Top Banner
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 1/35 1 BAB I PENDAHULUAN Dexmedetomidine merupakan agonis alpha-2 adrenergik yang kuat, lebih selektif dibanding clonidine, yang aksinya tersebar luas pada otak mamalia, mencakup sedasi, memiliki efek hemat obat bius, analgesik, dan memiliki efek simpatolitik. Sejumlah besar pekerjaan terbaru mendukung profil baiknya dalam memajukan outcome dan fungsi otak jangka panjang pada pasien kritis. Dexmedetomidine juga dapat menjadi adjuvan yang bermanfaat ketika menggunakan anastesi regional. Ketertarikan akan peranan agonis alpha-2-adrenoreseptor pada bidang anestesia dan peraatan intensif semakin berkembang. !bat-obatan ini menunjukkan efek yang cakupannya luas meliputi sedasi, efek hemat obat anestesi, analgesia, dan memiliki efek simpatolitik. Di "ropa, clonidine adalah obat yang paling populer pada kategori ini dan telah digunakan dalam bermacam kebutuhan seperti sedasi di #$%, memfasilitasi regional anestesia, dan mengontrol sindrom ithdraal opioid dan alkohol. $lonidine bersifat long acting dan  penggunaannya sering berhubungan dengan kejadian rebound hyptertension yang seiring dengan putusnya penggunaan obat . Dexmedetomidine lebih manjur dan merupakan agonis alpha-2 adrenergik yang lebih selektif dibanding clonidine, dengan pola yang secara garis besar memiliki fungsi yang sama pada otak mamalia. Sejumlah besar pekerjaan terbaru mendukung profil baiknya dalam  bidang anestesia dan peraatan intensif. "fek seluler yang dimediasi oleh  pengisyaratan jalur yang berbeda dari jalur &2-adrenoseptor telah dilaporkan, baik secara in vitro dan in vivo. 'da pengertian yang berkembang menyatakan efek  protektif pada otak ini bisa sangat penting secara klinis, seperti dexmedetomidine menurunkan lamanya masa delirium atau koma pada pasien dengan ventilasi mekanik di #$%. (ada pasien-pasien ini, hal ini tidak menekan gerakan ventilasi secara signifikan dan bisa menyebabkan tidur fisiologis yang lebih baik dibandingkan sedatif lainnya. Selain itu, data aal menganjurkan baha dexmedetomidine dapat mengurangi mortalitas pada sepsis melalui pemberian
35

Dexmedetomidine.doc

Jul 05, 2018

Download

Documents

Kamila Auliya
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 1/35

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dexmedetomidine merupakan agonis alpha-2 adrenergik yang kuat, lebih

selektif dibanding clonidine, yang aksinya tersebar luas pada otak mamalia,

mencakup sedasi, memiliki efek hemat obat bius, analgesik, dan memiliki efek 

simpatolitik. Sejumlah besar pekerjaan terbaru mendukung profil baiknya dalam

memajukan outcome dan fungsi otak jangka panjang pada pasien kritis.

Dexmedetomidine juga dapat menjadi adjuvan yang bermanfaat ketikamenggunakan anastesi regional.

Ketertarikan akan peranan agonis alpha-2-adrenoreseptor pada bidang

anestesia dan peraatan intensif semakin berkembang. !bat-obatan ini

menunjukkan efek yang cakupannya luas meliputi sedasi, efek hemat obat

anestesi, analgesia, dan memiliki efek simpatolitik. Di "ropa, clonidine adalah

obat yang paling populer pada kategori ini dan telah digunakan dalam bermacam

kebutuhan seperti sedasi di #$%, memfasilitasi regional anestesia, dan mengontrol

sindrom ithdraal opioid dan alkohol. $lonidine bersifat long acting dan

 penggunaannya sering berhubungan dengan kejadian rebound hyptertension yang

seiring dengan putusnya penggunaan obat. Dexmedetomidine lebih manjur dan

merupakan agonis alpha-2 adrenergik yang lebih selektif dibanding clonidine,

dengan pola yang secara garis besar memiliki fungsi yang sama pada otak 

mamalia. Sejumlah besar pekerjaan terbaru mendukung profil baiknya dalam

 bidang anestesia dan peraatan intensif. "fek seluler yang dimediasi oleh

 pengisyaratan jalur yang berbeda dari jalur &2-adrenoseptor telah dilaporkan, baik 

secara in vitro  dan in vivo. 'da pengertian yang berkembang menyatakan efek 

 protektif pada otak ini bisa sangat penting secara klinis, seperti dexmedetomidine

menurunkan lamanya masa delirium atau koma pada pasien dengan ventilasi

mekanik di #$%. (ada pasien-pasien ini, hal ini tidak menekan gerakan ventilasi

secara signifikan dan bisa menyebabkan tidur fisiologis yang lebih baik 

dibandingkan sedatif lainnya. Selain itu, data aal menganjurkan baha

dexmedetomidine dapat mengurangi mortalitas pada sepsis melalui pemberian

Page 2: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 2/35

2

imunosupresan. Dexmedetomidine akhir-akhir ini merupakan sesuatu yang

 penting dalam bidang anastesia bagi keperluan operasi, endoskopi, dan prosedur 

imaging. )eskipun agonis &2-adrenoseptor mengurangi insidensi cardiac event 

 posoperatif pada pasien yang menjalani operasi bedah vaskular, hipotensi tak 

terkontrol dan bradikardi dapat terjadi pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri

yang terganggu atau pasien dengan heart block.

(ada referat ini, akan dibahas beberapa penelitian terkini tentang

dexmedetomidine yang memiliki efek pada bidang anestesi dan peraatan

intensif.

 

Page 3: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 3/35

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEXMEDETOMIDINE SEBAGAI OBAT ANESTESI UMUM

“Dexmedetomidine Meem!"#!n $e%&on Sim&!to!d'en! (nt(# Int()!%i

T'!#e! d!n Men*('!n*i Ke)(t("!n O)!t Ane%te%i! Pe'io&e'!%i+

Dexmedetomidine merupakan agonis &-2 adrenoreseptor yang memiliki

efek simpatolitik, sedatif, hemat obat anestesia dan bersifat menstabilkanhemodinamik tanpa penurunan fungsi respiratori yang signifikan.

PENDAHULUAN

$lonidine, agonis &-2, telah dikenal pada anastesia klinik untuk efek 

simpatolitik, sedatif, hemat obat anestesia dan bersifat menstabilkan

hemodinamik. Dexmedetomidine, secara farmakologis d-isomer aktif dari

medetomidine *+,-/-*2,0-dimethylphenyl1-ethyl1 imidaole merupakan agonis

&-2 adrenoreseptor selektif dan sangat spesifik. 3asio selektifitas ikatan &-24&-/

dexmedetomidine adalah /5264/ dibandingkan 2264/ pada clonidine. (ercobaan

 pada hean menunjukkan baha terdapat efek anestesia yang menonjol. Sebuah

studi pada manusia menunjukkan clonidine memiliki efek analgesik, sedatif,

simpatolitik, dan juga efek pada kardiovaskular. (ada studi terbaru,

dexmedetomidine secara klnik menunjukkan efek pada keperluan anestesia,

respon hemodinamik yang ditimbulkan anastesi, dan operasi pada pasien. 7elah

diteliti juga baha infusi intraoperatif dexmedetomidine yang dikombinasikan

dengan obat anestesia inhalasi menunjukkan kepuasan pada kondisi intraoperatif 

tanpa efek buruk pada hemodinamik serta dapat menurunkan agitasi emergensi

 pada anak-anak. Dexmedetomidine semakin banyak digunakan sebagai sedatif 

untuk monitored anaesthesia care *)'$1 karena sifat analgesiknya, 8sedasi yang

kooperatif9, dan tidak menimbulkan penurunan fungsi respiratori.

Dexmedetomidine juga dieksplor sebagai obat noninvasif yang melalui rute

intranasal.

Page 4: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 4/35

4

Studi ini dilakukan untuk menilai efikasi dan keamanan dari

dexmedetomidine dalam melemahkan respon simpatoadrenal untuk intubasi

trakeal dan untuk menganalisis pengurangan kebutuhan obat anestesia

intraoperatif.

METODE

Setelah mendapatkan iin dari institusi komite etik, sebuah studi acak dan

terkontrol dirumuskan. (opulasi studi membandingkan 56 pasien dengan 'S' #

dan ##, berusia /:-5 tahun, dijadalkan untuk menjalani operasi elektif dalam

durasi 0 jam atau lebih. (enulisan inform konsen dilakukan pada setiap pasien.

