perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI TEMBANG MACAPAT SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 NGEPUNGSARI TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI ARGITA IMANNING TYAS K7108091 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
122
Embed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PENGEMBANGAN .../Pengembangan-Model...pengembangan model pembelajaran ekspresi estetika inovatif untuk meningkatkan apresiasi tembang macapat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA
INOVATIF UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI
TEMBANG MACAPAT SISWA KELAS IV
SD NEGERI 01 NGEPUNGSARI
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
ARGITA IMANNING TYAS
K7108091
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Argita Imanning Tyas
NIM : K7108091
Jurusan/Program Studi : FKIP/Pendidikan Guru Sekolah Dasar
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK
MENINGKATKAN APRESIASI TEMBANG MACAPAT SISWA KELAS
IV SD NEGERI 01 NGEPUNGSARI TAHUN 2011/2012” ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Argita Imanning Tyas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPRESI ESTETIKA
INOVATIF UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI
TEMBANG MACAPAT SISWA KELAS IV
SD NEGERI 01 NGEPUNGSARI
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
ARGITA IMANNING TYAS
K7108091
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapat gelar sarjana Pendidikan.
Hari : Kamis
Tanggal : 19 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd
Anggota I : Dra. Lies Lestari, M. Pd
Anggota II : Matsuri, M. Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
a.n Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si
NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Argita Imanning Tyas. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARANEKSPRESI ESTETIKA INOVATIF UNTUK MENINGKATKANAPRESIASI TEMBANG MACAPAT SISWA KELAS IV SD NEGERI 01NGEPUNGSARI TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan apresiasi tembangmacapat melalui pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatifpada siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari tahun ajaran 2011/2012 denganmenerapkan pemecahan masalah, membimbing proses kreatif,mengkomunikasikan hasil, dan apresiasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakankelas (PTK) sebanyak dua siklus yaitu enam kali pertemuan. Setiap siklus terdiridari tiga kali pertemuan. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaituperencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitianadalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari tahun ajaran 2011/2012sebanyak 20 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi,wawancara, dan tes. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dantriangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisisinteraktif dan diskriptif komparatif.
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan apresiasi tembangmacapat setelah diadakan tindakan kelas dengan pengembangan modelpembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif. Peningkatan rata-rata apresiasi tembangmacapat tersebut yaitu: pada keadaan awal adalah 73,7 kemudian meningkat padasiklus I menjadi 76,8 dan pada siklus II meningkat menjadi 82,2. Sebelumdilaksanakan penelitian, siswa yang memperoleh nilai apresiasi tembang macapatyang mencapai KKM ≥75 sebanyak 8 siswa (40%), pada siklus I menjadi i4 siswa(70%), dan pada siklus II meningkat menjadi 18 siswa (90%).
Simpulan dari penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaranEkspresi Estetika Inovatif dapat digunakan untuk meningkatkan apresiasi tembangmacapat siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata kunci : pemecahan masalah, membimbing proses kreatif,mengkomunikasikan hasil, apresiasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Argita Imanning Tyas. DEVELOPING INNOVATIVE AESTHETICEXPRESSION MODEL OF LEARNING TO IMPROVE GRADE IVSTUDENT’S APPRECIATION OF TEMBANG MACAPAT IN SDN 01NGEPUNGSARI ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis, Teacher Training andEducation Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta, July 2012.
The purpose in this research is to increase the appreciation of tembangmacapat through the developing innovative aesthetic expression model of learningon the fourth grade student in SDN 01 Ngepungsari academic year 2011/2012byapplying problem solving, guiding creative process, communicating results, andapreciation.
Method that used in this research is class action research (CAR) as muchas two cycle that is six meetings. Every cycle consist of three times meetings. Thisresearch prosedur consist of four stages that are planning, action execution,observation, and reflection. The subjects in this research is the fourth gradestudents of SDN 01 Ngepungsari academic year 2011/2012 as much as 20 studentthat consist of 9 men students and 11 woman students. The data collectingtechnique that used is observation, documentation, interview, and test. The datavalidity that used is triangulating data and triangulating method. The data analysistechnique that used is interactive model and discriptive comparative.
Result of this research showed that there is improvement of tembangmacapat appreciation, after implementing the classroom action research withdeveloping innovative aesthetic expression. The improvement of the averagetembang macapat appreciation that is: in beginning condition is 73,7, then in thefirst cycle increase to became 76,8, and in the second cycle increase again tobecame 82,2. Before carried out, student that get value tembang macapatappreciation achieves KKM ≥75 as much as 8 students (40%), in the first cycle is14 student (70%), and in the second cycle increase to became 18 students (90%).
Concluded of this research is developing innovative aesthetic expressioncan be used to increase tembang macapat appreciation in the fourth grade studentof SD Negeri 01 Ngepungsari on academic year 2011/2012.
Keyword : problem solving, guiding creative process, communicating results, andapreciation.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Suatu ilmu dapat bermanfaat bukan karena kehebatan ilmu ataupun penemunya,
melainkan manfaat ilmu tersebut bagi masyarakat umum
dan penerapannya yang sesuai.
(Albert Einstein)
Manusia tidak merancang untuk gagal, tetapi gagal untuk merancang
(William J. Siegel)
Hidup memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan perjuangan,
perjuangan memerlukan ketabahan, ketabahan memerlukan keyakinan, keyakinan
pula menentukan kejayaan, kejayaan juga yang akan menentukan kebahagiaan.
(Argita Imanning Tyas)
“Nguri-uri kabudayan Jawi iku wajib kanggone wong
kang tumrap ing tanah Jawi”
(Argita Imanning Tyas)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
“Bapak dan Ibuku Tercinta”
Terimakasihku atas do’a yang tulus, kasih sayang yang tiada putus, serta
pengorbanan yang tiada henti. Tiada kata seindah do’a yang keluar darimu
untukku.
“Adikku (Idha Arrum Fidinning Tyas)”
Yang telah banyak membantuku selama penelitian berlangsung dan
semangat yang engkau berikan.
“PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta”
Almamaterku tercinta yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa
depanku yang cerah.
“Mahasiswa PGSD FKIP UNS Kelas A angkatan 2008”
Terima kasih atas motivasi, bantuan, dan dukungannya.kalian selalu
memberikan arti dalam hidupku dan selalu membuatku tersenyum dalam
menghadapi apapun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif untuk
Meningkatkan Apresiasi Tembang Macapat Siswa Kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari Tahun Ajaran 2011/2012” guna memenuhi persyaratan mendapat
gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam menyusun skripsi ini, tentunya penulis tidak lepas dari bimbingan,
arahan, petunjuk, dukungan dan saran–saran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini peneliti dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Lies Lestari, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Matsuri, M. Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen PGSD yang telah memberikan arahan dan motivasi
kepada penulis.
7. Sulasiningsih, S. Pd selaku Kepala SD Negeri 01 Ngepungsari, Kecamatan
Jatipuro, Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan izin kepada
peneliti untuk melakukan penelitian di SD Negeri 01 Ngepungsari.
8. Bapak dan Ibu guru, beserta siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari,
Jatipuro, Karanganyar yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada
penulis.
9. Para siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari yang telah bersedia dan
berpartisipasi dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar hasil penelitian ini bisa lebih bermanfaat bagi penulis sendiri
khususnya, serta pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK........................................................................ vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................... x
DAFTAR ISI.......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv
DAFTAR TABEL.................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................. 1
B. Perumusan Masalah....................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka .......................................................... 7
Lampiran 33. Rekapitulasi Nilai Apresiasi Tembang Macapat Siswa
Kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari ………………... .........254
Lampiran 34. Contoh Foto Pelaksanaan Tindakan ............................. .........255
Lampiran 35. Surat Perijinan ………………………………………. .........257
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Jawa di Sekolah Dasar merupakan bagian dari kurikulum Muatan
Lokal (Mulok) terdiri dari beberapa standar kompetensi diantaranya
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra di Sekolah
Dasar yang merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan mata pelajaran
tersebut. Mengingat adanya era globalisasi di zaman sekarang ini mendukung
merosotnya moralitas anak bangsa. Kemajuan peradaban yang melaju pesat akhir-
akhir ini sangat berpengaruh pada perubahan tingkah laku sosial masyarakat
lingkup paling kecil sampai tingkat bangsa dan negara. Demikian pula yang
terjadi dengan masyarakat Jawa, kemajuan teknologi mampu merubah pola pikir
yang pada waktu lalu menjunjung tinggi nilai kebersamaan tetapi sekarang
berubah menjadi masyarakat yang mempunyai kecenderungan sifat
individualistis.
Di bidang pendidikan, orang menganggap pengetahuan-pengetahuan
berorientasi pada kepandaian berpikir logis dan matematis lebih utama jika
dibandingkan pengetahuan tentang estetis, misalnya seni dan Bahasa Jawa,
sehingga penghargaan terhadap sesuatu yang sifatnya estetis jauh lebih memadai.
Kurniatun berpendapat pula mengenai penghargaan terhadap budaya bangsa
sendiri yang kian luntur dan memudar warnanya. Bahasa dan seni menjadi asing
dan kadang tidak dikenal sama sekali. Fakta tersebut mengakibatkan usaha-usaha
melestarikan budaya bangsa menjadi sangat tertatih-tatih bahkan hampir lumpuh.
