PERBEDAAN PERSEPSI MENSTRUASI ANTARA ANAK YANG BELUM DENGAN ANAK YANG SUDAH MENSTRUASITERHADAPKECEMASANDALAM MENGHADAPI MENSTRUASI Oleh: DIAN ROSMALENI NIJ\1: 103070029040 Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi FAKULTAS PSIKOLOC;I UIN SYARIF HIDAYATULILAH JAKARTA 2007
137
Embed
DIAN ROSMALENI · 2014. 7. 8. · darah haid, nifas, maupun istihadhah (Shalih, 2005)1. Dan Perubahan paling awal yang akan dialami remaja putri adalah haid atau m13nstruasi yaitu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PERBEDAAN PERSEPSI MENSTRUASI ANTARA
ANAK YANG BELUM DENGAN ANAK YANG SUDAH
MENSTRUASITERHADAPKECEMASANDALAM
MENGHADAPI MENSTRUASI
Oleh:
DIAN ROSMALENI NIJ\1: 103070029040
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh
gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOC;I
UIN SYARIF HIDAYATULILAH
JAKARTA
2007
PERBEDAAN PERSEPSl MIENSTRUASI ANTARA 11\NAK YANG BELUM
DENGAN ANAK YANG SUD11!,H MENSTRUASI TERH,a.DAP KECEMASAN i
DAlAM MENGHADAPI MENSTRUASI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultais Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
Pembimbing I,
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
DIAN ROSMALENI NIM: 103070029040
Di Bawah Bimbin(Jan
irnbin!~ 11,
Dra. Agustyawati, M. Phil, S111e NIP. 132 121 898
. Diana Mutiah, M.Si NIP. 1SO 277469
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PERBEDAAN PERSEPSI MENSTRUASI ANTARA
ANAK YANG BELUM DENGAN ANAK YANG SUDAH MENSTRUASI
TERHADAP KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENSTRUASI telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pada tanggal 27 Desember 2007. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memp1aroleh gelar Sarjana
Psikologi.
Jakarta, 27 Desember 2007
1 Sidang Munaqasyah
f<etua Me a gkap Anggota,
?-
Ora. Ne artati M. Si NIP. ·150 2 938
Anggota:
Penguji I \
Pembirnbing I
Dra. Ji_qm;;tyawati, M. Phil, Sne NIP. 132121 898
Dra. Zahri:> un NIP. 150 238 7
Penguji II
Drs. Rahlllilt Mulyono, M.Si. Psi NIP. 0 293 240
imbing II
• • Diana Mutiah, M. Si: ll!IP. 150 227 469
KARYA INI DIPERSE1"1BHAKAN
UNTUK KEDUA ORAl'JG TUAKU
DAN ORANG-ORA.NG YANG
KlJSAYANG
ABSTRAKSI
(A) Faklutas psikologi (B) Desember 2007
(C) Dian Rosmaleni (D) Perbedaan Persepsi Menstruasi Antara Anak Yan£1 Belum Dengan Anak
Yang Sudah MenstruasiTerhadap Kecemasan Dalaim Menghadapi Menstruasi
(E) 80 Halaman + Lampiran Salah satu informasi yang penting adalah informasi tentang seksualitas, terutama pada remaja putri yang berhubungan den!}an organ tubuh dan fungsinya karena pada remaja putrid mengalami pertumbuhan fisik lebih awal dan berakhir lebih dulu dibandingkan dengan anak laki-laki (Badriyah & Diati, 2004:45), dan juga khusus pada wanita Allah SWT menjadikan mereka tidak pernah lepas dari pendamhan baik itu berupa darah haid, nifas, maupun istihadhah (Shalih, 2005)1. Dan Perubahan paling awal yang akan dialami remaja putri adalah haid atau m13nstruasi yaitu proses peluruhan pembuluh darah yang menempel di dinding rahim lantaran tidak terjadi proses pembuahan (Badriyah ,g, Diati, 2004:137).
Untuk mengetahui info tentang seksualitas atau perubahan-perubahan tersebut mudah sekali didapat mulai dari teman sampai media, tetapi informasi atau isi yang didapat belum tentu benar secara ilmiah, karena isi tersebut tidak mempertimbangkan usia yang mengakibatkan banyak remaja putri bukan menjadi tahu dan bertambah ilmu tetapi malah menjadi bingung yang pada akhirnya membuat persepsi yang salah tentang informasi yang didapat, secara psikologi Santrock (2002: 152) memberikan pengertian tentang persepsi yaitu prosies interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau objek tertentu, dan juga apa yang diinderakan atau dirasakan. Dan pesepsi setiap remaja putri berbeda-beda, ada yang memiliki persepsi negatif dan ada yang memiliki persepsi positif, jika remaja putri mempuny;:ii persepsi yang salah tentang menstruasi, akan menimbulkan ketakutan atau kecemasan yang menurut Atkinson (1999: 212) adalah emosi yang ticlak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah· seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang terkadang kita alami dalam tingfrnt yang berbedabeda, dan juga mengakibatkan ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi menstruasi.
(F) Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif clan metode yang digunakan adalah metode komparatif, untuk mencari perbedaan persepsi menstruasi terhadap kecemasan dalam menghadapi menstruasi antara anak yang belum menstruasi dengan anak yang sudah menstruasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 siswi yang dibagi dalam 2 kelompok, 1 kelompok siswi yang belum menstruasi, dan 1 kelompok lagi
siswi yang sudah menstruasi, dan 2 kelompok ters1:ibut diberikan pernyataan-pernyataan (angket) yang berhubungain dengan menstruasi. Adapun pengambilan sampelnya menggunakan teknik purposive sampling. Setelah dilakukan analisis statistik dengan menggunakan uji t, diperoleh t hitung sebesar 0,799 pada skala persepsi menstruasi, sedangkan t table sebesar 2,00, karena t hitung lebih kecil daripada t table, maka hipotesa nol diterima dan hipotesa alternatif ditolak, artinya tidak ada perbedaan persepsi menstruasi. Pada slcala kecemasan dalam menghadapi menstruasi diperoleh t hitung sebesar 2, 031, sedangkan t table sebesar 2,00, karena t hitung lebih besar daripada t tabel maka hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternatif diterima, artinya ada perbedaan kecemasan dalam menghadapi menstruasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi terhadap menstruasi dan tingkat kecemasan pada siswi yan11 belum dan sudah menstruasi, sedangkan Penelitian ini menyarankan agar orang tua dan guru memberikan informasi yang benar tentang meinstruasi dan memberikan penyuluhan tentang organ tubuh dan 1fungsi dari organ tubuh itu sendiri, agar tidak menyebabkan kecemasan dalam menghadapi menstruasi.
(G) Bahan bacaan: 29 (1987-2006).
KA TA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaan nirrahiim Segala puja dan puji semua tertuju kepada Allah SWT, Sang Pencipta alam semesta, Sang Pemberi nikmat dan rahmat bagi seluruh makhluknya, terlebih kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang sederhana ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah ke junjungan dan suri tauladan penulis dan seluruh umat manusia di dunia, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya yang tetap setia kepada Allah SWT dan Rasul-Nya hingga hari kiamat.
Adapun skripsi ini disu:>un untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana psikologi di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk memperdalam wawasan dan menambah pengalaman tentang penelitian di bidang psikologi. Serta penulis sangat berharap dengan penulisan skripsi ini semoga dapat memberikan manfaat bagi khalayak yang membaca. W'alaupun di dalamnya dapat dikatakan masih jauh dari sempurna dan masih sangat membutuhkan berbagai macam saran dan kritik dari pembaca.
Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari peran serta dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
2. lbu Ora. Agustyawati, M.Phil.Sne, dan lbu Ora. Diana Mutiah, M.Si, selaku dosen pembimbing 1 dan 2. Terima kasih yang sebesarbesarnya atas arahan dan bimbingannya selama penulisan skripsi, sehingga penulis mendapatkan begitu banyak ilrnu dan pengalaman.
3. Kedua orang tuaku, Ayahanda M. Zaini (Alm), se1moga rahmat Allah SWT dan ampunan-Nya selalu tercurah kepada beliau di alam kubur, dan begitu juga ibundaku Tihana, yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis mengenal arti cinta dan kasih sayang. Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih l<:ecil.
4. Adikku tercinta, Faizah Nafisah, yang terus setia mendampingi dan menemani penulis mengarungi hidup yang penuh dengan ujian dan
cobaan, semoga kita tetap kompak dan saling rnemotivasi satu dengan yang lainnya.
5. Schatzi ku, "Kamal Febriansyah" yang telah memberikan motivasi dan mencurahkan begitu banyak perhatian l<epada penulis, membuat hidup penuh dengan arti dan optimisme. Semoga kami tetap bersama dalam satu il<atan sampai akhir hayat. Amin.
6. Saudara-saudaraku tersayang, yang telah begitu banyak membantu penulis baik secara moral maupun materiil, sehingga penulis menjadi seperti sekarang ini.
7. Sahabat-sahabat seperjuanganl<u mulai dari teman "maen" (Mba'e, Sari, Ochie, anak-anak panitia 17an yang tidal< pernah berganti panitia) SD (Irma, Ito, Meri, dll), SMP (DEN; 432, Otox's, Q-thinl<, dll) Aliyah (DESKY, lpan, Echa, Davi, dll), lntan SS, Kiki, Vita, Neneng, Dewi, Nia Adit, ilunk, Wawan, Ai & Bowo, Fitkam & gank's, Tsunayya & gank's, Anis & gank's anak Kelas B lainnya, teman-teman KKL (kakak Chacam; lrin, Lucky, lntan, Suci, dan lka) dan angkatan 2003 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tidak sedikitpun penulis mengurangi rasa terima kasih dan hormat kepada mereka. Terima kasih sobat atas dukungan dan kebersamaan. lngat ini adalah langkah awal menuju l<esuksesan, semoga kesuksesan selalu menyertai kita semua.
8. Seluruh guru, dosen dan para staff penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu mulai dari SD sampai jenjang perkuliahan, semoga amal baik Kalian semua diterima Allah SWT dan ilmu yang telah penulis dapatkan bermanfaat bagi penulis dan masyaral<at.
9. Bapak Kepala Yayasan PSAA Putra Utama 3 Te1bet (Panti Sosial Anak Asuh) beserta anak asuhnya, tempat KKL penulis, dan Bapak Kepala Sekolah MTs sa'adatuddarain dan MTsN 6 Conclet, tempi:.t penelitian skripsi yang telah memberikan izin penelitian untuk penulis.
10. Rental Bang Juri dan Mas Dolly serta Foto Copy Mas Farid, yang telah banyak membantu perlUlis clalam penulisan skripsi.
Akhirnya semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang kita lakukan dan terus mencurahkan rahmat dan pintu ilmu-Nya kepada kita semua. Amin.
kecemasan, bahasan yang keempat tentang Remaja Awai sub
bahasannya meliputi definisi remaja awal, periode-periode
perkembangan, tugas perkembangan remaja awal, karakteristik
perkembangan remaja awal.
