-
i
DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE
PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA DI
WILAYAH SANTA MARIA RATU ROSARI PAROKI
SANTO YAKOBUS BANTUL
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik
Oleh:
Vincensia Melani Milasari
NIM: 151124019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda
Maria
Teruntuk kedua orang tuaku Bapak E. Bana Widanardana dan Ibu V.
Mariyati.
Keluarga yang telah memberikan dukungan dan motifasi kepada
penulis,
Sahabat yang selalu membantu dan mendukung pembuatan
skripsi,
Serta Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
Motto
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya,
sebab Ia yang memelihara kamu.”
(1 Ptr 5:7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE
PERSIAPAN
BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA DI WILAYAH SANTA MARIA RATU
ROSARI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL.” Penulis memilih judul
ini
berpangkal dari keprihatinan penulis akan kurangnya pemahaman
orang tua
tentang pembaptisan bayi dan pelaksanaan katekese persiapan
baptis bayi. Hal ini
terlihat dari pandangan orang tua bahwa membaptiskan anak yang
masih bayi
hanyalah sebagai formalitas agar anak dapat diterima sebagai
anggota Gereja.
Berkaitan dengan pentingnya katekese persiapan baptis bayi,
penulis tertarik
untuk menulis skripsi ini agar dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada
orang tua dan katekis untuk meningkatkan pelaksanaan katekese
persiapan baptis
bayi bagi orang tua di wilayah Santa Maria Rosari, sehingga
orang tua dapat
memaknai katekese persiapan baptis bayi yang diikuti. Dalam
penulisan skripsi
ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yakni
berdasarkan
wawancara terhadap orang tua, katekis, maupun dewan wilayah,
serta penelitian
terhadap dokumen Paroki Santo Yakobus Bantul. Berdasarkan hasil
penelitian
yang dilakukan oleh penulis ditemukan bahwa orang tua mengikuti
katekese
persiapan baptis bayi ini hanya sebagai formalitas agar anak
dapat diterima
sebagai warga Gereja Katolik. Menyadari adanya hal tersebut maka
perlu
diusahakan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan
baptis bayi bagi
orang tua agar dapat dilakukan dengan kegiatan rekoleksi.
Kata kunci : Katekis, Orang tua, Rekoleksi, Gereja, Katekese
persiapan baptis
bayi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
ABSTRACT
This thesis is entitled "DESCRIPTION OF THE IMPLEMENTATION
OF
BABY BAPTICAL PREPARATION FOR PARENTS IN SANTA MARIA
AREAS OF ROSARI QUEEN OF SANTO SAINT YAKOBUS BANTUL." The
author chooses this title stemming from the writer's concern
about the lack of
parental understanding of the practice of infant baptism
preparation catechesis.
This can be seen from the views of parents and Catechists
themselves that the
implementation of infant baptism preparation catechesis still
needs to be
improved. Parents have difficulties in educating children's
faith. Parents often
think that baptizing a child is only a formality so that the
child can be accepted as
a member of the Church. In connection with the importance of
catechetical
preparation for infant baptism, the author is interested in
writing this thesis so that
it can contribute ideas to parents and Catechists to improve the
practice of infant
baptism preparation catechesis for parents in the Santa Maria
Rosari area, so
parents can interpret the catechesis preparation for infant
baptism . In writing this
thesis, the author uses qualitative research methods based on
interviews with
parents, catechists, and regional councils, as well as research
on the documents of
the Parish of Saint Yakobus Bantul. Parents, as educators of
children's faith, first
and foremost, seek the habituation of the life of faith. Based
on the results of
research conducted by the authors found that parents have
difficulty in
interpreting the catechesis of infant baptism preparation. Aware
of this, efforts
should be made to improve the implementation of infant baptism
preparation
catechesis for parents. In this regard, the authors argue that
improving the
implementation of infant baptism preparation catechesis for
parents, can be done
by recollection activities. Especially through recollection
activities, in order to be
able to train naruni parents in distinguishing which supports
and disadvantages
parents and develops positive things for their children.
Keywords : Catechists, parents, recollection, church,
catechetical preparation for
infant baptism
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………… ………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………...……… iv
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………… vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………………...……………… vii
ABSTRAK……………………………………………………………………. viii
ABSTRACK…………………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. x
DAFTAR ISI………………………………………………………………....... xii
DAFTAR TABEL…………………………………..……………………….. xii
DAFTAR SINGKATAN……………………………..……………………….. xvi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………. …... 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………… ……… 3
C. Batasan Masalah ………………………………………………………….. 3
D. Rumusan Masalah …………………………………………………….. ….4
E. Tujuan Penulisan ………………………………………………………… 4
F. Manfaat Penulisan ………………………………………………………... 5
G. Sistematika Penulisan …………………………………………………… 6
BAB II KATEKESE PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG
TUA……………….………………………………………………….. 7
A. Tanggung jawab orang tua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
1. Orang Tua sebagai Pendidik Iman yang Utama dan Terutama ………..
7
2. Upaya Konkret Orang Tua Mendidik Iman Anak …………………. 8
B. Pembaptisan Bayi, Pentingnya Katekese Persiapan Baptis Bayi
dan Tujuan
Katekese Persiapan Baptis Bayi
..…........................................……… 9
1. Pandangan Gereja Tentang Pembaptisan Bayi …….……..…..……. 9
2. Pentingnya Katekese Persiapan Baptis Bayi ……………..…..……. 9
3. Tujuan Katekese persiapan baptis Bayi ……………………………… 12
C. Materi Katekese Persiapan Baptis Bayi ………………………………… 14
D. Metode Katekese Persiapan Baptis Bayi ……..……………………..…… 19
BAB III PENELITIAN TENTANG DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE
PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA PAROKI DI
WILAYAH ST. MARIA RATU ROSARI PAROKI SANTO
YAKOBUS BANTUL ………………………………….…………. 22
A. Gambaran Umum Wilayah St. Maria Ratu Rosari …………..………… 22
1. Wilayah St. Maria Ratu Rosari ………………………………………. 22
2. Kegiatan Gerejani Wilayah St. Maria Ratu Rosari …………………..
23
B. Metodologi Penelitian …………………………………………………. 24
1. Jenis penelitian ………………………………………………………. 24
2. Rumusan permasalahan ……………………………………………… 25
3. Tujuan penelitian …………………………………………………. ... 25
4. Teknik Penelitian……………………………………………………….26
5. Tempat dan waktu penelitian ………………………………………… 26
6. Fokus penelitian ……………………………………………………… 27
7. Partisipan …………………………………………………………
C. Laporan Hasil Penelitian Tentang Pelaksanaan Katekese
Persiapan Baptis
Bayi Bagi Orang Tua di Wilayah St. Maria Ratu Rosari Paroki
Santo
Yakobus Bantul ………………………………………………………….. 30
1. Studi Dokumen ……………………………………………………... 31
2. Hasil Observasi ……………………………………………………. 31
3. Hasil Wawancara dengan Orang Tua ……………………………… 32
4. Hasil Wawancara dengan Pengurus Wilayah dan Pendamping
.......... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
D. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………….. 47
E. Kesimpulan …………………..………………………………………… 57
BAB IV REKOLEKSI SEBAGAI PERTEMUAN LANJUTAN SETELAH
PEMBAPTISAN ……………………………………………………. 60
A. Rekoleksi sebagai Pertemuan Lanjutan setelah Pembaptisn
………….. 60
B. Contoh Program Rekoleksi Sebagai Pertemuan Lanjutan
Setelah
Pembaptisan ……………………………………………………………….. 62
C. Jadwal Rekoleksi ……………………………………………………… 65
D. Contoh Satuan Program Rekoleksi di Paroki Santo Yakobus
Bantul
Setelah Pembaptisan …….……………………………………… ……….. 66
1. Sesi III …………………………………………………………………. 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 71
B. Saran ………………………………………………..………………..….. 72
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 74
LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 75
Lampiran 1: Permohonan Ijin Penelitian …………………………….. (1)
Lampiran 2: Pedoman Wawancara dengan Orang Tua, Katekis, dan
Dewan Wilayah ………………………………………. (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Kisi –kisi panduan
wawancara....................................................................
27
Tabel 2:Panduan pertanyaan
Wawancara.................................................................
29
Tabel 3: Matriks Program Rekoleksi
.........................................................................
62
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab
Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru dalam terjemahan baru yang
diselenggarakan oleh
Lembaga Alkitab Indonesia, LAI, 2015.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
CT : Catechesi Trandendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus
II kepada para
uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa
kini, 16 oktober
1979.
FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Pasca Sinode Paus
Yohanes Paulus II
kepada para uskup, imam-imam dan umat beriman tentang peranan
keluarga kristiani
di dunia modern, 22 November 198.
SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan
II tentang
Liturgi Suci, 4 Desember 1963.
C. Singkatan Lainnya
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
Dll : Dan lain-lain
DSA : Doa Syukur Agung
Dsb : dan sebagainya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
KAS : Keuskupan Agung Semarang
Kan : Kanon
KHK : Kitab Hukum Kanonik
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
KM : Kilometer
LCD : Liquid Crystal Display
MB : Madah Bakti
NO : Nomor
PNS : Pegawai Negeri Sipil
St. : Santo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Gereja Katolik, Sakramen Baptis merupakan salah satu
dari
ketujuh sakramen yang perlu untuk dipahami dan dihayati sebagai:
“Tanda dan
sarana yang mengungkapkan iman, mempersembahkan penghormatan
kepada
Allah, dan menghasilkan pengudusan manusia” (Kan 840 dan SC 59).
Sakramen
Baptis ditempatkan di awal dari ketujuh sakramen yang ada karena
Sakramen
Baptis dipahami sebagai pintu gerbang sakramen-sakramen
lain.
Pembaptisan adalah momen paling penting dalam perjalanan
jemaat
Kristen. Melalui pembaptisan jemaat Kristen diberi materai yang
tak terhapuskan
yaitu diangkat sebagai murid Yesus dan diangkat menjadi
anak-anak Allah.
Dibaptis berarti digabungkan menjadi anggota Gereja. Pembaptisan
menjadi tanda
ungkapan iman akan Yesus Kristus, tetapi bagaimana dengan baptis
bayi di mana
bayi belum bisa sadar dalam mengungkapkan imannya.
Gereja Katolik (Roma dan Ortodoks) telah menerima kebiasaan
pembaptisan anak-anak ini sejak abad perdana, dan tetap
mempertahankannya.
Pembaptisan kanak-kanak adalah pembaptisan anak dari orang tua
yang beriman
dan mengamalkan iman itu, serta berjanji akan membesarkan anak
dalam iman
kepada Kristus (Crichton, 1990:52). Tata cara pembaptisan
kanak-kanak
menyajikan garis yang didasarkan pada asas utama pembaptisan
yakni : iman,
peranan orang tua, jemaat, dan perayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Hal inilah yang menjadikan betapa pentingnya pemahaman orang
tua
akan pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi berserta dengan
konsekuensinya.
