IMPLEMENTASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE DALAM METODE PEMBELAJARAN FIKIH DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Ahmad Nasuki NIM. 11140110000068 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H
124
Embed
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46737/1/AHMAD NASUKI...Intelligence peserta didik. Hal ini dibuktikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IMPLEMENTASI TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE
DALAM METODE PEMBELAJARAN FIKIH
DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
Ahmad Nasuki
NIM. 11140110000068
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
2019 M/
i
ABSTRAK
Ahmad Nasuki (11140110000068). Implementasi Teori Multiple Intelligence
dalam Metode Pembelajaran Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara implementasi teori multiple
intelligence pada metode pembelajaran Fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
Subjek dari penelitian ini adalah guru fikih kelas 7 dan objek dalam penelitian ini
adalah metode pembelajaran fikih kelas 7 semester genap. Metode yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data didapatkan melalui proses
wawancara, observasi dan dokumentasi. Data diolah melalui tiga teknik, yaitu: (1)
meningkatkan ketekunan, (2) Triangulasi dan (3) menggunakan bahan referensi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi metode
pembelajaran fikih di MTs Pembangunan UIN Jakarta sesuai dengan Multiple
Intelligence peserta didik. Hal ini dibuktikan dari empat buah metode pembelajaran
yang diimplementasikan, yaitu: (1) Metode movie learning yang sesuai dengan
kecerdasan musikal, linguistik dan visual-spasial dominan, (2) Metode tanya jawab
yang sesuai dengan kecerdasan matematis-logis dominan, (3) Metode demonstrasi
yang sesuai dengan kecerdasan kinestetis-jasmani dan interpersonal dominan, (4)
Metode peta konsep yang sesuai dengan kecerdasan visual-spasial dan
intrapersonal dominan.
Kata Kunci: Metode, Multiple Intelligence, Fikih
ii
ABSTRACT
Ahmad Nasuki (11140110000068). Implementation Theory of Multiple
Intelligence in Fiqh Learning Methods in MTs Pembangunan of UIN Jakarta.
This study have a purpose to determine implement the theory of multiple
intelligence in the method of learning fiqh in MTs Pembangunan of UIN Jakarta.
The subjects of this study is 7th grade fiqh teacher and the objects in this study is
the fiqh learning methods in the 7th grade second semester. The method used in this
study is descriptive qualitative. Data obtained through the process of interviews,
observation and documentation. Data is processed through three techniques, they
are: (1) increasing perseverance, (2) Triangulation and (3) using reference
materials.
The results of this study indicate that the implementation of fiqh learning
methods in MTs Pembangunan of UIN Jakarta is quite in accordance with the
Multiple Intelligence of students. This is evidenced from four learning methods
implemented, they are: (1) movie learning method that proper with dominant
musical, linguistic and visual-spatial intelligence, (2) question and answer method
that proper with dominant logical-mathematical intelligence, (3) Demonstration
method that proper with dominant kinesthetic-physical and interpersonal
intelligence, (4) Method of concept maps that proper with dominant visual-spatial
and intrapersonal intelligence.
Keyword: Method, Multiple Intelligence, Fiqh
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak pernah henti
memberikan nikmat, rahmat dan pertolongan kepada penulis. Atas nikmat, rahmat
dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyusun skripsi ini. Selawat dan salam
mudah-mudahan selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. karena dengan
kehadirannya di muka bumi ini dapat merubah zaman jahiliyah menjadi zaman
yang serba ilmiyah.
Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan untuk memeroleh
gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama Islam. Pada saat penyusunan
skripsi ini penulis menyadari bahwa tidak sedikit hambatan dan tantangan yang
penulis hadapi. Berkat motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya
penyusunan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. H. Satiri dan Hj. Suhadah selaku orang tua yang telah memberikan dukungan
moril dan materil kepada penulis selama ini.
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
periode 2015-2019 dan Prof. Dr. Amany Lubis, MA. selaku rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta saat ini (periode 2019-2023)
3. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta periode 2015-2019 dan Prof. Dr. Sururin, M.Ag. selaku dekan FITK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini (periode 2019-2023)
4. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku ketua jurusan PAI UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan juga selaku dosen penasehat akademik penulis yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama masa perkuliahan.
5. Dr. Sapiudin Shidiq, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis dalam menyusun skripsi ini
6. Momon Mujiburrahman, MA. selaku kepala MTs. pembangunan UIN Jakarta
yang telah membantu dan memudahkan penulis selama penelitian.
7. Mardi, MA. selaku wakil kepala madrasah bidang kurikulum yang telah
membantu penulis dalam proses pengambilan data.
iv
8. Idham Khalid, M.Ag. selaku guru mata pelajaran Fikih yang telah membantu
dan memfasilitasi penulis selama penelitian.
9. Para dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama para dosen jurusan PAI
yang telah memberikan berbagai macam ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
10. Para staf pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama staf jurusan PAI
yang telah memberikan pelayanan yang baik selama masa perkuliahan
11. Teman-teman seperjuangan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2014 terutama kelas PUKIS B yang telah memberikan motivasi, kebersamaan
dan pengalaman berharga selama ini.
12. Teman-teman alumni Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences
terutama angkatan As-Suffah 16 yang telah memberikan motivasi, kebersamaan
dan pengalaman berharga selama ini.
13. Seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memotivasi penulis yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Semoga Allah memberikan balasan yang sebaik-baiknya balasan kepada
mereka. Penulis memohon maaf jika dalam skripsi ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Sebuah pepatah mengatakan,”Tak ada gading yang tak retak”, karena
kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
penulis harapkan kepada para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 13 Maret 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 6
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Teori Multiple Intelligence
1. Pengertian Teori Multiple Intelligence ......................................... 7
15 The Oxford Dictionary of English Etymology (London: Oxford University Press, 1966), h.
479
16 Ibid. h. 596
8
bakat yang dimiliki peserta didik untuk menyelesaikan berbagai
persoalan dalam pembelajaran.17
Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh
Dr. Howard Gardner, ia merupakan seorang psikolog dari Harvard
University.18 Gardner dilahirkan pada tanggal 11 Juli 1943 di Scranton
(sebuah kota bekas pertambangan batu bara) di Timur Laut
Pennsylvania, Amerika Serikat.19
Hal yang menarik dari teori ini adalah terdapat usaha
mendefinisikan ulang tentang kecerdasan. Karena sebelum munculnya
teori ini kecerdasan sering diartikan secara sempit yaitu sebatas
kemampuan menyelesaikan serangkaian tes psikologis kemudian hasil
tes tersebut diubah menjadi angka standar kecerdasan atau yang lebih
kita kenal dengan tes IQ.20 Gardner berpendapat sebagaimana yang
dikutip oleh Andyda Meliala bahwa kecerdasan manusia tidak dapat
disimpulkan hanya dengan penilaian IQ saja, karena tes IQ hanya
menggambarkan dua kecerdasan yaitu kecerdasan bahasa dan
matematika. Tes IQ tidak dapat mengukur kualitas yang dibutuhkan
untuk sukses dalam pendidikan seperti kemauan keras, percaya diri,
dan motivasi.21
Sejauh ini, paradigma guru dan orang tua tentang kecerdasan
cenderung salah kaprah karena mereka hanya mendefinisikan
kecerdasan denga definisi yang sangat sempit. Anak yang berperilaku
baik (saleh/salihah), belum disebut sebagai anak yang pintar oleh
mayoritas guru dan orang tua. Anak yang mempunyai keterampilan
yang memadai dalam bidang melukis, bernyanyi, olahraga pun belum
disebut sebagai anak yang pintar. Adapun anak yang berperilaku
17 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta:
Kencana, 2016), h. 11 18 Munif Chatib, Gurunya Manusia, op. cit., h. 132 19 Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran, dan
Karya, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 158
20 Munif Chatib, Gurunya Manusia, loc. cit.
21 Andyda Meliala, loc. cit.
9
“nakal” dan tidak mempunyai keterampilan psikomotorik namun ia
berhasil mendapatkan nilai matematika, IPA, dan bahasa Inggris yang
sempurna dalam ujian cenderung disebut “anak pintar”. Seharusnya,
sebutan anak pintar berlaku pada semua kemampuan baik kemampuan
afektif, kognitif maupun psikomotorik.22
Banyak sekali contoh tentang salah kaprah pelabelan kata
cerdas/pintar yang ditempelkan oleh guru dan orangtua kepada anak.
