PENDAHULUAN Dewasa ini, para ortodontis telah menerima paradigma baru yang menyatakan bahwa tujuan dan batasan-batasan perawatan ortodonsi lebih banyak berkaitan dengan pertimbangan jaringan lunak daripada hubungan dentoskeletal. Proffit dkk (2007) mengemukakan bahwa tujuan utama dari perawatan ortodonsi mengalami pergeseran, dari yang semula mengacu kepada oklusi ideal Angle menjadi lebih mengarah kepada hubungan dan adaptasi dari jaringan lunak. Hubungan jaringan lunak, baik proporsi dari jaringan lunak wajah maupun hubungan gigi geligi dengan bibir dan wajah, adalah faktor penentu dalam tampilan fasial. Adaptasi jaringan lunak dengan posisi gigi akan menentukan kestabilan dari hasil perawatan ortodontik. Oklusi fungsional menjadi tujuan kedua dari perawatan ortodonsi. Aspek jaringan lunak juga terkait dalam hal ini dengan disfungsi sendi temporomandibular yang seringkali menjadi efek dari perawatan ortodonsi. Oleh karena itu, menjadi suatu tujuan dari perawatan untuk menciptakan oklusi yang tidak menyebabkan terganggunya fungsi. TREATMENT MALOKLUSI KELAS I 1
Perawatan Maloklusi Angle Kelas I, dental, skeletal, dentoskeletal, ortodonsi, orthodontic
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDAHULUAN
Dewasa ini, para ortodontis telah menerima paradigma baru yang menyatakan
bahwa tujuan dan batasan-batasan perawatan ortodonsi lebih banyak berkaitan
dengan pertimbangan jaringan lunak daripada hubungan dentoskeletal. Proffit dkk
(2007) mengemukakan bahwa tujuan utama dari perawatan ortodonsi mengalami
pergeseran, dari yang semula mengacu kepada oklusi ideal Angle menjadi lebih
mengarah kepada hubungan dan adaptasi dari jaringan lunak. Hubungan jaringan
lunak, baik proporsi dari jaringan lunak wajah maupun hubungan gigi geligi dengan
bibir dan wajah, adalah faktor penentu dalam tampilan fasial. Adaptasi jaringan lunak
dengan posisi gigi akan menentukan kestabilan dari hasil perawatan ortodontik.
Oklusi fungsional menjadi tujuan kedua dari perawatan ortodonsi. Aspek jaringan
lunak juga terkait dalam hal ini dengan disfungsi sendi temporomandibular yang
seringkali menjadi efek dari perawatan ortodonsi. Oleh karena itu, menjadi suatu
tujuan dari perawatan untuk menciptakan oklusi yang tidak menyebabkan
terganggunya fungsi.
Perawatan ortodontik tidak hanya sekedar proses insersi kawat, melainkan
juga melibatkan aplikasi kontrol dari kekuatan mekanik terhadap gigi dan jaringan
periodonsium sehingga menghasilkan respon biologis yang akan menggerakkan gigi.
Kekuatan mekanik yang digunakan berasal dari aktivasi wire, spring dan elastic yang
dipilih oleh ortodontis dan memiliki sifat konsisten dengan arah pergerakan gigi
(Bishara, 2007).
Perencanaan perawatan (treatment planning) adalah langkah kedua dalam
suatu rangkaian perawatan ortodonsi setelah penentuan diagnosis. Treatment planning
dapat dilakukan segera setelah diagnosis ditetapkan dan menjabarkan mengenai daftar
masalah secara detail, menentukan tujuan perawatan dan menentukan perawatan
tersebut setelah mendiskusikan dengan pasien. Pada langkah treatment planning juga
1
ditentukan kebutuhan ruang, pemilihan alat dan sistem penjangkaran untuk mencapai
tujuan perawatan ortodonsi yang optimal (Singh, 2008).
Menurut Singh (2008) dan Bhalaji (2004), dalam perencanaan perawatan
dilakukan hal berikut :
1. Merumuskan daftar masalah
Perumusan daftar masalah merupakan langkah yang penting dan harus
dikonsultasikan dengan pasien. Bhalaji (2004) menyatakan bahwa walaupun
keluhan utama dan keinginan pasien beserta orangtua merupakan
pertimbangan utama, akan tetapi apabila ortodontis menemukan masalah lain
yang lebih penting, baik untuk mencapai solusi masalah secara keseluruhan
ataupun untuk mencapai stabilitas jangka panjang, edukasi kepada pasien
perlu dilakukan.
