10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Arens et al (2012:24) definisi auditing adalah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and extablished criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Maksud dari kutipan diatas, audit didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan criteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Definisi auditing menurut Agoes (2012:4) adalah: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajawan laporan keuangan tersebut”. Dari definisi diatas memberikan pernyataan bahwa auditor memeriksa laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Dalam pemeriksaannya, seorang auditor melakukan audit berbasiskan pada International Standards on Auditing (ISA). Selanjutnya pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan publik berasal dari luar perusahaan dan tidak memiliki kepentingan tertentu di dalam perusahaan. Tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Auditing
Menurut Arens et al (2012:24) definisi auditing adalah sebagai berikut:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and extablished criteria. Auditing should be
done by a competent, independent person”.
Maksud dari kutipan diatas, audit didefinisikan sebagai suatu proses
pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan criteria yang telah ditetapkan.
Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Definisi auditing menurut Agoes (2012:4) adalah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun
oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajawan laporan keuangan tersebut”.
Dari definisi diatas memberikan pernyataan bahwa auditor memeriksa
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Dalam pemeriksaannya, seorang
auditor melakukan audit berbasiskan pada International Standards on Auditing
(ISA). Selanjutnya pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu
akuntan publik berasal dari luar perusahaan dan tidak memiliki kepentingan
tertentu di dalam perusahaan. Tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk
11
dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang
diperiksa.
2.1.2 Jenis-jenis Audit
Menurut Agoes (2012:10) jenis audit dapat dibedakan dari luasnya
pemeriksaan dan jenis pemeriksaan.
Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit dapat dibedakan atas:
1. Pemeriksaan Umum (General Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
kantor akuntan publik independen dengan tujuan untuk bias memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas yang dilakukan oleh kantor akuntan publik
independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu
memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dapat dibedakan atas:
1. Manajemen Audit (Operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk
kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan
oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut
sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
12
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun
pihak luar perusahaan.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun
ketaatan terhadap laporan keuangan kebijakan manajemen yang telah
ditentukan.
4. Computer Audit
Pemeriksaan oleh kantor akuntan publik terhadap perusahaan yang
memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic data
Processing (EDP) system.
2.1.3 Jenis-jenis Auditor
Jenis-jenis auditor menurut Arens et al (2012:35) dibagi ke dalam empat
kategori, yaitu:
1. Certified Public Accounting firms are responsible for auditing the
published hystorical financial statements of all publicly trades
companies, most other reasonably large companies, and many smaller
companies and non commercial organitations.
2. A Government Accountability Office Auditor is an auditor working for
the Government Accountability Office (GAO). Many of GAO’s audit responsibilities are the same as those of a CPA firm.
13
3. Internal Revenue Agents (IRS) is responsible for enforcing the federal
tax laws as they have been defined by congress and interpreted by the
courts. A mayor responsibility of the IRS is to audit the taxpayers return
to determine wheter they have complied with the tax laws.
4. Internal auditors are employed by individual companies to audit for
management.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis auditor
terdiri dari:
1. Akuntan publik bersertifikat, yang bertanggungjawab atas laporan
keuangan historis yang dibuat oleh kliennya.
2. Auditor Pemerintah, yang bertanggungjawab melaksanakan fungsi audit
bagi Kongres, dan memikul banyak tanggung jawab audit yang sama
seperti sebuah kantor akuntan publik (KAP).
3. Auditor pajak, yang bertanggungjawab atas penerimaan negara dari
sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan ketentuan
perpajakan.
4. Auditor internal, yang berada dalam internal organisasi dan
bertanggungjawab dalam menilai dan mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas kinerja organisasi tersebut.
2.1.4 Standar Auditing
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (2011: 150.1-150.2) terdiri atas sepuluh standar yang
dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu: Standar Umum, Standar
Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan.
14
Berikut ini adalah rincian Standar Auditing yang berlaku umum:
1. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
saksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
15
2) Laporan Auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
standar akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan.