BAB Ill Metode Penelitian
Terdiri dari Jenis Penelitian, Pengambilan Sampel, Pengumpulan
Data, dan Teknik Analisa Data.
BAB IV Presentasi Dan Analisis Data
Penelitian yaitu gambaran umum subjek penelitian, analisis.
Membahas presentasi dan analisis data, meliputi gambaran umum
subjek penelitan, presentasi data uji.
BAB V Kesimpulan, Diskusi Dan Saran
11
Kesimpulan yang mengemukakan uraian tentang pernyataan
mengenai hasil penelitian sebagai jawaban atas tujuan dan masalah
penelitian. serta Diskusi dan saran penelitian.
2.1 Persepsi
2.1.1. Definisi Persepsi
BAB2
KAJIAN TEORI
lndividu adalah makhluk yang mempunyai persepsi yang berbeda-beda
dalam melihat suatu realitas, seperti melihat suatu benda yang sama maka
mereka memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang benda tersebut.
Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau
pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu (Muslichah, 2003: 27). Menurut Baihaqi (2001>: 63) persepsi adafah
rangsang yang masuk dalam diri kita disertai dengan pemahaman atau
pengertian tentang rangsang tersebut, !<arena ada interaksl atau asosiasL
dengan rangsang yang lainnya atau ~angsang yang sudah dipahami
sebelumnya.
Persepsi juga dapat diartikan sebagai daya mengenal :sesuatu yang hadir
dalam sifatnya yang konkrit jasmaniah, bukan yang sifatnya batiniah
13
(Baihaqi, 2005: 64). Persepsi sebagai suatu proses yang didahull.J1 oleh
stimulus yang diterima oleh alat indera yang kemudian diorganisasikan dan
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang
diinderakannya itu (Davidoff, 1998: 232). Persepsi juga dapat didefinisikan
sebagai interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap suatu peristiwa atau
objek tertentu, dan juga apa yang diinderakan atau dirasakan (Santrock,
2002: 152).
Persepsi adalah objek-objek di sekitar kita, kita tangkap melalui alat-alat
indera dan diproyeksikan pada bagian tertentu di otak sehingga kita dapat
mengamati objek tersebut (Sarlito, 2003: 41), sedangkan menurut Atkinson
(1996: 201) persepsi adalah proses di mana kita mengorganisasikan dan
menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan.
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggabungkan dan
mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari disekeliling
kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Abdurrahman dkk, 2004: 88).
Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda
bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek
rangsang (Abdurrahman dkk, 2004: 89).
14
Perception (persepsi, penglihatan, tanggapan) adalah proses dimana
seseorang menjadi sadar akan sesuatu dalam lingkun!~annya melal\Ji indera-
indera yang dimilikinya, pengaruh lingkungan yang diperoleh melalui
interpretasi data indera (Kartini, 2003: 343).
"A perception is the experience we have after our brain assembles and combines thousands of individual, meaningless sensations into a meaningful/ pattern or image" ( Plotnink, 2005: 124 ).
(Yaitu, persepsi adalah pengalaman yang kita dapat setelah otak kita
menerima dan mengkombinasikan ribuan individu, dari sensasi y<ing tidak
memiliki arti apa-apa sehingga memiliki sebuah arti).
Adapun pandangan Al-qur'an tentang persepsi berdasarkan pada kedudukan
manusia sebagai makhluk yang diberikan amanah kekhalifaan diberikan
berbagai macam keistimewaan yang salah satunya ad;alah proses dan fungsl
persepsi yang lebih rumit dan lebih kornpleks dlbandin!Jkan dengan rnakhluk
lainnya, dalam Al-qur'an proses dan fungsi persepsi dimulai dari proses
,,, .J ,, ,,- o ,,. ,, ,, ,,. ,,. ,,. o o a,,.,,. ,,. ;:; ,,. a ,,. ,,. ,., a a,,,,,. ,,. !? ,, ,, ,,. ,,. o .>
r~ G-1 rlk..ll t~ \;\kv ~1 ~~:ix.II ~ ~ ~1 / /
15
Artinya: Dan Sesungguhnya kami Te/ah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang il'u kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makh/Uk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Poncipta yang paling baik (Al-Mukminun: 12-14).
Dalam ayat ini memang tidak disebutkan mata dan telinga tetapi hanya
fungsinya saja karena sebuah fungsi ini merupakan fu1ngsi vital pada manusla
dan juga disebutkan fungsi tersebut selalu dalam keaclaan berpa:;angan.
Dari penjelasan di atas persepsi dapat disimpulkan sebagai berikut, yaltu
suatu kernarnpuan yang dirniliki setiap individu untuk rnembedakan,
mengelornpokkan, mernfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang
dengan proses pengorganisasian, interpretasi terhadap stimulus yang
diterirna oleh organisrne atau individu sehingga rnerupakan sesuatu yang
berarti, dan merupakan aktivitas yang integred dalarn diri individu.
2.1.2. Ciri-ciri Umum Persepsi
Agar dihasilkan suatu penginderaan yang berrnakna, ada ciri-ciri urnum
tertentu dalarn persepsi (Abdurrahrnan dkk, 2004: 89), yaitu:
1. Modalitas: rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan
modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasa.rdan rnasing-masing
indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi
perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat pem1ukaan bagi peraba dan
sebagainya).
2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang);
kita dapat mengatakan atas-bawah, tinggi-rendah, lluas sempit, latar
depan-latar belakang,dan lain-lain.
16
3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimens,i waktu, seperti cepat
lambat, tua-muda, dan lain-lain.
4. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala
gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu
dengan konteksnya.
Jadi, persepsi adalah proses suatu objek yang melalui suatu penginderaan
yang bermakna, harus memiliki ciri-ciri umum di atas, yaitu modalitas,
dimensi ruang, dimensi waktu, dan struktur konteks.
2.1.3. Prinsip-prinsip persepsi
Organisasi dalam per:>epsi, mengikuti beberapa prinsip (Sarlito, 2003: 41),
yaitu:
a. Wujud dan latar belakang, adalah objek-objek yan~/ kita amati di sekitar
kita selalu muncul sebagai wujud (figure) dengan hal-hal yang lainnya
sebagai latar.
17
b. Pola penggelompokkan, adalah hal-hal tertentu yang cenderung kita
kelompokkan dalam persepsi kita, dan bagaimana kita mengamati hal-hal
tersebut.
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Karena persepsi lebih bersifat psikologi yang rnerupakan proses
penginderaan saja. Maka ada beberapa faktor yang rnempengaruhi
(Abdurrahman dkk, 2004: 118), yaitu:
1 . Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus
menanggapi semua rangsang yang diterimanya untuk itu, individunya
memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu.
2. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih
menarik perhatian, contohnya seseorang sedang berdiri di depan ratusan
wanita. Namun ada satu diantarffratusan wanita itu seorang laki-laki,
sehingga ini dijadikan objek rangsang orang yang berdiri tersebut.
3. Nilai dan kebutuhan individu
Setiap individu dilahirkan berbeda-beda, dalam kebutuhan dan nllal yang
dianut juga berbeda pula, contohnya seorang seniman tentu pL1nya pola
18
dan cita rasa yang berbeda dalarn pengarnatannya dibanding orang yang
bukan senirnan.
4. Pengalarnan dahulu
Pengalaman-pengalarnan terdahulu sangat rnernpengaruhi bagairnana
seseorang rnernpersepsi dunianya artinya manusia tidak akan pernah
lepas dari pengalaman masa lalu yang pernah dirasakannya, begitu juga
ketika manusia menanggapi suatu rangsang, contohnya seorang wanita
yang pernah dicopet handphonenya saat naik angkot, kernudian
pengalarnan ini masuk kealam bawah sadar dia sehingga ketika dia ingin
bepergian dia tidak akan menggunakan angkot, pengalaman ini di
akibatkan karena persepsi dia tentang pencopet.
Perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh hal-hal di bawah ini
(Sarlito, 2003: 46):
1. Perhatian: Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsang yang ada di
sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada $atu
atau dua objek saja.
2. Set: Harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul.
3. Kebutuhan: Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada
diri seseorang, kebutuhan tersebut akan mempengaruhi persepsi.
4. Sistern Nilai: Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat
berpengaruh pula terhadap persepsi.
19
5. Ciri kepribadian: Ciri kepribadian akan mempengariuhi pula persepsi.
6. Gangguan Kepribadian: Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan
kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeida dari ilusi, halusinasi
bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan
saja.
Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa setiap individu m8miliki
perbedaan dalam hal persepsi. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
perhatian, walaupun individu memperhatikan hal yang sama, tentunya
bebeda dari segi perhatian terhadap objek persepsi. Kedua set, atau harapan
seseorang akan rangsang yang akan timbul. Ketiga kebutuhan-kebutuhan,
setiap individu tentunya memiliki kebutuhan yang berbeda. Keempat, sistem
nilai, setiap individu tentunya memiliki sistem nilai yan~1 berbeda satu dengan
yang lainnya sesuai dengan nilai yang ia anut dan patuhi. Kelima, ciri
kepribadian. Dan yang terakhir, gangguan kepribadian.
2.1.5. Hakekat Persepsi
1. Persepsi merupakan kemampuan kognitif
Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal
pembentukan persepsi, orang telah menentukan apa yang telah akan
diperhatikan.
20
Menurut Davidoff (1998:234-236) kesadaran juga mempengaruhi
persepsi. Bila kita dalam keadaan bahagia, maka pemandangan yang
kita lihat akan sangat indah sekali. /ngatan juga berperan pada persepsi.
lndera kita secara teratur akan menyimpan data yang kita terima, dalam
rangka memberi arti. Proses informasi juga mempunyai peran dalam
persepsi, sudah dapat menentukan dan memutuskain data mana yang
akan dihadapi berikutnya, dibandingkan dengan situasi lalu atau saat itu,
lalu membuat interpretasi dan evaluasi. Bahasa jelas dapat
mempengaruhi kognisi kita, dalam memberikan bentuk secara tidak
langsung. Pengujian hipotesa merupakan l<amponem pusat persepsi yang
mengelola informasi.
2. Peran atensi dalam persepsi
Atensi adalah sejumlah rangsangan yang masuk kedalam diri dalam
keadaan sadar dan rangsangan tersebut dipilih yan'g paling menarik dan
paling mengesankan (Davidoff: 1998: 234). Atensi disebutjuga sebagai
keterbukaan untuk memilih, banyak psikolog tertarift untuk menget~hui
tempat atau titik di dalam proses persepsi, di mana atensi memegang
peranannya. Dari hasil penelitian banyak psikolog mengajukan pendapat
bahwa atensi selalu aktif pada waktu tertentu, yaitu: mula-mula ketika
menerima masukan dari dugaan indera, kemudian l<etika harus memilih
dan menginterpretasikan data sensorik dan menentukan apakah akan
memberikan respon terhadap rangsangan tersebut {Davidoff, 1998: 234).