Penulis akan memberikan tiga contoh anak yang diusia belia sering
mendapatkan label “anak bodoh” yang dikutip dari buku 95 Strategi
Mengajar Multiple Intelligences23
a. Thomas Alva Edison, ia dikeluarkan dari sekolah formal karena
dianggap bodoh dan dianggap sering merepotkan gurunya dengan
pertanyaan-pertanyaan yang nyeleneh. Namun, pada akhirnya
Edison menjadi ilmuwan yang paling bersinar karena berhasil
menemukan lampu yang dapat menyinari dunia.
b. Albert Einsten, siswa yang dianggap bodoh karena pertanyaan-
pertanyaan dan perilakunya dianggap aneh. Einsten kecil pernah
berperilaku seperti ayam dengan cara mengerami telur hanya untuk
mengetahui bagaimana proses ayam sampai menetaskan telurnya.
Namun siapa sangka, Einsten menjadi ilmuwan hebat yang berhasil
merumuskan teori relativitas dan teori-teori lain
c. Carl Sandburg, penulis cemerlang Amerika yang mengumpulkan
lagu-lagu rakyat Amerika menjadi sebuah antologi. Namun siapa
sangka, Sandburg pernah gagal saat ujian masuk di bidang
matematika dan grammar di West Point, semacam Akabri di
Indonesia.
22 Alamsyah Said dan Andi Budimanjaya, 95 Strategi Mengajar Multiple Intelligences, (Jakarta:
Kencana, 2016), h. 7
23 Ibid.
10
Dari ketiga contoh diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
seseorang sangat beragam dan tidak bisa dipaksa untuk disamakan atau
diseragamkan.
Teori Multiple Intelligence ini bukanlah teori untuk menentukan
satu kecerdasan yang sesuai untuk seseorang, melainkan untuk
menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas dalam kedelapan
kecerdasan. Tentu saja kedelapan kecerdasan ini berfungsi bersamaan
dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang.24
Ada empat poin yang harus diperhatikan dalam teori ini25, yaitu:
a. Setiap orang memiliki semua kecerdasan jamak
b. Setiap orang dapat mengembangkan kecerdasan tersebut sampai
tingkat yang optimal
c. Kecerdasan biasanya bekerja secara bersamaan dengan cara yang
kompleks dan selalu berinteraksi satu sama lain
d. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
Teori Multiple Intelligence ini merupakan validasi tertinggi
gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya
dalam pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan dan
penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing. Teori ini
juga bukan hanya mengakui perbedaan individual untuk tujuan-tujuan
praktis, tetapi juga menganggap sebagai sesuatu yang normal, wajar
dan sangat berharga.26
24 Thomas Amstrong, op.cit. h. 16
25 Ibid., h.16-19 26 Julia Jasmine, Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligence, (Bandung: Nuansa,
2007), h. 11-12
11
2. Macam-macam Multiple Intelligence
Dalam teori multiple intelligence ini Gardner membagi ke dalam
delapan kategori kecerdasan, yaitu:
a. Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan
kata-kata secara efektif, baik lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini
mencakup kemampuan sintaksis (struktur bahasa), fonologi (bunyi
bahasa), dan semantik (makna bahasa).27 Seorang anak yang
mempunyai kecerdasan linguistik yang baik akan merasa lebih
mudah untuk mempelajari pola huruf dan bunyi dari kata-kata yang
tertulis, terutama untuk mempelajari bahasa-bahasa asing.28
Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan
linguistik adalah suka membaca, menulis, belajar dengan
mendengar, berdiskusi, mengolah kata, memiliki kosakata yang
banyak, meringkas, menjelaskan apa yang ada di pikirannya
dengan baik, berdialog, bertanya jawab. Oleh karena itu, karier
yang sesuai dengan orang yang memiliki kecerdasan linguistik
adalah penyair, wartawan (jurnalis), ilmuwan, novelis, komedian,
pengacara, penceramah, pelatih, guru, motivator, dan lain-lain.29
b. Matematis Logis
Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk
menggunakan angka dan pemikiran logis secara efektif.30
Seseorang yang mempunyai kecerdasan matematis-logis yang baik
sering tertarik dengan bilangan dari usia yang sangat muda. Mereka
menikmati berhitung dan dapat menghitung bilangan dengan cepat.
27 Thomas Amstrong, Op.Cit. h. 6 28 May Lwin, dkk. Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, terj. dari How to
Multiply Your Child’s Intelligence: A Practical Guide for Parents of Seven-Year-Olds and Below
oleh Christine Sujana, S.Pd., (Jakarta: Indeks, 2008), h. 13 29 Muhammad Yaumi, op. cit. h. 14 30 Thomas Amstrong, loc.cit.
12
Selain itu, mereka juga dapat menjelaskan konsep secara logis dan
senang membuat kesimpulan ilmiah dari pengamaatan mereka.31
Kegiatan anak yang dominan memiliki kecerdasan matematis-
logis adalah sangat suka bermain dengan bilangan dan berhitung,
baik dalam memecahkan masalah (problem solving), suka
melakukan percobaan yang logis, mempunyai kemampuan untuk
berfikir abstrak, suka bermain teka-teki, selalu ingin mengetahui
bagaimana sesuatu itu berjalan, terarah dalam melakukan kegiatan
yang berdasarkan aturan, suka membuat peta konsep. Oleh karena
itu karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai kecerdasan
matematis-logis yang dominan adalah ilmuwan, insinyur,
programer komputer, akuntan, pekerja konstruksi, guru
matematika, fisikawan, dan lain-lain.32
c. Visual Spasial
Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan untuk
merasakan, membayangkan dunia gambar dan ruang secara
akurat.33 Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna,
garis, bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada diantara
unsur-unsur ini.34 Pesan-pesan keagamaan dapat disampaikan
kepada peserta didik melalui gambar, cerita, komik, yang berisi
pesan-pesan keimanan, akhlak, budi pekerti dan moral yang baik,
luhur dan mulia dengan menggunakan bahasa yang mudah
difahami sesuai dengan tingkat berfikir dan pemahaman peserta
didik.35
Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan visual
spasial adalah suka menggambar, melukis, mempresentasikan ide
31 May Lwin, dkk. op. cit. h. 43 32 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op.cit., h. 15 33 Munif Chatib, op.cit. h. 136 34 Thomas Amstrong, op. cit. h. 6 35 Faisal Ismail, Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 34
13
dengan gambar, memiliki imajinasi yang unik, suka dengan benda
yang berwarna-warni, pandai mencocokkan warna yang sesuai.
Oleh karena itu, karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai
kecerdasan visual-spasial adalah arsitek, desainer, pemahat,
fotografer, dan lain-lain yang relevan.36
d. Kinestetik
Kecerdasan kinestetik adalah kepekaan dalam mengontrol
gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek, respon dan refleks.37
Kecerdasan ini mencakup keterampilan khusus seperti koordinasi,
keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibelitas, dan
kecepatan. Contoh yang paling tampak untuk diamati adalah
aktivitas para atlet atau dalam pertunjukan seni seperti menari atau
bermain drama.38
Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan
kinestetik adalah suka berolahraga, berjalan, berlarian, menari,
membuat kerajinan tangan. Oleh karena itu, karier yang sesuai
dengan orang yang mempunyai kecerdasan kinestetik adalah atlet,
penari, aktor, artis, dan lain-lain.
e. Musikal
Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk merasakan
(misalnya sebagai penikmat musik), membedakan (misalnya
sebagai kritikus musik), mengubah (misalnya sebagai komposer
musik) dan mengekspresikan (misalnya sebagai pemain musik)
bentuk-bentuk musik.39
Musik juga memegang peranan yang signifikan dalam
menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada para peserta didik.
36 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op.cit., h. 16 37 Munif Chatib, op.cit. h. 137 38 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, loc. cit. 39 Thomas Amstrong, op. cit. h. 7
14
Misalnya lagu religius yang berjudul “Tuhan” ciptaan Bimbo.
