DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan OLEH MARCE TASIK SALAMBA NIM. P00312016079 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PRODI D-IV JURUSAN KEBIDANAN 2017
135
Embed
DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO …repository.poltekkes-kdi.ac.id/19/1/MARCE TASIK SALAMBA.pdfKebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi ilmu selama penulis
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kebidanan
OLEH
MARCE TASIK SALAMBA NIM. P00312016079
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI PRODI D-IV JURUSAN KEBIDANAN
2017
iv
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Marce Tasik Salamba
2. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 21 Maret 1989
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Kristen Protestan
5. Suku Bangsa : Toraja / Indonesia
6. Alamat : Jl. Mekar Lrg. Rama No.5 A
B. Pendidikan
1. TK Negeri Pembina Kendari, tamat tahun 1995
2. SD Negeri 7 Wua – Wua Kendari, tamat tahun 2001
3. SMP Negeri 9 Kendari, tamat tahun 2004
4. SMA Negeri 4 Kendari, tamat tahun 2007
5. Poltekkes Kendari Jurusan D III Kebidanan tamat tahun 2010.
6. Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan Prodi D IV masuk tahun 2016
hingga sekarang.
v
ABSTRAK
DETERMINAN KEJADIAN PERSALINAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH
SAKIT UMUM BAHTERAMAS TAHUN 2016
Marce Tasik Salamba1, Hendra Yulita2, Yustiari2
Latar Belakang : Peningkatan CSR (Caesarean Section Rate) sangat pesat hampir di seluruh negara. Angka seksio sesarea terus meningkat dari insiden 3-4% 15 tahun yang lampau sampai insiden 10-15% sekarang ini. Di RSU Bahteramas, angka seksio sesarea dari tahun ke tahun mengalami peningkatan berturut-turut pada tahun 2014 sebanyak 586 kasus (39,86%) dari 1.470 total persalinan, tahun 2015 sebanyak 395 kasus (43,35%) dari 911 total persalinan, dan tahun 2016 sebanyak 501 kasus (56,29%) dari 890 total persalinan. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui determinan kejadian persalinan seksio sesarea di RSU Bahteramas tahun 2016. Jenis Penelitian : Penelitian observational dengan rancangan penelitian Case Control. Sampel penelitian berjumlah 172 orang terdiri dari 86 orang kelompok kasus dan 86 orang kelompok kontrol yang diambil dengan metode systematic random sampling. Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Hasil Penelitian : Ada hubungan partus lama dengan kejadian seksio sesarea di RSU Bahteramas tahun 2016 dengan ρ value = 0,001 dan Odds Ratio (OR) = 8,873. Ada hubungan plasenta previa dengan kejadian seksio sesarea dengan ρ value = 0,000 dan OR = 2,178. Ada hubungan preeklampsia berat/ eklampsia dengan kejadian seksio sesarea dengan ρ value = 0,000 dan OR = 5,778. Ada hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian seksio sesarea dengan ρ value = 0,000 dan OR = 5,914. Kata Kunci : Seksio Sesarea Daftar Pustaka : 23 Literatur (2010-2016) 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari
vi
ABSTRACT
DETERMINANTS OF GENITAL DELIVERY CESAREAN SECTION AT BAHTERAMAS GENERAL HOSPITAL 2016
Marce Tasik Salamba1, Hendra Yulita2, Yustiari2
Background: Increased CSR (Caesarean Section Rate) is very rapid in almost all countries. Caesarean section rates continue to increase from incidents 3-4% 15 years ago to current 10-15% incidents. At Bahteramas General Hospital, the cesarean section number from year to year has increased in 2014 by 586 cases (39.86%) from 1,470 total deliveries, in 2015 by 395 cases (43.35%) from 911 deliveries, and in 2016 as many as 501 cases (56.29%) from 890 deliveries. The Objective: To determine the determinant of the incidence of cesarean section at Bahteramas General Hospital in 2016. Types of Research: Observational research with Case Control research design. The sample of the study was 172 people consisting of 86 case people and 86 control group taken by systematic random sampling method. Bivariate analysis using chi square test. Results: There is a long-standing association with cesarean section events in Bahteramas General Hospital in 2016 with ρ value = 0.001 and Odds Ratio (OR) = 8.873. There is a placenta previa relationship with cesarean section with ρ value = 0.000 and OR = 2,178. There is a severe preeclampsia/ eclampsia relationship with cesarean section with ρ value = 0,000 and OR = 5,778. There is an early rupture of membranes with cesarean section with ρ value = 0.000 and OR = 5,914. Keywords : Cesarean Section Bibliography : 23 Literature (2010-2016) 1. Student of Poltekkes Kemenkes Kendari 2. Lecturer of Poltekkes Kemenkes Kendari
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus
Kristus karena atas limpahan kasih dan karunia-Nyalah sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian ini yang berjudul “
Determinan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea Di Rumah Sakit Umum
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016” sebagai salah satu
syarat meraih gelar Diploma IV pada Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini, tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan serta motivasi
kepada penulis. Sehubungan dengan hal ini, maka secara khusus penulis
menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih kepada :
Ibu Hendra Yulita, SKM, M.PH selaku Pembimbing I dan Ibu Yustiari, SST,
M.Kes selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan,
motivasi serta arahan sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Askrening,SKM, M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari sekaligus sebagai Penguji I.
2. Direktur Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawasi Tenggara.
viii
3. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sulawesi
Tenggara.
4. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kendari.
5. Ibu Hj. Nurnasari,SKM, M.Kes, dan Ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T, M.PH selaku
penguji II dan III dalam skripsi ini.
6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan membagi
ilmu selama penulis mengikuti proses belajar dibangku kuliah, beserta
seluruh staf pegawai yang telah banyak membantu.
7. Teristimewa buat kedua orangtuaku, Ayahanda Mathius Marampa‟
Salamba, B.Ac dan Ibunda Damaris Bara‟ Tasik. Dan kakak-kakakku
yang terkasih Ronius Darma Salamba, S.Pi, Juun Tasik Salamba, A.Md,
Guspy Salamba, SKM, dan Ferly Nanni Marampa‟, S.Si, Apt beserta
pendampingku Marthyanto Lada, S.Farm, Apt yang tidak henti-hentinya
memberikan doa, dukungan, motivasi serta kasih sayang yang begitu
besar kepada penulis, semoga kasih Tuhan Yesus Kristus selalu
menyertai kita semua dan semoga penulis bisa memberikan yang terbaik
untuk kalian.
