HUKUM MAHRAM MENURUT MAJELIS TARJIH DAN TAJDID MUHAMMADIYAH DAN LAJNAH BAHTSUL MASAIL NU SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM Oleh : MUHAMMAD SYAHDAN NIM : 13360010 PEMBIMBING I H. WAWAN GUNAWAN, S.Ag., M.Ag. NIP : 19651208 199703 003 PEMBIMBING II GUSNAM HARIS, S.Ag, M.Ag NIP : 19720812 199803 004 PRODI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2019
48
Embed
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUMdigilib.uin-suka.ac.id/34612/1/13360010_BAB-I_IV-atau... · 2019-04-15 · 13. Generasi Rabbani, Devi, Okti, Alifah, Aisyah, Nurul, Nisa,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUKUM MAHRAM MENURUT MAJELIS TARJIH DAN TAJDID
MUHAMMADIYAH DAN LAJNAH BAHTSUL MASAIL NU
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
Oleh :
MUHAMMAD SYAHDANNIM : 13360010
PEMBIMBING I
H. WAWAN GUNAWAN, S.Ag., M.Ag.NIP : 19651208 199703 003
PEMBIMBING II
GUSNAM HARIS, S.Ag, M.AgNIP : 19720812 199803 004
PRODI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2019
ii
ABSTRAK
Di antara kegiatan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusiaadalah melakukan suatu perjalanan, dalam sebuah perjalanan selain membutuhkanbekal dan tenaga, di dalam Islam telah diatur bagi seorang perempuan yang inginmelakukan suatu perjalanan disyaratkan disertai oleh mahramnya. Pembahasantentang perempuan yang ingin melakukan suatu perjalanan memiliki perbedaandikalangan para ulama, termasuk di Indonesia juga memiliki perbedaan pendapatterkait masalah syarat mahram bagi perempuan yang ingin melakukan suatuperjalanan. Hal ini terlihat dari perbedaan dari dua organisasi Islam terbesar diIndonesia yang ikut menjawab persoalan tersebut yaitu Majelis Tarjih dan TajdidMuhammadiyah dan Lajnah Bahtsul Masail NU. Penelitian ini akan membahaspandangan dari Majelis Tarjih dan TajdidMuhammadiyah dan Lajnah BahtsulMasail NU tentang hukum mahram tersebut.
Penelitian ini adalah Library Research yaitu penelitian yang mengambildan mengolah datanya dari sumber kepustakaan. Pendekatan yang digunakanpenulis adalah pendekatan normatif, yaitu pendekatan terhadap masalah yangditeliti dengan mengkaji berdasarkan pandangan hukum Islam, baik berasal darial-Qur’an, Sunnah, atau sumber hukum yang diakui oleh syara’ dan kaidah-kaidahfiqhiyyah yang berkaitan. Penelitian ini bersifat deskriptif-komparatif, yaitupenelitian yang berusaha memberikan gambaran secara sistematis bagaimanapandangan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dan Lajnah Bahtusl Masailtentang hukum mahram, kemudian menganalisis dengan membandingkan keduapandangan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyahmemandang bagi seorang perempuan yang keluar dari rumahnya baik untukmelakukan perjalanan atau yang lainnya harus ditemani oleh mahramnya atausuaminya, jika tidak adanya mahram atau suami yang dapat menemaninya, makahajat keluarnya ia dari rumahnya haruslah dibenarkan oleh syara’ dan adanyakeamanaan yang menyertainya. Adapun Lajnah Bahtsul Masail NU memandangbahwa keluarnya perempuan dari rumahnya harus meminta izin dari suami atauwalinya, jika keluarnya perempuan dari rumahnya menjadi sebab datangnya fitnahmaka hukumnya makruh, sedangkan keluarnya ia dari rumahnya haruslahkeperluan yang dibenarkan oleh syara’. Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammdiyahmenggunakan dua dalil yang terlihat bertentangan (Ta’a>rudl al-adillah) danmenggunakan al-Jam’u wa at-Tawfi>q sebagai metodenya, yaitumengompromikan dalil-dalil yang ada tanpa meninggalkan salah satu diantaranya. Adapun Lajnah Bahtsul Masail menjadikan metode “bermazhab secaraqauli” sebagai jalan dalam mengambil keputusannya, yaitu dengan caramengambil qaul yang sudah ditetapkan oleh ulama sebelumnya, sedangkan qaululama sebelumnya menjadikan metode qiyas sebagai penetapan hukumnya.
iii
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Aku tidak peduli keadaan susah dan senangku, karena
Aku tak tahu, manakah diantara keduanya itu yang
lebih baik bagiku”
(Umar Bin Khattab ra.)
