-
1
SEORANG BAYI DENGAN KELUHAN DIARE DAN MUNTAH
KELOMPOK 8
Nadia Alwainy (03008171) Rachma Tia Wasril (03010228)
Phoespha Mayangsarie (03008191) Radian Savani (03010229)
Prita Rosdiana (03010222) Ramayani Batjun (03010231)
Putri Maulia Sari (03010224) Ratu Suci Angraini (03010232)
Putri Sarah (03010225) Raysa Angraini (03010233)
R. Ifan Arief Fahrurozi (03010226) Reynatta Audralia
(03010234)
Rachel Silency Aritonang (03010227)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
Jakarta, 06 Juni 2012
-
2
BAB I
PENDAHULUAN
Diare masih merupakan salah satu penyebab utamamorbilitas dan
mortalitas anak di
negara yang sedangberkembang. Dalam berbagai hasil Survei
kesehatan Rumah Tangga diare
menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3berbagai penyebab kematian
bayi di Indonesia.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak
dampakyang terjadi karena
infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat
menimbulkan gangguan
sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat
dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dankeseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel
epitel,penetrasi ke lamina
propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan
maldiges dan malabsorpsi.
Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya
dapat mengalami
invasi sistemik. Secara umum penanganan diare akut ditujukan
untuk
mencegah/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan
elektrolit dan asam basa,
kemungkinan terjadinya intolerasi, mengobati kausa diare yang
spesifik,mencegah dan
menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta.
Untuk melaksanakan
terapidiare secara komprehensif, efisien dan efekstif harus
dilakukan secara rasional.
Pemakaian cairan rehidrasi oralsecara umum efektif dalam
mengkoreksi dehidrasi.Pemberian
cairan intravena diperlukan jika terdapat kegagalan oleh karena
tingginya frekuensi diare,
muntah yang tak terkontrol dan terganggunya masukan oral
olehkarena infeksi. Beberapa
cara pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah
banyak diungkap dan
penanganan menggunakan antibiotika yang spesifik dan
antiparasit.
-
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Sesi I
Seorang bayi berusia 15 bulan dibawa ke puskesmas dengan keluhan
diare dan
muntah. Diare telah berlangsung selama 3 hari dengan tinja cair
dan berlendir tanpa darah.
Pada pemeriksaan fisik bayi gelisah, suhu 38,9C, berat badan
14kg, denyut jantung
128x/menit, frekuensi pernafasan 24x/menit, mukosa mulut kering,
ubun-ubun dan mata
cekung, turgor kulit kurang.
Sesi II
Kasus di atas 2 hari kemudian dibawa lagi ke RS karena diarenya
bertambah hebat,
disertai muntah, panas tinggi dan kejang. Pada pemeriksaan anak
somnolent, perut kembung
dan pernafasan 56x/menit. Denyut jantung 156x/menit. Pemeriksaan
elektrolit dan analisa gas
darah dijumpai sbb: Na : 152meq/l, K: 2,4meq/l, Ph: 7,25, BE:
-12meq/l. Bikarbonat:
15meq/l. Gula darah : 256mg%, BUN : 45mg%.
-
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Identitas pasien
Nama : -
Umur : 15 bulan
Alamat : -
Pekerjaan : -
B. Daftar Masalah
Masalah Interpretasi masalah
Diare dan Muntah 3 hari Diare akut
Tinja cair dan berlendir tanpa darah Lapisan atas mukosa rusak.
Diakibatkan
oleh infeksi kuman patogen yang non
invansif. Menyebabkan hilangnya vili usus
sehingga proses penyerapan makanan
terganggu.
Bayi gelisah Ini dapat disebabkan karena anak
mengalami dehidrasi akibat diare
C. Hipotesis
-Diare Sekretorik
-Diare Osmotik
D. Anamnesis tambahan
1. Sudah berapa lama terjadi diarenya?
2. Seberapa sering pasien buang air dalam sehari?
3. Apa saja makanan yang dikonsumsi oleh pasien?
4. Sudah diberikan obat atau oralit atau belum untuk
menanggulangi diarenya?
E. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik Interpretasi
Suhu 39,8C Kemungkinan infeksi
Berat badan 14kg Obesitas
Heart Rate 128x > 156x /menit Tachicardi
Respiratory Rate 24x ->56x /menit Tachipnoe. Kompensasi dari
tubuh untuk
-
5
membuang CO2
Mukosa mulut kering, ubun-ubun dan mata
cekung, turgor kulit kurang
Dehidrasi berat dikarenakan water loss
yang banyak.
Kembung Karbohidrat yang tidak diserap
menghasilkan gas.
Kejang Karena ketidakseimbangan elektrolit
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Data Data Kasus Nilai
Normal Interpretasi Keterangan
Pemeriksaan
Darah :
Natrium 152 meq/l 134 - 145 meq/l Hipernatremia Asidosis
Metabolik
Kalium 2,4 meq/l 3,6 - 5,8 meq/l Hipokalemia Asidosis
Metabolik
Ph 7,25 7,35 - 7,45 Asam Asidosis
Metabolik
Base Excess
(BE) (-)12 meq/l (-)3 - (+)3 meq/l Menurun
Asidosis
Metabolik
Bicarbonate 15 meq/l 22 - 29 meq/l Menurun Asidosis
Metabolik
Gula Darah 256 mg% 60 - 100 mg% Hiperglikemia Asidosis
Metabolik
Blood Urea
Nitrogen
(BUN)
45 mg% 5 - 18 mg% Meningkat
Intake Protein
Tinggi /
Ketoasidosis
-
6
Blood Urea Nitrogen (BUN)
Ureum merupakan produk akhir metabolisme protein yang
mengandung
nitrogen. Ginjal berperan dalam mengeleminasi urea dari tubuh.
Pada penurunan
fungsi ginjal, kadar urea nitrogen darah (Blood Urea Nitrogen,
BUN) meningkat, dan
juga peningkatan ini dapat menunjukkan kerusakan glomerulus. BUN
diperoleh dari
metabolisme protein normal dan dieksresikan didalam urin. Namun
kadar BUN juga
dapat dipengaruhi oleh kurangnya zat makanan dan
hepatotoksisitas, yang merupakan
efek umum dari beberapa toksikan, sehingga kenaikan nilai BUN
tidak dapat
dijadikan indikator terjadinya gangguan fungsi ginjal
Base Excess (BE)
BE digunakan untuk mengkaji komponen metabolic dari perubahan
asam
dan basa dan menunjukkan apakah pasien mempunyai asidosis
metabolik/alkalosis
metabolik
BE menunjukkan jumlah asam yang dibutuhkan untuk mengembalikan
pH
darah individu ke interval pH (7,35-7,45) dengan jumlah CO2 pada
nilai standar
BE > +3 menunjukkan pasien mempunyai darah yang
memerlukan
peningkatan jumlah asam secara ABN untuk mengembalikan pH ke
netral
(menunjukkan Alkalosis) atau mengindikasikan pasien dengan
asidosis metabolic/
primer atau sekunder terhdap alkalosis respiratorik
BE< -3 biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis, missal
kebutuhan asam
yang berlebihan dipindahkan dari darah untuk mengembalikan pH
kembali ke normal
(pasien dengan metabolic asidosis/ primer atau sekunder terhadap
alkalosis
respiratoris)
Ph (Asam Basa)
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan
asam
basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam
bentuk ammonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa
yang dibuang,
yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH/buffer dalam darah sebagai
pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu
penyangga pH yang
-
7
paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat
(suatu komponen
basa) berada dalam keseimbangan dengan CO2 (suatu komponen
asam). Jika lebih
banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak
bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Jika lebih banyak basa yang
masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak CO2 dan lebih sedikit
bikarbonat.
