Page 1
DETERMINAN MINAT PERILAKU DALAM PENGGUNAAN E-FILING SEBAGAI
SARANA PELAPORAN SPT TAHUNAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Disusun Oleh:
Ayu Nurul Sabilla
Dosen Pembimbing:
Dr. Zaki Baridwan, Ak., CA., CPA., CLI
Universitas Brawijaya, Malang
Email: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to empirically examine the determinants of personal taxpayer behavior
in using e-filing system by modifying Technology Acceptance Model (TAM), Unified Theory of
Acceptance and Use of Technology (UTAUT), and Perceived Risk. The data of this study were
collected through questionnaires. Using convenience sampling, 103 auditors of Public
Accounting Firms in East Java who are taxpayers and have used e-filing system were selected
as respondents. The findings indicate that the construct of perceived usefulness, perceived ease
of use, perceived risk, social aspect, and facilitating conditions influence behavioral intention
to use e-filing system.
Keywords: Technology Acceptance Model (TAM), Unified Theory of Acceptance and Use of
Technology (UTAUT), E-filing system, behavioral intention, perceived usefulness, perceived
ease of use, perceived risk, social aspect, facilitating conditions.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris determinan minat perilaku wajib
pajak orang pribadi dalam menggunakan sistem e-filing dengan memodifikasi model
Technology Acceptance Model (TAM), Unified Theory Of Acceptance and Use of Technology
(UTAUT) dan Persepsi Risiko. Penelitian ini menggunakan metode survei kuesioner untuk
memperoleh data. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 103 responden, yakni auditor di
Kantor Akuntan Publik Provinsi Jawa Timur yang merupakan wajib pajak dan pernah
menggunakan sistem e-filing. Hasil pengujian menunjukkan bahwa konstruk persepsi
kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi risiko, aspek sosial, dan kondisi yang memfasilitasi
berpengaruh terhadap minat perilaku untuk menggunakan sistem e-filing.
Page 2
Kata kunci: Technology Acceptance Model (TAM), Unified Theory Of Acceptance and Use of
Technology (UTAUT), Sistem E-filing, Minat Perilaku, Persepsi Kegunaan, Persepsi
Kemudahan, Persepsi Risiko, Aspek Sosial, Kondisi yang Memfasilitasi.
PENDAHULUAN
Pada zaman modern seperti saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang pesat
dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Fu et al. (2006) mengatakan bahwa
perkembangan teknologi dimanfaatkan oleh pemerintah dalam rangka moderenisasi pelayanan
publik dengan harapan dapat menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Moderenisasi pada pelayanan publik salah satunya
dalam bidang perpajakan, yakni mendorong adanya perubahan pada pola masyarakat dalam
menyampaikan atau melaporkan SPT Tahunan dari sistem manual ke sistem elektronik yang
lebih efisien.
Studi ini membahas isu mengenai minat perilaku dalam menggunakan Electronic Filling
System (e-filing). Minat perilaku didefinisikan sebagai probabilitas subjektif seseorang bahwa
dia akan melakukan beberapa perilaku Fishbein dan Ajzen (1975). Direktorat Jenderal Pajak
mengartikan e-filing sebagai suatu cara penyampaian SPT atau pemberitahuan perpanjangan
SPT yang dilakukan secara online dan real-time melalui website e-filing pajak DJP Online atau
aplikasi yang disediakan oleh Penyedia Jasa Aplikasi (Online Pajak, www.online-pajak.com).
E-filing merupakan bentuk penerapan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak selaku
unit pemerintahan yang berada di bawah naungan Kementrian Keuangan untuk mendorong
penyampaian dan pelaporan SPT Tahunan secara elektronik dengan menerbitkan Peraturan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-03/PJ/2015 yang mengatur secara khusus tentang
Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik dengan memberikan kemudahan bagi Wajib
Pajak untuk menyampaikan SPT Tahunan tanpa harus melapor secara langsung ke Kantor
Pelayanan Pajak terdekat. Tujuan penerapan sistem e-filing adalah terciptanya administrasi
perpajakan yang transparan, akuntabel, dan rendah biaya. Dibandingkan dengan sistem
manual, sistem e-filing memiliki keunggulan karena Wajib Pajak hanya mengisi sesuai
panduan dan perhitungan dilakukan secara otomatis oleh sistem e-filing.
Berdasarkan data Kementrian Keuangan Republik Indonesia tahun 2017, jumlah sumber
daya manusia Direktorat Jenderal Pajak tidak menunjukkan angka yang ideal, yakni hanya
sejumlah 36.000 pegawai. Jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Jepang yang memiliki
65.000 pegawai dan Jerman memiliki 120.000 pegawai untuk melayani 80 juta penduduk
(BPPK Kemenkeu, www.bppk.kemenkeu.go.id). Hal tersebut merupakan hambatan dalam
proses pelayanan kepada publik salah satunya saat proses pelaporan SPT Tahunan karena
jumlah sumber daya manusia tidak sebanding dengan beban pekerjaan yang ada. Pada tahun
2017 terjadi antrian Wajib Pajak secara merata diberbagai wilayah di Indonesia untuk
pelaporan SPT Tahunan, khususnya menjelang batas akhir pelaporan SPT Tahunan Orang
Pribadi, yakni tanggal 31 Maret (Direktorat Jenderal Pajak, www.pajak.go.id). Antrian panjang
tersebut mengharuskan Wajib Pajak memahami sistem e-filing. Dengan memahami sistem e-
filing, Direktorat Jenderal Pajak berharap bahwa e-filing mampu mengurangi antrian yang
panjang pada saat proses pelaporan SPT di setiap Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.
Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang wajib SPT Pajak Penghasilan (PPh) tahun 2016
mengalami ketertimpangan dengan jumlah pengguna Wajib Pajak yang melapor dengan sistem
e-filing. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak, terdapat Wajib Pajak Orang Pribadi
terdaftar wajib SPT sejumlah 16,5 juta jiwa, tetapi hanya 6,9 juta Wajib Pajak yang
menyampaikan SPT menggunakan sistem e-filing. Nilai tersebut hanya menunjukkan
penggunaan sistem e-filing sebesar 41,81%. Berbeda jauh dengan Amerika Serikat, angka
Page 3
persentase penggunaan e-filing tahun 2017 untuk pelaporan masa pajak 2016 mencapai 92%
(US Tax Center, www.irs.com). Berbagai kegiatan untuk menghimbau Wajib Pajak agar
menggunakan sistem e-filing telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, yakni kampanye
simpatik, sosialisasi penyampaian SPT, seremonial penyampaian SPT oleh kepala negara dan
para pejabat tinggi daerah, pemberian pesan singkat dan email kepada Wajib Pajak terdaftar,
serta pembuatan video tutorial melalui channel youtube (Direktorat Jenderal Pajak,
www.pajak.go.id). Namun, upaya tersebut belum berpengaruh secara signifikan terhadap
penggunaan sistem e-filing oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, padahal dengan menggunakan
sistem e-filing masyarakat akan mendapat keuntungan, yaitu murah dan perhitungan dilakukan
secara tepat.
Gejala permasalahan seperti yang telah dijelaskan di atas timbul akibat kurangnya minat
Wajib Pajak untuk menggunakan sistem e-filing. Davis (1989) menjelaskan bahwa perilaku
seseorang untuk melakukan sesuatu ditentukan oleh minat (intention). Menurut Davis (1989),
Technology Acceptance Model (TAM) merupakan suatu teori untuk memprediksi penerimaan
pengguna terhadap teknologi informasi dalam pekerjaan individual mereka. Terdapat dua
faktor yang memengaruhi minat perilaku yakni persepi kegunaan dan persepsi kemudahaan.
Technology Acceptance Model yang dikembangkan oleh Davis (1989) dijadikan sebagai dasar
penelitian bagi Wang (2002) untuk melakukan studi empiris terkait minat perilaku Wajib Pajak
untuk menggunakan tax-filing system, diperoleh hasil bahwa persepsi kegunaan dan persepsi
kemudahan memiliki pengaruh positif terhadap minat perilaku untuk menggunakan tax-filing
system. Penelitian serupa dilakukan oleh Tallaha et al. (2014) yang menunjukkan hasil bahwa
persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat wajib pajak
dalam penggunaan e-filing di Malaysia. Penelitian lain yang dilakukan oleh Bee dan Azmi
(2010) menunjukkan bahwa persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan berpengaruh positif
terhadap minat perilaku penggunaan e-filing system.
Persepsi risiko (perceived risk) merupakan salah satu faktor yang menjadikan Wajib
Pajak enggan menggunakan e-filing. Menurut Bee dan Azmi (2010), terdapat dua risiko yang
dapat muncul atas penggunaan sistem secara online di antaranya adalah privacy risk dan
performance risk. Privacy risk mencakup perlindungan berbagai jenis data yang dikumpulkan
selama proses pembayaran pajak dengan sistem e-filing, sedangkan performance risk berkaitan
dengan malfunction (kegagalan pemakaian) sistem atau kegagalan sistem untuk memberikan
manfaat yang dijanjikan. Penelitian Alalwan et al. (2016) menunjukkan bahwa persepsi risiko
berpengaruh negatif terhadap minat perilaku untuk mengadopsi mobile banking. Hasil
penelitian Schaupp et al. (2010) menunjukkan bahwa persepsi risiko memiliki pengaruh negatif
terhadap minat perilaku untuk menggunakan e-filing.
