Page 1
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 1/35
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dexmedetomidine merupakan agonis alpha-2 adrenergik yang kuat, lebih
selektif dibanding clonidine, yang aksinya tersebar luas pada otak mamalia,
mencakup sedasi, memiliki efek hemat obat bius, analgesik, dan memiliki efek
simpatolitik. Sejumlah besar pekerjaan terbaru mendukung profil baiknya dalam
memajukan outcome dan fungsi otak jangka panjang pada pasien kritis.
Dexmedetomidine juga dapat menjadi adjuvan yang bermanfaat ketikamenggunakan anastesi regional.
Ketertarikan akan peranan agonis alpha-2-adrenoreseptor pada bidang
anestesia dan peraatan intensif semakin berkembang. !bat-obatan ini
menunjukkan efek yang cakupannya luas meliputi sedasi, efek hemat obat
anestesi, analgesia, dan memiliki efek simpatolitik. Di "ropa, clonidine adalah
obat yang paling populer pada kategori ini dan telah digunakan dalam bermacam
kebutuhan seperti sedasi di #$%, memfasilitasi regional anestesia, dan mengontrol
sindrom ithdraal opioid dan alkohol. $lonidine bersifat long acting dan
penggunaannya sering berhubungan dengan kejadian rebound hyptertension yang
seiring dengan putusnya penggunaan obat. Dexmedetomidine lebih manjur dan
merupakan agonis alpha-2 adrenergik yang lebih selektif dibanding clonidine,
dengan pola yang secara garis besar memiliki fungsi yang sama pada otak
mamalia. Sejumlah besar pekerjaan terbaru mendukung profil baiknya dalam
bidang anestesia dan peraatan intensif. "fek seluler yang dimediasi oleh
pengisyaratan jalur yang berbeda dari jalur &2-adrenoseptor telah dilaporkan, baik
secara in vitro dan in vivo. 'da pengertian yang berkembang menyatakan efek
protektif pada otak ini bisa sangat penting secara klinis, seperti dexmedetomidine
menurunkan lamanya masa delirium atau koma pada pasien dengan ventilasi
mekanik di #$%. (ada pasien-pasien ini, hal ini tidak menekan gerakan ventilasi
secara signifikan dan bisa menyebabkan tidur fisiologis yang lebih baik
dibandingkan sedatif lainnya. Selain itu, data aal menganjurkan baha
dexmedetomidine dapat mengurangi mortalitas pada sepsis melalui pemberian
Page 2
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 2/35
2
imunosupresan. Dexmedetomidine akhir-akhir ini merupakan sesuatu yang
penting dalam bidang anastesia bagi keperluan operasi, endoskopi, dan prosedur
imaging. )eskipun agonis &2-adrenoseptor mengurangi insidensi cardiac event
posoperatif pada pasien yang menjalani operasi bedah vaskular, hipotensi tak
terkontrol dan bradikardi dapat terjadi pada pasien dengan fungsi ventrikel kiri
yang terganggu atau pasien dengan heart block.
(ada referat ini, akan dibahas beberapa penelitian terkini tentang
dexmedetomidine yang memiliki efek pada bidang anestesi dan peraatan
intensif.
Page 3
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 3/35
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEXMEDETOMIDINE SEBAGAI OBAT ANESTESI UMUM
“Dexmedetomidine Meem!"#!n $e%&on Sim&!to!d'en! (nt(# Int()!%i
T'!#e! d!n Men*('!n*i Ke)(t("!n O)!t Ane%te%i! Pe'io&e'!%i+
Dexmedetomidine merupakan agonis &-2 adrenoreseptor yang memiliki
efek simpatolitik, sedatif, hemat obat anestesia dan bersifat menstabilkanhemodinamik tanpa penurunan fungsi respiratori yang signifikan.
PENDAHULUAN
$lonidine, agonis &-2, telah dikenal pada anastesia klinik untuk efek
simpatolitik, sedatif, hemat obat anestesia dan bersifat menstabilkan
hemodinamik. Dexmedetomidine, secara farmakologis d-isomer aktif dari
medetomidine *+,-/-*2,0-dimethylphenyl1-ethyl1 imidaole merupakan agonis
&-2 adrenoreseptor selektif dan sangat spesifik. 3asio selektifitas ikatan &-24&-/
dexmedetomidine adalah /5264/ dibandingkan 2264/ pada clonidine. (ercobaan
pada hean menunjukkan baha terdapat efek anestesia yang menonjol. Sebuah
studi pada manusia menunjukkan clonidine memiliki efek analgesik, sedatif,
simpatolitik, dan juga efek pada kardiovaskular. (ada studi terbaru,
dexmedetomidine secara klnik menunjukkan efek pada keperluan anestesia,
respon hemodinamik yang ditimbulkan anastesi, dan operasi pada pasien. 7elah
diteliti juga baha infusi intraoperatif dexmedetomidine yang dikombinasikan
dengan obat anestesia inhalasi menunjukkan kepuasan pada kondisi intraoperatif
tanpa efek buruk pada hemodinamik serta dapat menurunkan agitasi emergensi
pada anak-anak. Dexmedetomidine semakin banyak digunakan sebagai sedatif
untuk monitored anaesthesia care *)'$1 karena sifat analgesiknya, 8sedasi yang
kooperatif9, dan tidak menimbulkan penurunan fungsi respiratori.
Dexmedetomidine juga dieksplor sebagai obat noninvasif yang melalui rute
intranasal.
Page 4
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 4/35
4
Studi ini dilakukan untuk menilai efikasi dan keamanan dari
dexmedetomidine dalam melemahkan respon simpatoadrenal untuk intubasi
trakeal dan untuk menganalisis pengurangan kebutuhan obat anestesia
intraoperatif.
METODE
Setelah mendapatkan iin dari institusi komite etik, sebuah studi acak dan
terkontrol dirumuskan. (opulasi studi membandingkan 56 pasien dengan 'S' #
dan ##, berusia /:-5 tahun, dijadalkan untuk menjalani operasi elektif dalam
durasi 0 jam atau lebih. (enulisan inform konsen dilakukan pada setiap pasien.
;anita hamil dan menyusui, pasien dengan obesitas yang buruk, heart block , dan
pasien hipertensi pada bloker diekslusi dari studi. (asien dengan diabetes danẞ
penyakit ginjal tidak dimasukkan ke dalam studi. (asien secara acak dibagi
menjadi dua kelompok, setiap kelompok terdiri dari 06 pasien, dengan
menggunakan metode undi. 7idak satupun pasien yang berada pada terapi obat
signifikan secara preoperatif.
(engelompokan pasien adalah sebagai berikut4
Kelompok $ 4 kelompok kontrol4 isoflurane-opioid-anestesi saline.
Kelompok D 4 kelompok dexmedetomidine 4 isoflurane-opioid-anastesi
dexmedetomidine.
Seluruh pasien dipremedikasi dengan injeksi glycopyrrolate 6,2 mg
intramuskular, 26 menit sebelum induksi anestesia. Ketika masuk ke ruang
operasi, frekuensi nadi pasien, tekanan darah, saturasi oksigen *Sp! 21, dan laju
respirasi dicatat selama menit. Kanula intravena yang berukuran besar
dimasukkan untuk pemberian obat dan cairan. Seluruh pasien kelompok D
menerima injeksi dexmedetomidine dengan dosis /<g=kg dalam periode /6 menitsebelum induksi anastesia melalui pompa infusi. Selama infusi, frekuensi nadi,
tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, laju respirasi, saturasi oksigen, dan
skor sedasi dicatat pada interval menit dan pada /6 menit *akhir dari infusi1.
Seluruh pasien di kelompok $ mendapatkan saline melalui pompa infusi.
Semua pasien mendapatkan injeksi ondansetron + mg, injeksi fentanyl /
<g=kg, dan injeksi midaolam / mg intravena *#>1, sebelum induksi anestesia.
?alu, injeksi thipentone yang cukup untuk melumpuhkan refleks bulu mata
Page 5
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 5/35
5
diinjeksi setelah injeksi vecuronium 6,/ mg=kg untuk memudahkan laringoskopi
dan intubasi trakeal.