Ketika musik/lagu ini dilantunkan dengan suara yang merdu dan
syahdu maka lagu ini akan memiliki daya sentuh yang sangat
sensitif-inspiratif bagi para pendengarnya.40
Karakteristik anak yang dominan memiliki kecerdasan
musikal adalah memiliki sensitifitas untuk mendengarkan pola-
pola, bersenandung dan dapat memainkan sesuai dengan irama,
mencari dan menikmati pengalaman musik, sangat bagus dalam
mengambil nada, mempunyai suara merdu. Oleh karena itu, karier
yang sesuai dengan orang yang mempunyai kecerdasan musikal
adalah penyanyi, musisi, pengamat lagu, pencipta lagu, dan lain
sebagainya. 41
f. Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kepekaan mencerna dan
merenspon secara tepat suasana hati, motivasi dan keinginan orang
lain.42 Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai
kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan
yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti
memperoleh simpati dari peserta didik yang lain dan sebagainya.43
Oleh karena itu, karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai
kecerdasan interpersonal adalah guru, organisatoris, diplomat,
aktivis, negosiator, mediator, dan lain sebagainya.
40 Faisal Ismail, op. cit. h. 34-35 41 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op. cit., h. 18 42 Munif Chatib, op. cit. h. 137 43 Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h. 14
15
g. Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kepekaan memahami perasaan
sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri.44 Individu yang cerdas dalam
intrapersonal memiliki beberapa indikator kecerdasan,45 yaitu:
1) Secara teratur meluangkan waktu sendiri untuk bermeditasi,
merenung dan memikirkan berbagai masalah;
2) Pernah atau sering menghadiri acara konseling atau seminar
perkembangan kepribadian untuk lebih memahami diri
sendiri;
3) Mampu menghadapi kemunduran, kegagalan, hambatan
dengan tabah;
4) Memiliki hobi atau minat dan kesenangan yang disimpan
untuk diri sendiri;
5) Memiliki tujuan-tujuan yang penting untuk hidup yang
dipikirkan secara kontinu;
6) Memiliki pandangan yang realistis mengenai kekuatan dan
kelemahan diri yang diperoleh dari umpan balik sumber-
sumber lain;
7) Lebih memilih menghabiskan akhir pekan sendiri di
tempat-tempat pribadi dan jauh dari keramaian;
8) Menganggap dirinya orang yang berkeinginan kuat dan
berpikiran mandiri;
9) Memiliki buku harian untuk mengepresikan perasaan,
emosi diri dan menuliskan pengalaman pribadi;
10) Memiliki keinginan untuk berusaha sendiri.
44 Ibid. 45 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, op. cit., h. 19
16
Oleh karena itu, karier yang sesuai dengan orang yang mempunyai
kecerdasan intrapersonal adalah ahli terapi, penyair, psikolog,
filusuf, pemimpin spiritual, dan lain sebagainya.
h. Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali pola-pola alam
dan perbedaan-perbedaan diantara berbagai bentuk kehidupan dan
objek alami.46 Komponen inti kecerdasan naturalistik adalah
kepekaan terhadap alam seperti flora dan fauna, keahlian dalam
membedakan angota-anggota suatu spesies, memetakan hubungan
antara satu spesies dengan spesies lain, memelihara alam,
mengunjungi tempat yang banyak dihuni binatang, dan akrab
dengan hewan peliharaan. Oleh karena itu, karier yang sesuai
dengan orang yang mempunyai kecerdasan naturalistik adalah
petani, aktivis alam, ahli geologi, ahli biologi, pelaut, pemancing,
e) Guru melakukan evaluasi dan penguatan materi.63
2) Eksperimen
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru menentukan topik atau tugas yang dilakukan dengan
menggunakan aktivitas bereksperimen
b) Guru menjelaskan pola, strategi dan teknik pelaksanaan
perlakuan (mandiri atau kelompok tergantung dari jumlah
peserta didik)
c) Peserta didik menentukan objek yang diselidiki atau diteliti
62 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 153
63 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 150
23
d) Peserta didik mengumpulkan informasi tentang objek yang
diteliti termasuk konsep yang diperoleh melalui buku atau
pemahaman umum dari orang
e) Peserta didik merumuskan atau membuat catatan-catatan
kecil tentang aspek-aspek yang hendak diselidiki
f) Peserta didik melakukan pengamatan atau menyelidiki
tentang objek itu.64
3) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode pemecahan masalah (Problem Solving)
dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru menyiapkan materi pelajaran sekaligus jenis masalah
atau kasus yang akan diberikan kepada peserta didik
b) Guru menyampaikan materi pelajaran pokok kepada siswa
sebagai pengantar
c) Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kerja
sebagai langkah awal
d) Guru memberikan satu jenis masalah atau kasus pada setiap
kelompok kerja siswa untuk diselesaikan
e) Peserta didik bekerjasama dalam tiap kelompok untuk
menyelesaikan masalah dan kasus yang diberikan guru
f) Guru memberi pendampingan dan arahan yang diperlukan
agar siswa dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
g) Selama belajar dan bekerja menyelesaikan masalah, siswa
diperbolehkan untuk mencari sumber referensi lain sebagai
acuan sekaligus untuk menumbuhkan motivasi belajar
mandiri
64 Muhammad Yaumi, op. cit, h. 73
24
h) Setelah berhasil menyelesaikan masalah yang dihadapi,
peserta didik diminta membuat laporan dan kesimpulan
akhir
i) Setiap kelompok mempresentasikan hasil belajarnya di
depan kelas untuk berbagi pengetahuan dengan kelompok
lain.65
c. Kecerdasan Spasial-Visual
1) Peta Konsep (mind mapping)
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode peta konsep dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
b) Peserta didik dapat membuat peta konsep di halaman kosong
buku atau kertas gambar dengan cara menuliskan kalimat
utama sebagai kata kunci yang akan menjadi pusat informasi
atau menggunakan gambar dan simbol dengan memberikan
warna yang berbeda
c) Sedapat mungkin gunakan kata kunci tunggal (key word),
tuliskan dengan huruf tebal/kapital
d) Menyusun urutan informasi yang ada dalam setiap kategori
e) Membuat korelasi melalui hubungan antar kategori yang
menunjukkan keterkaitan antar informasi (tiap kata/gambar
harus memiliki garis sendiri)
f) Tarik garis dan kaitkan dengan pusat informasi. Setiap garis
penghubung memiliki warna sendiri. Semakin banyak garis
penghubung yang dibuat, semakin banyak informasi yang
disampaikan.
g) Gunakan garis lengkung untuk menghubungkan antara topik
sentral dan subtopik.
65 Jasa Ungguh Muliawan, op. cit., h. 263
25
h) Kembangkan peta konsep sesuai kreasi anda.66
2) Membaca Gambar
Metode ini juga bisa diimplementasikan untuk peserta didik
yang mempunyai kecerdasan intrapersonal.67 Berikut ini adalah
prosedur yang dapat dilakukan dalam implementasi metode
membaca gambar dalam kegiatan pembelajaran:
a) Guru memilih materi ajar yang mengandung gambar-gambar
dengan kompleksitas tinggi. Contoh: gambar peta, anatomi
tubuh, dan gambar denah masjid al haram
b) Guru menempelkan gambar di kertas karton atau di power
point agar dapat terlihat jelas
c) Dari setiap gambar yang ditampilkan, peserta didik
mempresentasikan pemahaman nya
d) Guru memberikan evaluasi terhadap pemahaman peserta
didik.68
3) Movie Learning
Sebelum menerapkan metode ini guru harus menyiapkan
beberapa media pendukung, diantaranya: Laptop, Proyektor, dan
Sound System. Apabila film yang akan ditayangkan memakan
durasi lama, maka guru terlebih dahulu mengedit atau
memotong bagian-bagian penting dari film yang akan
ditayangkan.
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode Movie Learning dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
66 Alamsyah said, h. 173
67 Munif Chatib, Gurunya Manusia, h. 177
68 Alamsyah Said, op. cit., h. 206
26
b) Setiap kelompok diberikan pertanyaan-pertanyaan penting
untuk dianalisis pada saat film berlangsung dan setelah film
selesai
c) Pada saat film ditayangkan, semua peserta didik serius
memerhatikan sambil memegang pulpen, sesekali mereka
mencatat hal-hal yang dianggap penting dan berkaitan
dengan pertanyaan yang dibagikan gurunya
d) Setelah film selesai, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi
untuk membahas film dipandu oleh guru.69
d. Kecerdasan Kinestetik
1) Games Ular Tangga
Sebelum menerapkan metode ini guru harus menyiapkan media
pendukung, yaitu: karpet ular tangga jumbo beserta dadu.