;anita hamil dan menyusui, pasien dengan obesitas yang buruk, heart block , dan

 pasien hipertensi pada bloker diekslusi dari studi. (asien dengan diabetes danẞ

 penyakit ginjal tidak dimasukkan ke dalam studi. (asien secara acak dibagi

menjadi dua kelompok, setiap kelompok terdiri dari 06 pasien, dengan

menggunakan metode undi. 7idak satupun pasien yang berada pada terapi obat

signifikan secara preoperatif.

(engelompokan pasien adalah sebagai berikut4

Kelompok $ 4 kelompok kontrol4 isoflurane-opioid-anestesi saline.

Kelompok D 4 kelompok dexmedetomidine 4 isoflurane-opioid-anastesi

dexmedetomidine.

Seluruh pasien dipremedikasi dengan injeksi glycopyrrolate 6,2 mg

intramuskular, 26 menit sebelum induksi anestesia. Ketika masuk ke ruang

operasi, frekuensi nadi pasien, tekanan darah, saturasi oksigen *Sp! 21,  dan laju

respirasi dicatat selama menit. Kanula intravena yang berukuran besar 

dimasukkan untuk pemberian obat dan cairan. Seluruh pasien kelompok D

menerima injeksi dexmedetomidine dengan dosis /<g=kg dalam periode /6 menitsebelum induksi anastesia melalui pompa infusi. Selama infusi, frekuensi nadi,

tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, laju respirasi, saturasi oksigen, dan

skor sedasi dicatat pada interval menit dan pada /6 menit *akhir dari infusi1.

Seluruh pasien di kelompok $ mendapatkan saline melalui pompa infusi.

Semua pasien mendapatkan injeksi ondansetron + mg, injeksi fentanyl /

<g=kg, dan injeksi midaolam / mg intravena *#>1, sebelum induksi anestesia.

?alu, injeksi thipentone yang cukup untuk melumpuhkan refleks bulu mata

Page 5: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 5/35

5

diinjeksi setelah injeksi vecuronium 6,/ mg=kg untuk memudahkan laringoskopi

dan intubasi trakeal.

(aru-paru diventilasi dengan sungkup selama minimal 0 menit

menggunakan /66@ oksigen. ?aringoskopi dilakukan dengan menggunakan

laringoskop )acintosh dan trakea diintubasi menggunakan endotracheal tube

dengan ukuran yang sesuai. 'nestesia dipertahankan dengan A2! dalam !2

*564+61, isoflurane, injeksi fentanyl, dan injeksi vecuronium. #soflurane digunakan

dalam konsentrasi terendah untuk menjaga tekanan darah dan frekuensi nadi tetap

 berada dalam 26@ batas nilai preoperatif. Konsentrasi isoflurane inhalasi

disesuaikan pada setiap 6,2@ jika dibutuhkan untuk menjaga parameter 

hemodinamik untuk nilai yang dapat diterima. Bentanyl dalam kenaikan 6,+ <g=kg

diberikan ketika konsentrasi inspiratori isoflunare melebihi /@. (ada kedua

kelompok, penambahan adjuvan disediakan pada injeksi natrium diklofenak atau

injeksi propofol intravena setelah injeksi fentanyl melebihi 2 <g=kg. #nfusi

dexmedetomidine dilanjutkan setalah intubasi dengan dosis 6,2-6,C <g=kg=jam

untuk menjaga parameter hemodinamik dalam batas yang masih dapat diterima.

Demikian pula, isoflurance diakhiri saat kulit mulai menutup dan A2! dihentukan

setelah penutupan kulit.

(ada akhir anestesia, blokade neuromuskular dihilangkan dengan injeksi

neostigmine 6,6+ mg=kg dan injeksi glycopyrrolate 6,62 mg=kg intravena. (asien

diekstubasi ketika respirasi sudah sufisien dan pasien mampu untuk melaksanakan

 perintah sederhana.

Page 6: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 6/35

6

P!'!mete' ,!n* di&e!-!'i

/. Skor sedasi pada menit dan /6 menit setelah pemberian dosis aal  dari

dexmedetomidine pada grup D berdasarkan skor sedasi 3amsay.

2. Brekuensi nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik Sp!2 pada menit dan

/6 menit setelah pemberian dexmedetomidine, preinduksi, induksi, 6 menit, /

menit, menit setelah intubasi.

0. Dosis injeksi thiopenthone untuk induksi anestesia.

+. 7otal kebutuhan fentanyl selama prosedur operasi.

. 3ata-rata inspiratori konsentrasi isoflurane dihitung sebagai jumlah dari

 produk inspiratori konsentrasi dibagi dengan total aktu anestesia.

5. Kebutuhan adjuvan intraoperatif seperti injeksi natrium diklofenak dan

 propofol.

An!i%i% %t!ti%ti# 

'nalisis statistik dilakukan menggunakan S(SS *versi /6, 26/61 untuk ;indos

HASIL

Kedua grup sebanding dalam karakteristik pasien 7abel /.

Dexmedetomidine ditoleransi dengan baik dan tidak ada efek merugikan yang

diteliti. Sekitar /6 menit setelah mendapatkan dexmedetomidine, pasien

mengantuk tetapi masih sadar *skor sedasi 21

3ata-rata dosis tidur dari injeksi thiopentone yang diperlukan pada

kelompok $ adalah 5 mg=kg, sementara pada kelompok D adalah +,+ mg=kg

7abel 2. (enurunan kebutuhan dosis adalah 06@ pada kelompok 

dexmedetomidine ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol *(6,661

3ata-rata konsentrasi inspiratori isoflurane yang diperlukan selama anestesi

adalah 6,:@ pada kelompok $ dan 6,+@ pada kelompok D. (enurunan sebesar 

02@ terdapat pada kelompok D dibandingkan dengan kelompok D *(6,661.

Selain itu, kebutuhan injeksi fentanyl adalah /,: <g=kg pada kelompok $

dan /,/ <g=kg pada kelompok D. Kelompok $ memerlukan fentanyl 00@ lebih

 banyak dibanding kelompok D *(6,661 7abel 2.

Sebelum pemberian obat yang diteliti di ruang operasi, frekuensi nadi dan

tekanan darah kedua kelompok tidak berbeda.

(ada kelompok D pasien menerima infusi dexmedetomidine, turunnya

frekuensi nadi dan tekanan darah diteliti, tidak lebih dari @ dari batas normal.

(asien disedasi tapi masih sadar dengan skor sedasi 2.

Page 7: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 7/35

7

(ada kedua kelompok, peningkatan frekuensi nadi dan tekanan darah

maksimal terjadi segera setelah intubasi trakea *6 menit1 ketika dibandingkan

dengan nilai normal tekanan darah arteri. (eningkatan frekuensi nadi setelah

intubasi adalah 2/@ pada kelompok $ dan C@ pada kelompok D *(6,661.

Demikian pula, peningkatan tekanan darah sistolik yang signifikan didapatkan

 pada kelompok $ yaitu +6@ sedangkan pada kelompok D hanya :@ *(6,661,

sementara peningkatan tekanan darah diastolik adalah 2@ dan //@ pada

kelompok $ dan D, berturut-turut *(6,661 Eambar /.

%ntuk menghindari analgesik yang memiliki efek sedatif seperti injeksi

tramadol, digunakan injeksi natrium diklofenak. Dua puluh empat dari 06 pasien

 pada kelompok $ memerlukan injeksi natrium diklofenak C mg #>, sementara C

dari 06 pasien pada kelompok D memerlukan injeksi natrium diklofenak C mg

#>. 7ujuh belas dari 06 pasien pada kelompok $ diberi tambahan injeksi propofol

dalam rata-rata /C mg, sementara tidak satupun pasien kelompok D yang

memerlukan injeksi propofol.

Fradikardi dilihat pada dua pasien di kelompok D secara intraoperatif.

Brekuensi nadi turun menjadi +2 kali=menit, sehingga dianjurkan diberikan injeksi

atropine 6,5 mg #>. 7idak ada penurunan tekanan darah yang diamati pada kedua

kelompok pasien. #njeksi atropine diulangi saat periode postoperatif setelah

ekstubasi pada satu dari dua pasien.

Durasi dari rekoveri pada kedua kelompok hampir sama. Seluruh pasien

mampu menjalankan perintah ketika tiba di ruang recovery.

(ada ruang recovery, tiga pasien pada kelompok D dan dua pasien pada

kelompok $ mengalami nausea. Transient headache didapatkan pada satu pasien

dari kelompok D pada ruang recovery. 7idak ada pasien yang mengingat secara jelas kesadarannya  atau komplain atas ketidaknyamanan ketika diintervie

setelah operasi.

DISKUSI

Studi ini dilakukan untuk menguji apakah pemberian dexmedetomidine

 pada cara anestesi stabil yang biasa dilakukan meningkatkan stabilitas

hemodinamik pada pasien yang menjalani prosedur bedah mayor. Gal ini juga

akan mengurangi penguapan obat anestesi dan kebutuhan analgesik perioperatif.

