Top Banner
TINJAUAN INTEGRATIF STUDI DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI SEKOLAH Oleh: Suyantiningsih ABSTRACT Our educational systems nowadays are facing inordinate difficulties in trying to meet the needs of a changing and increasingly technological society. However, there are many uncertainties rel ate d to the bene fit s of tec hnol ogy uti li sat ion and developme nt and the change s tha t the adoption of techno logy necessita tes, such as demand for technical and non-t echnic al suppor ts,  pedagogical and instructional issues, instuctional management issues, and teacher professional developme nt. Thi s article discusses thr ee components of dif fussion innova tio n in gene ral concept . The firs t compone nt incl udes characte ristics of the innovation it se lf . A second component involves the characteristics of innovators (actors) that influence the probability of adoption of an innovation. The third component involves characteristics of the environmental context that modulate diffusion via structural characteristics of the modern world. These latter characteristics incorporate four sets of variables: geographical settings, societal culture, political conditions, and global uniformity. This article also presents a diverse set of literature in the area of "adoption" of educational technology in schools. Some questions related to how innovation research help explain the adoption process in schools and how does the school context influence the change facilitation and implementation process will be answered in this article. A diffusion model wil l be pre sented to provid e a sna pshot of uti liz ati on of comput er tec hnol ogy and tel ecommunica tio ns in school s. By combining the cont ext ual fac tor s, conc erns about the innovation, and the individual stage of innovation-decision, the results will be a holistic view of the overall diffusion process. Keywor ds: Diff usion, Innovatio n, Comput er Technol ogy, Educat ional Technology, Change in Schools Pendahuluan Per kembang an teknol ogi sud ah seharusnya ter jadi di sekola h dan ins tit usi pend idi kan dan menjad i bagian dar i age nda per uba han jik a kit a aka n memper sia pka n pes ert a didik dal am
38

Difusi_Inovasi

Apr 03, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 1/38

TINJAUAN INTEGRATIF STUDI DIFUSI INOVASI

TEKNOLOGI PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Oleh: Suyantiningsih

ABSTRACT

Our educational systems nowadays are facing inordinate difficulties in trying to meet the needs

of a changing and increasingly technological society. However, there are many uncertainties

related to the benefits of technology utilisation and development and the changes that the

adoption of technology necessitates, such as demand for technical and non-technical supports,

 pedagogical and instructional issues, instuctional management issues, and teacher professional

development. This article discusses three components of diffussion innovation in general

concept. The first component includes characteristics of the innovation itself. A second

component involves the characteristics of innovators (actors) that influence the probability of 

adoption of an innovation. The third component involves characteristics of the environmental

context that modulate diffusion via structural characteristics of the modern world. These latter 

characteristics incorporate four sets of variables: geographical settings, societal culture, political

conditions, and global uniformity. This article also presents a diverse set of literature in the area

of "adoption" of educational technology in schools. Some questions related to how innovationresearch help explain the adoption process in schools and how does the school context influence

the change facilitation and implementation process will be answered in this article. A diffusion

model will be presented to provide a snapshot of utilization of computer technology and

telecommunications in schools. By combining the contextual factors, concerns about the

innovation, and the individual stage of innovation-decision, the results will be a holistic view of 

the overall diffusion process.

Keywords: Diffusion, Innovation, Computer Technology, Educational Technology, Change in

Schools

Pendahuluan

Perkembangan teknologi sudah seharusnya terjadi di sekolah dan institusi pendidikan dan

menjadi bagian dari agenda perubahan jika kita akan mempersiapkan peserta didik dalam

Page 2: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 2/38

 persaingan global. Gerakan reformasi pendidikan telah berupaya untuk mendorong terjadinya

 perubahan yang terjadi dalam praktek-praktek pedagogis tradisional. Seiring dengan perjalanan

waktu pula, para praktisi pendidikan dan pemerintah juga sudah menyadari signifikansi dan

efektivitas teknologi pendidikan dalam membangun tujuan-tujuan baru yang lebih inovatif dan

mengimplementasikan metode-metode pedagogis yang inovatif pula. See (1994: 30)

menyatakan bahwa teknologi saat ini telah berhasil merubah manusia dalam hal mengakses,

mengumpulkan, menganalisis, mentransmisi, dan mensimulasikan informasi. Beberapa praktisi

 pendidikan bahkan meyakini bahwa jaringan komputer dan komunikasi dapat dipergunakan

secara produktif untuk mendukung dan mensukseskan reformasi pendidikan. Teknologi-

teknologi informasi yang baru dapat memberikan kekuatan dan energi bagi para guru dan siswa

di kelas. Perkembangan ilmu yang sangat pesat di bidang telekomunikasi, pemrosesan informasi,

dan diseminasi teknologi adalah merupakan bentuk nyata eksistensi dari akselerasi pemerolehan

dan pencapaian pengetahuan baru.

 Namun demikian, perlu disadari pula bahwa sistem pendidikan kita saat ini tengah menghadapi

kendala-kendala yang cukup besar dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat

kita akan teknologi yang senantiasa berkembang dan berubah. Selain itu, ketersediaan technical 

 support , permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan manajemen instruksional dan

 pedagogis, pengembangan profesionalisme guru, infrastruktur jaringan, dan biaya seluruh

komponen yang terlibat dalam pengadaan dan pemeliharaan, juga berkontribusi terhadap

lambannya implementasi inovasi dan reformasi pendidikan. Oleh karena itu, ada beberapa

 pertanyaan yang perlu dicari jawabannya, yakni: Dengan adanya akselerasi ilmu pengetahuan

dan akses terhadap informasi yang sedemikian cepat, bagaimana kita dapat memposisikan dan

memanfaatkan teknologi pendidikan secara efektif dan efisien?; Bagaimana kita dapat mengelola

guru, proses pembelajaran, teknologi, dan manajemen institusional sesuai dengan kapasitas

masng-masing?; Model apa yang bisa dipergunakan dan diintegrasikan untuk mengahadapi

 proses perubahan, difusi inovasi, dan adopsi teknologi informasi (komputer) di sekolah?

Artikel ini akan membahas mengenai tiga komponen utama difusi inovasi, yakni karakteristik 

inovasi, karakteristik innovator dan karakteristik konteks environmental yang dapat memodulasi

difusi melalui karakteristik struktural sesuai dengan perkembangan teknologi modern. Artikel ini

 juga akan mendeskripsikan area adopsi teknologi pendidikan di sekolah, teknologi komputer dan

telekomunikasi pendidikan, termasuk faktor-faktor apa saja yang melekat dan mempengaruhi

Page 3: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 3/38

inovasi pendidikan. Sebuah model difusi inovasi berbasis teoretis juga akan diformulasikan

sebagai hasil dari kombinasi berbagai literatur yang telah dideskripsikan.

Tiga Komponen Utama Difusi Inovasi Pendidikan

Rogers (1995: 11) mendefinisikan sebuah inovasi sebagai “gagasan, praktek, atau obyek yang

dianggap baru, baik oleh individu maupun kelompok untuk diadopsi”. Sedangkan difusi adalah

“proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu antar anggota sistem

social” (Rogers, 1995: 10). Proses inovasi merupakan suatu proses dimana individu atau

kelompok bergerak mulai dari penerimaan gagasan inovasi ke pembentukan sikap terhadap

inovasi tersebut, berlanjut kepada pengambilan keputusan untuk mengadopsi atau menolak,

mengimplementasikan gagasan baru dan mengkonfirmasi keputusan yang telah diambil. Proses

inovasi terdiri dari serangkaian tindakan dan pilihan dan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1)

 pengetahuan – memperkenalkan eksistensi inovasi beserta fungsinya; 2) persuasi – pembentukan

sikap terhadap inovasi; 3) keputusan – keterlibatan secara aktif di dalam aktivitas-aktivitas yang

mengarah kepada pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi; 4) implementasi – 

menerapkan inovasi; and 5) konfirmasi – mencari dukungan atau penguatan terhadap keputusan

inovasi yang telah dibuat (baik penerimaan ataupun penolakan inovasi). Selain tahap-tahap

tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses inovasi, yakni kondisi-kondisi awal,

karakteristik individu atau masyarakat, karakteristik inovasi, dan saluran komunikasinya.

Ilmu Sosiologi sudah lama tertarik dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran inovasi

lintas kelompok, komunitas, masyarakat, dan negara. Dengan fenomena globlalisasi mutakhir,

yang ditandai dengan sistem komunikasi yang semakin efisien dan ketergantungan global dalam

 bidang ekonomi, bisnis, marketing , bahasa dan kebudayaan, minat sosiologi terhadap inovasi

lebih difokuskan lagi pada area difusi. Difusi inovasi merujuk pada penyebaran gagasan-gagasan

dan konsep abstrak, informasi teknis, dan praktek-praktek aktual dalam suatu sistem sosial,

dimana penyebarannya mengindikasikan adanya aliran atau gerakan dari sumber inovasi ke

 pihak adaptor, melalui saluran komunikasi dan persuasi. Selain itu, proses-proses adopsi

memiliki derajat perbedaan yang bervariasi baik individu maupun entitas kelompok sehingga

 berimplikasi pula kepada perbedaan sifat proses adopsi.