8. Sahabat-sahabatku (Lisnawati, Nunung, Erin, Linju dan Sinar). Dan
seluruh rekan-rekan D-IV Alih Jenjang Angkatan 2016 khususnya Kelas
B. Terima kasih sudah mau berbagi semangat dan atas segala dukungan
ix
serta kebersamaan kita, semoga tetap selalu kompak dan saling
mengingat walaupun nantinya sudah kembali ke daerah dan tempat
tugas masing-masing.
Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi, bahasa maupun materi yang ada di dalamnya. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan dalam penyempurnaan skripsi penelitian ini serta sebagai bahan
pembelajaran dalam penyusunan skripsi selanjutnya.
Dan akhirnya penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama dalam bidang ilmu kebidanan.
Amin,
Kendari, Desember 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................ vii
DAFTAR ISI ..................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
1. Tujuan umum ....................................................................... 6
2. Tujuan khusus ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8
Waktu (Partus lama, partus tidak maju, partus macet)
Sosial (Permintaan Pasien)
Faktor Risiko
Faktor Persalinan
- Ketuban pecah dini - Partus lama
Faktor Ibu
- Usia
- Tingkat Pendidikan
- Status ekonomi
- Paritas
- Penyakit Penyerta
Seksio Sesarea
Komplikasi Pasca
Seksio Sesarea
Perawatan
Pasca Bedah
- Perawatan
Luka
- Mobilisasi
- Antibiotika
- Perdarahan
- Infeksi
- Trauma tindakan
operasi persalinan
- Tromboemboli
51
D. Kerangka Konsep
Keterangan : Variabel Bebas
Variabel Terikat
E. Hipotesis
1. Ada hubungan antara partus lama dengan kejadian seksio sesarea di
RSU Bahteramas tahun 2016.
2. Ada hubungan antara plasenta previa dengan kejadian seksio
sesarea di RSU Bahteramas tahun 2016.
3. Ada hubungan antara preeklampsia berat / eklampsia dengan
kejadian seksio sesarea di RSU Bahteramas tahun 2016.
4. Ada hubungan antara ketuban pecah dini (KPD) dengan kejadian
seksio sesarea di RSU Bahteramas tahun 2016.
Partus lama
PEB/Eklampsia
Plasenta Previa
KPD
Seksio
Sesarea
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian observational dengan
rancangan penelitian Case Control yaitu studi yang mempelajari faktor
yang mempengaruhi persalinan seksio sesarea, dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kontrol berdasarkan ciri
paparannya (Chandra, 2015).
B. Skema Rancangan Penelitian
Retrospektif
Retrospektif
Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Case Control
Partus Lama, Plasenta
Previa, PEB/ eklampsia,
KPD. Kelompok Kasus
(Persalinan SC)
Bukan Partus Lama, Bukan
Plasenta Previa, Bukan
PEB/ eklampsia, Bukan
KPD.
Partus Lama, Plasenta
Previa, PEB/ eklampsia,
KPD
Bukan Partus Lama, Bukan
Plasenta Previa, Bukan
PEB/ eklampsia, Bukan
KPD
Kelompok Kontrol
(Persalinan Pervaginam)
52
53
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 – 25 November tahun
2017.
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang
melahirkan di Rumah Sakit Umum Bahteramas yang tercatat dalam
buku register di ruang kebidanan dari tanggal 1 Januari sampai
dengan 31 Desember 2016, dengan total sebanyak 890 orang, dimana
terdiri dari 501 orang persalinan dengan seksio sesarea dan 389 orang
dengan persalinan pervaginam.
2. Sampel
a. Kelompok kasus
Ibu yang melahirkan dengan seksio sesarea dari tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember 2016 yang tercatat dalam
buku register di Ruang Kebidanan (Medical Record) RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
54
b. Kelompok kontrol
Ibu yang melahirkan dengan cara pervaginam dari tanggal 1
Januari sampai dengan 31 Desember 2016 yang tercatat dalam
buku register di Ruang Kebidanan (Medical Record) RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
c. Besar sampel
Besar sampel minimal yang dibutuhkan ditentukan dengan
menggunakan rumus :
Keterangan
n : besar sampel
N : besar populasi
Z(1-α/2) : nilai sebaran normal baku
P : proporsi kejadian
d : besar penyimpangan
Diketahui :
N : 890
Z(1-α/2) : TK 95% : 1,96
P : 0,56 (501 total SC dari 890 total persalinan =
56%)
55
d : 0,1
atau
Jumlah sampel pada kelompok kasus yaitu sebanyak 86
orang dan jumlah sampel pada kelompok kontrol yaitu sebanyak
86 orang, sehingga perbandingan antara kelompok kasus dan
kelompok kontrol yaitu 1 : 1. Jadi total sampel dalam penelitian ini,
yaitu 172 orang.
Adapun tehnik pengambilan sampel yaitu dengan metode
systematic random sampling, artinya pengambilan sampel secara
acak sistematis.
1) Kelompok Kasus
Yaitu dengan cara membagi jumlah kelompok kasus
dengan jumlah perkiraan jumlah sampel yang diinginkan dan
hasilnya adalah interval sampel (Riyanto, 2011). Diketahui
56
jumlah kelompok kasus = 501, kemudian sampel yang diambil
= 86, maka intervalnya adalah 501/86 = 5,82.
Responden pertama dari sampel harus dipilih secara
acak diantara nomor urut 1 sampai 5, misalnya yang terpilih
sebagai responden pertama adalah nomor 3, maka anggota
populasi yang akan diambil sebagai sampel adalah setiap
responden yang mempunyai nomor urut kelipatan 5, yaitu : 3,
8, 13, 18 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 86 anggota
sampel.
2) Kelompok Kontrol
Yaitu dengan cara membagi jumlah kelompok kontrol
dengan jumlah perkiraan jumlah sampel yang diinginkan dan
hasilnya adalah interval sampel (Riyanto, 2011). Diketahui
jumlah kelompok kontrol = 389, kemudian sampel yang diambil
= 86, maka intervalnya adalah 389/86 = 4,52.
Responden pertama dari sampel harus dipilih secara
acak diantara nomor urut 1 sampai 4, misalnya yang terpilih
sebagai responden pertama adalah nomor 2, maka anggota
populasi yang akan diambil sebagai sampel adalah setiap
responden yang mempunyai nomor urut kelipatan 4, yaitu : 2,
6, 10, 14 dan seterusnya sampai mencapai jumlah 86 anggota
sampel.