Page 8: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 8/35

8

Dexmedetomidine merupakan sebuah agonis &-2 yang sangat selektif dan

memiliki efek sedatif, analgesik, serta menghemat obat anestesi. Gal ini

menyebabkan penurunan dosis yang diperlukan pada tekanan darah arteri dan

frekuensi nadi, berhubungan juga dengan penurunan konsentrasi serum

norepinefrin.

Dexmedetomidine ditoleransi dengan sangat baik, dan tidak ada efek 

samping serius atau reaksi merugikan yang terjadi pada studi ini.

Dosis dari thiopentone yang diperlukan untuk induksi menurun secara

signifikan *06@1 pada pasien yang meneruma dexmedetomidine, yang juga

didapatkan oleh 'antaa dkk., menunjukkan efek anestesi dari obat tersebut.Gal ini juga menunjukkan baha dexmedetomidine mampu menjadi

analgesia yang disebabkan oleh fentanyl dan mengurangi kebutuhan dosis pada

manusia selama operasi. Dosis fentanyl pada kelompok kontrol hampir mencapai

dua kali lipat dibanding kelompok dexmedetomidine. Kebutuhan fentanyl

 berkurang 00@ pada kelompok dexmedetomidine pada studi ini.

Dexmedetomidine telah dipelajari secara luas sebagai adjuvan anestesi dan

efek hemat obat anestesinya sudah sangat dikenal. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh 'ho dkk. dan 'anta dkk., menunjukkan pengurangan kebutuhan

dosis isoflurance lebih dari H6@. (ada penelitian ini, isoflurance sebagai agen

anestesi utama, kebutuhannya berkurang 02@ pada kelompok D, sesuai dengan

 penelitian sebelumnya.

#ntubasi trakeal berhubungan dengan peningkatan tekanan darah arteri,

frekuensi nadi, dan konsentrasi katekolamin plasma. (eningkatan tekanan darah

arteri dan frekuensi nadi yang diperlihatkan pada kelompok kontrol pada

 penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. (ada

 penelitian ini,  pretreatment menggunakan dexmedetomidine / <g=kg dilemahkan,

tetapi tidak secara total ,respon kardiovaskular setelah intubasi trakeal setelah

induksi anestesia. (ada pasien yang menjalani operasi general atau ginekologikal,

sejumlah penelitian menunjukkan baha dexmedetomidine melumpuhkan respon

kardiovaskular pada intubasi dan penelitian ini sesuai dengan hal tersebut. Selain

 bermanfaat pada fungsinya sebagai agonis &-2, dexmedetomidine juga dilaporkan

meingkatkan risiko hipotensi dan bradikardi. "fek ini dapat lebih sering terlihat

 pada anak yang sehat pada pemberian bolus cepat. (ada penelitian ini, bradikardi

Page 9: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 9/35

9

ditemukan pada dua pasien yang mendapatkan dexmedetomidine, tanpa adanya

 penurunan tekanan darah, yang memiliki respon cepat pada atropine #>.

(ada penelitian ini, tiga pasien menjalani karaniotomi tumor supratentorial.

Stabilitas hemodinamik perioperatif sepenuhnya penting pada setiap pembedahan.

(eningkatan atau penurunan tekanan darah dapat menyebabkan perdarahan atau

edema atau merupakan predisposisi iskemik pada pasien. 3espon hemodinamik 

 pada kegaatdaruratan dari anestesia dan ekstubasi dikurangi efektivitasnya

dengan dexmedetomidine dan efek sentral simpatolitik berlangsung baik pada

 periode postoperatif, hal ini sangat bermanfaat pada pasien-pasien tersebut.

7anskanen dkk., pada penelitian mereka menggunakan dexmedetomidine sebagai

obat anestesi adjuvan pada tumor intrakranial, menyimpulkan baha terdapat

 peningkatan stabilitas hemodinamik perioperatif pada pasien yang menjalani

operasi tumor otak tanpa penekanan respiratory postoperatif. Selain itu,

dexmedetomidine juga diteliti sebagai suplemen untuk isoflurane pada operasi

vitreoretinal, tanpa menyebabkan fluktuasi hemodinamik yang tak semestinya,

dan menunjukkan penurunan respon eksitatori selama ekstubasi dengan

 penurunan yang dapat diterima pada tekanan intraokular.Keterbatasan pada penelitian ini dapat disebabkan karena penggunaan

kriteria yang subjektif untuk menentukan dosis thiopentone, isoflurane, dan

fentanyl pada setiap pasien. "stimasi kedalaman anestesia dengan perubahan yang

dimediasi oleh sistem saraf otonom sulit selama infusi dexmedetomidine ketika

dia meningkatkan stabilitas hemodinamik. )onitoring  Intraoperative Bispectral 

 Index *F#S1 mungkin dapat lebih objektif dalam menentukan kedalaman anestesi

dasn kebutuhan agen obat anestesi. Dan juga, pengukuran interval I7 dan kadar 

katekolamin plasma, rata-rata respon hemodinamik yang lebih objektif, tidak 

dapat dilakukan karena kesulitan praktis. (engukuran konsentrasi isofluran tidal

akhir dapat menjadi ideal untuk mengindikasikan kedalaman dan untuk 

menghitung penurunan kebutuhan antara kedua kelompok dibandingkan dengan

inspired dial   konsentrasi. Kebutuhan postoperatif dari analgesik tidak 

dipertimbangkan karena hal itu bukan merupakan bagian dari penelitian.

(engukuran aktu rekoveri setelah extubasi dapat memberi gagasan dari rekoveri

 pada kedua kelompok.

Page 10: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 10/35

10

(enelitian ini mendapatkan penguatan dari penelitian sebelumnya. 7idak ada

efek buruk pada kardiovaskular pada obat yang diteliti. Fradikardi, merupakan

konsekuensi pemberian agonis &-2, dapat dinetralkan dengan pemberian atropine.

7idak terdapat kedalaman adekuat dari anestesia.

2.2 DEXMEDETOMIDINE SEBAGAI OBAT ANALGETIK 

“Ee# d!'i Ti*! Do%i% Be')ed! Dexmedetomidine Int'!te#! /20 *0 *0 13

*4 &!d! K!'!#te'i%ti# Bo5#!de S()!'!#noid6 Se)(!" Peneiti!n $7T

P'o%&e#ti+

'nalgetik pascaoperasi pada operasi abdomen baah, dan extremitas baah

yang semakin berkembang ditandai dengan cepatnya mobilisasi, berkurangnya

resiko D>7, dan kenyamanan pasien yang lebih baik selama perioperatif. !bat

tambahan intratekal dapat memperpanjang durasi anastesi spinal, dengan

demikian dapat mengurangi penggunaan obat-obat analgesik post op. Kerja obat

tambahan juga dapat mengurangi dosis anestesi lokal dan dengan demikian, efek 

sampingnya. !bat-obat tambahan ini terdiri dari berbagai kelas dengan berbagai

mekanisme antinociceptive yang berbeda-beda. Dexmedetomidin adalah a2

agonis yang sangat selektif dengan efek analgesik, sedasi, anxiolitik dan

simpatolitik. "fektivitas dexmedetomidine intratekal *#7D1 yang luas hingga

 periode post op telah dibuktikan melalui beberapa penelitian. Salah satunya adalah

 perbandingan perbedaan dosis #7D*2-/6 ug1 dengan obat-obat tambahan lain

seperti clonidine, fentanyl, midaolam, buprenophrine, etc., dengan hasil yang bervariasi. Aamun, penelitian yang membandingkan perbedaan antara dosis

dexmedetomidine itu sendiri masih sedikit, misalnya membandingkan obat ini

dalam dosis rendahnya *2ug vs +ug1 atau dosis tingginya *ug vs /6ug, atau /6ug

vs / ug1. 7erlebih lagi, tidak satupun penelitian ini menekankan pada hubungan

dosis dengan respon obat dibandingkan dengan analgetik lainnya sebagai

 pembanding *D'1, yang dilihat berdasarkan perbedaan offset blokade motorik 

hingga kebutuhan analgesik pada skala J+.6. Design penelitian ini adalah

Page 11: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 11/35

11

 prospektif 3$7 double blind, dengan tujuan mengetahui perbedaan reaksi

 berdasarkan 00 dosis berbeda dexmedetomidin *2., dan /6 ug1 #7D sebagai

tambahan bupivacaine hiperbarik 6.@ dan subaraknoid block *S'F1 pada pasien

yang menjalani operasi elektif abdomen baah dan ekstremitas baah. 7ujuan

utama penelitian ini adalah mengetahui durasi analgesik obat ini, sementara tujuan

lainnya adalah durasi blokade motorik dan efek samping perioperatif. Gipotesis

 penelitian ini adalah adanya efek D' yang diperpanjang dengan semakin

ditigkatkannya dosia pemberian #7D.