Di satu sisi pemerintah menganggap budaya bangsa khususnya bahasa Jawa
adalah sesuatu yang tinggi nilainya, namun di sisi lain usaha ke arah apresiasi
yang benar dan wajar kurang maksimal, meskipun penanaman apresiasi sudah
dilakukan pada masyarakat yang paling dasar yaitu melalui pendidikan dari yang
paling dasar sekalipun (2005). Bahasa Jawa di Sekolah Dasar dituntut untuk
mengembangkan watak pribadi peserta didik yang bermoral dan tidak melupakan
budaya yang adi luhung yang salah satunya terdapat dalam pembelajaran Bahasa
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Jawa adalah tembang macapat. Selain sebagai budaya, macapat merupakan suatu
karya seni dimana macapat berhubungan dengan seni suara atau vokal. Oleh
karena itu dalam melaksanakan pembelajaran tembang macapat di Sekolah Dasar
tidak dapat terlepas dari pendidikan seni.
Pembelajaran Bahasa Jawa memiliki peranan dalam pembentukan pribadi
atau sikap mental peserta didik yang harmonis. Hal ini dikarenakan pembelajaran
Bahasa Jawa memfokuskan diri pada kebutuhan perkembangan anak dalam
mencapai kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial. Kecerdasan emosional
dicapai dengan beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan
sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya
dalam mata pelajaran Bahasa Jawa, salah satunya adalah tembang macapat, serta
kompetensi untuk mengekspresikannya. Kecerdasan sosial dicapai melalui:
membina dan memupuk hubungan timbal balik; demokratis; empatik dan
simpatik; menjunjung tinggi hak asasi manusia; ceria dan percaya diri;
menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; serta berwawasan
kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara (Sayuti,
2003).
Berangkat dari hal tersebut, pembelajaran Bahasa Jawa khususnya
tembang macapat perlu ditingkatkan eksistensinya. Namun untuk melakukan hal
tersebut tidaklah mudah, hal ini dikarenakan kurangnya guru Sekolah Dasar yang
berwawasan seni secara khusus. Yayah dan Atiqa (2004) mengatakan bahwa
“dalam penyampaian ragam macapat siswa kurang tertarik dan tidak
memperhatikan setiap jenis macapat yang diperdengarkan. Hal ini terjadi ada
beberapa kemungkinan diantaranya lagu macapat dalam irama ritmis, ambitus
anak yang diperdengarkan, dan ada beberapa materi tembang macapat yang
bahasanya sulit dimengerti” (hlm. 152).
Penyampaian materi tembang macapat idak terlepas dari factor budaya
dan seni. Pendidikan seni adalah pintu masuk untuk membentuk anak menjadi
makhluk sempurna. Dalam pendidikan seni anak akan terlatih dalam mengasah
kreativitas, kepekaan rasa musikal, estetis, sosial, toleransi, solidaritas, dan
sebagaianya. Bila kepekaan rasa telah terasah dengan baik maka emosi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
muncul akan terkendali sehingga anak dapat terarah dan mapan dalam bertindak.
Untuk mengasah kepekaan estetis anak, maka langkah paling sederhana yang
dapat dilakukan adalah mengajak mereka bermain (Kurniatun, 2005).
Kenyataan di lapangan terutama di Sekolah Dasar menunjukkan bahwa
kemampuan apresiasi tembang macapat masih kurang. Siswa kurang aktif dalam
pembelajaran Bahasa Jawa khususnya dalam Kompetensi Dasar apresiasi tembang
macapat. Hal ini juga terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada siswa menyatakan bahwa
pembelajaran apresiasi tembang macapat masih dirasa sulit terutama untuk
melagukan tembang macapat. Hal ini karena siswa masih kurang paham dengan
materi tersebut. Adapun pembelajaran Bahasa Jawa yang dilakukan di kelas IV
SDN 01 Ngepungsari saat ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan belum
mendukung pencapaian hasil belajar. Pembelajaran Bahasa Jawa masih dominan
menggunakan metode ceramah dan metode drill yang berpusat pada guru. Metode
tersebut memang berhasil dalam kompetisi menghafal sejumlah informasi tapi
kurang berhasil dalam menyiapkan siswa memiliki kemampuan kritis, apresiatif,
kreatif, dan inovatif untuk mampu bersaing dan hidup kompetitif. Perolehan nilai
siswa pada apresiasi tembang macapat semester I masih kurang karena nilainya
tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari seluruh siswa kelas IV
yang berjumlah 20, ada 12 siswa (60%) yang nilainya tidak mencapai KKM ≥ 75
dari skala 100 (lampiran 4).
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terdapat beberapa problem
pendidikan Bahasa Jawa di SD Negeri 01 Ngepungsari, antara lain: (1)
Pembelajaran Bahasa Jawa dianggap kurang begitu penting oleh sebagian
masyarakat maupun sekolah itu sendiri, Bahasa Jawa masih dipandang sebagai
mata pelajaran pelengkap; (2) Guru-guru mata pelajaran Bahasa Jawa terbawa
arus oleh persepsi yang salah terhadap hasil pendidikan, sehingga menganggap
bahwa siswa yang berhasil adalah siswa yang serba tahu tentang Bahasa Jawa itu
sendiri. Padahal tujuan utama mata pelajaran ini sebenarnya adalah pembentukan
sikap mental dan watak siswa. Dengan sendirinya model pembelajaran yang
diterapkan sekarang ini jelas menjadi tidak sesuai dengan tujuan mata pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Bahasa Jawa yang sebenarnya tersebut; (3) Lingkup kompetensi yang harus
dicapai cukup banyak yang meliputi: mendengarkan, membaca, menulis, dan
apresiasi sementara alokasi waktu sangat terbatas yaitu 2 jam per minggu; (4)
Terbatasnya kemampuan guru untuk menyampaikan mata pelajaran tersebut; (5)
Selama ini pembelajaran Bahasa Jawa masih belum banyak diperhatikan, baik
dalam aspek proses belajar mengajar, media dan bahan ajar maupun bentuk
penilaiannya; (6) Terbatasnya kemampuan guru untuk mampu memberdayakan
potensi lingkungan budaya dan potensi sekolah untuk mendukung pembelajaran
Bahasa Jawa terutama apresiasi tembang macapat.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional (Balitbang
Diknas) melakukan penelitian pengembangan model pembelajaran yang
berhubungan dengan pembelajaran seni budaya di Sekolah Dasar tahun 2008 yang
disebut Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif. Pengembangan model
pembelajaran tersebut merupakan pengembangan model pembelajaran inovatif,
diikuti dengan pengembangan perangkat pembelajarannya sebagai kelengkapan
penerapan di kelas. Strategi yang digunakan untuk mengembangkan model
pembelajaran tersebut mengadaptasi model siklus pengembangan instruksional
yang dikembangkan oleh Fenrich pada tahun 1997. Pengembangan model
pembelajaran ini meliputi fase analisis, perancangan, pengembangan, dan
implementasi. Fase evaluasi dan revisi merupakan kegiatan berkelanjutan
dilakukan pada tiap fase di sepanjang siklus. Selanjutnya Balitbang Diknas
menyatakan bahwa pembelajaran ekspresi estetika mengukur dampak
pembelajaran terhadap perubahan kemampuan psikomotorik dan sikap kreatif
(2008). Yang paling menarik dan membuat peneliti menggunakan hasil
pengembangan model tersebut adalah karena di dalam strategi atau langkah-
langkah pembelajarannya terdapat salah satu komponen yang penting
berhubungan dengan masalah yang akan diperbaiki yaitu apresiasi. Jadi dalam
setiap pembelajaran siswa diwajibkan untuk melakukan apresiasi sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan oleh guru. Sehingga dapat meningkatkan
kemampuan apresiasi siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pembelajaran ekspresi estetika digunakan dalam penelitian ini untuk
meningkatkan apresiasi siswa dalam melagukan tembang macapat.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti berharap guru dalam
memberikan pelajaran menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan dapat
meningkatkan apresiasi tembang macapat siswa dalam pelajaran Bahasa Jawa.
Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut
dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
untuk Meningkatkan Apresiasi Tembang Macapat Siswa Kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Perumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian,
dibawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,
yaitu :
Apakah dengan pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika
Inovatif dapat meningkatkan apresiasi tembang macapat siswa kelas IV SDN 01
Ngepungsari tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi tembang macapat
siswa kelas IV SDN 01 Ngepungsari tahun ajaran 2011/2012 dengan
pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat
teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah khasanah ilmu tentang apresiasi tembang macapat.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi pembelajaran
yang inovatif bagi peneliti lain mengenai model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam melakukan
apresiasi tembang macapat.
2) Mengembangkan kreatifitas yang dimiliki siswa dalam melagukan
tembang macapat.
3) Meningkatkan nilai apresiasi dan penghargaan terhadap budaya
Jawa, khususnya tembang macapat.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kualitas kerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran apresiasi tembang macapat.
2) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran
apresiasi tembang macapat dengan adanya pengembangan model
pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif.
3) Sebagai sarana untuk membina kreativitas siswa dalam
mengapresiasikan tembang macapat.
4) Mewujudkan pembelajaran apresiasi tembang macapat yang
inovatif.
c. Bagi sekolah
1) Meningkatnya kualitas sekolah dalam pembelajaran Bahasa Jawa
khususnya tembang macapat.
