Dermatitis Dermatitis adalah peradangan kulit yang muncul dalam
beberapa bentuk, termasuk atopic, seborrheik, nummular ( berbentuk
koin ), kontak, kronis, neurodermatitis terlokalisir, pengelupasan
kulit dan stasis. Dermatitis atopic (juga disebut eksem remaja)
adalah radang kulit kronis yang memperngaruhi 9 orang dari setiap
100 orang. Radang ini sering berasosiasi dengan penyakit yang
berhubungan dengan alergi, semacam asma bronchial dan alergi
rhinitis. Biasanya erkembang pada bayi dan usia belajar jalan (1
bualan 1 tahun ) secara tipikal pada mereka yang memeiliki riwayat
keluarga dengan penyakit yang berkaitan dengan alergi yang kuat.
Dermatitis atopic secara tipikal bergejolak dan reda secara
berulang-ulang sebelum akhirnya pecah selama masa remaja.
Bagaimanapun, gangguan ini dapat berlangsung pada masa dewasa.
Kondisi ini menjurus ke infeksi virus, jamur, atau bakteri dan
dapat menyebabkan gangguan mata. Penyebab Penyebab dermatitis
atopic tidak diketahui , tetapi terdapat kecenderungan genetis ,
yang memburuk karena alergi makanan, iritasi bahan kimia,
temperature dan kelembaban yang ekstreem, serta emosi. Hamper 10%
dari kasus masa anak-anak disebabkan oleh alergi terhadap makanan
tertentu, terutama telur , kacang, susu dan gandum. Dermatitis
atopic cenderung bergejolak dengan meningkatkan keringat , stress
psikologis, dan temperature serta kelembaban ekstreem. Iritasi
merupakan penyebab dermatitis atopic tambahan ang penting. Penyebab
ini mengubah struktur permukaan kulit, yang akhirnya menyebabkan
iritasi kulit kronis. Gejala-gejalanya Lesi dermatitis atopic kulit
bermula sebagai area kemerahan pada kulit yang sangat kering.
Gejala ini secara tipikal muncul pada dahi, pipi, lutut, siku,
kaki, dan leher. Selama perkembangan, gatal-gatal dan luka garukan
menyebabkan bengkak, kulit kering, dan bersisik. Akhirnya, lesi
kronis ke beberapa daerah kulit yang kering, bersisik, dengan lesi
bengkak yang putih, kuat, terangkat, intensif menjadi tebal dan
keras. Gatal-gatal yang intensif dapat menyebabkan bengkak dan
kelopak atas mata kehitaman yang tidak biasa, dengan lipatan ganda
muncul dibawah kelopak mata bawah. Dalam kasus yang jarang, katarak
atopic ( lensa mata berawan ) dapat berkembang antar usia 20-40
tahun Diagnosisnya Untuk mendiagnosis dermatitis atopic , dokter
menguji kulit seseorang dan memeriksa riwayat keluarga terhadap
alergi dan peradangan kronis. Untuk mengesampingkan kondisi radang
kulit lainnya, semacam ruam pembalut, dermatitis seborrheik, dan
dermatitis kontak kronis, dokter memeriksa adanya distribusi
tipikal dari lesi kulit. Pengobatanya
Seseorang dengan dermatitis atopic harus mengeliminir adanya
allergen dan menghindari iritan , perubahan temperature yang
ekstreem, dan pemicu lainnya. Untuk mengurangi gatal dan
pembengkakan, dokter dapat member resep salep steroid topical
semacam Cortaid, yang dapat efektif teruama ketika dipakai setelah
mandi. Antara dosis steroid seseorang harus memakai krim pelembab
untuk menolong kulit dalam menahan lembab. Steroid secara oral akan
digunakan pada perubahan yang ekstreem. Preparat tar kadar lemah
dan terapi sinar ultraviolet B dapat digunakan untuk mempertebal
lapisan kulit luar, apabila dokter menemukan adanya agen bakteri
dokter dapat memberi resep antibiotic. Dermatitis Kontak Dermatitis
kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit
terhadap unsur-unsur fisik, kimia atau biologi. Epidermis mengalami
keusakan akibat iritasi fisik dan kimia yang berulang-ulang.
Dermatitis kontak bisa berupa tipe iritan-primer dimana reaksi non
alergik terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau
tipe alergi ( dermatitis kontak alergika ) yang disebabkan oleh
pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak. Penyebab
dermatitis kontak iritan yang lazim dijumpai adalah sabun,
deterjen, bahan pembersih dan zat kimia industry. Factor
predisposisinya mencakup keadaan panas dan dingin yang ekstreem,
kontak yang frekuen dengan sabun serta air, dan penyakit kulit yang
sudah ada sebelumnya. Manifestasi klinis Erupsi dimulai ketika
unsur penyebab mengenai kulit. Reaksi pertama mencakup rasa gatal,
terbakar dan eritema yang segera diikuti oleh gejala edema, papula,
vesikel serta perembasan cairan atau secret. Pada fase subakut,
perubahan vesikuler ini tidak begitu mencolok lagi dan berubah
menjadi pembentukan krusta, pengeringan, pembentukan fisura, serta
pengelupasan kulit. Jika terjadi reaksi yang berulang-ulang atau
bila pasien terus menerus menggaruk kulitnya, penebalan kulit
(likenifikasi) dan pigmentasi (perubahan warna) akan terjadi.
Invasi bakteri sekunder timbul kemudian.
BAB PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR MEDIS 1. PENGERTIAN Dermatitis adalah epidermo
yang berupa gejala subyektif pruritus dan obyektif tampak imflamasi
eritema. (Arief Masjoer. 1998. Kapita Selekta. Edisi 3. Jakarta :
EGC) Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( umlamasi pada kulit
) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari. ( Brunner dan
Suddart dan pembentukkan sisik 2000 ) Dermatitis adalah peradangan
kulit yang ditandai oleh rasa gatal ( www.blogdokter,net2007)
2. ETIOLOGI Penyebab Dermatitisbelum diketahui secara pasti.
Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya
zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa
menyebabkan dermatitis (Arief Mansjoer.1998.Kapita selekta ).