METODE

K'ite'i! e#%#(%i d!n in#(%i

Setelah menyelesaikan ethical clearance, H6 orang pasien dengan rentang

usia /:-56 tahun, dengan 'S' #=##, yang akan menjalani operasi abdomen baah

dan ekstremiras baah dengan subarachnoid block *S'F1, setuju untuk 

 bergabung dalam penelitian ini. Krireria eksklusi adalah pasien dengan4 /1

kontraindikasi terhadap S'F, 21 sensitif terhadap obat yang akan diujicoba, 01

sedang menjalani terapi analgesik kronik, +1 punya gangguan kognitif, 1 tidak 

 bisa memahami A3S, 51 hamil, C1 dengan kondisi komorbid, misalnya4 hipertensi,

$GB, infark miokard selama 5 bulan yang lalu, dan :1 blokade jantung. (rinsip

etik yang digunakan berdasarkan deklarasi Gelsinki. Delapan pasien termasuk 

kriteri eksklusi dan dieliminasi sebagai sampel.

Ane%te%i &'e d!n int'! o&e'!ti

(emeriksaan anestesi lengkap telah dilakukan dan diberikan tablet

alpraolam 6.2 mg sebagai premesikasi pada malam sebelumnya dan pagi

sebelum operasi. (asien juga dibiasakan dengan A3S, dan diinstrukaikan untuk 

 puasa selama : jam sebelum operasi. (asien dipantau dengan elektrokardiografi,

 pulse oximetry, dan A#F( dan tanda vital dasar juga direkam. $airan intravena

yaitu 3? /ml=kg, dimulai dengan infus 2ml=kg=jam dan disesuaikan selama

operasi.

$!ndomi%!%i

Page 12: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 12/35

12

(asien dibagi menjadi 0 grup sama banyak dengan menggunakan star trek 

random number generator. Dexmedetomidine diberikan dalam dosis /66 ug=ml

dengan +6 unit insulin syringe *2. ug=unit1 dan /, 2 dan + unit kemudian

ditambahkan dengan syringe yang sama yang mengandung 6.@ hiperbarik 0 m?

 pada grup FD 2., FD dan FD /6. 7otal volume adalah 0. ml pada semua grup

dengan menambahkan 6.H@ saline. !bat trial ini kemudian dikemas dalam

syringe yang tidak dilabeli. Dokter anestesi kemudian melakukan injeksi

intratekal terhadap pasien dan mengumpulkan data yang didapat. #njeksi #7

diberikan dalam posisi duduk pada ?0 dan ?+ di ruang intervertebral dengan

 jarum Iuincke 2C gauge. (asien kemudian diposisikan supinasi secepatnya

setelah injeksi.

Page 13: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 13/35

13

Monito'in* int'! d!n &o%t o&.

Denyut jantung, A#F( dan Sp!2 dipantau dengan datex-!hmeda $ardiocap

secara terus menerus dan direkam saat menit pertama, kemudian setiap lima menit

 pada / menit pertama, dan kemudian tiap / menit hingga operasi berakhir.

Gipotensi didefinisikan sebagai turunnya tekanna darah sistolik dibaah H6mmGg

dan ditatalaksana dengan #> 3? dan injeksi mephenteramin 5 mg, dan diulang

sesuai kebutuhan. Fradikardia didefinisikan sebagai denyut jantung yang kurang

dari x=menit dan di tatalaksana dengan injeksi atropin 6,5 mg #>. Gasil monitor 

S'F tampak pada tabel berikut *tabel /1. Flokade sensoris ditandai dengan

hilangnya sensasi tes nyeri tajam pada kulit dengan jarum 2 E hypodermic pada

linea mid-clavicularis yang diperiksa setiap menit hingga stabilitas sensori

tertinggi tercapai. Setelah itu, tes nyeri tajam pada kulit dilakukan setiap / menit

hingga mencapai aktu 7SS3 *2 segment sensory regression1. Flokade motorik 

dilihat berdasarkan skor Fromage. 7ingkatan nyeri dinilai dengan menggunakan

skala AS3 setiap jam pada /2 jam pertama dan 2+ jam setelah post-op. 7ramadol

/. mg=kg digunakan sebagai anelgesik bantuan ketika skala A3S mencapai lebih

dari +. Semua bantuan analgesik dicatat selama proses ini. ;aktu tersebut, sejak 

 pertama kali operasi dilakukan dihitung dalam satuan menit. 7ingkat sedasi

diakses berdasarkan grading berikut4 /4 sadar penuh, 24 tersedasi, namun masih

 bisa merespon perintah verbal, 04 tersedasi tapi hanya responsif terhadap stimulasi

fisik, +4 tersedasi dan tidak merespon. Setelah operasi dilakukan, skor Fromage

dan sensitivitas sensorik terus dinilai setiap lima belas menit hingga skor Fromage

sendiri mencapai nol dan obat mencapai aktu 7SS3. G3, A#F(, dan A3S juga

Page 14: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 14/35

14

terus dinilai selama 2+ jam. Semua gejala komplikasi peri-operatif, termasuk4

 bradikardi, hipotensi, mual-muntah, menggigil, retensi urin juga terus dipantau.

ANALISIS STATISTIK 

7otal sampel dikalkulasi sebagaimana percobaan sebelumnya.

)enggunakan E0 poer, nilai a dua arah *6,61 dan $# H@, ditemukan baha

55 pasien *22 pasien per grup1, dapat dideteksi perbedaan reaksinya terhadap

analgetik ini. (eneliti merekrut H6 pasien untuk percobaan ini. 'nalisis statistik 

menggunakan S(SS /C pada indos. >ariabel terikat ditampilkan dalam nilai

rata-ratanya L SD atau median *range1 untuk data yang berdistribusi tidak normal.

>ariabel kategorik ditampilkan dalam bentuk persentase dan frekuensi. Distribusi

normal pada variabel terikat dibagi 0 kelompok dan dibandingkan dengan

menggunakan 'A!>'. Distribusi tidak normal pada variabel terikat diuji dengan

test Kruskall-;allis, dan analisis lebih jauh dilakukan dengan menggunakan

)ann-;hitney. Data kategori nominal antara masing-masing kelompok 

dibandingkan dengan menggunakan $hi SMuare atau %ji Bischer. %ntuk 

keseluruhan tes statistik, nilai ( N 6,6 dan 6,66/ berarti signifikan.

HASIL PENELITIAN

7otal H6 sampel konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi dibagi

 berdasarkan demografi, dan karakteristik medis dibandingkan diantara kelompok-

kelompok tersebut.

K!'!#te'i%ti# )o#!de %en%o'i

!nset dari blok sensoris sangat signifikan pada kelompok FD /6

dibandingkan dengan kelompok FD , *p 6,601, dan FD /6 ddibandingkan

dengan FD 2, hasilnya adalah signifikan *p6,6/61. Aamun, tidak ada perbedaan

signifikan pada kelompok FD 2, dan FD *p 6,:H1. 7ingkatan blokade sensoris

kemudian dibandingkan pada setiap grup *tabel 01. 'da perbedaan yang sangat

signifikan antara 7SS3 FD /6 dibandingkan dengan FD *p6,66/1 dan

kelompok FD /6 dibandingkan dengan FD 2, *p 6,66/1. Dan perbedaan

signifikan antara FD dan FD 2, *p6,66/1.

K!'!#te'i%ti# Bo# moto'i# 

Page 15: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 15/35

15

(ada onset blokade motorik terdapat nilai yang signifikan antara kelompok 

FD /6 dan FD 2, *p 6,621, namun tidak ada perbedaan signifikan antara

kelompok FD /6 dibandingkan dengan FD *p6,2CC1 dan kelompok FD

dibandingkan dengan kelompok FD 2, *p6,+1. Kelompok FD /6 memiliki

 perbedaan signifikan pada durasi blokade motorik yang lebih panjang dariapa

kelompok FD dan FD 2, *pN6,66/1. Durasi dari blokade motorik pada grup

FD jauh lebih panjang dibandingkan denga FD 2, *p N 6,66/1 *7abel 01.

K!'!#te'i%ti# An!*e%i# 

Durasi dari analgesik berbeda secara signifikan pada kelompok FD /6

dengan kelompok FD dan FD 2, *p N6,66/1. Kelompok FD juga memiliki

durasi analgetik yang panjang secara signifikan dengan kelompok FD 2,

*pN6,66/1 *7abel 01. (erbedaan yang sangat signifikan ditemukan pada durasi dari

 perbedaan analgesi antara kelompok FD /6 dibandingkan FD dan FD 2, *pN

6,66/1 dan kelompok FD dibandingkan dengan FD 2, *p 6,66H1. Kelompok 

Page 16: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 16/35

16

FD /6 membutuhkan analgesik tambahan yang lebih sedikit pada 2+ jam post op

dibandingkan dengan kelompok FD *p 6,6001 dan FD 2, *pN6,66/1 tidak ada

 perbedaan signifikan pada kebutuhan analgesik tamabahan antara kelompok FD

dan FD 2, *p6,0+H1 *tabel 01.