Pimpinan Gereja Katolik terus mempertahankan tradisi lama:
Kanak-kanak pada
umumnya wajib untuk dibaptis, dan jangan terlalu lama menunda
pembaptisan
tersebut (Groenen, 1992 : 153).
Pembaptisan bayi terkesan menjadi suatu kebiasaan yang harus
dilaksanakan oleh setiap orang tua Katolik. Mungkin secara
sepintas mereka
mengerti makna pembaptisan, namun penghayatan secara mendalam
masih sangat
kurang. Katekese persiapan baptis bayi merupakan katekese dasar
yang
menempati posisi paling penting dalam proses inisiasi Kristen.
Hal itu
dikarenakanbaptis merupakan pintu masuk atau pintu gerbang bagi
sakramen-
sakramen lainnya. Komisi KAS (2013: 16) mengatakan:
Oleh karena itu baptis merupakan dasar dari seluruh kehidupan
Kristiani.
Katekese persiapan baptis bayi tentu saja tidak hanya
menyangkut
pemahaman pokok-pokok iman, namun juga harus menyangkut
pemahaman secara mendasar mengenai hakikat dari Sakramen Baptis
itu
sendiri.
Wilayah Santa Maria Ratu Rosari merupakan bagian dari paroki
Santo Yakobus
Bantul yang letaknya di Pijenan, Wijirejo, Pandak, Bantul,
Yogyakarta. Menurut
data yang diperoleh penulis dari paroki bahwa pada tahun 2019
pembaptisan bayi
tercatat sebanyak 20 anak. Orang tua Katolik di wilayah ini
selalu menuntun agar
anak-anak mereka mengikuti jejak orang tuanya yaitu beriman
Katolik. Wilayah
ini sudah menerapkan katekese persiapan baptis bayi karena itu
sebagai syarat
agar orang tua bisa membaptiskan putra/putrinya. Pertemuan itu
biasanya hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
diadakan sekali dan berisi rekoleksi yang diberikan oleh
katekis. Kegiatan
pembaptisan bayi diadakan setiap Minggu ketiga jika ada bayi
yang dibaptis.
Menurut pengamatan penulis, sebagian orang tua Katolik memilih
untuk
mengikuti katekese persiapan baptis bayi itu hanyalah sebuah
formalitas, jadi
orang tua belum memahami tentang katekese baptis bayi.
Berdasarkan latar belakang dan fakta di lapangan, penulis
merumuskan judul
Skripsi: DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE PERSIAPAN BAPTIS
BAYI BAGI ORANG TUA DI WILAYAH SANTA MARIA RATU ROSARI
PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL.
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang
telah
dipaparkan dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Sebagian orang tua mengikuti persiapan katekese baptis bayi
hanya sebuah
formalitas.
2. Orang tua kurang memahami mengenai pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi
3. Orang tua kurang mempersiapkan/membekali dirinya sendiri,
dalam hal
katekese persiapan baptis bayi.
C. Batasan Masalah
Agar penulisan dapat semakin terarah, maka permasalahan akan
dibatasi
pada aspek pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi bagi orang
tua. Penulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
ini akan dikenakan pada orang tua Katolik di Wilayah St Maria
Rosari, Paroki
Santo Yakobus Bantul yang memiliki anak usianya masih bayi. Oleh
karena itu
yang menjadi judul penulisan ini adalah DESKRIPSI
PELAKSANAAN
KATEKESE PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA DI WILAYAH
SANTA MARIA RATU ROSARI PAROKI ST YAKOBUS BANTUL.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penulisan ini adalah :
1. Bagaimana pandangan Gereja mengenai katekese persiapan baptis
bayi?
2. Bagaimana pemahaman orang tua di wilayah Santa Maria Ratu
Rosari
mengenai pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi?
3. Apakah harapan orang tua terhadap pelaksanaan katekese
persiapan baptis
bayi ini yang dapat mendukung mereka dalam melaksanakan
tugasnya
sebagai pendidik iman anak?
E. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang hendak dicapai dalam penulisan ini
adalah
:
1. Untuk mengetahui pandangan Gereja mengenai katekese persiapan
baptis bayi.
2. Untuk mengetahui pemahaman orang tua di wilayah Santa Maria
Ratu Rosari
mengenai pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
3. Untuk mengetahui harapan orang tua terhadap pelaksanaan
katekese persiapan
baptis bayi ini yang dapat mendukung mereka dalam melaksanakan
tugasnya
sebagai pendidik iman anak.
F. Manfaat penulisan :
Adapun manfaat penulisan ini adalah :
1. Bagi Wilayah
a. Memberikan gambaran singkat mengenai pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi
b. Dapat mengetahui sejauh mana permasalahan pelaksanaan
katekese persiapan
baptis bayi di Wilayah Santa Maria Ratu Rosari.
c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi Wilayah Santa Maria Ratu
Rosari
Paroki Santo Yakobus Bantul mengenai pelaksanaan katekese
persiapan baptis
bayi bagi orang tua.
2. Bagi Kampus
Membantu mahasiswa agar siap membekali diri untuk dapat tertibat
dalam
kegiatan kursus berbagai sakramen yang diadakan oleh Gereja.
3. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi terhadap perkembangan pribadi dan dapat dijadikan
bekal untuk
pelayanan sebagai katekis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
b. Dapat semakin menyadari akan rahmat Sakramen Baptis sehingga
dapat
membantu sesama agar siap menerima rahmat Sakramen Baptis.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi berjudul “Deskripsi Pelaksanaan Katekese
Persiapan
Baptis Bayi Bagi Orang Tua Di Wilayah Santa Maria Ratu Rosari
Paroki Santo
Yakobus Bantul” ini terbagi dalam lima bab. Bab I merupakan
pendahuluan, yang
terdiri dari: latar belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, dan manfaat penulisan.
Bab II menguraikan katekese persiapan baptis bayi bagi orang
tua, yang
meliputi: tanggung jawab orang tua sebagai pendidikan iman anak,
upaya konkret
orang tua mendidik iman anak, tujuan katekese persiapan baptis
bayi, pelaksanaan
ketekese persiapan baptis bayi, materi katekese persiapan baptis
bayi dan metode
katekese persiapan baptis bayi.
Bab III menguraikan penelitian tentang deskripsi pelaksanaan
katekese
persiapan baptis bayi bagi orang tua di wilayah Santa Maria Ratu
Rosari paroki
Santo Yakobus Bantul, yang meliputi: gambaran umum wilayah Santa
Maria Ratu
Rosari, metodologi penelitian, laporan hasil penelitian tentang
pelaksanaan
katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua di wilayah St.
Maria Ratu Rosari
paroki Santo Yakobus Bantul, pembahasan hasil penelitian dan
diakhiri dengan
kesimpulan. Bab IV penulis menguraikan rekoleksi sebagai
pertemuan lanjutan
setelah pembaptisan. Sedangkan Bab V merupakan penutup yang
berisikan
kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis memberikan
kesimpulan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
keseluruhan isi skripsi dan memberikan saran untuk meningkatkan
pelaksanaan
katekese persiapan baptis bayi bagi orang tua di wilayah Santa
Maria Ratu Rosari
paroki Santo Yakobus Bantul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
BAB II
KATEKESE PESIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA
A. Tanggung Jawab Orang Tua
1. Orang Tua Sebagai Pendidik Iman Yang Utama dan Terutama.
Orang tua adalah mitra Allah dalam karya penciptaan manusia
baru,
maka harus menjadi pelindung utama dan pertama serta tak
tergantikan bagi anak,
melalui kesaksian dan keteladanan hidup Kristiani sejati, yang
diwujudkan dengan
pemberian kasih sayang yang tulus, adil, dan bijaksana. Orang
tua sebaiknya
mulai berefleksi serta menata diri dalam hidup untuk tampil
layaknya sebagai
orang tua sejati di mata anak-anaknya. Orang tua juga diharapkan
mampu
menampilkan dirinya sebagai tokoh idola bagi anak-anaknya, orang
tua
hendaknya meluangkan waktu untuk memerhatikan serta mendampingi
anak-
anaknya; mempunyai hati untuk mencintai mereka, mempunyai waktu
untuk
mendengarkan isi hati mereka, berpenampilan menarik, ramah dan
tidak mudah
marah, berkata-kata halus serta sopan untuk menghormati orang
lain dan
sebagainya.
Gereja menekankan peran utama orang tua dalam pendidikan iman
anak.
Penekanan itu didasarkan pada pengalaman hidup orang Nasaret:
“Dan Yesus
makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya,
dan makin
dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2:52). Dari perikop
tersebut diperoleh
gambaran bahwa Maria dan Yusuf, sebagai orang tua Yesus telah
melaksanakan
perannya yaitu mendidik putra-Nya, sehingga semakin bertambah
besar tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
hanya dalam arti fisik, namun bertambah besar pula rohaninya
yang ditandai
dengan semakin bertambah hikmat-Nya dan Ia semakin dikasihi oleh
Allah dan
sesama karena perilaku dan sikap yang baik (Didik, 2006:30)
Suatu anugerah selalu membawa konsekuensi yakni tugas dan
tanggung
jawab. Orang tua yang telah dipercayai, oleh Tuhan bertugas dan
bertanggung
jawab mendidik anak-anaknya agar mereka berkembang menjadi
manusia
seutuhnya. Dalam tanggung jawab ini, juga terdapat hak serta
wewenang orang
tua dalam mendidik anak-anaknya (Didik, 2006:27).
Pendidikan iman merupakan salah satu bentuk karya pewartaan
Gereja,
yang bertujuan membantu orang beriman agar iman mereka semakin
mendalam
dan agar mereka makin terlibat dalam hidup menggereja dan
memasyarakat, baik
sebagai pribadi maupun sebagai kelompok. Pendidikan iman dapat
dimengerti
dengan baik apabila bertitik tolak dari pengertian iman itu
sendiri, Konsili Vatikan
II menggambarkan iman secara lebih biblis, dan menyeluruh.
2. Upaya Konkret Orang Tua Mendidik Iman Anak
Pembaptisan bayi merupakan salah satu upaya konkret dari orang
tua
dalam mengawali tanggung jawabnya mendidik iman anak. Hal
tersebut,
hendaknya tampak juga dalam kehidupan konkret dalam
keluarganya.