2.1.5 Kantor Akuntan Publik
2.1.5.1 Pengertian Kantor Akuntan Publik
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 2001) mendefinisikan kantor akuntan
publik (KAP) adalah sebagai suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di
bidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
Arens et al (2012:20) mengelompokkan empat kategori ukuran yang
digunakan untuk menggambarkan KAP, yaitu:
16
1. Kantor internasional empat besar, terletak di Amerika Serikat dan
memiliki cabang di seluruh dunia. KAP empat besar mengaudit hampir
semua perusahaan besar baik di Amerika Serikat dan seluruh dunia serta
juga banyak perusahaan yang lebih kecil juga. Keempat KAP tersebut
adalah Deloitte & Touche, Ernst & Young, PricewaterhouseCooper, dan
KPMG.
2. Kantor nasional, memberikan jasa yang sama seperti KAP empat besar
dan bersaing secara langsung untuk mendapatkan klien. Setiap kantor
nasional berafiliasi dengan kantor di negara lain sehingga memiliki
kemampuan bertaraf internasional.
3. Kantor regional dan kantor lokal yang besar, memiliki staf profesional
lebih dari 50 orang. Diantara KAP tersebut ada yang hanya memiliki
satu kantor maupun memiliki cabang, beberapa diantaranya berafiliasi
dengan asosiasi KAP guna berbagai sumber daya untuk hal-hal seperti
informasi teknis dan pendidikan berkelanjutan.
4. Kantor lokal kecil, dimana hanya mempunyai kurang dari 25 tenaga
profesional pada kantor yang hanya memiliki satu cabang. KAP ini
melakukan audit dan jasa-jasa terutama untuk usaha kecil dan usaha
nirlaba. Banyak kantor kecil yang tidak melakukan audit, namun hanya
memberikan jasa akuntansi dan perpajakan bagi kliennya.
17
2.1.5.2 Jasa Akuntan Publik
Menurut Arens et al (2012:32) jasa akuntan publik dapat terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
1. Jasa Assurance
Jasa profesional independen yang menyediakan informasi laporan
keuangan historis guna meningkatkan mutu informasi bagi pengambil
keputusan. Salah satu kategori jenis jasa yang diberikan oleh akuntan
publik adalah jasa atestasi dimana KAP mengeluarkan laporan tentang
reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Jasa atestasi dibagi
menjadi lima kategori, yaitu audit atas laporan keuangan historis, atestasi
mengenai pengendalian internal atas laporan keuangan, review laporan
keuangan historis, jasa atestasi mengenai teknologi informasi, dan jasa
atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan.
2. Jasa Assurance lainnya
Jasa ini berbeda dengan jasa atestasi lainnya karena akuntan publik tidak
harus mengeluarkan laporan tertulis, dan kepastian itu tidak harus
mengenai reabilitas asersi pihak lain tentang ketaatan pada kriteria
tertentu. Namun fokusnya sama dengan jasa atestasi lainnya, yaitu
peningkatan mutu informasi bagi pengambilan keputusan.
3. Jasa Nonassurance
KAP melakukan berbagai jasa lain yang umumnya berada di luar
lingkup assurance. Tiga contoh diantaranya adalah jasa akuntan dan
pembukuan, jasa pajak, dan jasa konsultasi manajemen.
18
2.1.5.3 International Standards on Auditing (ISA)
International Standards on Auditing (ISA) merupakan standar audit
yang berbasis pada resiko. Indonesia sendiri mulai menggunakan ISA pada awal
tahun 2013. Dalam audit berbasis resiko, auditor menggunakan kearifan
profesional dalam pelaksanaan audit dan lebih menekankan pada professional
judgement (Tuanakotta, 2013:12). Professional judgement adalah penerapan hasil
pelatihan, pengetahuan, dan pengalaman yang relvan dalam batas-batas standar
audit, akuntansi dan etik, ketika membuat keputusan mengenai pilihan yang tepat
dalam keadaan yang dihadapi pada suatu penugasan audit (Tuanakotta, 2013:G-
21).
Menurut Tuanakotta (2013:95) terdapat tiga langkah audit berbasis
resiko, yaitu:
1. Menilai Risiko (Risk Assessment)
Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan.