Hemodin!mi# &e'io&e'!ti 

Eambar 2 dan 0 mendeskripsikan rata-rata denyut jantung dan tekanan

darah. 'ngka kejadian bradikardi, dan hipotensi pada kelompok-kelompok berikut

adalah 4 FD /6J FD J FD 2,. Fagaimanapun ketika dibadingkan secara

statistik, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan.

Page 17: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 17/35

17

K!'!#te'i%ti# Ee# %!m&in*

7abel + menunjukkan angka kejadian komplikasi perioperatif. )ual muntah,

retensi urin, dan menggigil kemudian dibandingkan pada tiap kelompok. (ada

kelompok FD /6, memiliki angka kejadian sedasi yang lebih tinggi dengan skor 

2 yaitu tersedasi secara verbal, namun tidak ada pasien yang dapat bertahan pada

level sedasi yang lebih tinggi. 'ngka kejadian sedasi juga dapat dibandingkan

 pada kelompok FD dan 2, ug *p6,//21.

PEMBAHASAN

(enelitian ini membandingkan 0 dosis *2, ug, ug, dan /6 ug1 berbeda

dengan penelitian lainnya yang hanya membandingkan dua dosis dari #7D.

)enurut peneliti ini adalah percobaan pertama yang membandingkan 0 dosis dari

#7D. (ercobaan ini menunjukkan baha 7SS37, durasi dari blok motorik dan

analgesi meningkat secara signifikan dengan peningkatan #7D melihat perbedaan

hemodinamik dan karakteristik efek samping. Fagaimanapun, peningkatan yang

lebih besar pada durasi analgetik dibaningkan denga peningkatan durasi blokade

motoris memiliki nilai yang sama untuk meningkatkan signifikansi dari durasi D'

*p N6,66/1 *gambar +1.

Page 18: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 18/35

18

)eningkatkan dosis #7D dari 2. ke /6 ug berakiat meningkatnya durasi

 blokade motorik, analgesik dan D', yaitu peningkatan +/,2:@ *2:, vs 05

menit1, 5C,2:@ *065, /C vs 5/2 menit1, dan 26:,0C@ *+C,5C vs /+C menit1.

(emanjangan dosis D' berhubungan dengan minimnya nyeri paska operasi

*penundaan penyembuhan luka, depresi fungsi imun, peraatan rumah sakit yang

lbeih lama, resiko dari neuro-sensitivasi dan dengan demikian, nyeri kronik1,

sebagaimana blok motoris yang memanjang *mengurangi mobilisasi D>7 dan

emboli paru dan lain-lain. Gal ini menunjukkan perbedaan durasi operasi yang

terjadi antar grup selama percobaan *p 6,HC1. Oektas et al *01, masing-masing

membandingkan 2 ug vs + ug, ug vs /6 ug, dan /6 ug vs / ug pada #7D juga

menunjukkan peningkatan bergantung dosis pada blokade sensorik, motorik dan

analgesik.

Page 19: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 19/35

19

#7D memperlihatkan efek antinosisepsinya melalui dua mekanisme yaitu

menghambat pelepasan neurotransmitter dengan cara menduduki reseptor a2' dan

memberikan efek hiperpolarisasi pada neuron postsinaptic. (erpanjangan efek 

 blokade motorik kemungkinan diakibatkan oleh efek inhibisi a2 agonist nya pada

saraf motorik di cornu dorsalis medula spinalis. Fagaimanapun juga, sensitivitas

dexmedetemidine dipengaruhi oleh berbagai tipe serabut saraf yang

dipengaruhinya. )isalnya, pada saraf tipe "D6 dibutuhkan dosis maksimum 2.

ug sementara pada saraf sensorik tipe $ dan saraf motorik ' dan F membutuhkan

dosis maksimum melebihi /6 ug. Gal ini menunjukkan baha, range atau rentang

dosis yang digunakan untuk #7D adalah 2. ug hingga /6 ug pada penelitian ini.

)eskipun dosis yang lebih tinggi dari / mg #7D telah digunakan oleh "id

et al * 1 P temuan peningkatan yang signifikan dari skor sedasi serta durasi

operasi di percobaan ini membuat penelitian akan dosis yang lebih besar beresiko

tinggi. Fahkan , "id et al * 1 telah menyarankan potensinya digunakan dalam

operasi kompleks panjang sebagai alternatif anestesi epidural atau umum P yang

yang berada di luar spektrum inklusi . #7D telah terbukti efektif di nociceptive ,

visceral , serta neuropatik nyeri , neurologis dan keamanannya telah terbukti

hinggasatu dekade terakhir perkembangan anestesi. faktanya dexmedetomidine

telah ditunjukkan untuk memiliki "fek neuroprotektif dalam sejumlah studi

hean. Ailai tengah onset blokade sensorik dapat dibandingkan antara kelompok-

kelompok FD2. dan FD *+ menit1, namun itu secara signifikan lebih aal

dalam kelompok FD/6 *0 menit1.

7emuan ini sesuai dengan Galder et al, yang menggunakan definisi yang

sama dari onset blokade sensorik seperti pada penelitian ini dan menemukan

 perbedaan signifikan sebelumnya dengan /6 ug dibandingkan dengan mg.

Oektas et al, juga membandingkan 2 dan + mg dari #7D dan mendapatan hasil

 peningkatan tergantung dosis yang signifikan dalam jumlah segmen sensorik yang

diblokir. (uncak tertinggi tingkat blok sensorik yang ditemukan dalam percobaan

ini adalah 7+. 7emuan ini didukung oleh pengamatan serupa yang dilaporkan oleh

Galder et al. Sifat dose-dependent ini memberikan keuntungan dalam

mengestimasi potensi efek samping kardiorespirasi diabnding yang terjadi pada

Page 20: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 20/35

20

 bius high spinal. Demikian pula penurunan tergantung dosis pada blokade

motorik. (ada penelitian ini diamati perningkatan dosis #7D namun, hasilnya

hanya signifikans untuk kelompok FD/6 vs FD2. dan tidak untuk kelompok 

FD/6 vs FD atau FD vs FD2..

Sejumlah penelitian lain juga telah melaporkan tidak ada perbedaan yang

signifikan dalam blokade sensorik atau motorik dengan penambahan #7D atau

adjuvant lainnya untuk bupivacaine hiperbarik. #nkonsistensi dalam onset dan

durasi dengan dosis yang sama dari dexmedetomidine tampak pula pada sejumlah

variabel seperti profil demografis, definisi aktu onset *7: vs 7/61, volume #7

injectate , volume pengencer digunakan dengan *6,/ m? vs 6, m?1 sehingga

mempengaruhi konsentrasi dan densitas bupivakain, posisi *duduk vs lateral1,

serta sensitivitas nyeri individu.

Salah satu tujuan utama dengan penambahan #7D pada anestesi spinal

 bupivacaine adalah pengurangan dari kebutuhan analgetik postoperative *0-,C1

dari penelitian ini juga didapatkan baha dose-dependant menurun secara

signifikan *p6,66/1 pada 2+ jam pemberian tramadol yang biberikan melalui

#7D. :0,0@ dan 6@ dari kelompok FD2, FD dan FD/6 membutuhkan lebih

dari 2 obat analgesi pada 2+ jam pertama postoperative, namun, hasil hanya

 bermakna secara signifikan pada kelompok FD/6 vs FD * p6,6201 FD/6 vs

FD2, *p 6,6601

%mumnya efek samping yang terjadi yaitu ketidakstabilan hemodinamik 

seperti bradikardia dan hipotensi berkaitan signinfikan dengan a 2 agonis.

Kebanyakan peneliti lainnya tidak menjelaskan peningkatan signifikan pada

angka kejadian dari efek samping hemodinamik yang berhubungan dengan

 penggunaan dosis #7D yang berbeda *+,5,:,/+1 (ada penelitian ini ditemukan

dose-dependent tidak berhubungan secara signifikan terhadap peningkatan angka

kejadian bradikardia *0.06@, /0.06@, and 26@1 dan hipotensi */0.06@, 20.06@,

and 06@1 pada masing-masing kelompok FD 2, FD FD/6. Simpatolisis

maksimal dihasilkan oleh volume dan dosis bupivacaian yang lebih besar, pada

 penelitian ini dicoba penambahan simpatolisis mkenggunakan dexmetedomidin.