2. Menentukan prioritas masalah ortodonsi
Tahap ini sangat penting karena adanya kebutuhan ruang yang terbatas
pada beberapa kasus, sehingga harus dilakukan pemilihan prioritas masalah
yang akan dikoreksi. Penting halnya untuk mengingat tujuan perawatan
ortodonsi menurut Jackson, yaitu efisiensi fungsional, keseimbangan struktur
dan harmoni estetik, yang menjadi landasan bagi seluruh perawatan yang
direncanakan. Bhalaji (2004) menambahkan bahwa`pada umumnya pasien
akan puas setelah gigi anterior terkoreksi, sehingga menjadi tugas seorang
ortodontis untuk memberikan edukasi pada pasien pentingnya koreksi untuk
mencapai posisi gigi yang stabil.
3. Perencanaan kebutuhan ruang
Pencarian dan pemanfaatan ruang penting diperlukan untuk melakukan
koreksi yang menentukan keberhasilan perawatan.
2
Retraksi gigi protusi : untuk setiap millimeter retraksi, diperlukan ruang
sebesar 2mm.
Koreksi gigi crowding : untuk setiap millimeter decrowding, diperlukan
ruang yang sama besar untuk meluruskan alignment gigi.
Meluruskan gigi anterior yang berotasi : untuk setiap millimeter derotasi,
diperlukan ruang yang sama besar untuk meluruskan alignment gigi
Meluruskan gigi posterior yang berotasi : ruang didapatkan ketika gigi
dikoreksi, dan bervariasi tergantung pada gigi dan rotasi yang ada
Koreksi relasi molar : Ruang yang dibutuhkan untuk pergerakan distal
atau mesial molar sesuai dengan besar gerak yang direncanakan.
Levelling kurva von spee : untuk setiap 1 mm leveling, kurang lebih 1 mm
ruang dibutuhkan.
Anchorage : anchorage loss pada gigi retensi diperkirakan kurang lebih
sebesar 30-40% ruang yang didapat dari ekstraksi.
4. Kemungkinan Perawatan
Koreksi maloklusi dapat dicapai dengan cara yang bervariasi dan masing-
masing memiliki kelebihan kekurangannya. Perawatan yang yang terbaik setelah
dipertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan umur, estetik dan fungsi dari
pasien dipilih.
5. Pemilihan mekanoterapi
Pemilihan alat dipilih berdasarkan kemungkinan pencapaian hasil
perawatan yang optimal dengan waktu yang paling singkat dan iritasi/kerusakan
jaringan yang minimal.
6. Perencanaan retensi
Retensi ditentukan dari jenis maloklusi yang dialami oleh pasien, misalnya
rotasi atau diastema yang rentan relaps . Hawley Retainer masih merupakan
3
retainer yang paling sering digunakan, tetapi seiring dengan bertambah
banyaknya pasien dewasa yang menjalani perawatan ortodonsi, retainer cekat
juga semakin banyak digunakan.
7. Faktor yang mepengaruhi perencanaan perawatan
Perencanaan perawatan final merupakan hasil diskusi antara pasien
dengan ortodontis. Pemilihan perawatan yang spesifik dipengaruhi oleh beberapa
faktor berikut ini:
Tipe pergerakan gigi yang diperlukan
Gerakan tipping sederhana dapat dicapai dengan menggunakan alat
lepasan. Apabila diinginkan pergerakan gigi kompleks dan multiple,
sebaiknya digunakan alat ortodontik cekat.
Harapan Pasien
Pasien dengan ekspektasi yang tinggi akan mengharapkan hasil yang ideal
sehingga sulit dicapai dengan menggunakan alat ortodontik lepasan.
Sangat penting mengkomunikasikan harapan pasien dan disesuaikan
dengan pemilihan alat agar mendapatkan hasil yang diinginkan pasien.
Potensi pertumbuhan pada pasien
Hasil yang didapatkan pada masa pertumbuhan lebih stabil akan tetapi
terkadang pola pertumbuhan yang berlanjut akan menyebabkan relapsnya
hasil pertumbuhan.