(aru-paru diventilasi dengan sungkup selama minimal 0 menit
menggunakan /66@ oksigen. ?aringoskopi dilakukan dengan menggunakan
laringoskop )acintosh dan trakea diintubasi menggunakan endotracheal tube
dengan ukuran yang sesuai. 'nestesia dipertahankan dengan A2! dalam !2
*564+61, isoflurane, injeksi fentanyl, dan injeksi vecuronium. #soflurane digunakan
dalam konsentrasi terendah untuk menjaga tekanan darah dan frekuensi nadi tetap
berada dalam 26@ batas nilai preoperatif. Konsentrasi isoflurane inhalasi
disesuaikan pada setiap 6,2@ jika dibutuhkan untuk menjaga parameter
hemodinamik untuk nilai yang dapat diterima. Bentanyl dalam kenaikan 6,+ <g=kg
diberikan ketika konsentrasi inspiratori isoflunare melebihi /@. (ada kedua
kelompok, penambahan adjuvan disediakan pada injeksi natrium diklofenak atau
injeksi propofol intravena setelah injeksi fentanyl melebihi 2 <g=kg. #nfusi
dexmedetomidine dilanjutkan setalah intubasi dengan dosis 6,2-6,C <g=kg=jam
untuk menjaga parameter hemodinamik dalam batas yang masih dapat diterima.
Demikian pula, isoflurance diakhiri saat kulit mulai menutup dan A2! dihentukan
setelah penutupan kulit.
(ada akhir anestesia, blokade neuromuskular dihilangkan dengan injeksi
neostigmine 6,6+ mg=kg dan injeksi glycopyrrolate 6,62 mg=kg intravena. (asien
diekstubasi ketika respirasi sudah sufisien dan pasien mampu untuk melaksanakan
perintah sederhana.
Page 6
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 6/35
6
P!'!mete' ,!n* di&e!-!'i
/. Skor sedasi pada menit dan /6 menit setelah pemberian dosis aal dari
dexmedetomidine pada grup D berdasarkan skor sedasi 3amsay.
2. Brekuensi nadi, tekanan darah sistolik dan diastolik Sp!2 pada menit dan
/6 menit setelah pemberian dexmedetomidine, preinduksi, induksi, 6 menit, /
menit, menit setelah intubasi.
0. Dosis injeksi thiopenthone untuk induksi anestesia.
+. 7otal kebutuhan fentanyl selama prosedur operasi.
. 3ata-rata inspiratori konsentrasi isoflurane dihitung sebagai jumlah dari
produk inspiratori konsentrasi dibagi dengan total aktu anestesia.
5. Kebutuhan adjuvan intraoperatif seperti injeksi natrium diklofenak dan
propofol.
An!i%i% %t!ti%ti#
'nalisis statistik dilakukan menggunakan S(SS *versi /6, 26/61 untuk ;indos
HASIL
Kedua grup sebanding dalam karakteristik pasien 7abel /.
Dexmedetomidine ditoleransi dengan baik dan tidak ada efek merugikan yang
diteliti. Sekitar /6 menit setelah mendapatkan dexmedetomidine, pasien
mengantuk tetapi masih sadar *skor sedasi 21
3ata-rata dosis tidur dari injeksi thiopentone yang diperlukan pada
kelompok $ adalah 5 mg=kg, sementara pada kelompok D adalah +,+ mg=kg
7abel 2. (enurunan kebutuhan dosis adalah 06@ pada kelompok
dexmedetomidine ketika dibandingkan dengan kelompok kontrol *(6,661
3ata-rata konsentrasi inspiratori isoflurane yang diperlukan selama anestesi
adalah 6,:@ pada kelompok $ dan 6,+@ pada kelompok D. (enurunan sebesar
02@ terdapat pada kelompok D dibandingkan dengan kelompok D *(6,661.
Selain itu, kebutuhan injeksi fentanyl adalah /,: <g=kg pada kelompok $
dan /,/ <g=kg pada kelompok D. Kelompok $ memerlukan fentanyl 00@ lebih
banyak dibanding kelompok D *(6,661 7abel 2.
Sebelum pemberian obat yang diteliti di ruang operasi, frekuensi nadi dan
tekanan darah kedua kelompok tidak berbeda.
(ada kelompok D pasien menerima infusi dexmedetomidine, turunnya
frekuensi nadi dan tekanan darah diteliti, tidak lebih dari @ dari batas normal.
(asien disedasi tapi masih sadar dengan skor sedasi 2.
Page 7
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 7/35
7
(ada kedua kelompok, peningkatan frekuensi nadi dan tekanan darah
maksimal terjadi segera setelah intubasi trakea *6 menit1 ketika dibandingkan
dengan nilai normal tekanan darah arteri. (eningkatan frekuensi nadi setelah
intubasi adalah 2/@ pada kelompok $ dan C@ pada kelompok D *(6,661.
Demikian pula, peningkatan tekanan darah sistolik yang signifikan didapatkan
pada kelompok $ yaitu +6@ sedangkan pada kelompok D hanya :@ *(6,661,
sementara peningkatan tekanan darah diastolik adalah 2@ dan //@ pada
kelompok $ dan D, berturut-turut *(6,661 Eambar /.
%ntuk menghindari analgesik yang memiliki efek sedatif seperti injeksi
tramadol, digunakan injeksi natrium diklofenak. Dua puluh empat dari 06 pasien
pada kelompok $ memerlukan injeksi natrium diklofenak C mg #>, sementara C
dari 06 pasien pada kelompok D memerlukan injeksi natrium diklofenak C mg
#>. 7ujuh belas dari 06 pasien pada kelompok $ diberi tambahan injeksi propofol
dalam rata-rata /C mg, sementara tidak satupun pasien kelompok D yang
memerlukan injeksi propofol.
Fradikardi dilihat pada dua pasien di kelompok D secara intraoperatif.
Brekuensi nadi turun menjadi +2 kali=menit, sehingga dianjurkan diberikan injeksi
atropine 6,5 mg #>. 7idak ada penurunan tekanan darah yang diamati pada kedua
kelompok pasien. #njeksi atropine diulangi saat periode postoperatif setelah
ekstubasi pada satu dari dua pasien.
Durasi dari rekoveri pada kedua kelompok hampir sama. Seluruh pasien
mampu menjalankan perintah ketika tiba di ruang recovery.
(ada ruang recovery, tiga pasien pada kelompok D dan dua pasien pada
kelompok $ mengalami nausea. Transient headache didapatkan pada satu pasien
dari kelompok D pada ruang recovery. 7idak ada pasien yang mengingat secara jelas kesadarannya atau komplain atas ketidaknyamanan ketika diintervie
setelah operasi.
DISKUSI
Studi ini dilakukan untuk menguji apakah pemberian dexmedetomidine
pada cara anestesi stabil yang biasa dilakukan meningkatkan stabilitas
hemodinamik pada pasien yang menjalani prosedur bedah mayor. Gal ini juga
akan mengurangi penguapan obat anestesi dan kebutuhan analgesik perioperatif.
Page 8
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 8/35
8
Dexmedetomidine merupakan sebuah agonis &-2 yang sangat selektif dan
memiliki efek sedatif, analgesik, serta menghemat obat anestesi. Gal ini
menyebabkan penurunan dosis yang diperlukan pada tekanan darah arteri dan
frekuensi nadi, berhubungan juga dengan penurunan konsentrasi serum
norepinefrin.
Dexmedetomidine ditoleransi dengan sangat baik, dan tidak ada efek
samping serius atau reaksi merugikan yang terjadi pada studi ini.
Dosis dari thiopentone yang diperlukan untuk induksi menurun secara
signifikan *06@1 pada pasien yang meneruma dexmedetomidine, yang juga
didapatkan oleh 'antaa dkk., menunjukkan efek anestesi dari obat tersebut.Gal ini juga menunjukkan baha dexmedetomidine mampu menjadi
analgesia yang disebabkan oleh fentanyl dan mengurangi kebutuhan dosis pada
manusia selama operasi. Dosis fentanyl pada kelompok kontrol hampir mencapai
dua kali lipat dibanding kelompok dexmedetomidine. Kebutuhan fentanyl
berkurang 00@ pada kelompok dexmedetomidine pada studi ini.
Dexmedetomidine telah dipelajari secara luas sebagai adjuvan anestesi dan
efek hemat obat anestesinya sudah sangat dikenal. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh 'ho dkk. dan 'anta dkk., menunjukkan pengurangan kebutuhan
dosis isoflurance lebih dari H6@. (ada penelitian ini, isoflurance sebagai agen
anestesi utama, kebutuhannya berkurang 02@ pada kelompok D, sesuai dengan
penelitian sebelumnya.