57
E. Definisi Operasional
Tabel 3.1
No Nama
Variabel
Definisi
Operasional Cara Ukur
Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala
Ukur
1. Seksio sesarea
Suatu tindakan pembedahan pada perut ibu untuk membantu kelahiran bayi
Penelusuran informasi rekam medis
Formulir isian
0. Dilakukan seksio sesarea
1. Tidak dilakukan seksio sesarea
Nominal
2. Partus Lama
Persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam tanpa kelahiran janin
Penelusuran informasi rekam medis
Formulir isian
0. Ya 1. Tidak
Nominal
3. Plasenta previa
Perdarahan pada kehamilan di atas 22 minggu hingga menjelang persalinan (sebelum bayi dilahirkan), yang disebabkan letak plasenta menutupi sebagian atau keseluruhan jalan lahir
Penelusuran informasi rekam medis
Formulir isian
0. Ya 1. Tidak
Nominal
4. PEB/ Eklampsia
Adanya tanda-tanda seperti preeklampsia (edema, hipertensi dan protein urine +)
Penelusuran informasi rekam medis
Formulir isian
0. Ya 1. Tidak
Nominal
58
dan disertai kejang
5. KPD Pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan berlangsung.
Penelusuran informasi rekam medis
Formulir isian
0. Ya 1. Tidak
Nominal
F. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen atau alat ukur yang digunakan penulis untuk
mengukur variabel dalam penelitian ini yaitu menggunakan lembar ceklis.
G. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari rekam medik di Ruang Kebidanan RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016.
H. Pengolahan Data
Data yang terkumpul selanjutnya akan dilakukan pengolahan
menggunakan program komputer setelah melalui beberapa tahapan :
1. Editing Data
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan data yang
terkumpul dari kesalahan pengisian format bantu seperti salah tulis,
salah kata dan ketidakserasian atau lupa dalam pengisian variabel.
Jika terdapat kesalahan diperbaiki dengan memeriksa kembali catatan
rekam medik responden yang bersangkutan.
59
2. Coding Data
Coding data adalah langkah untuk merubah data berbentuk
huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. Misalnya untuk variabel
partus lama dilakukan coding 0 = ya dan 1 = tidak. Kegunaan coding
ini adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat saat entry data.
3. Processing
Setelah semua format bantu terisi penuh dan benar, serta
sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah
memproses data agar data yang sudah di-entry dapat di analisis.
4. Cleaning
Pembersihan data yang merupakan pengecekan kembali data
yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
tersebut dimungkinkan terjadi saat kita meng-entry kekomputer,
misalnya untuk variabel partus lama ada data bernilai 3, mengkleaning
mestinya berdasarkan coding yang ada kodenya hanya 0 s.d. 1
(coding 0 = tidak, 1 = ya), cleaning data juga adalah untuk mengetahui
missing data, variasi data dan konsistensi data.
60
I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dengan melakukan analisis pada setiap
variabel hasil penelitian dengan tujuan untuk mengetahui distribusi
frekuensi pada setiap variabel penelitian. Data disajikan dalam bentuk
tabel.
2. Analisis Bivariat
Untuk menentukan adanya hubungan antara kedua variabel
bebas dengan variabel terikat yang dihubungkan dengan
menggunakan uji Chi square tes (tes X kuadrat) dengan aplikasi
SPSS.
[ ]
Keterangan :
t = total sampel
a, b, c, d = sel – sel
Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesis adalah ada
hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >
0,05 atau X² hitung > X² tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti ada hubungan, dan X² < X² tabel maka Ha ditolak dan Ho
diterima yang berarti tidak ada hubungan.
61
Untuk melihat besarnya risiko dapat dilihat dengan uji Odds
ratio dengan formulasi tabel 2 x 2.
Tabel uji statistik Odds Ratio
Faktor Risiko Ibu yang melahirkan
Jumlah Kasus Kontrol
+ a b a + b
- c d c + d
Jumlah a + c b + d a + b + c + d
Selanjutnya perhitungan Odds Ratio diperoleh dengan rumus :
ad OR = bc
Keterangan :
a = Jumlah kasus dengan risiko positif
b = Jumlah kontrol dengan risiko positif
c = Jumlah kasus dengan risiko negatif
d = Jumlah kontrol dengan risiko negatif
Estimasi Confidence Interval (CI) ditetapkan pada tingkat
kepercayaan 95% dengan interprestasi:
1. Jika OR > 1, merupakan faktor risiko terjadinya kasus.
2. Jika OR = 1, tidak ada hubungan faktor risiko dengan kasus.
62
3. Jika OR < 1, merupakan faktor proteksi/ perlindungan terjadinya
kasus (Chandra, 2015).
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis
Sejak tanggal 21 November 2012 RSU Provinsi Sultra pindah
lokasi dari Jalan Dr. Ratulangi No. 151 Kelurahan Kemaraya
Kecamatan Mandonga ke Jalan Kapt. Pierre Tendean No. 40 Baruga,
dan bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas
Provinsi Sultra. Di lokasi yang baru ini mudah dijangkau dengan
kendaraan umum, dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kantor Pengadilan Agama
b. Sebelah Timur : Kantor Polsek Baruga
c. Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk
d. Sebelah Barat : Balai Pertanian Provinsi Sultra
2. Lingkungan Fisik
RSU Bahteramas berdiri di atas lahan seluas 17,5 Ha. Luas
seluruh bangunan adalah 53.269 m2. Luas bangunan yang terealisasi
sampai akhir tahun 2016 adalah 35.410 m2. Pengelompokan ruangan
berdasarkan fungsinya sehingga menjadi empat kelompok, yaitu
kelompok kegiatan pelayanan rumah sakit, kelompok kegiatan
63
64
penunjang medis, kelompok kegiatan penunjang non medis, dan
kelompok kegiatan administrasi.
3. Sejarah dan Status Rumah Sakit
RSU Provinsi Sulawesi Tenggara dibangun secara bertahap
pada tahun 1969/1970 dengan sebutan “ Perluasan Rumah Sakit
Kendari” adalah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan
klasifikasi type C berdasarkan SK Menkes No. 51/Menkes/II/1979
tanggal 22 Februari tahun 1979. Susunan Struktur Organisasi
berdasarkan SK Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara No. 77 tahun
1983 tanggal 28 Maret 1983.
Pada tanggal 21 Desember 1998, RSU Provinsi Sulawesi
Tenggara meningkat klasifikasinya menjadi Type B (Non Pendidikan)
sesuai dengan SK Menkes No. 1482/Menkes/SK/XII/1998, yang
ditetapkan dengan Perda No. 3 tahun 1999 tanggal 8 Mei 1999.