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode games ular tangga dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru menyiapkan papan permainan ular tangga jumbo
beserta dadu yang mempunyai mata enam
b) Guru membuat pertanyaan di kertas lalu menempelkannya
pada setiap kotak papan permainan ular tangga
c) Pertanyaan disesuaikan dengan materi ajar yang akan
dipelajari
d) Setiap peserta didik bergantian melempar dadu
e) Jika dadu yang jatuh menunjukkan mata lima, maka peserta
didik harus berjalan lima kotak pada papan ular tangga
f) Jika sudah dijalankan, kotak yang berisi pertanyaan dijawab
oleh peserta didik. Jika benar peserta didik tersebut
mendapat poin
69 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, h. 114
27
g) Apabila kotak yang dituju didapati gambar ular dengan
posisi turun, maka pemain harus turun mengikuti posisi ular.
Begitupun apabila terdapat gambar tangga, maka peserta
didik harus naik mengikuti posisi tangga
h) Pemenang dari permainan ini adalah siswa yang paling
banyak menjawab pertanyaan dengan benar dan lebih dahulu
finish. 70
2) Seni Teatrikal Pantonim
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode seni teatrikal pantonim dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru menentukan waktu, pemeran dan topik aktivitas
pembelajaran pembelajaran berpantonim
b) Guru menyediakan segala bahan dan peralatan yang
dibutuhkan oleh pemain termasuk menyusun naskah yang
diperankan oleh pemain pantonim
c) Peserta didik membagi kelompok yang terdiri atas lima
sampai delapan orang untuk mendiskusikan hasil interpretasi
kelompok sebelum didiskusikan dalam ruang kelas
d) Pemain pantonim memulai gerakan-gerakannya dan seluruh
peserta didik yang sudah dibagi kedalam beberapa kelompok
menyimak sambil mencatat hal-hal penting untuk
didiskusikan
e) Setelah selesai berpantonim, pemain pantonim menunggu
hingga dipanggil kembali untuk menjelaskan gerakan-
gerakannya, sementara peserta didik mendiskusikan secara
kelompok semua makna yang dikonstruksi melalui aktivitas
berpantonim
70 Alamsyah Said, op. cit., h. 240-241
28
f) Peserta didik mempresentasikan hasil interpretasi mereka
tentang pesan-pesan yang dimainkan melalui aktivitas
berpantonim
g) Guru memberikan penilaian terhadap hasil interpretasi
peserta didik
h) Guru mengumumkan kelompok terbaik yang paling
mendekati kebenaran dari seluruh aktivita pantonim.71
3) Demonstrasi
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode demonstrasi dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru menjelaskan indikator pembelajaran
b) Guru menyajikan sekilas materi yang akan disampaikan
c) Guru menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d) Guru menunjuk salah seorang peserta didik untuk
mendemonstrasikan (atau guru yang mendemonstrasikan
materi terlebih dahulu) sesuai skenario yang telah disiapkan
e) Seluruh peserta didik memerhatikan demonstrasi dan
menganalisanya
f) Tiap peserta didik atau kelompok mengemukakan hasil
analisanya dan juga pengalaman peserta didik selama
mendemonstrasikan
g) Guru membuat kesimpulan.72
71 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 111-112
72 Cucu Suhana, op. cit., h. 54
29
e. Kecerdasan Musikal
1) Musik Suasana
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode musik suasana dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru meyiapkan musik yang dapat membangun suasana atau
suasana hati yang cocok dengan pelajaran. Musik ini bisa
berupa backsound, suara alam, musik religi dan sebagainya
yang dapat membangun kondisi emosional tertentu73
b) Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mendengarkan
musik tersebut
c) Guru memutar musik tersebut hingga selesai
2) Parodi
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode parodi dalam kegiatan pembelajaran:
a) Memilih judul lagu (lirik lagu) yang akan digunakan sebagai
parodi
b) Guru membuat contoh parodi lagu (di dalam lagu berisi
materi ajar)
c) Atau, peserta didik secara kreatif dapat membuat parodi lagu
yang berisi materi ajar.74
f. Kecerdasan Interpersonal
1) Tim Ahli (Jigsaw)
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode Jigsaw dalam kegiatan pembelajaran:
a) Peserta didik dikelompokkan kedalam empat anggota tim
b) Setiap orang dalam tim diberikan materi yang berbeda
73 Thomas Amstrong, op. cit., h. 119
74 Alamsyah Said, op. cit., h. 216
30
c) Anggota dari tim yang berbeda dan telah mempelajari
bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
d) Setelah selesai diskusi, setiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang
sub bab yang dikuasai
e) Guru memberikan evaluasi
f) Penutup.75
2) Kerja Kelompok
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode kerja kelompok dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru membentuk tim dan mendeskripsikan tujuan yang
hendak dicapai, baik secara perorangan maupun yang
dicapai dalam tim
b) Guru memberikan tugas yang hendak dilakukan secara tim
disertai dengan petunjuk-petunjuk teknis untuk
menyelesaikannya
c) Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang pentingnya
bekerja dalam tim, memiliki komitmen yang kuat, dan
merasa bangga tentang keberhasilan yang dibangun melalui
tim
d) Peserta didik menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan
kepada tim dan berupaya untuk saling memberi dan
menerima, mengajar, dan membangun kekompakan untuk
memperkuat kerja tim
e) Peserta didik mengeluarkan segala pengetahuan dan
keterampilan dalam upaya menyelesaikan tugas
75 Cucu Suhana, op. cit., h. 49
31
pembelajaran sehingga setiap anggota dalam tim dapat
memberi kontribusi yang berharga demi untuk keberhasilan
tim
f) Peserta didik berpartisipasi aktif dalam menyimpulkan dan
membuat keputusan akhir tentang tugas yang dibebankan
secara bersama-sama.76
3) Cerdas Cermat Berantai
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode cerdas cermat berantai dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Atur deretan duduk siswa dengan rapi dan pastikan jumlah
setiap anggota kelompok sama dengan kelompok lain
b) Berikan nama setiap kelompok. Sebaiknya nama kelompok
diambil dari konten materi ajar. Contoh: materi ajar salat
sunah, nama kelompok: kelompok dhuha, kelompok
rawatib, dan kelompok tahajud
c) Minta setiap kelompok menunjuk ketua kelompoknya
d) Buat aturan main seperti berikut ini:
(1) Setiap deretan antarsiswa yang duduk bersebrangan
menjadi lawan dalam lomba cerdas cermat berantai
(2) Setiap deretan duduk siswa mendapat giliran berebut
menjawab pertanyaan
(3) Anggota kelompok dapat memberitahukan jawaban pada
anggotanya tiga sampai lima pertanyaan untuk setiap
deretan antar siswa yang duduk bersebrangan
e) Guru membuat soal yang mirip namun variatif.77
76 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 147
77 Alamsyah Said, op. cit., h. 276
32
g. Kecerdasan Intrapersonal
1) Melakukan Tugas Mandiri
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode melakukan tugas mandiri dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru menyediakan materi atau tugas-tugas pembelajaran,
tujuan yang hendak dicapai setelah menyelesaikan pekerjaan
tersebut, dan jenis penilaian yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian hasil yang diperoleh peserta didik
b) Guru membacakan atau memperlihatkan di layar atau papan
tulis seluruh jenis tugas pembelajaran yang hendak
diselesaikan dengan peserta didik untuk memilih tugas
tersebut
c) Guru menjelaskan kembali tujuan yang hendak dicapai
untuk masing-masing tugas dan batas waktu untuk
menyelesaikannya
d) Peserta didik melaksanakan tugas tersebut sesuai ketentuan
yang telah disepakati
e) Peserta didik mengoreksi sendiri hasil pekerjaan tersebut
sebelum memperlihatkan kepada teman sebaya nya untuk
mengetahui jika terjadi kesalahan penulisan, penempatan,
atau berbagai jenis kesalahan lainnya
f) Peserta didik meminta teman sebayanya untuk mengedit atau
mengoreksi berbagai kesalahan yang telah dilakukan. Hasil
koreksi tersebut dicatat kemudian dilakukan revisi
g) Peserta didik menyerahkan tugas yang telah dilakukan untuk
mendapatkan nilai dari guru
h) Guru memberikan koreksi, penilaian, dan mengembalikan
pekerjaan tersebut kepada peserta didik.78
78 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 161
33
2) Jurnal Belajar
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode jurnal belajar dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
menuliskan apa yang mereka rasakan dan pikirkan tentang
materi dalam jurnal
b) Guru menginstruksikan peserta didik untuk membuat jurnal
tentang pertanyaan, komentar dan sesuatu yang ada di
pikiran mereka selama pembelajaran berlangsung. Contoh:
apa yang belum mereka pahami? Bagaimana kaitan antara
pengalaman belajar dengan kehidupan pribadi mereka? Apa
yang dapat mereka petik dari kegiatan pembelajaran hari ini?