#ntubasi trakeal berhubungan dengan peningkatan tekanan darah arteri,
frekuensi nadi, dan konsentrasi katekolamin plasma. (eningkatan tekanan darah
arteri dan frekuensi nadi yang diperlihatkan pada kelompok kontrol pada
penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. (ada
penelitian ini, pretreatment menggunakan dexmedetomidine / <g=kg dilemahkan,
tetapi tidak secara total ,respon kardiovaskular setelah intubasi trakeal setelah
induksi anestesia. (ada pasien yang menjalani operasi general atau ginekologikal,
sejumlah penelitian menunjukkan baha dexmedetomidine melumpuhkan respon
kardiovaskular pada intubasi dan penelitian ini sesuai dengan hal tersebut. Selain
bermanfaat pada fungsinya sebagai agonis &-2, dexmedetomidine juga dilaporkan
meingkatkan risiko hipotensi dan bradikardi. "fek ini dapat lebih sering terlihat
pada anak yang sehat pada pemberian bolus cepat. (ada penelitian ini, bradikardi
Page 9
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 9/35
9
ditemukan pada dua pasien yang mendapatkan dexmedetomidine, tanpa adanya
penurunan tekanan darah, yang memiliki respon cepat pada atropine #>.
(ada penelitian ini, tiga pasien menjalani karaniotomi tumor supratentorial.
Stabilitas hemodinamik perioperatif sepenuhnya penting pada setiap pembedahan.
(eningkatan atau penurunan tekanan darah dapat menyebabkan perdarahan atau
edema atau merupakan predisposisi iskemik pada pasien. 3espon hemodinamik
pada kegaatdaruratan dari anestesia dan ekstubasi dikurangi efektivitasnya
dengan dexmedetomidine dan efek sentral simpatolitik berlangsung baik pada
periode postoperatif, hal ini sangat bermanfaat pada pasien-pasien tersebut.
7anskanen dkk., pada penelitian mereka menggunakan dexmedetomidine sebagai
obat anestesi adjuvan pada tumor intrakranial, menyimpulkan baha terdapat
peningkatan stabilitas hemodinamik perioperatif pada pasien yang menjalani
operasi tumor otak tanpa penekanan respiratory postoperatif. Selain itu,
dexmedetomidine juga diteliti sebagai suplemen untuk isoflurane pada operasi
vitreoretinal, tanpa menyebabkan fluktuasi hemodinamik yang tak semestinya,
dan menunjukkan penurunan respon eksitatori selama ekstubasi dengan
penurunan yang dapat diterima pada tekanan intraokular.Keterbatasan pada penelitian ini dapat disebabkan karena penggunaan
kriteria yang subjektif untuk menentukan dosis thiopentone, isoflurane, dan
fentanyl pada setiap pasien. "stimasi kedalaman anestesia dengan perubahan yang
dimediasi oleh sistem saraf otonom sulit selama infusi dexmedetomidine ketika
dia meningkatkan stabilitas hemodinamik. )onitoring Intraoperative Bispectral
Index *F#S1 mungkin dapat lebih objektif dalam menentukan kedalaman anestesi
dasn kebutuhan agen obat anestesi. Dan juga, pengukuran interval I7 dan kadar
katekolamin plasma, rata-rata respon hemodinamik yang lebih objektif, tidak
dapat dilakukan karena kesulitan praktis. (engukuran konsentrasi isofluran tidal
akhir dapat menjadi ideal untuk mengindikasikan kedalaman dan untuk
menghitung penurunan kebutuhan antara kedua kelompok dibandingkan dengan
inspired dial konsentrasi. Kebutuhan postoperatif dari analgesik tidak
dipertimbangkan karena hal itu bukan merupakan bagian dari penelitian.
(engukuran aktu rekoveri setelah extubasi dapat memberi gagasan dari rekoveri
pada kedua kelompok.
Page 10
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 10/35
10
(enelitian ini mendapatkan penguatan dari penelitian sebelumnya. 7idak ada
efek buruk pada kardiovaskular pada obat yang diteliti. Fradikardi, merupakan
konsekuensi pemberian agonis &-2, dapat dinetralkan dengan pemberian atropine.
7idak terdapat kedalaman adekuat dari anestesia.
2.2 DEXMEDETOMIDINE SEBAGAI OBAT ANALGETIK
“Ee# d!'i Ti*! Do%i% Be')ed! Dexmedetomidine Int'!te#! /20 *0 *0 13
*4 &!d! K!'!#te'i%ti# Bo5#!de S()!'!#noid6 Se)(!" Peneiti!n $7T
P'o%&e#ti+
'nalgetik pascaoperasi pada operasi abdomen baah, dan extremitas baah
yang semakin berkembang ditandai dengan cepatnya mobilisasi, berkurangnya
resiko D>7, dan kenyamanan pasien yang lebih baik selama perioperatif. !bat
tambahan intratekal dapat memperpanjang durasi anastesi spinal, dengan
demikian dapat mengurangi penggunaan obat-obat analgesik post op. Kerja obat
tambahan juga dapat mengurangi dosis anestesi lokal dan dengan demikian, efek
sampingnya. !bat-obat tambahan ini terdiri dari berbagai kelas dengan berbagai
mekanisme antinociceptive yang berbeda-beda. Dexmedetomidin adalah a2
agonis yang sangat selektif dengan efek analgesik, sedasi, anxiolitik dan
simpatolitik. "fektivitas dexmedetomidine intratekal *#7D1 yang luas hingga
periode post op telah dibuktikan melalui beberapa penelitian. Salah satunya adalah
perbandingan perbedaan dosis #7D*2-/6 ug1 dengan obat-obat tambahan lain
seperti clonidine, fentanyl, midaolam, buprenophrine, etc., dengan hasil yang bervariasi. Aamun, penelitian yang membandingkan perbedaan antara dosis
dexmedetomidine itu sendiri masih sedikit, misalnya membandingkan obat ini
dalam dosis rendahnya *2ug vs +ug1 atau dosis tingginya *ug vs /6ug, atau /6ug
vs / ug1. 7erlebih lagi, tidak satupun penelitian ini menekankan pada hubungan
dosis dengan respon obat dibandingkan dengan analgetik lainnya sebagai
pembanding *D'1, yang dilihat berdasarkan perbedaan offset blokade motorik
hingga kebutuhan analgesik pada skala J+.6. Design penelitian ini adalah
Page 11
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 11/35
11
prospektif 3$7 double blind, dengan tujuan mengetahui perbedaan reaksi
berdasarkan 00 dosis berbeda dexmedetomidin *2., dan /6 ug1 #7D sebagai
tambahan bupivacaine hiperbarik 6.@ dan subaraknoid block *S'F1 pada pasien
yang menjalani operasi elektif abdomen baah dan ekstremitas baah. 7ujuan
utama penelitian ini adalah mengetahui durasi analgesik obat ini, sementara tujuan
lainnya adalah durasi blokade motorik dan efek samping perioperatif. Gipotesis
penelitian ini adalah adanya efek D' yang diperpanjang dengan semakin
ditigkatkannya dosia pemberian #7D.
METODE
K'ite'i! e#%#(%i d!n in#(%i
Setelah menyelesaikan ethical clearance, H6 orang pasien dengan rentang
usia /:-56 tahun, dengan 'S' #=##, yang akan menjalani operasi abdomen baah
dan ekstremiras baah dengan subarachnoid block *S'F1, setuju untuk
bergabung dalam penelitian ini. Krireria eksklusi adalah pasien dengan4 /1
kontraindikasi terhadap S'F, 21 sensitif terhadap obat yang akan diujicoba, 01
sedang menjalani terapi analgesik kronik, +1 punya gangguan kognitif, 1 tidak
bisa memahami A3S, 51 hamil, C1 dengan kondisi komorbid, misalnya4 hipertensi,
$GB, infark miokard selama 5 bulan yang lalu, dan :1 blokade jantung. (rinsip
etik yang digunakan berdasarkan deklarasi Gelsinki. Delapan pasien termasuk
kriteri eksklusi dan dieliminasi sebagai sampel.
Ane%te%i &'e d!n int'! o&e'!ti
(emeriksaan anestesi lengkap telah dilakukan dan diberikan tablet
alpraolam 6.2 mg sebagai premesikasi pada malam sebelumnya dan pagi
sebelum operasi. (asien juga dibiasakan dengan A3S, dan diinstrukaikan untuk
puasa selama : jam sebelum operasi. (asien dipantau dengan elektrokardiografi,
pulse oximetry, dan A#F( dan tanda vital dasar juga direkam. $airan intravena
yaitu 3? /ml=kg, dimulai dengan infus 2ml=kg=jam dan disesuaikan selama
operasi.