Kedudukan Rumah Sakit secara teknis berada di bawah Dinas
Kesehaan Provinsi Sulawesi Tenggara, dan secara operasional
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Sesuai
dengan kebutuhan pendidikan medik di Sulawesi Tenggara maka
sejak tahun 2013 RSU Provinsi Sulawesi Tenggara telah terakreditasi
menjadi RS Type B Pendidikan.
Pada tanggal 18 Januari 2005, RSU Provinsi Sulawesi
Tenggara telah terakreditasi untuk 5 pelayanan yaitu Administrasi
Sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No. 44 Tahun
2009 dan untuk meningkatkan mutu pelayanan, maka RSU Provinsi
Sulawesi Tenggara telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah
yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Sulawesi
Tenggara Nomor : 653Tahun 2010 tanggal 15 Oktober 2010. Pada
tanggal 21 November 2012 RSU Provinsi Sulawesi Tenggara pindah
lokasi dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, yang diresmikan
penggunaannya oleh Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan
Keuangan RI, Ir. H. Hatta Rajasa dan Gubernur Provinsi Sulawesi
Tenggara, H. Nur Alam, SE. Pada tahun 2013 telah terakreditasi
menjadi Rumah Sakit Pendidikan.
66
4. Sarana dan Prasarana
RSU Bahteramas Prov. Sultra dengan luas lahan 17 Ha,
memiliki bangunan fisik yang sampai saat ini masih terus menerus
ditambah sesuai dengan master plan pembangunan rumah sakit.
Luas seruruh bangunan adalah 22.577,38 m2 dan halaman parkir
seluas ± 1.500 m2. Semua bangunan mempunyai tingkat aktivitas
yang sangat tinggi.
Prasarana rumah sakit antara lain terdiri dari :
a. Listrik dari PLN tersedia 1100 KVA dibantu dengan 2 unit genset
(2 x 250 KVA).
b. Air yang digunakan di RSU Bahteramas berasal sumur dalam,
sumur bor dan PDAM.
c. Sarana komunikasi berupa jaringan PABX dan jaringan internet.
d. Sentral Instalasi Oksigen Cair untuk ruangan yang membutuhkan
e. Sistem Alaram Kebakaran, Hydrant, dan Tabung Pemadam
Kebakaran di semua gedung.
f. Pembuangan limbah :
1) Limbah padat : insenerator
2) Limbah cair : IPAL
g. Fasilitas tempat tidur RSU Bahteramas tahun 2016 terdiri dari : 5
VVIP, 21 VIP, 66 kelas I, 69 kelas II, 98 kelas III, dan 57 Non Kelas
67
(ICU, ICCU, PICU, NICU). Jadi total keseluruhan tempat tidur pada
tahun 2016 berjumlah 316.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Sampai dengan akhir tahun 2016 fasilitas/sarana pelayanan
kesehatan yang ada di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
adalah :
a. Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
1) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
2) Instalasi Rawat Jalan
a) Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
b) Poliklinik Kesehatan Anak
c) Poliklinik Penyakit Dalam
d) Poliklinik Bedah
e) Poliklinik Neurologi
f) Poliklinik Mata
g) Poliklinik Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT)
h) Poliklinik Gigi dan Mulut
i) Poliklinik Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
j) Poliklinik Kulit dan Kelamin
k) Poliklinik Orthopedy
l) Poliklinik Gizi
m) Poliklinik Jiwa
68
n) Poliklinik Terpadu (klinik VCT)
o) Poliklinik Onkologi
p) Poliklinik Paru
q) Poliklinik Bedah Plastik
r) Poliklinik Urologi
s) Poliklinik Digestive
3) Instalasi Rehabilitasi Medik
a) Fisioterapi
b) Akupuntur
b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap
1) Perawatan Intensif (ICU, PICU, NICU, ICCU)
2) Perawatan Kebidanan dan Kandungan
3) Perawatan inap lainnya :
a) Ruang Asoka (Kelas III)
b) Ruang Mawar (Kelas II)
c) Ruang Anggrek (Kelas I,VIP dan VVIP)
c. Pelayanan Penunjang Medik
1) Patologi klinik
2) Patologi anatomi
3) Radiologi
4) Farmasi/ Apotek
5) Sterilisasi sentral (CSSD)
69
6) Sentral Gas Medik
7) Gizi
8) Binatu
9) Pemulasaran jenazah
10) Ambulance 118
6. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) di RSU Bahteramas Provinsi
Sultra hingga Desember 2016 berjumlah 770 orang yang merupakan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pegawai kontrak, terdiri atas tenaga
medis , paramedis dan non medis.
Jumlah tenaga medis atau dokter adalah 79 orang, dimana
terdiri dari 42 orang dokter spesialis, 33 orang dokter umum dan 4
orang dokter gigi. Dan jumlah paramedis perawatan adalah 349
orang, dimana sarjana (S-1 dan D-IV) berjumlah 65 orang, akademi
(D-III) 236 orang, diploma 1 Bidan (D-1) 3 orang, dan SLTA sebanyak
45 orng. Sedangkan paramedis non perawatan berjumlah 222 orang,
terdiri dari pasca sarjana (S-II) 34 orang, sarjana (S-1 dan D-IV) 102
orang, akademi (D-III) 71 orang, diploma 1 (D-1) 8 orang dan SLTA 7
orang. Dan jumlah tenaga non medis adalah 123 orang, terdiri dari
sarjana (S-1) 42 orang, akademi (D-III) 2 orang, SLTA 75 orang dan
SLTP 4 orang.
70
Jumlah keseluruhan tenaga masih belum memenuhi standar
jumlah tenaga untuk tipe Rumah Sakit Umum Pendidikan Kelas B.
Beberapa tenaga dengan keterampilan tertentu masih sangat
diperlukan pada saat ini, sehingga disamping permintaan tambahan
tenaga, perlu juga peatihan dan pendidikan formal lanjutan untuk staf
RSU Bahteramas Provinsi Sulaesi Tenggara.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Ruang
Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal
20 – 25 November 2017, diperoleh data tahun 2016 yaitu terdapat 501
orang ibu yang melahirkan secara seksio sesarea dari 890 total ibu
bersalin dari tanggal 1 Januari – 31 Desembaer 2016. Termasuk
kelompok kasus adalah ibu yang melahirkan secara seksio sesarea yang
mempunyai data lengkap dan tercatat dalam Medical Record sebanyak
86 orang dan kelompok kontrol adalah ibu yang melahirkan secara
pervaginam yang mempunyai data lengkap dan tercatat dalam Medical
Record sebanyak 86 orang. Maka perbandingan antara kelompok kasus
dan kelompok kontrol adalah 1 : 1.