2) Melalui pengembangan model pembelajaran Ekspresi Estetika
Inovatif sekolah dapat memperoleh bibit-bibit siswa yang pandai
dalam pelajaran Bahasa Jawa dan siswa yang terampil melagukan
tembang macapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Apresiasi Tembang Macapat
a. Pengertian Apresiasi
Apresiasi di Sekolah Dasar merupakan suatu kompetensi yang wajib
dimiliki oleh siswa. Apresiasi terdapat pada Kompetensi Dasar pembelajaran
Bahasa Jawa. Namun demikian pengertian apresiasi sangat beragam, seperti
diungkapkan oleh beberapa ahli, diantaranya Aminuddin (2009) mengungkapkan
apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti mengindahkan atau
menghargai. Dalam Bahasa Inggris appreciate yang berarti “menyadari,
memahami, dan menilai”. Ketika dibedakan menjadi appreciation yang artinya
“penghargaan, pemahaman, dan penghayatan” (hlm. 34). Sedangkan Dick
Hartoko (1987) mengartikan “apresiasi sebagai penghargaan. Apresiasi sastra
adalah penghargaan karya sastra. Apresiasi berarti mengenal, memahami,
menikmati dan menilai” (hlm. 3).
Apresiasi merupakan suatu penghargaan terhadap karya seni. Hal ini
dapat dikaitkan dengan kesimpulan seorang peneliti yang menyatakan “apresiasi
biasanya dikaitkan dengan seni” (Waluyo, 2001: 44). Begitu juga Sukarya (2008)
berpendapat “apresiasi dapat juga diartikan berbagi pengalaman antara penikmat
dan seniman, bahkan ada yang menambahkan, menikmati sama artinya dengan
menciptakan kembali” (hlm. 5.1).
Apresiasi dapat diartikan sebagai suatu pendekatan dari diri penikmat terhadapsuatu karya seni pada umumnya. Cakupan apresiasi amatlah luas, meliputiberbagai aspek kehidupan manusia, khususnya yang mengandung nilai padatingkatan yang lebih tinggi, seperti kesenian (lukis, musik, sastra, tari, dan lain-lain), budi pekerti, dan kehidupan beragama. (Yus Rusyana,1979: 23).
Mengenai apresiasi, Soedarso berpendapat bahwa “apresiasi adalah
mengerti dan menyadari sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi
sensitif terhadap segi-segi estetiknya sehingga mampu menikmati dan menilai
karya tersebut dengan semestinya” (1990: 5).
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Sedangkan Dharsono (2005) mengungkapkan apresiasi seni merupakan
proses sadar yang dilakukan peghayat dalam menghadapi dan menghargai karya
seni. Apresiasi tidak sama dengan penikmatan, mengapresiasi adalah proses
pengenalan nilai karya seni untuk menghargai, dan menafsirkan makna (arti) yang
terkandung di dalamnya (hlm. 38).
Pendapat lain mengenai apresiasi juga dikemukakan oleh Hardy (2005)
yang mengungkapkan “seseorang yang appreciate terhadap sesuatu maka orang
tersebut menikmati (enjoy) sesuatu tersebut (enjoyment)” (hlm. 15), dan Dewey
(2001) yang menyatakan bahwa “apresiasi dapat dimaknai sebagai menikmati
suatu pengalaman atau kesenangan (enjoyment) terhadap sesuatu” (hlm. 248).
Pendidikan Seni yang berkaitan dengan apresiasi, Sukarya
mengungkapkan secara umum apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni
berarti, mengerti sepenuhnya seluk-beluk sesuatu hasil seni serta menjadi sensitif
terhadap segi-segi estetikanya. Apresiasi dapat juga diartikan berbagi pengalaman
antara penikmat dan seniman, bahkan ada yang menambahkan, menikmati sama
artinya dengan menciptakan kembali. Tujuan pokok penyelenggaraan apresiasi
seni adalah menjadikan masyarakat "melek seni" sehingga dapat menerima seni
sebagaimana mestinya. Dengan kata-kata yang lebih lengkap, apresiasi adalah
kegiatan mencerap (menangkap dengan pancaindera), menanggapi, menghayati
sampai kepada menilai sesuatu (dalam hal ini karya seni) (2008).
Sependapat dengan Sukarya, Tom Barone&Liora Bresler (2005) dalam
International Journal of Education & the Arts menyatakan bahwa: “Art
Appreciation is a course designed to teach students to write and speak about the
content, form, and contexts of visual art”. Apresiasi Seni adalah program yang
dirancang untuk mengajarkan siswa untuk menulis dan berbicara tentang bentuk,
isi, dan konteks seni rupa.
Seorang pengamat perkembangan seni, Yayah (2004) mengungkapkan
bahwa “peristiwa apresiasi adalah perenungan tentang “pengertian” yang
diinterpretasikan, mempersoalkan interpretasi, menimbangnya dengan fakta-fakta
lain, mempertimbangkan kebenaran, dan sampai dimana maknanya” (hlm. 133).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Sedangkan rekannya mendefinisikan apresiasi sebagai dicapainya kemampuan
untuk memahami kesenian dengan penuh pengertian (Atiqa, 2004).
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, terdapat berbagai makna dari
apresiasi, tergantung darimana kita melihat apresiasi tersebut. Secara garis besar,
yang disebut sebagai apresiasi adalah suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan
suatu pemahaman, pemanfaatan, ketertarikan, kesenangan, perhatian, dan
partisipasi.
b. Apresiasi untuk Siswa SD
Telah dipaparkan di depan bahwa apresiasi merupakan salah satu
Kompetensi yang harus dicapai oleh siswa Sekolah Dasar (SD). Yus Rusyana
menjelaskan bahwa apresiasi terdiri atas tiga tingkatan, yaitu tingkat pertama
terjadi apabila seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam karya itu
dengan terlibat secara intelektual, emosional, dan imajinatif. Apresiasi tingkat
kedua adalah apabila daya intelektual pembaca lebih giat, dan mampu
memperoleh pengalaman yang lebih dalam serta kenikmatan yang lebih tinggi.
Pada tingkat ketiga, pembaca menyadari pula adanya hubungan antara karya
sastra itu dengan dunia di luarnya, sehingga pemahaman dan penikmatannya pun
dapat dilakukan secara lebih luas dan mendalam (1979).
Pendapat lain berkaitan dengan tahapan apresiasi dikemukakan Bastomi
(1981/1982) bahwa tahapan apresiasi, yaitu: kegiatan mengamati, kegiatan
menghayati, kegiatan mengevaluasi, dan kegiatan berapresiasi (Sukarya, 2008:
5.2).
1) Kegiatan Mengamati
Pada tahap kegiatan ini pengamat melakukan reaksi terhadap
rangsangan yang datang dari objek. Bentuk kegiatan yang dilakukan
pengamat berupa observasi, meneliti dan menganalisa, menilai objek,
sehingga terjadi tanggapan tentang objek itu.
2) Kegiatan Menghayati
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan penghayat adalah
mengadakan seleksi terhadap objek sehingga terjadi proses penyesuaian
antara nilai yang terkandung di dalam objek dengan hasil pengamatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dilakukan oleh penghayat. Pada tahap ini penghayat dapat menerima nilai-
nilai estetis yang terkandung di dalam objek itu, namun demikian ada
kalanya penghayat menerimanya tanpa kesadaran dan tanpa kritik, sehingga
seluruh objek diterima sepenuhnya.
3) Kegiatan Berapresiasi
Pada tahap kegiatan berapresiasi perasaan seseorang telah tergetar
oleh seni dan hanyut bersama-sama seni itu. Apresiator merasa bahwa
dirinya berada di dalam karya itu, artinya ia seakan-akan merasakan sendiri
apa yang dirasakan oleh pencipta dapat memproyeksikan diri ke dalam
bentuk hasil seni, perasaannya ditentukan oleh apa yang diketemukan di
dalamnya.
Metodologi yang dikembangkan di kelas adalah pengalaman praktik dan
apresiasi siswa. Pengalaman praktik ini terkait dengan proses kreatif siswa dalam
merespon stimulus yang diberikan guru. Pengalaman apresiasi siswa diperoleh
melalui pengamatan, analisis, dan evaluasi terhadap materi yang disajikan oleh
guru secara audio-visual (Yayah, 2004: 126).
Jadi apresiasi untuk siswa sekolah dasar yaitu sampai tahapan atau
tingkatan ketiga yaitu apresiasi tingkat dasar. Dimulai dari melihat atau
mengamati hingga siswa dapat mengapresiasi atau memberikan penilaian terhadap
suatu karya yaitu tembang macapat.
c. Pengertian Tembang Macapat
Tembang macapat merupakan suatu bentuk karya seni yang terdapat pada
zaman nenek moyang kita saat masa-masa sebelum kemerdekaan. Banyak tokoh-
tokoh masyarakat yang menciptakan suatu karya seni yang berkembang di
Indonesia yang berkembang hingga saat ini bahkan dijadikan sebagai kebudayaan
bangsa yaitu tembang macapat. Berkaitan dengan hal tersebut pengertian tembang
macapat muncul dari beberapa ahli diantaranya Saputra (2001) menyebutkan,
“macapat adalah suatu bentuk puisi Jawa yang menggunakan bahasa Jawa baru,
diikat oleh persajakan yang meliputi guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu”
(hlm. 121). Di sisi lain, Soetarno (mengutip pendapat R. Tanojo) dalam bukunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
yang berjudul “Kumpulan Makalah tentang Budaya Nusantara” mengaakan
“macapat lagu adalah serat waosan ke empat yang lebih dikenal dengan nama
macapat atau sekar Alit” (2007: 6). Bisa juga macapat menjadi maca papat-papat
yang artinya dibaca setiap empat suku kata, Mardimin menyatakan bahwa
tembang macapat berasal dari kata maca+cepat yang artinya dibaca cepat (1990).