3. Pembuangan CO2
CO2 adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan
terus menerus yang
dihasilkan oleh sel. Darah membawa CO2 ke paru-paru dan di
paru-paru CO2 tsb
dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernapasan di otak mengatur
jumlah CO2 yang
dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernapasan. Jika
pernapasan meningkat, kadar CO2 darah menurun dan darah menjadi
lebih basa. Jika
pernapasan menurun, kadar CO2 darah meningkat dan darah menjadi
lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernapasan, maka pusat
pernapasan dadn
paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Nilai HCO3 yang berada dibawah normal dapat menjadi indikator
terjadinya
asidosis metabolik dalam tubuh, yaitu terjadinya keasaman darah
yang
berlebihan,yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam
darah. Bila
peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan
benar-benar
menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan
menjadi lebih dalam
dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan
asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah karbondoksida. Pada akhirnya,
ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih
banyak asam
dalam air kemih. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal
tidak mampu untuk
membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam
yang normal
pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara
normal.
Pemeriksaan Penunjang Diare
1. Pemeriksaan Tinja
a. Dapat ditemukan lender disertai darah
b. Ph asam/basa
c. Leukosit > 5/LBP
d. Biakan test dan tes sensitivitas untuk etiologi bakteri dan
tatalaksana
e. ELISA untuk virus
-
8
2. Pemeriksaan Darah
a. Gangguan elektrolit
b. Analisa Gas Darah
G. Diagnosis
Diare sekretorik dengan dehidrasi hipertonik berat
Kami menyimpulkan bahwa pasien tersebut mengalami diare
sekretorik karena
adanya gejala klinis yang mendukung diagnosis tersebut, yaitu
keluarnya tinja
berlendir tanpa adanya darah. Selain itu, gejala pasien yang
menunjukan tanda adanya
dehidrasi, mengindikasikan bahwa pasien terlalu banyak
mengeluarkan air dan
elektrolit dari dalam tubuh. Alasan kami memberi kan bahwa
pasien tersebut
mengalami dehidrasi hipertonik berat karena adanya gejala
kejang, nadi yang
cepat,dan tugor kulit yang berkurang. Selain itu, hali ini di
dukung dengan adanya
kadar natrium dalam plasma darah yang meningkat
(hipernatremia).
H. Diagnosis banding
Diare osmotik
Karena gejala dan tandanya mirip tetapi berbeda etiologi.
I. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini
adalah
1. Rehidrasi
Karena pada pasien ini mengalami dehidrasi yang berat hingga
kejang maka
diperlukan rehidrasi IVFD. Menurut cara WHO, rehidrasi IVFD
dibagi menjadi 3
tahapan. Yaitu tahap emergensi,rehidrasi total,dan rumatan.
Karena pasien ini
tahap emergensi
30 cc/kg bb selama 1/2 jam
rehidrasi total
70 cc/kg bb selama 4 jam
rumatan
(NWL + CWL + Suhu)
Ket :
NWL : Normal water
loss
CWL : Cutaneous Water
Loss
-
9
berumur lebih dari 1 tahun maka penatalaksanaan yang diberikan
sebagai berikut:
Pertama kali dilakukan tahap emergensi, untuk mencegah
terjadinya dehidrasi
yang lebih berat lagi, dan mencegah kembali terjadinya kejang.
Kemudian
diberikan rehidrasi total untuk mengganti cairan tubuh yang
telah hilang. Lalu
tahap selanjutnya diberika jika keadaan umum masih lemah atau
diare masih
banyak. Rumus NWL pada pasien tersebut adalah NWL=
1000cc+50(BB-10).
2. Pengaturan diet
Jika anak ini mengkonsumsi susu formula, usahakan anak ini
diberikan ASI
karena ASI masih optimal.
3. Simptomatik
Karena anak ini mengalami demam dan kejang maka diberikan
antipiretik dan
antikonvulsan.
4. Antibiotika ( diberikan atas indikasi yang tepat dan
ketat).
Antibiotika dapat diberikan apabila telah mendapatkan hasil
kultur penyebab
terjadinya diare, karena pemberian antibiotika pada pasien
tersebut harus sangat
tepat agar tidak terjadi efek samping yang tidak diinginkan.
J. Komplikasi
-Malnutrisi
K. Prognosis
Ad vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
-
10
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
USUS HALUS
- Usus halus halus relatif panjang rata-rata 5 m
- Terdiri dari 3 segmen :
1. Duodenum
2. Jejunum
3. Ileum
- Usus halus berfungsi:
a. Mengangkut bahan makanan (chyme) dari lambung ke usus
besar
b. Menyelesaikan pencernaan dengan sekret enzim yang berasal
dari dinding dan
kelenjar pelengkapnya
c. Menyerap hasil akhir pencernaan ke dalam pembuluh darah dan
limf pada
dindingnya
d. Mensekresi hormon-hormon tertentu.