Dermatitis juga ada klasifikasinya : 1) Dermatitis kontak yang
disebabkan oleh kontak dengan zat pewarna,zat detergen. 2)
Dermatitis atopik yang disebabkan sensitif terhadap serum .
obat-obatan, reaksi abnormal karena perubahan suhu.
3. MACAM-MACAM DERMATITIS a. Dermatitis Kontak Sinonim :
Dermatitis venenata, dermatitis industri, dan lain-lain. Penyebab
:
1) Zat iritan misalnya asam atau alkali.
2) Alergen misalnya tumbuh-tumbuhan, kosmetik atau nikel.
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang
berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergik. 1) Dermaitis Kontak Iritan : Kulit
berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup,
umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan
proses menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.
Gejala klinis dipengaruhi keadaan kulit pada waktu kontak antara
lain, faktor kelembaban, paparan dengan air, panas dingin, tekanan
atau gesekan. Kulit kering lebih kurang bereaksi. 2) Dermatitis
Kontak Alergik : Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah
reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak
tertutup kemungkinan di daerah lain. Diagnosis banding :
Dermatitis numularis, dermatitis seboroika, dermatitis atopik.
Pengobatan :
Menghindari penyebab. Simtomatik Topikal : o Apabila basah :
kompres PK 1/10.000 o Apabila kering : Kortikosteroid\ Pada keadaan
berat per oral : o Antihistamin o Kortikosteroid b. Dermatitis
Atopik Sinonim : Neurodermatitis disseminata; prurigo diathesique
Besnier.
-
Penyebab :
1) Gangguan fungsi sel limfosit T dan peningkatan kadar Ig E 2)
Blokade reseptor beta adrenergik pada kulit. Perjalanan Penyakit
Dan Gejala Klinis :
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi
sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.
Gejala klinis edema, vesikel sampai bula, dapat pula disertai
ekskoriasi. Keadaan kronik terdapat penebalan kulit, likenifikasi
dan hyperpigmentasi. Gatal dari ringan sampai berat, disertai rasa
terbakar. Keadaan akut disertai rasa tidak enak badan Lokalisasi
sesuai umur penderita dibagi:
Tipe infantile : Muka, terutama kedua pipi (disebut milk
eczema), kepala, ekstremitas, badan dan bokong. Biasanya usia 2
bulan 2 tahun. Tipe anak-anak : Muka, tengkuk, lipat siku dan
pergelangan tangan. Lesi bersifat sub-akut. Tipe dewasa : Fosa
poplitea, lipat siku dan tengkuk, dahi, daerah yang terpapar
matahari. Lesi bersifat kronis. Diagnosis Banding :
Dermatitis seboroika, dermatitis herpetiformis dan keratosis
folikularis (penyakit Darier) Pengobatan :
Keadaan ringan diberikan pengobatan topikal. Sistemik :
Antihistamin. Keadaan sangat eksudativ, diberikan kortikosteroid
jangka pendek. Salep kortikosteroid. Keadaan infeksi dikombinasi
dengan antibiotika. Bila diduga mengalami infeksi dengan kandidosis
dapat diberikan campuran kortikosteroid dan anti kandida. Topikal :
Keadaan akut dan basah diberi kompres.
-
Tanda Diagnostik :
o Lokalisasi daerah lipatan flexor ekstremitas. o Terdapat
stigmata atopic o Gatal c. Dermatitis Numularis
-
Sinonim : Dermatitis Diskoid, Neurodermatitis Numularis.
Penyebab :
Tidak pasti. Diduga stress emosi, alkohol dapat memperburuk
keadaan. Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk
numuler, dengan diameter bervariasi 5 40 mm. Bersifat membasah
(oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. Gejala
biasanya hebat dan hilang timbul, bila digaruk dapat terjadi
fenomena Koebner. Lokalisasi di ekstremitas atas dan bawah bagian
ekstensor, tetapi dapat berlokasi diseluruh bagian tubuh. Diagnosis
Banding :
Dermatitis atopik, neurodermatitis. Pengobatan :
Topikal tidak mencukupi, perlu pengobatan sistemik berupa anti
histamin. Lesi basah kompres larutan Permanganas Kalikus 1 : 10.000
Lesi kering : salep kortikosteroid. Bila ada infeksi sekunder
ditambahkan antibiotika sistemik. Tanda Diagnostik :
o Bentuk lesi numuler o Sifat lesi membasah o Gatal d.
Neurodermitis Sirkumskripta Sinonim :
Liken Simpleks Kronis Penyebab :
Tidak pasti. Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
Penderita umumnya orang dewasa atau orang tua. Mungkin suatu
tempat gatal kemudian digaruk berulang-ulang, maka akan timbul
papel, likenifikasi dan kulit menjadi tebal yang menimbulkan
hyperpigmentasi. Lesi berupa papel besar, gatal disebut prurigo
nodularis. Tempat di tengkuk, di punggung kaki, punggung tangan,
lengan bawah dekat siku, tungkai bawah bagian lateral, perianal,
scrotum dan vulva atau di scalp. Prurigo nodularis sering ditemukan
di lengan dan tungkai. Kelainan menipis bila tidak digaruk.
Pengobatan :
Diberitahukan kepada penderita : kelainan kulit menipis dan
kemudian menghilang bila tidak digaruk. Sistemik : Sedativa atau
Antihistaminika untuk mengurangi rasa gatal. Topikal : Salep
Kortikosteroid. Bila kurang berhasil dibantu dengan cara oklusi
(ditutup dengan bahan impermeabel misalnya bungkus plastik). Kalau
belum berhasil juga disuntik dengan kortikosteroid intra lesi,
misalnya triamsinolon. Prognosis :
Baik, tetapi sering pula residif. e. Dermatitis Statis Sinonim
:\
Dermatitis Hemostatika. Penyebab :
Gangguan aliran darah pembuluh vena di tungkai. Berupa bendungan
di luar pembuluh darah; misalnya tumor di abdomen sumbatan thrombus
di tungkai bawah, atau kerusakan katup vena setelah
thrombophlebitis. Insidens :
Orang dewasa dan orang tua. Perjalanan Penyakit Dan Gejala
Klinis :
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga
memanjang dan melebar. Terlihat berkelokkelok seperti cacing
(varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah
edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa
kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi
eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah
berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi,
skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga
kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
-
Komplikasi :
Timbul ulkus, disebut ulkus varikosum atau ulkus venosum.