Prasetya (2006:37) mengatakan bahwa:
a. Dengan dibaptis putra-putri kita diangkat sebagai anak Allah,
dipersatukan dengan Tuhan, serta menjadi saudara dalam Gereja.
b. Setelah pembaptisan, meski masih bayi anak-anak dibiasakan
mengikuti perayaan Ekaristi di dalam gereja. Kecenderungan yang
ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
adalah orang tua mengikuti perayaan Ekaristi di luar, sambil
ngobrol
sana-sini, dengan alasan kalau bayi menangis pasti akan
menganggu
umat lain.
c. Anak-anak dibiasakan menerima komuni bathuk, baik ketika
masih bayi maupun menjelang usia sekolah. Hal ini berarti bahwa
mereka
dibiasakan mengikuti Ekaristi Mingguan secara rutin agar
tidak
merasa asing dengan suasana dan makna Ekaristi di kemudian
hari.
d. Meskipun usianya masih bayi, sebaiknya anak-anak dibiasakan
untuk berdoa bersama dengan keluarga baik sebelum maupun
sesudah
melakukan aktifitas.
Semua itu adalah contoh kegiatan-kegiatan konkret yang bisa
dilakukan oleh
Orang tua agar makna Sakramen Baptis dapat terwujud di dalam
diri anak-anak.
Tentu saja, pendampingan orang tua tidak berhenti sampai disini
tetapi
berlangsung terus sampai anak-anaknya menginjak usia dewasa,
bahkan sampai
mereka mampu menentukan jalan hidupnya secara mandiri.
B. Pembaptisan Bayi, Pentingnya Katekese Persiapan Baptis Bayi
dan
Tujuan Katekese Persiapan Baptis Bayi
1. Pandangan Gereja Tentang Pembaptisan Bayi
Yohanes pembaptis mengadakan pembaptisan dengan
menenggelamkan
orang lain kedalam air Yordan sebagai baptisan pertobatan untuk
pengampunan
dosa (Mrk 1:4) dan sebagai persiapan untuk kedatangan Allah (Mat
3:1-12).
Yesus sendiri menyediakan diri dibaptis oleh Yohanes untuk
menempatkan diri
sebagai Pribadi yang ikut menantikan Kerajaan Allah pada akhir
zaman dan mau
menunjukkan solidaritas pada bangsa-Nya yang membutuhkan
penyelamatan
Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
Gereja perdana mempraktikkan baptis bayi bagi mereka yang
mau
bergabung dalam kelompok murid Yesus. Arti teologis pembaptisan
dapat
diringkas sebagai tanda iman, sebagai penyerupaan Yesus Kristus,
pengampunan
dosa, karunia Roh Kudus, pemasukan dalam tubuh Gereja, dan
karunia hidup
baru. SantoYustinus Martir (165) melaksanakan baptis dengan
menenggelamkan
dalam tempat atau bak air dengan menyerukan nama Allah
Tritunggal. Dan Santo
Irenius dari Lyon (202) memperbolehkan semua orang untuk
dibaptis, termasuk
bayi juga. Dalam hubungan dengan baptis bayi, Agustinus
membuktikan adanya
dosa asal pada manusia.
Dalam Perjanjian Baru Allah menghendaki keselamatan semua orang
dan
keselamatan itu dikaruniakan melalui Yesus Kristus, satu-satunya
pengantara (1
Tim: 2:3-5). Pada umumnya, teolog katolik membela baptis bayi
dengan jawaban
teologis sebagai berikut : Pertama, penebusan dan keselamatan
merupakan
anugerah Tuhan. Kedua, beriman berarti bersama dengan orang
lain, iman yang
diimani adalah iman Gereja. Dan ketiga, beriman adalah proses
pertumbuhan
terus menerus dan bukan peristiwa sekali lagi. Demikian pula
dalam baptis bayi
seorang anak dipersiapkan dalam suatu proses pertumbuhan iman
yang
diharapkan berkembang terus menerus. Namun perkembangan iman
akhirnya
tergantung dari lingkungan dan kebersamaan, dan untuk itu
pendidikan iman perlu
dilakukan sedini mungkin (Sumarno,2017:71).
2. Pentingnya Katekese Persiapan Baptis Bayi
Sang bayi terbaptis belum mampu menyadari dirinya, maka orang
tua
serta Wali baptis lah yang berperan dalam pembaptisan. Orang tua
dan Wali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
baptis aktif mempersiapkan diri untuk tugas pendampingan anak
dengan
mengikuti pertemuan menjelang upacara pembaptisan. Melalui
baptis seseorang
dapat menjadi anggota Gereja secara penuh, yang diberi materai
sebagai murid
Yesus Kristus. Maka pembaptisan membawa dampak yang sama
bagi
penerimanya, baik itu baptis dewasa maupun baptis saat masih
kanak-kanak
(bayi). Dampak itu misalnya sama-sama menerima tugas perutusan
mewartakan
Kabar Gembira, ambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam,
nabi, dan raja
(Hendrik,2011:69)
Adapun perbedaan antara baptis orang dewasa dan anak-anak
yaitu
dalam baptis orang dewasa sebelum dibaptis ia dipersiapkan
terlebih dahulu
dengan menjadi katekumen, sehingga ia lebih memahami perannya
sebagai orang
Kristen. Sedangkan dalambaptisan kanak-kanak (bayi) belum dapat
mengikuti
persiapan tersebut karena ia belum memiliki tingkat kesadaran
yang penuh.
(KWI, 1996 : 425).
“Anak-anak dibaptis dalam iman Gereja yang diakui oleh orang
tua, Wali
baptis dan semua hadirin. Mereka dibaptis sebagai anak, yang
dalam
segala hal bergantung pada orang tua, bukan sebagai orang dewasa
yang
mandiri. Maka sakramen ini baru mendapat arti sepenuhnya kalau
anak-
anak yang dibaptis dalam iman Gereja, kemudian dididik pula
dalam
iman itu”
Ada pendapat yang menunjukkan pro dan kontra terhadap
pelaksanaanbaptis bayi.
Pendapat pro terhadap pelaksanaan baptis bayi ini diungkapkan
oleh mereka
dengan rendah hati mengakui bahwa keselamatan hendaknya
diupayakan sedini
mungkin dengan membaptiskan anak-anak, bahkan ketika anak-anak
tersebut
masih bayi. Sedangkan pendapat kontra, dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa
membaptiskan anak ketika masih bayi itu melanggar hak asasi
manusia karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
ada unsur pemaksaan keyakinan terhadap pribadi yang sangat lemah
dan belum
tumbuh kesadaran hati nuraninya untuk menentukan jalan hidupnya.
Semua orang
tua Katolik pasti selalu mau memberikan yang terbaik bagi
anak-anaknya,
demikian pula bila mereka meyakini bahwa iman Katolik dan rahmat
pembaptisan
merupakan sesuatu yang bernilai, maka mereka jelas akan
memberikan ke
anaknya tanpa bertanya terlebih dahulu. Namun pada kenyataannya,
Gereja
membenarkan pelaksanaan baptis bayi bahkan sudah menjadi tradisi
yang sudah
lama. Dari sinilah, dapat diketahui katekese persiapan baptis
bayi bagi orang tua.
Dengan mempersiapkan orang tua dalam rangka penerimaan baptis
bayi,
diharapkan pada tahap berikutnya orang tua mampu membimbing
serta mendidik
iman anak.
Dalam KHK kan. 851§2, ditegaskan bahwa
“orang tua dari kanak-kanak yang akan diBaptis, demikian pula
mereka
yang akan menerima tugas sebagai wali baptis, hendaknya
diberitahu
dengan baik tentang arti dari sakramen ini serta tentang
kewajiban-
kewajiban yang melekat padanya”.
Pembaptisan bayi sudah menjadi bentuk yang sangat biasa untuk
pemberian
pembaptisan, perayaan ini disingkat menjadi suatu upacara yang
mencakup tahap-
tahap awal menuju inisiasi Kristiani dalam bentuk yang sangat
singkat. Pada
kesempatan ini tidak hanya diperhatikan pengajaran imannya saja,
namun juga
harus diperhatikan mengenai pengembangan rahmat pembaptisan
dalam
perkembangan pribadi bayi yang dibaptis (KGK, 1996 : 345).
Lebih jauh lagi, penulis melihat pentingnya katekese persiapan
baptis
bayi bagi orang tua ini supaya pembaptisan bayi tidak hanya
berhenti pada ritual
saja, atau sebatas pelestarian tradisi yang tanpa dimaknai
secara lebih mendalam,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
maka perlulah sebuah persiapan bagi orang tua dalam mendidik
anak secara
Katolik, sebab mendidik secara Katolik merupakan suatu proses
yang
berkesinambungan. Mendidik anak secara Katolik tidak selesai
dengan
menginisiasikan anak dalam kehidupan Katolik melalui baptis,
melainkan lebih-
lebih bagaimana orang tua membimbing anak itu hidup seturut iman
Katolik.
3. Tujuan Katekese Persiapan Baptis Bayi
a. Orang Tua Memahami Makna Pembaptisan Bayi
Pembaptisan merupakan sakramen iman. Seseorang dibaptis hanya
dalam
iman Gereja Katolik. “Pada semua orang yang sudah diBaptis,
apakah anak-anak
atau orang dewasa, iman masih harus tumbuh sesudah pembaptisan”
(KGK 1254).
Melalui anugerah iman ini kita menerima benih hidup yang kekal.
Rahmat
pembaptisan senantiasa dipelihara dan dikembangkan sebab, dalam
perjalanan
iman kita akan senantiasa menghadapi aneka tantangan. Maka
menjadi tugas
orang tua dan wali baptis untuk menumbuh kembangkan benih iman
dalam diri
anak (Baptis) mereka. Namun, pengembangan dan pemeliharaan
rahmat
pembaptisan ini merupakan tanggung jawab seluruh Gereja (KGK
1255). Maka
dalam menjalankan tugasnya, orang tua dan wali baptis juga akan
dibantu oleh
anggota Gereja yang lain.
b. Sebagai Bekal Bagi Orang Tua Dalam Mendidik Iman Anaknya.
Untuk mempersiapkan pembaptisan bayi dan kanak-kanak
biasanya
Paroki mengadakan rekoleksi orang tua bersama dengan wali
baptis. Acara ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
sangat penting bagi orang tua maupun wali baptis karena akan
dibicarakan
tanggung jawab mendidik anak setelah pembaptisan dan mungkin
akan
disinggung mengenai kerjasama dan wali baptis.
c. Orang Tua Lebih Mempersiapkan Dalam Penerimaan Baptis
Bayi.
Di dalam acara pembekalan orang tua bersama dengan wali
baptis,
biasanya akan disampaikan bagaimana pelaksanaan liturgi
pembaptisan di Gereja
setempat, karena kebiasaan paroki tidak selalu sama misalnya
soal siapa yang
memasang busana putih pada saat pembaptisan baru, atau siapa
yang menyalakan
lilinbaptis pada lilin paskah?