- Bangunan bangunan khusus pada mukosa
Plika sirkularis kerckring
Merupakan lipatan permanen yang berjalan spiral atau melingkar
terdiri
atas seluruh tebal mukosa dengan submukosa di bagian
tengahnya.
Tiap lipatan dapat melingkari 2/3 atau lebih lumen usus, tetapi
jarang
melingkari seluruh lumen usus.
Berkembang secara maksimal pada akhir duodenum dan pada
bagian
proksimal jejunum, setelah itu berkurang dan menghilang pada
setengah
bagian distal ileum.
-
11
Vilus dan
Kriptus
Vilus, merupakan tonjolankecil mirip jari atau daun pada
membran
mukosa
Panjangnya 0,5 1,5 mm da hanya terdapat pada usus kecil
Kontraksi sel-sel otot polos di tengah vili menyebabkan vili
dapat
mengkerut dan memendek, jadi membantu aliran limf.
Pada umumnya vili memendek bila usus mengembang.
Kriptus Lieberkuhn, bangunan-bangunan berbentuk tabung bermuara
di
antara dasar vili.
Susunan kriptus tidak serapat kelenjar-kelenjar lambung,
ruang-ruang di
antaranya terisi oleh jaringan ikat lamina propria.
-
12
Villus intestinal
Kriptus
lieberkuhn
Mikrovili
Masing-masing mikrovili diliputi oleh membran plasma, yang
lapisan
luarnya dilengkapi dengan jala filamen halus yang memberi
gambaran
kabur.
Selubung filamen ini mengisi ruang ruang antar mikrovili dan
ujung-
ujungnya , membentuk suatu lapisan permukaan yang tidak
terputus-
putus, mengandung glikoprotein, dan tahan terhadap bahan
proteolitik dan
mukolitik.
-
13
- Epitel mukosa usus merupakan epitel silindris, tetapi berbeda
dengan epitel
permukaan lambung, oleh karena terdapat lebih dari satu jenis
sel.
Sel silindris ( sel absorptif)
o Terletak di atas lamina basal
o Intinya lonjong dan terletak di bagian basal sel
o Tiap sel mempunyai batas yang bergaris (striated border)
atau
berbentuk sikat (brush border) yang terdiri atas mikrovili
berjajar
dan berhimpitan.
o Lapisan glikoprotein dibentuk oleh sel-sel silindris dan
mengandung
enzim-enzi, pencernaan seperti disakarida dan dipeptidase
yang
memecah gula dan peptida
o Sel silindris juga membentuk enzim fosfatase alkali dan
enterokinase
yang terdapat pada lapisan permukaan.
Sel goblet
o Tersebar di antara sel-sel silindris
o Jumlahnya bertambah dari duodenum sampai ujung ileum.
o Pada umumnya dasar sel ramping berwarna gelap dan berisi
inti.
o Puncaknya mengembung berbentuk khusus karena kumparan
butir-
butir sekret mukus.
o Seperti sel silindris, sel goblet bermigrasi dari kriptus ke
vilus
o Kemudian semakini banyak butir sekret yang ditimbun, bentuk
selnya
makin menyerupai piala, dan dilepaskan diujung vilus.
-
14
Sel enteroendokrin
o Mengeluarkan peptida pengatur aktif yang berhubungan
dengan
sekresi lambung, motilitas intestinal, sekresi pankreas, dan
kontraksi
kandung empedu.
o Tersebar diantara sel-sel absortif dan sel goblet:
Sel gastrinintestinal pada vili dan kriptus
Sel penghasil somastatin (sel D) sepanjang usus halus
Sel penghasil cholecystokinine (sel I) crypti duodenum dan
jejunum
Sel penghasil enteroglucagon/glycentine (sel L) pada
mucosa jejunum dan ileum
Sel enterochromaffin sel EC1) sepanjang mukosa usus
halus , penghasil serotonin dan substan P
Sel K paling sering terlihat pada crypti duodenum dan
jejunum, mengahsilkan gastric inhibitory peptide.