71
1. Analisis Univariat
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kejadian Seksio Sesarea Di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Seksio Sesarea n %
Ya 501 56,3
Tidak 389 43,7
Jumlah 890 100
Sumber : Data sekunder
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 890 total persalinan
selama tahun 2016 di RSU Bahteramas, jumlah persalinan seksio
sesarea yaitu sebanyak 501 kasus (56,3%), sedangkan yang tidak
seksio sesar sebanyak 389 kasus (43,7%).
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kejadian Partus Lama Di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Partus Lama n %
Ya 17 9,9
Tidak 155 90,1
Jumlah 172 100
Sumber : Data sekunder
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 172 orang ibu yang
melahirkan, terdapat 17 orang (9,9%) dengan partus lama sedangkan
yang tidak partus lama yaitu sebanyak 155 orang (90,1%).
72
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kejadian Plasenta Previa Di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Plasenta Previa n %
Ya 13 7,6
Tidak 159 92,4
Jumlah 172 100
Sumber : Data sekunder
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 172 orang ibu yang
melahirkan, terdapat 13 orang (7,6%) dengan plasenta previa
sedangkan yang tidak plasenta previa yaitu sebanyak 159 orang
(92,4%).
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Berat (PEB)/ Eklampsia Di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
PEB/ Eklampsia n %
Ya 32 18,6
Tidak 140 81,4
Jumlah 172 100
Sumber : Data sekunder
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 172 orang ibu yang
melahirkan, terdapat 32 orang (18,6%) dengan preeklampsia berat
(PEB)/ eklampsia sedangkan yang tidak PEB/ eklampsia yaitu
sebanyak 140 orang (81,4%).
73
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
KPD n %
Ya 28 16,3
Tidak 144 83,7
Jumlah 172 100
Sumber : Data sekunder
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 172 orang ibu yang
melahirkan, terdapat 28 orang (16,3%) dengan ketuban pecah dini
(KPD) sedangkan yang tidak KPD yaitu sebanyak 144 orang (83,7%).
2. Analisis Bivariat
Untuk analisa adanya hubungan antara kedua variabel bebas
dengan variabel terikat dihubungkan dengan menggunakan uji Chi
square tes (tes X kuadrat) dan untuk analisa faktor risiko antara
variabel bebas dengan variabel terikat, dianalisis dengan
menggunakan uji Odds Ratio. Adapun hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
74
Tabel 4.6. Hubungan Partus Lama dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Partus Lama
Kasus Kontrol Jumlah X2
(ρ value)
OR
(CI 95 %) n % n % n %
Ya 15 17,4% 2 2,3% 17 9,9% 11,031
(0,001)
8,873
(1,962 - 40,121)
Tidak 71 82,6% 84 97,7% 155 90,1%
Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%
Sumber : Data sekunder
Hasil uji statistik Chi square di atas memperlihatkan bahwa nilai
X2 hitung yang diperoleh yaitu 11,031 dengan nilai ρ value = 0,001 <
0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara partus lama
dengan kejadian persalinan seksio sesarea. Dan hasil uji Odds Ratio
memperlihatkan nilai OR > 1 yang berarti bahwa risiko terjadinya
persalinan seksio sesarea 8,873 kali lebih besar pada ibu bersalin
yang mengalami partus lama dibandingkan dengan ibu bersalin yang
tidak mengalami partus lama. Pada interval kepercayaan (CI) 95%,
nilai OR yang dihitung (8,873) masih berada pada rentang nilai atas
dan bawah, maka estimasi yang menyatakan bahwa ada asosiasi
positif antara faktor partus lama dan kejadian persalinan seksio
sesarea secara statistik signifikan serta dapat diterima dan
dipertanggungjawabkan.
75
Tabel 4.7. Hubungan Plasenta Previa dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Plasenta Previa
Kasus Kontrol Jumlah X2
(ρ value)
OR
(CI 95 %) n % n % n %
Ya 13 15,1% 0 0% 13 7,6% 14,063
(0,000)
2,178
(1,840 – 2,578)
Tidak 73 84,9% 86 100% 159 92,4%
Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%
Sumber : Data sekunder
Hasil uji statistik Chi square di atas memperlihatkan bahwa nilai
X2 hitung yang diperoleh yaitu 14,063 dengan nilai ρ value = 0,000 <
0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara plasenta previa
dengan kejadian persalinan seksio sesarea. Dan hasil uji Odds Ratio
memperlihatkan nilai OR > 1 yang berarti bahwa risiko terjadinya
persalinan seksio sesarea 2,178 kali lebih besar pada ibu bersalin
yang mengalami plasenta previa dibandingkan dengan ibu bersalin
yang tidak mengalami plasenta previa. Pada interval kepercayaan (CI)
95%, nilai OR yang dihitung (2,178) masih berada pada rentang nilai
atas dan bawah, maka estimasi yang menyatakan bahwa ada asosiasi
positif antara faktor plasenta previa dan kejadian persalinan seksio
sesarea secara statistik signifikan serta dapat diterima dan
dipertanggungjawabkan.
76
Tabel 4.8. Hubungan Preeklampsia Berat (PEB)/ Eklampsia dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
PEB
Kasus Kontrol Jumlah X2
(ρ value)
OR
(CI 95 %) n % n % n %
Ya 26 30,2% 6 7% 32 18,6% 15,375
(0,000)
5,778
(2,237 – 14,920)
Tidak 60 69,8% 80 93% 140 81,4%
Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%
Sumber : Data sekunder
Hasil uji statistik Chi square di atas memperlihatkan bahwa nilai
X2 hitung yang diperoleh yaitu 15,375 dengan nilai ρ value = 0,000 <
0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara preeklampsia
berat (PEB)/ eklampsia dengan kejadian persalinan seksio sesarea.
Dan hasil uji Odds Ratio memperlihatkan nilai OR > 1 yang berarti
bahwa risiko terjadinya persalinan seksio sesarea 5,778 kali lebih
besar pada ibu bersalin yang mengalami preeklampsia berat (PEB)/
eklampsia dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak mengalami
PEB/ eklampsia. Pada interval kepercayaan (CI) 95%, nilai OR yang
dihitung (5,778) masih berada pada rentang nilai atas dan bawah,
maka estimasi yang menyatakan bahwa ada asosiasi positif antara
faktor PEB/ eklampsia dan kejadian persalinan seksio sesarea secara
statistik signifikan serta dapat diterima dan dipertanggungjawabkan.