2. Menanggapi Risiko (Risk Response)
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang
menanggapi risiko (salah saji material) yang telah diidentifikasi dan
dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
3. Pelaporan (Reporting)
Merumuskan pendapat berdasarkan bukti audit yang diperoleh dan
membuat serta menerbitkan laporan yang tepat, sesuai kesimpulan yang
ditarik.
19
Manfaat audit berbasis resiko menurut Tuanakotta (2013:102)
diantaranya:
1. Fleksibilitas waktu
Karena prosedur penilaian risiko tidak menguji transaksi dan saldo
secara rinci, prosedur itu dapat dilaksanakan jauh sebelum akhir tahun.
Ini dapat menyeimbangkan beban kerja audit secara merata sepanjang
tahun dan juga memberi waktu yang cukup bagi klien untuk menanggapi
temuan mengenai kelemahan pengendalian intern.
2. Upaya tim audit terfokus pada area kunci
Dengan memahami di mana risiko salah saji material bisa terjadi dalam
laporan keuangan, auditor dapat mengarahkan tim audit ke hal-hal
berisiko tinggi dan mengurangi perkerjaan pada tingkat risiko rendah.
Dengan demikian sumber daya/staf audit dimanfaatkan sebaik-baiknya.
3. Prosedur audit terfokus pada risiko
Prosedur audit selanjutnya dirancang untuk menanggapi risiko yang
dinilai. Oleh karena itu, uji rincian yang hanya menanggapi risiko secara
umum, akan dapat dikurangi secara signifikan atau bahkan sama sekali
dihilangkan.
4. Pemahaman atas pengendalian intern
Pemahaman terhadap pengendalian intern memungkinkan auditor
mengambil keputusan yang tepat, untuk menguji/tidak menguji
efektifnya pengendalian intern.
20
5. Komunikasi tepat waktu
Pemahaman terhadap pengendalian intern yang meningkat,
memungkinkan auditor mengidentifikasi kelemahan dalam pengendalian
intern, yang sebelumnya tidak diketahui. Mengkomunikasikan
kelemahan dalam pengendalian intern kepada manajemen secara tepat
waktu memungkinkan entitas mengambil tindakan yang tepat.
2.1.6 Sistem Pengendalian Mutu
2.1.6.1 Pengertian Sistem Pengendalian Mutu
Menurut Arens et al (2012:28), bahwa konsep pengendalian mutu bagi
suatu KAP dapat dijelaskan sebagai berikut:
“For a CPA firm, quality control comprises the methods used to ensure
that the firm meets its professional responsibilities to client and others.
These methods include the organizational structure of the CPA firm and
procedures the firm established”.
Maksud dari kutipan diatas, untuk sebuah kantor akuntan publik (KAP),
pengendalian mutu terdiri dari metode yang digunakan untuk memastikan bahwa
KAP memenuhi tanggung jawab profesional untuk klien. Metode ini meliputi
struktur organisasi KAP dan prosedur pengendalian mutu yang telah dibuat.
ISQC1 (International Standard on Quality Control No. 1) dan ISA 220
(International Standards on Auditing) menyebutkan tujuan sistem pengendalian
mutu pada KAP ialah untuk memberikan keyakinan bahwa:
21
Dalam ISQC1:
1. KAP dan personalianya mematuhi standar profesional serta kewajiban
hukum/ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang
ditetapkan regulator.
2. Laporan yang diterbitkan KAP atau partnernya, sudah tepat sesuai situasi
yang dihadapi.
Dalam ISA220:
1. Auditnya mematuhi standar profesional serta kewajiban hukum
ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan kewajiban yang
ditetapkan regulator.
2. Laporan auditor yang diterbitkan, sudah tepat dalam situasi yang
dihadapi.
(Tuanakotta, 2013:108)
2.1.6.2 Unsur-unsur Sistem Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) harus diterapkan oleh
setiap KAP pada semua jasa audit, atestasi, akuntansi, review, dan konsultasi yang
standarnya telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Sistem
pengendalian mutu mencakup kebijakan dan prosedur pengendalian mutu,
penetapan tanggung jawab, komunikasi dan pemantauan (SPAP, 2011:17000.1).