1) Macam-macam Tembang Macapat
Jenis tembang tergolong dalam tembang macapat terdapat 11
Sadjijo Prawiraisastra (1991) menjelaskan bahwa adanya
bermacam-macam nama tembang, macapat itu pertanda bahwa penggunaan
pupuh tembang itu tidak boleh sekehendak hati, melainkan harus
disesuaikan dengan sifat/watak tembang (pupuh tembang) tersebut (hlm.
402-425). Secara tradisional, sifat/watak tembang itu dikatakan :
a) Pocung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Berwatak sesuka hati, lucu, menggelikan. Cocok untuk
menggambarkan hal-hal yang menggelikan dan kurang
kesungguhan.
b) Gambuh
Kekeluargaan, familier, sumadulur. Cocok untuk pengungkapan
hal-hal yang bersifat kekeluargaan, nasehat, kependidikan,
kesungguhan hati.
c) Pangkur
Bergairah, keras hati, marah. Cocok untuk pemberian nasehat yang
keras, cinta kasih berapi-api, cerita yang bernada keras.
d) Durma
Bersikeras, marah, bergairah. Cocok untuk mengungkapkan
kemarahan, rasa jengkel, cerita peperangan.
e) Maskumambang
Sedih, iba hati, menyesal. Cocok untuk melukiskan perasaan sedih,
memilukan dan penyesalan.
f) Megatruh
Sedih, prihatin, menyesal. Cocok untuk penggambaran hal-hal yang
mengandung rasa sedih, kecewa, dan penyesalan.
g) Mijil
Berwatak prihatin, cinta kasih. Cocok untuk pemaparan suasana
cinta kasih, keprihatinan, imbauan dan pengajaran.
h) Kinanthi
Bersifat senang, kasih sayang. Cocok untuk memberikan nasehat,
pemaparan kasih sayang, dan sebagainya.
i) Asmaradana
Kasih sayang, sedih, cinta asmara. Cocok untuk penggambaran hal-
hal yang mengandung rasa kasih sayang, asmara, dan sebagainya.
j) Sinom
Kasih sayang, lincah, tangkas. Cocok untuk hal-hal yang serba
lincah, melukiskan sifat kelincahan gerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
k) Dhandhanggula
Luwes, menyenangkan, menggembirakan. Cocok untuk
penggambaran berbagai hal/suasana.
3) Fungsi Tembang Macapat
Fungsi Sosial Tembang Macapat menurut Soetarno (2007)
a) Fungsi Penghayatan Estetika
Tembang macapat yang disajikan pada peristiwa tertentu / misalnya
dalam acara pernikahan atau seni pertunjukan akan memberikan
rasa keindahan bagi para pendengar.
b) Fungsi Hiburan
Tembang macapat tidak jarang dilagukan pada peristiwa dalam seni
pertunjukan seperti pertunjukan wayang.
c) Fungsi Komunikasi
Tembang macapat yang disajikan dalam seni pertunjukan tari,
legendarian, ketoprak, wayang kulit dalam bentuk palaran, adalah
merupakan wahana komunikasi antara tokoh-tokoh yang satu
dengan tokoh lain.
d) Fungsi sebagai Ungkapan Jatidiri
Upacara ruwatan di daerah Surakarta tidak jarang dilakukan dengan
cara melagukan tembang-tembang macapat seperti sekar
Dhandhanggula, Sinom dan sebagainya. Upacara ruwatan adalah
merupakan tingkah laku yang mempunyai kaitan dengan
kepercayaan tertentu. Dengan demikian upacara ruwatan dengan
tembang merupakan ungkapan jiwa seniman pelaku upacara yang
merupakan ungkapan jatidiri masyarakat pendukung budaya Jawa.
e) Fungsi sebagai Alat Propaganda
Lewat kesenian ternyata masyarakat lebih tertarik dan mudah
memahami pesan itu dan lebih efektif.
f) Fungsi sebagai Media Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Dalam siklus kehidupan manusia seperti dalam upacara kelahiran,
sepasaran, selapanan, perkawinan, midodareni, wetonan, sering
dilagukan tembang-tembang macapat yang syairnya/cakepannya
mengambil dari karya sastra seperti Wulangreh, Wedhatama,
Tripama dan sebagainya. Dengan demikian fungsi tembang di sini
adalah lebih pada fungsi pendidikan (hlm. 7).
4) Guru Gatra, Guru Wilangan dan Guru Lagu
a) Guru Gatra
Waluyo (1995) mengungkapkan guru gatra adalah tiap bait/pada
sekar macapat terdiri dari sejumlah gatra yang bersifat tetap bagi
“metrum” (nama pada) tembang yang sama (hlm. 6). Sutiman (2007)
guru gatra adalah kalimat lagu dari setiap baris (hlm. 3).
b) Guru Wilangan
Kurniatun (2005) menjelaskan bahwa guru wilangan adalah jumlah
suku kata pada setiap baris (hlm. 43). Waluyo (1995) mengatakan
bahwa guru wilangan ialah aturan jumlah suku kata dalam setiap
gatra pada sekar macapat tertentu (hlm. 6).
c) Guru Lagu
Sutiman (2007) menjelaskan guru lagu ialah jatuhnya suara (vokal a,
i, u, e, o) pada setiap akhir gatra (hlm. 3). Sedangkan Kurniatun
(2005) mengungkapkan guru lagu adalah bunyi vokal pada akhir
baris (hlm. 43).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tembang macapat terdiri
dari sebelas macam yang masing-masing memiliki watak tertentu dan mempunyai
banyak fungsi ataupun manfaat yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, tembang macapat juga mempunyai tiga unsur di dalamnya yaitu
meliputi guru gatra, guru wilangan dan guru lagu. Ketiga unsur tersebut
merupakan unsur yang sangat penting dalam tembang macapat karena merupakan
patokan atau ancer-ancer dari suatu tembang macapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Pengertian Apresiasi Tembang Macapat
Berkaitan dengan apresiasi tembang macapat, Sutardjo (1991)
menjelaskan dalam pemberian materi pembacaan sastra kapujanggan yang berupa
tembang macapat, sesungguhnya seseorang terlibat dalam proses berpikir
(keterampilan menyimak) yang memungkinkannya secara mandiri mampu
menyanyikan tembang macapat sastra kapujanggan (keterampilan membaca),
keterlibatan dalam kegiatan diskusi (keterampilan berbicara), dan menganalisa
tembang macapat (keterampilan menulis) (hlm. 3).
Apresiasi mengenai tembang macapat bisa dilakukan hanya dengan
mendengarkan tembang macapat yang dilagukan. Bisa juga dilakukan dengan
melihat orang yang melagukan tembang macapat. Kemudian mengomentari
tembang macapat tersebut sesuai apa yang didengar. Apresiasi tertinggi dari
tembang macapat yaitu dengan melagukan tembang macapat itu sendiri.
Berkaitan dengan apresiasi tembang macapat, Rizanur Gani (1980)
mengemukakan bahwa :
Pembelajaran sastra kapujanggan bertujuan membina apresiasi sastra karyapara raja dan pujangga dalam istana sentris dan mengembangkan kearifanmenangkap berbagai isyarat kehidupan. Karena sastra dalam keutuhanbentuknya menyentuh perilaku kehidupan kaum terdidik yang dapat mewarnailiku-liku hidup yang bersangkutan. Cakupannya minimal meliputi empatmanfaat, yaitu (1) menunjang keterampilan berbahasa (bernyanyi), (2)meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan rasa karsa, dan (4)pembentukan watak (hlm. 2).
Hal tersebut relevan dengan UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun
2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan (merupakan) proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, dan negara.
Apresiasi tembang macapat dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang di dalamnya melibatkan suatu
pemahaman, pemanfaatan, ketertarikan, kesenangan, perhatian, dan partisipasi
mengenai tembang macapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e. Pembelajaran Apresiasi Tembang Macapat di SD
Pembelajaran apresiasi tembang macapat di Sekolah Dasar terdapat pada
mata pelajaran Bahasa Jawa. Menurut Mulyana (dikutip dari Farida Nugrahani)
menjelaskan bahwa:
melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa, siswa diharapkan tumbuhmenjadi manusia yang berkepribadian luhur, berbudipekerti halus, memilikirasa kemanusiaan yang tinggi, dan peka untuk mengapresiasi budayanyasehingga mampu menyalurkan gagasan, imajinasi dan ekspresinya secarakreatif dan konstruktif. Pembelajaran Bahasa Jawa dapat dimanfaatkan untukpeningkatan pengetahuan dan pemahaman budaya, baik lokal maupun global.Melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa yang berwawasan multikultural,diharapkan dapat terbentuk lulusan yang mampu berpikir global namun tetapbertindak dengan karakteristik dan potensi lokal (think globally but act locally)(2008: 105).
Selain itu Sukarya (2008) menyatakan bahwa siswa SD memiliki
karakteristik melihat dunia secara holistik, memiliki minat, kemampuan dan cara
belajar yang spesifik (hlm. 11). Menurut Sarwiji Suwandi (2003), hasil
pendidikan yang demikian itu memiliki kualitas yang akan dapat
dipertanggungjawabkan baik secara lokal, nasional, maupun global (hlm. 2).