Ada tiga variabel utama atau komponen difusi yakni: 1) karakteristik inovasi; 2) karakteristik 

inovator; dan 3) konteks lingkungan (environmental context ). Ketiga komponen utama difusi

tersebut masing-masing akan dideskripsikan secara lebih mendetail sebagai berikut ini:

Page 4: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 4/38

 Karakteristik Inovasi, merupakan karakteristik khusus yang memodulasikan proses difusi, terdiri

dari dua komponen yakni, konsekuensi  public versus private dan benefits versus costs.

Konsekuensi public versus private merujuk pada dampak adopsi inovasi pada kelompok tertentu

dan bukan pada aktor inovasi. Meskipun kedua tipe inovasi berdampak pada perubahan-

 perubahan yang bersifat sosial, namun prosedur penyaluran informasi dari sumber ke adopter 

 berbeda-beda, tergantung pada dampak atau efek-efek inovasi yang dihasilkan. Perbedaan

tersebut terutama terletak pada mekanisme interaksi antara sumber inovasi dengan adopter akibat

dari proses difusi yang memang sudah berbeda dari sejak awal. Sedangkan benefits versus costs

terkait dengan variabel biaya baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, serta resiko-

resiko yang berhubungan dengan adopsi sebuah inovasi. Pembiayaan inovasi seringkali menjadi

faktor penghambat proses adopsi, terutama ketika biaya proses adopsi melampaui jumlah biaya

yang dimiliki oleh adopter.

 Karakteristik Inovator , terdiri dari enam variabel yang berkontribusi terhadap keberhasilan

adopsi inovasi. Keenam variabel tersebut adalah entitas sosial inovator, tingkat familiaritas atau

seberapa dalam pengetahuan yang dimiliki adaptor terhadap inovasi tersebut, karaktersitik status,

karaktersitik sosial dan ekonomi, posisi jaringan sosial, dan karaktersitik personal.

 Konteks Lingkungan, merupakan elemen fundamental dalam teori adopsi inovasi yaitu suatu

 pengakuan bahwa inovasi bukan merupakan sesuatu yang independen dari konteks

lingkungannya melainkan berkembang dalam konteks kultural dan ekologi yang spesifik, oleh

karenanya keberhasilan sebuah transmisi inovasi (proses difusi) sangat tergantung pada

kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan baru ketika memasuki dan selama

 proses difusi berlangsung (Ormrod, 1990). Konteks environmental  terdiri dari empat elemen,

yakni setting geografis, merupakan elemen yang dapat mempengaruhi proses adopsi dengan cara

mengintervensi aplikabilitas inovasi terhadap infrastruktur ekologi adopter, misalnya ilkim,

cuaca, dan komunitas desa dan perkotaan. Kultur sosial, merupakan spektrum variabel yang

lebih luas, misalnya sistem kepercayaan (nilai, norma, bahasa, agama, ideologi), tradisionalisme

kultural, homogenitas kultural, dan sosialisasi aktor-aktor individu (pelaku inovasi). Satu hal

yang menarik untuk digarisbawahi adalah, ada dua aspek budaya atau kultur yang dapat

mempengaruhi laju adopsi inovasi. Pertama, tingginya derajat tradisionalisme kultural yang

sering diasosiasikan dengan apatisme masyarakat dalam mengadopsi gagasan-gagasan baru yang

dapat berdampak negatif pada proses adopsi inovasi. Kedua, derajat homogenitas kultural dapat

Page 5: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 5/38

mempengaruhi proses adopsi inovasi karena dapat meningkatkan derajat ekuivalensi struktural

antara transmitter dengan adopter (Takada & Jain, 1991). Kondisi politik , berhubungan dengan

dampak kondisi politik pada adopsi inovasi yang paling banyak dipengaruhi oleh karakter sistem

 politik dan juga regulasi serta norma-norma yang berkembang dalam sistem hukum yang secara

tidak langsung turut mengendalikan perilaku aktor atau pelaku inovasi. Kondisi politik yang

demikian tersebut berimplikasi pada terhambatnya atau tertundanya proses adopsi inovasi.

Keseragaman global, berhubungan dengan refleksi pandangan dunia kontemporer sebagai salah

satu komunitas kultural, yang dikarakterisasikan dengan perkembangan kelompok dalam proses

kohesif evolusi. Menurut Arbena (1988) institusionalisasi dan teknologi global berperan penting

dalam proses difusi karena dapat memberi stimulasi dan mempercepat proses adopsi.

Keseragaman global juga diperoleh melalui dua efek media adopsi inovasi yang berbeda. Efek 

 publisitas media yang pertama adalah terjadinya diseminasi informasi mengenai seluk beluk 

inovasi yang akan dikenakan kepada adopter. Media tersebut secara langsung bertindak sebagai

saluran komunikasi utama dalam proses difusi yang akan atau sedang berjalan. Efek yang kedua

 berkenaan dengan eksistensi informasi media yang berinteraksi dengan pelaku inovasi yang

secara aktif menyeleksi informasi dan mentransmisikannya ke seluruh jaringan sosial. Proses

adopsi inovasi dengan demikian melibatkan komunikasi media yang memungkinkan terjadinya

interaksi positif dan aktif baik dengan jaringan interpersonal maupun organisasi.

Tinjauan tentang Difusi Inovasi Teknologi Pendidikan di Sekolah

Penelitian mengenai difusi inovasi dapat ditemukan di sejumlah bidang studi, diantaranya

antropologi, sosiologi, pendidikan, kesehatan, komunikasi, dan geografi. Di bidang pendidikan

itu sendiri, beberapa ahli menekankan pada hubungan antara karaktersitik struktur sekolah atau

lingkungan dengan adopsi inovasi. Banyak penelitian yang mengindikasikan bahwa sekolah

yang memiliki kecenderungan besar untuk mengadopsi suatu inovasi adalah sekolah yang kaya,

 besar (baik fisik maupun networking-nya) serta dipimpin oleh seseorang yang memiliki orientasi

kearah perubahan (change-oriented leaders). Perubahan itu sendiri lebih merupakan sebuah

 proses dibandingkan suatu event  dan harus diuji dengan berbagai macam motivasi, persepsi,

 perilaku, dan perasaan yang dialami oleh individu yang terlibat dalam proses perubahan tersebut.

Perubahan tersebut juga harus melibatkan pengalaman menyeluruh dan pengembangan

keterampilan yang berkala serta mutakhir terhadap penggunaan inovasi.

Page 6: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 6/38

Pada awal proses perubahan, individu yang bertipikal "non-user" sangat memperhatikan hal-hal

yang bersifat kesadaran diri atau  self concerns (Kesadaran, Informasi, dan  Personal ). Non-user 

 juga lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan pemerolehan informasi tentang inovasi

dan bagaimana perubahan akibat dari dampak inovasi tersebut bisa merubah mereka secara

 personal . Seiring dengan mulai terbiasanya mereka dengan berjalannya program maupun inovasi

 baru, perhatian tersebut kemudian berubah menjadi lebih intensif pada area manajemen atau task 

concerns.

Sejak pertengahan tahun 1980-an, mikro-komputer telah menginvasi hampir seluruh perusahaan,

sekolah, maupun industri rumah tangga. Fakta-fakta tersebut merepresentasikan laju adopsi yang

cukup mengesankan. Mengapa? Menurut Huff (1987), adopsi difusi inovasi telah diteliti secara

komprehensif pada beberapa konteks yang cukup bervariasi dengan mempergunakan kerangka

konseptual yang cukup ampuh untuk membantu para praktisi pendidikan dalam memahami

invasi mikro-komputer dengan lebih baik. Lima karakteristik inovasi dari Rogers (1983), yakni

keuntungan relatif (relative advantage), kompatibilitas (compatibility), kompleksitas

(complexity), triabilitas (trialability), dan observabilitas (observability), dapat dipergunakan

untuk membantu menjelaskan laju adopsi komputer di sekolah, industri maupun institusi lainnya.

Hal ini didukung dengan diakuinya bahwa mikro-komputer memiliki keuntungan ekonomi

relatif, yang memiliki kecenderungan semakin user friendly dan kompatibel, semakin ringan dan

 portable, dapat dieksperimentasikan secara personal, dan dapat dipakai dengan menggunakan

 program-program tutorial serta memiliki layar grafis yang elegan yang dapat menarik perhatian

 para adopter potensial.

Selama lebih dari tiga dekade terakhir telah ditandai dengan perubahan yang cukup ekstrim

dalam bidang sosial, politik, ekonomi, serta teknologi; namun demikian sekolah tidak 

mengimbanginya dengan perubahan struktur organisasi dasar mereka. Adanya pengakuan bahwa

kurikulum dan metodologi yang telah diimplementasikan di masa lalu sudah tidak sesuai lagi

untuk diaplikasikan pada saat sekarang ini, merupakan panggilan alam bahwa restrukturisasi

 pendidikan sudah sangat urgen untuk dilakukan. Selain itu, era "third wave" (Toffler, 1981) telah

memaksa kita untuk memasuki era informasi  post-industrial dimana perubahan secara kontinyu

akan terus terjadi di semua level masyarakat. Komputer dan teknologi multimedia akan

membentuk dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses restrukturisasi tersebut

(Stinson, 1994).

Page 7: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 7/38

Merestrukturisasi sekolah melibatkan perubahan yang mendalam dan kontinyu. Restrukturisasi

 juga turut mendefinisikan apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas, terutama dalam aspek 

 bagaimana cara guru mengajar, cara siswa belajar, dan cara guru mengevaluasi hasil belajar 

siswa. Restrukturisasi juga melibatkan perubahan-perubahan tentang bagaimana sebuah sekolah

itu diorganisasikan. Beberapa reorganisasi tersebut membutuhkan redefinisi tentang peran guru,

administrator, orang tua, dan peserta didik dalam pengaturan dan manajemen sekolah.