Maka, dalam memenuhi ketentuan yang berlaku, unsur-unsur tersebut
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
22
1. Independensi
KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa, pada setiap tingkat organisasi, semua
personel mempertahankan independensi sebagaimana diatur oleh Kode
Etik Profesi Akuntan Publik.
2. Penugasan Personel
KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
mengenai penugasan personel untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki
tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan tersebut. Dalam
proses penugasan personel, sifat dan lingkup supervisi harus
dipertimbangkan.
3. Konsultasi
KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
mengenai konsultasi untuk memberikan keyakinan memadai bahwa
personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang dibutuhkan
dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi,
pertimbangan, dan wewenang memadai. Sifat konsultasi akan tergantung
atas beberapa faktor tertentu, antara lain ukuran KAP dan tingkat
pengetahuan, kompetensi, dan pertimbangan yang dimiliki oleh staf
pelaksana perikatan.
23
4. Supervisi
KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
mengenai pelaksanaan dan supervise perikatan untuk memberikan
keyakinan yang memadai bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi
standar mutu yang ditetapkan oleh KAP. Lingkup supervisi dan review
yang sesuai pada suatu kondisi tertentu tergantung atas beberapa faktor,
antara lain kerumitan masalah, kualifikasi staf pelaksana perikatan, dan
lingkup konsultasi yang tersedia dan yang telah digunakan.
5. Pemekerjaan (Hiring)
KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
mengenai pemekerjaan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa
semua orang yang dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya,
sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara
kompeten. Mutu pekerjaan KAP akhirnya tergantung atas integritas,
kompetensi dan motivasi personel yang melaksanakan dan melakukan
supervisi pekerjaan. Oleh karena itu, program pemekerjaan KAP
menjadi salah satu unsure penentu untuk mempertahankan mutu
pekerjaan KAP.
6. Pengembangan Profesional
KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
profesional untuk memberikan keyakinan memadai bahwa personel
memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka
memenuhi tanggung jawabnya.
24
7. Promosi (Advancement)
KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
profesional untuk memberikan keyakinan memadai bahwa personel yang
terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan
untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi. Praktik promosi
personel akan berimplikasi terhadap terhadap mutu pekerjaan KAP.
Kualifikasi personel terseleksi untuk promosi harus mencakup pada
karakter, intelejensi, pertimbangan, dan motivasi.
8. Penerimaan dan Keberlanjutan Klien
KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
untuk menentukan apakah perikatan dari klien akan diterima atau
dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan
dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas. KAP harus
mempunyai prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence) dalam
menentukan hubungan profesionalnya dengan klien.
9. Inspeksi
KAP harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
mengenai inspeksi untuk memberikan keyakinan memadai bahwa
prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain pengendalian mutu
telah ditetapkan dengan efektif. Prosedur inspeksi dapat dirancang dan
dilaksanakan oleh individu yang bertindak mewakili kepentingan
manajemen KAP. (SPAP, AIPI, 2011; 17000.18-19).
25
2.1.7 Time Budget Pressure
2.1.7.1 Pengertian Time Budget
Menurut Alderman et al (1990:37) time budget didefinisikan sebagai
berikut:
“Time budget is an element of planning used by auditors which simply
establishes guidelines in number of hours for each section of the audit”.
Maksud kutipan tersebut menjelaskan bahwa time budget adalah suatu
bagian dari perencanaan yang digunakan oleh auditor yang menetapkan panduan
dalam satuan waktu jam untuk setiap seksi dari audit. Jumlah jam harus
dialokasikan dengan persiapan skedul kerja yang menunjukkan siapa yang
melaksanakan serta apa dan berapa lama hal tersebut dilakukan. Kemudian total
jam tersebut dianggarkan pada kategori utama di prosedur audit dan disusun
dalam bentuk skedul mingguan.
Sedangkan menurut Meigs et al (1992:133), time budget mempunyai
definisi sebagai berikut:
“A time budget for an audit is constructed by estimating the time
required for each step in the audit program”.
Berdasarkan definisi diatas, time budget didefinisikan sebagai waktu
yang dianggarkan untuk melaksanakan langkah-langkah dalam setiap program
audit.