Kemampuan pasien untuk menjaga oral hygiene
Biaya perawatan
Kemampuan dokter gigi
8. Diskusi dan persetujuan dengan pasien
Proffit dkk. (2007) menyatakan bahwa perawatan ortodontik dapat menjadi tidak
optimal apabila ortodontis tidak menjangkau semua kemungkinan ataupun apabila
ortodontis terlalu ambisius. Seringkali dokter gigi tergesa untuk menentukan
4
kesimpulan dan menetapkan rencana perawatan tanpa mempertimbangkan faktor-
faktor yang ada. Rencana perawatan sebaiknya menghindari adanya kesalahan
terlewatnya kemungkinan perawatan (false negative ataupun undertreatment) dan
perawatan yang berlebihan (false positive atau overtreatment), oleh karena itu
keterlibatan pasien dalam menentukan rencana perawatan sangat diperlukan. Proffit
dkk. (2007) menggambarkan skema perencanaan perawatan sebagai berikut.
Gambar 1. Skema Penyusunan Rencana Perawatan
5
PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I
Pada umumnya, masalah yang terkait pada maloklusi Angle kelas I
merupakan masalah dental dan memiliki profil yang harmonis lurus atau cembung
normal, kecuali apabila maloklusi merupakan protusi bimaksiler skeletal. Gigi geligi
dapat menunjukkan beberapa variasi dari malposisi individual dan yang paling
banyak ditemukan adalah proklinasi bimaksiler dan crowding (Singh, 2008)
Perawatan pada maloklusi kelas I seringkali dilakukan pada usia remaja
ataupun usia dewasa. Maloklusi jenis ini seringkali perlu dilakukan perawatan dengan
menggunakan ortodontik cekat. Pemilihan dari alat ortodonsi dan kebutuhan
pencabutan didasarkan dari masing-masing kasus (Bishara, 2001).
Kasus maloklusi kelas I skeletal yang memiliki diskrepansi lengkung gigi akut
dapat dirawat pada masa anak disertai dengan serial ekstraksi. Pada pasien dengan
crowding ringan, pencarian ruang dapat dilakukan dengan ekspansi lengkung rahang,
proklinasi gigi anterior, stripping proksimal atau derotasi dari gigi posterior.
Sedangkan pada kasus proklinasi bimaksiler dan crowding parah, ekstraksi seluruh
gigi premolar pertama atau kedua kemungkinan besar diperlukan, tergantung pada
besar ruang serta tipe penjangkaran yang diperlukan. Koreksi bedah dapat diperlukan
oleh pasien dengan protrusi skeletal, osteotomi subapikal dengan tambahan
pencabutan premolar pertama merupakan prosedur yang sering dipilih (Singh, 2008).
Perawatan pada usia dewasa mirip dengan perawatan yang dilakukan pada
usia anak, kecuali meningkatnya kemungkinan dengan perawatan bedah ortognatik.
Kamuflase ortodontik dapat dilakukan pada batas-batas tertentu dan perawatan yang
berlebihan sebaiknya dicegah.
Berikut akan dibahas mengenai perawatan pada masalah2 yang sering
dijumpai pada maloklusi kelas I.
6
PERAWATAN SPACING
Penampakan gigi renggang (spacing) umum ditemukan pada maloklusi kelas
I. Pada gigi desidui, spacing merupakan suatu prognosis yang baik akan tetapi pada
usia dewasa spacing merupakan suatu abnormalitas (Bhalaji, 2004).
Pada perawatan spacing, pertama dilakukan eliminasi faktor etiologi. Pada
kelainan yang disebabkan oleh kebiasaan buruk, edukasi dan alat untuk
menanggulangi kebiasaan tersebut dapat diaplikasikan sebelum perawatan.
Sedangkan pada pasien dengan kelainan patologi tulang atau kista, faktor tersebut
harus ditangani terlebih dahulu (Bhalaji, 2004).
Bhalaji (2004) juga mengemukakan bahwa penggunaan alat ortodontik
lepasan dengan busur labial efektif untuk perawatan gigi spacing disertai proklinasi
gigi anterior. Alat ortodonsi cekat digunakan bersama elastic chain/elastic thread
merupakan alat yang paling efektif untuk merawat kasus spacing secara umum.
PERAWATAN CROWDING
Crowding merupakan salah satu kelainan yang paling umum terjadi pada
maloklusi kelas I. Crowding terjadi karena perbandingan ukuran yang tidak sesuai
antara gigi dengan rahang. Perawatan crowding, menurut Bhalaji (2004), dilakukan
dengan mencari ruang terlebih dahulu dengan perhitungan untuk setiap milimeter
crowding akan memerlukan besar yang sama untuk koreksinya. Pencarian ruang
dapat dilakukan dengan proximal stripping, ekspansi, pencabutan, distalisasi molar,
derotasi, uprighting gigi posterior serta proklinasi gigi anterior.
