DIVERSIFIKASI FUNGSI POSYANDU SEBAGAI ALTERNATIF REVITALISASI POSYANDU DI ERA GLOBALISASI disusun oleh Agustinus Suyoto, S.Pd Guru SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Karya tulis ini disusun untuk diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah kategori Guru, yang diselenggarakan oleh panitia Annual Scientific Meeting dan Temu Alumni 2008 Fakultas Kedokteran UGM.
41
Embed
DIFERENSIASI FUNGSI POSYANDU · Web viewFokus layanan Posyandu juga tidak berubah, yaitu pada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Bedanya, dalam program revitalisasi lebih ditekankan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DIVERSIFIKASI FUNGSI POSYANDU
SEBAGAI ALTERNATIF REVITALISASI POSYANDU
DI ERA GLOBALISASI
disusun oleh
Agustinus Suyoto, S.Pd
Guru SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
Karya tulis ini disusun untuk diikutsertakan dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah kategori Guru, yang diselenggarakan oleh panitia Annual Scientific Meeting dan Temu Alumni
2008 Fakultas Kedokteran UGM.
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis berjudul ”DIVERSIFIKASI FUNGSI POSYANDU SEBAGAI
ALTERNATIF REVITALISASI POSYANDU DI ERA GLOBALISASI” yang
ditulis oleh Agustinus Suyoto, S.Pd, Guru SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, Jl. Dr.
Sutomo 16 Yogyakarta ini telah disahkan oleh Kepala SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
pada tanggal 9 Februari 2008
Yogyakarta, 9 Februari 2008
Yang mengesahkan
Dra. Chr. Rini Suharsih
Kepala SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena pendampingan-Nya lah karya tulis
berjudul Diversifikasi Fungsi Posyandu Sebagai Alternatif Revitalisasi Posyandu di Era
Globalisasi telah berhasil saya selesaikan. Karya tulis ini disusun untuk diikutsertakan
dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah dalam rangka menyambut Annual Scientific Meeting
dan Temu Alumni 2008 Fakultas Kedokteran UGM.
Ada beberapa hal yang ingin dicapai dari penulisan karya tulis ini. Pertama, penulis ingin
ikut serta memberikan sumbangan pemikiran demi tercapainya kondisi masyarakat yang
semakin menyadari pentingnya menciptakan lingkungan hidup sehat secara mandiri.
Kedua, penulis ingin menawarkan alternatif untuk meningkatkan peran dan fungsi
POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) dalam kerangka pendidikan kesehatan khususnya
bagi remaja. Dan ketiga, penulis ingin ikut ambil bagian dalam rangkaian kegiatan yang
diadakan oleh panitia.
Secara garis besar, karya tulis ini membahas masalah upaya merevitalisasi peran
POSYANDU dengan melakukan diversifikasi dalam berbagai bidang pelayanan. Sampai
saat ini, pelayanan POSYANDU masih dianggap terbatas pada pelayanan kesehatan bagi
anak-anak usia balita beserta ibunya dan pelayanan kesehatan bagi para lansia.
POSYANDU sebagai pos pelayanan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan yang
dibuat oleh pemerintah, selama ini mengabaikan peran para remaja baik sebagai kader
kesehatan maupun sebagai subyek layanan. Padahal, di era modern ini remaja juga
termasuk kelompok ”rawan kesehatan” namun sekaligus sebagai kelompok ”potensial
srategis” untuk menciptakan masyakarat yang sehat,cerdas, dan berkualitas. Anak usia
SD juga perlu mendapat perhatian karena pada masa itu pertumbuhan mereka memasuki
masa penting. Sedangkan kaum laki-laki perlu diberdayakan demi terwujudkan organisasi
posyandu yang berkualitas dan mandiri. Oleh sebab itu, diversifikasi layanan menjadi
mendesak untuk dilakukan jika Posyandu benar-benar akan difungsikan sebagai garda
depan penciptaan masyakarat sehat, cerdas, dan berkualitas.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi
kedalaman pembahasan maupun keluasan referensi. Untuk itu, penulis sangat berterima
kasih apabila ada usulan-usulan untuk penyempurnaan karya tulis ini.
Semoga, karya ini sedikit banyak mampu memberikan sumbangan pemikiran untuk
pengembangan derajat hidup dan kesehatan masyarakat.