Teknologi-teknologi komputer telah berhasil mengubah peran guru dari pemberi informasi ke

 peran fasilitator, konselor, advisor , pembimbing, pelatih, mentor, co-learner , sumber dan

 pengelola teknologi, dan mediator bagi para peserta didiknya (Lee & Reigeluth, 1994). Dengan

demikian, bagi sekolah yang berkeinginan kuat untuk maju, guru harus tidak resisten terhadap

 perubahan.

Pemanfaatan dan eksperimentasi teknologi pendidikan oleh guru sangat membantu mereka

dalam mengemban dan menjalankan berbagai tugas-tugas akademik mereka secara lebih cepat,

mudah dan efektif. Telekomunikasi juga dapat meruntuhkan dinding-dinding isolasi yang

menghambat profesionalisme guru dan memberi peluang seluas-luasnya bagi guru untuk 

 berkomunikasi dengan kolega, komunitas sekolah, ahli-ahli pendidikan, orang tua, dan bahkan

 pihak-pihak di luar zona sekolah. Selain itu, guru yang berperan sebagai pemimpin atau pioner 

dalam telekomunikasi maupun teknologi lainnya harus mampu mendemonstrasikan bagaimana

teknologi tersebut dapat dijadikan sebagai medium untuk pengembangan profesionalisme guru

 baik formal maupun informal secara kontinyu dan berkesinambungan. Dengan demikian, selain

 berorientasi pada peningkatan hasil belajar siswa, guru yang berorientasi pada pemanfaatan

teknologi juga mampu mengekspresikan antusiasme dalam meningkatkan hasil belajar siswa,

dengan cara membawa berbagai macam variasi sumber-sumber belajar di kelas, memotivasi

 peserta didik, menyediakan alat pembelajaran yang baru, mengakomodasi gaya-gaya belajar 

individual, dan bahkan meredefinisikan peran guru. Hal ini diperkuat dengan pendapat Barron

and Orwig (1993) bahwa keuntungan teknologi pendidikan diantaranya adalah kemampuan

menyampaikan pesan pembelajaran secara multisensori (multisensory delivery), meningkatkan

daya ekspresi diri ( self-expression) dan belajar aktif (active learning ), pembelajaran kooperatif 

(cooperative learning ), keterampilan komunikasi, pendidikan multikultural, dan motivasi peserta

didik.

Page 8: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 8/38

 Namun demikian, pengembangan staf dinilai bersifat imperatif terhadap integrasi teknologi di

sekolah. Guru tidak hanya harus memiliki pengalaman pelatihan penggunaan teknologi semata,

melainkan juga pengetahuan bagaimana inovasi teknologi pendidikan dapat menjadi bagian

 penting dalam repertoire cara mengajar mereka. Praktek-praktek pelatihan guru (inservice

training ) harus bisa memodelkan bagaimana menggunakan teknologi dalam proses belajar 

mengajar. Tujuannya adalah bukan hanya untuk mengajarkan mereka bagaimana cara

menggunakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( software), melainkan juga

 bagaimana cara mengintegrasikan teknologi tersebut ke dalam kurikulum; sehingga dengan

demikian antara perangkat keras (hardware), perangkat lunak ( software) dan pengembangan

 profesionalisme akan tercipta hubungan yang bersifat interdependen atau interdependent 

relationship (Scheffler & Logan, 1999). Pengembangan profesionalisme juga akan lebih efektif 

ketika proses pengembangan tersebut mampu memotivasi guru untuk berpartisipasi aktif dalam

 proses pengembangan profesionalisme diri mereka dibandingkan hanya menyuplai guru dengan

seperangkat informasi atau pelatihan. Meskipun guru secara otomatis akan mencari tahu dan

 belajar tentang teknologi dan metode instruksional baru, namun pada kenyataannya guru yang

kurang percaya diri untuk mengintegrasikan inovasi ke dalam program instruksional mereka

cenderung akan mengabaikan proses pengembangan profesionalismenya.

Faktor lain yang turut berpengaruh terhadap keberhasilan dan kegagalan inovasi adalah

kompatibilitas, komunikasi, dan evaluasi. Memastikan bahwa inovasi yang akan diadopsi dan

didifusikan kompatibel dengan filosofi dan misi sekolah dan disetujui oleh dewan sekolah adalah

merupakan sesuatu hal yang bersifat imperatif atau sangat urgen. Sedangkan komunikasi

memainkan peran kunci dalam mengatasi kendala resistensi terhadap inovasi dan mereduksi

ketidakpastian akibat kurangnya komunikasi yang intensif. Faktor terakhir, yakni evaluasi

 berhubungan dengan apa yang disebut dengan tiga E oleh Anandam dan Terence Kelly (1981),

yakni  Extensiveness (Ekstensivitas), Effectiveness (Efektivitas), dan  Endurance (Eksistensi atau

kontinuitas), sebagai tiga fase evaluasi dalam proses difusi inovasi yang berhubungan dengan

teknologi pendidikan.  Extensiveness merujuk pada tingkat penggunaan teknologi dalam

 pendidikan; effectiveness berhubungan dengan peningkatan kepuasan manusia (human

 satisfaction), motivasi siswa, retensi dan proses pembelajaran; sedangkan endurance berkenaan

dengan kontinuitas inovasi.

Page 9: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 9/38

Selanjutnya, timbul pertanyaan penting bagaimanakah dampak perubahan fasilitasi dan proses

implementasi difusi inovasi teknologi pendidikan terhadap konteks sekolah? Setiap sekolah

memiliki baik konteks maupun kultur unik tersendiri. Purkey dan Smith (1983) menyatakan

 bahwa perubahan yang terjadi di sekolah berimplikasi pada berubahnya sikap, perilaku, norma,

kepercayaan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan kultur sekolah. Norma-norma yang

dimaksud adalah norma yang dapat memfasilitasi peningkatan performa sekolah seperti misalnya

introspeksi, kolegialitas, dan tujuan atau visi bersama yang dikombinasikan untuk menciptakan

kultur yang mendukung terjadinya inovasi. Guru yang telah mengadopsi praktek-praktek 

mengajar yang bersifat progresif cenderung merasa bahwa komputer dan teknologi pendidikan

telah membantu mereka dalam mengarungi proses perubahan, namun mereka tidak menyadari

keberadaan komputer dan teknologi pendidikan sebagai katalis perubahan; melainkan melakukan

refleksi terhadap pengalaman dan konteks ataupun kultur sekolah. dengan demikian, bagi guru

yang mengimplementasikan penggunaan teknologi pendidikan dengan pendekatan yang

konstruktivist (constructivist manner ), mereka harus memiliki kesempatan untuk mengkonstruk 

 pengetahuan pedagogis dalam iklim yang suportif (Dexter, Anderson & Becker, 1999).

Model Difusi Inovasi Teknologi Pendidikan: Sebuah Alternatif 

Perubahan sekolah pada dasarnya bersifat sangat kompleks. Ada beberapa faktor kontekstual

yang berdampak pada proses fasilitasi perubahan, yakni peran kepala sekolah dan pihak-pihak 

lain yang membantu guru mengintegrasikan teknologi ke dalam praktek pembelajaran di sekolah.

Sedangkan faktor-faktor lain yang berdampak pada proses implementasi perubahan, diantaranya

adalah peran guru pada berbagai level kompetensi teknis dan tahap dimana individu berada

dalam proses keputusan inovasi (pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan

konfirmasi). Selanjutnya, bagaimanakah cara mengkompilasikan faktor-faktor tersebut untuk 

memvisualisasikan apa yang sebenarnya terjadi di sekolah?

Untuk mengintegrasikan informasi tentang proses difusi dan perhatian individu, Dooley (1995)

telah mengembangkan sebuah model yang mengkombinasikan antara faktor-faktor kontekstual

dengan tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusan yang berasal dari perspektif kepala

sekolah, pelatih internal, pelatih eksternal, guru sebagai pengguna teknologi pendidikan dalam

level rendah, menengah dan tinggi, serta sebuah grafik yang merepresentasikan persentase

 perhatian (berupa diri, tugas, dan dampak). Model ini memberikan sebuah gambaran ringkas

mengenai difusi teknologi komputer dan telekomunikasi. Model tersebut membentuk lingkaran

Page 10: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 10/38

untuk merepresentasikan keseluruhan konteks sekolah, dimana batas terluar mengindikasikan

level difusi yang lebih tinggi, dan batas tengah atau pusat merepresentasikan level difusi yang

rendah. Model ini mewakili berbagai perspektif dengan tujuan untuk memvisualisasikan

 progresivitas individu melalui tahap-tahap difusi yang dikemukakan oleh Rogers. Model ini

mengindikasikan bahwa difusi teknologi komputer dan telekomunikasi sangat tergantung pada

kemauan fasilitator ataupun agen perubahan untuk memahami dan berkolaborasi dengan guru

dalam mengembangkan program-program pelatihan dan in-service programs untuk memenuhi

kebutuhan mereka. Selain itu, penyelenggara pelatihan tentang teknologi pendidikan dan

telekomunikasi serta teknologi komputer harus memiliki kemampuan untuk menginfusikan

model keputusan inovasi yang dikemukakan oleh Rogers, terutama dalam hal implementasi dan

konfirmasi atau tahap diantara kedua proses tersebut. Gambar model yang dimaksud, bisa

divisualisasikan sebagai berikut:

Gambar 1. Model Difusi Inovasi

Page 11: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 11/38

Menurut model di atas, pengguna teknologi pendidikan, komputer maupun telekomunikasi yang

 berlevel rendah lebih dekat ke titik tengah atau diameter dari lingkaran tersebut; sedangkan

 pengguna level tinggi berada lebih dekat dengan lingkaran terluar. Dari model tersebut terlihat

 pula bahwa terdapat hubungan antara faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi bagian

dari konteks sekolah. Sekolah pada dasarnya berjalan dibawah kepemimpinan seorang kepala

sekolah dan dibantu oleh personel pendukung lainnya dimana pihak-pihak inilah yang berperan

sebagai fasilitator perubahan yang bertugas dan bertanggung jawab untuk menyediakan dana

( grants), perlengkapan dan infrastruktur lainnya, serta melatih guru. Meskipun difusi teknologi

komputer dan telekomunikasi serta teknologi pendidikan lainnya sangat tergantung kepada visi

dan kepemimpinan fasilitator perubahan, namun sesungguhnya guru lah yang memegang peran

 paling penting dalam membawa dampak signifikan terhadap penggunaan teknologi pendidikan di

dalam kelas; karena implementasi perubahan ataupun penerimaan perubahan bagaimanapun juga

tidak dapat dipisahkan dari penerimaan guru terhadap inovasi yang didifusikan.

Penutup

Infusi faktor-faktor utama dan faktor pendukung keterlaksanaan difusi inovasi pada hakekatnya

memerlukan suatu pendekatan yang sistemik dan holistik dimana infusi keseluruhan faktor 

tersebut harus disinergikan secara efektif dan efisien dalam upaya memfasilitasi dan

mengimplementasikan perubahan. Selain itu, keberhasilan proses difusi sangat tergantung pada

 pengetahuan sifat inovasi dan juga adopter sasaran serta konteks sosio-organisasional mereka.

Saat ini, negara-negara industrial telah beranjak menjadi masyarakat informasi ( Information

Societies). Teknologi-teknologi maju dan berkembang telah menciptakan revolusi komunikasi

yang cukup signifikan. Sedangkan individu, melalui teknologi komputer dan teknologi

 pendidikan, telah menjadi partisipan aktif dalam proses perubahan ke arah revolusi

telekomunikasi tersebut. Aspek "human" atau manusia merupakan human capital  yang sangat

signifikan berkenaan dengan pentingnya mereka dalam memahami teknologi komunikasi dan

 penggunaan sistem media teknologi mutakhir untuk berbagai kepentingan, terutama kepentingan

 pembelajaran oleh guru dan siswa serta komunitas sekolah pada umumnya. Penggunaan

teknologi pendidikan termasuk media telekomunikasi dan komputer merupakan salah satu

 bentuk inovasi di sekolah dimana media tersebut termasuk di dalam area media interaktif yang

dapat memberi dampak positif pada kehidupan intelektual, organisasional, serta sosial para

 penggunanya. Rogers (1995) lebih memperkuat argumen tersebut dengan menyatakan bahwa

Page 12: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 12/38

 bidang teknologi komunikasi dengan berbagai implikasinya bagi para peneliti, peserta didik, dan

 praktisi pendidikan akan memberi dampak pada pertumbuhan pertukaran informasi mutakhir.

Daftar Pustaka

Arbena JL. (1988). Sport and Society in Latin America: Diffusion, Dependency, and Rise of 

 Mass Culture. Wesport, CT: Greenwood.

Anadam, K. & Kelly, J. T. (1981). Evaluating the use of technology in education.  Journal of 

 Educational Technology Systems, 10 (1), 21-31.

Barron, A. E. & Orwig, G. W. (1993).  New technologies for education, Englewood, CO:

Libraries

Dexter, S. L., Anderson, R. E. & Becker, H. J (1999). Teachers’ views of computers as catalysts

for changes in their teaching practice.  Journal of Research on Computing in

 Education, 31 (3), 221-239.

Dooley, K. E. (1995 ). The diffusion of computer technology and telecommunications: A

comparative case study of middle schools in the Texas Education Collaborative .

Unpublished dissertation, College Station, TX: Texas A&M University.

Huff, S. L. (1987). Computing as innovation. Business Quarterly, Summer, 7 -9.

Lee, I. & Reigeluth, C. M. (1994). Empowering teachers for new roles in a new educational

system. Educational Technology, 34 (1), 61-72.

Ormord RK. (1990). Local Context and Innovation Diffusion in a Well-Connected World.

 Economics Geographic Journal. 66: 109 – 22

Parr, J. M. (1999). Extending educational computing: A case of extensive teacher development

and support. Journal of Research on Computing in Education, 31 (3), 280-291.

Purkey, S. C. & Smith, M. S. (1983). Effective schools: A review. The Elementary School 

 Journal, 83 (4), 427-452.

Rogers EM. (1995). Diffusion and Innovations. New York: Free. 4th edition.

Stinson, J. (1994). Reinventing high school. Electronic Learning, 13 (4), 20-25.

Takada H., Jain D. (1991). Cross-National Analysis of Diffusion of Durable Goods in Pacific rim

Countries, J. Market. 54: 48 – 54.

Toffler, A. (1981). The third wave, New York, NY: Bantam Books.

Page 13: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 13/38

K ATA PENGANTAR 

Makalah berjudul “Hakikat Difusi & Inovasi Pembelajaran (Latar Belakang Kehadiran

Inovasi dalam Pembelajaran)”, disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Difusi dan

Inovasi Pembelajaran dengan kode sandi MTP - 555.

Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya

sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan

 proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.

Pendidik yang memiliki komitmen tinggi terhadap profesinya ditunjukan oleh penguasaan

terhadap aspek-aspek pembelajaran, baik dalam fungsi perencanaan, pengembangan dan

 pelaksanaan maupun pelaporan hasil pembelajaran secara akuntable kepada masyarakat.Saya menyadari, bahwa banyak kelemahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah

ini. Oleh karena itu, mohon saran dan kritik dari para pembaca, untuk kesempurnaan

 penyusunan makalah selanjutnya.

Rasa syukur saya panjatkan pula kepada Allah SWT, atas semangat dan kemauan rekan-

rekan mahasiswa yang telah membantu memberikan saran dan do’a dalam penyelesaian makalah

ini.

 Last but not least , bahkan the most important thing, saya ucapkan terima kasih serta

 penghargaan yang setinggi-tingginya kepada bapak Dr. Sigit Wibowo selaku dosen mata kuliah

ini yang telah meyakinkan saya bahwa inovasi itu adalah tantangan sekaligus energi untuk 

 belajar terus dan terus.....

Cianjur, Mei 2011.

Penulis

DAFTAR ISI

Page 14: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 14/38

 Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan.......................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI................................................................................ 3

A. Pembelajaran............................................................................. 3

B. Difusi dan Inovasi Pembelajaran................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN................................................................................ 5

BAB IV KESIMPULAN.................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Page 15: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 15/38

Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru, sebagai salah satu unsur pendidik, adalah

mampu melaksanakan tugas profesionalnya yaitu memahami bagaimana peserta didik belajar 

dan bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami tentang bagaimana siswa

 belajar. Untuk dapat memahami proses yang terjadi pada diri siswa, guru perlu melakukan

inovasi dalam pembelajaran atau mengadopsi suatu hasil inovasi. Dan menerapkannya dalam

kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran adalah memfasilitasi tumbuh dan

 berkembangnya belajar dalam diri peserta didik sesuai dengan tuntutan zaman.

Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya

sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan

 proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.

Keterkaitan fungsional pembelajaran dengan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja

dilakukan untuk menghasilkan belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter 

 pembelajaran. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar konsekuensi

dari pembelajaran. Misalnya seseorang berubah perilakunya yang cenderung malas belajar secara

kebetulan teman dekatnya tidak naik kelas karena malas belajar, yang pada akhirnya seseorang

itu berubah jadi rajin belajar. Oleh karena itu, dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar 

 bersifat internal-individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik.

Untuk menjelajahi berbagai sisi dari pemikiran para pakar terkait tentang konsep

 pembelajaran dan inovasi dalam pembelajaran. Secara proporsional penjelajahan terhadap

 pemikiran tersebut akan dipaparkan dalam makalah ini tentang :  Konsep pembelajaran, konsep

 Difusi dan Inovasi serta Latar Belakang Kehadiran Inovasi dalam bidang Pembelajaran.

B.  Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memperoleh dorongan dalam mengkaji secara

kritis dan kreatif dalam implikasi operasional dari konsep pembelajaran dan inovasi

 pembelajaran yang selanjutnya diimplementasikan terhadap pembelajaran di sekolah.

Page 16: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 16/38

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran

Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas dalam masyarakat, lebih-lebih setelah

diundangkannya Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

yang secara legal formal memberi pengertian tentang pembelajaran. Dalam Pasal 1 butir 20

 pembelajaran diartikan sebagai “....proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber 

 belajar pada suatu lingkungan belajar”.

Secara sederhana istilah pembelajaran (instruction) adalah upaya untuk membelajarkan

seseorang atau sekelompok orang melalui satu atau lebih strategi, metode, dan pendekatan

tertentu ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran merupakan

suatu kegiatan terencana untuk mengkondisikan seseorang atau sekelompok orang agar bisa

 belajar dengan baik. Oleh sebab itu, unsur utama pembelajaran adalah siswa bukan guru.