7emuan ini didukung dengan temuan penelitian lainnya. "fek samping lain yang

Page 21: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 21/35

21

terjadai seperti mualmuntah, menggigil dan retensi urin dikelompokan masing-

masing. Oektas dan Galder juga menemukan baha dosis independen memeiliki

efek samping yang sama.

'ngka kejadian sedasi yang diamati pada /6 ug dibandingkan dengan 2, ug

dan ug #7S meningkat secara signifikan * pN6,66/1. Skor sedasi tertinggi 2

didapatkan sebanyak 6@, /0,0@ dan +6@ pada masing-masing kelompok FD2,,

FD , dan FD /6. Fagaimanapun juga pasien mudah untuk berkomunikasi

secara verbal dan spo2 J H@ pada udara kamar. Baktanya pada sedasi sedaasi

ringan dapaat berguna pada periode postoperative yang sedang berlangsung.

7ujuan pembatasan dari penelitian ini karena ketiadaan kelompok control.

Kelompok control yang dieksklusi karena tujuan utama dari penelitian ini untuk 

menjelaskan perubahan pada variasi karakteristik S'F terhadapa peningkatan

dosis #7D. (enelitian ini juga, dapata menjelaskan efek dari penambahan #7D

 pada karakteristik S'F. (embatasan kedua dalam penelitian ini adalaha pada

durasi pendek dari follo up post operasi. "fek #7D pada postoperative adalah

nyeri kronik seperti nyeri post herniorraphy yang diketahui secara umum. Studi ke

depannya dengan periode yang lebih lama follo up yang baik dapat membuat

 perbedaan terhadap angka nyeri kronik post op dengan dengan tambahan dan

 perbedaan dosis #7D.

2.8 DEXMEDETOMIDINE SEBAGAI OBAT SEDASI

“Ee# d!'i do%i% dexmedetomidine ,!n* )e')ed!9)ed! te'"!d!& den,(t

 -!nt(n* d!n te#!n!n d!'!" &!d! &!%ien9&!%ien den*!n &e'!:!t!n inten%i+

Sedatif yang ideal pada pasien-pasien yang berada pada #$% harus memiliki

 persyaratan seperti4 Kerja yang cepat, mudah mengontrol kedalaman sedasinya,

memiliki pengaruh yang minimal terhadap fungsi respiratorik, tidak ada metabolit

yang terakumulasi, tidak ada bukti interaksi yang jelas dengan obat-obatan lain

Page 22: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 22/35

22

dan jalur-jalur metabolisme dalam tubuh, eliminasi obat dapat terjadi tanpa

 bertumpu pada hati, ginjal atau pernafasan, murah, dan memiliki efek samping

minimal/. (ada masa sekarang, tidak ada obat-obatan yang dapat menunjukkan

seluruh efek-efek di atas, dan golongan obat benodiaepine, opiod agonis,

 propofol, dan &2-epinefrin agonis paling banyak digunakan di #$%. )eskipun

demikian, telah didemonstrasikan baha midaolam dosis tinggi dan injeksi cepat

dapat membuat depresi dari fungsi pernafasan dan menurunkan tekanan darah,

terutama pada manula, pasien dengan hipovolemia atau pasien dengan gagal

 pernafasan2. ?ebih lanjut, pemberian pofopol dosis tinggi dalam aktu lama dapat

menimbulkan  profopol infusion syndrome, yang menimbulkan asidosis laktat,

hiperlipemia, inflitrasi dari lemak hati, rhabdomyolisis dan kematian0. !leh

karena itu diperlukan agen sedasi yang lain untuk pasien-pasien di #$%.

Dexmedetomidine *D"Q1 merupakan &2-adrenoseptor agonis selektif yang

memiliki efek sedasi, analgetik, anti ansietas, dan inhibisi dari saraf simpatis.

(asien yang diberikan D"Q dapat dibangunkan dengan mudah tanpa

menimbulkan respiratory arrest . Karena itu, D"Q dianggap sebagai agen sedasi

dan analgetik ideal digunakan pada pasien-pasien di #$%+,. D"Q merupakan

dekstro-isomer dari medetomidine yang mengeluarkan efek sedasi dan analgetik.

Sebagai tambahan D"Q juga menghasilkan efek neuroprotektif 5  dengan cara

mengagitasi reseptor &2 yang dimediasi oleh reseptor tirosin kinase. ?"bih lanjut,

D"Q memulai pelepasan beraneka  growth factor   yang dengan mengagitasi

astrosit untuk berpartisipasi pada proteksi sel saraf C. D"Q mampu untuk 

mengaktifkan enim-enim bertahan hidup dengan mengaktivasi dari

&2adrenoseptor yang menghasilkan efek kardioprotektif dengan cara mengontrol

 jalur protein kinase, protein kinase F, dan sintesis nitrit oksida pada endotel secara

extraseluler :.

Sekarang ini, kecepatan infus dari D"Q pada pasien dengan bantuan

ventilator berada pada rentang 6,2-6,CRg=Kg=jam. (enelitian sebelumnya

menunjukkan baha D"Q aman digunakan pada pasien sehat pada dosis /6-/

dari dosis normal, tanpa menghasilkan efek yang kentara atau penurunan tekanan

darah dan nadiH-//

. )eskipun demikian, sebuah penelitian sebelumnya

Page 23: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 23/35

23

mengindikasikan terdapat penurunan tekanan darah dan nadi pada pasien kritis,

yang mengharuskan penghentian pemakaian obat/2.

7elah dilakukan pengamatan dimana pasien-pasien tertentu mendapatkan

D"Q dengan dosis aal yang direkomendasikan */,6Rg=Kg=/6menit1 ditambah

dosis pemeliharaan *6,2-6,CRg=Kg=jam1 mengalami hipotensi dan bradikardi/0.

(ada pasien-pasien tertentu, pemberian D"Q harus dihentikan, bahkan pada

kasus-kasus berbahaya. !bservasi-observasi ini konsisten dengan efek-efek 

merugikan dari D"Q secara umum, seperti hipotensi, nausea, bradikardi, dan

mulut kering/+. )eskipun demikian, pasien-pasien kritis di #$% memiliki

 patofisiologi berbeda dengan pasien-pasien bedah elektif, dimana mereka sering

kali mengalami kerusakan multi organ yang melibatkan jantung, hati, dan ginjal/.

!leh karena itu, proses metabolic D"Q pada pasien-pasien #$% juga berbeda.

7ujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis optimum dari D"Q

untuk pasien-pasien #$% dengan mengobservasi dan membandingkan efek sedasi

dari dosis D"Q yang berbeda, untuk mencoba menyediakan referensi

eksperimental mengebai dosis D"Q yang aman dan efektif.

SAMPEL DAN METODE PENELITIAN

D!t! (m(m &!%ien. (enelitian ini menggunakan total :2 pasien yang

 berada di #$% dari  First People’s ospital !ffiliated to "hanghai #iao Tong 

$niversity %"hanghai& 'hina( dan membutuhkan sedasi antara januari-maret 26/+.

(asien diekslusi jika memiliki tekanan darah J266mmGg dan G3 N56x=menit,

atau jika mereka mengalami syok sirkulatori. 7otal 2+ pasien diekslusi. Sisa :

 pasien secara acak dikelompokkan menjadi 0 grupP Erup ', grup dengan dosis

tinggi */,6Rg=Kg=/6menitP n/:1P Erup F, grup dengan dosis sedang

*6,Rg=Kg=/6menitP n2+1P Erup $, grup dengan dosis rutin normal

*6,+Rg=Kg=jamP n/51. (asien-pasien ini diberikan D"Q melalui intravena dengan

#nfus  pump  selama /6menit dan setelah itu diberikan dosis yang sama yakni

6,+Rg=Kg=jam1 *gambar /1.

Page 24: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 24/35

24

Eambar /.(engacakan pasien menjadi 0 kelompok 

Bigure 2. $omparison of sedative scores beteen the three groups. Eroup ',

/.6 Rg=kg=/6 minP group F, 6. Rg=kg=/6 minP and group $, 6.+ Rg=kg=h.

Big u re 0. $ompa r ison of G 3 b et e en t he t h re e g roups. E roup ',

Page 25: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 25/35

25

/.6 Rg=kg=/6 minP group F, 6. Rg=kg=/6 minP and group $, 6.+ Rg=kg=h.

(N6.6 vs. group $. G3, heart rate.

(enelitian ini memenuhi deklarasi Gelsinki. (rotokol pengumpulan data

disetujui oleh Dean pemeriksa dari Birst (eoples Gospital. Seluruh partisipan

diberikan informed consent  memberikan akses ke data rekam medis mereka.

Pem)e'i!n O)!t. D"Q *2mlP Sichuan Euorui (harmaceutical $o., ?td.,

Sichuan, $hina1 pertama kali diencerkan dalam 6,H@ Aa$l sehingga mendapat

volume larutan +ml. (asien-pasien dalam 0 kelompok di atas diberikan D"Q

sesuai dosis melalui infusion pump  selama /6 menit, dan kemudian diberikan

dosis yang sama yakni 6,+Rg=Kg=jam untuk menjaga keadaan sedasi yang ideal.