Sementara itu, menurut Budianta dkk (mengutip Danziger & Johnson), sastra
sebagai bentuk seni yang menggunakan medium bahasa, memiliki fungsi penting
dalam sosialisasi nilai-nilai budaya, moral, dan ideologi. Rosenblatt
(http://education.ua.edu. The University of Alabama) menambahkan bahwa tugas
sastra sebagai seni adalah menawarkan pengalaman yang unik tentang berbagai
model kehidupan. Melalui apresiasi sastra siswa dapat mengembangkan wawasan,
kepekaan perasaan dan pemahaman nilai- nilai kehidupan, sehingga tumbuh
kesadaran yang lebih baik terhadap diri dan masyarakat sekitarnya (2003: 7).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Jawa
di sekolah-sekolah sangatlah penting. Di Sekolah Dasar terdapat pelajaran Bahasa
Jawa yang masuk kurikulum Muatan Lokal dengan Standar Kompetensi yang
terdiri dari aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi
sastra. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian pada aspek apresiasi sastra
dengan materi tembang macapat. Berikut ini adalah SK dan KD yang harus
diajarkan di kelas IV semester II Sekolah Dasar :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Apresiasi Tembang
Macapat
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. MENDENGARKAN.
Mampu mendengarkan dan
memahami ragam wacana lisan
dalam berbagai ragam
bahasa(ngoko, kromo, dialek)
1.1 Mengapresiasi tembang macapat.
5. APRESIASI SASTRA.
Mampu mengapresiasi sastra jawa.
5.1 Mengapresiasi tembang macapat.
Materi tembang macapat yang diajarkan di SD khususnya kelas IV
semester 2 terdapat beberapa tembang macapat yang telah disesuaikan dengan
kurikulum dan tingkatan pendidikannya yaitu Sekar Pocung, Mijil, Megatruh dan
Gambuh. Contoh tembang-tembang tersebut adalah sebagai berikut :
Pocung, Laras Slendro Pathet Sanga
2 2 2 2 6 6 6 ! 5 5 3 2Ba-pak po- cung du- du wa- tu du- du gu- nung
6 ! 5 2 1 6Da- wa ka- ya u- la
6 ! ! ! 6 6 5 5An- cik an- cik we- si mi- ring
5 6 ! @ ! ! 6 5 6 ! @ !Yen lu- ma- ku si Po- cung ngum- bar su- wa ra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Mijil, Laras Pelog Pathet Nem
6 6 ! @ @ @ @ z@c! 2 3Ku- du- ku- du mrih a- wak pri- ba- di
! 6 ! ! z!c@ @La- li ing le- la- kon
@ @ # z!c@ 6 5 5 5 z6c5 3Ra- tu i- ku Ra- tu- ne wong a- keh
2 3 5 6 5 3 3 3 3 3Lan gu- nem- e ka- la- mun ti- na- ri
5 6 6 6 6 6Pa- sa- mu- wan sa- mi
2 3 5 5 z6c5 z3c2No- ra bi- sa me- tu
Megatruh, Laras Pelog Pathet Barang
7 5 6 7 7 6 7 5 3 5 6 7Si- gra mi- lir sang ge-thek si-nang- ga ba- jul
Namun tidak semua tembang tersebut diajarkan di kelas IV semester II.
Sesuai dengan kurikulum terdapat salah satu tembang saja yang diajarkan sesuai
dengan bahan ajar yang digunakan. Tembang-tembang lain di atas digunakan
untuk Standar Kompetensi mendengarkan yang akan dilagukan guru di depan
siswa dengan Kompetensi Dasar apresiasi tembang macapat. Dalam penelitian ini,
yang akan ditingkatkan adalah apresiasi terhadap tembang macapat Gambuh
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambuh, Laras Pelog Pathet Nem
2 3 5 5 5 3 z5c6Pra sis- wa wa- jib- i- pun
6 5 3 2 2 3 5 5 z3c5 6ku- du sre- gep nggo-ne ngu- di ngel- mu
2 1 y z1c2 2 2 2 2 3 1 y tma- ca bu- ku ngga-rap tu- gas o- ra la- li
1 2 2 2 3 1 2 3se- ko- lah- e o- ra mblu- rut
3 5 6 5 3 z2c3 1 2ge- ga- yuh- an bi- sa kla- kon
Pada semester I siswa diajarkan mengenai tembang macapat
Maskumambang, dan pada semester II siswa mendapat materi tembang macapat
Gambuh. Hal ini telah disesuaikan dengan bahan ajar di Sekolah Dasar sesuai
tingkatan kelasnya.
2. Hakikat Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
a. Pengertian Model Pembelajaran
Mengenai model, terdapat beberapa pengertian diantaranya Suprijono
(mengutip dari Mills) yang mengutarakan model merupakan bentuk representasi
akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok
orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi
terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem
(2003: 7). Lain halnya dengan Smith (mengutip pendapat Dorin) yang
mengartikan model sebagai sebuah gambaran mental yang membantu kita
memahami sesuatu yang tidak bisa kita lihat alami secara langsung (2009: 77).
Sedangkan mengenai pembelajaran, dapat diartikan bahwa pembelajaran
merupakan terjemahan dari learning. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal
berarti proses, cara, atau perbuatan mempelajari. Isjoni (2010) menjelaskan
“pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta
didik melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran bertujuan agar efisiensi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dapat terwujud” (hlm.
11). Sedangkan menurut Suprijono (2009) pada “pembelajaran guru mengajar
diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu
seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru” (hlm. 13).
Jika kedua pengertian diatas digabung maka diperoleh pengertian
mengenai model pembelajaran. Sugiyanto (mengutip pendapat Winataputra)
mengungkapkan model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan pengajar dalam membuat rencana dan melakukan
kegiatan pembelajaran (2008: 7). Sedangkan Suprijono (2009) menjelaskan
“model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial” (hlm. 46).
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat diperoleh pengertian model
pembelajaran dapat diartikan sebagai rancangan atau prosedur yang sistematis dan
dapat digunakan sebagai pedoman untuk memudahkan proses pembelajaran dalam
mencapai suatu tujuan belajar.
b. Pengertian Pengembangan
Pengembangan mempunyai beberapa pengertian. Di bawah ini terdapat
beberapa pengertian pengembangan yang didefinisikan menurut para ahli.
Pengembangan menurut Wiryokusumo (2008) adalah upaya pendidikan baik
formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah,
teratur, dan bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,
membimbing, dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh
dan selaras, pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta
kemampuan-kemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa
sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesama, maupun
lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi
yang optimal dan pribadi yang mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Stanley I. Greenspan (2004) dalam The Journal of Developmental and
Learning Disorders menyatakan bahwa “Development is a transactional process,
a wide variety of environmental interactive experiences can produce physical
changes and visa versa”. Pengembangan adalah proses transaksional, berbagai
pengalaman interaktif lingkungan dapat menghasilkan perubahan fisik dan
sebaliknya.
Setiap manusia yang hidup akan berkembang, begitu juga dengan
pengetahuan dan kreativitas. Berkaitan dengan hal tersebut Sukarya (2008)
mengungkapkan pengembangan pengetahuan dan pengalaman diperlukan untuk
memperkaya tujuan apresiasi yang meliputi respek untuk para ahli, penilaian
produk yang dihasilkan oleh kemampuan para ahli, perasaan/pemahaman
mengenai ”emotions function cognitively” untuk aturan yang dimainkan oleh seni
rupa dalam kebudayaan manusia, dan rasa toreransi bagi perbedaan orang- orang,
kelompok, budaya, gambar dan objek/benda (hlm. 5.5.2).
Mengenai pengembangan kreativitas juga diungkapkan Csikszentmihalyi
(1996) mengkaji ciri-ciri atau faktor-faktor yang memungkinkan atau membantu
kreativitas seseorang muncul dan berkembang. Ia menegaskan bahwa mungkin
ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis
(genetic predisposition) untuk ranah tertentu. Seseorang yang sistem sensorinya
peka terhadap warna dan cahaya lebih mudah menjadi pelukis, sedangkan
seseorang yang mempunyai kepekaan terhadap nada lebih mudah
mengembangkan bakat dalam musik. Selain itu, yang juga penting adalah minat
pada usia dini untuk ranah tertentu. Minat itulah yang menjadikan mereka terlibat
secara mendalam terhadap ranah itu, sehingga mencapai kemahiran dan
keunggulan kreativitas (hlm. 50).
Pengembangan hampir didefinisikan seperti perubahan. Sebagaimana
dinyatakan Arifin (2007) bahwa “pengembangan bila dikaitkan dengan
pendidikan berarti suatu proses perubahan secara bertahap kearah tingkat yang
berkecenderungan lebih tinggi dan meluas dan mendalam yang secara menyeluruh
dapat tercipta suatu kesempurnaan atau kematangan” (1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Pengembangan dapat disimpulkan sebagai perubahan menuju kearah
yang lebih baik menuju kemampuan yang lebih mendalam agar tercipta suatu
kesempurnaan.
c. Pengertian Ekspresi Estetika
Edi Darmawan (mengutip pendapat Charles Burnette) mengungkapkan
bahwa “ekspresi merupakan pengalaman dari suatu keindahan yang diapresiasikan
lebih atau kurang dari tampilan bentuk yang bagus dan terpilih dalam gambaran
fikiran dan apa yang kita lihat” (2005: 16). Sedangkan Poedio Boedojo (1986)
mengatakan “ekspresi adalah suatu hal yang nyata, maka seseorang yang
mengamati harus mengartikan hal yang diamati sama dengan orang yang
membuat hal tersebut mengartikan hal tersebut” (hlm. 18).