-
15
Sel paneth
o Ditemukan hanya pada dasar cryptus usus halus
o Berbentuk piramid dengan dasar lebar dan puncak sempit
o Sel paneth menghasilkan lisozim suatu enzim yang mencerna
dinding
sel bakteri tertentu , dan agaknya berkemampuan
memfagositosis
bakteri tertentu.
o Walaupun fungsinya belum diketahui dengan pasti, ia
mungkin
mengatur flora mikrobial usus.
o Sel paneth dewasa mengandung banyak granula dan terletak di
dasar
kriptus
o Sel yang kurang dewasa terletak agak tinggi pada kriptus
o Pergantian sel paneth lebih lambat (30-40 hari) dibanding
dengan sel
silindris atau sel
goblet.
Sel paneth
- Lamina propria
terdapat diantara kelenjar intestinal dan di tengah vilus.
Digambarkan sebagai jaringan ikat longgar yang menjurus ke arah
limfoid.
Di dalam jala serat retikulin terdapat sel retikular primitif
denga inti besar,
lonjong, dan pucat, limfosit, makrofag dan sel plasma.
Terdapat pula sejumlah besar folikel solietr atau noduli
limfatisi yang
menyendiri, jumlahnya semakin banyak pada bagian distal
usus.
Membentuk agregrat besar terdiri dari 20 atau lebih lympho
nodulus disebut
plaque payeri.
-
16
Dari sudut pandang imunologik, lamina propria adalah penting
dengan sel
limfosit dan makrofag sebagai sawar antara tubuh dan
antigen,
mikroorganisme dan bahan asing lainnya yang selalu ada di dalam
lumen usus.
plaque peyeri
T. serosa T. mukosa
T.submukosa
- Kelenjar submukosa duodenum (Brunner) terdiri atas sel kubis
tinggi dengan inti
gelap, gepeng, terletak di basal sel dan sitoplasmanya jernih
bervakuola.
- Kelenjar Brunner menghasilkan mukus basa
- Sekret asam lambung dapat menyebabkan erosi pada mukosa
duodenum, dan sekresi
kelenjar submukosa mencegah hal tersebut dengan mukusnya.
- Sifat alkalinya diduga disebabkan oleh kapasitas bufer
bikarbonat.
- Sel kelenjar Brunner mengandung urogastrone, suatu peptida
yang menghambat
sekresi asam hidroklorida di dalam lambung.
-
17
USUS BESAR
- Panjangnya 180 cm
- Terdiri dari :
Sekum berhubungan dengan ileum melalui katup ileosekal
Apendiks suatu divertikulum kecil dari sekum
Kolon mulai dari sekum dan dibagi dalam bagian ascenden,
transversa dan
descenden
Rektum saluran anus
- Fungsi usus besar :
Absorpsi cairan
Mensekresi mukus pelumasan menjadi lebih penting karena
cairan
diabsorpsi dan feses menjadi lebih keras sehingga kemungkinan
merusak
mukosa menjai lebih besar.
Pencernaan yang dilakukan oleh enzim yang ada di dalam
makanan.
Pembusukan oleh bakteri yang selalu ada di dalam usus besar.
- Usus besar tidak mempunyai plika dan vili
- Epitel permukaan tampak lebih rata daripada yanga ada di usus
kecil
- Sel goblet jumlahnya lebih banyak.
-
18
- Batas ileosekal
o Terjadi perubahan mendadak pada mukosa, yaitu membentuk lipatn
anterior
dan posterior menjadi dua daun katup.
o Terdiri dari mukosa dan submukosa yang diperkuat oleh massa
otot polos
melingkar
- Apendiks
Panjangnya 25 cm
Dalam potongan melintang, lumennya sempit dan biasanya dengan
batas
yang tidak teratur.
Vili tidak ada dan kelenjar intestinal jumlahnya sedikit dan
panjang tidak
teratur
Epitel permukaan tersusun dari sel silindris dengan striated
border dan sel
gobletnya sedikit,
Di dalam kriptus terdapat sedikit sel paneth, dan banyak sel
enteroendokrin.