$!ndomi%!%i
Page 12
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 12/35
12
(asien dibagi menjadi 0 grup sama banyak dengan menggunakan star trek
random number generator. Dexmedetomidine diberikan dalam dosis /66 ug=ml
dengan +6 unit insulin syringe *2. ug=unit1 dan /, 2 dan + unit kemudian
ditambahkan dengan syringe yang sama yang mengandung 6.@ hiperbarik 0 m?
pada grup FD 2., FD dan FD /6. 7otal volume adalah 0. ml pada semua grup
dengan menambahkan 6.H@ saline. !bat trial ini kemudian dikemas dalam
syringe yang tidak dilabeli. Dokter anestesi kemudian melakukan injeksi
intratekal terhadap pasien dan mengumpulkan data yang didapat. #njeksi #7
diberikan dalam posisi duduk pada ?0 dan ?+ di ruang intervertebral dengan
jarum Iuincke 2C gauge. (asien kemudian diposisikan supinasi secepatnya
setelah injeksi.
Page 13
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 13/35
13
Monito'in* int'! d!n &o%t o&.
Denyut jantung, A#F( dan Sp!2 dipantau dengan datex-!hmeda $ardiocap
secara terus menerus dan direkam saat menit pertama, kemudian setiap lima menit
pada / menit pertama, dan kemudian tiap / menit hingga operasi berakhir.
Gipotensi didefinisikan sebagai turunnya tekanna darah sistolik dibaah H6mmGg
dan ditatalaksana dengan #> 3? dan injeksi mephenteramin 5 mg, dan diulang
sesuai kebutuhan. Fradikardia didefinisikan sebagai denyut jantung yang kurang
dari x=menit dan di tatalaksana dengan injeksi atropin 6,5 mg #>. Gasil monitor
S'F tampak pada tabel berikut *tabel /1. Flokade sensoris ditandai dengan
hilangnya sensasi tes nyeri tajam pada kulit dengan jarum 2 E hypodermic pada
linea mid-clavicularis yang diperiksa setiap menit hingga stabilitas sensori
tertinggi tercapai. Setelah itu, tes nyeri tajam pada kulit dilakukan setiap / menit
hingga mencapai aktu 7SS3 *2 segment sensory regression1. Flokade motorik
dilihat berdasarkan skor Fromage. 7ingkatan nyeri dinilai dengan menggunakan
skala AS3 setiap jam pada /2 jam pertama dan 2+ jam setelah post-op. 7ramadol
/. mg=kg digunakan sebagai anelgesik bantuan ketika skala A3S mencapai lebih
dari +. Semua bantuan analgesik dicatat selama proses ini. ;aktu tersebut, sejak
pertama kali operasi dilakukan dihitung dalam satuan menit. 7ingkat sedasi
diakses berdasarkan grading berikut4 /4 sadar penuh, 24 tersedasi, namun masih
bisa merespon perintah verbal, 04 tersedasi tapi hanya responsif terhadap stimulasi
fisik, +4 tersedasi dan tidak merespon. Setelah operasi dilakukan, skor Fromage
dan sensitivitas sensorik terus dinilai setiap lima belas menit hingga skor Fromage
sendiri mencapai nol dan obat mencapai aktu 7SS3. G3, A#F(, dan A3S juga
Page 14
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 14/35
14
terus dinilai selama 2+ jam. Semua gejala komplikasi peri-operatif, termasuk4
bradikardi, hipotensi, mual-muntah, menggigil, retensi urin juga terus dipantau.
ANALISIS STATISTIK
7otal sampel dikalkulasi sebagaimana percobaan sebelumnya.
)enggunakan E0 poer, nilai a dua arah *6,61 dan $# H@, ditemukan baha
55 pasien *22 pasien per grup1, dapat dideteksi perbedaan reaksinya terhadap
analgetik ini. (eneliti merekrut H6 pasien untuk percobaan ini. 'nalisis statistik
menggunakan S(SS /C pada indos. >ariabel terikat ditampilkan dalam nilai
rata-ratanya L SD atau median *range1 untuk data yang berdistribusi tidak normal.
>ariabel kategorik ditampilkan dalam bentuk persentase dan frekuensi. Distribusi
normal pada variabel terikat dibagi 0 kelompok dan dibandingkan dengan
menggunakan 'A!>'. Distribusi tidak normal pada variabel terikat diuji dengan
test Kruskall-;allis, dan analisis lebih jauh dilakukan dengan menggunakan
)ann-;hitney. Data kategori nominal antara masing-masing kelompok
dibandingkan dengan menggunakan $hi SMuare atau %ji Bischer. %ntuk
keseluruhan tes statistik, nilai ( N 6,6 dan 6,66/ berarti signifikan.
HASIL PENELITIAN
7otal H6 sampel konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi dibagi
berdasarkan demografi, dan karakteristik medis dibandingkan diantara kelompok-
kelompok tersebut.
K!'!#te'i%ti# )o#!de %en%o'i
!nset dari blok sensoris sangat signifikan pada kelompok FD /6
dibandingkan dengan kelompok FD , *p 6,601, dan FD /6 ddibandingkan
dengan FD 2, hasilnya adalah signifikan *p6,6/61. Aamun, tidak ada perbedaan
signifikan pada kelompok FD 2, dan FD *p 6,:H1. 7ingkatan blokade sensoris
kemudian dibandingkan pada setiap grup *tabel 01. 'da perbedaan yang sangat
signifikan antara 7SS3 FD /6 dibandingkan dengan FD *p6,66/1 dan
kelompok FD /6 dibandingkan dengan FD 2, *p 6,66/1. Dan perbedaan
signifikan antara FD dan FD 2, *p6,66/1.
K!'!#te'i%ti# Bo# moto'i#
Page 15
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 15/35
15
(ada onset blokade motorik terdapat nilai yang signifikan antara kelompok
FD /6 dan FD 2, *p 6,621, namun tidak ada perbedaan signifikan antara
kelompok FD /6 dibandingkan dengan FD *p6,2CC1 dan kelompok FD
dibandingkan dengan kelompok FD 2, *p6,+1. Kelompok FD /6 memiliki
perbedaan signifikan pada durasi blokade motorik yang lebih panjang dariapa
kelompok FD dan FD 2, *pN6,66/1. Durasi dari blokade motorik pada grup
FD jauh lebih panjang dibandingkan denga FD 2, *p N 6,66/1 *7abel 01.
K!'!#te'i%ti# An!*e%i#
Durasi dari analgesik berbeda secara signifikan pada kelompok FD /6
dengan kelompok FD dan FD 2, *p N6,66/1. Kelompok FD juga memiliki
durasi analgetik yang panjang secara signifikan dengan kelompok FD 2,
*pN6,66/1 *7abel 01. (erbedaan yang sangat signifikan ditemukan pada durasi dari
perbedaan analgesi antara kelompok FD /6 dibandingkan FD dan FD 2, *pN
6,66/1 dan kelompok FD dibandingkan dengan FD 2, *p 6,66H1. Kelompok
Page 16
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 16/35
16
FD /6 membutuhkan analgesik tambahan yang lebih sedikit pada 2+ jam post op
dibandingkan dengan kelompok FD *p 6,6001 dan FD 2, *pN6,66/1 tidak ada
perbedaan signifikan pada kebutuhan analgesik tamabahan antara kelompok FD
dan FD 2, *p6,0+H1 *tabel 01.
Hemodin!mi# &e'io&e'!ti
Eambar 2 dan 0 mendeskripsikan rata-rata denyut jantung dan tekanan
darah. 'ngka kejadian bradikardi, dan hipotensi pada kelompok-kelompok berikut
adalah 4 FD /6J FD J FD 2,. Fagaimanapun ketika dibadingkan secara
statistik, tidak didapatkan perbedaan yang signifikan.
Page 17
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 17/35
17
K!'!#te'i%ti# Ee# %!m&in*
7abel + menunjukkan angka kejadian komplikasi perioperatif. )ual muntah,
retensi urin, dan menggigil kemudian dibandingkan pada tiap kelompok. (ada
kelompok FD /6, memiliki angka kejadian sedasi yang lebih tinggi dengan skor
2 yaitu tersedasi secara verbal, namun tidak ada pasien yang dapat bertahan pada
level sedasi yang lebih tinggi. 'ngka kejadian sedasi juga dapat dibandingkan
pada kelompok FD dan 2, ug *p6,//21.
