HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN PADA PRIMIGRAVIDA USIA KEHAMILAN 36 - 40 MINGGU DENGAN LAMA PERSALINAN DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Anung Rizki Putri Utami G.0008055 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2011 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user
49
Embed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id HUBUNGAN …/Hubungan...dan negatif terhadap kehadiran bayi. ... merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan. ... Hasil
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN PADA PRIMIGRAVIDA
USIA KEHAMILAN 36 - 40 MINGGU DENGAN LAMA PERSALINAN DI
SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Anung Rizki Putri Utami
G.0008055
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dan
banyak dijumpai dalam masyarakat. Kecemasan dapat terjadi apabila ada
perubahan-perubahan yang tidak diduga sebelumnya, misalnya seorang yang
terkena pemutusan hubungan kerja, pindah kerja, baru menikah, dan
menghadapi kehamilan atau persalinan. Bagi yang penyesuaiannya kurang
baik, kecemasan dapat menghambat kegiatan sehari-hari. Orang dengan
kecemasan yang berlebihan (distress) akan susah berkonsentrasi dan
bersosialisasi sehingga menjadi kendala dalam menjalankan fungsi sosial,
pekerjaan, dan perannya (Jatmika, 1999).
Masa kehamilan dan persalinan pada manusia menjadi fokus perhatian
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seorang wanita hamil
biasanya mengalami perasaan ambivalen yaitu perasaan yang bersifat positif
dan negatif terhadap kehadiran bayi. Perasaan positif berupa kebahagiaan dan
tidak menimbulkan perasaan bersalah. Perasaan negatif meliputi kecemasan
yang berlebihan (distress) akan rasa sakit yang ditimbulkan pada saat
persalinan tiba (Tursilowati, 2007).
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2007, derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Hal ini ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
228/100.000 Kelahiran Hidup sedangkan target Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yang harus dicapai adalah menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) hingga sebesar 110/100.000 Kelahiran Hidup. Menurut Sri Hermiyanti
(2010), penyebab langsung kematian ibu, antara lain perdarahan 28 %,
eklamsia 24 %, infeksi 11 %, partus lama 5 %, dan abortus 5 % (Depkes,
2010).
Selama ini dikenal 3 faktor yang mempengaruhi kelancaran proses
persalinan (primigravida maupun multigravida), yaitu 3 "P" : Power (tenaga),
Passage (jalan lahir) dan Passenger (janin). Namun, ternyata ada faktor "P"
lain yang diduga ikut mempengaruhi kelancaran proses persalinan, yaitu
Psyche (kejiwaan), termasuk kecemasan, dan Penolong (Mochtar, 1992).
Kecemasan yang berlebihan (distress) dan depresi pada wanita hamil berisiko
terhadap terjadinya persalinan preterm dan kemajuan persalinan yang lama
(Santrock, 2010).
Kecemasan lebih sering dialami oleh primigravida terutama pada
trimester akhir. Primigravida lebih membutuhkan usaha lebih keras untuk
beradaptasi terhadap kondisi baru yang dialami. Kecemasan terutama
berkaitan dengan proses dan nyeri persalinan yang akan dialami (Natalia,
2008). Ketakutan dan kecemasan yang berlebihan (distress) merupakan faktor
utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan. Beberapa mekanisme
biologi dapat menjelaskan hubungan antara kecemasan yang berlebihan
(distress) dengan lama persalinan. Kecemasan yang berlebihan (distress) akan
merangsang sekresi epinefrin dan kortisol yang nantinya akan berpengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
terhadap kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Peningkatan kadar epinefrin dan
kortisol akan berpotensi menyebabkan penurunan kontraksi uterus sehingga
persalinan berlangsung lama (Salmah, 2006).
Melihat potensi kecemasan yang bisa dialami oleh wanita hamil serta
efek-efek yang mungkin timbul dari kecemasan yang berlebihan (distress)
selama persalinan, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang hubungan
antara kecemasan dengan lama persalinan.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat kecemasan pada primigravida usia
kehamilan 36 - 40 minggu dengan lama persalinan di Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
tingkat kecemasan pada primigravida usia kehamilan 36 - 40 minggu dengan
lama persalinan di Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan antara tingkat kecemasan pada primigravida usia kehamilan 36 -
40 minggu dengan lama persalinan di Surakarta.