c) Peserta didik mengumpulkan jurnal tersebut kepada guru
d) Guru membaca jurnal tersebut sebagai evaluasi untuk
kedepannya.79
3) Kontrak Nilai
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode kontrak nilai dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Peserta didik diminta untuk memilih topik yang akan
dipelajari secara mandiri
b) Peserta didik membuat rencana studi, meliputi:
(1) Poin pengetahuan yang akan dikuasai
(2) Kegiatan belajar yang akan dikerjakan
(3) Tanggal penyerahan
79 Melvin L. Silberman, 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Terj. dari Active Learning (Bandung:
Nuansa Cendekia, 2016), h. 205
34
c) Guru membimbing dan memeriksa kontrak yang ditulis
peserta didik
d) Guru dan siswa menandatangani kontrak yang dibuat dan
disepakati oleh kedua belah pihak.80
h. Kecerdasan Naturalis
1) Karyawisata
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode karyawisata dalam kegiatan pembelajaran:
a) Persiapan
Meliputi perencanaan awal tujuan karyawisata. Dalam
tahapan ini guru telah menetapkan objek tujuan yang sesuai
dengan materi pembelajaran
b) Pelaksanaan
Meliputi pengaturan lapangan secara keseluruhan, termasuk
agenda dan teknis pelaksanaan, serta kesiapan kelompok-
kelompok belajar peserta didik
c) Hasil Pelaksanaan
Berupa catatan, gambar/foto objek selama karyawisata.
Kelompok-kelompok belajar siswa mendiskusikan catatan
dan temuan serta membuat laporan hasil karyawisata.81
2) Belajar Melalui Alam
Berikut ini adalah prosedur yang dapat dilakukan dalam
implementasi metode belajar melalui alam dalam kegiatan
pembelajaran:
a) Guru menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dan hal-hal
yang perlu dipelajari dari perjalanan alam
80 Alamsyah Said, h. 291
81 Ibid., h. 307
35
b) Guru memberikan penjelasan khusus mengenai tugas yang
akan dilakukan selama perjalanan
c) Guru dan peserta didik membuat sejumlah pertanyaan
sementara sebagai panduan dasar dalam melakukan
pengamatan dan penyelidikan
d) Peserta didik melaksanakan tugas secara berkelompok sesuai
ketentuan yang telah disepakati
e) Peserta didik berkumpul di suatu tempat yang telah
disepakati setelah selesai melakukan penyelidikan
f) Peserta didik mempelajari, mengkaji kembali, kemudian
merumuskan semua hasil temuan yang diperoleh selama
melakukan penyelidikan dan belajar melalui alam
g) Peserta didik boleh mendiskusikan hasil temuannya dengan
teman baik yang berada di dalam kelompok maupun yang di
luar kelompok
h) Peserta didik melaporkan hasil temuannya
i) Guru memeriksa, membahas di dalam kelas dan memberikan
penilaian terhadap hasil temuan yang diperoleh, kemudian
mengembalikannya kepada peserta didik.82
C. Bidang Studi Fikih
1. Pengertian Fikih
Fikih berasal dari bahasa arab yang memiliki arti yaitu
mengetahui dan memahami.83 Menurut Ibnu al Atsir kata bisa dibaca
menggunakan dua opsi, yaitu (huruf Qaf dibaca kasrah) dan
82 Muhammad Yaumi, op. cit., h. 184-185
83 Ibnu Mandzur, Lisan al Arab, (Beirut: Dar al Shadir), h. 522
36
(huruf Qaf dibaca Dhammah) akan tetapi opsi yang kedua ini jarang
digunakan dan makna keduanya itu sama (tidak ada perubahan makna)
yaitu mengetahui dan memahami.84 Pemahaman ini dilakukan secara
mendalam yang membutuhkan pengerahan potensi akal.85
Kata fikih sendiri banyak disebutkan dalam alquran salah satunya
terdapat dalam surah Taha ayat 28 yang menceritakan ketika Nabi Musa
berdoa kepada Allah agar dimudahkan saat berdialog dengan Fir’aun:
Artinya: Dia (Nabi Musa as.) berkata: “Tuhan Pemeliharaku,
lapangkanlah untukku dadaku (hatiku) (25) dan mudahkanlah untukku
urusanku (26) dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku (27) supaya
mereka memahami perkataanku (28).(QS. Thaha: 25-28)86
Selain disebutkan dalam alquran, kata fikih juga seringkali
disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW. salah satunya adalah ketika
memberikan motivasi kepada para sahabatnya:
Artinya:
Dari Humaid bin Abdurrahman bahwasanya ia mendengar
Muawiyah berkata: Rasulullah SAW. telah bersabda: “Barangsiapa
84 Sulaiman bin Muhammad al Bujairimi, Tuhfa al Habib ala Syarhi al Khatib: Hasyiyah al
Bujairimi ala al Khatib, (Beirut: Dar el Fikr, 1995), h. 51 85 Burhannudin, Fiqih Ibadah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), h.12.
86 Alquran dan Maknanya, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 313 87 Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih al Bukhari, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1987), h. 1134
37
dikehendaki Allah kebaikan, maka Allah akan memahamkannya dalam
perkara agama”. (HR. Bukhari)
Sedangkan fikih secara terminologi adalah:
Artinya: Ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum syariat
tentang perbuatan manusia yang ditemukan dari dalil-dalil yang
terperinci.88
Kata al ahkam pada definisi di atas merupakan bentuk jama’ atau
plural dari kata hukm yang berarti berbagai hukum. Jadi, ilmu fikih ini
membahas tentang hukum-hukum atau peraturan-peraturan yang harus
dipatuhi dan dijalankan oleh setiap umat islam.
Kata al Syar’iyah pada definisi di atas adalah bentuk penyandaran
kepada subjek yang memberlakukan hukum, yaitu Allah dan
Rasullullah SAW.89 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Syariat adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup
manusia, hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
manusia dan alam sekitar berdasarkan alquran dan hadis.90 Adapun
hukum syariat islam itu terbagi menjadi 5 yaitu: wajib, mandub, haram,
makruh dan mubah.
Kata al ‘Amaliyah pada definisi di atas menunjukkan bahwa hukum
yang dibahas dalam fikih itu mengenai perbuatan manusia. Seperti
hukum mengerjakan salat, hukum membayar zakat dan sebagainya.
88 Syihabuddin al Ramli, Nihayah al Muhtaj ila Syarhi al Minhaj, (Beirut: Dar el Fikr, 1984), h.
31 89 Usman bin Muhammad Syatha al Dimyathi, Ianah al Thalibin ala hilli alfadzi Fathi al Mu’in,
(Beirut, Dar el Fikr: 1997), h. 21 90 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. cit. h. 1115
38
Kata al muktasab pada definisi di atas berarti yang diusahakan. Hal
ini dikarenakan bahwasanya fikih merupakan hasil usaha para fuqaha
dalam memahami syariat melalui pemikiran yang matang (Ijtihad).
Kata min adillah al Tafshiliyah pada definisi di atas memiliki arti
“dari dalil-dalil yang terperinci” dikarenakan ilmu fikih tidak
mengambil seluruh dalil yang terdapat di dalam alquran dan hadis, akan
tetapi hanya mengambil dalil yang dapat dijadikan hukum (muhkam).
Contoh:
Artinya: “Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat...”