Bab I Pendahuluan ............................................................................................................ 1
Bab II Tinjauan Pustaka .................................................................................................... 4
Bab III Metode Penulisan ................................................................................................ 10
Bab IV Pembahasan ......................................................................................................... 12
Bab V Penutup ................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka ...................................................................................................................18
Biodata Penulis .................................................................................................................19
ABSTRAKSI
Setelah terjadinya krisis ekonomi dan dinamika politik di Indonesia, peran Posyandu dalam pelayanan kesehatan semakin merosot. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya kasus di bidang kesehatan.
Untuk mengatasi hal itu, pemerintah telah mencanangkan program revitalisasi Posyandu sejak tahun 1999. Namun sampai saat ini hasilnya belum begitu memuaskan. Salahsatu faktor penyebab kegagalan tersebut adalah kurang bervariasinya program yang disiapkan oleh Posyandu.
Untuk mendukung keberhasilan program revitalisasi Posyandu perlu dilakukan upaya diversifikasi bentuk layanan dan subyek layanan. Diversifikasi bentuk layanan Posyandu meliputi program layanan penyuluhan bagi remaja usia subur, program kegiatan peningkatan perekonomian keluarga, program studi banding anggota, program rekreasi bersama, program aksi kebersihan bersama, program peduli orang sakit, dan program kunjungan khusus. Sedangkan program diversifikasi subyek layanan meliputi perluasan subyek layanan pada anak-anak usia SD, remaja usia subur, dan kaum laki-laki. Di samping subyek layanan yang sudah ada yaitu balita, ibu hamil dan menyusui, serta lansia, subyek di atas perlu dimasukkan dalam target layanan dengan spesialisasi khusus pada masing-masing subyek.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Krisis ekonomi dan dinamika kehidupan berpolitik bangsa Indonesia baik secara
langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada derajat hidup dan kesehatan
masyarakat. Pengaruh tersebut mencakup dua sisi sekaligus. Pada satu sisi masyarakat
cenderung bergerak ke arah budaya transparansi di mana masyarakat dan media massa
tidak lagi menutup-nutupi segara persoalan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Termasuk persoalan-persoalan yang pada era sebelumnya dianggap tidak layak
dipublikasikan, seperti bencana kelaparan, wabah penyakit, dan kasus-kasus gizi buruk
pada anak-anak di bawah umur. Sedangkan pada sisi lain ditemukan fakta bahwa
kemampuan ekonomi sebagian masyarakat semakin menurun. Artinya secara perlahan-
lahan karena pengaruh krisis ekonomi berkepanjangan jumlah penduduk miskin dan di
bawah standar sejahtera semakin hari semakin meningkat.
Akibat dua hal di atas, masyakarakat Indonesia menjadi tahu bahwa terjadi banyak kasus
kesehatan yang bermunculan ke permukaan. Misalnya kasus penyakit polio, gizi buruk,
wabah flu burung, wabah demam berdarah, dan sebagainya. Munculnya kasus-kasus
tersebut pada satu sisi sedikit banyak dibantu oleh peran media massa yang memang
mendapat kebebasan lebih luas dalam melakukan pemberitaan kepada masyarakat. Tentu
saja akibat pemberitaan kasus-kasus tersebut, masyarakat menjadi semakin mengerti
bahwa masih terdapat banyak masalah dalam bidang kesehatan masyakarat. Gambaran
yang telah tertanam bahwa melalui sistem pelayanan kesehatan yang dibangun selama
bertahun-tahun derajat kesehatan masyakarat khususnya anak-anak dan balita meningkat
perlahan-lahan memudar. Dan berubah menjadi keresahan di kalangan masyakarat.
Melihat kasus-kasus di bidang kesehatan mengemuka lagi, pemerintah tampaknya tidak
tinggal diam. Pemerintah merespon berbagai kasus tersebut dengan membenahi kembali
sistem pelayanan kesehatan. Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) banyak yang
direnovasi agar dapat difungsikan sebagai rumah sakit dengan fasilitas rawat inap.
Tenaga medis diprioritaskan untuk diproses sebagai pegawai pemerintah. Bahkan
pemerintah juga telah mencanangkan program pemberdayaan kembali (revitalisasi) Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Program Revitalisasi Posyandu yang dicanangkan pemerintah tampaknya tidak main-
main. Hal ini dapat dilihat dari besarnya alokasi dana yang disediakan oleh pemerintah
untuk program ini. Beberapa petunjuk pelaksanaan revitalisasi juga telah dikeluarkan
oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah.
Sampai saat ini program revitalisasi yang telah digulirkan oleh pemerintah sejak tahun
1999 ini tampaknya belum mampu secara signifikan meningkatkan peran Posyandu
dalam membangun masyarakat. Berbagai kendala dilaporkan terjadi di lapangan.