2. Aspek Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi wanita hamil, suami,
dan pihak keluarga dalam upaya pencegahan kecemasan serta petugas
kesehatan dalam upaya penatalaksanaan kecemasan sehingga proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
persalinan dapat berjalan dengan normal. Hasil penelitian yang diperoleh
juga diharapkan dapat berguna sebagai referensi atau bahan pembanding
bagi peneliti-peneliti yang ingin mengkaji masalah yang berkaitan dengan
kecemasan dan lama persalinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Persalinan
a. Definisi
Menurut Wiknjosastro (2002), persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melaui
vagina ke dunia luar. Sedangkan menurut Mochtar (1992) persalinan
merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
dapat hidup ke dunia luar, dari uterus melalui jalan lahir atau dengan
jalan lain.
b. Pembagian Persalinan
Menurut cara persalinan, dibagi menjadi dua (Wiknjosastro,
2002), yaitu:
1) Persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin yang
cukup bulan (37 - 42 minggu), pada janin letak memanjang,
presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran
plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu
kurang dari 24 jam tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan
tanpa komplikasi.
2) Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan
alat-alat maupun melalui dinding perut dengan seksio sesarea.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Diagnosis Persalinan
Diagnosis persalinan merupakan salah satu diagnosis yang
paling kritis dalam obstetri. Menurut Cunningham et al. (2006),
diagnosis persalinan biasanya dibuat berdasarkan kontraksi yang
terjadi, yaitu:
1) Kontraksi pada persalinan sejati
a) Kontraksi terjadi dengan interval yang teratur
b) Interval secara bertahap memendek
c) Intensitas secara bertahap meningkat
d) Nyeri di punggung dan abdomen
e) Serviks membuka
f) Nyeri tidak hilang dengan sedasi
2) Kontraksi pada persalinan palsu
a) Kontraksi terjadi dengan interval yang tidak teratur
b) Interval tetap lama
c) Intensitas tetap tidak berubah
d) Nyeri terutama di perut bawah
e) Serviks belum membuka
f) Nyeri biasanya mereda dengan sedasi
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1) Passage (jalan lahir)
Passage merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh
janin, terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
vagina. Passage harus normal agar proses persalinan berjalan
dengan lancar. Faktor genetik, fisiologis, dan lingkungan termasuk
gizi mempengaruhi perawakan seorang ibu. Perbaikan gizi dan
kondisi kehidupan juga penting karena dapat membantu mencegah
terhambatnya pertumbuhan. Selain itu, serviks yang terlalu kaku
juga dapat berpengaruh terhadap kemajuan persalinan, karena
akan menghambat proses penipisan portio yang nantinya akan
berdampak pada lamanya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).
2) Passenger (janin)
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala
janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan
persalinan. Faktor postur janin dalam uterus juga berpengaruh
terhadap proses persalinan. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
postur janin dalam uterus, antara lain sikap (habitus), letak,
presentasi, dan posisi janin. Plasenta juga dianggap sebagai
passenger tetapi plasenta jarang menghambat pada persalinan
normal (Manuaba, 1998).
3) Power (Tenaga atau kekuatan)
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi otot-otot uterus (his), kontraksi
otot-otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, dan ketegangan
serta ligmentous action terutama ligamentum rotundum.
Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan. Hal-hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
perlu diperhatikan dari his, antara lain frekuensi, intensitas, durasi
atau lama, keteraturan, interval, dan aktivitas. Sifat-sifat dari his
yang normal adalah kontraksi simetris, fundus dominan, relaksasi,
involunter (terjadi di luar kehendak), intermiten (terjadi secara
berkala), terasa sakit, terkoordinasi, kadang dapat dipengaruhi dari
luar secara fisik, kimia dan psikis (Mochtar, 1992).
Apabila his yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang
maka akan mempengaruhi turunnya kepala dan pembukaan serviks
atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi otot uterus.