(ropofol *Bresenius Kabi Deutschland EmbG, ?angenhagen, Eermany1 atau

midaolam *Tiangsu "nhua Gerun )edicine $o., ?td., Quhou, $hina1

ditambahkan untuk mendapat kedalaman sedasi yang diinginkan. Tika sedasi

adekuat tidak didapatkan menggunakan D"Q, fentanyl *Oichang 3enfu

(harmaceutical $o., ?td., Oichang, $hina1 dosis tunggal diberikan /-+Rg=Kg. #>

infusion pump dihentikan saat G3 N6x=menit atau terjadi penurunan G3 J06@

dan tekanan darah sistolik NH6 mmGg.

Page 26: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 26/35

26

7abel /. Data umum responden penelitian

P!'!mete' &eni!i!n. Skor 3amsay, G3, tekanan darah sistol, tekanan

darah diastol, frekuensi nafas *331, saturasi oksigen kapiler perifer *Sp!21 dicatat

 pada saat memasukkan obat melalui infusion  pump *menit ke-61 dan saat menit

ke- 2,+,5,:,/6,56,/26,/:6, dan 2+6. Darah rutin, elektrolit, fungsi hati dan ginjal,

dan analisa gas darah diambil saat #> pump infusion. Skor 3amsay dinilai oleh

dokter menurut Skala Skor 3amsay. G3 dan SF( diambil melalui monitor 

elektrokardiogram )(6 *(hilips Gealthcare, D' Fest, 7he Aetherlands1. Darah

rutin, elektrolit dan analisa gas darah diambil menggunakan  Beckman Power 

 Processor "ample)andling "ystem  *Feckman $oulter #nc., Frea $', %S'1.

'('$G" *'cute (hysiology and $hronic Gealth "valuation ##1 juga dihitung.

Page 27: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 27/35

27

An!i%! St!ti%ti# . 'nalisis data menggunakan S(SS versi /5.6 *S(SS #nc.,

$hicago, %S'1. Gasilnya ditampilkan sebagai nilai rata-rata U standar deviasi.

7est Shapiro-;ilk dikombinasikan dengan histogram untuk melihat data

 berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal dianalisis menggunakan

analisis varian, dan data tidak berdistribusi normal dibandingkan menggunakan

analisis nonparametrik )ann-;hitney %. Data kategorik dites menggunakan

analisis V 2. (N6,6 mengindikasikan baha data memiliki perbedaan bermakna

secara statistik.

Bigure +. SF( values in the three groups at various time-points after #> pump infusion of D"Q.

$ comparison beteen group ' and $, (N6.6. F$ com- parison beteen group ' and group

F$, (N6.6. Eroup ', /.6 Rg=kg=/6 min D"QP group F, 6. Rg=kg=/6 min D"QP and group $,

6.+ Rg=kg=h D"QP SF(, systolic blood pressureP D"Q, dexmedetomidine.

Bigure . DF( values in the three groups at various time-points after #> pump infusion of D"Q.

F$ comparison beteen group ' and group F$, (N6.6.

'$ comparison beteen group F and group '$, (N6.6. F comparison beteen group '

Page 28: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 28/35

28

and F, (N6.6. Eroup ', /.6 Rg=kg=/6 min D"QP group F,

6. Rg=kg=/6 min D"QP and group $, 6.+ Rg=kg=h D"QP DF(, diastolic blood pressureP D"Q,

dexmedetomidine.

Bigure 5. F3 values in the th ree groups at va r ious time-points after 

#> pump infusion of D"Q. Eroup ', /.6 Rg=kg=/6 min D"QP group F,

6. Rg=kg=/6 min D"QP and group $, 6.+ Rg=kg=h D"QP F3, breathing rateP D"Q,

dexmedetomidine.

Bigure C. Sp!2 values in the three groups at various time-points after#>

 pump infusion of D"Q. Eroup ', /.6 Rg=kg=/6 min D"QP group F,6.

Rg=kg=/6 min D"QP and group $, 6.+ Rg=kg=h D"QP Sp!2, peripheral capillary

oxygen saturationP D"Q, dexmedetomidine.

Page 29: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 29/35

29

Bigure :. $oncomitant use of medications in the three groups. Eroup ',/.6 Rg=kg=/6 min D"QP group F, 6. Rg=kg=/6 min D"QP and group $,

6.+ Rg=kg=h D"QP D"Q, dexmedetomidine.

HASIL PENELITIAN

Pe')!ndin*!n d!t! (m(m. Karakteristik umum pasien pada ketiga

kelompok dapat dilihat pada tabel /. 7idak terdapat perbedaan signifikan yang

dapat diamati pada skor '('$G" ##, jenis kelamin, umur dan diagnosis primer 

diantara ketiga kelompok *(J6,61.

Tin*#!t #e)e'"!%i!n %ed!%i. (asien-pasien dalam ketiga kelompok 

mendapatkan kedalaman sedasi yang ideal pada / jam setelah diberikan D"Q,

dengan skor ramsay 0-+ *(J6,61. Kelompok ' dan F mendapatkan kondisi sedasi

 pada 5 menit, dimana lebih cepat dibanding kelompok $ *(N6,6, gambar 21.

(erbedaan pada G3, SF(, dan DF( pada saat diberikan D"Q. 7erdapat

 penurunan tendensi yang didapatkan pada aspek-aspek tersebut selama pemberian

dosis aal dari D"Q dari ketiga kelompok *gambar 0-1. (enurunan dari G3 

terutama terjadi pada kelompok ' dan F dibanding dengan kelompok $ pada

menit ke-: dan menit ke-56 setelah diberikan D"Q *(N6,61, serta tidak 

ditemukan perbedaan bermakna pada G3 antara kelompok ' dan F *(J6,6

gambar 01. (ada delapan menit setelah pemberian D"Q, bukti penurunan SF(

terlihat paling tinggi pada kelompok ' dibandingkan dengan kelompok $

*(N6,6, gambar +1. Sebagai tambahan, setelah sepuluh menit pemberian D"Q,

Page 30: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 30/35

30

 penurunan SF( terlihat lebih signifikan pada kelompok ' dibanding kelompok F

dan $ *(N6,61.

)eskipun demikian, tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik 

yang ditemui pada penurunan SF( diantara ketiga kelompok tersebut saat

memasuki dosis pemeliharaan *(J6,61. (enurunan DF( secara signifikan terjadi

 pada kelompok ' dibanding kelompok F dan $ pada menit ke-: dan 56 setelah

 pemberian D"Q *(N6,6, gambar 1. DF( pada kelompok F mengalami

 peningkatan dibanding dengan kelompok ' dan $ pada menit ke /26 *(N6,61

dimana penurunan lebih siginifikan terjadi pada kelompok ' pada menit ke-2+6

dibanding kelompok F *(N6,61.

Pe')ed!!n &!d! B$ d!n S&O2 &!d! &em)e'i!n DEX. 7idak ditemukan

indikasi dari henti nafas pada pemberian D"Q di tiga kelompok, juga tidak 

ditemukan perbedaan signifikan pada F3 dan Sp!2 diantara mereka *(J6,61.

Sebagai tambahan nilai Sp!2 JHC@ pada keseluruhan aktu penilaian pada ketiga

kelompok *gambar 5,C1 yang mengindikasikan tidak adanya efek inhibisi

langsung terhadap pernafasan.

Pen**(n!!n o)!t )e'%!m!!n. 7idak ditemukan perbedaan signifikan

antara ketiga grup saat ditambahkan dengan obat-obatan sedatif yang lain

*(J6,61. 'gen-agen vasokaktif diberikan pada + pasien di kelompok ', 2 pada

kelompok F, dan satu pada kelompok $. Dan perbedaannya tidak secara

siginifikan *(J6,6, tabel #, gambar :1.

Pen*"enti!n o)!t. (emberian D"Q dihentikan pada pasien di kelompok ',

+ di kelompok F dan tidak ada pada kelompok $. (enghentian obat pada

kelompok ' dikarenakan penurunan G3 lebih dari 06@ pada 2 pasien dan

 penurunan SF( NH6mmGg pada 2 lainnya. (enghentian pada kelompok F

dikarenakan dikarenakan penurunan G3 lebih dari 06@ pada satu pasien dan

 penurunan SF( NH6mmGg pada 0 lainnya. Ailai F( dan G3 secara bertahap

kembali ke batas normal seiring dengan penghentian pemakaian obat tanpa

adanya konsekuensi berat diantara mereka.