Menurut Vankatesh et al. (2003), Unified Theory Of Acceptance and Use of Technology
(UTAUT) merupakan model yang digunakan untuk memahami penerimaan dan penggunaan
teknologi. Terdapat empat konstruk yang berpengaruh terhadap minat berperilaku untuk
menggunakan teknologi informasi, yakni performance expectancy, effort expectancy, social
influence, dan facilitating conditions. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel
aspek sosial dan kondisi yang memfasilitasi. Penelitian yang dilakukan oleh Tsourela dan
Roumeliotis (2015) menunjukkan bahwa aspek sosial dan kondisi yang memfasilitasi
berpengaruh secara positif terhadap minat perilaku untuk menggunakan layanan berbasis
teknologi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kurfali et al. (2017) menunjukkan bahwa aspek
sosial dan kondisi yang memfasilitasi berpengaruh positif terhadap minat perilaku untuk
menggunakan layanan e-government.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa gabungan model yakni Technology
Acceptance Model (Davis, 1989), Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology
Venkatesh et al. (2003), dan model penelitian yang dilakukan oleh Schaupp et al. (2010).
Variabel yang diambil dari penelitian Davis (1989) adalah persepsi kegunaan dan persepsi
Page 4
kemudahan, persepsi risiko berdasarkan pada penelitian Schaupp et al. (2010) dan variabel
aspek sosial serta kondisi yang memfasilitasi diambil dari penelitian Venkatesh et al. (2003).
Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah studi ini terkait minat keperilakuan
menggunakan sistem e-filing pada kultur yang ada di Kantor Akuntan Publik dan merubah
objek penelitian yang sebelumnya Amerika Serikat menjadi di Indonesia.
Penggunaan konstruk Technology Acceptance Model (TAM), Unified Theory of
Acceptance and Use of Technology (UTAUT) dan persepsi risiko pada penelitian ini
diharapkan mampu memberikan referensi untuk memperbaiki, mengembangkan, dan
meningkatkan pelayanan sistem e-filing agar Wajib Pajak beralih dari sistem pelaporan manual
ke sistem pelaporan berbasis elektronik. Oleh karena itu, dari uraian latar belakang tersebut,
peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1). Apakah persepsi kegunaan
berpengaruh terhadap minat perilaku dalam penggunaan e-filing? 2). Apakah persepsi
kemudahan berpengaruh terhadap minat perilaku dalam penggunaan e-filing? 3). Apakah
persepsi persepsi risiko berpengaruh terhadap minat perilaku dalam penggunaan e-filing? 4).
Apakah aspek sosial berpengaruh terhadap minat perilaku dalam penggunaan e-filing? 5).
Apakah kondisi yang memfasilitasi berpengaruh terhadap minat perilaku dalam penggunaan e-
filing?
TINJAUAN PUSTAKA
E-filing
E-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT Elektronik yang dilakukan secara
online yang real time melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak
(http://www.ortax.org). Saluran tertentu yang dimaksud adalah website Direktorat Jenderal
Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Penyampaian secara online
memiliki arti bahwa Wajib Pajak dapat melaporkan pajak dengan menggunakan koneksi
internet dimanapun dan kapanpun. Sedangkan real time berarti bahwa Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) dapat mengkonfirmasi pelaporan saat itu juga jika data-data SPT telah diisi secara
lengkap dan benar. Data yang dilaporkan oleh wajib pajak secara online nantinya akan masuk
kedalam database DJP secara langsung.
Tujuan E-filing
Terdapat beberapa tujuan e-filing (www.slideshare.net) yakni sebagai berikut:
1. Mempermudah proses perekaman data SPT di dalam basis data DJP.
2. Mengurangi pertemuan langsung antara Wajib Pajak dengan Petugas Pajak.
3. Mengurangi dampak antrian dan volume pekerjaan proses penerimaan SPT.
4. Mengurangi volume berkas fisik/kertas dokumen perpajakan.
Technology Acceptance Model (TAM)
Menurut Davis (1989), Technology Acceptance Model (TAM) merupakan suatu teori
untuk memprediksi penerimaan pengguna terhadap teknologi informasi dalam pekerjaan
individual mereka. Pengguna yang dimaksud dalam studi empiris ini adalah Wajib Pajak Orang
Pribadi (WPOP), sedangkan teknologi informasi adalah e-filling itu sendiri. Technology
Acceptance Model (TAM) dikembangkan dari Theory of Reasoned Action (TRA) oleh
Fishbein dan Ajzen (1980). Dalam teori ini, terdapat dua variabel yang digunakan, yakni
persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan (perceived ease of use).
Persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) oleh Davis et al. (1989) didefinisikan sebagai
tingkat kepercayaan seseorang ketika menggunakan suatu item, maka akan meningkatkan
kinerja pengguna tersebut. Berbeda halnya dengan persepsi kemudahan (perceived ease of use)
yang didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang bahwa sistem dapat dengan mudah
Page 5
digunakan dan dipelajari secara mandiri. Technology Acceptance Model (TAM) dalam
penelitian ini digunakan sebagai dasar pengambilan hipotesis pertama dan kedua, yakni
persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan persepsi kemudahan (perceived ease of use)
dalam memengaruhi minat perilaku individu untuk menggunakan teknologi informasi seperti
e-filing.
Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT)
Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology dikembangkan oleh Venkatesh et
al. (2003) yang menjelaskan lebih lanjut mengenai penerimaan dan penggunaan teknologi
informasi. UTAUT merupakan penggabungan beberapa teori penerimaan teknologi informasi
menjadi satu teori, yakni: Theory of Reasoned Action (TRA), Technology Acceptance Model
(TAM), Motivational Model (MM), Theory of Planned Behavior (TPB), Combined TAM and
TPB, Model of PC Utilization (MPTU), Innovation Diffusion Theory (IDT) dan Social
Cognitive Theory (SCT). Dalam teori ini, terdapat empat macam penentu inti (core
determinant) dan empat moderator dari hubungan pokok (key relationship )untuk mengetahui
minat dan penggunaan teknologi informasi. Keempat penentu inti tersebut adalah performance
expectancy, effort expectancy, sosial influence, dan facilitating condition, sedangkan empat
moderator pada konstruk berupa gender, age, experience dan voluntariness of use. Variabel
UTAUT yang digunakan sebagai dasar hipotesis dalam penelitian ini adalah aspek sosial
(social influence) dan kondisi yang memfasilitasi (facilitating condition). Menurut Venkatesh
et al. (2003), aspek sosial merupakan sejauh mana persepsi individu atas keyakinan orang lain
dalam menggunakan sistem yang baru. Sebaliknya, kondisi yang memfasilitasi didefinisikan
sebagai sejauh mana individu percaya bahwa infrastruktur organisasi dan teknis harus ada
untuk mendukung dalam penggunaan sistem.
Kerangka Konseptual
Pada penelitian ini, peneliti meneliti tentang pengaruh persepsi kegunaan, persepsi
kemudahan, persepsi risiko, aspek sosial, dan kondisi yang memfasilitasi terhadap minat wajib
pajak dalam menggunakan e-filing. Peneliti melakukan penelitian untuk mendapatkan bukti
empiris mengenai pengaruh kelima variabel tersebut terhadap minat wajib pajak dalam
menggunakan sistem e-filing. Adapun model penelitian yang diangkat oleh peneliti dijelaskan
pada Gambar 2.1.
Gambar 2.3
Model Penelitian
Persepsi Kegunaan
Persepsi Kemudahan
Persepsi Risiko
Aspek Sosial
Kondisi yang
Memfasilitasi
Minat Perilaku
Menggunakan E-filing
Page 6
Pengembangan Hipotesis
1. Persepsi Kegunaan
Persepsi kegunaan didefinisikan sebagai tingkat persepsi seseorang mengenai seberapa
jauh penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja mereka (Davis, 1989). Azmi
dan Kamarulzaman (2010) mendefinisikan persepsi kegunaan sebagai ukuran untuk
memprediksi bahwa penggunaan sistem akan memperbaiki kinerjanya di tempat kerja. Dari
kedua pengertian di atas dapat diartikan bahwa persepsi kegunaan merupakan keyakinan
seseorang bahwa sistem teknologi informasi akan mendatangkan maanfaat bagi dirinya. Oleh
karena itu, kebermanfaatan tersebut dapat memengaruhi pengambilan keputusan seseorang
untuk menggunakan suatu sistem atau tidak. Jika dirasa sebuah sistem teknologi informasi
tidak bermanfaat, seseorang enggan untuk menggunakannya.
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Chen dan Huang (2006) menunjukkan hasil
bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat perilaku dalam penggunaan
online taxation system. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Eunil (2013) menunjukkan
bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat perilaku untuk menggunakan
tele-presence system. Penelitian ketiga dilakukan oleh Abbasi et al. (2011). Penelitian Abbasi
et al. (2011) menunjukkan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat
perilaku dalam penggunaan internet technology. Penelitian keempat dilakukan oleh Wang
(2002) menunjukkan bahwa persepsi kegunaan memiliki pengaruh positif terhadap minat
perilaku dalam penggunaan tax-filing system. Berdasarkan hasil pada studi-studi terdahulu,
maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Persepsi kegunaan berpengaruh
positif terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filing.