77
Tabel 4.9. Hubungan Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Kejadian Persalinan Seksio Sesarea di Ruang Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
KPD
Kasus Kontrol Jumlah X2
(ρ value)
OR
(CI 95 %) n % n % n %
Ya 23 26,7% 5 5,8% 28 16,3% 13,821
(0,000)
5,914
(2,129 – 16,428)
Tidak 63 73,3% 81 94,2% 144 83,7%
Jumlah 86 100% 86 100% 172 100%
Sumber : Data sekunder
Hasil uji statistik Chi square di atas memperlihatkan bahwa nilai
X2 hitung yang diperoleh yaitu 13,821 dengan nilai ρ value = 0,000 <
0,05. Hal ini bermakna bahwa ada hubungan antara ketuban pecah
dini (KPD) dengan kejadian persalinan seksio sesarea. Dan hasil uji
Odds Ratio memperlihatkan nilai OR > 1 yang berarti bahwa risiko
terjadinya persalinan seksio sesarea 5,914 kali lebih besar pada ibu
bersalin yang mengalami ketuban pecah dini (KPD) dibandingkan
dengan ibu bersalin yang tidak mengalami KPD. Pada interval
kepercayaan (CI) 95%, nilai OR yang dihitung (5,914) masih berada
pada rentang nilai atas dan bawah, maka estimasi yang menyatakan
bahwa ada asosiasi positif antara faktor KPD dan kejadian persalinan
seksio sesarea secara statistik signifikan serta dapat diterima dan
dipertanggungjawabkan.
78
C. Pembahasan
Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding syaraf
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Prawirohardjo,2010). Indikasi seksio sesarea menurut Prawirohardjo,
pada ibu : panggul sempit (cv kurang dari 8 cm), tumor-tumor jalan lahir,
stenosis serviks atau vagina, plasenta previa, disporsisi sefalo pelvic,
rupture uteri membakat, partus lama, preeklampsia berat. Pada janin :
kelainan letak dan gawat janin.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Ruang
Kebidanan RSU Bahteramas pada tanggal 20-25 November tahun 2017,
diperoleh data dari 890 total persalinan pada tahun 2016, terdapat 501
(Caesarean Section Rate) sangat pesat hampir di seluruh negara. Angka
SC terus meningkat dari insiden 3% hingga 4% pada 15 tahun yang
lampau sampai insiden 10% hingga 15% sekarang ini.
Peningkatan tindakan bedah sesar perlu menjadi perhatian
mengingat tindakan bedah sesar menimbulkan risiko morbiditas dan
mortalitas lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam. Namun, pada
kenyataannya persalinan dengan seksio sesarea juga merupakan
pemilihan alternatif persalinan yang aman bagi ibu dan janin yang
memiliki faktor risiko.
79
1. Hubungan antara Partus Lama dengan Kejadian Seksio Sesarea
Berdasarkan hasil uji statistik Chi square yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan dan besarnya risiko antara partus lama dengan
kejadian persalinan seksio sesarea di ruang Kebidanan RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh nilai ρ value 0,001
< 0,05. Hal ini memiliki makna bahwa ada hubungan antara partus
lama dengan kejadian persalinan seksio sesarea, dengan besar risiko
8,873 kali lebih besar terjadi pada ibu bersalin yang mengalami partus
lama dibanding dengan ibu bersalin yang tidak mengalami partus
lama. Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Dewi
Andriani (2012), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan
seksio sesarea di RSUD Kabupaten Dompu tahun 2010, yang
memperlihatkan bahwa faktor – faktor yang berhubungan dengan
tindakan persalinan seksio sesarea yaitu diantaranya : partus lama (ρ
0,000), preeklampsia berat (ρ 0,002), KJDR (ρ 0,000), dan riwayat SC
(ρ 0,017). Penelitian ini juga sejalan dengan teori yang telah
dikemukakan oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010), bahwa partus
lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung
12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis
waspada persalinan fase aktif (Prawirohardjo, 2010).
Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24
jam untuk primigravida dan 18 jam untuk multigravida dan biasanya
80
disertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 2010). Persalinan
lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang
abnormal/ sulit. Sebab – sebabnya digolongkan menjadi 3, yaitu :
kelainan tenaga/ kelainan his (power), kelainan pada janin
(passenger) dan kelainan pada jalan lahir (passage).
Permasalahan partus lama harus dikenali dan diatasi sebelum
batas waktu tercapai, mengingat partus lama dapat menimbulkan efek
berbahaya baik pada ibu maupun janin. Beratnya cedera terus
meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, dan risiko
tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Pada ibu terdapat
kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, kelelahan
dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin
memperburuk bahaya bagi ibu. Sedangkan pada janin akan
memberikan bahaya meningkatnya mortalitas dan morbiditas oleh
karena asfiksia, trauma kepala akibat penekanan pada kepala janin.
Persalinan yang aman adalah hal yang penting dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayi, dampak dari partus lama
sangat memungkinkan persalinan dengan seksio sesarea menjadi
pilihan.
Menurut peneliti, seksio sesarea mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah partus lama. Partus
lama merupakan fase dari suatu pertus macet dan berlangsung terlalu
81
lama, sehingga menimbulkan gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi,
kelelahan pada ibu, gawat janin, asfiksia pada bayi baru lahir dan
bahkan kematian janin dalam kandungan. Dalam keadaan partus
lama seorang ibu memiliki indikasi untuk dilakukannya persalinan
dengan seksio sesarea, hal ini dikarenakan mengingat risiko kematian
janin apabila tidak ditangani dengan benar.
2. Hubungan antara Plasenta Previa dengan Kejadian Seksio
Sesarea
Berdasarkan hasil uji statistik Chi square yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan dan besarnya risiko antara plasenta previa
dengan kejadian persalinan seksio sesarea di ruang Kebidanan RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh nilai ρ value 0,000
< 0,05. Hal ini memiliki makna bahwa ada hubungan antara plasenta
previa dengan kejadian persalinan seksio sesarea, dengan besar
risiko 2,178 kali lebih besar terjadi pada ibu bersalin yang mengalami
plasenta previa dibanding dengan ibu bersalin yang tidak mengalami
plasenta previa. Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan
oleh Aprina (2015), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
persalinan Sectio Caesarea di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2015, yang memperlihatkan bahwa faktor – faktor
yang berhubungan dengan tindakan persalinan seksio sesarea yaitu
diantaranya : partus tak maju (ρ 0,000), preeklampsia berat (ρ 0,000),
82
kelainan letak janin (ρ 0,000), dan plasenta previa (ρ 0,000). Namun
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dewi Andriani (2012), dimana tidak tidak terdapat hubungan antara
plasenta previa dengan kejadian seksio sesarea dengan nilai ρ value
0,168 (ρ value > 0,05).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala
memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin
dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak
dikorpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri
(Prawirohardjo, 2010).