Diagnosis :
Lokalisasi ditungkai bawah, dimulai di atas maleous internus
sampai di bawah lutut. Kelainan berupa hyperpigmentasi, skuama,
erosi, papel, kadang-kadang eksudasi. Batas tidak jelas. Udema
terutama di pergelangan kaki. Diagnosis Banding :
Dermatitis kontak. Pengobatan :
o Dermatitis akut dikompres dengan larutan Permanganas Kalikus
1/10.000, atau larutan perak nitrat 0,25 % - 0,5 %. o Obat topikal
: Ichtyol 2 % dalam salep zink-oksid. o Bila eksudatif , diberi
kortikosteroid dalam jangka pendek (7-10 hari). o Bila ada infeksi
sekunder diberi antibiotika. Prognosis :
Residif. f. Dermatitis Seboroika Sinonim : Seborrheic Eczema,
Dermatitis Seborrhoides, Seborrhoide. Penyebab :
Tidak diketahui. Faktor yang mempengaruhi / memperburuk :
Jenis makanan berlemak Banyaknya keringat Stress emosi Insidens
:
Daerah dingin insidennya lebih tinggi. Umumnya bayi dan anak
umur 6 10 tahun, serta orang dewasa umur 18 40 tahun.
-
Perjalanan Penyakit Dan Gejala Klinis :
F Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa
skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk
dan besar bervariasi. F Tempat kulit kepala, alis, daerah
nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak,
umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum. F Pada kulit
kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila
basah disebut pytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut. F
Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta
oozing (membasah), dan menjadi keadaan eksfoliatif generalisata.
Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut
penyakit Leiner. Diagnosis Banding :
Psoriasis, Pitiriasis Rosea, Dermatofitosis. Pengobatan :
Umum : Diet rendah lemak. Sistemik : Lokal Antihistamin, pada
kasus berat, kortikosteroid.
: Preparat sulfur, tar, kortikosteroid. Shampo dapat dipakai
selenium sulfida.
Prognosis :
Kronik residif.
4. PATOFISIOLOGI Histamin dianggap sebagian zat penting yang
memberikan reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat
kemotoksis dan menekan produksi sel,sehingga sel mempunyai
kemampuan untuk melepaskan histamin. Sementara histamin itu sendiri
tidak dapat menyebabkan lesi pada kulit tapi zat tersebut dapat
menyebabkan pruritus dan eritema , mungkin karena garukan akibat
gatal menimbulkan lesi pada kulit.
5. MANIFESTASI KLINIK
Adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus (gatal),
kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama
palpebra dan bibis) dan gangguan fungsi kulit. Obyektif, biasanya
batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi, yang dapat
timbul secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul
secara serentak atau berturut-turut. Pada permulaan timbul eritema
dan edema. Edema sangat jeas pada kulit yang longgar misalnya muka
( terutama palpebra dan bibir. Dan genetalia eksterna. Infiltrasi
biasanya terdiri atas papul. Dermatitis madidans ( basah ) berarti
terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber dermatitis artinya
terdapat vesikel-vesikel pungtiformis yang berkelompok dan kemudian
membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustul jika
disertai infeksi. Dermatitis sika ( kering ) berarti tidak madidas.
Bila gelembung-gelembung mengering maka akan terlihat erosi atau
ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering
disebut dermatitis sika. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi
artinya timbul sisik-sisik. Bila proses menjadi kronis tampak
likenifikasi dan sebagian sekuele terlihat hiperpigmrntas atau
hipopigmentasi.
6. KOMPLIKASI Infeksi saluran nafas atas Bronkitis Infeksi
kulit
7. PENATALAKSANAAN MEDIS a. Pemeriksaan penunjang : 1) Percobaan
asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000). 2) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi. b.
Terapi 1) Terapi sitemik Pada dermatitis ringan diberi antihistamin
atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit
SRS A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian
kortikosteroid. 2) Terapi tropical
Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak
kocok bila kronik diber saleb 3) Diet Tinggi kalori dan tinggi
protein ( TKTP ) Contoh : Daging, susu, ikan, kacang-kacangan,
jeruk, pisang, dan lain-lain.
8. PENYIMPANGAN KDM
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Identitas Pasien.
b. Keluhan Utama. Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok. c.
Riwayat Kesehatan. 1) Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada
pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien
untuk menanggulanginya. 2) Riwayat Penyakit Dahulu : Apakah pasien
dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya. 3) Riwayat Penyakit Keluarga : Apakah ada keluarga yang
pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4) Riwayat Psikososial : Apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan. 5)
Riwayat Pemakaian Obat : Apakah pasien pernah menggunakan
obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak
tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
2. PEMERIKSAAN FISIK a. Subjektif : Gatal b. Objektif : Skuama
kering, basah atau kasar. Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar
bervariasi.
( Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial
belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus,
lipat bokong, lipat paha dan skrotum ). Kerontokan rambut.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan Inflamasi dermatitis b. Ansietas berhubungan
dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder
akibat penyakit
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder akibat penyakit d. Kurang pengetahuan tentang
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
4. INTERVENSI a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
Inflamasi dermatitis, ditandai dengan : Adanya skuama kering, basah
atau kasar. Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar
bervariasi.
Intervensi : Kaji / catat ukuran dari krusta, bentuk dan
warnanya, perhatikan apakah skuama kering, basah atau kasar.
Anjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang terasa gatal.
Kolaborasi dalam pemberian pengobatan :
o Sistemik : Antihistamin, Kortikosteroid. o Lokal : Preparat
Sulfur, Tar, Kortikosteroid, Shampo (Selenium Sulfida)
b. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis
aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
(Kemungkinan yang terjadi) Insomnia Keletihan dan kelemahan Gelisah
Anoreksia Ketakutan Kurang percaya diri Merasa dikucilkan
-
Menangis.
Intervensi : Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang, berat,
panik. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati :
o Tinggal bersama pasien. o Tekankan bahwa semua orang merasakan
cemas dari waktu ke waktu. o Bicara dengan perlahan dan tenang,
gunakan kalimat pendek dan sederhana. o Perlihatkan rasa empati. o
Singkirkan stimulasi yang berlebihan (ruangan lebih tenang), batasi
kontak dengan orang lain klien atau keluaraga yang juga mengalami
cemas. Anjurkan intervensi yang menurunkan ansietas (misal : teknik
relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi aroma). Identifikasi
mekanisme koping yang pernah digunakan untuk mengatasi stress yang
lalu.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder akibat penyakit, ditandai dengan : Klien
mungkin merasa malu. Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang
terganggu. Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan. Perubahan
dalam keterlibatan sosial.
Intervensi : Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan,
perkembangan dan prognosa penyakit. Berikan informasi yang dapat
dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.
-
Perjelas berbagai kesalahan konsep individu / klien terhadap
penyakit, perawatan dan pengobatan. Dorong kunjungan / kontak
keluarga, teman sebaya dan orang terdekat.
d. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya sumber informasi, ditandai dengan : Pasien sering
bertanya / minta informasi, pernyataan salah konsep.
Intervensi : Jelaskan konsep dasar penyakitnya secara umum.
Jelaskan / ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode
pemberian, tujuan, efek samping dan toksik. Anjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang rendah lemak. Tekankan pentingnya
personal hygiene.
5.
EVALUASI
a. Mencapai pengetahuan dan pemahaman terhadap proses penyakit
serta terapinya. Mendeskripsikan psoriasis dan terapi yang
dipreskripsikan
Mengutarakan dengan kata-kata bahwa trauma, infeksi dan stres
emosional merupakan faktor pemicu Mempertahankan pengendalian
penyakit dengan terapi yang tepat Memperagakan penggunaan terapi
topikal yang benar
b. Mencapai kulit yang lebih halus dan pengendalian lesi. Tidak
ada lesi baru yang timbul Mempertahankan kulit agar selalu
terlumasi dan lunak
c. Mengembangkan kesadaran untuk penerimaan diri
Mengidentifikasi orang yang bisa diajak untuk membicarakan perasaan
dan keprihatinan Mengekspresikan optimisme tentang hasil akhir
terapi
d. Tidak mengalami artritis psoriatik
-
Tidak mengalami gangguan rasa nyaman pada sendi Lesi kulit dapat
dikendalikan tanpa peluasan penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Arief Masjoer. 1998. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta
: EGC
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8. Vol. 3. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta.
Stephen J. McPhee. 2010. Patofisiologi Penyakit : Pengantar
Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Jakarta : EGC.
www.blogdokter,net2007
www.google.comASKEP DERMATITIS
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengertian Dermatitis kontak ( dermatitis venenata )
merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure unsur fisik, kimia
atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang sering
bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap
sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak
adalah peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya
terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang
tegas. B. Etiologi
Zat zat yang dapat menyebabkan dermatitis kontak melelui 2 cara
yaitu :
Iritasi ( dermatitis iritan ) Reaksi alergi ( dermatitis kontak
alergika ) Sabun detergen dan logam logam tertentu bisa mengiritasi
kulit setelah beberapa kali digunakan. Penyebab dermatitis kontak
alergika
Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat kuku, deodorant, pelemban
lotion sehabis bercukur, parfum, tabir surya. Senyawa kimia ( dalam
perhiasan ) : nikel
Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat ) racun pohon ek, sejenis
rumput liar, primros. Obat obat yang terkandung dalam kritim kulit
: antibiotic ( penisilin, sulfonagnid, neomisin ), autihistamin (
defenhidramin )
C.
Zat kimia yang digunakan dalam pengelolaan pakaian. Manifestasi
Klinik
Gejala dermatitis kontak mencakup keluhan :
Gatal gatal Rasa terbakar Lesi kulit ( vesikel ) Edema yang
diikuti oleh pengeluaran secret Pembentukan krusta serta akhirnya
mengering dan mengelupas kulit.
Reaksi yang berulang ulang dapat disertai penebalan kulit dan
perubahan pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri dapat terjadi
pada kulit yang mengalami ekskoriasis karena digosok atau digaruk.
Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali jika erupsinya
tersebar luas. D. Patofisiologi Dermatitis Kontak Iritan Pada
dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel
yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun
fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit
atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi
melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid
keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam
arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan
menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor
sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan
membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan
mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler.
Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan
keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya
dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak
iritan tidak melalui fase sensitisasi. Ada dua jenis bahan iritan
yaitu :
Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama
pada hampir semua orang, Iritan lemah hanya pada mereka yang paling
rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi,
misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai
andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Dermatitis Kontak Alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon
imun tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
1. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen.
Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula
belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau
pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam
kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis
oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen
dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek
hapten protein. Protein ini terletak pada membran sel Langerhans
dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte
Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks
Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada
molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3.
CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans,
sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik
Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik,
misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor
antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah
terjadi pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel
Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang
akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan
mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T
cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan
limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut
dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung
selama 1421 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini
individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai
resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik. 2. Fase
elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan
kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi
telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan
mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2.
Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan
INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1
(intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan
limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan
mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin
sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat.
Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema,
edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis. Proses
peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa
mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan
sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan
Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi
INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta
mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan
basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi
setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang
molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan
beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap
antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.
1. Penyimpangan KDM
Bahan iritan merusak lapisan tanduk
lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel mengalami
kerusakan
rusaknya membran lipid keratinosit pengaktifan fosfolipase
pembebasan asam arakidonik
Pembebasan histamin,
prostaglandin dan leukotrin.
Pruritus Perubahan pola tidur
vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat.
Timbul eritema, edema dan vesikula
Perubahan status kesehatan Tidak mengenal sumber informasi
Kurang pengetahuan
Kerusakan integritas kulit Merangsang pusat saraf Ditrasmisikan
ke korteks serebri melalui thalamus Nyeri dan gatal
Penampakan kulit yang tidak baik Koping tidak efektif
Perubahan citra tubuh
E.
Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak
dengan bahan yang telah disebutkan di atas. Strategi pencegahan
meliputi: v Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air
dan sabun. Bila dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak
iritan dan alergen dari kulit.
v Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga
untuk menghindari kontak dengan bahan pembersih. v Bila sedang
bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan. F. Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
gangguan integument yaitu : Biopsi kulit Biopsi kulit adalah
pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit yang
terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada
keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Uji
kultur dan sensitivitas Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui
adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit. Kegunaan lain adalah
untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada obat
obat tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah
dengan mengambil eksudat pada lesi kulit. Pemeriksaan dengan
menggunakan pencahayaan khusus Pemeriksaan kulit perlu
mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor pencahayaan
memegang peranan penting. Uji temple Uji ini dilakukan pada klien
yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahui apakah lesi tersebut
ada kaitannya dengan factor imunologis. Untuk mengidentifikasi
respon alergi Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada
kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan.
Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian A. Biodata Biodara terdiri dari nama, jenis
kelamin. Umur, agama, suku bangsa, pendidkan pendapatan
pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain Dermatitis kontak
dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi pada
remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila
dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita
dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai
orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak
iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak
sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%. Sedangkan
insiden dermatitis kontak alergik terjadi pada 3-4% dari populasi
penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi namun
dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak.
Lebih sering timbul pada usia dewasa tapi dapat mengenai segala
usia. Prevalensi pada wanita dua kali lipat dari pada laki-laki.
Bangsa kaukasian lebih sering terkena dari pada ras bangsa lain.
Nampaknya banyak juga timbul pada bangsa Afrika-Amerika namun lebih
sulit dideteksi. Jenis pekerjaan merupakan hal penting terhadap
tingginya insiden dermatitis kontak. B. a) 1. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya
terasa gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita
datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang
timbul. 2. Riwayat keluhan utama
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan
utama. Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit (
vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah,
edema yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST
pada setiap keluhan klien Provocative/palliative Apa penyebab
keluhan,
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan
tertentu yang menyebabkan kerusakan pada kulit Apa yang membuat
keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat. Dengan menjauhi
sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan berkurang
Quality/quantity Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan
merasakan gatal dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu
yang dapat menyebabkan keluhan Sejauh mana sakit dirasakan
Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai
berat. Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi
zat serta tingkat sensitifitas kulit Region/radiation Dimana letak
sakit
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab Area
penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis,
tempat cedera, dibalik perhiasan. Severitty scale Apakah
mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan
penyakit Seberapa jauh skala ringan/berat
Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya Timing b) Kapan
mulai terjadi Kapan sering terjadi Apakah terjadinya mendadak atau
perlahan-lahan Riwayat Kesehatan masa Lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya,
apakah pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk
mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien. c)
Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami
penyakit yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim
medis. Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanakkanak
dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis
atopik C. 1. Pemeriksaan fisik Keadaan umum
Ringan, sedang, berat. 2. Tingkat Kesadaran
Kompos mentis Apatis Samnolen, letergi/hypersomnia Delirium
Stupor atau semi koma Koma Tingkat Kesadaran dermatitis kontak
biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak termasuk tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman
dan amat mengganggu. 3. 4. 5. 6. Tanda-tanda vital Tekanan darah
Denyut nadi Suhu tubuh Pernafasan Berat Badan Tinggi Badan
Kulit
Inspeksi radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti
dolor). kemerahan (rubor), gangguan fungsi kulit (function
laisa).
biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi
yang dapat timbul secara serentak atau beturut-turut. terdapat
Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar. Terdapat bula atau pustule, ekskoriasi dengan krusta. Hal
ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.
terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi
kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
Palpasi 7. Nyeri tekan edema atau pembengkakan Kulit bersisik
Keadaan Kepala Inspeksi
tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak
kotor. Palpasi
Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau
adanya massa. Bi 8. Keadaan mata Inspeksi tidak edema, tidak radang
Tidak ictertus Tidak terjadi peradangan
a. Palpebrae : b. Sclera c. Conjuctiva : :
d. Pupil
:
Isokor
e. Posisi mata Simetris/tidak Gerakan bola mata Penutupan
kelopak mata : simertis : Normal : Tidak mengalam gangguan Keadaan
visus Penglihatan Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tekanan Intra
Okuler ( TIO ) tidak ada A. Keadaan hidung 10. inspeksi simetris
kiri dan kanan Tidak ada pembengkakan dan sekresi Tidak ada
kemerahan pada selaput lendir Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak
ada benjolan/tumor Keadaan telinga inspeksi telinga bagian luar
simetris tidak ada serumen/cairan, nanah : Normal : Normal (tidak
kabur )
11. Mulut Inspeksi
a. b.
Gigi Keadaan gigi : bersih Ada karang gigi/karies Tidak ada
pemakaian gigi palsu Gusi
Tidak ada merah radang pada gusi c. Lidah
Lidah bersih d. 12. a. b. c. 13. a. b. c. a. b. Bibir Tampak
pucat Kering pecah Mulut tidak berbau Kemampuan bicara normal
Tenggorokan Warna mukosa : Kemerahan
Nyeri tekan tidak ada Nyeri menelan tidak ada Leher mInspeksi
Kelenjar Thyroid : Tidak membesar Tidak ada pembengkakan atau
benjolan Tidak ada distensi vena jugularis Palpasi Kelenjar Thyroid
Kaku kuduk/tidak : Tidak terabah :-
c. d. e. 14.