Keadaan ini dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim
untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengusiran janin dari
dalam rahim. Akhirnya ibu akan mengalami persalinan lama
karena tidak adanya kemajuan dalam persalinan (Wiknjosastro,
2002).
4) Psyche (kejiwaan)
Faktor-faktor kejiwaan yang mempengaruhi persalinan,
antara lain emosi ibu, edukasi, pengalaman bersalin sebelumnya,
kebiasaan adat, dan dukungan dari orang terdekat. Wanita hamil
mengalami rasa khawatir, was-was, gelisah, dan cemas dalam
menghadapi kehamilannya. Hal ini berkaitan dengan keadaan janin
yang dikandungnya, ketakutan dalam menghadapi persalinan, dan
perubahan fisik yang akan terjadi. Ketakutan dan kecemasan yang
berlebihan (distress) merupakan faktor utama yang menyebabkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi
uterus dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama
(Cunningham, 2006).
5) Penolong
Peran penolong persalinan adalah menolong persalinan,
mengantisipasi, dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu dan janin. Kelancaran persalinan tergantung dari
kemampuan (skills) dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.
e. Tahap Persalinan
Proses persalinan dibagi menjadi empat kala, antara lain
(Wiknjosastro, 2002):
1) Kala I
Ditandai dengan timbulnya his dan pengeluaran lendir yang
bersemu darah (bloody show). Proses membukanya serviks akibat
his dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a) Fase laten : pembukaan berlangsung lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm. Fase berlangsung selama 8
jam.
b) Fase aktif : dibagi dalam tiga fase lagi, yakni:
(1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
(2) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap (10 cm).
2) Kala II
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera
keluar. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi gelombang
kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus
uteri, mempunyai amplitude 40 - 60 mmHg, berlangsung 60 - 90
detik dengan jangka waktu 2 - 4 menit, dan tonus uterus saat
relaksasi kurang dari 12 mmHg. Pada primigravida kala II
berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida rata-rata 30
menit.
3) Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri
agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta. Biasanya plasenta lepas 6 - 15
menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan
pada fundus uteri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
4) Kala IV
Kala ini penting untuk menilai keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan postpartum dan juga menilai baik
tidaknya kontraksi uterus.
f. Durasi Persalinan
Mochtar (1992) menyebutkan bahwa lama persalinan normal
pada primigravida rata-rata 14 jam 30 menit dan multigravida rata-rata
7 jam 45 menit.
2. Persalinan lama
a. Definisi
Persalinan lama adalah fase terakhir dari suatu partus yang
macet dan berlangsung terlalu lama sehingga menimbulkan gejala-
gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan
kematian janin dalam kandungan. Bila persalinan berlangsung lama,
dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi baik terhadap ibu maupun
janin dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
Persalinan lama terjadi lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih
dari 18 jam pada multigravida (Mochtar, 1992).
b. Faktor Penyebab
Faktor-faktor yang menyebabkan persalinan lama, antara lain
kelainan letak janin, kelainan-kelainan panggul, kelainan his, pimpinan
partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital,
primigraviditas, perut gantung (grendemulti), dan ketuban pecah dini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(Mochtar, 1992). Namun, Simkin dan Archeta (2005), Oxorn dan Forte
(2010) menyatakan bahwa aspek psikoemosional (kecemasan dan
ketakutan) pada fase laten bisa menyebabkan hambatan pada kemajuan
persalinan.
c. Komplikasi
Menurut Manuaba (2000), komplikasi yang timbul karena
persalinan lama, yaitu:
1) Pada ibu :
a) Dehidrasi
b) Tampak sakit, pucat, mata cekung, dan berkeringat dingin
c) Nadi meningkat, tensi turun, dan temperatur meningkat
d) His mulai melemah dan perut nampak kembung
e) Karena manipulasi berlebihan pada pemeriksaan dalam maka
terdapat infeksi intrauterin (lokhia berbau, berwarna keruh
tampak bercampur dengan mekoneum, dan vulva edema)
f) Meteorismus (perut kembung) karena tekanan bagian terendah
janin
2) Pada janin :
a) Asfiksia ringan hingga kematian dalam rahim
b) Air ketuban keruh dan bercampur dengan mekoneum karena
terjadi asfiksia dalam rahim
c) Pada beberapa keadaan terjadi kelainan letak janin (letak
sungsang, letak lintang, kelainan letak kepala)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
d) Bila terdapat lingkaran Bandle yang makin meningkat, keadaan
ini disebut ruptur uteri-imminen.