Time budget disusun berdasarkan informasi yang diperoleh pada langkah
awal dalam audit, yaitu memperoleh pemahaman atas klien. Time budget total
disusun dengan berdasarkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk setiap
26
langkah dari program audit pada setiap auditor yang ditugasi sesuai dengan posisi
atau jabatan untuk penugasan rutin, catatan waktu yang terperinci atas kerja audit
pada tahun sebelumnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan time
budget yang baru.
Kegunaan time budget menurut Holmes dan Burns (1978:222) adalah:
1. Determining staff requirements for the audit.
2. Determining estimated hours necessary to complete the audit.
3. Estimation of the audit fee.
4. Scheduling of the time and sequence of the audit work.
Dari kutipan diatas dapat diketahui kegunaan time budget yaitu;
menentukan banyaknya staf yang dibutuhkan untuk suatu penugasan audit,
menentukan perkiraan jam yang diperlukan untuk menyelesaikan audit,
menentukan estimasi biaya audit agar proses audit berjalan dengan efektif dan
efisien, penjadwalan waktu dan urutan pekerjaan audit.
2.1.7.2 Kebaikan dan Kelemahan dari Time Budget
Time budget sebagai bagian dari perencanaan memiliki kebaikan tidak
saja bagi kantor akuntan publik tapi juga bagi auditor secara individual. (Holmes
dan Burns, 1978:223) menyebutkan beberapa kebaikan dari time budget yaitu:
1. As an efficient method to arrange staff schedule.
2. As a guideline for relative importance from different audit areas.
3. As an incentive for staff auditors for efficient performance.
4. As a mean to arrange fee.
27
Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa kebaikan dari time budget
yaitu; sebagai metode yang efisien untuk mengatur jadwal staf, sebagai pedoman
untuk kepentingan dari daerah audit yang berbeda, sebagai insentif bagi staf
auditor untuk kinerja yang efisien, dan sebagai sarana untuk mengatur biaya.
Pada pelaksanaannya, terkadang time budget juga memiliki dampak
yang kurang baik. Menurut Holmes dan Burn (1978:224) mengatakan:
“Time budget is a guideline, it is not absolute or exact”.
Artinya time budget hanya sekedar pedoman, tidak bernilai mutlak atau
persis. Bila auditor membutuhkan waktu tambahan untuk melakukan program
audit, time budget dapat dirubah sewaktu-waktu agar auditor dapat
mengumpulkan bukti yang cukup dan lebih memadai sesuai dengan tujuan audit.
Namun kecenderungan yang terjadi adalah auditor menepatkan time budget
sebagai tujuan utama dalam melakukan audit, sehingga revisi time budget tidak
dilakukan dan auditor malah melakukan langkah-langkah yang tidak sesuai
dengan prosedur audit. Tindakan seperti ini menjadi tidak benar karena tujuan
utama dari audit adalah memberikan opini sehubungan dengan standar audit yang
diterima umum dan bukan untuk memenuhi time budget.
2.1.7.3 Time Budget Pressure
Tekanan (pressure) untuk menyelesaikan suatu penugasan dalam waktu
yang telah ditentukan atas dasar pertimbangan biaya terendah atas fee dari klien
merupakan aspek terpenting bagi KAP maupun auditor secara individual. Tekanan
tersebut akan selalu ada, dikarenakan beberapa hal seperti promosi atas
28
kesuksesan profesional yang akan diperoleh apabila seorang auditor atau sebuah
KAP mampu menyelesaikan penugasan audit secara efektif dan efisien, yang
biasanya digambarkan dengan penyelesaian audit yang tepat waktu tanpa biaya
yang besar tetap memenuhi tujuan audit.
Menurut Kelley et al (2005:24) time budget pressure diartikan sebagai:
“Budget related tiem pressure can only occur when the budgeted amount
of time is less than total available time”.
Dari penjelasan diatas, time budget pressure merupakan suatu kondisi
yang terjadi dimana jumlah waktu yang dianggarkan kurang dari waktu yang telah
tersedia untuk menyelesaikan prosedur audit yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, seorang auditor mendapatkan tekanan untuk menyelesaikan pekerjaannya
tepat waktu.