B. Difusi dan Inovasi Pembelajaran

Inovasi termasuk inovasi pendidikan atau pembelajaran merupakan pemikiran cemerlang

yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa produk dari

suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini

dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan

tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat.

Everett M. Rogers (1983), mendefinisikan difusi inovasi sebagai proses untuk 

mengkomunikasikan suatu inovasi kepada anggota suatu sistem sosial melalui saluran

komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang waktu. “Diffusion is the process by which an

inovation is communicated through certain cannels over time among the members of asocial 

 system”.

Page 17: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 17/38

Oleh karena difusi adalah proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, karya

sebagai suatu produk inovasi maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam

menyebarluaskan gagasan, ide, ataupun produk tersebut.

Sementara itu, difusi inovasi pendidikan atau pembelajaran diartikan sebagai

 penyebarluasan dari gagasan inovasi pendidikan melalui suatu proses komunikasi yang

dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara

anggota sistem sosial masyarakat. Dengan demikian difusi inovasi pendidikan atau pembelajaran

adalah proses untuk mengkominukasikan suatu inovasi dalam bidang pendidikan atau

 pembelajaran kepada anggota suatu sistem sosial melalui saluran komunikasi tertentu dan

 berlangsung sepanjang waktu.

 

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam sejarah manusia belum pernah terjadi begitu besar perubahan masyarakat terhadap

 perubahan sosial, seperti yang terjadi pada akhir abad ke-20 ini. Dengan kemajuan teknologi

yang sangat cepat maka berubah dengan cepat pula berbagai bidang kehidupan. Teknologi

 berubah, sarana kehidupan berubah, pola tingkah laku berubah, tata nilai berubah, sistem

 pendidikan berubah dan berubah pulalah berbagai macam pranata sosial yang lain. Dampak dari

cepatnya perubahan sosial, meningkatkan kepekaan dan kesadaraan warga masyarakat terhadap

 permasalahan sosial. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai macam bentuk kegiatan sosial

yang dilakukan oleh warga masyarakat, seperti pelajar, mahasiswa, ibu-ibu rumah tangga,

 pengusaha, pimpinan agama.

Perubahan sosial menjadi satu kebutuhan karena dengan memahami proses perubahan

sosial serta sistem pengelolaannya akan dapat mengarahkan terjadinya perubahan sosial ke arah

tujuan yang akan dicapai secara efektif. Pada hakikatnya setiap perubahan sosial itu bersifat

Page 18: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 18/38

kompleks dan relatif (Ibrahim, hal 5) Kompleks artinya akan menyangkut berbagai bidang

kehidupan dan relatif artinya dari satu sudut pandang yang menguntungkan tapi dari sudut

 pandang yang lain dapat merugikan.

Perubahan sosial berdampak pula pada sistem pendidikan atau pembelajaran yaitu, adanya

 perubahan paradigma dalam pendidikan atau pembelajaran. Sampai saat ini pendidikan kita telah

melalui tiga paradigma, yaitu paradigma pengajaran (teaching ), pembelajaran (instruction), dan

 proses belajar (learning ) (Dewi Salma P, 2000, hal 2).

Paradigma pengajaran (teaching ) dapat diartikan bahwa pendidikan atau pembelajaran

hanya terjadi di sekolah, dimana sudah ada guru yang mengajar. Guru sebagai satu-satunya

narasumber yang akan mentransfer ilmu. Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai

 penyaji materi artinya guru menjelaskan materi kepada siswa, sedangkan siswa menyimak dan

mengerjakan tugas yang diberikan guru. Alat bantu mengajar yang digunakan oleh guru bersifat

mendukung penjelasan guru, alat bantu tersebut ditentukan oleh guru.

Paradigma kedua adalah paradigma pembelajaran (instuctional) paradigma ini lebih

memberikan perhatian kepada siswa. Dalam paradigma ini guru tidak hanya sebagai satu-satunya

narasumber dan tidak hanya sebagai pengajar, namun juga sebagai fasilitator yang membantu

siswa belajar. Proses komunikasi dan pendekatan sistem mulai diterapkan pada paradigma ini,

sebagai proses komunikasi, guru berperan sebagai kominikator/pengirim pesan. Tugas guru

sebagai komunikator adalah mengolah pesan dan menentukan penyampaian agar pesan dapat

diterima dengan baik oleh siswa. Penerapan pendekatan sistem yaitu guru sebagai subsistem

 berperan dalam merancang, mengelola dan menilai proses pembelajaran. Media digunakan

sebagai sumber belajar dan guru sebagai fasilitator.

Paradigma ketiga adalah proses belajar  (learning). Paradigma ini menggali lebih dalam

lagi seluruh aspek belajar, tidak hanya proses belajar yang berada dalam lingkungan pendidikan

formal tapi juga di lembaga nonformal.

Sementara Perkembangan pendidikan menurut Eric Ashby (1972) mengalami empat

revolusi

1. Revolusi pertama

Masyarakat memberikan wewenang pendidikan terhadap orang tertentu (sufi) sehingga

timbul profesi guru. Revolusi ini mengakibatkan pergeseran pendidikan di rumah dan orang tua

Page 19: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 19/38

ke arah pendidikan formal di sekolah. Pada sekitar 500 tahun SM kita mengenal kaum sufi

sebagai penjual ilmu pengetahuan, yaitu orang yang memberikan pelajaran dengan mendapatkan

upah. Ada tiga cara yang dilakukan kaum sufi dalam menyebarkan ilmu pengetahuan.  Pertama

kaum sufi mempersiapkan secara teliti terlebih dahulu sebelum mentransfer ilmu pengetahuan

kepada masyarakat .  Kedua, materi-materi yang diberikan, disesuaikan dengan keinginan

masyarakat.  Ketiga melakukan berbagai diskusi dengan masyarakat yang belajar. Kaum Sufi

 berpendapat bahwa semua orang mempunyai potensi untuk berkembang dan sama-sama

mempunyai tanggung jawab sosial untuk mengatur dunia, tetapi semua itu hanya dapat dilakukan

melalui pendidikan.

2. Revolusi kedua

Dipakai bahasa tulisan di samping bahasa lisan dalam menyajikan pelajaran di sekolah.

Revolusi kedua merupakan perkembangan revolusi pertama, dimana pada saat pembelajaran

dengan ceramah dan diskusi. Revolusi kedua ini berkembang dengan adanya bahasa tulisan

dalam menyajikan pelajaran.

3.  Revolusi ketiga

Ditemukannya mesin cetak yang pada gilirannya menyebabkan banyaknya buku yang

tersedia di sekolah. Revolusi ketiga ini awal digunakannya buku-buku sebagai sumber ilmu pengetahuan.

4. Revolusi ke empat 

Teknologi modern dalam bidang komunikasi dengan produk yang berupa peralatan

elektronika dan bahan ( software) yang disajikan telah mempengaruhi seluruh sektor kehidupan

termasuk pendidikan. Pada revolusi ini telah dimanfaatkan teknologi modern  software atau

hardware dalam bidang pendidikan.

Perkembangan pendidikan semakin maju pesat di abad ke 21. Abad ke-21 merupakan abad

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi karena teknologi merupakan suatu keharusan dalam

menghadapi era globasisasi.

Kemajuan teknologi salah satunya adalah teknologi komunikasi yang menunjang proses

 belajar tanpa batas, seperti pembelajaran mandiri melalui internet. Belajar mandiri merupakan

Page 20: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 20/38

inti dan proses pembelajaran di masa depan yang cepat, intensif dan serba terkini ( up to date).

Belajar mandiri ini pada abad ke-21 ini disebut Cyber learning . Cyber learning  merupakan

akumulasi informasi yang serba cepat dan mudah untuk dikuasai. Dengan demikian, masuknya

 proses pembelajaran cyber learning  akan membuyarkan perbedaan antara pendidikan sekolah

dan luar sekolah.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa latar belakang kehadiran inovasi diawali

dengan adanya perkembangan masyarakat atau perubahan sosial. Perubahan sosial ini

menimbulkan dampak, yaitu adanya perubahan paradigma pendidikan dan pembelajaran.

Perubahan sosial menimbulkan adanya perkembangan inovasi pendidikan yang ditandai dengan

adanya 4 revolusi perkembangan pendidikan.

BAB IV

KESIMPULAN

Inovasi termasuk inovasi pendidikan atau pembelajaran merupakan pemikiran cemerlang

yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik-praktik tertentu ataupun berupa produk dari

suatu hasil olah-pikir dan olah-teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini

dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan

tertentu ataupun proses tertentu yang terjadi di masyarakat.

Latar belakang kehadiran inovasi diawali dengan adanya perkembangan masyarakat atau

 perubahan sosial. Perubahan sosial ini menimbulkan dampak, yaitu adanya perubahan paradigma

 pendidikan.

Perubahan sosial menimbulkan adanya perkembangan inovasi pendidikan ditandai dengan

adanya 4 revolusi. Paradigma pendidikan selama ini telah mengalami 3 paradigma yaitu,

 paradigma pengajaran (teaching), pembelajaran (instruction), proses belajar  (learning).

Page 21: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 21/38

Munculnya cyber learning sebagai suatu inovasi dalam pembelajaran di abad ke-21 merupakan

 bentuk proses belajar tanpa batas.