Estetika berasal dari bahasa Yunani aisthetika berarti hal-hal yang dapat
diserap oleh pancaindera. Oleh karena itu estetika sering diartikan sebagai
persepsi indera (sense of perception). Jelantik mengatakan bahwa estetika adalah
suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan,
mempelajari semua aspek yang disebut keindahan (1999). Sedangkan Sachari
(menerjemahkan pendapat Van Mater Ames) mengungkapkan estetika merupakan
suatu telaah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik terhadap
karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan peranan
seni dalam perubahan dunia (2007: 3).
Di sisi lain Dharsono (2005) berpendapat bahwa estetika kadang-kadang
dirumuskan sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan “teori keindahan”
(Theory of beauty). Jika definisi keindahan memberitahu orang untuk mengenali,
maka teori keindahan menjelaskan bagaimana memahaminya (hlm. 10). Menurut
Djelantik ( 1999) meyatakan bahwa estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek yang
disebut keindahan (hlm. 3).
Berkaitan dengan hal ini, Dharsono (mengutip pendapat dari Nooryan)
juga mengungkapkan bahwa semua bentuk seni beserta ekspresi estetis yang hadir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dan berkembang dalam setiap kebudayaan, cenderung berbeda dalam corak dan
ungkapan, dan mempunyai ciri khas masing-masing yang unik (2005: 114).
Secara kodrati, ekspresi estetis merupakan sifat fitrah dari manusia
disamping sifat kodrat yang lain, yakni untuk mengetahui sesuatu yang benar dan
menginginkan sesuatu yang baik. Dalam sejarah kehidupan manusia ada tiga
pokok nilai yang senantiasa ingin dicapai yakni kebenaran (truth), kebaikan
(goodness), dan keindahan (beauty). Tiga nilai tersebut merupakan satu kesatuan
yang utuh dan menjadi modal untuk menjadikan hidupnya lebih bermakna
(Balitbang Diknas, 2008: 11-12).
Ekspresi estetika dapat disimpulkan sebagai suatu cara yang dilakukan
untuk mengungkapkan perasaan berdasarkan pengalaman yang telah dialami atau
diterima baik secara sadar ataupun tidak yang berhubungan dengan segala sesuatu
tentang keindahan.
d. Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
Menurut Bachman (2005) pembelajaran didefinisikan sebagai penciptaan
kondisi sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara optimal.
Sementara inovatif diartikan sebagai ide atau gagasan baru. Dengan demikian
pembelajaran inovatif adalah implementasi ide atau gagasan baru dalam tataran
mikro di kelas sehingga tercipta kondisi yang memungkinkan siswa belajar secara
optimal (hlm. 81).
Prinsip yang mendasari strategi pembelajaran inovatif menurut Wena
(2008), antara lain: (a) pemahaman dibangun melalui pengalaman, (b) pengertian
diciptakan dari usaha untuk menjawab pertanyaan sendiri dan memecahkan
masalah sendiri, (c) pembelajaran seharusnya mengembangkan insting alami
siswa dalam melakukan penyelidikan dan berkreasi; (d) strategi berpusat pada
siswa akan membangun ketrampilan berfikir kritis, penalaran, dan selanjutnya
kreativitas serta ketaktergantungan (hlm. 118).
Tujuan pendidikan ekspresi estetika ialah membimbing pertumbuhan
pribadi manusia, disamping membuat harmonis kepribadiannya dalam kelompok
sosial. Dan untuk itu pendidikan estetika menjadi sangat fundamental. Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
estetis hakaketnya berfungsi : (1) menjaga/memelihara kemampuan segala macam
persepsi dan sensasi; (2) mengkoordinasikan berbagai cara persepsi dan sensasi,
antara yang satu dengan yang lainnya dalam hubungannya kepada lingkungan; (3)
mengekspresikan perasaan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan; (4)
mengekspresikan dalam wujud bentuk dari segala macam pengalaman mental
(Sutjipto, 1973: 7).
Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif merupakan model
pembelajaran inovatif yang dapat digunakan untuk pembelajaran yang
berhubungan dengan nilai-nilai estetis atau keindahan, misalnya seni rupa, seni
suara, seni musik, ataupun sastra dengan cara yang inovatif dengan pembaharuan
pengalaman estetika yang diungkapkan melalui perasaan.
Adapun langkah-langkah pembelajaran model ini dikemukakan oleh
Balitbang Diknas (2008: 19) sebagai berikut :
1) Mengorientasikan siswa pada masalah;
Pada tahap ini siswa difokuskan pada suatu masalah atau
persoalan yang harus dikerjakan, baik secara kelompok ataupun individu.
Siswa dapat mengamati benda-benda di sekitar atau di sekelilingnya
untuk mendapatkan pemecahannya.
Seperti halnya Wena (mengutip pendapat Suharsono, 1991)
yang menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
sangat penting artinya bagi masa depan siswa. Persoalan tentang
bagaimana mengajarkan pemecahan masalah tidak akan pernah
terselesaikan tanpa memperhatikan jenis masalah yang ingin dipecahkan,
saran dan bentuk program yang disiapkan untuk mengajarkannya, serta
variabel-variabel pembawaan siswa (2009: 53).
2) Merancang proses pemecahan masalah atau menjawab
pertanyaan;
Proses pemecahan masalah diutarakan secara runtut dan rinci.
Pemecahan masalah dibicarakan secara kelompok. Dalam hal ini siswa
dituntut untuk menjawab pertanyaan dengan baik dan benar dan juga
mengemukakan pertanyaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Wena (mengutip dari Kramers, dkk, 1988) mengungkapkan
bahwa pemecahan masalah sistematis (systematic approach to problem
solving) adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi
untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalah sistematis terdiri atas
empat tahap, yaitu:
a. Memahami masalahnya.
b. Membuat rencana penyelesaian.
c. Melaksanakan rencana penyelesaian.
d. Memeriksa kembali, mengecek hasilnya (2009: 60).
3) Membimbing proses kreatif;
Siswa secara berkelompok mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru dengan idenya sendiri. Membuat suatu karya yang baik dan
bernilai tinggi. Dapat menghargai, menghayati suatu karya dengan
penggunaan media secara tepat.
Bachman (2005) mengemukakan bahwa dalam membentuk
proses kreatif sangat diperlukan pemahaman secara menyeluruh dan
menganalisa sasaran dasar dari persoalan. Sasaran ini sebaiknya dipecah
menjadi kemungkinan tingkatan terendah dan kemungkinan ekspresi
pailng sederhana ( hlm. 88).
4) Mengkomunikasikan hasil;
Hasil kerjasama kelompok dibahas di depan kelas bersama guru
dan siswa lainnya. Siswa saling berinteraksi secara multi arah dan
memberikan tanggapan kepada siswa lain yang mengkomunikasikan
hasil pekerjaannya. Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran baik
individu maupun kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
keaktifan siswa di dalam kelas. Dengan mengkomunikasikan hasil
diharapkan siswa lebih mampu mengutarakan apresiasinya terhadap
pelajaran yang diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5) Apresiasi dan konfirmasi;
Sikap apresiatif menjadikan siswa dapat menghargai sebenarnya
nilai yang ada di dalam kandungan seni. Timbal baliknya siswa dapat
menghargai perasaan sendiri, sehingga dapat mencapai kenikmatan dan
kepuasan karenanya. Dengan apresiasi siswa diharapkan mampu
mengutarakan atau mengekspresikan perasaannya melalui suatu karya
yang dimilikinya. Dilanjutkan dengan adanya konfirmasi yaitu suatu
tanggapan atau timbal balik dari siswa lain terhadap siswa yang
berapresiasi. Pemberian penguatan kepada siswa yang berhasil atau
mempunyai nilai baik.
Sukarya (2008) menuliskan apresiasi melalui pendekatan
aplikatif ditumbuhkan dengan melakukan kegiatan berkarya seni secara
langsung, di studio, di sekolah, di rumah atau di mana saja. Melalui
praktek berkarya, apresiasi tumbuh dengan serta merta akibat dari
pertimbangan dan penghayatan terhadap proses berkarya dalam hal
keunikan teknik, bahan, dsb (hlm. 5.1.14).
6) Evaluasi dan refleksi.
Evaluasi dilaksanakan diakhir pelajaran. Evaluasi dapat berupa
evaluasi kelompok atau individu. Pengadaan tanya jawab guru kepada
siswa dan siswa kepada guru tentang materi yang dipelajari. Pemberian
umpan balik kepada siswa. Yayah dan Atiqa (2004) mengungkapkan
bahwa evaluasi dalam pendidikan seni harus mempunyai bentuknya
sendiri disesuaikan dengan karakteristik pelajarannya yang lebih
mengutamakan aspek apresiasi dan kreativitas. Bentuk evaluasinya pun
harus bertolak dari keduanya (hlm. 145).
e. Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif
Mengenai pengembangan model pembelajaran ekspresi estetika inovatif,
Balitbang Diknas (2008) menjelaskan bahwa:
Model pembelajaran yang dikembangkan ini didukung oleh teori Bandura yangterkenal dengan teori belajar sosial. Menurut teori ini, seseorang belajarmelalui pengamatan secara selektif perilaku orang lain (model) yang menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Di dalam model pembelajaran, model yang akan di tiru oleh siswa berasal darifenomena atau proses atau perilaku masyarakat yang ada di sekitar siswa. Sifatintegratif pembelajaran ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuansiswa dalam melihat sistem, bahwa semua proses yang terjadi pada dasarnyatidak sendiri, tapi kait-mengkait satu sama lain (hlm. 18-19).
