kebersihan yang ada dilingkunganpun berbeda. Pemahaman menjaga kebersihan
lingkungan oleh masyarakat diartikan sebagai lingkungan yang bersih dari
sampah sehingga untuk mengatasi masalah kebersihan lingkungan cukup
dilakukan dengan menyapu saja seperti masyarakat pada umumnya. Meskipun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
demikian upaya masyarakat dalam menerapkan kebiasaan hidup bersih baik
dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat tetap diupayakan.
Seperti yang sampaikan oleh ibu Rani (bukan nama sebenarnya) yang
berhasil diwawancari mengatakan :
“Bersih menurut pemahaman saya, berarti bebas dari kotor, bebas debu. (Wawancara, Juli 2010) Sedangkan pada saat diajukan pertanyaan mengenai budaya hidup bersih Ibu Rani mengatakan : “Budaya bersih itu ya memberikan suasana sehat”. (Wawancara, Juli 2010)
Membiasakan cara hidup bersih erat kaitannya dengan hidup sehat. Oleh
masyarakat pada umumnya dilakukan mulai dari dalam lingkungan keluarga
yaitu anak sedari kecil sudah mulai ditamanamkan kebiasaan hidup bersih
melalui sikap teladan atau contoh yang diberikan orang tua kepada anaknya serta
memberi perintah untuk membiasakan diri membersihkan diri, dengan cara
mandi yang teratur, merapikan tempat tidur, mencuci tangan dan sebagainya.
Menerapkan hidup bersih selain dilakukan melalui kebiasaan tersebut di
atas, juga melalui adanya kegiatan kerja bakti yang dilakukan minggu sekali
yang diikuti oleh semua warga, dan apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut
maka akan dikenakan sangsi yaitu berupa uang denda sebanyak Sepuluh ribu
rupiah sebagai pengganti tidak mengikuti kerja bakti. Karena kebanyakan dari
masyarakat adalah petani maka mereka lebih memilih ikut kegiatan kerja bakti
dari pada harus membayar Rp 10.000 ,-. Hal ini juga disampaikan oleh “Ibu
Rani” pada saat wawancara mengatakan :
“Upaya yang dilakukan terhadap warga geh mengadakan kegiatan kerja bakti mbak, biasanya diadakan seminggu sekali, tapi akhir-akhir ini sudah lama tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
diadakan kerja bakti. Untuk menggiatkan masyarakat geh biasanya ada sangsi atau denda Sepuluh ribu, apabila tidak mengikuti. Tapi biasanya geh yowes lah ra popo. Jadi tetep saja diikhlaskan tidak untuk membayar”. (Wawancara, Juli 2010)
Dari hasil penelitian melalui kegiatan wawancara dan pengamatan yang
diadakan langsung di lapangan mengenai perilaku masyarakat dalam menjaga
kebersihan lingkungan masyarakat Duwet pada kenyataannya belum sepenuhnya
dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat, hal ini disebabkan karena adanya
faktor kurangnya pemahaman masyarakat terhadap kesehatan dan kebersihan
lingkungan.
Dalam hal ini kebiasaan hidup bersih dapat dibentuk mulai dari
membiasakan anak pada waktu masih kecil untuk belajar rajin membersihkan
mulai dari rajin mandi, merapikan tempat tidur setelah bangun tidur, mencuci
tangan sebelum makan dan masih banyak lagi yang bisa dilakukan orang tua
sehingga ketika mereka sudah dewasa akan mampu membiasakan cara hidup
bersih tersebut.