2. Persepsi Kemudahan Persepsi tentang kemudahan dalam penggunaan sebuah teknologi diartikan sebagai suatu
ukuran saat individu percaya bahwa sistem teknologi informasi dapat dipahami dan digunakan
dengan mudah (Davis, 1989). Giovanis et al. (2012) mendefinisikan persepsi kemudahan
sebagai sejauh mana individu percaya bahwa dengan menggunakan sistem tertentu akan
membuat seseorang terbebas dari usaha berlebih. Persepsi kemudahan merupakan keyakinan
yang dapat memengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Jika individu merasa
bahwa sistem teknologi informasi dapat dengan mudah dipahami dan digunakan, seseorang
akan berminat untuk menggunakan teknologi informasi tersebut.
Studi pertama dilakukan oleh Klopping dan McKinney (2004). Penelitian Klopping dan
McKinney (2004) menunjukkan hasil bahwa persepsi kemudahaan berpengaruh positif
terhadap minat perilaku untuk menggunakan e-commerce. Penelitian kedua dilakukan oleh
Almarashdeh dan Alsmadi (2017) menunjukkan hasil bahwa persepsi kemudahan berpengaruh
positif terhadap minat perilaku untuk menggunakan mobile government service. Penelitian
ketiga dilakukan oleh Kucukusta et al. (2015). Hasil penelitian Kucukusta et al. (2015)
menunjukkan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat menggunakan
sistem booking online travel products. Penelitian keempat dilakukan oleh Ozturk (2016)
dengan hasil bahwa persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat perilaku dalam
menggunakan radio frequency identification (RFID) cashless payment systems. Berdasarkan
hasil pada studi-studi terdahulu, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H2:
Persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-
filing.
3. Persepsi Risiko
Persepsi risiko adalah persepsi pembayar pajak tentang keandalan kegunaan atau fungsi
sistem dan pengendalian informasi data pribadi mereka di lingkungan online (Bee dan Azmi,
Page 7
2010). Di dalam e-filing, terdapat berbagai informasi pribadi pengguna, seperti jumlah
penghasilan, alamat rumah, nomor e-Fin, nomor pokok wajib pajak, jumlah utang, nama, dan
anggota keluarga. Persepsi risiko akan berdampak negatif jika terjadi penyalahgunaan data oleh
orang-orang tidak bertanggung jawab, seperti: hacking dan phising. Persepsi risiko dalam
penelitian ini digunakan sebagai faktor pembantu para wajib pajak untuk menentukan sikap
terhadap minat pengguaan e-filing sehingga wajib pajak dapat memutuskan untuk
menggunakan sistem e-filing atau tidak.
Penelitian pertama dilakukan oleh Schaupp et al. (2010). Hasil penelitian Schaupp et al.
(2010) menunjukkan bahwa persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat wajib pajak
untuk menggunakan e-filing. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Alalwan et al. (2016)
menunjukkan hasil bahwa persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat penggunaan
mobile banking. Penelitian ketiga dilakukan oleh Pavlou (2003). Hasil penelitian Pavlou (2003)
menunjukkan bahwa persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat penggunaan
bertransaksi dengan e-commerce. Penelitian keempat dilakukan oleh Akkaya et al. (2013)
dengan menunjukkan hasil bahwa persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat untuk
menggunakan e-filing. Berdasarkan hasil pada studi-studi terdahulu, maka peneliti
merumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat
wajib pajak dalam menggunakan e-filing.
4. Aspek Sosial
Aspek sosial didefinisikan sebagai sejauh mana orang lain menganggap penting dan
mendukung niat pengguna untuk mengadopsi inovasi teknologi informasi (Venkatesh et al.,
2003). Rodriguez dan Trujillo (2014) mengartikan aspek sosial sebagai tingkat saat individu
merasa bahwa orang lain menganggap penting dan yakin bahwa seseorang tersebut harus
menggunakan sistem baru. Aspek sosial mengacu pada sejauh mana keputusan konsumen
untuk menggunakan produk atau layanan dipengaruhi oleh pendapat keluarga, saudara, atau
teman mereka (Riquelme dan Rios, 2010). Aspek sosial di sini menjelaskan bagaimana
lingkungan sekitar, termasuk kerabat dekat, teman, sahabat, ataupun media masa dalam
membentuk cara pandang seseorang untuk menerima dan melakukan tindakan tertentu.
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Almarashdeh dan Alsmadi (2017). Hasil
penelitian Almarashdeh dan Alsmadi (2017) menunjukkan bahwa aspek sosial berpengaruh
positif terhadap minat perilaku dalam penggunaan mobile government service. Penelitian
kedua yang dilakukan oleh Madigan et al. (2016) menunjukkan bahwa aspek sosial (social
influence) berpengaruh positif terhadap minat perilaku penggunaan Automated Road Transport
Systems (ARTS). Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Sena et al. (2016). Hasil penelitian
Sena et al. (2016) menunjukkan bahwa aspek sosial berpengaruh positif terhadap minat
perilaku penggunaan mobile payment. Penelitian keempat yang dilakukan oleh Athmay et al.
(2016) menunjukkan bahwa aspek sosial berpengaruh positif terhadap minat penggunaan e-
government. Berdasarkan hasil pada studi-studi terdahulu, maka peneliti merumuskan hipotesis
sebagai berikut: H4: Aspek sosial berpengaruh positif terhadap minat wajib pajak dalam
menggunakan e-filing.
5. Kondisi yang Memfasilitasi
Kondisi yang memfasilitasi oleh Venkatesh et al. (2003) didefinisikan sebagai sejauh
mana seseorang percaya bahwa terdapat infrastruktur untuk mendukung penggunaan sistem.
Kondisi yang memfasilitasi mencakup sumber daya dan lingkungan fisik yang secara efektif
mendukung dalam adopsi ataupun penggunaan produk, layanan, atau teknologi. Kondisi yang
memfasilitasi dalam penggunaan e-filing dapat berupa hardware, software, dan koneksi
internet. Ada atau tidaknya kondisi yang memfasilitasi dapat memengaruhi minat wajib pajak
dalam menentukan keputusan penggunaan sistem e-filing.
Page 8
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Tsourela dan Roumeliotis (2015). Hasil
penelitian Tsourela dan Roumeliotis (2015) menunjukkan bahwa kondisi yang memfasilitasi
berpengaruh positif terhadap minat penggunaan layanan berbasis teknologi. Penelitian kedua
yang dilakukan oleh Kurfali et al. (2017) menunjukkan bahwa kondisi yang memfasilitasi
berpengaruh positif terhadap minat penggunaan e-government. Penelitian ketiga dilakukan
oleh Madan dan Yadav (2016). Hasil penelitian Madan dan Yadav (2016) menunjukkan bahwa
kondisi yang memfasilitasi berpengaruh positif terhadap minat mengadopsi mobile wallet.
Penelitian keempat yang dilakukan oleh Ovais et al. (2013) menunjukkan hasil bahwa kondisi
yang memfasilitasi berpengaruh positif terhadap minat penggunaan e-government.
Berdasarkan hasil pada studi-studi terdahulu, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai
berikut: H5: Kondisi yang memfasilitasi berpengaruh positif terhadap minat wajib pajak dalam
menggunakan e-filing.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji hipotesis dan menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar konstruk-konstruk,
yakni persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi risiko, aspek sosial dan kondisi yang
memfasilitasi terhadap minat perilaku Wajib Pajak untuk menggunakan sistem e-filing.
Konstruk diperoleh berdasarkan data dan fakta-fakta. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel endogen serta
arah hubungan itu terjadi.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik di Provinsi Jawa Timur. Berikut beberapa alasan peneliti memilih populasi
tersebut, yakni:
1. Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik merupakan wajib pajak yang tidak
diharuskan melaporkan SPT Tahunan menggunakan sistem e-filing. Berdasarkan Surat
Edaran MenPAN RB No. 8 Tahun 2015, yang diwajibkan menggunakan e-filing adalah
Aparatur Sipil Negara, TNI, dan Polri.
2. Terdapat 56 Kantor Akuntan Publik di Provinsi Jawa Timur yang terdaftar dalam
Direktori IAPI tahun 2016 dan dapat diakses peneliti melalui website IAPI
www.iapi.com sehingga memudahkan peneliti dalam mengirim kuesioner.
3. Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang representatif untuk dijadikan lokasi
penelitian karena terdapat kota terbesar kedua di Indonesia yakni Kota Surabaya yang
memiliki banyak jumlah Kantor Akuntan Publik. Dengan melakukan penelitian di
Provinsi Jawa Timur, peneliti berharap mendapatkan lebih banyak responden sehingga
hasil penelitian dapat menggambarkan secara akurat determinan minat perilaku dalam
penggunaan e-filing bagi para auditor.
Berdasarkan populasi tersebut, peneliti menetapkan 159 auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik di Provinsi Jawa Timur dan pernah menggunakan e-filing sebagai
sampel penelitian. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berpedoman pada pernyataan
Roscue (1975) dalam Sekaran dan Bougie (2013:269), yakni:
1. Sample size larger than 30 and less than 500 are appropiate for most research.
2. Where sample are to be broken into subsample (male, female, juniors, seniors, etc.),
a minimum sample size of 30 for each category is necessary.