Ada beberapa faktor yang kiranya menjadi faktor penghambat keberhasilan program
revitalisasi posyandu. Pertama, stigma yang diberikan oleh masyakarat yang
menganggap bahwa persoalan posyandu merupakan persoalan para ibu dan kaum
perempuan. Kedua, anggapan bahwa subyek layanan posyandu hanya terbatas pada anak
balita dan ibu hamil. Ketiga, opini masyakarat yang menganggap bahwa posyandu
merupakan kegiatan murni sosial yang diselenggarakan atas dasar sukarela dan
kesadaran. Keempat, anggapan bahwa layanan kesehatan komersial lebih berkualitas bila
dibandingkan dengan layanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
B. MASALAH
Yang menjadi persoalan dalam revitalisasi Posyandu adalah strategi macam apa yang
perlu dirumuskan demi tercapainya target revitalisasi Posyandu. Strategi baru ini perlu
ditemukan agar posyandu benar-benar mampu menjadi garda terdepan dalam penciptaan
masyakarat Indonesia yang memiliki derajat kesehatan tinggi dan kesadaran tinggi akan
pentingnya pemeliharaan kesehatan.
C. GAMBARAN SOLUSI (HIPOTESIS)
Salahsatu alternatif agar program revitalisasi posyandu mencapai hasil yang diharapkan,
yaitu posyandu benar-benar berfungsi sebagai kelompok terdepan dalam peningkatan
derajat kesehatan masyakat adalah dengan melakukan diversifikasi fungsi Posyandu.
Jika selama ini Posyandu hanya difungsikan sebagai pos layanan bagi anak usia balita
dan ibu hamil, serta lansia, ke depan posyandu perlu difungsikan secara lebih bervariasi.
Sehingga semakin banyak anggota masyarakat yang ikut ambil bagian dalam kegiatan
posyandu.
D. MANFAAT
Jika strategi tersebut dapat ditemukan, ada beberapa manfaat yang dapat dipetik.
Pertama, posyandu dapat kembali berfungsi sebagai kelompok pelayanan kesehatan
masyarakat. Kedua, masyakarat semakin memiliki kepedulian terhadap keberadaan dan
kelangsungan hidup posyandu. Ketiga, masyarakat semakin menyadari pentingnya
posyandu sekaligus memiliki kesadaran untuk memanfaatkan posyandu. Keempat, dunia
usaha dan ormas tidak ragu-ragu dalam membantu pengembangan posyandu baik
membantu dari segi finansial maupun bidang lain seperti keorganisasian dan pendidikan
kader.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa artikel yang telah membicarakan persoalan kualitas kesehatan dalam
hubungannya dengan peran Posyandu. Pertama, artikel yang ditulis oleh Nitta Isdiany
yang berjudul ”Peran Poltekkes Dalam Penyediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Untuk Desa Siaga”(2006). Artikel ini secara garis besar membicarakan kondisi kesehatan
di Indonesia. Sejumlah data dimunculkan dalam artikel ini, antara lain masalah jumlah
balita yang mengalami gizi buruk, tingkat kematian bayi dan ibu hamil. Solusi yang
ditawarkan penulis artikel ini adalah dengan pembentukan desa siaga dengan berbagai
persyaratan yang perlu dipenuhi untuk dapat disebut sebagai desa siaga.
Pakar lain yang juga membicarakan masalah revitalisasi Posyandu adalah Benny
Soegianto, MPH , seorang konsultan gizi dari UNICEF Indonensia. Dia mengatakan
bahwa jika berfungsi sebagaimana mestinya, Posyandu bisa memonitor tumbuh kembang
balita yang menjadi anggotanya. Kasus-kasus gizi buruk biasanya terjadi karena tidak ada
yang melakukan pemantauan terhadap perkembangan anak. Mestinya Posyandu bertugas
melakukan monitoring atas perkembangan anak sehingga tidak sampai terjadi kasus gizi
buruk. Dia juga mengatakan bahwa titik terlemah dalam pelayanan lima meja Posyandu
adalah meja keempat, yaitu komunikasi. Hasil pemantauan terhadap subyek layanan
seharusnya dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, tetapi jarang
dilakukan oleh para kader Posyandu.(www.gizi.net)
Artikel lain yang secara sistematis membicarakan bentuk-bentuk layanan Posyandu
terdapat dalam situs www.kmpk-forum-posyandu. Dalam situs ini diuraikan secara jelas
meja-meja layanan Posyandu, yang meliputi lima meja. Kelima meja layanan tersebut
adalah meja pendaftaran, meja penimbangan, meja pengisian KMS (Kartu Menuju