Setelah terdapat ruang untuk merapikan gigi, penggunaan alat ortodontik
lepasan plat aktif dengan busur labial, coil spring, buccal retractor dapat digunakan.
7
Perawatan dengan menggunakan alat ortodontik cekat dengan menggunakan busur
multilooped atau busur Ni-Ti sangat efektif (Bhalaji, 2004)
PERAWATAN GIGI ROTASI
Rotasi gigi adalah pergerakan gigi yang terjadi masih di dalam aksis gigi
tersebut. Rotasi gigi dapat terjadi dalam 2 tipe, yaitu rotasi mesiolingual atau
distobukal dan rotasi mesiobukal atau distolingual. Pada gigi anterior yang berotasi
akan menyebabkan ruang untuk gigi tersebut berkurang sehingga diperlukan
pencarian ruang ketika gigi akan dikoreksi. Sebaliknya, pada gigi posterior yang
berotasi akan memiliki ruang yang lebih besar, sehingga setelah gigi tersebut
dikoreksi akan menghasilkan sisa ruang (Bhalaji, 2004).
Perawatan untuk gigi anterior yang berotasi dilakukan dengan pencarian ruang
terlebih dahulu. Setelah ruang didapatkan, rotasi ringan dapat dirawat dengan alat
ortodontik lepasan dilengkapi dengan Z spring serta busur labial. Apabila terdapat
beberapa gigi yang mengalami rotasi, sebaiknya digunakan alat ortodontik cekat
dengan beberapa pilihan langkah perawatan.
1. Rotation wedges dapat dipasang di antara gigi dan busur labial.
Gambar 2. Rotation wedges digunakan untuk mengkoreksi gigi rotasi
8
2. Rotasi ringan dapat dirawat dengan kawat yang memiliki kelenturan tinggi,
seperti Ni-Ti. Kawat Ni-Ti dimasukkan kedalam slot bracket sehingga akan
menyebabkan alignment dan derotasi gigi.
Gambar 3. Penggunaan kawat lentur untuk koreksi gigi rotasi
3. Karet elastik dapat digunakan untu menderotasi gigi. Karet dipasang pada
lingual attachment dan melingkari gigi ke arah derotasi dan diikat pada busur
labial di bukal.
Gambar 4. Karet elastik dilekatkan pada lingual attachment untuk koreksi gigi rotasi
4. Tekanan multipel dapat digunakan untuk derotasi gigi, dengan menggunakan
karet elastik baik pada bukal maupun lingual/palatal gigi.
Gambar 5. Karet elastik bukal dan lingual untuk derotasi gigi
9
PERAWATAN DIASTEMA SENTRAL
Perawatan diastema sentral dapat dilakukan apabila faktor etiologi
dieliminasi. Variasi dari etiologi diastema sentral memiliki perawatan serta waktu
perawatan yang berbeda-beda (Singh, 2008).
Gambar 6. Faktor etiologi, waktu perawatan dan perawatan untuk eliminasi faktor etiologi diastema sentral
Perawatan diastema sentral, setelah penghilangan faktor etiologi, dapat
dicapai dengan alat ortodontik lepasan maupun cekat. Alat ortodontik lepasan yang
dapat digunakan untuk mengkoreksi diastema sentral antara lain:
1. Alat Hawley sederhana bersama dengan dua finger spring pada sebelah distal
dari incicivus sentralis dapat menutup diastema dalam waktu 3-6 bulan. Finger
spring umumnya dibuat dari kawat berdiameter 0,5-0,6 mm.
Gambar 7. Finger Spring untuk menutup diastema sentral
10
2. Alat split labial bow – alat lepasan dengan busur labial yang terpisah disertai
dengan komponen retentif (klamer Adam/ klamer C/ ball clasps) dapat
digunakan untuk menutup diastema sentral. Kawat diameter 0,7 mm
digunakan untuk membuat alat ini.
Gambar 8. Split Labial Bow
Alat ortodontik cekat juga sangat efektif untuk merawat diastema sentral.
Beberapa alat yang dapat digunakan untuk perawatan diastema sentral adalah:
1. M Spring
Alat sederhana dengan perlekatan cekat pada permukaan tengah labial atau
palatal dengan spring yang dibentuk ‘M’ atau ‘W’ dapat dengan mudah menutup
diastema sentral.
Gambar 9. Perawatan diastema sentral dengan menggunakan M spring
11
2. Karet elastik dibentangkan dengan bentuk ‘figure 8’ sering digunakan
bersamaan dengan alat ortodonsi cekat.