Apendiks seringkali sebagai tempat peradangan akut dan kronis,
sehingga
sukar mendapatkan apendiks yang normal. Biasanya terdapat
eosinofil dan
neutrofil dalam lamina propria dan submukosa.
Dalam jumlah banyak eosinofil dan neutrofil berturut-turut
menunjukkan
adanya infeksi menahun dan infeksi akut.
-
19
- Sekum, kolon dan rektum
Kelenjar intestinal lebih dalam pada usus besar dari pada usus
kecil dan
letaknya lebih berhimpitan. Di kolon dalamnya 0,5 mm, sedangkan
di rektu
mencapai 0,75 mm.
Sel goblet jumlahnya banyak dan sel enteroendokrinkadangkala
terdapat di
bawah di dalam kelenjar.
Sel paneth tidak ada
Lamina propria di antara kelenjar sama dengan yang ada di usus
halus, dan
mengandung noduli limfatisi yang letaknya tersebar meluas di
submukosa.
Pada sekum dan kolon, lapisan muskularis longitudinal tidak
merupakan
lapisan yang utuh tetapi membentuk 3 pta memanjang, sebagai
taeniae coli.
Pada rektum lapisan longitudinal ini kembali menjadi lapisan
yang utuh.
Tunika serosa, pada permukaan yang tidak melekat di dinding
abdomen
pagian posterior, membentuk tonjolan-tonjolan kecil terdiri atas
jaringan
lemak yaitu apendiks epiploika.
-
20
- Batas rektum anus
Disini membran mukosa membentuk lipatan-liptan memanjang
disebut
Kolumna Rektalis Morgagni.
Epitel silindris tiba-tiba berubah menjadi epitel berlapis
gepeng yang meluas
sedikit ke bawah sebagai daerah peralihan antara epitel usus dan
kulit.
Pada anus, epitelnya mengandung lapisan tanduk dan dibawahnya
terdapat
kelenjar tubulosa bercabang disebut kelenjar sirkumanal
Pada bagian bawah rektum, dan pada saluran anus, lapisan dalam
muskularis
menebal, sebagai sfingter ani internum
Mengelilingi saluran anus adalah berkas-berkas otot lurik, yang
membentuk
sfingter ani eksternum.
-
21
H
-
22
PROSES PENCERNAAN TIGA KATEGORI NUTRIEN UTAMA
NUTRIEN
ENZIM
yang
Bekerja
Sumber
Enzim
Tempat
Kerja
Enzim
Keja Enzim Satuan Nutrien
yang Diserap
KARBOH
IDRAT
Amilase Kelenar
liur
Mulut
dan
korpus
lambung
Menghidrolisis
polisakarida
menjadi Disakarida
Disakari
dase
(sukrase,
maltase,
laktase)
Sel Epitel
usus halus
Brush
Border
usus
halus
Menghidrolisis
disakarisa menjadi
monosakarida
MONOSAKARID
A
(glukosa,
galaktosa, fruktosa)
Saluran Tunika
mukosa
Lamina
propria
Tunika
muskulari
s mukosa
Tunika
submukosa
Tunika
muskularis T.serosa /
adv
Duodenu
m
EST+
SG+mik
rovili+vi
lus
Kriptus
lieberkuhn
kel.
Brunner
T. adv
Jejunum EST+
SG+
vilus
KL plica
semisircul
ar kekringi
T.serosa
Ileum EST+
SG+
vilus
KL+plaqu
e peyeri
T.serosa
Rectum EST+S
G>
KL T.adv
Appendix EST+S
G>>
KL+NL
seluruh
dinding
T.serosa
-
23
PROTEIN
Pepsin Sel Utama
Lambung
Antrum
Lambun
g
Menghidrolisis
protein menjadi
fragmen peptide
Tripsin,
Kimotrip
sin,
Karboksi
peptidase
Pankreas
Eksokrin
Lumen
usus
halus
Menyerang
fragmen peptide
yang berbeda
Aminope
ptidase
Sel epitel
usus halus
Brush
Border
usus
halus
Menghidrolisis
fragmen peptide
menjadi asam
amino
Asma amino dan
beberapa peptide
kecil
LEMAK
Lipase Pankreas
Eksokrin
Lumen
usus
halus
Mmenghidrolisis
trigliserida menjadi
asam lemak dan
monogliserida
Asam lemak dan
monogliserida
Garam
Empedu Hati
Lumen
usu halus
Mengelmusikan
globulus lemak
besar
Asam lemak dan
monogliserida
.