Page 9
3. In multivariate reserach (incuding multiple regression analysis), the sample size
should be several times (preferably 10 times or more) as large as the number of
variables in the study.
4. For simple experimental research with tight experimental controls (matched pairs,
etc), successful research is possible with sample as small as 10 to 20 in size.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa ukuran sampel yang tepat
untuk kebanyakan penelitian adalah lebih dari 30 dan kurang dari 500 sampel. Tidak hanya itu,
ukuran sampel pada penelitian multivariat lebih baik jika beberapa kali (10 kali atau lebih)
besar dari jumlah variabel. Oleh karena itu, peneliti menetapkan jumlah sampel sebesar 159
sampel.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode
non-probability sampling, yakni teknik pengambilan sampel yang mudah (convenience
sampling). Convenience sampling digunakan untuk memperoleh informasi secara cepat
sehingga peneliti mengetahui fenomena atau variabel yang diteliti (Sekaran dan Bougie,
2013:252). Pemilihan metode ini dikarenakan peneliti merasa bahwa jumlah keseluruhan
auditor pada setiap Kantor Akuntan Publik di Provinsi Jawa Timur tidak diketahui secara pasti.
Variabel dan Operasional Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan konstruk reflektif karena indikator merupakan
perwujudan atau refleksi dari suatu konstruk. Terdapat enam konstruk dalam penelitian ini,
yakni persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi risiko, aspek sosial, kondisi yang
memfasilitasi dan minat perilaku menggunakan sistem e-filing. Instrumen yang digunakan
untuk mengukur konstruk dalam penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian
sebelumnya, yakni Davis (1989), Fu et al. (2006), Schaupp et al. (2010), dan Venkatesh et al.
(2003). Setiap konstruk akan diukur menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial (Sugiyono, 2017:134). Pengukuran indikator konstruk dilakukan dengan menggunakan
skala likert 7 poin (7-point likert scale) dimulai dari poin 1 sangat tidak setuju (STS), poin 2
tidak setuju (TS), poin 3 agak tidak setuju (ATS), poin 4 netral (N), poin 5 agak setuju (AS),
poin 6 setuju (S), poin 7 sampai dengan sangat setuju (SS).
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode survei kuesioner untuk memperoleh data. Metode
survei kuesioner ini nantinya akan menghasilkan data primer. Dalam rangka meningkatkan
respon rate atas kuesioner, maka peneliti melakukan berbagai strategi sebagai berikut:
1. Peneliti membuat kuesioner dengan format yang menarik dan pertanyaan tidak terlalu
panjang namun padat makna.
2. Melakukan follow-up secara rutin via telepon dengan rentang waktu satu minggu
sekali setelah kuesioner diterima oleh responden.
3. Mengantar dan mengambil sendiri kuesioner penelitian ke Kantor Akuntan Publik
yang dapat dijangkau dengan mudah oleh peneliti. Hal ini dilakukan oleh peneliti
untuk meminimalisir tingkat kuesioner yang hilang atau tidak terisi.
Metode Analisis Data
Penelitian ini mengolah data menggunakan alat statistik PLS (Partial Least Square).
Tujuan PLS adalah memprediksi pengaruh variabel X terhadap variabel Y dan menjelaskan
hubungan teoritis diantara kedua variabel. Software aplikasi yang digunakan untuk
menjalankan teknik PLS dalam penelitian ini adalah smartPLS versi 2.0.
Page 10
Evaluasi Model
Evaluasi model PLS dilakukan dengan mengevaluasi model struktural (inner model) dan
model pengukuran (outer model). Outer Model merupakan model pengukuran untuk menilai
validitas dan reliabilitas model dan inner model merupakan model struktural untuk
memprediksi hubungan kausalitas antar variabel laten.
Model Pengukuran (Outer Model)
Menurut Abdillah dan Hartono (2015:194), model pengukuran (outer model) digunakan
untuk menilai validitas konstruk dan reliabilitas instrumen. Validitas konstruk terdiri dari dua
macam, yakni validitas konvergen dan validitas diskriminan. Suatu instrumen dikatakan telah
lolos uji validitas konvergen jika memiliki faktor loading lebih dari 0,55 (Dante, 2006). Selain
itu, nilai AVE dan communality harus lebih dari 0,5 (Abdillah dan Hartono, 2015:196).
Sedangkan suatu instrumen dikatakan telah lolos uji validitas diskriminan apabila nilai akar
AVE lebih besar dari korelasi variabel laten dan nilai outer loadings > cross loadings dalam
satu variabel yang sama (Chin, 1998).
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi internal alat ukur. Terdapat dua
metode uji reliabilitas dalam Partial Least Square (PLS), yakni cronbach’s Alpha dan
composite reliability. Konstruk dikatakan reliabel jika rule of thumb nilai alpha > 0,6 dan
composite reliability > 0,7 (Abdillah dan Hartono, 2015:196).
Model Struktural (Inner Model)
Model struktural dalam Partial Least Square (PLS) dievaluasi dengan menggunakan
model R2 untuk konstruk dependen dan nilai koefisien path atau t-values tiap path untuk uji
signifikansi antar konstruk (Abdillah dan Hartono, 2015:197). Koefisien determinasi (R2)
digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel
dependen. Sedangkan nilai koefisien path atau t-values menunjukkan signifikansi dalam
pengujian hipotesis. Pada Penelitian ini menggunakan hipotesis satu ekor (one-tailed).
Hipotesis dapat diterima jika nilai T-statistic di atas 1,64 untuk pengujian hipotesis pada alpha
5 persen dan power 80 persen (Abdillah dan Hartono, 2015:197).
ANALISIS DATA DAN HASIL PEMBAHASAN
Responden
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik di Provinsi Jawa Timur dan pernah menggunakan e-filing. Peneliti
menyebarkan kuesioner secara langsung kepada 20 KAP. Penelitian ini dilakukan kurang lebih
selama 2 bulan, yakni mulai dari proses menyebarkan kuesioner hingga pengambilan kuesioner
kembali (10 Oktober 2017 – 12 Desember 2017).
Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 159 kuesioner. Adapun jumlah kuesioner yang
kembali adalah 133 buah. Namun, terdapat 30 lembar kuesioner yang tidak dapat diolah karena
jawaban tidak lengkap, tidak konsisten, dan ada beberapa auditor yang belum pernah
menggunakan sistem e-filing. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat respon rate
dalam penelitian ini adalah 83,64% dengan jumlah kuesioner yang diolah sebanyak 103 buah.
Evaluasi Model Hipotesis
Model penelitian ini terdiri dari enam konstruk, yakni persepsi kegunaan, persepsi
kemudahan, persepsi risiko, aspek sosial, kondisi yang memfasilitasi dan minat perilaku untuk
menggunakan sistem e-filing. Analisis terhadap evaluasi model pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan Partial Least Square (PLS). Peneliti melakukan pengujian terhadap
model pengukuran (outer model) dan model struktural (inner model).
Page 11
Hasil Evaluasi Outer Model
Hasil evaluasi outer model dalam penelitian ini meliputi uji validitas dan reliabilitas.
Berikut ini merupakan hasil uji outer model:
1. Validitas Konvergen
Parameter yang digunakan dalam uji validitas konvergen ini adalah nilai AVE dan
communality > 0,5 dan nilai faktor loading > 0,55. Berikut akan disajikan hasil AVE dan
communality dalam Tabel 4.8, sedangkan hasil faktor loading disajikan dalam Tabel 4.9.
Tabel 4.8
Hasil AVE dan Communality Penelitian
Konstruk AVE Communality
BI 0.833 0.833
FC 0.806 0.806
PEOU 0.519 0.519
PR 0.637 0.637
PU 0.558 0.558
SI 0.782 0.782
Sumber: Data Primer (diolah)
Keterangan: BI = Minat Wajib Pajak dalam Menggunakan E-Filing, PU = Persepsi Kegunaan,
PEOU = Persepsi Kemudahan, PR = Persepsi Risiko, SI = Aspek Sosial, FC = Kondisi yang
Memfasilitasi.
Tabel 4.9
Hasil Faktor Loading Penelitian
BI FC PEOU PR PU SI
BI1 0.924
BI2 0.902
FC1 0.913
FC2 0.904
FC3 0.876
PEOU1 0.722
PEOU2 0.806
PEOU3 0.634
PEOU4 0.630
PEOU5 0.789
PR1 0.745
PR2 0.864
PR3 0.782
PU1 0.769
PU2 0.730
PU3 0.814
PU4 0.724
PU5 0.692
SI1 0.886
SI2 0.926
SI3 0.839
Sumber: Data Primer (diolah)
Page 12
Keterangan: BI = Minat Wajib Pajak dalam Menggunakan E-Filing, PU = Persepsi Kegunaan,
PEOU = Persepsi Kemudahan, PR = Persepsi Risiko, SI = Aspek Sosial, FC = Kondisi yang
Memfasilitasi
Berdasarkan Tabel 4.8, diperoleh hasil bahwa nilai AVE dan communality setiap
konstruk > 0,5 dan berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa keseluruhan nilai faktor loading >
0,55. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa indikator dalam penelitian ini telah memenuhi
kriteria validitas konvergen.