Pada bagian awal liturgi pembatisan bayi maupun kanak-kanak,
wali
baptis akan diminta untuk menyatakan secara publik
kesanggupannya mengemban
tanggung jawab sebagai wali baptis. Maka sebaiknya wali baptis
dan orang tua
datang lebih awal kurang lebih 30 menit sebelum pembaptisan
dimulai.
d. Tanggung Jawab Wali Baptis Menuju Kedewasaan Iman.
Menjadi wali baptis dituntut untuk mengemban tanggung jawab
yang
tidak mudah, bukan hanya dalam liturgi pembaptisan saja namun
yang lebih berat
yaitu setelah pembaptisan itu sendiri. Dalam liturgi pembaptisan
kanak-kanak
Wali baptis berjanji akan membantu tugas orang tua dalam
mendidik kanak-kanak
yang baru saja dibaptis itu untuk semakin mencintai Tuhan dan
sesama. Dengan
demikian, mereka secara pribadi juga anak-anak yang mereka didik
dan bimbing
secara bertahap semakin bersatu didalam Kristus, semakin
menjemaat serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
semakin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat, dan mengokohkan
Gereja
semesta.
Akhirnya diharapkan seluruh keluarga mampu memberi kesaksian
tentang Kristus di tengah masyarakat. Bila tujuan tersebut dapat
tercapai, berarti
orang tua telah melaksanakan tanggung jawab yang besar terhadap
pendidikan
iman anak mereka.
C. Materi Katekese Persiapan Baptis Bayi
Saat ini, Paroki Santo Yakonus Bantul telah mengadakan
rekoleksi
khusus bagi orang tua yang akan membaptiskan anaknya yang masih
bayi.
Rekoleksi ini biasanya diberikan oleh katekis setempat dan
materi rekoleksinya
seperti :
1. Tanggung Jawab Orang Tua Sebagai Pendidik Iman.
Peranan dan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan iman
anak
mereka harus dilakukan secara utuh dan menyeluruh. Sudah
sepantasnya orang
tua mendidik iman anak-nya dengan penuh tanggung jawab dan
dengan ketulusan
hati, sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena tak
tergantikan oleh orang
lain. Dalam rangka pendidikan iman anak, orang tua diharapkan
menyadari
sepenuhnya bahwa proses pendidikan ini berlangsung secara terus
menerus
sampai anaknya dewasa dan ia dapat menentukan jalan hidupnya
sendiri, baik
hidup membiara maupun hidup berkeluarga, secara bertanggung
jawab. (Prasetya,
2008:34)
Akhirnya, yang perlu disadari oleh Orang tua adalah
konsekuensi
pembaptisan anak-anak. Setelah mereka diBaptis, anak-anak
sungguh harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
dididik secara Katolik dalam hidup sehari-hari. Apabila mereka
mereka dididik
dengan baik, mereka tak akan pernah menyesal bahwa sejak kecil
sudah dibaptis,
sebaliknya justru mereka bersyukur dibaptis sejak bayi. Gereja
menganjurkan agar
bayi dari keluarga Katolik dibaptiskan pada saat minggu-minggu
pertama
kelahirannya (Kan 867), artinya secepatnya. Bayi tersebut boleh
dibaptiskan
dalam Gereja Katolik asalkan salah satu dari orang tua
menyetujui dan ada
jaminan dia akan dididik secara Katolik (Kan 868). Secara
administratif, syarat
pendaftaran baptis bayi dibawah usia tujuh tahun adalah:
fotokopi akte nikah
Gereja orang tua dan akte kelahiran anak, serta pengisian
formulir
pendaftaranbaptis bayi yang memuat persetujuan dari orang tua
(Didik, 2006:35).
2. Peran Serta Tanggung Jawab Wali Baptis
Wali baptis adalah orang beriman Katolik, baik laki-laki
maupun
perempuan yang sudah dewasa usia dan imannya, yang ditunjuk
untuk
mendampingi proses perkembangan iman bayi yang dibaptis. Wali
baptis tidak
hanya bertugas pada saat penerimaan Sakramen Baptis, namun ia
juga harus
mendampingi terus sampai akhirnya bayi tersebut dapat hidup
secara kristiani dan
setia melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan baptisan
yang telah
diterimanya. Konkretnya adalah wali baptis harus menegur jika
anak baptisnya
malas pergi ke gereja atau mengikuti kegiatan gerejani,
mengingatkan anak
baptisnya untuk menerima Komuni Pertama, dan Penguatan (Krisma),
menegur
anak baptisnya jika suatu saat tergoda meninggalkan imannya, dan
sebagainya.
Dengan demikian, keberadaan wali baptis untuk mendampingi bayi
tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
berlangsung secara terus-menerus selama hidupnya. Mengingat
masa
pendampingan wali baptis terhadap bayinya berlangsung selama
hidup, tidaklah
bijaksana kalau orang tua memilih wali baptis yang sudah berusia
tua, karena
tugas yang melekat pada diri wali baptis tidak hanya
formal-formal sifatnya, maka
tidaklah sebanding jika wali baptis yang sudah tua harus
mendampingi bayi dalam
menatap masa depannya yang masih panjang, dengan segala
tantangan dan
kesulitan zamannya (Prasetya, 2008: 26).
Menurut Kanon 874 §1,
Syarat menjadi wali baptis, agar seseorang dapat diterima
untuk
mengemban tugas wali baptis haruslah:
a. Ditunjuk oleh Calonbaptis sendiri atau oleh orang tuanya atau
oleh orang yang mewakili mereka atau, bila mereka itu tidak ada,
oleh
Pastor Paroki atau pelayanbaptis, selain itu ia cakap dan
mau
melaksanakan tugas itu.
b. Telah berumur genap enam belas tahun, kecuali umur lain
ditentukan oleh Uskup Diosesan atau ada kekecualian yang atas
alasan wajar
dianggap dapat diterima oleh Pastor Paroki atau
pelayanbaptis.
c. Seorang Katolik yang telah menerima Sakramen Penguatan
(Krisma) dan Sakramen Ekaristi Maha Kudus, lagi pula hidup sesuai
dengan
iman dan tugas yang diterimanya.
d. Tidak terkena suatu hukuman kanonik yang dijatuhkan atau
dinyatakan secara legitim;
e. Bukan ayah atau ibu dari calonbaptis.
3. Nama Baptis
Ketika bayi lahir, orang tua sudah mulai berangan-angan dan
bahkan
berpikir mengenai nama yang akan diberikan kepada bayinya. Oleh
karena itu,
orang tua dikatakan KHK kan. 855: ”Hendaknya orang tua, wali
baptis, dan Pastor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
Paroki menjaga agar jangan memberikan nama yang asing dari
citarasa kristiani”
(Prasetya, 2019 : 21).
Nama baptis sangatlah identik dengan tradisi Gereja Katolik.
Nama
baptis adalah nama para Kudus yang dipakai sebagai pelindungnya.
Sebaiknya,
namabaptis dapat dipilih, dipahami kisah dan semangatnya,
sehingga nantinya
dapat dilaksanakan dan dihayati oleh bayi tersebut dan
diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Liturgi Sakramen Baptis
Pada zaman para rasul, liturgi sakramen pembaptisan masih
sangat
sederhana. Setiap orang yang telah menerima Injil dan percaya
kepada Tuhan
Yesus Kristus langsung diBaptis dengan air dalam nama Tuhan
Yesus Kristus,
jadi secara umum liturgi Sakramen Pembaptisan hanya terdiri dari
dua unsur
hakiki, yaitu “pengakuan iman” dan “pembaptisan dengan air”.
Seiring dengan perkembangan zaman, liturgi Sakramen
Pembaptisan
yang awalnya masih sangat simpel dan sederhana tersebut,
kemudian mengalamai
penambahan sejumlah ritus baru seperti: penandaan dengan salib
(sebagai tanda
persekutuan dengan Kristus), penolakan Setan (sebagai tanda
pertobatan kepada
Allah), pengurapan dengan minyak Krisma (Sebagai tanda
penerimaan Roh
Kudus), penyerahan kain putih (sebagai tanda hidup baru dalam
Kristus),
pemberian lilin bernyala (sebagai tanda kebangkitan bersama
Kristus), dan seruan
effata (sebagai tanda keterbukaan terhadap firman Allah)
(Hendrik, 2011:62).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
5. Mendidik Anak Menjadi Orang Katolik Sejati.
Pada waktu menikah, suami istri telah berjanji untuk: pertama,
saling
mencintai dan tetap setia dalam untung dan malang, kedua,
membaptiskan dan
mendidik anak-anak yang dipercayakan Tuhan menjadi orang Katolik
sejati.
Memang, orang tua harus mewariskan imannya kepada anak-anaknya.
Bila
mereka selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi
anak-anaknya, niscaya
mereka juga akan memberikan dan mewariskan imannya kepada
anak-anaknya.
Tuhan Yesus mengundang anak-anak untuk datang kepada-Nya. Dia
bersabda :
“Biarkan anak-anak datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi
mereka,sebab
orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah”
(Mrk 10:14).
Pendidikan iman pada anak merupakan upaya kita dalam menghantar
mereka
datang kepada Yesus Kristus.
Jika orang tua mempunyai kebiasaan untuk makan bersama, atau
membiasakan anak-anak untuk berdoa terlebih dahulu sebelum
makan, atau ke
gereja bersama, maka kita telah membuat budaya perilaku kepada
seluruh
keluarga kita. Keluarga dapat bersama-sama menciptakan kebutuhan
yang harus
dipenuhi setiap harinya. Sangatlah indah jika banyak orang tua
yang
memerhatikan anaknya, bukan hanya membiayai dan memperingatkan
namun
orang tua yang mendampingi hidup mental beserta rohani anaknya.
Orang tua
dapat membuat anak-anaknya sebagai pribadi yang dewasa dan
Katolik. Sebagai
orang tua, kita dipanggil untuk menanggapi seruan Gereja untuk
belajar lebih baik
menjadi orang tua Katolik. Gereja juga memanggil kita semua
khususnya para
orang tua untuk belajar bersama menciptakan budaya Katolik di
rumah masing-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
masing bersama dengan keluarga. Orang tua perlu sejak dini
mengajarkan kepada
anak-anaknya untuk menjadi pribadi Katolik yang sejati (Didik,
2006:28)
D. Metode Katekese Persiapan Baptis Bayi
Katekese persiapan baptis bayi dilaksanakan dengan proses
seperti proses
katesekese umat. Katekese umat diartikan sebagai komunikasi iman
atau tukar
menukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota
jemaat/kelompok.
Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa,
sehingga
masing-masing iman mareka semakin diteguhkan dan dihayati
semakin sempurna.
Dalam katekese umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan
iman, pada
katekese umat pula kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus
Kristu, pengantara
Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapi
Sabda Allah.