Atensi memiliki ciri-ciri tertentu (Abdurrahman dkk, 2004: 93), yaitu:
1. lntensitasnya, contohnya saat seseorang dapat menghadiri dan
mendengarkan konser musik dengan sepenuh atau setengah hati.
2. Keterbatasan pada kepastian
21
Meskipun manusia dapat mengerjakan lebih dari dua tugas sekaligus,
menurut Daniel Kahneman (dalam Abdurrahman dkk, 2004: 93) seorang
psikolog berkebangsaan Israel, mengatakan bahwa kemampuan atensi
tergantung pada sumber-sumber yang dituntut oleh tugas yang sedang
atau akan dilaksanakan.
Jadi, atensi dapat dicirikan menjadi dua, yaitu intensitas, yaitu seberapa
besar perhatian dia terhadap objek. Dan keterbatasan pada kepastian, yaitu
keterbatasan manusia pada kemampuan atensi yang disebabkan
bergantungnya sumber-sumber yang dituntut oleh tugas yang sedang atau
akan dilaksanakan, meskipun ia dapat mengerjakan dua tugas atau lebih.
2.2 Menstruasi
2.2.1. Definisi Menstruasi
Peristiwa paling penting pada masa pubertas anak gadis ialah gejala
menstruasi atau haid, yang menjadi pertanda biologis dari kematangan
seksual. Untuk menjelaskan pengertian menstruasi penulis mengambil
pendapat dari beberapa ahli.
22
Kata menstruasi berasal dari latin Mensis yang berarti bulan. Dengan kata
lain menstruasi diartikan pendarahan dari selaput !endir rahim yang terjadi
secara oerulang kira-kira tiap bulan dan dapat dilihat dari pendarahan melalui
liang senggama. Jadi bukan setiap pendarahan melalui liang senggama
adalah menstruasi. (Bram dkk, 2006: 25)
Dalam Islam pengertian menstruasi Al-Haidh menurut /ughah dalam bahasa
adalah as-sayalan (mengalir). Sedang definisi syara ' adalah darah yang
keluar dari kedalaman rahim wanita dalam waktu-waktu tertentu, bukan
karena penyakit atau benturan kecelakaan (Rahmat, 200:3: 28). Haid juga
dapat diartikan sebagai darah yang keluar dari rahim dinding seorang wanita
apabila telah menginjak masa baligh (Ghoffar, 1998).
Secara biologis menstruasi merupakan siklus reproduksi yang menandai
sehat dan berfungsinya organ-organ reproduksi perempuan. Menstruasi
menandakan kematangan seksual seorang perempuan dalam arti ia
mempunyai ovum yang siap dibuahi, bisa hamil, dan melahirkan anak.
Dalam bahasa agama kita menyebut siklus ini dengan haidh.
23
Oalam dunia kedokteran haid dinamai juga dengan men8truasi, sedangkan
nama awam bisa bermacam-macam seperi datang bulan, datang kotoran dan
sebagainya, yang kadang-kadang menimbulkan penafsiran yang salah
(Petrus, 1999: 3-4).
Menstruation (menstruasi, haid) adalah siklus pengeluaran darah dan
pelepasan materi kandung peranakan yang ber1angsung pada wanita dewasa
(Chaplin, 2005: 297). Sedangkan menstruasi menurut Affandi (dalam
Prihandoko, 2000: 12) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertai pelepasan endometrium.
Menurut Kartini dan Gali (2003: 278) Menstruasi dalam Kamus Psiko1ogi
adalah menstrual yang artinya terjadi pada wanita, merupakan pelepasan
priodik dari satu te1ur kedalam rahim yang ikut dengan beberapa minggu
kemudian oleh kematian dari telur dan pelepasan dari darah dan zat-zat
lainnya dari vagina (farji, Hang peranakan), kecuali apabila telur dibuahi. ·
Siklus ini berulang kembali kurang 1ebih seka1i setiap bulan pada diri wanita
yang dewasa secara seksual.
Menstruasi yaitu proses peluruhan pembu1uh darah yan!~ menempel di
dinding rahim lantaran tidak terjadi proses pembuahan (Badriyah & Diati,
2004:137). Haid atau menstruasi adalah pendarahan yang berulang-u1ang
dan bersifat periodik akibat terlepasnya bagian permuka!an selaput lendir
rahim (endometrium) (Dini, 2003: 16).
Dalam kamus Bahase. lnggris (Chaplin, 1996: 378) menstrual adalah
berkenaan dengan haid, periode waktu haid, waktu dat.ang bulan, sedang
bulan. Dan menstruate yaitu haid, datang bulan, men~:, melihat bulan.
Menstruasi juga disebut sebagai haid atau datang bulan, yang artinya
keluarnya darah dari rahim (melalui kemaluan) wanita dalam keadaan
normal, bukan karena Iuka, sakit, atau melahirkan (Ba1gir, 1999: 97)
24
Menurut Uwaidhah Syaikh Kami! (dalam Ghoffar, 1998). Dalam Islam wanita
yang baru pertama kali mengeluarkan darah haid. K1etika itu dia
berkewajiban meninggalkan shalat, puasa dan hubungan badan, hingga
datang masa suci. Apabila masa haid itu telah selesai dalam satu hari atau
paling lama lima belas hari, maka ia berkewajiban untuk mandi dan
mengerjakan shalat. Sedangkan pada wanita yang biasa menjalani masa
haid, mempunyai hari-hari tertentu pada setiap bulannya untuk menjalani
masa haidnya. Pada hari~hari tersebut, ia harus m(~ninggalkan sh-alat, puasa
dan hubungan badan (Ghoffar, 1998).
25
Pada wanita haid, setelah haidnya tuntas ia diwajibkan untuk mandi hadats
besar, yaitu dengan menggunakan air dengan niat bersuci untuk seluruh
tubuhnya, berdasarkan pada hadist Rasulullah SAW:
Artinya: "Jika datang haidmu, maka tinggalkanlah sha/G1t. Dan jika telah tuntas, maka mandi/ah dan sha/atlah (liadits riwayat Al-Bukhari)". (Arifin, 2003: 36-37)
Menurut Shaleh Syaikh (dalam Rahmat, 2003:37) cara mandi set•~lah haid
adalah dengan cara niat menghilangkan hadats atau berniat thah:irah untuk
shalat dan semacamnya, kemudian mengguyurkan air k:eseluruh tubuhnya
dan membasahi pangkal-pangkal rambut serta kulit kepalanya. Oalam hal ini
tidak harus mengurai rambutnya jika dikepang, tetapi cukup membasahinya
dengan air. Bagus juga, menggunakan air bercampur daun bidara atau
bahan pembersih lainnya. Disunnahkan mengambil kapas yang dibubuhi
minyak wangi misk atau semacamnya dan meletakkanriya di falj (vagina)-nya
seusai mandi, berdasar perintah Rasulullah SAW kepacla Asma' agar
melakukan itu (Shahih Muslim).
26
2.2.2. Proses Terjadinya Menstruasi
Menurut Akram (2006: 45-46) proses terjadinya menstruasi adalah
Pada saat anak memasuki masa baliq, sel-sel telur yang ada dalHm ovarium
(indung telur) mulai matang. Kematangan ini terjadi dengan hitur.gan rata
rata setiap 28 hari sekali. Hal tersebut terjadi bergantian antara kedua
indung telur itu matang, ia akan masuk ke saluran fallopian setelah indung
telur mendorongnya keluar. Selanjutnya, ia masuk ke dalam saluran fallopian
dan tinggal di dalamnya selama dua minggu Hrna hari. .Jika sel telur tidak
dibuahi maka dinding rahim akan hancur, sel telur akan keluar bersama
dengan darah dinding rahim. Darah yang keluar itu dikHnal dengan darah
haid.
2.2.3. Mitos Tentang Menstruasi
Pada zaman dulu, wanita yang mengalami haid dianggap berbahaya atau
kurang bersih dan adakalanya juga menstruasi dianggap sebagai sebuah
kutukan tuhan pada anak yang mendapatkan menstrua:si yang digambarkan
dalam bentuk darah kotor, dan bagi masyarakat sendiri, hilangnya kehidupan.
Karena darah haid keluar melalui saluran yang sama dengan yang dilewati
bayi, tapi dalam beberapa hal darah tersebut nampaknya mencegah
kehamilan, maka haid atau menstruasi ini dianggap sering tidak
menguntungkan atau diberi arti yang diselubungi rahasi1a, gaib, atau yang
disebut dengan "mitos ". Mitos tentang menstruasi (Bram dkk, 2006: 27),
yaitu:
27
1. Dalam abad pertengahan seorang wanita yang sedang mendapat haid
harus menjauhkan diri dari suaminya karena jika suami melihat istrinya ia
akan menjadi cepat botak dan cepat pula kehilangan kekuatannya.
2. Di Prancis dan Jerman, lama sekali ada larangan untuk wanita yang
sedang mendapat haid masuk dalam ruangan penyimpanan anggur dan
tempat pembuatan bir karena anggur dan bir akan menjadi asam.
3. Ada negara yang melarang wanita yang sedang harnil dan melarang
mendekati tempat penyimpanan gandum, ternak yaing sedang hamil akan
mengalami keguguran dan gandum akan membusuk.
4. Di beberapa negara masih ada larangan untuk wanita yang sedang haid
untuk masuk gereja dan menerima Sakramen Suci.
5. Di Bali ada papan larangan yang menyebut bahwa wanita yang haid tak
boleh masuk Pura.
6. Di Negara Belanda akan menjadi asam. Ada pendapat bahwa seorarig
wanita yang sedang mendapat haid tidak boleh memasak daging cincang,
karena nanti
Melihat penjelasan di atas, sebelum manusia memperoleh pegetahuan dan
informasi yang benar mengenai menstruasi, banyak sekali prasangka
prasangka yang negatif mengenai menstruasi, seperti penjelasan di atas
28
yang menganggap bahwa menstruasi itu merupakan kiutukan, sehingga wajar
bila pada zaman dahulu wanita selalu di nomor duakan.
2.2.4. Siklus Menstruasi
Masa datangnya menstruasi berbeda-beda pada setiap individu, ada yang
datang lebih cepat atau bisa datang dengan sangat lambat. Cepat atau
lambat datangnya menstruasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kartini
Kartini (1992: 111-112), mengemukakan bahwa cepat atau lambatnya
menstruasi ditentukan oleh konstitusi fisik individu, dipt~ngaruhi oleh faktor
ras atau suku bangsa, iklim dan cara hidup serta lingkungan dimana anak
berada.
Panjang siklus menurut Prihandoko (2000, 12) dipengaruhi oleh, usia
seseorang, rata-rata panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang.
Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ad;;dah 35, 1 hari,
pada wanita 43 tahun 27, 1hari dan pada wanita usia !55 tahun 51, 9 hari.
Lama haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari dan diikuti darah
sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai berhari-hari. Pada setiap
wanita biasanya lama haid itu teratur.