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada
Kedua Orang Tuaku Bapak Darwis & Ibu Tangge
Prodi Perbandingan Mazhab
Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Lembaga Dakwah Kampus UIN SuKa
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fak. Syari’ah dan Hukum
Pondok Mahasiswa Al-Madinah
Jama’ah Masjid Muhajirin Perumahan Griya Taman Asri
ix
KATA PENGANTAR
شهد لهالحمد له و ن ال اله اال ا شهد ن. مور الدنیا والد لى ن ستع ن وبه رب العالم
ن.ن محمد جمع له وصحبه لى محمد و لى سید لهم صل وسلم له. ا ا رسول ا
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
segala rahmat yang tiada batasnya, segala nikmat yang tiada ujungnya dan segala
karunia yang tiada ujungnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Shalawat dan serta Salam semoga tercurahkan kepada junjungan
besar Nabi Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص yang telah menjadi teladan bagi kita semua, yang diakui
oleh ummatnya maupun bukan ummatnya.
Penyusun menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari
bantuan banyak pihak. Harapan penyusun semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membacanya. Pada kesempatan ini penyusun
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Pada asalnya siapapun boleh melakukan perjalanan atau safar tanpa
adanya ketentuan-ketentuan khusus untuk melakukan suatu perjalanan selama
iya mampu melakukan suatu perjalanan, akan tetapi hal ini tidak berlaku bagi
kaum perempuan. Islam memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda antara
laki-laki dan perempuan, karena pada asalnya laki-laki dan perempuan itu
berbeda sebagaimana firma Allah SWT:
نثى2 ر كا س الذ ,,,ول
Perbedaan ini pun memberikan ketentuan hukum yang berbeda pula
dalam beberapa permasalahan. Akan tetapi setiap amalan yang mereka lakukan
tetap sama-sama mendapatkan balasan selama mereka mengikuti ketentuan-
ketentuan yang berlaku kepada masing-masing mereka, sebagaimana firman-
Nya:
ر حساب3 ها بغ رزقون ف لون الجنة لئك ید نثى وهو مؤمن ف و ر من ذ ا ومن عمل صال
Bagi seseorang yang ingin melakukan suatu perjalanan memiliki ketentuan
yang dibebani kepada setiap mukallaf4 baik laki-laki maupun perempuan,
seperti memiliki bekal yang cukup, mencari teman dalam perjalanan,
mengangkat pemimpin dalam rombongan perjalanan dan adab-adab dalam
2 Ali>-‘Imra>n (3): 36.
3 Ga>fir (40): 40.
4 Mukallaf adalah seseorang yang perbuatannya dikenai khitab Allah Ta’la. Lihat NasrunHaroen, Ushul Fiqh I, cet. ke-1, (Jakarta: Logos, 1996), hlm. 304.
3
melakukan suatu perjalanan.5 Dari beberapa ketentuan-ketentuan yang ada,
menjadi hal yang menarik untuk dibahas yaitu perempuan yang ingin
melakukan suatu perjalanan disyaratkan ditemani oleh mahramnya,
sebagaimana Hadis Rasulullah :ملسو هيلع هللا ىلص
ن فع, عن ا له, عن كم عبد ا د سامة: ي ب راهیم الحنظلي قال: قلت ن ا اق دثنا اس
م اال مع سافر المرة ثالثة لیه و سلم قال : ال له ي صلى ا ن النب له عنهما: عمر رضي ا
ذي محرم6
Hal ini diperkuat lagi oleh banyaknya dalil yang melarangnya, seperti:
ي هررة رضي ب بیه, عن ري, عن دثنا سعید المق ي ذئب قال: ب ن دثنا ا دم قال: دثنا
ن له و الیوم االخر ل المرة تؤمن لیه و سلم : ال ی له ي صلى ا له عنهما قال : قال النب ا
س معها حرمة7 رة یوم و لیلة ل سافر مس
Banyaknya dalil-dalil yang melarangan bagi perempuan melakukan
perjalanan tanpa adanya mahram menunjukkan suatu keharaman apabila
mereka bersafar tanpa ditemani oleh mahram, sebagaimana kaidah ushul fiqh
menjelaskan :