Ayat di atas memerintahkan kepada umat muslim untuk
mengerjakan salat dan menunaikan zakat. Pada ayat tersebut
mengandung perintah yaitu pada lafaz aqimu dan Atuu. Sedangkan
perintah disini menunjukkan kewajiban. Maka dapat disimpulkan
bahwa menunaikan salat dan membayar zakat hukum nya wajib.
Dengan demikian, kajian ilmu fikih itu adalah mengetahui hukum
dari setiap perbuatan mukallaf tentang halal, haram, wajib, mandub,
makruh, atau mubah nya beserta dalil-dalil yang menjadi dasar
ketentuan-ketentuan hukum tersebut, baik dalilnya itu dinyatakan
dalam alquran atau sunah.91
2. Tujuan Pembelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah
Pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik
dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara
pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi
91 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: LP2M UIN Jakarta, 2017), h. 7
39
muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaffah
(sempurna).
Pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam
mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan
manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan
hubungan manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih
muamalah;
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam
dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan
ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan
ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung
jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun
sosial.92
3. Ruang Lingkup Fikih di Madrasah Tsanawiyah
Ruang lingkup fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan
pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT. dan
hubungan manusia dengan sesama manusia.
Adapun ruang lingkup mata pelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah
meliputi:
1) Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah,
salat fardu, salat sunah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud,
azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa,
zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan
jenazah, dan ziarah kubur.
92 Keputusan Menteri Agama (KMA) No. 165 Tahun 2014, h. 46
40
2) Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual
beli, qirad, riba, pinjam-meminjam, utang piutang, gadai, dan
agunan serta upah.93
D. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Sultan Syarif Kasim
Riau, yang bernama Darul Kutuni Harahap pada tahun 2012 dengan
judul: “Pengembangan Multiple Intelligence Siswa oleh Guru Fiqh di
Madrasah Tsanawiyah Masmur Pekanbaru.” Dari penelitian ini
didapatkan kesimpulan bahwa: Guru fiqh MTs Masmur diantaranya
mempunyai latar belakang keguruan, akan tetapi kurang menguasai
pengembangan multiple intelligence siswa dalam KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar). Hal ini dibuktikan dengan hasil presentase penelitian
yang kurang baik.
2. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang bernama Muhammad Munji pada tahun 2015 dengan
judul: “Analisis Strategi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran PAI
di MAN 12 Jakarta.” Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa:
Terdapat unsur-unsur dalam strategi Multiple Intelligence dalam
pembelajaran PAI di MAN 12 Jakarta. Hal ini dilihat dari hasil
pengamatan yang dilakukan pada saat KBM, yaitu: Fikih: melaksanakan
praktek shalat jenazah. Kegiatan pembelajaran ini dapat
mengembangkan kecerdasan kinestetik dan interpersonal. Akidah
akhlak: melaksanakan kegiatan diskusi panel dengan alat peraga mading
dan power point yang di desain secara unik dan menarik. Kegiatan
pembelajaran ini dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal,
linguistik, dan visual-spasial. Al-Quran Hadis: Melaksanakan kegiatan
pembelajaran diskusi kelompok dan pemutaran lagu nasyid serta
93 Ibid. h. 48
41
pembacaan ayat-ayat al-Quran yang disertai irama lagu. Kegiatan
pembelajaran ini dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal,
linguistik dan musik. Sejarah Kebudayaan Islam: melaksanakan
kegiatan pembelajaran diskusi panel dan pemutaran film pendek.
Kegiatan pembelajaran ini dapat mengembangkan kecerdasan
interpersonal, intrapersonal dan linguistik.
3. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa IAIN Walisongo Semarang,
yang bernama Hanifah Lutfiati pada tahun 2008 dengan judul: “Konsep
Multiple Intelligence dan Implementasinya dalam PAI di Kelas 3 SDIT
Assalamah Ungaran.” Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa:
1) Multiple Intelligence adalah suatu konsep pemikiran yang timbul
untuk menepis anggapan bahwa kecerdasan manusia hanya dapat diukur
dengan penilaian IQ yang hanya menggambarkan dua kecerdasan saja,
yaitu kecerdasan linguistik dan logis-matematis. Kemudian Gardner
mengungkapkan kecerdasan manusia berjumlah banyak. 2) pelaksanaan
multiple intelligence dalam pembelajaran menuntut pendidik harus
mempunyai daya kreatifitas dalam menerapkan pendekatan multiple
intelligence.
Dari ketiga penelitian diatas, penulis hanya menemukan satu penelitian
yang secara spesifik membahas tentang pengembangan multiple
intelligence yang dilakukan oleh guru fikih dalam KBM, adapun
penelitian yang lain membahas implementasi pada mata pelajaran PAI
saja tidak spesifik kedalam mata pelajaran Fikih.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN Jakarta yang beralamat
di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat Timur,
Tangerang Selatan, Banten 15419 Indonesia. Penulis memilih MTs
Pembangunan UIN Jakarta karena madrasah ini merupakan madrasah berbasis
Multiple Intelligence. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 12
November 2018 sampai 22 Februari 2019
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Metode kualitatif
menurut Afrizal adalah metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang
mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan)
dan perbuatan manusia serta peneliti tidak berusaha menghitung atau
mengkuantifikasikan data kualitatif yang diperoleh dan dengan demikian tidak
menganalisis angka-angka.94 Penulis juga menggunakan pendekatan deskriptif
analisis yaitu mengumpulkan data secara sistematis dan konsisten, kemudian
menyeleksi, membandingkan, menganalisa data, serta menarasikan untuk
mengambil kesimpulan.95
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan
apabila penelitian berhubungan dengan perilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar.96
94 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: RajaGrafindo, 2016), h. 13
95 Sudikin dan Mundir, Metode Penelitian: Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda
dalam Dunia Penelitian, (Surabaya: Insan Cendekia, 2005), h. 24 96 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 203
43
Penulis menggunakan teknik ini untuk mengetahui langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam mengimplementasikan teori multiple intelligence ke
dalam metode pembelajaran Fikih, serta penulis juga mengamati kegiatan
yang dilakukan peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dalam teknik ini, penulis membuat catatan lapangan untuk merekam
kejadian yang sedang diamati.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog
baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu
antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data.97
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman guru mata
pelajaran Fikih terhadap teori multiple intelligence dan metode
pembelajaran Fikih serta untuk mengetahui sistem yang diterapkan pada
sekolah berbasis multiple intelligence. Pada teknik ini, penulis akan
membuat pedoman wawancara agar kegiatan wawancara berlangsung
secara sistematis dan mudah. Adapun kegiatan wawancara ini penulis
lakukan kepada guru mata pelajaran Fikih dan wakil kepala madrasah
bidang kurikulum.
3. Dokumentasi
Teknik ini penulis lakukan untuk mengumpulkan data berupa dokumen-
dokumen yang relevan dalam penelitian untuk mendukung dan menambah
bukti dari sumber yang sudah ada. Adapun dokumen-dokumen ini meliputi
RPP, foto-foto, hasil wawancara dan lain sebagainya.
D. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara induktif (dari
khusus ke umum), berlangsung selama pengumpulan data di lapangan, dan
97 Wina Sanjaya, op.cit. h. 263
44
dilakukan secara terus menerus. Analisis data yang dilakukan meliputi:
mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan atau verifikasi.98
Reduksi data adalah proses mengolah data dari lapangan dengan memilah
dan memilih lalu menyederhanakan data dengan merangkum hal-hal yang
penting sesuai dengan fokus masalah penelitian.99 Reduksi data ini berlangsung
secara terus menerus selama penelitian berlangsung bahkan sampai setelah
penelitian di lapangan berakhir dan laporan akhir lengkap tersusun.100
Penyajian data disini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas pemahaman
yang kita dapat dari penyajian-penyajian tersebut.101
Menarik kesimpulan adalah dengan mencari arti dari benda-benda,
mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan juga
dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung. Secara sederhana, makna-
makna yang muncul dari data harus diuji kebenaran, kekuatan, dan
kecocokannya.102
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Penulis menggunakan tiga teknik untuk memeriksa keabsahan data dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Meningkatkan ketekunan, yaitu melakukan uji kepercayaan data dengan
jalan melakukan pengamatan dengan cermat dan berkesinambungan.