Menurut Meigs et al (1992:133) menyatakan bahwa:
“There is always pressure to complete an audit within the estimated time
ability to do satisfactory work when given abundant time is not sufficient
qualification, for time is never abundant”.
Berdasarkan kutipan tersebut, selalu ada tekanan untuk menyelesaikan
audit agar tidak melenceng dari estimasi waktu. Auditor yang membutuhkan
waktu lebih lama dari waktu normal untuk suatu tugas akan menimbulkan dampak
buruk di mata supervisornya dan hal ini akan menghambat kemajuan karier.
Kemampuan untuk melakukan kerja yang memuaskan jika diberikan waktu yang
berlebih bukanlah merupakan suatu kualifikasi, karena dalam suatu kantor
akuntan publik tidak pernah ada waktu yang berlebih.
29
Time budget pressure adalah salah satu tekanan yang terjadi pada
profesional akuntan (Dezoort dan Lord, 1997). Selanjutnya Dezoort dan Lord
(1997) juga mengungkapkan bahwa:
“The increased level of stress has been shown to have a number of
behavioral effects in decision making, including speeding up efforts to
assimilate information changing the processing strategy used and
restricting information processing”.
Dengan adanya tekanan dapat mempengaruhi perilaku seorang dalam
pengambilan keputusan, merubah strategi yang telah digunakan dan juga dapat
membatasi proses informasi. Tekanan seperti ini dapat mengurangi kualitas audit
dan laporan keuangan yang dihasilkan.
Time budget pressure ini tidak hanya dirasakan oleh senior auditor dan
junior auditor, tetapi juga oleh manajer. Manajer sebagai pihak pertama KAP yang
berhubungan dengan klien, termasuk dalam melakukan persetujuan dalam
penentuan fee. Dalam penentuan fee ini , manajer melakukan peninjauan dan
penilaian atas klien, untuk kemudian memperkirakan waktu yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan audit. Kemudian manajer menyusun preliminary budget untuk
menentukan berapa total cost dari penugasan tersebut, sehingga pihak kantor
akuntan publik dapat mengajukan fee yang kemudian akan dibicarakan dengan
klien. Setelah mencapai persetujuan dalam penentuan fee, baru kemudian disusun
time budget berdasarkan kesepakatan fee.
30
2.1.7.4 Unsur-unsur Time Budget Pressure
Untuk mengukur time budget pressure digunakan beberapa indikator
yang diperoleh dari teori dalam jurnal yang ditulis oleh Willet dan Page (1996).
Indikator-indikator tersebut antara lain:
1. Pemahaman auditor atas time budget
Jika pemahaman auditor atas time budget sangat tinggi maka tekanan
yang ditimbulkan atas time budget itu sendiri akan rendah, sebaliknya
jika pemahaman auditor tentang time budget rendah maka tekanan yang
ditimbulkan dari time budget akan semakin tinggi.
2. Tanggung jawab terhadap time budget
Dalam melaksanakan time budget, seorang auditor harus mengetahui
tanggung jawab yang harus diselesaikan dan target-target yang harus
dicapai serta bertanggungjawab untuk menjaga agar proses audit efisien
dan sesuai dengan time budget yang ditetapkan.
3. Penilaian kinerja dari atasan
Tinggi rendahnya tekanan tergantung pada kinerja yang diberikan oleh
auditor tersebut, auditor akan merasakan tekanan rendah jika kinerja
yang diberikan dinilai baik oleh atasan dan sebaliknya tekanan akan
tinggi jika atasan menilai kinerja yang telah diberikan tidak sesuai
dengan sasaran dan target atas time budget.
4. Alokasi fee untuk biaya audit
Lancar atau tidaknya suatu proses audit sangat bergantung pada biaya
audit yang biasanya didapatkan dari fee yang diterima, dan
31
pengalokasian fee untuk biaya audit yang sangat diperlukan untuk dapat
memenuhi time budget yang telah ditetapkan.
5. Frekuensi revisi time budget
6. Selisih time budget
2.1.7.5 Dampak Time Budget Pressure
Menurut Dezoort dan Lord (1997) mengelompokkan dampak time
budget pressure sebagai berikut:
1. Impacting attitude
Yang termasuk kedalam impacting attitude yaitu: stress, feeling of