Menurut Bram Wiebe dkk (2006: 25) baru dapat dikatakan bahwa
perdarahan melalui liang senggama itu suatu menstruasi jika kira-kira 14 hari
29
sebelumnya ada telur melepaskan diri dari indung telur dan tidak dibuahi oleh
bibit dari pria.
2.2.5. Pembagian Siklus Menstruasi
Di dalam siklus menstruasi ada tahapan perubahan yang dibagi di dalam tiga
masa (Petrus, 1993: 12-14), yaitu:
a. Masa haid, selama masa ini terjadi pelepasan selaput lendir rahim
(endometrium) disertai pengeluaran darah melalui lian9 kemaluan.
b. Masa proliferasi (pertumbuhan), selama masa ini terjadi pertumbuhan
selaput lendir rahim sehingga mencapai tebal semula. Masa ini
berlangsung sampai 14 hari sebelum masa haid berikutnya. Pada akhir
masa ini terjadi pelepasan sel telur yang telah mataing dari indung telur.
c. Masa sekresi, di bawah pengaruh hormon progesteron dari korpus leteum
maka kelenjar yang terdapat di dalam selaput lendir rahim berkembang,
tumbuh berkelok-kelok dan mulai mengeluarkan getahnya. Juga terjadi
perubahan pada sel-sel selaput lendir rahim, sehinoga siap menerima
janin. Masa ini berlangsung sampai 14 hari.
Sebagaimana pada iklim atau cuaca, menstruasi pun memiliki siklus, yang
mana siklus tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu masa haid, masa proliferasi
dan masa sekresi.
2.2.6. Gangguan Siklus Menstruasi
Gangguan siklus menstruasi dibagi dalam empat bagian besar (Coleman,
199'1 dalam Aji, 1995: 29), yaitu:
a. Tidak mempunyai siklus haid
30
Siklus haid normal mulai tumbuh bila hormon hipofisis dan ovarium
merangsang ovulasi dan haid. Kegagalan siklus haid yang mulai secara
spontan menjelang usia enam belas tahun dikenal sebagai amenorhea
primer, sedangkan kegagalan siklus haid yang timbul setelah wanita
mengalami siklus haid dikenal sebagai amenorhea sekunder.
b. Siklus haid berat
Kebanyakan wanita kehilangan kurang dari 80 ml darah tiap bulan, yaitu
sekitar tiga ons. lni berarti bahwa rata-rata wanita akan menggunakan
sekitar dua belas pembalut wanita selama siklus haid (sekitar empat
pembalut wanita digunakan waktu haid terberat).
Siklus haid berat dapat disebabkan oleh banyak hal, kadang-kadang ·
darah yang berlebihan dihasilkan·oleh mekanisme normal sederhana
yang disertai perubahan hormonal. Akan tetapi, kadang-kadang darah
yang berlebihan dapat disebabkan oleh penyakit peiradangan, fibroid,
abortus tidak lengkap, IUD, atau gangguan pembe~:uan. Bila
pendarahannya sangat berat, dan berlangsung selama berbulan-bulan,
efek samping yang sering muncul adalah anemia. Gejala-gejala utama
anemia adalah pucat, cepat lelah, dan sesak napas.
31
c. Siklus haid tidak teratur
Siklus haid tidak teratur selalu perlu dicari penyebabnya. Gangguan ini
dapat disebabkan oleh kehamilan ektopik, abortus lbentuk apapun, pada
leher rahim, gangguan hormonal, polit, IUD, dan sebaginya. lnfertilitas
kadang-kadang berkaitan dengan gangguan ini kar,ena wanita yang
mempunyai siklus haid tidak teratur mungkin tidak mengalami ovulasi.
Siklus anovulatoir sering terjadi pada masa remaja, setelah abortus,
setelah melahirkan anak, dan selama menopaus. Pemecahannya
tergantung pada penyebabnya, tetapi pil kontrasep:si sering dapat
mengatasinya.
d. Nyeri siklus haid atau dismenorhea
Nyeri siklus haid biasanya dibagi dalam dua golongan: nyeri yang mulai
timbul satu atau dua tahun setelah pubertas (dinamakan dismenorhea
primer), dan nyeri yang mulai timbul setelah bertahiun-tahun mengalarni
haid tanpa rasa nyeri (dinamakari dismenorhea sek:under).
Rasa nyeri pada dismenorhea primer biasanya terjadi sekitar mulai
ovulasi, dan disebabkan oleh kontraksi lahir yang diakibatkan oleh sekresi
prostaglandin yang berlebihan. Rasa nyeri ini bersifat polik, timbul
beberapa jam sebelum haid, berlangsung sekitar satu hari dan kadang-
32
kadang diikuti oleh mual, berkeringat, pusing, dan konstipasi. Rasn nyeri
biasanya dirasakan pada bagian bawah perut dan menjalar pada paha
dan bagian bawah pantat. Dismenorhea dapat ditimbulkan oleh beberapa
keadaan. Dismenorhea sekunder (menurut definisi) selalu timbul setelah
bertahun-tahun mengalami haid tanpa rasa sakit dan dapat disebabkan
oleh infeksi, endometriosis, penyakit peradangan panggul, fibroit, polip,
kanker, IUD, gangguan usus, gangguan rangka, gangguan saluran kemih,
dan segala sesuatu yang anda pikirkan. Menemuka1n pengobatan yang
tepat bagi dismenorhea. Pada hakikatnya tergantung pada ditemukannya
penyebab nyeri.
Menurut penjelasan di atas, bahwa siklus menstruasi pun mengalami
beberapa gangguan seperti tidak mempunyai siklus, siklus haid tidak teratur,
dan lain-lain. Mulai dari yang ringan sampai pada yang berat.
2.3 Kecemasan
2.3.1. Definisi Kecemasan
Bila seseorang dihadapkan pada sesuatu hal, dan hal i:tu setidaknya dapat
menimbulkan hal yang tidak menyenangkan dan mengancam dirinya, maka
itu bisa dikatakan ia mengalami kecemasan.
33
Menurut Chaplin (2005: 32) Kecemasan atau anxiety adalah perasaan
campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa
mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut, rasa takut atau
kekhawatiran kronis pada tingkat yang ringan, kekhawatiran atau ketakutan
yang kuat dan meluap-luap, satu dorongan sekunder mencakup suatu reaksi
pengindraan yang dipelajari.
Menurut Hurlock (1996: 221), rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak
enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan.
Yang ditandai oleh kekhawatiran, ketidakenakan dan p1~rasaan yang tidak
baik yang tidak dapat dihindari oleh seseorang, disertai dengan perasaan
tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu, dan disertai pula dengan
ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi.
Menurut Atkinson (1996, 212) Kecemasan adalah emosi tidak
menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah sep1~rti kekhawatiran, -
keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkah
laku berbeda-beda. Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan
organisme seperti ancaman fisik, ancaman terhadap hi:trga diri da11 tekanan
untul< melakukan sesuatu di luar kemampuan dapat menimbulkan
kecemasan.
34
Atkinson (1996: 219) menyatakan orang mengalami kecemasan bila
menghadapi, situasi yang tampak di luar kendali merek<3, perasaan tidak
berdaya dan tidak mampu mengendalikan apa yang te~jadi merupakan pokok
dari sebagian besar teori kecemasan. Menurut teori belajar sosial, orang
menjadi cemas apabila dihadapkan pada stimulus yang menyakitkan atau
yang hanya dapat mereka kendalikan melalui penginderaan.
Meskipun rasa cemas berkembang dari rasa takut dan khawatir, namun
dalam berbagai segi berbeda-beda satu sama lain. Ra:sa cemas bersifat
lebih samar-samar dibandingkan dengan rasa takut. Tidak seperti rasa takut,
rasa cemas tidak disebabkan oleh situasi yang nyata, tl~tapi oleh situasi yang
dibayangkan.
Kecemasan bergantung pada kemampuan membayanf1kan sesuatu yang
tidak tertampung di depan mata, rasa cemas sering kali dijumpai pada masa
sekolah awal dan cenderung meningkat pada masa kanak-kanak, terutama
dari kelas empat sampai kelas enam sekolah dasar. Pada masa puber rasa
cemas tidak berkurang tetapi menjadi semakin kuat.
Hurlock (1999: 221) menyatakan rasa cemas berkembang melalui
suatu periode rasa khawatir yang kuat dan sering sehingga melemahkan
kepercayaan pada diri sendiri dan menimbulkan perasaan tidak mampu, dan
rasa cemas juga berkembang karena penularan. Jika mereka sebelumnya
telah menderita rasa cemas, hubungan dengan orang yang cemas
cenderung meningkatkan kecemasan.
35
Menurut Hurlock (1996: 221) rasa cemas mempunyai beberapa bentuk yaitu:
Dalam bentuk yang lebih lunak, rasa cemas mungkin diekspresikan dalam
perilaku yang mudah dikenal, seperti murung, gugup, rnudah tersinggung,
tidur yang tidak nyenyak, cepat marah, dan kepekaan yang luar biasa
terhadap perkataan atau perbuatan orang lain. Anak-atnak yang merasa
cemas tidak bahagia karena merasa tidak tentram. Sedangkan dalam bentuk
yang kuat, rasa cemas mungkin tidak mudah dikenali karena sebagian besar
di antaranya dilakukan secara tak sadar, dan anak-anatk itu secara tidak
sadar juga membuat cliri mereka dan orang lain tidak mengetahui keadaan
cemas mereka.
2.3.2. Teori kecemasan
Teori kecemasan menurutAtkinson (1999: 213), yaitu:
1. Kecemasan sebagai konflik yang tidak disadari, Freud yakin bahwa
kecemasan neurotis merupakan akibat dari konflik yang tidak disadari
antara imflus id (terutama seksual dan agresif) den!~an kendala yang
ditetapkan oleh ego dan superego, tindakan ini disebut dengan
mekanisme pertahanan.
36
2. Kecemasan sebagai respon yang dipelajari, teori belajar sosial tidak
memfokuskan diri pada konflik internal tetapi pada cara-cara di mana
kecemasan diasosiasikan dengan situasi tertentu mt3lalui proses belajar.
Kadang rasa takut yang dipelajari pada masa kanak-kanak sulit
dihilangkan. Bila reaksi pertama si anak adalah menghindari atau
melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kecemasan, dan tidak akan
dapat menentukan kapan situasi tersebut tidak berbahaya lagi.
3. Kecemasan sebagai akibat kurangnya kendali, ptmdekatan ini
menyatakan bahwa orang mengalami kecemasan bila menghadapi situasi
yan tampak berada di luar kendali mereka. Mungkin itu merupakan situasi .
baru yang harus kita atur dan kita padukan dengan pandangan kita
mengenai dunia dan mengenai diri kita sendiri. Menurut teori belajar
sosial, orang menjadi cemas bila dihadapkan oleh stimulus yang
menyakitkan, yang hanya dapat mereka kendalikan melalui penginderaan.