Tujuan pengembangan model ini adalah untuk: eksplorasi, optimalisasi,
dan pemberdayaan seluruh potensi siswa melalui olah hati, olah pikir, olahrasa,
dan olah raga. Tujuan khusus adalah pengembangan kecakapan hidup dan
mengefektifkan capaian akademik siswa (konsepsi, apresiasi, dan kreasi).
Sedangkan asumsi yang mendasari model pembelajaran inovatif ini adalah: (a)
Siswa belajar melalui pengamatan selektif terhadap perilaku yang menyenangkan;
(b) Siswa belajar secara aktif merangkai pengalaman untuk membangun
pengetahuannya sendiri; (c) Siswa belajar tidak bisa dilepaskan dari konteksnya
(budaya, lingkungan, kehidupan, sosial); (d) siswa merupakan makhluk sosial
sekaligus makhluk individu; (e) Belajar merupakan proses sosial sekaligus proses
individual; (f) Belajar bukan hanya kerja otak tapi juga merupakan kerja melalui
multi indra; (g) Belajar berlangsung dalam konteks menyenangkan;dan (h) Belajar
merupakan proses membangun makna dan berlangsung kontinyu.
Berdasarkan uraian di atas, pengembangan model pembelajaran ekspresi
estetika inovatif merupakan upaya perubahan model pembelajaran tersebut
dengan cara yang lebih bervariasi dan mampu meningkatkan kreativitas siswa
dalam pembelajaran seni budaya khususnya tembang macapat. Dalam penelitian
ini peneliti mengembangkan model pembelajaran pada media yang digunakan,
dan langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan. Pengembangan model
pembelajaran ekspresi estetika inovatif berkaitan dengan karya seni, karya sastra,
dan budaya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Heni Sri Sugiyarti (2009) dalam skripsinya yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Tembang Macapat Dengan Pendekatan
Kontekstual Elemen Masyarakat Belajar pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Jatiyoso Kabupaten Karanganyar”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan
Pendekatan Kontekstual Elemen Masyarakat Belajar hasil tes menunjukan adanya
peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi tembang macapat.
Peningkatan kemampuan mengapresiasi tembang macapat prasiklus ke siklus I
sampai siklus II dapat dilihat dari nilai siswa yang masuk kategori baik.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-
sama mengkaji apresiasi tembang macapat. Perbedaannya terletak pada bentuk
tindakan yang dilakukan.
Lina Ratnawati (2009) dalam skripsinya yang berjudul ”Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Puisi melalui Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Siswa Kelas V SD Negeri Jono 1
Tanon Sragen”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran apresiasi puisi. Penelitian dilakukan sampai tahap siklus III dengan
tercapainya indikator kinerja yang telah ditentukan. Persamaan dengan penelitian
ini adalah sama-sama mengkaji tentang apresiasi, namun berbeda pada masalah
apresiasi yang diteliti yaitu mengenai apresiasi puisi dan bentuk tindakan yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL).
Widada (2007) dalam tesisnya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
Apresiasi Puisi dengan Strategi Pembelajaran Cooperative Learning pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 Boyolali”. Penelitian ini dilakukan hingga tiga siklus
dengan peningkatan sebesar dan menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran
Cooperative Learning dapat meningkatkan apresiasi puisi pada siswa kelas VII
SMP 2 Boyolali tersebut. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel
apresiasi, namun apresiasi yang diteliti berbeda yaitu mengenai apresiasi puisi.
Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian yang dilakukan yaitu tesis, dan
juga pada variabel yang mengobati yaitu menggunakan strategi pembelajaran
Cooperative Learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan observasi awal dan pengamatan mengenai kondisi awal
sebelum tindakan dilaksanakan, diperoleh gambaran bahwa apresiasi tembang
macapat siswa kelas IV SDN 01 Ngepungsari rendah apabila dibandingkan
dengan nilai aspek-aspek keterampilan pada mata pelajaran yang lain. Hal ini
karena dari 20 siswa, ada 12 siswa atau 60% yang belum memenuhi KKM ≥ 75.
Selain itu metode mengajar guru yang kurang inovatif dan kurang bervariasi
dalam menggunakan model pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan model
pembelajaran yang tepat agar apresiasi siswa terhadap tembang macapat
meningkat.
Peneliti memberikan solusi melalui pengembangan model pembelajaran
ekspresi estetika inovatif untuk diaplikasikan di dalam pembelajaran apresiasi
sastra Bahasa Jawa. Penelitian ini menggunakan model pelatihan untuk mengukur
apresiasi siswa. Peneliti bekerjasama dengan guru kelas merumuskan bentuk
pembelajaran yang menarik dan menimbulkan minat siswa untuk mengapresiasi
tembang macapat. Salah satu upaya menarik minat siswa adalah dengan model
pembelajaran yang menarik. Bila tindakan tersebut dilakukan, maka diduga
pembelajaran apresiasi tembang macapat akan berlangsung aktif dan menarik. Di
dalam pembelajaran Bahasa Jawa khusunya apresiasi tembang macapat dengan
pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Estetika Inovatif ini nantinya siswa
diajak untuk belajar inovatif dengan media yang menarik dalam model
pembelajaran yang menyenangkan. Indikator ketercapaian yang akan diraih dalam
penelitian adalah 70 % pada siklus I dan 80 % pada siklus II dan apabila belum
berhasil pada siklus II maka akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Pada kondisi akhir setelah menggunakan model pembelajaran Ekspresi
Estetika Inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi tembang macapat
maka apresiasi siswa terhadap tembang macapat meningkat. Perwujudan
pembelajaran apresiasi yang demikian itu, cenderung membuat siswa akan lebih
tertarik, senang, aktif, dan termotivasi. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka
berpikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka diduga
terdapat peningkatan apresiasi tembang macapat melalui pengembangan model
pembelajaran ekspresi estetika inovatif pada siswa kelas IV SDN 01 Ngepungsari
Tahun Ajaran 2011/2012.
KondisiAwal
KondisiAkhir
Tindakan
a. Pembelajaran apresiasitembang macapat kuranginovatif
b. Pembelajaran apresiasikurang berhasil
c. Penggunaan modelpembelajaran kurangbervariasi.
Pembelajaran apresiasitembang macapat dengan
pengembangan modelpembelajaran
Ekspresi Estetika Inovatif
Melalui pengembangan modelpembelajaran Ekspresi Estetika
Inovatif dapat meningkatkanapresiasi tembang macapat
siswa SD Negeri 01Ngepungsari
1. Kemampuanapresiasi siswarendah.
2. Sebanyak 60% siswabelum mencapaiKKM ≥ 75
SiklusI
SiklusII
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 01 Ngepungsari yang beralamat Dusun
Kepuh, Desa Ngepungsari, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Tempat
ini dipilih karena pertama, peneliti sudah mengenal karakteristik siswa di sekolah
tersebut. Kedua, terdapat nilai apresiasi tembang macapat yang tergolong rendah
di kelas IV SDN 01 Ngepungsari. Sekolah ini terdiri dari 6 kelas mulai dari kelas I
sampai kelas VI, dengan jumlah siswa tiap kelas berkisar 20 sampai 35 siswa.
Sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran antara lain blackboard, alat
peraga, perpustakaan dan yang lainnya. Ruang kelas IV berada di tengah-tengah
antara kelas III dan kelas V, dan menghadap ke barat. Berdasarkan pengamatan
peneliti ruangannya cukup bersih dan penerangannya pun cukup bagus.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2011/2012,
selama 7 bulan, mulai dari bulan Januari 2012 sampai Juli 2012. Tahap
perencanaan dan persiapan dilaksanakan pada pertengahan bulan Januari 2012
sampai April 2012. Pelaksanaan pembelajaran apresiasi tembang macapat
dilaksanakan pada bulan Mei 2012 dengan perincian siklus I dilakukan sebanyak
tiga kali pertemuan yaitu dua kali disetiap minggu. Siklus II dilakukan sebanyak
tiga kali pertemuan selama dua minggu berturut-turut setelah pelaksanaan siklus I.
Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal pelajaran dan jam tambahan Bahasa Jawa
di kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Data yang diperoleh dan dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat
dari kegiatan peneliti di lapangan sehingga bentuk model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sedangkan pendekatan yang dilakukan
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dalam melaksanakan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau
isilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Slamet &
Suwarto (2007) mengemukakan PTK dilakukan bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas (sekolah) (hlm. 61).
PTK menggunakan strategi tindakan dari identifikasi masalah,
penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan
refleksi. Rangkaian kegiatan secara berurutan yang dimulai dari rencana indakan
sampai dengan refleksi disebut satu tindakan penelitian. Apabila dalam
pelaksanaan tindakan ditemukan permasalahan yang dapat mengganggu
tercapainya tujuan PTK maka guru dapat memperbaiki permasalahan tersebut
pada tindakan selanjutnya.