2. Validitas Diskriminan
Parameter validitas diskriminan dinilai berdasarkan akar AVE > korelasi variabel laten
dan nilai outer loadings > cross loadings dalam satu variabel yang sama. Berikut disajikan
hasil AVE dan akar AVE dalam Tabel 4.10, korelasi variabel laten dalam Tabel 4.11 dan nilai
cross loading penelitian pada Tabel 4.12.
Tabel 4.10
Hasil AVE dan akar AVE Penelitian
Konstruk AVE Akar AVE
BI 0.833 0.913
FC 0.806 0.898
PEOU 0.519 0.720
PR 0.637 0.798
PU 0.558 0.747
SI 0.782 0.884
Sumber: Data Primer (diolah)
Keterangan: BI = Minat Wajib Pajak dalam Menggunakan E-Filing, PU = Persepsi Kegunaan,
PEOU = Persepsi Kemudahan, PR = Persepsi Risiko, SI = Aspek Sosial, FC = Kondisi yang
Memfasilitasi
Tabel 4.11
Nilai Korelasi Variabel Laten Penelitian
Konstruk BI FC PEOU PR PU SI
BI 1.000
FC 0.639 1.000
PEOU 0.560 0.444 1.000
PR -0.530 -0.482 -0.360 1.000
PU 0.623 0.613 0.491 -0.422 1.000
SI 0.625 0.632 0.471 -0.534 0.535 1.000
Sumber: Data Primer (diolah)
Keterangan: BI = Minat Wajib Pajak dalam Menggunakan E-Filing, PU = Persepsi Kegunaan,
PEOU = Persepsi Kemudahan, PR = Persepsi Risiko, SI = Aspek Sosial, FC = Kondisi yang
Memfasilitasi
Tabel 4.12
Hasil Cross Loading Penelitian
BI FC PEOU PR PU SI
BI1 0.924 0.581 0.574 -0.474 0.584 0.656
BI2 0.902 0.587 0.442 -0.496 0.552 0.476
Page 13
FC1 0.585 0.913 0.416 -0.398 0.630 0.502
FC2 0.561 0.904 0.362 -0.396 0.506 0.589
FC3 0.575 0.876 0.417 -0.504 0.512 0.612
PEOU1 0.370 0.304 0.722 -0.225 0.360 0.421
PEOU2 0.443 0.311 0.806 -0.328 0.373 0.334
PEOU3 0.211 0.143 0.634 -0.166 0.219 0.201
PEOU4 0.365 0.237 0.630 -0.209 0.251 0.319
PEOU5 0.524 0.488 0.789 -0.315 0.482 0.379
PR1 -0.349 -0.418 -0.300 0.745 -0.295 -0.463
PR2 -0.488 -0.370 -0.309 0.864 -0.298 -0.463
PR3 -0.417 -0.382 -0.257 0.782 -0.424 -0.361
PU1 0.482 0.429 0.290 -0.339 0.769 0.401
PU2 0.468 0.489 0.454 -0.357 0.730 0.444
PU3 0.506 0.535 0.359 -0.348 0.814 0.489
PU4 0.371 0.514 0.358 -0.274 0.724 0.380
PU5 0.479 0.334 0.376 -0.251 0.692 0.276
SI1 0.524 0.521 0.434 -0.457 0.371 0.886
SI2 0.553 0.565 0.448 -0.423 0.454 0.926
SI3 0.577 0.585 0.369 -0.531 0.580 0.839
Sumber: Data Primer (diolah)
Keterangan: BI = Minat Wajib Pajak dalam Menggunakan E-Filing, PU = Persepsi Kegunaan,
PEOU = Persepsi Kemudahan, PR = Persepsi Risiko, SI = Aspek Sosial, FC = Kondisi yang
Memfasilitasi
Suatu instrumen dinyatakan lolos uji validitas diskriminan apabila nilai akar AVE lebih
besar dari korelasi variabel laten dan nilai outer loadings > cross loadings dalam satu variabel
yang sama (Chin, 1998). Berdasarkan hasil perbandingan antara Tabel 4.10 dan Tabel 4.11
diketahui bahwa nilai akar AVE > nilai korelasi variabel laten dan Tabel 4.12 menunjukkan
bahwa nilai outer loadings > cross loadings. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
konstruk dan instrumen dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria validitas diskriminan.
3. Uji Reliabilitas
Parameter yang digunakan adalah dengan melihat nilai cronbach’s alpha diatas 0,6 dan
nilai composite reliability diatas 0,7. Berikut disajikan nilai cronbach’s alpha dan composite
realiability hasil penelitian pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Hasil Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability Penelitian
Konstruk Composite
Reliability
Cronbachs
Alpha
BI 0.909 0.801
FC 0.926 0.879
PEOU 0.842 0.771
PR 0.840 0.716
PU 0.863 0.801
SI 0.915 0.860
Sumber: Data Primer (diolah)
Page 14
Keterangan: BI = Minat Wajib Pajak dalam Menggunakan E-Filing, PU = Persepsi Kegunaan,
PEOU = Persepsi Kemudahan, PR = Persepsi Risiko, SI = Aspek Sosial, FC = Kondisi yang
Memfasilitasi
Berdasarkan Tabel 4.13 diperoleh hasil bahwa keseluruhan konstruk memiliki nilai
cronbach’s alpha > 0,6 dan composite reliability > 0,7. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa konstruk dalam penelitian ini telah reliabel.
Hasil Evaluasi Inner Model
Tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan pengujian terhadap inner model.
Parameter yang digunakan dalam PLS adalah koefisien determinasi dan koefisien path.
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar konstruk endogen
dapat dijelaskan oleh konstruk eksogen. Menurut Hartono dan Abdillah (2015:197), semakin
tinggi nilai R2 maka menunjukkan bahwa model penelitian yang diajukan semakin baik.
Berikut merupakan hasil nilai koefisien determinasi pada penelitian ini:
Tabel 4.14
Nilai R- Square
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan konstruk endogen yakni minat wajib pajak
dalam menggunakan e-filling (BI) yang dipengaruhi oleh konstruk eksogen yakni, persepsi
kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi risiko, aspek sosial, dan kondisi yang memfasilitasi.
Tabel 4.14 menunjukkan nilai R-square untuk konstruk endogen sebesar 0,594. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa 59,40% konstruk minat perilaku dalam menggunakan e-filling (BI) dapat
dipengaruhi oleh konstruk persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, persepsi risiko, aspek
sosial, dan kondisi yang memfasilitasi. Sedangkan sisanya sebesar 40,60% dipengaruhi oleh
konstruk lain di luar model yang diajukan.
Koefisien path menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis. Hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis satu ekor (one-taied). Apabila nilai T-
statistics > 1,64 maka hipotesis diterima dan apabila nilai T-statistics < 1,64 maka hipotesis
ditolak. Berikut disajikan hasil nilai path coefficient pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15
Hasil Path Coefficients Penelitian
Konstruk Original Sample
(O)
T-Statistics
(|O/STERR|)
Keputusan
PU -> BI 0,220 2,910 Diterima (H1)
PEOU -> BI 0,211 4,028 Diterima (H2)
PR -> BI -0,156 2,679 Diterima (H3)
SI -> BI 0,188 2,133 Diterima (H4)
FC -> BI 0,216 2,431 Diterima (H5)
Sumber: Data Primer (diolah)
Keterangan: BI = Minat Wajib Pajak dalam Menggunakan E-Filing, PU = Persepsi Kegunaan,
PEOU = Persepsi Kemudahan, PR = Persepsi Risiko, SI = Aspek Sosial, FC = Kondisi yang
Memfasilitasi
Konstruk R Square
BI 0,594
Page 15
Gambar 4.1
Model Struktural
Sumber: Data Primer (diolah)
Keterangan: BI = Minat Wajib Pajak dalam Menggunakan E-Filing, PU = Persepsi Kegunaan,
PEOU = Persepsi Kemudahan, PR = Persepsi Risiko, SI = Aspek Sosial, FC = Kondisi yang
Memfasilitasi
Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis berdasarkan Tabel 4.15:
1. Hipotesis 1
Hipotesis pertama menyatakan bahwa konstruk persepsi kegunaan berpengaruh positif
terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filing. Dapat dilihat pada Tabel 4.15 bahwa
nilai T-statistic dari konstruk persepsi kegunaan terhadap minat wajib pajak dalam
menggunakan e-filing adalah sebesar 2,910 atau > 1,64. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Hipotesis 1 didukung. Hasil ini konsisten seperti yang diperoleh pada
penelitian Wang (2002), Klopping dan McKinney (2004), Giovanis et al. (2012), Kucukusta et
al. (2015) dan Alalwan et al. (2016).
2. Hipotesis 2
Hipotesis kedua menyatakan bahwa konstruk persepsi kemudahan berpengaruh positif
terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filing. Dapat dilihat pada Tabel 4.15 bahwa
nilai T-statistic dari konstruk persepsi kemudahan terhadap minat wajib pajak dalam
menggunakan e-filing adalah sebesar 4,028 atau > 1,64. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Hipotesis 2 didukung. Hasil ini konsisten seperti yang diperoleh pada
penelitian Pavlou (2003), Chen dan Huang (2006), Gao dan Bai (2014), Gangwar at al. (2015)
dan Koksal (2016).