Kelenjar limfe
: tidak membesar
Tidak ada benjolan atau massa Mobilisasi leher normal Thorax dan
pernafasan
@ Inspeksi a. b. c. d. e. f. Bentuk dada Pernafasan : Pigion
chest : Inspirasi/ekspirasi, Frekuensi pernafasan, irama
pernafasan
Pengembangan diwaktu bernafas normal Dada simetris Tidak ada
retraksi Tidak ada batuk
@ Palpasi a. b. c. Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal
premitus Untuk mengetahui adanya massa Inadekuat ekspansi dada
@ Perkusi sonor : Suara perkusi jaringan paru yang normal @
Askultasi a. b. Mendengarkan suara pada dinding thoraks Suara nafas
:
* Vesikuler c. d. Suara tambahan : Suara Ucapan
Suara normal 15. Jantung
@ Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena
kontraksi ventrikel kiri ditemukan pada ICS 5 linea medio
clavicularis kiri. @ Palpasi : Normal @ Perkusi Jantung dalam
keadaan normal @ Auskultasi Tidak ada murmur 16. Pengkajian
payudara dan ketiak Inspeksi :
Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang Tidak
terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta
vaskularisasi normal Areola mamma agak kecoklatan Tidak adanya
penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi. Tidak ada
keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan. Posisi kedua puting
susu mempunyai arah yang sama. ketiak dan klavikula tidak ada
pembengkakan atau tanda kemerah-merahan. Palpasi
Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan. 17. Abdomen Inspeksi
:
umbilikus tidak menonjol Tidak ada pembendungan pembuluh darah
vena Tidak ada benjolan warna kemerahan Palpasi :
Tidak ada rasa nyeri Tidak ada benjolan/ massa Tidak ada
pembesaran pada organ hepar Perkusi Auskultasi : Tympani :
Peristaltik normal
18. Genetalia dan Anus Genetalia : Inspeksi :
Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini, sekret
vagina jernih Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Anus : Keadaan anus normal, tidak ada haemoroid, fissura,
fistula. 19. Ekstremitas
Ekstremitas atas a. Motorik Pergerakan kanan/kiri Pergerakan
abnormal kiri. Kekuatan otot kiri/kanan lemah b. c. Koordinasi
gerak Refleks Biceps kanan/kiri Triceps kana/kiri Sensori : Normal
: Normal : ada gangguan : kekuatan otot kanan dan kiri : lemah :
seimbang antara kanan dan
-
Nyeri Rangsang suhu Rasa raba
:+ :+ :+
Ekstremitas bawah a. b. c. Motorik Gaya berjalan Kekuatan
kanan/kiri Tonus otot kanan/kiri Refleks KPR kanan/kiri APR
kanan/kiri Bebinski kanan/kiri : +/+ Sensori Nyeri Rangsang suhu
Rasa raba : + : + : + : -/: -/: Normal : kekuatan kanan 5/kiri 5 :
menurun
20 Status Neurologi Saraf-saraf cranial N I (Olfaktorius) Klien
mampu membedakan bau minyak kayu putih dan alcohol. N II (Optikus)
Klien tidak dapat melihat tulisan atau objek dari jarak yang jauh.
N III,IV,VI (Okulomotorius, Cochlearis, Abdusen) Mata dapat
berkontraksi, pupil isokor, klien mampu menggerakkan bola mata
kesegala arah. N V (Trigeminus)
Fungsi sensorik : Klien mengedipkan matanya bila ada rangsangan.
Fungsi motorik : Klien dapat menahan tarikan pulpen dengan
gigitannya. N VII (Fasialis) Klien dapat mengerutkan dahinya,
tersenyum dan dapat mengangkat alis. N VIII (Akustikus) Klien dapat
mendengar dan berkomunikasi dengan baik, tidak ditemukan adanya
tuli konduktif dan tuli persepsi. N IX (Glosofaringeus) Klien dapat
merasakan rasa manis, pahit, pedas. N X (Fagus) Klien tidak ada
kesulitan mengunyah, klien tidak ada kesulitan menelan. N XI
(Assessoris) Klien dapat mengangkat kedua bahu, tidak ada atropi
otot sternokleidomastoideus dan trapezius. N XII (Hipoglosus)
Gerakan lidah simetris, dapat bergerak kesegala arah, tidak ada
deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, indra pengecapan
normal. Tanda-tanda perangsangan selaput otak I. II. III. IV. D.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. b. c. d. Biopsi kulit Uji temple
Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus Uji kultur dan
sensitivitas Kaku kuduk Kerning sign Refleks Brudzinski Refleks
Lasegu : : : : -
E. 1.
Pola Kegiatan Sehari-hari Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal
pola makan, frekwensi maka/hari, nafsu makan, makanan pantang,
makanan yang disukai banyak minuman dlm sehari serta apakah ada
perubahan Perubahan selama sakit 2. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB
seperti frekuensi,warna dan konsistensi baik sebelum dan sesudah
sakit 3. Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan
mengalami gangguan dalam aktifitas karena adanya rasa gatal dan
apabila mengalami infeksi maka akan mengalami gangguan dalam
pemenuhan aktifitas sehari-hari. 4. Istirahat
klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal
serta adanya nyeri.Adanya gangguan pola tidur akibat gelisah,
cemas. F. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola
interaksi sosialnya terganggu biasanya akan merasa malu dengan
penyakitnya. G. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan
orang lain dan biasanya klien lebih suka menyendiri dan sering
cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada
beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien
terhadap penyakit yang diderita sekarang, bagaimanaharapan klien
terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan
tenaga kesehatan & lingkungan. H. Kegiatan Keagamaan Biasanya
klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan
untuknya dan pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada
kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama apa selama sakit
klien sering berdoa. I. Pengelompokan data Data Subjektif Data
Objektif
Klien mengatakan lecet pada kulit jika digaruk Klien mengatakan
nyeri pada kulit
Kulit klien tampak kering Kulit klien tampak bersisik Tampak
adanya peradangan Klien nampak sering menggaruk Kulit klien tampak
lecet Klien tampak gelisah
B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. C. DX I
Diagnosa keperawatan Kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan perubahan fungsi barier kulit Nyeri dan gatal yang
berhubungan dengan lesi kulit perubahan pola tidur yang berhubungan
dengan pruritus Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan
penampakan kulit yang tidak baik. Kurang pengetahuan tentang
perawatan kulit dan cara cara menangani kelainan kulit. Resiko
infeksi berhubungan dengan lesi, bercak bercak merah pada kulit
Rasional
Intervensi Mandiri: 1. pantau keadaan kulit pasien
Rasional Mandiri 1. Mengetahui kondisi kulit untuk dilakukan
pilihan intervensi yang tepat 2. Penderita dermatosis dapat
mengalami penurunan sensitivitas terhadap panas.
2. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal
akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu yang terlalu tinggi
dan akibat cidera panas yang tidak terasa ( bantalan pemanasan,
radiator ) 3. Anjurkan pasien untuk menggunakan kosmetik dan
preparat tabir surya. Kolaborasi
3. Banyak masalah kosmetika pada
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti histamine
dan salep kulit
hakekatnya semua kelainan malignitas kulit dapat dikaitkan
dengan kerusakan kulit kronik. 4. Penggunaan anti histamine dapat
mengurangi respon gatal serta mempercepat proses pemulihan
DX 2 Intervensi Mandiri: 1. Periksa daerah yang terlibat
Rasional Mandiri 1. Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit
meliputi bantuan dalam menyusun rencana intervensi. 2. Membantu
mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan kenyamanan.
3. Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk
diagnosisi dan pengobatan. Banyak kondisi kulit tampak serupa
tetapi mempunyai etiologi yang berbeda. Respons inflamasi kutan
mungkin mati pada pasien lansia. 4. Ruam menyeluruh terutama dengan
aeitan yang mendadak dapat mennjukkan reaksi alergi terhadap obat.
5. Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia, dan fisik. 6. Dengan
kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air
2. Upaya untuk menemukan penyebab gangguan rasa nyaman
3. Mencatat hasil hasil observasi secara rinci dengan memakai
terminology deskriptif
4. Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi ;
mendapatkan riwayat pemakaian obat.
5.
Kendalikan factor factor iritan
6.
Pertahankan kelembaban kira kira 60 % ;
gunakan alat pelembab. 7. Pertahankan lingkungan dingin
7. Kesejukan mengurangi gatal 8. Upaya ini mencakup tidak adanya
larutan detegen, zat pewarna atau bahan pengeras. 9. Meningkatkan
lingkungan yang sejuk 10. Sabun yang keras dapat menimbulkan
iritasi kulit. 11. Setiap substansi yang mneghilangkan air, lipid
atau protein dari epidermis akan mengubah fungsi barier kulit. 12.
Kulit merupakan barier yang penting yang harus dipertahankan
keutuhannya agar dapat berfungsi dengan benar. 13. Penghisapan air
yang bertahap dari kasa kompres akan menyejukkan kulit dan
meredakan pruritus. 14. Kulit yang kering dapat menimbulkan daerah
dermatitis dengan kemerahan, gatal, deskuamasi dan pada bentuk yang
lebih berat, pembengkakan, pembentukan lepuh, keretakan dan
eksudat. Kolaborasi 15. Hidrasi yang efektif pada stratum korneum
mencegah gangguan lapisan barier pada kulit. 16. Tindakan ini
membantu meredakan gejala 17. Masalah pasien dapat disebabkan oleh
iritasi atau sensitisasi karena pengobatan sendiri. 18. Memotongan
kuku akan mengurangi kerusakan kulit karena garukan.
8. Gunakan sabun ringan ( Dove ) atau sabun yang dibuat untuk
kulit sensitive ( Neutrogena, Avveno ). 9. Lepaskan kelebihan
pakaian atau peralatan di tempat tidur. 10. Cuci linen tempat tidur
dan pakaian dengan sabun ringan 11. Hentikan pemajanan berulang
terhadap detergen, pembersih, dan pelarut. 12. Gunakan tindakan
perawatan kulit untuk mempertahankan integritas kulit dan
meningkatkan kenyamanan pasien. 13. lakukan kompres penyejuk dengan
air suam suam kuku ataukompres dingin guna meredakan rasa gatal.
14. Atasi kekeringan ( serosis ) sebagaimana dipreskripsikan.
Kolaborasi: 15. Oleskan lotion dan krim kulit segera setelah
mandi
16. Gunakan terapi topical seperti yang dipreskripsikan. 17.
Anjurkan pasien untuk menghindari pemakaian salep ayau lotion yang
dibeli tanpa
resep dokter. 18. Jaga agar kuku selalu terpangkas.
DX 3 Intervensi Mandiri : 1. Bantu pasien melakukan gerak badan
secara teratur Rasional Mandiri : 1. Gerak badan memberikan efek
yang menguntungkan untuk tidur jika dilaksanakan pada sore hari. 2.
Udara yang kering membuat kulit terasa gatal. Lingkungan yang
nyaman meningkatkan relaksasi.
2. jaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban
yang baik.
Kolaborasi:
3. Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang normal.
3. Cegah dan obati kulit yang kering
4. Anjurkan kepada klien menjaga kulit selalu lembab
4. Tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit yang kering dan
gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan. 5.
Kafein memiliki efek puncak 2 4 jam sesudah dikonsumsi.
5. Anjurkan klien Menghindari minuman yang mengandung kafein
menjelang tidur di malam hari. 6. Anjurkan klien Mengerjakan hal
hal
6. Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga
menjadi keadaan tertidur.
yang ritual dan rutin menjelang tidur.