Gambar 10. Elastic thread
3. Elastic chains juga dapat digunakan untuk menutup diastema sentral
Gambar 11. Diastema Sentral sebelum perawatan Gambar 12. Alat Ortodontik cekat digunakan
untuk koreksi diastema sentral. Frenektomi dlakukan setelah penutupan diastema.
Gambar 13. Setelah perawatan
12
4. Closed coil spring
Gambar 14. Perawatan diastema sentral dengan menggunakan closed coil spring
Penggunaan retensi setelah perawatan ortodonsi sangat dianjurkan untuk
mempertahan posisi gigi agar stabil dan tidak relaps. Pada perawatan diastema
sentral, retensi biasanya memerlukan waktu yang lama untuk stabilisasi. Dengan
pertimbangan tersebut, retainer cekat menjadi pilihan utama untuk retensi (Singh,
2008).
Gambar 15. Retainer Cekat
13
PERAWATAN OPEN BITE
Singh (2008) berpendapat bahwa open bite merupakan kurangnya overlap
vertikal anatara gigi geligi maksilla dan mandibula. Open bite dapat terjadi pada
daerah anterior dan posterior, serta bervariasi dari dental dan skeletal.
Gambar 16. Kasus Open Bite Anterior
1. Openbite Anterior
Openbite anterior merupakan bentuk openbite yang pada umumnya bersifat
dental. Openbite disebabkan oleh faktor lokal, yang harus dieliminasi untuk proses
koreksi dari maloklusi tersebut. Pada openbite dengan sifat skeletal, dapat disebabkan
oleh faktor herediter maupun kebiasaan buruk yang dilakukan terus menerus.
Gambar 17. Open bite anterior skeletal
14
Openbite anterior pada pasien muda biasanya dapat berkurang secara spontan
setelah dilakukan eliminasi faktor etiologi. Pada pasien dengan kelainan yang
menyebabkan skeletal dan tidak dapat terjadi koreksi spontan, alat ortodonsi cekat
harus digunakan dengan alat penghalang kebiasaan buruk, baik cekat maupun
lepasan. Pada koreksi open bite ringan hingga sedang, box elastic dengan kekuatan
medium sampai berat dapat digunakan.
Gambar 18. Koreksi open bite anterior secara spontan dan dengan bantuan alat
Gambar 19. Force box elastic sedang bersama dengan alat cekat untuk menutup openbite anterior
15
Chin cup dengan pull head cap vertikal dapat digunakan untuk koreksi open
bite anterior pada kelompok usia anak. Sedangkan open bite anterior pada dewasa
harus dirawat dengan prosedur bedah setelah eliminasi faktor kebiasaan buruk. Bedah
ortognatik yang dilakukan meliputi osteotomi LeFort I untuk mempengaruhi maksilla
di bagian posterior. Latihan otot dapat diperlukan setelah koreksi bedah.
Gambar 19. Pasien anak menggunakan chin cup dengan vertical pull head cap
2. Open bite posterior
Open bite posterior dicirikan dari kurangnya kontak antara gigi posterior
rahang bawah ketika gigi dalam posisi oklusi. Open bite posterior relatif lebih jarang
16
ditemui dan pada umumnya disebabkan oleh kebiasaan tongue thrust sebelah lateral,
selain itu dapat disebabkan oleh gigi posterior yang mengalami intrusi atau ankilosis.
Gambar 20. Openbite posterior disebabkan oleh kebiasaan lateral tongue thrust
Kebiasaan buruk tongue thrust lateral merupakan faktor etiologi yang paling
sering dijumpai, sehingga alat yang sering digunakan adalah lateral tongue spikes,
baik cekat maupun digunakan bersama alat ortodontik lepasan. Elastik vertikal
digunakan bersama dengan alat ortodontik cekat dapat digunakan setelah kebiasaan
tongue thrust terkontrol (Singh, 2008). Bhalaji (2004) mengatakan bahwa openbite
posterior akan menutup dengan sendirinya seiring dengan hilangnya kebiasaan tongue
thrust. Penggunaan alat ortodontik cekat juga bertujuan untuk mengkoreksi gigi
posterior yang intrusi ataupun impaksi.
Gambar 21. Lateral Tongue Spicker dihubungkan dengan alat akrilik
17
PERAWATAN CROSSBITE
Crossbite merupakan deviasi hubungan buko-lingual pada gigi dalam satu
rahang dengan rahang lainnya (Singh, 2008). Pada keadaan normal, lengkung maksila
akan overlap dengan lengkung mandibula, baik pada labial maupun bukal. Akan
tetapi ketika gigi mandibula, satu ataupun sekelompok gigi, overlap dengan gigi
maksilla, tergantung letak pada lengkung giginya, dikatakan mengalami kelainan
crossbite.