3. Hipotesis 3
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa konstruk persepsi risiko berpengaruh negatif
terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filing. Arah hubungan yang negatif
menunjukkan jika persepsi risiko mengalami peningkatan maka akan diikuti oleh penurunan
minat wajib pajak dalam menggunakan e-filling. Berdasarkan Tabel 4.15, dapat dilihat bahwa
Page 16
nilai T-statistic dari konstruk persepsi risiko terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan
e-filing adalah sebesar 2,679 atau > 1,64. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Hipotesis 3 didukung. Hasil ini konsisten seperti yang diperoleh pada penelitian Akkaya et
al. (2003), Schaupp et al. (2010), Kesharwani dan Bisht (2012), Bashir dan Madhavaiah
(2015), dan Ozturk (2016).
4. Hipotesis 4
Hipotesis keempat menyatakan bahwa konstruk aspek sosial berpengaruh positif
terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filing. Arah hubungan yang positif
menunjukkan jika aspek sosial mengalami peningkatan maka akan diikuti oleh peningkatan
minat wajib pajak dalam menggunakan e-filling. Dapat dilihat pada Tabel 4.15 bahwa nilai T-
statistic dari konstruk persepsi kegunaan terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-
filing adalah sebesar 2,133 atau > 1,64. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Hipotesis 4 didukung. Hasil ini konsisten seperti yang diperoleh pada penelitian Tan dan Lau
(2016), Athmay et al. (2016), Madigan et al. (2016), Sena et al. (2016) dan Almarashdeh dan
Alsmadi (2017).
5. Hipotesis 5
Hipotesis kelima menyatakan bahwa konstruk kondisi yang memfasilitasi berpengaruh
positif terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filing. Arah hubungan yang positif
menunjukkan jika kondisi yang memfasilitasi mengalami peningkatan maka akan diikuti oleh
peningkatan minat wajib pajak dalam menggunakan e-filling. Berdasarkan Tabel 4.15, dapat
dilihat bahwa nilai T-statistic dari konstruk kondisi yang memfasilitasi terhadap minat wajib
pajak dalam menggunakan e-filing adalah sebesar atau 2,431 > 1,64. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 5 didukung. Hasil ini konsisten seperti yang
diperoleh pada penelitian Venkatesh et al. (2012), Rodriguez dan Trujillo (2014), Tahrini et al.
(2016), Madan dan Yadav (2016), dan Kurfali et al. (2017).
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, dapat diketahui bahwa konstruk persepsi
kegunaan berpengaruh positif terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filling,
konstruk persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat wajib pajak dalam
menggunakan e-filling, konstruk persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat wajib
pajak dalam menggunakan e-filling, konstruk aspek sosial berpengaruh positif terhadap minat
wajib pajak dalam menggunakan e-filling, dan konstruk kondisi yang memfasilitasi
berpengaruh positif terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filling.
Setelah diperoleh hasil untuk kelima kontruk tersebut, langkah selanjutnya adalah
peneliti melakukan validitas penemuan (finding) untuk mencari penjelasan mengenai hasil
hipotesis yang diuji. Validitas penemuan dilakukan dengan mencari jurnal-jurnal terdahulu
yang mendukung hipotesis pada penelitian ini. Pembahasan lebih lanjut mengenai hasil
pengujian setiap konstruk adalah sebagai berikut:
Pembahasan Pengaruh Persepsi Kegunaan Terhadap Minat Wajib Pajak dalam
Menggunakan E-filing
Persepsi kegunaan oleh Davis (1989) diartikan sebagai keyakinan individu bahwa
penggunaan teknologi informasi akan dapat meningkatkan kinerja mereka. Hasil pengujian
menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara persepsi kegunaan terhadap minat
wajib pajak dalam menggunakan e-filling. Penerimaan atas hipotesis ini mengindikasikan
bahwa manfaat e-filing menjadikan auditor lebih berminat untuk menggunakan sistem tersebut.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Chen dan Huang (2006), Eunil (2013),
dan Kim et al. (2009).
Page 17
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Chen dan Huang (2006). Chen dan Huang (2006)
melakukan penelitian untuk mengetahui minat perilaku wajib pajak dalam menggunakan
online taxation system. Responden yang digunakan sejumlah 359 pembayar pajak di Taiwan.
Hasil penelitian Chen dan Huang (2006) membuktikan bahwa persepsi kegunaan berpengaruh
positif terhadap minat perilaku wajib pajak dalam menggunakan online taxation system.
Penelitian kedua dilakukan oleh Eunil (2013) untuk mengetahui minat perilaku dalam
menggunakan tele-presence systems. Penelitian Eunil (2013) menggunakan 1.620 responden
yang berasal dari wilayah Asia dan Amerika Utara. Hasil penelitian Eunil (2013) membuktikan
bahwa persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat perilaku dalam menggunakan
tele-presence systems.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Kim et al. (2009). Kim et al. (2009) melakukan
penelitian tentang minat perilaku dalam menggunakan e-government di Malaysia. Responden
yang digunakan merupakan 150 penduduk yang bekerja di wilayah utara Malaysia. Kim et al.
(2009) melakukan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non-probability
sampling, yakni convenience sampling. Hasil penelitian Kim et al. (2009) membuktikan bahwa
persepsi kegunaan berpengaruh positif terhadap minat perilaku dalam menggunakan e-
government di Malaysia.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik Provinsi Jawa Timur dan merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
setuju atas manfaat yang diperoleh ketika menggunakan sistem e-filing. Manfaat tersebut di
antaranya adalah mempercepat proses pelaporan pajak WPOP, meningkatkan produktivitas
dalam pelaporan pajak WPOP, meningkatkan efektivitas dalam proses pelaporan pajak, dan
mempermudah WPOP dalam mengisi Surat Pemberitahuan (SPT). Beberapa manfaat yang
diperoleh tersebut membuat auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Provinsi Jawa
Timur dan merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) berminat untuk menggunakan
sistem e-filing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh persepsi kegunaan terhadap minat
perilaku dalam menggunakan e-filing adalah kuat.
Pembahasan Pengaruh Persepsi Kemudahan Terhadap Minat Wajib Pajak dalam
Menggunakan E-filing
Persepsi kemudahan merupakan keyakinan individu bahwa dengan menggunakan sistem
teknologi informasi dapat membebaskan diri dari kesulitan, dalam artian bahwa sistem ini
mudah untuk digunakan. Hasil pengujian menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan
antara persepsi kemudahan terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filling.
Penerimaan atas hipotesis ini mengindikasikan bahwa kemudahan sistem e-filing menjadikan
auditor lebih berminat untuk menggunakan sistem tersebut. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ozturk (2016), Giovanis et al. (2012), dan Almarashdeh
dan Alsmadi (2017).
Penelitian pertama dilakukan oleh Ozturk (2016). Ozturk (2016) melakukan penelitian
tentang minat perilaku untuk menggunakan radio frequency identification (RFID) cashless
payment system pada industri perhotelan di Amerika Serikat. Responden yang digunakan
sejumlah 305 responden. Hasil penelitian Ozturk (2016) menunjukkan bahwa persepsi
kemudahan berpengaruh positif terhadap minat perilaku dalam menggunakan radio frequency
identification (RFID) cashless payment system.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Giovanis et al. (2012) untuk mengetahui minat
perilaku dalam menggunakan internet banking di Yunani. Giovanis et al. (2012) menggunakan
teknik pengambilan sampel jenis convenience sampling. Giovalis et al. (2012) memilih
nasabah dari dua bank terbesar di Yunani sebagai responden, yakni sejumlah 202 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat
perilaku dalam menggunakan internet banking.
Page 18
Penelitian ketiga dilakukan oleh Almarashdeh dan Alsmadi (2017). Almarashdeh dan
Alsmadi (2017) melakukan penelitian untuk mengetahui minat perilaku dalam penggunaan
mobile government services di Kota Dammam sebelah timur Saudi Arabia. Jumlah responden
yang digunakan sebanyak 468 orang. Hasil penelitian Almarashdeh dan Alsmadi (2017)
menunjukkan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat perilaku dalam
menggunakan mobile government services.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik Provinsi Jawa Timur dan merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
setuju atas kemudahan sistem e-filing. Kemudahan tersebut di antaranya adalah panduan yang
mudah untuk dipelajari, sistem e-filing mudah di operasikan, mudah diisi dan dimodifikasi,
panduannya mudah diikuti, dan secara keseluruhan sistem e-filing mudah untuk digunakan.
Beberapa kemudahan tersebut membuat auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik
Provinsi Jawa Timur dan merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) berminat untuk
menggunakan sistem e-filing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh persepsi
kemudahan terhadap minat perilaku dalam menggunakan e-filing adalah kuat.
Pembahasan Pengaruh Persepsi Risiko Terhadap Minat Wajib Pajak dalam
Menggunakan E-filing
Persepsi risiko merupakan penilaian individu atas ketidakpastian suatu sistem dan
memungkinan terjadinya aktivitas atau kegiatan yang memberikan konsekuensi negatif. Hasil
pengujian menunjukkan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara persepsi risiko terhadap
minat wajib pajak dalam menggunakan e-filling. Penerimaan atas hipotesis ini
mengindikasikan bahwa risiko sistem e-filing menjadikan auditor kurang berminat untuk
menggunakan sistem tersebut. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Alalwan
et al. (2016), Akkaya et al. (2013) dan Schaupp et al. (2010).