2.3.3. Macam-macam kecemasan
Di dalam buku Psikologi Sosial 3 Gangguan-gangguan tCejiwaan, (Kartini,
2002: 129-131) kecemasan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kecemasan Neurotis
Erat berkaitan dengan mekanisme-mekanisme pelarian diri dan
pembelaan diri yang negatif banyak disebabkan oleh perasaan-perasaan
bersalah dan berdosa, serta konflik-konflik ernosional yang serius dan
37
kronis berkesinambungan, frustrasi-frustrasi, dan ketegangan-ketegangan
batin. Untuk mengatasi kecemasan neurotis ini biasanya orang seringkali
menggunakan obat penenang.
2. Kecemasan Psikotis
Kecemasan karena merasa terancam hidupnya, dan kacau balau,
ditambah kebingungan yang hebat disebabkan oleh depersonalisasi dan
clisorganisasi psikis. Apabila sifatnya serius, kronis dan
berkesinambunga11 terus menerus, kecemasan itu bisa menjadi keadaan
panik dan kecemasan-kecemasan hebat bisa menyebabkan kerusakan
pada fungsi-fungsi fisik misalnya berubah menjadi penyakit lambung,
tekanan darah tinggi, asma, juga kerusakan-kerusakan pada fungsi psikis
lainnya.
Penjelasan di atas dapat diketegorikan menjadi dua, yaitu kecemasan ringan
yang disebut neurosis, seperti merasa bersalah. Dan kecemasan berat yang
disebut psikotis, yaitu kecemasan yang disebabkan olElh depersonalisasi dan
disorganisasi psikis, seperti merasa terancam hidupnya.
2.3.4. Neurosa Cemas
Ada beberapa macam gejala kecemasan menurut Maramis (2004:258), yaitu:
a. Gejala Somatik, berupa jantung berdebar, pegal-peigal, kepala pusing
seperti mengambang, nyeri di sekitar daerah perut, cepat lelah.
b. Gejala Motorik, berupa pencernaan.
c. Gejala Psikologik, berupa rasa was-was, khawatir, dan ketegangan.
2.3.6. Penanggulangan Kecemasan
Ada dua cara utama untuk menanggulangi kecemasan (Atkinson, 1999:
214), yaitu:
1. Menitikberatkan masalahnya: individu menilai situasi yang rnenirnbulkan
kecemasan dan kemudian rnelakukan sesuatu untu~~ mengubah atau
rnenghindarinya.
38
2. Menitikberatkan ernosinya: individu berusaha rnereduksi perasaan cernas
melalui berbagai macam cara dan tidak secara langHung rnenghadapi
rnasalah yang menimbulkan kecemasan itu.
Menurut penjelasan di atas, kecemasan adalah hal yanu wajar. Dua solusi
yang ditawarkan di atas rnenjelaskan bahwa individu harus fokus pada
penyebab terjadinya kecemasan, dan yang kedua dengan cara rnereduksi
perasaan cemas rnelalui berbagai macam cara, seperti berolahraga, ataupun
rnungkin beribadah, dan tidak secara langsung menghadapi rnasalah yang
menimbulkan kecemasan itu.
40
Meskipun remaja yang lebih tua sebenarnya masih ternolong "anak belasan
tahun", sampai ia mencapai usia 21 tahun, namun istilah belasan tahun yang
secara populer dihubungkan dengan pola perilaku khas remaja rnuda jarang
dikenakan pada remaja yang lebih tua dan biasanya disebut "pem•Jda" atau
"pemudi", atau disebut" kawula muda", yang menunju~:kan bahwa
masyarakat belum melihat adanya perilaku yang matang selama awal masa
remaja (Hurlock, 1999: 206-207).
2.4.2. Periode-periode Perkembangan
Masa perkembangan anak meliputi Hrna periode (Somantri, 2005: 2-3)
sebagai berikut:
1) Periode pra-natal (sejak konsepsi sampai kelahiran)
2) Periode infasi (sejak lahir 10-14 hari)
3) Masa bayi (sejak usia 2 minggu 2 tahun)
4) Masa anak-anak (sejak usia 2 tahun sampai masa remaja) periode ini
biasanya dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Masa anak-anak awal (sejak usia 2 tahun sampai 6 tahun).
b. Masa kanak-kanak akhir (sejak usia 6 tahun sarnpai 13 tahun untuk
anak perempuan dan 14 tahun untuk anak laki-la1ki).
5) Masa pubertas (sejak usia 11 tahun sampai 16 tahun)
Perkembangan anak merupakan hasil proses pemal!angan
41
(merupakan perwujudan potensi yang bersifat hericliter) dan hasil proses
belajar (perkembangan sebagai hasil usaha dan latihan.
2.4.3. Tugas Perkembangan Remaja Awai
Adapun tugas-tugas perkembangan remaja awal menurut Ma'rat
(dalam Zahrotun, dkk., 2006:108), yaitu:
1. Menerima perubahan tubuh yang dialaminya.
2. Menerima peran sesuai jenis kelamin yang akan menuju ke arah dewasa.
3. dapat berinteraksi dengan teman sebaya.
Dilihat dari tugas perkembangannya remaja awal lebih menerima perubahan
yang terjadi pada dirinya seperti pada remaja putri turnbuh rambut pubik atau
bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besarnya pinggul dan
bertambah besar buah dada, sedangkan pada laki-laki tumbuh rambut pubik
atau bulu kapok di sekitar kemaluan atau ketiak, terjadi perubahan suara,
tumbuh kumis, tumbuh gondok laki Oakun).
2.4.4. Karakterisitik Perkembangan Remaja Awai
istilah adolescence mempunyai arti luas mencangkup lcematangan fisik,
kognitif, emosional, sosial, dan mental (Hurlock, 1999: 206). Dan ada
beberapa karakteristik perkembangan remaja menurut Syamsu Yusuf (2004:
194-198), yaitu:
42
a. Perkembangan Fisik
Pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih
dahulu mencapai kematangan daripada bagian-bagian yang lain.
Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri, yaitu:
1. Ciri-ciri seks primer
Pada masa remaja pria ditandai dengan sangat i::epatnya
pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian
tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai ukuran matangnya pada
usia 20 atau 21 tahun.
Pada remaja wanita, kematangan organ-organ s'eksnya ditandai
dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium, ( indung telur) secara
cepat. Ovarium menghasilkan ova ( telur) dan mengeluarkan hormon
hormon yang diperlukan untuk kehamilan, menslruasi dan
perkembangan seks sekunder. Pada masa inilah ( sekitar usia 11-15
tahun ), untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami " menarcffe "
ini diikuti oleh menstruasi yang 1erjadi dalam interval yang tidak
beraturan. Untuk jangka waktu enam bulan sampai satu tahun atau
lebih, ovulasi mungkin tidak selalu terjadi. Menstruasi awal sering
disertai dengan sakit kepala, sakit punggung, dan kadang-kadang,
kejang, serta merasa lelah, depresi, dan mudah tersinggung.
2. Ciri-ciri Seks Sekunder
Tabel2:1.
Wanita Pria
1. Tumbuh rambut pubik atau 1. Tumbuh rambut pubik atau bulu
bulu kapok di sekitar kapok di sekitar kemaluan atau
kemaluan ketiak ketiak
2. Bertambah besar buah dada. 2. Terjadi perubahan suara
3. Bertambah besarnya pinggul 3. Tumbuh kumis
4. Tumbuh gondok laki (Jakun)
b. Perkembangan kognitif
Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal.
Remaja secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai
gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih
bersifat hipotesis dan abstrak. Dengan dapat berpikir logis ten~ang
berbagai gagasan yang abstrak, serta sistematis dan ilmiah da1am .
memecahkan masalah dari pada berpikir konkret.
Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf lobe frontal yang
berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, ya1itu kemampuan
merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan.
Perkembangan lobe frontal ini sangat berpengaruh kepada kemampuan
43
intelektual remaja, seperti pada usia 12 tahun, walaupun secara
intelektual remaja itu termasuk anak berbakat atau pintar, namun belum
bijaksana.
c. Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan
emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual
mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan
dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya. Pada usia remaja
awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensilif dan
reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial,
emosinya bersifat negatif dan temperamental.
44
Mencapai kematangan emosional merupakan tuga1s perkembangan yang
sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh
kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan kelw;irga
dan kelompok sebaya.
d. Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang " social cognition" , yaitu kemampuan
untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai
individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai
maupun perasaannya. Pemahamannya ini, mendorong remaj.:i untuk
menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama
teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan rnaupun percintaan
(pacaran).
45
Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki
kualitas psikologis yang relatif sama dengan diriny;:;1, baik menyangkut
interes, sikap, nilai, dan kepribadian. Pada masa ini juga berkembang
sikap "conformity" , yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti
opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan
orang lain (teman sebaya).
2.5 Kerangka Berpikir
Menurut Konopka ( dalam Syamsu 2004:184), awal masa remaja
berlangsung mulai usia 12-15 tahun. Permulaannya ditandai pada tahun
pertama masuk sekolah SL TP. Tugas utama periode ini adalah menerima
perubahan tubuh yang dialaminya, terutama yang dialami oleh remaja putri,
yaitu menstruasi.
lnformasi tentang menstruasi itu sangat penting untuk remaja putri, terbukti
pada penelitian sebelumnya yang berjudul Studi Kasus Mengenai
46
Pengetahuan dan Penerimaan Remaja Putri terhadap Menstruasi (dalam
skripsi, Diah, 1998: 76) ternyata remaja putri membutuhkan informasi yang
benar tentang bentuk tubuh, proses dan apa serta bagaimana menstruasi itu
terjadi. Kebutuhan akan informasi tersebut timbul dikarenakan pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat pada awal pubertas.
lnformasi yang didapat menimbulkan persepsi, karena persepsi itu sendiri
menurut teori adalah sebagai suatu proses yang didahului oleh stimulus yang
diterima oleh alat indera yang kemudian diorganisasikan dan
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari tentang apa yang
diinderakannya itu ( Davidoff: 1998: 232 ).
Adapun persepsi itu sendiri ada 2 macam persepsi positif dan persepsi
negatif. Dan pada persepsi negatif yang menimbulkan dampak negatif baik
secara fisik maupun secara psikis seperti kecemasan, karena arti dari
kecemasan itu sendiri adalah emosi yang tidak menyeinangkan yang ditandai
dengan istilah-istilah seperti, kekhawatiran, keprihatinan, rasa takut yang
terkadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda ( Atkinson: 1992: 22 ).
Tentu saja hal ini akan mengakibatkan perempuan menganggap menstruasi
sebagai suatu beban mental yang harus dihadapi. Dan pada persepsi positif
menimbulkan kesiapan dalam menghadapi menstruasi, dengan kata lain
remaja siap secara fisik maupun psikis.
47
Secara garis besar, kerangka berpikir yang dipakai dalam penelitian ini
berguna untuk menggambarkan atau mengilustrasikan suatu rumusan
masalah dengan menggunakan skema sebagai berikut:
SKEMA 2.1
Persepsi menstruasi
Anak yang Anak yang belum sudah
menstruasi menstruasi
l Kecemasan
2.6 Hipotesa
Hipotesa yang akan dibuktikan pada penelitian ini berdasarkan apa yang
telah dirumuskan dalam permasalahan penelitian:
Hipotesa nihil (H01 ) Tidak ada perbedaan pers:epsi menstruasi
antara anak yang be/um menstruasi dengan
anak yang sudah menstruasi .