DX 4 Intervensi Mandiri: 1. Kaji adanya gangguan pada citra diri
pasien ( menghindari kontak mata, ucapan yang merendahkan diri
sendiri, ekpresi keadaan muak terhadap kondisi kulitnya ). 2.
Identifikasi stadium psikososial tahap perkembangan. Rasional
Mandiri: 1. Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau
keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan sesorang terhadap
dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep diri 2. Terhadap
hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya
3. Berikan kesempatan untuk pengungkapan. Dengarkan ( dengan
cara yang terbuka, tidak menghakimi ) untuk mengekspresikan berduka
/ ansietas tentang perubahan citra tubuh.
3. Pasien membutuhkan pengalaman yang harus didengarkan dan
dipahami.
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan pasien. Bantu pasien
yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri 4.
Tindakan ini memberikan kesempatan dan mengenali serta mengatasi
masalah. pada petugas kesehatan untuk menetralkan kecemasan yang
tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi. Ketakutan
merupakan unsure yang merusak adaptasi 5. dorong sosialisasi dengan
orang lain pasien. 5. Meningkatkan penerimaan diri dan
sosialisasi.
DX 5 Intervensi Rasional
1. Tentukan apakah pasien mnegetahui ( 1. Memberikan data dasar
untuk memahami dan salah mengerti ) tentang kondisi mengembangkan
rencana penyuluhan dirinya. 2. Pasien harus memiliki perasaan bahwa
ada sesuatu yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan pasien merasakan
manfaatnya.
2. Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar ;
memperbaiki kesalahan konsepsi / informasi
3. Peragakan penerapan terapi yang diprogramkan ( kompres basah
; obat topical ) 4. Berikan nasihat kepada pasien untuk menjaga
agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan
pengolesan krim serta lotion kulit.
3. Memungkinkan pasien memperoleh kesempatan untuk menunjukkan
cara yang tepat unutk melakukan terapi. 4. Stratum korneum
memerlukan air agar fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan
krim atau lotion untuk melembabkan kulit akan memcegah agar kulit
tidak menjadi kering, kasar, retak, dan bersisik. 5. Penampakan
kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang. Perubahan pada kulit
dapat menandakan status nutrisi yang abnormal.
5. Dorong pasien untuk mendapatkan status nutrisi yang sehat
DX 6 Intervensi 1. Miliki indeksi kecurigaan yang tinggi
terhadap suatu infeksi pada pasien yang system Rasional 1. Setiap
keadaan yang mneggangu status imun akan memperbesar resiko
terjadinya
kekebalannya teganggu. 2. Berikan petunjuk yagn jelas dan rinci
kepada pasien mengenai program terapi
infeksi kulit.
3. Laksanakan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan
untuk mengurangi intensitas inflamasi
2. Pendidikan pasien yang efektif bergantung pada ketrampilan
ketrampilan interpersonal professional kesehatan dan pada pemberian
instruksi yang jelas yang diperkuat dengan instruksi tertulis. 3.
Kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat pengisatan yang
menimbulkan vasokontriksi pembuluh drah kulit dan dengan demikian
mengurangi eritema serta produksi serum.
D. Evaluasi Diagnosa I 1. 2. 3. 4. Tidak adanya maserasi. Tidak
ada tanda tanda cedara termal. Tidak ada infeksi. Memberikan obat
topikal yang diprogramkan
Diangnosa II 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mencapai peredaran gangguan rasa.
Mengutarakan dengan kata kata bahwa gatal telah reda.
Memeperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena
garukan. Mematuhi terapi yang diprogramkan. Pertahankan keadekuatan
hidrasi dan lubrikasi kulit. Menunjukan kulit utuh; kulit
menunjukan kemajuan dalam penampilan yang sehat.
Diagnosa III 1. Mencapai tidur yang nyenyak.
2. 3. 4. 5.
Melaporkan peredaran rasa gatal. Mempertahankan kondisi
lingkungan yang tepat. Menghindari konsumsi kafein pada sore hari
dan menjelang tidur malam hari. Mengenali tindakan untuk
meningkatkan tidur.
Diagnosa IV 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengalami Mengembangkan
peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri. Mengikuti dan
turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan mandiri. Melaporkan
perasaan dalam mengendalikan situasi. Menguatkan kembali dukungan
positif dari diri sendiri Mengutarakan perhatian terhadap diri
sendiri yang sehat. Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.
7. Menggunakan tekhnik menyembunyikan kekurangan dan menekankan
teknik untuk meningkatkan penampilan. Diagnosa V 1. 2. pola tidur /
istirahat yang memuaskan Perubahan citra tubuh yang berhubungan
dengan penampakan kulit yang tidak baik.
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara cara
menangani kelainan kulit. Memiliki pemahaman terhadap perawatan
kulit. 4. Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat
mengungkapkan rasional tindakan yang dilakukan. 5. 6. 7.
Menjalankan mandi, pencucian, barutan basah sesuai yang
diprogramkan. Gunakan obat tropikal dengan tepat. Memahami
pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.
Diagnosa VI 1. Tetap bebas dari infeksi.
2. Mengungkapkan tindakan perawatan kulit yang meningkatkan
kebersihan dan mencegah kerusakan.
3. 4. 5.
Mengidentifikasikan tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan.
Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang harus dilaporkan ke
petugas perawatan kesehatan. Berpartisipasi dalam tindakan
perawatan kulit ( misalnya mandi, dan penggantian balut ).
DAFTAR PUSTAKA s Brunner and Suddarth.2001.Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC Harahap, Marwali, dkk. 2000. Pedoman
Pengobatan Penyakit Kulit. Bandung: Alumni
-----------------------------.2006. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta:
Hipokrates Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Jil. 2. Jakarta: Media Aesculapius. NANDA.2006.Pedoman Diagnosa
Keperawatan NANDA 2005 2006. Primamedika.