Penelitian yang pertama dilakukan oleh Alalwan et al. (2016). Alalwan et al. (2016)
melakukan penelitian tentang minat perilaku untuk mengadopsi mobile banking di Yordania.
Responden yang digunakan sejumlah 343 pengguna mobile banking di dua kota yakni Amman
dan Al-Balqa’. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi risiko berpengaruh negatif
terhadap minat perilaku untuk mengadopsi mobile banking.
Penelitian kedua dilakukan oleh Akkaya et al. (2013). Akkaya et al. (2013) meneliti
tentang minat perilaku untuk mengadopsi e-government di Jerman. Responden dalam
penelitian sejumlah 1000 responden. Hasil penelitian Akkaya et al. (2013) menunjukkan bahwa
persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat perilaku untuk mengadopsi e-government.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Schaupp et al. (2010) untuk mengetahui minat
perilaku dalam penggunaan e-filing di Amerika Serikat. Jumlah responden yang digunakan
sebanyak 260 responden dengan kriteria pernah menggunakan e-filing. Hasil penelitian
Schaupp et al. (2010) menunjukkan bahwa persepsi risiko berpengaruh negatif terhadap minat
perilaku untuk menggunakan e-filing.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik Provinsi Jawa Timur dan merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) tidak
setuju atas risiko yang ditimbulkan oleh sistem e-filing. Berbagai kelebihan sistem e-filing
dapat membentuk perilaku positif atas penggunaan sistem tersebut. Dalam hal ini, auditor yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik Provinsi Jawa Timur dan merupakan Wajib Pajak Orang
Pribadi (WPOP) lebih meyakini bahwa sistem e-filing memberikan jaminan atas terjaganya
data pribadi dan terbebas dari akses ilegal ataupun pencurian data penghasilan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengaruh persepsi risiko terhadap minat perilaku dalam menggunakan e-
filing adalah kuat.
Page 19
Pembahasan Pengaruh Aspek Sosial Terhadap Minat Wajib Pajak dalam Menggunakan
E-filing Aspek sosial merupakan tingkat kepercayaan seseorang bahwa orang lain dapat
memengaruhi perilaku untuk menggunakan teknologi informasi yang baru. Hasil pengujian
menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara aspek sosial terhadap minat wajib
pajak dalam menggunakan e-filling. Penerimaan atas hipotesis ini mengindikasikan bahwa
aspek sosial menjadikan auditor lebih berminat untuk menggunakan sistem tersebut. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Athmay et al. (2016), Tan dan
Lau (2016), dan Sena et al. (2016).
Penelitian pertama dilakukan oleh Athmay et al. (2016). Athmay et al. (2016) melakukan
penelitian tentang minat perilaku untuk mengadopsi e-government di Uni Emirat Arab.
Responden yang digunakan adalah penduduk Uni Emirat Arab dan sebelumnya pernah
menggunakan sistem e-government dengan jumlah 1800 responden. Hasil penelitia Athmay et
al. (2016) menunjukkan bahwa aspek sosial berpengaruh positif terhadap minat perilaku untuk
mengadopsi internet banking.
Penelitian kedua dilakukan oleh Tan dan Lau (2016). Tan dan Lau (2016) melakukan
penelitian tentang minat perilaku untuk mengadopsi mobile banking di Malaysia. Responden
yang digunakan sejumlah 347 mahasiswa Universitas Swasta di Kuala Lumpur, Malaysia.
Hasil penelitian Tan dan Lau (2016) menunjukkan bahwa aspek sosial berpengaruh positif
terhadap minat perilaku untuk mengadopsi mobile banking.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Sena et al. (2016). Sena et al. (2016) melakukan
penelitian tentang minat perilaku untuk mengadopsi mobile payment di Brazil. Jumlah
responden sejumlah 605 pengguna mobile phone. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek
sosial berpengaruh positif terhadap minat perilaku untuk mengadopsi mobile payment.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik Provinsi Jawa Timur dan merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
setuju bahwa aspek sosial dapat memengaruhi minat perilaku untuk menggunakan sistem e-
filing. Aspek sosial tersebut di antaranya adalah orang yang memiliki pengaruh dan orang yang
dianggap penting bagi responden berfikir bahwa individu tersebut perlu menggunakan e-filing
serta orang-orang disekitar responden yang sebelumnya telah menggunakan e-filing. Beberapa
aspek sosial tersebut membuat auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik Provinsi Jawa
Timur dan merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) berminat untuk menggunakan
sistem e-filing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh aspek sosial terhadap minat
perilaku dalam menggunakan e-filing adalah kuat.
Pembahasan Pengaruh Kondisi yang Memfasilitasi Terhadap Minat Wajib Pajak dalam
Menggunakan E-filing Kondisi yang memfasilitasi merupakan tingkat dimana individu yakin bahwa adanya
sumber daya dan infrastruktur dapat mendukung penggunaan suatu sistem. Hasil pengujian
menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara kondisi yang memfasilitasi
terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filling. Penerimaan atas hipotesis ini
mengindikasikan bahwa kondisi yang memfasilitasi menjadikan auditor lebih berminat untuk
menggunakan sistem tersebut. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Kumar et al. (2015), Kurfali et al. (2017), dan Madan dan Yadav (2016).
Penelitian pertama dilakukan oleh Kumar et al. (2015). Kumar et al. (2015) melakukan
penelitian tentang penerimaan dan minat perilaku untuk menggunakan lecture capture system
(LCS) – ReWIND. Penelitian Kumat et al. (2015) dilakukan di Malaysia dengan menggunakan
398 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi yang memfasilitasi berpengaruh
positif terhadap penerimaan dan minat perilaku untuk menggunakan lecture capture system
(LCS) – ReWIND.
Page 20
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Kurfali et al. (2017). Kurfali et al. (2017)
melakukan penelitian tentang minat perilaku untuk mengadopsi e-government services.
Penelitian ini dilakukan di Turki dengan jumlah 529 responden. Hasil penelitian Kurfali et al.
(2017) menunjukkan bahwa kondisi yang memfasilitasi berpengaruh positif terhadap minat
perilaku untuk mengadopsi e-government services.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Madan dan Yadav (2016). Madan dan Yadav
(2016) melakukan penelitian tentang minat perilaku untuk mengadopsi mobile wallet.
Penelitian ini dilakukan di India dengan jumlah 200 responden. Responden yang digunakan
adalah mahasiswa pascasarjana dan pekerja professional dari Delhi National Capital Region
(Delhi NCR) di India dengan dua kriteria, yakni memiliki rekening bank dan koneksi internet
pada telepon genggam. Hasil penelitian Madan dan Yadav (2016) menunjukkan bahwa kondisi
yang memfasilitasi berpengaruh positif terhadap minat perilaku untuk mengadopsi mobile
wallet.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik Provinsi Jawa Timur dan merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
setuju bahwa kondisi fasilitas yang tersedia dapat memengaruhi minat perilaku untuk
menggunakan sistem e-filing. Kondisi fasilitas yang tersedia tersebut diantaranya adalah
komputer atau laptop, sumber daya berupa pengetahuan individu mengenai tata cara
menggunakan sistem e-filing, dan ketersediaan internet untuk mengakses sistem e-filing.
Beberapa kondisi yang memfasilitasi tersebut membuat auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik Provinsi Jawa Timur dan merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP)
berminat untuk menggunakan sistem e-filing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh
kondisi yang memfasilitasi terhadap minat perilaku dalam menggunakan e-filing adalah kuat.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris faktor-faktor yang memengaruhi
minat perilaku wajib pajak dalam menggunakan e-filing. Proses survei dilakukan dengan cara
memberikan kuesioner secara langsung kepada responden. Total responden dalam penelitian
ini adalah sejumlah 103 auditor yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik Provinsi Jawa Timur dan pernah menggunakan sistem e-filing
Terdapat dua teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni Technology Acceptance
Model (TAM) dan Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT). TAM
dan UTAUT merupakan teori yang digunakan untuk mengetahui penerimaan suatu sistem oleh
individu. Hasil studi ini menyimpulkan bahwa minat perilaku auditor dalam menggunakan
sistem e-filing dipengaruhi secara positif oleh persepsi kegunaan, persepsi kemudahan, aspek
sosial dan kondisi yang memfasilitasi. Sedangkan minat perilaku auditor dalam menggunakan
sistem e-filing dipengaruhi secara negatif oleh persepsi risiko.
Implikasi Hasil Penelitian
Studi ini mempunyai dua implikasi, yakni implikasi teori dan implikasi praktik. Adapun
implikasi teori pada penelitian ini adalah bahwa hasil studi mendukung teori yang digunakan,
yaitu Technology Acceptance Model (TAM) dan Unified Theory Of Acceptance And Use Of
Technology (UTAUT). Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan bukti untuk
mengembangkan konsep penerimaan teknologi informasi dengan menggunakan konstruk
persepsi risiko.