Begitu juga yang disampaikan oleh ibu “marti” (bukan nama sebenarnya)
salah satu penjahit yang ada di Duwet ini, mengaku sangat peduli sekali dengan
kebersihan dan kesehatan yang ada sekitar lingkungannya. Dalam hal ini
mengemukakan:
”Menerapkan perilaku hidup bersih wonten masyarakat, penting sanget mbak. Amargi geh kangge kesehatan kan geh sae supados boten kenging penyakit. Nanging penerapanipun geh boten gampang. Amargi geh kebacut males mbak”. (Mererapkan perilaku hidup bersih dalam masyarakat, penting sekali . karena baik untuk kesehatan, agar tidak terkena penyakit. Tapi menerapkannya yang tidak mudah. Karena sudah terlanjur males) (Wawancara, Juli 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Sebagaimana diuraian di atas dan pengamatan yang dilakukan dilapangan
pada umumnya pemahaman masyarakat terhadap budaya hidup bersih masih
sangatlah kurang. Budaya hidup bersih sebagai perilaku yang bersifat turun
temurun dalam masyarakat dan merupakan suatu sistem nilai yang tertanam
dalam diri seseorang sangatlah dipengaruhi oleh kebiasaan yang ada dalam
keluarga dan juga lingkungan masyarakatnya dalam membentuk kebiasaan cara
hidup bersih.
Hidup bersih oleh masyarakat Duwet diartikan sebagai kebiasaan atau
perilaku masyarakat yang selalu menerapkan pola atau cara hidup bersih di
lingkungannya yang diidentikkan atau dihubungkan dengan masalah sampah.
Kebiasaan masyarakat Duwet umum dalam menjaga kebersihan lingkungan
antara individu yang satu dengan yang lain berbeda, hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat,
begitu pula dalam kebiasaan hidup bersih masyarakat. Menerapkan budaya
hidup bersih dilingkungan masyarakat Duwet perlu adanya sikap kesadaran dari
masyarakat itu sendiri. Sehingga dapat diterapkan dengan baik dilingkungan
mereka, disamping hal itu perlu juga kebiasaan masyarakat yang diwujudkan
melakui perilaku serta tindakan yang nyata untuk menerapkan cara hidup bersih
tersebut dalam diri masyarakat tersebut.
Pemahaman menjaga kebersihan lingkungan oleh masyarakat diartikan
sebagai lingkungan yang bersih dari sampah sehingga untuk mengatasi masalah
kebersihan lingkungan cukup dilakukan dengan menyapu saja seperti
masyarakat pada umumnya. Dan pada umumnya masyarakat Duwet mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dan menyadari pentingnya menerapkan budaya hidup bersih bagi kesehatan dan
lingkungan. Akan tetapi pada kenyataannya antara pemahaman dan pengetahuan
masyarakat tidak sesuai dengan perilaku mereka.
Kondisi lingkungan masyarakat Duwet dimana antara yang satu dengan
yang lain berbeda, begitu juga disamping dipengaruhi juga oleh faktor kesadaran
serta kebiasaan-kebiasaan masyarakat itu sendiri untuk menciptakan kebersihan
dilingkungannya, sehingga menimbulkan adanya perbedaan dalam persepsi
masyarakat terhadap kondisi kebersihan lingkungan. Perilaku manusia
cenderung bersifat adaptif, sadar atau tidak sadar perilaku itu direncanakan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan meningkatkan kesejahteraan
anggota setiap kelompoknya. Dari uraian tersebut maka terciptanya hidup bersih
tergantung dari sikap individu untuk bertindak untuk menciptakan kondisi
lingkungan yang bersih disekitar lingkungan mereka sendiri. Begitu pula
perilaku masyarakat Duwet yang cenderung kurang sadarnya terhadap
kebersihan lingkungan. Sehingga berakibat kurangnya kesejateraan hidup pada
mereka.
Berdasarkan pemaparan diatas bahwa masyarakat Duwet mayoritas sudah
memiliki sanitasi sendiri meskipun kurang terawat, sudah adanya penyediaan air
minum yang masyarakat miliki, adanya pemukiman atau tempat tinggal bagi
mereka, adanya juga tempat pembuangan sampah meskipun mereka gali lubang
tanah sendiri disekitar rumah mereka, namun pembuangan air limbah atau air
kotor sesuka diri mereka sendiri disembarang tempat. Dari itu semuanya berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
masyarakat Duwet masih dalam kategori kebersihan lingkungan yang belum
baik.