Plasenta previa juga bisa terjadi bersamaan dengan kejadian
anemia sebagai akibat dari perdarahan dari plasenta yang mendapat
tekanan dari uterus. Ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu
dan janin, yaitu antara lain : 1). Terletaknya plasenta di segmen
bawah rahim sangat memungkinkan terjadinya pelepasan plasenta
dari insersinya, sehigga perdarahan yang tidak dapat dicegah
berulang kali, dan penderita dapat mengalami anemia dan syok. 2).
Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis, sehingga
dengan mudah jaringan trofoblas infasi menerobos ke dalam
83
miometrium bahkan parametrium dan menjadi sebab dari kejadian
akreta dan mungkin inkreta. 3). Serviks dan segmen bawah rahim
yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial untuk
robek disertai oleh perdarahan yang banyak menyebabkan mortalitas
ibu dan perinatal. Plasenta previa berbahaya bagi ibu dan janin
karena dapat menyebabkan perdarahan yang hebat, infeksi, syok dan
hipoksia pada janin. Sehingga bila ditemukan ibu dalam persalinan
dengan plasenta previa tindakan seksio sesarea merupakan
pertolongan persalinan yang aman untuk mencegah terjadinya
komplikasi tersebut.
Menurut peneliti, seksio sesarea mungkin disebabkan karena
beberapa faktor. salah satu di antaranya adalah plasenta previa.
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat yang abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Pada kondisi seperti ini
plasenta menghalangi bagian terendah janin untuk masuk di Pintu
Atas Panggul (PAP), sehingga pada usia kehamilan tua plasenta
mengalami tekanan dari bagian terendah janin, yang akan
meningkatkan risiko terjadinya perdarahan. Ibu hamil dengan plasenta
previa merupakan indikasi dilakukannya tindakan seksio sesarea,
mengingat risiko plasenta previa dapat meningkatkan mortalitas ibu
dan perinatal.
84
3. Hubungan antara Preeklampsia Berat (PEB)/ Eklampsia dengan
Kejadian Seksio Sesarea
Berdasarkan hasil uji statistik Chi square yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan dan besarnya risiko antara preeklampsia berat
(PEB)/ eklampsia dengan kejadian persalinan seksio sesarea di ruang
Kebidanan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh
nilai ρ value 0,000 < 0,05. Hal ini memiliki makna bahwa ada
hubungan antara preeklampsia berat (PEB)/ eklampsia dengan
kejadian persalinan seksio sesarea, dengan besar risiko 5,778 kali
lebih besar terjadi pada ibu bersalin yang mengalami PEB/ eklampsia
dibanding dengan ibu bersalin yang tidak mengalami PEB/ eklampsia.
Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Aprina
(2015), tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan
Sectio Caesarea di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
tahun 2015, yang memperlihatkan bahwa faktor – faktor yang
berhubungan dengan tindakan persalinan seksio sesarea yaitu
diantaranya : partus tak maju (ρ 0,000), preeklampsia berat (ρ 0,000),
kelainan letak janin (ρ 0,000), dan plasenta previa (ρ 0,000). Dan juga
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Andriani
(2012), dimana nilai ρ value untuk kasus preeklampsia berat (ρ 0,000
< 0,05).
85
Preeklampsia adalah suatu sindroma spesifik pada kehamilan
yang biasanya terjadi sesudah umur kehamilan 20 minggu, pada
wanita yang sebelumya normotensi. Keadaan ini ditandai oleh
peningkatan tekanan darah yang disertai oleh proteinuria. Pada
keadaan tanpa proteinuria, tetap dicurigai sebagai preeklampsia jika
peningkatan tekanan darah disertai oleh gejala : sakit kepala,
gangguan penglihatan, nyeri abdomen, atau hasil laboratorium yang
tidak normal terutama bila ada trobositopenia dan peningkatan tes
fungsi hati. Kriteria gejala preeklampsia berat dapat ditegakkan bila
ditemukan salah satu atau lebih gejala-gejala berikut, yaitu : tekanan
darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg,
tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di
rumah sakit atau sudah menjalani tirah baring, proteinuria > 5 gr/ 24
jam atau +3/ +4 pada pemeriksaan kualitatif, oliguria (produksi urin <
400 ml/ 24 jam) yang disertai kenaikkan kadar kreatinin plasma,
trombosit < 100.000/ mm, peningkatan enzim-enzim hati, dan
gangguan visus (penglihatan), nyeri ulu hati, sakit kepala berat.
Kumpulan dari gejala dari preeklampsia berat yang disertai kejang
dinamakan eklampsia (Soemitro dkk, 2016).
Preeklampsia/ eklampsia berdampak pada 5-10% kehamilan
dan bertanggung jawab secara nyata pada angka kematian dan
kesakitan maternal dan neonatal. Untuk mencagah hal tersebut, maka
86
upaya yang dilakukan adalah dengan segera mengakhiri kehamilan.
Untuk menjamin keselamatan ibu dan janin maka melalui induksi dan
atau seksio sesarea menjadi indikasi profilaksis ibu untuk mengakhiri
kehamilannya.
Menurut peneliti, seksio sesarea mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah peeklampsia berat
(PEB)/ eklampsia. Preeklampsia berat adalah kondisi khusus dalam
kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah (TD), edema
dan proteinuria. Dan eklampsia adalah kondisi ibu hamil yang
mengalami PEB dan disertai dengan kejang. Ibu hamil yang
mengalami PEB/ eklampsia merupakan indikasi untuk dilakukannya
tindakan seksio sesarea oleh karena kondisi ini merupakan salah satu
masalah kegawatdaruratan pada ibu hamil yang harus segera
ditangani, mengingat risiko yang ditimbulkan dapat meningkatkan
angka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan perinatal.
4. Hubungan antara Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan Kejadian
Seksio Sesarea
Berdasarkan hasil uji statistik Chi square yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan dan besarnya risiko antara ketuban pecah dini
(KPD) dengan kejadian persalinan seksio sesarea di ruang Kebidanan
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara diperoleh nilai ρ value
0,000 < 0,05. Hal ini memiliki makna bahwa ada hubungan antara
87
KPD dengan kejadian persalinan seksio sesarea, dengan besar risiko
5,914 kali lebih besar terjadi pada ibu bersalin yang mengalami KPD
dibanding dengan ibu bersalin yang tidak mengalami KPD. Hasil
penelitian ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2014),
tentang Faktor Persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Imanuel
Bandar Lampung tahun 2014, yang memperlihatkan nilai ρ value
0,048 < 0,05. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dewi Andriani (2012), dimana nilai ρ
value untuk kasus KPD (ρ 0,181 > 0,05).