48
Hipotesa alternatif (H11 ) : Ada perbedaan persepsi menstruasi antara anak
Hipotesa nihil (Ho2)
yang be/um menstruasi de•ngan anak yang ,
sudah menstruasi.
: Tidak ada perbedaan kecHmasan dalam
menghadapi menstruasi antara anak yang belum
menstruasi dengan anak yang sudah menstruasi
Hipotesa alternative (H12) : Tidak ada perbedaan kec€imasan dal,3m ·
menghadapi menstruasi antara anak yang belum
menstruasi dengan anak yang sudah
menstruasi.
BAB3
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
3.1.1. Pendekatan dan Metode penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, menurut Saifuddin Azwar (2005: 5) penelitia1n dengan pendekatan
kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang
diolah dengan metode statistika.
Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metodle deskriptif dengan
jenis penelitian komparatif, karena penelitian ini berupaya untuk menentukan
adanya perbedaan persepsi menstruasi terhadap kecemasan dalam
menghadapi menstruasi antara anak yang belum menstruasi dengan anak
yang sudah menstruasi.
3.2.1. Definisi Variabel dan Operasional Variabel
a. Variabel menurut Bungin (2004:57), adalah sebuah fenomena yang
bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan
sebagainya. Variabel terbagi menjadi 2 macam, yaitu variabel bebas
(independent variabel) dan variabel terikat (dependent variabel).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel bebas (independent variabel atau IV) adalah persepsi
menstruasi.
2. Variabel terikat (dependent variabel) adalah kec:emasan dalam
menghadapi menstruasi.
b. Variabel operasional memuat rincian indikator variabel yang digunakan
dalam pengukuran. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi
menstruasi dan kecemasan dalam menghadapi menstruasi.
1. Persepsi menstruasi: menginterpretasikan berdasarkan pengalaman
yang didapat terhadap menstruasi.
50
2. Kecemasan dalam menghadapi menstruasi: suatu keadaan ki;tegangan,
merasa tidak aman, dan kekhawatiran yang timbul karena diasakan -
akan terjadi sesuatu yang tidak inenyenangkan ketika seseorang
menghadapi menstruasi.
3.2 Pengambilan sampel
3.2.1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
51
Populasi adalah seluruh individu atau objek yang akan diteliti (Arikunto,
2002: 108). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswi sekolah
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 6 Condet Jakarta Timur. Dengan
jumlah keseluruhan sebanyak 195 terdiri dari siswi kelas tujuh yang belum
menstruasi dan siswi yang sudah menstruasi.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dari populasi yang diteliti
(Arikunto, 2002: 109). Melalui cara-cara tertentu dan memiliki karakteristik
tertentu sesuai subjek penelitian. Dalam hal ini, penulis akan mengambil
sampel sebanyak 64 siswi yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 32 siswi
yang belum menstruasi dan 32 siswi yang sudah menstruasi.
Karakteristik sampel
a. Remaja putri dengan usia 12 sampai 13 tahun.
b. Remaja putri kelas 7 sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 6
Condet Jakarta Timur, alasan penulis mengambil kelas 7 karena pada
kelas ini siswi masih ada yang belum mendapatkan menstruasi.
3.2.2. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel untuk penelitian kali ini aclalah purposive
sampling ( sampling bertujuan ), yaitu teknik pengambilan sampe! yang
digunakan oleh peneliti yang memiliki tujuan tertentu dalam pengambilan
sampelnya (Arikunto, 2003). Dalam penelitian ini yanfl dijadikan tujuan
adalah kategori remaja awal, dan sebagai siswi sekolah Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) 6 Condet Jakarta Timur.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1. Metode dan lnetrumen Penelitian
52
Dalam proses penelitian ini, penulis menggunakan skala skala Likert yang
telah dimodifikasi untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2007:93). Skala
respon jawaban model likert mempunyai pilihan 4 altematif jawaban berupa
SS (Sangat Setuju), S (setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak
Setuju). Skoring untuk respon jawaban pada skala adalah seperti terlihat
pada tabel:
53
Cara penilaian adalah mulai dari 1 sampai 4.
Tabel 3.1. Sk I orma nstrumen
Pilihan SS s r•· ,, STS
Favourable 4 3 2 1
Unfavourable 1 2 3 4
3.3.2. Teknik Uji lnstrumen Penelitian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingk:at-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa
yang diinginkan. Dalam penelitian ini, teknik uji validitas menggunakan
rumus perhitungan korelasi Prociuk Momen Pearson.
Rumus korelasi Prociuk Moment Pearson (rxy)
Keterangan rumus :
rxy = Koefisien korelasi variable persepsi menstruasi dengan variabel
l<ecemasan dalam menghadapi menstruasi
Lxy = Jumlah hasil perkalian skor persepsi menstruasi dan skor
kecemasan dalam menghadapi menstruasii
Lx = Jumlah nilai tiap butir
54
Ly = Jumlah nilal skor total
N = Jumlah subjek penelitian
a. Persepsi menstruasi
Untuk mengukur persepsi menstruasi digunakan skala yang disusun oleh
penulis sendiri, berdasarkan pada teori yang terkait dengan tujuan penelitian.
Dalam penyusunan skala persepsi menstruasi, penulis merujuk pada
pendapat Davidoff (1998: 234-236) tentang hakel<at persepsi dimana
indlkatornya adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan kognitif
1. Kesadaran
2. lngatan
3. Proses lnformasi
b. Atensi
4. lntensi
5. Keterbatasan pada kepastian
Blue print item skala persepsi menstruasi
Tabel 3.2. No. Aspek lndikator Favorabel Unfavorahel Total
Berdasarkan hasil uji beda dengan rnenggunakan tekn·ik t test, dihasilkan nilai
t hitung sebesar 0.799. Sernentara nilai t table pada taraf signifikansi 5 %
dengan df 62 adalah sebesar 2.000.
Karena nilai t hitung yang dihasilkan (0. 799) < t table (:2.000) rnaka hipotesis
nihil (Ho) yang rnenyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi ·
rnenstruasi yang signifikan antara siswi yang sudah menstruasi dengan siswi
yang belurn rnenstruasi diterima. Dengan dernikian hipotesis alternative (H1)
yang rnenyatakan bahwa terdapat perbedaan persepsimenstruasi antara
siswi yang sudah menstruasi dengan siswi yang belurn rnengalarr.i
rnenstruasi ditolak.
70
Jika dilihat dari hasil uji-t yang dilakukan, diketahui bahwa tidak terdapat
perbedaan persepsi menstruasi yang signifikan antara siswf yang sudah
menstruasi dan siswi yang belum menstruasi. Sementara itu, untuk melihat
mean (rata-rata) pada masing-masing kelompok, dapat cliperoleh gamba~an
bahwa siswi yang belum menstruasi lebih rendah persepsi menstruasinya
dibandingkan dengan siswi yang sudah menstruasi. Berikut ini tabel
perkelompok yang dapat menjelaskan hal tersebut.
4.5.2. T-Test kecemasan dalam menghadapi menstruasi
Tabel 4.7.
Kecemasan
Group Statistics
Kelompok Subjek
Sudah Mengalami Menstruasi
Belum Mengalami Menstruasi
Tabel 4.8. Nilai Uji-t
N
32
32
Independent Samples Test
Mean
101.5938
96.5625
Std. Deviati0n
9.59791
10.21049
Kecemasan
Std. Error Mean
1.69669
1.80498
Equal variances Equal variances assumed not assumed
Levene's Test for F .138 Equality of Variances
Sig. .712 I-test for Equality of T 2.031 2.031 Means
Of 62 61.764 Sig. (2-tailed) .047 .047 Mean Difference 5.0313 5.0313
Std. Error Difference 2.47723 2.47723
95% Confidence Interval Lower .07933 .07895 of the Difference
Upper 9.98317 9.98355
71
Berdasarkan hasil uji beda dengan menggunakan teknik t test, dihasilkan nffai
t hitung sebesar 2.031. Sementara nilai t table pada taraf signifikansi 5%
dengan df62 adalah sebesar 2.000.
Karena nilai t hitung yang dihasilkan (2.031) > t table (2.000) makn hipotesis
nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kecemasan
dalam menghadapi menstruasi antara siswi yang sudah menstrua:>i dengan
siswi yang belum mengalami menstruasi ditolak. Den!ian demikian hipotesis
alternative (H1) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kecemasan
dalam menghadapi menstruasi antara siswi yang sudah menstruasf dengan
siswi yang belum mengalami menstruasi diterima.
Jika dilihat dari hasil uji-t yang dilakukan, diketahui bahwa terdapat
perbedaan kecemasan yang signifikan antara siswi yang sudah menstruasf
dan siswi yang belum menstruasi. Sementara itu, untuk melihat mean (rata
rata) pada masing-masing kelompok, dapat diperoleh gambaran bahwa siswi
yang belum menstruasi lebih rendah kecemasannya da1lam menghadapf
menstruasi dibandingkan dengan siswi yang sudah menstruasi. Berikut inf
tabel perkelompok yang dapat menjelaskan hal tersebut.
BAB5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan pada bab 4, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi menstruasi yang
signifikan antara siswi yang sudah menstruasi dengan siswi yang belum
menstruasi. Dan terdapat perbedaan kecemasan yang signifikan antara siswi
yang sudah menstruasi dengan siswi yang belum menstruasi.
5.2 Diskusi
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, diperoleh hasil bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada persepsi menstruasi antara
siswi yang belum menstruasi dengan siswi yang sudah menstruasi. Dan
terdapat perbedaan yang signifikan pada kecemasan dalam menghadapr
menstruasi antara siswi yang belum menstruasi dengan siswi yang sudah
menstruasi.
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa persepsi menstruasi antara siswi
yang belum dan sudah menstruasi sama, artinya bahwa persepsi terhadap
menstruasi sama antara dua kelompok penelitian dengan menganggap
73
bahwa menstruasi adalah hal yang biasa saja, karena menstruasi merupakan
hal yang pasti dialami oleh perempuan, hal ini dapat dimungkinkan karena
zaman keterbukaan informasi. lnformasi yang menjelaskan tentang
menstruasi telah banyak beredar, baik itu melalui media (cetak maupun
elel<tronik) ataupun informasi yang didapat dari para orang tua dan guru.