Yang berkatekese disini adalah Umat, artinya semua orang yang
beriman, yang
secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas memilih Kristus
dan secara bebas
berkumpul untuk lebih mendalami Kristus. Katekese umat merupakan
komunikasi
iman dari peserta sebagai sesama dan iman yang sederajat, yang
saling bersaksi
tentang iman mereka. Peserta berdialog dalam suasana terbuka,
ditandai dengan
sikap saling menghargai dan saling mendengarkan. Proses
terencana itu berjalan
terus menerus (Sumarno, 2018:9). Dalam proses katekese umat 4
ada unsur, yaitu
:
1. Pengungkapan pengalaman peserta
Langkah ini mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman
hidup
serta keterlibatan mereka entah dengan menggunakan suatu
pengalaman faktual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
misalnya dari media massa, cerita bergambar, permainan,
simbolik, dan lain-lain.
Tujuan dari langkah ini adalah diharapkan para peserta menjadi
sadar dan
bersikap kritis pada pengalaman hidupnya sendiri.
2. Penyampaian warta Kitab Suci/ tradisi Kristiani
Hubungan timbal balik antara katekese dan kitab suci sangat
erat. Di satu
pihak katekee adalah pelayan sabda Allah dalam arti katekese
menjadi sarana
untuk mewartakan Sabda Allah yang termuat dalam Kitab Suci.
Katekese menjadi
tempat istimewa di mana sabda Allah senantiasa bergema dalam
sejarah manusia
dalam bentuk pengajaran, ajakan, pewartaan, doa, dan kesaksian
hidup. Dengan
kata lain, kitab suci membutuhkan katekese agar sabda Allah yang
termuat dalam
Kitab Suci dapat menjadi pegangan hidup, pedoman, dan terang
bagi jalan umat
Allah. Di pihak lain, isi Kitab Suci yaitu sabda Allah adalah
sumber utama bagi
katekese, sehingga katekese dapat membimbing umat untuk beriman
dan
mengembangkan Gereja.
3. Pendalaman pengalaman hidup berdasarkan warta iman dalam
Kitab
Suci/tradisi Kristiani
Langkah ini mendorong peserta untuk lebih aktif, dan kreatif
dalam
memahami serta mengolah keterlibatan hidup mereka sendiri dan
masyarakat.
Tujuan dari langkah ini adalah memperdalam refleksi dan
mengantar peserta pada
kesadaran kritis akan keterlibatan mereka akan asumsi dan
alasan, motivasi,
kepentingan, dan konsekuensi yang diwujudkan.
4. Arah keterlibatan baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
Metode utama dalam pelaksanaan katekese adalah metode
sharing,
metode cerama, dan refleksi.
a. Metode sharing, dengan metode sharing pengalaman dalam
katekese persiapan
baptis bayi orang tua dapat menyatukan, memperluas, dan
memperkaya
pengalaman dengan unsur-unsur baru kesaksian, dan memperluas
cakrawala
kehidupan menjadi semakin mendalam serta berarti.
b. Metode cerama, adalah suatu cara mengajar pendamping kepada
peserta untuk
menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang
suatu pokok
persoalan serta masalah secara lisan.
c. Metode refleksi, adalah renungan, cerminan, pantulan,
bayangan diri pribadi.
Pada persiapan baptis bayi orang tua dapat merenungkan secara
lebih
mendalam mengenai peran serta tanggung jawabnya yaitu mendidik
iman anak
yang pertama dan terutama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
BAB III
PENELITIAN TENTANG DESKRIPSI PELAKSANAAN KATEKESE
PERSIAPAN BAPTIS BAYI BAGI ORANG TUA DI WILAYAH SANTA
MARIA RATU ROSARI PAROKI SANTO YAKOBUS BANTUL.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara nyata
bagaimana
katekese persiapann Sakramen Baptis bayi sungguh dilaksanakan di
Wilayah
Santa Maria Ratu Rosari. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Maret hingga April
2020. Hasil penelitian kemudian akan dianalisis untuk
mendapatkan gambaran
nyata tentang pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi bagi
orang tua di
Wilayah Santa Maria Ratu Rosari Paroki Santo Yakobus Bantul yang
meliputi:
gambaran umum wilayah Santa Maria Ratu Rosari, metodologi
penelitian, laporan
hasil penelitian tentang pelaksanaan katekese persiapan baptis
bayi bagi orang tua,
pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan hasil penelitian.
A. Gambaran Umum Wilayah Santa Maria Ratu Rosari
1. Wilayah Santa Maria Ratu Rosari
Wilayah Maria Rosari merupakan bagian dari Paroki St.Yakobus
Bantul
yang berada di Jl. Pajangan No.184, Bergan, Wijirejo, Pandak,
Bantul, DIY
55761. Wilayah St. Maria Rosari memiliki satu kapel, dan satu
Gereja, yaitu:
Kapel St. Maria Ratu Rosari yang terletak di Bergan, Wijirejo,
Pandak, Bantul,
dan Gereja St. Yakobus Alfeus Pajangan yang terletak di
Kamijoro, Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Setiap Minggu pertama dan ketiga umat mengikuti misa di Kapel
St.
Maria Ratu Rosari pada Sabtu malam pukul 19.00 WIB dengan bahasa
Indonesia
sedangkan pada Minggu kedua, keempat, atau kelima umat mengikuti
misa di
Gereja St. Yakobus Alfeus Pajangan pada Minggu pagi pukul 07.00
WIB dengan
bahasa Jawa. Data umat di wilayah Maria Rosari sebanyak 750
orang, Wilayah ini
memiliki 8 (delapan) lingkungan yaitu: Lingkungan Philipus,
Matheus, Andreas,
Bernadheta, Yakobus Alfeus, Markus, Yohanes Rasul, dan
Antonius.
2. Kegiatan Gerejani di Wilayah Santa Maria Ratu Rosari
Kegiatan di wilayah St. Maria Ratu Rosari dibedakan menjadi
dua
kelompok pelayanan yang bersifat liturgis dan non liturgis,
adapun masing-
masing kegiatan tersebut pelaksanaannya di bawah masing-masing
bidang
antaralain :
a. Bidang Liturgi, sesuai dengan namanya bidang ini bertanggung
jawab yang
berkaitan dengan peribadatan. Contoh: penyusunan jadwal misa dan
ibadat
lainnya (Karismatik).
b. Bidang Pewartaan, bidang ini bertanggung jawab terhadap
katekese persiapan
sakramen baptis bayi dan dewasa, persiapan komuni pertama, dan
persiapan
krisma.
c. Bidang Layanan Masyarakat, bidang ini bertanggung jawab dalam
hal
melayani kegiatan sosial kemasyarakatan yang bersifat non
liturgis, seperti :
bidang kesehatan, bantuan sosial (dana pendidikan), orang sakit,
tanggap
bencana, dan bantuan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
d. Bidang Paguyuban, bidang ini bertanggung jawab terhadap
kelompok-
kelompok yang ada di wilayah Maria Rosari, seperti : Sekolah
Minggu, PIA,
PA, OMK, Ibu-ibu WK, Bapak-bapak St.Yusuf, dan paduan suara.
e. Bidang Rumah Tangga, bidang ini bertanggung jawab atas
pemeliharaan
pengeluaran rutin rumah tangga gereja, seperti : belanja rutin
kebutuhan
gereja.
B. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian
kualitatif
deskriptif.
Menurut Moleong (2012:11) “Penelitian deskriptif menekankan
pada
data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang
disebabkan oleh
adanya penerapan metode kualitatif. Hal itu disebabkan oleh
adanya penerapan
metode kualitatif”.
Menurut Lofland (1984:47) mengatakan:
Sumber data utama dalam penelitian Kualitatif ialah kata-kata
dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan
lain-
lain.Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya
dibagi dalam
kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan
statistic.
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, definisi, atau
situasi tertentu, dan
lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari.
Pendekatan kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil
akhir. Dalam
metode ini yang digunakan adalah wawancara, wawancara akan
ditujukan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
orang tua yang ada di Wilayah Santa Maria Ratu Rosari Paroki
Santo Yakobus
Bantul. Untuk melengkapi data penelitian, maka digunakan juga
wawancara yang
ditujukan kepada Pendamping.
2. Rumusan Permasalahan
a. Bagaimana pemahaman orang tua di wilayah Santa Maria Ratu
Rosari
mengenai katekese persiapan baptis bayi?
b. Bagaimana pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi bagi
orang tua di
wilayah Santa Maria Ratu Rosari?
c. Apakah harapan orang tua terhadap pelaksanaan katekese
persiapan baptis bayi
ini yang dapat mendukung mereka dalam melaksanakan tugasnya
sebagai
pendidik iman anak?
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pemahaman orang tua di wilayah Santa Maria
Ratu Rosari
mengenai katekese persiapan baptis bayi
b. Untuk megetahui pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi
bagi orang tua di
wilayah Santa Maria Ratu Rosari
c. Untuk mengetahui harapan orang tua terhadap pelaksanaan
katekese persiapan
baptis bayi ini yang dapat mendukung mereka dalam melaksanakan
tugasnya
sebagai pendidik iman anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap, teknik pengumpulan data
yang
digunakan adalah dengan wawancara terstruktur dan studi dokumen.
Dalam
teknik wawancara tersebut penulis menyusun pertanyaan-pertanyaan
yang
didasarkan atas masalah dalam rancangan penelitian. Melalui
wawancara
terstruktur ini setiap partisipan diberikan pertanyaan yang
sama, dan penulis
mencatatnya. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa
instumen
sebagai pedoman untuk wawancara, penulis juga bisa menggunakan
alat bantu
untuk merekam (handphone)atau alat perekam lainnya (Sugiyono,
2013:194-195).
Sedangkan, studi dokumen dilakukan untuk mengkaji dokumen yang
ada di
Paroki Santo Yakobus Bantul.
