perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN ANSIETAS PADA PENDERITA ASMA BRONKIALE SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dhiandra Dwi Hapsari G.0009058 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012
75
Embed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN KUALITAS .../Hubung… · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN ANSIETAS PADA PENDERITA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN ANSIETAS
PADA PENDERITA ASMA BRONKIALE
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Dhiandra Dwi Hapsari
G.0009058
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ..................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ...................................... ............................................. 7
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Ada hubungan antara kualitas tidur
dengan ansietas pada penderita asma bronkiale”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan
pendekatan cross sectional, yaitu variabel bebas (faktor risiko) dan
variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang
sama (Arief, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Moewardi pada bulan April -
Mei 2012.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Semua pasien asma yang memeriksakan diri di Poliklinik Paru
RSUD Dr. Moewardi pada bulan April - Mei 2012.
2. Sampel Penelitian
Setiap pasien asma yang memeriksakan diri di Poliklinik Paru
RSUD Dr. Moewardi pada bulan April - Mei 2012 yang masuk
dalam kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
3. Kriteria Subjek Penelitian
a. Kriteria Inklusi:
1) Pasien berumur 18 tahun ke atas
2) Didiagnosis menderita asma oleh Dokter Ahli Paru di
RSUD Dr. Moewardi
3) Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani
informed consent
4) Pasien asma dengan pendidikan terakhir minimal SMP
b. Kriteria Eksklusi:
1) Tidak ada eksaserbasi dalam waktu satu bulan terakhir
2) Menderita penyakit lain dengan diagnosis banding asma
3) Menderita penyakit berat dan kronis maupun kelainan jiwa
berat
D. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling
yaitu purposive sampling di mana setiap yang memenuhi kriteria di
atas dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu yang
ditetapkan. Jenis purposive sampling yang akan digunakan adalah
fixed-exposure sampling. Fixed exposure sampling merupakan skema
pencuplikan yang dimulai dengan memilih sampel berdasarkan status
paparan subjek, yaitu terpapar dan tidak terpapar oleh faktor yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
diduga mempengaruhi terjadinya penyakit, sedangkan status penyakit
subjek bervariasi mengikuti status paparan subjek (Murti, 2006).
Sampel yang sesuai dengan kriteria di atas menggunakan n = 30 tiap
masing-masing kelompok sampel. Penentuan n = 30 didasarkan atas
“Rule of Thumb” atau patokan dasar umum, setiap penelitian yang
akan dianalisis secara bivariat membutuhkan sampel minimal 30
subjek penelitian (Murti, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
E. Alur Penelitian
Keterangan :
TMAS = Taylor Manifest Anxiety Scale
PSQI = Pittsburgh Sleep Quality Index
Mengisi
Kuesioner PSQI
Mengisi
Kuesioner PSQI
Penderita Asma
Kriteria
Inklusi
Kriteria
Eksklusi
Mengisi Kuesioner TMAS
Pasien Asma dengan
Ansietas
Kualitas
Tidur Baik
Kualitas
Tidur Buruk
Analisis bivariat Uji Chi Square
Tabel 2x2
Pasien Asma tanpa
Ansietas
Kualitas
Tidur Baik
Kualitas
Tidur Buruk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
F. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas : Ansietas menurut kriteria TMAS
2. Variabel tergantung : Kualitas tidur menurut kriteria PSQI
3. Variabel perancu :
a. Terkendali : Umur, penyakit dengan diagnosis
banding asma, gangguan medis lain yang
dapat menyebabkan gangguan tidur,
gangguan tidur akibat zat
b. Tidak Tekendali : Subjektivitas responden dalam mengisi
kuesioner
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Ansietas menurut kriteria Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
a. Definisi: Kategori ansietas adalah pasien dengan skor TMAS >
21, sedangkan kategori tanpa ansietas adalah pasien dengan
skor ≤ 21 (Azwar, 2009).
b. Sumber data: Data primer pasien.
c. Alat ukur: Kuesioner TMAS.
d. Skala pengukuran: Nominal dikotomik, mengkategorikan
menjadi ansietas dan tanpa ansietas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. Kualitas tidur menurut kriteria Pittsburgh Sleep Quality Index
(PSQI)
a. Definisi: Kualitas tidur baik jika total nilai PSQI ≤ 5 sedangkan
kualitas tidur buruk jika total nilai PSQI > 5 (Backhaus et al.,
2002).
b. Sumber data: Data primer pasien.
c. Alat ukur: Kuesioner PSQI.
d. Skala pengukuran: Nominal dikotomik, mengkategorikan
menjadi kualitas tidur baik dan buruk.