Sedangkan dari hasil penelitian menggambarkan bahwa kecemasan dalam
menghadapi menstruasi terdapat perbedaan yang signifikan antara dua
kelompok penelitian (yang sudah menstruasi dan belum menstruasi), hal ini
dapat dijelaskan dari penelitian sebelumnya oleh Mayasari (1998) bahwa
siswi yang sudah mengalami menstruasi menerima keadaan menstruasi
tersebut secara priodik, walaupun saat menstruasi mereka terkadang kesal
karena menstruasi "datang" tidak tepat pada waktunya, misalnya saat mereka
sedang banyak kegiatan yang membuat mereka banyak bergerak dan
mengakibatkan perasaannya takut dan malu akan tembus. Namun dapat
dijelaskan kembali bahwa siswi yang sudah menstruasi nilai rata-ratanya -
pada kecemasan dalam menghadapi menstruasi sebesar 101, 5938,
sedangkan pada siswi yang belum menstruasi sebesar 96, 5625, ternyata
dari rata-rata yang didapat siswi yang sudah menstruasi memiliki kecemasan
yang lebih tinggi, hal ini diakibatkan karena terjadinya perubahan dalam diri
siswi tersebut, dan pada pengalaman-pengalaman yang sudah mereka
rasakan seperti rasa nyeri di sekitar perut, takut tembus, mengganggu
74
aktivitas, dan itu semua membuat mereka takut untuk bergerak atau
melakukan aktivitas mereka seperti saat mereka sedang tidak menstruasi,
walaupun mungkin siswi yang sudah menstruasi mendapatkan informasi
yang benar tentang menstruasi. Sedangkan untuk siswi yang belum
mengalami menstruasi memperoleh skor kec.emasan yang rendah, hal ini
disebabkan mereka belum mengalami hal-hal yang dialami oleh yang sudah
menstruasi, seperti sakit di bagian perut. Jadi rasa cemas mereka pun
rendah, kemudian ditambah dengan informasi dan pengetahan yang benar
mengenai menstruasi.
Merujuk pada hasil penelitian ini yang menjelaskan tidak terdapat perbedaan
persepsi menstruasi dan terdapat perbedaan kecemasan dalam menghadapi
menstruasi, maka dapat dijabarkan bahwa persepsi merupakan proses
seseorang menjadi sadar akan sesuatu dalam lingkun~1annya melalui proses
inderawi (Kartono, 2003). Untuk itu persepsi hanya selt>atas pengr:tahuan
dasar dan didapatkan setelah individu menggunakan seluruh potensi
inderawinya.
Dalam hal ini siswi yang belum dan sudah menstruasi mempersepsikan
menstruasi setelah siswi tersebut memperoleh informa:si, baik itu yang
diperoleh melalui pendengarannya, maupun penglihatannya. Apabila
informasi yang didapat mengenai menstruasi itu benar, maka persepsi
terhadap menstruasi pun dapat positif, dan apabila informasi yang didapat
tidak benar tentang menstruasi, maka persepsi terhadap menstruasi pun
dapat menjadi negatif. Hal inilah yang mengakibatkan tidaK adanya
perbedaan persepsi menstruasi antara yang belum menstruasi dan yang
sudah menstruasi.
75
Kemudian penelitian ini memperoleh hasil bahwa ada perbedaan kecemasan
dalam menghadapi menstruasi antara siswi yang belum dan sudah
mengalami menstruasi. Merujuk pendapat Hurlock (1996: 221) yang
menjelaskan bahwa kecemasan merupakan keadaaan mental yang tidak
enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayungkan.
Yang ditandai oleh kekhawatiran, ketidakenakan, dan perasaan y·:rng tidak
baik yang tidak dapat dihindari oleh seseorang; disertai dengan perasaan
tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu; dan disertai pula dengan
ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi. Dari
penjelasan mengenai kecemasan di atas dapat dijelaskan bahwa kecemasan
tersebut datang dari dalam diri individu yang bersifa! tidak enak, sakit
ataupun mengancam keselamatan diri individu, dalam hal ini siswi yang
sudah mengalami menstruasi, walaupun ia memperoleh informasi ataupun
pengetahuan yang benar mengenai menstruasi, karena siswi tersebut sudah
mengalami menstruasi dan ini adalah pengalaman yang harus dihadapi
setiap bulannya, yang dimana menstruasi itu sendiri merupakan darah yang
76
keluar dari kedalaman rahim wanita (Arifin, 2003:28), sehingga shwi yang
sudah mengalami menstruasi mendapatkan skor kecemasan yang tinggi,
diakibatkan karena darah yang keluar dan rasa sakit yang dirasakan di
sekitar perut. Hal ini berbeda dengan yang belum mengalami menstruasi,
karena mereka belum pernah mengalami dan belum pernah merasakan rasa
sakit di sekitar perut saat mendapatkan menstruasi, dan malunya saat
tembus, maka mereka menganggap datangnya menstruasi itu membuat
mereka menjadi seseorang yang sudah dewasa. lni S•emua yang membuat
siswi yang belum menstruasi tidak cemas dibandingkan siswi yang sudah
menstruasi.
5.3 Saran
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada p1anulisan skripsi
penulis, oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa
saran yang penulis rumusan untuk menyempurnakan berbagai hal yang
berkaitan dengan penelitian, yaitu:
1. Disarankan pada saat penelitian selanjutnya, tidak dilakukan pada
waktu siang hari karena siswi-siswi tersebut sudah jenuh dengan
pelajaran yang berikan oleh guru sebelumnya.
2. Disarankan juga untuk penelitan selanjutnya tidak pada bulan
puasa karena menggangu konsentrasi dalam mengerjakan
pernyataan-pernyataan (angket) yang telah diberikan.
77
3. Disarankan pada orang tua lebih harus mernperhatikan perubahan
perubahan yang terjadi pada anak-anaknya, agar tidal< terlewati
masa perkembangannya.
4. Disarankan pada para guru menyedial<an obat rasa rasa nyeri saat
menstruasi, dan pembalut untul< siswi yang tembus agar siswi
tersebut bisa mengil<uti pelajaran selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman Shaleh, dan Muhbib B. Wahab. (2004). Persepsi. Fajar lnterpratama Offset (ed}. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Persepektif Islam. Jakarta: Kencana.
Achir Yani Syuhaimie Hamid. (1999). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta: Widya Medika
Akram Ridha. (2006). Manajemen Pubertas (Panduan Ampuh Orang tua Melejit Kepercayaan Remaja}. Bandung: Refika Aditama
Badriyah, dan Diati. (2004). Tumbang Yang Bikin Kamu Puber. Abu Nabila (ed}. Be Smart, Girl. Jakarta: Gema lnsani.
Badriyyah Fayyumi. (2002). Haidh, Nifas dan lstihadhah. Amirudin Arani dan Faqihuddin Abdul Qodir (ed}. Tubuh, Seksualitas, dan, Kedaulatan Perempuan. Yogyakarta: Rahima.
Coleman Vernon. (1991). Women's Problems: an A to Z. Persoalan Kewanitaan: dari A sampai Z. Med. Aji Dharma i[Terj} .. Jakarta: Arcan.
Davidoff L. Linda. (1998). Introduction To PsychoJQgy. Psikologi Suatu Pengantar. Mari Juniat (Terj}. Jakarta: Erlangga.
Hurlock Elizabeth B. Development Psycology (A life-Span Approach). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatani Sepanjang Rentang Kehidupan}. lstiwi Dayanti. Dkk (Terj}. 1999. Jakarta: Erlangga.
Kartini Kartono. (1992). Psikologi Wanita: Mengenal Gadis Remaja Dan Wanita Dewasa. Jakarta: Mandar Maju.
Mif Baihaqi, dkk. (2005). Persepsi. Psikiatri (Konsep Dasar Dan GangguanGangguan). Bandung : Refika Aditama.
Shaleh Syaikh. (2003). Tanbihaat'alaa Ahkaami Taktashshu Bi Al-Mu'minaat. Sentuhan Nilai Kefikihan untuk wanita beriman. Rahmat P.1-Arifin Muhammad (Terj). Jakarta: PT. Megatama Sofwa Pressindo.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Syamsu Yusuf. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.
Uwaidhah Syaikh Kamil. (1995). Al-Jami' Fil Fighi An-Nisa. Fiqih Wqnita. M. Abdul Ghoffar (Terj). Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
W.F. Maramis. (2004). llmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Zahrotun. Dkk. (2006). Psikologi Perkembangan (Tinjauan Psikologi barat dan islam). Jakarta: UIN Jakarta Press.
Zulkifli. L (2002). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Ro~dakarya.
80
Diah Mayasari, S. (1998). Studi Kasus Mengenai Pengetahuan Dan Penerimaan Remaja Putri Terhadap Menstruasi (Studi Kasus Pada Empat Siswi SL TP di Jakarta). Jakarta: Skripsi Fakultas Psikologi UI.
Tes is
Prihandoko Sanjatmiko. (2000). Menarche Sebagai Maturitas Seksua/ Remaja: Faktor-faktor Lingkungan Sosial Budaya Yang Mendukung Proses Menarche Remaja Wanita (Studi Kasus Terhadaµ Peer Group Di daerah Sekitar Kata Metropolitan OKI J1akarta). J£ikarta: Tesis Fakultas Psikologi UI.
Assalamu'alaikum Wr, Wb.
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Semester IX, sedang melakukan penelitian
sebagai tugas akhir atau skripsi mengenai " Perbedaan Persepsi Menstruasi
terhadap Kecemasan Dalam Menghadapi Menstruasi Antara Anak yang
belum Menstruasi Dengan Anak Yang Belum Menstruasi".
Untuk itu, dengan segala hormat saya meminta l'esediaan saudara untuk turut
serta membantu penelitian yang saya lakukar1 ini, ciengan mengemukan
pendapat terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukarr pada lembar kuesioner
yang saya sediakan.
Jawaban yang anda berikan akan dijamin kerahasiaannya serta hanya
digunakan untuk keperluan penelitan semata. Sebelum diserahkan kepada
saya, sudilah kiranya Anda memeriksa kembali kelengkapan seluruh jawaban
atas pernyataan yang tersedia.
Alas segala kerjasama serta bentuan Anda, saya ucapan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr, Vllb.
PETUNJUK PENGERJAAN
Anda diminta untuk meng1si pernyataan-pernyataan di bawah ini yang sesuai
dengan diri anda sebagai bahan penelitian tugas akhir dengan tema
"Perbedaan Persepsi Menstruasi Terhadap Kecemasan Dalam Menghadapi
Menstruasi Antara Anak Yang Belum Menstruasi Dengan Anak Yang Sudah
Menstruasi". Deng an cara memberikan tanda check list (V') pad a kolom yang
disediakan. Adapun jawaban-jawabannya adalah sebgai berikut:
SS : Sangat Tidak Setuju
S : Tidak Setuju
TS : Setuju
STS : Sangat Setuju
ldentitas Responden
Na ma
Usia
Ke las
Sekolah
Menstruasi : Sudah/belum
I·.