5. Tempat dan Waktu penelitian
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah St. Maria Rosari Paroki
Bantul.
c. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu dua bulan yaitu dari
Maret hingga
April
6. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, yang akan diteliti yakni pelaksanaan
katekese
persiapan baptis bayi bagi orang tua di wilayah Santa Maria Ratu
Rosari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
Tabel 1. Kisi-kisi pedoman wawancara
Aspek yang ingin
diungkap Kisi-kisi pedoman wawancara
Pemahaman
tentang
Pembaptisan bayi
a. Menjelaskan tentang latar belakang penerimaan
baptis bayi
b. Menjelaskan alasan orang tua membaptiskan anak
ketika masih bayi
c. Menjelaskan hal-hal yang dilakukan Gereja untuk
membantu orang tua dalam penerimaan Sakramen
Baptis bayi
Pelaksanaan
katekese
persiapan
baptis bayi.
a. Menjelaskan tentang pelajaran/katekese persiapan
baptis bayi.
b. Menjelaskan tujuan katekese persiapan baptis bayi.
c. Menyebutkan peserta yang hadir dalam katekese
persiapan baptis bayi
d. Menunjukkan waktu saat pelaksanaan katekese
persiapan baptis bayi
e. Menjelaskan materi yang disampaikan saat
pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi
f. Menjelaskan metode yang digunakan saat
pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi
g. Menjelaskan proses/langkah-langkah pelaksanaan
katekese persiapan baptis bayi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
h. Menyebutkan faktor pendukung pelaksanaan
katekese persiapan baptis bayi
i. Menyebutkan faktor penghambat pelaksanaan
katekese persiapan baptis bayi
Harapan dan
usulan untuk
meningkatkan
pelaksanaan
katekese
persiapan
baptis bayi
a. Menyebutkan usulan untuk meningkatkan
pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi
b. Menyebutkan usulan materi untuk meningkatkan
pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi
c. Menyebutkan usulan metode untuk meningkatkan
pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi
7. Partisipan
Partisipan adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam
suatu
kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan
emosi serta fisik
dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya dalam segala
kegiatan
yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan
tanggungjawab atas
segala keterlibatan.
C. Laporan Hasil Penelitian Tentang Pelaksanaan Katekese
Persiapan Baptis
Bayi Bagi Orang Tua Di Wilayah St. Maria Ratu Rosari Paroki
Santo
Yakobus Bantul.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
Penulis melakukan penelitian dengan wawancara kepada orang
tua,
pendamping, dan dewan wilayah, wilayah Santa Maria Ratu Rosari
Paroki Santo
Yakobus Bantul. Wawancara dilakukan pada bulan April hingga Mei
2020 kepada
orang tua/ keluarga muda yang memiliki anak dan dibaptis pada
waktu masih
bayi.Waktu yang dilakukan untuk penelitian menyesuaikan waktu
luang
partisipan, dan sebagian besar terlaksana pada sore hingga malam
hari. Penulis
mendapatkan informasi yang sesuai dengan pelaksanaan katekese
persiapan baptis
bayi bagi orang tua.
1. Studi Dokumen
Dalam studi dokumen, penulis mengamati beberapa dokumen
resmi
Paroki yaitu, Program Kerja Paroki Santo Yakobus Bantul tahun
2019, dan Narasi
Paroki Santo Yakobus Bantul tahun 2019. Paroki ini dibentuk
secara tetap dan
mengacu pada kanon 515 § 1, sesuai Surat Keputusan Pendirian
Paroki
Keuskupan Agung Semarang tanggal 17 Januari 1934.
Paroki St. Yakobus Bantul mempunyai kartubaptis dan kondisinya
tertata dengan
rapi di almari ruang sekretariat Paroki. Namun penulisan
kartubaptis ini terakir
tahun 1990, dan sejauh ini tidak dilanjutkan. Sampai tahun 2020
ini, pencatatan
Sakramen Baptis di Paroki St. Yakobus Bantul sudah mencapai buku
ke VIII.
Duplikat suratbaptis dikirimkan ke KAS setiap awal tahun, buku
Sakramen Baptis
ini tertata dengan rapi di almari ruang sekretariat Paroki.
Jumlahbaptisan pada
tahun 2016 mencapai 75 orang, pada tahun 2017 mencapai 57 orang,
tahun 2018
mencapai 70 orang, dan tahun 2019 mencapai 40 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
2. Hasil Observasi
a. Waktu : Minggu, 8 Maret 2020
b. Tempat : GerejaParoki St. Yakobus Bantul
c. Materi : - NamaBaptis
1. Sarana baptis bayi (Lilin dan
Samir)
2. Teknis pelaksanaan baptis bayi
d. Metode : Ceramah
e. Jumlah peserta : 7 orang dengan rincian :
4 pasang suami istri, serta 3
emban/wali baptis yang sudah
dipersiapkan oleh orang tua
f. Jumlah katekis yang hadir : 2 orang
g. Alokasiwaktu : 60 menit
h. Suasana pertemuan : Sangat baik, terjadi hubungan timbal
balik antara katekis dengan peserta
i. Keterlibatan peserta : Peserta aktif bertanya pada
katekis
terutama pada saat pelaksanaanya itu tanggal 10 Maret 2020.
Total peserta
yang bertanya sebanyak 50% mereka bertanya mengenai petugas doa
umat,
lektor dan permasalahan emban baptis karena ada emban baptis
yang
mendadak sakit.
j. Penggunaan bahasa : Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
k. Teknik bertanya : Katekis menyampaikan tentang materi
saat rekoleksi, lalu katekis memberikan kesempatan kepada orang
tua untuk
bertanya jika ada materi yang kurang jelas.
3. Hasil Wawancara dengan Orang Tua
Hasil wawancara secara keseluruhan yang dilakukan oleh penulis
di
wilayah St. Maria Ratu Rosari memperoleh data 13 partisipan yang
terdiri dari 10
orang tua, 2 pendamping, dan 1 pengurus dewan wilayah. Wawancara
yang
pertama dilakukan dengan partisipan OT 1 (Bapak AD yang berumur
40 tahun),
OT 2 (Bapak PH yang berumur 30 tahun), OT 3 ( Bapak AH yang
berumur 32
tahun), OT 4 (Ibu CS yang berumur 40 tahun) OT 5 (Bapak RM yang
berumur 42
tahun), OT 6 (Bapak LW yang berusia 40 tahun) OT 7 (Bapak YT
yang berumur
38 tahun), OT 8 (Bapak HA yang berusia 35 tahun) OT 9 (Bapak IN
yang berusia
40 tahun), dan OT 10 (Bapak AK yang berusia 42 tahun).
a. Pemahaman tentang baptis bayi
1) Latar belakang penerimaan baptis bayi
Ada beragam jawaban mengenai latar belakang penerimaan baptis
bayi
yang diungkapkan oleh partisipan di wilayah St. Maria Ratu
Rosari. Partisipan OT
1, OT 7, OT 9 mengatakan latar belakang pembaptisan bayi adalah
tradisi Gereja
Katolik yang turun temurun, dan mewariskan hidup beriman anak.
Partisipan OT
2, OT 3, dan OT 6 mengemukakan latar belakang pembaptisan bayi
adalah agar
anak diterima menjadi warga Gereja serta dan iman anak harus
jelas. Kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
partisipan OT 4, OT 5, OT 8, OT 10 mengatakan latar belakangnya
adalah
penepatan janji pernikahan dahulu di hadapan Imam, Saksi,dan
Umat, serta
perwujudan sikap tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan
iman anaknya.
2) Alasan orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi.
Berbagai jawaban diberikan oleh partisipan ketika penulis
bertanya
mengenai alasan orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi.
OT 1, OT 7
mengatakan alasannya adalah karena dalam kisah Adam dan Hawa
menyadarkan
orang tua bahwa anak terlahir dari dosa asal kedua orang tua.
Dengan
membaptiskan anak berarti putra/puti kita diangkat sebagai anak
Allah,
dipersatukan dengan Tuhan, serta menjadi saudara dalam Gereja.
Kemudian
partisipan OT 2 dan OT 3 mengungkapkan agar anak kita mengetahui
imannya
yaitu mengikuti Kristus.
OT 4, OT 10, OT 5 mengatakan karena sebagai orang tua kita pasti
akan
memberikan yang terbaik bagi anaknya yaitu beriman kepada Tuhan
dengan cara
membaptiskan anak saat masih bayi agar ia mendapat perlindungan
dari Tuhan.
OT 6, OT 8, OT 9 mengungkapkan bahwa karena ingin mendidik iman
akan
Yesus Kristus sejak bayi. Ketika anak masih bayi ia belum jelas
akan imannya,
maka dari itu orang tua memilih untuk membaptiskan anak saat
masih bayi agar
mengikuti jejak kedua orang tuanya yaitu beriman Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
3) Hal yang dilakukan Gereja agar membantu orang tua dalam
penerimaan
baptis bayi
Menurut OT 1, OT 2, OT 3, OT 7, OT 8, OT 9 hal yang dilakukan
Gereja
adalah mengadakan katekese persiapan baptis bayi atau rekoleksi
persiapan baptis
bayi. Rekoleksi ini sungguh membantu orang tua khususnya dalam
hal persiapan
baptis bayi. Kemudian OT 4 mengatakan hal yang dilakukan Gereja
adalah
pendampingan keluarga baru, supaya jika mempunyai anak segera
dibaptis dan
hidup secara katolik. OT 5, OT 6, OT 10 mengungkapkan dengan
cara pendekatan
keluarga
b. Pelaksanaan Katekese Persiapan baptis Bayi
2) Katekese persiapan baptis bayi
Menurut OT 1, OT 2, OT 3, OT 6 Di Paroki St Yakobus bantul
setiap
Minggu ketiga ada pembaptisan bayi oleh Romo Paroki. Maka dari
itu, sehari
sebelum pelaksanaan baptis bayi orang tua, emban baptis beserta
bayi diharapkan
datang ke Paroki untuk mengikuti kegiatan rekoleksi yang
diadakan oleh Paroki.
Partisipan OT 4 dan OT 7 mengatakan di Paroki ini ada
katekese
persiapan baptis bayi yang diadakan satu minggu sebelum
pembaptisan, namun
bisa fleksibel tergantung dengan pendamping yang akan memberikan
materi.
Selanjutnya OT 5, OT 8, OT 9, OT 10 mengatakan di Paroki St.
Yakobus Bantul
ada katekese persiapan baptis bayi. Kegiatan katekese persiapan
baptis bayi ini
merupakan tradisi turun-temurun yang sudah lama dijalankan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
3) Tujuan katekese persiapan baptis bayi
Menurut OT 1, OT 2, OT 3, OT 5 tujuan katekese persiapan baptis
bayi
adalah mengetahui apa yang harus dilakukan orang tua setelah
bayi dibaptis dalam
arti kata mendampingi iman anak kita secara lebih mendalam.
Kemudian menurut
OT 4, tujuannya adalah untuk menyadarkan kembali kepada orang
tua supaya
mereka sungguh-sungguh melaksanakan pendidikan iman anak dan
dilakukan
dengan penuh kesadaran.
OT 8 mengatakan, tujuan katekese persiapan baptis bayi adalah
untuk
menyadarkan orang tua bahwa ia mempunyai peranan yang sangat
penting dalam
mendidik iman anak, sebagai syarat agar anak dapat dibaptis.
Kemudian menurut
OT 7, OT 9 tujuannya adalah untuk menepati rasa tanggung jawab
orang tua
terhadap pendidikan iman anaknya.