H. Alat dan Bahan Penelitian
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Informed Consent
2. Formulir Biodata
3. Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)
4. Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
5. Kuesioner riwayat penyakit penyerta dan riwayat konsumsi zat
I. Cara Kerja
1. Melakukan wawancara dengan pasien yang telah terdiagnosis asma
dan bersedia untuk mengisi informed consent meliputi:
a. Wawancara mengenai data diri pasien (nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
b. Menjelaskan mengenai maksud, tujuan, serta manfaat
penelitian kepada pasien dan mendapat persetujuan
keikutsertaan dalam penelitian dengan penandatangan informed
consent.
c. Mengisi kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS).
d. Mengisi kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
e. Mengisi kuesioner riwayat penyakit penyerta dan riwayat
konsumsi zat.
2. Cara mengisi kuesioner TMAS dan PSQI
a. Memberikan penjelasan secukupnya pada pasien.
b. Mendampingi pasien ketika akan mengisi kuesioner.
c. Mempersilakan pasien untuk bertanya ketika menemui
kesulitan dalam mengisi kuesioner.
d. Jika pasien tidak dapat mengisi sendiri maka peneliti dapat
melakukan wawancara terhadap pasien dalam pengisian
kuesioner.
3. Menghitung skor TMAS dan mengelompokkannya dengan cara:
a. Setiap soal pada kuesioner TMAS mempunyai sistem skoring
tersendiri tergantung termasuk pada pertanyaan favourable atau
nonfavourable. Pernyataan yang favourable bila dijawab
dengan jawaban “ya” diberi nilai 1 dan jawaban “tidak” diberi
nilai 0. Namun, untuk pernyataan yang unfavourable bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dijawab dengan jawaban “ya” diberi nilai 0 dan jawaban
“tidak” diberi nilai 1.
b. Skor tiap soal tergantung jawaban pasien.
c. Jumlah skor TMAS ≤ 21 dinyatakan responden tidak cemas
sedangkan bila skor TMAS > 21 dinyatakan responden cemas
(Azwar, 2009).
4. Menghitung skor total PSQI
a. Setiap soal pada kuesioner PSQI mempunyai sistem skoring
tersendiri.
b. Skor tiap soal tergantung jawaban pasien.
c. Skor kemudian dijumlahkan dan dikelompokkan menjadi dua
kualitas tidur baik atau buruk. Kualitas tidur baik jika total nilai
PSQI ≤ 5 sedangkan kualitas tidur buruk jika total nilai PSQI >
5 (Backhaus et al., 2002).
5. Menilai perbedaan kualitas tidur menurut PSQI pada pasien asma
dengan ansietas dan tanpa ansietas menurut TMAS.
J. Teknik Analisis Data
Data penelitian dianalisis menggunakan program Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) 18.0 for Windows. Karakteristik
data sampel yang bersifat kategorikal akan dideskripsikan dalam
frekuensi dan persen. Adapun, karakteristik data sampel yang berskala
kontinu akan dideskripsikan dalam frekuensi, mean, dan Standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Deviasi (SD). Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan analisis bivariat uji Chi-Square. Variabel bebas dan
variabel terikat akan dianalisis secara bivariat menggunakan uji Chi-
Square untuk mengamati apakah hubungan yang teramati antara kedua
variabel secara statistik bermakna ataukah peran peluang terlalu besar
sehingga keterkaitan yang teramati tidak bermakna. Data diolah
menggunakan uji Chi-Square (X2) dengan taraf signifikansi (α) 0,05.
Hubungan antara kedua variabel dikatakan bermakna apabila faktor
peluang atau nilai p kurang dari 5% (p < 0,05). Untuk mengetahui
seberapa kuat hubungan antara kualitas tidur dengan ansietas pada
penderita asma bronkiale maka dilakukan penghitungan dengan Odds
Ratio (OR).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai hubungan antara ansietas dengan kualitas tidur
telah dilaksanakan sejak bulan April - Mei 2012 di Poli Paru RSUD Dr.