Skala Persepsi
No Pernyataan SS s TS STS
1. Saat rnenstruasi saya tidak panik.
2. Saya tetap rnerasa percaya diri rneskipun sedang rnenstruasi.
3. Merniliki pengetahuan tentang rnenstruasi, mernbuat saya tidak cernas dalam menghadapi menstruasi.
4. Saya takut saat rnendapatkan rnenstruasi pertarna.
5. Saya rnencoba berbagai rnacarn produk pernbalut yang nyarnan untuk rnengatasi keluarnya darah mens.
6. Menstruasi banyak rnengganggu aktivitas saya.
7. Untuk rnenjaga tidak ternbus saat awal rnenstruasi, saya rnengganti pernbalut 3 kali sehari.
8. Saya pikir sernua perernpuan juga akan rnengalarni rnenstruasi.
9. Saya hanya rnengganti satu pernbalut saat awal rnenstruasi dalarn sehari.
10. Saya berusaha sernarnpunya untuk rnenjaga agar tidak ternbus dan tetap bersih.
'
11. Saya pikir tidak sernua perernpuan rnerasakan nyeri saat rnenstr.uasi.
12. Dengan pengetahuan yang benar tentang rnenstruasi, saya tidak panik saat rnenghadapi rnenstruasi
13. Setiap kali rnenstruasi saya rninurn obat agar rnenghilangkan rasa nyeri.
14. Saya gernbira dengan datangnya rnenstruasi.
No Pernyataan SS s TS STS 15. Saya tidak sabar menunggu datangnya
menstruasi.
16. Saya kurang memiliki pengetahuan tentang menstruasi.
17. Saya bingung menghadapi menstruasi yang tidak lancar.
18. Dengan pengetahuan yang salah tentang menstruasi, membuat saya panik saat menghadapi menstruasi.
19. Saya merasa tetap cantik atau sehat walaupun sedang menstruasi.
20. Saya tidak akan membiarkan mentruasi menjadi penghalang aktivitas.
21. Menstruasi menyusahkan kehidupan saya.
22. Menstruasi memang cukup merepotkan, tapi saya dapat mengatasinya.
23. Menstruasi banyak mengganggu perhatian saya.
24. Aktivitas saya tetap berjalan lancar, walaupun sedang menstruasi.
25. Saya tidak tahu tentang emosi perempuan saat akan menghadapi menstruasi.
26. Saya merasa senang, seandainya menstruasi saya lancar dan teratur. -
27. Berkali-kali saya memastikan,pembalut yang dipakai tidak akan tembus.
28. Sesekali saya berkoosultasi dengan ahli atau dokter kandungan tentang menstruasi yang tidak lancar.
29. Saya putus asa dengan menstruasi yang tak kunjung datang.
No Pernyataan SS s TS STS 30. Saya tidak nyaman saat menstruasi.
31. Aktivitas saya terganggu saat menstruasi.
32. Saya menghabiskan waktu dan biaya hanya untuk memilih pembalut yang cocok dan nyaman.
33. Bagi saya sosok perempuan dewasa adalah perempuan yang sudah mengalami menstruasi.
34. Menstruasi yang lancar dan teratur adalah harapan saya.
35. Minum obat mengurangi rasa nyeri saya saat menstruasi.
36. Saya pernah mengalami pengalaman yang memalukan saat menstruasi.
37. Datangnya menstruasi memang suatu hal yang wajar, namun tetap harus dipersiapkan secara mental dan fisik.
38. Banyak faktor yang dapat menyebabk.an rasa nyeri saat menga1ami menstruasi.
39. Menstruasi menjadi pengalaman baru bagi saya, lebih dari apapun juga.
40. Tidak ada hal yang bisa mengganggu perhatian saya selain mencari cara untuk mengembangkan potensi diri. -
41. Sepengetahuan saya banyak faktor yang membuat menstruasi tidak lancar.
42. Saya banyak baca buku atau majalah tentang perubahan-perubahan remaja baik secara psikis maupun fisik.
43. Menstruasi membuat wajah saya terlihat pucat.
44. Saya pikir menstruasi akan datang secara lancar dan teratur.
No Pernyataan sc::· ~I s TS STS
45. Saya pikir banyak orang yang merasakan nyeri saat menstruasi.
46. Saya biasa saja saat tahu ada bercak merah dirok saya.
47. Menurut saya menstruasi itu menyakitkan.
48. Saya menjadi mudah tersinggung saat sedang menstruasi.
49. Dengan datangnya menstruasi, saya menjadi pemalas
50. Menurut saya menstruasi adalah sesuatu yang wajar pada semua perempuan.
51. Saya pernah membaca artikel tentang menstruasi.
52. Menurut saya menstruasi adalah sebuah gumpalan darah.
53. Pelajaran biologi membuat saya tidak takut dalam menghadapi datangnya menstruasi.
54. Saya tidak pernah mengingat tanggal berapa saya menstruasi.
55. Menurut saya menstruasi itu sesuatu yang menakutkan.
56. Dalam waktu satu bulan saya mendapatkan menstruasi dua kali. -
57. Menurut saya darah menstrw;lsi itu berwarna merah.
Sehubungan dengan tugas penyelesaim1 skripsi yang berjudul: "Perbcdaan l'crscpsi Menstruasi Tcrhadap Kccemasan D:alam Menghadapi Mcnstruasi Antara Anak Yang Bclum Mcnstruasi Dengan Anak Yang Sudah Mcnstruasi", mahasiswa tersebut memerlukan izin Penelitian di sckolah yang Bapak/lbu/Saudara pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan Bapak/lbu/Saudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan mc:mberikan bantuannya.
Dernikian alas perhatian dan batuan Bapak/lbu/Saudara kamu ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
DEPARTEMEN AGAlVCA
MADRASAH TSANA,VIYAII NEGERI 6 Jalan lnerbang Conde! Batuampar Telepon 8000458
JAKARTA 13520
SURAT KETERANGAN
No. MTs. 09.02.06/TL.OO/ JC::,.q 12007
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 6 Jakarta
enerangkan bahwa :
Nam a
Nomor Induk Mahasiswa
Asal Lembaga
Jurusan
Program Studi
Dian Rosmaleni
I 03 070 029 040
UJN Syarif Hidayatullah Jakarta
Psikologi
Strata I ( S - I )
Telah melaksanakan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri 6 Jakarta dalam
ngka penyelesaian Skripsi yang berjudul " Perbcda:m prcsepsi menstruasi tcrhadap
~cemasan dalam mcnghadapi mcnstruasi antara :mak yang belum mcnstruasi dcngan
iak yang sudah menstruasi " .
Demikian surat keterangan uu dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
:nestinya.
Jakarta, 28 September 2007
Explore
Persepsi Menstruasi Kecemasan
Persepsi Menstruasi
Kecemasan
I
Case Processing Summary
Descriptives
Mean
95% Confidence Lower Bound Interval for Mean Upper Bound
5°10 Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minilnu1n
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Mean
95% Confidence Lower Bound Interval for Mean Upper Bound
5°/o Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Statistic Std. Error
77.2031 .72141
75.7615
78.6447
77.1910
76.5000
33.307
5.77125
63.00
93.00
30.00
9.0000
.136 .299
-.180 .590
99.0781 1.26896
96.5423
101.6139
99.2014
99.0000
103.057
10.15171
75.00
1 ?.1.00
46.00
13.7500
-.132 .299
-.188 .590
Persepsi Menstruasi
ro § 0 z E 0
"" > ~ 0
Normal 0-0 Plot of Persepsi Menstruasi
0 " ''
60 70
Observed Value
(l 0 0 0
n
80
n
0
90 100
Detrended Normal 0-0 Plot of Persepsi Mens
4
0.0
-.2
- 4
60
n
0 (lll
"
70
Observed Value
"
0 0 on
" 0 " 0
80 90 100
Kecernasan Dalarn Menghadapi Menstruasi
Normal Q-Q Plot of Kecemasan 3
" " ,o
" " "" o' o"
" 0 "" " ,_,n
ro ,,u" E -1 o"
" 0 " z ' ' " -0
-2 ' ~ " w 0. x -3 w
70 80 90 100 110 120 130
Observed Value
Detrended Normal Q-Q Plot of Kecemasan .2
"" " .1
" " " " "" ooll
" " " 00 - - -" " o"
-1 " " -.2
" " ro §
-.3 0 z E _g -4 " > w
- 5 0 70 80 90 100 110 120 130
Observed Value
Test of Homogeneity of Variance
I Levene I Statistic df1 df2 Sia.
Persepsi Menstruasi Based on Mean .000 1 62 .985 Based on Median .012 1 62 .913 Based on Median and with adjusted df .012 1 61.535 .913
Based on trimmed .004 1 62 .953
mean Kecemasan Based on Mean .138 1 62 .712
Based on Median .159 1 62 .691 Based on Median and with adjusted di .159 1 61.883 .691
Based on trimmed .1351 1
mean I 62 .714
T-Test
Group Statistics
I Kelompok Subiek I Std. Error
N Mean I :Std. Deviation Mean Persepsi Menstruasi Sudah Mengalami
32 "'""l 5.75149 1.01673 Menstruasi
Belum Mengalami 321 76.6250 5.82403 1.02955 Menstruasi
assumed not assumed Levene's Test for F .000 Equality of Sig. .985 Variances t-test for Equality of t .799 .799 Means di 62 61.990
Sig. (2-tailed) .427 .427 Mean Difference
1.1563 1.1563
Std. Error Difference 1.44697 1.44697
95% Confidence Lower -1.73620 -1.73621 Interval of the Upper Difference 4.04370 I 4.04871
Berdasarkan hasil uji beda dengan menggunakan teknik t test, dihasilkan nilai t hitung sebesar 0.799. Sementara nilai t table pada taraf signifikansi 53 dengan di 62 adalah sebesar 2.000.
Keputusan: Ho diterima jika t hitung < t table
Karena nilai t hitung yang dihasilkan (0.799) < t table (2.000) maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi mengenai menstruasi pada subjek yang telah mengalami menstruasi dengan subjek yang belum mengalami menstruasi diterima.
T-Test
Group Statistics
Kelompok I I Std. Deviation
Std. Error Subiek N Mean Mean
Kecemasan Sudah 101.59381 Mengalami 32 9.59791 1.69669
Menstruasi d Bel um Mengalami 32 10.21049 1.80498 Menstruasi
assumed not assumed Levene's Test for F 138 Equality of Sig. .712 Variances t-test for Equality of t 2.031 2.031 Means df 62 61.764
Sig. (2-tailed) .047 .047 Mean Difference
5.0313 5.0313
Std. Error Difference 2.47723 2.47723
95% Confidence Lower .07933 .07895 Interval of the Upper Difference 9.98317 9.98355
Berdasarkan hasil uji beda dengan menggunakan teknik t test, dihasilkan nilai t hitung sebesar 2.031. Sementara nilai t table pada taral signifikansi 53 dengan di 62 adalah sebesar 2.000.
Keputusan: Ho diterima jika t hitung < t table
Karena nilai t hitung yang dihasilkan (2.031) > t table (2.000) maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kecemasan dalam menghadapi menstruasi antara subjek yang telc1h mengalami menstruasi dengan subjek yang belum mengalami menstruasi ditolak. Dengan demikian hipotesis alternative (Hi) yang menyotakan bahwa terdapat perbedaan kecemasan dalam menghadapi menstruasi antara subjek yang telah mengalami menstruasi dengan subjek yang bell1m mengalami menstruasi diterima.