Rukiyah, Ai Yeyeh (2010), menyatakan ketuban pecah dini
(KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan, hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan.
KPD disebabkan oleh karena kontraksi uterus dan peregangan
berulang, selaput ketuban pecah pada daerah tertentu terjadi
perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh. Risiko infeksi ibu dan bayi meningkat pada KPD, yang dapat
meningkatkan insiden seksio sesarea ataupun gagal persalinan
normal (Prawirohardjo, 2010). Penelitian Setianingrum (2008)
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara SC dengan
KPD.
88
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam
obstetrik berkaitan dengan persalinan prematur dan terjadinya infeksi
khorioamnionitis (radang pada khorion dan amnion). Selain itu juga
terjadinya infeksi puerperalis (nifas) akibat luka jalan lahir pasca
persalinan yang terdiri dari infeksi yang bersifat ringan, sedang dan
berat. Jika tidak segera dilakukan tindakan maka kemungkinan besar
akan terjadi sepsis yang ditandai dengan peradangan akut di seluruh
tubuh, demam, peningkatan leukosit dan denyut jantung yang cepat.
Penyebab sebagian besar gejala sepsis berakibat pada kerusakan
organ serta pembuluh darah, dengan perawatan segera pun mungkin
akan berkembang menjadi sindrom disfungsi organ multipel dan
akhirnya menyebabkan kematian (Rukiyah, Ai Yeyeh (2010).
Menurut peneliti, seksio sesarea mungkin disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah ketuban pecah dini
(KPD). KPD adalah suatu kondisi dimana selaput ketuban yang pecah
sebelum adanya tanda-tanda persalinan akan dimulai. Ibu hamil harus
mewaspadai keadaan ini, karena mengingat risiko yang dapat terjadi
akan memperburuk keadaan janin di dalam kandungan. KPD
merupakan indikasi dilakukannya seksio sesarea oleh karena KPD
merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan dengan
persalinan prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis (radang
pada khorion dan amnion) serta infeksi pada ibu pasca salin.
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Determinan Kejadian
Persalinan Seksio Sesarea di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2016, maka dapat disimpulkan :
1. Kejadian persalinan seksio sesarea yaitu sebesar 56,3%.
2. Kejadian partus lama yaitu sebesar 9,9%.
3. Kejadian plasenta previa yaitu sebesar 7,6%.
4. Kejadian preeklampsia berat (PEB)/ eklampsia yaitu sebesar 18,6%.
5. Kejadian ketuban pecah dini (KPD) yaitu sebesar 16,3%.
6. Ada hubungan antara partus lama dengan kejadian persalinan
seksio sesarea, dimana ibu bersalin dengan seksio sesarea
memiliki risiko 8,873 kali lebih besar disebabkan oleh partus lama
dibandingkan dengan ibu yang tidak seksio sesarea.
7. Ada hubungan antara plasenta previa dengan kejadian persalinan
seksio sesarea, dimana ibu bersalin dengan seksio sesarea
memiliki risiko 2,178 kali lebih besar disebabkan oleh plasenta
previa dibandingkan dengan ibu yang tidak seksio sesarea.
8. Ada hubungan antara preeklampsia berat (PEB)/ eklampsia dengan
kejadian persalinan seksio sesarea, dimana ibu bersalin dengan
89
90
seksio sesarea memiliki risiko 5,778 kali lebih besar disebabkan
oleh PEB/ eklampsia dibandingkan dengan ibu yang tidak seksio
sesarea.
9. Ada hubungan antara ketuban pecah dini (KPD) dengan kejadian
persalinan seksio sesarea, dimana ibu bersalin dengan seksio
sesarea memiliki risiko 5,914 kali lebih besar disebabkan oleh KPD
dibandingkan dengan ibu yang tidak seksio sesarea.
B. Saran
1. Angka seksio sesarea di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara relatif sangat tinggi. Tingginya angka bedah sesar perlu
dicermati karena hal ini menambah beban biaya bagi masyarakat
maupun pemerintah yang turut andil dalam menanggung biaya bagi
masyarakat miskin. Tingginya angka seksio sesarea mengingat RSU
Bahteramas merupakan salah satu rumah sakit rujukan pemerintah
yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara yang dapat menangani
kasus obstetrik secara komprehensif. Oleh karena tingginya angka
seksio sesarea maka pihak rumah sakit harus melakukan upaya
pengendalian dan pengawasan agar tindakan seksio sesarea
dilakukan terhadap ibu dengan kasus yang sesuai dengan
kebutuhan medisnya.
2. Diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya bagi tenaga bidan
dalam meningkatkan mutu pelayanan antenatal care dalam
91
mendeteksi dini faktor risiko persalinan seksio sesarea, sehingga
tidak terjadi keterlambatan dalam melakukan penanganan dan
rujukan.
3. Bagi peneliti lain selanjutnya perlu dilakukan penelitian lanjutan
tentang faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian seksio
sesarea.
DAFTAR PUSTAKA
Aprina, Anita Puri, 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Persalinan Sectio Caesarea di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Jurusan Keperawatan Tanjungkarang. (Accesed 4 Desember 2017)
Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga berencana
Nasional (BKKBN), Kementerian Kesehatan. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2015. Jakarta
Chandra, Budiman. 20015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC. Dewi Andriani, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Seksio
Sesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Dompu Tahun 2010. Depok : Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan Komunitas Universitas Indonesia. Available from : http: //lib. ui.ac. id/file?file= digital/20356130-S-Dewi%20Andriani.pdf. (Accesed 7 November 2016)
Spong, C.Y, (2013). Obstetri Williams (Williams obstetri). Volume ke-1. Edisi ke-23. Jakarta : EGC
Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta. Hoelman Mickael B, Bona Tua Parlinggoman Parhusip, Sutoro Eko, Sugeng
Bahagijo, Hamong Santono, 2015. Panduan Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta
Karundeng, 2014. Faktor-Faktor Yang Berperan Meningkatnya Angka
Kejadian Sectio Sesarea Di Rumah Sakit Umum Daerah Lian Kendange Tahuna. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Menado. Ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 2, Nomor 1. Februari 2014. Available from: https :
//ejournal .unsrat .ac .id/ index .php/ jkp/article/viewFile/4052/3568. [Accesed 10 Desember 2016].
Laporan Tahun Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
World Health Organization, 2014. WHO Statement on Caesarean Section Rates. Available from: http ://apps .who.int/ iris/bitstream/ 10665/161442/ 1/WHO_ 14.02_eng.pdf?ua=1. [Accesed 17 Januari 2017].