DAFTAR PUSTAKA

DEWI SALMA PRAWIRADILAGA. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. (2009)

Ibrahim. (1999), Inovasi Pendidikan. Jakarta : Balai Pustaka. 1999

Rogers, Everet M (1997). Communication of Innovation. London : Collier Macmiliian Publisher 

Republik Indonesia. (2003). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional 

Page 22: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 22/38

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan.......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2

A. Hakikat Inovasi............................................................................ 2B. Pengertian Difusi......................................................................... 3

C. Aplikasi Difusi Inovasi Dalam Pembelajaran.............................. 4

BAB III KESIMPULAN.................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 7

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pembaharuan (inovasi) diperlukan bukan saja dalam bidang teknologi, tetapi di segala

 bidang termasuk bidang pendidikan dan pembelajaran. Pembaharuan pendidikan diterapkan di

dalam berbagai jenjang pendidikan juga dalam setiap komponen sistem pendidikan termasuk 

dalam pembelajaran.

Page 23: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 23/38

Sebagai pendidik, kita harus mengetahui dan dapat menerapkan inovasi-inovasi agar dapat

mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga dapat diperoleh hasil yang

maksimal.

B.  Tujuan Penulisan

1.  Tujuan secara umum

-  Meningkatkan keprofesionalan dalam Penulisan makalah.

-  Menambah wawasan keilmuan.

-  Meningkatkan kinerja dalam pengembangan profesi.

-  Memperoleh motivasi untuk selalu melakukan inovasi dalam dunia pembelajaran sesuai dengan

 jabatan yang diampu.

2.  Tujuan secara khusus

Tujuan secara khusus penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas

individu dalam mata kuliah Difusi dan Inovasi Pembelajaran kode mata kuliah MTP-555.

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Hakikat Inovasi

Kita sering mendengar istilah inovasi/pembaruan, namun apakah sebenarnya

inovasi/pembaruan itu?

Memasuki milenium III, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang sangat

 pesat. Ini ditandai dengan adanya kemajuan dan penemuan-penemuan baru di segala bidang.

Misalnya kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi yang sangat menonjol

sehingga menghasilkan penemuan baru di bidang komunikasi dan informasi tersebut. Contohnya

komputer dengan sistem jaringan komunikasi internasional (internet), handphone, dan lain-lain.

Page 24: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 24/38

Kemajuan teknologi tersebut mengakibatkan adanya perubahan diberbagai bidang kehidupan,

yaitu perubahan terhadap sarana kehidupan. Pola tingkah laku masyarakat, tata nilai, sistem

 pendidikan dan pranata sosial. Perubahan ini menuntut manusia untuk menciptakan,

memanfaatkan dan mengembangkan lingkungannya bagi kesejahteraan hidupnya.

Segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan dirasakan sebagai hal yang baru oleh

seseorang atau masyarakat sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupannya dikenal dengan istilah

“inovasi”. Dalam kamus Bahasa inggris E. Echols. Inovasi (innovation) sebagai pembaruan atau

 perubahan secara baru. Untuk memperoleh wawasan saya, berikut ini akan diuraikan pengertian

inovasi menurut berbagai pakar.

1.  An Innovation is an idea for accomplishing some recognize social and in a new way or for a

means of accomplishing some new social  (Donald P. Ely, 1982, Seminar an Educational

Change)

2. The term innovation is usually employed in three different contexts. In one contex, it is

 synonymous with invention : that is, it refers to a creative process where by two or more existing 

concepts or entities or combined in some novel way to produce a configuration not previously

know by the person involved. A person or organization of the literature on creativity treats the

term innovation in this fashion (Zaltman. Duncan, Holbek, 1973, page.7).

3. ..... is an idea, practice, or object that is perceived as new by an individual. It matters little, so for 

as human bahavior is concerned, wheather or not an idea is “objectively” new as measured by

the lapse of time since its first use or discovery. The perceived newness of the idea for the

individual determines his or her reaction to it. If the idea seems new to the individual, it is an

innovation M. Rogers, 1983, page 11).

Dari beberapa pengertian inovasi di atas dapat kita lihat bahwa tidak terjadi perbedaan

yang mendasar tentang pengertian inovasi antara satu dengan yang lain. Dari definisi-definisi di

atas dapat disimpulkan bahwa inovasi merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara,

 barang-barang, yang dapat diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau

sekelompok orang (masyarakat). Jadi, inovasi/pembaruan penemuan diadakan untuk 

memecahkan masalah guna mencapai tujuan.

B.  Pengertian Difusi

Page 25: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 25/38

Menurut Everett Rogers (1995) difusi adalah sebagai berikut :  Diffusion as the process by

which an innovation is adopted and gains acceptance by members of a certain community. A

number of factors interact to influence the diffusion of an innovation. The four major factors that 

influence the diffusion process are the innovation it self, how information about the innovation is

communicated, time, and the nature of the social system into which the innovation is being 

introduced.

Difusi diartikan sebagai proses suatu inovasi dikomunikasikan, diadopsi dan dimanfaatkan

oleh warga masyarakat tertentu. Difusi merupakan suatu proses mengkomunikasikan inovasi

melalui suatu saluran dalam suatu rentang waktu diantara anggota suatu sistem sosial, termasuk 

sistem pendidikan. Melalui proses difusi tersebut, memungkinkan suatu inovasi diketahui oleh

orang banyak dan dikomunikasikan sehingga menyebarluas dan akhirnya digunakan oleh

masyarakat, Oleh karena itu, tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh

anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial yaitu individu, kelompok informal,

organisasi, dan atau subsistem (Rogers, 1995).

Jadi proses difusi terjadi karena ada pihak-pihak yang menginginkannya, atau secara

sengaja merencanakan dan mengupayakannya terjadinya suatu perubahan. Dari definisi di atas

dalam proses difusi terjadi interaksi antara empat komponen, yaitu : a) karakteristik inovasi itu

sendiri; b) bagamana informasi tentang inovasi dikomunikasikan; c) waktu ; dan d) sifat sistem

sosial di mana inovasi diperkenalkan.

C.  Aplikasi Difusi Inovasi Dalam Pembelajaran

Pembelajaran merupakan salah satu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang berkembang

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam bidang pendidikan,

teknologi telah memainkan peranan penting dalam proses pembelajaran. Sebagian lembaga

 pendidikan telah mengadopsi teknologi untuk memfasilitasi dan memudahkan proses

 pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, masih banyak juga lembaga

 pendidikan yang belum akrab dengan teknologi tersebut.

Ketidak akraban tersebut pada satu sisi dapat diduga sebagai akibat difusi teknologi yang

tidak merata. Pada sisi lain, ada kemungkinan karena keterbatasan biaya dan sumber daya

manusia dalam lembaga pendidikan tersebut. Keberhasilan penyebaran atau difusi teknologi

Page 26: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 26/38

merupakan suatu inovasi yang dapat melembaga (institusionalisasi) dalam suatu masyarakat

melalui peran agen pembaruan, sistem sosial dan organisasi.

Inovasi-inovasi dibidang pembelajaran, seperti pemanfaatan siaran radio, televisi, komputer,

dan internet dengan berbagai jenis inovasi turunannya sudah pasti menuntut pendidik dan pesrta

didik mampu mengubah dirinya menjadi pengguna teknologi, khususnya teknologi informasi dan

komunikasi (TIK) yang kreatif, sudah pasti kualitas proses pembelajarannya akan meningkat.

Contoh difusi inovasi yang paling sederhana dalam pembelajaran misalnya saja pada alat

 berhitung. Dahulu orang menggunakan jarinya atau kerikil sebagai alat menghitung, kemudian

muncul simpoa yang digunakan untuk penambahan dan pengurangan. Simpoa mudah dibawa ke

mana-mana. Bentuknya berupa kerangka kayu dengan manik-manik pada batang-batangnya.

Perkembangan selanjutnya mulai ditemukan mesin hitung dan alat-alat bertenaga listrik yaitu

kalkulator. Dengan alat tersebut, dapat menghitung jauh lebih cepat dan jarang salah.

 

BAB III

KESIMPULAN

Pembelajaran adalah suatu bidang inovasi dan perubahan dalam sistem pendidikan. Salah

satu kawasan teknologi pembelajaran adalah pemanfaatan dengan salah satu kategorinya yaitu

difusi inovasi. Studi tentang difusi (penyebaran) dan inovasi (pembaruan) pembelajaran

merupakan hal penting dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran masyarakat. Difusi dan

inovasi adalah pangkal terjadinya perubahan sosial (social change) yang merupakan inti

 pembangunan masyarakat. Masyarakat yang sedang membangun merasa berkepentingan dengan

inovasi, penemuan baru, baik berupa gagasan, barang atau alat baru maupun tindakan.

Oleh karena difusi inovasi itu adalah merupakan suatu proses komunikasi ide, hal-hal

yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia yang diamati atau dirasakan sebagai

sesuatu yang baru yang selanjutnya diadopsi dan dimanfaatkan oleh seseorang atau sekelompok 

orang (masyarakat) dalam rentang waktu tertentu pula.

Page 27: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 27/38

Contoh difusi inovasi yang paling sederhana dalam pembelajaran misalnya saja pada alat

 berhitung. Dahulu orang menggunakan jarinya atau kerikil sebagai alat menghitung, kemudian

muncul simpoa yang digunakan untuk penambahan dan pengurangan. Simpoa mudah dibawa ke

mana-mana. Bentuknya berupa kerangka kayu dengan manik-manik pada batang-batangnya.