1. Crossbite anterior
Berdasarkan usia pasien, status erupsi pasien dan ketersediaan ruang, terdapat
berbagai macam alat yang didesain untuk koreksi crossbite anterior. Pemilihan alat
dapat mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, serta harga juga dapat menjadi
faktor yang mempengaruhi.
Pada pasien dengan kelompok usia anak akan memiliki perawatan yang
berbeda dengan pasien remaja dan pasien dewasa. Menurut Singh (2008), perawatan
ortodonsi yang dapat diberikan pada pasien anak antara lain:
a. Tongue blade
Apabila crossbite tampak saat keberadaraan gigi permanen mulai
muncul di rongga mulut, alat sederhana seperti tongue blade dapat
digunakan untuk mengkoreksi perkembangan crossbite. Alat diletakkan di
dalam mulut, berkontak dengan gigi yang sedang erupsi pada aspek
palatalnya sehingga pada proses penutupan mulut sisi yang berlawanan
dari tongue blade akan berkontak dengan bagian labial gigi rahang
bawah. Titik ini akan menjadi fulcrum dan apabila tekanan ringan
diaplikasikan selama beberapa minggu, gigi yang tengah erupsi akan
bergerak ke posisi yang lebih baik. Tekanan bisa didapatkan dari merotasi
tongue blade secara perlahan ataupun dengan memegang alat dengan
kaku dan menutup mulut secara perlahan. Alat ini efektif sampai sebelum
18
mahkota klinis erupsi secara sempurna dan dapat digunakan apabila
ketersediaan ruang mencukupi.
Gambar 22. Perawatan tongue blade untuk koreksi crossbite pasien anak
b. Catlan’s appliance atau lower anterior inclined plane
Catlan’s appliance pada dasarnya terdiri dari inclined plane yang
disementasi pada incicivus mandibula, dan sifatnya cekat. Lower inclined
plane dibangun dengan sudut 45o terhadap dataran oklusal maksilla. Alat
tersebut dapat digunakan untuk satu gigi ataupun sekelompok gigi dan
terbuat dari akrilik atau logam cor.
Syarat penggunaan mandibular anterior inclined plane adalah sebagai
berikut:
i. Rahang atas memiliki cukup ruang untuk meluruskan gigi
ii. Gigi rahang atas yang akan dikoreksi memiliki posisi
retroklinasi atau terletak lebih posterior daripada seharusnya
iii. Gigi incicivus mandibula dapat menoleransi tekanan yang
diberikan.
iv. Posisi gigi incicivus mandibula baik sehingga sesuai dengan
alat pabrikan yang dibutuhkan.
v. Pasien kooperatif.
19
Alat ini juga memiliki kerugian, antara lain kesulitan mengunyah dan
berbicara karena terhalangnya gigi posterior berkontak, alat tidak dapat
digunakan pada gigi incicivus mandibula yang memiliki masalah
periodontik, dan alat pabrikan tidak dapat digunakan pada gigi mandibula
yang malposisi. Selain itu, penggunaan alat dalam jangka waktu lama
dapat mempengaruhi status periodontal pada gigi retensi ataupun gigi
yang dikoreksi, serta apabila tidak diawasi dapat mengakibatkan openbite
anterior karena supraerupsi dari gigi posterior. Kekurangan lain adalah
pemasangan alat terkadang harus dilakukan berulang-ulang (resementasi).
Gambar 23. Inclined Plane akrilik pada incicivus mandibula
Gambar 24. Tampak samping dari Catlan’s Appliance
20
c. Double Cantilever Spring/ Z Spring
Merupakan alat yang paling sering digunakan untuk koreksi crossbite
anterior. Alat terdiri dari double helix dua lengan yang paralel dan lengan
inferior yang memanjang ke plat akrilik untuk fungsi retensi.
Gambar 25. Double cantilever spring atau Z spring
Alat ini efektif apabila terdapat kesediaan ruang yang memadai untuk
Singh G. 2008. Textbook of Orthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers
Solem RC, Marasco C, Guiterrez-Pulido L, Nielsen I, Kim SH, Nelson G. 2013. Three dimensional soft tissue and hard tissue changes in the treatment of bimaxillary protrusion. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics; 144(2): 218-228