Moewardi. Sampel penelitian berjumlah 60 sampel yang tediri dari 30
pasien asma dengan ansietas dan 30 pasien asma tanpa ansietas. Berikut
disampaikan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
A. Karakteristik Sampel Penelitian
1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kontinyu
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Data Kontinyu
Variabel n Mean SD Min Maks Usia 60 46,75 13,468 18 70 Skor TMAS 60 19,45 8,926 3 35 Skor PSQI 60 6,18 2,908 1 12
Tabel 4.1 menunjukkan, rata-rata usia pasien pada penelitian yaitu 46
tahun. Rata-rata skor ansietas (TMAS) pasien yang didapatkan adalah
19. Sedangkan rata-rata skor kualitas tidur (PSQI) pasien yang
didapatkan adalah 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia
No Kelompok Usia Frekuensi (n) % 1 18-20 tahun 3 5 2 21-30 tahun 6 10 3 31-40 tahun 8 13 4 41-50 tahun 17 28 5 51-60 tahun 16 27 6 61-70 tahun 10 17 Jumlah 60 100
Gambar 4.1 Persentase Sampel Menurut Kelompok Usia
Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 didapatkan penderita asma bronkiale pada
kelompok usia 41-50 tahun menempati persentase terbanyak yaitu 17
orang (28%).
2. Karakteristik Sampel Berdasarkan Data Kategorikal
Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin n % 1 Laki-Laki 15 25 2 Perempuan 45 75 Jumlah 60 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar 4.2 Persentase Sampel Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 menunjukkan selama penelitian penderita
asma yang memeriksakan diri di Poli Paru RSUD Dr. Moewardi paling
banyak berjenis kelamin perempuan yakni berjumlah 45 orang (75%).
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan
No Kelompok Umur Frekuensi (n) % 1 PNS 6 10 2 Swasta 23 38 3 Pedagang/Wiraswasta 4 7 4 Pelajar/Mahasiswa 4 7 5 Ibu Rumah Tangga 18 30 6 Pensiunan 5 8 Jumlah 60 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 4.3 Persentase Sampel Menurut Pekerjaan
Tabel 4.4 dan Gambar 4.3 didapatkan persentase pekerjaan sampel
terbanyak adalah swasta 23 orang (38%), sedangkan persentase
pekerjaan sampel terkecil adalah pedagang/wiraswata maupun pelajar
atau mahasiswa sebanyak 4 orang (7%).
B. Analisis Bivariat
Pada tahap ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas (ansietas menurut kriteria TMAS)
terhadap variabel terikat (kualitas tidur menurut kriteria PSQI) serta
arah hubungannya. Uji statistik menggunakan Chi Square Test dengan
Confidence Interval (CI) = 95%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
1. Hubungan Ansietas dengan Kualitas Tidur pada Penderita Asma
Tabel 4.5 Analisis bivariat tentang hubungan ansietas dengan kualitas
tidur pada penderita asma bronkiale
Ansietas
Variabel Ya Tidak Total OR p n(%) n(%) n(%) Kualitas Tidur: Baik 6 (23,1) 20 (76,9) 26 (100) Buruk 24 (70,6) 10 (29,4) 34 (100) 0,13 <0,05
Gambar 4.4 Persentase Ansietas dengan Kualitas Tidur
Dari Tabel 4.5 dan Gambar 4.4 didapatkan pasien asma bronkiale dengan
ansietas yang mengalami kualitas tidur baik sebanyak 6 orang (23,1%) dan
yang mengalami kualitas tidur buruk sebanyak 24 orang (70,6%).
Sedangkan pada pasien asma bronkiale yang tidak mengalami ansietas,
didapatkan 20 orang (76,9%) mengalami kualitas tidur baik dan 10 orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
(29,4%) mengalami kualitas tidur buruk. Analisis bivariat terhadap
hubungan antara kualitas tidur dengan ansietas pada penderita asma
bronkiale menunjukkan hubungan yang signifikan (p < 0,05). Pasien asma
dengan ansietas memiliki risiko 0,13 kali lebih tinggi untuk mengalami
kualitas tidur buruk daripada pasien asma tanpa ansietas (OR = 0,13; p <
0,05).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian yang berjudul “Hubungan Kualitas Tidur dengan Ansietas pada
Penderita Asma Bronkiale” dilakukan pada bulan April - Mei 2012 di RSUD
Dr. Moewardi dan setelah diseleksi dengan kriteria inklusi dan eksklusi
didapatkan 60 subjek penelitian yang terdiri dari 30 pasien asma dengan
ansietas dan 30 pasien asma tanpa ansietas.