3. Upaya Masyarakat Dalam Menerapkan Dan Menjaga Kebersihan
Lingkungan
Sejauh ini sebenarnya masyarakat sudah menyadari dan merasakan
dampak dari sikap mereka yang kurang peduli terhadap kebersihan yang ada di
lingkungan mereka. Yaitu dengan adanya penyakit cikungu dari nyamuk yang
disebabkan oleh kondisi lingkungan serta perilaku mereka yang kurang sehat
dan kurang peduli dengan kebersihan lingkungan, dan kurangnya pelayanan
kesehatan yang ada di Kelurahan Brujul, namun demikian ternyata masyarakat
belum cukup tergugah dan sadar agar peduli terhadap kebersihan lingkungan
Menurut Ibu ”Rina” (selaku ibu Bayan Dukuh Duwet): menerapkan sikap
pada masyarakatnya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, tidaklah
mudah, hal ini disebabkan oleh sikap masyarakat belum sepenuhnya memiliki
kebiasaan untuk hidup dengan cara hidup bersih. Diperlu waktu untuk
membiasakan cara hidup tersebut. Selain hal itu tanggapan antara satu dengan
yang lain mengenai kebersihan juga berbeda, kembali pada persiapan masing-
masing terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka sendiri. Kebiasaan malas
yang menjadi factor kurangnya warga terhadap peduli kebersihan lingkungan.
Hal serupa juga disampaikan oleh salah seorang informan yang berinisial
”Teguh” bahwa mengupayakan masyarakat agar memiliki budaya hidup bersih
di lingkungannya membutuhkan waktu yang lama dan perlu adanya kesabaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
karena adanya perilaku, pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh
masyarakat berbeda satu sama lainya. Begitu juga dengan menerapkan
masyarakat dalam menjaga kebersihan baik kebersihan pada diri mereka sendiri,
keluarga maupun terhadap lingkungan yang ada disekitar mereka, masyarakat
sudah harus memiliki sikap peduli terhadap kebersihan yang ada disekitar
mereka, sikap disiplin yang baik adalah berdasarkan atas kesadaran seseorang
untuk melakukan atau bertindak. Menerapkan kedisiplinan dalam masyarakat
dalam menjaga kebersihan tidak cukup dengan perintah atau contoh, akan tetapi
kesadaran dan rasa tangungjawab sebagai anggota masyarakat sehingga dapat
berjalan dengan baik.
Bentuk usaha yang dilakukan masyarakat Duwet dalam menjaga
kebersihan lingkungan dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan
membersihkan lingkungan rumah, walaupun tidak dilakukan secara teratur dan
dilakukan pada ruang tertentu saja, seperti ruang tamu, dapur (tempat masak)
dan juga halaman rumah dengan cara menyapu, sedangkan sanitasi tempat
penampungan air dengan cara menguras, tempat BAB (Buang Air Besar) yang
tetap, membuang sampah pada tempatnya.
Adapun kegiatan masyarakat dalam menjaga kebersihan dilingkungan
dilakukan dengan cara membersihkan baik didalam rumah maupun diluar
rumah. Selain hal tersebut di atas diwujudkan pula melalui perilaku dan tindakan
dalam menyikapi kondisi kebersihan yang dapat mengganggu kesehatan
terutama sampah, yang akhir-akhir ini menjadi masalah yang besar, karena dari
tumpukan sampah terutama sampah-sampah plastik yang dihasilkan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
konsumsi keluarga sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan yaitu
pemandangan yang kurang enak dan bau yang tidak enak yang berasal dari
sampah tersebut, terutama pada musin hujan.