5 Sa’id Bin ‘Ali> Bin Wahf al-Qahtha>ni, Adab Safar Perjalanan Penuh Berkah, hlm. 8.
14 Ima>m Muslim, S}ahi>h Muslim, I: 268, hadis no.442, “Kita>b Ash-Shola>h”, Ba>b Khurujan-Nisa > Ila al-Masjid.
8
Dari hadis ini diambil ‘Illat bahwa keluarnya perempuan karena ada hajat
yang syari’menjadi sebab tidak dilarangnya perempuan keluar dari
rumahnya.15
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, melihat berbagai pandangan
yang berbeda dari persoalan yang sama, menjadi hal yang menarik untuk
ditelaah lebih dalam. Penyusun merasa tertarik untuk mengkaji permasalahan
tersebut dari dua sisi pandangan dari dua organisasi terbesar yang ada di
Indonesia dan menuangkan dalam skripsi yang berjudul Hukum Mahram
menurut Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dan Lajnah Bahtsul Masail
Nahdlatul Ulama.
B. Pokok Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana metode istinbath hukum Majelis Tarjih dan Tajdid
Muhammadiyah dan Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama tentang
hukum keluarnya perempuan dari rumahnya tanpa mahram ?
2. Apa persamaan dan perbedaan di antara pandangan Majelis Tarjih dan
Tajdid Muhammadiyah dan Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
tentang hukum keluarnya perempuan dari rumahnya tanpa mahram ?
15 Tim Lajnah Ta’lif Wa an-Nasyr (LTN) PBNU, Ahkamul Fuqaha, Solusi ProblematikaAktual Islam, Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes NU (1926-2010), (Surabaya: Khalista,2011), hlm.501.
9
C. Tujuan dan Kegunaan
Berdasarkan pokok masalah di atas, maka tujuan dari pembahasan skripsi
ini adalah :
1. Untuk menjelaskan metode istinbath hukum dari Majelis Tarjih dan
Tajdid Muhammadiyah dan Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama
tentang hukum keluarnya perempuan dari rumahnya tanpa mahram.
2. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan antara Majelis Tarjih
dan Tajdid Muhammadiyah dan Lajnah Bahtsul Masail Nahdlatul
Ulama tentang hukum keluarnya perempuan dari rumahnya tanpa
mahram.
Adapun kegunaan dari pembahasan skripsi ini adalah :
1. Sebagai hazanah kepustakaan bagi pembaca terutama mengenai
hukum keluarnya perempuan dari rumahnya tanpa mahram.
2. Sebagai bahan rujukan dalam kegiatan ilmiah dan akademik mengenai
keluarnya perempuan dari rumahnya tanpa mahram.
D. Telaah Pustaka
Guna mendukung penelitian ini, penyusun menelaah karya-karya ilmiah
sebelumnya yang ada relevansinya dengan permasalahan ini, sebagai bahan
refrensi dan pembanding terhadap penelitian ini. Karya yang membahas
masalah ini diantaranya yaitu:
Jurnal yang ditulis oleh Atiyatul Ulya yang berjudul “Konsep “Mahram”,
Jaminan Keamanan atau Pengekangan Perempuan ?”. Dalam jurnah tersebut
menyimpulkan bahwa hadis-hadis tentang larangan safar tanpa mahram bagi
10
perempuan, apabila difahami secara literalis normative akan berdampak pada
pengekangan aktivas perempuan diranah public, bahkan dalam melaksanakan
ibadah maupun menuntut ilmu sekalipun. Sebalikanya, pemahaman secara
filosofis empiris, hadis-hadis tentang larangan safar tanpa mahram
mencermkinkan adanya tanggung jawab bersama untuk membangun system
yang aman dan ramah bagi perempuan sehingga mereka dapat beraktivitas
seperti kaum laki-laki untuk mengemban amanah sebagai khalifah yang juga
dibebankan kepada kaum perempuan.16
Selanjutnya jurnal yang ditulis oleh Ahmad Fawaid yang berjudul
“Reinterpretasi Hadis tentang Mahram”. Dalam jurnal tersebut menyebutkan
bahwa konsep mahram dalam kondisi sekarang adalah berwujud aturan-aturan
hokum, perundang-undangan dan kebijakan-kebijakan public yang dapat
menjamin keterlindungan perempuan. Pendampingan mahram atas perempuan
yang sedang berpergian menjadi relevan lagi apabila situasi social pada suatu
masyarakat mirip dengan kondisi saat hadis tentang larangan safar tanpa
mahram bagi perempuan itu muncul.17
Selanjutnya jurnal yang ditulis oleh Holilur Rohman dengan judul
Reinterpretasi Konsep Mahram dalam Perjalanan Perempuan Prespektif
Hermeneutika Fazlur Rahman. Di dalam jurnal ini juga menjelaskan pendapat
beberapa para ulama seperti Imam Nawawi yang berpendapat bahwa
, Qai’dah-qai’dah Fiqh, cet. ke-1, Jakarta: Bulan Bintang,1976.