Perkembangan selanjutnya mulai ditemukan mesin hitung dan alat-alat bertenaga listrik yaitu

kalkulator. Dengan alat tersebut, dapat menghitung jauh lebih cepat dan jarang salah.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Seel B dan Richey C. (1994 ). Instructional Technology : The Definition and Domain of 

the field. Wasington DC : Association for Education Communication andTechnology.

Bambang Warsita. (2008). Teknologi Pembelajaran dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Rogers, Everet M (1997). Communication of Innovation. London : Collier Macmiliian Publisher.

Page 28: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 28/38

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberikantaufiq dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini yang berjudul “Hakikat Difusi dan Inovasi Pembelajaran”.Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugasmata kuliah Difusi dan Inovasi Pembelajaran MTP - 555.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat diselesaikanatas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalamkesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada mereka. Khususnyaucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Sigit Wibowo Selaku dosen matakuliah ini atas doa dan restunya untuk penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangandan kesalahan dalam penjelasannya bahkan masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kami mohon kepada bapak Dosen atau sahabat-sahabat dan

siapa saja yang dapat memberikan arahan dan bimbingan untuk selanjutnyadan kritikan yang bersifat membangun untuk menuju kearah yang lebih baik.

Cianjur, Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HalamanKATAPENGANTAR .............................................................................................................................. iDAFTARISI .............................................................................................................................................. iiBAB I PENDAHULUAN

Page 29: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 29/38

A.  LatarBelakang ........................................................................................................... 1

B.   TujuanPenulisan ...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASANA.Pembelajaran .............................................................................................................. 3B. Inovasi

Pendidikan .................................................................................................... 4C. Difusi Inovasi

Pendidikan ....................................................................................... 5BAB IVKESIMPULAN ..................................................................................................... 9

DAFTARPUSTAKA ............................................................................................................. 10

Page 30: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 30/38

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anakataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorangagar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya.Mengingat akan pentingnya pendidikan, maka pemerintah punmencanangkan program wajib belajar 9 tahun, melakukan perubahankurikulum untuk mencoba mengakomodasi kebutuhan siswa. Kesadaranakan pentingnya pendidikan bukan hanya dirasakan oleh pemerintah, tetapi juga kalangan swasta yang mulai melirik dunia pendidikan dalammengembangkan usahanya. Sarana untuk memperoleh pendidikan yangdisediakan oleh pemerintah masih dirasakan sangat kurang dalam upayamemenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan.

Perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan yangsemakin maju pesat menghasilkan inovasi di berbagai bidang. Peningkatankualitas pendidikan pada saat ini menjadi perhatian. Peningkatan kualitaspendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya inovasi pendidikan. Apa yangingin dicapai melalui inovasi-inovasi pendidikan tersebut, yaitu usaha untukmengubah proses pembelajaran, perubahan dalam situasi belajar yangmenyangkut kurikulum, peningkatan fasilitas belajar mengajar sertapeningkatan mutu profesional guru. Hal yang ingin dicapai melalui inovasipendidikan juga meliputi sistem administrasi dan manajemen pendidikansecara keseluruhan dan hubungannya dengan kebijakkan nasional.

Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses yang

ditata dan diatur sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agardalam pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan dankompetensi dasar dapat tercapai secara efektif. Oleh karena itu, seorangguru yang profesional harus mampu menjadi inovator atau adaptor dari hasilinovasi agar siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna danberhasil. Difusi inovasi pembelajaran yang tepat dan efektif akan sangatberpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.

Difusi inovasi pada dasarnya merupakan penyebarluasan gagasaninovasi melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan denganmenggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial masyarakat. Oleh karena sistem sosial

merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi adopsi inovasi, makaproses difusi inovasi tidak senantiasa berjalan mulus. Hal ini disebabkanperbedaan latar belakang dan sistem sosial yang berlaku.

Pemimpin yang berpengaruh (opinion leaders) memiliki peran yangsangat penting pada perubahan perilaku individu. Opinion Leadership is thedegree to which an individual is able to influence other individualis’ attitudesor overt behavior informally in a desired way with relative frequency .

Page 31: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 31/38

Kepemimpinan yang berpengaruh merupakan suatu tingkat di mana seorangindividu secara tidak optimal ke arah kondisi yang diharapkan, sesuaidengan norma yang berlaku. Sementara itu, agen perubahan (Changeagent) merupakan individu yang mempengaruhi pengambilan inovasi kearah yang dapat diharapkan.

Maka melalui penulisan makalah ini yang akan menjadi bahasan adalahbeberapa hal yang berkaitan dengan Hakikat Difusi dan InovasiPembelajaran.

B. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana untuk

meningkatkan keprofesionalan yang dimiliki, dan selain itu untuk mengkajisejauhmana inovasi pembelajaran yang telah dilakukan dibandingkandengan teori-teori yang telah diperoleh. Sementara tujuan secara khususnyaadalah untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah Difusi danInovasi Pembelajaran dengan kode mata kuliah 555.

Page 32: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 32/38

BAB IIPEMBAHASAN

A.  Pembelajaran

Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yangterjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan olehproses pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu stimulus bersamadengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehinggaperbuatanya ( performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalamisituasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.

Istilah pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Romiszowski(1981:4) merujuk pada proses pembelajaran berpusat pada tujuan atau goaldirected teaching process yang dalam banyak hal dapat direncanakansebelumnya (pre-planned). Proses Pembelajaran yakni proses membuatorang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan, unsur

kesengajaan dari pihak diluar individu yang melakukan proses belajarmerupakan ciri utama dari konsep pembelajaran.

Pembelajaran digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa.Sebelumnya, kita menggunakan istilah “proses belajar-mengajar” dan“pengajaran”. Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata“instuction” . Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992), pembelajaranadalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkanterjadinya proses belajar pada siswa. Instruction is a set of events that affect learners in such a way that learning is facilitated. (Gagne, Briggs, dan Wager,1992, hal 3).

 Jika kembali kepada konsep pembelajaran atau pengajaran dalam

kaitannya dengan konsep belajar dapat dikemukakan bahwa pembelajaranmerupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dalam artiperubahan prilaku individu melalui proses mengalami sesuatu yangdiciptakan dalam rancangan proses pembelajaran, namun harus dibericatatan bahwa tidak semua proses belajar terjadi karena ada prosespembelajaran, seperti belajar dari pengalaman sendiri.

Maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran merupakan kegiatan yangdilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitasdan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaranmerupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi,dan dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.

Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajarterjadi karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteksinteraksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat.

B. Inovasi PendidikanSecara etimologi inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna

pembaharuan, perubahan baru. Inovasi adakalanya diartikan sebagaipenemuan tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri

Page 33: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 33/38

atau invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu itu telah adasebelumnya tetapi belum diketahui orang. Invensi adalah penemuan yangbenar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia contohnya teori belajar,mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk, metodedan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa hasil

diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapatkan awalanme sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan memberi latihan.Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan,dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (kamus besar bahasaindonesia, 1991: 232). Selanjutnya pengertian pendidikan menurut kamusbesar bahasa indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata lakuseseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya mengajaran dan pelatihan.

Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar dalam memperbaiki aspek-aspek pendidikan dalam praktiknya. Menurut Hamijoyo mengemukakaan

inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru dan kualitatif berbedadari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untukmeningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalampendidikan. Sedangkan menurut Ibrahim mendefinisikan inovasi pendidikanadalah inovasi (pembaruan) dalam bidang pendidikan atau inovasi yangdilakukan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan. Inovasipendidikan merupakan suatu ide, barang, metode yang dirasakan ataudiamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang(masyarakat) baik berupa hasil inversi atau diskoversi yang digunakan untukmencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah-masalahpendidikan.

Dari kedua pendapat pakar di atas mengenai inovasi pendidikan, dapatditarik kesimpulan bahwa inovasi pendidikan adalah ide, barang, metodeyang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atausekelompok orang (masyarakat) yang digunakan untuk mencapai tujuantertentu dalam pendidikan atau memecahkan masalah-masalah pendidikan.

Inovasi pendidikan menurut Tilaar harus didukung oleh kesadaranmasyarakat untuk berubah. Apabila suatu masyarakat belum menghendakisuatu sistem pendidikan yang diinginkannya maka tidak akan mungkin suatuperubahan atau inovasi pendidikan terjadi. Apabila masyarakat telahmerasakan bahwa inovasi pendidikan merupakan suatu keharusan makaakan melahirkan pemikiran-pemikiran dan pelaksanaan inovasi pendidikan.

Seperti halnya yang ditemukan di negara-negara maju atau di negara-negara yang melihat pendidikan sebagai kunci dari pengembangan sumberdaya manusia yang diperlukan bagi eksistensi kehidupan bangsa.C. Difusi Inovasi Pendidikan

Menurut Evrett Rogers (1995) difusi adalah sebagai berikut :Diffusion as process by which an innovation is adopted and gains

acceptance by members of a certain community. A number of factorsinteract to influence the difusion of an innovation. The four major factors

Page 34: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 34/38

that influence the diffusion process are the innovation it self, howinformation about the innovation is communicated, time, and the nature of the social system into which the innovationis being introduced.