Sikap dan upaya masyarakat Duwet terhadap kebersihan lingkungan tidak
lepas dari kondisi lingkungan. Dimana kondisi lingkungan di wilayah Duwet
disebagian besar yang dijadikan tempat tinggal atau pemukiman masyarakat
berada di lingkungan pekarangan yang luas, sehingga memungkinkan
masyarakat Duwet memiliki perilaku dan kebiasaan untuk memanfaatkan lahan
pekarangan yang ada sebagai tempat pembuangan sampah, selain hal itu
perilaku masyarakat juga dipengaruhi oleh kesadaran yang dimiliki masyarakat
setempat. Pada kenyataanya masyarakat tidak dapat lepas dari lingkungan, ia
harus dapat menyesuaikan diri dengan sifat lingkungan, namun juga dapat
mempengaruhi lingkungan dimana mereka hidup. Pada umumnya manusia
(masyarakat) lebih dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, dan dalam tingkah
lakunya dipengaruhi serta dimanisfestasikan oleh keadaan lingkungan. Artinya
bahwa perilaku masyarakat Duwet dalam menjaga kebersihan lingkungan,
terbentuk dari sikap serta kebisaaan yang sudah ada dilingkungan masyarakat,
dimana sebagian besar masyarakatnya memiliki kebiasan yang sama dalam
menyikapi masalah kebersihan lingkungan serta kebiasaan dalam menyikapi
sampah dengan memanfaatkan lahan yang ada disekitar mereka untuk dijadikan
tempat pembuangan sampah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
4. Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Duwet
Tindakan dan perilaku masyarakat Duwet dalam menjaga kebersihan
lingkungan seperti yang sudah dijelaskan diatas yaitu: Pada masyarakat Duwet
antara keluarga yang satu dengan yang lain memiliki perilaku yang berbeda
dalam menyikapi kebersihan dilingkungan. Kebanyakan dari masyarakat Duwet
tidak memiliki kebiasaan atau perilaku yang teratur dalam membersihan
lingkungannya. Kegiatan menjaga kebersihan lingkungan pada umumnya
dilakukan dengan cara menyapu dan mengepel lantai bagi masyarakatnya yang
rumahnya sudah permanen dan berlantai, bagi masyarakat yang rumahnya tidak
berlantai maka cukup menyapu dengan menggunakan sapu, walaupun demikian
ada juga yang sama sekali tidak membersihkan atau menyapu yaitu pekarangan
atau lahan kosong dibelakang tempat tinggal mereka sehingga hal tersebut
menyebabkan sarang nyamuk yang dapat mengakibatkan dampak yang tidak
baik khususnya bagi warga sekitar tempat tinggal.
Kebanyakan masyarakat Duwet dalam menyikapi sampah dengan cara
membuang dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang ada disekitar
lingkungan mereka. Sehigga banyak sisa-sisa atau sampah yang justru
menumpuk, adapula dengan membuat lubang tanah yang dijadikan tempat
sampah, dan ada juga dengan cara menyapu, dikumpulkan kemudian dibuang
atau dilempar begitu saja ketempat yang sekiranya sampah-sampah tersebut
tidak lagi kelihatan atau berada disekitar rumah mereka. Kalau sudah banyak
maka akan pindah ketempat yang lain. Begitu seterusnya ketidak rutinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
masyarakat untuk membakar sampah inilah yang mengakibatkan menumpuknya
sampah disekitar lingkungan masyarakat.
Dalam membersihkan rumah ada juga yang dilakukan pada ruang tertentu
yaitu ruang tamu yang paling penting, ruang dapur dan juga halaman depan
rumah. Dan waktu yang digunakan dalam membersihkan lingkungan, ada yang
dilakukan satu kali dalam sehari, dua kali dalam sehari dan ada pula yang
dilakukan satu kali dalam dua hari dan ada juga yang dilakukan pada saat
tertentu saja. Sedangkan tindakan terhadap kebersihan tempat sanitasi yang
meliputi tempat penampungan air dan juga tempat MCK, dilakukan dengan cara
menguras dan menyikatnya. Setiap rumah tangga memisahkan sampah menurut