Page 31: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 31/35

31

Pem)!"!%!n

(asien kritis di #$% sering kali membutuhkan beraneka terapi suportif,

termasuk ventilasi mekanik, memonitor tanda-tanda vital, penanganan pasien

kritis, dan iluminasi konstan agar menjaga pasien tetap dalam keadaan tidur dalam

 jangka aktu lama/C,/:. !leh karena itu, penanganan terapi sedatif sering

dibutuhkan oleh pasien #$%, seperti yang dibutuhkan pasien setelah melakukan

operasi dan pasien dengan cedera multiple berat. )idaolam, propofol, D"Q

merupakan sedatif yang paling sering digunakan di #$%. D"Q merupakan &2-

adrenoseptor agonis yang sangat sensitive yang mengeluarkan efek sedatif dan

anti-anxietas dengan mempengaruhi lokus ceruleus batang otak, yakni area

dengan &2 reseptor paling banyak pada sistem saraf pusat/H-2/. D"Q mengeluarkan

efek analgesik dan menurunkan respon stress, namum D"Q terus menerus

menghambat respirasi dengan mengaktivasi &2  reseptor pada membran presinaps

di tanduk dorsal tulang saraf tulang belakang dan membran postsinaps

interneuron22-20. D"Q dapat menjadi salah satu opsi sebagai medikasi sedasi pada

 pasien #$% karena kemampuannya untuk menurunkan insidensi delirium dan

 presentasi kebutuhan ventilasi menggunakan mesin2+,2.

Gasil dari penelitian ini menunjukkan pemberian D"Q terus menerus

mampu untuk memicu keadaan sedasi ideal *Skor 3amsay 0-+1 pada ketiga

kelompok. 7arget tingkat sedasi dapat dicapai dalam aktu enam menit setelah

 pemberian D"Q pada kelompok ' */,6Rg=Kg=/6menit1 dan kelompok F

*6,Rg=Kg=/6menit1. #ni merupakan hal yang krusial untuk sedasi pada pasien

#$%, Sebagai perbandingan, antara pernafasan spontan atau menggunakan

 pernafasan bantuan dapat muncul bila sedasi tidak dapat timbul secara cepat, yang

dapat mempengaruhi target volume tidal, atau dapat meningkatkan kerusakan

 paru-paru yang sudah ada. !leh karena itu tujuan utama dalam memakai D"Q

adalah untuk membuat pasien dapat masuk ke dalam keadaan sedasi ideal 2+-25.

Sebagai tambahan, (emberian D"Q secara #> terus menerus mampu untuk 

menjaga skor 3amsay berada pada 0-+, dimana pasien berada dapat menstimulasi

fase Wdormant, dimana dapat melemahkan cedera dari kondisi patologis berat

Page 32: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 32/35

32

sambil membuat pasien dapat dibangunkan bila perlu untuk melakukan tindakan

yang menyakinkan dalam menilai kondisi dan fungsi neurologisnya.

(enelitian sebelumnya mendemonstrasikan D"Q memiliki fungsi regulasi

dua arah terhadap sistem kardiovaskular 2C. D"Q menginisiasi &2F-reseptor pada

membran postsinaps pada membran otot polos untuk menghasilkan takikardi dan

hipertensi melalui vasokonstriksi. Kemudian hipotensi diinduksi melalui

vasodilatasi dibaah efek simpatolitik sentral yang diproduksi oleh pemberian

D"Q secara terus menerus. !leh karena itu, D"Q menghasilkan efek yang dapat

diprediksi terhadap hemodinamik 2:. (ada pasien saat ini, G3, SF(, DF(

cenderung berkurang seiring pemberian D"Q, namun seluruh nilai rata-rata dari

ketiga hal tersebut tetap berada dalam nilai normal selama pengamatan pada

seluruh kelompok *G3 J56x=menit, SF( J//mmGg, DF( J56mmGg1.

(emberian D"Q dihentikan pada : pasien pada penelitian ini akibat keadaan

hemodinamik yang tidak stabil. Ailai F( dan G3 pada pasien ini kembali secara

 perlahan seiring penghentian D"Q.

'nalisis dari : pasien ini *+ dengan hipercapnia, 0 dengan anemia dan /

dengan hipercapnia dan anemia1 yang dihentikan pemberian D"Q mengindikasi

 baha hipercapnia dan anemia merupakan faktor resiko tinggi yang berkontribusi

kepada hemodinamik yang tidak stabil. (enyebab utama dari hasil ini antara lainP

/1 pasien ekstraserbasi akut dari $!(D yang merupakan kelompok pasien utama

dari penggunaan ventilasi mekanik akibat tidak sadar dengan hipercapnia.

(enelitian sebelumnya menemukan baha pasien $!(D dapat menginduksi

 pelepasan norepinefrin dari jantung menyebabkan hipertensi dan peningkatan G3.

(ada pasien $!(D dengan hipercapnia dapat mengeksitasi saraf simpatis secara

 persisten alau keadaan gas darah normal06,0/. 21 (ada pasien anemia terjadi

dilatasi pembuluh darah perifer, penurunan F(, peningkatan respon dari sistem

simpatis, peningkatan G3, penurunan dari 3FB, retensi air dan natrium. 01

Subtipe &2'-reseptor berperan penting dalam farmakologi dari D"Q. 3eseptor ini

 berada pada pre- dan postsinaps, berfungsi utama untuk menginhibisi

norepinefrin. D"Q menginhibisi pelepasan norepinefrin dengan berikatan dengan

membran presinaps &2-reseptor yang juga menghambat impuls nyeri. Sebagai

Page 33: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 33/35

33

tambahan D"Q menginhibisi aktivitas simpatetik dengan cara berikatan dengan

&2-reseptor pada membran postsinaps. Saat konsentrasi dari D"Q dalam darah

cukup, maka efek D"Q akan menghilangkan efek simpatis dari $!(D dan

anemia.

Page 34: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 34/35

34

BAB III

KESIMPULAN

Dexmedetomidine, sebagai obat-obatan preanestesia dan infusi intraoperatif,

mengurangi kebutuhan obat anestesi intraoperatif. Dia memiliki efek opioid yang

signifikan dan penghemat keperluan obat anestesi. !bat ini secara signifikan

melemahkan respon simpatoadrenal pada intubasi trakea. Selain itu, pemberian

dexmedetomidine secara kontinu pada intraoperatif tidak mempengaruhi stabilitas

kardiovaskular.(emberian /6 ug #ntrathecalDexmedetomidine bila dibandingkan dengan

dosis yang lebih rendah sebagai terapi adjuvant untuk bupivacaine hiperbarik 

secara signifikan memperpanjang durasi blok sensorik , blok motorik , dan

analgesia . (eningkatan yang tidak proporsional dalam durasi analgetik dan

 blokade motorik sangat signifikan secara klinis maupun statistik dalam

memperpanjang durasi D'. (enambahan /6 ug #7D berkaitan dengan

menurunnya kebutuhan penggunaan analgesik post op pada pasien yang

melakukan operasi abdomen baah dan ekstremitas baah tanpa peningkatan

efek samping yang signfikan.

efek sedasi ideal dapat dicapai dengan dosis peraatan D"Q

*6,+Rg=Kg=Tam1, namun, efek-efek ini diinduksi secara perlahan. %ntuk 

mendapatkan efek yang lebih cepat, kami menyarankan dosis aal yakni

6,Rg=Kg=/6 menit. (ada pasien dengan $!(D dan anemia, dosis aal yang

tinggi perlu dihindari. Kombinasi dari obat-obatan dapat diberikan bila perlu.

Page 35: Dexmedetomidine.doc

8/15/2019 Dexmedetomidine.doc

http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 35/35

35

DA;TA$ PUSTAKA

Faja S.T.S., Faja S.K., Kaur T., et al. Dexmedetomidine and clonidine in

epidural. Indian #ournal of !naesthesia. *1402-0CP 26//.

Eupta )., Eupta (., Singh D.K. "ffect of 0 Different Doses of #ntrathecal

Dexmedetomidine *2.<g, <g, and /6 <g1 on Subarachnoid Flock 

$haracteristics4 ' (rospective 3andomied Double Flind Dose-3esponse

7rial. Pain Physician */H14"+//-"+26P 26/5.

Keniya >.)., ?adi S., Aaphade 3. Dexmedetomidine attenuates sympathoadrenal

response to tracheal intubation and reduces perioperative anaesthetic

reMuirement. Indian #ournal of !naesthesia, *1402-0CP 26//.

)ant T., Tosserand T., and Gamada S. Dexmedetomidine4 ne insights.  *ur # 

 !naesthesiol , *2:140X5P 26//.

Yhang Q., ;ang 3., ?u T., ;ei Tin, et al. "ffects of different doses of 

dexmedetomidine on heart rate and blood pressure in intensive care unit patients.

 *xperimental and Therapeutic +edicine, *//14 056-055P 26/5.