dkk, Majlis Tarjih Muhammadiyah: Studi tentang Sistemdan Metode Penentuan Hukum, Laporan Penelitian LembagaResearch dan Survai IAIN SUKA, 1985.
Amin, M Masyur, Ijtihad NU dalam Bidang Ekonomi, Yogyakarta: PusatPenelitian IAIN Sunan Kalijaga, 1998.
Anwar, Syamsul, Manhaj Tarjih, dalam Rapat Kerja Tingkat Pusat MajlisTarjih dan Tajdid Muhammadiyah, Surabaya: Pimpinan WilayahMuhammadiyah Jawa Timur, 2016.
Djamil, Fathurahman, Metode Ijtihad Majlis Tarjih, Jakarta: LogosPublishing House, 1995.
Holilur Rahman, “Reinterpretasi Konsep Mahram dalam PerjalananPerempuan Prespektif Hermeneutika Fazlur Rahman”, vol. 7,Surabaya: AL-HUKAMA, 2017.
Ka’bah, Rifyal, Hukum Islam di Indonesia Perspektif Muhammadiyah danNahdhatul Ulama, cet. ke-1, Jakarta: Universitas Yasri Jakarta,1999.
Karim, Rusli, Muhammadiyah Dalam Kritik dan Komentar, cet. ke-1,Jakarta: Rajawali Press, 1986.
Keputusan Munas Alim Ulama Nahdhatul Ulama, Lampung: tnp, 1992.
Mahfudh, Sahal, Nuansa Fiqh Sosial, Yogyakarta, LKIS, 1994.
Maqdi >si, Ibnu Quda>mah al-, Al-Mughi, alih bahasa Amir Hamzah, cet. ke-1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008.
Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab, alih bahasa MasykurA.B dkk, cet. ke-28, Jakarta: Penerbit Lentera, 2013.
Muhammadiyah, Majlis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat, AdabulMar’ah fi Al-Islam, cet. ke-4, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,2018.
Mulkhan, Abdul Munir, Masalah-Masalah Teologi dan Fiqh dalam TarjihMuhammadiyah, Yogyakarta: Sipress, 1994.
Philips, Abu Ameenah Bilal, Evolusi Fiqh Sejarah 4 Imam Madzhab, AlihBahasa Ginus Partadiredja, Bandung: Anjana Pustaka, 2007.
PBNU, Keputusan Muktamar NU XXVII di Pondok Pesantren SalafiyahSyafi’iyah Sukorejo Situbundo, Surabaya: PWNU Jawa Timur,1985.
86
Pusat Pimpinan Aisyiah, Tuntunan Mentjapai Isteri Islam Jang Berarti,Cet. ke-3, Yogyakarta: Pusat Pimpinan Muhammadiyah, 1956.
Qahtha>ni, Sa’id Bin ‘Ali> Bin Wahf al-, Adab Safar Perjalanan PenuhBerkah, alih bahasa Ahmad sudarno dan Aris Munandar, cet. ke-3,Yogyakarta: Media Hidayah, 2004.
Qardawi, Yusuf al-, Membunyikan Syari’at Islam, alih bahasa MuhammadZakki dkk, Surabaya: Dunia Ilmu, 1997.
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, alih bahasa Abu Syauqina dan Abu AuliaRahma, cet. ke-2, Bandung: al-Maarif, 1996.
Shiddiq, Mahfud, Disekitar soal: Ijtihad dan Taqlid, Surabaya: PBNU, t.t.
Sodiqin, Ali, Fiqh Ushul Fiqh Sejarah, Metodologi dan Implementasinyadi Indonesia, cet. Ke-1, Yogyakarta: Beranda Publishing, 2012.
Tim Lajnah Ta’lif Wa an-Nasyr (LTN) PBNU, Ahkamul Fuqaha, SolusiProblematika Aktual Islam, Keputusan Muktamar, Munas danKonbes NU (1926-2010), Surabaya: Khalista, 2011.