B. Etiologi diare
Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi
buang air
besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya BAB
3x atau lebih
dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang tidak
seperti biasanya . BAB
encer dapat atau tanpa disertai lendir dan darah .
Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi:
Faktor infeksi :
- Factor infeksi enteral -> infeksi pada GIT (penyebab
utama)
Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus ,Coronavirus,
Calcivirus
-
24
Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigela sp. (1-1%), Vibrio
cholerae, dan lain-lain
.
Parasit: Entamoeba histolytica ( infeksi diluar GIT (OMA, BP,
Ensefalitis,dan lain-lain)
- Keracunan makanan
- Malabsorbsi: karbohidrat, lemak dan protein.
- Alergi: makanan, susu sapi
- Imunodefisiensi: AIDS
C. Jenis diare
1) Diare menurut sifatnya
a. Diare akut
Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lebih
lembek dan cair, bersifat mendadak datangnya dan berlangsung
kurang dari 2 minggu.
b. Diare kronis
Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu ( Suharyono,
2008).
2) Diare menurut mekanismenya
a. Diare sekretori
terjadi akibat stimulasi primer dari enterotoksin atau oleh
neoplasma .Toksin yang
dikeluarkan bakteri (toksinkolera), pengaruh garam empedu,
hormonintestinal seperti
gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) menyebabkan
gangguan transport
cairan elektrolit (abs > ) b. Diare osmotik
Bahan yang tidak dapat diserap akan meningkatkan osmolaritas
dalam rongga usus
sehingga menarik air &elektrolit dari plasma ke rongga usus
(hyperosmolar dan
hiperperistaltik ) kemudian menimbulkan diare .
-
25
Contoh : Intoleransi makanan, waktu pengosonganlambung yang
cepat, defisiensi
enzim laktase,laksan osmotik.
c. Diare eksudatif
Karena kerusakan mukosa usus halus atau usus besar akibat
inflamasi. Inflamasi dan eksudasi
dapat terjadi akibat infeksi bakteri, non infeksi (gluten
sensitiveenteropathy, IBD), atau
akibat radiasi.
Contoh : kolitif ulserosa, penyakit Crohn,amebiasis,
shigellosis,
champylobacter,Yersinia
d. Diare karena gangguan motilitas
Diare gangguan pada kontrol otonomik usus sehingga waktu tansit
usus menjadi lebih
cepat. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk
menyerapmakanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika
peristaltik menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan
menimbulkan diare .
Contohnya : pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi
usus,
hipertiroid,tirotoksikosis, sindroma usus iritabel .
D. Patofisologi
HIPERGLKEMIK
Hiperglikemi pada pasien ini disebabkan oleh asidosis yang
dialami pasien. Asidosis intrasel
menghambat enzim pencetus gikolisis. Karena glukosa tidak
dipecah, maka terjadi kenaikan
glukosa dalam dasar (hiperglikemik)
KEMBUNG
Diare dapat mengganggu penyerapan karbohidrat baik akibat
peningkatan motilitas (waktu
penyerapan di usus berkurang) maupun akibat kerusakan sel epitel
yang pada kasus ini
disebabkan oleh mikoorganisme. Karbohidrat yang tidak diserap
dapat dimetabolisme oleh
bakteri di dalam usus besar (sekitar 80 g/hari) menjadi asam
organic yang berguna untuk
menghasilkan energi, yang juga menghasilkan gas dalam jumlah
besar.