d. Penatalaksanaan
Penanganan umum untuk persalinan lama, antara lain
(Saifuddin, 2002):
1) Menilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin
(termasuk tanda vital dan tingkat hidrasinya)
2) Mengkaji kembali partograf dan menentukan apakah pasien berada
dalam persalinan (menilai lama dan frekuensi his)
3) Memperbaiki keadaan umum dengan memberikan dukungan
emosi, perubahan posisi sesuai dengan penanganan persalinan
normal, dan memeriksa keton dalam urin serta memberikan cairan
baik oral maupun parenteral
4) Memberikan analgesia
Beberapa pertolongan yang dilakukan untuk penanganan
lanjutan dari kasus persalinan lama, antara lain vakum ekstraksi,
forceps ekstraksi, manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila
janin mati, dan seksio sesarea (Mochtar, 1992).
3. Kecemasan
a. Definisi
Kecemasan merupakan perasaan takut terus menerus terhadap
bahaya yang seolah-olah terus mengancam yang sebenarnya tidak
nyata tetapi hanya dalam perasaan penderita saja (Zulkarnaen, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut Maramis (2005), kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak
aman, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi
sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar
tidak diketahui dan manifestasi kecemasan dapat melibatkan somatik
dan psikologis.
b. Faktor Penyebab
Menurut Nevid et al. (2005), faktor penyebab kecemasan
adalah sebagai berikut:
1) Faktor Biologis
a) Faktor genetis : faktor genetis mempunyai peran penting dalam
perkembangan kecemasan. Hal ini dikaitkan dengan suatu gen
neurotisisme, yaitu suatu trait kepribadian yang mungkin
mendasari kemudahan untuk berkembangnya kecemasan.
b) Neurotransmitter : neurotransmitter yang berpengaruh terhadap
reaksi kecemasan adalah gamma aminobutric acid (GABA).
GABA adalah neurotransmitter yang meredakan aktivitas
berlebih dari sistem saraf dan membantu untuk meredam
respon-respon stres. Aksi GABA yang kurang adekuat dapat
meningkatkan reaksi kecemasan. Disfungsi reseptor serotonin
dan norepinefrin di otak juga memegang peran dalam
meningkatnya kecemasan. Gen yang terlibat dalam regulasi
serotonin kemungkinan memegang peran dalam menentukan
trait yang terkait dengan kecemasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Faktor Sosial-Lingkungan
a) Pemaparan terhadap peristiwa yang mengancam atau traumatis.
b) Mengamati respon takut pada orang lain sehingga dirinya juga
ikut terpengaruh terhadap rasa takut yang dialami orang
tersebut.
c) Kurangnya dukungan sosial.
3) Faktor Behavioral (perilaku)
a) Kelegaan dari kecemasan karena melakukan ritual kompulsif
atau menghindari stimuli fobik.
b) Kurangnya kesempatan untuk menghilangkan kecemasan
karena penghindaran terhadap objek atau situasi yang ditakuti.
4) Faktor kognitif dan emosional
a) Konflik psikologis yang tidak terselesaikan.
b) Faktor-faktor kognitif, seperti anggapan berlebih tentang
ketakutan, keyakinan-keyakinan yang irasional, sensitivitas
berlebih terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah
atribusi dari sinyal-sinyal tubuh, dan self-efficacy yang rendah.
c. Gejala
Gejala kecemasan dibagi menjadi dua (Mudjaddid, 2006),
yaitu:
1) Gejala Psikis
Penampilan berubah, sulit konsentrasi, mudah marah, cepat
tersinggung, gelisah, tak bisa diam, atau timbul rasa takut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Gejala Somatis
Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, sesak napas, kepala terasa