PEMBAHASAN
(enelitian ini membandingkan 0 dosis *2, ug, ug, dan /6 ug1 berbeda
dengan penelitian lainnya yang hanya membandingkan dua dosis dari #7D.
)enurut peneliti ini adalah percobaan pertama yang membandingkan 0 dosis dari
#7D. (ercobaan ini menunjukkan baha 7SS37, durasi dari blok motorik dan
analgesi meningkat secara signifikan dengan peningkatan #7D melihat perbedaan
hemodinamik dan karakteristik efek samping. Fagaimanapun, peningkatan yang
lebih besar pada durasi analgetik dibaningkan denga peningkatan durasi blokade
motoris memiliki nilai yang sama untuk meningkatkan signifikansi dari durasi D'
*p N6,66/1 *gambar +1.
Page 18
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 18/35
18
)eningkatkan dosis #7D dari 2. ke /6 ug berakiat meningkatnya durasi
blokade motorik, analgesik dan D', yaitu peningkatan +/,2:@ *2:, vs 05
menit1, 5C,2:@ *065, /C vs 5/2 menit1, dan 26:,0C@ *+C,5C vs /+C menit1.
(emanjangan dosis D' berhubungan dengan minimnya nyeri paska operasi
*penundaan penyembuhan luka, depresi fungsi imun, peraatan rumah sakit yang
lbeih lama, resiko dari neuro-sensitivasi dan dengan demikian, nyeri kronik1,
sebagaimana blok motoris yang memanjang *mengurangi mobilisasi D>7 dan
emboli paru dan lain-lain. Gal ini menunjukkan perbedaan durasi operasi yang
terjadi antar grup selama percobaan *p 6,HC1. Oektas et al *01, masing-masing
membandingkan 2 ug vs + ug, ug vs /6 ug, dan /6 ug vs / ug pada #7D juga
menunjukkan peningkatan bergantung dosis pada blokade sensorik, motorik dan
analgesik.
Page 19
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 19/35
19
#7D memperlihatkan efek antinosisepsinya melalui dua mekanisme yaitu
menghambat pelepasan neurotransmitter dengan cara menduduki reseptor a2' dan
memberikan efek hiperpolarisasi pada neuron postsinaptic. (erpanjangan efek
blokade motorik kemungkinan diakibatkan oleh efek inhibisi a2 agonist nya pada
saraf motorik di cornu dorsalis medula spinalis. Fagaimanapun juga, sensitivitas
dexmedetemidine dipengaruhi oleh berbagai tipe serabut saraf yang
dipengaruhinya. )isalnya, pada saraf tipe "D6 dibutuhkan dosis maksimum 2.
ug sementara pada saraf sensorik tipe $ dan saraf motorik ' dan F membutuhkan
dosis maksimum melebihi /6 ug. Gal ini menunjukkan baha, range atau rentang
dosis yang digunakan untuk #7D adalah 2. ug hingga /6 ug pada penelitian ini.
)eskipun dosis yang lebih tinggi dari / mg #7D telah digunakan oleh "id
et al * 1 P temuan peningkatan yang signifikan dari skor sedasi serta durasi
operasi di percobaan ini membuat penelitian akan dosis yang lebih besar beresiko
tinggi. Fahkan , "id et al * 1 telah menyarankan potensinya digunakan dalam
operasi kompleks panjang sebagai alternatif anestesi epidural atau umum P yang
yang berada di luar spektrum inklusi . #7D telah terbukti efektif di nociceptive ,
visceral , serta neuropatik nyeri , neurologis dan keamanannya telah terbukti
hinggasatu dekade terakhir perkembangan anestesi. faktanya dexmedetomidine
telah ditunjukkan untuk memiliki "fek neuroprotektif dalam sejumlah studi
hean. Ailai tengah onset blokade sensorik dapat dibandingkan antara kelompok-
kelompok FD2. dan FD *+ menit1, namun itu secara signifikan lebih aal
dalam kelompok FD/6 *0 menit1.
7emuan ini sesuai dengan Galder et al, yang menggunakan definisi yang
sama dari onset blokade sensorik seperti pada penelitian ini dan menemukan
perbedaan signifikan sebelumnya dengan /6 ug dibandingkan dengan mg.
Oektas et al, juga membandingkan 2 dan + mg dari #7D dan mendapatan hasil
peningkatan tergantung dosis yang signifikan dalam jumlah segmen sensorik yang
diblokir. (uncak tertinggi tingkat blok sensorik yang ditemukan dalam percobaan
ini adalah 7+. 7emuan ini didukung oleh pengamatan serupa yang dilaporkan oleh
Galder et al. Sifat dose-dependent ini memberikan keuntungan dalam
mengestimasi potensi efek samping kardiorespirasi diabnding yang terjadi pada
Page 20
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 20/35
20
bius high spinal. Demikian pula penurunan tergantung dosis pada blokade
motorik. (ada penelitian ini diamati perningkatan dosis #7D namun, hasilnya
hanya signifikans untuk kelompok FD/6 vs FD2. dan tidak untuk kelompok
FD/6 vs FD atau FD vs FD2..
Sejumlah penelitian lain juga telah melaporkan tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam blokade sensorik atau motorik dengan penambahan #7D atau
adjuvant lainnya untuk bupivacaine hiperbarik. #nkonsistensi dalam onset dan
durasi dengan dosis yang sama dari dexmedetomidine tampak pula pada sejumlah
variabel seperti profil demografis, definisi aktu onset *7: vs 7/61, volume #7
injectate , volume pengencer digunakan dengan *6,/ m? vs 6, m?1 sehingga
mempengaruhi konsentrasi dan densitas bupivakain, posisi *duduk vs lateral1,
serta sensitivitas nyeri individu.
Salah satu tujuan utama dengan penambahan #7D pada anestesi spinal
bupivacaine adalah pengurangan dari kebutuhan analgetik postoperative *0-,C1
dari penelitian ini juga didapatkan baha dose-dependant menurun secara
signifikan *p6,66/1 pada 2+ jam pemberian tramadol yang biberikan melalui
#7D. :0,0@ dan 6@ dari kelompok FD2, FD dan FD/6 membutuhkan lebih
dari 2 obat analgesi pada 2+ jam pertama postoperative, namun, hasil hanya
bermakna secara signifikan pada kelompok FD/6 vs FD * p6,6201 FD/6 vs
FD2, *p 6,6601
%mumnya efek samping yang terjadi yaitu ketidakstabilan hemodinamik
seperti bradikardia dan hipotensi berkaitan signinfikan dengan a 2 agonis.
Kebanyakan peneliti lainnya tidak menjelaskan peningkatan signifikan pada
angka kejadian dari efek samping hemodinamik yang berhubungan dengan
penggunaan dosis #7D yang berbeda *+,5,:,/+1 (ada penelitian ini ditemukan
dose-dependent tidak berhubungan secara signifikan terhadap peningkatan angka
kejadian bradikardia *0.06@, /0.06@, and 26@1 dan hipotensi */0.06@, 20.06@,
and 06@1 pada masing-masing kelompok FD 2, FD FD/6. Simpatolisis
maksimal dihasilkan oleh volume dan dosis bupivacaian yang lebih besar, pada
penelitian ini dicoba penambahan simpatolisis mkenggunakan dexmetedomidin.
7emuan ini didukung dengan temuan penelitian lainnya. "fek samping lain yang
Page 21
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 21/35
21
terjadai seperti mualmuntah, menggigil dan retensi urin dikelompokan masing-
masing. Oektas dan Galder juga menemukan baha dosis independen memeiliki
efek samping yang sama.
'ngka kejadian sedasi yang diamati pada /6 ug dibandingkan dengan 2, ug
dan ug #7S meningkat secara signifikan * pN6,66/1. Skor sedasi tertinggi 2
didapatkan sebanyak 6@, /0,0@ dan +6@ pada masing-masing kelompok FD2,,
FD , dan FD /6. Fagaimanapun juga pasien mudah untuk berkomunikasi
secara verbal dan spo2 J H@ pada udara kamar. Baktanya pada sedasi sedaasi
ringan dapaat berguna pada periode postoperative yang sedang berlangsung.
7ujuan pembatasan dari penelitian ini karena ketiadaan kelompok control.