-
26
MUNTAH
Muntah merupakan refleks perlindungan. Pusat muntah terletah di
medulla oblongata,
diantaranya dicapai melalui kemoreseptor pada area postrema di
bawah ventrikel ke-4 (zona
pencetus kemoreseptor CTZ). CTZ diaktivasi oleh agonis dopamine,
digitalis glikosida,
nikotin, enterotoksin stafilokokus serta hipoksia, uremia, dan
diabetes mellitus. Namun pusat
muntah dapat juga di aktivasi tanpa diperantarai oleh CTZ. Pusat
muntah diaktifkan dari
saluran pencernaan melalui aferen n. vagus yang pada pasien
akibat inflamasi pada usus.
E. Fisiologi Penyerapan Garam dan Air
Natrium dapat diserap baik secara pasif maupun aktif. Jika
gradien elektrokimia mendorong
perpindahan Na dari lumen ke dalam darah, difusi pasif Na dapat
terjadi di antara sel epitel
Perpindahan Na menembus sel memerlukan energi dan transporter.
Natrium dapat secara
pasif masuk ke sel epiitel di permukaan luminal atau dapat di
kotransportasikan betsa dengan
glukosa atau asam amino. Natrium kemudian secara aktif dipompa
keluar sel di batas
basolateral ke dalam ruang lateral antara sel-sel yang tidak
terdapat taut erat. Dari sini Na
berdifusi ke dalam kapiler.
Penyerapan Cl, H2O, glukosa, dan asam amino dari usus halus
dikaitkan dengan penyerapan
Na yang bergantung energi.
Cl secara pasif mengikuti penurunan gradien listrik yang
diciptakan oleh penyerapan Na dan
dapat secara aktif di absorbsi jika diperlukan.
Sebagian besar penyerapan H2O di saluran pencernaan bergantung
pada transporter aktif
yang memompa Na ke dalam ruang lateral, sehingga tercipta daerah
dengan tekanan osmotik
tinggi di antara sel-sel. Tekanan osmotik lokal yang tinggi Ini
menginduksi perpindahan H2O
dari lumen menuju sel (menembus sel) menuju ke ruang lateral.
Air yang masuk ke ruang
lateral akan menurunkan tekanan osmotik, tetapi akan
meningkatkan tekanan hidrostatik
(cairan). Akibatnya H2O terdorong dari ruang lateral ke interior
vilus, tempat zat ini
kemudian diserap oleh jaringan kapiler. Sementara itu lebih
banyak Na yang dipompa ke
ruang lateral untuk mendorong penyerapan lebih banyak H2O.
-
27
BAB V
KESIMPULAN
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama, karena masih
tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare
akut adalah infeksi Rotavirus
yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotika.
Pemakaian antibitika hanya untuk kasus-kasus yang
diindikasikan.Masalah utama diare akut
pada anakberkaitan dengan risiko terjadinya dehidrasi.
Upayarehidrasi menggunakan cairan
rehidrasi oral merupakansatu-satunya pendekatan terapi yang
paling dianjurkan.Penggantian
cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi
diare akut. Pemakaian
antisekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat memperbaiki
frekuensi dan lamanya diare.
Hal lain yang perludiperhatikan adalah pemberian makanan atau
nutrisi yang cukup selama
diare dan mengobati penyakit penyerta.
-
28
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Hadi S. Keluhan-Keluhan yang Sering Pada Gastroenterologi. In:
Hadi S, Editors.
Gastroenterologi. Bandung : Alumni;2002;p. 37-56
Ruuska T, Vesikari T (1990). "Rotavirus disease in Finnish
children: use of numerical scores for clinical severity of
diarrhoeal episodes". Scand. J. Infect. Dis. 22 (3): 259
67.
Hempel, S; Newberry, SJ, Maher, AR, Wang, Z, Miles, JN, Shanman,
R, Johnsen, B,
Shekelle, PG (2012 May 9). "Probiotics for the prevention and
treatment of antibiotic-
associated diarrhea: a systematic review and meta-analysis.".
JAMA : the journal of
the American Medical Association 307 (18): 1959-69.
Schiller LR (2007). "Management of diarrhea in clinical
practice: strategies for
primary care physicians". Rev Gastroenterol Disord 7 (Suppl 3):
S2738.
Mitchell DK (November 2002). "Astrovirus gastroenteritis". The
Pediatric Infectious
Disease Journal 21 (11): 10679.