Distribusi sampel penelitian berdasarkan usia pada tabel 4.1 didapatkan
pasien yang menjadi sampel rata-rata berusia 46 tahun dengan usia terendah
18 tahun dan usia tertinggi 70 tahun. Rata-rata skor ansietas yang diukur
menggunakan kuesioner TMAS adalah 19 dengan skor terendah 3 dan skor
tertinggi 35, sedangkan, rata-rata skor kualitas tidur yang diukur
menggunakan kuesioner PSQI adalah 6 dengan skor terendah adalah 1 dan
skor tertinggi adalah 12.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini,
penderita asma paling banyak didapatkan pada kelompok usia 41-50 tahun,
berjumlah 17 orang (28%). Pada penelitian di Amerika Serikat pada tahun
1998 yang dilakukan oleh Center for Disease Control (CDC) menunjukkan
bahwa penderita asma dewasa yang paling sering ditemukan pada usia 45-47
tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin pada tabel 4.3
didapatkan bahwa penderita asma bronkiale yang terbanyak adalah wanita,
yaitu, berjumlah 45 orang (75%) dibandingkan dengan laki-laki yang
berjumlah 15 orang (25%). Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa pada penderita asma bronkiale dewasa kebanyakan
penderitanya adalah berjenis kelamin wanita (Sundaru dan Sukamto, 2007).
Hal ini dikarenakan jenis kelamin merupakan faktor predisposisi asma.
Perempuan lebih rentan terhadap stres dan mengalami masalah hormonal
(menstruasi, premenstruasi, kehamilan) yang menjadi faktor pencetus asma
bronkiale (Surjanto, 2001).
Pekerjaan merupakan salah satu faktor pencetus asma bronkiale. Penelitian
pada tahun 1995 yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan 15%
penderita asma bronkiale memiliki hubungan dengan faktor lingkungan kerja
(Yeung dan Malo, 1995). Pada tabel 4.4 menunjukkan 23 orang (38%) pasien
asma bronkiale merupakan pekerja swasta. Adapun pekerja swasta dalam hal
ini, sebagian besar adalah buruh pabrik yang memiliki lingkungan kerja
dengan banyak agen polutan pencetus asma antara lain gas, debu, uap, bahan
kimia, maupun bahan iritan lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sampai saat ini, terdapat berbagai
pendapat yang menunjukkan adanya hubungan antara tidur dengan asma
bronkiale. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Chung et al.,
pada tahun 2006 yang menunjukkan adanya hubungan antara buruknya
kualitas tidur dengan peningkatan gejala asma. Pasien asma bronkiale lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
sering mengalami kesulitan memulai tidur, mempertahankan tidur, mengalami
rasa kantuk di siang hari (daytime sleepiness), terbangun terlalu pagi (early
morning awakening), mengeluhkan tidur kurang menyegarkan, dan penurunan
efisiensi tidur yang signifikan dibandingkan dengan orang normal.
Asma sering memburuk pada malam hari atau dikenal dengan asma
nokturnal. Gejala asma nokturnal seperti batuk, dispneu dapat mengganggu
kualitas tidur. Turner Warwick (1988) melaporkan hasil studinya bahwa 64%
pasien asma mengalami serangan minimal tiga malam per minggu, 40%
pasien asma mengalami serangan tiap malam. Penderita asma bronkiale,
resistensi saluran pernapasan bawahnya meningkat secara progresif sepanjang
malam dengan peningkatan lebih besar selama tidur. Fungsi paru dan
responsivitas saluran napas bervariasi sesuai ritme sirkadian, dengan titik
terendah dalam fungsi paru terjadi kira-kira jam 4 pagi. Beberapa pasien asma,
variasi sirkadian dari fisiologi saluran napasnya memberikan peningkatan
tercetusnya sleep disordered breathing antara tengah malam sampai jam 8
pagi (Janson et al., 1996; Bender dan Leung, 2005). Penelitian pada tahun
2008 yang dilakukan oleh Hanson dan Chen menunjukkan adanya
peningkatan gejala asma yang lebih parah pada keesokkan harinya diakibatkan
kualitas tidur yang buruk.
Salah satu faktor yang dapat memicu timbulnya serangan asma pada
penderita adalah ansietas atau kecemasan (Tanjung, 2003). Hubungan antara
asma, ansietas, dengan tidur telah dinyatakan dalam berbagai penelitian.