2. Strategi Penelitian
Pada strategi penelitian tindakan kelas, langkah-langkah yang diambil
adalah strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti
hanya satu sekolah. Adapun langkah-langkah pelaksanaan PTK meliputi : (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) analisis
dan refleksi. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat dalam gambar 2 :
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas
Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi Aksi
Observasi
Observasi
Perencanaan Ulang
AksiRefleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari
Kabupaten Karanganyar Tahun Ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 20 terdiri
dari 11 orang siswa perempuan dan 9 orang siswa laki-laki, serta guru kelas IV
Ibu Ami Rahayu. Peneliti memilih kelas ini karena berdasarkan pendekatan dan
survei awal, siswa kelas ini mempunyai kelemahan dalam mengapresiasi tembang
macapat. Objek penelitian ini adalah pembelajaran Bahasa Jawa (Muatan Lokal)
pada materi apresiasi tembang macapat di kelas IV SDN 01 Ngepungsari Tahun
Ajaran 2011/2012.
D. Sumber Data
Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan
pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Pertama yaitu informan,
dalam penelitian ini adalah guru kelas IV yaitu Ibu Ami Rahayu dan siswa kelas
IV SD Negeri 01 Ngepungsari yang berjumlah 20 anak karena dalam kelas ini
pembelajaran apresiasi tembang macapat masih tergolong rendah. Kedua, yaitu
peristiwa proses belajar mengajar apresiasi tembang macapat. Data yang
dikumpulkan yaitu data tentang bagaimana proses pembelajaran apresiasi
tembang macapat yang berlangsung di kelas IV. Sumber yang terakhir yaitu data
dokumen yang berupa nilai hasil apresiasi siswa, tes siklus I dan II, dan lembar
observasi guru dan siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Tes
Pemberian tes berupa tes individu dan kelompok. Setiap pertemuan
diberikan tes kepada siswa, pada pertemuan I&II diberikan tes kelompok pada
kegiatan elaborasi dan tes individu pada setiap akhir pertemuan. Pada akhir siklus
(pertemuan ketiga) diberikan tes khusus yang soal-soalnya merupakan gabungan
dari materi pertemuan I&II, serta tes praktik melagukan tembang macapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
(penilaian individu). Tes ini dilakukan kepada siswa kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran apresiasi
tembang macapat. Dengan diketahui hasil tes ini peneliti dapat merencanakan
kegiatan yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran.
Selain itu, tes digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan
pelaksanaan tindakan.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan terhadap dua hal, yaitu observasi terhadap
siswa dan observasi terhadap guru. Pertama, Observasi dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung yaitu pada saat pelaksanaan siklus I dan siklus II.
Peneliti bertindak sebagai observer mengisi data yang harus diobservasi pada
siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari. Observasi tersebut dilakukan untuk
mengamati perkembangan pembelajaran apresiasi tembang macapat yang
dilakukan siswa dan guru kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari sejak sebelum
pelaksanaan tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung yaitu
peneliti dan guru kelas IV sebagai pengamat langsung melihat dan mengadakan
pengamatan secara langsung pada kegiatan pembelajaran siswa, kemudian
mencatat kegiatan siswa dan peristiwa yang terjadi pada keadaan yang
sebenarnya.
Observasi yang kedua, adalah observasi terhadap guru (praktikan)
dilakukan oleh guru kelas IV dengan mengisi lembar observasi/penilaian terhadap
guru (praktikan). Hasil observasi peneliti kemudian didiskusikan dengan guru
yang bersangkutan untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui
berbagai kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi yang tepat. Observasi
terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas,
merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.
Sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran, motivasi dan minat siswa terhadap pembelajaran yang
berlangsung terutama pembelajaran apresiasi dengan menggunakan
pengembangan model pembelajaran ekspresi estetika inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
3. Teknik in-dept Interview (wawancara mendalam)
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan, yaitu sebelum
memasuki siklus I dan setelah pelaksanaan siklus II. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran apresiasi,
berbagai informan mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran
apresiasi, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, peneliti juga melakukan
wawancara dengan siswa untuk mengetahui model pembelajaran apresiasi yang
diterapkan oleh guru dan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap
cara mengajar yang digunakan oleh guru tersebut, serta untuk mengetahui
kemampuan apresiasi siswa.
4. Dokumentasi
Dokumen berupa data mengenai nilai apresiasi tembang macapat diambil
dari dokumentasi nilai siswa semester I yang digunakan peneliti untuk
merencanakan pembelajaran menggunakan pengembangan model pembelajaran
ekspresi estetika inovatif. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data berupa
nama siswa dan data nilai siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari,
Karanganyar. Selain itu, dokumentasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
apresiasi tembang macapat siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari.
Dokumentasi dilakukan oleh teman sejawat berupa video dan foto proses
pembelajaran. Dokumentasi dilakukan bertujuan untuk mengamati proses
pembelajaran apresiasi tembang macapat siswa kelas IV SD Negeri 01
Ngepungsari.
F. Validitas Data
Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Triangulasi Data
Peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia dalam
pengumpulan data. Membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan
suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.
Informasi dari narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari
narasumber lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode memanfaatkan sumber data yang berbeda-beda untuk
menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data yang berbeda-beda
untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data dari narasumber
dengan teknik wawancara mendalam yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan
mengadakan observasi secara cermat terhadap objek penelitian. Dengan demikian,
informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari
narasumber lain.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif
komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil
antarsiklus. Sedangkan teknik analisis interaktif berkaitan dengan data kualitatif.
Teknik analisis interaktif mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan
kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan
kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang
ada.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil
analisis dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap
berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Model analisis ini mempunyai tiga
komponen yaitu: (1) Reduksi Data (Data Reduction), (2) Penyajian Data (Data
Display), (3) Penarikan Kesimpulan (Verification) dan refleksi (Refflection).
Teknik analisis data seperti terlihat pada gambar berikut ini :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Sutopo (2002) menjelaskan reduksi data merupakan proses seleksi,
pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Dalam reduksi
data yang diperoleh dari hasil observasi yang ditulis dalam bentuk data,
dikumpulkan, dirangkum, dan dipilih hal-hal yang pokok, kemudian dicari
polanya. Jadi, data sebagai bahan data mentah singkat disusun lebih sistematis,
ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih tajam hasil pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dalam penelitian ini, juga mempermudah peneliti untuk mencatat kembali data
yang diperoleh bila diperlukan (hlm. 91).
2. Penyajian Data (Data Display)
Menurut Sutopo (2002), sajian data merupakan suatu rakitan organisasi
informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan. Pada tahap ini data yang telah direduksi dan dikelompokkan
dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk
melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis
dalam paparan data. Penyajian data adalah suatu sekumpulan informasi tersusun
yang memungkinkan penelitian dapat dilakukan dan adanya penarikan kesimpulan
tindakan (hlm. 92).
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Kegiatan ini dilakukan untuk memantapkan simpulan dari tampilan data
agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil analisis yang
terdapat dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu simpulan.
Penarikan simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara
bertahap mulai dari simpulan sementara, simpulan yang ditarik pada akhir siklus
I, dan simpulan terakhir yaitu pada akhir siklus II. Simpulan yang pertama sampai
dengan yang terakhir harus terkait. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk
menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
Menurut Sutopo (2002: 96) model analisis interaktif dapat ditampilkan
pada Gambar 2 :
Gambar 3.2 Model Analisis Interaktif
Pengumpulan data
Penarikan simpulan/verifikasi
Reduksi data Sajian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
H. Indikator Kinerja
Indikator ketercapaian tujuan dari penelitian mengenai apresiasi tembang
macapat siswa kelas IV SD Negeri 01 Ngepungsari dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 3.2 Indikator Ketercapaian Tujuan
Aspek yang Diukur Presentase Siswa
yang Ditargetkan
Cara Mengukur
Kemampuan siswa dalam
menyanyikan tembang
macapat
70%
Dinilai dari hasil praktik
individu menyanyikan
tembang macapat di depan
kelas.
Kemampuan siswa
memahami materi
tentang apresiasi
tembang macapat
80%
Dihitug dari jumlah siswa
yang mendapat nilai
ketuntasan belajar (KKM)
sesuai yang ditetapkan di
sekolah sebesar ≥ 75.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
sebagaimana Arikunto (2008) mengembangkan kerangka berpikir (mengutip dari
Supardi) bahwa prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut:
(1) perencanaan (planing); (2) penerapan tindakan (action); (3) mengobservasi
dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation); dan (d)
melakukan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan
yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) (hlm. 104).
Secara jelas langkah-langkah penelitian tersebut dapat digambarkan pada
gambar 3.1 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Gambar 3.3 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2008:74)
Tahapan-tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. SIKLUS I
Pertemuan I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan persiapan yang
meliputi :
1) Guru membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) untuk
pembelajaran apresiasi tembang macapat dengan menggunakan model
pembelajaran ekspresi estetika inovatif.
Permasalahan PerencanaanTindakan I
PelaksanaanTindakan I
Refleksi I Pengamatan/Pengumpulan
Data I
PerencanaanTindakan II
PelaksanaanTindakan II
Refleksi IIPengamatan/
Pengumpulan Data
Permasalahanbaru hasilrefleksi
Apabila Permasalahanbelum terselesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2) Menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran apresiasi tembang macapat.
3) Membuat soal tes, baik individu maupun kelompok.