98 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 216 99 Ibid. 218
100 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016), h. 242-
243 101 Ibid. h. 244 102 Ibid. h. 248
45
Contoh: mayoritas manusia berpendapat bahwa olahraga pagi bermanfaat
untuk menyehatkan badan. Akan tetapi setelah peneliti meningkatkan
ketekunannya, olahraga pagi tersebut bagi sekelompok orang bermanfaat
untuk berniaga.
2. Triangulasi, teknik ini digunakan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Contoh: data yang diperoleh dengan wawancara lalu
di cek dengan observasi.
3. Menggunakan bahan referensi, yaitu adanya bahan pendukung untuk
membuktikan data yang telah kita temukan. Contoh: rekaman wawancara,
foto.103
103 Ibid. h. 268-273
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Sejarah Singkat MTs Pembangunan UIN Jakarta104
Lahirnya Madrasah Pembangunan UIN Jakarta berawal dari
keinginan akan adanya lembaga pendidikan Islam yang representatif
dari para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pada awal tahun 1972, panitia pembangunan gedung madrasah
komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm).
Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang
ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI pada
masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan
dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan untuk Madrasah
Swasta Pemda DKI Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun 1974, pertama kali Madrasah Pembangunan membuka tingkat
Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari Kelas I: 43
orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan
belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah
yang kemudian ditetapkan sebagai ‘Hari Kelahiran’ Madrasah
Pembangunan.
Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat
Tsanawiyah. Peserta didik angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan
Juli 1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja
sama dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan.
104 Sumber data: Buku Panduan Peserta Didik MTs Pembangunan UIN Jakarta
47
Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai
Madrasah Pilot Proyek Percontohan (yakni madrasah dengan kurikulum
yang bermuatan pendidikan umum dan agama sehingga lulusan
madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum sederajat) oleh
Departemen Agama RI.
Tahun pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka
tingkat Aliyah. Peserta didik yang diterima pertama kali sebanyak 32
orang yang terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. Setelah empat
tahun berjalan, berkenaan dengan pemerintah dalam hal pendidikan
(khususnya Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran 1995/1996 MA
Pembangunan tidak menerima pendaftaran peserta didik baru lagi.
Tahun 1996/1997, sebanyak 31 orang peserta didik terakhir lulus dari
MA Pembangunan IAIN Jakarta.
Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak tahun
2002 Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama
menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
Tahun pelajaran 2006/2007 atas dorongan rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat, Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat Aliyah. Jumlah
peserta didik pertama yang diterima adalah 47 peserta didik terbagi
dalam 2 rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun
2009 Madrasah Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan
hasil grade A kategori Memuaskan, sama dengan perolehan akreditasi
MI dan MTs
Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah
Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar
Nasional (MSN) di lingkungan kantor wilayah Departemen Agama
Provinsi DKI Jakarta dan Madrasah Aliyah pun telah diverifikasi MSN
pada 25 Desember 2010. Tahun 2011 kepala Kanwil Kemenag DKI
Jakarta kembali mengukuhkan status MSN.
48
Pada tahun pelajaran 2010/2011 telah dimulai rintisan program
bilingual di tingkat Tsanawiyah yang secara intens dievaluasi dan
disempurnakan. Pada tahun pelajaran 2015/2016 MA Pembangunan
UIN Jakarta membuka Kelas Bahasa dengan program utamanya
penguasaan TOEFL (peserta didik kelas X) dan IELTS (peserta didik
kelas XI). Dan pada tahun pelajaran 2016/2017 MA Pembangunan UIN
Jakarta telah dicanangkan sebagai Madrasah Berbasis Riset. Pada aspek
manajemen Madrasah Pembangunan UIN mengimplementasikan
Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan telah memperoleh sertifikat ISO
9001:2008 No. QSC:00863 untuk pelayanan pendidikan pada seluruh
satuan pendidikan.
2. Visi dan Misi MTs Pembangunan UIN Jakarta
a. Visi
Menjadi lembaga pendidikan terkemuka dalam pembinaan
keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan dengan mengapresiasi
potensi peserta didik
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan usia dini, dasar dan menengah
yang menghasilkan lulusan berakhlakul karimah, cerdas dan
terampil;
2) Melakukan inovasi kurikulum untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas dalam bidang keislaman, keilmuan dan
keindonesiaan;
3) Melakukan pembelajaran aktif dan menyenangkan dalam rangka
meningkatkan potensi peserta didik;
4) Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung
perkembangan potensi peserta didik;
5) Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
dalam rangka penjaminan mutu layanan pendidikan;
49
6) Menciptakan partisipasi aktif stakeholders madrasah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan MTs Pembangunan UIN
Jakarta
a. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik di MTs Pembangunan UIN Jakarta berjumlah 48
pendidik. Mereka merupakan alumnus perguruan tinggi negeri dan
swasta terkemuka di Indonesia.
b. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan di MTs Pembangunan UIN Jakarta berjumlah
33 orang. Pendidikan minimal para tenaga kependidikan di
madrasah ini adalah Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat).
4. Data Peserta Didik MTs Pembangunan UIN Jakarta
Peserta didik di MTs Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2018/2019
berjumlah 715 orang yang terdiri dari 374 laki-laki dan 341 perempuan.
Adapun secara terperinci bisa dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Data Peserta Didik MTs Pembangunan UIN Jakarta Tahun
Ajaran 2018/2019105
No Kelas L P Jumlah
1. 7 111 109 220
2. 8 121 122 243
3. 9 142 110 252
TOTAL 374 341 715
105 Sumber data: Bagian Dikjar MTs Pembangunan UIN Jakarta
50
B. Temuan Penelitian
1. Implementasi Multiple Intelligence di MTs Pembangunan UIN
Jakarta
Madrasah Pembangunan UIN Jakarta merupakan madrasah
berbasis Multiple Intelligence. Perbedaan mencolok antara madrasah ini
dengan madrasah atau sekolah lainnya terletak pada pembagian kelas.
Sistem pembagian kelas di madrasah ini berdasarkan hasil tes MIR
(Multiple Intelligence Research) peserta didik. Dengan acuan hasil tes
tersebut, peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kecerdasan
dominan yang mereka miliki.106
Pengelompokan kecerdasan peserta didik dalam satu kelas tidak
hanya dikelompokkan kedalam satu kecerdasan saja, akan tetapi terdiri
dari empat kecerdasan yang dominan. Misalnya kelas 7A terdiri dari
kecerdasan linguistik, musikal, kinestetik dan interpersonal. Alasannya
karena kecerdasan peserta didik masih dapat berkembang dan guru
wajib mengetahui kecerdasan siswa agar agar bisa menyesuaikan
pembelajaran di kelas. 107
Kelas tahfiz, kelas bilingual dan kelas reguler merupaka macam-
macam kelas yang tersedia di madrasah ini. Menurut data yang penulis
dapatkan dari kepala Dikjar MTs Pembangunan UIN Jakarta kecerdasan
peserta didik kelas 7 dalam satu kelas rata-rata lebih dari empat
kecerdasan, hanya tiga kelas yang terdapat empat kecerdasan dominan
dalam satu kelas. Dari delapan kecerdasan, kecerdasan naturalis lah
yang mendominasi kecerdasan para peserta didik kelas 7. Berikut ini
adalah data pengelompokkan kelas 7 beserta pengelompokkan
kecerdasan dominan peserta didik yang didapat dari hasil MIR.