Kelompok control yang dieksklusi karena tujuan utama dari penelitian ini untuk
menjelaskan perubahan pada variasi karakteristik S'F terhadapa peningkatan
dosis #7D. (enelitian ini juga, dapata menjelaskan efek dari penambahan #7D
pada karakteristik S'F. (embatasan kedua dalam penelitian ini adalaha pada
durasi pendek dari follo up post operasi. "fek #7D pada postoperative adalah
nyeri kronik seperti nyeri post herniorraphy yang diketahui secara umum. Studi ke
depannya dengan periode yang lebih lama follo up yang baik dapat membuat
perbedaan terhadap angka nyeri kronik post op dengan dengan tambahan dan
perbedaan dosis #7D.
2.8 DEXMEDETOMIDINE SEBAGAI OBAT SEDASI
“Ee# d!'i do%i% dexmedetomidine ,!n* )e')ed!9)ed! te'"!d!& den,(t
-!nt(n* d!n te#!n!n d!'!" &!d! &!%ien9&!%ien den*!n &e'!:!t!n inten%i+
Sedatif yang ideal pada pasien-pasien yang berada pada #$% harus memiliki
persyaratan seperti4 Kerja yang cepat, mudah mengontrol kedalaman sedasinya,
memiliki pengaruh yang minimal terhadap fungsi respiratorik, tidak ada metabolit
yang terakumulasi, tidak ada bukti interaksi yang jelas dengan obat-obatan lain
Page 22
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 22/35
22
dan jalur-jalur metabolisme dalam tubuh, eliminasi obat dapat terjadi tanpa
bertumpu pada hati, ginjal atau pernafasan, murah, dan memiliki efek samping
minimal/. (ada masa sekarang, tidak ada obat-obatan yang dapat menunjukkan
seluruh efek-efek di atas, dan golongan obat benodiaepine, opiod agonis,
propofol, dan &2-epinefrin agonis paling banyak digunakan di #$%. )eskipun
demikian, telah didemonstrasikan baha midaolam dosis tinggi dan injeksi cepat
dapat membuat depresi dari fungsi pernafasan dan menurunkan tekanan darah,
terutama pada manula, pasien dengan hipovolemia atau pasien dengan gagal
pernafasan2. ?ebih lanjut, pemberian pofopol dosis tinggi dalam aktu lama dapat
menimbulkan profopol infusion syndrome, yang menimbulkan asidosis laktat,
hiperlipemia, inflitrasi dari lemak hati, rhabdomyolisis dan kematian0. !leh
karena itu diperlukan agen sedasi yang lain untuk pasien-pasien di #$%.
Dexmedetomidine *D"Q1 merupakan &2-adrenoseptor agonis selektif yang
memiliki efek sedasi, analgetik, anti ansietas, dan inhibisi dari saraf simpatis.
(asien yang diberikan D"Q dapat dibangunkan dengan mudah tanpa
menimbulkan respiratory arrest . Karena itu, D"Q dianggap sebagai agen sedasi
dan analgetik ideal digunakan pada pasien-pasien di #$%+,. D"Q merupakan
dekstro-isomer dari medetomidine yang mengeluarkan efek sedasi dan analgetik.
Sebagai tambahan D"Q juga menghasilkan efek neuroprotektif 5 dengan cara
mengagitasi reseptor &2 yang dimediasi oleh reseptor tirosin kinase. ?"bih lanjut,
D"Q memulai pelepasan beraneka growth factor yang dengan mengagitasi
astrosit untuk berpartisipasi pada proteksi sel saraf C. D"Q mampu untuk
mengaktifkan enim-enim bertahan hidup dengan mengaktivasi dari
&2adrenoseptor yang menghasilkan efek kardioprotektif dengan cara mengontrol
jalur protein kinase, protein kinase F, dan sintesis nitrit oksida pada endotel secara
extraseluler :.
Sekarang ini, kecepatan infus dari D"Q pada pasien dengan bantuan
ventilator berada pada rentang 6,2-6,CRg=Kg=jam. (enelitian sebelumnya
menunjukkan baha D"Q aman digunakan pada pasien sehat pada dosis /6-/
dari dosis normal, tanpa menghasilkan efek yang kentara atau penurunan tekanan
darah dan nadiH-//
. )eskipun demikian, sebuah penelitian sebelumnya
Page 23
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 23/35
23
mengindikasikan terdapat penurunan tekanan darah dan nadi pada pasien kritis,
yang mengharuskan penghentian pemakaian obat/2.
7elah dilakukan pengamatan dimana pasien-pasien tertentu mendapatkan
D"Q dengan dosis aal yang direkomendasikan */,6Rg=Kg=/6menit1 ditambah
dosis pemeliharaan *6,2-6,CRg=Kg=jam1 mengalami hipotensi dan bradikardi/0.
(ada pasien-pasien tertentu, pemberian D"Q harus dihentikan, bahkan pada
kasus-kasus berbahaya. !bservasi-observasi ini konsisten dengan efek-efek
merugikan dari D"Q secara umum, seperti hipotensi, nausea, bradikardi, dan
mulut kering/+. )eskipun demikian, pasien-pasien kritis di #$% memiliki
patofisiologi berbeda dengan pasien-pasien bedah elektif, dimana mereka sering
kali mengalami kerusakan multi organ yang melibatkan jantung, hati, dan ginjal/.
!leh karena itu, proses metabolic D"Q pada pasien-pasien #$% juga berbeda.
7ujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis optimum dari D"Q
untuk pasien-pasien #$% dengan mengobservasi dan membandingkan efek sedasi
dari dosis D"Q yang berbeda, untuk mencoba menyediakan referensi
eksperimental mengebai dosis D"Q yang aman dan efektif.
SAMPEL DAN METODE PENELITIAN
D!t! (m(m &!%ien. (enelitian ini menggunakan total :2 pasien yang
berada di #$% dari First People’s ospital !ffiliated to "hanghai #iao Tong
$niversity %"hanghai& 'hina( dan membutuhkan sedasi antara januari-maret 26/+.
(asien diekslusi jika memiliki tekanan darah J266mmGg dan G3 N56x=menit,
atau jika mereka mengalami syok sirkulatori. 7otal 2+ pasien diekslusi. Sisa :
pasien secara acak dikelompokkan menjadi 0 grupP Erup ', grup dengan dosis
tinggi */,6Rg=Kg=/6menitP n/:1P Erup F, grup dengan dosis sedang
*6,Rg=Kg=/6menitP n2+1P Erup $, grup dengan dosis rutin normal
*6,+Rg=Kg=jamP n/51. (asien-pasien ini diberikan D"Q melalui intravena dengan
#nfus pump selama /6menit dan setelah itu diberikan dosis yang sama yakni
6,+Rg=Kg=jam1 *gambar /1.
Page 24
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 24/35
24
Eambar /.(engacakan pasien menjadi 0 kelompok
Bigure 2. $omparison of sedative scores beteen the three groups. Eroup ',
/.6 Rg=kg=/6 minP group F, 6. Rg=kg=/6 minP and group $, 6.+ Rg=kg=h.
Big u re 0. $ompa r ison of G 3 b et e en t he t h re e g roups. E roup ',
Page 25
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 25/35
25
/.6 Rg=kg=/6 minP group F, 6. Rg=kg=/6 minP and group $, 6.+ Rg=kg=h.
(N6.6 vs. group $. G3, heart rate.
(enelitian ini memenuhi deklarasi Gelsinki. (rotokol pengumpulan data
disetujui oleh Dean pemeriksa dari Birst (eoples Gospital. Seluruh partisipan
diberikan informed consent memberikan akses ke data rekam medis mereka.
Pem)e'i!n O)!t. D"Q *2mlP Sichuan Euorui (harmaceutical $o., ?td.,
Sichuan, $hina1 pertama kali diencerkan dalam 6,H@ Aa$l sehingga mendapat
volume larutan +ml. (asien-pasien dalam 0 kelompok di atas diberikan D"Q
sesuai dosis melalui infusion pump selama /6 menit, dan kemudian diberikan
dosis yang sama yakni 6,+Rg=Kg=jam untuk menjaga keadaan sedasi yang ideal.
(ropofol *Bresenius Kabi Deutschland EmbG, ?angenhagen, Eermany1 atau
midaolam *Tiangsu "nhua Gerun )edicine $o., ?td., Quhou, $hina1
ditambahkan untuk mendapat kedalaman sedasi yang diinginkan. Tika sedasi
adekuat tidak didapatkan menggunakan D"Q, fentanyl *Oichang 3enfu
(harmaceutical $o., ?td., Oichang, $hina1 dosis tunggal diberikan /-+Rg=Kg. #>
infusion pump dihentikan saat G3 N6x=menit atau terjadi penurunan G3 J06@
dan tekanan darah sistolik NH6 mmGg.