Penderita asma dengan keadaan tegang, frustasi, cemas, ataupun takut dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
mencetuskan timbulnya serangan asma (Greist, 2000). Ansietas akan
mempengaruhi jalur Th-2 yang akan memicu reaksi inflamasi dan
memperberat gejala serangan asma (Hamzah, 2010). Kecemasan dapat
memicu serangan asma melalui berbagai mekanisme, antara lain, mekanisme
kolinergik, sistem endokrin, maupun sistem imunologi (Widyawati, 2004).
Serangan ini dapat menimbulkan gangguan tidur pada penderita yang dapat
menurunkan kualitas tidur dan mengakibatkan seseorang mudah mengalami
daytime sleepiness pada siang hari dan penurunan kualitas maupun kuantitas
tidur (Janson et al., 1996, Punjabi et al., 2002, Bender dan Leung, 2005). Data
dari International of Sleep Disorder menyebutkan bahwa 61%-74% insidensi
gangguan tidur disebabkan oleh penyakit asma (Japardi, 2002).
Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan
kualitas tidur dengan ansietas pada penderita asma bronkiale. Tabel 4.5
menggambarkan distribusi subjek penelitian berdasarkan kualitas tidur. Pada
kelompok pasien asma dengan ansietas, sampel dengan kualitas tidur baik
sebanyak 6 orang (23,1%) dan kualitas tidur buruk sebanyak 24 orang
(70,6%). Sedangkan, kelompok pasien asma tanpa ansietas, sampel dengan
kualitas tidur baik 20 orang (76,9%) dan kualitas tidur buruk sebanyak 10
orang (29,4%).
Proses pengambilan data dilakukan dengan wawancara secara langsung
kepada pasien, pengisian kuesioner TMAS dan PSQI, dan melihat data rekam
medik pasien untuk menentukan bahwa pasien termasuk dalam kriteria inklusi
dalam penelitian. Kelemahan dari penelitian ini adalah faktor subjektifitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pasien dalam memberikan jawaban yang merupakan variabel luar yang tidak
dapat dikendalikan oleh peneliti.
Pada penelitian ini, pasien asma dengan ansietas memiliki risiko 0,13 kali
lebih tinggi untuk mengalami kualitas tidur buruk daripada pasien asma tanpa
ansietas (OR = 0,13; p < 0,05). Hubungan tersebut secara statistik signifikan
(p < 0,05) dan menunjukkan hubungan yang kuat (0,10 ≤ OR ≤ 0,33). Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kualitas tidur
dengan ansietas pada penderita asma bronkiale.
Hubungan antara kualitas tidur dengan ansietas pada penderita asma
bronkiale merupakan hubungan yang negatif (OR < 1). Semakin tinggi tingkat
kecemasan pada penderita asma bronkiale semakin rendah kualitas tidurnya.
Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan serangan asma pada penderita
asma bronkiale yang mengalami kecemasan.
Dalam penelitian ini, masih terdapat keterbatasan-keterbatasan penelitian,
di antaranya masih terdapat faktor luar lain yang turut mempengaruhi seperti
tipe kepribadian yang belum dapat dikendalikan dengan baik dan
membutuhkan penelitian yang lebih lanjut, serta terbatasnya waktu dalam
melakukan penelitian. Selain itu, dalam penelitian ini masih menggunakan
pendekatan cross sectional sehingga sulit untuk menetapkan mekanisme sebab
akibat karena pengukuran terhadap faktor risiko dan efek dilakukan pada saat
yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan ansietas pada penderita
asma bronkiale. Hubungan tersebut secara statistik signifikan dan
menunjukkan hubungan yang kuat. Pasien asma dengan ansietas memiliki
risiko 0,13 kali lebih tinggi untuk mengalami kualitas tidur buruk daripada
pasien asma tanpa ansietas (OR = 0,13; p < 0,05).
B. Saran
1. Edukasi terhadap penderita asma bronkhiale mengenai ansietas sehingga
dapat dilakukan penanganan untuk menghindari timbulnya serangan asma.
2. Ada penelitian lanjutan mengenai hubungan kualitas tidur dengan ansietas
pada penderita asma bronkiale dengan lebih mengendalikan faktor luar
lain yang turut mempengaruhi seperti tipe kepribadian yang belum dapat
dikendalikan dalam penelitian ini.
3. Ada penelitian lanjutan mengenai hubungan kualitas tidur dengan ansietas
pada penderita asma bronkiale dengan mengontrol variabel luar yang lebih
ketat dengan data-data yang lebih akurat mengenai hal-hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
mempengaruhi serangan asma, mengingat penelitian ini masih jauh dari