106 Hasil wawancara dengan wakil kepala madrasah bidang kurikulum
107 Hasil wawancara dengan wakil kepala madrasah bidang kurikulum
51
Tabel 4.2
Data Hasil MIR pada Penerimaan Peserta Didik Baru108
No. Kelas Kecerdasan dominan Jumlah
Peserta Didik
1. 7 A (Reguler)
1. Musikal: 10 orang
2. Linguistik: 7 orang
3. Kinestetik: 5 orang
4. Interpersonal: 3 orang
5. Tidak terdeteksi: 3
orang
28 orang
2. 7 B (Reguler)
1. Musikal: 11 orang
2. Kinestetik: 7 orang
3. Linguistik: 4 orang
4. Interpersonal: 3 orang
5. Tidak terdeteksi: 3
orang
28 orang
3. 7 C (Reguler)
1. Naturalis: 18 orang
2. Intrapersonal: 5 orang
3. Spasial: 4 orang
4. Tidak terdeteksi: 1
28 orang
4. 7 D (Reguler)
1. Naturalis: 20 orang
2. Intrapersonal: 4 orang
3. Spasial: 3 orang
4. Tidak terdeteksi: 1
orang
28 orang
5. 7 E (Tahfiz)
1. Interpersonal: 5 orang
2. Naturalis: 5 orang
3. Linguistik: 4 orang
4. Kinestetik: 3 orang
24 orang
108 Sumber data: Dikjar MTs Pembangunan UIN Jakarta
52
5. Musikal: 3 orang
6. Spasial: 2 orang
7. Interpersonal: 1 orang
8. Matematis-logis: 1
orang
6. 7 F
(Bilingual)
1. Linguistik: 14 orang
2. Musikal: 9 orang
3. Interpersonal: 3 orang
4. Kinestetik: 2 orang
28 orang
7. 7 G
(Bilingual)
1. Naturalis: 12 orang
2. Intrapersonal: 8 orang
3. Spasial: 4 orang
4. Linguistik: 2 orang
5. Matematis-logis: 1
orang
27 orang
8. 7 H
(Bilingual)
1. Naturalis: 12 orang
2. Intrapersonal: 7 orang
3. Musikal: 3 orang
4. Spasial: 3 orang
5. Matematis-logis: 2
orang
27 orang
2. Kegiatan Belajar Mengajar Fikih di MTs Pembangunan UIN
Jakarta
Kegiatan belajar mengajar fikih dilakukan di dalam kelas. Setiap ruang
kelas dilengkapi fasilitas yang dapat menunjang pelajaran dengan baik,
diantaranya adalah satu buah proyektor beserta layar, dua buah speaker
aktif, dua buah AC, satu buah papan tulis, sepasang bangku dan meja
guru, meja dan bangku peserta didik (sesuai dengan jumlah peserta didik
dalam kelas), dan dua buah lemari penyimpan. Adapun KBM ini dibagi
53
menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pembuka
Ketika melakukan kegiatan pembuka ini, guru melakukan salam
pembuka, pengkondisian kelas dan apersepsi. Penulis akan
menjabarkan kegiatan pengkondisian kelas dan apersepsi, karena
kedua kegiatan ini cukup bervariasi. Adapun perincian kegiatan
tersebut yaitu:
1) Pengkondisian Kelas
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran, guru mengkondisikan
kelas terlebih dahulu. Adapun kegiatan pengkondisian kelas
yang dilakukan oleh guru fikih antara lain:
a) Gerakan Memungut Sampah
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, guru
menginstruksikan kepada peserta didik untuk memungut
sampah yang ada di dalam kelas agar kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan nyaman. Gerakan ini biasanya
diterapkan pada jam pelajaran yang berlangsung setelah jam
istirahat dan kelas-kelas yang banyak sampahnya saja.
b) Membaca Doa Bersama
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran, guru
menginstruksikan kepada ketua kelas untuk memimpin
anggota kelasnya membaca doa secara bersama-sama.
Sebelum pembacaan doa, ketua kelas menginstruksikan
kepada anggotanya agar tertib dan pembacaan doa berjalan
dengan lancar. Adapun instruksi yang diucapkan
menggunakan bahasa arab. Berikut ini instruksi yang
diucapkan oleh ketua kelas:
!(siap!)
(berdiri!) !
54
(memberi hormat dan salam!) !
(membaca itikad!) !
(duduk!) !
(berdoa!) !
Gambar 4.1
Membaca doa bersama sebelum belajar
c) Melantunkan Asmaul Husna
Sebelum memulai materi pelajaran, guru seringkali
menginstruksikan kepada peserta didik untuk melantunkan
Asmaul Husna bersama-sama. Pengkondisian kelas seperti
ini dapat menenangkan siswa, hal ini terbukti ketika
pelantunan Asmaul Husna ini kondisi mayoritas peserta
didik sangat khidmat.
2) Apersepsi
Proses pembelajaran akan lebih kreatif, efektif dan inovatif
apabila dimulai dengan apersepsi. Apersepsi merupakan
55
kumpulan hasil pengalaman belajar masa lalu peserta didik yang
dikaitkan dengan pengalaman baru dalam belajar yang akan
ditempuh peserta didik.109 Adapun kegiatan apersepsi yang
dilakukan guru fikih dalam pembelajaran antara lain:
a) Melantunkan Ayat Suci Alquran Secara Bersama-sama.
Adapun ayat yang dibaca adalah ayat yang sesuai dengan
materi yang akan dipelajari. Dalam hal ini guru
menggunakan metode demonstrasi, yaitu guru membacakan
ayat suci Alquran dengan baik dan benar lalu peserta didik
mengikuti gaya bacaan guru. Sesekali guru membetulkan
dan menerangkan bacaan peserta didik yang terdengar tidak
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Setelah membaca ayat
suci Alquran yang akan dipelajari, guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik yang bersedia untuk
membacakan terjemahan ayat tersebut. Setelah peserta didik
membaca terjemah, guru memberikan kesempatan kepada
beberapa peserta didik yang bersedia untuk menjelaskan isi
kandungan atau maksud ayat yang telah dibaca. Penjelasan
ini tidak merujuk kepada tafsir Alquran, akan tetapi peserta
didik menyampaikan hasil penalaran mereka terhadap
terjemahan yang telah dibacakan.
109 Cucu Suhana, op. cit., h. 23
56
Gambar 4.2
Apersepsi dengan cara membaca ayat alquran yang
berkaitan dengan materi
b) Menggunakan Siwak Bersama
Dalam materi salat jumat ada sub bab yang menjelaskan
tentang kesunahan yang dilakukan sebelum salat jumat,
diantaranya adalah bersiwak. Sebelum bersiwak, guru
menginstruksikan kepada peserta didik untuk
menyiapkan/mengupas siwak yang telah dibawa dari rumah
agar bisa dipakai dengan nyaman. Cara pengupasan kulit
siwak didemonstrasikan oleh guru di depan para peserta
didik menggunakan alat berupa pisau kecil yang telah
disiapkan. Ketika peserta didik megupas siwak, guru
menjelaskan tentang keutamaan bersiwak serta waktu yang
dianjurkan/disunahkan untuk bersiwak.
57
Gambar 4.3
Peserta didik sedang menyiapkan siwak agar terasa nyaman
saat digunakan
c) Contoh Kasus
Mengambil sebuah contoh kasus dalam kehidupan sehari-
hari juga merupakan strategi guru untuk menghidupkan
suasana kelas sebelum belajar. Dalam mengembangkan
apersepsi ini, pertama-tama guru menanyakan cita-cita
peserta didik. Sontak saja para peserta didik ada yang
menjawab ingin menjadi pengusaha, dokter hewan, dokter
spesialis jantung, guru dan profesi lainnya. Lalu guru
memilih profesi dokter spesialis jantung untuk dijadikan
contoh kasus yang dikaitkan dengan materi salat jamak.
b. Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini guru menggunakan metode pembelajaran yang
cukup bervariatif sesuai dengan materi, kegiatan yang direncanakan
58
di hari tersebut dan kecerdasan dominan siswa.110 Dibawah ini
penulis akan menjabarkan metode pembelajaran yang
diimplementasikan oleh guru Fikih beserta langkah-langkahnya
sesuai dengan hasil observasi penulis:111
1) Movie Learning
a) Guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk
menyimak film dengan baik dan tenang
b) Guru memutar film yang terkait dengan materi
c) Setelah film selesai, guru menunjuk beberapa peserta didik
untuk menjelaskan inti dari film tersebut
d) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik lain
yang ingin mengutarakan pendapatnya
Gambar 4.4
Peserta didik sedang menyimak video terkait dengan materi
salat jumat
110 Hasil wawancara dengan guru fikih
111 Hasil observasi
59
2) Tanya Jawab
a) Guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta
didik
b) Para peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut
c) Guru memberikan penambahan terhadap jawaban peserta
didik yang belum maksimal
3) Demonstrasi
a) Guru menginstruksikan kepada peserta didik untuk
menyusun meja dan bangku di pojok kelas
b) Peserta didik membersihkan ruangan kelas agar bisa
digunakan untuk salat
c) Guru membagi tugas kepada dua orang peserta didik untuk