Page 26
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 26/35
26
7abel /. Data umum responden penelitian
P!'!mete' &eni!i!n. Skor 3amsay, G3, tekanan darah sistol, tekanan
darah diastol, frekuensi nafas *331, saturasi oksigen kapiler perifer *Sp!21 dicatat
pada saat memasukkan obat melalui infusion pump *menit ke-61 dan saat menit
ke- 2,+,5,:,/6,56,/26,/:6, dan 2+6. Darah rutin, elektrolit, fungsi hati dan ginjal,
dan analisa gas darah diambil saat #> pump infusion. Skor 3amsay dinilai oleh
dokter menurut Skala Skor 3amsay. G3 dan SF( diambil melalui monitor
elektrokardiogram )(6 *(hilips Gealthcare, D' Fest, 7he Aetherlands1. Darah
rutin, elektrolit dan analisa gas darah diambil menggunakan Beckman Power
Processor "ample)andling "ystem *Feckman $oulter #nc., Frea $', %S'1.
'('$G" *'cute (hysiology and $hronic Gealth "valuation ##1 juga dihitung.
Page 27
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 27/35
27
An!i%! St!ti%ti# . 'nalisis data menggunakan S(SS versi /5.6 *S(SS #nc.,
$hicago, %S'1. Gasilnya ditampilkan sebagai nilai rata-rata U standar deviasi.
7est Shapiro-;ilk dikombinasikan dengan histogram untuk melihat data
berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal dianalisis menggunakan
analisis varian, dan data tidak berdistribusi normal dibandingkan menggunakan
analisis nonparametrik )ann-;hitney %. Data kategorik dites menggunakan
analisis V 2. (N6,6 mengindikasikan baha data memiliki perbedaan bermakna
secara statistik.
Bigure +. SF( values in the three groups at various time-points after #> pump infusion of D"Q.
$ comparison beteen group ' and $, (N6.6. F$ com- parison beteen group ' and group
F$, (N6.6. Eroup ', /.6 Rg=kg=/6 min D"QP group F, 6. Rg=kg=/6 min D"QP and group $,
6.+ Rg=kg=h D"QP SF(, systolic blood pressureP D"Q, dexmedetomidine.
Bigure . DF( values in the three groups at various time-points after #> pump infusion of D"Q.
F$ comparison beteen group ' and group F$, (N6.6.
'$ comparison beteen group F and group '$, (N6.6. F comparison beteen group '
Page 28
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 28/35
28
and F, (N6.6. Eroup ', /.6 Rg=kg=/6 min D"QP group F,
6. Rg=kg=/6 min D"QP and group $, 6.+ Rg=kg=h D"QP DF(, diastolic blood pressureP D"Q,
dexmedetomidine.
Bigure 5. F3 values in the th ree groups at va r ious time-points after
#> pump infusion of D"Q. Eroup ', /.6 Rg=kg=/6 min D"QP group F,
6. Rg=kg=/6 min D"QP and group $, 6.+ Rg=kg=h D"QP F3, breathing rateP D"Q,
dexmedetomidine.
Bigure C. Sp!2 values in the three groups at various time-points after#>
pump infusion of D"Q. Eroup ', /.6 Rg=kg=/6 min D"QP group F,6.
Rg=kg=/6 min D"QP and group $, 6.+ Rg=kg=h D"QP Sp!2, peripheral capillary
oxygen saturationP D"Q, dexmedetomidine.
Page 29
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 29/35
29
Bigure :. $oncomitant use of medications in the three groups. Eroup ',/.6 Rg=kg=/6 min D"QP group F, 6. Rg=kg=/6 min D"QP and group $,
6.+ Rg=kg=h D"QP D"Q, dexmedetomidine.
HASIL PENELITIAN
Pe')!ndin*!n d!t! (m(m. Karakteristik umum pasien pada ketiga
kelompok dapat dilihat pada tabel /. 7idak terdapat perbedaan signifikan yang
dapat diamati pada skor '('$G" ##, jenis kelamin, umur dan diagnosis primer
diantara ketiga kelompok *(J6,61.
Tin*#!t #e)e'"!%i!n %ed!%i. (asien-pasien dalam ketiga kelompok
mendapatkan kedalaman sedasi yang ideal pada / jam setelah diberikan D"Q,
dengan skor ramsay 0-+ *(J6,61. Kelompok ' dan F mendapatkan kondisi sedasi
pada 5 menit, dimana lebih cepat dibanding kelompok $ *(N6,6, gambar 21.
(erbedaan pada G3, SF(, dan DF( pada saat diberikan D"Q. 7erdapat
penurunan tendensi yang didapatkan pada aspek-aspek tersebut selama pemberian
dosis aal dari D"Q dari ketiga kelompok *gambar 0-1. (enurunan dari G3
terutama terjadi pada kelompok ' dan F dibanding dengan kelompok $ pada
menit ke-: dan menit ke-56 setelah diberikan D"Q *(N6,61, serta tidak
ditemukan perbedaan bermakna pada G3 antara kelompok ' dan F *(J6,6
gambar 01. (ada delapan menit setelah pemberian D"Q, bukti penurunan SF(
terlihat paling tinggi pada kelompok ' dibandingkan dengan kelompok $
*(N6,6, gambar +1. Sebagai tambahan, setelah sepuluh menit pemberian D"Q,
Page 30
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 30/35
30
penurunan SF( terlihat lebih signifikan pada kelompok ' dibanding kelompok F
dan $ *(N6,61.
)eskipun demikian, tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik
yang ditemui pada penurunan SF( diantara ketiga kelompok tersebut saat
memasuki dosis pemeliharaan *(J6,61. (enurunan DF( secara signifikan terjadi
pada kelompok ' dibanding kelompok F dan $ pada menit ke-: dan 56 setelah
pemberian D"Q *(N6,6, gambar 1. DF( pada kelompok F mengalami
peningkatan dibanding dengan kelompok ' dan $ pada menit ke /26 *(N6,61
dimana penurunan lebih siginifikan terjadi pada kelompok ' pada menit ke-2+6
dibanding kelompok F *(N6,61.
Pe')ed!!n &!d! B$ d!n S&O2 &!d! &em)e'i!n DEX. 7idak ditemukan
indikasi dari henti nafas pada pemberian D"Q di tiga kelompok, juga tidak
ditemukan perbedaan signifikan pada F3 dan Sp!2 diantara mereka *(J6,61.
Sebagai tambahan nilai Sp!2 JHC@ pada keseluruhan aktu penilaian pada ketiga
kelompok *gambar 5,C1 yang mengindikasikan tidak adanya efek inhibisi
langsung terhadap pernafasan.
Pen**(n!!n o)!t )e'%!m!!n. 7idak ditemukan perbedaan signifikan
antara ketiga grup saat ditambahkan dengan obat-obatan sedatif yang lain
*(J6,61. 'gen-agen vasokaktif diberikan pada + pasien di kelompok ', 2 pada
kelompok F, dan satu pada kelompok $. Dan perbedaannya tidak secara
siginifikan *(J6,6, tabel #, gambar :1.
Pen*"enti!n o)!t. (emberian D"Q dihentikan pada pasien di kelompok ',
+ di kelompok F dan tidak ada pada kelompok $. (enghentian obat pada
kelompok ' dikarenakan penurunan G3 lebih dari 06@ pada 2 pasien dan
penurunan SF( NH6mmGg pada 2 lainnya. (enghentian pada kelompok F
dikarenakan dikarenakan penurunan G3 lebih dari 06@ pada satu pasien dan
penurunan SF( NH6mmGg pada 0 lainnya. Ailai F( dan G3 secara bertahap
kembali ke batas normal seiring dengan penghentian pemakaian obat tanpa
adanya konsekuensi berat diantara mereka.