Implikasi praktik hasil studi ini dapat digunakan sebagai referensi dalam merancang,
mengembangkan, dan meningkatkan penggunaan suatu sistem informasi secara umum dan
khususnya dalam penggunaan sistem e-filing. Direktorat Jenderal Pajak dapat menggunakan
Page 21
kelima faktor di atas untuk mengevaluasi penerimaan dan penggunaan sistem e-filing dari sisi
Wajib Pajak Orang Pribadi, yakni auditor. Selain itu, studi empiris ini dapat digunakan oleh
Kantor Akuntan Publik di Indonesia sebagai wujud motivasi kepada para auditor untuk
menggunakan sistem e-filing karena dapat meningkatkan kinerja, produktivitas dan efektivitas
dalam proses pelaporan pajak.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian ada
beberapa keterbatasan dalam penelitian yakni sebagai berikut:
1. Peneliti menggunakan metode convenience sampling. Oleh karena itu, tingkat
generalisasi dalam menguji minat perilaku penggunaan sistem e-filing tergolong
cukup rendah.
2. Penyebaran kuesioner penelitian terbatas pada auditor di 20 Kantor Akuntan Publik
wilayah Jawa Timur. Hal ini dikarenakan peneliti tidak memperoleh izin atau
persetujuan dari Kantor Akuntan Publik yang lain.
3. Terdapat kuesioner tidak kembali dan tidak dapat digunakan sebanyak 35,8% atau 56
kuesioner.
4. Ada beberapa jawaban responden yang tidak lengkap atau tidak konsisten sehingga
peneliti menggugurkan sebanyak 30 kuesioner.
DAFTAR PUSTAKA
Abbasi, M. S., Chandio, F. H., Soomro, A. F., & Shah, F. (2011). Social influence,
voluntariness, experience and the internet acceptance: An extension of technology
acceptance model within a south‐Asian country context. Journal of Enterprise
Information Management, 24(1), 30-52.
Abdillah, Willy & Jogiyanto. (2015). Partial Least Square Alternatif Structural Equation
Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset.
Akkaya, C., Wolf, P., Krcmar, H.. (2013). A Comprehensive Analysis of E-Government
Adoption in the German Household. International Conference on Wirtschaftsinformatik
(pp. 1525-1539). Diakses dari https://aisel.aisnet.org.
Alalwan, A. A., Dwivedi, Y. K., Rana, N. P., & Williams, M. D. (2016). Consumer adoption
of mobile banking in Jordan: Examining the role of usefulness, ease of use, perceived
risk and self-efficacy. Journal of Enterprise Information Management, 29(1), 118-139.
Almarashdeh, I. & Alsmadi, M. K. (2017). How to make them use it? Citizens acceptance of
M-government. Applied Computing and Informatics.
Athmay, Alaa Aldin A AL., Fantazy, K., & Kumar, V. (2016). E-government adoption and
user’s satisfaction: an empirical investigation. EuroMed Journal of Business, 11(1), 57-
83.
Azmi, Anna A. Che & Kamarulzaman, Yusniza. (2010). Adoption of tax e-filing: A conceptual
paper. African Journal of Business Management, 4(5), 599-603.
Page 22
Bashir, I., & Madhavaiah, C. (2015). Consumer attitude and behavioural intention towards
Internet banking adoption in India. Journal of Indian Business Research, 7(1), 67-102.
Bee, N. G. & Azmi, A. C. (2010). The acceptance of the E-filing system by Malaysian
taxpayers: A Simplified Model. Electronic Journal of e- Government, 8(1), 13-22.
Chen, C. & Huang, E. (2006). Predicting Taxpayers’ Acceptance of Online Taxation Use. 5th
WSEAS International Conference on E-ACTIVITIES (pp. 20-22). Diakses dari:
https://scholar.google.co.id.
Chin, W. W. (1998). The partial least squares approach to structural equation modeling.
Modern Methods for Business Research. London: Lawrence Erlbaum Associates.
Dante, P. M. (2006). An Overview of Partial Least Squares. Diakses dari:
www.merage.uci.edu/~dpirouz04/research/pls/PLS.pdf.
Davis, F. D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User Acceptance of
Information Technology. MIS Quarterly, 13(3), 319-339.
Eunil, P. (2013). The adoption of tele-presence systems: Factors affecting intention to use tele-
presence systems. Kybernetes, 42(6), 869-887.
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to
Theory and Research. Addison-Wesley, Reading, MA.
Fishbein, M., & Ajzen, I. (1980). Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.
Fu, J. R., Farn, C. K., & Chao, W. P. (2006). Acceptance of electronic tax filling: A study of
taxpayer intentions. Information & Management, 43, 109-126.
Gangwar, H., Date, H., & Ramaswamy, R. (2015). Understanding determinants of cloud
computing adoption using an integrated TAM-TOE model. Journal of Enterprise
Information Management, 28(1), 107-130.
Gao, L., & Bai, X. (2014). A unified perspective on the factors influencing consumer
acceptance of internet of things technology. Asia Pacific Journal of Marketing and
Logistics, 26(2), 211-231.
Giovanis, A. N., Binioris, S., & Polychronopoulos, G. (2012). An extension of TAM model
with IDT and security/privacy risk in the adoption of internet banking services in Greece.
EuroMed Journal of Business, 7(1), 24-53.
Kesharwani, A., & Bisht, S. S. (2012). The impact of trust and perceived risk on internet
banking adoption in India: An extension of technology acceptance model. International
Journal of Bank Marketing, 30(4), 303-322.
Page 23
Kim., O. L., Zailani, S., Ramayah, T., Fernando, Y. (2009). Factors influencing intention to
use e-government services among citizens in Malaysia. International Journal of
Information Management, 29, 458–475.
Klopping, I. M., & Mckinney, E. (2004). Extending the Technology Acceptance Model and
The Task Technology Fit Model to E-Consumer and E-Commerce. Information
Technology. Learning and Performance Journal, 22(1).
Koksal, M. H. (2016). The intentions of Lebanese consumers to adopt mobile banking.
International Journal of Bank Marketing, 34(3), 327-346.
Kucukusta, D., Law, R., Besbes, A., & Legohérel, P. (2015). Re-examining perceived
usefulness and ease of use in online booking: The case of Hong Kong online users.
International Journal of Contemporary Hospitality Management, 27(2), 185-198.
Kumar, P., Ali, F., Leong, L. C. (2015). Factors affecting acceptance & use of ReWIND:
Validating the extended unified theory of acceptance and use of technology. Interactive
Technology and Smart Education, 12(3), 183-201.
Kurfali, M., Arifoglu, A., Tokdemir, G., & Pacin., Y. (2017). Adoption of e-government
services in Turkey. Computers in Human Behavior, 66, 168-178.
Madan, K. & Yadav, R. (2016). Behavioural intention to adopt mobile wallet: a developing
country perspective. Journal of Indian Business Research, 8(3), 227-244.
Madigan, R., Louw, T., Dziennus, M., Graindorge, T., Ortega, E., Graindorge, M., Merat, N.
(2016). Acceptance of Automated Road Transport System (ARTS): an adaptation of
UTAUT model. 6th Transport Research Procedia (pp. 2217-2226). Diakses dari
http://creativecommons.org.
Ovais, M., Markkula, J., & Oivo, M. (2013). Factors affecting e‐government adoption in
Pakistan: a citizen's perspective. Transforming Government: People, Process and Policy,
7 (2), 225-239.
Ozturk, A. B. (2016). Customer acceptance of cashless payment systems in the hospitality
industry. International Journal of Contemporary Hospitality Management, 28(4), 801-
817.
Pavlou, P. A. (2003). Consumer acceptance of electronic commerce: Integrating trust and risk
with the technology acceptance model. International Journal of Electronic Commerce,
7(3), 101-134.
Riquelme, H. E. & Rios, R. E. (2010). The moderating effect of gender on the adoption of
mobile banking. International Journal of Bank Marketing, 28(5), 328-341.
Page 24
Rodríguez, T. E. & Trujillo, E. C. (2014). Online purchasing tickets for low cost carriers: An
application of the unified theory of acceptance and use of technology (UTAUT) model,
Tourism Management, 43, 70-88.
Schaupp, L. C., Carter, L., & Mcbride, M. E. (2010). E-File Adoption: A Study of U.S.
Taxpayers’ Intentions. Comput. Human Behav, 26(4), 636–644.
Sekaran, U. & Bougie, R. (2013). Research Methods for Business A Skill Building Approach.
United Kingdom: John Willey & Sons Ltd.
Sena, R., Moriguchi, S. N., Andrade, D. F. (2016). Intention of adoption of mobile payment:
An analysis in the light of the Unified Theory of Acceptance and Use of Technology
(UTAUT), 13, 221-230.
Tallaha, Affiza Mohd., Shukor, Zaleha Abdul., Hasan, Norul Syuhada Abu. (2014). Factors
Influencing E-Filing Usage Among Malaysian Taxpayers :Does Tax Knowledge
Matters?. Jurnal Pengurusan, 40, 91-101.
Tsourela, M. & Roumeliotis, M. (2015). The moderating role of technology readiness, gender,
and sex in consumer acceptance and actual use of Technology-based services. Journal of
High Technology Management Research, 26, 124–136.
Venkatesh, V., Moris, M. G., Davis, G. B., & Davis F. D. (2003). User Acceptance of
Information Technology: Toward a Unified View. MIS Querterly, 27(3), 425-475.
Wang, Y. S. (2002). The adoption of electronic tax filing systems: An empirical study.
Government Information Quarterly, 20, 333-352.