Difusi diartikan sebagai proses sebagai proses suatu inovasidikomunikasikan, diadopsi, dan dimanfaatkan oleh warga masyarakat

tertentu. Difusi merupakan suatu proses mengkomunikasikan inovasi melaluisaluran dalam suatu rentang waktu diantara anggota suatu sistem sosialtermasuk sistem pendidikan. Melalui proses difusi tersebut memungkinkansuatu inovasi diketahui oleh orang banyak dan dikomunikasikan sehinggamenyebar luas dan akhirnya digunakan oleh masyarakat. Oleh karena itu,tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggotasistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial yaitu individu, kelompokinformal, organisasi, dan atau susbsistem (Rogers, 1995).

Inovasi dalam teknologi pembelajaran dapat dikatakan berhasilbilamana berdampak positif bagi proses pembelajaran peserta didik. Inovasidalam teknologi pembelajaran dapat dilakukan pada salah satu atau

beberapa komponen pembelajaran. Komponen-komponen tersebut meliputipeserta didik, pendidik/ guru, sarana dan prasarana, dan biaya. Inovasi yangefektif perlu dilakukan secara bertahap dan hati-hati. Inovasi yang terlaluambisius menjadi tidak realistis sehingga sangat besar kemungkinannyamengalami kegagalan atau penolakan dari berbagai pihak yang terkaitdengan upaya inovasi tersebut.

Inovasi lebih dari mengemukakan suatu gagasan yang cemerlang,melainkan bagaimana mewujudkan gagasan tersebut dalam tindakan nyatayang berdampak positif bagi peningkatan kualitas pembelajaran.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan inovasi dalamteknologi pembelajaran yang diharapkan berimplikasi positif bagi proses

belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut.1. Inovasi yang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi

pembelajaran bagi peserta didik tertentu yang menuntut pendidik/gurumenciptakan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan setiapkarakteristik peserta didik. Inovasi seperti ini memerlukan upaya sungguh-sungguh dan strategi yang handal untuk dapat diterapkan dalam sistempembelajaran di sekolah.

2. Inovasi harus berpusat atau bertitik tolak atau diciptakan atas dasarkesesuaian bagi peserta didik sehingga mempunyai implikasi yang positif bagi kemudahan belajar bagi peserta didik.

3. Para pakar, perancang pembelajaran, dan para pendidik/guru yang pada

umumnya mensintesa suatu sistem pembelajaran dari bentuk-bentuk inovasiyang ditarik dari seluruh subsistem pembelajaran yang komprehensif.

4. Bentuk inovasi yang disesuaikan dengan kemampuan satuan pendidikantempat inovasi tersebut dilaksanakan cenderung akan menghasilkan inovasiyang parsial dan seadanya.

5. Tidak ada yang dapat mengklaim paling benar sepanjang belum dapatdibuktikan efektivitas dan efesiensinya terhadap hasil belajar yangdiharapkan oleh dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam kurun

Page 35: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 35/38

waktu tertentu. Oleh karena itu, setiap inovasi harus terus dilaksanakansampai berhasil kecuali bila ditemukan inovasi yang lebih tepat.

6. Inovasi selalu diwarnai dengan suasana ketidakpastian mengenaiefektivitasnya terhadap kualitas pembelajaran, namun selalu menciptakanperubahan yang dinamis dari waktu ke waktu dan dari lingkungan budaya

yang satu ke lingkungan budaya peserta didik yang lain, dari lingkunganbudaya yang satu kelingkungan budaya yang lain dari peserta didik yangsama. Oleh karena itu, inovasi yang berhasil disuatu tempat belum tentuberhasil ditempat lain.

7. Inovasi dalam pembelajaran dapat dilaksanakan baik pada sektorpendidikan formal, pendidikan nonformal/kursus/pelatihan, maupunpendidikan informal pada segala macam bentuk, jalur dan jenjangpendidikan yang terkait dengan berbagai bidang kehidupan. 

Akhirnya, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalammelakukan inovasi dalam pembelajaran, yaitu :

1. Inovasi dalam teknologi pembelajaran bukan suatu upaya sekali jadi, dankemudian seluruh komponen dalam institusi akan tunduk mengikutinyadengan tertib dan disiplin. Banyak upaya persuasi, diskusi, sosialisasi,bimbingan, serta pelatihan harus dilakukan agar proses inovasi teknologipembelajaran berhasil.

2. Untuk keberhasilan suatu inovasi dalam teknologi pembelajaran adabeberapa hal yang harus diantisipasi, dipersiapkan serta dilaksanakan tahapdemi tahap sehingga inovasi diterima (diadopsi) dengan baik. Di dunia initidak ada upaya tanpa hasil, dan sama halnya pula tidak akan ada hasil yangdapat kita raih tanpa upaya yang sungguh-sungguh dalam melakukaninovasi teknologi pembelajaran.

3. Tantangan terbesar pada inovasi teknologi pembelajaran adalah pada saatgagasan atau teknologi baru mulai diluncurkan. Secara alamiah, hampirdapat dipastikan bahwa setiap gagasan atau teknologi baru dalampembelajaran akan mendapatkan tantangan dan mungkin tantangan yangkeras dari berbagai pihak. Suatu inovasi dalam teknologi pembelajarandapat mengancam kemapanan sekelompok orang dalam suatu institusi yangselama ini sudah merasa mapan.

4. Agar efektif, keberhasilan adopsi inovasi teknologi pembelajaran banyakditentukan oleh sosialisasi gagasan yang handal dan menyeluruh; partisipasiseluruh komponen serta sumber daya manusia dalam suatu organisasipendidikan; komitmen pimpinan puncak guna mengarahkan transformasi

atau perubahan pengetahuan ; sikap dan perilaku sesuai dengan harapandan tujuan inovasi teknologi pembelajaran untuk memberikan kemudahan,fasilitas belajar, dan kegiatan pembelajaran.

5. Teori difusi inovasi dapat diaplikasikan dalam teknologi pembelajaran.Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasitersebut, maka para teknolog mempertimbangkan faktor-faktor yangmenghambat dan mempermudah difusi inovasi teknologi pembelajarantersebut.

Page 36: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 36/38

6. Inovasi akan terus terjadi karena didorong oleh adanya faktor luar danfaktor dalam diri manusia serta adanya interaksi antara keduanya. Faktordalam diri misalnya keinginan dan kebutuhan serta adanya potensi untukmeningkatkan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan faktor luaradalah perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya. Interaksi antara

faktor dari luar dan faktor dalam menyebabkan terjadinya perkembanganilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasi tanpa henti.7. Akhirnya mari kita lakukan inovasi secara sistematis, sehingga tujuan

inovasi dapat dicapai. Selamat berinovasi. Jangan pernah menyerah sebeluminovasi berhasil dilaksanakan secara efektif. Jangan pernah berhentimenciptakan inovasi karena tercapainya cita-cita mulia mencerdaskanbangsa selalu membutuhkan inovasi berkelanjutan dalam teknologipembelajaran.

Page 37: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 37/38

BAB IIIKESIMPULAN

Proses pembelajaran yaitu proses membuat orang melakukan proses

belajar sesuai dengan rancangan. Unsur kesengajaan dari pihak di luarindividu yang melakukan proses belajar merupakan ciri utama dari konseppembelajaran. Proses pembelajaran harus dengan sengaja diorganisasikandengan baik agar dapat menumbuhkan proses belajar yang baik yang padagilirannya dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

Suatu perubahan, termasuk perubahan di bidang pendidikan dapatdikatakan sebagai suatu inovasi apabila perubahan tersebut dilakukandengan sengaja untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar lebihmenguntungkan demi upaya untuk meningkatkan kehidupan yang lebihbaik. Inovasi pendidikan digunakan untuk memecahkan masalah pendidikanatau untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan inovasimelalui suatu proses komunikasi tertentu yang dilakukan menggunakansaluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu di antara anggotasistem sosial masyarakat.

Difusi dan inovasi berawal dari keinginan untuk menciptakan sesuatuyang baru dan dapat diterima oleh masyarakat. Pencipta inovasi harusmemiliki persepsi terhadap kebutuhan masyarakat yang cocok dengan kodisidan kebutuhan masyarakat dimana ia hidup. Proses penciptaan difusi daninovasi tentunya membutuhakn waktu yang lama, hal ini dipengaruhi olehkeberadaan masyarakat iru sendiri.

Page 38: Difusi_Inovasi

7/28/2019 Difusi_Inovasi

http://slidepdf.com/reader/full/difusiinovasi 38/38

DAFTAR PUSTAKA

Sigit Wibowo. (2011). Difusi dan Inovasi Pembelajaran Handout kuliahUniversitas Islam As-Syafi’iyah.Jakarta

 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1991).Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua. Jakarta : Balai PustakaMuhibbin Syah. (2004).Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.Udin Saripuddin Winataputra dan Rustana Ardiwinata. (1995). PerencanaanPengajaran. Jakarta: Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.Bambang Warsita. (2008). Teknologi Pembelajaran dan aplikasinya. Jakarta:Rineka Cipta.Rogers, Everet M (1997). Communication of Innovation. London : CollierMacmiliian PublisherIbrahim. (1999). Inovasi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Tilaar, H.A.R. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional

dalam Prespektif Abad ke 21. Magelang: Indonesia ToraWijaya, Cece et. al. (1991). Pembaruan dalam Bidang Pendidikan, Bandung:Rosdakarya.Udin S Winataputra [et al.] teori belajar dan pembelajaran. Jakarta:UT,2008.