Page 31
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 31/35
31
Pem)!"!%!n
(asien kritis di #$% sering kali membutuhkan beraneka terapi suportif,
termasuk ventilasi mekanik, memonitor tanda-tanda vital, penanganan pasien
kritis, dan iluminasi konstan agar menjaga pasien tetap dalam keadaan tidur dalam
jangka aktu lama/C,/:. !leh karena itu, penanganan terapi sedatif sering
dibutuhkan oleh pasien #$%, seperti yang dibutuhkan pasien setelah melakukan
operasi dan pasien dengan cedera multiple berat. )idaolam, propofol, D"Q
merupakan sedatif yang paling sering digunakan di #$%. D"Q merupakan &2-
adrenoseptor agonis yang sangat sensitive yang mengeluarkan efek sedatif dan
anti-anxietas dengan mempengaruhi lokus ceruleus batang otak, yakni area
dengan &2 reseptor paling banyak pada sistem saraf pusat/H-2/. D"Q mengeluarkan
efek analgesik dan menurunkan respon stress, namum D"Q terus menerus
menghambat respirasi dengan mengaktivasi &2 reseptor pada membran presinaps
di tanduk dorsal tulang saraf tulang belakang dan membran postsinaps
interneuron22-20. D"Q dapat menjadi salah satu opsi sebagai medikasi sedasi pada
pasien #$% karena kemampuannya untuk menurunkan insidensi delirium dan
presentasi kebutuhan ventilasi menggunakan mesin2+,2.
Gasil dari penelitian ini menunjukkan pemberian D"Q terus menerus
mampu untuk memicu keadaan sedasi ideal *Skor 3amsay 0-+1 pada ketiga
kelompok. 7arget tingkat sedasi dapat dicapai dalam aktu enam menit setelah
pemberian D"Q pada kelompok ' */,6Rg=Kg=/6menit1 dan kelompok F
*6,Rg=Kg=/6menit1. #ni merupakan hal yang krusial untuk sedasi pada pasien
#$%, Sebagai perbandingan, antara pernafasan spontan atau menggunakan
pernafasan bantuan dapat muncul bila sedasi tidak dapat timbul secara cepat, yang
dapat mempengaruhi target volume tidal, atau dapat meningkatkan kerusakan
paru-paru yang sudah ada. !leh karena itu tujuan utama dalam memakai D"Q
adalah untuk membuat pasien dapat masuk ke dalam keadaan sedasi ideal 2+-25.
Sebagai tambahan, (emberian D"Q secara #> terus menerus mampu untuk
menjaga skor 3amsay berada pada 0-+, dimana pasien berada dapat menstimulasi
fase Wdormant, dimana dapat melemahkan cedera dari kondisi patologis berat
Page 32
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 32/35
32
sambil membuat pasien dapat dibangunkan bila perlu untuk melakukan tindakan
yang menyakinkan dalam menilai kondisi dan fungsi neurologisnya.
(enelitian sebelumnya mendemonstrasikan D"Q memiliki fungsi regulasi
dua arah terhadap sistem kardiovaskular 2C. D"Q menginisiasi &2F-reseptor pada
membran postsinaps pada membran otot polos untuk menghasilkan takikardi dan
hipertensi melalui vasokonstriksi. Kemudian hipotensi diinduksi melalui
vasodilatasi dibaah efek simpatolitik sentral yang diproduksi oleh pemberian
D"Q secara terus menerus. !leh karena itu, D"Q menghasilkan efek yang dapat
diprediksi terhadap hemodinamik 2:. (ada pasien saat ini, G3, SF(, DF(
cenderung berkurang seiring pemberian D"Q, namun seluruh nilai rata-rata dari
ketiga hal tersebut tetap berada dalam nilai normal selama pengamatan pada
seluruh kelompok *G3 J56x=menit, SF( J//mmGg, DF( J56mmGg1.
(emberian D"Q dihentikan pada : pasien pada penelitian ini akibat keadaan
hemodinamik yang tidak stabil. Ailai F( dan G3 pada pasien ini kembali secara
perlahan seiring penghentian D"Q.
'nalisis dari : pasien ini *+ dengan hipercapnia, 0 dengan anemia dan /
dengan hipercapnia dan anemia1 yang dihentikan pemberian D"Q mengindikasi
baha hipercapnia dan anemia merupakan faktor resiko tinggi yang berkontribusi
kepada hemodinamik yang tidak stabil. (enyebab utama dari hasil ini antara lainP
/1 pasien ekstraserbasi akut dari $!(D yang merupakan kelompok pasien utama
dari penggunaan ventilasi mekanik akibat tidak sadar dengan hipercapnia.
(enelitian sebelumnya menemukan baha pasien $!(D dapat menginduksi
pelepasan norepinefrin dari jantung menyebabkan hipertensi dan peningkatan G3.
(ada pasien $!(D dengan hipercapnia dapat mengeksitasi saraf simpatis secara
persisten alau keadaan gas darah normal06,0/. 21 (ada pasien anemia terjadi
dilatasi pembuluh darah perifer, penurunan F(, peningkatan respon dari sistem
simpatis, peningkatan G3, penurunan dari 3FB, retensi air dan natrium. 01
Subtipe &2'-reseptor berperan penting dalam farmakologi dari D"Q. 3eseptor ini
berada pada pre- dan postsinaps, berfungsi utama untuk menginhibisi
norepinefrin. D"Q menginhibisi pelepasan norepinefrin dengan berikatan dengan
membran presinaps &2-reseptor yang juga menghambat impuls nyeri. Sebagai
Page 33
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 33/35
33
tambahan D"Q menginhibisi aktivitas simpatetik dengan cara berikatan dengan
&2-reseptor pada membran postsinaps. Saat konsentrasi dari D"Q dalam darah
cukup, maka efek D"Q akan menghilangkan efek simpatis dari $!(D dan
anemia.
Page 34
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 34/35
34
BAB III
KESIMPULAN
Dexmedetomidine, sebagai obat-obatan preanestesia dan infusi intraoperatif,
mengurangi kebutuhan obat anestesi intraoperatif. Dia memiliki efek opioid yang
signifikan dan penghemat keperluan obat anestesi. !bat ini secara signifikan
melemahkan respon simpatoadrenal pada intubasi trakea. Selain itu, pemberian
dexmedetomidine secara kontinu pada intraoperatif tidak mempengaruhi stabilitas
kardiovaskular.(emberian /6 ug #ntrathecalDexmedetomidine bila dibandingkan dengan
dosis yang lebih rendah sebagai terapi adjuvant untuk bupivacaine hiperbarik
secara signifikan memperpanjang durasi blok sensorik , blok motorik , dan
analgesia . (eningkatan yang tidak proporsional dalam durasi analgetik dan
blokade motorik sangat signifikan secara klinis maupun statistik dalam
memperpanjang durasi D'. (enambahan /6 ug #7D berkaitan dengan
menurunnya kebutuhan penggunaan analgesik post op pada pasien yang
melakukan operasi abdomen baah dan ekstremitas baah tanpa peningkatan
efek samping yang signfikan.
efek sedasi ideal dapat dicapai dengan dosis peraatan D"Q
*6,+Rg=Kg=Tam1, namun, efek-efek ini diinduksi secara perlahan. %ntuk
mendapatkan efek yang lebih cepat, kami menyarankan dosis aal yakni
6,Rg=Kg=/6 menit. (ada pasien dengan $!(D dan anemia, dosis aal yang
tinggi perlu dihindari. Kombinasi dari obat-obatan dapat diberikan bila perlu.
Page 35
8/15/2019 Dexmedetomidine.doc
http://slidepdf.com/reader/full/dexmedetomidinedoc 35/35
35
DA;TA$ PUSTAKA
Faja S.T.S., Faja S.K., Kaur T., et al. Dexmedetomidine and clonidine in
epidural. Indian #ournal of !naesthesia. *1402-0CP 26//.
Eupta )., Eupta (., Singh D.K. "ffect of 0 Different Doses of #ntrathecal
Dexmedetomidine *2.<g, <g, and /6 <g1 on Subarachnoid Flock
$haracteristics4 ' (rospective 3andomied Double Flind Dose-3esponse
7rial. Pain Physician */H14"+//-"+26P 26/5.
Keniya >.)., ?adi S., Aaphade 3. Dexmedetomidine attenuates sympathoadrenal
response to tracheal intubation and reduces perioperative anaesthetic
reMuirement. Indian #ournal of !naesthesia, *1402-0CP 26//.
)ant T., Tosserand T., and Gamada S. Dexmedetomidine4 ne insights. *ur #
!naesthesiol , *2:140X5P 26//.
Yhang Q., ;ang 3., ?u T., ;ei Tin, et al. "ffects of different doses of
dexmedetomidine on heart rate and blood pressure in intensive care unit patients.
*xperimental and Therapeutic +edicine, *//14 056-055P 26/5.