4) Peserta yang hadir dalam katekese persiapan baptis bayi
Menurut OT 1,OT 2, OT 5, OT 6, OT 7, OT 8, OT 9, OT 10 peserta
yang
hadir dalam katekese persiapan baptis bayi adalah kedua orang
tua, dan emban
baptis, Mereka sebaiknya hadir dalam katekese persiapan baptis
bayi, karena
orang tua sebagai pendidik iman anak yang utama dan terutama
serta keduanya
sangat berperan penting dalam pendidikan iman anak. Selanjutnya
menurut OT 3
dan OT 4 peserta yang hadir yaitu orang tua, embanbaptis,
calonbaptis. Karena
mereka berdua harus melakukan pembaptisan bagi si calon baptis
tersebut dengan
sepenuh hati, penuh kesadaran, dan sepenuh iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
5) Waktu pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi
Menurut OT 1, OT 6 Waktu yang digunakan untuk melakukan
katekese
baptis bayi sehari sebelum penerimaan baptis bayi menurutnya
waktu tersebut
dirasa cukup dan pemberi materi bisa memanfaatkan waktu
tersebut. Berbeda
dengan OT 2, OT 3, OT 4, OT 5, OT 8, OT 10 yang mengatakan waktu
yang
digunakan adalah satu hari sebelum pelaksanaan, menurutnya
pertemuan sehari
itu tidak efektif dan terlalu lama. Jika dibuat dua kali
pertemuan maka hasilnya
akan menjadi lebih baik, penyampaian materinya juga tidak
terburu-buru.
Kemudian partisipan OT 7, OT 9, mengatakan waktu yang
digunakan
adalah satu minggu sebelum pelaksanaan pembaptisan, Pendamping
atau Romo
Paroki akan memberikan informasi mengenai pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi jauh sebelumnya agar orang tua, maupun emban baptis
bisa lebih
mempersiapkan.
6) Materi yang disampaikan saat katekese persiapan baptis
bayi
Menurut OT 1, OT 2, OT 6, OT 8, OT 9 materi yang digunakan
pendamping yaitu pengertian Sakramen Baptis, macam macam
baptisan,
pengenalan Gereja pada anak, teknis penerimaan baptis bayi, dan
liturgi Sakramen
Baptis. Kemudian menurut OT 3, OT 4, OT 5, OT 10 materi yang
disampaikan
adalah mengapa orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi,
bagaimana cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
orang tua memberikan pengertian kepada anak tentang Gereja
Katolik, tugas
orang tua dan embanbaptis setelah pembaptisan.
Selanjutnya OT 7 mengatakan, materi yang digunakan pendamping
yaitu
pengertian baptis bayi, makna sakremen baptis, nama baptis,
batasan usia baptis
bayi, pelayan dan petugas Sakramen Baptis bayi, liturgi serta
teknis pembaptisan.
7) Metode yang digunakan saat katekese persiapan baptis bayi
Menurut OT 1, OT 2, OT 6 metode yang digunakan oleh
pendamping
adalah ceramah, sesi tanya jawab, sharing dari pendamping maupun
peserta. Lalu
menurut OT 3, OT 5,OT 7, OT 10 mengemukakan metodenya adalah
ceramah,
tanya jawab, ulasan Kitab Suci, dan sharing.
8) Proses/langkah-langkah katekese persiapan baptis bayi
Menurut OT 1, OT 2, OT 3, OT 6, OT 7, OT 9
proses/langkah-langkah
yang disampaikan oleh pendamping adalah Pertama doa pembukaan,
menyapa
peserta, ucapan terimakasih karena telah berkenan membaptiskan
anaknya. Kedua
menyampaikan materi yang telah disiapkan, tanya jawab seputar
baptis bayi. Dan
ketiga kesimpulan dari pertemuan. Setelah dirasa cukup,
pendamping menutup
pertemuan tersebut dengan doa penutup.
Selanjutnya menurut OT 4, OT 5, OT 10 proses/langkah-langkah
pertama
adalah Doa pembuka dan pembacaan Kitab Suci, kedua penyampaian
materi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
ketiga sharing dan tanya jawa tentang baptis, keempat lain-lain
dan kelima
kesimpulan serta doa penutup.
9) Faktor pendukung pelaksanaan katekese persiapan baptis
bayi
Menurut OT 1, OT 3, OT 6 faktor pendukung katekese persiapan
baptis
bayi yaitu niat kedua orang tua dan emban baptis untuk
membaptiskan anaknya,
ketua lingkungan yang bersedia membantu. OT 2, mengatakan
faktor
pendukungnya adalah cuaca yang baik, kendaraan yang bisa
digunakan untuk
hadir saat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi, dan OT 7
menambahkan
adanya kerjasama antara pendamping dan Romo Paroki.
Kemudian OT 4 mengungkapkan, adanya kelompok koor yang ikut
memeriahkan dan mendukung penerimaan baptis bayi. Partisipan OT
5, OT 8,
OT 9, OT 10 mengatakan, faktor pendukungnya adalah pendamping
dari
paroki/wilayah.
10) Faktor penghambat pelaksanaan katekese persiapan baptis
bayi
Menurut OT 1, OT 6 faktor penghambat pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi adalah pekerjaan orang tua yang tidak dapat
ditinggalkan, emban
baptis yang tidak bisa hadir karena ada pekerjaan ataupun sakit.
OT 2 mengatakan,
faktor penghambatnya adalah cuaca yang buruk, jarak rumah
peserta yang jauh
dari tempat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi. Menurut
partisipan OT 4,
OT 5, OT 8, OT 10 Faktor penghambat nya adalah orang tua dan
emban baptis
yang datang terlambat saat ketekese persiapan baptis bayi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
c. Harapan dan usulan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi
1) Usulan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan
baptis bayi
Menurut OT 1, OT 6, OT 7 usulan untuk meningkatkan
pelaksanaan
katekese persiapan baptis bayi yaitu tempat pelaksanaan katekese
baptis bayi di
rumah peserta. Kemudian menurut OT 2, OT 3, OT 4, OT 9 katekese
persiapan
baptis bayi minimal dilaksanakan 2 kali pertemuan, agar saat
membawa materi
tidak terburu-buru dan pada saat pendampingan. Lalu OT 5, OT 8,
OT 10
mengemukakan, usulannya adalah pendekatan keluarga, karena
banyak keluarga
muda yang sudah memiliki bayi namun mereka kurang memahami cara
mendidik
iman anak yang masih bayi.
2) Usulan materi untuk meningkatkan pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi
Menurut OT 1, OT 2, OT 4, OT 9 usulan materi untuk
meningkatkan
pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi yaitu cara memilih
nama baptis karena
banyak orang tua yang masih merasa kesulitan. Partisipan OT 5,
OT 8, OT 10
mengatakan, usulan materinya yaitu pendidikan terhadap kedua
orang tua, karena
dari pendidikan tersebut akan menerbitkan kesadaran apakah anak
bayi itu harus
segera dibaptis, cara mendidik anak yang masih bayi menurut
ajaran Gereja
Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
3) Usulan metode untuk meningkatkan pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi
Menurut OT 1, OT 6, usulan metode untuk meningkatkan
pelaksanaan
katekese persiapan baptis bayi yaitu sharing pendamping ataupun
dari peserta.
Partisipan OT 2, OT 3, OT 4, OT 5, OT 7, OT 8, OT 9, OT 10
mengatakan usulan
metodenya yaitu diselingi dengan games permainan yang melibatkan
peserta agar
tidak bosan, dan diputar film tentang baptis bayi.
4. Hasil Wawancara Pengurus Wilayah dan Pendamping
Berikut ini merupakan hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan
pengurus wilayah dan pendamping di Wilayah St. Maria Ratu
Rosari. Partisipan
pengurus wilayah DW 1 ( Bapak EBW yang barusia 56 tahun).
Partisipan
Pendamping P1( Bapak VHS yang berumur 45 tahun) dan partisipan
Pendamping
P2 (CS yang berumur 57 tahun).
a. Pemahaman tentang baptis bayi
1) Latar belakang penerimaan baptis bayi
Menurut DW 1 latar belakang penerimaan baptis bayi karena
Gereja
mengajarkan bahwa Sakramen Baptis merupakan pintu gerbang dari
semua
sakramen yang lain. Kemudian P1 mengatakan, latar belakangnya
adalah setiap
orang tua mempunyai janji perkawinan di depan altar supaya jika
di berikan
karunia, anak dididik secara katolik. Selanjutnya, P2
mengungkapkan, karena
memang baptisan bayi itu sebuah kebutuhan umat untuk iman bayi
sekaligus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
kebutuhan Gereja. Pembaptisan bayi memang sangat baik untuk
dilaksanakan,
dan antara umat maupun Gereja menyambut baik tentang
pembaptisan.
2) Alasan orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi
Menurut DW 1, alasan orang tua membaptiskan anak ketika masih
bayi
karena sebagai orang tua berkewajiban untuk menyelamatkan iman
anaknya.
Kemudian P1 mengungkapkan, alasannya karena sebagai orang tua
kita pasti akan
memberikan yang terbaik bagi anaknya yaitu beriman pada Tuhan
dengan cara
membaptiskan anak ketika masih bayi. P2 mengatakan, alasannya
karena orang
tua sekarang tahu persis bagaimana harus memperhatikan kebutuhan
iman
anaknya.
3) Hal-hal yang dilakukan Gereja untuk membantu orang tua
dalam
penerimaan baptis bayi
Menurut DW 1 hal yang dilakukan Gereja adalah Paroki Bantul
selalu
mengadakan katekese persiapan baptis bayi. P1 mengungkapkan,
memberi
pengertian terus-menerus terutama pada keluarga baru, supaya
jika mempunyai
anak segera dibaptis dan hidup secara katolik. Serta P2
menambahkan baptisan
merupakan sebuah peristiwa yang sangat penting dan besar sama
dengan
sakramen pernikahan, karena dengan adanya pembaptisan kita
mempunyai
anggota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
b. Pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi
1) Pelajaran/katekese persiapan baptis bayi
OT 1, P1, P2 mengatakan, Di Paroki St. Yakobus Bantul ini
ada
pelajaran/ katekese persiapan baptis bayi, katekese tesebut
diadakan satu minggu
sebelum pembaptisan, namun bisa fleksibel tergantung dengan
pendamping yang
akan memberikan materi.
2) Tujuan katekese persiapan baptis bayi
Menurut DW 1 tujuan katekese persiapan baptis bayi adalah agar
orang
tua lebih memahami tentang pembaptisan sehingga orang tua
berkewajiban untuk
selalu membimbing, membina, dan mengarahkan kepada anak ketika
anak
mengalami kesulitan dalam perjalanan hidup imannya. Selanjutnya
P1
mengungkapkan, tujuannya adalah untuk menyadarkan kembali kepada
orang tua
supaya mereka sungguh-sungguh melaksanakan pendidikan iman anak
dan
dilakukan dengan penuh kesadaran.
P2 mengatakan, tujuannya adalah pertama, untuk menyadarkan orang
tua
bahwa anak yang baru lahir harus segera dibaptis dan menjadi
tanggung jawab
orang tua, embanbaptis, dan pendamping, kedua memberi pondasi
yang kuat, agar
tujuan Gereja tepat pada sasaran.
3) Peserta yang hadir dalam katekese persiapan baptis bayi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
Menurut DW 1 dan P2 Peserta yang hadir dan mengikuti
katekese
persiapan baptis bayi yaitu orang tua, dan emban baptis, karena
mereka berdua
harus melakukan pembaptisan bagi si calon baptis tersebut dengan
sepenuh hati,
penuh kesadaran, sepenuh iman. Kemudian P1 mengatakan, peserta
yang hadir
dan mengikuti katekese persiapan baptis bayi yaitu orang tua,
emban baptis, calon
baptis.
4) Waktu saat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi
Menurut DW 1 dan P1 mengungkapkan, Waktu yang digunakan
untuk
melakukan katekese persiapan baptis bayi adalah satu kali
pertemuan, namun bisa
juga diadakan lebih dari satu kali. Menurut P2, pertemuan
katekese persiapan
baptis bayi ini bisa diadakan satu kali pertemuan saja, karna
baptisan bayi berbeda
dengan baptisan dewasa dan materi yang disampaikan bisa
dipadatkan.
5) Materi yang disampaikan saat pelaksanaan katekese persiapan
baptis
bayi
Menurut DW 1, P2 materi yang dapat didalami oleh pendamping
adalah
pengertian Sakramen Baptis, pengertian tentang iman, tanggung
jawab orang tua
dan emban baptis terhadap perkembangan iman anak, keluarga
adalah basis iman
Gereja, dan liturgi penerimaan Sakramen Baptis bayi. Selanjutnya
P1
mengungkapkan, materinya adalah pengertian janji perkawinan,
hukum-hukum
Gereja, pergaulan dan perkembangan hidup anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
6) Metode yang digunakan saat pelaksanaan katekese persiapan
baptis bayi
Menurut DW 1, P1dan P2 mengatakan, Metode yang digunakan
oleh
pendamping adalah ceramah, tanya jawab, pembacaan Kitab Suci dan
sharing.
7) Proses/langkah-langkah pelaksanaan katekese persiapan baptis
bayi
Menurut DW 1, P1 dan P2 Proses/langkah-langkah pertama adalah
Doa
pembuka dan pembacaan kitab suci yang telah disiapkan
pendamping, Kedua
penyampaian materi, Ketiga, sharing dan tanya jawa tentang
baptis, keempat lain-
lain dan kelima kesimpulan dan doa penutup.
8) Faktor pendukung pelaksanaan katekese persiapan baptis
bayi
Menurut DW 1 faktor pendukungnya adalah orang tua, emban
baptis,
calon baptis, dan ketua lingkungan yang bisa hadir saat
pelaksanaan katekese
persiapan baptis bayi. Kemudian P2 mengatakan faktor
pendukungnya adalah
adanya kerjasama antara Romo beserta pendamping, dan kesiapan
lahir dan batin
orang tua beserta emban baptis bayi.
9) Faktor penghambat pelaksanaan katekese persiapan baptis
bayi
Menurut DW 1 Faktor penghambat dalam pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi adalah waktu pelaksanaan orang tua, emban baptis,
maupun ketua
lingkungan ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan, rumah
peserta yang jauh
dari tempat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi. Lalu P1
mengungkapkan,
faktor penghambatnya adalah cuaca yang kurang mendukung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
c. Harapan dan usulan untuk meningkatkan pelaksanaan
katekese
persiapan baptis bayi
1) Usulan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan
baptis bayi
Menurut DW 1, usulan untuk meningkatkan pelaksanaan katekese
persiapan baptis bayi adalah saat pendampingan, jangan terlalu
mepet dengan
hari pelaksanaan, sehingga jadwal kerja orang tua dan emban
baptis bisa diatur.
Kemudian P1 mengatakan, usulannya adalah pelaksanaannya tidak
hanya
satu kali dan saat bayi masih berada dalam kandungan. P2
mengungkapkan,
Usulannya adalah adanya penyegaran, karena Gereja berkembang
terus menerus,
Seminar tentang katekese persiapan baptis bayi, dan pengumpulan
Pendamping.
2) Usulan materi untuk meningkatkan pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi
Menurut DW 1 mengatakan, usulan materinya yaitu hal yang
bisa
dilakukan orang tua untuk mendidik iman anak ketika masih bayi
selain diajak
pergi Gereja. Kemudian P1, P2 mengungkapkan, usulan materi
adalah cara
memilih nama baptis bagi bayi
3) Usulan metode untuk meningkatkan pelaksanaan katekese
persiapan
baptis bayi
Menurut DW 1, P1 dan P2 mengatakan, usulan metode untuk
meningkatkan pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi adalah
diselingi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
game khusus orang tua agar pertemuannya lebih seru dan tidak
membosankan,
diputar film singkat tentang baptis bayi.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh 13 partisipan,
yang
terdiri dari 10 orang tua, 2 pendamping wilayah, dan 1 pengurus
dewan wilayah di
wilayah St. Maria Ratu Rosari. Melalui wawancara yang telah
dilakukan,
menunjukkan bahwa para orang tua telah melaksanakan salah satu
tanggung
jawabnya yaitu membaptiskan anak mereka ketika masih bayi.
Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui pemahaman orang tua mengenai pelaksanaan
katekese
persiapan baptis bayi.
a. Pemahaman tentang baptis bayi
Pada bagian ini, pembahasan mencakup jawaban partisipan yakni
orang
tua, pendamping, dan pengurus dewan wilayah. Pemahaman tentang
baptis bayi
meliputi latar belakang penerimaan baptis bayi, alasan orang tua
membaptiskan
anak ketika masih bayi, dan hal-hal yang dilakukan Gereja untuk
membantu orang
tua dalam penerimaan baptis bayi.
1) Latar belakang penerimaan baptis bayi
Latar belakang penerimaan baptis bayi ditemukan berdasarkan
hasil
wawancara penulis dengan partisipan, yakni orang tua. Menurut OT
1 dan OT 7,
latar belakang penerimaan baptis bayi adalah tradisi Gereja
Katolik yang turun
temurun, serta agar anak mendapat perlindungan dari Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
48
Menurut Partisipan OT 2, OT 3, dan OT 6 mengemukakan latar
belakang
pembaptisan bayi adalah agar anak diterima menjadi warga Gereja
dan iman anak
harus jelas. Pembaptisan adalah momen paling penting dalam
perjalanan jemaat
Kristen. Melalui pembaptisan jemaat Kristen diberi materai yang
tak
terhapuskanya itu diangkat sebagai Murid Yesus dan diangkat
menjadi anak-anak
Allah. Dibaptis berarti digabungkan menjadi anggota Gereja.
Pembaptisan
menjadi tanda ungkapan iman akan Yesus Kristus, tetapi bagaimana
dengan baptis
bayi di mana bayi belum bisa sadar dalam mengungkapkan imannya.
Hal inilah
yang menjadikan betapa pentingnya pemahaman orang tua akan
pelaksanaan
katekese persiapan baptisan bayi berserta dengan
konsekuensinya.
2) Alasan orang tua membaptiskan anak ketika masih bayi
Partisipan P2 mengatakan, alasannya karena orang tua sekarang
tahu
persis bagaimana harus memperhatikan kebutuhan iman anaknya dan
memang
orang tua mereka membaptiskan anaknya ketika masih bayi dengan
berbagai
pertimbangan. Pembaptisan kanak-kanak adalah pembaptisan anak
dari orang tua
yang beriman Katolik dan mengamalkan iman itu, serta berjanji
akan
membesarkan anak itu dalam iman kepada Kristus.
Para orang tua wajib mengusahakan agar bayi-bayi dibaptis
dalam
minggu-minggu pertama; segera sesudah kelahiran anaknya, bahkan
juga sebelum
itu, hendaknya menghadap Pastor untuk memintakan sakramen bagi
anaknya serta
dipersiapkan dengan semestinya untuk itu (Kan 867§1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
49
3) Hal-hal yang dilakukan Gereja untuk membantu orang tua
dalam
penerimaan baptis bayi
Menurut OT 1, OT 2, OT 3, OT 7, OT 8, OT 9 hal yang
dilakukan
Gereja adalah mengadakan katekese persiapan baptis bayi, seperti
saat ini yang
masih diterapkan di Paroki Bantul, rekoleksi ini sungguh
membantu orang tua
khususnya dalam hal persiapan baptis bayi.
Orang tua diharapkan mampu mengupayakan terus pendidikan
iman
anak-anaknya, setelah pembaptisan sampai usia dewasa. Hal
tersebut, hendaknya
tampak juga dalam kehidupan konkret dalam keluarganya, misalnya
sebagai
berikut:
a. Setelah pembaptisan, meski masih bayi anak-anak dibiasakan
mengikuti
perayaan Ekaristi di dalam gereja. Kecenderungan yang ada adalah
orang tua
mengikuti perayaan Ekaristi di luar, sambil ngobrol sana-sini,
dengan alasan
kalau bayi menangis pasti akan menganggu umat lain.
b. Anak-anak dibiasakan menerima komuni bathuk, baik ketika
masih bayi
maupun menjelang usia sekolah. Hal ini berarti bahwa mereka
dibiasakan
mengikuti Ekaristi Mingguan secara rutin agar tidak merasa asing
dengan
suasana dan makna Ekaristi di kemudian hari.
c. Meskipun usianya masih bayi, sebaiknya anak-anak dibiasakan
untuk berdoa
bersama dengan keluarga baik sebelum maupun sesudah melakukan
aktifitas.
Semua itu adalah contoh kegiatan-kegiatan konkret yang bisa
dilakukan oleh
orang tua agar Sakramen Baptis dapat terwujud di dalam diri
anak-anak. Tentu
saja, pendampingan orang tua tidak berhenti sampai disini tetapi
berlangsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
50
terus sampai anak-anaknya menginjak usia dewasa, bahkan sampai
mereka
mampu menentukan jalan hidupnya secara mandiri (Prasetya, 2008:
37).
b. Pelaksanaan ketekese persiapan baptis bayi
Pada bagian ini, pembahasan mencakup jawaban partisipan yakni
orang
tua, pendamping, dan pengurus dewan wilayah. Pelaksanaan
katekese persiapan
baptis bayi meliputi pelajaran /katekese persiapan baptis bayi,
tujuan katekese
persiapan baptis bayi, peserta yang hadir dalam katekese
persiapan baptis bayi,
waktu saat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi, materi
yang disampaikan
saat pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi, metode yang
digunakan saat
pelaksanaan katekese persiapan baptis bayi, proses